Download - Contoh Kasus SNH

Transcript
Page 1: Contoh Kasus SNH

Ayuminang's Blog Just another WordPress.com weblog

Skip to content

Home Tentang Aku

KASUS STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG NEURO RSSN BUKITTINGGI

Posted on March 4, 2011 by Ayu Minang Abriani

PENDAHULUAN

Stroke adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan

fungsi otak secara fokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian

atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain

kecuali gangguan vaskuler (WHO 1983). Stroke merupakan salah satu

penyebab kematian tertinggi, yang berdasarkan laporan tahunan 2006 di

RSSA angka kematian ini berkisar antara 16,31% (462/2832) dan

menyebabkan 4,41% (1356/30096) pasien dirawat inapkan. Angka-angka

tersebut tidak membedakan antara stroke iskemik dan hemoragik. Di

negara lain seperti Inggris dan Amerika, sebagian besar stroke yang

dijumpai pada pasien (88%) adalah jenis iskemik karena penyumbatan

pada pembuluh darah, sedangkan sisanya adalah stroke hemoragik

karena pecahnya pembuluh darah1.

Stroke Non Hemoragik (iskemik) adalah gangguan peredaran darah

pada otak yang dapat berupa penyumbatan pembuluh darah arteri,

sehingga menimbulkan infark/ iskemik. Umumnya terjadi pada saat

Page 2: Contoh Kasus SNH

penderita istirahat. Tidak terjadi perdarahan dan kesadaran umumnya

baik. Stroke non-hemoragik terjadi karena penurunan aliran darah

sampai di bawah titik kritis, sehingga terjadi gangguan fungsi pada

sebagian jaringan otak. Bila hal ini lebih berat dan berlangsung lebih

lama dapat terjadi infark dan kematian. Berkurangnya aliran darah ke

otak dapat disebabkan oleh berbagai hal misalnya thrombus, emboli yang

menyumbat salah satu pembuluh darah, atau gagalnya pengaliran darah

oleh sebab lain, misalnya kelainan jantung (fibrilasi, asistol). Stroke non-

hemoragik lebih sering dijumpai daripada yang hemoragik, diagnosis

mudah ditegakan, yaitu timbulnya deficit neureologik secara mendadak

(misalnya hemiparesis), dan kesadaran penderita umumnya tidak

menurun2,3.

Pada kesempatan ini, kami membahas pasien yang berusia 65 tahun

dengan stroke iskemik dan gangguan bicara (afasia).

—————————————————————————————————————-

ILUSTRASI KASUS

 

Seorang pasien laki-laki, umur 65 tahun masuk Rumah Sakit Stroke

Nasional Bukittinggi tanggal 2 April 2010 dengan

Keluhan Utama :

Anggota gerak kanan terasa kebas

 

Riwayat penyakit sekarang :

Bicara pelo kemarin (tanggal 1 April 2010), hari ini bicara bagus (tanggal

2 April 2010)

Anggota gerak kanan atas tersa kebas

Page 3: Contoh Kasus SNH

Pusing

Nafsu makan menurun

Lidah berat

 

Riwayat penyakit terdahulu :

Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum           : Sedang

Tingkat Kesadaran      : CM

Tekanan darah             : 170/100 mmHg

Frekuensi pernapasan  : 20 x/menit

Frekuensi nadi             : 84 x/menit

Suhu                            : 36,5 oC

Status neurologis         : Kesadaran : E4 M6 V5

Sistem persyarafan : sensasi raba (+), kaku kuduk (-)

 

Diagnosis

Diagnosa Kerja : Suspect Stroke Iskemik

 

Page 4: Contoh Kasus SNH

Penatalaksanaan

IVFD RL 20 tetes/menit

Injeksi citicoline 2x500mg IV

Vit. B1 100 mg, Vit. B6 200 mg, Vit. B12 250 mcg (Neurodex®) 2×1

Pemeriksaan Penunjang (tanggal 2 maret 2010) (Lampiran 1)

Gula darah random 198 mg%                                     (75-115)

Ureum 35 mg%                                                           (20-40)

Kreatinin 1,3 mg%                                                      (0,6-1,1)

Sel darah putih 6,5 103/mm3 (4,0-10,0)

Sel darah merah 4,53 106/mm3 (3,80-5,80)

Hemoglobin 12,2 g/dL                                               (11,0-16,5)

Hematokrit 38 %                                                        (35,0-50,0)

Platelet/trombosit 325 103/mm3 (150-450)

 

Rencana Pemeriksaan

Pemeriksaan gula darah nuchter dan 2 jam PP, kolesterol total,

kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida

CT Scan

 

Follow Up

Hari ke-2 rawatan (3-4-2010)

S : bicara pelo (+)

O : TD 160/90 mmHg             Nadi 68x/menit           Nafas 24x/menit         

Suhu 36,5 oC

Hasil laboratorium (Lampiran 1):

Gula darah nuchter 116 mg%      (75-115 mg%)

Page 5: Contoh Kasus SNH

Gula darah 2 jam PP 127 mg%    (<150 mg%)

Asam urat 5,5 mg%                     (3,0-6,0 mg%)

Total kolesterol 207 mg%            (<220 mg%)

HDL kolesterol 35 mg%              (>35 mg%)

LDL kolesterol 147 mg%            (<130 mg%)

Trigliserida 125 mg%                   (<200 mg%)

A : Recurrent Stroke Suspect Iskemik

P : Captopril 2×12,5 mg

Rosuvastatin (Crestor®) 1×20 mg

Ranitidin 2×1 iv

Piracetam (Neurotam®) 4×1200 mg

RL + Reotal /12 jam

CT scan

Hari ke-3 rawatan (4-4-2010)

O : TD 170/110 mmHg           Nadi 84x/menit           Nafas 24x/menit

A : Diagnosa sementara Stroke Iskemik + Dysartria

P : Konsul Rehabilitasi Medik

 

Hari ke-4 rawatan (5-4-2010)

Page 6: Contoh Kasus SNH

S : Kesadaran : Samnolen/Aphatis; GCS : E4 M6 Vafasia global; muntah

(+); Hemiplegia dextra (+)

O : TD 170/110 mmHg

P : Stop Piracetam (Neurotam®)

Asam asetil salisilat (Thrombo Aspilets®) 1×160 mg

Dexanta Syr 3×1 cth

 

Hari ke-5 rawatan (6-4-2010)

O : TD 170/70 mmHg

A : Stroke Iskemik + Afasia global

P : Pasang NGT

Asering + Reotal drip/12 jam

Parasetamol 3×500 mg

Haloperidol 2×0,5 mg

 

Hari ke-6 rawatan (7-4-2010)

S : Mencret (+) ±5x/hari

O : TD 180/100 mmHg           Nadi 82x/menit           Nafas 24x/menit

P : New Diatabs 3×1

Captopril 2×12,5 mg stop

Page 7: Contoh Kasus SNH

Captopril 2x25mg

HCT 1×1 (pagi)

Neurodex 1×1

Asering/12 jam

 

Hari ke-7 rawatan (8-4-2010)

O : TD 180/90 mmHg

P : Captopril 2×50 mg

HCT 1×1

New diatabs stop

Mobilisasi

 

Hari ke-8 rawatan (9-4-2010)

S : demam (+), mencret 1x/hari

O : GCS = 15; TD 180/70 mmHg; Nadi 88x/menit; Nafas 32x/menit

Pemeriksaan elektrolit (Lampiran 1):

Natrium 136 mmol/L

Kalium 3,1 mmol/L

Klorida 105 mmol/L

Page 8: Contoh Kasus SNH

Pemeriksaan urin (Lampiran 1)::

Protein +2

Bilirubin (-)

Reduksi (-)

Sedimen

Leukosit 8-10

Eritrosit 4-6

Epitel   +1

Kristal amorf +1

Silinder granuler 1-2

A : Infeksi saluran kemih

P : Parasetamol 3x500mg

Cek elektrolit dan urin lengkap

Ceftriaxone 2×1 (skintest)

Oral hygiene

Oral massage

Speech terapi

 

Hari ke-9 rawatan (10-4-2010)

Page 9: Contoh Kasus SNH

O : TD 160/80 mmHg

P : Captopril stop

Intervask 1x10mg

Lisinopril 1x10mg

HCT 1×1

CPZ 2×12,5mg

Dexanta syrup 3x1C

Urispas 2×1

 

Hari ke-10 rawatan (11-4-2010)

O : TD 160/60 mmHg

 

Hari ke-11 rawatan (12-4-2010)

S : demam (+)

O : TD 160/60 mmHg

P : terapi lanjut

pasien pulang atas permintaan keluarga dengan pasang NGT dan infus

 

—————————————————————————————————————-

Page 10: Contoh Kasus SNH

DISKUSI

 

Pasien Tn. N berusia 65 tahun, pada tanggal 2 April 2010 masuk ke

RSSN Bukittinggi melaui IGD Jam 11.40, didiagnosa menderita suspect

stroke iskemik dengan keluhan anggota gerak kanan terasa kebas, bicara

pelo bsehari sebelum masuk RSSN Bukittinggi, pusing, nafsu makan

turun, lidah berat, dengan pemeriksaan fisik keadaan umum sedang,

tingkat kesadaran CM, GCS 15 (E4 M6 V5), TD 170/100 mmHg, Nadi

84x/menit, Pernapasan 20x/menit. Pemeriksaan penunjang yang

dilakukan pada tanggal 2 April yaitu darah lengkap, ureum, creatinin.

Dari hasil labor didapat gula darah random 198 mg%, ureum 35 mg%,

creatinin 1,3 mg%. Pasien dianjuran melakukan pemeriksaan gula darah

puasa dan gula darah 2 jam setelah makan, karena pemeriksaan gula

darah random yang tinggi. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi

sejak 5 tahun yang lalu dan juga memiliki kebiasaan merokok dan minum

kopi. Kebiasaan merokok dan hipertensi yang diderita pasien merupakan

faktor risiko terjadinya stroke3. Pasien biasanya merokok 1 bungkus/hari,

berhenti 10 hari sebelum pasien dirawat. Pasien juga mempunyai

kebiasaan minum teh dan coffeemix®.

 

Dari hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 2 April diketahui kadar

kreatinin pasien melebihi batas normal 1,3 mg% (normal 0,6-1,1),

diperlukan penyesuaian dosis untuk obat yang diekskresikan dalam

bentuk tidak berubah melalui urine lebih dari 90%, tetapi  tingginya

kadar serum kreatinin masih bisa ditoleransi karena tidak terlalu tinggi

sekali. Tanggal 3 april diketahui pasien menderita hiperkolesterolemia

dengan LDL kolesterol 147 mg% (normal <130 mg%). Kadar kolesterol

tinggi juga merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya penyakit

stroke3. Kadar gula darah puasa pasien 116 mg% (normal 75-115) dan 2

jam setelah makan 127 mg% (normal <150mg%). Hasil lab ini

menunjukkan bahwa pasien tidak memerlukan terapi obat hiperglikemi.

Dari hasil pemeriksaan dengan CT Scan (hari rawatan ke-4) diketahui

pasien menderita stroke iskemik.

Page 11: Contoh Kasus SNH

Dilihat dari umur, jenis kelamin, riwayat hipertensi, dan kebiasaanya,

pasien dalam kasus kali ini memiliki risiko yang tinggi untuk terkena

stroke. Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama untuk

terjadinya stroke. Dari riwayat penyakit sebelumya diketahui bahwa

pasien mempunyai riwayat hipertensi. Hipertensi ini dapat dicegah

antara lain diet rendah natrium yang banyak terdapat dalam garam,

mengurangi stress, mengontrol berat badan, dan lain-lain. Hal ini perlu

disampaikan kepada pasien untuk pengobatan hipertensi dengan

merobah gaya hidup4,5.

Dari hasil pemeriksaan fisik dan labor  Tn N tersebut dapat diketahui

kalau pasien juga menderita hiperkolesteramia. Tingginya kadar

kolesterol dalam darah akan menyebabkan pengendapan kolesterol pada

dinding pembuluh darah, yang mengakibatkan pembuluh darah menjadi

sempit, keras dan kaku karena kehilangan sifat elastisitasnya. Kadar

kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor yang memacu timbulnya

penyakit pembuluh darah termasuk pembuluh darah di otak dan

merupakan faktor timbulnya stroke4,5.

 

Obat-obat yang diberikan pada Tn. N adalah (Lampiran 3):

1.      IVFD RL (mulai 2/4 stop 6/4)

2.      Vitamin B1 100 mg, vit B2 200 mg, vit. B12 250 mcg (Neurodex®)

2×1 (mulai 2/4 stop 6/4)

3.      Captopril 12,5 mg 2×1(mulai 3/4 stop 7/4)

4.      Rosuvastatin 20 mg (Crestor®) 1×1 (mulai 3/4 lanjut)

5.      Piracetam 1200 mg (Neurotam®) 4×1 (mulai 3/4 stop 5/4)

6.      Acetylsalicylic acid 160 mg (Thrombo aspilets®) 1×1 (mulai 5/4

lanjut)

Page 12: Contoh Kasus SNH

7.      Vitamin B1 100 mg, vit B2 200 mg, vit. B12 250 mcg (Neurodex®)

1×1 (mulai 7/4 lanjut)

8.      Parasetamol 500 mg 3×1 (mulai 7/4 lanjut)

9.      Haloperidol 2×1 (mulai 7/4 lanjut stop 10/4)

10.  Asering (mulai 6/4 stop 10/4)

11.  Reotal (mulai 3/4 stop 7/4)

12.  Atapulgit aktif (New Diatabs®) (mulai 7/4 lanjut)

13.  Captopril 2×25 mg (mulai 7/4 stop 10/4)

14.  Hydrochlorthiazide (HCT®) 1×1 ( mulai 8/4 lanjut)

15.  Amlodipine besylate 10 mg (Intervask®) 1×1 (mulai11/4 lanjut)

16.  Lisinopril 10 mg 1×1 (mulai 11/4 lanjut)

17.  Chlorpromazine CPZ (mulai 10/4)

18.  Suspensi Al(OH)3 200 mg, Mg (OH)2 200 mg, simethicone 20 mg

(Dexanta®) 3×1 (mulai 10/4)

19.  Flavoksat hidroklorida 200 mg (Urispas®) (mulai 10/4)

20.  Injeksi Citicoline 500 mg (Brainact®) 2×1 (mulai 2/4 lanjut)

21.  Injeksi Ranitidine 2×1(mulai 3/4 lanjut)

22.  Injeksi Ceftriaxone 2×1 (mulai 9/4 lanjut)

Tanggal 2 April 2010. Pemberian Ringer Laktat karena pasien mengalami

gangguan homeostatis dan harus segera diberikan infus RL untuk

mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit pasien. Vitamin B1 100

mg, vit B2 200 mg, vit. B12 250 mcg (Neurodex®) 2×1 sebagai vitamin

Page 13: Contoh Kasus SNH

untuk gangguan neurologik. Injeksi citicoline 2×1 sebagai

neuroprotektor yang dapat meningkatkan aliran darah dan konsumsi

oksigen di otak pada pengobatan gangguan serebro vaskular sehingga

dapat memperbaiki gangguan kesadaran.

Tanggal 3 April 2010, pasien diberikan terapi captopril, rosuvastatin

(Crestor®), piracetam (Neurotam®). Captopril 12,5 mg 2×1 sebagai anti

hipertensi golongan ACE inhibitor, bertujuan untuk menurunkan tekanan

darah pasien yang tinggi. Captopril diekskresikan dalam bentuk tidak

berubah melauli urin sekitar 24-38%. Waktu paruh captopril 2,2 jam,

bioavaibilitas 65%. Waktu paruh captopril lebih lama/diperpanjang pada

pasien dengan gangguan ginjal, jadi diperlukan penyesuaian dosis, tetapi

karena tekanan darah pasien yang masih tinggi, pengurangan dosis

captopril tidak dilakukan lagi pula kadar creatinin tidak terlalu jauh dari

batas normal6,12. Absorpsi captopril terganggu apabila diberikan bersama

makanan, sebaiknya diberikan 1 jam sebelum makan6,7. Rosuvastatin 20

mg (Crestor®) 1×1 bertujuan untuk menurunkan kadar LDL kolesterol

pasien yang tinggi. Rosuvastatin dapat menurunkan kadar HDL 2 kali

lebih baik dan meningkatkan HDL satu kali lebih baik dari pada

simvastatin6. Rosuvastatain merupakan inhibitor HMG CoA reduktase dan

sebaiknya diberikan pada malam hari8. Piracetam 1200 mg (Neurotam®)

4×1 diberikan untuk mengobati  gangguan serebrovaskular dan

insufisiensi sirkulasi serebral. Selain itu piracetam pada tingkat darah

memperbaiki keadaan rheologis. Oleh karena efek piracetam pada

agregasi platelet, kurang cocok jika diberikan kepada pasien dengan

stroke hemoragik, bisa diberikan kepada pasien stroke iskemik.

Pentoxyfilline (Reotal®) untuk mengobati sumbatan arteri perifer dan

gangguan peredaran darah karena aterosklerosis9,10.

Tanggal 5 April 2010, pasien mengalami kondisi menggigil dan muntah

sehingga pemberian piracetam dihentikan karena kemungkinan pasien

alergi terhadap piracetam. Hasil CT scan menunjukkan bahwa pasien

menderita stroke iskemik. Terapai lini pertama untuk stroke iskemik

yaitu Aspirin 81-325 mg sekali sehari. Acetylsalicylic acid (Thrombo

Aspilets®) 1×160 mg diberikan sebagai antiplatelet. Efek samping

aspirin yaitu gangguan lambung, sebaiknya diberikan segera setelah

makan. Jika pasien hipersensitif atau kontra indikasi dengan aspirin,

dapat diberikan Clopidogrel 75 mg peroral sekali sehari11.

Page 14: Contoh Kasus SNH

Tanggal 6 April 2010, pasien diberikan terapi parasetamol dan

haloperidol. Parasetamol 500 mg 3×1 (bila panas) diberikan untuk

mengatasi demam pada pasien karena pada hari rawatan ke-6 pasien

demam. Haloperidol 0,5 mg 2×1 diberikan untuk mengatasi kecemasan

yang dialami pasien. Dosis awal haloperidol untuk dewasa 0,5-5 mg

sehari 2-3 kali8. Infus RL diganti dengan Asering (Ringer Acetate) karena

pasien gelisah.

Tanggal 7 April 2010, pasien mengalami mencret kurang lebih lima kali

perhari. Dokter memberikan terapi atapulgit aktif (New Diatabs®).

Atapulgit aktif dapat menghambat absorpsi obat-obat lain, sebaiknya

pemakaian obat lain dijarakkan 1-2 jam. Pasien diberikan Captopril 25

mg 2×1, dan hidroklortiazid (HCT®) 1×1. Terapi hipertensi sebelumnya

Captopril 12,5 mg 2×1 diganti dengan kombinasi Captopril 25 mg dan

hidroklortiazid (HCT®) 1×1, karena tekanan darah pasien masih tetap

tinggi, diharapkan kombinasi ini dapat menurunkan tekanan darah. HCT

sebaiknya diberikan pada pagi hari. Captopril pagi dan sore 1 jam

sebelum makan8.

Tanggal 8 April 2010, New Diatabs® di stop karena pasien sudah tidak

diare. Dosis Captopril dinaikkan menjadi 2×50 mg karena tekanan darah

pasien masih tinggi (180/90), tapi belum dilaksanakan sampai akhirnya

captopril distop dan diganti dengan lisinopril.

Tanggal 9 April 2010, pasien masih demam sehingga dokter

menganjurkan pemeriksaan elektrolit dan urin lengkap, memberikan

antibiotik Ceftriaxone 2×1 untuk suspect ISK pasien . Setelah

pemeriksaan urin terbukti pasien menderita ISK. Hal ini dapat dilihat

dari adanya leukosit di urin (Lampiran1). Dari hasil pemeriksaan

elektrolit diketahui bahwa kadar kalium pasien rendah yaitu 3,1 mmol/L

(normal 3,5-5,1). Kadar kalium yang rendah dalam darah mungkin

disebabkan karena efek samping HCT yaitu hipokalemia, untuk

mengatasinya dengan menggunakan infus KA-EN 3B. Kadar kalium

dalam KA-EN 3B lebih tinggi dari pada Asering, dimana kadar kalium

dalam KA-EN 3B 20 mEq/liter sedangkan dalam Asering 4 mEq/liter9,10.

Tanggal 10 April 2010, Captopril distop, terapi hipertensi yang diberikan

dokter Lisinopril 10 mg 1×1, Amlodipin (Intervask®) 10 mg, HCT 1×1

Page 15: Contoh Kasus SNH

mg. Lisinopril merupakan antihipertensi golongan ACE inhibitor. Dosis

awal lisinopril untuk dewasa 10-40 mg per hari. Lisinopril memperkecil

kemungkinan timbulnya hipokalemia akibat pemakaian HCT. Keuntungan

lisinopril dibanding captopril, absorpsinya tidak terganggu dengan

adanya makanan, jadi dapat diberikan sebelum atau sesudah makan,

waktu paruhnya lebih panjang sekitar 12 jam; tetapi kerugiannya

biovabilitasnya lebih rendah yaitu sekitar 25%8,12. Amlodipin merupakan

antihipertensi golongan Ca channel blocker. Dosis awal untuk dewasa 5

mg sekali sehari, dosis maksimum 10 mg sekali sehari. Bioavaibilitas

amlodipin 64-90% dan diekskresikan dalam bentuk tidak berubah melalui

urin sekitar 10%, jadi tidak perlu pengurangan dosis pada pasien

gangguan ginjal8. Haloperidol diganti dengan klorpromazin 2×12,5 mg

untuk mengatasi ansietas dan mual pasien. Antacid untuk mengatasi

mual dengan menetralkan asam lambung, absorpsi akan terganggu

apabila digunakan bersama makanan, sebaiknya diberikan 1 jam sebelum

atau 2 jam sesudah makan. Urispas® diberikan untuk mengurangi gejala

akibat gangguan saluran kemih.

Tanggal 12 April 2010, pasien masih demam dan terapi lanjut, akan

tetapi pasien pulang paksa atas permintaan kelurga.

—————————————————————————————————————-

TINJAUAN OBAT YANG DIGUNAKAN

1.        Infus RL

Komposisi : Per 1000 mL Na 130 meq/L, Cl 109 meq/L, K 4 meq/L, Ca 2,7

meq/L, Lactate 28 meq/L, (NaCl 6 g, KCl 0,3 g, CaCl2 0,2 g, Na Lactate

3,1 g, Water for injection 1000 mL). Osmolaritas ; 273 mOsm/L

Indikasi : Terapi untuk mengatasi deplesi volume berat saat tidak dapat

diberikan rehidrasi oral

Dosis : Dosis tergantung individual

Interaksi obat : Preparat K dan Ca

Page 16: Contoh Kasus SNH

 

2.        Infus Asering

Komposisi : Per L: Na 130 meq, K 4 meq, Cl 109 meq, Ca 3 meq, acetate

28 meq.

Indikasi : Asering : Terapi cairan pengganti untuk kondisi kehilangan

cairan secara akut.

Dosis : individual

Kontra indikasi : Penderita gagal jantung kongestif, kerusakan ginjal,

edema paru yang disebabkan oleh retensi Na & hiperproteinemia.

Penderita hipernatremia, hiperkloremia, hiperkalemia, hiperhidrasi.

Efek samping : Demam, infeksi, pada tempat injeksi, trombosis pada vena

atau flebitis pada tempat injeksi, hipervolemia.

3.    Neurodex®

Komposisi : vitamin B1 100 mg, vitamin B6 200 mg, vitamin B12 250 mcg.

Indikasi : Gejala neorotropik karena defisiensi vitamin B, gangguan

neurologik, mual dan muntah pada kehamilan, anemia, robonsia untuk

kejang, lesu, dan usia lanjut.

Pemberian obat: Dapat diberikan bersamaan dengan makanan untuk

mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.

Dosis : 1 tablet 2-3 x sehari.

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap vitamin B.

Rencana Edukasi : Sebaiknya diminum pada pagi dan siang hari sesudah

makan.

 

Page 17: Contoh Kasus SNH

4.    Captopril

Indikasi : lihat pada dosis

Dosis : Hipertensi ringan s/d sedang Awal 12,5 mg 2x/hr. Pemeliharaan :

25 mg 2x/hr, dapat ditingkatkan dengan selang waktu 2-4 minggu. Maks:

50 mg 2x/hr. Dapat ditambah thiazid jika respon tidak cukup atau dosis

diuretik dapat ditingkatkan sesudah 1-2 minggu. Hipertensi berat Awal

12,5 mg 2x/hr, dapat ditingkatkan bertahap s/d maks 50 mg 3x/hr dan

harus diberikan bersama dengan obat antihipertensi lain dengan dosis

yang disesuaikan. Maks 150 mg/hr. Gagal jantung Awal 6,25 mg atau

12,5 mg. Pemeliharaan: 25 mg 2-3x/hr, dapat ditingkatkan bertahap

dengan selang waktu minimal 2 minggu. Maks 150 mg/hr. Lansia

dianjurkan untuk memberikan dosis awal yang rendah.

Pemberian obat: berikan saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam

sesudah makan.

Kontra indikasi : Stenosis aorta, gagal ginjal, hamil, laktasi, hipersensitif

terhadap ACE inhibitor.

Efek samping: Proteinurea, peningkatan ureum darah dan kreatinin,

ruam terutama pruritis, neutropenia, anemia, trombositopenia, hipotensi.

Interaksi obat: Imunosupresan, suplemen K atau diuretik yang

mengandung K, probenesid, NSAID, diuretik.

Mekanisme kerja : inhibitor Angiotensin Converting Enzyme (ACE) yang

mengubah Angiotensin  I menjadi Angiotensin  II, selain itu dapat

menurunkan Angiotensin  II karena penurunan aktivitas plasma renin

dan penurunan sekresi aldosteron. Mekanisme CNS kemungkinan

terlibat dalam menghasilkan efek hipotensif. ACE inhibitor kemungkinan

akan merubah kallikriens vasoaktif menjadi bentuk aktifnya (hormon)

sehingga akan menurunkan tekanan darah.

Rencana Edukasi :

Berikan obat 1 jam sebelum makan.

Page 18: Contoh Kasus SNH

Jika lupa minum obat diminum sesegera mungkin, bila mendekati

jadwal minum obat selanjutnya jangan menggandakan dosis.

 

5.    Crestor®

Komposisi : Rosuvastatin 20 mg/tab

Indikasi : Hiperkolesterolemia primer atau dislipidemia sebagai terapi

tambahan terhadap diet dan olahraga. Menurunkan kadar kolesterol

total LDL, trigliserida, dan meningkatkan HDL.

Dosis : Awal 5-10 mg 1x/hr, baik pada pasien yang belum pernah

mendapat terapi statin atau pasien yang menjalani pergantian terapi dari

penghambat HMG-CoA reduktase lain, bila perlu dosis dapat

ditingkatkan s/d tingkat dosis berikutnya sesudah 4 minggu. Lanjut Usia

>70 tahun dan pasien dengan faktor predisposisi miopati Awal 5 mg.

Pasien dengan gagal ginjal berat (bersiha kreatinin <30 ml/mnt yang

tidak menjalani hemodiallisis Awal 5 mg 1x/hr maks 10 mg 1x/hr.

Pemberian obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.

Kontra indikasi : Penyakit hati aktif termasuk peningkatan persisten

kadar transaminase serum 3x dari batas atas nilai normal, miopati,

pengguanaan bersama dengan siklosporin, wanita usia subur, hamil, dan

laktasi.

Efek samping : Sakit kepala, pusing, konstipasi, mual, nyeri abdomen,

mialgia, astenia.

Interaksi obat : Antagonis vitamin K, gemfibrosil dan obat penurun lemak

lain, siklosporin, antasida, eritromisin, kontrasepsi oral, atau terapi sulih

hormon.

Mekanisme kerja : Rosuvastatin bekerja secara kompetitif menghambat

3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A (HMG-CoA) reduktase, enzim

yang sangat berperan dalam katalisasi biosíntesis colesterol.

Page 19: Contoh Kasus SNH

Rencana edukasi :

Gunakan obat ini pada  malam hari kecuali dinyatakan lain oleh

dokter atau apoteker.

Obat ini sangat efektif jika digunakan bersama dengan olah raga

dan diet mengurangi asupan makanan yang mengandung kolesterol

(lemak) dan lemak jenuh.

Pasien disarankan untuk segera  memberitahukan  dokter jika

mengalami nyeri otot, nyeri tekan (tenderness) dan kelemahan yang

tidak dapat dijelaskan.

Tes laboratorium diperlukan untuk memonitor terapi. Pastikan hal

ini dilakukan.

Jangan menghentikan pemakaian obat ini tanpa berkonsultasi

dengan dokter

Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa

memberitahu dokter yang merawat. Ini termasuk sediaan herbal

atau suplemen makanan yang lain

Jika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum obat  setelah

ingat. Jika terlewat beberapa jam dan telah mendekati waktu

minum obat berikutnya jangan minum obat dengan dosis ganda.

Jika lebih dari satu kali dosis terlewat,  mulai kembali  pengobatan

seperti awal dan mintalah nasehat dokter pada kunjungan

berikutnya.

 

6.    Neurotam®

Komposisi : Piracetam 1200 mg/kaplet

Indikasi : Kemunduran daya pikir, astenia, gangguan adaptasi, gangguan

reaksi psikomotor. Alkoholisme kronik dan adiksi. Disfungsi serebral

sehubungan dengan akibat pasca trauma.

Dosis : Oral Sindroma psikoorganik yang berhubungan dengan penuaan

Awal 6 kapsul atau 3 kaplet/hari dalam 2-3 dosis terbagi untuk 6 minggu.

Pemeliharaan : 1,2 g/hr. Sindroma pasca trauma Awal 2 kapsul atau 1

Page 20: Contoh Kasus SNH

kapl 3x/hr s/d mencapai efek yang diinginkan, lalu 1 kapsul atau ½

kaplet/hr. Inj IM atau IV 1 g 3x/hr.

Pemberian obat : Sesudah makan

Kontra indikasi : Kerusakan ginjal parah, hipersensitif.

Efek samping : Keguguran, lekas marah, sukar tidur, gelisah, gemetar,

agitasi, lelah, gangguan GI, mengantuk.

Mekanisme kerja : piracetam adalah suatu nootropic agent.

Rencana edukasi :

Oleh karena piracetam seluruhnya dieliminasi melalui ginjal,

peringatan harus diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal,

oleh karena itu dianjurkan melakukan pengecekan fungsi ginjal.

Oleh karena efek piracetam pada agregasi platelet, peringatan

harus diberikan pada penderita dengan gangguan hemostatis atau

perdarahan hebat.

 

7.    Thrombo aspilets®

Komposisi : Acetyl salicylic acid 80 mg/tablet salut enterik.

Indikasi : Terapi dan pencegahan trombosis pada infark miokard akut

atau pasca stroke

Dosis : 1-2 tab 1x/hr

Pemberian obat : Sesudah makan : telan utuh jangan

dikunyah/dihancurkan

Kontra indikasi : Sensitif terhadap aspirin, asma, ulkus peptikum,

perdarahan subkutan, hemofilia, trombositopenia, terapi anti koagulan.

Page 21: Contoh Kasus SNH

Efek samping : Iritasi GI, mual muntah. Penggunaan jangka panjang :

perdarahan GI, ulkus peptikum.

Mekanisme kerja : asetosal mencegah adhesi dan agregasi platelet

dengan cara menghambat enzim siklooksigenase yang berfungsi

membentuk tromboksan A2 dan prostasiklin. Tromboksan A2 merupakan

suatu vasokonstriktor yang akan menginduksi pelepasan granul-granul

intraseluler, sehingga berakibat agregasi platelet. Prostasiklin

merupakan vasodilator yang akan menghambat agregasi platelet.

Rencana edukasi : Minum segera setelah makan dengan satu gelas air

 

8.    Paracetamol

Indikasi : Antipiretik dan Analgetik

Dosis : 1 kapl 3-4x/hr

Pemberian obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan

Kontra indikasi : Gangguan fungsi hati berat

Efek samping : Kerusakan hati ( dosis besar, terapi jangka lama )

Interaksi obat : Memperkuat kerja vasopresin. Absorpsi asetaminofen

dihambat oleh propantelin dan dipercepat,oleh metoklopramid.

Mekanisme kerja : Bekerja langsung pada pusat pengaturan panas di

hipotalamus dan menghambat sintesa prostaglandin di sistem saraf

pusat.

Rencana edukasi :

Obat ini digunakan bila demam saja, jika sudah tidak demam jangan

digunakan.

Jika nyeri atau demam sudah lebih dari 3 hari, hubungi dokter.

Page 22: Contoh Kasus SNH

 

9.    Haloperidol

Indikasi : Status ansietas, gelisah dan psikis labil disertai dengan mudah

marah, menyerang, astenia, delusi, halusinasi.

Dosis : Gejala sedang 0,5-2 mg/hr 2-3x/hr, gejala berat 3-5 mg/hr 2-3x/hr.

Lansia 0,5-1,5 mg 2-3x/hr.

Pemberian obat : Dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi

iritasi pada GI.

Kontra indikasi : Depresi endogen tanpa agitasi, gangguan syaraf dengan

gejala piramidal atau ekstra piramidal, kondisi koma, depresi SSP berat.

Efek samping : Hipertonia dan gemetar pada otot, gerakan mata yang

tidak terkendali, hipotensi ortostatik, galaktore.

Interaksi obat : Litium, metildopa, antikonvulsan, alkohol, depresan SSP,

opiat.

Mekanisme kerja : Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di

postsinaptik mesolimbik otak. Menekan penglepasan hormon

hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS)

sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh,

kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.

Rencana edukasi :

Obat ini untuk mengobati gangguan emosi, mental dan kecemasan.

Obat ini harus digunakan beberapa minggu sebelum efek penuh

dicapai.

Bila digunakan lebih dari satu dosis/tablet per hari, segera minum

obat bila lupa, tetapi bila sudah dekat dengan waktu minum kedua,

tinggalkan dosis pertama dan mulai dengan dosis reguler.

Jangan hentikan minum obat tanpa berkonsultasi dengan dokter.

Konsultasikan dengan dokter bila memakan obat lain. Bila

Page 23: Contoh Kasus SNH

merasakan reaksi yang tidak menyenangkan/menganggu karena

memakan obat ini konsultasikan dengan dokter.

 

10.    New Diatabs®

Komposisi : atapulgit aktif 600 mg/tablet

Indikasi : Antidiare

Dosis : Dewasa dan anak > 12 tahun 2 tablet setiap setelah buang air

besar, maksimum : sehari 12 tablet

 

11.    Hidroklortiazid

Indikasi : Penanganan hipertensi ringan sampai sedang, edema pada

gagal jantung kongestif dan sindrom nefrotik.

Dosis : Oral (efek obat dapat diturunkan setelah digunakan setiap hari)

Dewasa : Edema : 25-100 mg/hari dalam 1-2 dosis, maksimum 200

mg/hari. Hipertensi : 12.5 -50 mg/hari; peningkatan respon minimal dan

gangguan elektrolit lainnya harus dipantau setelah > 50 mg/hari. Pasien

lanjut usia : 12,5 – 25 mg sekali sehari. Penyesuaian dosis pada

gangguan ginjal.

Kontra Indikasi : Diabetus mellitus, dan kemungkinan hipersensitivitas

terhadap golongan obat ini.

Efek Samping : Hipotensi ortostatik, hipotensi, fotosensitivitas,

hipokalemia, anoreksia, tekanan pada epigastrik.

Mekanisme Kerja : Inhibisi rearbsorpsi pada tubulus ginjal, akibatnya

ekskresi natrium dan air meningkat.

Rencana Edukasi :

Page 24: Contoh Kasus SNH

Obat dimakan bersamaan dengan makanan lain atau dengan susu.

Obat ini bisa menimbulkan rasa pusing dan kelelahan bila

mengerjakan sesuatu, berdiri cukup lama, minum alkohol, merubah

tubuh secara mendadak, atau bangun dari tempat tidur secara

terburu-buru.

Jika mungkin jangan makan obat ini menjelang tidur, karena tidur

anda akan terganggu karena akan sering buang air kecil.

Obat ini kemungkinan akan menyebabkan penglihatan menjadi

kabur. Jangan mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan

mesin.

Hubungi dokter bila timbul rasa kelelahan pada otot atau rasa nyeri

mendadak pada persendian .

Hubungi dokter bila timbul diare.

 

12.    Intervask®

Komposisi : Amlodipine besylate 10 mg/tablet

Indikasi : Hipertensi. Pengobatan angina prinzmetal dan angina pektoris

stabil kronik.

Dosis : Hipertensi, angina Awal 5 mg 1 x/hr, dapt ditingkatkan s/d maks

10 mg/hr. Pasien dengan tubuh kecil, lemah atau lanjut usia, tau dengan

gagal hati Awal 2,5 mg 1 x/hr.

Pemberian obat: Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap dihidropiridin. Stenosis aorta,

angina tak stabil ( kecuali angina prinzmetal).

Perhatian : Gangguan fungsi hati, gagal jantung kongestif. Hamil dan

laktasi, lanjut usia.

Efek samping :Sakit kepala, edema, lelah, mengantuk, mual, nyeri perut,

rasa hangat dan kemerahan pada kulit, palpitasi, pusing.

Page 25: Contoh Kasus SNH

Mekanisme kerja : Menghambat ion kalsium ketika memasuki saluran

lambat atau area sensitif tegangan selektif pada otot polos vaskuler dan

miokardium selama depolarisasi, menghasilkan relaksasi otot polos

vaskuler koroner dan vasodilatasi koroner, meningkatkan penghantaran

oksigen pada pasien angina vasospastik.

Rencana Edukasi :

Gunakan sesuai yang diresepkan, jangan menghentikan obat tanpa

konsultasi dengan dokter.

Pasien mungkin akan mengalami sakit kepala (jika tidak dapat

diatasi konsultasi ke dokter), mual dan muntah (makan sejumlah

kecil makanan mungkin dapat membantu), atau konstipasi.

Dapat menyebabkan mengantuk, digunakan dengan hati-hati pada

saat menyetir atau menjalankan mesin.

Kesesuaian penggunaan obat; kepatuhan terhadap terapi (penting

untuk tidak menggunakan obat melebihi jumlah yang diresepkan).

Kesesuaian dosis : bila lupa minum obat maka diminum, sesegera

mungkin, jangan diminum bila telah mendekati pemberian dosis

selanjutnya, jangan menggandakan dosis. Kesesuaian penyimpanan

obat : untuk penggunaan sebagai antihipertensi, mungkin

memerlukan kontrol berat badan dan diet khususnya pemasukan

natrium.

Pasien mungkin tidak mengetahui/mengalami gejala dari hipertensi,

penting untuk tetap menggunakan obat walaupun sudah merasa

sehat untuk membantu mengontrol hipertensi.

Waktu paruh eliminasi 30-50 jam, meningkat pada pasien disfungsi hati.

 

13.    Lisinopril

Indikasi : Hipertensi dan gagal jantung kongestif (terapi sendiri atau

bersama diuretik dan digitalis).

Page 26: Contoh Kasus SNH

Dosis : Hipertensi Awal 2,5 mg/hr. Pemeliharaan : 10-20 mg/hr. Maks :

40 mg/hr. Gagal jantung kongestif Awal 2,5 mg/hr. Pemeliharaan : 10-20

mg/hr.

Pemberian obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan

Kontra Indikasi : Angioneurotik edema karena terapi ACE inhibitor.

Perhatian : Hipotensi simptomatik terutama pada penderita dengan vol.

cairan tubuh rendah dan gagal jantung kongestif. Hipotensi dapat terjadi

pada pembedahan/anestesi. Penyakit jantung iskemik atau

serebrovaskular. Kerusakan fungsi ginjal. Riwayat angioedema. Hamil

dan laktasi.

Efek samping : Pusing, sakit kepala, diare, lesu, batuk, mual, ruam kulit,

angioneurotik edema, hiperkalemia.

Interaksi obat : Diuretik hemat kalium, suplemen K, risiko hiperkalemia.

Diuretik : efek aditif. Menurunkan eliminasi litium. Antasid mungkin

dapat menurunkan bioavailibilitas inhibitor ACE (lebih sering terjadi

dibanding kaptopril), pemberian diberi selang waktu selama 1-2 jam.

Mekanisme kerja : Inhibitor kompetitif Angiotensin Converting Enzyme

(ACE) yang mengubah Angiotensin I menjadi Angiotensin II, selain itu

dapat menurunkan Angiotensin II karena penurunan aktivitas plasma

renin dan penurunan sekresi aldosteron. Mekanisme CNS kemungkinan

terlibat dalam menghasilkan efek hipotensif. ACE Inhibitor kemungkinan

akan merubah kallikriens vasoaktif menjadi bentuk bentuk aktifnya

(hormon) sehingga akan menurunkan tekanan darah.

Waktu paruh eliminasi 11-12 jam.

 

14.    Chlorpromazine

Indikasi :  mengendalikan mual dan muntah, menghilangkan kegelisahan

dan ketakutan.

Page 27: Contoh Kasus SNH

Dosis : mual muntah : oral 10-25 mg setiap 4-6 jam, im, iv : 25-50 mg

setiap 4-6 jam. Orang tua : Gejala-gejala perilaku yang berkaitan dengan

demensia Awal : 10-25 mg sehari 1-2 kali, naikkan pada interval 4-7 hari

dengan 10-25 mg/hr, naikkan interval dosis, sehari 2x, sehari 3x, dst. Bila

perlu untuk mengontrol respons dan efek samping ; dosis maksimum 800

mg.

Kontra Indikasi : Hipersensitifitas terhadap klorpromazine atau

komponen lain formulasi, reaksi hipersensitif silang antar fenotiazin

mungkin terjadi, depresi SSP berat dan koma.

Perhatian : Pasien dengan depresi SSP, penyakit hati dan jantung berat,

lanjut usia.

Efek samping : hipotensi postural, takikardia, pusing, perubahan interval

QT tidak spesifik. Mengantuk, distonia, akhatisia, pseudoparkinsonism,

diskinesia Tardif, sindroma neurolepsi malignan, kejang, fotosensitivitas,

dermatitis, pigmentasi, laktasi, aminore, ginekomastia, pembesaran

payudara, hiperglisemia, hipoglisemia, mual, konstipasi xerostomia,

retensi urin, gangguan ejakulasi, impotensi, agranulositosis, eosinofilia,

leukopenia, anemia hemolisis, anemia aplastik, purpura trombositopenia,

jaundice, penglihatan kabur, perubahan kornea, dan lentikuler keratopati

epitel, retinopati pigmen.

Mekanisme kerja : Memblok reseptor dopaminergik di postsinaptik

mesolimbik otak. Memblok kuat efek alfa adrenergik. Menekan

penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular

Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal,

temperatur tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dandan emesis.

Waktu paruh bifasik, awal: 2 jam, akhir: 30 jam

 

15.    Dexanta®

Komposisi : Per 5 mL susp koloidal Al(OH)3 200 mg, Mg (OH)2 200 mg,

simethicone 20 mg.

Page 28: Contoh Kasus SNH

Indikasi : Hiperasiditas, tukak lambung, kembung, dyspepsia, heartburn.

Dosis : Susp 1-2 sdt 3-4 x/hr.

Pemberian obat : Berikan di antara waktu makan.

Perhatian : Diet rendah fosfat, disfungsi ginjal.

Efek samping : konstipasi, diare, obstruksi intestinal (dosis besar).

Interaksi obat : Mengurangi aktifitas tetrasiklin, Fe, INH, warfarin,

kuinidin.

Mekanisme kerja : Menetralkan HCl dalam lambung

 

16.    Urispas®

Komposisi : Flavoksat hidroklorida 200 mg/tablet

Indikasi : Mengurangi gejala akibat gangguan sal. kemih seperti disuria,

urgensi, nokturia, nyerisuprapubik, frequency dan incontinence yang

terjadi pada penderita sistitis, prostatitis, uretritis, uretrosistitis, dan

uretrogonitis.

Dosis : 3-4 x sehari 200 mg.

Kontra Indikasi : Penderita dengan obstruksi duodenal atau filorik, luka

pada usus, akhlasia, pendarahan GI, dan obstruksi uropatik sal. Kemih

bagian bawah.

Efek samping : Mual, muntah, mulut kering, gelisah, vertigo, sakit

kepala, mengantuk, gangguan akomodasi mata, tekanan intraocular

meningkat, gangguan penglihatan, bingung, disuria, takikardia, palpitasi,

hiperpireksia, eosinofilia, leucopenia, urtikaria, dan dermatitis lainnya.

 

Page 29: Contoh Kasus SNH

17.    KA-EN 3B

Komposisi : Per L Na 50 mEq, K 20 mEq, Cl 50 mEq, lactate 20 mEq,

glucose 27 g.

Indikasi : Menyalurkan atau memelihara keseimbangan air dan elektrolit

pada keadaan dimana asupan makanan per oral tidak mencukupi atau

tidak mungkin.

Dosis : 500-1000 mL pada 1 x pemberian secara IV drip.

Kontra Indikasi : Hiperkalemia, oliguria, peny. Addison, luka baker berat,

azotemia, kelebihan Na, sindrom malabsorpsi glukosa-galaktosa, cedera

hati yang berat, aritmia jantung.

Perhatian : Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, edema paru dan

jaringan perifer, pre-eklamsia, hipertensi, post-traumatik, sepsis berat,

asidosis, obstruksi sal . Kemih, DM.

Efek samping : Alkalosis, edema otak, paru, dan perifer, intoksikasi.

Interaksi obat : Ca.

 

18.    Injeksi Citicoline (Brainact®)

Komposisi : Citicoline Amp 500 mg/4 mL

Indikasi : Gangguan kesadaran yang menyertai kerusakan atau cedera

serebral, trauma serebral, operasi otak, dan infark serebral.

Mempercepat rehabilitasi tungkai atas dan bawah pada pasien

hemiplegia apopleksi.

Dosis : Gangguan kesadaran karena cedera kepala atau operasi otak 100-

500 mg 1-2x/hr secara IV drip atau injeksi. Gangguan kesadaran karena

infark serebral 1000 mg 1x/hr secara injeksi IV. Hemiplegia apopleksi

1000 mg 1x/hr secara oral atau injeksi IV

Page 30: Contoh Kasus SNH

Pemberian obat : Berikan pada saat makan atau diantara waktu makan

Efek samping : hipotensi, ruam, insomnia, sakit kepala, diplopia.

Mekanisme Kerja :

Citicoline meningkatkan kerja formatio reticularis dari batang otak,

terutama system pengaktifan formatio reticularis ascendens yang

berhubungan dengan kesadaran.

Citicoline mengaktifan system pyramidal dan memperbaiki

kelumpuhan system motoris.

Citicoline menaikkan konsumsi O2 dari otak dan memperbaiki

metabolism otak.

 

19.    Injeksi Ranitidin

Komposisi : Ranitidine HCl Amp 50 mg/2 mL

Indikasi : Ulkus peptikum, ulkus gaster non maligna. Kondisi hipersekresi

patologis.

Dosis : Ulkus duodenum 150 mg 2x/hr atau 300 mg 1x/hr pada malam

hari. Pencegahan kekambuhan ulkus 150 mg sebelum tidur.  Sindroma

Zollinger Ellison 150 mg 3x/hr.

Pemberian obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan

Efek samping : Sakit kepala, pusing, gangguan GI, ruam kulit.

Interaksi obat : Mengurangi bersihan dari warfarin, prokaii danamide, N-

acetil prokainamid. Meningkatklan absorpsi dari midazolam,

menurunkan absorpsi dari cobalamin.

 

20.    Reotal®

Page 31: Contoh Kasus SNH

Komposisi : pentoxyfilline 20 mg/mL (sediaan ampul 5 mL injeksi)

Indikasi : penyumbatan pembuluh darah kronik pada tungkai

Dosis : infus IV : 100 mg (1 ampul) dalam 250-500 mL larutan infus untuk

90-180 menit, dapat ditingkatkan dengan 50 mg/hari sampai dengan

maksimal 400mg/hari.

Kontra indikasi : infark miokard, perdarahan hebat, sklerosis serebral,

aritmia jantung berat, hamil, laktasi, anak <18 tahun.

Efek samping : mual, malaise, gangguan lambung, vertigo, pruritis,

urtikaria, edema angioneuritk.

 

21.    Injeksi Ceftriaxone

Komposisi : seftriakson 1 gram/vial

Indikasi : Pengobatan infeksi saluran nafas bagian bawah, Otitis media

bakteri akut, Infeksi kulit dan struktur kulit, Infeksi tulang dan sendi,

Infeksi intra abdominal, Infeksi saluran urin, Penyakit inflamasi pelvic

(PID), Gonorrhea, Bakterial septicemia dan meningitis

Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap seftriakson, komponen lain

dalam sediaan dan sefalosporin lainnya. Neonatus Hyperbilirubinemia.

Efek samping : Kulit : Rash (2%), Saluran cerna : diare (3%), Hepar :

peningkatan transaminase (3,1%-3,3%), Hematologi : eosinophillia (6%);

thrombositosis (5%); leukopenia (2%), Lokal : Nyeri selama injeksi (I.V

1%); rasa hangat, tightnes selama injeksi (5%-17%) diikuti injeksi I.M.

Dosis : Dewasa : I. M.;  I. V. Usual dosis I. M.;  I. V. : 1-2 g setiap 12-24

jam tergantung tipe dan keparahan infeksi.

Interaksi Obat :

Page 32: Contoh Kasus SNH

Chephalosporin : menigkatkan efek antikoagulan dari derivat

kumarin(Dikumarol dan Warfarin)

Agen urikosurik: (Probenesid, Sulfinpirazon) dapat menurunkan

ekskresi sefalosporin,  monitor efek toksik.

Mekanisme Kerja : Menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga

bakteri akan mengalami lisis.

 

 

 

 

 

KESIMPULAN

1. Berdasarkan anamnesa pasien Tn N mengalami suspect stroke

iskemik dan setelah dilakukan CT scan diketahui pasien menderita

stroke iskemik.

2. Berdasarkan terapi obat yang diperoleh pasien, sudah ada korelasi

antara terapi obat dengan penyakit pasien dan sudah merupakan

pilihan obat yang sesuai, tepat indikasi, dan efektif untuk kasus Tn.

N.

3. Pasien mengalami reaksi alergi. Piracetam (Neurotam®) tidak

dapat ditoleransi oleh pasien, dimana pasien sering muntah

sehingga pemakaian piracetam di stop. Piracetam dan Citicoline

sebagai neuroprotektor. Piracetam distop, neuroprotektor yang

digunakan Citicoline.

4. Terapi yang digunakan untuk pengobatan stroke pasien yaitu

Citicoline (Brainact®) dan Asetosal (Thrombo Aspilets®)

RUJUKAN

1.      Diana Lyrawati. (2008). Arteriogenesis Dan Angiogenesis Pada

Stroke Hemoragik: Mempertajam Konsep untuk Memperoleh Manfaat

Page 33: Contoh Kasus SNH

Terbaik Neovaskularisasi (Pembentukan Pembuluh Darah Baru. Jurnal

Kedokteran Barwijaya Vol. XXIV, No.2, Agustus 2008.

2.      DiPiro, J.T., et al. (2005). Pharmacoterapy Handbook : A

Pathophysiologic Approach. (6th ed). United States of America : Mc Graw

Hill Companies.

 

3.      Mansjoer, A., dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi 3 Jilid

2). Jakarta : Penerbit Media Ausculapius FKUI.

 

4.      Anastasia, A., dkk. (2007). Pengetahuan Tentang Pencegahan

Stroke pada Klien yang Mempunyai Faktor Resiko Terserang Stroke Di

Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Garut.

 

5.      Price, S.A., and Wilson, L.M. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-proses Penyakit. (Edisi Keempat). Penerjemah: P. Anugerah.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

6.      Anderson, P.O.,etc. (2002). Handbook of Clinical Drug Data. (10th

Edition). United State of America : The McGraw-Hill Companies.

7.      Bailie, G.R., (2004). MedFacts Pocket Guide of Drug Interaction.

(2nd Edition). London : Bond Care International, Inc and Nephrology

Pharmacy Associates, Inc.

8.      Pelayanan Informasi Obat. (2006). Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

9.      MIMS Indonesia, Petunjuk Konsultasi, Edisi 9 2009/2010.

10.  Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. (2008). Informasi Spesialite Obat.

Volume 43 2008 s/d 2009. Jakarta : PT ISFI Penerbitan.

Page 34: Contoh Kasus SNH

11.  Uchino, K., et all. (2007). Acute Stroke Care. New York, United

Stated of America: Cambridge University Press.

12.  Katzung Pharmachology.pdf

 

About these ads

Like this:

Like Loading...This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

← KASUS DEMAM TIFOID DI RUANG ANAK RSSN BUKITTINGGI

6 Responses to KASUS STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG NEURO RSSN BUKITTINGGI

1. lia kamalia says:

July 27, 2011 at 12:55 pm

Akhirnya ketemu jg materi yang sesuai..

Semoga presentasi jum’at besok sukses..

Reply

2. yosephvera says:

March 17, 2012 at 3:09 pm

posting bagus

lanjutkan!

Reply

3. Marselina S.Kep. Ns says:

June 25, 2013 at 3:23 am

bagus sekali, kalo bisa ada bt kasus yg lain ya? thanks

Page 35: Contoh Kasus SNH

Reply

4. Patrianus S.Kep. Ns says:

June 25, 2013 at 3:45 am

terima kasih ya? salam kenal

Reply

5. calander calando calandre calandria calangay calanid calanque

calantas calanthe calapite calapitte calascione calash calashes calastic

calathea calathi calathian calathidia calathidium calathiform calathisci

calathiscus calathos calaththi calathus calavan says:

August 5, 2013 at 10:09 pm

I like to disseminate understanding that will I have accumulated with the

calendar year to

assist improve group performance.

Reply

6. Davids says:

August 6, 2013 at 11:44 am

Dok, blognya keren bgt… T.O.P B.G.T

Reply

Leave a Reply

Enter your comment here...

8fdea64c83 /2011/03/04/kasu guest

Page 36: Contoh Kasus SNH

Fill in your details below or click an icon to log in:

(required)(Address never made public)(required)

( Log   Out  / Change )

( Log   Out  / Change )

( Log   Out  / Change )

( Log   Out  / Change )

Search for:

Archives March 2011 (1)

January 2011 (4)

March 2010 (2)

March 2011

M T W T F S S

« Jan

1 2 3 4 5 6

7 8 9 10 11 12 13

14 15 16 17 18 19 20

21 22 23 24 25 26 27

28 29 30 31

Recent Posts KASUS STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG NEURO RSSN BUKITTINGGI

KASUS DEMAM TIFOID DI RUANG ANAK RSSN BUKITTINGGI

KASUS ISK DI RUANG ANAK RSSN BUKITTINGGI

TUGAS PKP DI RUANG ANAK RSSN BUKITTINGGI

DIALOG IBLIS LAKNATULLOH DENGAN NABI MUHAMMAD SAW

Ayuminang's Blog The Twenty Ten Theme. Blog at WordPress.com.

Follow

Follow “Ayuminang's Blog”

Get every new post delivered to your Inbox.

Post Comment 45 0

cb31204801 184

Search

subscribe 12832201 http://ayuminang. loggedout-follow 0fff3d6a65 /2011/03/04/kasu

Sign me up

Page 37: Contoh Kasus SNH

Powered by WordPress.com

%d bloggers like this: