Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
253
C. AKUNTABILITAS KEUANGAN
C.1. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Penyelenggaraan pemerintahan di daerah merupakan bagian dari
penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan dalam rangka pemberian layanan
publik yang berkualitas untuk mencapai tujuan negara yaitu mewujudkan masyarakat
adil, makmur, dan sejahtera. Kebijakan implementasi Otonomi Daerah di Indonesia
memberikan perubahan mendasar bagi restrukturisasi pemerintahan daerah yaitu
dengan adanya pemberian kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah daerah
untuk mengelola daerah sesuai dengan potensi dan kebutuhan masyarakat masing-
masing daerah.
Pengelolaan keuangan di daerah merupakan bagian dari pengelolaan keuangan
negara, karena pada dasarnya pengelolaan keuangan daerah adalah merupakan
subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara secara keseluruhan dan merupakan
elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk mendukung
tercapainya pengelolaan keuangan yang akuntabel, transparan, serta sinergis dan
terintegrasi antara pusat dan daerah, telah diterbitkan beberapa regulasi peraturan
perundang-undangan terkait pengelolaan keuangan negara dan daerah yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
254
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nmor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
Sebagai tindak lanjut dari peraturan perundangan-undangan tersebut di atas
telah disusun berbagai regulasi sebagai peraturan pelaksanaan yang komprehensif dan
terpadu yang memuat beberapa kebijakan terkait dengan perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah dengan maksud
untuk memudahkan dalam pelaksanaan dan tidak menimbulkan multitafsir dalam
penerapannya. Beberapa peraturan pelaksanaan terkait dengan pengelolaan keuangan
daerah dan menjadi pedoman pokok bagi penyelenggara pemerintahan di daerah yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. Selain peraturan pokok tersebut telah
pula disusun beberapa peraturan perundangan-undangan yang terkait dengan
pengelolaan keuangan daerah diantaranya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang SAP, dan peraturan lainnya sebagai pedoman yang harus diacu oleh pemerintah
daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sebagai amanat dari peraturan
perundangan tersebut untuk Kabupaten Gunungkidul telah disusun beberapa peraturan
daerah dan peraturan bupati sebagai peraturan pelaksanaannya.
Dengan telah ditetapkannya peraturan perundangan di bidang pengelolaan
keuangan tersebut maka antara perencanaan dan penganggaran diharapkan dapat
terintegrasi menuju pengelolaan keuangan daerah yang efektif dan efisien melalui
perencanaan penganggaran yang transparan, akuntabel, dan partisipatif dengan berbasis
kinerja dan berorientasi kepada prestasi kerja dimana antara kebijakan, sasaran,
masukan, keluaran, dan hasil merupakan satu kesatuan yang terpadu. Pelaksanaan
anggaran diformulasikan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
merupakan instrumen yang mengatur mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan di daerah.
Penyusunan anggaran pada dasarnya bertujuan untuk memberikan arah
kebijakan perekonomian yang menyelaraskan antara kebijakan ekonomi makro,
sumber daya yang tersedia, dan mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai
dengan kebijakan pemerintah dan kewenangan yang diberikan kepada daerah dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
255
mempersiapkan kondisi pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah secara lebih baik.
Dengan pelaksanaan anggaran yang berpedoman pada prestasi kerja/hasil mengandung
maksud bahwa setiap penyelenggara negara/pemerintahan berkewajiban untuk
bertanggungjawab atas hasil proses dan penggunaan sumber daya, yaitu dari sisi
pendapatan merupakan perkiraan penerimaan yang terukur dan rasional yang dapat
dicapai dari setiap sumber pendapatan. Sedangkan untuk belanja merupakan batas
tertinggi pengeluaran yang harus didukung dengan dasar hukum yang melandasinya
agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dalam rangka pelayanan publik
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Belanja daerah dikelompokkan dalam
belanja tidak langsung dan belanja langsung, dimana belanja tidak langsung adalah
belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan atau input yang digunakan tidak secara langsung dapat diukur dengan
outputnya sedangkan belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yaitu input yang digunakan
berkaitan dengan output yang dihasilkan.
Kebijakan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung
jawab, dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat
dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Secara tertib adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah dikelola secara tepat
waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Taat pada peraturan perundang-undangan adalah bahwa pengelolaan keuangan
daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
3. Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan
dengan membandingkan keluaran dan hasil.
4. Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu
atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
5. Ekonomis merupakan perolehan masukan dengan kualitas tertentu pada tingkat
harga yang terendah.
6. Transparan adalah merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya
tentang keuangan daerah.
7. Bertanggung jawab adalah merupakan perwujudan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
256
8. Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaan dan/atau
keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan objektif.
9. Kepatutan adalah tindakan atau sikap yang dilakukan secara wajar dan
proporsional.
10. Manfaat untuk masyarakat adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan tercapainya peningkatan kualitas pelayanan publik
dan kesejahteraan masyarakat sejalan dengan adanya kebijakan desentralisasi dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, penyusunan kebijakan umum pengelolaan
keuangan daerah diarahkan untuk dapat mendukung program-program yang berkaitan
dengan upaya pencapaian visi dan misi penyelenggaraan pemerintahan daerah
sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015.
Berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah sebagai
pelaksanan RPJMD, setiap tahun disusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
yang mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Berdasarkan RKPD dan
pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun,
Kepala Daerah menyusun Rancangan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan
Rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) untuk dibahas bersama
DPRD menjadi Kesepakatan KUA dan PPAS dan menjadi dasar dalam penyusunan
rancangan APBD.
Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2012 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013, diuraikan berbagai permasalahan dan
tantangan pokok pembangunan yang masih dihadapi bangsa Indonesia pada tahun
2013. Secara nasional tantangan dan masalah utama yang masih dihadapi pada tahun
2013 yaitu:
1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, dalam rangka terwujudnya tata kelola
pemerintahan yang baik, tantangan yang dihadapi terkait dengan struktur birokrasi,
otonomi daerah, sumber daya manusia aparatur, regulasi, dan sinergi pusat dan
daerah, penegakan hukum, dan data kependudukan.
2. Pendidikan, permasalahannya antara lain: (i) belum meratanya kesempatan
memperoleh pendidikan; (ii) masih rendahnya kualitas, relevansi, dan masih
rendahnya daya saing pendidikan; (iii) masih rendahnya profesionalisme guru dan
belum meratanya distribusi guru; (iv) terbatasnya kualitas sarana dan prasarana
pendidikan; (v) belum optimalnya pendidikan karakter bangsa; (vi) belum
efektifnya manajemen dan tatakelola pendidikan; dan (vii) belum terwujudnya
pembiayaan pendidikan yang berkeadilan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
257
3. Kesehatan, permasalahan yang masih dihadapi antara lain: (i) masih rendahnya
akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas yang
ditandai dengan masih rendahnya status kesehatan ibu dan anak dan status gizi
masyarakat; (ii) belum optimalnya upaya pengendalian penyakit yang ditandai
dengan tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan
penyakit tidak menular; serta masih rendahnya kualitas kesehatan lingkungan; (iii)
masih rendahnya profesionalisme dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang
merata terutama di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan dan daerah
bermasalah kesehatan; (iv) masih terbatasnya pembiayaan kesehatan untuk
memberikan jaminan perlindungan kesehatan bagi seluruh masyarakat, terutama
bagi penduduk miskin dan pekerja sektor informal; (v) masih rendahnya
ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan, jaminan keamanan, khasiat/manfaat,
mutu obat dan makanan, alat kesehatan serta daya saing produk dalam negeri; dan
(vi) masih rendah dan tidak signifikannya kenaikan pemakaian kontrasepsi.
4. Penanggulangan Kemiskinan, permasalahan yang dihadapi antara lain: (i) masih
tingginya disparitas jumlah dan persentase penduduk miskin antara daerah
Jawa/Bali dengan daerah lainnya di Indonesia serta masih tingginya disparitas
tingkat kemiskinan antara kawasan perkotaan dan perdesaan; (ii) ketidaktepatan
penetapan sasaran penerima program penanggulangan kemiskinan; (iii) semakin
berkurangnya jumlah Tanah Obyek Reforma Agraria yang berupa tanah terlantar
dan kawasan hutan; (iv) pada Klaster IV Program Pro-Rakyat di tahun 2012, belum
adanya kesesuaian antara sisi permintaan (kelompok sasaran program) dan sisi
penawaran (fasilitas yang akan dibangun); (v) belum sempurnanya penentuan
lokasi Program Rumah Murah dan Sangat Murah untuk masyarakat nelayan dan
miskin perkotaan; dan (vi) belum adanya keterpaduan dan sinergi antara Program
Rumah Murah dan Sangat Murah dengan program terkait lainnya, seperti
penyediaan PSU (listrik, air minum, sanitasi, jalan, sarana sosial, sarana ekonomi),
kredit mikro perumahan, dan pemberdayan ekonomi masyarakat.
5. Ketahanan Pangan, permasalah dan tantangan yang dihadapi antara lain: (i)
ketersediaan lahan dan air irigasi yang semakin terbatas untuk pengembangan
komoditas pangan dan perikanan; (ii) terjadinya overfishing; (iii) sistem
penyediaan input produk siperti pupuk, induk dan benih, bibit ternak/ikan, serta
pakan, yang masih perlu sempurnakan; (iv) dukungan infrastruktur pertanian,
perikanan dan kelautan yang relatif masih terbatas dan terkendala dengan kondisi
iklim ekstrim; (v) masih lemahnya penerapan dan diseminasi hasil penelitian dan
pengembangan pertanian dan perikanan dalam mendukung peningkatan produksi,
produktivitas, mutu, dan nilai tambah produk; (vi) aksesibilitas petani terhadap
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
258
sumber pembiayaan masih lemah dan cenderung terkendala dengan persyaratan
administrative; (vii) dampak perubahan iklim yang mempengaruhi budidaya dan
hasil produksi; (viii) peran penyuluh pertanian, perikanan, dan kehutanan yang
masih rendah terhadap upaya diseminasi dan peningkatan produksi; (ix) distribusi
bahan pangan antar wilayah yang terkendala dengan kondisi geografis dan iklim;
(x) aksesibilitas masyarakat miskin terhadap bahan pangan sangat rentan
dipengaruhi oleh fluktuasi harga pangan; (xi) kerentanan penduduk terhadap rawan
pangan akibat ancaman kegagalan produksi dan terhambatnya distribusi; dan (xii)
proses diversifikasi pangan yang berjalan lambat, yang diantaranya ditunjukkan
masih tingginya konsumsi beras penduduk per kapita serta rendahnya tingkat
konsumsi bahan pangan sumber protein.
6. Infrastruktur, permasalahan pokok yang dihadapi terkait dengan pengendalian
banjir, penyediaan air baku pembangunan transportasi, perumahan, komunikasi dan
informatika, penyediaan infrastruktur melalui skema kerjasama pemerintah dan
swasta (KPS), dan penyelenggaraaan Penataan Ruang.
7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha, permasalahan terbagi kedalam dua faktor yaitu
ekternal dan internal; Faktor eksternal antara lain: (i) kondisi perekonomian dunia
tahun 2013 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2012, namun masih
akan diliputi dengan resiko; (ii) Permintaan dunia diperkirakan akan lebih baik dari
tahun 2012, tetapi belum sepenuhnya pulih; dan (iii) Harga minyak dunia yang
cenderung naik karena konflik di Iran. Sedangkan faktor internal antara lain: (i)
rendahnya peringkat Indonesia dalam survei Doing Business dari IFC Bank Dunia
dan peringkat Indonesia dalam kemudahan berusaha (Ease of Doing Business); (ii)
masih tingginya biaya logistik antar wilayah di Indonesia; dan (iii) kondisi pasar
kerja yang belum menunjukkan perbaikan.
8. Energi, permasalahan dan tantangannya bermuara pada 4 isu strategis yaitu: (i)
peningkatan ketersediaan energi; (ii) diversifikasi energi; (iii) efisiensi penggunaan
energi; dan (iv) pemanfaatan energi baru dan terbarukan.
9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana, permasalahan yang dihadapi terkait
dengan penanggulangan perubahan iklim, pengendalian pencemaran dan kerusakan
lingkungan, sistem peringatan dini, dan penanggulangan bencana.
10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-Konflik, tantangan dan
permasalahannya adalah rendahnya kinerja perekonomian daerah dan rendahnya
kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari rendahnya akses terhadap pelayanan
dasar kesehatan, pendidikan, dan air bersih.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
259
11. Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi, tantangannya antara lain: (i)
memperkuat karakter dan jati diri bangsa; (ii) meningkatkan kualitas pelindungan,
pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya; (iii) meningkatkan pengelolaan
museum dan perpustakaan sebagai edukasi, informasi, rekreasi, dan pengembangan
kebudayaan; (iv) meningkatkan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana seni
budaya; (v) meningkatkan kemampuan sumber daya penelitian; (vi) meningkatkan
pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap seni dan budaya serta pelindungan
terhadap hak atas kekayaan intelektual (HKI); dan (vii) meningkatkan kapasitas dan
kreativitas sumber daya pembangunan iptek dan kepemudaan.
12. Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, di penegakan hukum, tantangan utama
adalah kemampuan SDM yang menguasai ilmu perundang-undangan (legislative
drafter) tidak hanya di level kementerian akan tetapi juga perlu juga peningkatan
SDM di tingkat kantor wilayah Kementerian Hukum dan HAM, menyelesaikan
beberapa RUU tersebut dalam jangka waktu satu tahun mengingat materi dari RUU
KUHP dan RUU KUHAP cukup berat, dan memberantas TPK. Di bidang
pertahanan dan keamanan, dalam hal industri pertanahan permasalahannya adalah
besarnya komponen impor masih menjadi kendala dalam menghasilkan produk
yang berdaya saing dan pasar dalam negeri yang masih sangat terbatas (by order),
menjadikan hasil industri pertahanan dalam negeri sulit mencapai skala ekonomi.
13. Bidang Perekonomian, industri pengolahan masih menghadapi berbagai kendala
antara lain: (i) belum kuatnya postur populasi usaha industri; (ii) struktur industri
belum kuat; dan (iii) masih rendahnya produktivitas usaha industri. Dalah hal
pelayanan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Permasalahan pokok yang
dihadapi dalam penempatan TKI adalah pemalsuan dokumen dan penipuan yang
jumlah kasusnya mencapai hampir 50 persen dari kasus TKI yang ada.
14. Bidang Kesejahteraan Rakyat, di bidang kepariwisataan, permasalahan yang
dihadapi antara lain: (i) destinasi pariwisata belum sepenuhnya siap bersaing di
pasar global; (ii) belum efektifnya pelaksanaan pemasaran dan promosi pariwisata;
(iii) terbatasnya daya saing sumberdaya pariwisata; dan (iv) belum optimalnya
sinergi antarpemangku kepentingan di pusat maupun di daerah dalam mendukung
pembangunan kepariwisataan. Dari sisi kepemudaan dan keolahragaan,
permasalahan yang dihadapi antara lain: (i) rendahnya partisipasi pemuda dalam
pendidikan; (ii) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pemuda; (iii) rendahnya
kesadaran pemuda terhadap bahaya penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan
zat adiktif (NAPZA) lainnya, HIV dan AIDS serta kekerasan di kalangan pemuda;
(iv) belum optimalnya peran organisasi kepemudaan dalam pembangunan pemuda;
(v) terbatasnya prasarana dan sarana kepemudaan untuk mengembangkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
260
kapasitas, kompetensi, kreativitas dan inovasi pemuda; (vi) terbatasnya prasarana
dan sarana keolahragaan untuk meningkatkan minat dan partisipasi masyarakat
dalam kegiatan olahraga; (vii) terbatasnya upaya pembibitan atlet unggulan; (viii)
belum optimalnya penerapan teknologi olahraga dan kesehatan olahraga dalam
rangka peningkatan prestasi; (ix) terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga dan
pembina keolahragaan; (x) rendahnya apresiasi dan penghargaan bagi olahragawan
dan tenaga keolahragaan yang berprestasi. Dalam kehidupan beragama masih
dihadapkan pada permasalahan yang terkait dengan upaya peningkatan kerukunan
beragama dan peningkatan penyelenggaraan haji yang ditandai dengan pelaksanaan
haji yang tertib dan lancar. Sedangkan Kesetaraan Gender, Pemberdayaan
Perempuan, dan Perlindungan Anak permasalahan yang dihadapi, antara lain: (i)
masih rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan; (ii) masih rendahnya
perlindungan terhadap perempuan dari tindak kekerasan; (iii) masih lemahnya
kelembagaan pengarusutamaan gender; (iv) masih kurang terlindunginya anak-anak
dari tindak kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah, dan penelantaran; (v) masih
rendahnya kapasitas kelembagaan perlindungan anak; (vi) masih rendahnya
pemahaman keluarga dan masyarakat tentang hak-hak anak; dan (vii) pengetahuan
dan keterampilan keluarga tentang pengasuhan yang baik juga masih rendah.
Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta pada tahun 2013 sebagaimana tertuang dalam RKPD Tahun
2013 antara lain:
1. URUSAN PENDIDIKAN, permasalahan yang dihadapi antara lain: a) Faktor sosial
ekonomi dan tingkat pendidikan orang tua siswa yang masih rendah sehingga tidak
bisa mempertahankan anaknya untuk bersekolah; b) Pembinaan pendidikan inklusi
belum optimal; c) Penanganan anak kebutuhan khusus belum optimal; d)
Pembinaan SDM Pendidikan belum optimal; e) Menurunnya minat baca siswa dan
generasi muda; f) Masih ada beberapa sekolah (swasta) yang membebankan biaya
pendidikan yang agak tinggi kepada orang tua; g) Keyakinan masyarakat terhadap
sekolah masih lebih rendah dibandingkan dengan bimbingan belajar terutama dalam
menghadapi ujian nasional yang menggambarkan bahwa proses belajar mengajar di
sekolah belum berkualitas dan mantap; h) Sikap mental kejujuran, kepercayaan diri
dan tanggungjawab siswa/generasi muda masih lemah/rendah; i) Belum ada
standar/acuan bagi sekolah dalam penyusunan RAPBS; j) Penurunan minat
pelajar/mahasiswa untuk belajar di Yogyakarta karena mahalnya biaya pendidikan.
2. URUSAN KESEHATAN, permasalahan yang dihadapi antara lain: a)
permasalahan kesehatan semakin variatif dan komplek dari tahun ke tahun dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
261
terdapat kecenderungan stagnasi perbaikan dalam pencapaian indikator baik
indikator AKI, AKB maupun AKABA; b) Peran sektor swasta dan sektor
pemerintah di luar kesehatan dalam pembangunan berwawasan kesehatan, masih
belum optimal; c) Masih terdapat prevalensi gizi buruk, meningkatnya prevalensi
gizi kurang dan gizi lebih; d) Implementasi Pola Hidup Bersih dan Sehat untuk
kesiapsiagaan menghadapi ancaman risiko penyakit masih belum sepenuhnya baik;
e) Implementasi Jaminan Kesehatan Semesta (Jamkesta) di Provinsi DIY
memerlukan dukungan dari berbagai pihak; f) Sistem rujukan kesehatan belum
berjalan dengan baik; g) Kemampuan anggaran yang belum merata berpengaruh
pencapaian target pembangunan kesehatan; h) Permasalahan mendasar yang
dihadapi dalam pembangunan kesehatan jiwa di Provinsi DIY : 1) Masalah
kesiapan keluarga pasien menerima kembali paska perawatan di RS Ghrasia, 2)
Selisih klaim Jamkesda / Jamkesos pasien yang bermasalah sehingga
mengakibatkan piutang rumah sakit tidak tertagih; 3) Kurangnya pengetahuan
masyarakat umum tentang masalah kesehatan jiwa dan deteksi dini-nya.
3. URUSAN LINGKUNGAN HIDUP, permasalahan yang dihadapi antara lain: a)
Letusan erupsi Gunung Merapi yang terjadi tahun 2010 menyebabkan perubahan
kualitas air sungai, musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayati, serta
perubahan bentang lahan terutama di daerah Kabupaten Sleman dalam kurun
waktu yang panjang; b) anggapan bahwa melakukan proses produksi yang ramah
lingkungan memerlukan biaya yang mahal dan memperbesar ongkos produksi
sehingga memperkecil keuntungan atau menghambat investasi; c) Keberhasilan
pengelolaan lingkungan hidup memerlukan kesadaran dan keterlibatan berbagai
pihak, lintas pelaku, lintas wilayah administrasi serta lintas kepentingan; d) Pola
pikir, sikap dan prilaku sebagian besar warga kita yang masih belum berorientasi
kuat dan mengedepankan aspek lingkungan.
4. URUSAN PEKERJAAN UMUM, permasalahan yang dihadapi antara lain: a)
Adanya keterbatasan sumber air baku air minum; b) Kontribusi pemerintah
kabupaten/kota sebagai pemegang tanggung jawab utama penanganan drainase
belum maksimal; c) Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air
limbah serta keterbatasan kapasitas keuangan; d) Manajemen jasa pengujian belum
optimal; e) Belum optimalnya pemahaman pihak-pihak terkait terhadap regulasi
jasa konstruksi; f) Belum optimalnya penyediaan data dan updating terbarukan
terkait informasi permukiman dan bahan bangunan.
5. URUSAN PENATAAN RUANG, permasalahan yang dihadapi antara lain: a)
Rencana Tata Ruang Provinsi DIY belum dapat berfungsi sepenuhnya sebagai
dasar penyusunan program-program pembangunan dan panduan bagi masyarakat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
262
untuk memanfaatkan ruang yang sesuai rencana tata ruang; b) Belum optimalnya
ketaatan masyarakat terhadap rencana tata ruang, khususnya yang terkait dengan
alih fungsi lahan produktif untuk kepentingan lain.
6. URUSAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, permasalahan yang dihadapi
antara lain: a) Belum optimalnya kesinambungan antara proses perencanaan dan
proses penganggaran, dan belum konsistennya proses politik dalam
menerjemahkan dokumen perencanaan menjadi dokumen anggaran; b) Belum
optimalnya pengelolaan data dan informasi sebagai bahan perencanaan; c) Belum
optimalnya hasil musrenbang sebagai bahan penyusunan perencanaan
pembangunan karena masih kuatnya ego sektoral dari masing-masing SKPD; d)
Belum optimalnya Koordinasi/kerjasama antar sektor dan antar daerah
(kabupaten/kota); e) Belum maksimalnya pelaksanaan monitoring dan evaluasi
program/kegiatan pembangunan sebagai feedback bagi perencanaan pembangunan
daerah periode selanjutnya; f) Belum optimalnya evaluasi perencanaan
pembangunan terhadap perencanaan pembangunan kabupaten/kota; g) Belum
adanya tenaga fungsional perencana di Bappeda.
7. URUSAN PERUMAHAN, permasalahan yang dihadapi antara lain: a) Belum
maksimalnya peran aktif dari pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan
pembangunan di bidang perumahan; b) Adanya kebutuhan masyarakat akan
perumahan yang semakin meningkat terutama di perkotaan, mengakibatkan alih
fungsi lahan tidak terbendung; c) Keterbatasan akses masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah terhadap lahan untuk perumahan serta terbatasnya anggaran
pemerintah dalam memfasilitasi penyediaan perumahan yang layak huni, terutama
bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
8. URUSAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA, permasalahan yang dihadapi
antara lain: a) Belum adanya bantuan permodalan untuk pemuda sebagai tindak
lanjut pelatihan kewirausahaan; b) Sarana latihan para atlet semakin berkurang; c)
Pembibitan atlet masih memerlukan optimalisasi; d) Sikap mental atlet seperti
sportifitas, disiplin dan semangat juang masih rendah.
9. URUSAN PENANAMAN MODAL, permasalahan yang dihadapi antara lain: a)
Identifikasi potensi investasi sektor unggulan di Provinsi DIY masih memerlukan
telaah lebih lanjut; b) Peluang-peluang investasi yang sudah ada belum detail dan
jelas; c) Permasalahan lahan, masalah klasik yang dihadapi oleh investor adalah
minimnya ketersediaan tanah/lahan terkait dengan luas wilayah DIY yang sempit
dan harga tanah yang cenderung semakin mahal; d) Belum adanya aturan khusus
terkait peningkatan iklim investasi di Provinsi DIY; e) Kurangnya koordinasi antar
stakeholder penanaman modal di Provinsi DIY dalam melaksanakan perencanaan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
263
investasi; f) Perubahan jadwal dan tempat pelaksanaan pameran investasi yang
dikoordinir oleh BKPM RI; g) Belum semua perusahaan (investor) yang terdaftar,
merealisasikan investasinya di DIY; h) Aliran listrik yang tidak stabil (sering
padam secara mendadak tanpa pemberitahuan terlebih dahulu), menyebabkan
beberapa perusahaan mengalami kerugian karena gangguan proses produksi dan
komunikasi.
10. URUSAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH, permasalahan yang
dihadapi antara lain: a) Kurangnya tenaga untuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan
koperasi, tim verifikasi dan proses badan hukum koperasi, penilai kesehatan
koperasi, penilai pemeringkatan koperasi, pembinaan kelembagaan, pembinaan
usaha, monitoring dan evaluasi; b) Belum adanya sumber daya manusia yang
berlatar belakang pendidikan sarjana hukum, padahal organisasi koperasi banyak
bersentuhan dan rentan dengan masalah hukum baik pidana maupun perdata; c)
Pengurus dan pengelola koperasi rata-rata masih belum professional dalam
pengelolaan kegiatan usaha dan kurang memahami kewirausahaan; d) Belum
semua koperasi melaksanakan kemitraan usaha antar koperasi yang sebenarnya
potensinya cukup besar; e) Pengurus koperasi rata-rata belum mampu
memanfaatkan dan menangkap peluang usaha serta belum mampu mencari
terobosan usaha baru; f) Terbatasnya kemampuan, ketrampilan, pengetahuan
UMKM untuk mengelola usahanya; g) Lemahnya UMKM untuk mengakses
Permodalan ke Lembaga Keuangan Bank /Non Bank karena terbatasnya
Pengetahuan dan Pemenuhan persyaratan yang harus di penuhi oleh UMKM; h)
Belum semua UMKM memahami pentingnya HAKI dan sertifikasi halal; i)
Lemahnya pengetahuan terhadap proses ekspor produk UMKM ke luar negeri/
kerjasama dengan buyer dan terkendalanya bahasa asing yang dikuasainya; j)
Laporan perkembangan data UMKM dari Kab/Kota secara periodik belum dapat
terpenuhi; k) sulitnya mengakses sumber-sumber pembiayaan dan permodalan
serta terbatasnya kemampuan untuk meningkatkan modal yang dimiliki; l) sumber
pembiayaan yang berasal dari Perbankan dalam memperkuat permodalan usaha
yang dikembangkan relatif masih kecil; m) Perbankan masih terikat kepada
beberapa persyaratan klasik yang mempersulit KUKM di dalam memperoleh
sumber permodalan.
11. URUSAN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL, permasalahan yang
dihadapi antara lain: a) Masih adanya perbedaan data orang asing pemegang Izin
Tinggal Terbatas /Izin Tinggal Tetap (ITAS/ITAP) antar instansi yang berwenang;
b) Masih terjadi keterlambatan pencatatan dan pelaporan perkawinan pemeluk
agama non Islam; c) Aplikasi SIAK yang merupakan sistem program yang bersifat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
264
nasional sering menemui berbagai kendala; d) Jaringan komunikasi database
kependudukan khususnya di wilayah kecamatan yang memiliki topografi
pegunungan belum terkoneksi dengan baik; e) Petugas Registrasi Kependudukan di
Desa/Kelurahan dan operator SIAK di kecamatan, kota dan kabupaten saat ini
masih sering dipindah tugas ke tempat lain, sehingga petugas baru perlu mendapat
pelatihan pengoperasian SIAK; f) Masih terbatasnya pemahaman pelaksana
administrasi kependudukan mengenai SIAK secara on line dan jaringan
komunikasi database kependudukan bagi petugas kecamatan, kota/kabupaten,
provinsi.
12. URUSAN KETENAGAKERJAAN, permasalahan yang dihadapi antara lain: a)
Data penganggur yang tidak berdasar nama (by name) atau kurang akurat, serta
sistem informasi pendukung yang kurang; b) Rendahnya keterampilan dan keahlian
pencari kerja, sehingga sulit bersaing di pasar kerja, baik di tingkat lokal, daerah,
maupun luar negeri; c) Kurangnya semangat dan inovasi kewirausahaan para
pencari kerja maupun buruh atau pengusaha kecil; d) Produktivitas tenaga kerja
yang masih relatif rendah; e) Masih adanya pengusaha dan pekerja yang kurang
bisa memahami hak dan kewajibannya masing-masing; f) Kurangnya fungsi
pemberdayaan masyarakat (community development) maupun tanggung jawab
sosial (social responsibility) dari perusahaan.
13. URUSAN KETAHANAN PANGAN, permasalahan yang dihadapi antara lain: a)
Perlunya pemantapan koordinasi, sinkronisasi dan sinergitas dengan para pihak; b)
Masih munculnya kesulitan dalam pendataan keluar masuk bahan pangan dari dan
ke DIY karena data yang diperoleh dari jembatan timbang masih sangat terbatas
baik komoditas maupun keakuratan datanya; c) Pola konsumsi pangan di tingkat
rumah tangga belum sepenuhnya sesuai dengan kaidah-kaidah makanan yang
beragam, bergizi, berimbang, dan aman; d) Masih sangat tergantungnya pola
konsumsi rumah tangga hanya pada satu jenis bahan pangan yaitu beras dan/atau
tepung terigu; e) Masih rendahnya kesadaran masyarakat/pelaku usaha untuk
mengkonsumsi/memproduksi makanan yang aman, bermutu, halal, dan
bermartabat.
14. URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK,
permasalahan yang dihadapi antara lain: a) Implementasi PUG dan Perencanaan
Penganggaran Responsif Gender (PPRG) dalam rangka menuju keadilan dan
kesetaraan gender masih belum optimal; b) Pemahaman aparat tentang
penyelenggaraan Data Pilah Gender dan Anak sebagai data pembuka wawasan
dalam penyusunan PPRG masih rendah; c) Jumlah kasus kekerasan terhadap
perempuan dan anak yang ditangani P2TPA dari tahun ke tahun semakin
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
265
meningkat; d) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang peraturan perundang-
undangan terkait perlindungan perempuan dan anak (UUPA, UUPKDRT,
UUPTPPO).
15. URUSAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA,
permasalahan yang dihadapi antara lain: a) Masih adanya duplikasi kelembagaan
KB di daerah; b) Rendahnya partisipasi pria terhadap program KB dan Kesehatan
Reproduksi, serta masih dominannya pemakaian kontrasepsi dengan metode
sederhana; c) Rendahnya tingkat pemahaman remaja terhadap kesehatan
reproduksi; d) Program penguatan ketahanan keluarga melalui kegiatan BKB
mengalami penurunan akibat kurang tersosialisasikannya secara merata, rutin dan
berkesinambungan.
16. URUSAN PERHUBUNGAN, permasalahan yang dihadapi antara lain: a) belum
tercapainya load factor angkutan umum.
17. URUSAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, permasalahan yang dihadapi
antara lain: a) Pelaksanaan Program DGS belum sesuai dengan harapan; b) Kondisi
jaringan masih lemah dikarenakan masih sangat tergantung dengan pihak lain; c)
Kurang optimalnya fungsi Tim Manajemen Perubahan dan Inovasi Implementasi
(TiMPII) DGS; d) SDM yang memiliki kemampuan TI relatif sedikit.
18. URUSAN PERTANAHAN, permasalahan yang dihadapi antara lain: a) Belum
adanya kepastian hak pemanfaatan tanah baik SG, PAG dan Tanah Kas Desa: b)
Kurang lancarnya proses pengumpulan berkas pendaftaran tanah di Desa
Glagaharjo, sehingga dari target 500 sertifikat hanya tercapai 428 sertifikat sampai
batas waktu yang telah ditentukan; c) Masih banyaknya permasalahan di bidang
pertanahan; d) Masih ada kasus tukar menukar Tanah Kas Desa (pelepasan) yang
belum ditindaklanjuti secara administrasi, serta masih ditemuinya pemanfaatan
tanah yang tidak sesuai dengan peruntukannya.
19. URUSAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI,
permasalahan yang dihadapi antara lain: a) Dinamika kehidupan dan mobilitas
kegiatan orang asing pemegang KITAS/KITAP yang cukup tinggi dan komplek
tidak selalu dapat terpantau; b) Belum adanya keterpaduan antar daerah dalam
rangka melakukan koordinasi dan saling tukar menukar informasi yang didapatkan
yang berkaitan dengan aktivitas, kegiatan dan keberadaan orang asing didaerahnya;
c) Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh warga negara asing pemegang surat
pemberitahuan penelitian dari Kementerian Dalam negeri tidak seluruhnya
melapor; d) Data orang asing pemegang visa kunjungan singkat sulit di peroleh
data yang akurat; e) DIY belum memiliki tempat penampungan imigran atau yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
266
dikenal dengan Rumah Deteksi Imigran (Rudenim); f) Masih kurangnya sosialisasi
peraturan perundangan yang terkait dengan penanganan dan penyelesaian imigran
ilegal; g) Kasus pencurian kendaraan bermotor masih merupakan kasus yang
menonjol. Semakin berkembangnya modus kejahatan dan kontrol sosial yang
semakin rendah menjadikan kecenderungan meningkatnya tindak kriminalitas dan
kerawanan sosial; h) Dalam rangka penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan
Perundangan lainnya diperlukan peningkatan pemberdayaan Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS); i) Terdapat Perda Provinsi yang perlu dilakukan perubahan
atau penyempurnaan karena tidak relevan dengan situasi dan kondisi saat ini
khususnya yang menyangkut sanksi pidana dan besaran denda; j) Permasalahan
perbatasan dalam bidang penanganan anak jalanan, gelandangan, pengemis,
perjudian, dan miras.
Selain permasalahan-permasalahan tersebut, juga masih terdapat permasalahan
yang lain yang menyangkut: urusan otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi
keuangan daerah, kepegawaian, dan persandian, urusan pemberdayaan masyarakat dan
desa, urusan sosial, urusan kebudayaan, urusan statistik, urusan kearsipan, urusan
pariwisata, urusan perpustakaan, urusan kelautan dan perikanan, urusan pertanian,
urusan kehutanan, urusan energi dan sumber daya mineral, urusan industri, urusan
perdagangan, dan urusan ketransmigrasian.
Sedangkan permasalahan umum yang dihadapi dalam pembangunan di
Kabupaten Gunungkidul yang masih dihadapi pada tahun 2013 sebagaimana tertuang
dalam Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja
Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 antara lain:
1. Angka kemiskinan dan pengangguran yang masih cukup tinggi;
2. Masih cukup tingginya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan
masih rendahnya jaminan sosial masyarakat;
3. Belum optimalnya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk
mendukung perekonomian daerah yang lestari;
4. Belum optimalnya pengeloaan investasi dan industri yang berakibat masih
rendahnya investasi;
5. Rendahnya daya saing produk Kabupaten Gunungkidul pada lingkup nasional
maupun internasional;
6. Kurangnya kualitas manajemen usaha kecil menengah, inovasi produk, dan belum
optimalnya kemitraan antar pelaku usaha, serta belum optimalnya pengembangan
pasar tradisional;
7. Belum optimalnya pengembangan industri olahan hasil pertanian;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
267
8. Masih kurangnya partisipasi masyarakat dan pelaku usaha dalam pengembangan
objek dan daya tarik pariwisata;
9. Belum optimalnya pelayanan kesehatan dan masih adanya ancaman penyakit;
10. Terbatasnya kualifikasi dan kompetensi pendidik dan kurangnya peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan;
11. Belum memadainya sarana dan prasarana wilayah termasuk diantaranya belum
optimalnya pengembangan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS)/Pantai Selatan Jawa
(Pansela);
12. Belum optimal pengembangan kawasan Pantai Selatan (Sadeng, Baron, Krakal,
Kukup, dan sebagainya) menjadi kawasan yang terintegrasi dalam pengembangan
kawasan;
13. Belum optimalnya tataguna dan tatakelola air;
14. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan rencana tata ruang;
15. Belum optimalnya pengelolaan kekayaan budaya dan penerapan nilai-nilai luhur
budaya;
16. Belum optimalnya peran dan fungsi kelembagaan masyarakat desa dan tata kelola
pemerintahan desa; dan
17. Belum optimalnya sistem informasi layanan publik dan masih lemahnya reformasi
birokrasi serta tata kelola pemerintahan yang baik.
Sedangkan permasalahan pembangunan terkait dengan prioritas dan sasaran
pembangunan daerah antara lain:
Tabel 3.48
Permasalahan Daerah Yang Berhubungan Prioritas dan Sasaran
Pembangunan Daerah
No Prioritas Sasaran Permasalahan
1 Pengembangan
industri kecil dan
menengah (IKM)
1) Sasaran 1 Misi 1 yaitu
sentra produksi memiliki
infrastruktur air dan
sanitasi yang handal.
2) Sasaran 1 Misi 2,5,7 yaitu
sentra produksi memiliki
infrastruktur transportasi,
energi, air, telekomunikasi,
dan sanitasi yang handal.
3) Sasaran 4 Misi 2,5,7
yaituseluruh potensi
sumber daya alam dipeta-
kan dan dipromosikan
secara tepat sasaran dengan
data yang akurat untuk
mendorong investasi.
1) Belum optimalnya
pengelolaan investasi dan
industri yang berakibat
masih rendahnya
investasi;
2) Rendahnya daya saing
produk Kabupaten
Gunungkidul pada
lingkup nasional maupun
internasional;
3) Belum optimalnya
pengembangan industri
olahan hasil pertanian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
268
No Prioritas Sasaran Permasalahan
4) Sasaran 5 Misi 2,5,7 yaitu
setiap kecamatan memiliki
komoditas unggulan yang
dikelola secara lestari
dengan menerapkan
teknologi produksi dan
pengolahan yang tepat
guna.
5) Sasaran 6 Misi 2,5,7 yaitu
setiap kecamatan memiliki
unit pelayanan bisnis dan
lembaga pembiayaan yang
mampu memfasilitasi
pengembangan komoditas
unggulan.
2 Pengembangan
usaha mikro, kecil
dan menengah
(UMKM)
1) Sasaran 1 Misi 2,5,7 yaitu
sentra produksi memiliki
infrastruktur transportasi,
energi, air, telekomunikasi,
dan sanitasi yang handal.
2) Sasaran 4 Misi 2,5,7 yaitu
seluruh potensi sumber
daya alam dipetakan dan
dipromosikan secara tepat
sasaran dengan data yang
akurat untuk mendorong
investasi.
3) Sasaran 5 Misi 2,5,7 yaitu
setiap kecamatan memiliki
komoditas unggulan yang
dikelola secara lestari
dengan menerapkan
teknologi produksi dan
pengolahan yang tepat
guna.
4) Sasaran 1 Misi 1 yaitu
sentra produksi memiliki
infrastruktur air dan
sanitasi yang handal.
5) Sasaran 6 Misi 2,5,7 yaitu
setiap kecamatan memiliki
unit pelayanan bisnis dan
lembaga pembiayaan yang
mampu memfasilitasi
pengembangan komoditas
unggulan.
1) Rendahnya daya saing
produk Kabupaten
Gunungkidul pada
lingkup nasional maupun
internasional;
2) Belum optimalnya
pengembangan industri
olahan hasil pertanian
3) Kurangnya kualitas
manajemen usaha kecil
menengah, inovasi
produk, dan belum
optimalnya kemitraan
antar pelaku usaha,
4) Sarana dan prasarana
pasar pemerintah belum
semuanya representatif .
5) Belum lancarnya arus
pemasaran produk-
produk lokal dan kendala
transportasi untuk
kawasan tertentu
6) Kebutuhan sosial dan
ketergantungan musim
sering menghambat
produktivitas masyarakat.
3 Pengembangan
daya dukung
sektor pariwisata
1) Sasaran 1 Misi 3 yaitu
Kabupaten Gunungkidul
menjadi destinasi wisata
unggulan dengan
infrastruktur yang handal
1) Belum adanya dokumen
perencanaan/tata ruang
objek wisata.
2) Pariwisata rentan
terhadap berbagai isu
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
269
No Prioritas Sasaran Permasalahan
2) Sasaran 2 Misi 3 yaitu
Seluruh potensi sumber
daya alam dipetakan dan
dipromosikan secara tepat
sasaran dengan data yang
akurat untuk mendorong
investasi.
keamanan, sosial, budaya
dan politik lokal,
nasional, maupun
internasional sehingga
berpengaruh terhadap
kunjungan wisata.
3) Kurangnya pemetaan
potensi wisata secara
rinci dan up to date.
4) Banyaknya potensi dan
objek pariwisata
sehingga belum tergarap
secara komprehensif/
pengembangan
pariwisata unggulan
belum terfokus.
5) Regulasi pengelolaan di
bidang Pariwisata belum
cukup untuk mengatur
pola dan optimalisasi
keterlibatan masyarakat
dalam pengembangan
pariwisata.
6) Objek wisata
Gunungkidul sebagian
besar bukan tujuan utama
(masih hanya alternatif
lanjutan) wisata.
7) Belum semua kawasan
objek wisata terjangkau
listrik PLN dan jaringan
telekomunikasi.
8) Potensi budaya lokal
belum dioptimalkan oleh
masyarakat untuk
mendukung pariwisata.
4 Peningkatan
pengelolaan
sumber daya alam
didukung
pelestarian
lingkungan
1) Sasaran 4 Misi 2,5,7
yaituseluruh potensi
sumber daya alam
dipetakan dan dipromosi-
kan secara tepat sasaran
dengan data yang akurat
untuk mendorong investasi.
2) Sasaran 5 Misi 2,5,7 yaitu
setiap kecamatan memiliki
komoditas unggulan yang
dikelola secara lestari
dengan menerapkan
teknologi produksi dan
pengolahan yang tepat
guna.
3) Sasaran 8 Misi 2,5,7 yaitu
Gunungkidul mencapai
ketahanan pangan.
1) Kurangnya kesadaran
masyarakat dalam
pelaksanaan rencana tata
ruang;
2) Belum optimalnya
tataguna dan tatakelola
air;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
270
No Prioritas Sasaran Permasalahan
4) Sasaran 1 Misi 1 yaitu
sentra produksi memiliki
infrastruktur air dan
sanitasi yang handal.
5 Pengembangan
pelayanan dasar
murah
1) Sasaran 2 Misi 2,5,7 yaitu
kawasan pemukiman
memiliki infrastruktur
dasar transportasi, energi,
air, telekomunikasi dan
sanitasi
2) Sasaran 1 Misi 4 yaitu anak
usia dini terlayani PAUD.
3) Sasaran 2 Misi 4 yaitu
Pendidikan Dasar,
Menengah dan Anak usia
sekolah lulus SLTA dan
memiliki keterampilan
Bahasa Inggris, komputer,
agrobisnis, dan
kewirausahaan
4) Sasaran 4 Misi 4 yaitu
Rumah sakit, puskesmas,
dan jaringannya memenuhi
standar mutu serta mampu
menjangkau/dijangkau oleh
masyarakat di wilayahnya
5) Sasaran 5 Misi 4 yaitu
Keluarga sadar gizi,
berperilaku hidup bersih
sehat, dan menerapkan
norma keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera
6) Sasaran 3 Misi 4 yaitu
angkatan kerja menjadi
pekerja profesional atau
wirausaha yang peduli
memajukan daerahnya.
7) Sasaran 5 Misi 4 yaitu
keluarga sadar gizi,
berperilaku hidup bersih
sehat, dan menerapkan
norma keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera.
8) Sasaran 6 yaitu pemuda
pemudi Gunungkidul
meraih prestasi regional,
nasional dan internasional.
9) Sasaran 2 Misi 4 yaitu
pendidikan dasar,
menengah dan anak usia
sekolah lulus SLTA dan
memiliki keterampilan
1) Cakupan pelayanan
pendidikan yang
dibutuhkan semakin
luas, di samping juga
harus
mempertimbangkan
sebaran jumlah
penduduk usia sekolah.
2) Kualitas manajemen
penyelenggaraan
pendidikan yang
beragam.
3) Kualifikasi tenaga
pendidik yang memenuhi
persyaratan sebagai
tenaga pendidik belum
mencukupi.
4) Kenakalan remaja dan
ancaman narkoba di
kalangan pemuda.
5) Letak Puskesmas yang
berjauhan dan tersebar
sehingga menyebabkan
pembinaan dan
pemantauan memerlukan
waktu yang agak lama.
6) Sarana gedung
Puskesmas/Pustu/Rumah
Dinas Dokter/Rumah
Dinas Paramedis yang
cukup banyak, sehingga
pemantauan dan
pengendalian rehabilitasi
gedung kurang
maksimal.
7) Kejadian kasus KLB
tidak dapat diprediksi
dan kesiapan biaya yang
belum optimal serta
kesiapan jejaring dan
SDM yang belum
memadai.
8) Produsen obat (BUMN)
belum mampu
menyediakan seluruh
jenis obat DOEN untuk
PKD pada saat proses
pelaksanaan pengadaan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
271
No Prioritas Sasaran Permasalahan
bahasa Inggris, komputer,
agrobisnis dan
kewirausahaan.
9) Masih terbatasnya
jumlah sampel pangan
yang diperiksa, karena
terbatasnya sumber dana.
6 Peningkatan
infrastruktur desa
dan kabupaten
1) Sasaran 1 Misi 1 yaitu
sentra produksi memiliki
infrastruktur air dan
sanitasi yang handal.
2) Sasaran 2 Misi 1 yaitu
kawasan permukiman
memiliki infrastruktur
dasar transportasi, energi,
air, telekomunikasi dan
sanitasi
3) Sasaran 1 Misi 2,5,7 yaitu
sentra produksi memiliki
infrastruktur transportasi,
energi, air, telekomunikasi,
dan sanitasi yang handal.
4) Sasaran 2 Misi 2,5,7 yaitu
kawasan permukiman
memiliki infrastruktur
dasar transportasi, energi,
air, telekomunikasi dan
sanitasi.
5) Sasaran 3 Misi 2,5,7yaitu
pelabuhan pendaratan ikan
Sadeng ditingkatkan
menjadi pelabuhan
perikanan nusantara
dengan infrastruktur
minapolitan yang memacu
pengembangan kawasan
perikanan pantai selatan.
6) Sasaran 1 Misi 3 yaitu
Gunungkidul menjadi
destinasi wisata unggulan
dengan infrastruktur yang
handal.
1) Belum memadainya
sarana dan prasarana
wilayah termasuk
diantaranya belum
optimalnya
pengembangan Jalur
Jalan Lintas Selatan
(JJLS)/Pantai Selatan
Jawa (Pansela);
2) Belum optimalnya
pengembangan kawasan
Pantai Selatan (Sadeng,
Baron, Krakal, Kukup,
dan sebagainya) menjadi
kawasan yang terintegrasi
dalam pengembangan
kawasan;
7 Peningkatan
kualitas
pelayanan publik
1) Sasaran 1 Misi 6 yaitu
Seluruh SKPD dan
pemerintahan desa
memiliki aparatur yang
kompeten sesuai kebutuhan
serta menerapkan
akuntabilitas kinerja dan
bebas KKN
2) Sasaran 2 Misi 6 yaitu
Seluruh perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian
dan pelaporan dilaksanakan
secara tepat waktu dan
terintegrasi dengan data
yang akurat
1) Penataan SDM aparatur
belum dapat sepenuhnya
sesuai dengan
kualifikasi jabatan dan
beban kerja SKPD.
2) Target sasaran kinerja
belum optimal sehingga
membutuhkan etos kerja
dan pengendalian.
3) Belum semua SKPD
memiliki sistem Data
(Profil) yang up to date
dan akurat.
4) Keterbatasan jumlah dan
kompetensi aparatur
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
272
No Prioritas Sasaran Permasalahan
3) Sasaran 3 Misi 6 yaitu
Pelayanan publik
dilaksanakan sesuai standar
pelayanan prima serta
menciptakan iklim usaha
yang kondusif
4) Sasaran 4 Misi 6 yaitu
Masyarakat memperoleh
perlindungan dan kepastian
hukum dalam
melaksanakan kegiatannya
secara tertib dan damai
pengawasan/JFA
dengan sasaran layanan.
5) Masih adanya
keterbatasan SDM
aparatur di bidang
akuntansi dan pegawai
yang sertifikasi
pengadaan barang dan
jasa.
6) Tenaga medik veteriner
dan dokter hewan
terbatas.
7) Keterbatasan sarana
mobilitas dan sarana
pendukung perkantoran.
8) Pelayanan administrasi
kepegawaian bersifat
tingkatan kewenangan
dari BKD Kabupaten,
BKD Provinsi, BKN
Regional/Pusat dan
Kementrian PAN dan
Reformasi Birokrasi,
sehingga sering
mengalami
keterlambatan
administratif.
9) Pengelolaan dan
pelaporan keuangan
belum dapat tepat waktu
sesuai standar.
10) SKPD pengelola
pendapatan belum
optimal dalam menarik
pajak/retribusi.
11) Kurangnya kesadaran
wajib pajak/retribusi .
12) Keterbatasan SDM
pemungut pajak karena
pajak yang akan dikelola
daerah ada 11 (sebelas)
macam termasuk PBB.
13) Kecepatan regulasi atau
produk hukum nasional
berubah-ubah berakibat
aturan kinerja tidak
dapat dipahami secara
komprehensif.
14) Belum dilaksanakannya
kegiatan rekrutmen
unsur pengarah BPBD
yang disebabkan
struktur organisasi
BPBD baru terbentuk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
273
No Prioritas Sasaran Permasalahan
tanggal 20 Januari 2012,
masih sebatas mencari
referensi mencari
personil yang
berdomisili dan
mempunyai keahlian
bidang penanganan
bencana, serta belum
adanya sarana dan
prasarana yang
memadai.
15) Pada kegiatan
pencegahan dan
pengendalian bahaya
kebakaran pencapaian
target standar pelayanan
minimal masih relatif
rendah, karena luas
daerah layanan tidak
sebanding dengan
wilayah manajemen
kebakaran dalam hal ini
keterbatasan jumlah
UPT yang ada.
16) Pemahaman masyarakat
terhadap regulasi dan
layanan publik
pemerintah daerah
belum merata.
17) Sarana dan prasarana
pendukung layanan
perkantoran belum
tersedia optimal (mobil,
jaringan internet, listrik
dll).
18) Standar operasional dan
prosedur kegiatan dan
pelayanan pemerintah
belum menyeluruh.
19) Penegakan Perda belum
optimal.
20) Untuk akses layanan
pemerintah, masyarakat
belum semua dapat
memenuhi syarat dan
prosedur.
21) Pengelolaan dokumen
dan arsip belum
terkoordinasi secara
integrasi.
22) Tatakala kinerja belum
semuanya dapat
dilaksanakan secara
konsisten sehingga
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
274
No Prioritas Sasaran Permasalahan
kegiatan masih banyak
yang harus dipacu di
akhir tahun.
23) Belum optimalnya
sinkronisasi
perencanaan kegiatan
antar SKPD.
24) Data base/data dasar
belum tersedia pada
seluruh SKPD.
25) Belum mantapnya
hubungan koordinasi
antara pemerintah
desa/kecamatan dengan
instansi vertikal atau
SKPD sehingga kinerja
program kegiatan kurang
pendampingan dan
pengendalian.
26) Permasalahan desa dan
layanan tertentu tidak
dapat diselesaikan di
kecamatan.
27) Kebijakan/regulasi
pemerintahan desa
belum komprehensif dan
sinkron antar regulasi.
Sedangkan permasalahan yang terkait dengan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Daerah Kabupaten Gunungkidul tahun 2013 antara lain:
Tabel 3.49
Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
I Urusan Wajib
1 Pendidikan Adanya dukungan
pendanaan pendidikan
dari pemerintah pusat
(BOS Pusat, BOS
Provinsi, Beasiswa
Siswa Miskin,
Tunjangan Sertifikasi,
dan DAK)
Permasalahan:
1. Cakupan pelayanan pendidikan yang
dibutuhkan semakin luas, harus
mempertimbangkan sebaran jumlah
penduduk usia sekolah.
2. Kualifikasi tenaga pendidik yang
memenuhi persyaratan sebagai
tenaga pendidik belum mencukupi.
3. Terbatasnya dunia usaha dan dunia
industri untuk praktek lapangan.
4. Lulusan SMK belum siap memasuki
dan bersaing di pasar kerja.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
275
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
Solusi:
1. Perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan
yang bermutu
2. Perluasan dan pemerataan
Kesempatan memperoleh
peningkatan mutu guru dan Kepala
Sekolah.
3. Meningkatkan kualitas dan relevansi
pandidikan :
4. Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dengan memberikan
pengetahuan dan bekal ketrampilan
untuk meningkatkan kesejahteraan
warga belajar.
2 Kepemudaan dan
Olahraga
1. Adanya kelembagaan
daerah yang
menangani pemuda
dan olahraga
2. Adanya partisipasi
masyarakat di bidang
keolahragaan
Permasalahan:
1. Sangat terbatasnya sarana dan
prasarana olahraga serta belum
adanya gelanggang pemuda/remaja
2. Kenakalan remaja dan ancaman
narkoba di kalangan pemuda.
3. Minimnya pencapaian prestasi
olahraga.
Solusi:
1. Peningkatan sarana dan prasarana
pemuda dan olahraga. Pemberdayaan
pemuda sebagai aset pembangunan
melalui pembinaan mental dan
spiritual serta minat bakat
2. Meningkatkan usaha pembibitan dan
pembinaan olahraga prestasi
termasuk organisasi olahraga
penyandang cacat.
3. Meningkatkan kualitas SDM yang
menangani/membidangi olahraga
prestasi.
3 Kesehatan Adanya dukungan
lintas sektor dan
kemitraan dalam
pembangunan
kesehatan serta adanya
dukungan dana berupa
Dana Alokasi Khusus
Bidang Kesehatan,
Dana Tugas
Pembantuan untuk
Biaya Operasional
Puskesmas (BOK),
Dana Jamkesmas, serta
Dana Jampersal
Permasalahan:
1. Biaya untuk konsultan
pendampingan, sertifikasi, dan audit
Puskesmas ISO mahal.
2. Kejadian kasus KLB tidak dapat
diprediksi dan kesiapan biaya yang
belum optimal serta kesiapan
jejaring dan SDM yang belum
memadai.
3. Masih sulitnya pemantauan terhadap
terjadinya kasus malaria, karena
adanya tambak udang di wilayah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
276
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
pantai, adanya nelayan yang keluar
masuk antar pulau dan adanya
migrasi penduduk antar pulau.
4. Belum adanya Peraturan Daerah
tentang pengawasan obat dan
makanan, dan retribusi laboratorium
kesehatan sehingga dalam
melakukan kegiatan tersebut masih
belum maksimal, karena belum
adanya payung hukum.
5. Masih terbatasnya jumlah sampel
pangan yang diperiksa, karena
terbatasnya sumber dana.
Solusi:
1. Melaksanakan sistem ISO Mandiri
Pemda. Pemantauan dan
pengendalian kegiatan rehabilitasi
dimaksimalkan dengan melibatkan
kepala Puskesmas ikut melakukan
pengawasan.
2. Memonitor kinerja konsultan
pengawas agar bekerja sesuai
dengan ketentuan.
3. Memberikan laporan secara berkala.
4. Mengadakan pertemuan secara
periodik antara panitia pemeriksa
dan tim monitoring Dinas
membahas kegiatan rehabilitasi
fisik.
5. Pembinaan teknis internal dan
merencanakan pembentukan tim
mutu Dinas Kesehatan.
6. Mengaktifkan Sistem Kewaspadaan
Dini (SKD) Kabupaten disamping
pemantapan jejaring dan pelatihan
SDM serta usulan biaya yang siap
pakai.
7. Selalu melaksanakan kewaspadaan
dini dari daerah-daerah yang
potensial terjadinya kasus malaria
8. Pembinaan pelayanan kesehatan
swasta lintas Dinas dan organisasi
profesi.
9. Melakukan pembinaan secara
berkesinambungan terutama pada
pihak produsen untuk
meminimalkan terjadinya keracunan
baik pada obat maupun pangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
277
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
4 Lingkungan
Hidup
Adanya kelembagaan
yang menangani
lingkungan hidup dan
adanya pendukung
Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang
Lingkungan Hidup
Permasalahan:
1. Keterbatasan sumber daya manusia
dan sarana dan prasarana
laboratorium lingkungan yang
dimiliki sehingga belum bisa
melaksanakan uji kualitas
lingkungan secara mandiri.
2. Fungsi sebagai koordinator upaya
pengendalian dampak lingkungan
perlu ditingkatkan.
3. Keterbatasan sarana dan prasarana
laboratorium lingkungan dan alat
uji kualitas lingkungan beserta
analisisnya.
4. Kesadaran dan tanggungjawab
masyarakat akan lingkungan bersih
dan sehat masih dirasa kurang.
Solusi:
1. Meningkatkan koordinasi dan kerja
sama dengan SKPD/lembaga yang
terkait di bidang lingkungan hidup.
2. Pengadaan laboratorium lingkungan
dan perlengkapannya, serta
penambahan sarana prasarana
terkait dengan kegiatan penunjang
operasional kegiatan secara
bertahap.
3. Mengaktifkan kegiatan penyuluhan,
sosialisasi, pembinaan, dan
pendampingan terkait kebijakan
bidang lingkungan hidup bagi
masyarakat dan pengusaha.
4. Meningkatkan pelaksanaan
monitoring dan evaluasi tentang
pengelolaan lingkungan hidup.
5 Pekerjaan Umum Adanya SKPD dan
dukungan lintas sektor
dalam pembangunan
infrastruktur daerah
serta semakin
bertambah jenis Dana
Alokasi Khusus (DAK)
Lingkup Pekerjaan
Umum yang meliputi:
DAK Bidang Jalan dan
Jembatan, DAK
Bidang Pengairan,
DAK Bidang Air
Bersih, DAK Bidang
Sanitasi, dan DAK
Bidang Sarana
Prasarana
Pemerintahan
Permasalahan:
1. Kondisi jalan kabupaten, sanitasi
RT dan jaringan irigasi perlu
perhatian dalam rangka pemenuhan
layanannya, kecepatan pencapaian
kinerja sasaran sangat terhambat
oleh adanya alokasi dana yang
terbatas.
2. UPT Kebersihan Pertamanan
kurang sarana prasarana untuk
kegiatan kebersihan baik meliputi
kendaraan dump truck, serta
personil atau tenaga operasionalnya
berkurang karena beberapa orang
telah diangkat PNS dan ditempatkan
di unit kerja yang berbeda. Hal
tersebut tidak sebanding dengan
semakin luasnya area yang harus
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
278
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
dijangkau pelayanan kebersihan,
baik permukiman di kota kecamatan
maupun pasar di seluruh Kabupaten
Gunungkidul.
Solusi:
1. Peningkatan pembangunan
infrastruktur desa dan kabupaten
untuk mendukung kawasan
produksi dan kawasan permukiman
2. Dengan petugas, sarana, dan
prasarana yang ada dimanfaatkan
semaksimal mungkin dan
pengambilan sampah dari pasar-
pasar dilaksanakan setelah selesai
pembuangan sampah dari dalam
kota.Untuk petugas kebersihan di
lingkungan kota kabupaten dan IKK
kecamatan diberlakukan shift (baik
untuk pagi dan sore hari).
6 Perumahan Adanya SKPD dan
dukungan SKPD lain
dibidang perumahan
Permasalahan:
1. Pemenuhan kebutuhan air bersih
untuk rumah tangga masih sangat
terbatas walaupun selalu
diupayakan secara berkelanjutan.
2. Keterbatasan alat dan tenaga yang
tersedia terutama dalam
pelaksanaan pembangunan dan
pemeliharaan jalan lingkungan
perdesaan maupun perkotaan.
Solusi:
1. Meningkatkan cakupan penyediaan
air bersih baik di wilayah perkotaan
dan perdesaan dengan cara
perluasan cakupan layanan PDAM,
pengembangan SIPAS, konservasi
sumber daya air, dropping air, dan
swadaya mandiri.
2. Mengoptimalkan personil yang ada
dan mengoptimalkan peralatan yang
tersedia dalam pelaksanaan
pembangunan dan pemeliharaan
jalan, termasuk penggunaan stoom
wals dari luar Kabupaten
Gunungkidul apabila volume
pekerjaan meningkat dan harus
segera diselesaikan.
7 Perencanaan
Pembangunan
Adanya regulasi
terbaru di bidang
perencanaan
pembangunan yaitu
Permendagri Nomor 54
Tahun 2010
Permasalahan:
1. Belum adanya sinergitas antar
SKPD terhadap dokumen
perencanaan daerah secara optimal.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
279
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
2. Ditetapkannya uang persediaan
dalam jumlah terbatas sehingga
mengakibatkan kegiatan yang
direncanakan, khususnya pada awal
tahun anggaran tidak semuanya
dapat terlaksana sesuai dengan time
schedule yang telah ditetapkan.
Solusi:
1. Meningkatkan koordinasi antar
pemangku kepentingan
(stakeholders) maupun antar
instansi berkaitan dengan proses
perencanaan , sehingga akan
tercapai perencanaan pembangunan
yang lebih sinergis.
2. Membangun sistem pendataan yang
komprehensif sehingga akan
tersusun profil daerah yang mampu
menggambarkan kondisi dan
potensi riil di Kabupaten
Gunungkidul.
3. Meningkatkan kinerja pengelolaan
keuangan daerah dalam tata kelola
perbendaharaan dan pelayanan
administrasi keuangan bagi SKPD
8 Penataan Ruang Adanya kelembagaan
Badan Koordinasi
Penataan Ruang
Daerah (BKPRD)
Permasalahan:
1. Dokumen-dokumen tataruang untuk
tahun 2012 khususnya RDTRK
akan berakhir maka perlu kesiapan
dalam rangka pemenuhan dokumen
tersebut.
2. Terbatasnya informasi tentang tata
ruang bagi masyarakat dan swasta.
3. Terbatasnya perangkat peraturan
daerah tentang pelaksanaan,
pengawasan, dan pengendalian
pemanfaatan ruang
Solusi:
1. Meningkatkan koordinasi antar
SKPD yang ketugasannya berkaitan
dengan penataan ruang dengan
pemangku kepentingan
(stakeholders) yang ada agar
penyusunan kebijakan penataan
ruang lebih komprehensif.
2. Sosialisasi kepada warga
masyarakat sampai ke tingkat
kecamatan dan desa agar informasi
tentang tata ruang dapat diketahui
dan ditaati oleh seluruh masyarakat
dan pihak-pihak yang
berkepentingan/swasta.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
280
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
3. Penyusunan perangkat peraturan
daerah tentang pelaksanaan,
pengawasan, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
9 Statistik Adanya dukungan
lembaga BPS di daerah
sebagai mitra daerah
dalam pengelolaan
statistik daerah
Permasalahan:
1. Belum optimalnya koordinasi antar
pemangku kepentingan
(stakeholders) maupun antar
instansi dalam proses pengumpulan
data bagi perencanaan
pembangunan.
2. Belum optimalnya dukungan
seluruh SKPD yang terkait dengan
proses pembangunan database yang
valid dan akurat.
3. Ketersediaan data yang kurang
akurat bagi kepentingan
perencanaan pembangunan.
Solusi:
1. Kebijakan satu data untuk
perencanaan
2. Sosialisasi kepada warga
masyarakat sampai ke tingkat
kecamatan dan desa akan
pentingnya ketersediaan data yang
valid dan akurat
3. Membangun sistem pendataan yang
komprehensif sehingga akan
tersusun profil daerah yang mampu
menggambarkan kondisi dan
potensi riil di Kabupaten
Gunungkidul.
10 Penanaman modal Adanya kelembagaan
Kantor Penanaman
Modal dan Pelayanan
Terpadu
Permasalahan:
1. Belum lengkapnya profil dan peta
investasi daerah
2. Belum optimalnya kerjasama dan
promosi investasi daerah
3. Kurangnya sarana dan prasarana
perhubungan, ketersediaan listrik,
dan belum adanya pelabuhan untuk
mendukung investasi di Kabupaten
Gunungkidul
Solusi:
1. Menyusun peta investasi daerah dan
identifikasi potensi sumber daya
daerah di Kabupaten Gunungkidul
yg terdiri dari sumber daya alam,
kelembagaan dan sumber daya
manusia termasuk pengusaha mikro,
kecil, menengah, koperasi, dan
besar.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
281
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
2. Memfasilitasi kerjasama dengan
dunia usaha di bidang penanaman
modal.
3. Melaksanakan dan memfasilitasi
kerjasama internasional di bidang
penanaman modal di tingkat
kabupaten.
4. Melaksanakan pelayanan terpadu
satu pintu berdasarkan
pendelegasian atau pelimpahan
wewenang dari lembaga atau
instansi yang memiliki kewenangan
perizinan dan nonperizinan yang
menjadi kewenangan kabupaten.
11 Koperasi dan
Usaha Kecil dan
Menengah
Adanya peluang
pendanaan koperasi
dan usaha kecil dan
menengah dari
perbankan dan
Lembaga Keuangan
Mikro
Permasalahan:
1. Koperasi aktif masih belum optimal
karena lemahnya kelembagaan
koperasi dan akses pelaku usaha
koperasi dalam memasuki pasar.
2. Masih kurangnya pengetahuan dan
ketrampilan pelaku usaha kecil dan
menengah dalam mengelola
usahanya.
3. Keterbatasan modal pelaku usaha
koperasi dan usaha kecil dan
menengah mengakibatkan sulitnya
pelaku usaha koperasi dan usaha
kecil dan menengah menjalankan
dan mengembangkan usahanya.
4. Lemahnya akses usaha kecil dan
menengah dalam memasuki pasar.
5. Lemahnya UKM.
6. Kurangnya kerja sama pelaku usaha
koperasi dan UKM dalam
melakukan kerja sama usaha dengan
pihak ketiga.
Solusi:
1. Meningkatkan kualitas
kelembagaan usaha industri,
perdagangan, koperasi dan UMKM.
2. Meningkatkan daya saing pelaku
usaha industri, perdagangan,
koperasi dan UMKM serta
pertambangan.
3. Meningkatkan anggaran dari APBD
dengan memberikan bantuan modal
usaha bagi koperasi dan UKM.
4. Pembinaan secara berkelanjutan
dan memfasilitasi informasi peluang
dan perluasan akses pasar serta
kerja sama dengan pihak ketiga.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
282
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
5. Memfasilitasi secara lebih luas bagi
partisipasi dalam kegiatan
promosi/pameran lokal dan
nasional.
6. Meningkatkan monitoring dan
pemantauan secara lebih intensif
kepada para peminjam dana
penguatan modal.
12 Kependudukan
dan Catatan Sipil
Permasalahan:
1. Kepemilikan akta kelahiran masih
perlu diupayakan untuk
ditingkatkan, karena lemahnya
kesadaran, pemahaman dan
kepentingan masyarakat akan akta
kelahiran dimungkinkan karena
masalah geografis dan sosial
ekonomi masyarakat.
2. Ada sebagian masyarakat yang
sudah menikah akan tetapi tidak
memiliki akta nikah, atau tidak
dicatat dalam buku register nikah di
Kantor Urusan Agama (KUA) yang
bersangkutan.
Solusi:
1. Meningkatkan sosialisasi dan
penyuluhan tentang arti pentingnya
akta kelahiran
2. Mengalokasikan anggaran lewat
APBD Kabupaten Gunungkidul
untuk sidang Isbath di Pengadilan
Agama Wonosari serta koordinasi
dengan instansi terkait.
13 Ketenaga
kerjaan
Adanya dukungan
pendanaan dari
pemerintah pusat
melalui dana tugas
pembantuan
Permasalahan:
1. Keterampilan tenaga kerja belum
memadai.
2. Kurangnya variasi dan jenis
pelatihan.
3. Minimnya pegawai yang
mempunyai keahlian tertentu di
bidang ketenagakerjaan.
4. Sistim informasi ketenagakerjaan
yang belum memadai
5. Terbatasnya lapangan kerja disektor
formal
Solusi:
1. Menjalin kerjasama yang kondusif
antar instruktur dan peserta
pelatihan, sehingga akan dapat
menciptakan tenaga kerja yang
berkualitas, disamping pemilihan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
283
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
peserta secara selektif dan
pendayagunaan instruktur dari
segala kejuruan.
2. Diversifikasi kegiatan pelatihan
untuk meningkatkan keterampilan
kerja dan berusaha.
3. Peningkatan Jalinan kerjasama
dengan BKK dan Perusahaan /
LPPS/PJTKI dalam memperoleh
informasi lowongan kerja melalui
mekanisme AKL,AKAD dan
AKAN
4. Peningkatan kerjasama dengan
Stakeholder yang bergerak di
bidang sosial dan ketenagakerjaan
untuk peningkatan kualitas dan
produktivitas tenaga kerja.
5. Peningkatan metode, cara dan
strategi yang cepat dan tepat dalam
peningkatan kesempatan kerja
untuk mengurangi pengangguran.
14 Sosial Adanya dukungan
pendanaan dari pusat
untuk penanganan
PMKS melalui dana
dekonsentrasi bidang
sosial serta adanya
dukungan program
penanggulangan
kemiskinan melalui
Program Keluarga
Harapan (PKH)
Permasalahan:
1. Masih tingginya jumlah
penyandang masalah kesejahteraan
sosial (PMKS) yang belum
menerima bantuan dari pemerintah.
2. Meningkatnya jumlah penduduk
lanjut usia terlantar.
3. Jumlah penduduk miskin masih
relatif tinggi.
4. Adanya urbanisasi penduduk usia
produktif ke kota – kota besar.
5. Kurangnya sarana dan prasarana
pembangunan kesejahteraan sosial
dengan sistem panti maupun non
panti.
6. Masih terbatas dan rendahnya
kualitas SDM di bidang pelayanan
sosial.
7. Tidak adanya tenaga pendampingan
/ pekerja sosial sebagai pekerja
lapangan
Solusi:
1. Penumbuhan kelompok–kelompok
sosial baru.
2. Pelaksanaan monitoring dan
evaluasi terhadap kegiatan
kelompok–kelompok sosial yang
ada.
3. Pengembangan kelompok–
kelompok sosial yang aktif.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
284
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
4. Pelaksanaan bimbingan dan
motivasi terhadap Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS).
5. Pelaksanaan pelatihan keterampilan
pada saat penumbuhan kelompok
ekonomi produktif.
6. Pemberian bantuan modal kegiatan,
stimulan UEP dan santunan jaminan
sosial.
7. Peningkatan efektivitas peran dan
fungsi lembaga sosial masyarakat
dalam upaya pengembangan
kearifan lokal guna pengentasan
PMKS
15 Ketahanan
Pangan
1. Adanya tenaga
fungsional
penyuluh yang
mampu
menggerakan
pembangunan
pertanian
2. Adanya dukungan
pendanaan dari
Pemerintah Pusat
melalui dana tugas
pembantuan
Permasalahan:
1. Sebagai lembaga baru sangat
kesulitan untuk mengkondisikan
pelaksanaan kegiatan secara baik,
mengingat keterbatasan tempat,
sarana prasarana, anggaran dan
personil.
2. Keterlambatan anggaran untuk
kegiatan yang dilaksanakan pada
musim kemarau yang berbentuk
pendampingan dan lain-lain.
Solusi:
1. Mengoptimalkan sumberdaya yang
ada agar kinerja instansi tetap
terpelihara secara efektif dan
efisien.
2. Mengembangkan mutu penyuluhan
melalui peningkatan pemahaman
penyuluh dan petugas programer,
keikutsertaan pemangku
kepentingan serta menggalang
dukungan stakeholders dan
keterlibatan instansional.
3. Melaksanakan berbagai pelatihan
baik di tingkat petugas maupun
petani dalam rangka
mengembangkan kualitas
sumberdaya manusia pertanian
menuju pertanian tangguh dan
mandiri.
4. Mengupayakan adanya dana-dana
pusat untuk dialokasikan di daerah,
khususnya di Kabupaten
Gunungkidul dalam rangka
mendukung operasional penyuluhan
dan untuk mewujudkan ketahanan
pangan yang berkelanjutan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
285
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
16 Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan
Anak
Adanya kelembagaan
khusus yang
menangani
pemberdayaan
perempuan dan
perlindungan anak
Permasalahan:
Masih rendahnya partisipasi
perempuan di berbagai bidang dan
ditemukannya tindak kekerasan
terhadap perempuan dan anak dalam
rumah tangga.
Solusi:
1. Peningkatan kondisi kehidupan
perempuan di berbagai bidang.
Meningkatkan akses perempuan ke
jabatan publik dan politik dengan
cara melakukan sosialisasi dan
penyadaran perempuan di
Kabupaten Gunungkidul;
2. Meningkatkan penanganan dan
pelayanan korban tindak kekerasan
terhadap perempuan dan anak
dalam rumah tangga
17 Keluarga
Berencana dan
Keluarga
Sejahtera
Adanya dukungan
pendanaan dari
pemerintah pusat
melalui dana alokasi
khusus bidang keluarga
berencana
Permasalahan:
Jumlah PLKB sangat kurang, idealnya
1 desa 1 PLKB.
Solusi:
1. Meningkatkan koordinasi lintas
sektoral untuk penggarapan
program Keluarga Berencana.
2. Mekanisme operasional program
KB di tingkat lini lapangan sangat
membantu kesinambungan dan
keberhasilan program KB. Peran
PPKBD dalam pelaksanaan
Program KB tingkat lini lapangan
sangat menonjol, melalui
pembinaan para keluarga.
18 Permberdayaan
Masyarakat dan
Desa
Adanya dukungan
pendanaan dari
pemerintah pusat
melalui dana urusan
bersama PNPM MPd
Permasalahan:
1. Belum semua usulan hasil verifikasi
dalam PNPM Mandiri Perdesaan
dapat dipenuhi.
2. Keterbatasan personil yang ada.
Solusi:
1. Meningkatkan sumber pendanaan
pemberdayaan dari sumber-sumber
lain.Meningkatkan upaya
pemberdayaan masyarakat disemua
bidang.
2. Meningkatkan kapasitas
kelembagaan dan aparatur serta
kelompok masyarakat di bidang
pemberdayaan melalui pelatihan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
286
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
19 Perhubungan Adanya dukungan
pendanaan
pembangunan dari
pemerintah pusat
melalui dana alokasi
khusus dan dana
sharing APBN dan
APBD Provinsi
Permasalahan:
1. Jumlah Angkutan umum yang
terbatas baik dari segi jumlah
maupun kualitas angkutan.
2. Terbatasnya Sumber Daya Manusia
(SDM) sesuai kualifikasi yang
dibutuhkan.
3. Belum optimal dan meratanya
pembangunan di seluruh wilayah
baik menyangkut fisik maupun
sistem manajemen transportasi yang
dikembangkan
4. Masih adanya simpul-simpul
transportasi yang sulit
dikembangkan mengingat kondisi
geografis yang tidak mendukung
dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat yang akhir–akhir ini
menurun.
5. Prospek angkutan umum di jalan
yang kurang menguntungkan dari
segi perhitungan bisnis karena
pergeseran alternatif moda angkutan
dan maraknya jumlah sepeda motor
yang beroperasi di jalan.
Solusi:
1. Meningkatkan mobilitas pelayanan
transportasi secara sistematis dan
terpadu.
2. Mendorong membuka daerah yang
relatif terisolir (belum lancar
tingkat aksesibilitasnya) dengan
meningkatkan pelayanan
transportasi yang aman dan lancar.
3. Mengupayakan pelayanan jasa
transportasi yang terjangkau
(murah) oleh masyarakat melalui
peningkatan sarana dan prasarana
transportasi.
4. Meningkatkan keselamatan dalam
pelayanan transportasi kepada para
pengguna jasa perhubungan.
5. Meningkatkan koordinasi pelayanan
jasa transportasi terhadap pengguna
jasa dan pengusaha angkutan umum
serta pihak-pihak terkait.
20 Komunikasi dan
Informatika
Permasalahan:
1. Belum tersedianya tenaga
fungsional sehingga pelayanan
informasi belum optimal
menjangkau seluruh wilayah
pelosok pedesaan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
287
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
2. Kondisi geografis Kabupaten
Gunungkidul yang berbukit–bukit,
sehingga terdapat wilayah blank
spot (tidak terjangkau melalui
media elektronik) dan daya akses
informasi masyarakat yang masih
cukup rendah sebagai akibat masih
rendahnya kemampuan di bidang
teknologi informasi.
3. SDM yang menangani Informasi
dan Komunikasi masih dirasakan
kurang dalam penguasan teknologi
Informasi
4. Belum optimalnya penggunaan
jaringan informasi antar unit kerja.
5. Keterbatasan sarana dan prasarana
penunjang dalam pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi.
Solusi:
1. Mengupayakan pengisian jabatan
fungsional bidang informasi,
dengan demikian akan mampu
memberikan pelayanan informasi
kepada masyarakat diseluruh
pelosok wilayah Gunungkidul
secara optimal dan profesional.
2. Memberdayakan Kelompok
Informasi Masyarakat yang ada,
sehingga dapat didayagunakan
sebagai agen informasi bagi
lingkungan masyarakatnya.
3. Meningkatkan kualitas SDM dalam
bidang Informasi dan Komunikasi
dalam penguasaan teknolgi
informasi, dengan memprogramkan
pelatihan bidang teknologi
informasi.
4. Mengoptimalkan jaringan informasi
yang telah dibangun.
5. Mengupayakan pengadaan sarana
dan prasarana penunjang
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
secara bertahap.
21 Pertanahan Adanya dukungan
pendanaan dari
Pemerintah Provinsi
DIY untuk pengadaan
tanah
Permasalahan:
1. Harga tanah yang diminta oleh
warga masyarakat di beberapa
tempat relatif tinggi di atas plafon
anggaran yang tersedia.
2. Negosiasi harga ganti rugi sangat
sulit dan memakan waktu relatif
lama.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
288
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
Solusi:
1. Melakukan sosialisasi lebih intensif
dalam rangka pengadaan tanah
untuk kepentingan pembangunan
agar masyarakat lebih menyadari
manfaat yang akan diperoleh
dengan terlaksananya pembangunan
di daerah tersebut. Sehingga
kecenderungan untuk mengambil
keuntungan sesaat dengan
menaikkan harga tanah yang tidak
wajar dapat dikurangi.
2. Mengoptimalkan peran Camat,
Kepala Desa dan tokoh masyarakat
dalam proses pengadaan tanah.
22 Kesatuan Bangsa
dan Politik dalam
Negeri
Permasalahan:
1. Adanya wilayah kecamatan yang
berbatasan dengan kabupaten lain
di zone utara yang rawan dengan
bencana tanah longsor khususnya di
musim penghujan.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat
dalam mensikapi ancaman bahaya
tanah longsor.
3. Kurangnya sarana mobilitas
penunjang kelancaran tugas-tugas
operasional khususnya berkaitan
dengan penanggulangan bencana.
Solusi:
1. Membentuk satuan tugas reaksi
cepat penanggulangan bencana
alam.
2. Melakukan pelatihan berkaitan
dengan upaya mitigasi bencana dan
penanggulangan pasca bencana.
3. Mengoptimalkan sarana mobilitas
penunjang kelancaran tugas-tugas
operasional khususnya berkaitan
dengan penanggulangan bencana.
23 Otonomi Daerah,
Pemerintahan
Umum,
Administrasi
Keuangan
Daerah,
Perangkat
Daerah,
Kepegawaian,
dan Persandian
Permasalahan:
1. Belum optimalnya pelayanan publik
di daerah.
2. Masih rendahnya kapasitas aparatur
pemerintah daerah.
3. Masih rendahnya kapasitas
keuangan daerah.
4. Masih kurangnya sarana dan
prasarana aparatur pemerintah
daerah untuk mendukung kinerja
yang optimal.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
289
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
Solusi:
1. Peningkatan kualitas pelayanan
publik dengan sistem pelayanan
terpadu.
2. Peningkatan kapasitas aparatur
pemerintahan daerah dibidang
perencanaan, keuangan,
pelaksanaan urusan dan
pengawasan.
3. Peningkatan sumber-sumber
pendapatan daerah.
4. Memanfaatkan sarana dan
prasarana yang ada seoptimal
mungkin untuk mendukung
pelaksanaan tugas dan fungsi.
24 Kebudayaan Permasalahan:
1. Belum terpenuhinya formasi
Pamong Budaya, sehingga
pembinaan dan pengembangan
kebudayaan hanya mengandalkan
personil yang tersedia.
2. Belum tersedianya anggaran untuk
program pelestarian benda cagar
budaya
Solusi:
1. Mengusulkan penambahan personil
di bidang kebudayaan sebagai
pamong budaya
2. Mengusulkan anggaran kebudayaan
kepada pemerintah pusat
25 Kearsipan Permasalahan:
1. Terbatasnya tenaga fungsional baik
pustakawan maupun arsiparis
berakibat pelayanan kepada
masyarakat maupun kepada SKPD
khususnya dalam hal pembinaan
menjadi kurang optimal.
2. Kurangnya pemahaman dan
kesadaran aparatur akan pentingnya
pengelolaan arsip
3. Selama ini pemahaman dan
kesadaran akan pentingnya
pengelolaan arsip masih kurang.
Arsip dipahami hanya sebatas
proses surat menyurat dan
selanjutnya menjadi tumpukan
dokumen yang tidak berarti yang
harus disingkirkan. Pemahaman
yang kurang ini menjadi penyebab
kurangnya kepedulian terhadap
pengelolaan arsip yang terjadi pada
sebagian besar SKPD.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
290
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
4. Disamping itu, ketidakpedulian
terhadap arsip juga dicerminkan
dari anggaran SKPD yang sering
luput mengalokasikan anggaran
untuk sarana pendukung
pengelolaan arsip. Hal tersebut
menjadi kendala bagi petugas arsip
SKPD untuk bisa mengelola arsip
instansinya secara baik karena tidak
memperoleh dukungan sarana
prasarana kearsipan yang memadai.
Solusi:
1. Menambah tenaga fungsional baik
di bidang perpustakaan maupun
kearsipan dengan mengangkat
pegawai baru sesuai dengan
kompetensi jabatan yang
dibutuhkan atau dengan
menyelenggarakan diklat fungsional
kearsipan dan perpustakaan.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan
dengan penerapan teknologi
informasi, sehingga pengolahan,
pelayanan, dan pelaporan
perpustakaan dan kearsipan
dilakukan dengan komputerisasi.
3. Sejalan dengan meningkatnya
kesadaran dari masing-masing
SKPD untuk melaksanakan serah
simpan terhadap dokumen/arsip
daerah, maka perlu dibuatkan
tempat penyimpanan arsip daerah
(depo arsip) yang memadai
sehingga dapat menjamin arsip
yang disimpan tidak rusak atau
hilang.
4. Melaksanakan pembinaan dan
sosialisasi secara terus menerus
dengan diikuti pendampingan
pengelolaan arsip untuk
meningkatkan kesadaran dan
kepedulian aparatur akan
pentingnya pengelolaan arsip.
26 Perpustakaan Permasalahan:
1. Keterbatasan koleksi di
perpustakaan daerah.
2. Terbatasnya tenaga fungsional baik
pustakawan maupun arsiparis
berakibat pelayanan kepada
masyarakat maupun kepada SKPD
khususnya dalam hal pembinaan
menjadi kurang optimal.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
291
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
3. Pelaksanaan perpustakaan keliling
yang diminati masyarakat belum
bisa menjangkau ke wilayah
kecamatan se Kabupaten
Gunungkidul, mengingat baru
memiliki satu unit mobil
perpustakaan keliling.
Solusi:
1. Menambah koleksi buku
perpustakaan
2. Menambah tenaga fungsional baik
di bidang perpustakaan maupun
kearsipan dengan mengangkat
pegawai baru sesuai dengan
kompetensi jabatan yang
dibutuhkan atau dengan
menyelenggarakan diklat fungsional
kearsipan dan perpustakaan.
3. Menambah jumlah mobil unit
perpustakaan keliling agar dapat
dipergunakan untuk pelayanan
perpustakaan ke seluruh wilayah
kecamatan di Kabupaten
Gunungkidul.
II Urusan Pilihan
1 Kelautan dan
Perikanan
Adanya dukungan
pendanaan dari
pemerintah pusat
melalui dana tugas
pembantuan
Permasalahan:
1. Faktor alam yang langsung
berhadapan dengan Samudera
Indonesia, gelombang arus laut
yang cukup besar menyebabkan
sering terjadinya cuaca yang
ekstrim di laut.
2. Sumber daya manusia kelautan dan
perikanan, baik aparatur dan
nelayan kapasitasnya masih kurang.
3. Rendahnya penguasaan teknologi
tepat guna bagi nelayan
4. Kurangnya permodalan dalam
pengembangan usaha di bidang
kelautan dan perikanan.
Solusi:
1. Pengembangan alternatif
pengembangan kelautan perikanan
dengan model lele lahan kering
dengan menggunakan terpal.
2. Peningkatan kapasitas sumber daya
kelautan dengan berbagai jenis
pelatihan di bidang kelautan dan
perikanan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
292
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
3. Pengembangan teknologi tepat guna
dibidang kelautan dan perikanan.
4. Pemberian fasilitas dan
permodalan, seperti: stasiun
pengisian bahan bakar,
pengembangan koperasi nelayan,
lembaga keuangan mikro, fasilitasi
kredit perbankan dan sebagainya.
2 Pertanian Adanya dukungan
pendanaan dari
pemerintah pusat
melalui dana tugas
pembantuan
Permasalahan:
1. Permasalahan yang dihadapi dalam
pelaksanaan pengadaan dan droping
bibit rumput adalah tidak serentak
dengan datangnya musim penghujan
di tiap wilayah serta adanya
pedatan hujan. Untuk mengatasi
pedatan hujan dilakukan penundaan
droping rumput dan setelah hujan
turun terus-menerus baru diberikan.
2. Isu wabah penyakit utamanya AI
diantisipasi dengan pengawasan
kesehatan ternak ayam secara lebih
sungguh-sungguh.
3. Tenaga medik veteriner dan dokter
hewan Poskeswan/Laboratorium
Kesehatan Hewan belum semua
terisi.
4. Keterbatasan keberadaan sapronak
karena tergantung pabrik luar
daerah.
5. Masuknya produk asal ternak dan
ternak hidup dari luar negeri
mempengaruhi turunnya harga
ternak lokal Gunungkidul
Solusi:
1. Pengawasan lalu lintas ternak dari
dan ke luar daerah.
2. Pengembangan budidaya ternak
secara intensif.
3. Penambahan tenaga dokter hewan
dan ahli di bidang peternakan.
4. Mengusulkan kepada pemerintah
pusat agar tidak melakukan impor
produk daging sapi.
3 Kehutanan Adanya dukungan
pendanaan dari
Pemerintah Pusat
melalui dana tugas
pembantuan
Permasalahan:
1. Kemampuan teknis sumber daya
manusia yang ada masih belum
mencukupi untuk mengemban
tanggung jawab tugas pokok dan
fungsi.Peningkatan sumber daya
manusia merupakan prioritas utama
untuk meningkatkan kemampuan
teknis personil Dinas Kehutanan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
293
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
dan Perkebunan dengan
mengikutsertakan ke berbagai
bentuk pelatihan yang ada baik
yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah maupun
Pemerintah Pusat.
2. Kelembagaan kelompok tani
sebagian besar belum mantap.
Kelompok tani sebagai forum
organisasi dan komunikasi petani
kehutanan dan perkebunan sebagian
besar perlu ditingkatkan.
Keterbatasan pendidikan dan
minimnya kemampuan manajemen
merupakan penyebab lemahnya
keberadaan kelompok tani sebagai
stakeholders sehingga ke depan
diperlukan pembinaan dan
bimbingan secara intensif dan terus
menerus dari petugas lapangan
untuk meningkatkan
kemampuannya dengan demikian
diharapkan kebijakan-kebijakan
Dinas dapat segera direspon dengan
baik dan benar oleh kelompok tani
kehutanan dan perkebunan.
3. Terbatasnya pengetahuan,
ketrampilan dan permodalan
sebagian besar petani. Sebagai
pelaku utama pembangunan,
kemampuan, ketrampilan, dan
ketersediaan modal pada petani
akan sangat besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan program,
apabila faktor-faktor tersebut
kondisnya serba terbatas sehingga
akan menjadi hambatan bagi
keberhasilan program tersebut.
4. Sarana dan prasarana yang belum
memadahi untuk mendukung
operasional tugas dinas.Terbatasnya
gedung dan ruang perkantoran serta
sarana dan prasarana kantor apabila
dibandingkan dengan Sumber Daya
Manusia dan kebutuhan operasional
tugas dinas masih sangat kurang
memadai. Untuk itu perlu segera
tertangani agar pelaksanaan tugas
Dinas bisa berjalan dengan lancar.
Solusi:
1. Peningkatan kemampuan sumber
daya manusia di bidang kehutanan
dan perkebunan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
294
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
2. Peningkatan kualitas produk
kehutanan dan perkebunan.
3. Peningkatan kapasitas kelembagaan
kehutanan dan perkebunan
4. Peningkatan sarana dan prasarana
di bidang kehutanan dan
perkebunan
4 Energi dan
sumber daya
mineral
Permasalahan:
1. Kurangnya kesadaran dan wawasan
pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya pelestarian kawasan
karst.
2. Masih ditemukannya kegiatan
pertambangan rakyat yang belum
berizin.
3. Pemanfaatan sumberdaya alam
yang tidak berwawasan lingkungan.
Solusi:
1. Meningkatkan penyuluhan dan
pendidikan teknik penambangan
kepada pengusaha tambang.
2. Meningkatkan pengawasan
penertiban kegiatan pertambangan
rakyat.
3. Meningkatkan koordinasi dan
pengelolaan air bawah tanah;
koordinasi dan pengelolaan minyak,
gas, energi baru dan terbarukan;
serta pemantauan distribusi BBM.
5 Pariwisata Adanya dukungan
pendanaan dari
pemerintah pusat
melalui dana PNPM
Pariwisata
Permasalahan:
1. Pemasaran dan promosi wisata
dirasa masih lemah dan terkendala
tiadanya sarana promosi yang
memenuhi syarat dan mengikuti
perkembangan teknologi baik SDM
maupun perangkat/peralatannya,
sehingga berpengaruh terhadap
efektivitas promosi.
2. Belum tersedianya anggaran untuk
menata kawasan pantai meliputi
percontohan penataan kios,
percontohan pengelolaan sampah,
dan percontohan pengelolaan
limbah.
3. Masih terbatasnya fasilitas objek
wisata yang belum memadai antara
lain: areal parkir, tempat ibadah,
MCK, dan kios
cinderamata/cinderarasa serta
terbatasnya jaringan listrik.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
295
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
Solusi:
1. Menggerakkan sarana serta sumber
daya manusia yang ada dengan
seoptimal mungkin dan
meningkatkan koordinasi dengan
stake holder dan dinas instansi
terkait.
2. Mengefektifkan promosi dan
menjalin kerja sama (komitmen)
dengan pelaku wisata baik lokal
maupun luar daerah.
3. Pengembangan objek wisata
unggulan lainnya yang sangat
potensial di Kabupaten
Gunungkidul juga diupayakan pada
arah pengembangan, seperti
geowisata karst, wisata bahari, desa
wisata, dan wisata tirta.
6 Industri Permasalahan:
1. Pangsa pasar produk daerah
Kabupaten Gunungkidul masih
terbatas.
2. Terbatasnya pengetahuan
pengrajin/pengusaha mengenai
potensi pasar produk daerah, masih
rendahnya daya saing, serta
manajemen pengelolaan usaha juga
masih terbatas.
3. Faktor kesadaran pelaku usaha
kaitannya dengan legalitas usaha
bidang perdagangan masih rendah.
Solusi:
1. Pembinaan secara berkelanjutan
dan memfasilitasi informasi
peluang dan perluasan akses pasar.
2. Meningkatkan pelatihan manajemen
kewirausahaan dan pengembangan
konsultasi bisnis bagi pedagang.
3. Pelatihan secara berkelanjutan
untuk meningkatkan kualitas baik
dari segi manajerial maupun desain
dan pengemasan pengrajin industri
kecil dan menengah.
4. Memfasilitasi secara lebih luas bagi
partisipasi dalam kegiatan
promosi/pameran lokal dan
nasional.
5. Pemberian kemudahan izin usaha
industri kecil dan menengah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
296
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
7 Perdagangan Permasalahan:
1. Pangsa pasar produk daerah
Kabupaten Gunungkidul ke luar
daerah dan nasional masih terbatas.
2. Terbatasnya pengetahuan
pengrajin/pengusaha mengenai
potensi pasar produk daerah, masih
rendahnya daya saing, serta
manajemen pengelolaan usaha juga
masih terbatas.
3. Faktor kesadaran pelaku usaha
kaitannya dengan legalitas usaha
bidang perdagangan masih rendah.
4. Terbatasnya sarana dan prasarana
pasar yang ada, sehingga belum
memenuhi kriteria sebagai pasar
tradisional yang bersih dan sehat.
5. Bertambahnya ritel-ritel modern di
beberapa kota kecamatan
berpengaruh terhadap
perkembangan pasar tradisional.
6. Kesadaran pedagang pasar dalam
menata dagangan dan menjaga
kebersihan pasar kurang terjaga,
sehingga berpengaruh terhadap
kenyamanan konsumen di pasar
tradisional
Solusi:
1. Pelatihan secara berkelanjutan
untuk meningkatkan kualitas baik
dari segi manajerial maupun desain
dan pengemasan pengrajin industri
kecil dan menengah.
2. Pembinaan secara berkelanjutan
dan memfasilitasi informasi
peluang dan perluasan akses pasar.
3. Meningkatkan pelatihan manajemen
kewirausahaan dan pengembangan
konsultasi bisnis bagi pedagang.
4. Memfasilitasi secara lebih luas bagi
partisipasi dalam kegiatan
promosi/pameran lokal dan
nasional.
5. Meningkatkan pelatihan manajemen
dan administrasi usaha UKM,
pengembangan pasar bagi pengelola
koperasi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
297
No. Urusan
(Wajib/Pilihan)
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Permasalahan dan Solusi
6. Mengembangkan, membangun, dan
merehabilitasi fasilitas pasar yang
memadai sebagai bentuk
peningkatan pelayanan terhadap
masyarakat pengguna jasa.
7. Melaksanakan pembinaan pedagang
pasar.
8 Ketransmi
grasian
Adanya dukungan
kebijakan dari
pemerintah pusat
berupa kuota peserta
transmigrasi dan
adanya kerjasama antar
daerah dalam hal
pengiriman calon
transmigran
Permasalahan:
1. Minat masyarakat untuk mengikuti
program transmigrasi dengan
semangat memperbaiki kehidupan
ekonomi masih relatif rendah
2. Kuota transmigran di daerah tujuan
transmigrasi juga terbatas. Sehingga
ketika secara kuantitas calon
transmigran terpenuhi, belum
dibarengi dengan kuota yang
tersedia di daerah tujuan
transmigrasi.
3. Terbatasnya sarana dan prasarana
permukiman dan sarana pendukung
di lokasi transmigrasi.
Solusi:
1. Memanfaatkan sarana prasarana,
sumber daya manusia dan dana
yang ada di bidang
ketransmigrasian secara optimal
untuk melaksanakan kegiatan sesuai
dengan kebijakan, program dan
kegiatan yang ada.
2. Peningkatan kerjasama antar daerah
dalam rangka mobilisasi penduduk.
3. Pemberian bekal ketrampilan di
bidang pertanian, perikanan,
peternakan, usaha kecil dan
menengah sebagai bekal bagi bagi
para calon transmigran.
4. Peningkatan kerjasama dengan
stakeholder yang bergerak di bidang
ketransmigrasian guna mengarah
kepada peningkatan kualitas dan
produktivitas tenaga kerja.
Sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, ditegaskan bahwa
pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional. Dengan demikian tema dan prioritas pembangunan di
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
298
kabupaten, selain harus selaras dan mengacu dengan tema dan prioritas pembangunan
nasional juga harus selaras dan mengacu dengan tema dan prioritas pembangunan
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tema dan prioritas pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun
2013, yakni : “Memperkuat Perekonomian Domistik Bagi Peningkatan dan
Perluasan Kesejahteraan Rakyat” dengan prioritas (1) Reformasi Birokrasi dan Tata
Kelola, (2) Pendidikan, (3) Kesehatan, (4) Penanggulangan Kemiskinan, (5)
Ketahanan Pangan, (6) Infrastruktur, (7) Iklim Investasi dan Iklim Usaha, (8) Energi,
(9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana, (10) Daerah Tertinggal, Terdepan,
Terluar, dan Pasca Konflik, (11) Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi, (12)
Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, (13) Bidang Perekonomian, dan (14) Bidang
Kesejahteraan Rakyat.
Sedangkan Tema RKPD Pemerintah Daerah DIY Tahun 2013 sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 26 Tahun
2012 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2013 yakni : ”Penguatan
Daya Saing dan Daya Tahan Ekonomi Daerah untuk Peningkatan Kesejahteraan
Rakyat”. Untuk mendukung pelaksanaan tema pembangunan tersebut di atas, telah
ditetapkan beberapa prioritas pembangunan Pemerintah Daerah DIY Tahun 2013
adalah: (1). Reformasi birokrasi dan tata kelola; (2). Pendidikan; (3). Kesehatan; (4).
Penanggulangan kemiskinan; (5). Ketahanan pangan; (6). Infrastruktur; (7). Iklim
investasi dan usaha; (8). Energi; (9). Lingkungan hidup dan bencana; (10). Daerah
tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik, dan (11) Kebudayaan, kreativitas, dan
inovasi teknologi.
Selanjutnya berdasarkan uraian tentang kendala dan permasalahan yang masih
dihadapi dalam upaya pembangunan daerah ke depan, serta sinkronisasi dengan
kebijakan nasional maka Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menetapkan tema
pembangunan daerah tahun 2013 yaitu “Peningkatan Industri dan Usaha
Masyarakat dan Kualitas Pelayanan Dasar serta Pengembangan Investasi
Industri dan Pariwisata.”
Dari tema pembangunan di atas, selanjutnya dirumuskan prioritas
pembangunan Kabupaten Gunungkidul tahun 2013 sebagai berikut:
a. peningkatan industri kecil dan menengah (IKM);
b. peningkatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM);
c. pengembangan fasilitasi investasi industri;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
299
d. pengembangan fasilitasi investasi pariwisata;
e. peningkatan pelayanan dasar murah;
f. pemeliharan dan peningkatan pembangunan infrastruktur desa dan kabupaten;
g. pengembangan sistem informasi pelayanan publik; dan
h. reformasi birokrasi dan tata kelola.
Dikaitkan pencapaian sasaran pembangunan dalam RPJM Daerah 2010-2015,
fokus dan kegiatan-kegiatan pokok tersebut merupakan rencana aksi tahunan.
Disamping prioritas nasional, prioritas pembangunan daerah di Kabupaten
Gunungkidul juga memperhatikan upaya pencapaian sasaran 8 (delapan) tujuan
pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDGs) pada tahun 2015 yang
terdiri dari (1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) menyediakan pelayanan
pendidikan dasar untuk semua; (3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan; (4) menurunkan angka kematian anak; (5) meningkatkan kesehatan ibu;
(6) memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit menular lainnya; (7) memastikan
keberlanjutan lingkungan; dan (8) membangun kemitraan global dalam pembangunan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun
Anggaran 2013 disusun berdasarkan Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2013
sesuai dengan Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 903/1641 dan
Nomor 18/KPTS/2012 serta pada perubahan anggaran dengan Nota Kesepakatan
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Nomor 903/3077.a dan Nomor 21/KPTS/2012.
Sedangkan untuk Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara berdasarkan Nota
Kesepakatan Nomor 903/1642 dan Nomor 19/KPTS/2012 serta untuk perubahan
anggaran dengan Nota Kesepakatan Nomor 903/3131.a dan Nomor 22/KPTS/2013.
Kebijakan Umum APBD memuat kebijakan mengenai pendapatan daerah, kebijakan
belanja daerah, dan kebijakan pembiayaan daerah yang memuat komponen-komponen
pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan dari setiap bidang kewenangan
yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Untuk PPAS memuat pagu
indikatif sementara berdasarkan urusan wajib dan pilihan serta masing-masing bidang.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun
Anggaran 2013 ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2013 dengan
rencana Pendapatan Daerah sebesar Rp1.172.722.551.792,65, Belanja Daerah
Rp1.236.639.665.427,00, dan Pembiayaan Daerah sebesar Rp63.917.113.634,35.
Dengan adanya perubahan asumsi dan kondisi perekonomian daerah yang tidak sesuai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
300
dengan asumsi kebijakan umum APBD yang telah disusun maka melalui perubahan
anggaran yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 12
Tahun 2013 tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013, maka Pendapatan
Daerah direncanakan menjadi Rp1.232.294.627.656,53 atau bertambah
Rp59.572.075.863,88, Belanja Daerah menjadi Rp1.329.895.597.478,50 atau
bertambah Rp93.255.932.051,50, serta Pembiayaan Daerah menjadi
Rp97.600.969.821,97 atau bertambah sebesar Rp33.683.856.187,62.
C.2. PENGELOLAAN PENDAPATAN
Sumber penerimaan daerah dalam APBD Kabupaten Gunungkidul sebagian
besar berasal dari dana perimbangan. Dengan adanya ketergantungan dana
perimbangan maka untuk mengurangi kesenjangan fiskal, kebijakan yang diambil
adalah dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan
daerah terutama pendapatan asli daerah, menggali potensi bantuan keuangan dari
pemerintah provinsi maupun sumber-sumber lain dari pemerintah pusat seperti dana
tugas pembantuan dan dana dekonsentrasi. Selain itu dilaksanakan pengajuan usulan
program dan kegiatan yang dapat didanai dari pusat melalui kementerian teknis
maupun bantuan keuangan dari Pemerintah DIY.
C.2.1. Upaya Peningkatan Pendapatan Daerah
Sejalan dengan kebijakan pendapatan daerah maka untuk dapat mencapai
rencana pendapatan daerah pada Tahun Anggaran 2013 beberapa upaya yang
akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah yaitu :
a. Intensifikasi Pendapatan Asli Daerah, dilaksanakan melalui pencermatan dan
pengkajian terhadap obyek pendapatan baik berupa pajak maupun retribusi
daerah yang telah ada dan masih memungkinkan untuk ditingkatkan baik
melalui perubahan tarif maupun peningkatan pemungutannya. Kebijakan
dalam bentuk regulasi yang sudah dilakukan adalah dengan mereview dan
menyusun Peraturan Daerah tentang pajak dan retribusi daerah, sosialisasi
peraturan daerah kepada masyarakat dan dunia usaha, dan penegakan
pelaksanaan peraturan daerah serta intensifikasi pemungutannya;
b. Ekstensifikasi pendapatan asli daerah, dilaksanakan melalui upaya pencarian
sumber-sumber pendapatan baru yang tidak membebani masyarakat, antara
lain melalui:
1. Pembentukan BUMD Perusahaan Daerah Aneka Usaha.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
301
2. Pendapatan sewa lahan milik Pemda yang belum dimanfaatkan, sewa
media reklame/tiang pancang spanduk/reklame.
3. Pengkajian, penyusunan, dan penyesuaian regulasi yang terkait dengan
pendapatan daerah dan bidang investasi yang potensial dan mampu
meningkatkan pendapatan daerah.
c. Pengkajian potensi penerimaan daerah dan penyusunan regulasi sebagai
dasar pelaksanaan mendasarkan pada peraturan perundangan yang baru;
d. Peningkatan pelayanan perizinan di seluruh tingkatan dan semua bidang
perizinan, melalui perbaikan prosedur serta percepatan proses pelayanan;
e. Pemanfaatan aset-aset daerah yang belum dimanfaatkan;
f. Penjualan asset daerah yang sudah tidak layak;
g. Pemanfaatan iddle cash dalam bentuk deposito on call;
h. Peningkatan kualitas aparat yang mengelola pendapatan asli daerah melalui
pembinaan dan pelatihan;
i. Peningkatan dan penyediaan sarana dan prasarana pemungutan pendapatan
daerah;
j. Peningkatan pengawasan dan pengendalian pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah melalui pengawasan melekat, rotasi petugas pemungut, serta
penertiban administrasi;
k. Koordinasi dengan pihak ketiga dan instansi vertikal dalam rangka
peningkatan pendapatan daerah.
Pendapatan daerah untuk Tahun Anggaran 2013 setelah perubahan
anggaran dari rencana Rp1.232.294.627.656,53 realisasinya mencapai
Rp1.242.092.675.330,20 atau telah mencapai 100,80 % yang terdiri dari:
1. Pendapatan Asli Daerah
Rencana Pendapatan Asli Daerah Rp76.674.187.127,23 realisasinya
mencapai Rp83.427.447.822,42 atau 108,81 % yang berasal dari:
a. Pajak Daerah dari rencana Rp10.970.075.000,00 realisasi
Rp12.350.676.839,00 atau 112,59 % yang terdiri atas :
1) Pajak Hotel dari rencana Rp40.000.000,00 realisasi
Rp42.987.911,00 atau 107,47 %.
2) Pajak Restoran dari rencana Rp1.067.000.000,00 realisasi
Rp1.339.666.031,00 atau 125,55 %.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
302
3) Pajak Hiburan dari rencana Rp.18.000.000,00 realisasi
Rp23.178.000000,00 atau 128,77 %.
4) Pajak Reklame dari rencana Rp607.075.000,00 realisasi
Rp608.757.500,00 atau 100,28 %.
5) Pajak Penerangan Jalan dari rencana Rp7.370..000.000,00 realisasi
Rp7.715.068.292,00 atau 104,68 %.
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan dari rencana
Rp400.000.000,00 realisasi Rp800.572.730,00 atau 200,14 %.
7) Pajak Parkir dari rencana Rp12.000.000,00 realisasi
Rp13.981.500,00 atau 116,51 %.
8) Pajak Air Tanah dari rencana Rp250.000.000,00 realisasi
Rp296.211.908,00 atau 118,48 %.
9) Pajak Sarang Burung Walet dari rencana Rp.6.000.000,00 realisasi
Rp1.000,00 atau 16,67 %.
10) BPHTB dari rencana Rp1.200.000.000,00 realisasi
Rp1.509.252.967,00 atau 125,77 %.
b. Retribusi Daerah dari rencana Rp24.538.644.077,00 realisasi
Rp25.024.939.544,00 atau 101,98 % yang terdiri atas:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan rencana Rp13.033.271.300,00
realisasi Rp11.926.822.980,00 atau 91,51 %.
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan rencana
Rp272.777.900,00 realisasi Rp348.294.000,00 atau 127,68 %.
3) Retribusi Penggantian Biaya KTP dan Akta Catatan Sipil rencana
Rp19.375.000,00 realisasi Rp19.465.000,00 atau 100,46 %.
4) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum rencana
Rp312.910.000,00 realisasi Rp332.096.000,00 atau 106,13 %.
5) Retribusi Pelayanan Pasar dari rencana Rp1.106.249.000,00 realisasi
Rp1.183.714.050,00 atau 101,50 %.
6) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor rencana
Rp363.535.000,00 realisasi Rp450.870.500,00 atau 124,02 %.
7) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi dari rencana
Rp1.030.662.277,00 realisasi Rp1.054.285.363,00 atau 102,29 %.
8) Retribusi Pelayanan Kesehatan pada UPT dari rencana
Rp30.012.000,00 realisasi Rp26.882.500,00 atau 89,57 %.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
303
9) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah rencana Rp534.576.000,00
realisasi Rp644.268.850,00 atau 120,52 %.
10) Retribusi Tempat Pelelangan Ikan rencana
Rp450.000.000,00 realisasi Rp520.901.300,00 atau 115,76 %.
11) Retribusi Terminal rencana Rp251.850.500,00 realisasi
Rp259.595.726,00 atau 103,08 %.
12) Retribusi Tempat Khusus Parkir rencana
Rp720.463.000, 00 realisasi Rp717.105.000,00 atau 99,53 %.
13) Retribusi Jasa Usaha Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
rencana Rp22.000.000,00 realisasi Rp20.300.000,00 atau 92,27 %.
14) Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi dan Olahraga rencana
Rp4.762.117.100,00 realisasi Rp4.760.742.500,00 atau 120,97 %.
15) Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah rencana
Rp730.980.000,00 realisasi Rp.671.830.000,00 atau 91,91 %.
16) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) rencana
Rp550.000.000,00 realisasi Rp694.380.775,00 atau 126,25 %.
17) Retribusi Izin Gangguan/Keamanan rencana Rp.249.000.000,00
realisasi Rp345.470.000,00 atau 138,74 %.
18) Retribusi Izin Trayek rencana Rp.38.865.000,00 realisasi
Rp47.915.000,00 atau 123,29 %.
c. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dari
rencana Rp6.654.257.071,25 realisasi Rp6.815.317.916,25 atau 102,42%
yang terdiri dari:
Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank:
1) Perusahaan Daerah Bank Daerah Gunungkidul rencana
Rp1.001.873.000,00 realisasi Rp1.162.933.845,00 atau 116,08 %.
2) Bank Pembangunan Daerah rencana Rp5.648.532.670,57 realisasi
Rp5.648.532.670,57 atau 100,00 %.
3) BUKP rencana Rp3.851.400,68 realisasi Rp3.851.400,68 atau 100%.
d. Lain-lain PAD yang Sah dengan rencana Rp34.511.210.979,08 dan
realisasi Rp39.236.513.523,17 atau 113,70 % yang terdiri dari:
1) Hasil Penjualan Aset Daerah yang tidak Dipisahkan dari rencana
Rp289.000.000,00 realisasi Rp691.797.750,00 atau 239,38%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
304
2) Penerimaan Jasa Giro dari rencana Rp2.100.000.000,00 realisasi Rp
2.997.220.474,00 atau 142,72%.
3) Pendapatan Bunga Deposito dari rencana Rp7.000.000.000,00
realisasi Rp10.594.348.670,11 atau 151,35%. Peningkatan
pendapatan bunga deposito disebabkan dana DAK bidang pendidikan
yang belum terserap dan disimpan dalam bentuk deposito.
4) Tuntutan Ganti Kerugian Daerah rencana Rp439.607.104,93 realisasi
Rp635.244.296,93 atau 144,50%.
5) Pendapatan Denda atas Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan dari
rencana Rp1.000.000,00 realisasi Rp87.267.412,18 atau 8.726,74%
6) Pendapatan Denda Retribusi dari rencana Rp456.659.480,00 realisasi
Rp681.105.380,00 atau 149,15%.
7) Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran Gaji dan
Tunjangan dari rencana Rp 0,00 realisasi Rp976.678.080,75
8) Hasil Operasi dari Penegakan Perda dari rencana Rp1.315.000,00
realisasi Rp 5.266.000,00 atau mencapai 400,46%
9) Pendapatan Bunga dari Pinjaman Penguatan Modal dari rencana
Rp35.026.587,00 realisasi Rp27.901.671,00 atau 79,66%.
10) Pendapatan Hasil Kerjasama dengan pihak Ketiga dari rencana
Rp56.258.539,00 realisasi Rp25.561.739,00 atau 45,44%.
Rendahnya realisasi disebabkan bagi hasil penangkap ikan kapal
Handayani tercapai sebesar Rp9.303.200,00 dari anggaran
Rp40.000.000,00 (23,26%) disebakan karena sesuai MOU yang telah
disepakati, besarnya setoran bagi hasil berdasarkan jumlah hasil
penjualan/tangkapan dikurangi biaya operasional. Disamping itu
MOU telah berakhir pada tanggal 30 Juni 2013 dan sampai saat ini
belum diperpanjang dikarenakan kondisi 2 (dua) buah kapal rusak
berat sedangkan yang lainnya juga memerlukan perbaikan, sementara
dukungan APBD tidak ada.
11) Pendapatan BLUD dari rencana Rp23.709.373.294,00 realisasi
Rp22.069.956.270,00 atau 93,09%.
12) Penerimaan Penempatan/Perpanjangan Kios dan Los dari rencana
Rp349.010.644,94 realisasi Rp370.205.450,00 atau 106,07%.
13) Pendapatan dari pengelolaan BUKP dari rencana Rp73.960.329,21
realisasi Rp73.960.329,20 atau 100%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
305
2. Dana Perimbangan
Dari rencana penerimaan Rp880.664.275.030,00 realisasi mencapai
Rp877.414.789.454,00 atau 99,63 % yang terdiri dari:
a. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak rencana Rp34.080.164.452,00
realisasi Rp36.073.196.054,00 atau 105,85 %.
b. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam dari rencana
Rp2.231.262.578,00 realisasinya Rp2.479.297.400,00 atau 111,12 %.
c. Dana Alokasi Umum rencana Rp779.069.238.000,00 realisasi
Rp779.069.238.000,00 atau 100,00%.
d. Dana Alokasi Khusus rencana Rp65.283.610.000,00 realisasi
Rp59.793.058.000,00 atau 91,59 %.
3. Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
Lain-lain Pendapatan yang Sah rencana Rp274.956.165.499,20 realisasi
Rp281.250.438.053,78 atau 102,29 % yang terdiri dari :
a. Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi rencana Rp.39.008.836.499,20
realisasi Rp45.667.988.953,78 atau 117,07 %.
b. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus untuk percepatan pembangunan
infrastruktur daerah dari rencana sebesar Rp199.384.329.000,00 realisasi
sebesar Rp.199.359.049.100,00 atau 99,99 %.
c. Bantuan Keuangan Dari Provinsi DIY rencana Rp36.563.000.000,00
realisasi Rp36.223.400.000 00 atau 99,07 %.
C.2.2. Permasalahan dan Solusi
Secara keseluruhan penerimaan daerah pada Tahun Anggaran 2013 dapat
melebihi target walaupun dengan prosentase yang kecil. Realisasi PAD sebesar
Rp83.427.447.822,42 atau 108,81% dari target Rp76.674.187.127,33.
Untuk Dana Perimbangan rencana penerimaan Rp880.664.275.030,00
realisasi mencapai Rp877.414.789.454,00 atau 99,63%. Untuk Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah penerimaannya rencana Rp274.956.165.499,20
realisasi Rp281.250.438.053,78 atau 102,29%.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah membawa konsekwensi adanya tambahan sumber
pendapatan yang baru maupun berkurangnya sumber pendapatan yang telah ada.
Adanya perubahan tersebut disikapi dengan penyiapan dan penyusunan regulasi
sebagai pengganti peraturan perundangan yang tidak sesuai.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
306
Permasalahan lainnya yang tidak kalah penting adalah terbatasnya jumlah
personil petugas pemungut pajak dan retribusi daerah pada masing-masing
SKPD yang bertugas memungut pendapatan. Sesuai dengan PP 48 Tahun 2005
maka pemerintah daerah tidak diperkenankan untuk mengangkat tenaga honorer
baru, sementara di sisi lain jumlah pegawai negeri yang bertugas memungut
pendapatan daerah banyak yang telah memasuki masa pensiun. Beberapa
langkah yang ditempuh untuk mengatasi hal tersebut antara lain dengan
mengefektifkan personil yang masih ada, mengangkat tenaga harian lepas yang
membantu petugas pemungut, serta dilaksanakannya kerjasama dengan pihak
ketiga melalui sistem kontrak sesuai peraturan perundangan.
C.3. PENGELOLAAN BELANJA
C.3.1. Pengelolaan Belanja Daerah
Belanja daerah meliputi belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja
tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan, meliputi belanja pegawai, belanja bunga,
belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada pemerintahan desa,
belanja bantuan keuangan kepada pemerintahan desa, dan belanja tidak terduga.
Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan dengan mempertimbangkan target kinerja,
indikator/tolok ukur kinerja, standar satuan harga, analisis standar belanja (ASB), dan
standar pelayanan minimal (SPM). Belanja langsung dikelompokkan menjadi belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.
Belanja daerah secara keseluruhan dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten, yang terdiri
dari urusan wajib dan urusan pilihan.
Kebijakan penetapan target capaian kinerja setiap belanja berdasarkan Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2013 dan berpedoman pada RPJM
Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015, baik dalam lingkup pemerintah
daerah, satuan kerja perangkat daerah (SKPD), maupun program dan kegiatan, yang
bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan meningkatkan
efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
307
Penerimaan dana yang berasal dari dana perimbangan keuangan yaitu berupa
transfer Dana Alokasi Umum (DAU) sebagian besar digunakan untuk belanja yang
mengikat dan wajib yaitu: belanja gaji pegawai dan tunjangan, pendamping minimal
10 (sepuluh) persen untuk DAK, sedangkan dana perimbangan yang berupa Dana
Alokasi Khusus (DAK) berdasarkan pedoman harus dimanfaatkan dalam bentuk
program kegiatan yang sesuai dengan peruntukannya sebagaimana ditetapkan dalam
petunjuk teknis penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diterbitkan oleh
Kementerian Teknis.
C.3.2. Kebijakan Belanja Daerah
Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah disusun
dengan pendekatan anggaran berbasis kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil
dari input yang direncanakan. Kebijakan perencanaan belanja adalah:
1. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan
yang telah ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Belanja penyelenggaraan urusan wajib dan pilihan diprioritaskan untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, infrastruktur daerah dan
desa, pengelolaan sumber daya alam, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang
layak, pelayanan kependudukan, serta mengembangkan sistem jaminan pelayanan
kesehatan daerah.
Kebijakan belanja daerah pada APBD Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2013
secara umum diarahkan untuk:
1. Pemenuhan belanja gaji pegawai dan tunjangan.
2. Perencanaan belanja dititikberatkan pada upaya pencapaian tema dan prioritas
pembangunan Tahun 2013.
3. Pemenuhan pelaksanaan belanja program dan kegiatan prioritas pembangunan
dalam rangka pencapaian target RPJMD.
4. Pemenuhan belanja program dan kegiatan hasil kesepakatan bersama (trilateral
desk) antara pemerintah provinsi DIY dengan pemerintah Kabupaten Gunungkidul
yang meliputi: bidang pendidikan, kesehatan, pertanian, pengembangan pasar
tradisional, pariwisata berupa pengembangan sarana dan prasarana dan pengadaan
tanah, dan pengadaan tanah Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) atau Jalan Pansela;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
308
5. Pemenuhan belanja daerah dari sumber dana yang telah ditentukan peruntukannya
berdasarkan pedoman yang ada yaitu:
a. Dana Alokasi Khusus (DAK) beserta dana pendamping yang meliputi: DAK
Bidang Pendidikan, DAK Bidang Kesehatan, DAK Bidang Keluarga
Berencana, DAK Bidang Infrastruktur Air Minum, DAK Bidang Sanitasi,
DAK Bidang Infrastruktur Irigasi, DAK Bidang Infrastruktur Jalan, DAK
Bidang Pertanian, DAK Bidang Kelautan dan Perikanan, DAK Bidang
Keselamatan Transportasi Lalu Lintas, DAK Bidang Kehutanan, DAK Bidang
Perdagangan, DAK Bidang Lingkungan Hidup, dan DAK Bidang
Pemerintahan.
b. Dana Bagi Hasil (DBH) Cukai tembakau yang digunakan untuk peningkatan
kualitas bahan baku, sosialisasi ketentuan dibidang cukai, dan pembinaan
lingkungan sosial.
c. Penggunaan bantuan keuangan dari Pemerintah Provinsi untuk pemberdayaan
masyarakat desa, pembangunan infrastruktur, penanggulangan kemiskinan dan
pengurangan pengangguran.
6. Pemenuhan Dana Pendampingan (Cost Sharing) selain DAK yaitu:
a. Dana Daerah Urusan Bersama (DDUB) untuk Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MPd) dari Direktur
Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri.
b. Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP) atau
PNPM MPd Integrasi dari Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa Kementerian Dalam Negeri.
c. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Daerah.
d. Jaminan Kesehatan Semesta (JAMKESTA).
e. Program WISMP 2 (Water resource and Irrigatition Sector Management
Program).
f. Program Penanganan Lahan Kritis Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat
(PLKSDA-BM)
7. Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan menjadi pajak
daerah yang harus dilaksanakan paling lambat pada tahun 2014.
8. Alokasi Dana Desa (ADD) dan bantuan keuangan kepada pemerintahan desa.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
309
9. Kebijakan alokasi belanja langsung dalam APBD mengutamakan pendanaan
terhadap urusan pemerintahan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan
pilihan yang dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan, yang manfaat
capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka
peningkatan kualitas pelayanan publik serta mempedomani Standar Pelayanan
Minimal (SPM). Bidang pendidikan mendapatkan alokasi belanja memenuhi
ketentuan sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) persen dari belanja daerah. Dalam
rangka peningkatan bidang kesehatan, pemerintah daerah secara konsisten dan
berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran urusan kesehatan minimal 10
(sepuluh) persen dari total belanja APBD di luar gaji. Sedangkan di bidang
keolahragaan adalah pembiayaan penyiapan kontingen atlet dan penyelenggaraan
event pekan olahraga provinsi (Porprov) DIY Tahun 2013 dengan tuan rumah di
Kabupaten Gunungkidul.
10. Alokasi belanja diupayakan dapat mendorong dan memberikan stimulasi bantuan
kepada masyarakat dan swasta untuk berperan serta dalam pembangunan.
Belanja Daerah setelah perubahan anggaran dari rencana sebesar
Rp1.329.895.597.478,50 realisasinya sebesar Rp1.180.155.596.325,00 atau 88,74 %
yang terdiri dari:
a. Belanja Tidak Langsung dari anggaran Rp892.880.402.319,50 realisasi sebesar
Rp819.458.447.899,00 atau 91,78 % terdiri dari :
1) Belanja Pegawai dari anggaran Rp802.894.556.642,06 realisasi
Rp732.809.398.948,00 atau 91,27 %.
2) Belanja Bunga dari anggaran Rp26.850.000,00 realisasi Rp.26.836.255,00 atau
99,94 %.
3) Belanja Hibah dari anggaran Rp11.634.876.250,00 realisasi
Rp11.489.842.250,00 atau 98,75 %.
4) Belanja Bantuan Sosial dari anggaran Rp23.144.178.000,00 realisasi
Rp22.926.163.500,00 atau 99,05 %.
5) Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintahan Desa dari anggaran
Rp3.177.565.796,00 realisasi Rp.3.177.565.700,00 atau 99,99 %.
6) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintah
Desa dan Partai Politik dari anggaran Rp.50.948.440.000,00 realisasi
Rp49.028.641.246,00 atau 96,23 %.
7) Belanja Tidak Terduga dari anggaran Rp1.053.935.631,44 realisasi
Rp0,00 atau 0,00 %.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
310
b. Belanja Langsung dari anggaran Rp437.015.195.159,00 realisasi sebesar
Rp360.697.148.426,00 atau 82,53 % terdiri dari:
1) Belanja Pegawai dari anggaran Rp49.813.746.200,00,00 realisasi
Rp42.742.861.900,00 atau 85,80 %.
2) Belanja Barang dan Jasa dari anggaran Rp185.460.119.019,00 realisasi
Rp161.581.107.589,00 atau 87,12 %.
3) Belanja Modal dari anggaran Rp201.741.329.940,00 realisasi
Rp156.373.178.937,00 atau 77,51 %.
Rincian Belanja Langsung per SKPD dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 3.50
Rincian Belanja Langsung per SKPD Tahun 2013
No Urusan/SKPD Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Selisih (Rp.)
Urusan Wajib
1 Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olah Raga 124.546.110.900,00 80.579.667.090,00 43.966.443.810,00
2 Dinas Kesehatan 34.689.479.525,00 31.943.806.037,00 2.745.673.488,00
3 RSUD Wonosari 25.979.539.294,00 24.564.223.707,00 1.415.315.587,00
4 Dinas Pekerjaan Umum 86.507.834.600,00 84.611.118.025,00 1.896.716.575,00
5 Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah 3.960.201.500,00 3.739.656.462,00 220.545.038,00
6 Dinas Perhubungan,
Komunikasi, dan
Informatika
6.887.501.100,00 6.405.464.311,00 482.036.789,00
7 Kantor Pengendalian
Dampak Lingkungan 2.131.568.000,00 2.048.861.427,00 82.706.573,00
8 Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil 5.068.014.340,00 4.428.422.896,00 639.591.444,00
9 Dinas Sosial, Tenaga Kerja,
dan Transmigrasi 9.737.737.100,00 9.152.037.385,00 585.699.715,00
10 Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi, dan
ESDM
3.683.180.000,00 3.260.236.818,00 422.943.182,00
11 Dinas Kebudayaan dan
Kepariwisataan 5.860.425.400,00 5.130.442.685,00 729.982.715,00
12 Kantor Kesbang Pol 1.178.077.500,00 963.847.203,00 214.230.297,00
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
311
No Urusan/SKPD Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Selisih (Rp.)
13 BPBD 982.301.600,00 851.947.030,00 130.354.570,00
14 Satpol PP 4.539.240.000,00 1.357.341.180,00 3.181.898.820,00
15 DPRD
16 Kepala daerah dan Wakil
17 Sekretariat Daerah 20.758.751.000,00 13.331.899.234,00 7.426.851.766,00
18 Sekretariat DPRD 16.125.011.000,00 12.185.072.320,00 3.939.938.680,00
19 DPPKAD 23.069.724.000,00 21.348.617.256,00 1.721.106.744,00
20 Inspektorat Daerah 1.553.814.500,00 1.191.083.160,00 362.731.340,00
21 Kecamatan Wonosari 370.755.000,00 319.180.147,00 51.574.853,00
22 Kecamatan Paliyan 345.930.000,00 301.152.840,00 44.777.160,00
23 Kecamatan Panggang 373.952.500,00 315.343.736,00 58.608.764,00
24 Kecamatan Tepus 384.635.000,00 294.971.346,00 89.663.654,00
25 Kecamatan Rongkop 393.952.000,00 310.564.604,00 83.387.396,00
26 Kecamatan Semanu 351.406.500,00 288.135.571,00 63.270.929,00
27 Kecamatan Ponjong 332.582.500,00 278.722.278,00 53.860.222,00
28 Kecamatan Karangmojo 254.300.000,00 252.585.570,00 1.714.430,00
29 Kecamatan Playen 295.535.000,00 290.795.661,00 4.739.339,00
30 Kecamatan Nglipar 268.180.000,00 266.913.225,00 1.266.775,00
31 Kecamatan Ngawen 288.707.000,00 286.075.900,00 2.631.100,00
32 Kecamatan Semin 300.630.000,00 291.839.005,00 8.790.995,00
33 Kecamatan Patuk 384.024.000,00 295.381.097,00 88.642.903,00
34 Kecamatan Saptosari 496.519.000,00 462.323.150,00 34.195.850,00
35 Kecamatan Gedangsari 406.110.000,00 353.334.318,00 52.775.682,00
36 Kecamatan Girisubo 390.170.000,00 313.814.717,00 76.355.286,00
37 Kecamatan Tanjungsari 411.005.000,00 335.166.208,00 75.838.792,00
38 Kecamatan Purwosari 403.327.500,00 350.993.422,00 52.334.078,00
39 KPMPT 687.205.500,00 591.530.112,00 95.675.388,00
40 Badan Kepegawaian Daerah 6.415.063.400,00 4.924.275.098,00 1.490.788.302,00
41 Badan Pelaksana
Penyuluhan dan Ketahanan
Pangan
4.464.523.000,00 3.902.292.427,00 562.230.573,00
42 Badan Pemberdayaan
Masyarakat, Perempuan, dan
KB
13.464.806.500,00 12.988.365.427,00 476.441.073,00
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
312
No Urusan/SKPD Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Selisih (Rp.)
43 Kantor Perpustakaan dan
Arsip Daerah 1.203.893.000,00 1.124.602.197,00 79.290.803,00
Urusan Pilihan
44 Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura 7.253.710.750,00 6.950.179.078,00 303.531.672,00
45 Dinas Peternakan 3.302.056.000,00 2.693.052.372,00 609.003.628,00
46 Dinas Kehutanan dan
Perkebunan 4.205.872.950,00 7.772.802.593,00 433.070.357,00
47 Dinas Kelautan dan
Perikanan 5.797.224.200,00 5.320.278.430,00 476.945.770,00
48 Kantor Pengelolaan Pasar 6.510.607.500,00 5.728.733.691,00 781.873.829,00
JUMLAH 437.015.195.159,00 360.697.148.426,00 76.318.046.733,00
Sumber: DPPKAD Kabupaten Gunungkidul
Adanya belanja daerah yang belum dapat dimanfaatkan pada tahun anggaran
2013 pada beberapa SKPD antara lain dikarenakan adanya penghematan dan sisa
dana dari pengadaan barang dan jasa serta belanja modal. Sisa dana pada beberapa
SKPD yang diantaranya:
a. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah raga terdapat sisa dana Rp98.458.953.809,45
milyar lebih antara lain dikarenakan DAK bidang pendidikan dari tahun 2010
sampai dengan 2013 serta pengadaan peralatan olah raga dalam rangka
PORPROV belum dapat dilaksanakan karena gagal lelang.
b. Dinas Kesehatan terdapat sisa dikarenakan belum semua tagihan klaim Jamkesta
dibayarkan, dari sisa lelang pengadaan barang dan jasa, serta efisiensi.
c. RSUD terdapat dana sisa anggaran karena dengan penerapan PPK BLUD maka
pengeluaran belanja mengacu pada pendapatan operasional.
d. Dinas Pekerjaan Umum selain dari penghematan belanja juga berasal dari sisa
lelang.
e. Sekretariat DPRD sisa dana berasal dari efisiensi penyelenggaraan kunjungan
kerja pimpinan dan anggota dewan keluar daerah, kegiatan reses serta efisiensi
kegiatan rutin.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
313
C.3.2. Permasalahan dan solusi
Dalam pelaksanaan belanja daerah setiap tahunnya selalu terdapat sisa
anggaran yang disebabkan adanya efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan dan
peningkatan pendapatan daerah namun juga dari sisa anggaran yang belum dapat
dilaksanakan maupun diselesaikan sampai dengan berakhirnya tahun anggaran.
Besarnya SilPA beberapa tahun terakhir lebih disebabkan karena DAK
Bidang Pendidikan dari TA 2010 sampai dengan 2013 belum seluruhnya dapat
terserap/dilaksanakan. Agar pelaksanaan program kegiatan dapat berjalan baik telah
dilaksanakan koordinasi, monitoring, pengendalian dan evaluasi atas pelaksanaan
kegiatan yang dilaksanakan setiap bulan melalui Bagian Administrasi Pembangunan
Sekretariat Daerah.
Permasalahan pelaksanaan belanja daerah dari sisi perencanaan yaitu:
a. Terbatasnya kemampuan keuangan daerah untuk mendanai pelaksanaan program
dan kegiatan sesuai dengan hasil yang diinginkan/sesuai dengan target yang akan
dicapai.
b. Sebagian besar penerimaan daerah berasal dari dana perimbangan dan sebagian
besar pula digunakan untuk belanja pegawai sehingga pendanaan untuk program
kegiatan pada belanja langsung tergantung pada besarnya dana perimbangan yang
diterima dikurangi dengan belanja pegawai (gaji).
c. Adanya ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 Tentang
Desa dimana 10 % dari DAU yang diterima dikurangi belanja gaji pegawai
diberikan sebagai bantuan keuangan kepada pemerintah desa, Permendagri
Nomor 37 tahun 2007 dimana daerah wajib memberikan penghasilan tetap
kepada kepala desa dan perangkat desa sesuai dengan UMR.
d. Petunjuk teknis DAK definitif pada beberapa kementerian baru diterbitkan pada
akhir tahun anggaran dan diterima serta disosialisasikan pada awal tahun
berjalan sehingga sering terjadi ketidaksesuaian antara juknis definitif dengan
DPA SKPD sehingga memerlukan perubahan anggaran.
e. Untuk DAK Bidang Pendidikan juknis baru terbit pada pertengahan tahun
sehingga tidak cukup waktu untuk pelaksanaannya yang berakibat beberapa
kegiatan tidak dapat dilaksanakan.
f. Adanya petunjuk teknis program dan kegiatan dari kementerian terkait yang
kurang sesuai dengan kondisi daerah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
314
g. Masih terbatasnya kemampuan personil/kualitas SDM dalam perencanaan
program dan kegiatan sehingga program dan kegiatan yang diusulkan masih
bersifat rutinitas dan belum sepenuhnya mengakomodasi target-target dalam
RPJMD maupun RKPD.
Permasalahan belanja daerah dari sisi pelaksanaan anggaran antara lain:
a. perencanaan anggaran baik obyek belanja maupun anggaran kas yang tidak sesuai
dengan kondisi lapangan sehingga memerlukan penyesuaian lebih lanjut.
b. Masih terbatasnya kualitas SDM dalam pelaksanaan program dan kegiatan yang
berakibat target dan sasaran belum seperti yang diinginkan serta tidak selesainya
program dan kegiatan.
c. Kecenderungan pelaksanaan kegiatan pada akhir tahun anggaran sehingga
pekerjaan dilaksanakan terkesan tergesa-gesa berdampak pada kualitasnya
menjadi kurang sempurna.
d. Masih terbatasnya SDM yang memiliki sertifikat pengadaan barang dan jasa.
Untuk menjawab permasalahan di atas, beberapa langkah/solusi yang
ditempuh antara lain:
a. Peninjauan/peyesuaian setiap tahun terhadap harga satuan dalam Standarisasi
Harga Barang dan Jasa Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.
b. Pelaksanaan pengendalian program dan kegiatan melalui monitoring dan
evaluasi terhadap perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan untuk
mengukur tingkat keberhasilan dan manfaat atas program dan kegiatan yang
telah dilaksanakan dalam rangka transparansi dan akuntabilitas anggaran
sehingga pelaksanaan pada tahun yang akan dapat lebih baik.
c. peningkatan koordinasi internal SKPD dan antar SKPD serta koordinasi dengan
pemerintah pusat maupun Provinsi;
d. Peningkatan kemampuan SDM melalui pembinaan, pendidikan, serta pelatihan
baik administratif maupun teknis.
e. Peningkatan peran Inspektorat Daerah dalam melakukan pemeriksaan dan
pengawasan atas pelaksanaan program dan kegiatan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
315
C.4. PEMBIAYAAN DAERAH
C.4.1. Kebijakan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan
yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya. Pembiayaan netto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan yang jumlahnya harus dapat menutup defisit
anggaran. Penerimaan pembiayaan berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran
tahun anggaran sebelumya (SilPA), hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, penerimaan kembali pemberian pinjaman. Sedangkan pengeluaran
pembiayaan mencakup penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah,
pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman daerah.
Kebijakan pembiayaan diarahkan untuk menutup defisit anggaran atau
memanfaatkan surplus dalam bentuk penerimaan atau pengeluaran daerah.
Pembiayaan daerah juga dimanfaatkan untuk penyertaan modal dan pembayaran
utang. Pembiayaan daerah setelah perubahan anggaran dari rencana sebesar
Rp97.600.969.821,970 realisasinya sebesar Rp97.636.685.050,97 atau 100,03%.
Pembiayaan daerah terdiri dari:
a. Penerimaan Pembiayaan setelah perubahan APBD, dari rencana
Rp112.170.296.731,97 realisasi Rp112.105.011.960,97 atau 99,94%, yang
terdiri:
1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA)
dari rencana Rp110.770.296.731,97 realisasi Rp110.770.296.731,97 atau
100%.
2) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman dari rencana
Rp1.400.000.000,00 realisasi Rp1.334.715.229,00 atau 95,34%.
b. Pengeluaran Pembiayaan dari rencana Rp14.569.326.910,00 realisasi
Rp14.469.326.910,00 atau 99,31%, yang terdiri dari:
1) Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah dari anggaran
Rp13.000.000.000,00 realisasi Rp13.000.000.000,00 atau 100%.
2) Pembayaran Pokok Utang dari anggaran Rp69.326.910,00 realisasi
Rp69.326.910,00 atau 100%.
3) Pemberian Pinjaman Daerah dari anggaran Rp1.500.000.000,00 realisasi
Rp1.400.000.000,00 atau 93,33 %.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013
316
c. Sisa Lebih Perhitungan Tahun Anggaran 2013 sebesar
Rp159.572.764.055,17.
C.4.2. Permasalahan dan Solusi
Permasalahan dalam pembiayaan daerah adalah masih tingginya Sisa
Lebih Perhitungan Anggaran, hal ini mengindikasikan perencanaan yang kurang
baik karena banyak dana APBD yang tidak terserap namun disisi lain apabila
kenaikan tersebut berasal dari peningkatan pendapatan dan efisiensi pelaksanaan
program kegiatan akan memberi dampak yang positif. Untuk mengurangi sisa
anggaran dari belanja telah dilaksanakan evaluasi dan pengendalian belanja
daerah serta evaluasi pencapaian pendapatan daerah sehingga kelebihan
pendapatan dapat dimanfaatkan secara optimal dalam perubahan anggaran.
Top Related