CESTODA USUS
TAENIASIS
Taeniasis (Cacing Pita)
Taeniasis pada manusia disebabkan oleh cacing cestoda dewasa yang habitatnya di usus halus. Ada 2
jenis yaitu Taenia solium (cacing pita babi) dan Taenia saginata (cacing pita sapi).
Morfologi
Cacing dewasa.
Panjang taenia solium panjangnya 2-3 meter. Taenia saginata dapat mencapai 24 neter. Kepalanya
(skoleks) bentuk bulat, diameter 1 mili dan 4 buah alat penghisap (sucker). Pada taenia solium, kepala
dilengkapi rostellum yang punya 2 deret kait melingkar.
Proglotid (segmen) pada taenia solium punya kurang lebih 1000 buah segmen. Pada taenia saginata
lebih dari 2000 segmen.
Telur. Morfologi telur taenia solium sulit dibedakan bentuk dan ukurannya dengan taenia saginata. Telur
bentuk bulat, warna coklat, diameter 30 - 45 mikron. Embrio punya dinding tebal dan bergaris radial.
Epidemiologi
Penyebaran cacing Taenia ini adalah kosmopolit dan terdapat di seluruh dunia. Banyak di daerah yang
memelihara dan makan daging babi misal sumut, sulut, dan bali. Hospes definitif manusia. Hospes
perantara daging babi. Cacing dewasa hidup dalam jejunum manusia bagian atas, dapat hidup selama 25
tahun. Telur yang terdapat di tinja penderita akan dimakan babi, kemudian di dalam usus babi, telur
akan pecah dan onkosfer terlepas dengan menggunakan kaitnya menembus usus, masuk ke arteri atau
limfe di daerah usus, ke aliran darah dan menyebar ke organ-organ terutama otot lidah, otot leher, otot
bahu, otot jantung, dan otot gerak lainnya. Dalam waktu 60-70 hari setelah infeksi, onkosfer dalam
organ babi akan berubah menjadi larva sistiserkus yang infektif bagi manusia. Manusia akan terinfeksi
jika memakan daging sapi atau babi yang kurang matang yang mengandung larva sistiserkus cellulosae
hidup.
Diagnosis
Gejala keluhan taeniasis ini umumnya ringan. Kait cacing taenia solium tidak banyak menimbulkan
kerusan pada usus manusia. Komplikasinya menyebabkan obstruksi usus pada infeksi berat cacing ini.
Diagnosis pasti dapat ditegakkan pada pemeriksaan tinja dapat ditemukan telur cacing atau cacing
dewasa. Pemeriksaan darah menunjukan gambaran kadar hemoglobin yang rendah, Hb pria kurang dari
13,5 g/dl, wanita kurang dari 11,5 g/dl.
Pengobatan
Albendazole dosis dewasa 400mg/hari, dosis tunggal, 3 hari berturut-turut. Anak usia 1-2 th 200mg.
Mebendazole dosis 2 x 200 mg/hari selama 4 hari berturut turut.
Kombinasi mebendazole dan pirantel pamoat dalam bentuk dosis tunggal. Dosis 10mg/kgbb.
Atabrin. Diberikan peroral atau transduodenal. Peroral 0,2gr setiap 10 mnt bersama air sampai total
dosis 1gr. Pemberian transduodenal, memasukkan 1gr atabrin dalam larutan 100ml air ke duodenum
dengan pipa ryle. Setelah 10 mnt lakukan purgasi.
Pencegahan
Memasak daging dengan baik ( pemanasan 50 drajat celcius selama 30 mnt)
Jaga kebersihan lingkungan.
Mengawasi pemotongan dan penjualan daging.
Mengobati penderita yang terinfeksi larva cacing dan mencegah penularannya..
HYMENOLEPSIASIS
Penyakit zoonosis yang disebut juga cacing pita tikus
a. Hymenolepis nana
Etiologi : disebut juga dwarf tape worm atau cacing pita kerdil
Epidemiologi : kosmopolit di daerah iklim sedang
Habitat : 2/3 atas ileum,
Hospes : definitive → manusia, tikus, mencit
Perantara → -
Morfologi :
- Panjang 25-40 mm
- Lebar 0,1-0,5 mm
- Scoleks 4
- Proglotid 200 buah
- Proglotid matang lebar = 4x panjang, dg porus genital unilateral
- Telur oval,2 lapis membrane, berisi heksakan embrio
Siklus Hidup :
Manusia memakan telur → di usus,onkosfer keluar → menembus vili usus → larva
sistiserkoid → kembali ke lumen → jadi dewasa → autoinfeksi
Gejala :
- ringan :tidak menimbulkan gejala berarti
- berat : menimbulkan asteni (mual,muntah,bb↓,diare) dan enteritis catharal
Diagnosis : telur dalam tinja
Pengobatan : niclosamid 2gr dikunyah 1x1 selama 5-7 hari
Praziquantel oral dosis tunggal 5 mg / kg setelah makan pagi
Pencegahan : mengurangi sumber infeksi dg mengobati penderita, hindari makanan yg
tercemar tinja, pendidikan kebersihan
b. Hymenolepis diminuta
Habitat :usus halus
Hospes definitive : tikus, mencit
Hospes Perantara : larva pinjal tikus
Morfologi :
- ukuran lebih besar dr h.nana
- p 10-60mm
- l 3-5mm
- proglotid 800-1000buah
- scoleks bulat seperti cawan
- rostelum tanpa kait
Siklus :
Manusia memakan telur → di usus,onkosfer keluar → menembus vili usus → larva
sistiserkoid → kembali ke lumen → jadi dewasa → autoinfeksi
Gejala :
- ringan : tidak enak perut, diare ringan
Diagnosis : telur dalam tinja
Pengobatan : niclosamid 2gr dikunyah 1x1 selama 5-7 hari
- Praziquantel oral dosis tunggal 5 mg / kg setelah makan pagi
Pencegahan : membasmi tikus dan serangga
DIPHYLLOBOTHRIASIS
Epidemiologi :
Ditemukan di Eropa Tengah, Amerika, Kanada, Firlandia, Afrika Tengah, Jepang, belum
ditemukan di Indonesia. Infeksi cacing tergantung pada:
1. Hospes definitive (manusia atau binatang)
2. Hospes perantara (copepod dan ikan)
3. Kebiasaan makan di masyarakat (makan makanan mentah)
Hospes dan Habitat :
- Habitat : di usus halus, terutama ileum.
- Hospes definitive : manusia (juga ditemukan pada anjing dan kucing)
Morfologi dan siklus hidup :
Morfologi :
- Cacing dewasa: panjang 3-10 m (mencapai 60 meter)
- Proglotid 3000-4000
- Scolex lonjong seperti sendok
- Bothria buah pada bagian ventral dan dorsal
- Ukuran bothria 2,5 x 1 mm
- Strobila terdiri atas berbagai tingkat kematangan proglotid → pada proglotid matang,
ukuran lebar melebihi ukuran panjang > dipenuhi organ reproduksi ; testis banyak, kecil,
terletak dikedua sisi lateral pada bagian dorsal proglotid ; ovarium pada 1/3 posterior
proglotid, terletak di ventral berlobus 2 simetris, uterus terletak di bagian tengah seperti
bunga terbuka melalui porus uterinus yang terletak pada garis midventral. Pada proglotid
gravid, uterus melingkar di tengah proglotid dipenuhi telur tampakseperti kembang
- Satu proglotid mengeluarkan 1juta telur perhari
- Telur: bentuk oval,dinding tipis,operculum pada satu kutub, knob like pada kutub yang
lain, berisi heksakan embrio.
SIKLUS HIDUP:
Patologi : Diphyllobothriasis
Gejala klinik :
- Tergantung pada:
1. Stadium cacing
2. Produk cacing yang diserap tubuh
3. Kerentanan terhadap benda asing
4. Zat yang diserap oleh cacing
- Umumnya tanpa gejala
- Gangguan saraf
- Gangguan pencernaan
- Sakit perut
- Berat badan turun
- Lemah
- Kurang gizi
- Anemia defisiensi vitamin B12
Diagnosis : Ditemukan teluratau proglotid dalamtinja atau dalam muntahan
Pengobatan :
Praziquantel 5-10 mg/kg BB
Atabrin (quinakrin, hidroklorida) 0,5 gr →dalam keadaan perut kosong + natrium
bikarbonat
Pencahar (kalau cacing tidak keluar dalam jam)
Pada anak : diberikan melalui selang langsung ke duodenum→ karena dapat
menyebabkan muntah
Gizi : ↑protein, kalori, vitamin B12
Niclosamid (Yomesan), 4 tablet (2gr) dikunyah setelah makan hidangan ringan
Pencegahan
- Hindari makan makanan kurang matang atau mentah
- Menjaga pencemaran air oleh tinja
DIPILIDIASIS
Cacing yang bersifat zoonotik. Yang infeksinya berhubungan dengan anjing dan kucing.
Penyebabnya adalah cacing pita spesies Diphyllidium caninum.
MORFOLOGI
Cacing dewasa panjang tubuh dapat mencapai 70 cm, terdiri atas 60-175 segmen. Skoleksnya
berbentuk belah ketupat. Mempunyai 4 buah alat hisap lonjong dan menonjol. Rostelum
berbentuk kerucut dilengkapi 30-150 kait berbentuk duri mawar yang tersusun melengkung
transversal. Telur berbentuk bulat berukuran 30-60 µ dan mengandung onkosfer yang memiliki 6
kait, telur berada kantong telur (egg balls) masing-masing berisi 15-25 butir telur.
EPIDEMIOLOGI
Umumnya diderita oleh anak-anak berumur dibawah 8 tahun. Penularan terjadi bersama
termakannya pinjal anjing (Ctenocephalides canis) atau pinjal kucing (Ctenocephalides felis)
yang mengandung larva sistiserkoid cacing yang infektif.
DIAGNOSIS
Umumnya menunjukan gejala ringan, kemudian menunjukan gejala demam, nyeri perut, diare,
disertai penurunan berat badan. Diagnosis pasti dengan ditemukannya proglotid dari fecal smear.
PENGOBATAN
Infeksi pada manusia yang digunakan sebagai obat pilihan adalah Praziquantel dengan dosis 600
mg / dosis tunggal.
PENCEGAHAN
Menghindari kontak langsung anak-anak dengan anjing dan kucing. Dan juga menjaga higenitas
dari hewan peliharaan.
Soal diskusi parasit
1. Dipylidiasis hanya memeberikan gejala ringan dna tidak speesifik, bagaimana
membedakan dengan penyakit lain?
Jawaban : untuk menegakkkan diagnosis dipylidiasis diperlukan pemeriksaan tinja untuk
menemukan proglotid yang khas bentuknya. Kadang-kadang di dalam tinja penderita atau
di daerah sekitar anus penderita dapat juga ditemukan kelompk-kelompok telur parasit
2. Bagaimana cara pencegahan pada hewan yang terinfeksi taeniasis?
Jawaban : caranya bisa dengan vaksinasi pda hewan tersebut. Selain itu pencegahan pada
penyakit taeniasis dengan cara mengobati penderita karena merupakan sumber infeksi,
mengawasi pemotongan dan penjualan daging hewan, memasak daging dengan baik
(pemanasan 50° selama 30 menit), menjaga kebersihan lingkungan.