Memasuki Bulan Desember merupakan bulan yang sibuk bagi orang
Kristen.
Ada banyak persiapan yang dilakukan oleh orang Kristen untuk menyambut
datangnya Natal.
"Natal" (origin dari bahasa latin) = kelahiran. Memperingati Natal = memperingati kelahiran (Yesus Kristus).
"Christmas" (Hari Natal) berasal dari kata
Cristes maesse, frase dalam Bahasa Inggris yang berarti
Mass of Christ (Misa
Kristus).
Natal (dari bahasa Portugis yang berarti "kelahiran") adalah
hari raya umat Kristen yang diperingati setiap tahun oleh umat
Kristiani pada tanggal 25 Desember untuk
memperingati hari kelahiran Yesus Kristus.
Dalam arti yang lebih sempit,
Natal adalah perayaan kelahiran Yesus di Bethlehem duaribu tahun yang lalu.
Pada tahun 1994 terdapat
1,8 milyar umat Kristen dari sekitar 5,5 milyar populasi dunia. Hal ini membuat Kristen menjadi agama terbesar dalam hal jumlah penganut. Karena umat Kristiani mengikuti Yesus,
perayaan kelahiran Yesus menjadi sangat penting bagi mereka dan bagi sebagian besar wilayah di dunia.
Encyclopedia Britannica
Dulunya, 25 Desember merupakan peringatan tradisional masyarakat Romawi
untuk mempertingati
Saturnus (Dewa Panen)
dan Mithras (Dewa petir) sekaligus titik balik matahari di musin dingin.
Di saat kekaisaran Roma dikuasai orang-orang Kristen, Gereja mengambil alih tanggal tersebut dari pesta kafir bangsa Romawi ini yang terkenal dengan ungkapan
"Dies Natalis (Solis) invicti." : Hari Raya Kelahiran Dewa Matahari yang terkalahkan.
Umat Kristen telah mengemukakan bahwa
Yesus adalah “Matahari yang tak terkalahkan”
itu yang sudah dinubuatkan dalam alkitab.
Maleakhi 4:2
“Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu
akan terbit Surya Kebenaran dengan kesembuhan pada
sayapnya.”
Di abad-abad awal orang-orang Kristen sudah tahu itu bukan tanggal lahir Yesus, hanya
tanggal perayaannya
sebagai usaha memenangkan
dunia kafir,
sehingga pesta kafir menjelma (metamorphosis) menjadi Hari
Natal.
Seiring dengan berkembangnya agama Kristen, Natal menjadi semakin penting dan
mengalahkan perayaan-perayaan tradisional yang telah ada sebelumnya
Masa kini, sebaliknya, kebanyakan Umat Kristen beranggapan bahwa itu adalah tanggal sesungguhnya
Yesus lahir.
Pohon Natal berasal dari penyembahan berhala kultus
Asheira, di mana masyarakat Eropa
telah mengambil pohon pinus kecil dan membawanya ke
dalam rumah mereka untuk menyembahnya sebagai
dewa.
Pada waktu suku-suku itu diinjili,
tradisi mereka dikristenkan pula dan dijadikan gambaran kehidupan baru dan dihiasi
dengan lampu-lampu untuk
menunjukkan bahwa Yesus adalah pohon terang yang menyinari
seluruh bumi.
Pemberian hadiah seperti di perayaan Saturnalia dikristenkan karena
Santo Nikolaus (270-345 M) telah punya tradisi memberi hadiah.
Dia dikuduskan sebagai Santo pada Abad Ke-19 dan ini asalnya Santo Nikolaus atau Santa Claus.
Lalu, hadiah-hadiah yang mau diberikan biasanya
diletakkan di bawah pohon
Natal lalu dibagikan pada pagi
hari pada tanggal 25
Desember itu.
Walaupun Yesus tidak lahir
pada tanggal 25 Desember dan tanggal itu adalah
gabungan berbagai perayaan kafir, tanggal tersebut dan perayaan
Natal bisa saja kita terima.
Pada waktu bulan Desember kita memiliki kesempatan luar biasa
menjadi saksi Yesus dan untuk memberitakan Injil.
Tanggalnya tidak terlalu penting.
Yang terpenting adalah kesempatan
dan kebebasan pemberitaan
Injil itu.
Kita melihat dalam
pelayanan Rasul Paulus
di Athena,ia menggunakan prinsip
yang sama. Dalam Kisah Para Rasul
17:23.
“Ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai
juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang
kuberitakan kepada kamu.”
Kita merayakan Natal, bukan sebagai tanggal yang sesungguhnya, tetapi sebagai
tanggal perayaan agar
dunia mengenal kasih Allah.
Bahwa Sang Juruselamat telah lahir ke dalam dunia yang gelap
dengan membawa kasih dan terang Allah kepada semua manusia.
Yesus adalah hadiah Allah kepada kita.
Jadi, mari kita merayakannya dengan
sukacita, kasih dan semangat membagikan kasih-Nya kepada semua manusia.
Dalam Matius 2:1-12, ada 3 macam/kelompok
orang yang menyambut
kelahiran Kristusdi dunia dengan
caranya masing-masing.
Siapa saja?
1. Orang-Orang Majus
Orang Majus dalam Matius 2:1-12 ini adalah
ahli nujum agamawi non Yahudi yang menarik kesimpulan dengan mengamati bintang, bahwa seorang raja agung bangsa Yahudi sudah lahir.Mereka berasal dari Timur (Mat. 2:1).
Pertama kali orang Majus melihat bintang ajaib penanda lahirnya Kristus adalah sekitar
2 tahun sebelum mereka sampai di istana Herodes
(bdg. Mat. 2:7, 16).
Orang Majus menyambut Natal (kelahiran Kristus di
dunia) dengan kerelaan untuk berkorban. Mereka tidak datang kepada Yesus untuk meminta sesuatu melainkan untuk memberi sesuatu.
Melalui kerelaan mereka untuk berkorban itu, mereka mendapatkan
sesuatu yang tidak dapat dinilai dengan harta, yaitu “sukacita penuh” dalam Tuhan (Mat.
2:10).
2. Raja Herodes
Herodes Agung memerintah sebagai Raja Yudea tahun 37 – 4 SM. Dialah yang menjadi Raja daerah Yudea ketika Yesus lahir.
Ketika ia mendengar berita dari orang Majus bahwa ada raja orang
Yahudi yang baru dilahirkan, Herodes sangat terkejut (Mat. 2:2-3).
Herodes mengumpulkan informasi dari orang Majus, para imam kepala, dan para ahli Taurat
dengan alasan untuk turut menyembah Yesus (Mat. 2:8).
Tetapi sesungguhnya Herodes merasa
iri-dengki, curiga, dan terancam tahtanya.
Herodes menyambut Natal dengan keirian, kedengkian, keegoisan.
Dia merasa ada yang menyaingi dia sebagai raja.
Jabatan imam diadakan untuk melayani persembahan korban, sebagai pengantara yang mewakili manusia datang ke hadapan Allah.
Sedangkan ahli Taurat adalah para pejabat, sekretaris, dan penyalin.
Mereka yang
paling tahu dimana Mesias akan dilahirkan tetapi mereka tidak mau tahu/tidak peduli dengan berita kelahiran tersebut.
Mereka menyadari bahwa Mesias akan datang di Betlehem dari nubuatan para Nabi, tetapi mereka
tidak menanggapi sebagaimana mestinya.
Ada orang Kristen yang tahu Natal itu apa tetapi sesungguhnya mereka
tidak memahami makna Natal itu
sehingga mereka menanggapi Natal tidak sebagaimana mestinya.
Bukan saja sekedar peringatan sejarah semata, melainkan
kelahiran Yesus yang sesungguhnya di dalam hati setiap manusia melalui
kelahiran baru.
Mari kita sambut Natal dengan meningkatkan
PENGABDIANkita kepada Tuhan, memeliharaHATI DAN PIKIRAN KITA
bagi Tuhan, dan terus
MENJADI SAKSI TUHANbagi orang lain.
Top Related