BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri tahu merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota besar dan
juga di perdesaan. Tahu adalah makanan padat yang dicetak dari sari kedelai(Glycin sp)
dengan proses pengendapan protein pada titik isoelektriknya, yaitu suatu kondisi dimana
telah terbentuknya gumpalan (padatan) protein yang sempurna pada suhu 50o C, dan
cairan telah terpisah dari padatan protein tanpa atau dengan penambahan zat lain yang
diizinkan antara lain, bahan pengawet dan bahan pewarna (Hartati, 1994).
Limbah industri tahu terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah padat
diperoleh dari hasil sortir kedelai dan pengepresan pada pengambilan susu kedelai
sebelum pemanasan. Limbah padat umumnya dapat dijual untuk makanan ternak atau
dibuat tempe gembus. Limbah cair pada prsoes pembuatan tahu berasal dari air cucian
kedelai, air rendaman, air penyaringan, air penggumpalan, dan air sisa pencetakan. Proses
penggumpalan tahu dilakukan secara manual dan menghasilkan limbah cair cukup besar
dan terbawa bersama air buangan. Limbah cair dari hasil penggumpalan inilah yang dapat
mencemari lingkungan.
Limbah cair industri tahu yang langsung di alirkan keselokan atau sungai tanpa
diolah dahulu dapat menimbulkan pencemaran yang cukup berat karena mengandung
polutan organik yang cukup tinggi. Beberapa hasil penelitian, konsentrasi COD (Chemical
Oxygen Demand) di dalam air limbah industri tahu cukup tinggi yakni berkisar antara
7.000 - 10.000 mg/L, Serta mempunyai keasaman yang rendah yakni pH 4-5. Menurut
Nuraida (1985), untuk setiap 1 kg bahan baku kedelai di butuhkan rata-rata 45 liter air dan
1
akan di hasilkan limbah cair berupa whey (dadih) mengandung bahan-bahan organik
berupa protein 40% -60% , karbohidrat 25%-50% , dan lemak 10% (Nurhasana dan
Pramudiyanto, 1987 ) dan dapat segera terurai dalam lingkungan berair menjadi senyawa-
senyawa organik turunan yang dapat mencemari lingkungan (EMDI – Bapedal,1994 ).
Oleh sebab itu perlu dilakukan pengujian parameter limbah cair tahu untuk mengetahui
baku mutu standar yang diperbolehkan sesuai peraturan yang berlaku. Salah satu sifat
yang dapat diuji untuk menentukan tingkat pencemaran limbah cair tahu dengan
mengukur parameter fisik suhu, pH, Daya Hantar Listrik (DHL), oksigen terlarut(DO),
BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemycal Oxygen Demand). Parameter-
paremeter oksigen terlarut(DO), BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemycal
Oxygen Demand) dalam analisis limbah cair tahu menggunakan metode standar SNI
yakni dengan titrasi.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
A. Tujuan Umum :
Secara umum tujuan PKL adalah untuk mengembangkan potensi pribadi mahasiswa
secara optimal. Memperoleh pengalaman penerapan konsep dan keterampilan manajerial
pada dunia kerja nyata dalam rangka memperkaya pengetahuan, serta melatih kemampuan
bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim sehingga memperoleh manfaat bersama
baik peserta PKL maupun instansi tempat PKL.
B. Tujuan Khusus :
Tujuan dari analisa BOD dan COD ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui nilai BOD,COD dan DHL yang terkandung pada limbah cair tahu
di UPT Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Pronvisi Bengkulu.
2
2. Untuk mengetahui apakah nilai BOD dan COD tersebut telah melebihi ambang batas
yang telah ditentukan oleh keputusan mentri lingkungan hidup nomor :
KEP-51/MENLH/01/1995.
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan
A. Bagi Mahasiswa
1. Mendapat pengalaman dan keterampilan sebelum memasuki dunia kerja nyata
2. Terpapar dengan kondisi dan pengalaman di lapangan
3. Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah yang tepat terhadap
permasalahan yang ditemukan di tempat PKL.
4. Memperkaya kajian serta menerapkan pengetahuan akademik yang telah di peroleh di
kampus pada dunia kerja nyata.
5. Penemuan baru mengenai analisis permasalahan dan kiat-kiat pemecahan masalah
Kimia.
6. Memperoleh gambaran peluang kerja bagi Sarjana MIPA biologi.
7. Mendapatkan bahan untuk penulisan skripsi/ karya ilmiah.
B. Bagi Tempat PKL
1. Tempat PKL dapat manfaat tenaga terdidik dalam membantu penyelesaian tugas-tugas
yang ada sesuai kebutuhan di unit masing-masing
2. Tempat PKL mendapatkan alternatif calon pegawai/ karyawan yang telah dikenal
kualitas dan kredibilitasnya.
3. Turut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan perguruan tinggi dalam
menciptakan lulusan yang berkualitas, terampil, dan memiliki pengalaman kerja.
C. Bagi Fakultas
3
1. Laporan PKL dapat menjadi salah satu audit internal kualitas pengajaran
2. Memperkenalkan program kepada industri lain
3. Mendapatkan masukan bagi pengembangan program
4. Terbinanya jaringan kerja sama dengan tempat PKL dalam upaya meningkatkan
keterkaitan dan kesepadaan antara substansi akademik dengan pengetahuan dan
keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pengembangan Ilmu biologi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertial Limbah Cair
Limbah cair atau air buangan merupakan air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi serta
dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap manusia dan lingkungan. Keberadaan
limbah cair tidak diharapkan di lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
Pengolahan yang tepat bagi limbah cair sangat diutamakan agar tidak mencemari
lingkungan (Mardana, 2002).
B. Pengertian DHL, BOD dan COD.
a. DHL(Daya Hantar Listrik)
Daya hantar listrik merupakan kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik, yang
tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada saat pengukuran.
Konduktifitas limbah cair dalam mengalirkan arus listrik bergantung pada mobilitas ion
dan kadar yang terlarut didalam air limbah tersebut (senyawa anorganik> konduktor
senyawa organik). Daya hantar listrik didefinisikan sebagai kemampuan dari air
menghantarkan arus listrik. Kemampuan ini bergantung pada kosentrasi yang terion
dalam air. Adanya CO2 dari udara yang terabsorpsi oleh air menyebabkan bertambahnya
harga DHL (Saeni,1989).
DHL dapat dikatakan sebagai penetapan pendahuluan pemeriksaan kualitas air.
Dengan mengetahui besarnya DHL, secara garis besar jumlah mineral yang ada didalam
air dapat diketahui. Jika DHL nya tinggi, maka kadar mineralnya tinggi sebaliknya jika
DHL nya rendah, maka kadar dalam air rendah pula. DHL / konduktivitas diukur dengan
5
alat conductivity-meter digital, dimana satuan yang digunakan adalah micro mohs per
centimeter0C. satuan yang lebih umum digunakan adalah micrisiemens (ms). Untuk
mengantarkan arus listrik, ion-ion bergerak dalam larutan memindahkan muatan listriknya
yang bergantung pada ukuran interaksi antara ion dalam larutan (Saeni, 1989)
Nilai daya hantar listrik untuk berbagai jenis air, meliputi :
1. Air destilasi (akuades) 0,5 5,0 ms.
2. Air hujan 5,0 30 ms.
3. Air tanah segar 30 200 ms.
4. Air laut 1500 5500 ms.
5. Air garam > 100.000 ms (Hanief, 2008).
Nilai konduktivitas merupakan fungsi antara temperatur jenis, ion-ionterlarut dan konsentrasi
ion terlarut. Peningkatan ion-ion yang terlarutmenyebabkan nilai konduktivitas air
juga meningkat. Sehingga dapatdikatakan nilai konduktivitas yang terukur
merefleksikan konsentrasi ionterlarut dalam air. Berdasarkan daya hantar listrik,
larutan terbagi menjadi 2golongan :
1. Larutan elektrolita.
a. Dapat menghantarkan daya listrik
b. Terjadinya proses ionisasi
2. Larutan no-elektrolit
a. Tidak dapat mengantarkan listrik
b. Tidak terjadi ionisasi
c. Lampu menyala redup (Hanief,2008)
6
b. BOD dan COD
Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari
kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan mahluk
hidup lainnya yang ada di darat yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat
bertahan hidup, karena air yang tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan
kehidupan bagi mikroorganisme, ikan dan hewan air lainnya.
Untuk memenuhi kehidupannya, manusia tidak hanya tergantung pada makanan yang
berasal dari daratan saja (beras, gandum, sayuran, buah dan daging), akan tetapi juga
tergantung pada makanan yang berasal dari air (ikan, kerang, cumi-cumi dan rumput laut).
Tanaman yang ada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari melakukan fotosintesis
yang menghasilkan oksigen dimana oksigen yang dihasilkan akan larut di dalam air.
Selain itu, oksigen yang ada di udara dapat masuk pula ke dalam air melalui proses difusi
yang secara lambat menembus permukaan air. Konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam
air tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri, kejenuhan air dapat disebabkan oleh
koloidal yang melayang di dalam air oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam
air, selain itu suhu air dan tekanan udara juga dapat mempengaruhi konsentrasi oksigen
yang terlarut di dalam air dikarenakan tekanan udara mempengaruhi kecepatan difusi
oksigen dari udara ke dalam air (Rezki. 2010).
Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak pula terhadap keadaan air
lingkungan, baik air sungai, air laut, air danau maupun air tanah. Dampak ini disebabkan
oleh adanya pencemaran air yang disebabkan oleh berbagai faktor. Pada umumnya air
lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah, hal dikarenakan
oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah/
7
mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap
(yang ditandai dengan bau busuk).
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat
rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme
untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang
mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Selain dari itu, bahan buangan
organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam air organik yang ada di
dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya. Bahan
buangan organik biasanya berasal dari industri kertas, industri penyamakan kulit, industri
pengolahan bahan makanan (seperti industri pemotongan daging, industri pengalengan
ikan, industri pembekuan udang, industri roti, industri susu, industri keju dan mentega),
bahan buangan limbah rumah tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran hewan
dan kotoran manusia dan lain sebagainya (Habib. 2011).
Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
darifotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan
sangatberperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air.
Oksigenterlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan
kebutuhanoksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam
analisiskualitas air (Ficca, 2009).
Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat ditentukan
seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi. Dapat diketahui dengan
menggunakan uji COD dan BOD.
8
BOD singkatan dari Biochemical Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen biologi
untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan didalam air limbah oleh mikroorganisme.
Dalam hal ini bungan organik akan dioksidasi oleh mikroorganisme didalam air limbah,
proses ini adalah alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen
yang cukup.
Sedangkan COD (Chemical Oxygen Demand) atau oksigen kimia untuk reaksi oksidasi
terhadap bahan buangan didalam air, dalam hal ini bahan buangan organik akan
dioksidasi oleh bahan kimia yang digunakan sebagai sumber oksigen oxidizing agent
(Habib. 2011).
C. Sumber Limbah Industri Tahu
Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi dua bentuk limbah, yaitu limbah
padat dan limbah cair. Limbah padat industri pengolahan tahu berupa kotoran hasil
pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel pada
kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Ampas tahu
yang terbentuk besarannya berkisar antara 25%-35% dari produk tahu yang dihasilkan.
Ampas tahu masih mengandung kadar protein cukup tinggi sehingga masih dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak dan ikan, misalnya ikan bandeng. Salah satu
sifat dari ampas tahu ini adalah mempunyai sifat yang cepat tengik (basi dan tidak tahan
lama) serta menimbulkan bau busuk kalau tidak cepat dikelola.
Limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu sebagian besar adalah cairan
kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih (whey). Cairan ini
mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai.
9
D. Parameter Limbah Industri Tahu
Limbah cair industri tahu merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan.
Beban pencemaran yang ditimbulkan menyebabkan gangguan serius terutama untuk
perairan di sekitar industri tahu. Mengingat asal air buangan berasal dari proses yang
berbeda-beda, maka karakteristiknya berbeda-beda pula. Untuk air buangan yang berasal
dari pencucian dan perendaman nilai cemarnya tidak begitu tinggi sehingga masih dapat
dibuang ke perairan. Sedangkan untuk air buangan yang berasal dari proses pemasakan
nilai cemarnya cukup tinggi, dengan demikian harus diolah terlebih dahulu sebelum
dibuang ke perairan. Pada umumnya limbah cair pabrik tahu ini langsung dibuang ke
sungai melalui saluran-saluran. Bila air sungai cukup deras dan lancar serta pengenceran
cukup (daya dukung lingkungan masih baik) maka air buangan tersebut tidak
menimbulkan masalah. Tetapi bila daya dukung lingkungan sudah terlampaui, maka air
buangan yang banyak mengandung bahan-bahan organik akan mengalami proses
peruraian oleh jasad renik dapat mencemari lingkungan. Parameter air limbah tahu yang
biasanya diukur antara lain temperatur, pH, padatan-padatan tersuspensi (TSS) dan
kebutuhan oksigen (BO dan COD).
Parameter Kualitas Air
Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah suatu analisis empiris yang mencoba
mendekati secara global proses biologis yang terjadi didalam air. Angka BOD adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi) hampir
semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air.
Penentuan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan
penduduk atau industri (Gunawan,2006). Dasar uji BOD adalah kemampuan metabolik
10
mikroorganisme yang ditambahkan sebagai agen pendegradasi. Semakin tinggi BOD,
maka semakin banyak bahan organic yang terkandung dalam air. Chemical Oxygen
Demand (COD) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa
organik secara kimiawi (Milasari,2010). COD merupakan uji yang dilakukan untuk
menentukan kandungan senyawa organic biodegradable (mudah terurai) dan non-
biodegradable (tidak mudah terurai) (Kuamar,2010). Tes COD digunakan untuk
menghitung kadar bahan organik yang dapat dioksidasi secara kimia dengan
menggunakan dikromat dalam media asam ((Metcalf and Eddy, 2003).).
Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat (pasir, lumpur,
dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa
komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun
komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikelpartikel anorganik (Edwar,2003)
Total Dissolved Solid atau padatan terlarut adalah padatanpadatan yang mempunyai
ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi. Bahan-bahan terlarut pada perairan alami
tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang
selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari dan mempengaaruhi proses
fotosintesis diperairan (Azwir,2006). Derajat keasaman (pH) merupakan istilah yang
digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan. pH
merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan
mikroorganisme dalam air (Sutrisno,2007).
11
E. Karakteristik Limbah Industri Tahu
Limbah cair baik domestik maupun non domestic mempunyai beberapa karakteristik
sesuai dengan sumbernya, dimana karakteristik limbah cair dapat digolongkan pada
karakteristik fisik, kimia, dan biologi sebagai berikut (Metcalf and Eddy, 2003) :
a. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik air limbah yang perlu diketahui adalah total solid, bau, temperatur,
densitas, warna, konduktivitas dan turbidity (Metcalf and Eddy, 2003).
1. Total solid
Total solid adalah semua materi yang tersisa setelah proses evaporasi pada suhu
103oC- 105oC. Karakteristik yang bersumber dari saluran air domestik, industri, erosi
tanah, dan infiltrasi/inflow ini dapat menyebabkan bangunan pengolahan penuh dengan
sludge dan kondisi anaerob dapat tercipta sehingga mengganggu proses pengolahan.
2. Bau
Karakteristik ini bersumber dari gas-gas yang dihasilkan selama dekomposisi bahan
organic dari air limbah atau karena penambahan suatu substrat ke air limbah.
3. Temperatur
Temperatur air mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di dalam air. Semakin
tinggi temperatur air kandungan oksigen dalam air berkurang atau sebaliknya.
4. Density
Density adalah perbandingan antara massa dengan volume yang dinyatakan sebagai
slug/ft3 (kg/m3).
12
5. Warna
Air limbah yang berwarna, banyak menyerap oksigen dalam air, sehingga dalam
waktu lama akan membuat air berwarna hitam dan berbau. Pada kenyataannya
pencemaran oleh zat warna juga dapat menyebabkan gangguan estetika lingkungan.
6. Kekeruhan (Turbidity)
Turbidity atau dikenal sebagai kekeruhan ini diukur dengan perbandingan antara
intensitas cahaya yang dipendarkan oleh sampel air limbah dengan cahaya yang
dipendarkan oleh suspense standar pada konsentrasi yang sama.
b. Karakteristik Kimia
Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perlu diidentifikasi yaitu, bahan
organik, anorganik, dan gas (Metcalf and Eddy, 2003).
1) Bahan organik
Pada air limbah bahan organik bersumber dari hewan, tumbuhan, dan aktivitas
manusia. Bahan organik itu sendiri terdiri dari C, H, O, N dan walaupun banyak sekali
jenis bahan organik, yang menjadi karakteristik kimia adalah protein, karbohidrat, lemak
dan minyak, surfaktan, Volatile Organic Compound (VOC), pestisida dan fenol, dimana
sumbernya adalah limbah domestik, komersil, industri kecuali pestisida yang bersumber
dari pertanian dan fenol dari industri.
2) Bahan anorganik
Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh asal air limbah. Pada
umumnya berupa senyawa-senyawa yang mengandung logam berat, senyawa-senyawa
anorganik yang bersifat asam kuat dan basa kuat, senyawa fosfat, senyawa-senyawa
13
nitrogen (amonia, nitrit, dan nitrat), dan juga senyawa-senyawa belerang (sulfat dan
hidrogen sulfida).
3) Gas
Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah adalah nitrogen
(N2), oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen sulfide (H2S), amonia (NH3), dan karbon
dioksida (CO2).
c. Karakteristik Biologi
Pada air limbah, karaktreristik biologi menjadi dasar untuk mengontrol timbulnya
penyakit yang dikarenakan organisme patogen. Karakteristik biologi tersebut seperti
bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat dalam dekomposisi dan stabilisasi
senyawa organic (Metcalf and Eddy, 2003).
Limbah cair industri tahu merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan.
Karakteristik air buangan yang dihasilkan berbeda karena berasal dari proses yang
berbeda. Karakteristik buangan industry tahu meliputi dua hal, yaitu karakteristik fisika
dan kimia. Karakteristik fisika meliputi padatan total, padatan tersuspensi, suhu, warna,
dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas. Suhu air
limbah tahu berkisar 37- 45°C; kekeruhan 535-585 FTU; warna 2.225-2.250 Pt.Co;
amonia 23,3-23,5 mg/1; BOD5 6.000-8.000 mg/1 dan COD 7.500-14.000 mg/1
(Kaswinarni, 2007).
14
Karakteristik limbah cair industri tahu antara lain:
Temperatur
Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu yang
meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan
oksigen dan gas
lain, kerapatan air, viskositas, serta tegangan permukaan. Suhu limbah cair yang
dihasilkan dari proses pencetakan tahu 30°C-35°C dan sekitar 80°C-100°C dari air bekas
merebus kedelai.
pH
Nilai pH air digunakan untuk mengekpresikan kondisi keasaman (konsentrasi ion
hidrogen) air limbah. Skala pH berkisar antara 1-14; kisaran nilai pH 1-7 termasuk
kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan pH 7 adalah kondisi netral.
TSS (Total Suspended Solid)
Padatan-padatan tersuspensi/TSS (Total Suspended Solid) digunakan untuk
menentukan kepekatan air limbah, efisiensi proses dan beban unit proses. Pengukuran
yang bervariasi terhadap konsentrasi residu diperlukan untuk menjamin kemantapan
proses kontrol.
BOD dan COD
Kebutuhan oksigen dalam air limbah ditunjukkan melalui BOD dan COD. BOD
(Biological Oxygen Demand) adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah
oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai
atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Metcalf and Eddy, 2003).
COD (Chemical Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen dalam proses oksidasi secara
15
kimia. Nilai COD akan selalu lebih besar daripada BOD karena kebanyakan senyawa
lebih mudah teroksidasi secara kimia daripada secara biologi.
Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein,
karbohidrat, lemak dan minyak. Senyawa-senyawa berupa protein dan karbohidrat
memiliki jumlah yang paling besar yaitu 40%-60% dan 25%-50% sedangkan lemak 10%.
Komponen terbesar dari limbah cair tahu yaitu protein (N-total) sebesar 226,06- 434,78
mg/l, sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan perairan akan meningkatkan
total nitrogen di perairan tersebut.
Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah tahu adalah gas nitrogen (N2), amonia
(NH3), Oksigen (O2), hidrogen sulfida (H2S), karbondioksida (CO2) dan metana (CH4).
Gasgas tersebut berasal dari dekomposisi bahanbahan organik yang terdapat di dalam air
buangan.
F. Dampak Limbah Cair
Limbah organik mengandung sisa-sisa bahan organik, detergen, minyak dan kotoran
manusia.Limbah ini dalam skala yang kecil tidak akan terlalu mengganggu, akan tetapi
dalam jumlah besar sangat merugikan. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan limbah
cair adalah sebagai berikut:
1. Gangguan terhadap kesehatan manusia.Gangguan limbah cair terhadap kesehatan
manusia dapat disebabkan oleh kandungan bakteri, virus, senyawa nitrat, beberapa bahan
kimia dari industri dan jenis pestisida yang terdapat dari rantai makanan, serta beberapa
kandungan logam seperti merkuri, timbal dan kadmium. Beberapa senyawa dapat
menyebabkan gangguan atau kerusakan genetic dan sistem reproduksi manusia, misalnya
pestisida serta beberapa zat kimia yang berasal dari industri dan senyawa radio aktif.
16
2. Gangguan terhadap keseimbangan ekosistem. Kerusakan terhadap tanaman dan
binatang yang hidup pada perairan disebabkan oleh eutrofikasi dan pertumbuhan tanaman
yang berlebihan. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi pencemar yang tinggi dan
menyebabkan penurunan oksigen terlarut karena terjadi dekomposisi dan fermentasi
terhadap limbah cair yang memerlukan oksigen sebagai komponen utama, sedangkan
sinar matahari terhalangi untuk masuk ke dalam air. Kurangnya sinar matahari
menghambat terjadinya proses fotosintesis.
3. Gangguan terhadap estetika dan benda. Gangguan kenyamanan dan estetika berupa
warna, bau dan rasa. Kerusakan benda yang disebabkan oleh garam-garam terlarut seperti
korosif atau karat, air berlumpur, menyebabkan menurunnya kualitas tempat-tempat
rekreasi dan perumahan akibat bau serta eutrofikasi.
Herlambang (2002) menyatakan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran
bahan organik limbah industri tahu adalah gangguan terhadap kehidupan biotik yang
disebabkan oleh meningkatnya kandungan bahan organik. Selama proses metabolisme
oksigen banyak dikonsumsi, sehingga apabila bahan organik dalam air sedikit, oksigen
yang hilang dari air akan segera diganti oleh oksigen hasil proses fotosintesis dan oleh
reaerasi dari udara. Apabila konsentrasi beban organik terlalu tinggi, maka akan tercipta
kondisi anaerobik yang menghasilkan produk dekomposisi berupa amonia,
karbondioksida, asam asetat, hirogen sulfida, dan metana. Senyawa-senyawa tersebut
sangat toksik bagi sebagian besar hewan air, dan akan menimbulkan gangguan terhadap
keindahan (gangguan estetika) yang berupa rasa tidak nyaman dan menimbulkan bau.
Bila kondisi anaerobik tersebut dibiarkan maka air limbah akan berubah warnanya
menjadi cokelat kehitaman dan berbau busuk. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai
17
maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan sebagai pemenuh kebutuhan
sehari-hari maka akan menimbulkan gangguan kesehatan berupa penyakit gatal, diare,
kolera, radang usus dan penyakit lainnya, khususnya yang berkaitan dengan air yang kotor
dan sanitasi lingkungan yang tidak baik (Kaswinarni, 2007).
Effendi (2000) mengemukakan bahwa oksigen adalah salah satu gas yang ditemukan
terlarut pada perairan. Kadar oksigen terlarut di perairan bervariasi bergantung pada suhu,
salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfir.
Menurut Sedana (2001), oksigen terlarut merupakan parameter yang sangat penting
dalam kehidupan organisme. Setiap organisme membutuhkan oksigen untuk respirasi dan
digunakan dalam proses metabolisme.
Kandungan oksigen terlarut alami suatu perairan sangat menentukan penyebaran
hewan-hewan yang hidup di dalamnya. Pada perairan yang kandungan oksigen terlarutnya
rendah, biasanya hanya dihuni oleh beberapa spesies tertentu. (Nurdin, 1999)
Sastrowijaya (1991) menyatakan bahwa kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran
untuk menentukan mutu kehidupan di air. Kehidupan dapat bertahan jika oksigen terlarut
minimal 5 mg oksigen terlarut setiap liter air (5 mg/L), selebihnya tergantung pada
ketahanan organisme, kehadiran pencemar dan suhu air.
Kandungan karbondioksida bebas di udara adalah sekitar 0,03 0/0. Kandungan
karbondioksida bebas dalam air murni pada tekanan 1 atm dan temperatur 250C adalah
sekitar 0,4 mg/L. (Wardoyo, 1981).
Menurut Boyd (1982), kandungan karbondioksida bebas yang terdapat di dalam
perairan merupakan hasil proses difusi karbondioksida dari udara dan proses respirasi
18
organisme akuatik dan di dasar perairan karbondioksida juga dihasilkan dari proses
dekomposisi.
Konsentrasi karbondioksida bebas yang baik adalah tidak lebih dari 25 mg/L dan tidak
kurang dari 10 mg/L. Karbondioksida bebas merupakan gas yang dibutuhkan oleh
tumbuh-tumbuhan air-renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis (Kordi,
1996). Namun, menurut Pescod (1973), karbondioksida bebas juga termasuk salah satu
gas yang terdapat di dalam air yang dapat meracuni kehidupan ikan dan hewan-hewan air
lain.
Nurdin (1999) menyatakan bahwa kandungan karbondioksida bebas sebesar 12 mg/L
menyebabkan stres pada ikan, pada kandungan 30 mg/L beberapa ikan mati dan pada
kandungan 100 mg/L hampir semua organisme mati.
Pada umumnya, perairan alami mengandung CO2 bebas > 2 mg/L yang pada
konsentrasi tinggi dapat beracun, karena keberadaannya dalam darah dapat menghambat
pengikatan oksigen oleh hemoglobin. (Zonnevell, 1991)
Demikian maka Ntac (1986) menganjurkan agar kadar karbondioksida bebas tidak
boleh lebih dari 25 mg/L dengan catatan oksigen terlarutnya cukup tersedia. Selanjutnya
Boyd (1982) mengemukakan bahwa ikan mempunyai toleransi terhadap konsentrasi CO2
lebih dari 5 mg/l.
G. Prinsip Pemeriksaan BOD dan COD
COD (Chemical Oxygen Demand = Kebutuhan Oksigen Kimia) adalah jumlah oksigen
(mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organic yang ada dalam sampel air,
dimana pengoksidasi K2 Cr2 O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent).
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara
19
alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Anonim, 2011).
Oksidi-reduktometri merupakan salah satu macam titrasi. Oksidi-reduktometri adalah
metode titrimetri berdasarkan reaksi reduksi dan oksidasi dari titran dan titrat. Oksidi-
reduktometri digunakan untuk analisis logam dalam suatu persenyawaan dan analisis
senyawa organik. Oksidimetri adalah teknik titrasi yang menggunakan titran sebagai suatu
oksidator. Salah satu teknik ini adalah permanganometri. Pada metode ini, titran yang
digunakan adalah ion permanganat, khususnya dalam bentuk garam kalium permanganat.
Ion permanganat bertindak sebagai oksidator dengan hasilreaksi berupa ion Mn 2+
(Rezki, 2010).
Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) adalah
suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis
yang benar-benar terjadi di dalam air Sedangkan angka BOD adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organik
yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air. Melalui kedua cara
tersebut dapat ditentukan tingkat pencemaran air lingkungan (Habib, 2011).
Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat bereaksi dengan
I- (iodide) untuk menghasilkan iod, iod yang terbentuk secara kuantitatif dapat dititrasi
dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka titrasi iodometri adalah dapat
dikategorikan sebagai titrasi kembali. Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang
dinamakan iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode
titrasi iodometri tak langsung (kadang-kadang dinamakan iodometri), adalah berkenaan
dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Dinda, 2010).
20
Perbedaan dari kedua cara uji oksigen terlarut di dalam air secara garis besar yaitu
chemical oxygen demand adalah kapasitas air untuk menggunakan oksigen selama
peruraian senyawa organik terlarut dan mengoksidasi senyawa anorganik seperti amonia
dan nitrit. Sedangkan biological (biochemical) oxygen demand adalah kuantitas oksigen
yang diperlukan oleh mikroorganisme aerob dalam menguraikan senyawa organik
terlarut. Jika BOD suatu air tinggi maka dissolved oxygen (DO) menurun karena oksigen
yang terlarut tersebut digunakan oleh bakteri.
Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh
banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan
disamping paramter lain seperti BOD dan COD. Di dalam air, oksigen memainkan
peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih
sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti
komponen organik sehinggazat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga
diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses
metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam
menguraikan kandungan dalam air (Rizki, 2010).
Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan
mengamati beberapa parameter kimia seperti aksigen terlarut (DO). Semakin
banyak jumlah DO (dissolved oxygen ) maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut yang
terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang
mungkin saja terjadi.
Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi.Oksigen terlarut dibutuhkan oleh
semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
21
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga
dibutuhkan untuk oksidasibahan ± bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.
Sumber utama oksigen. dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara
bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000).
H. Propil UPT Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu
UPT Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu merupakan
Laboratorium Pemerintahan Provinsi Bengkulu binaan Kementrian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia, yang akan dikembangkan sebagai laboratorium Lingkungan di
Propinsi Bengkulu.
Tugas dan fungsi Laboratorium Lingkungan Provinsi berdasarkan pembagian tugas
dan fungsi laboratorium binaan Kementrian Lingkungan Hidup adalah sebagai:
1. Pembinaan Laboratorium Lingkungan Kabupaten /Kota
2. Penyelenggaraan Uji Profensiensi parameter uji lingkungan bagi Laboratorium
Kabupaten/Kota
3. Kalibrasi peralatan Laboratorium Lingkungan
4. Pengembangan metode uji parameter lingkungan
5. Pengambilan dan pengujian contoh uji (sampel) dalam rangka:
a. Penangan kasus lingkungan
b. Pelayanan jasa laboratorium
c. Pengawasan penataan lingkungan meliputi : proper, Amdal (UKL/UPL,Iklim
lingkungan)
d. Pemantauan lingkungan meliputi : pemantauan penataan (Emisi gas buang sumber
tidak bergerak, emisi gas buangan sumber bergerak, udara ambient, air limbah, badan air
22
(sungai, waduk, danau) penerima air limbah, kebisingan lingkungan suatu usahadan/atau
kegiatan) dan pemantauan kualitas lingkunga:
Kualitas air (sungai, danau, waduk, laut)
Kualitas udara ambient (AQMS), metode manual, metode fasif
Kualitas tanah
Kebisingan lingkunga
Dalam rangka mengemban tugas dan fungsi sebagai Laboratorium LingkunganProvinsi
Bengkulu, maka UPT Laboratorium BLH Provinsi Bengkulu sedang melakukan
pengembangan untuk menjadi Laboratorium Lingkungan (yang Terakreditas dan
Teregistrasi) dibawah binaan pusat sarana pengendalian Dampak Lingkungan
(PUSARPEDAL) Kemetrian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Dalam rangka memberikanpelayana jasa Laboratorium BLH juga dikembangkan untuk
dapat melakukan pelayanan jasa pengujian kualitas lingkungan kepada dunia usaha dan
masyarakat umum secara professional dan mandir.
23
BAB III
METODELOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL
Sampel dari Limbah cair pabrik tahu dan dianalisa pada tanggal 8 Febuari 2013 sampai
dengan 11 febuari 2013 di UPT Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Provinsi
Bengkulu. Parameter yang dianalisis yaitu: pH, DHL, BOD dan COD. Alat dan bahan
yang di gunakan dalam analisa adalah sebagai berikut:
3.2 Alat dan Bahan
A. Alat dan Bahan analisa DHL
Weter Qualiti Control
Limbah cair pabrik tahu
B. Alat dan Bahan analisa BOD
Botol winkler
Buret dan statis
Botol sprot
Botol aqua sedang
Corong
Bola isap
Erlemeyer
Pipet volumetrik
Pipet tetes
Pendingin
24
Limbah cair pabrik tahu
Aquades
Larutan Baku Natrium Tiosulfat (Na2S2O3.5H2O) 0,025 M
Larutan Alkali Iodida Azida
Larutan Amilum
Larutan Mangan Sulfat (MnSO4)
Asam sulfat (H2SO4)
Tissue
C. Alat dan Bahan analisa COD
Digestion vessel
Pemanas
Mikroburet
Labu ukur 100 ml dan 1000 ml
Pipet volumetrik 5,0 ml; 10 ml dan 25 ml
Pipet ukur 5ml; 10 ml dan 25 ml
Erlemeyer
Gelas piala
Magnetik stirrer
Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.
Limbah cair pabrik tahu
Aquades
Larutan pereaksi asam sulfat;
25
Larutan 10,12 g serbuk atau kristal Ag2SO4 kedalam 1000 ml H2SO4 pekat. Aduk
hingga larut.
Larutan baku kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,01667 M (0,1 N) (digestion solution)
Larutan indikator ferroin
Larutan ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05 M
Asam sulfamat (NH2SO4H)
Larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat
Tissue
26
3.3 Cara Kerja
Adapun semua alat tersebut harus steril sebelum digunakan. Untuk membersihkan
alat tersebut perlu dilakukan dengan cara :
A. Analisa DHL
27
Siapkan semua peralatan yang akan digunakan
Cuci semua alat tersebut dengan menggunakan sabun bebas analit
Bilas hingga bersih dengan air yang bersih
Bilas lagi dengan aquades
Masukkan kedalam oven dengan suhu 500 C
Setelah kering, alat siap untuk digunakan
Mencelupkan elektroda kedalam larutan standar KCL 0,01 M
Membilas elektroda dengan akuades
Mencelupkan elektroda pada larutan sampel
Mencatat nilai yang ditunjukan pada layar
Membilas elektroda dengan akuades
B. Analisa BOD dengan titrasi
+ 1ml Alkali Iodida azida
+ 1ml Managan Sulfat (MnSO4)
+ 1 ml H2SO4
+ Amilum 1 % beberapa tetes
C. Analisa COD
28
Sampel Limbah Cair Tahu dalam botol winkler
Kocok-kocok hingga homogeny dan biarkan mengendap berwarna merah bata
Masukkan 50 ml sampel kedalam Erlemeyer 250 ml
Titrasi dengan Na2S2O3 0,025 N Sampai warna biru muda
Titrasi lagi dengan Thio Sulfat sampai Warna Biru muda menghilang
+ digestion solusion
+ pereaksi Asam sulfat
+ 1-2 tetes indicator ferroin
BAB IV
29
Masukkan 5 ml sampel kedalam tabung reaksi
Tutup tabung dan kocok perlahan samapai homogen
Panaskan
Dinginkan
Masukkan sampel kedalam Erlemyer 250 ml
Titrasi dengan larutan baku FAS 0,05 MSampai berubah warna dari hijau-biru menjdi
coklat-kemerahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pada analisa sampel Limbah Cair pabrik Tahu parameter-parameter yang
digunakan untuk mengukur Limbah Cair Tahu yaitu: DHL, BOD dan COD hasil
analisa sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil analisa
No Parameter Satuan Baku mutu Hasil Analisa Metode Analisa
1. DHL MS 0,99
2. BOD mg/l 100 119,2* SNI 06-6989.72-
2009
3. COD mg/l 300 374,4* SNI 6989.37:2009
Ket: * diatas batas
** dibawah batas
B. perhitungan
30
Dik:
Vb : 5,3 ml
Vs : 0,1 ml
COD = (A-B) x N Na 2S2O3 x 8.000
Volume Sampel
Nilai COD = (5.3- 0,1) x 0,045 x 8.000
5
= 374,4 mg/l
C. Pembahasan
31
Pada analisa sampel limbah cair pabrik tahu dilaboratorium UPT Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Bengkulu. Parameter-parameter yang digunakan dalam analisa pada
limbah cair tahu yaitu ; Daya Hantar Listrik (DHL), BOD (Biological Oxygen Demand)
dan COD (Chemycal Oxygen Demand. Berdasarkan hasil analisa pada table diatas
limbah cair dari pabrik tahu memiliki nilai Daya Hantar Listrik (DHL) yaitu, 0,99
ms/cm. DHL (Daya Hantar Listrik) atau konduktivitas yang merupakan gambaran dari
kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Semakin banyak garam mineral yang
terlarut, asam, basah dan berbentuk ion, maka seamakin tinggi pula nilai DHL. Pada
limbah cair tahu memiliki nilai konduktivitas yang kecil . Hal ini disebabkan limbah cair
tahu banyak mengandung bahan organik. Bahan organic seperti sukrosa dll merupakan
penghantar listrik yang buruk(Prawijimuri,2005)
32
Hasil analisa parameter BOD (Biochemical Oxygen Demand) pada limbah cair tahu
dengan menggunakan metode SNI 06-6989.72-2001 dilaboratorium UPT Badan
Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu didapat hasil BOD sebesar 119,2 ml/L. Nilai
BOD pada sampel Limbah cair tahu yaitu 119,2 mg/l maknanya bahwa jumlah oksisgen
yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hamper semua zat organic yang
terlarut dan sebagian zat-zat organic yang tersuspensi dalam 1 liter sampel limbah cair
tahu secara biologi sebesar 119,2 ml/l. Berdasarkan Baku Mutu Keputusan Gubenur
Bengkulu No. 92 Tahun 2001 Tentang Penetapan Baku Mutu Limbah Cair bagi
Kegiatan Industri dan Usaha lain, di Provinsi Bengkulu. Baku mutu Limbah Cair untuk
Kegiatan Industri Tahu dan kecap/tempe adalah 100 ml/l. Dari nilai BOD pada limbah
cair pabrik tahu yang dianalisa dilaboratorium UPT Badan Lingkungan Hidup Provinsi
Bengkulu memiliki nilai BOD yang lebih besar,dari nilai Baku Mutu yang
dipersyaratkan. BOD (Biological Oxygen Demand) adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya
bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik
(Metcalf and Eddy, 2003).
Hasil analisis parameter COD pada limbah cair tahu yang di analisa
dilaboratorium UPT Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu dengan menggunakan
metode SNI 6989.73 : 2001 didapat hasil COD sebesar 374,4 ml/L. Nilai COD pada
sampel limbah cair tahu yaitu 374,4 ml/ l yang bermakna bahwa jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organic yang ada dalam 1 liter sampel limbah
cair tahu secara kimia adalah sebesar 374,4 ml/l . Berdasarkan Baku Mutu Keputusan
Gubenur Bengkulu No. 92 Tahun 2001 Tentang Penetapan Baku Mutu Limbah Cair
33
bagi Kegiatan Industri dan Usaha lain, di Provinsi Bengkulu. Baku mutu Limbah Cair
untuk Kegiatan Industri Tahu dan kecap/tempe adalah 300 ml/l. Dari nilai COD pada
limbah cair pabrik tahu yang dianalisa dilaboratorium UPT Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Bengkulu memiliki nilai COD yang lebih besar, dari nilai Baku Mutu yang
dipersyaratkan. COD (Chemical Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen dalam
proses oksidasi secara kimia. Nilai COD akan selalu lebih besar daripada BOD karena
kebanyakan senyawa lebih mudah teroksidasi secara kimia daripada secara biologi.
Kandungan COD merupakan kandungan bahan pencemar berupa senyawa kimia
yang menyerap oksigen terlarut (DO) dalam air yang digunakan untuk keperluan
oksidasi dan mengubahnya menjadi bentuk senyawa lain. Dengan tingginya kadar bahan
kimia yang menyerap oksigen terlarut dalam air dapat menyebabkan biota-biota yang
hidup dalam air seperti ikan dan hewan lainnya mengalami kekurangan oksigen, yang
akan berakibat menurunkan daya hidup biota tersebut, sehingga jelas bahwa
karakteristik limbah cair tahu yang mengandung kadar BOD dan COD lebih besar dari
nilai standar baku mutu yang dipersyaratkan. Apabila BOD dan COD melewati ambang
batas memiliki bahaya dan berpengaruh pada kehidupan biota air, yang nantinyadapat
menyebabkan kematian pada biota air. Kadar BOD dan COD yang tinggi juga
menunjukan tingkat pencemaran yang tinggi baik yang bersifat biologi dan bahan kimia,
karena semakin tinggi kadar pencemaran semakin tinggi pula kadar oksigen yang
digunakan oleh mikroorganisme pengurai untuk menguraikan bahan pencemar didalam
limbah cair tahu. Pencemaran yang tinggi dapat menjadi sumber penyakit bagi
masyarakat sekitar industry tahu atau tempe. Sehingga apabila limbah tersebut langsung
dibuang secara langsung kebadan penerima tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu
34
sehingga akan berdampak pada masyarakat di sekitar industri pengolahan tahu
merasakan bau busuk sebagai akibat dari adanya kondisi anaerobic yang menghasilkan
karbondioksida dan hydrogen sulfida.
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Hasil analisa dari limbah cair pabrik tahu yang dianalisa dilaboratorium UPTD
Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu didapat nilai DHL, BOD dan COD
sebesar 0,99 ms/cm, 119,2 ml/l dan 374,4 ml/l.
2. Nilai DHL air limbah pabrik tahu yang dianalisa dilaboratorium UPTD Badan
Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu memiliki nilai konduktivitas yang kecil . Hal
ini disebabkan limbah cair tahu banyak mengandung bahan organik. Bahan organic
seperti sukrosa dll merupakan penghantar listrik yang buruk() sehingga tidak dapat
mengalirkan listrik.
3. Berdasarkan Baku Mutu Keputusan Gubenur Bengkulu No. 92 Tahun 2001
Tentang Penetapan Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri dan Usaha
lain, di Provinsi Bengkulu. Baku mutu Limbah Cair untuk Kegiatan Industri Tahu
dan kecap/tempe . kadar maksimum yang diperbolehkan untuk BOD dan COD
yaitu : 100 ml/l dan 300 ml/l. Bila dibandingkan dengan Baku Mutu yang
dipersyaratkan limbah cair pabrik tahu yang dianalisa dilaboratorium UPTD Badan
Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu memiliki nilai BOD dan COD yang lebih
besar dari nilai Baku Mutu yang dipersyaratkan. Untuk nilai DHL pada limbah cair
memiliki nilai 0,99 ms/cmNilai analisa BOD dan COD pada limbah cair pabrik
tahu yang dianalisa dilaboratorium UPTD Badan Lingkungan Hidup Provinsi
Bengkulu mengandung kadar BOD dan COD yang besar dari Baku Mutu yang
36
dipersyaratkan. Kandungan kadar BOD dan COD yang besar dikarenakan dalam
proses industry tahu masih menggunakan teknik pengelolaan industry tahu yang
sederhana sehingga limbah indusrti tahu yang berupa dadih (whey) banyak
mengandung polutan organic yang tinggi yang sukar didegradasi.
4.2 Saran
1. Untuk menanggulangi dampak limbah cair tahu perlu dilakukan penangana
yang serius.
2. Diperlukan teknologi yang lebih baik lagi dalam memeproduksi tahu agar
diperoleh hasil buangan limbah cair tahu yang sedikit mengandung BOD dan
COD yang besar, agar tidak berdampak pada lingkungan.
3. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dalam proses mengurangi kandungan
BOD dan COD.
37
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius: Yogyakarta.
Kaswinarni, Fibria. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro: Semarang.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
Mardana, Dwi. 2002. Copyright Sinar Harapan 2002. (http://www.sinarharapan. co.id/berita/0110/24/ipt02.html, akses 27 Desember 2010).
Nurhasanah. 2009. Penentuan kadar cod pada limbah pabrik kelapa sawit, pabrk karet
dan domestik. Meda : universitas sumatera utara.
Setyawan, P. 2009. Ikan sebagai Indikator Pencemaran Air . Yogyakarta : Fakultas
Perikanan Yogyakarta.
W. P. Lestari. “Perbedaan EM-4 dan Starbio dalam Menurunkan Kadar TSS dan TDS Limbah Cair Batik Brotojoyo di Desa Karangpilang, Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen”. Universitas Muhammadiyah Surakarta., Surakarta (2008).
W. Jana, N. K. Mardani, Suyasa dan I. W. Budiarsa, “Analisis Karakteristik Sampah Dan Limbah Cair Pasar Badung Dalam Upaya Pemilihan Sistem Pengelolaannya”. ISSN 1907-5626. ECOTROPHIC. VOLUME 1 (2) hal 2 (2006).
E. T. Marlina, Y. A. Hidayati, E. Harlia, “Pengaruh Penambahan Berbagai Starter Pada Proses Pengomposan Limbah Pasar Tradisional Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Total dan Koliform”. Universitas Padjajaran., Bandung, (2011).
N. P. Cheremisinoff, “Biotechnology For Waste And Wastewater Treatment”. USA: Noyes Publications 66 (1996).
A. Husin, “Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan Biofiltrasi Anaerob dalam Reaktor Fixed-Bed”. Universitas Sumatera Utara., Medan (2008).
Y. Gunawan, “Peluang Penerapan Produksi Bersih Pada Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Waste Water Treatment Plant #48, Studi Kasus di PT Badak NGL Bontang”. Universitas Diponegoro., Semarang (2006).
38
N. I. Milasari. “Pengolahan Limbah Cair Kadar Cod Dan Fenol Tinggi Dengan Proses Anaerob Dan Pengaruh Mikronutrient Cu : Kasus Limbah Industri Jamu Tradisional”. Available:http://eprints.undip.ac.id/11892/1/Bab_1-5_skripsi_nurita-sukma.pdf.(2010).
A. Kumar, P. Dhall and K. Rita, “Redefining BOD:COD Ratio Of Pulp Mill Industrial Wastewaters in BOD Analysis by Formulating a Spesific Microbial Seed”. International Biodeterioration and Biodegradation 64 : 197-202 1(2010).
MetCalf and Eddy, “Wastewater Engineering : Treatment, Disposal and Reuse”, 4th edition. New York : McGraw Hill Book Co 93, 563-566 (2003).
M. S. Tarigan, Edward, “Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) di Perairan Raha”. LIPI. Sulawesi Tenggara. Makara, Sains, Vol. 7 (3) 1 (2003).
Azwir, “Analisis Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri oleh Limbah Industri Kelapa Sawit PT. Peputra Masterindo di Kabupaten Kampar”. Universitas Diponegoro., Semarang (2006).
Sutrisno, C. T dan E. suciastuti, “Teknologi Penyediaan Air Bersih”. Rineka Cipta: Jakarta 32, 73 (2002).
Ardeniswan, Y. Mulyati, Tontowi dan A. Rahman, ”Evaluasi KembaliMetode Analisis Untuk Penetapan Nilai BOD Di Indonesia”, Buletin IPT. Vol III (2) 3-4 (1997).
APHA AWWA, WEF, “Standart of Methods For The Examination of Water And Waste Water”. 20 th Edition (1998).A. Yani. “Pengaruh Penerapan Prosedur Pengujian Pada Temperatur Ruang Terhadap Nilai Kebutuhan Oksigen Biokimia (KOB)”. Universitas Sumatera Utara., Medan (2009).
39
40
41