1650
JEA
Jurnal Eksplorasi Akuntansi
Vol. 1, No 4, Seri A, November 2019, Hal 1650-1665
ISSN : 2656-3649 (Online)
http://jea.ppj.unp.ac.id/index.php/jea/issue/view/14
PENGARUH COGNITIVE DISSONANCE BIAS, OVERCONFIDENCE BIAS
DAN HERDING BIAS TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN
INVESTASI (Studi Empiris Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Yang
Melakukan Investasi Di Bursa Efek Indonesia)
Dila Afriani1, Halmawati2
1Alumni Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang 2Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang
*Korespondensi: [email protected]
Abstract: This study aims to determine whether cognitive dissonance bias, overconfidence bias and
herding bias have a significant effect on stock investment decision making partially and simultaneously.
the sample in this study were students of the Faculty of Economics, Padang State University. The
sampling technique was simple random sampling . A total of 133 questionnaires were returned in
complete condition and processed. by using multiple linear regression techniques, the results show that
cognitive dissonance bias and overconfidence bias do not affect stock investment decisions. Herding bias
has a positive and significant influence on stock investment decision making.
Keywords: Cognitive dissonance bias; overconfidence bias; herding bias; investment decision making.
How to cite (APA 6th style)
Afriani, Dila. & Halmawati. (2019). Pengaruh Cognitive Dissonance Bias, Overconfidence Bias
dan Herding Bias Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi (Studi Empiris pada
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang yang Melakukan Investasi di
Bursa Efek Indonesia). Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 1(4), Seri A, 1650-1665.
PENDAHULUAN
Pasar modal di Indonesia bukan sebagai penggerak utama dalam roda perekonomian negara,
walau demikian peran pasar modal tetap dipandang cukup penting sebagai salah satu barometer
kondisi perekonomian suatu negara serta sebagai alternatif bagi pendanaan dan sarana
berinvestasi. Pasar modal Indonesia saat ini sedang dalam proses pembentukan menuju
pendewasaan pelaku pasar, ada kecenderungan bahwa para investor mempertimbangkan
informasi akuntansi sebelum membuat keputusan investasi (Puspaningtyas, 2010).
Informasi akuntansi bagi perusahaan yang terdaftar di pasar modal mempunyai peranan
sangat penting dalam membentuk pasar modal yang efisien. Informasi akuntansi dalam arti
bentuk dan isinya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pengambilan keputusan investasi
para investor (Wignjohartojo, 1995; Harianto dan Sudomo, 2001; Hamzah, 2005; Hartono, 2008
dalam Puspaningtyas, 2010; Aisyah at all, 2019).
1651
Investasi adalah salah satu bentuk penanaman modal seseorang di masa sekarang dengan
harapan mendapatkan imbalan di masa yang akan datang. Tandelilin (2010) menjelaskan
beberapa alasan seseorang melakukan investasi seperti untuk kehidupan yang lebih layak di masa
depan, mengurangi tekanan inflasi, dan dorongan untuk menghemat pajak. Investasi pada
hakikatnya merupakan suatu pengorbanan yang dilakukan oleh investor di masa sekarang untuk
mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang dengan mempertimbangkan risiko yang
akan dihadapi
Setiap informasi mengenai suatu perusahaan menyebabkan perubahan dalam keyakinan,
persepsi dan penilaian investor terhadap nilai perusahaan (Puspitaningtyas, 2007). Informasi
akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan harus memberikan nilai manfaat (useful)
kepada para penggunanya (users) dalam hal pengambilan keputusan. Konsep relevansi nilai
informasi akuntansi menjelaskan tentang bagaimana investor bereaksi terhadap pengumuman
informasi akuntansi, reaksi ini akan membuktikan bahwa kandungan informasi akuntansi
merupakan isu yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan investasi, sehingga
dapat dikatakan bahwa informasi akuntansi bermanfaat (useful) bagi investor (Aprillianto,
Wulandari dan Kurrohman , 2014).
Selain membuat analisis fundamental investor di pasar saham harus peka dan pandai
membaca tren yang ada, investor harus melacak dan memahami siklus fluktuasi harga saham.
Informasi akuntansi sebagai salah satu basis informasi dalam pengambilan keputusan investasi
merupakan kandungan internal yang dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan melalui
teknik analisis fundamental. Analisis fundamental atau analisis laporan keuangan (financial
statements analysis) bertujuan untuk menyediakan data yang berhubungan dengan perusahaan
yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan investasi. Keputusan investasi yang
dimaksud adalah keputusan untuk membeli, menjual, atau pun mempertahankan kepemilikan
saham (Puspaningtyas, 2010). Adanya informasi yang lengkap, akurat serta tepat waktu
memungkinkan investor untuk melakukan pengambilan keputusan secara rasional sehingga hasil
yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan (Sembiring, 2005 dalam Puspitaningtyas, 2007).
Keberhasilan investasi seorang investor pada dasarnya ditentukan oleh seberapa tepat
keputusan yang diambil dan mampu menentukan dengan tepat dan baik jenis maupun waktu
investasi yang memiliki probabilitas yang lebih besar untuk mendapatkan keuntungan (return).
Keputusan investasi yang diambil seorang investor akan berbeda dengan investor lainnya
disebabkan adanya faktor psikologi yang berbeda yang mempengaruhi masing-masing investor
dalam mengambil keputusan investasi (Seto, 2017). Pertimbangan atas kemungkinan yang akan
terjadi tersebut mempengaruhi seorang investor bertindak rasional ataupun irasional dalam
mengambil keputusan. Pendekatan decision usefulness mengasumsikan bahwa investor adalah
individu yang rasional. Artinya, individu yang mempertimbangkan trade-off antara tingkat return
yang diharapkan dengan tingkat risiko yang akan dihadapi dalam keputusan investasinya, dan
memilih tindakan yang akan menghasilkan expected utility yang paling tinggi (Puspanityas,
2010).
Investor yang rasional adalah investor yang selalu menanggapi informasi baru yang
didapat dan membuat pilihan-pilihan yang secara normatif dapat diterima (Subash, 2012). Sikap
irasional sangat dipengaruhi oleh faktor psikologi dalam diri investor. Keterlibatan emosi,
kesukaan, sifat dan berbagai macam hal yang melekat di dalam diri manusia dapat menyebabkan
manusia bertindak irasional dalam mengambil keputusan (Budiarto dan Susanti, 2017). Dampak
dari irasionalitas seorang investor dalam pasar modal menyebabkan tidak maksimalnya
keuntungan maupun hilangnya kesempatan untuk memperoleh pengembalian yang diharapkan
1652
dari investasi serta menyebabkan pasar menjadi panik dan berpotensi mengacaukan pasar,
sehingga pasar bergerak menjadi tidak normal dan efisien.
Kenyataan menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan individu ternyata jauh
lebih kompleks dari yang diasumsikan teori utilitas harapan, terdapat kesenjangan yang besar
antara konsep rasionalitas yang diasumsikan ilmu ekonomi dengan konsep rasionalitas yang
digunakan manusia dalam mengambil keputusan di dunia nyata (Suartana, 2010). Teori prospek
yang dikemukan oleh Kahneman dan Tversky (1979) menjelaskan berbagai keadaan pemikiran
yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan investor, teori ini menggabungkan 2
(dua) ilmu yang berbeda yaitu ekonomi dan psikologi. Teori ini beranggapan bahwa perilaku
manusia dianggap aneh dan kontradiktif dalam mengambil keputusan dan tidak selamanya
rasional.
Shefrin (2007) dalam Setiawan, Atahau, dan Robiyanto (2018) menjelaskan bahwa bias
perilaku merupakan kecenderungan kesalahan prediksi. Bias perilaku terdiri dari faktor kognitif
dan emosi dari dalam diri masing- masing individu yang dapat mempengaruhinya dalam
pengambilan keputusan investasi. Pompian (2006) dalam Pradhana (2018) menjelaskan bahwa
bias dibagi menjadi dua kategori yaitu cognitive bias dan emotinal bias. Bias kognitif (cognitive
bias) adalah penyimpangan dalam proses pemahamam, pengolahan, dan pengambilan keputusan
atas suatu informasi atau fakta. Sedangkan bias emosional (emotional bias) adalah
penyimpangan karena menitikberatkan pada perasaan dan spontanitas dari pada fakta.
Penelitian yang dilakukan Umairoh (2012) pada investor di Salatiga terkait dengan
cognitive bias dan emotional bias dalam pengambilan keputusan investasi mendapatkan hasil
bahwa cognitive dissonance bias tidak berpengaruh signifikan. Cognitive dissonance bias adalah
keadaan ketidakseimbangan yang terjadi ketika kognitif itu sendiri tidak sesuai dimana terjadi
suatu konflik yang muncul dari informasi yang baru diperoleh berbeda dengan pemahaman yang
sudah diterima sebelumnya (Umairoh, 2012). Pradhana (2018) meneliti pengaruh financial
literacy, cognitive bias dan emotional bias terhadap keputusan investasi di surabaya, menyatakan
bahwa cognitive dissonance tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi. Secara tidak
langsung penelitian tersebut mendukung penelitian Umairoh (2012).
Kondisi emosi dari psikologi investor juga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.
Overconfidence adalah suatu kondisi dimana seorang investor cenderung terlalu yakin terhadap
kemampuan dan pengetahuannya dalam mengambil keputusan. Jannah dan Ady (2017)
melakukan penelitian mengenai analisis fundamental, suku bunga, dan overconfidence terhadap
pengambilan keputusan investasi pada investor di Surabaya. Hasil menunjukkan bahwa perilaku
overconfidence berpengaruh dalam pengambilan keputusan investasi. Penelitian yang dilakukan
Paramita, Isbanah dan Purwohandoko (2018) menyatakan bahwa overconfidence tidak
mempengaruhi perilaku investor. Overconfidence menyebabkan orang melebih-lebihkan
pengetahuan, meremehkan risiko dan melebih-lebihkan kemampuan dalam hal kontrol atas apa
yang terjadi. Beberapa penelitian tersebut menunjukkan hasil yang berbeda terkait dengan
perilaku overconfidence dalam mengambil keputusan investasi di pasar saham.
Pengambilan keputusan investasi sendiri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kognitif dan
emosional saja melainkan ada faktor sosial yang mempengaruhinya. Penelitian Fityani (2015)
adanya variabel sosial yang mempengaruhi seorang investor dalam mengambil keputusan yaitu
herding. Herding merupakan perilaku investor yang cenderung mengikuti keputusan investor
lain dalam berinvestasi. Hasil dari penelitian Ramdhani (2018) menunjukan bahwa herding
behavior berpengaruh positif atau signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi oleh
investor muda yang ada di Yogyakarta. Danepo (2018) dalam penelitiannya tentang pengaruh
1653
bias perilaku investor terhadap keputusan investasi di pasar saham. Hasil penelitiannya
menunjukkan perilaku herding berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan investasi.
Hasil ini dapat dimaknai bahwa semakin besar perilaku herding yang dimiliki investor maka
akan mempengaruhi keputusan investasinya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti
empiris mengenai pengaruh cognitive dissonance bias, overconfidence bias dan herding bias
terhadap pengambilan keputusan investasi saham, pada mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang yang melakukan investasi di Bursa Efek Indonesia.
REVIU LITERATUR DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Behavioral Finance
Behavioral finance yaitu suatu ilmu yang menjelaskan bagaimana faktor kognitif dan emosi
mampu mempengaruhi pengambilan keputusan keuangan. Behavioral finance menjelaskan dan
meningkatkan pemahaman tentang pola penalaran investor, serta pola emosional yang terlibat
dan sejauh mana mempengaruhi pengambilan keputusan investasi (Ricciardi dan Simon, 2000).
Bodie, Kane dan Marcus (2016) menjelaskan behavioral finance merupakan sebuah model pasar
keuangan yang menekankan potensi implikasi faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku
investor. Ketidakrasionalan ini terbagi menjadi dua kategori. Pertama, bahwa investor tidak
selalu memproses informasi dengan benar dan karenanya menyimpulkan distribusi probabilitas
yang salah tentang tingkat pengembalian di masa depan. Kedua, bahkan diberi distribusi
probabilitas pengembalian, investor sering membuat keputusan yang tidak konsisten atau
sistematis secara optimal.
Prospect Theory
Teori prospek yang dikemukan oleh Kahneman dan Tversky (1979) merupakan teori yang
menjelaskan bagaimana pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manusia yang hasilnya
belum pasti dalam suatu keadaan. Teori prospek menegaskan bahwa seseorang tidak selalu
bertindak rasional dibawah risiko dan ketidakpastian, seseorang akan dipengaruhi oleh faktor
psikologi dan perilaku yang tidak menentu dalam mengambil keputusan yang rasional
(Pradikasari dan Isbanah, 2018). Pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh investor
tidak hanya berdasarkan pertimbangan rasional semata. Aspek emosional turut berpengaruh
dalam pengambilan keputusan investasi. Ricciardi dan Simon (2000) menjelaskan teori prospek
berhubungan dengan gagasan bahwa individu tidak selalu berperilaku rasional. Teori ini
menyatakan bahwa ada bias yang terus menerus dimotivasi oleh faktor-faktor psikologis
mempengaruhi pilihan individu dalam kondisi ketidakpastian.
Keputusan Investasi
Subash (2012) menyatakan keputusan investasi dapat didefinisikan sebagai proses pemilihan
alternatif tertentu dari berbagai alternatif yang ada. Mengambil keputusan investasi merupakan
salah satu tantangan penting yang dihadapi oleh investor. Ini merupakan suatu proses yang rumit
yang melibatkan analisis berbagai faktor personal, teknis dan situasional. Pemahaman aspek
psikologi merupakan hal yang penting dalam proses pengambilan keputusan investasi yang
efektif.
Cognitive Dissonance Bias
Cognitive dissonance adalah keadaan ketidakseimbangan yang terjadi ketika kognitif itu sendiri
tidak sesuai. Suatu keadaan atau situasi ketika konflik muncul dari informasi baru yang diperoleh
1654
berbeda dengan pemahaman yang sudah diterima sebelumnya (Umairoh, 2012). Disonansi
kognitif merupakan suatu situasi dimana orang tidak nyaman dengan informasi baru yang
didapatkannya yang menimbulkan keraguan dari pemahaman awal yang diterima sebelumnya
(Pompian, 2006 dalam Jannah dan Ady, 2017).
Overconfidence Bias
Overconfidence merupakan kecenderungan untuk terlalu yakin atas kemampuan dan prediksi
untuk berhasil. Kondisi ini merupakan hal normal yang sekaligus merupakan cerminan dari
tingkat keyakinan seseorang untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu. Tidak bisa disangkal
bahwa manusia memiliki kepercayaan diri yang tinggi termasuk dalam berinvestasi (Gozalie dan
Anastasia, 2015). Konsekuensi dari overconfidence adalah investor yang akan overestimate
terhadap kemampuannya untuk mengevaluasi perusahaan sebagai investasi yang potensial,
cenderung untuk melakukan perdagangan yang berlebihan (overtrading), dan underestimate
terhadap risiko.
Herding Bias
Herding adalah suatu perilaku yang cenderung meniru perbuatan yang dilakukan oleh orang lain
dari pada mengikuti keyakinannya ataupun informasi yang dimiliki (Hirshleifer dan Teoh, 2003).
Perilaku herding merupakan bias perilaku yang paling umum terjadi dimana investor cenderung
mengikuti keputusan investasi yang diambil oleh mayoritas. Alasan utama herding adalah
tekanan atau pengaruh oleh rekan-rekan atau orang-orang sekitar.
Pengaruh Cognitive Dissonance Bias Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi Saham
Cognitive dissonance bias (Bias disonansi kognitif\) adalah konflik mental atau perasaan
kegelisahan, stres atau ketidaknyamanan seseorang ketika dihadapkan dengan informasi baru
yang menunjukkan bahwa keyakinan atau asumsi yang mereka pegang adalah salah, ketika
investor bertindak melawan nilai-nilai mereka atau ketika mereka memegang dua atau lebih
keyakinan atau nilai-nilai yang bertentangan (Valsova, 2016). Investor mencoba untuk
merasionalisasi dan membenarkan tindakan dan keputusan mereka yang sebelumnya untuk
menghindari disonansi kognitif karna menantang keputusan mereka di masa lalu. Keinginan
untuk menghindari disonansi kognitif dapat menyebabkan pengulangan kesalahan dan keputusan
yang buruk dalam investasi. Berdasarkan penelitian dan pernyataan terdahulu, maka penulis
merumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1: Cognitive dissonance bias berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan
keputusan investasi saham.
Pengaruh Overconfidence Bias Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi Saham
Overconfidence merupakan bias yang melibatkan terlalu tingginya pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan seseorang untuk mengendalikan situasi dan meremehkan risiko yang ada
(Valsova, 2016). Dalam hal investasi, terlalu percaya diri tampaknya memiliki aplikasi langsung
yang cukup berbelit-belit yang melibatkan proyeksi masa depan. Terlalu percaya diri merupakan
atribut yang mempengaruhi persepsi risiko individu karena investor yang terlalu percaya diri
cenderung membuat keputusan mendadak yang menggambarkan perilaku pengambilan risiko
mereka. Berdasarkan penelitian dan pernyataan terdahulu, maka penulis merumuskan hipotesis
sebagai berikut:
1655
H2: Overconfidence bias berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan
investasi saham.
Pengaruh Herding Bias Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi Saham
Herding dalam konteks keuangan terjadi ketika seorang investor di pasar keuangan meniru
perilaku investor lain atau kelompok investor yang lebih besar. Kasus klasik herding di bidang
keuangan adalah kecenderungan investor individu untuk mengikuti keputusan investasi
mayoritas bukan dengan hati-hati dan rasional menilai keputusan sendiri secara independen dari
pendapat mayoritas (Valsova, 2016). Perilaku herding merupakan tindakan irasional dimana
investor tidak mendasarkan keputusan investasinya pada informasi yang tersedia ataupun nilai
fundamental perusahaan melainkan berdasarkan tindakan investor yang lainnya atau berdasarkan
noise yang terjadi dalam pasar saham. Berdasarkan penelitian dan pernyataan terdahulu, maka
penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3: Herding bias berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi
saham
Gambar 1
Kerangka Konseptual
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif yang kemudian diolah menggunakan uji
asumsi klasik dengan menggunakan program SPSS. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dengan metode survey. Alat analisis dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi berganda. Teknik pengumpulan data menggunakan metode
kuisioner yang langsung didistribusikan kepada responden. Alat ukur data dalam penelitian ini
menggunakan skala likert.
Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
yang terdaftar dalam Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia (GIBEI) FE UNP. Pada penelitian ini
jumlah sampel sebesar 133 responden berdasarkan jumlah indikator sebanyak 19 buah dikali 7.
Jadi melalui perhitungan tersebut didapatkan jumlah sampel sebesar 133 orang. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling.
Cognitive dissonance bias
(X1)
( Overconfidence bias
(X2)
Herding bias
(X3)
Pengambilan keputusan investasi
saham
(Y)
1656
Metode Analisis Data
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov- Smirnov Z (1- Sample K-S).
Jika nilai Asymp. Sig. < dari 0,05 maka berarti berdistribusi tidak normal, sebaliknya jika
nilai Asymp. Sig. > dari 0,05 maka berarti berdistribusi normal.
2) Uji Multikolinearitas
Ada beberapa kriteria untuk mendeteksi multikolinearitas adalah sebagai berikut :
a) Dengan melihat nilai tolerance, apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka tidak
terjadi multikolinearitas dan sebaliknya apabila nilai tolerancenya lebih kecil dari 0,10
maka terjadi multikolinearitas.
b) Dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor), apabila nilai VIF lebih besar dari
10 maka terjadi multikolinearitas, sedangkan apabila lebih kecil dari 10 maka tidak
terjadi multikolinearitas.
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap makan disebut homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
b. Uji Hipotesis
1) Uji Regresi Linear Berganda
Persamaan regresi berganda merupakan persamaan regresi dengan menggunakan dua atau
lebih variabel independen. Bentuk umum persamaan regresi linear berganda adalah :
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3=....=e
2) Uji Parsial (Uji T)
Uji statistik t bertujuan untuk seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara
individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Dengan Ho adalah parameter
keberhasilan sama dengan nol, dan Ha parameter suatu variabel tidak sama dengan nol.
Dasar pengambilan keputusan :
a) Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 atau t hitung < t tabel ,maka hipotesis tidak
terbukti dan Ho diterima, Ha ditolak.
b) Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 atau t hitung > t tabel maka hipotesis terbukti
dan Ho ditolak, Ha diterima.
3) Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk menguji apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi 5% maka
kriteria pengujian sebagai berikut :
a) Apabila nilai signifikansi f < 0,05, maka H0 ditolak, bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel dependen.
1657
b) Apabila nilai signifikansi f > 0,05, maka H0 diterima, bahwa tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel dependen.
4) Koefisien Dereterminasi (R2)
Koefisien determinasi (R square) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol atau satu. Nilai R square yang kecil berarti kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Tabel . 1
Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 133
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.45668907
Most Extreme Differences Absolute .044
Positive .042
Negative -.044
Kolmogorov-Smirnov Z .505
Asymp. Sig. (2-tailed) .961
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Pengolahan data statistis SPPS (2019)
Berdasarkan hasil tabel 4.13 uji normalitas diatas menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig
sebesar 0,961 lebih besar dari nilai signifikansi 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
data berdistribusi normal sehingga dapat memenuhi uji normalitas.
2) Uji Multikolinearitas
Tabel. 2
1658
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8.555 1.849 4.628 .000
COGNITIVE
DISSONANCE BIAS
(X1)
.159 .191 .053 .832 .407 .994 1.006
OVERCONFIDENCE
BIAS (X2) .096 .076 .118 1.266 .208 .459 2.178
HERDING BIAS (X3) .778 .120 .603 6.465 .000 .460 2.176
a. Dependent Variable: KEPUTUSAN INVESTASI (Y)
Sumber : Pengolahan data statistis SPSS (2019)
Berdasarkan tabel 4.14 hasil uji multikolinearitas diatas dapat dilihat bahwa variabel
cognitive dissonance bias (x1) memiliki nilai VIF 1,006 < 10 dan nilai tolerance 0,994 > 0,10,
overconfidence bias (x2) dengan nilai VIF 2,178 < 10 dan nilai tolerance 0,459 > 0,10 dan
herding bias (x3) dengan nilai VIF 2,176 < 10 dan nilai tolerance 0,460 > 0,10. Dari hasil uji
multikolinearitas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk variabel cognitive dissonance bias,
overconfidence bias dan herding bias tidak terdapat korelasi antar variabel independen, sehingga
tidak terjadi gejala multikolinearitas.
3) Uji Heteroskedastisitas
Tabel 3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .595 1.122 .530 .597
COGNITIVE
DISSONANCE BIAS
(X1)
.001 .116 .001 .007 .995
OVERCONFIDENCE
BIAS (X2) .051 .046 .141 1.098 .274
HERDING BIAS (X3) .015 .073 .027 .211 .833
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber : Pengolahan data statistis SPSS (2019)
Berdasarkan tabel 4.15 hasil uji heteroskedastisitas diatas menunjukkan nilai signifikansi
variabel cognitive dissonance bias (x1) 0,995 > 0,05, nilai signifikansi variabel overconfidence
1659
bias (x2) 0,274 > 0,05, dan nilai signifikansi variabel herding bias (x3) 0,833 > 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
b. Uji Hipotesis
1) Uji Regresi Linear Berganda Tabel 4
Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.555 1.849 4.628 .000
COGNITIVE
DISSONANCE BIAS (X1) .159 .191 .053 .832 .407
OVERCONFIDENCE
BIAS (X2) .096 .076 .118 1.266 .208
HERDING BIAS (X3) .778 .120 .603 6.465 .000
a. Dependent Variable: KEPUTUSAN INVESTASI (Y)
Sumber : Pengolahan data statistis SPSS (2019)
Berdasarkan tabel diatas dapat analisis model persamaan sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Y = 8,555 + 0,159X1 + 0,096X2 + 0,778X3
Dimana :
Y = Keputusan investasi
a = Nilai Konstanta
X1 = Cognitive dissonance bias
X2 = Overconfidence bias
X3 = Herding bias
Dari persamaan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Nilai konstanta sebesar 8,555 menunjukkan bahwa jika variabel independen yaitu cognitive
dissonance bias, overconfidence bias dan herding bias bernilai nol maka nilai keputusan
investasi adalah sebesar nilai konstanta 8,555.
b) Koefisien variabel cognitive dissonance bias sebesar 0,159. Ini menunjukkan bahwa
cognitive dissonance bias mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan investasi.
Koefisien tersebut dapat diartikan bahwa setiap peningkatan cognitive dissonance bias satu-
satuan, maka keputusan investasi meningkat sebesar 0,159 satuan dengan asumsi variabel
lain dari model regresi bernilai tetap.
c) Koefisien variabel overconfidence bias sebesar 0,096. Ini menunjukkan bahwa
overconfidence bias mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan investasi. Hal ini
berarti bahwa setiap peningkatan overconfidence bias satu-satuan, maka keputusan investasi
meningkat sebesar 0,096 satuan dengan asumsi variabel lain dari regresi bernilai tetap.
1660
d) Koefisien variabel herding bias sebesar 0,778. Ini menunjukkan bahwa herding bias
mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan investasi. Hal ini berarti bahwa setiap
peningkatan herding bias satu-satuan, maka keputusan investasi meningkat sebesar 0,778
satuan dengan asumsi variabel lain dari model regresi bernilai tetap.
2) Uji Parsial (Uji T)
a) Pengaruh variabel cognitive dissonance bias terhadap pengambilan keputusan investasi
Hipotesis pertama adalah cognitive dissonance bias berpengaruh positif. Berdasarkan
hasil tabel di atas, hipotesis pertama memiliki nilai t hitung 0,832 < 1,9785 dan nilai
signifikansi 0,407 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini tidak dapat
membuktikan cognitive dissonance bias berpengaruh signifikan terhadap keputusan
investasi, dengan demikian hipotesis pertama (H1) ditolak.
b) Pengaruh variabel overconfidence bias terhadap pengambilan keputusan investasi
Hipotesis kedua adalah overconfidence bias berpengaruh positif. Berdasarkan hasil tabel
di atas, hipotesis kedua memiliki nilai t hitung 1,266 < 1,9785 dan nilai signifikansi 0,208
> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini tidak dapat membuktikan
overconfidence bias berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi, dengan
demikian hipotesis kedua (H2) ditolak.
c) Pengaruh variabel herding bias terhadap pengambilan keputusan investasi
Hipotesis ketiga adalah herding bias berpengaruh positif. Berdasarkan hasil tabel di atas,
hipotesis ketiga memiliki nilai t hitung 6,465 > 1,9785 dan nilai signifikansi 0,000 <
0,005. Hal ini menunjukkan bahwa herding bias berpengaruh signifikan terhadap
keputusan investasi, dengan demikian hipotesis ketiga (H3) diterima.
3) Uji Simultan (Uji F) Tabel 5
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 747.699 3 249.233 40.357 .000a
Residual 796.662 129 6.176
Total 1544.361 132
a. Predictors: (Constant), HERDING BIAS (X3), COGNITIVE DISSONANCE BIAS (X1),
OVERCONFIDENCE BIAS (X2)
b. Dependent Variable: KEPUTUSAN INVESTASI (Y)
Sumber : pengolahan data statistis SPSS (2019)
Berdasarkan tabel 4.18 di atas menunjukkan hasil pengolahan statistik analisis regresi
nilai f = 40,357 dan dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara
bersama-sama cognitive dissonance bias, overconfidence bias dan herding bias berpengaruh
signifikan terhadap keputusan investasi.
1661
4) Uji Koefisien Determinasi (R2) Tabel 6
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .696a .484 .472 2.48509
a. Predictors: (Constant), HERDING BIAS (X3), COGNITIVE
DISSONANCE BIAS (X1), OVERCONFIDENCE BIAS (X2)
Sumber : Pengolahan data statistis SPSS (2019)
Berdasarkan tabel 4.19 menunjukkan nilai koefisien adjusted R square adalah 0472. Hal ini
mengindikasikan bahwa kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 47,2
% sedangkan 52,8% lainnya ditentukan oleh variabel lain yang tidak diketahui dan di model
penelitian.
PEMBAHASAN
Pengaruh Cognitive Dissonance Bias Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi
Berdasarkan hasil olahan statistik dalam penelitian ini dinyatakan bahwa hipotesis 1 (H1) ditolak.
Melalui pengujian regresi berganda, didapatkan nilai koefisien sebesar 0,159, hal ini
menunjukkan bahwa cognitive dissonance bias berpengaruh positif. Hipotesis pertama memiliki
nilai t hitung sebesar 0,832 < 1,9785 dan nilai signifikansi 0,407 > 0,05 yang artinya cognitive
dissonance bias tidak berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi. Jika
cognitive dissonance bias mengalami peningkatan atau penurunan tidak akan mempengaruhi
keputusan investasi dimana hasil ini tidak sesuai dengan prospect theory.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Pradhana (2018) yang membuktikan bahwa
cognitive dissonance bias tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan investasi karena
responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa. Mahasiswa memiliki kekompakan yang baik,
dimana mereka akan saling bertukar informasi. Akibatnya, mereka tidak akan ragu jika
mendapatkan informasi baru. Selain itu diprediksi bahwa cognitive dissonance bias tidak selalu
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan.
Pengaruh Overconfidence Bias terhadap Pengambilan Keputusan Investasi
Berdasarkan hasil olahan statistik dalam penelitian ini dinyatakan bahwa hipotesis 2 (H2) ditolak.
Melalui pengujian regresi berganda, didapatkan nilai koefisien sebesar 0,096. Nilai ini
menunjukkan bahwa setiap peningkatan overconfidence bias satu-satuan maka keputusan
investasi meningkat sebesar 0,096. Hipotesis kedua memiliki nilai t hitung sebesar 1,266 <
1,9785 dan nilai signifikansi 0,208 < 0,05 yang artinya bahwa overconfidence bias tidak
berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Paramita et al (2018)
yang menyatakan overconfidence bias tidak berpengaruh pada perilaku investor. Kepercayaan
diri yang berlebihan dapat menyebabkan investor yang berani melakukan transaksi saham yang
berlebihan, sehingga berakibat pada return portofolio yang didapatkan akan lebih rendah. Terlalu
percaya diri dapat menyebabkan investor menanggung risiko yang lebih besar. Responden dalam
penelitian ini merupakan mahasiswa ekonomi yang sebenarnya memiliki pengetahuan yang
cukup tentang saham, namun responden yang telah melakukan transaksi saham dengan frekuensi
1662
tinggi menghasilkan ketelitian analisis dan manfaat yang belum maksimal hanya sebagian yang
mahir dalam transaksi saham. Oleh karena itu, responden memang memiliki pengetahuan yang
cukup tentang saham namun belum memiliki kemampuan yang cukup mahir dalam praktik
bertransaksi saham. Sehingga hal ini mempengaruhi tingkat kepercayaan diri yang berlebihan
tentang transaksi saham. Dapat diartikan juga bahwa meskipun responden memiliki pengetahuan
yang cukup tentang saham, tetapi mereka belum terampil dalam bertransaksi saham sebagai
investor yang profesional. Masih kurangnya kemampuan responden dalam melakukan transaksi
dan analisis saham sehingga responden masih menganggap saham adalah transaksi yang sangat
berisiko.
Pengaruh Herding Bias Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi
Berdasarkan hasil olahan statistik dalam penelitian ini dinyatakan bahwa hipotesis 3 (H3)
diterima. Melalui pengujian regresi berganda, didapatkan nilai koefisien sebesar 0,778. Nilai ini
menunjukkan bahwa setiap peningkatan herding bias satu-satuan maka keputusan investasi akan
meningkat sebesar 0,778. Hipotesis ketiga memiliki nilai t hitung sebesar 6,465 > 1,9785 dan
nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang artinya bahwa herding bias berpengaruh signifikan terhadap
keputusan investasi.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ramdani (2018) yang menyatakan bahwa
variabel herding bias berpengaruh positif atau signifikan terhadap pengambilan keputusan
investasi. Dari keputusan investor lain tersebut, investor lebih bereaksi cepat terhadap perubahan
keputusan investor lain dalam berinvestsi. Selain itu juga investor lebih senang membeli saham
jika saham tersebut diminati sejak awal diperdagangkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Qasim et al (2019) yang menunjukkan bahwa variabel herding bias memiliki dampak
yang kuat pada keputusan investasi. Karna pasar saham pakistan yang tidak berkembang dengan
baik dan efisien, sehingga informasi tidak tersedia untuk semua investor. Hal ini yang membuat
investor dipengaruhi oleh herding bias untuk melindungi diri dari kerugian. Seorang investor
akan menunjukkan perilaku herding ketika ia lebih bergantung pada informasi yang divalidasi
oleh orang banyak, bukan pada penilaian sendiri karena dengan persepsi bahwa pilihan atau
keputusan investasi yang diambil mayoritas tidak mungkin salah.
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari temuan penelitian diketahui bahwa cognitive dissonance bias tidak berpengaruh
signifikan terhadap keputusan investasi.
2. Dari temuan penelitian diketahui bahwa overconfidence bias tidak berpengaruh signifikan
terhadap keputusan investasi.
3. Dari temuan penelitian diketahui bahwa herding bias berpengaruh positif signifikan terhadap
keputusan investasi.
KETERBATASAN
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat diperbaiki oleh peneliti selanjutnya.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya menggunakan 3 variabel yang belum menjelaskan pengaruh variabel
dependen secara keseluruhan.
1663
2. Penelitian hanya menggunakan sampel pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Padang dengan jumlah responden yang belum mencerminkan sikap investor secara
keseluruhan yang dapat dipengaruhi oleh bias perilaku dalam mengambil keputusan investasi.
Saran
Berdasarkan hasil dan keterbatasan dalam penelitian ini, penulis dapat memberikan beberapa
saran yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya, antara lain sebagai berikut :
1. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah variabel penelitian di luar variabel yang
telah peneliti gunakan sehingga mampu menjelaskan pengaruh bias terhadap pengambilan
keputusan investasi.
2. Peneliti selanjutnya dapat menambah sampel responden yang digunakan menjadi lebih
beragam dan hasil penelitian lebih menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi pada
investor saat mengambil keputusan investasi.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, P., Erinos, N., & Mulyani, E. (2019). Pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi Dan
Persepsi Kontrol Perilaku Terhadap Intensi Investor Dalam Pemilihan Saham. Jurnal
Eksplorasi Akuntansi, 1(2), 769-780.
Aprillianto, B., Wulandari, N., & Kurrohman, T. (2014). Perilaku investor saham individual
dalam pengambilan keputusan investasi : studi hermeneutika-kritis. E-Journal Ekonomi
Bisnis dan Akuntansi, 1 (1), 16-31.
Ar-rachman, A. R. 2018. Pengaruh Overconfidence Bias dan Bias Optimisme Terhadap
Pengambilan Keputusan Investasi Pada Investor di Yogyakarta. Skripsi. Fakultas
Ekonomi. Universitas Islam Indonesia.
Barber, B. M., & Odean, T. (2000). Trading is hazardous to your wealth : The Common Stock
Investment Performance Of Individul Investors. The Journal Of Finance, LV, 2.
Budiarto, A., & Susanti. (2017). Pengaruh Financial Literacy, Overconfidence, Regret Aversion
Bias dan Risk Tolerance terhadap Keputusan Investasi . Jurnal Ilmu Manajemen 05(02) ,
1-9.
Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, A. (2016). Manajemen Portofolio dan Investasi. Edisi 9. Jakarta :
Salemba Empat.
Danepo, M. 2018. Pengaruh Bias Perilaku Investor Terhadap Keputusan Investasi di Pasar
Saham (studi pada Bursa Efek Indonesia). Tesis. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.
Universitas Lampung.
Fityani, I. .2015. Analisis Investor Herding Behavior dengan Multinomial Logit Regression Pada
BEI. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Diponegoro.
Ghalandari, K., & Ghahremanpour, J. (2013). The Effect of Market Variables and Herding Effect
on Investment Decision as Factor Influencing Investment Peroformance in Iran. Journal
of Basic and applied Scientific Research, 313-318.
Ghozali, I. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Gozalie, S., & Anastasia, N. (2015). Pengaruh Perilaku Heuristics dan Herding Terhadap
Pengambilan Keputusan Investasi Properti Hunian. FINESTA, 3(1), 1-5.
1664
Gupta, Y., & Ahmed, S. (2017). The Impact of Behavioral Biases on Investors Behavior in
Indian Stock Market. International Journal of Management and Social Science Research
Review, 1(37), 175-183.
Hirshleifer, D., & Teoh, S. H. (2003). Limited attention, information disclosure, and finacial
reporting. Journal of Accounting and Economics, 36, 337-386.
Humra, Y. (2014). Behavioral Finance : An Introduction to the Principles Governing Investor
Behavior in Stock Markets. International Journal of Financial Management, 5(2), 23-30.
Jannah, W., & Ady, S. U. (2017). Analisis Fundamental, Suku bunga dan Overconfidence
Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi Pada Investor di Surabaya. Jurnal Bisnis dan
Manajemen, 1(2), 138-155.
Javed, H., Bagh, T., & Razaaq, S. (2017). Herding effects, overconfidence, availibility bias and
representativeness as behavioral determinant of preceived investment performance : an
empirical evidence from pakistan stock exchange (PSX). Journal of Global Economics,
6(1), 1-13.
Kahneman, D., & Tversky, A. (1979). Prospect Theory : An Analysis of Decision Under Risk.
Journal of The Econometric Society, 47(2), 263-291.
Kengatharan, L. (2014). The Influence of Behavioral Factors in Making Investment Decisions
and Performance : Study on Investors of Colombo Stock Exchange, Sri Lanka. Asian
Journal of Finance & Accounting, 6(1), 1-23.
Khan, A. R., Azeem, M., & Sarwar, S. (2017). Impact of Overconfidence and Loss Aversion
Biases on Investment Decision : Moderating Role of Risk Perception. Intenational
Journal of Transformation in Accounting, Auditing & Taxation, 23-34.
Khan, M. T. I., Tan, S. H., & Chong, L. L. (2016). The Effect of Stated Preference For Firm
Characteristics, Optimism and Overconfidence on Trading Activities. International
Journal of Bank Marketi, 34(37).
Kumar, S., & Goyal, N. (2015). Behavioral biases in investment decision making - a systematic
literature review. Qualitative Research in Financial Markets, 7(1), 88-108.
Lika-liku IHSG selama setahun bak Roller Coaster. Diakses 20 Mei 2019, dari
http://www.alinea.id
Paramita, R. S., Isbanah, Y., & Purwohandoko. (2018). Bias Kognitif dan Kepribadian Individu :
Studi Perilaku Investor Muda di Surabaya. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia,
9(2), 214-235.
Pradhana, R. W. (2018). Pengaruh Finacial Literacy, Cognitive Bias dan Emotional Bias
terhadap Keputusan Investasi . Jurnal Ilmu Manajemen, 6(3), 108-117.
Pradikasari, E., & Isbanah, Y. (2018). Pengaruh Financial Literacy, Illusion of Control,
Overconfidence, Risk Tolerance, Dan Risk Perception Terhadap Keputusan Investasi
Pada Mahasiswa di Kota Surabaya. Jurnal Ilmu Manajemen, 6(4), 424-434.
Puspaningtyas, Z. (2010). Relevansi nilai informasi akuntansi dan manfaatnya bagi investor.
Jurnal Ekonomi dan Keuangan.
Puspitaningtyas, Z. (2007). Pemanfaatan informasi akuntansi bagi investor dalam proses
pengambilan keputusan investasi. Jurnal NeO-Bis, 1(2).
Qasim, M., Hussain, R. Y., Mehboob, I., & Arshad, M. (2019). Impact of herding behavior and
overconfidence bias on investors decision making in pakistan. Accounting, 5, 81-90.
Ramdani, F. N. (2018). Analisis Pegaruh Representiveness Bias dan Herding Behavior Dalam
Pengambilan Keputusan Investasi (Studi pada mahasiswa di Yogyakarta). Skripsi.
Fakulas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia.
1665
Ricciardi, V., & Simon, H. K. (2000). What is Behavioral Finance . Business, Education and
Technology Journal Fall, 1-9.
Setiawan, Y. C., Atahau, A. D., & Robiyanto. (2018). Cognitive Dissonance Bias,
Overconfidence Bias dan Herding Bias dalam Pengambilan Keputusan Investasi Saham.
Accounting and Financial Review, 1 (1), 17-25.
Seto, A. A. (2017). Behavioral Biases pada Individual Investor di Kota Palembang. Jurnal
Ilmiah Ekonomi Global Masa Kini, 8(01), 6-11.
Statman, M. (2014). Behavioral finance : Finance with normal people. Borsa istanbul Review, 1-
9.
Suartana, I Wayan. (2010). Akuntansi Keperilakuan : Teori dan Implementasi. Yogyakarta :
Andi.
Subash, R. (2012). Role of Behavioral Finance in Portfolio Investment (Decisions : Evidence
from India). Tesis. Faculty of Social Sciences. Charles University in Prague.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.
Sumtoro, A., & Anastasia, N. (2015). Perilaku Keuangan dalam Pengambilan Keputusan
Berinvestasi Properti Residensial di Surabaya. FINESTA,. 3(1), 41-45.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Kanisius.
Umairoh, P. (2012). Cognitive Bias dan Emotional Bias dalam Pengambilan Keputusan Investasi
Portofolio. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Kristen Satya Wacana.
Valsova, D. 2016. Behavioral Finance and Its Practical Implications for Investment
Profesionals. Tesis. State University of New York.
Waweru, N. M., Mwangi, G. G., & Parkinson, J. M. (2014). Behavioural factors influencing
investment decisions in the Kenyan property market. Afro-Asian J. Finance and
Accounting, 4(1) , 24-49.