LAPORAN KASUS
Cutaneous larva migrans (CLM)
Asro Hayani Harahap
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Program Pendidikan Profesi Dokter Universitas Jambi
RSUD Raden Mattaher Jambi
Pembimbing : dr. Tudung Hidayat, SpKK
PENDAHULUAN
Cutaneous larva migrans (CLM) adalah kelainan kulit yang merupakan
peradangan berbentuk linear atau berkelok – kelok, menimbul dan progresif,
disebabkan oleh invansi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan
kucing.1
Cutaneous larva migrans disebut juga creeping eruption, dermatosis
linearis migrans, sandworn disease.
Invasi ini sering terjadi pada anak-anak terutama yang sering berjalan tanpa
alas kaki, atau yang sering berhubungan dengan tanah atau pasir. Demikian pula
para petani atau tentara yang sering mengalami hal yang sama. Lebih sering pada
pria. Penyakit ini terdapat di seluruh daerah beriklim panas yaitu didaerah tropis
dan subtropis yang hangat dan lembab, misalnya di Afrika, Amerika Selatan dan
Barat, di Indonesia pun banyak dijumpai.1,2,3
Cutaneous larva migrans biasanya ditujukan untuk lesi yang diakibatkan
cacing tambang dengan hospes non manusia. Penyebab utama adalah larva yang
berasal dari cacing tambang binatang anjing dan kucing, yaitu Ancylostoma
brazilienze dan Ancylostoma caninum.1
Di Asia Timur umumnya disebabkan oleh gnatostoma babi dan kucing. Pada
beberapa kasus ditemukan Echinococcus, Strongyloides sterconalis, Dermatobia
maxiales, dan Lucilia caesar. Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva dari
beberapa jenis lalat, misalnya Castrophilus (the horse bot fly) dan cattle fly.
Biasanya larva ini merupakan stadium ketiga siklus hidupnya. Nematoda hidup
1
pada hospes, ovum terdapat pada kotoran binatang dan karena kelembaban
berubah menjadi larva yang mampu mengadakan penetrasi ke kulit.1
Creeping eruption disebabkan oleh berbagai spesies cacing tambang
binatang yang didapat dari kontak kulit langsung dengan tanah yang
terkontaminasi feses anjing atau kucing. Hospes normal cacing tambang ini adalah
kucing dan anjing. Telur cacing diekskresikan ke dalam feses, kemudian menetas
pada tanah berpasir yang hangat dan lembab. Kemudian terjadi pergantian bulu
dua kali sehingga menjadi bentuk infektif (larva stdaium tiga). Manusia yang
berjalan tanpa alas kaki terinfeksi secara tidak sengaja oleh larva dimana larva
menggunakan enzim protease untuk menembus melalui folikel, fisura atau kulit
intak. Setelah penetrasi stratum korneum, larva melepas kutikelnya. Biasanya
migrasi dimulai dalam waktu beberapa hari.
Larva stadium tiga menembus kulit manusia dan bermigrasi beberapa cm
per hari, biasanya antara stratum germinativum dan stratum korneum. Larva ini
tinggal di kulit berjalan-jalan tanpa tujuan sepanjang dermoepidermal.hal ini
menginduksi reaksi inflamasi eosinofilik setempat. Setelah beberapa jam atau hari
akan timbul gejala di kulit.
Larva bemigrasi pada epidermis tepat di atas membran basalis dan jarang
menembus ke dermis. Manusia merupakan hospes aksidental dan larva tidak
mempunyai enzim kolagenase yang cukup untuk penetrasi membran basalis
sampai ke dermis. Sehingga penyakit ini menetap di kulit saja. Enzim proteolitik
yang disekresi larva menyebabkan inflamasi sehingga terjadi rasa gatal dan
progresi lesi.
Kebanyakan larva tidak mampu menembus lebih dalam dan mati setelah
beberapa hari sampai beberapa bulan.
Masuknya larva ke kulit disertai rasa gatal dan panas. Penetrasi sering
terjadi pada tungkai, plantar, tangan, anus, bokong dan paha, juga bagian mana
saja yang kontak dengan tempat larva berada.. Mula – mula akan timbul papul,
kemudian diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau berkelok –
kelok, menimbul dengan diameter 2 – 3 mm, dan berwarna kemerahan. Adanya
lesi papul yang eritematosa ini menunjukkan bahwa larva tersebut telah berada di
2
kulit selama beberapa jam atau hari. Keadaan ini dapat menetap selama
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan, atau langsung menjalar dan
menimbulkan garis seperti benang yang berjalan, agak meninggi. Perkembangan
selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang berkelok – kelok, polisiklik,
serpiginosa, menimbul, dan membentuk terowongan (burrow), mencapai panjang
beberapa cm. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari.1,2,5
Lesi lama akan mengering dan membentuk krusta. Sejumlah besar larva
dapat aktif pada saat yang sama dengan disertai pembentukan serangkaian lesi
yang berputar-putar dan berliku-liku.2
Larva bergerak sepanjang beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter
sehari, dan berada di bagian depan lesi. Perjalanan satu larva umumnya terbatas
pada daerah yang relatif kecil, tetapi kadang-kadang dapat bergerak lebih jauh.
Sepanjang garis lesi seirng terdapat vesikula dan rasa gatal menimbulkan garukan
dan selanjutnya terjadi dermatitis dan infeksi sekunder. Migrasi akan berhenti
setelah beberapa minggu sampai beberapa bulan. Penyakit bersifat self limiting
karena manusia merupakan hospes terakhir, sampai larva tersebut akhirnya mati.
Perkiraan mengenai lamanya penyakit secara alamiah sangat bervariasi. Variasi
ini tegantung spesies larva, tetapi umumnya tidak diketahui.2
Larva currens merupakan suatu bentuk khusus dari penyakit ini. Penyebab
adalah S. Stercoralis. Terdapat erupsi papular yang hebat pada tempat penetrasi
dengan diikuti urtikaria dan erupsi papulovesikular, edematous, atau nonspesifik.
Paling sering terdapat pada daerah perianal atau bokong. Parasit bermigrasi cepat,
dapat sampai 10 cm per jam. Pnyakit yang kronik dan intermiten dapat bertahan
sampai bertahun-tahun.2
3
Gambar 2.1 gambaran klasik: eritema, serpiginosa6
Gambar 2.2 Cutaneous larva migrans pada jempol kanan6
.
Gambar 2.3 Cutaneous larva migrans pada kaki.6
Diagnosis ditegakkan berdasarkan atas gambaran klinis dengan
ditemukannya lesi yang khas, yakni terdapatnya kelainan seperti benang yang
lurus atau berkelok-kelok, menimbul dan terdapat papul atau vesikel diatasnya.
Biopsi kurang mempunyai arti karena larva sulit ditemukan. Penyakit ini akan
4
sembuh sendiri (self limited), sekitar 50% larva mati dalam 12 minggu walaupun
tanpa terapi.1,2
Cutaneous larva migrans ini adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri.
Berapa lama penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya tergantung spesies
larva yang menginfeksi. Pada beberapa kasus, lesi akan sembuh tanpa terapi
dalam 4 sampai 8 minggu. Tetapi, terapi yang efektif dapat mepercepat
penyembuhan penyakit ini .Adapaun terapi yang dapat digunakan adalah sbb:
a. Medikamentosa
1. Pengobatan sistemik ( oral )
Obat oral tiabendazol digunakan dengan dosis 25-50 mg/kgBB dua kali
sehari selama 2 hari dengan dosis maksimal 3 gram sehari. Jika belum
sembuh dapat diulangi setelah beberapa hari. Terapi ini diberikan jika lesi
luas dan terapi topikal tidak berhasil. Efek samping berupa pusing, kram,
mual dan muntah. Juga dapat digunakan albendazol 400 mg per oral, dosis
tunggal selama 3 hari berturut-turut. Gatal dapat hilang dalam 24-48 jam
setelah terapi dimulai dan dalam seminggu sebagian lesi atau terowongan
dapat diresolusi.
2. Pengobatan topikal
Obat pilihan berupa tiobendazol topikal 10%, diaplikasi 4 kali sehari
selama satu minggu. Topikal thiabendazol adalah pilihan terapi pada lesi
yang awal, untuk melokalisir lesi., mengurangi lesi multiple dan infeksi
folikel oleh cacing tambang. Obat ini perlu diaplikasikan di sepanjang lesi
dan pada kulit normal di sekitar lesi. Dapat juga digunakan solutio
tiobendazol 2% dalam DMSO (dimetil sulfoksida) atau tiobendazol topikal
ditambah kortikosteroid topikal yang digunakan secara oklusi dalam 24-48
jam.
3. Cryotheraphy
Cara terapi ialah dengan cryotherapy yakni menggunakan CO2, snow (dry
ice) dengan penekanan selama 45 detik hingga 1 menit, dua hari berturut –
turut. Penggunaan N2 liquid juga dicobakan. Cara beku dengan
menyemprotkan kloretil sepanjang lesi. Cara tersebut di atas agak sulit
5
karena kita tidak mengetahui secara pasti di mana larva berada, dan bila
terlalu lama dapat merusak jaringan disekitarnya. Terapi ini efektif bila
epidermis terkelupas bersama parasit. Seluruh terowongan harus
dibekukan karena parasit diperkirakan berada dalam teroongan. Cara ini
bersifat traumatik dan hasilnya kurang dapat dipercaya. Pengobatan cara
lama dan sudah ditinggalkan adalah dengan preparat antimony.1,2
b. Non Medikamentosa
Secara umum dapat dicegah dengan meningkatkan sistem sanitasi yang
baik terutama yang terkait dengan feses . Pemakaian sepatu pada area dimana
banyak terdapat penyakit cacing tambang. Memperhatikan kebersihan dan
menghindari kontak yang terlalu banyak dengan hewan-hewan yang merupakan
karier cacing tambang.1,2
Berikut ini dilaporkan sebuah kasus Cutaneous larva migrans pada
seorang laki-laki berusia 47 tahun
6
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Ruddin Manurung
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 47 Tahun
Pekerjaan : Supir
Alamat : Handil Jaya
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Batak
Hobi : Memancing
ANAMNESA
Keluhan Utama
Timbul bintil kemerahan disertai gatal di perut sejak 4 bulan yang lalu
Keluhan Tambahan
-
Riwayat Perjalanan Penyakit
± 6 bulan yang lalu, timbul bintil-bintil kemerahan di perut kanan disertai rasa
gatal. Bintil-bintil di perut seperti gigitan nyamuk, kemudian os garuk dan
timbul bintil semakin banyak. Diobati dengan kalpanax, rasa gatalnya hilang
tetapi bintil-bintilnya tetap ada.
± 4 bulan yang lalu bintil-pintil di perut kanan hilang dan timbul bintil yang
sama di perut kiri. Terasa gatal pada siang dan malam hari. Os merasa gatal
dan bintilnya semakin lama terus berpindah seperti menjalar.
Tidak anggota keluarga yang tinggal serumah yang mengalami penyakit yang
sama dengan os.
7
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan os
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran Umum :
Kesadaran : kompomentis
Vital sign :
TD : 110/80 mmHg Nadi:80x/menit RR: 18x/menit Suhu: 36,5o C
Kepala :
- normocephal
- mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, refleks cahaya +/+
- hidung : dbn
- telinga : dbn
- mulut : dbn
Leher :
- Pembesaran KGB (-)
- Kulit dbn
Thoraks :
- simetris kanan-kiri
- jantung : BJ I/II murni, regular, murmur (-), gallop (-)
- pulmo : vesikuler normal, ronkhi (-), wheezing (-)
8
Abdomen : datar, supel, bising usus (+) normal, hepar lien tidak teraba
Ekstremitas Superior: akral hangat, edema -/-, kulit dbn
Ekstremitas Inferior: akral hangat, edema -/-, kulit dbn
Genitalia : tidak diperiksa
Status Dermatologis
Pada regio umbilikalis sinistra Terdapat papul erimatous yang berkelok,
memanjang (burrow) dan vesikel di ujungnya
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada kasus ini
RESUME
Seorang laki-laki , 47 tahun , seorang supir, sudah menikah, islam, datang
berobat ke poli RSUD Raden Mattaher Jambi tanggal 23 Agustus 2012 pukul
11.30 WIB dengan keluhan timbul bintil kemerahan disertai gatal di perut sejak 4
bulan yang lalu.
Pada anamnesis didapatkan terasa gatal pada siang dan malam hari. Os
merasa gatal dan bintilnya semakin lama terus berpindah seperti menjalar.
9
Pada pemeriksaan fisik, status generalis didapatkan dalam batas normal.
Pada status dermatologis didapatkan pada regio umbilicalis sinistra terdapat
papul erimatous yang berkelok, memanjang (burrow) dan vesikel di ujungnya
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
- Cutaneous larva migrans (CLM)
- Skabies
- Dermatofitosis
DIAGNOSIS KERJA
Cutaneous larva migrans (CLM)
TERAPI
o Semprotan kloretil pada ujung lesi
o Anti helmintes : tiabendazol 50 mg/ kgbb/hari
o Antihistamin Cetirizine 2x1 tab/hari
PROGNOSA
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fuctionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
PEMERIKSAAN ANJURAN
Mencari larva di ujung ruam yang menjalar
10
PEMBAHASAN
Pada laporan ini, pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan timbul bintil
kemerahan disertai gatal di perut sejak 4 bulan yang lalu. Timbul bintil-bintil
kemerahan pada awalnya di perut kanan disertai rasa gatal dan timbul bintil
semakin banyak. sudah diobati dengan kalpanax tidak sembuh. Terasa gatal pada
siang dan malam hari. Gatal dan bintilnya semakin lama terus berpindah seperti
menjalar. Tidak anggota keluarga yang tinggal serumah yang mengalami penyakit
yang sama dengan os.
Manifestasi klinis dan ruam pada kulit yang diderita pasien ini sama dengan
manifestasi klinis dan ruam pada pasien Cutaneous larva migrans.
Cutaneous larva migrans (CLM) adalah kelainan kulit yang merupakan
peradangan berbentuk linear atau berkelok – kelok, menimbul dan progresif,
disebabkan oleh invansi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing
Pada kasus ini, pemeriksaan penunjang tidak dilakukan. Diagnosis banding
tinea kapitis adalah scabies dan dermatofitosis.
Pasien pada kasus ini mendapatkan terapi medikamentosa dan non
medikamentosa. Terapi medikamentosa berupa anti helmintes (tiabendazol) 50
mg/ kgbb/hari dan antihistamin (Cetirizine) 2x1 tab/hari.
Prognosis pada pasien ini bonam, karena penyakit ini merupakan penyakit
yang dapat sembuh sendiri.
11
Top Related