Download - Contoh Ptk Slb

Transcript
Page 1: Contoh Ptk Slb

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak

perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai

usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan

semakin mengalami kemajuan.

Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di

sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut,

sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan

peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa.

Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem

pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di

bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidikan dapat

dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang

sedang membangun.

Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi

atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran.

Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan

pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai

Page 2: Contoh Ptk Slb

materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral

pembelajaran.

Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah

yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan.

Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif

juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat

siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran

tersebut.

Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan

nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya

yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti

luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,

mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus

mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air,

mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan

dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia

pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas

pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di

antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar,

karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan

meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi

permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal,

Page 3: Contoh Ptk Slb

peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar

yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai

dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.

Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau

cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan

prestasi belajar siswa terkhusus pada siswa yang memiliki keterbelakangan

kemampuan dalam pendengaran atau siswa tuna rungu. Misalnya dengan

membimbing siswa untuk aktif berkomunikasi dalam proses pembelajaran dan

mampu membantu siswa memahami dan menguasai ilmu yang dipelajarinya

sesuai dengan taraf intelektualnya.

Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat

menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu,

guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan

bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga kelemahan

fisik tidak menjadi halangan para siswa untuk berprestasi.  

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah

satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery)

untuk mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat

meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa SLB tuna rungu.

Penulis memilih metode pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk

terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan

pengajaran. Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa lebih

Page 4: Contoh Ptk Slb

aktif dalam memecahkan untuk menemukan, sedang guru berperan sebagai

pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.

Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini

mengambil judul "Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Anak Tuna Rungu

Dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa SLB Negeri Sungai Aur

Pasaman Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran discovery terhadap

motivasi belajar siswa tuna rungu di SLB SLB Negeri Sungai Aur

Pasaman Barat.

2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa tuna rungu dengan

diterapkannya pembelajaran discovery di SLB Negeri Sungai Aur

Pasaman Barat.

C. Tujuan Penelitian  

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa tuna rungu setelah

diterapkan pembelajaran discovery di SLB Negeri Sungai Aur Pasaman

Barat.

Page 5: Contoh Ptk Slb

2. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa tuna rungu setelah 

diterapkannya pembelajaran discovery di SLB Negeri Sungai Aur

Pasaman Barat.

D.  Manfaat Penelitian

            Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1.     Guru SLB, khususnya untuk guru tuna rungu dapat memberikan informasi

tentang cara pmbelajaran yang efektif bagi penunjang prestasi siswa didik.

2. Siswa tuna rungu, meningkatkan intensitas berkomunikasi dan berdikusi

dengan guru dan teman dengan mengembangkan fikiran untuk

meningkatkan motivasi serta prestasi belajar.

3. Sekolah, dapat memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk

mengambil kebijakan di sekolah tersebut.

E.  Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah

peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa tuna rungu.

2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas Dasar IV-B di

SLB Negeri Sungai Aur Pasaman Barat.

3. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran

2011/2012.

Page 6: Contoh Ptk Slb

4. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar

menyimpulkan hasil penyelidikan tentang benda atau gambar yang

diberikan oleh guru untuk diamati.

F.   Definisi Operasional

Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini,

maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut :

1. Metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah : Suatu cara mengajar

yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar

pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri.

Agar anak dapat belaiar sendiri.

2. Motivasi belajar adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif

menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan

mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang

mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan

tertentu.

3. Prestasi belajar adalah : Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai

atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.

Page 7: Contoh Ptk Slb

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery)  

Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund,

discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan

sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut

antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan,

membuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan

sebagainya. Suatu konsep misalnya: segi tiga, panas, demokrasi dan

sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah. Dalam

teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri   atau mengalami proses mental

itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.

Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri)

itu, sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher learning

menjadi situasi student dominated learning. Dengan menggunakan discovery

learning, ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses

kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca

sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas

siswa dalam proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan

sebagai berikut:

Page 8: Contoh Ptk Slb

Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,

memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses

kognitif/pengenalan siswa.

Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual

sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.

Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa.

Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi

yang kuat untuk belajar lebih giat.

Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri

sendiri dengan proses penemuan sendiri.

Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai

teman belajar saja, membantu bila diperlukan. Walaupun demikian

baiknya teknik ini toh masih ada pula kelemahan yang perlu diperhatikan

ialah :

Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara

belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui

keadaan sekitarnya dengan baik.

Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.

Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan

pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti

dengan teknik penemuan.

Page 9: Contoh Ptk Slb

Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini

terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan

perkembangan / pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.

Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir

secara kreatif.

B. Motivasi Belajar  

a.      Pengertian Motivasi

Motivasi adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang

menyebabkan kesiapan-kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah

laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk

menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk

memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan

dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat

sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu

pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk

aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang

yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin

melakukan aktivitas belajar. Karena hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam

Page 10: Contoh Ptk Slb

belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam

mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan

mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Jadi motivasi adalah suatu

kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai

tujuan tertentu.

b.     Macam-macam Motivasi

Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

1)   Motivasi Intrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu,

apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain

sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan

sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi intrinsik

adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu.

Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: 05) ada beberapa strategi

dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut

adalah sebagai berikut: 

Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.

Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran

sebatas yang pokok.

Page 11: Contoh Ptk Slb

Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan

tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.

Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya. 

Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik

adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya

tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi

intrinsik dalam darinya maka secara sadar akan melakukan suatu

kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.

2)    Motivasi Ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar

individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari

orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau

melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar

karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama

di kelasnya (Usman, 2000: 29).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik

adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah

motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari

luar.

Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam

menumbuhkan motivasi intrinsik antara lain:

Page 12: Contoh Ptk Slb

a. Kompetisi (persaingan) : guru berusaha menciptakan persaingan di

antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha

memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan

mengatasi prestasi orang lain.

b. Pace Making (membuat tujuan sementara atau dekat) : Pada awal

kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu

menyampaikan kepada siswa TPK yang akan dicapai sehingga

dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TPK tersebut.

c. Tujuan yang jelas : Motif mendorong individu untuk mencapai

tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu

yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam

melakukan sesuatu perbuatan.

d. Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa

puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan

kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian,

guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak

untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan

bimbingan guru.

e. Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat

yang besar.

f. Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau

belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti

dalam kenyataan bawa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak

Page 13: Contoh Ptk Slb

ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan

diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan

menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai

itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.

Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah

motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena

adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk

mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.

C. Prestasi Belajar

Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.

Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik

menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang

dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.

Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai (dilakukan, dikerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil

pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian

kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang

dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya

setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut

dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian

diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti

Page 14: Contoh Ptk Slb

pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui

sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi

belajar siswa tuna rungu adalah kemampuan siswa untuk dapat melakukan

komunikasi dan mampu mengembangkan pemikirannya setelah melibatkan

secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses

belajar mengajar.

D. Tuna Rungu

Anak tuna rungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran dan

percakapan dengan derajat pendengaran yang berfariasi antara 27dB –40 dB

dikatakan sangat ringan 41 dB – 55 dB dikatakan Ringan, 56 dB – 70 dB

dikatakan Sedang, 71 dB – 90 dB dikatakan Berat, dan 91 ke atas dikatakan

Tuli

Dari ketidakmampuan anak tuna rungu dalam berbicara, muncul pendapat

umum yang berkembang, bahwa anak tuna rungu ialah anak yang hanya tidak

mampu mendengar sehingga tidak dapat berkomunikasi secara lisan dengan

orang dengar. Karena pendapat itulah ketunarunguan dianggap ketunaan yang

paling ringan dan kurang mengundang simpati, dibanding dengan ketunaan

yang berat dan dapat mengakibatkan keterasingan dalam kehidupan sehari-

hari.

Page 15: Contoh Ptk Slb

Batasan ketunarunguan tidak saja terbatas pada yang kehilangan

pendengaran sangat berat, melainkan mencakup seluruh tingkat kehilangan

pendengaran dari tingkat ringan, sedang, berat sampai sangat berat. Menurut

Moores, definisi ketunarunguan ada dua kelompok.

1. Seorang dikatakan tuli (deaf) apabila kehilangan kemampuan mendengar

pada tingkat 70 dB Iso atau lebih, sehingga ia tidak dapat mengerti

pembicaraan orang lain melalui pendengarannya baik dengan ataupun

tanpa alat bantu mendengar. S

2. Seorang dikatakan kurang dengar (hard of hearing) bila kehilangan

pendengaran pada 35 dB Iso sehingga ia mengalami kesulitan untuk

memahami pembicaraan orang lain melalui pendengarannya baik tanpa

maupun dengan alat bantu mendengar.

Heward & Orlansky memberikan batasan ketunarunguan sebagai berikut :

Tuli (deaf) diartikan sebagai kerusakan yang menghambat seseorang untuk

menerima rangsangan semua jenis bunyi dan sebagai suatu kondisi di mana

suara-suara yang dapat dipahami, termasuk suara pembicaraan tidak

mempunyai arti dan maksud-maksud kehidupan sehari-hari. Orang tuli tidak

dapat menggunakan pendengarannya untuk dapat mengartikan pembicaraan,

walaupun sebagian pembicaraan dapat diterima, baik tanpa maupun dengan

alat bantu mendengar.

E. Siswa Tuna Rungu

Page 16: Contoh Ptk Slb

Pada awalnya bagi orang tua yang mempunyai anak dengan masalah

gangguan pendengaran pilihan pertama untuk menyekolahkan anak adalah di

SLB, hal ini disebabkan minimnya pengetahuan orang tua dalam

membesarkan anak dengan gangguan pendengaran, termasuk memberikan

pendidikan. Tapi pada perkembangan selanjutnya banyak kasus yang

membuktikan bahwa anak dengan gangguan pendengaran dapat bersekolah di

sekolah umum hal ini tak lepas dari beberapa faktor yang mendukung

meningkatnya kualitas komunikasi dua arah, yaitu:

1. Kemajuan teknologi alat bantu dengar yang dapat menjangkau semua

tingkat gangguan pendengaran dengan hadirnya teknologi digital, FM

system dll.

2. Kemajuan dunia medis dengan operasi kohlea.

3. Beragamnya metode terapi yang dapat dipilih dan yang dapat disesuaikan

bagi kebutuhan anak seperti speech therapy (terapi wicara), audio verbal

therapy (terapi mendengar) dan Natural Auditory Oral (NAO) dll.

4. Banyak pula orang tua yang berpendapat bahwa SLB adalah sarana

pendidikan yang paling baik bagi anak hal ini disebabkan oleh beratnya

tingkat gangguan pendengaran yang mempengaruhi kemampuan

komunikasi hingga belum dapat berkomunikasi verbal 2 arah yang dengan

baik.

Berikut ini adalah beberapa kasus jenjang pendidikan yang diambil oleh

orang tua dalam menyekolahkan anak dengan gangguan pendengaran :

Page 17: Contoh Ptk Slb

1. Bersekolah di SLB, dari awal pra sekolah, TK hingga pendidikan

menengah atas (SMA) bersekolah di SLB.

2. Bersekolah di SLB kemudian pindah ke sekolah umum, dengan melihat

perkembangan kemampuan komunikasi 2 arah yang makin baik banyak

orang tua berkeyakinan bahwa anak dapat bersekolah di sekolah umum,

biasanya hal ini dimulai selepas dari TK atau SD.

3. Bersekolah di sekolah umum, beberapa kasus menunjukkan bahwa anak

dengan gangguan pendengaran dapat bersekolah di sekolah umum sejak

TK hingga SMA, dengan dibantu dengan terapi yang sesuai dengan

kebutuhan anak secara intensif  sejak balita.

F. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode

Pembelajaran Penemuan (Discovery)

Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat

sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Siswa yang termotivasi untuk belajar

sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam

mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan

materi itu dengan lebih baik (Nur, 2001: 3). Sedangkan prestasi belajar adalah

hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang

dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.

Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu

metode pembelajaran yang memberikan kesempatan dan menuntut siswa

terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan

Page 18: Contoh Ptk Slb

memberikan informasi singkat (Siadari, 2001: 7). Pengetahuan yang diperoleh

dengan belajar penemuan (discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek

transfer yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir

secara bebas. Secara umum belajar penemuan (discovery) ini melatih

keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa

pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan membangkitkan

keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan

jawaban (Syafi'udin, 2002: 19).

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

motivasi dalam pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka

hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan,

akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka

intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi motivasi akan senantiasa

menentukan intensitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa.

G. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran disvovery dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa tuna rungu di SLB Negeri Sungai Aur Pasaman Barat.

2. Penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa tuna rungu di SLB Negeri Sungai Aur Pasaman Barat

Page 19: Contoh Ptk Slb

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat

reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan

perbaikan –perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi

atau situasi pembelajaran.  PTK yaitu suatu kegiatan menguji cobakan suatu

ide ke dalam  praktek atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut

mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar

( Riyanto, 2001).

B. Kehadiran Peneliti

Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut :

1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program

pembelajaran;

Page 20: Contoh Ptk Slb

2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan

wawancara untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan oleh

guru kelas;

3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat dan;

4. Melaporkan hasil penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Sungai Aur

Pasaman Barat yang berlokasi di alamat Jl.lintas ujunggading- simpang empat,

sungai tanang kec. Sungai Aur, Pasaman Barat Sumatera Barat. Lokasi

sekolah ini dapat dijangkau dengan kendaraan angkutan umum, dan sekitar

100 meter di lalui dengan jalan kaki.

D. Data dan sumber

1. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh

dengan mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul

selama diskusi berlangsung dan diklasifikasikan menjadi C1 – C 6. Data

untuk hasil penelitian diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian (test).

2. Sumber data penelitian adalah siswa kelas Dasar IV-B Sebagai obyek

penelitian

E. Prosedur pengumpulan data

Page 21: Contoh Ptk Slb

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik sebagai berikut :

1. Wawancara.

Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan

tindakan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa.

2. Angket.

Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan

informasi terkait dengan respon  atau tanggapan siswa terhadap penerapan

pembelajaran kooperatif.

3. Observasi.

Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir

siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran

berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar

observasi yang telah disusun. Observasi dilakukan oleh 3 orang observer.

4. Test.

Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk

mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test

tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup.

5. Catatan lapangan.

Page 22: Contoh Ptk Slb

Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga

diharapkan semua  data yang tidak termasuk dalam observasi dapat

dikumpulkan pada penelitian ini.

F. Analisis data

1. Kemampuan Berfikir

Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubrik.

Kemudian untuk mengetahui peningkatan skor kemampuan berfikir,

pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan rubrik pada Siklus I

dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan

rubrik pada Siklus II.

Rumus untuk mencari skor klasikal kemampuan bertanya siswa

Skor riil     X      4

Skor maks

Keterangan:

Skor riil : skor total yang diperoleh siswa.

Skor maksimal  : Skor  total yang seharusnya diperoleh siswa.

4                                  : Skor maksimal dari tiap jawaban

(pedoman penskoran lihat lampiran)

2. Hasil Belajar

Hasil belajar pada aspek kognitif dari hasil tes dianalisis dengan teknik

analisis evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Caranya

adalah dengan menganalisis hasil tes formatif dengan menggunakan

kriteria ketuntasan belajar. Siswa dianggap telah belajar tuntas apabila

daya serapnya mencapai 65 %, Secara kelompok dianggap tuntas jika telah

Page 23: Contoh Ptk Slb

belajar apabila mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya

serap minimal 65 % (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007)

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Tahap-tahap penelitian  

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang

dilakukan adalah model pembelajaran kooperatif. Penelitian ini akan

dilaksanakan  dalam dua siklus . Setiap siklus terdiri dari perencanaan,

tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan.

Kegiatan pada tahap ini adalah :

Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan

dalam PTK.

Page 24: Contoh Ptk Slb

Menyiapkan instrumen-instrumen yang dibutuhkan untuk

penelitian.

Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan

indikator pembelajaran yang ingin dicapai.

Membuat  soal tes yang akan diadakan untuk mengetahui hasil

pembelajaran siswa.

Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan

model pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang

telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator

selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar secara kooperatif

learning dengan model diskusi. Adapun langkah – langkah yang

dilakukan adalah (sesuaikan dengan skenario pembelajaran)

Kegiatan penutup. Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap

siklus, guru memberikan tes secara tertulis untuk mengevaluasi

hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Observasi

Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung

dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam

pelaksanaannya.

d. Refleksi

Page 25: Contoh Ptk Slb

Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil

analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi

terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai.

Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah

atau belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa

yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk

menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan

perbaikan pada siklus II.

2. Siklus II.

Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I 

hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada

siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus

I.

Page 26: Contoh Ptk Slb

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anak tuna rungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran dan

percakapan dengan derajat pendengaran yang berfariasi antara 27dB –40 dB

dikatakan sangat ringan 41 dB – 55 dB dikatakan Ringan, 56 dB – 70 dB

dikatakan Sedang, 71 dB – 90 dB dikatakan Berat, dan 91 ke atas dikatakan

Tuli

Dari ketidakmampuan anak tuna rungu dalam berbicara, muncul pendapat

umum yang berkembang, bahwa anak tuna rungu ialah anak yang hanya tidak

mampu mendengar sehingga tidak dapat berkomunikasi secara lisan dengan

Page 27: Contoh Ptk Slb

orang dengar. Karena pendapat itulah ketunarunguan dianggap ketunaan yang

paling ringan dan kurang mengundang simpati, dibanding dengan ketunaan

yang berat dan dapat mengakibatkan keterasingan dalam kehidupan sehari-

hari.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

motivasi dalam pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka

hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan,

akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka

intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi motivasi akan senantiasa

menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa.

B. Saran

1. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa tuna rungu setelah

diterapkan pembelajaran discovery di SLB Negeri Sungai Aur Pasaman

Barat.

2. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa tuna rungu setelah 

diterapkannya pembelajaran discovery di SLB Negeri Sungai Aur

Pasaman Barat.

 

Page 28: Contoh Ptk Slb

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 

Jakarta: Balai Pustaka

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Bunawan, Lani dan C. Susila Yuwati (2000), Penguasaan Bahasa Anak

Tunarungu, Yayasan Santi Rama, Jakarta

Page 29: Contoh Ptk Slb

Departemen Pendidikan Nasional (2000), Pengajaran Bina Persepsi Bunyi dan

Irama untuk Anak Tunarungu, Jakarta

Direktorat Pendidikan Luar Biasa (2004), Pedoman Pendidikan Terpadu/Inklusi

Alat Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas,

Jakarta

Gatty (1994), Mengajarkan Wicara kepad anak-anak Tunarungu, Alih bahasa

Hartotanojo, Yayasan Karya Bakti, Wonosobo

Nugroho Bambang (2004), Pentingnya Intervensi Dini Secara Edukatif Bagi

Anak Tunarungu, Makalah Pelatihan Teknis Tunarungu, Jakarta