7/29/2019 Case Report SNH Saka
1/39
BAB I
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.S
Umur : 57 tahun
Alamat : Goyongan kecamatan arjawinangun
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 29 Agustus 2013 Pukul 07.00 WIB
II. ANAMNESIS (Aloanamnesis)
Keluhan Utama : Anggota gerak sebelah kanan tidak bisa
digerakkan
Keluhan Tambahan : Tidak bisa bicara
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang oleh keluarganya ke IGD RSUD Arjawinangun dengan
keluhan anggota gerak sebelah kanan tidak bisa digerakkan sejak kurang
lebih 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Anggota gerak sebelah kanan
tidak bisa digerakkan ketika pasien sedang memotong rumput di sawah.
Menurut keluarga pasien, setelah anggota gerak sebelah kanan tidak bisa
digerakkan pasien masih bisa berjalan sedikit-sedikit untuk pulang ke
rumahnya. keluarga pasien mengatakan anggota gerak sebelah kanan tetap
tidak bisa digerakkan sampai lebih dari 1 hari. Pasien tidak bisa bicara
setelah kejadian tersebut. Pasien hanya bisa tersenyum saja jika diajak
berbicara oleh orang lain. Pasien hanya bisa merespon dengan isyarat ya
7/29/2019 Case Report SNH Saka
2/39
atau tidak jika diberi pertanyaan. Keluarga pasien menyangkal bahwa
pasien mengalami mual dan muntah. Keluarga pasien juga menyangkal
kalau pasien tidak sadarkan diri setelah kejadian tersebut. Keluarga pasien
tidak mengetahui pasien mengeluhkan sakit pada kepalanya, namun
keluarga pasien mengatakan sesekali pasien suka memegang kepalanya.
Keluarga pasien juga mengatakan kalau pasien cenderung untuk tidur
dan pasien terlihat lemas. Keluarga pasien mengakui kalau pasien
mempunyai riwayat hipertensi, namun pasien tidak pernah berobat.
Keluarga pasien menyangkal kalau pasien mempunyai riwayat penyakit
jantung serta diabetes. Keluarga pasien mengaku kalau pasien mempunyai
kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok pasien sejak pasien masih muda
sampai sekarang. Keluarga pasien menyangkal kalau sebelumnya pasien
pernah mengalami keluhan yang sama. Keluarga pasien menyangkal kalau
pasien sedang dilanda masalah. Keluarga pasien tidak mengetahui kalau
ada gangguan pada penglihatan pasien, keluarga pasien mengatakan kalau
pasien diajak bicara pasien melihat ke arah orang yang mengajak bicara.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat hipertensi (+), riwayat DM (-), riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Interna
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4M6V5
7/29/2019 Case Report SNH Saka
3/39
Vital Sign : TD 160/110 mmHg
Nadi 92 x/menit
Respirasi 22 x/menit
Suhu 36,60 C
Kepala : Normocephal
Mata : CA (-/-), SI (-/-), RCL (+/+), RCTL(+/+) Pupil
isokor
THT : Dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran thyroid (-)
Thoraks : Cor BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo vesicular breath sound (+/+), wheezing
(-/-), rhonki (-/-)
Abdomen : cembung, supel, simetris, bising usus (+)
normal
Nyeri tekan (-) Nyeri lepas (-)
Ekstremitas atas : Akral hangat, Edema (-/-), sianosis (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat, Edema (-/-), sianosis (-/-)
B. Status Neurologi
Kesadaran/GCS : E4M6V5
Pupil
Kanan Kiri
bentuk Bulat Bulat
7/29/2019 Case Report SNH Saka
4/39
diameter 3 mm 3 mm
refleks cahaya langsung + +
refleks cahaya tak lansung + +
Tanda rangsang meningeal
kanan kiri
Kaku kuduk -
Brudzinski I - -
Laseque >70 >70
Kernig >135 >135
Brudzinski II - -
Brudzinski III - -
Brudzinski IV - -
Saraf Kranial
Kanan Kiri
N. I (olfactorius) + +
N. II(opticus)
Visus
Lapang pandang
Warna
Funduskopi
Konfrontasi
Reflek cahaya langsung
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
7/29/2019 Case Report SNH Saka
5/39
N. III (oculomotorius)
Ptosis
Baik
-
Baik
-
N. IV (troklearis) Baik Baik
N. V (trigeminus)
Mengunyah
Sensibilitas wajah
Reflek kornea
simetris
kanan = kiri
Kanan = kiri
+
7/29/2019 Case Report SNH Saka
6/39
N. VI(abdusen) Baik Baik
N. VII (facialis)
Siul
Kerut dahi
Tersenyum
Perasa lidah
Angkat alis
+
+
Mencong kanan
+
Kanan>kiri
N. VIII(vestibulococlearis)
Tes rhinne
Tes weber
Tes swabach
Baik
Tidak ada
Lateralisasi
Tidak
memanjang
Baik
Tidak ada
lateralisasi
Tidak
memanjang
N. IX (glossofaringeus)
Posisi uvula
Reflek muntah
Tidak ada
deviasi
Sulit
dilakukan
N. X (vagus) + +
N. XI (asesorius)
Menengok
Mengangkat bahu
Baik
+
Baik
+
6
7/29/2019 Case Report SNH Saka
7/39
N. XII (hipoglosus)
Menjulurkan lidah
Tremor
Kanan kiri
Deviasi kanan
-
normal
Motorik
Kanan Kiri
Kekuatan
ekstremitas atas
ekstremitas bawah
0
0
5
5
Refleks fisiologis
biceps
triceps
patella
achilles
+
+
+
+
+
+
+
+
Refleks patologis
Hoffman
Tromner
Babinski
Chaddok
Oppenheim
-
-
-
-
-
-
-
-
7
7/29/2019 Case Report SNH Saka
8/39
Gordon
Schifer
Gorda
-
-
-
-
-
-
-
-
Keseimbangan dan Koordinasi
kanan Kiri
Romberg - -
Disdiadokokinesis - -
Tes finger to nose - -
Tes tumit- lutut - -
Rebound phenomen - -
Fungsi Vegetatif : BAB (+), BAK (+), keringat (+)
Algoritma Gajah Mada :
Penurunan kesadaran (-), Nyeri Kepala (-), Refleks Babinski (-) = Stroke Iskemik
Skor Stroke Djoenaedi
Gejala klinis Onset Nilai
1. TIA sebelum serangan 0
2. Permulaan serangan Sangat mendadak(1-2 menit) 0
8
7/29/2019 Case Report SNH Saka
9/39
Mendadak (menit- 1 jam) 6,5
Pelan-pelan (beberapa jam) 0
3. waktu serangan Bekerja (aktivitas) 6,5
Istirahat/duduk/tidur 0
Bangun tidur 0
4. sakit kepala Sangat hebat 0Hebat 0
Ringan 0
Tidak ada 0
5. muntah Langsung sehabis serangan 0
Mendadak (menit-jam) 0
Pelan-pelan (1 hari / >) 0
Tidak ada 0
6. kesadaran Menurun langsung waktu serangan 0
Menurun mendadak (menit-jam) 0
Menurun pelan-pelan (1 hari/ >) 0Menurun sementara lalu sadar lagi 0
Tidak ada gangguan 0
7. tekanan darah sistolik Waktu serangan sangat tinggi (>200/110) 0
Waktu MRS sangat tinggi (>200/110) 0
Waktu serangan tinggi (>140/100) 0
Waktu MRS tinggi (>140/100) 1
8.tanda rangsangan selaput otak Kaku kuduk hebat 0
Kaku kuduk ringan 0
Kaku kuduk tidak ada 0
9. pupil Isokor 5
Anisokor 0Pinpoint kanan/kiri 0
Medriasis kanan/kiri 0
Kecil dan reaksi lambat 0
Kecil dan reaktif 0
10. fundus okuli Perdarahan subhialoid 0
Perdarahan retina(flame shaped) 0
Normal 0
Jumlah : 19
> 20 Stroke Hemoragik
< 20 Stroke Non hemoragik
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
9
7/29/2019 Case Report SNH Saka
10/39
Lab (27 Agustus 2013)
KGDS : 57 mg/dl
WBC : 12.3x103/l
CT Scan Kepala (27 Agustus 2013)
Ekspertise : infark pada temporal serebri sinistra
V. RESUME
a. Subyektif
Pasien laki-laki, umur 57 tahun,datang oleh keluarganya dengan keluhan anggota
gerak sebelah kanan tidak bisa digerakkan sejak kurang lebih 4 jam sebelum masuk
rumah sakit. Anggota gerak sebelah kanan tidak bisa digerakkan ketika pasien sedang
memotong rumput di sawah. keluarga pasien mengatakan anggota gerak sebelah
kanan tetap tidak bisa digerakkan sampai lebih dari 1 hari. Pasien tidak bisa bicara
setelah kejadian tersebut. Pasien hanya bisa tersenyum saja jika diajak berbicara oleh
orang lain. Pasien hanya bisa merespon dengan isyarat ya atau tidak jika diberi
pertanyaan. Keluarga pasien menyangkal bahwa pasien mengalami mual dan muntah.
Keluarga pasien juga menyangkal kalau pasien tidak sadarkan diri setelah kejadian
tersebut. Keluarga pasien tidak mengetahui pasien mengeluhkan sakit pada
kepalanya, namun keluarga pasien mengatakan sesekali pasien suka memegang
kepalanya.
Keluarga pasien juga mengatakan kalau pasien cenderung untuk tidur dan pasien
terlihat lemas. Keluarga pasien mengakui kalau pasien mempunyai riwayat hipertensi,
namun pasien tidak pernah berobat. Keluarga pasien menyangkal kalau pasien
mempunyai riwayat penyakit jantung serta diabetes. Keluarga pasien mengaku kalau
pasien mempunyai kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok pasien sejak pasien
10
7/29/2019 Case Report SNH Saka
11/39
masih muda sampai sekarang. Keluarga pasien menyangkal kalau sebelumnya pasien
pernah mengalami keluhan yang sama. Keluarga pasien menyangkal kalau pasien
sedang dilanda masalah. Keluarga pasien tidak mengetahui kalau ada gangguan pada
penglihatan pasien, keluarga pasien mengatakan kalau pasien diajak bicara pasien
melihat ke arah orang yang mengajak bicara.
b. Obyektif
Status Generalis
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 100 x/ menit
Pernafasan : 22 x/ menit
Suhu : 36,6 oC
N.Cranialis : Baik
Status Neurologis :
Tanda rangsang meningeal : (-)
Kekuatan Otot : 0 5
0 5
Refleks Patologis : - -
- -
Refleks Fisiologis : + +
11
7/29/2019 Case Report SNH Saka
12/39
+ +
Fungsi Vegetatif : Baik
Pemeriksaan Penunjang :
Lab darah : Hipoglikemi dan leukositosis
CT Scan : infark pada temporal serebri sinistra
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : hemiparese dextra
Diagnosis topis : infark temporal serebri
Diagnosis etiologi : Stroke Non Hemorraghik
VII. DIAGNOSIS BANDING
Stroke Hemorraghik
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Cek fungsi hati, ginjal, kadar kolesterol HDL/LDL, trigliserida, dan elektrolit
IX. PENATALAKSANAAN
FARMAKOLOGIS:
Terapi
IVFD RL 20 gtt/menit
Chlorpromazine 1x1 amp
12
7/29/2019 Case Report SNH Saka
13/39
Citicolin 2x250 mg
Ranitidin 2x1 amp
Aspilet 1x1 tab
Manitol 6x50cc
Amlodipin 5 mg 1x 1
NON FARMAKOLOGIS:
Pasien diberikan edukasi seputar penyakitnya, diantaranya:
a. Motivasi penderita untuk tetap rajin kontrol hipertensi dan latihan rutin agar dapat
beraktivitas sehari-hari seperti biasanya.
b. Motivasi menjaga asupan makanan rendah garam dan menghindari kolesterol
agar hipertensi terkontrol.
c. Motivasi keluarga pasien agar selalu memberi dukungan dan semangat psikologis
pada pasien untuk membantu proses penyembuhan.
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
13
7/29/2019 Case Report SNH Saka
14/39
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Stroke adalah gangguan fungsional otak yang bersifat lokal dan atau global, terjadi secara
akut berlangsung selama 24 jam atau lebih yang disebabkan oleh gangguan aliran darah otak
(Sidharta, 1999).
14
7/29/2019 Case Report SNH Saka
15/39
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan gangguan peredaran darah otak non
traumatik (Mansjoer, 2000).
B. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahunnya, 200 dari tiap 100.000 orang di Eropa menderita stroke, dan
menyebabkan kematian 275.000-300.000 orang Amerika. Di pusat-pusat pelayanan neurologi di
Indonesia jumlah penderita gangguan peredaran darah otak (GPDO) selalu menempati urutan
pertama dari seluruh penderita rawat inap.
Insidensi GPDO menurut umur, bisa mengeani semua umur, tetapi secara keseluruhan
mulai meningkat pada usia dekade ke-5. Insidensi juga berbeda menurut jenis GPDO.
Perdarahan subarachnoidal primer sudah mulai timbul pada usia dasawarsa ke-3 sampai ke-5 dan
setelah usia 60 tahun. Perdarahan intraserebral sering didapati mulai pada dekade ke-5 sampai
ke-8 usia orang Amerika. Sedangkan trombosis lebih sering pada umur lima puluhan hingga 70-
an. GPDO pada anak muda juga banyak didapati akibat infark karena emboli, yaitu mulai dari
usia di bawah 20 tahun dan meningkat pada dekade ke-4 hingga ke-6 dari usia, lalu menurun,
dan jarang dijumpai pada usia yang lebih tua. (Harsono, 2007)
C. ANATOMI VASKULARISASI OTAK
Otak memperoleh darah melalui dua sistem, yakni sistem karotis dan sistem vertebral.
A.karotis interna , setelah memisahkan diri dari a.carotis komunis, naik dan masuk ke rongga
tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosus, mempercabangkan
a.opthalmika untuk nervus opticus dan retina, akhirnya bercabang dua : a.serebri anterior dan
15
7/29/2019 Case Report SNH Saka
16/39
a.serebri media. Untuk otak sistem ini memberi aliran darah ke lobus frontalis, parietalis dan
beberapa bagian lobus temporalis.
Sistem vetebral dibentuk oleh a.vetebralis kanan dan kiri yang berpangkal di a.subclavia,
menuju dasar tengkorak melalui kanalis transversalis di kolumna vertebralis servikalis, masuk
rongga kranium melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing sepasang
a.serebelli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya bersatu menjadi a.basilaris,
dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat mesensefalon, a.basilaris
berakhir sebagai sepasang cabang a.serebri posterior, yang melayani daerah lobus oksipital dan
bagian medial lobus temporalis.
Ke 3 pasang arteri cerebri ini bercabang-cabang menelusuri permukaan otak, dan
beranastomosis satu dengan yang lainnya. Cabang-cabangnya yang lebih kecil menembus ke
dalam jaringan otak dan juga saling berhubungan dengan cabang-cabang a.serebri lainnya.
Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya 3 sistem kolateral antara
sistem karotis dan vetebral, yaitu:
1. Sirkulus Willlisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh a.serebri media
kanan dan kiri, a.komunikans anterior (yang menghubungkan kedua a.serebri anterior),
sepasang a.serebri posterior, dan a. komunikans posterior (yang menghubungkan
a.serebri media dan posterior) kanan dan kiri.
2. Anastomosis antara a.serebri interna dan a.karotis eksterna di daerah orbita, masing-
masing melaui a.optalmika dan a.fasialis ke a.maksilaris eksterna.
3. Hubungan antara sistem vetebral dengan a.karotis eksterna.
Adapun gambaran aliran pembuluh darah otak dapat diamati di bawah ini:
16
7/29/2019 Case Report SNH Saka
17/39
Bagan 1. Sistem arteri karotis dan vetebral
Bagan 2. Sistem Willisi
D. KLASIFIKASI
Stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Stroke Hemoragik
2. Stroke Non Hemoragik
Stroke Hemoragik
Merupakan stroke karena perdarahan. Dapat dibagi :
17
7/29/2019 Case Report SNH Saka
18/39
a. Perdarahan intraserebral ( PIS )
Perdarahan intraserebral disebut juga perdarahan intraparenkim atau hematoma
intrakranial. Stroke jenis ini terjadi karena pecahnya arteri otak. Hal ini menyebabkan
darah bocor ke otak dan menekan bangunan-bangunan di otak. Peningkatan tekanan
secara tiba-tiba menyebabkan kerusakan sel-sel otak di sekitar genangan darah. Jika
jumlah darah yang bocor meningkat dengan cepat, maka tekanan otak meningkat drastis.
Hal ini menyebabkan hilangnya kesadaran bahkan dapat menyebabkan kematian.
Penyebab perdarahan intraserebral yang paling sering adalah hipertensi dan aterosklerosis
serebral karena perubahan degeneratif yang disebabkan oleh penyakit ini biasanya dapat
menyebabkan ruptur pembuluh darah.
b. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid terjadi ketika pembuluh darah di luar otak mengalami
ruptur. Hal ini menyebabkan daerah di antara tulang tengkorak dan otak dengan cepat
terisi darah. Seorang dengan perdarahan dapat mengalami nyeri kepala yang muncul
secara tiba-tiba dan berat, sakit pada leher, serta mual dan muntah. Peningkatan tekanan
yang mendadak di luar otak dapat menyebabkan hilangnya kesadaran dengan cepat
bahkan kematian (Stroke Center, 2003).
Untuk memberikan gambaran pada stroke hemoragik, dapat dilihat gambar di
bawah ini:
18
7/29/2019 Case Report SNH Saka
19/39
Stroke Non Hemoragik
Stroke karena penyumbatan, dapat disebabkan karena :
a. Trombosis serebri
Biasanya ada kerusakan lokal pembuluh darah akibat aterosklerosis. Proses
aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada tunika intima arteri besar. Plak cenderung
terbentuk pada percabangan atau tempat yang melengkung. Pembuluh darah yang
mempunyai resiko adalah arteri karotis interna, arteri vertebralis bagian atas. Hilangnya
tunika intima membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit akan menempel pada
permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding menjadi kasar. Trombosit akan
melepaskan enzim adenosin difosfat yang mengawali proses koagulasi (Sylvia, 1995).
Adesi trombosit (platelet) dapat dipicu oleh produk toksik yang dilepaskan
makrofag dan kerusakan moderat pada permukaan intima. Trombosit juga melepaskan
growth factors yang menstimulasi migrasi dan proliferasi sel otot polos dan juga berperan
pada pembentukan lesi fibrointimal pada subendotelial (Stroke Center, 2003).
b. Emboli serebri
Embolisme serebri biasanya terjadi pada orang yang lebih muda, kebanyakan
emboli serebri berasal dari suatu trombus di jantung sehingga masalah yang dihadapi
sesungguhnya adalah perwujudan penyakit jantung. Selain itu, emboli juga dapat berasal
19
7/29/2019 Case Report SNH Saka
20/39
dari plak ateroma karotikus atau arteri karotis interna. Setiap bagian otak dapat
mengalami emboli, tempat yang paling sering adalah arteri serebri media bagian atas
(Sylvia, 1995).
Berikut ini adalah gambaran pada stroke non hemoragik :
Berdasarkan gejala klinis yang tampak stroke non hemoragik terbagi menjadi :
1. Transient Ischemic Attack(TIA)
Defisit neurologi yang bersifat akut yang terjadi kurang dari 24 jam, dapat hanya
beberapa menit saja. Terjadi perbaikan yang reversibel dan penderita pulih seperti semula
dalam waktu kurang dari 24 jam. Etiologi TIA adalah emboli atau trombosis dan plak
pada arteria karotis interna dan arteria vertebrabasalis.
2. Stroke In Evolution (SIE)
Stroke dimana defisit neurologinya terus bertambah berat.
3. Reversibel Ischemic Neurology Deficit(RIND)
Gejala yang muncul bertahap, akan hilang dalam waktu lebih dari 24 jam tetapi
tidak lebih dari 3 minggu, tetapi pasien dapat mengalami pemulihan sempurna.
20
7/29/2019 Case Report SNH Saka
21/39
4. CompleteStroke Ischemic
Stroke yang defisit neurologinya sudah menetap.
Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat
gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah:
a. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.
Buta mendadak (amaurosis fugaks).
Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia) bila
gangguan terletak pada sisi dominan.
Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral) dan
dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.
b. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.
Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.
Gangguan mental.
Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
Bisa terjadi kejang-kejang.
c. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.
21
7/29/2019 Case Report SNH Saka
22/39
Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan. Bila tidak
di pangkal maka lengan lebih menonjol.
Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.
Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).
d. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.
Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
Meningkatnya refleks tendon.
Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala berputar
(vertigo).
Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien sulit
bicara (disatria).
Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap
(strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap lingkungan
(disorientasi).
Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah bola
mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata (ptosis), kurangnya
22
7/29/2019 Case Report SNH Saka
23/39
daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang pada belahan kanan atau kiri kedua
mata (hemianopia homonim).
Gangguan pendengaran.
Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.
e. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior
Koma
Hemiparesis kontra lateral.
Ketidakmampuan membaca (aleksia).
Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.
Gejala akibat gangguan fungsi luhur
Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Aphasia dibagi dua yaitu,
Aphasia motorik adalah ketidakmampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi pikiran
melalui perkataannya sendiri, sementara kemampuannya untuk mengerti bicara orang lain
tetap baik. Aphasia sensorik adalah ketidakmampuan untuk mengerti pembicaraan orang
lain, namun masih mampu mengeluarkan perkataan dengan lancar, walau sebagian
diantaranya tidak memiliki arti, tergantung dari luasnya kerusakan otak.
Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak. Dibedakan
dari Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu Verbal alexia adalah
ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat membaca huruf. Lateral alexia adalah
23
7/29/2019 Case Report SNH Saka
24/39
ketidakmampuan membaca huruf, tetapi masih dapat membaca kata. Jika terjadi
ketidakmampuan keduanya disebut Global alexia.
Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan otak.
Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka setelah
terjadinya kerusakan otak.
Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah tingkat
kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan gerakan yang sesuai
dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan tertentu. Kelainan ini sering bersamaan
dengan Agnosia jari (dapat dilihat dari disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh
sementara penderita tidak boleh melihat jarinya).
Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan
melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.
Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat kerusakan
pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan yang menyebabkan terjadinya
gangguan bicara.
Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma capitis,
infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa di otak.
Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah
kemampuan.
24
7/29/2019 Case Report SNH Saka
25/39
25
Gejala Klinis Perdarahan
Intraserebral
(PIS)
Perdarahan
Subarachnoid
(PSA)
Stroke Non
Hemoragik
Gejala defisit
fokal
Berat Ringan Berat/ringan
TIA
sebelumnya
- - +
Onset Menit-jam 1-2 menit Pelan (jam-
hari)
Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan/tidak
ada kecuali lesi di
batang otak
Muntah pd
awalnya
Sering Sering -
Hipertensi +++ - ++
Penurunan
Kesadaran
++ + +/-
Kaku kuduk +/- + -
Hemiparesis Sering sejak
awal
Permulaan
tidak ada
Sering sejak
awal
Deviasi mata ++ + +/-
Gangguan
bicara
++ +++ ++
Perdarahan
subhialoid
++ + -
Paresis/
gangguan N.III
- + -
7/29/2019 Case Report SNH Saka
26/39
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak :
- Keadaan pembuluh darah, bila menyempit akibat stenosis atau ateroma atau tersumbat
oleh trombus/ embolus.
- Keadaan darah : viskositas darah yang meningkat, hematokrit yang meningkat
(polisitemia) menyebabkan aliran darah ke otak lebih lambat; anemia yang berat
menyebabkan oksigenasi otak menurun.
- Tekanan darah yang sistemik memegang tekanan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu
kemampuan intrinsik dari pembuluh darah otak agar aliran darah otak tetap konstan
walaupun ada perubahan dari tekanan perfusi.
- Kelainan jantung; menyebabkan menurunnya curah jantung antara lain fibrilasi dan
lepasnya embolus menimbulkan iskemia di otak.
-
E. FAKTOR RESIKO
1. Faktor resiko mayor
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko baik untuk orang tua atau dewasa muda.
b. Diabetes Mellitus
Orang yang diobati dengan insulin mempunyai resiko mengidap stroke.
c. Penyakit Jantung.
2. Faktor resiko minor
a. TIA
b. Usia
c. Jenis kelamin
26
7/29/2019 Case Report SNH Saka
27/39
d. Peningkatan hematokrit
e. Hiperlipidemia
f. Hiperuricemia
g. Kenaikan fibrinogen
h. Obesitas
i. Merokok
j. Kontrasepsi
k. Stress
l. Faktor genetik
F. GAMBARAN KLINIS
Gejala neurologi yang timbul tergantung berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
lokasinya. Hal ini dapat terjadi pada :
1. Sistem karotis
Gangguan penglihatan (Amaurosis fugaks / buta mendadak)
Gangguan bicara (afasia atau disfasia)
Gangguan motorik (hemiparese / hemiplegi kontralateral)
Gangguan sensorik pada tungkai yang lumpuh
27
7/29/2019 Case Report SNH Saka
28/39
2. Sistem vertebrobasiler
Gangguan penglihatan (hemianopsia / pandangan kabur)
Gangguan nervi kraniales
Gangguan motorik
Gangguan sensorik
Koordinasi
Gangguan kesadaran
G. DIAGNOSIS
1. Anamnesa, dapat memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal
2. Melakukan pemeriksaan fisik neurologik
3. Skoring untuk membedakan jenis stroke :
- Skor Siriraj:
( 2,5 x derajat kesadaran ) + ( 2 x vomitus ) + ( 2 x nyeri kepala ) + ( 0,1 x tekanan
diastolik ) ( 3 x petanda ateroma ) 12 =
Hasil : SS > 1 = Stroke Hemoragik
-1 > SS > 1 = perlu pemeriksaan penunjang ( Ct- Scan )
SS < -1 = Stroke Non Hemoragik
Keterangan : - Derajat kesadaran : sadar penuh (0), somnolen (1), koma (2)
- Nyeri kepala : tidak ada (0), ada (1)
28
7/29/2019 Case Report SNH Saka
29/39
- Vomitus : tidak ada (0), ada(1)
- Ateroma : tidak ada penyakit jantung, DM (0), ada (1)
- Algoritma Gadjah Mada
Dengan
Penurunan kesadaran +, sakit kepala +, refleks Babinski + YA stroke perdarahan
TIDAK
Penurunan kesadaran +, sakit kepala +, refleks Babinski - YA stroke perdarahan
TIDAK
Penurunan kesadaran +, sakit kepala -, refleks Babinski - YA stroke perdarahan
TIDAK
Penurunan kesadaran +, sakit kepala -, refleks Babinski + YA stroke perdarahan
TIDAK
Penurunan kesadaran -, sakit kepala +, refleks Babinski + YA stroke perdarahan
TIDAK
29
7/29/2019 Case Report SNH Saka
30/39
Penurunan kesadaran -, sakit kepala +, refleks Babinski - YA stroke perdarahan
TIDAK
Penurunan kesadaran -, sakit kepala -, refleks Babinski + YA stroke iskemik
TIDAK
Penurunan kesadaran -, sakit kepala -, refleks Babinski - YA stroke iskemik
- Skor Stroke Djoenaedi
Gejala klinis Onset Nilai
1. TIA sebelum serangan 1
2. permulaan serangan Sangat mendadak(1-2 menit) 6,5
Mendadak (menit- 1 jam) 6,5
Pelan-pelan (beberapa jam) 1
3. waktu serangan Bekerja (aktivitas) 6,5
Istirahat/duduk/tidur 1
Bangun tidur 1
4. sakit kepala Sangat hebat 10
Hebat 7,5
Ringan 1Tidak ada 0
5. muntah Langsung sehabis serangan 10
Mendadak (menit-jam) 7,5
Pelan-pelan (1 hari / >) 1
Tidak ada 0
6. kesadaran Menurun langsung waktu serangan 10
Menurun mendadak (menit-jam) 10
30
7/29/2019 Case Report SNH Saka
31/39
Menurun pelan-pelan (1 hari/ >) 1
Menurun sementara lalu sadar lagi 1
Tidak ada gangguan 0
7. tekanan darah sistolik Waktu serangan sangat tinggi (>200/110) 7,5
Waktu MRS sangat tinggi (>200/110) 7,5
Waktu serangan tinggi (>140/100) 1Waktu MRS tinggi (>140/100) 1
8.tanda rangsangan selaput otak Kaku kuduk hebat 10
Kaku kuduk ringan 5
Kaku kuduk tidak ada 0
9. pupil Isokor 5
Anisokor 10
Pinpoint kanan/kiri 10
Medriasis kanan/kiri 10
Kecil dan reaksi lambat 10
Kecil dan reaktif 10
10. fundus okuli Perdarahan subhialoid 10Perdarahan retina(flame shaped) 7,5
Normal 0
TOTAL SKOR : > 20 Stroke Hemoragik
< 20 Stroke Non hemoragik
Diagnosis banding PIS, PSA, dan SNH
Gejala Klinis
SH
SNHPIS PSA
1. Gejala defisit fokal
2. Permulaan (onset)
3. Nyeri Kepala
4. Muntah pada awalnya
5. Hipertensi
6. Kesadaran
7. Hemiparesis
Berat
Menit/jam
Hebat
Sering
Hampir selalu
Bisa hilang
Sering sejak
awal
Ringan
1-2 menit
Sangat hebat
Sering
Biasanya tidak
Bisa hilang
sebentar
Permulaan tidak
Berat/ringan
Pelan (jam/hari)
Ringan/tidak ada
Tidak,kecuali
lesi di batang
otak
Selalu
Bisa hilang/ tidak
Sering dari awal
31
7/29/2019 Case Report SNH Saka
32/39
ada
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Scan tomografik, sangat membantu diagnosis dan membedakannya dengan
perdarahan terutama pada fase akut.
2. Angiografi serebral ( karotis atau vertebral ) untuk membantu membedakan
gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tidak
jelas.
3. Pemeriksaan Likuor serebrospinalis : seringkali dapat membantu membedakan
infark, perdarahan otak, baik PIS maupun PSA.
4. Laboratorium : Bila curiga perdarahan tes koagulasi ( HT, HB, PTT, Protrombin
Time), Trombosit, Fibrinogen, GDS, Cholesterol, Ureum dan Kreatinin.
5. EKG (Elektrokardiogram ) : Untuk menegakkan adanya miokard infark, disritmia
(terutama atrium fibrilasi) yang berpotensi menimbulkan stroke iskemik atau TIA.
6. Foto Rongten Thorax
I. PROGNOSIS
Prognosis pada stroke perdarahan pada umumnya lebih baik dari pada stroke non
perdarahan. Tetapi juga tergantung dari seberapa besar perdarahan yang terjadi. Dan juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a) Tingkat kesadaran : sadar 16% meninggal, somnolen 39% meninggal, stupor
32
7/29/2019 Case Report SNH Saka
33/39
meninggal 71%, dan koma meninggal 100%.
b) Usia : Pada usia 70 tahun atau lebih, angka kematian meningkat tajam.
c) Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak 61% yang meninggal daripada perempuan
41%.
d) Tekanan darah tinggi prognosis jelek
e) Lain-lain : cepat dan tepatnya pertolongan.
Sedangkan prognosis stroke perdarahan subaraknoidal bergantung pada :
a) Etiologi : lebih buruk pada aneurisma
b) Lesi tunggal/multiple : aneurisma multiple lebih buruk
c) Lokasi aneurisma/lesi : pada a. komunikans anterior dan a. serebri anterior lebih
buruk karena sering perdarahan masuk ke intraserebral atau ke ventrikel
(perdarahan ventrikel).
d) Umur : prognosis jelek pada usia lanjut.
e) Kesadaran : bila koma lebih dari 24 jam, buruk hasil akhirnya.
f) Gejala : bila kejang, memperburuk keadaan atau prognosis.
J. PENATALAKSANAAN
a) Terapi Umum
Dengan 5 B
Breath : Oksigenasi, pemberian oksigen dari luar
Blood : Usahakan aliran darah ke otak semaksimal mungkin dan
pengontrolan tekanan darah pasien.
33
7/29/2019 Case Report SNH Saka
34/39
Brain : Menurunkan tekanan intra kranial dan menurunkan udema
serebri.
Bladder : Dengan pemasangan DC
Bowel : Saluran pencernaan dan pembuangan
b) Terapi Khusus
- Stroke Non Hemoragik
Memperbaiki perfusi jaringan : Pentoxyfilin : Reotal
Sebagai anti koagulansia : Heparin, Warfarin
Melindungi jaringan otak iskemik : Nimodipin
Anti udema otak : Deksametason, Manitol
Anti agregasi platelet : golongan asam asetil salisilat (aspirin).
- Stroke Hemoragik
Anti udema otak : Deksametason, Manitol
Melindungi jaringan otak : Neuroprotektan : piracetam
Obat hemostatikum : Kalnex
Neurotropik : Neurodex
Rehabilitasi
Rehabilitasi pasca-stroke adalah suatu upaya rehabilitasi stroke terpadu yang
melibatkan berbagai disiplin ilmu kedokteran dan merupakan kumpulan program, termasuk
pelatihan, penggunaan modalitas alat, dan obat-obatan.
34
7/29/2019 Case Report SNH Saka
35/39
Tujuan rehabilitasi adalah :
Memperbaiki fungsi motoris, bicara dan fungsi lain yang terganggu
Adaptasi mental sosial dari penderita stroke, sehingga fungsional otonom penderita,
sosial aktif dan hubungan interpersonal menjadi normal.
Sedapat mungkin penderita harus dapat melakukan activities of daily living(ADL).
Jenis-jenis rehabilitasi medik, antara lain :
1) Fisioterapi
Mengobati fisik dengan menggunakan exercise, massage, ataupun terapi dengan
modalitas alat. Fisioterapi terbagi 2, yaitu fisioterapi pasif yang dilakukan secara
langsung setelah pasien terkena serangan stroke dengan menggerakan otot secara pasif
dan fisioterapi aktif yang dilakukan segera setelah keadaan pasien stabil dan dapat
diajak berinteraksi.
2) Speech therapy
Membantu memulihkan kemampuan berbahasa dan bekomunikasi penderita stroke
dengan latihan bicara sehingga penderita stroke dapat kembali berkomunikasi dengan
orang lain.
3) Occupational therapy
Menggunakan aktivitas terapeutik dengan tujuan mempertahankan atau meningkatkan
komponen kinerja okupasional (senso-motorik, persepsi, kognitif, sosial, dan spiritual)
dan area kerja kinerja okupasional (perawatan diri, produktivitas, dan pemanfaatan
waktu luang). Dengan kata lain, ahli terapi okupasi membantu penderita stroke untuk
melakukan aktivitas sehari-hari (seperti mandi, makan, minum, BAB/BAK, berpakaian,
dll), dan juga membantu penderita agar dapat berinteraksi kembali dengan lingkungan
sekitarnya (mengelola rumah tangga, merawat orang lain, dan rekreasi/pemanfaatan
waktu luang untuk dirinya).
4) Social worker
Memperbaiki atau mengembangkan interaksi antara penderita dengan lingkungan
sosialnya sehingga penderita dapat kembali ke lingkungan dengan baik.
35
7/29/2019 Case Report SNH Saka
36/39
5) Psikologis
Membantu penderita stroke yang cacat agar dapat menyesuaikan diri secara emosional
terhadap lingkungannya dan keadaan cacatnya, sehingga ia dapat memberikan makna
pada kehidupannya dengan penuh arti.
Kontra Indikasi :
Penyakit sistemik yang berat
a. Insufisiensi jantung dengan dekompensasi
b. Angina pektoris
c. Gagal jantung akut
d. Reuma fase akut
Gangguan mental yang berat
Prinsip dasar rehabilitasi :
Pemilihan penderita yang seksama
Mulailah sedini mungkin
Harus sistematis
Meningkatkan secara bertahap
Pakailah bentuk rehabilitasi yang spesifik sesuai defisit yang ada.
PENCEGAHAN
Dengan mengetahui faktor-faktor risiko dari stroke, maka ada beberapa cara untuk mencegah
stroke, antara lain :
1. Kontrol tekanan darah tinggi (hipertensi). Salah satu hal paling penting untuk mengurangi
risiko stroke adalah untuk menjaga tekanan darah terkendali. Berolahraga, mengelola stres,
menjaga berat badan yang sehat, dan membatasi asupan natrium dan alkohol adalah cara-cara
untuk menjaga tekanan darah tetap terkontrol. Selain dengan perubahan gaya hidup, dapat
36
7/29/2019 Case Report SNH Saka
37/39
juga dengan mengkonsumsi obat anti hipertensi, seperti diuretik, angiotensin-converting
enzyme (ACE) inhibitor dan angiotensin reseptor blocker.
2. Turunkan kolesterol dan lemak jenuh asupan. Makan rendah kolesterol dan lemak, terutama
lemak jenuh, dapat mengurangi plak di arteri. Selain itu, dapat juga dengan mengkonsumsi
obat penurun kolesterol.
3. Jangan merokok. Berhenti merokok mengurangi risiko stroke.
4. Kontrol diabetes mellitus. Kita dapat mengelola diabetes dengan diet, olahraga, pengendalian
berat badan dan pengobatan. Kontrol ketat gula darah dapat mengurangi kerusakan otak jika
mengalami stroke.
5. Menjaga berat badan yang ideal. Kelebihan berat badan lain yang memberikan kontribusi
pada faktor-faktor risiko stroke, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan diabetes
mellitus.
6. Berolahraga secara teratur. Latihan aerobik mengurangi risiko stroke dalam banyak cara.
Olahraga dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan high density lipoprotein (HDL)
kolesterol, dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan pembuluh darah dan jantung. Hal
ini juga membantu menurunkan berat badan, mengendalikan diabetes dan mengurangi stres.
Olah raga secara bertahap sampai 30 menit seperti berjalan, joging, berenang atau bersepeda
jika tidak setiap hari, 1 hari dalam seminggu.
7. Kelola stres. Stres dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Juga dapat meningkatkan
kecenderungan darah membeku, yang dapat meningkatkan risiko stroke iskemik.
Menyederhanakan hidup, berolahraga dan menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi
stres.
8. Minum alkohol dalam jumlah sedang, atau tidak sama sekali. Alkohol dapat menjadi faktor
risiko stroke. Konsumsi alkohol meningkatkan resiko tekanan darah tinggi dan stroke
iskemik dan perdarahan.
9. Jangan gunakan obat-obatan terlarang. Banyak obat, seperti kokain, yang menjadi faktor
risiko untuk TIA atau stroke.
37
7/29/2019 Case Report SNH Saka
38/39
DAFTAR PUSTAKA
1.Asviretty, Nuhoni, S.A., Tulaar, A., Idris, F.H., Handoyo, A.P., Suginarti, Ramli, H., Enizar,2002, Standar Operasional Prosedur Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.
2.Hamid, T, 1992, Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Phisiatry), unit rehabilitasi medikRSUD DR. SOETOMO / FK UNAIR. Surabaya.
3.Harsono, 2007. Kapita Selekta Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada,Cetakan keenam. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
4.Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk MembedakanStroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu
Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16.
5.Mansjoer, 2000 , Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media Aeuculapius, Jakarta,hal : 17-26.
6.Sidharta, 2004, Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktek umum, ED 5, Dian Rakyat,Jakarta, hal : 260-275.
7.Sylvia, 1995, Penyakit Serebrosvaskuler dan Nyeri Kepala dalam Patofisiologi Konsep KlinisProses-Proses Penyakit, Ed 4, EGC, Jakarta, hal : 964-968.
8.Lionel Ginsberg.Neurologi edisi ke delapan. Jakarta : Erlangga Medical Series.
38
7/29/2019 Case Report SNH Saka
39/39
9.Mahar Mardjono.Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke -11. PT.Dian Rakyat. Jakarta.2006
10.Ratna Mardiati.Buku Kuliah Susunan Saraf Otak Manusia. Sagung Seto. Jakarta. 1996.
11.Lumbantobing.Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.FKUI.Jakarta.2008.
Top Related