EDISI 2010
Sejarah Kurikulum SD
di Indonesia
S.Belen
Pusat Kurikulum
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional
Jakarta
2010
Sejarah Kurikulum SD di Indonesia: Dari Mengajar tradisional ke belajar
aktif
Penulis: Dr. S.Belen, S.Pd., B.Phil.
Kontributor:
A.F.Tangyong. M.A., M.A.
Wahyudi Suseloardjo
Drs. Sudyono. M.A.
Dr. Sediono Abdullah, M.Si.
Drs. Arief Sidharta, M.Pd.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional
Jalan Raya Gunung Sahari No. 4
Senen, Jakarta Pusat
Telepon: ...
Faximile: ...
Daftar Isi
Sejarah Kurikulum SD di Indonesia
Halaman
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Kurikulum di alam kemerdekaan
B. Definisi dan organisasi kurikulum
C. Prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan proses
pengembangan kurikulum
1
Bab II Kurikulum SD pada Masa Hindia Belanda
A. Sekilas sistem persekolahan dan sekolah dasar pada
masa Hindia Belanda
B. Kurikulum SD pada masa Hindia Belanda
C. Foto-foto keadaan pendidikan pada masa Hindia
Belanda
Bab III Kurikulum SD pada Masa Pendudukan Jepang
A. Kebijakan pendidikan pada masa pendudukan
Jepang
B. Kurikulum SD pada masa pendudukan Jepang
Bab IV Kurikulum SD pada Masa Awal Kemerdekaan dan Masa
Pemerintahan Orde Lama
A. Landasan hukum perubahan / pengembangan
kurikulum
B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada awal
kemerdekaan s.d. masa pemerintahan Orde Lama
C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada awal
kemerdekaan s.d. masa Orde Lama
D. Perkembangan struktur program kurikulum pada
awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama
E. Perkembangan komponen kurikulum pada awal
kemerdekaan s.d. masa Orde Lama
F. Prinsip pengembangan kurikulum pada awal
kemerdekaan s.d. masa Orde Lama
Bab V Kurikulum SD pada Masa Pemerintahan Orde Baru
A. Landasan hukum perubahan / pengembangan
kurikulum
B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada masa
Orde Baru
C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada masa Orde
Baru
D. Perkembangan struktur program kurikulum pada
masa Orde Baru
E. Perkembangan komponen kurikulum pada masa
Orde Baru
F. Prinsip pengembangan kurikulum pada masa Orde
Baru
Bab VI Kurikulum SD pada Masa Reformasi
A. Landasan hukum perubahan / pengembangan
kurikulum
B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada masa
reformasi
C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada masa
reformasi
D. Perkembangan struktur program kurikulum pada
masa reformasi
E. Perkembangan komponen kurikulum pada masa
reformasi
F. Prinsip pengembangan kurikulum pada masa
reformasi
Bab VII
Perkembangan Mata pelajaran dari Masa ke Masa
Bab VIII Perkembangan Komponen Kurikulum dari Masa ke
Masa
Bab IX
Kronologi Perkembangan Kurikulum: Pengembang &
Ciri-ciri Kurikulum
Bab X
Refleksi Perkembangan Kurikulum SD di Indonesia
Daftar Pustaka
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 2.1
Struktur program kurikulum pada sekolah
dasar dizaman Belanda
Tabel 3.1 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat
pada masa pendudukan Jepang
Tabel 4.1 Landasan hukum pengembangan
kurikulum pada awal kemerdekaan dan
masa Orde Lama
Tabel 4.2 Dasar pengambilan keputusan pada
Kurikulum 1947 dan 1964
Tabel 4.3 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat
yang berbahasa daerah sampai Kelas III
(Rencana Pelajaran 1947)
Tabel 4.4 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat
yang berbahasa pengantar Bahasa
Indonesia dari Kelas I (Rencana Pelajaran
1947)
Tabel 4.5 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat
yang diselenggarakan sore hari (Rencana
Pelajaran 1947)
Tabel 4.6 Struktur Program dan Pembagian Waktu
per Minggu bagi sekolah dasar yang
menggunakan bahasa pengantar bahasa
daerah di Kelas I s.d. Kelas III (Rencana
Pendidikan 1964)
Tabel 4.7 Struktur Program dan Pembagian Waktu
per Minggu bagi sekolah dasar yang
menggunakan bahasa pengantar bahasa
Indonesia dari Kelas I (Rencana
Pendidikan 1964)
Tabel 4.8 Bahan pengajaran mata pelajaran Ilmu
Hayat kelas IV SD Kurikulum 1952
Tabel 4.9 Bahan pengajaran mata pelajaran IPA
kelas IV Kurikulum 1964
Tabel 5.1 Landasan hukum pengembangan
kurikulum pada awal pada masa Orde
Lama
Tabel 5.2 Dasar pengambilan keputusan pada
Kurikulum pada masa Orde Baru
Tabel 5.3 Kerangka Kurikulum Sekolah Dasar
(1968) (Bagi sekolah dasar yang
menggunakan bahasa pengantar bahasa
daerah sebagai bahasa pengantar)
Tabel 5.4 Kerangka Kurikulum Sekolah Dasar
(1968) (Bagi sekolah dasar yang berbahasa
pengantar bahasa Indonesia dari kelas I)
Tabel 5.5 Struktur Program Kurikulum Sekolah
Dasar 1975
Tabel 5.6 Susunan Program Pengajaran Kurikulum
Sekolah Dasar (1984)
Tabel 5.7 Susunan Program Pengajaran Kurikulum
Sekolah Dasar 1994 *)
Tabel 5.8 Garis-garis Besar Program Pengajaran
Bidang Studi IPA SD Kelas IV
Tabel 6.1 Landasan hukum pengembangan
kurikulum pada masa reformasi
Tabel 6.2 Dasar pengambilan keputusan pada
Kurikulum 2004 dan 2006
Tabel 6.3 Struktur Kurikulum Sekolah Dasar &
Madrasah Ibtidaiyah
Tabel 6.4 Struktur Kurikulum SD/MI 2006
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
Tabel 6.5 Struktur Kurikulum SDN Pondok Bambu
14
Tabel 6.6 Tabel Kompetensi dasar Kurikulum
Berbasis Kompetensi (Kurikuum 2004)
Tabel 6.7 Tabel Contoh Kompetensi Dasar
Kurikulum 2004
Tabel 6.8 Standar kompetensi dan kompetensi dasar
IPA kelas IV Kurikulum 2006
Tabel 6.9 Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006
Tabel 7.1 Perkembangan nama serta pemisahan /
penggabungan olahraga dan kesehatan
dalam sejarah kurikulum serta alokasi
waktunya
Tabel 7.2 Perkembangan nama serta pemisahan /
penggabungan kesenian dalam sejarah
kurikulum serta alokasi waktunya
Tabel 7.3 Perkembangan nama serta pemisahan /
penggabungan keterampilan dalam sejarah
kurikulum serta alokasi waktunya
Tabel 8.2 Perbandingan komponen Kurikulum 1947
s.d. 2006
Tabel 8.1 Kecenderungan penekanan materi atau
kemampuan / kompetensi pada kurikulum
IPA
Tabel 9.1 Kronologi Perkembangan Kurikulum di
Indonesia
Tabel 9.2 Penyusun kurikulum-kurikulum di
Indonesia
Daftar Bagan & Gambar
Halaman
Bagan 2.1 Sistem Persekolahan Zaman Pemerintahan
Hindia Belanda Abad ke-20
Bagan 10.1 Perkembangan anutan pendekatan
pengembangan kurikulum di negara-negara
maju
Gambar 4. 1 Unsur kurikulum
Gambar 5.1 Langkah-langkah desain kurikulum
Gambar 5.2 Inti pengertian belajar aktif tampak pada
gambar ini
Gambar 5.3 Unsur-unsur belajar aktif
Gambar 5.4 Prinsip-prinsip belajar aktif
Gambar 6.1 Input, proses, dan outcome kompetensi
PENDAHULUAN
A. Kurikulum di alam kemerdekaan Sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945, paling tidak kita telah mengenal 9
kurikulum yang lengkap , yaitu kurikulum-kurikulum tahun 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan terakhir 2006. Jeda waktu antara satu
kurikulum dan kurikulum berikutnya berkisar dari 5, 12, 4, 7, 9, 10, 10, dan 2
tahun. Pergantian kurikulum yang semakin cepat dipengaruhi perubahan politik
sehingga dalam kurun waktu 7 tahun setelah merdeka kita menerapkan 2
kurikulum. Dengan kata lain, turbulensi politik berdampak pergantian kurikulum.
Dari tahun 1952 – 1964, selama 12 tahun kita bertahan menerapkan Kurikulum
1952. Dari satu segi kenyataan ini dapat dipandang sebagai akibat kurang
diprioritaskannya pendidikan. Atau, karena konsistensi pemikiran pedagogis yang
dianut para pengambil keputusan di bidang pendidikan. Kurikulum 1964 hanya
diterapkan 4 tahun, lalu kita beralih ke Kurikulum 1968. Ini disebabkan oleh
peralihan dari kekuasaan Orde Lama ke Orde Baru.
Kurikulum 1968 dilaksanakan selama 7 tahun, kemudian terbit Kurikulum 1975
yang cukup komprehensif dari segi pengembangan kurikulum. Kurikulum 1975
lahir sebagai dampak semakin terbukanya negara kita terhadap pengaruh Barat
setelah PKI tersingkir dari arena perpolitikan Indonesia. Kurikulum ini lahir
sebagai hasil kerja sama internasional karena dunia politik dan ekonomi Indonesia
yang semakin terbuka terhadap Blok Barat. Kemudian, lahir Kurikulum 1984
sebagai dampak hasil riset pendidikan, inovasi kurikulum dan pendidikan di
Indonesia, serta perkembangan di negara-negara lain sejak awal 1970-an yang
perlu ditampung dalam kurikulum baru.
Pemberlakukan kurikulum baru dalam sejarah pendidikan di Indonesia itu penting
sebagai motor penggerak pembaharuan atau pengadaan berbagai komponen
pendidikan yang lain, seperti buku pelajaran, sarana belajar lain, metodologi
mengajar, penilaian dan ujian, dan kurikulum lembaga pendidikan guru.
Kemudian, lahir Kurikulum 1994 untuk menampung hasil inovasi kurikulum dan
pendidikan yang sudah cukup meyakinkan, pendekatan komunikatif dalam
1
bahasa, belajar aktif dalam IPA, IPS, dan mata pelajaran lain, serta perlunya
diterapkan mata pelajaran desain dan teknologi di sekolah. Walaupun pada
Kurikulum 1947, 1964, dan 1968, lalu kemudian pada Kurikulum 1984 dan 1994
pendekatan belajar aktif ditekankan, sejak kemerdekaan, mulai dari Kurikulum
1947 sampai dengan Kurikulum 1994, selama 47 atau hampir 50 tahun kita tetap
belum terlepas dari pendekatan pengembangan kurikulum berbasis materi atau
pengetahun (content-based curriculum development).
B. Definisi dan organisasi kurikulum Definisi kurikulum menurut tingkatan organisasi kurikulum yang digunakan
dalam penulisan ini dikemukakan berikut ini.
Definisi kurikulum
Curric
ulum is al
l of t
h...
Curric
ulum enco
mpa...
Curric
ulum is a
plan fo
...
33% 33%33%1. Kurikulum adalah
semua pengalaman yang diperoleh siswa di bawah bimbingan para guru.
2. Kurikulum mencakup semua kesempatan belajar yang diadakan oleh sekolah.
3. Kurikulum adalah sebuah rencana untuk semua pengalaman yang dihadapi siswa di sekolah.
Kurikulum …
semua
Kurikulum …
kese
mpatan
Kurikulum …
renca
na
Organisasi kurikulum
• Tingkat masyarakat…politisi, panitia khusus, ahli
• Tingkat institusi…ditetapkan di sekolah, kabupaten, universitas…biasanya disusun sejalan dengan disiplin mata pelajaran / kuliah
• Tingkat instruksional…perencanaan guru dan pengajaran siswa
• Tingkat ideologis…teoretisi belajar dan spesialis mata pelajaran
2
C. Prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan proses
pengembangan kurikulum Prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan proses pengembangan kurikulum yang
berkenaan dengan desain, pengembangan, dan evaluasi dikemukakan berikut ini.
Prinsip 1: Keputusan tentang kurikulum harus dibuat berdasarkan alasan-alasan
pendidikan yang valid (sahih), bukan berdasarkan alasan-alasan yang kedengaran
bagus atau alasan bukan pendidikan.
Prinsip 2: Keputusan tentang kurikulum yang bersifat permanen harus dibuat
berdasarkan bukti (evidensi) terbaik yang tersedia.
Prinsip 3: Keputusan kurikulum harus dibuat dalam konteks tujuan pendidikan
yang bersifat umum.
3
Prinsip 4: Keputusan kurikulum harus dibuat dalam konteks keputusan yang
dibuat sebelumnya dan dalam konteks kebutuhan untuk pembuatan keputusan
tambahan sehingga keseimbangan dan pertimbangan kurikulum lainnya yang
penting dapat dijamin aman.
Prinsip 5: Keputusan kurikulum harus dibuat berdasarkan paduan kekuatan
yang berasal dari kodrat dan perkembangan pelajar, kodrat proses belajar,
tuntutan masyarakat umumnya, persyaratan dari masyarakat lokal, dan hakikat
dan struktur mata pelajaran yang akan dipelajari.
Prinsip 6: Keputusan kurikulum harus dibuat secara kooperatif oleh orang-
orang yang terlibat dalam dampak keputusan itu dan dengan partisipasi penuh
orang-orang yang amat terkena dampak keputusan itu.
4
Prinsip 7: Keputusan kurikulum harus memperhatikan fakta-fakta baru
tentang kehidupan manusia, seperti perkembangan pesat ilmu pengetahuan
dan kebutuhan akan rasa persatuan dalam keanekaragaman.
Prinsip 8: Keputusan kurikulum harus mempertimbangkan banyak perbedaan
antar-siswa, terutama yang berhubungan dengan potensi perkembangan siswa,
kemampuan intelektualnya, gaya berpikirnya, kemampuan menghadapi
tekanan teman sebaya, dan kebutuhan akan pendidikan nilai dan penghargaan.
Prinsip 9: Keputusan kurikulum harus dibuat berdasarkan pandangan realistis
tentang hal-hal pengorganisasian atau rekayasa yang dapat mempengaruhi
kualitas keputusan itu sendiri, seperti korelasi atau pemisahan mata pelajaran,
distingsi antara materi kurikulum dan pengalaman siswa, dan penggunaan
waktu.
5
Prinsip 10: Keputusan kurikulum harus dibuat berdadasarkan beberapa
pandangan mendahului (antisipatif) tentang cara-cara keputusan itu
dikomunikasikan dan dibagi.
Prinsip 11: Keputusan kurikulum harus dibuat hanya dalam hubungan dengan
mata pelajaran dan pengalaman siswa yang tidak dapat diberikan secara
memuaskan di luar sekolah.
6
KURIKULUM SD PADA MASA HINDIA BELANDA
A. Sekilas sistem persekolahan dan sekolah dasar pada masa
Hindia Belanda Pada masa penjajahan Belanda di tanah air berlaku tiga sistem pendidikan, yaitu
sistem pendidikan tradisional yang dilakukan di pondok dan padepokan, sistem
pendidikan Barat yang diperkenalkan penjajah Belanda, dan sistem pendidikan
yang berciri nasional yang dirintis para tokoh pergerakan nasional, terutama
sistem perguruan Taman Siswa yang dirintis dan dikembangkan Ki Hajar
Dewantara.
Pada pendidikan di padepokan seorang cantrik (murid) dididik oleh seorang
begawan (guru) untuk menguasai bidang atau hal tertentu. Kemudian, sistem
pendidikan seperti ini dilanjutkan dan dikembangkan menjadi sistem pendidikan
pondok pesantren. Para murid atau santri dididik oleh seorang ulama yang
menguasai ilmu Agama Islam secara mendalam. Ulama ini disebut kyai. Para
santri tinggal di pondok pesantren atau di pondok-pondok sekitar rumah kyai.
Sejak awal abad ke-20, sistem pendidikan tradisional ini terpengaruh sistem
pendidikan kolonial dan akhirnya ada yang mengadopsi sistem sekolah seperti
yang diperkenalkan Belanda sedangkan pelajaran Quran dan agama dijadikan
mata pelajaran wajib. Karena itu, pada tahun 1919 misalnya Sekolah Adabiyah di
Sumatera Barat amat menyimpang dari cara pendidikan tradisional dan
berkembang menjadi sekolah serupa HIS. Perbedaan dengan HIS adalah pelajaran
Quran dan Agama Islam dimasukkan sebagai mata pelajaran wajib. Selanjutnya,
sistem seperti ini berkembang menjadi madrasah. (Mahmud Yunus, 1979 dalam
Yasin Anwar, 1987).
Ciri utama sistem pendidikan kolonial adalah eksploitatif karena bertujuan
menghasilkan tenaga kerja rendahan untuk mendukung kebutuhan ekonomi
penjajah. Ciri yang kedua adalah diskriminatif rasial karena membeda-bedakan
perlakuan kepada anak-anak golongan Belanda atau Eropa, golongan Timur
Asing, dan pribumi. Anak-anak pribumi juga dibedakan antara anak-anak
7
keluarga ningrat atau bangsawan (aristokrat), pemimpin agama (ulama), dan anak-
anak rakyat biasa.
Bagan 2.1 Sistem Persekolahan Zaman Pemerintahan Hindia Belanda Abad ke-20 6
5
4
3
2
1
8
7
Pendidikan
tinggi
Technische
Hoogeschool
(Sekolah Tinggi
Teknik)
Geneeskundige
Hoogeschool
(Sekolah Tinggi
Kedokteran)
Rechts
Hoogeschool
(Sekolah Tinggi
Hukum)
6
5
4
Mid.Vak-
school
Kweekschool
(Sekolah
Guru)
AMS
(Sekolah
Menengah
Atas)
3
2
1
10
MULO
9
Pendidikan
menengah
LYCEA
HBS
V
HBS
III
Eur. Vak-school (Sek.
Kejuruan Eropa) Voorklas
8
7
6 Inlandsche-school
(Sekolah Bumiputera Kelas 1
5
Schakel-
School (Sek.
Peralihan)
Inl.
Vakschool
(Sekolah
Kejuruan)
3
Vervolg-
school
2
1
Pendidikan
rendah
ELS
(Sekolah
Rendah Eropa)
HCS
(Sekolah
Cina
Belanda)
HIS
(Sekolah
Bumiputera
Belanda
Volk-
school
(Sekolah
Desa) 2 de Inlandsche-
school
(SD Kelas II)
EROPA BELANDA BUMIPUTERA
Berikut ini dikemukakan tentang beragam jenis sekolah pada masa penjajahan
Belanda yang dapat dibedakan dalam tiga golongan.
8
1. Sekolah untuk anak pribumi yang terdiri dari Volksschool atau Sekolah Desa 3
tahun berbahasa pengantar bahasa daerah. Yang ditekankan pada sekolah desa
adalah pelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Tamatan sekolah desa
dapat meneruskan ke sekolah sambungan (Vervolgschool) 2 tahun dengan
bahasa pengantar bahasa daerah serta Sekolah Peralihan (Schakelschool) yaitu
sekolah lanjutan untuk sekolah desa dengan lama belajar seluruhnya 5 tahun
dan berbahasa Belanda dalam kegiatan belajar-mengajar. Tamatan sekolah ini
dapat melanjutkan ke sekolah guru (CVO) dan Normal School atau ke MULO
(Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau sekolah rendah yang diperluas (kira-
kiara setara dengan SMP masa kini). Selain itu, dikenal pula Erste
Indlandscheschool (Sekolah Kelas I) dan Tweede Inlandscheschool (Sekolah
Kelas II).
2. Sekolah untuk anak keluarga ningrat atau bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka
atau pegawai negeri adalah HIS (Hollandsch Inlandscheschool) 7 tahun yang
sering juga disebut Sekolah Bumiputera Belanda yang berbahasa pengantar
bahasa Belanda. Sedangkan, untuk anak rakyat jelata dapat bersekolah di
Sekolah Bumiputera (Indlancsheschool) 5 tahun yang berbahasa pengantar
bahasa daerah. Kemudian, anak-anak pribumi tamatan MULO dapat masuk ke
Kweekschool (KS atau sekolah guru) atau Stovia (School Tot Opleiding van
Inlansche Artsen) yang sering disebut juga sebagai Sekolah Dokter Jawa
dengan masa belajar 7 tahun.
3. Sekolah-sekolah untuk golongan Timur Asing seperti Sekolah Cina 5 tahun
yang berbahasa pengantar bahasa Cina dan HCS (Hollandsch Chineeseschool)
7 tahun yang berbahasa pengantar bahasa Belanda. Selain itu ada pula sekolah
untuk anak keturunan Arab, yaitu Hollandsch Arabischeschool (HAS) dan
untuk anak-anak orang Ambon, yaitu Ambonsche Burgerschool dan untuk
anak-anak serdadu KNIL asal Ambon – Ambonsche Soldaten School (ASS)
yang terdapat di kota-kota garnisun besar, seperti Magelang, Jakarta atau
Padang. Selain itu, atas usaha swasta seperti Zending dan Missi didirikan pula
sekolah Jawa-Belanda atau Hollandsch Javaanscheschool (HJS). Untuk anak
bangsawan didirikan juga sekolah dasar khusus yang disebut Sekolah Raja
9
(Hoofden School). Sekolah ini semula didirikan di Tondano pada tahun 1865
dan 1872 tapi kemudian diintegrasikan ke ELS atau HIS. Tamatan sekolah-
sekolah ini dapat melanjutkan ke MULO dan seterusnya ke AMS (Algemeene
Middelbar School yang dapat disetarakan dengan SMA sekarang) 3 tahun
mirip HBS (Hoogere Burger School) atau sekolah menengah lanjutan dari
ELS.
4. Sekolah-sekolah untuk anak-anak Eropa, keturunan Timur Asing atau tokoh
pribumi terkemuka dari pendidikan dasar s.d. pendidikan tinggi, yaitu ELS
(Europesche Lagere School) 7 tahun yang berbahasa pengantar bahasa
Belanda. Tamatannya melanjutkan ke HBS (Hoogere Burger School) 3 tahun
dan 5 tahun atau Lyceum (Lycea) 6 tahun, Middelbare Meisjeschool 5 tahun,
Rechts Hoogeschool 5 tahun, atau Geneeskundige Hoogeschool atau Sekolah
Tinggi Kedokteran 8 setengah tahun dan Kedokteran Gigi 5 tahun.
Sekolah dan kursus pada strata yang lebih tinggi yang didirikan Belanda antara
lain GHS (Geneeskundige Hoogeschool), HAC (Hoofd Akte Cursus), RHS
(Rechts Hoogeschool), THS (Technische Hogeschool), HKS (Hogeere
Kweekschool), HIK (Hollandsch Inlandsche Kweekschool)
Di luar jalur resmi pemerintah Hindia Belanda, ada sekolah-sekolah partikelir
(swasta), seperti sekolah Taman Siswa, perguruan rakyat, Kristen dan Katolik.
Pada jalur pendidikan Islam ada pendidikan yang diselenggarakan oleh Perguruan
Muhammadiyah, madrasah, dan pondok pesantren.
Peraturan pendidikan dasar untuk masyarakat pada waktu Hindia Belanda pertama
kali dikeluarkan pada tahun 1848 dan disempurnakan pada tahun 1892. Peraturan
yang disempurnakan itu menetapkan bahwa pendidikan dasar harus ada pada
setiap karesidenan, kabupaten, kawedanan atau pusat-pusat kerajinan,
perdagangan, atau tempat yang dianggap perlu. Peraturan yang terakhir (1898)
diterapkan pada tahun 1901 setelah adanya Politik Etis atau Politik Balas Budi
dari Kerajaian Belanda, yang diucapkan pada pidato penobatan Ratu Belanda
Wilhelmina pada 17 September 1901. Inti pidato itu berisi tiga hal penting, yaitu
irigasi, transmigrasi, dan pendidikan.
10
Pembedaan sistem persekolahan ini didorong oleh politik penjajah untuk tetap
menjajah Indonesia melalui strategi divide et impera, memecah-mecah dan
menguasai. Anak-anak Belanda dan turunan Eropa mendapatkan privilese
istimewa agar tamatan perguruan ini tetap berperan sebagai pemimpin. Tamatan
sekolah-sekolah untuk turunan Timur Asing, seperti Cina, Arab, dan India dapat
menjadi penyanggah dalam beragam kegiatan perdagangan / ekonomi.
Sedangkan, tamatan sekolah untuk anak pribumi dapat menjadi tenaga rendahan
untuk mendukung administrasi Belanda sebagai juru tulis dan berbagai pekerjaan
rendah lainnya, terutama sebagai pegawai rendah dalam berbagai kantor
pemerintah, perusahaan, dan perkebunan pemerintah Belanda. Tenaga rendahan
ini dapat dibayar murah sehingga pemerintah Belanda tidak perlu mendatangkan
tenaga seperti ini dari negeri Belanda yang harus dibayar tinggi.
(Sumber: Jasin Anwar, 1987; Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan
Indonesia; http://www.ngobrolaja.com/showthread.php?t=119659, Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas http://id.wikipedia.org/wiki/Hollandsch-
Inlandsche_School, dan M.Ryzki Wiryawan yang diambil dari P. Swantoro, Dari
Buku ke Buku, Gramedia : 2002, Keluarga EX-HIK Yogyakarta, Gema Edisi
Yubileum, Forum Komunikasi keluarga Ex-HIK: 1987).
B. Kurikulum SD pada masa Hindia Belanda Kurikulum adalah istilah yang dikenal kemudian di alam Indonesia merdeka yang
secara resmi digunakan untuk memberi nama kepada kurikulum yang lahir tahun
1968 sebagai Kurikulum 1968. Pada masa penjajahan Belanda digunakan istilah
leerplan atau rencana pelajaran yang memuat daftar mata pelajaran dan alokasi
(penjatahan) waktu per mata pelajaran. Sedangkan, istilah leervak atau vak yang
dipakai berarti mata pelajaran.
Dalam buku ini:
● Rencana Pelajaran 1947 disebut penulis dengan istilah Kurikulum SD
(Sekolah Dasar) 1947 atau disingkat Kurikulum 1947 yang berlaku untuk SD
sesuai dengan konteks bahasan, sedangkan jika disebut bersama-sama dengan
11
kurikulum sekolah pada jenjang menengah akan digunakan istilah Kurikulum
SD 1947, Kurikulum SMP 1947 atau Kurikulum SMA 1947;
● Rencana Pelajaran Terurai 1947 untuk Sekolah Rakyat dengan istilah
Kurikulum SD 1947 atau Kurikulum 1947;
● Rencana Pendidikan Dasar dengan 1964 dengan istilah Kurikulum SD 1964
atau Kurikulum 1964;
● Kurikulum SD 1968 atau Kurikulum 1968;
● Kurikulum SD 1975 atau Kurikulum 1975;
● Kurikulum SD 1994 atau Kurikulum 1994;
● Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dengan Kurikulum 2004; dan
● Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dengan Kurikulum 2006.
Tanpa merinci jumlah jam per minggu mata-mata pelajaran pada berbagai jenis
sekolah dasar pada zaman Belanda seperti dikemukakan Nasution (2995)
disajikan berikut ini.
Tabel 2.1 Struktur program kurikulum pada sekolah dasar di zaman Belanda ELS HIS HCS Eerste
Inlandscheschool
Tweede
Indlandschesc
hool
Volkschool
(Sekolah
Desa)
Pelajaran Wajib:
Membaca
Menulis
Berhitung
Bahasa Belanda
Sejarah
Ilmu Bumi
Pelajaran Tambahan:
Bahasa Prancis
Bahasa Jerman
Bahasa Inggris
Sejarah Dunia
Matematika *
Kesenian/Keterampilan
Pendidikan Jasmani
Membaca
Menulis
Berhitung
Bahasa Belanda
Ilmu Bumi
Bahasa Daerah
Bahasa Indonesia
Bahasa Jawa **
Bahasa Jerman
Bahasa Inggris
Sejarah Dunia
Matematika *
Kesenian/Keterampila
n
Pendidikan Jasmani
Bahasa Cina
Bahasa Inggris
Bahasa Prancis
Bahasa Belanda
Berhitung
Membaca
Menulis
Sejarah
Ilmu Bumi
Sejarah Dunia
Matematika *
Kesenian
Pendidikan
Jasmani
Membaca &
Menulis Bahasa
Daerah
Bahasa Indonesia
Berhitung
Ilmu Bumi
Indonesia
Bahasa Belanda
Ilmu Alam
Sejarah Lokal
Menggambar
Ukur Tanah
Menyanyi
Bahasa
Indonesia
Berhitung
Menggambar
Menyanyi
Ilmu Bumi
Ilmu Alam
Bahasa Daerah
Kesenian
Kelas I:
Alfabet &
Bahasa
Indonesia
Bercakap-
cakap
Berhitung
Kelas II:
Alfabet &
Tulisan Arab
Mendengar
Kelas III:
Ulangan
Berhitung
12
Diolah kembali oleh penulis dari Ramli Murni, 2010
Catatan tambahan penulis:
ELS: Europesche Lagere School atau Sekolah Rendah Eropa 7 tahun.
HIS: Hollandsch Inlandscheschool atau Sekolah Bumiputera Belanda 7 tahun.
HCS: Hollandsch Chineeseschool atau Sekolah Cina Belanda 7 tahun.
Eerste Inlandscheschool: Sekolah Bumiputera Kelas I.
Tweede Indlandsceschool: Sekolah Bumiputera Kelas II.
Matematika * : Pada masa ini istilah Matematika belum dikenal. Kemungkinan
mata pelajaran ini terdiri dari Aljabar dan Ilmu Ukur.
Bahasa Jawa **: Kemungkinan hanya berlaku di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan
Jawa Timur
C. Foto-foto keadaan pendidikan pada masa Hindia Belanda Berikut ini disajikan foto-foto yang menggambarkan keadaan pendidikan pada
masa Hindia Belanda.
Murid Vervolgschool, sekolah sambungan dari Sekolah Desa (Volksschool)
melakukan gimnastik atau senam kesegaran jasmani
13
Pada sekolah desa digunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar dan pada
foto ini tampak penulisan bukan dalam aksara Latin tapi aksara Jawa
Sekolah Taman Siswa di Bandung
14
Sekolah seperti ini menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar
Anak keluarga kaya dan terhormat ke sekolah naik dokar atau delman
15
Ini adalah dokar atau delman yang digunakan Bung Hatta ketika bersekolah di
Bukittinggi dahulu pada zaman penjajahan Belanda
Di ruang kelas sekolah untuk anak pribumi
16
Ibu Soerjoadipoetro sedang berbincang-bincang dengan siswi-siswi National
Onderwijs Instituut Lembaga Pengajaran Bangsa Taman Siswa di Bandung
Ijazah Meisjes Vervolgschool (Sekolah Sambungan khusus untuk wanita) di
Mojokerto, Jawa Timur, tahun1937
17
Ijazah Meisjes Vervolgschool di Garut, Jawa Barat, tahun 1937
Ijasah Sekolah Desa di Mojokerto tahun 1922
18
Ijasah MULO (setingkat SMP) tahun 1933
Kelas lima sekolah dasar Modjowarno di Jawa Timur. Seorang siswa calon guru
sedang mengajar, didampingi seorang guru pribumi
19
Tampak siswa turunan Belanda naik mobil sekolah di Pengalengan, Jawa Barat
Ruang menggambar sekolah guru di Jawa
20
Sekelompok siswa HIS sedang mengunjungi Cisarua di bawah pengawasan siswa
Hogeere Kweekschool (sekolah pendidikan guru) Bandung di tahun ajaran 1925-
1926
Sekolah pribumi di Barabai, Kalimantan Selatan
21
Sekolah pribumi (1915 – 1949) pada perusahaan Tanjung Morawa Senembah,
Sumatera Utara
Sekolah swasta pribumi di Bogor, Jawa Barat
22
Siswa dari Hogeere Kweekschool (HKS) di Bandung mengajar senam anak-anak
murid dari Hollands Inlandseschool (HIS) tahun ajaran 1925-1926
23
Rapor sekolah zaman Belanda dari Sekolah St. Ursula, Bandung, tahun ajaran
1933 – 1934
(Sumber foto: Diambil dari internet, terutama dari koleksi Tropenmuseum)
24
KURIKULUM SD PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG
A. Kebijakan pendidikan pada masa pendudukan Jepang Pada masa pendudukan Jepang, sekolah-sekolah berbahasa Belanda ditutup.
Seluruh sekolah dasar hanyalah berbentuk SR atau Sekolah Rakyat dengan lama
belajar 6 tahun. Dengan demikian, masa pendudukan Jepang menyediakan jalan
untuk menyederhanakan dan menyeragamkan sistem persekolahan yang
bermacam-macam yang berciri diskriminatif.
Keadaan sekolah dasar sebelum dan sesudah pendudukan Jepang di Indonesia
kurang jelas karena langkanya data otentik. Dokumen militer Jepang yang disebut
‘Jawa ni okeru bunkyō no gaikyō’ menjadi satu sumber yang penting tentang hal
ini. Jumlah sekolah dasar dan siswa dilaporkan menurun drastis. Namun dalam
artikel Murni Ramli (Pascasarjana Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia, Universitas Nagoya, Jepang) “Primary School System in Java Before
and Under Japanese Occupation (1940 – 1944)” dikemukakan bahwa jumlah
sekolah dasar tidak menurun secara signifikan, dan bahkan jumlah siswa
meningkat di Jawa. Sistem satu guru dua kelas dan satu ruang untuk dua kelas
diterapkan untuk menanggulangi kekurangan guru. Kurikulum “di-Jepang-kan”
melalui penerapan mata pelajaran baru, seperti bahasa Jepang, pendidikan mental,
pendidikan jasmani, dan kegiatan keterampilan. Sekolah dasar pada masa
pendudukan Jepang menekankan pendidikan praktis, tidak seperti sistem Belanda
yang berciri akademis.
Pendudukan Jepang hanya berlangsung tiga setengah tahun, namun muncul
kebijakan pendidikan penting yang berlangsung terus sampai sekarang. Misalnya,
sistem 6 tahun sekolah dasar, 3 tahun sekolah menengah pertama, dan 3 tahun
sekolah menengah atas (sistem 6 – 3 – 3). Pendidikan jasmani atau senam fisik
(disebut taisō) secara rutin dipraktikkan pagi hari pada waktu yang sama di
seluruh Indonesia dan ada yang berpendapat bahwa kebiasaan ini merupakan asal-
mula Senam Pagi yang diwajibkan di semua sekolah dan kantor pemerintah pada
salah satu hari dalam seminggu selama era pemerintahan Soeharto.
25
R.Thomas Murray (1966 seperti yang dikutip Murni Ramli) mengungkapkan
beberapa kebijakan oleh militer Jepang di Indonesia, yaitu:
● Menghapus bahasa Belanda di sekolah-sekolah;
● Melarang penggunaan dan pengajaran bahasa Inggris dan Prancis di sekolah
menengah dengan alasan itu adalah “bahasa musuh;
● Pengajaran bahasa Jepang di sekolah dasar dan menengah;
● Menetapkan bahasa Melayu / bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang
digunakan di sekolah dan pemerintahan.
● Menekankan kegiatan jasmani dan mengintensifkan latihan militer di sekolah
menengah;
● Menerapkan pekerjaan tangan atau kerja bakti untuk mendukung perang dan
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti menanam sayur, beternak ikan
atau hewan;
● Mereorganisasi beberapa sekolah menengah Belanda menjadi sekolah
kejuruan;
● Menghapus pengajaran sejarah Belanda dan Eropa dan menggantinya dengan
sejarah Asia dan Indonesia.
(Sumber: Murni Ramli pada International Journal of History Education No 1. Vol.
XI, June 2010)
Terbanyak literatur menyatakan bahwa semua jenis sekolah dasar disatukan
menjadi Sekolah Rakyat (Kokumingakkō). Namun, menurut bunkyō no gaikyō,
bab 2, dan gakkōkyouiku (pendidikan formal), bagian 2, kankōritsushokyōiku
(Sekolah Negeri dan Swasta), ada beberapa model Sekolah Rakyat. Pertama,
Sekolah Rakyat (Kokumingakō) yang memberikan pelajaran dasar (shotōka) dan
pelajaran lanjutan atau komprehensif (futsūka), masing-masing diselenggarakan
dalam 3 tahun. Kedua, Sekolah Pertama (otōkokumingakkō), yang hanya
memberikan pendidikan selama 3 tahun. Ketiga, Sekolah Rakyat yang hanya
memberikan pendidikan komprehensif (disebut Futsūka kokumingakkō). Sekolah
jenis ini memiliki tipe yang lain, yaitu sekolah 4 tahun dan sekolah 7 tahun. Pada
tahun ajaran 1944, semua sekolah jenis ini dijadikan sekolah 3 tahun dan semua
26
Sekolah Rakyat (Shotōkokumingakkō) dijadikan sekolah 6 tahun. (Sumber:
bunkyō no gaikyō : halaman 34-35 seperti dikutip Ramli Murni, 2010).
Kebanyakan sekolah rakyat 6 tahun di Jawa menggunakan bahasa daerah sebagai
bahasa pengantar, seperti bahasa Melayu, Jawa, Sunda, dan Madura. Siswa yang
menyelesaikan sekolah rakyat hanya sampai kelas V tidak menerima ijasah
kelulusan, tapi menerima semacam surat tanda tamat belajar yang dapat
digunakan untuk bekerja di masyarakat sedangkan siswa yang sampai kelas VI
atau sampai 7 tahun di sekolah rakyat mendapatkan ijasah kelulusan yang dapat
digunakan untuk melanjutkan ke sekolah menengah. Kedua sistem sekolah dasar
ini diadopsi oleh Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP)
dalam proposalnya pada tahun 1946 seperti dikutip Tilaar (1995:72). Namun,
Panitya Penyelidik Pengajaran pada tahun 1947 hanya menerima sekolah rakyat
6 tahun dan menghapuskan tipe sekolah yang lain.
B. Kurikulum SD pada masa pendudukan Jepang Literatur tentang kurikulum pada masa pendudukan Jepang amat langka. Karena
itu, pada bagian ini hanya dikemukakan tentang struktur program kurikulum
sekolah dasar yang berisi daftar mata pelajaran dan alokasi waktu tiap mata
pelajaran per minggu.
Tabel 3.1 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat
Pada masa pendudukan Jepang
No. Mata Pelajaran Kelas
I II III IV V VI
1 Pendidikan semangat 2 2 2 2 2 2
2 Bahasa Jepang 3 4 5 6 6 6
3 Bahasa Indonesia - - 4 4 5 5
4 Bahasa Daerah 6 6 4 3 3 2
5 Sejarah - - - 1 1 1
27
No. Mata Pelajaran Kelas
6 Ilmu Bumi - - - 1 2 1
7 Berhitung 4 5 5 4 4 4
8 Ilmu Alam - - - 1 1 2
9 Pendidikan Jasmani 3 3 3 3
10 Seni Suara
4
4 2 2 1 1
11 Kaligrafi 1 1 1 1 0 0
12 Pertukangan Kayu 2 2 2 2 2 2
13 Menggambar 2 2 1 1 1 1
14 Latihan Kerja - - 1 1 1 1
15 Ekonomi / Industri - - - 1 2 2
16 Pekerjaan Rumah Tangga - - - 1 2 3
Jumlah seluruhnya 24 26 30 34
(35)
36
(38)
36
(38)
Angka total dalam kurung adalah jumlah jam per minggu untuk sekolah anak
perempuan.
(Sumber: bunkyō no gaikyō seperti ditulis Ramli Murni, 2010)
28
KURIKULUM SD PADA AWAL KEMERDEKAAN DAN MASA
PEMERINTAHAN ORDE LAMA
A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum
Tabel 4.1 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada awal kemerdekaan
dan masa Orde Lama
Kurikulum Pancasila &
UUD 1945
TAP MPR &
GBHN
UU Peraturan
Pemerintah
Keputusan Menteri
1947 Pancasila dan
UUD 1945
Instruksi Menteri
Pengajaran RI 29 Sept
1945 tentang pedoman
penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran,
a.l. agar segala usaha
pendidikan dan pengajaran
berlandaskan dasar
kebangsaan Indonesia,
memelihara dan
menguatkan “rasa cinta
Nusa dan Bangsa dalam
hati sanubari murid-murid
dan pelajar-pelajar dengan
memasukkan semangat
kebangsaan dalam segala
pelajaran, serta
menghapuskan segala isi
pengajaran yang dapat
melemahkan semangat
itu.”
1964 Manipol
(Manifesto
Politik) dan
Usdek (UUD
Tap MPRS No.
II / MPRS /
1960: Politik
dan sistem
UU POKOK
PENDIDIKAN No.
4 / 1950 (yo. No. 12
/ 1954 Pasal 10,
Terbit tanpa keputusan
Menteri tapi hanya dengan
kata pengantar Pembantu
Menteri
29
Kurikulum Pancasila &
UUD 1945
TAP MPR &
GBHN
UU Peraturan
Pemerintah
Keputusan Menteri
1945,
Sosialisme
Indonesia,
Demokrasi
Terpimpin,
Ekonomi
Terpimpin, dan
Kepribadian
Indonesia
dengan poros
Nasakom
(Nasional-
Agama-
Komunis)
sebagai
kekuatan
pelaksanaan
dalam
mencapai
tujuan revolusi
nasional.
Kebijakan:
Pancasila =
dasar
pendidikan
nasional dan
Pancawardhan
a = sistem
pendidikan
nasional.
pendidikan
nasional ...
supaya
melahirkan
warga negara
Indonesia yang
berjiwa
Pancasila ...,
yang berjiwa
patriot komplit,
supaya
melahirkan
tenaga-tenaga
kejuruan yang
ahli dan
berjiwa
revolusi
Agustus 1945,
suatu politik
dan sistem
pendidikan
yang
menitikberatka
n pendidikan
kejuruan.
Ayat 1: Semua
anak-anak yang
sudah berumur 6
tahun berhak dan
yang sudah berumur
8 tahun diwajibkan
belajar di sekolah,
sedikitnya 6 tahun
lamanya.
Bidang Teknis Pendidikan,
Depdikbud.
30
Tanggal 29 Desember 1945 Badan Pekerja KNIP (Komite Nasional Indonesia
Pusat) mengusulkan kepada Kementerian Pengajaran untuk segera menyusun
pedoman pendidikan dan pengajaran yang a.l.:
1) Sesuai dengan dasar susunan Negara Republik Indonesia,
2) Paham perseorangan haruslah diganti denganpahal kesusilaan dan rasa peri
kemanusiaan yang tinggi,
3) Sesuai dengan dasar keadilan sosial, semua sekolah harus terbuka untuk
tiap penduduk negara,
4) Untuk memperkuat kesatuan rakyat hendaklah diadakan satu macam
sekolah (yang lama belajarnya 6 tahun untuk tiap-tiap anak-anak
Indonesia) lambat laun harus dapat dilaksanakan secara merata.
(Sumber Jasin Anwar 1987 dari Soegarda Poerbakawatja, Pendidikan di Alam
Indonesia Merdeka, Jakarta: Gunung Agung, 1972).
Dalam rapat-rapat Panitia Penyelidik Pengajaran, Ki Hadjar Dewantara
menekankan pentingnya dasar kebangsaan yang dihubungukannya bukan hanya
dengan UUD 1945, Pasal 31, Ayat 2 (sistem pengajaran nasional), tetapi juga
dengan Pasal 32 (kebudayaan nasional Indonesia) Pasal 36 (Bahasa Indonesia),
Pasal 27 Ayat 1 (persamaan kedudukan segala warga negara di dalam hukum
pemerintahan) dan Ayat 2 (hak tiap-tiap warga negara atas pekerjaan dan
kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.
“Teranglah dari fatsal-fatsal dalam Undang-Undang Dasar tersebut itu, bahwa
pendidikan dan pengajaran di dalam Republik Indonesia haruslah berdasarkan
kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia menuju ke arah kebahagiaan
hidup batin serta keselamatan hidup lahir.” (Notula rapat Panitia Penyelidik
Pengajaran, 12-5-1946) dan lampirannya).
Di samping dasar kebangsaan, sila-sila lain pun digunakan sebagai dasar untuk
menentukan isi pendidikan dan pengajaran. Misalnya, Sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, dengan menunjuk Pasal 29 UUD 1945 sebagai dasar untuk mengusulkan
dimasukkannya pelajaran agama ke dalam rencana pelajaran sekolah-sekolah
negeri.
31
Dalam pembicaraan komisi-komisi Panita Penyelidik, dasar kebangsaan sangat
menonjol dalam menentukan isi dan susunan pendidikan dan pengajaran yang
sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan kebutuhan bangsa Indonesia. Tujuannya
adalah untuk menarik garis pemisah yang tegas antara pendidikan dan pengajaran
kolonial dan pendidikan dan pengajaran nasional. Ini adalah gambaran penerapan
Pancasila dan kondisi yang melahirkan Rencana Pelajaran (Kurikulum) 1947.
UU No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah
merumuskan tujuan kurikuler pendidikan rendah sebagai berikut:
Kurikulum pendidikan rendah ditujukan untuk menyiapkan anak agar memiliki
dasar-dasar pengetahuan, kecakapan, dan ketangkasan baik lahir maupun batin,
serta mengembangkan bakat dan minat.
B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada awal
kemerdekaan s.d. masa pemerintahan Orde Lama Sesuai dengan paparan tentang dasar keputusan tentang kurikulum seperti telah
dikemukakan pada Bab I. Pendahuluan, berikut ini disajikan hasil kajian tentang
dasar-dasar yang digunakan para pengembang kurikulum dalam menyusun
Kurikulum 1947 Kurikulum 1964. Kurikulum 1952 tidak dimasukkan karena
sumber kepustakaannya amat terbatas, hanya satu buku tentang Rencana Pelajaran
Terurai untuk Sekolah Rakyat 3 dan 6 Tahun.
Tabel 4.2 Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum 1947 dan 1964
Dasar keputusan tentang
kurikulum
Kurikulum 1947 Kurikulum 1964
1. Alasan pedagogis yang sahih V Pengaruh psikologi
belajar & praktik sekolah
kebangsaan
# Dominan pengaruh politik
2. Bukti (evidensi) terbaik yang
tersedia
V Pengalaman zaman
penjajahan & sekolah
kebangsaan
V Bukti pengalaman transisi
dari penjajahan ke alam
merdeka
32
Dasar keputusan tentang
kurikulum
Kurikulum 1947 Kurikulum 1964
3. Konteks tujuan pendidikan yang
umum
V Pancasila, UUD 1945,
warga negara yang
humanis (Kepmen
PP&K 1946)
V Manusia sosialis Indonesia
(Tap MPRS No. II/1960)
4. Konteks keputusan sebelumnya
& kebutuhan keputusan tambahan
V V
5. Paduan kekuatan pelajar, proses
belajar, tuntutan masyarakat &
mata pelajaran
V Tuntutan pendidikan
di alam kemerdekaan
V Tuntutan Pancawardhana
& kerja tangan
6. Kerja sama orang yang terlibat &
orang yang paling terkena dampak
keputusan
X Hanya Panitia
Penyelidik Pengajaran
X Hanya lembaga struktural
Depdikdasbud
7. Fakta baru kehidupan seperti
perkembangan ilmu, rasa persatuan
& keanekaragaman
V Nasionalisme negara
baru merdeka
V Nasionalisme & tuntutan
perkembangan ilmu
8. Perbedaan individual siswa V Pengantar bahasa
daerah & bahasa
Indonesia
V Pengantar bahasa daerah &
bahasa Indonesia
9. Pandangan realistis
pengorganisasian: desain
kurikulum, pengalaman siswa,
pengaturan waktu
V Tampak dalam
struktur program, mata
pelajaran terpisah
V Mulai ide bidang studi
10. Pandangan tentang cara
komunikasi & diseminasi
kurikulum
X X
11. Pengalaman siswa yang tidak
dapat diperoleh dengan memuaskan
di luar sekolah
V V
33
C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada awal kemerdekaan
s.d. masa Orde Lama
Kurikulum 1947: ● Perasaan bakti kepada Tuhan YME
● Perasaan cinta kepada ibu dan bapak
● Perasaan cinta kepada alam, negara, bangsa, dan kebudayaan
● Perasaan berhak dan wajib ikut memajukan negaranya menurut
pembawaan dan kekuatannya
● Keyakinan bahwa orang menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga dan
masyarakat
● Keyakinan bahwa orang hidup dalam masyarakat harus tunduk pada tata
tertib;
● Keyakinan pada dasarnya manusia itu sama harganya karena itu harus
hormat-menghormati, berdasar rasa keadilan, dengan berpegang teguh atas
harga diri sendiri
● Keyakinan negara memerlukan warga negara yang rajin bekerja, tahu
kewajiban, judur dalam pikiran dan tindakan
(Keputusan Menteri PP&K 1946 No. 1186/Bahg.A)
Tujuan institusional sekolah dasar pada Kurikulum 1947:
Tujuan pendidikan di sekolah rendah itu, agar murid-murid lambat laun dengan
rasa tanggung jawab:
● makin dapat menyelenggarakan sendiri kesehatannya,
● rasa bahagia serta
● faham hidupnya bersama penyesuaian diri dengan corak kebangsaan
Indonesia (yang berdasar Ketuhanan YME dan kemanusiaan yang adil dan
beradab),
● dan makin tegas hasratnya untuk mengembangkan (dan mempergunakan)
jiwa-raganya ke arah keluhuran kebudayaan serta kemakmuran Republik
34
Indonesia (sebagai negara kesatuan yang berbentuk kedaulatan ra’yat dan
keadislan sosial).
(Sumber: Laporan Panitia Penyelidik Pengajaran, Bagian Pengajarana Rendah,
1946)
Kurikulum 1964: ● Semangat patriot
● Gotong royong
● Bersahaja
● Mengutamakan kejujuran
● Mendahulukan kewajiban daripada hak
● Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi
● Susila dan budi luhur
● Kerelaan berkorban
● Hidup hemat
● Disiplin
● Kepandaian untuk menghargai waktu
● Cara berpikir rasional dan ekonomis
● Kesadaran bekerja untuk membangun dengan kerja keras
(Sumber: Tap MPRS No. II/MPRS/1960: Gambaran manusia sosialis Indonesia
yang dimuat juga dalam Lampiran Pola Pembangunan Nasional Semesta
Berencana 1961).
35
D. Perkembangan struktur program kurikulum pada awal
kemerdekaan s.d. masa Orde Lama
Tabel 4.3 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat
Yang berbahasa daerah sampai Kelas III
(Rencana Pelajaran 1947)
No. Mata Pelajaran Kelas Keterangan
I II III IV V VI
1 Bahasa Indonesia - - 8 8 8 8
2 Bahasa Daerah 10 10 6 4 4 4
3 Berhitung 6 6 7 7 7 7
4 Ilmu Alam - - - - 1 1
5 Ilmu Hayat * - - - 2 2 2
6 Ilmu Bumi - - 1 1 2 2
7 Sejarah - - - 1 2 2
8 Menggambar - - - - 2 2
9 Menulis 4 4 3 3 - -
10 Seni Suara 2 2 2 2 2 2
11 Pekerjaan Tangan 1 1 2 2 2 2
12 Pekerjaan Keputrian ** - - - (1) (2) (2)
13 Gerak Badan *** 3 3 3 3 3 3
14 Kebersihan dan Kesehatan 1 1 1 1 1 1
15 Didikan Budi Pekerti
Jumlah ****
1
28
1
28
2
35
2
36
2
38
3
39
16 Pendidikan Agama *****
Jumlah seluruhnya
-
28
-
28
-
35
2
38
2
40
2
41
Di Kelas I
dan II lama
tiap jam
pelajaran: 30
menit; di
Kelas IV ke
atas: 40 menit
Ε. Mencakup Ilmu Tumbuh-tumbuhan, hewan, dan tubuh manusia.
** Diadakan pada hari Jumat sesudah Pukul 11.
*** Termasuk juga tari dan pencak.
**** Berdasarkan Keputusan Menteri PP dan K 19 – 11-1946, No. 1153/A.
36
***** Berdasarkan Penetapan Bersama Menteri PP dan K dan Menteri
Agama.
Tabel 4.4 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat
Yang berbahasa pengantar Bahasa Indonesia dari Kelas I
(Rencana Pelajaran 1947)
No. Mata Pelajaran Kelas Keterangan
I II III IV V VI
1 Bahasa Indonesia 10 10 8 8 8 8
2 Berhitung 6 6 8 7 7 7
3 Ilmu Alam - - - - 1 1
4 Ilmu Hayat * - - - 2 2 2
5 Ilmu Bumi - - 1 1 2 2
6 Sejarah - - - 1 2 2
7 Menggambar - - - - 2 2
8 Menulis 4 4 4 4 - -
9 Seni Suara 2 2 3 3 3 3
10 Pekerjaan Tangan 1 1 3 3 3 3
11 Pekerjaan Keputrian ** - - - (1) (2) (2)
12 Gerak Badan *** 3 3 3 3 3 3
13 Kebersihan dan Kesehatan 1 1 1 1 1 1
14 Didikan Budi Pekerti
Jumlah ****
1
28
1
28
2
33
2
35
2
36
3
36
15 Pendidikan Agama *****
Jumlah seluruhnya
-
28
-
28
-
33
2
37
2
38
2
38
Di Kelas I
dan II lama
tiap jam
pelajaran: 30
menit; di
Kelas IV ke
atas: 40 menit
Ε. Mencakup Ilmu Tumbuh-tumbuhan, hewan, dan tubuh manusia.
** Diadakan pada hari Jumat sesudah Pukul 11.
*** Termasuk juga tari dan pencak.
**** Berdasarkan Keputusan Menteri PP dan K 19 – 11-1946, No. 1153/A.
37
***** Berdasarkan Penetapan Bersama Menteri PP dan K dan Menteri
Agama.
Tabel 4. 5 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat
Yang diselenggarakan sore hari
(Rencana Pelajaran 1947)
No. Mata Pelajaran
I
A B
II
A B
III
A B
IV
A B
1 Bahasa Indonesia 7 - 7 - 8 8 8 8
2 Bahasa Daerah - 7 - 7 - 6 - 4
3 Berhitung 5 5 5 5 9 8 8 7
4 Ilmu Alam - - - - - - - -
5 Ilmu Hayat - - - - - - - -
6 Ilmu Bumi - - - 1 1 1 1 1
7 Sejarah - - - - - - 1 1
8 Menggambar 3 3 3 3 4 3 4 3
9 Menulis - - - - - - - -
10 Seni Suara 2 2 2 2 3 2 2 2
11 Pekerjaan Tangan 1 1 1 1 3 2 2 2
12 Pekerjaan Keputrian - - - - - - 1 1
13 Gerak Badan 3 3 3 3 4 3 4 3
14 Kebersihan dan Kesehatan 1 1 1 1 1 1 1 1
15 Didikan Budi Pekerti
Jumlah **
1 1
23 23
1 1
23 24
2 1
35 35
2 2
36 36
16 Pendidikan Agama *****
Jumlah seluruhnya
- -
23 23
- -
23 24
- -
35 35
2 2
36 38
Ε. Kelas A = Sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa Indonesia
dari kelas I.
38
Kelas B = Sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa daerah
sampai kelas III.
** Berdasarkan Edaran Mengteri PP dan K 8-1-1947 No. 203/B.
39
Ijasah Sekolah Rakyat 6 tahun di alam kemerdekaan (tahun 1956). Di balik ijasah
ini tercantum nilai-nilai Ujian Negara
Susunan Rencana Pelajaran 1964 masih sederhana, yaitu mencakup unsur pokok:
dasar dan tujuan serta sistem pendidikan dasar, struktur program kurikulum, garis-
garis besar program pengajaran (GBPP) tiap wardhana, dan pedoman pelaksanaan
hari krida di sekolah dasar. Rencana Pelajaran ini membedakan 2 macam struktur
program, yaitu sebagai berikut:
1) Untuk sekolah-sekolah yang menggunakan pengantar bahasa daerah dari
kelas I sampai kelas III.
2) Untuk sekolah-sekolah yang menggunakan pengantar bahasa Indonesia
mulai kelas I.
Garis-garis besar susunan program pengajarannya adalah sebagai berikut:
40
Pertama, sesuai dengan struktur program yang disebutkan di atas, mata pelajaran
atau bidang studi dikelompokkan sesuai dengan Pancawardhana menjadi 5
kelompok bidang studi, yaitu perkembangan moral, kecerdasan, emosional-
artistik, keprigelan / keterampilan, dan jasmaniah.
Kedua, susunan tiap wardhana adalah:
1) Uraian Pendahuluan tentang komposisi bidang studi yang termasuk dalam
wardhana yang bersangkutan, tujuan kurikuler yang hendak dicapai,
kriteria pemilihan bahan, dan petunjuk praktis dalam memilih kegiatan
yang relevan;
2) Tiap bidang studi dibagi menurut kelas, dan urutan bahan yang
disesuaikan dengan tujuan kurikuler dan instruksional tiap bidang studi;
3) Tiap tujuan instruksional disertai bahan-bahan yang diajarkan dan
petunjuk praktiks dalam memilih dan menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut; dan
4) Sistematika program pengajaran Pendidikan Agama belum disesuaikan
dengan susunan seperti tersebut pada butir (2) dan (3) dan kurikulum
Pendidikan Agama Islan disusun oleh Departemen Agama secara terpisah.
Demikian juga halnya dengan kurikulum-kurikulum agama-agama lain,
disusun oleh lembaga-lembaga keagamaan yang berwenang.
(Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud,
1996)
Tabel 4.6 Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu
Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah di Kelas I
s.d. Kelas III
(Rencana Pendidikan 1964)
No. Wardhana / Bidang Studi Kelas Keterangan
I II III IV V VI
I PERKEMBANGAN MORAL:
1. Pendidikan Kemasyarakatan *
1
2
3
3
3
3
Kelas I dan
II, 1 jam
pelajaran:
41
No. Wardhana / Bidang Studi Kelas Keterangan
2. Pend Agama / Budi Pekerti 1 2 2 2 2 2
II PERKEMBANGAN KECERDASAN
3. Bahasa Daerah
4. Bahasa Indonesia
5. Berhitung
6. Pengetahuan Alamiah
9
-
6
1
8
-
6
1
5
6
6
2
3
8
6
2
3
8
6
2
3
8
6
2
III PERKEMBANGAN EMOSIONAL /
ARTISTIK:
7. Pendidikan Kesenian **
2
2
4
4
4
4
IV PERKEMBANGAN KEPRIGELAN:
8. Pendidikan Keprigelan ***
2
2
4
4
4
4
V PERKEMBANGAN JASMANI:
9. Pendidikan Jasmani / Kesehatan
3
3
4
4
4
4
Jumlah 25 26 34 36 36 36
30 menit;
Kelas III
s.d. VI: 30
menit.
Ε. Integrasi Sejarah, Ilmu Bumi, dan Kewargaan Negara.
** Seni Suara / Musik, Seni Lukis / Rupa, Seni Tari, Seni Sastra / Drama.
*** Pertanian, Peternakan, Industri Kecil, Pekerjaan Tangan, Koperasi /
Tabungan, dan Keprigelan lain-lain
Tabel 4.7 Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu
Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia dari
Kelas I
(Rencana Pendidikan 1964)
No. Wardhana / Bidang Studi Kelas Keterangan
I II III IV V VI
I PERKEMBANGAN MORAL:
1. Pendidikan Kemasyarakatan *
2. Pend Agama / Budi Pekerti
1
1
1
2
4
2
4
2
4
2
4
2
II PERKEMBANGAN KECERDASAN
3. Bahasa Indonesia
4. Berhitung
9
6
8
6
9
6
9
6
9
6
9
6
Kelas I dan
II, 1 jam
pelajaran:
30 menit;
Kelas III
s.d. VI: 40
menit.
42
No. Wardhana / Bidang Studi Kelas Keterangan
5. Pengetahuan Alamiah 1 1 2 2 2 2
III PERKEMBANGAN EMOSIONAL /
ARTISTIK:
7. Pendidikan Kesenian **
2
2
4
4
4
4
IV PERKEMBANGAN KEPRIGELAN:
8. Pendidikan Keprigelan ***
2
2
5
5
5
5
V PERKEMBANGAN JASMANI:
9. Pendidikan Jasmani / Kesehatan
3
3
4
4
4
4
Jumlah 25 25 36 36 36 36
Ε. Integrasi Sejarah, Ilmu Bumi, dan Kewargaan Negara.
** Seni Suara / Musik, Seni Lukis / Rupa, Seni Tari, Seni Sastra / Drama.
*** Pertanian, Peternakan, Industri Kecil, Pekerjaan Tangan, Koperasi /
Tabungan, dan Keprigelan lain-lain
E. Perkembangan komponen kurikulum pada awal
kemerdekaan s.d. masa Orde Lama Pada bagian ini akan dikemukakan tentang perkembangan komponen kurikulum
dengan memilih mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai contoh dan
perbandingan umum sajian komponen kurikulum dalam dokumen kurikulum.
Komponen desain
• Tujuan – Apa yang harus dilakukan?• Mata pelajaran – Mata pelajaran apa
yang harus dimasukkan?• Metode & organisasi – Strategi
pengajaran, sumber, dan kegiatan apa yang akan digunakan?
• Evaluasi – Metode dan alat apa yang akan digunakan untuk menilai hasil?
43
Dari segi komponen, kurikulum paling tidak mengandung 6 komponen, yaitu
tujuan, materi atau bahan, metode atau kegiatan belajar, sumber belajar yang
terdiri dari alat, bahan, sumber, (alat) penilaian, dan alokasi waktu.
Sumber belajar
Alokasi waktu
Penilaian
Kegiatanbelajar
Materi
Tujuan
UNSUR KURIKULUM
Gambar 4. 1 Unsur kurikulum
Perkembangan komponen kurikulum Dari segi komponen kurikulum, dikemukakan komponen-komponen kurikulum
dari Kurikulum 1968 s.d. Kurikulum 2006. (Komponen Kurikulum 1947 dan 1964
tidak dikemukakan penulis dalam buku ini karena dokumen kurikulum yang dapat
diperoleh belum lengkap).
Kurikulum 1952 Dari 6 komponen kurikulum seperti terlihat pada gambar di atas, Kurikulum 1952
berisi 2 komponen, yaitu bahan pengajaran (materi) dan apa yang dipentingkan
dan peringatan, keindahan, dsb (kegitan belajar).
Penyajian kurikulum ini dalam bentuk matriks yang terdiri dari 4 kolom. Berikut
ini dikemukakan contoh dari Ilmu Hayat kelas IV SD sebagai berikut:
44
Tabel 4.8 Bahan pengajaran mata pelajaran Ilmu Hayat kelas IV SD Kurikulum
1952 No. Bahan
pengajaran
Apakah yang dipentingkan Peringatan, keindahan, dsb.
1a. Biji Bagian 1a:
1. kulit ari (kulit tipis)
2. pusat biji (asal tumbuh-
tumbuhan
3. keping (belahan), gunanya
1 - 3
1b. Biji yang sedang
tumbuh (kacang
tanah, kedelai,
jagung, dsb.)
Bagian 1b:
1. akar
2. batang
3. daun,
gunanya 1 - 3
1. Akar selalu menuju ke bawah, ke
dalam tanah.
2. Batang selalu tegak ke luar di atas
tanah.
3. Biji sedang tumbuh dapat
mengangkat segumpal tanah,
gunanya 1 – 3 (dengan tawakkal dan
ketabahan hati tercapailah cita-cita.
4. Keping selalu susut dan hilang
lenyap (ingatlah: manusia akan
lenyap juga).
2 Akar
(bandingkanlah
akar kacang tanah
dengan akar
jagung)
Bangsa akar:
1. akar tunggang
2. akar serabut
Bagian nomor 1
a. akar tunggang
b. akar cabang
c. akar rambut
d. bulu akar
e. tudung akar
Bagian nomor 2
a. akar serabut
b. – (tak ada)
c. – (tak ada)
d. bulu akar
e. tudung akar
1. Biji berkeping dua: berakar
tunggang.
2. Biji tunggal: berakar serabut
3. Bulu akar: pengisap makanan
4. Tudung akar: penjaga akar waktu
menembus tanah.
Tunjukkanlah: pembagian pekerjaan
alam.
45
Kurikulum 1964
Kurikulum 1964: Dari 6 komponen kurikulum, Kurikulum 1964 berisi 4 komponen, yaitu Tujuan,
Bidang / Bahagian (materi), Kegiatan / alat, dan Keterangan / Petunjuk bagi Guru
yang mengarah ke kegiatan belajar. Penyajian kurikulum ini dalam bentuk matriks
yang terdiri dari 4 kolom. Berikut ini dikemukakan contoh dari Ilmu Pengetahuan
Alamiah (IPA) kelas IV SD sebagai berikut:
Tabel 4.9 Bahan pengajaran mata pelajaran IPA kelas IV Kurikulum 1964 Tujuan Bidang /
Bahagian
Kegiatan / Alat Keterangan / Petunjuk bagi Guru
Lihat tujuan
pada kelas III
Sekolah:
(Lihat
petunjuk
kelas III dan
diperluas
Peristiwa-
peristiwa
alam: hujan,
sungai,
Lihat petunjuk kelas III.
Diperluas dan
diperdalam dengan
pengertian: Apa,
Mengapa, dan
Bagaimana.
Mempergunakan alat-
alat pembantu:
- Kartu-kartu catatan
atau buku-buku
- Pengukur hujan,
termometer,
barometer
- Higrometer
- Himpunan batu-
batuan; contoh tanah
- Gambar-gambar
anatomi dan model-
model
- Zat-zat penghilangan
hama (disinfeksi)
- Gambar-gambar
bakteri, dsb.
Untuk menjelaskan dan
melengkapkan pengertian
sebaiknya mempergunakan alat
peraga dengan seefisein-
efisiennya. (Kalau alat peraga
tidak ada, dibuat bersama dengan
anak-anak dalam waktu-waktu
lain).
Seandainya alat peraga tidak
dapat dibuat oleh anak-anak dan
guru, mintalah bantuan atau
penerangan dari Balai Pendidikan
Keperagaan dan Pengetahuan
Alam.
Kalau alat peraga tidak dapat
diciptakan, anak diberi tugas
untuk mengamati dan mencatat /
menggambar hasil tanggapannya
tentang sesuatu benda dalam
segala hubungannya. Misalnya:
bulan terang pada malam hari,
cuaca baik, bintang-bintang di
46
Tujuan Bidang /
Bahagian
Kegiatan / Alat Keterangan / Petunjuk bagi Guru
banjir, angin,
musim hijan /
kemarau
- Contoh-contoh
makanan berasal dari
tanam-tanaman
- Model matahari,
bulan, bumi (dibuat
dari kawat, kayu,
bola, ds.)
- Gambar-gambar dan
peta
- Model-model,
perkakas, dan mesin-
mesin
1. Mempergunakan
peristiwa-peristiwa
alam itu untuk
keperluan manusia.
2. Turut berusaha
mengatakan
kesulitan yang
ditimbulkan oleh
peristiwa atau
bencana alam.
Membuat herbarium.
Pemeliharaan aquarium.
Pemeliharaan terarium.
Mempelajari anatomi
sederhana badan
manusia.
langit waktu malam hendaklah
berdiri di tempat yang lapang
sehingga terlihat cakrawala.
Ini dibicarakan bila akibat
peristiwa-peristiwa itu terasa di
tempat itu.
Peristiwa-peristiwa tersebut akan
dibicarakan lebih menfdalam di
kelas V.
a. Guru memberi penerangan
tentang guna herbarium,
aquaarium, dan terarium.
b. Kegiatan-kegiatan ini hanya
merupakan tambahan kegiatan
pertanian, peternakan,
perikanan, dsb.
47
F. Prinsip pengembangan kurikulum pada awal kemerdekaan s.d.
masa Orde Lama Prinsip pengembangan kurikulum sering pula disebut sebagai asas pengembangan
kurikulum. Yang dimaksudkan dengan asas ini adalah prinsip pedagogis dan
didaktik pembaharuan kurikulum yang dijadikan pedoman untuk memilih bahan
dan kegiatan belajar, menentukan luas dan urutan bahan dan kegiatan, serta
menyusun metodologi pengajaran.
Kurikulum 1947 Ada 5 prinsip (asas) pembaharuan yang melahirkan Kurikulum 1947, yaitu:
2. Asas pendidikan dan pengajaran sebagai alat pembangunan bangsa dan negara
3. Perkembangan yang seimbang dan harmonis
4. Isi pengajaran yang praktis dan beban yang tidak terlalu berat
5. Belajar aktif, kreatif, dan produktif
6. Menyesuaikan pendidikan dan pengajaran dengan tingkat perkembangan anak
Kelima prinsip atau asas ini amat dipengaruhi oleh gagasan sekolah kerja
(Arbeitschule dalam bahasa Jerman, Doe-school dalam bahasa Belanda atau
Doing School dalam bahasa Inggris) yang diperbincangkan dalam rapat-rapat
Panitia Penyelidik Pengajaran, terutama dalam Komisi Penyelidik II (Sekolah
Kerja, Pekerjaan Tangan, Gerak Badan, dan Sekolah Partikelir). Gagasan ini
dilontarkan untuk mengganti model sekolah lama yang disebut sebagai ”lusiteren
praat-school” (sekolah ”dengar dan bicara”). Dalam laporan komisi tersebut
ditandfaskan bahwa pembaharuan pendidikan untuk bangsa Indonesia akan berarti
sebesar-besarnya jika pemgaharuan itu akan menghasilkan:
a) Cara mendidiki yang dapat membuat bangsa kita terlepas dari tradisi
kolonial, dan dapat membangkitkan serta mengembangkan kekuatan
kreatif sehingga bangsa kita dapat merupakan masyarakat yang kuat serta
sehat, baik lahir maupun batin, dan
48
b) Cara mendidik yang membawa kita kepada martabat perikemanusiaan
yang tinggi. Dalam sekolah kerja anak-anak dipimpin supaya produktif
dan berguna bagi masyarakat.
Melalui sekolah kerja anak dapat berkembang secara seimbang dan harmonis
karena ciri pendidikan kolonial adalah terlalu intelektualistik atau terlalu
menekankan perkembangan kecerdasan otak (intelek). Pendidikan nasional
hendaknya menekankan keseimbangan antara perkembangan kecerdasan otak dan
perkembangan watak, budi pekerti, jasmani dan rasa keindahan, antara
perkembangan manusia sebagai pribadi dan sebagai warga negara dan anggot
masyarakat, antara isi pelajaran teoritis dan yang praktis dan keterampilan tangan.
Untuk itu dalam memilih bahan pelajaran harus dijaga agar praktis atau relevan
dengan kebutuhan anak, masyarakat dan pembangunan bangsa dan tidak terlalu
berat bagi anak.
Gagasan sekolah kerja ini tampak juga pada prinsip belajar aktif, kreatif, dan
produktif. Melalui sekolah kerja anak dipimpin agar produktif dan berguna bagi
masyarakat. Untuk itu, sekolah harus berusaha agar:
a) Anak-anak bersifat aktif, kreatif, dan belajar atas dasar pengalaman,
b) Anak-anak bisa mencari, mendapat, dan mempergunakan pengetahuan dan
pengalamannya,
c) Perhatian dan usaha pendidikan dipusatkan pada keadaan dan jiwa anak,
d) Anak-anak dapat menghasilkan barang sesuatu dengan kemauan dan
kekuatan sendiri,
e) Anak-anak belajar menyediakan diri untuk keperluan masyarakat,
f) Anak-anak kelak menjadi anggota masyarakat yang bertabiat sosial, dan
g) Sekolah berwujud ’kuntum masyarakat’ dan kelas menjadi persekutuan
kerja.
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan, pendidikan dan pengajaran di
sekolah rendah harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dengan
selalu mengindahkan pusat-pusat perhatian murid serta batas-batas kejayaan atau
kesanggupannya yang berhubungan dengan umur, corak jiwa, sifatnya (laki
perempuan), agamanya, dan suasana lingkungan lainnya.
49
(Laporan Komisi II dan Laporan Komisi Pekerja tentang Pengajaran Rendah, ,
Panitia Penyelidik Pengajaran, 1946).
Konsep sekolah kerja tampaknya dipengaruhi aliran psikologi belajar inkuiri yang
pada masa itu amat dipengaruhi pandangan-pandangan John Dewey tentang
pendidikan progresif. Ia menandaskan bahwa pendidikan warga negara yang
terlibat mengandung:
● Penghargaan terhadap keanekaragaman, dalam arti tiap individu harus diakui
kemampuannya, minat, ide, kebutuhan, dan identitas budayanya, dan
● Pengembangan kecerdasan kritis dan terlibat secara sosial yang
memampuakan individu untuk memahami dan berpartisipasi secara efektif
dalam urusan masyarakat setempat dalam upaya kerja sama untuk mencapai
kebaikan umum.
Belajar berbasis inkuiri berhubungan dengan:
● Pertanyaan: muncul dari pengalaman
● Bahan: bervariasi, otentik, menantang
● Kegiatan: melibatkan, pengalaman konkret menggunakan tangan (hands-on
experience), membuat kreasi, bekerja sama, menghidupi peran baru
● Dialog: mendengarkan orang lain; mengartikulasi pemahaman
● Refleksi: mengekspresikan pengalaman; bergerak dari konsep baru ke
tindakan.
John Dewey menandaskan bahwa dalam menghadapi sebuah dunia yang berubah,
gunakanlah metode ilmiah:
● Menyadari suatu masalah
● Rumuskan masalah itu
● Ajukan hipotesis untuk memecahkannya
● Selidiki konsekuensi hipotesis dalam cahaya pengalaman
● Tes solusi yang paling mungkin
50
Inti gagasan sekolah kerja digambarkan berikut ini.
Tampaknya para penyusun Kurikulum 1947 hendak meninggalkan konsepsi
tradisional kurikulum ini, yang amat menekankan konten atau isi ilmu
pengetahuan yang terlalu intelektualistis.
Tampaknya melalui gagasan sekolah kerja, mereka menghendaki agar siswa-lah
yang aktif mencari dan menemukan dalam dunia empirik dalam melakukan
kegiatan belajar melalui dialog atau kerja sama antar-siswa. John Dewey
mengatakan,“Education is life itself” (Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri).
51
Untuk itu, guru pun hendaknya melakukan hal yang sama dalam melakukan
pengajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered learning). John Dewey
mengatakan, “True learning is based on discovery guided by mentoring rather
than the transmission of knowledge” (Belajar yang benar lebih berdasarkan
penemuan yang dibimbing melalui mentoring daripada transmisi pengetahuan).
Siswa-lah yang melakukan aktivitas dalam siklus inkuiri ini
52
Kurikulum 1964 Pemikiran yang mendahului kelahiran Kurikulum 1964 menunjukkan keinginan
yang kuat agar penyusunan kurikulum selalu didasarkan atas pertimbangan
seberapa jauh program pengajaran atau kurikulum itu memberikan sumbangan
bagi:
1. Kesejahteraan anak-anak didik di sekolah
2. pembangunan masyarakat di sekitar sekolah, dan
3. pembangunan bangsa dan negara dalam rangka mencapai tingkat hidup yang
lebih tinggi bagi rakyat dan masyarakat Indonesia, lahir dan batin.
Keinginan tersebut tercermin pula dalam salah satu prinsip atau asas didaktik
Kurikulum 1964 yang menyatakan bahwa semua pengetahuan dan kegiatan yang
diajarkan haruslah fungsional praktis dalam arti berguna bagi anak dan
masyarakat, sekarang dan di masa yang akan datang, dalam mencapai tiga
kerangka tujuan revolusi nasional.
Sehubungan dengan gagasan sekolah kerja dan pendekatan inkuiri tampaknya
gagasan ini belum terwujud pada sekolah dasar. Namun, upaya pembaharuan
pendidikan dan pengajaran telah mulai dilembagakan secara struktural pada awal
tahun 1950-an. Kementerian PP dan K mulai mendirikan lembaga-lembaga yang
diserahi tugas membuat pembaharuan kurikulum, seperti:
● Balai Pendidikan Pengetahuan Alam (Science Learning Center – STC) yang
bertugas menatar guru dan mengembangkan kurikulum IPA.
● Urusan Pengajaran Bahasa Indonesia dan Balai Bahasa Daerah (UPBID) dan
Urusan Pengajaran Ilmu Kemasyarakatan (UPIK) yang bertugas mengawasi
dan membina mata pelajaran serta membantu mengembangkan dan
memperbaiki mata pelajaran yang bersangkutan.
● Urusan penyelidikan (research) yang melanjutkan tugas Balai Penyelidikan
dan Perancang Pendidikan dan Pengajaran (BP4) dalam menyelenggarakan
sekolah-sekolah percobaan, mengembangkan tes hasil belajar, dan
mengumpulkan statistik persekolahan. Kurikulum yang diujicoba merupakan
revisi rencana pelajaran Sekolah Dasar yang berlaku waktu itu.
53
● Urusan Kewajiban Belajar yang menyelenggarakan percobaan pelaksanaan
kewajiban belajar dan mengusahakan pembaharian isi pendidikan dan metode
pengajaran, terutama Pendidikan Keterampilan.
● Urusan Pendidikan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Rakyat (UPTK/SR)
sebagai bagian Jawatan Pendidikan Umum bertugas dan bertanggung jawab
dalam perencanaan, pengawasan, dan penilaian pendidikan, termasuk
perencanaan kurikulum dan penyelenggaraan ujian negara, yaitu Ujian Masuk
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama secara rutin. Ketika Menteri Pendidikan
Dasar dan Kebudayaan melalui Instruksi NO. 2 tahun 1961 memerintahkan
mengadakan pembaharuan kurikulum sesuai dengan sistem Pancawarhana,
UPTK/SR-lah yang melaksanakan penyusunan kurikulum sekolah dasar yang
baru (1961). Konsep kurikulum sekolah dasar yang baru kemudian diujicoba.
Akan tetapi, upaya itu hanya berjalan dua tahun (1962 – 1963) karena
perencanaan yang kurang sistematik dan matang serta biaya dan sarana yang
serba kurang. Setelah Jawatan Pendidikan Umum dihapuskan pada tahun
1963, dibentuk Direktorat Pendidikan Prasekolah, Sekolah Dasar, dan Sekolah
Luar Biasa. Direktorat baru ini meneruskan tugas UPTK/SR.
Upaya pembaharuan kurikulum yang mendahului Kurikulum 1964 tampaknya
kurang membuahkan hasil yang diharapkan berkenaan dengan konsepsi sekolah
kerja dan pendekatan inkuiri karena perencanaan yang kurang matang dan
keterbatasan dana dan sarana.
54
KURIKULUM SD PADA MASA PEMERINTAHAN ORDE
BARU A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum
Tabel 5.1 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada awal pada masa Orde
Lama
Kurikulum Pancasila &
UUD 1945
TAP MPR
& GBHN
UU Peraturan
Pemerintah
Keputusan Menteri
1968 Pancasila dan
UUD 1945
Tap MPRS
No.
XXVII/1966
tentang
tujuan dan isi
pendidikan
nasional.
Kurikulum harus
memberikan
kemungkinan
perkembangan maksimal
terhadap cipta, rasa, karsa,
dan karya anak yang
sedang berkembang
menjadi manusia yang
bermental-moral-budi
pekerti luhur dan kuat
keyakinan agamanya,
yang tinggi kecerdasan
dan terampil dalam
pembangunan dan yang
memiliki fisik yang sehat
dan kuat, sebagai manusia
Pancasila.
Terbit tanpa keputusan
Menteri tapi hanya
dengan kata pengantar
resmi Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar.
1975 Pancasila dan
UUD 1945
TAP MPR
tahun 1973:
Dasar dan
Keputusan Mendikbud
(Sjarif Thajeb) No.
008c/U/1975 tentang
55
Kurikulum Pancasila &
UUD 1945
TAP MPR
& GBHN
UU Peraturan
Pemerintah
Keputusan Menteri
arah
pembanguna
n di bidang
pendidikan
GBHN 1973:
Pembanguna
n nasional
adalah
pembanguna
n manusia
Indonesia
seutuhnya
dan
pembanguna
n seluruh
masyarakat
Indonesia.
Pembakuan Kurikulum
Sekolah Dasar
1984 Pancasila dan
UUD 1945
Tap MPR
No.
IV/MPR/197
8 tentang
GBHN
(Agama dan
Kepercayaan
kepada
Tuhan Yang
Maha Esa,
Sosial-
budaya:
Dasar &
tujuan
pendidikan
nasional.
Undang-Undang
No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem
Pendidikan
Nasional
Keputuran Mendikbud
No. 026/U/1985 tentang
Pelaksanaan GBPP
Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa pada
jenjang pendidikan dasar
dan menengah
56
Kurikulum Pancasila &
UUD 1945
TAP MPR
& GBHN
UU Peraturan
Pemerintah
Keputusan Menteri
Unsur dalam
GBHN 1983
tentang
Pendidikan
Sejarah
Perjuangan
Bangsa
dalam rangka
Pendidikan
Pancasila
1994 Pancasila dan
UUD 1945
1945:
Mencerdaskan
Kehidupan
bangsa
Mengusahaka
n &
menyelenggar
akan satu
sistem
pengajaran
nasional
TAP MPR
No.
II/MPR/1993
yang berisi
tujuan
pendidikan
nasional
UU No. 2 Tahun
1989 tentang
Sistem Pendidikan
Nasional:
Tujuan pend
nasional (Pasal 4)
Fungsi pend
nasional
Hak warga negara
memperoleh
pendidikan (Pasal
3, 5, 6).
Tanggung jawab
penyelenggaraan
pend: keluarga,
masyarakat,
pemerintah
(Penjelasan).
Isi kurikulum pend
dasar tentang
bahan kajian dan
pelajaran (Pasal 39
& Penjelasan)
PP No. 28 Tahun
1990 tentang
Pend Dasar:
Tujuan pend
dasar: bekal
kemampuan dasar
kepada siswa
untuk
mengembangkan
kehidupan &
mempersiapkan
siswa untuk
mengikuti pend
menengah.
Jabaran tujuan
SD: (Pasal 14)
Keputusan Mendikbud
(Fuad Hassan) No.
060/U/1993 tentang
Kurikulum Pendidikan
Dasar
57
Kurikulum SD 1968 terdiri dari 4 unsur pokok, yaitu dasar, tujuan, dan asas-asas
pelaksanaan pendidikan nasional Pancasila di sekolah dasar; struktur program atau
kerangka kurikulum sekolah dasar; bahan pendidikan atau GBPP; serta pedoman
evaluasi atau pengisian dan penggunaan buku rapor murid sekolah dasar.
Dasar, tujuan, dan asas pendidikan nasional Pancasila di sekolah dasar meliputi
prinsip-prinsip sebagai berikut:
Pertama, prinsip umum pelaksanaan pendidikan nasional Pancasila yang meliputi
3 hal, yaitu prinsip integritas, kontinuitas, dan sinkronisasi.
Kedua, landasaan idiil yang terdiri dari 3 ketentuan pokok, yaitu dasar pendidikan
nasional adalah falsafah negara Pancasila, tujuan pendidikan nasional adalah
membentuk manusia Pancasila sejati, dan isi pendidikan nasional terdiri dari 3 hal,
yaitu mempertinggi mental budi pekerti dan memperkuat keyakinan agama,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan serta membina / memperkembangkan
fisik yang kuat dan sehat.
Ketiga, prinsip umum pembinaan kurikulum meliputi 3 hal, yaitu kriteria
pemilihan bahan atau isi kurikulum, prinsip-prinsip didaktik-metodik, dan sistem
evaluasi yang meliputi prinsip-prinsip evaluasi yang bersifat menyeluruh, kontinu,
dan objektif. Adapun yang menjadi objek penilaian adalah program, proses dan
hasil, serta fungsi penilaian.
Keempat, prinsip-prinsip pendidikan sekolah dasar mencakup 2 hal, yaitu tujuan
pendidikan sekolah dasar dan garis besar kurikulum sekolah dasar yang dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok pembinaan jiwa Pancasila, kelompok
pembinaan pengetahuan dasar dan kelompok pembinaan kecakapan khusus.
Kelima, asas-asas didaktik-metodik sekolah dasar yang uraiannya sama dengan
yang tercantum di dalam rencana pendidikan tahun 1964.
Selama periode Repelita I sampai IV, sistem pendidikan nasional masih
didasarkan pada dua undang-undang yang belum mencerminkan adanya kesatuan
sistem pendidikan nasional. Masih berlakunya Undang-Undang No. 4 Tahun 1950
yo Undang-Undang No. 12 Tahun 1954 dan Undang-Undang No. 22 Tahun 1961
sering dipandang sebagai suatu kendala yang cukup mendasar bagi pembangunan
pendidikan yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Undang-undang tersebut
58
tidak mencerminkan landasan kesatuan sistem pendidikan nasional karena
didasarkan pada Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat juga tidak
sebagaimana diamanatkan UUD 1945.
(Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud,
1996)
TAP MPR tahun 1973:
Pembangunan di bidang pendidikan didasarkan atas Falsafah Negara Pancasila
dan diarahkan untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan
untuk membentuk Manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan
tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa,
dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang
luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan
ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945. (Garis bawah: baru muncul).
Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN (Agama dan Kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, Sosial-budaya): Dasar & tujuan pendidikan nasional.
Ditegaskan bahwa “Pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan
untuk:
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan,
keterampilan,
mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun
dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.
59
UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Tujuan pend nasional (Pasal 4)
Fungsi pend nasional: mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia Indonesia.
Hak warga negara memperoleh pendidikan (Pasal 3, 5, 6).
Tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan: keluarga, masyarakat,
pemerintah (Penjelasan).
Isi kurikulum pendidikan dasar tentang bahan kajian dan pelajaran (Pasal
39 & Penjelasan)
PP No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar:
Tujuan pendidikan dasar: memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa
untuk mengembangkan kehidupan dan mempersiapkan siswa untuk mengikuti
pend menengah.
Jabaran tujuan SD: Memberikan bekal kemampuan dasar “Baca-Tulis-Hitung”,
pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai tingkat
perkembangan dan mempersiapkan mengikuti pendidikan di SLTP.
Isi kurikulum pendidikan dasar tentang bahan kajian dan pelajaran (Pasal 14)
Pendidikan dasar (basic education)
Berdasarkan Undang-Undang Pendidikan tahun 1950 yunto Tahun 1954,
pendidikan dasar dimaksudkan hanya mencakup sekolah dasar. Sejak diterbitkan
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun, yang
diselenggarakan enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah lanjutan
tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat.
Tujuan pendidikan dasar adalah untuk memberikan bekal kemampuan dasar
kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi,
anggota masyarakat, warga negara dan umat manusia, serta mempersiapkan
peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Bentuk satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan program 6 tahun terdiri atas sekolah dasar (umum)
60
dan sekolah dasar luar biasa. Bentuk satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan program 3 tahun sesudah program 6 tahun terdiri atas sekolah lanjutan
tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat pertama luar biasa. Selain itu,
terdapat pula bentuk satuan pendidikan dasar yang berciri khas agama Islam yang
diselenggarakan oleh Departemen Agama, yakni Madrasah Ibtidaiyah setingkat
sekolah dasar dan Madrasah Tsanawiyah setingkat sekolah lanjutan tingkat
pertama.
Berdasarkan PP NO. 28 / 1990, pendidikan dasar mempunyai ciri-ciri yang
berbeda dengan pendidikan dasar berdasarkan UU yang berlaku sebelumnya. Ciri-
ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan dasar merupakan pendidikan umum, yaitu pendidikan minimal
yang berlaku untuk semua warga negara tanpa kecuali.
2) Pendidikan dasar berlangsung 9 tahun yang meliputi 6 tahun di SD dan 3
tahun di SMP atau yang sederajat. Ini tidak berarti bahwa SD dan SMP
menjadi bentuk satu atap melainkan tetap terpisah meskipun keduanya
merupakan pendidikan dasar.
3) Pendidikan dasar tidak bersifat seragam, dan tidak berarti bahwa semua
peserta didik mendapatkan materi kurikulum yang sama seluruhnya secara
seragam, melainkan dimungkinkan adanya perbedaan di luar materi
muatan nasional sebanyak 20% dari seluruh bidang kahian di SD dan
SMP.
4) Pendidikan dasar diselenggarakan melalui jalur sekolah dan jalur luar
sekolah pada berbagai jenis dan bentuk satuan pendidikan.
5) Lulusan pendidikan dasar adalah setara baik untuk jalur sekolah maupun
luar sekolah beserta wahananya yang pada dasarnya sama dan diakui
sederajat sehingga perserta didik memiliki keleluasaan gerak untuk
memanfaatkan semua rumpun dan wahana dan bila perlu dapat berpindah
dari wahana satu ke wahana lainnya dengan mendapatkan perlakuan yang
sama.
(Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud,
1996)
61
B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada masa Orde
Baru
Tabel 5.2 Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum pada masa Orde Baru
Dasar keputusan tentang
kurikulum
Kurikulum
1968
Kurikulum
1975
Kurikulum
1984
Kurikulum 1994
1. Alasan pedagogis yang
sahih
# Dominan
pengaruh
politik
V V V
2. Bukti (evidensi) terbaik
yang tersedia
# Lebih
dipengaruhi
kepentingan
politis
V Berdasar
uji coba
inovasi,
terutama di
sekolah lab 8
IKIP yang
sedang
berjalan
V Berdasar
uji coba
inovasi
Proyek
CBSA &
supervisi SD
yang sedang
berjalan
V Berdasar hasil
inovasi Proyek
CBSA &
supervisi SD,
hasil penelitian &
perbandingan
kurikulum negara
lain
3. Konteks tujuan pendidikan
yang umum
V Manusia
Pancasilais
sejati dan
cerdas (Tap
MPRS No.
XXVII/1966)
V Manusia
pembanguna
n (Tap
MPRS 1973
dan
kemudian
dimasukkan
Tap MPR
1978 P4)
V Manusia
pembanguna
n Pancasilais
(Tap MPR
No.
IV/MPR/197
8 GBHN &
UU SPN)
V Manusia
Pancasila sbg
manusia
pembangunan
yang bermutu
tinggi (UU No. 2
Tahun 1989 SPN)
4. Konteks keputusan
sebelumnya & kebutuhan
keputusan tambahan
V V V V
5. Paduan kekuatan pelajar,
proses belajar, tuntutan
masyarakat & mata pelajaran
V Tuntutan
penggabunga
n mata
pelajaran
V V Tuntutan
memasukkan
PSPB &
keterampilan
V Tuntutan
belajar aktif &
pendekatan
komunikatif
62
Dasar keputusan tentang
kurikulum
Kurikulum
1968
Kurikulum
1975
Kurikulum
1984
Kurikulum 1994
proses bahasa
6. Kerja sama orang yang
terlibat & orang yang paling
terkena dampak keputusan
# Dilibatkan
pejabat
pendidikan di
lapangan &
unit-unit
departemen
lain yang
relevan
V Dilibatkan
intansi
pemerintah
yang relevan
& guru di
lapangan
V Dilibatkan
orang
lapangan
yang
merintis
inovasi
V Dilibatkan
pakar dan praktisi
lapangan yang
relevan
7. Fakta baru kehidupan
seperti perkembangan ilmu,
rasa persatuan &
keanekaragaman
# Pengaruh
konsep
Nasakom
V Tuntutan
kembali
kepada
Pancasila &
UUD 1945
V Tuntutan
belajar aktif
V Tuntuan hasil
inovasi belajar
aktif
8. Perbedaan individual siswa V Pengantar
bahasa
daerah &
bahasa
Indonesia
# Pengantar
hanya bahasa
Indonesia
# Mulai
masuk
muatan lokal
# Muatan lokal
makin bervariasi
9. Pandangan realistis
pengorganisasian: desain
kurikulum, pengalaman siswa,
pengaturan waktu
V Mulai
berbentuk
bidang studi
V Diterapkan
bidang studi
V GBPP:
Ada contoh
kegiatan
belajar aktif
V GBPP:
dominan kegiatan
belajar aktif
10. Pandangan tentang cara
komunikasi & diseminasi
kurikulum
X V V V
11. Pengalaman siswa yang
tidak dapat diperoleh dengan
memuaskan di luar sekolah
V V V V
C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada masa Orde Baru Kurikulum 1968 disusun pada awal Orde Baru untuk mengoreksi penyimpangan
tujuan dan dasar pendidikan pada Kurikulum 1964 di masa Orde Lama.
63
Kurikulum 1968: Tujuan pendidikan nasional adalah: “membentuk manusia Pancasilais sejati
berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh Pembukaan UUD
1945” (Tap MPRS No. XXVII/1966 Bab II Pasal 3).
Isi pendidikan nasional:
Untuk mencapai dasar dan tujuan pendidikan nasional, isi pendidikan adalah
sebagai berikut:
● Mempertinggi mental-moral-budi pekerti dan memperkuat keyakinan
agama
● Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
● Membina / memperkembangkan fisik yang kuat dan sehat
(Tap MPRS No. XXVII/1966 Bab II Pasal 4).
Prinsip pengembangan kurikulum sering pula disebut sebagai asas pengembangan
kurikulum. Yang dimaksudkan dengan asas ini adalah prinsip pedagogis dan
didaktik pembaharuan kurikulum yang dijadikan pedoman untuk memilih bahan
dan kegiatan belajar, menentukan luas dan urutan bahan dan kegiatan, serta
menyusun metodologi pengajaran.
Kurikulum 1975: Tujuan pendidikan nasional adalah:
● membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila, dan untuk
● membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya,
● memiliki pengetahuan dan keterampilan,
● dapat mengembangkan kreativitas dan
● tanggung jawab,
● dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa,
● dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai
64
● budi pekerti yang luhur,
● mencintai bangsanya dan sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang
termaktub dalam UUD 1945
Tujuan umum pendidikan SD adalah agar lulusan:
● Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik;
● Sehat jasmani dan rohani;
● Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dasar yang
diperlukan untuk:
Melanjutkan pelajaran;
Bekerja di masyarakat;
Mengembangkan diri sesuai dengan azas pendidikan seumur hidup.
(Sumber: Depdikbud, 1976. Kerangka Program dan Dasar Metodik Pendidikan
Moral Pancasila dalam Rangka Kurikulum 1975)
Kurikulum 1984: Tujuan pendidikan sekolah dasar mengacu pada tujuan pendidikan nasional
seperti digariskan dalam GBHN 1983, yaitu ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya
sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Berdasarkan acuan di atas, tujuan pendidikan pada sekolah dasar diuraikan
menjadi:
Pertama, mendidik para murid untuk menjadi manusia pembangunan sebagai
warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kedua, memberikan bekal kemampuan yang diperlukan bagi murid yang akan
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
Ketiga, memberikan pula bekal dasar untuk hidup di masyarakat dan
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, lingkungan, dan
kebutuhan pembangunan.
65
(Sumber: Kurikulum 1984 SD (Sekolah Dasar): Landasan, Program, dan
Pengembangan, Jakarta: Pusatbangkurrandik, Depdikbud, 1984).
Kurikulum 1994: Pendidikan dasar (SD dan SLTP atau sekolah lanjutan tingkat pertama) bertujuan
memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyrakat, warga negara dan anggota
umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah
(Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar).
Pendidikan dasar yang diselenggarakan di sekolah dasar (SD) bertujuan
memberikan bekal kemampuan dasar “Baca-Tulis-Hitung”, pengetahuan dan
keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat
perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di
SLTP. (Kurikulum Pendidikan Dasar: Landasan, Program, dan Pengembangan,
Jakarta: Depdikbud, 1993).
D. Perkembangan struktur program kurikulum pada masa Orde
Baru Kurikulum SD 1968 masih menggunakan 2 macam struktur program, yaitu
program untuk sekolah-sekolah yang menggunakan pengantar bahasa daerah
sampai kelas III dan program untuk sekolah yang menggunakan bahasa pengantar
bahasa Indonesia mulai dari kelas I.
Susunan program pengajaran berdasarkan Kurikulum 1968 adalah sebagai
berikut:
1) Program pengajaran tiap bidang studi diawali dengan tujuan-tujuan
kurikuler bidang studi yang bersangkutan, didaktik-metodik bidang studi
tersebut, termasuk kriteria pemilihan bahan- bahan yang akan diajarkan,
kegiatan belajar-mengajar, dan alat-alat pelajaran yang digunakan;
2) Bahan tiap bidang studi dibagi menurut kelas; dan
66
3) Susunan bahan tiap kelas, yaitu tujuan-tujuan instruksional yang akan
dicapai tiap kelas dengan jumlah berkisar antara 1 sampai 11 tujuan,
tergantung dari banyaknya bahan atau kemampuan yang akan dicapai oleh
kelas tertentu; dan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang disarankan.
(Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud,
1996)
Mulai tahun ajaran 1966 / 1967 diadakan perubahan sistem penilaian di dalam
buku rapor atau buku laporan pendidikan. Dalam buku laporan yang baru terdapat
2 jenis nilai atau sekor, yaitu berupa huruf a, b, c, dan d untuk semua nilai kelas I
dan II, dan berupa angka 10 s.d. 100 untuk kelas III sampai kelas VI. Selain itu,
mulai tahun ajaran tersebut juga digunakan 3 macam nilai, yaitu nilai untuk
prestasi, rara-rata kelas, dan usaha dalam mencapai prestasi.
(Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud,
1996)
Tabel 5.3 Kerangka Kurikulum Sekolah Dasar (1968)
(Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah sebagai
bahasa pengantar)
No. Kelompok / Segi Pendidikan Kelas Keterangan
I II III IV V VI
I Pembinaan Jiwa Pancasila:
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewargaan Negara *
3. Pendidikan Bahasa Indonesia
4. Bahasa Daerah
5. Pendidikan Olahraga
2
2
-
8
2
2
2
-
8
2
3
4
6
2
3
4
4
6
2
3
4
4
6
2
3
4
4
6
2
3
II Pembinaan Pengetahuan Dasar:
6. Berhitung
7. Ilmu Pengetahuan Alam
8. Pendidikan Kesenian
9. Pend Kesejahteraan Keluarga
7
2
2
1
7
2
2
1
7
4
4
2
6
4
4
2
6
4
4
2
6
4
4
2
III Pembinaan Kecakapan Khusus:
Di kelas I
dan II, 1
jam
pelajaran =
30 menit.
Di kelas III
s.d. VI, 1
jam
pelajaran =
40 menit.
67
No. Kelompok / Segi Pendidikan Kelas Keterangan
I II III IV V VI
7. Pendidikan Kejuruan **
2
2
5
5
5
5
Jumlah 28 28 40 40 4 40
* Mencakup Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia, dan Civics.
** Agraria (pertanian, peternakan, dan perikanan).
Teknik (pekerjaan tangan, perbengkelan)
Ketatalaksanaan / jasa (tabungan dan koperasi)
Tabel 5.4 Kerangka Kurikulum Sekolah Dasar (1968)
(Bagi sekolah dasar yang berbahasa pengantar bahasa Indonesia dari kelas I)
No. Kelompok / Segi Pendidikan Kelas Keterangan
I II III IV V VI
I Pembinaan Jiwa Pancasila:
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewargaan Negara *
3. Pendidikan Bahasa Indonesia
4. Pendidikan Olahraga
2
2
8
2
2
2
8
2
3
4
8
3
4
4
8
3
4
4
8
3
4
4
8
3
II Pembinaan Pengetahuan Dasar:
5. Berhitung
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Pendidikan Kesenian
8. Pend Kesejahteraan Keluarga
7
2
2
1
7
2
2
1
7
4
4
2
7
4
4
2
7
4
4
2
7
4
4
2
III Pembinaan Kecakapan Khusus:
7. Pendidikan Kejuruan **
2
2
5
5
5
5
Jumlah 28 28 40 40 4 40
Di kelas I
dan II, 1
jam
pelajaran =
30 menit.
Di kelas III
s.d. VI, 1
jam
pelajaran =
40 menit.
* Mencakup Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia, dan Civics.
** Agraria (pertanian, peternakan, dan perikanan).
Teknik (pekerjaan tangan, perbengkelan)
68
Ketatalaksanaan / jasa (tabungan dan koperasi)
Tabel 5.5 Struktur Program Kurikulum Sekolah Dasar 1975
No Bidang Studi Kelas Keterangan
I II III IV V VI
1 Agama 2 2 2 3 3 3
2 Pendidikan Moral Pancasila 2 2 2 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 8 8 8 8 8 8
4 Ilmu Pengetahuan Sosial - - 2 2 2 2
5 Matematika 6 6 6 6 6 6
6 Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 3 4 4 4
7 Olahraga dan Kesehatan 2 2 3 3 3 3
8 Kesenian 2 2 3 4 4 4
9 Keterampilan Khusus 2 2 4 4 4 4
Di kelas I dan
II, 1 jam
pelajaran = 30
menit.
Di kelas III s.d.
VI, 1 jam
pelajaran = 40
menit.
Jumlah 26 26 33 36 36 36
Catatan:
1. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan Kependudukan
diintegrasikan ke dalam beberapa bidang studi yang relevan.
2. Bahasa daerah merupakan bagian bidang studi Bahasa Indonesia, khusus bagi
sekolah-sekolah yang memerlukan bahasa daerah. Khusus bagi daerah yang
memerlukan pendidikan bahasa daerah, disediakan waktu 2 jam pelajaran
seminggu dari kelas I sampai dengan kelas VI.
3. Di kelas I dan II, 1 jam pelajaran = 30 menit. Di kelas III ke atas, 1 jam
pelajaran = 40 menit.
69
Tabel 5.6 Susunan Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Dasar (1984)
No. Bidang Studi Kelas
I II III IV V VI
Jumlah
1 Pendidikan Agama 2 2 2 3 3 3 15
2 Pendidikan Moral Pancasila 2 2 2 2 2 2 12
3 Pendidikan Sejarah Perjuangan
Bangsa 1)
1
1
1
1
1
1
6
4 Bahasa Indonesia 2) 8/7 8/7 8/7 8/7 8/7 8/7 48/42
5 Ilmu Pengetahuan Sosial - - 2 3 3 3 11
6 Matematika 6 6 6 6 6 6 36
7 Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 3 4 4 4 19
8 Olahraga dan Kesehatan 2 2 3 3 3 3 16
9 Pendidikan Kesenian 2 2 3 3 3 3 16
10 Keterampilan Khusus 2 2 4 4 4 4 20
11 Bahasa Daerah 3) (2) (2) (2) (2) (2) (2) (12)
Jumlah 26/
27
(28)
26/
27
(28)
33/
33
(35)
36/
37
(38)
36/
37
(38)
36/
37
(38)
193/
199
(205)
Catatan:
1) Diberikan setiap caturwulan III
2) Pada caturwulan I dan II diberikan 8 jam / minggu, caturwulan III
diberikan 7 jam / minggu
3) Daerah / sekolahyang memberikan bidang studi Bahasa Daerah
Menurut UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasionalm, sebagai
pendidikan umum, kurikulum pendidikan dasar wajib memuat sekurang-
kurangnya bidang-bidang kajian berikut:
pendidikan Pancasila
agama
kewarganegaraan
bahasa Indonesia
membaca dan menulis
70
matematika (termasuk berhitung)
pengantar sains dan teknologi
ilmu bumi
sejarah nasional dan sejarah umum
kerajinan tangan dan
kesenian
pendidikan jasmani dan kesehatan
menggambar serta
bahasa Inggris
Bidang-bidang itu bukan nama mata pelajaran tetapi nama kajian untuk
membentuk kepribadian dan unsur-unsur kemampuan yang diajarkan dan
dikembangkan melalui pendidikan dasar. Lebih dari satu unsur kajian dapat
digabung dalam satu mata pelajaran atau sebaliknya satu unsur kajian dapat dibagi
ke dalam lebih dari satu mata pelajaran.
Berdasarkan UU No. 2 / 1989 Pasal 39, selanjutnya diatur oleh Keputusan
Mendikbud No. 060/U/1993, secara rinci kurikulum pendidikan dasar memuat 10
mata pelajaran:
1) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
2) Pendidikan Agama
3) Bahasa Indonesia (termasuk membaca dan menulis)
4) Matematika (termasuk Berhitung)
5) Ilmu Pengetahuan Alam (pengantar sains dan teknologi)
6) Ilmu Pengetahuan Sosial (termasuk ilmu bumi, sejarah nasional dan
sejarah umum)
7) Kerajinan Tangan dan Kesenian (termasuk menggambar(
8) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
9) Bahasa Inggris, dan
10) Muatan lokal (sejumlah mata pelajaran).
(Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud,
1996).
71
Dengan mengacu kepada Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN (Agama
dan Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sosial-budaya): Dasar & tujuan
pendidikan nasional, UU No. 2 / 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan
PP dan PP No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar serta hasil inovasi yang
telah dilakukan, tersusunlah struktur program Kurikulum 1994 berikut ini.
Tabel 5.7 Susunan Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Dasar 1994 *)
No. Mata Pelajaran Kelas
I II III IV V VI
1 Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
2
2
2
2
2
2
2 Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 10 10 10 8 8 8
4 Matematika 10 10 10 8 8 8
5 Ilmu Pengetahuan Alam - - 3 6 6 6
6 Ilmu Pengetahuan Sosial - - 3 5 5 5
7 Kerajinan Tangan dan Kesenian 2 2 2 2 2 2
8 Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 2 2 2 2 2 2
9 Muatan Lokal
(sejumlah mata pelajaran)
2 2 4 5 7 7
Jumlah 30 30 38 40 42 42
Keterangan:
a. Lamanya 1 jam pelajaran
1) Kelas I dan II SD 1 jam pelajaran = 30 menit
2) Kelas III s.d. VI SD 1 jam pelajaran = 40 menit
b. Jumlah jam pelajaran per minggu:
1) SD Kelas I dan II = 30 jam pelajaran
2) SD Kelas III = 38 jam pelajaran
3) SD Kelas IV = 40 jam pelajaran
4) SD Kelas V dan VI = 42 jam pelajaran
72
c. Jumlah jam pelajaran dalam satu minggu adalah jam pelajaran minimum
yang diselenggarakan secara klasikal.
d. Jatah waktu pada tabel di atas dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
unsur-unsur yang terkandung dalam setiap mata pelajaran.
(Sumber: Kurikulum Pendidikan Dasar, Depdikbud, 1993)
*) Tabel ini diambil dari Tabel Susunan Program Pengajaran Kurikulum 1994
Pendidikan Dasar (SD dan SLTP)
E. Perkembangan komponen kurikulum pada masa Orde Baru
Kurikulum 1968: Dari 6 komponen kurikulum, Kurikulum 1968 berisi 4 komponen, yaitu alokasi
waktu, tujuan, bahan (materi), dan kegiatan.
Berikut ini dikemukakan contoh dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV SD
sebagai berikut:
KELAS IV: (4 jam)
A. Tujuan:
Memperdalam dan memperluas pengenalan serta mensistematisir
pengamatan anak didik mengenai tumbuh-tumbuhan.
B. Bahan:
Tanaman-tanaman yang ada di lingkungan seperti: jagung, padi, kacang
tanah, singkong (ubi kayu), ubi jalar, pohon pepaya, bawang, keladi, jeruk,
mangga, dsb. Yang dipelajari ialah: kehidupan (tempat tumbuhnya,
kebutuhan hidupnya, cara hidupnya, fungsi bagian-bagiannya,
hubungannya dengan manusia, pemeliharaan, kegunaan dan
pengolahannya bagi kehidupan manusia serta segi ekonominya.
C. Kegiatan:
1. Karyawisata, mengadakan kunjungan ke luar kelas, ke tempat
tumbuhnya tanam-tanaman, ke sawah, ladang, kebun, taman, hutan
73
dekat sekolah, dll., untuk mengadakan observasi (pengamatan) dan
penyelidikan.
2. Membaca buku-buku yang menuliskan tentang tanam-tanaman yang
sedang dipelajari.
3. Membuat laporan (karangan) dari hasil pengamatan murid-murid
disertai gambar-gambar atau ilustrasi.
4. Memelihara tanam-tanaman di sekolah, di rumah maupun di tempat-
tempat lain.
5. Mengadakan koleksi daun-daunan, bunga-bungaan, tanam-tanaman,
biji-bijian, dsb. (membuat herbarium).
A. Tujuan:
Mensistematisir pengamatan serta memperdalam dan memperluas
pengenalan anak-anak didik tentang hewan dan kegunaannya bagi
kehidupan manusia.
B. Bahan:
Ternak dan hewan yang ada di lingkungan sekolah yang banyak
hubungannya dengan kehidupan masyarakat di daerah itu, seperti: ayam,
kucing, lembu, kerbau, kuda, anjing, itik, merpati, burung-burung lain,
babi, tikus, musang, tupai, monyet, harimau, ikan, dsb. Mempelajari
kehidupan, lingkungan, gunanya / ruginya, pemeliharaan, pengolahan
(kalau hewan itu diolah menjadi makanan manusia, misalnya ikan dan
daging dalam kalenga) dan segi ekonominya bagi kehidupan manusia.
C. Kegiatan:
1. Karyawisata, mengadakan kunjungan ke luar kelas ke tempat
pemeliharaan ternak, kebun binatang, dll. untuk mengadakan
observasi.
2. Menggunakan kepustakaan mengenai hewan yang sedang dipelajari.
3. Membuat laporan (karangan) tentang hasil pengamatan anak yang
disertai dengan gambar-gambar atau ilustrasi.
4. Memelihara ternak: di sekolah baik diadakan pula kandang ayam,
kelinci, dll., dan kolam ikan yang mudah dapat diusahakan.
74
5. Mengadakan koleksi (membuat aquarium dan terarium).
A. Tujuan:
1. Mengembangkan daya berpikir kritis anak dan membiasakan anak-
anak ingin menyelidiki kejadian-kejadian alam yang sebenarnya.
2. Belajar mengeksploitir kekayaan alam dan mengatasi kejadian-
kejadian alam yang membahayakan / merugikan kehidupan manusia.
B. Bahan:
1. Peristiwa-peristiwa alam: hujan, sungai banjir, angin, cuaca, musim
hujan / kemarau. Mempelajari gunanya bagi kehidupan manusia serta
penyesuaian dan usaha manusia untuk mengatasinya.
2. Perumahan yang baik disesuaikan dengan keadaan daerahnya.
C. Kegiatan:
1. Mengamati alat pengukur hujan, barometer, arah angin, dan
termometer.
2. Mengadakan catatan-catatan, kesimpulan-kesimpulan, mencari
masalah-masalah dan pemecahannya.
3. Menggunakan perpustakaan.
A. Tujuan: Belajar menjaga kesehatan badan, kebersihan badan, dan
lingkungan hidup.
B. Bahan:
1. Meneruskan bahan kelas III.
2. Membandingkan tubuh dan hidup binatang dengan manusia.
3. Hidup sehat: makanan, pakaian, perumahan, udara, beberapa jenis
penyakit.
4. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK).
C. Kegiatan:
1. Meneruskan kegiatan-kegiatan pada kelas III.
2. Menggunakan kepustakaan.
75
3. Mengunjungi instansi-instansi kesehatan setempat.
4. Mengadakan diskusi dan membuat laporan (karangan) tentang hasil-
hasil pengamatan anak-anak.
Catatan:
1. Dalam melaksanakan kegiatan pada I, II, III, dan IV dapat diberi tugas
kelompok (kelas dibagi dalam beberapa kelompok).
2. Dapat pula diminta bantuan dari orang-orang atau instansi setempat dalam
memberikan penjelasan-penjelasan maupun fasilitas-fasilitas untuk
kelancaran belajar anak-anak.
3. Pameran kelas / sekolah diadakan secara berkala.
(Sumber: Kurikulum Sekolah Dasar 1968, Jakarta: Direktorat Pendidikan
Prasekolah / Sekolah Dasar / SLB, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1968).
Kurikulum 1975: Dari 6 komponen kurikulum, Kurikulum 1975 berisi 4 komponen, yaitu tujuan
(Tujuan Kurikuler, Tujuan Instruksional), materi (Pokok Bahasan & Subpokok
Bahasan; Bahan Pengajaran), sumber belajar (Sumber bahan), dan alokasi waktu.
Berikut ini dikemukakan contoh dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV SD
sebagai berikut:
76
77
78
79
80
81
82
Kurikulum 1984: Dari 6 komponen kurikulum, Kurikulum 1984 itu lengkap karena berisi 6
komponen, yaitu tujuan (Tujuan Kurikuler, Tujuan Instruksional), Bahan
Pengajaran (Pokok Bahasan dan Uraian yang mengarah kepada petunjuk kegiatan
belajar), alokasi waktu, metode, Sarana / Sumber, Penilaian, dan keterangan.
Berikut ini dikemukakan contoh dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV SD
sebagai berikut:
83
IPA Kelas IV:
Tabel 5.8 GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN BIDANG STUDI: ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH: SEKOLAH DASAR (SD) KELAS: IV
BAHAN PENGAJARAN PROGRAM METODE SARANA /
SUMBER
PENIL
AIAN
KETERAN
GAN
TUJUAN
KURIKULER
TUJUAN
INSTRUKSIONAL
POKOK
BAHASAN
URAIAN KLS CA
WU
JAM
PEL
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1. Melalui
pengamatan,
mengkomunikasika
n hasil pengamatan
dan menarik
kesimpulan murid
memahami dan
dapat menerapkan
sifat-sifat dan
kegunaan air
1.1 Air
1.1.1 Sifat-
sifat air
Air mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
- mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat
yang rendah
- permukaannya selalu mendatar
- bentuknya sesuai dengan wadahnya
- dapat meresap melalui celah-celah kecil
- dapat berubah ujud jika dipanaskan /
didinginkan
- dapat melarutkan berbagai macam zat
Setiap konsep dapat dikembangkan dengan
cara melakukan percobaan, yang kemudian
melalui pengolahan dan pembahasan hasilnya
diambil kesimpulannya, juga dengan penerapan
konsep itu sendiri.
IV 1 24
Percobaan,
widyaiswara
, diskusi dan
pemberian
tugas.
Demonstrasi
,
widyaiswara
, diskusi dan
pemberian
tugas.
Buku paket
Kit IPA SD
Lingkungan
sekitar
Buku lain
yang sesuai
Tes
tertulis
Tes
lisan
84
BAHAN PENGAJARAN PROGRAM METODE SARANA /
SUMBER
PENIL
AIAN
KETERAN
GAN
TUJUAN
KURIKULER
TUJUAN
INSTRUKSIONAL
POKOK
BAHASAN
URAIAN KLS CA
WU
JAM
PEL
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Percobaan,
diskusi,
pemberian
tugas.
Ceramah,
diskusi dan
pemberian
tugas.
1.1.2
Kegunaan air
Air mempunyai kegunaan misalnya:
- untuk pengairan
- sebagai pembangkit tenaga listrik
- untuk pengangkutan
Percobaan,
widyaiswara
, diskusi.
Widyaiswar
Buku paket
Kit IPA SD
Lingkungan
sekitar
Buku lain
Tes
tertulis
Tes
lisan
85
BAHAN PENGAJARAN PROGRAM METODE SARANA /
SUMBER
PENIL
AIAN
KETERAN
GAN
TUJUAN
KURIKULER
TUJUAN
INSTRUKSIONAL
POKOK
BAHASAN
URAIAN KLS CA
WU
JAM
PEL
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Setiap kegunaan dapat dikembangkan melalui
percobaan sederhana, pengamatan langsung
atau mengamati demonstrasi yang dilakukan
guru dan disertai dengan diskusi.
a, diskusi yang sesuai
86
Kurikulum 1994: IPA Kelas IV Caturwulan 1:
Konsep-konsep yang dibahas di kelas IV adalah:
1. a. Air mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak kegunaannya.
b. Berbagai benda padat bila dimasukkan ke dalam air, benda itu akan
mengalami pristiwa yang berbeda
2. 6 dan 11. mutu suatu karya bergantung pada daya cipta, bahan, alat dan
keindahan.
3. Batuan merupakan bagian dari kerak bumi.
4. Tanah merupakan bagian dari kerak bumi.
5. Udara mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak kegunaannya bagi
kehidupan.
6. Pernapasan memerlukan udara dan berlangsung dalam alat-alat tertentu.
7. Dalam tubuh manusia dan hewan terdapat rangka dan organ-organ yang sudah
tertentu letaknya.
8. Pertumbuhan dialami oleh semua makhluk hidup.
9. Bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar dan mempunyai sifat-sifat tertentu.
Rambu-rambu
1. GBPP ini merupakan pedoman mengajar bagi guru yang mengandung tujuan
yang harus dicapai siswa, bahan kajian yang telah dirumuskan dalam konsep-
konsep, serta pembelajarannya.
2. Tujuan pelajaran menggambarkan hasil berlajar yang harus dimiliki siswa dan
cara siswa memperoleh hasil belajar tersebut. Hasil belajar meliputi
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.
3. Urutan materi telah disesuaikan dengan sistematika keilmuan mata pelajaran
IPA, tetapi apabila dalam pelaksanaannya dipandang perlu guru masih
diperkenankan mengubah urutan tersebut asal masih berada dalam caturwulan
yang sama.
4. Pembelajaran menggambarkan keluasan dan kedalaman bahan kajian,
kemampuan siswa yang dikembangkan atau kegiatan siswa dalam proses
87
belajar. Kegiatan siswa dalam pembelajaran merupakan saran untuk
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
5. Pengembangan dan penggunaan keterampilan proses harus dilaksanakan
dengan tuuan untuk memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah.
6. Program belajar-mengajar hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Belajar itu hendaknya bermakna
b. Belajar itu hendaknya dimulai dari yang:
- dekat ke yang jauh,
- sudah diketahui ke yang belum diketahui,
- konkret ke yang abstrak
- mudah ke yang sukar,
- sederhana ke yang rumit.
c. Memperhatikan perbedaan perorangan dalam minat dan kemampuan.
7. Penanaman dan penerapan konsep hendaknya dilakukan dengan cara
menyesuaikan dengan keadaan lingkungan dan kebutuhan daerah setempat.
8. Penilaian hasil belajar mencakup penilaian pemahaman konsep dan
penguasaan keterampilan proses.
II. PROGRAM PENGAJARAN
Kelas IV
Tujuan:
1. Siswa mampu melakukan percobaan dan menafsirkan hasilnya untuk
memahami sifat-sifat, kegunaan, dan daur air.
2. Siswa mampu melakukan percobaan dan menafsirkan hasilnya untuk
mengenali sifat-sifat, kegunaan, dan cara pelapukan batuan serta memahami
bagian-bagian tanah, penyuburan dan pengikisannya, sehingga menyadari
perlunya perlindungan dan pelestarian alam.
3. Siswa memahami susunan, sifat, dan kegunaan udara serta pengertian
atmosfer, dengan melakukan percobaan, pengamatan dan menafsirkan
informasi.
88
4. Siswa mengenali pernapasan, susunan tubuh, fungsi dan kekuatan rangka,
serta tanda-tanda pertumbuhan makhluk hidup, dengan menafsirkan informasi
dan hasil pengamatannya.
5. Siswa mampu melakukan percobaaan untuk memahami bunyi dan sifat-
sifatnya.
6. Siswa dapat mengembangkan kemampuan merancang dan membuat karya
berupa benda atau sistem sederhana dengan menerapkan pengetahuannya
tentang air, udara, dan bunyi.
Caturwulan: 1 (72 jam Pelajaran)
1. Siswa mampu melakukan percobaan untuk memahami sifat-sifat, kegunaan,
dan daur air serta peristiwa-peristiwa lainnya tentang air, dengan menafsirkan
informasi dan hasil pengamatannya.
Air
1.1 Air mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak kegunaannya.
1.1.1 Air menempati ruang dan mempunyai berat.
• Melakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa air
membutuhkan ruang dan memiliki berat.
1.1.2 Permukaan air yang tenang selalu datar.
• Mengamati permukaan air tenang pada kedudukan yang berbeda,
kemudian membandingkan kedataran permukaan air tenang dengan
air yang bergelombang.
• Membuat alat pengukur kedataran sebagai contoh penerapan
konsep ini.
1.1.3 Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.
• Melakukan percobaan sederhana dan membahas hasilnhya bahwa
air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.
• Memecahkan masalah bagaimana mengalirkan air dari tempat yang
rendah ke tempat yang tinggi menggunakan alat-alat sederhana.
1.1.4 Air dapat melarutkan berbagai zat.
o Melakukan percobaan untuk menentukan zat yang larut dan yang
tidak larut.
89
• Membahas manfaat kelarutan zat dalam air bagi makhluk hidup.
1.1.5 Air menekan ke segala arah.
• Melakukan percobaan yang menunjukkan bahwa air menekan ke
segala arah.
1.1.6 Air meresap melalui celah-celah kecil.
• Melakukan percobaan peresapan air dan membandingkan
kecepatan peresapannya pada bahan-bahan berserat.
• Membahas penerapan konsep ini, misalnya naiknya minyak tanah
pada pemeliharaan kompor / lampu tempel agar nyala apinya baik.
1.1.7 Air dapat berubah wujud jika dipanaskan atau didinginkan.
• Melakukan percobaan yang menunjukkan perubahan wujud air
(menguap, mengembun)
• Membahas peristiwa terjadinya hujan dan dauir air.
• Membahas bagaimana air dapat berubah menjadi zat padat
(membeku) dengan pendinginan, dan mengamati perubahan wujud
padat air (es) menjadi cair (mencair).
1.1.8 Air yang bergerak dapat digunakan untuk pembangkit tenaga listrik.
• Membahas (secara sederhana) tentang cara kerja pembangkit listrik
tenaga air (PLTA).
1.2 Berbagai benda padat bila dimasukkan ke dalam air, benda itu akan
mengalami peristiwa yang berbeda.
1.2.1 Benda dikatakan terapung jika benda itu berada di permukaan air dan
dikatakan tenggelam bila benda itu turun hingga ke dasar.
• Meramalkan benda-benda mana yang akan terapung atau
tenggelam, dan melakukan percobaan untuk mengujinya.
• Memecahkan masalah, membuat benda-benda yang tenggelam
menjadi terapung atau sebaliknya, misalnya dengan
menggabungkan gabus dengan kawat atau paku kecil.
1.1.2 Benda dikatakan melayang jika benda itu berada di antara permukaan
dan dasar.
90
• Membuat benda melayang, misalnya dengan menggabungkan
benda tenggelam dengan benda terapung.
(Sumber: Kurikulum Pendidikan Dasar: Garis-garis Besar Program Pengajaran
(GBPP) Kelas IV Sekolah Dasar (SD) Mata Pelajaran IPA, Jakarta: Depdikbud,
1993),
F. Prinsip pengembangan kurikulum pada masa Orde Baru Walaupun Kurikulum 1968 termasuk dalam kurikulum pada masa pemerintahan
Orde Baru, namun prinsip dan pendekatan pengembangannya masih sama dengan
kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama.
Kurikulum 1975 Kurikulum 1975 dikembangkan dengan menggunakan prinsip dan pendekatan
pengembangan yang berbeda dengan era sebelumnya.
Kurikulum 1975 didahului oleh kondisi pembaharuan pendidikan dan kurikulum
sekolah dasar selama pelaksanaan Repelita I tahun 1969 - 1974 berikut ini.
1. Usaha pembaharuan kurikulum dan metode mengajar yang dilaksanakan
Proyek Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar (PKMM) yang
meliputi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah (Jawa dan Sunda),
IPA, IPS, dan Pendidikan Kesenian. Proyek PKMM Jakarta yang menangani
mata pelajaran Bahasa Indonesia berhasil menyusun satu seri buku pelajaran
yang menggunakan metode struktural-analitis-sintetis (SAS), baik untuk
pelajaran membaca (permulaan dan lanjutan) maupun untuk pelajaran bahasa.
Seri buku ini dicetak secara massal setelah menunjukkan hasil yang cukup
memuaskan dalam uji coba pada 50 SD di Jakarta. Proyek-proyek PKMM
yang lain berhasil juga menyusun seri buku pelajaran lain untuk diujicoba
tetapi tidak dicetak massal karena ada proyek Paket Buku SD yang menangani
penulisan buku-buku yang bersangkutan, terutama buku pelajaran Matematika
baru, IPA, dan IPS.
91
2. Sekolah Laboratorium IKIP Malang yang diikutsertakan dalam proyek ini
mengadakan percobaan pembaharuan pendidikan SD untuk seluruh mata
pelajaran.
3. Usaha penulisan dan pengadaan buku-buku pelajaran SD yang mulai dicetak
massal, yaitu seri Bahasa Indonesia (hasil Proyek PKMM), Matematika, IPA,
dan IPS (hasil Proyek Paket Buku SD). Langkah pembaharuan yang paling
maju adalah diperkenalkannya Matematika Baru. Dengan digunakannya buku-
buku pelajaran ini,m de facto Kurikulum 1968 mulai ditinggalkan dan
Kurikulum 1975 mulai dirintis.
4. Usaha identifikasi permasalahan pendidikan nasional melalui pengamatan
lapangan yang dilakukan Poryek Penilaian Nasional Pendidikan (PPNP)
sekitar tahun 1970-an, melalui seminar seperti yang dilakukan di Cipayung,
Bogor.
5. Usaha mencari kerangka kerja dan mekanisme pembaharuan kurikulum
melalui lokakarya, seperti yang diadakan Lembaga Pengembangan Kurikulum
Badan Pengembangan Pendidikan (BPP) Agustus 1971 di Bandung.
6. Usaha identifikasi dan penyusunan tujuan kurikuler lembaga-lembaga
pendidikan (SD, SLTP, SLTA) pada tahun 1971 / 1972 yang dilakukan
sekelompok peserta latihan penggunaan pendekatan sistem (system approach)
dlam perencanaan pendidikan. Latihan ini dilakukan BPP bersama American
Institute for Research (AIR) yang disponsori Unesco. Latihan ini ternyata
menjadi titik awal usaha menyusun kurikulum peralihan yang dikenal sebagai
Kurikulum 1975 yang sebelumnya diujicoba pada sekolah-sekolah Proyek
Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) di 8 IKIP, yaitu IKIP Padang, Jakarta,
Bandung, Jogjakarta, Semarang, Malang, Surabaya, dan Ujung Pandang.
7. Pada sekolah-sekolah PPSP ini diperkenalkan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSP) yang berorientasi tujuan yang kemudian berkembang
menjadi satuan pelajaran pada Kurikulum 1975.
Semua usaha ini dimungkinkan karena ada biaya pembangunan dan bantuan luar
negeri, dan bantuan Unesco.
92
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam mengembangkan Kurikulum 1975 adalah
sebagai berikut:
1. Prinsip fleksibilitas program: Penyelenggaraan pendidikan keterampilan di SD
misalnya harus mengingat faktor-faktor ekosistem dan kemampuan
menyediakan fasilitas bagi berlangsungnya program tersebut
2. Prinsip efisiensi dan efektivitas
3. Prinsip berorientasi pada tujuan
4. Prinsip kontinuitas
5. Prinsip pendidikan seumur hidup
(Kurikulum Sekolah Dasar 1975: Garis-garis Besar Program Pengajaran, Buku I:
Ketentuan-ketentuan Pokok, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976).
Prinsip berorientasi pada tujuan amat dipengaruhi model rasional Ralph Tyler
yang telah digunakan dalam pengembangan kurikulum di Amerika Serikat. Pada
tahun 1971 Depdikbud mengundang Ralph Tyler untuk memberikan saran-saran
pada tahap awal pengembangan Kurikulum 1975, terutama tentang bagaimana
mengidentifikasi kebutuhan tiap sektor kehidupan masyarakat yang penting dan
bagaimana menterjemahkan dan menjabarkan kebutuhan itu dalam tujuan
pendidikan dan kurikulum. Bertolak dari tujuan-tujuan itu, dikembangkan tujuan-
tujuan lain yang lebih spesifik, materi, sistem instruksional, metode belajar-
mengajar, dan sistem evaluasi.
Empat pertanyaan kunci dalam mendesain kurikulum menurut model teknologi
Tyler adalah:
1. Apa tujuan-tujuan pendidikan yang harus dicapai sekolah?
2. Pengalaman apa yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan-tujuan ini?
3. Bagaimana pengalaman belajar itu dipilih dan diorganisasi agar berguna
untuk mencapai tujuan itu?
4. Bagaimana mengevaluasi efektivitas pengalaman belajar atau ketercapaian
tujuan itu?
(Tyler R W, 1949)
93
Selanjutnya, proses mendesain kurikulum mengikuti langkah-langkah seperti
tertera pada gambar berikut ini.
Gambar 5.1 Langkah-langkah desain kurikulum
(Sumber: http://www.uni.edu/~bian/curri/day%20three%20curriculum.ppt)
Proses desain kurikulum sampai kepada persiapan mengajar guru kemudian
dirumuskan dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instuksional (PPSI) yang
diujicoba pada 8 sekolah PPSP pada 8 IKIP. Selanjutnya, PPSI ini dirumuskan
dalam bentuk satuan pelajaran yang diperkenalkan melalui Kurikulum 1975.
Tujuan introduksi satuan pelajaran ini adalah agar sebelum mengajar guru
hendaknya membuat persiapan mengajar.
Seluruh model Tyler sampai PPSI ini tampaknya membawa dampak
kecenderungan terlalu ditekankannya tujuan-tujuan instruksional yang berciri
behavioristik yang kurang sesuai dengan kecenderungan pola pikir deduktif-logis
dalam membentuk manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila. Selain itu, pola
pencapaian tujuan instruksional yang terlalu behavioristik cenderung melemahkan
upaya penerapan model sekolah kerja dan pendekatan inkuiri yang menjadi
harapan utama dalam pelaksanaan Kurikulum 1947, 1964, dan 1968.
94
Kurikulum 1984 Prinsip dan pendekatan pengembangan Kurikulum 1984 berbeda dengan yang
digunakan pada Kurikulum 1975.
Prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum 1984 dikemukakan berikut ini:
1. Pendekatan belajar lebih menekankan bagaimana anak belajar daripada apa
yang dipelajari, tanpa mengabaikan ketuntasan belajar yang memperhatikan
kecepatan belajar murid. Hal ini dapat dilaksanakan dengan kelompok.
Dengan kelompok tersebut murid dapat belajar sambil berbuat agar mampu
mengelola perolehannya. Pendekatan ini disebut keterampilan memproses
perolehan.
2. Kegiatan penilaian terutama diarahkan kepada upaya untuk menentukan
seberapa jauh tujuan-tujuan, baik yang bersifat proses maupun hasil belajar
yang diinginkan, telah terwujud. Penilaian dilakukan secara
berkesinambungan dan menyeluruh dalam rangka memperoleh umpan balik
secepat mungkin agar dapat meningkatkan kualitas belajar-mengajar dan
ketuntasan belajar.
3. Pengembangan kurikulum sekolah dasar berpedoman pada:
a. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945: Kurikulum dikembangkan
dengan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta
berpedoman pada GBHN yang berlaku dalam rangka mewujudkan cita-
cita pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pendidikan nasional
pada khususnya.
b. Relevansi: Kurikulum dikembangkan dengan mempertimbangkan baik
tuntutan kebutuhan murid pada umumnya maupun tuntutan kebutuhan
murid secara perorangan sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya,
serta kebutuhan lingkungan pada khususnya.
c. Pendekatan pengembangan: Pengembangan kurikulum dilakukan secara
terus-menerus, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kebijaksanaan pemerintah, dan hasil-hasil penilaian terhadap
95
pelaksanaan dan hasil-hasil yang telah dicapai untuk mengadakan
perbaikan dan pemantapanpengembangan lebih lanjut.
d. Pendidikan seumur hidup: Kurikulum dikembangkan untuk membuka
kemungkinan pelaksanaan pendidikan seumur hidup.
e. Keluwesan: Kurikulum dikembangkan dengan mempertimbangkan
keluwesan program dan pelaksanaannya.
(Sumber: Kurikulum 1984 SD (Sekolah Dasar): Landasan, Program, dan
Pengembangan, Jakarta: Pusatbangkurrandik, Depdikbud, 1984).
Pengembangan Kurikulum 1984 menggunakan pendekatan keterampilan proses
(process skill approach), yang diperkenalkan Wynne Harlen, seorang ahli sains
untuk sekolah dasar dari Inggris yang menjadi konsultan sains bagi Pusat
Kurikulum dalam rangka kerja sama antara Pemerintah Inggris dan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan yang diwakili Pusat Kurikulum BP3K. Konsultan
yang menjadi koordinator adalah Hugh Hawes dari Institute of Education
University of London, yang kemudian dilanjutkan oleh Roy Gardner. Kerja sama
ini diawali dengan kegiatan sains untuk SD dan kemudian dirintis Proyek
Supervisi bagi guru SD di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang dimulai pada
tahun 1979. Proyek ini kemudian dinamakan Active Learning through
Professional Support (ALPS) Project. Di Indonesia proyek ini dikenal sebagai
Proyek CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Selain itu, gagasan baru supervisi guru
melalui forum kerja sama guru melalui Kelompok Kerja Guru (KKG), kepala
sekolah melalui Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok Kerja
Penilik Sekolah (KKPS), dan Pusat Kegiatan Guru (PKG) secara resmi
dimasukkan ke dalam pedoman pembinaan guru pada Kurikulum 1984.
Keterampilan proses pada dasarnya adalah keterampilan ilmiah yang amat jelas
dilatih dalam pelajaran IPA. Contoh keterampilan proses disajikan berikut ini.
Dasar (basic):
- Melakukan observasi (dengan pancaindera)
- Membandingkan
- Membuat klasifikasi
96
- Mengukur dan menggunakan alat
- Mengkomunikasikan
- Membuat inferensi (kesimpulan sementara)
- Membuat prediksi
- Melakukan analisis
- Membuat generalisasi
- Melakukan evaluasi
- Membuat hipotesis
Terintegrasi (integrated):
- Memecahkan masalah secara kreatif
- Mengambil keputusan
- Menyelidiki
Karena pendekatan keterampilan proses dianut dalam pengembangan Kurikulum
1984, dirumuskan berbagai keterampilan proses dalam berbagai mata pelajaran.
Berikut ini disajikan ilustrasi sejumlah keterampilan proses yang pada dasarnya
dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran
97
98
99
100
101
102
Kurikulum 1994 Hasil-hasil dari Proyek Supervisi bagi guru SD yang kemudian dikenal dengan
sebutan populer “Proyek CBSA” yang dimulai di Cianjur pada tahun 1979
kemudian direplikasi di Kota Mataram di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Kabupaten Maros di Sulawesi Selatan, Kota Binjai di Sumatera Utara, Kota
Bandar Lampung di Lampung, Kabupaten Sidoarjo di Jawa Timur, dan
Kabupaten Tanah Laut di Kalimantan Selatan. Selain itu, Pusat Kurikulum juga
bekerja sama dengan beberapa daerah lain dalam upaya replikasi ini. Sejalan
dengan itu, direktorat sekolah dasar pada Ditjen Dikdasmen melakukan
melakukan diseminasi melalui penataran terpusat dan kantor-kantor wilayah
Depdikbud melakukan penataran tingkat provinsi yang dilanjutkan ke tingkat
kebupaten dan kecamatan. Di samping itu, ada juga inisiatif sejumlah perguruan
swasta yang bekerja sama dengan Pusat Kurikulum dan daerah-daerah binaan
replikasi untuk menerapkan cara belajar siswa aktif. Penerbit swasta juga ikut
mengupayakan introduksi atau integrasi pendekatan belajar aktif dalam buku
pelajaran yang diterbitkan.
Dasawarasa 1980-an adalah dasawarsa kegairahan mencoba dan menerapkan cara
belajar siswa aktif. Proyek Supervisi atau CBSA itu secara resmi diakhiri pada
tahun 1992 sejalan dengan keputusan ODA / DFID Pemerintah Inggris
mengakhiri bantuan kepada proyek ini. Hasil-hasil pengembangan cara belajar
siswa aktif dan supervisi guru ini dimasukkan ke dalam Kurikulum 1994 dan
pedoman-pedomannya.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum pada Kurikulum 1994 dikemukakan
berikut ini:
1. Kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan dengan sistem klasikal yang
mengelompokkan anak dengan usia dan kemampuan rata-rata hampir sama
menerima pelajaran dari seorang guru dalam mata pelajaran yang sama dalam
waktu dan tempat yang sama. Bila diperlukan dapat dibentuk penglompokan
sesuai dengan tujuan dan keperluan pengajaran.
103
2. Kegiatan belajar-mengajar pada dasarnya mengembangkan kemampuan psikis
dan fisik serta kemampuan penyesuaian sosial siswa secara utuh. Dalam
rangka mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
pendidikan menengah atau memasuki lapangan kerja, perlu diusahakan
pengembangan sikap bertanggung jawab dalam belajar dan mengemukakan
pendapat, serta kemandirian dalam mengambil keputusan.
3. Mengingat anekaragamnya mata pelajaran, cara penyajian pelajaran
hendaknya memanfaatkan berbagai sarana penunjang seperti kepustakaan, alat
peraga, lingkungan alam dan budaya, serta masyarakat dan narasumber.
4. Kegiatan belajar-mengajar sebagai pembelajaran tambahan dapat diberikan
kepada siswa baik yang akan melanjutkan ke pendidikan menengah maupun
yang akan memasuki lapangan kerja / masyarakat umum. Siswa dapat
mengikuti satu atau beberapa mata pelajaran sebagai pelajaran tambahan di
luar jam pelajaran pada susunan program pengajaran, dengan jatah waktu
yang sesuai dengan keadaan. Kegiatan pembelajaran tambahan dapat berupa
kegiatan perbaikan atau kegiatan pengayaan.
(Sumber: Kurikulum Pendidikan Dasar: Landasan, Program, dan Pengembangan,
Depdikbud, 1993).
Jika diamati secara teliti, dalam berbagai kurikulum (GBPP) mata pelajaran
pendekatan belajar aktif menjadi warna yang menonjol. Dari segi penyajian isi
kurikulum dalam GBPP, komponen kegiatan belajar amat ditekankan. Hal ini
terlihat dari uraian tentang kegiatan belajar yang aktif yang merupakan porsi
utama dan terbesar dalam keseluruhan GBPP. Khusus dalam kurikulum mata
pelajaran Bahasa Indonesia dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
komunikatif (communicative approach) yang menekankan keterampilan
berbahasa mengganti pendekatan struktural (structural approach) yang
menekankan tatabahasa dalam kurikulum-kurikulum sebelumnya (Kurikulum
1947 s.d. Kurikulum 1984). Penerapan pendekatan komunikatif dalam Bahasa
Indonesia berdampak juga kepada pengembangan kurikulum Bahasa Inggris SMP
dan SMA yang menggunakan pendekatan yang sama.
104
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa pendekatan belajar aktif merupakan
pendekatan pengembangan yang dianut dalam mengembangkan Kurikulum 1994.
Gagasan-gagasan utama pendekatan ini dikemukakan dalam gambar-gambar
berikut ini.
Gambar 5.2 Inti pengertian belajar aktif tampak pada gambar ini
Pendekatan belajar aktif adalah implementasi pandangan konstruktivisme dalam
belajar. Vygotsky (1978) menekankan konvergensi elemen-elemen sosial dan
praktis dalam belajar. Momen yang amat signifikan dalam lintasan perkembangan
intelektual terjadi ketika berbicara (speech) dan kegiatan praktik, dua jalur
perkembangan yang sebelumnya sepenuhnya tak saling tergantung (independen),
berkonvergensi. Melalui kegiatan praktik seorang anak mengkonstruksi makna
dalam dirinya (pada tingkat intrapribadinya), sedangkan berbicara
menghubungkan makna ini dengan dunia antar-pribadi yang di-share oleh anak
dan budayanya. Pandangan Vigotsky ini dapat digambarkan berikut ini.
105
Gambar 5.3 Unsur-unsur belajar aktif
Dalam penerapan belajar aktif unsur-unsur pendekatan belajar aktif ini
meruapakan ciri-ciri sejauh mana sebuah sekolah telah melaksanakan pendekatan
belajar aktif.
106
Gambar 5.4 Prinsip-prinsip belajar aktif
Inilah prinsip-prinsip operasional pendekatan belajar aktif.
107
KURIKULUM SD PADA MASA REFORMASI
A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum
Tabel 6.1 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada masa reformasi Kurikulum Pancasila &
UUD 1945
TAP MPR &
GBHN
UU Peraturan
Pemerintah
Keputusan Menteri
2004 UUD 1945
dan
perubahannya
Tap MPR No.
IV/MPR/1999
tentang GBHN
Undang-Undang
No. 20 Tahun
2003 tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional
Undang-Undang
No. 22 Tahun
1999 tentang
Pemerintah
Daerah
Peraturan
Pemerintah No.
25 Tahun 2000
tentang
Kewenangan
Pemerintah dan
Kewenangan
Provinsi sebagai
Daerah Otonom
Terbit tanpa keputusan Menteri
tapi hanya dengan kata
pengantar Kepala Balibang dan
Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah, Depdiknas
2006 UUD 1945
dan
perubahannya
Undang-Undang
No. 20 Tahun
2003 tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional
Peraturan
Pemerintah
Nomor 19 Tahun
2005 tentang
Standar Nasional
Pendidikan
Peraturan Mendiknas No. 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah, No. 23 tentang
Standar Kompetensi Lulusan
untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah, dan No. 24
tentang Pelaksanaan Kepmen
No. 22 dan 23
Pengembangan kurikulum pada masa reformasi amat ditentukan oleh:
● Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN
● Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
● Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
● Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi sebagai Daerah Otonom
● Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
108
B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada masa reformasi
Tabel 6.2 Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum 2004 dan 2006
Dasar keputusan tentang
kurikulum
Kurikulum 2004 Kurikulum 2006
1. Alasan pedagogis yang sahih V # Alasan mengganti
kurikulum kurang kuat
2. Bukti (evidensi) terbaik yang
tersedia
V Berdasar perbandingan
kurikulum di negara lain
# Hanya modifikasi
Kurkulum 2004
3. Konteks tujuan pendidikan yang
umum
V Ciri-ciri manusia Indonesia
berdasarkan UU SPN 2002
V Sama dengan Kurikulum
2004
4. Konteks keputusan sebelumnya &
kebutuhan keputusan tambahan
V #
5. Paduan kekuatan pelajar, proses
belajar, tuntutan masyarakat & mata
pelajaran
V Tuntutan pendekatan
kompetensi pengembangan
kurikulum
# Terlalu cepat pergantian
kurikulum
6. Kerja sama orang yang terlibat &
orang yang paling terkena dampak
keputusan
V Dilibatkan pakar, praktisi,
konsultan, dan instansi yang
relevan
# Melibatkan praktisi
lapangan, hanya waktu amat
singkat
7. Fakta baru kehidupan seperti
perkembangan ilmu, rasa persatuan &
keanekaragaman
V Tuntutan perkembangan
ilmu & teknologi informasi &
komunikasi
X Belum ada perkembangan
baru
8. Perbedaan individual siswa # Belum tergambar dalam
iindikator kompetensi
# Kompetensi dasar tanpa
indikator
9. Pandangan realistis
pengorganisasian: desain kurikulum,
pengalaman siswa, pengaturan waktu
V Masuk ide guru membuat
silabus
V Sama dengan Kurikulum
2004
10. Pandangan tentang cara komunikasi
& diseminasi kurikulum
V V
11. Pengalaman siswa yang tidak dapat
diperoleh dengan memuaskan di luar
sekolah
V V
109
Tabel ini menunjukkan bahwa dasar-dasar pengambilan keputusan kurikulum
sebagaimana berlaku umum di dunia internasional semakin diikuti dalam
pengembangan kurikulum-kurikulum di Indonesia. Semakin lama semakin baik
dan sesuai dasar pengambilan keputusan yang digunakan.
C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada masa reformasi
Kurikulum 2004: Penyelenggaraan pendidikan dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia;
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang
bertanggung jawab dan demokratis; dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan Dasar berlangsung selama 9 tahun, yaitu mulai dari kelas I hingga
kelas IX. Di jalur sekolah dan madrasah, Pendidikan Dasar dimulai dari kelas I
sampai kelas VI Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) atau
Madrasah Intidaiyah (MI), dan dilanjutkan mulai kelas VII smpai kelas IX di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMPLB) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs). Di jlaur nonformal, Pendidikan
Dasar setara dengan Paket A dan B. Wajib belajar berlaku bagi peserta didik
berumur 7 tahun sampai menamatkan jenjang Pendidikan Dasar.
Kompetensi Lulusan Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah adalah sebagai
berikut:
• Mengenali dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang diyakini.
• Mengenali dan menjalankan hak dan kewajiban diri, beretos kerja, dan peduli
terhadap lingkungan.
• Berpikir secara logis, kritis, dan kreatif serta berkomunikasi melalu berbagai
media.
• Menyenangi keindahan.
• Membiasakan hidup bersih, bugar, dan sehat.
• Memiliki rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air.
(Sumber: Kurikulum 2004: Kerangka Dasar, Jakarta: Depdiknas, 2003).
110
Kurikulum 2006:
Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) dikembangkan
berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni:
1. Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan
SMP/MTs./SMPLB/Paket B bertujuan: Meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Adapun Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) selengkapnya
adalah:
SD/MI/SDLB*/Paket A
1. Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan anak
2. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri
3. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya
4. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi di lingkungan sekitarnya
5. Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis,
dan kreatif
6. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan
bimbingan guru/pendidik
7. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya
8. Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam
kehidupan sehari-hari
9. Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan
sekitar
10. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
111
11. Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan
tanah air Indonesia
12. Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya
lokal
13. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan
memanfaatkan waktu luang
14. Berkomunikasi secara jelas dan santun
15. Bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong, dan menjaga diri sendiri
dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya
16. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
17. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan
berhitung
(Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP); (Lampiran Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 Tanggal 23 Meil 2006.
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR
23 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
(SKL)).
112
D. Perkembangan struktur program kurikulum pada masa
reformasi Kurikulum 2004:
Tabel 6.3 Struktur Kurikulum Sekolah Dasar & Madrasah Ibtidaiyah
Alokasi Waktu
Kelas I dan II III s.d. IV
A. Mata
Pelajaran
Pendidikan
Agama
3
Bahasa Indonesia
Pendekatan
TEMATIK 5
113
Alokasi Waktu
Kelas I dan II III s.d. IV
Matematika 5
Sains 4
Pengetahuan
Sosial
4
Kerajinan
Tangan dan
Kesenian
4
Pendidikan
Jasmani
4
B. Kegiatan
Belajar
Pembiasaan
Kegiatan
Pembiasaan
2
Jumlah 27 31
Penjelasan untuk Kelas I dan II
1) Pengelolaan kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran dan kegiatan belajar
pembiasaan dengan menggunakan pendekatan tematik diorganisasikan
sepenuhnya oleh sekolah dan madrasah.
2) Penjelasan teknis pendekatan tematik diatur dalam pedoman tersendiri.
3) Alokasi waktu total yang disediakan adalah 27 jam pelajaran per minggu.
Daerah, sekolah atau madrasah dapat menambah alokasi waktu total atau
114
mengubah alokasi waktu mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa,
sekolah, madrasah atau daerah.
4) Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 35 menit.
5) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 – 40
minggu dan jam tatap muka per minggu adalah 945 menit (16 jam), jumlah
jam tatap muka per tahun adalah 544 jam (32 640 menit).
6) Alokasi waktu sebanyak 27 jam pelajaran pada dasarnya dapat diatur dengan
bobot berkisar: (a) 15% untuk Agama; (b) 50% untuk Membaca dan Menulis
Permulaan serta Berhitung; dan (c) 35% untuk Sains, Pengetahuan Sosial,
Kerajinan Tangan dan Kesenian dan Pendidikan Jasmani.
7) Sekolah dan madrasah dapat mengenalkan teknologi informasi dan
komunikasi sesuai dengan kemampuannya.
Penjelasan untuk Kelas III, IV, V, dan VI:
1) Pengelolaan kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran dan kegiatan belajar
pembiasaan diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah dan madrasah.
2) Penjelasan teknis kegiatan belajar pembiasaan diatur dalam pedoman
tersendiri.
3) Alokasi waktu total yang disediakan adalah 31 jam pelajaran per minggu.
Daerah, sekolah atau madrasah dapat menambah alokasi waktu toal tau
mengubah alokasi waktu mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa,
sekolah, madrasah atau daerah.
4) Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 40 menit. Minggu efektif
dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 – 40 minggu, dan jam tatap
muka per minggu adalah 21 jam ( 1 240 menit) jumlah jam tatap muka per
tahun adalah 714 jam (42 840 menit).
5) Sekolah dan madrasah dapat memberikan mata pelajaran Bahasa Inggris mulai
kelas IV sesuai dengan kemampuan.
115
6) Sekolah dan madrasah dapat mengenalkan teknologi informasi dan
komunikasi sesuai kemampuan.
7) Sekolah dan madrasah bertaraf internasional dapat menggunakan Bahasa
Inggris dan bahasa asing lain sebagai bahasa pengantar sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan.
(Sumber: Kurikulum 2004: Kerangka Dasar, Jakarta: Depdiknas, 2003)
Kurikulum 2006:
Tabel 6.4 Struktur Kurikulum SD/MI 2006 Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP)
Kelas dan Alokasi Waktu Komponen
I II
III IV, V, dan VI
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 3
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
3. Bahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3
7. Seni Budaya dan Keterampilan 4
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan
4
B. Muatan Lokal 2
C. Pengembangan Diri 2*)
Jumlah 26 27 28 32
*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran
116
Penerapan struktur ini pada tingkat sekolah tampak sebagai berikut:
Tabel 6.5 STRUKTUR KURIKULUM SDN PONDOK BAMBU 14
Kelas dan Alokasi Waktu
Komponen I II III IV, V, DAN VI
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 3
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
3. Bahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3
7. Seni Budaya dan Ketrampilan 4
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 4
B. Muatan Lokal
1. Kesenian Jakarta 1
2. PLKJ 1
3. Bahasa Inggris 2
C. Pengembangan Diri
1. Pramuka 1
2. Komputer
1
Jumlah 30 31 32 36
E. Perkembangan komponen kurikulum pada masa reformasi
Kurikulum 2004:
Contoh Sains Kelas IV
A. Kerja Ilmiah
Standar Kompetensi: Siswa mampu melakukan pengamatan,
mendeskripsikan, menggunakan standar pengukuran sederhana, serta
mengembangkan sikap ilmiah.
117
Tabel 6.6 Tabel Kompetensi dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Kurikuum 2004) Kompetensi
Dasar
Hasil Belajar Indikator Materi
Pokok
1.1 Mengajukan
pertanyaan penelitian
sederhana
* Mengemukakan pendapat
tentang suatu topik untuk
mendata yang telah diketahui.
* Membuat pertanyaan dengan
bantuan guru misalnya: “apa yang
ingin kita cari?”, “bagaimana cara
kita menemukan / menyelidiki?”
1.2 Menyusun
perencanaan kerja
ilmiah melalui
pengamatan atau
percobaan
* Mendiskusikan sesuatu yang
didengar atau dilihat
* Memberikan gagasan dalam
merencanakan suatu penyelidikan
1.3 Mengumpulkan
informasi / data
* Melakukan penyelidikan
sederhana dengan dua atau tiga
langkah, misalnya:
mengumpulkan hewan-hewan
kecil dan menggolongkannya.
* Melakukan pengamatan dan
pengukuran dengan menggunakan
alat.
* Membuat catatan hasil
pengamatan dan pengukuran.
1. Melakukan
penyelidikan
ilmiah
1.4 Mengolah
informasi / data
* Mengelompokkan informasi /
data.
* Menganalisis data.
* Menafsirkan hasil analisis.
Terintegrasi
dalam
pembelajaran
2. Berkomunikasi
ilmiah
2.1 Membuat laporan
ilmiah sederhana.
* Membuat kesimpulan dari hasil
penyelidikan.
* Mendeskripsikan hasil
Terintegrasi
dalam
pembelajaran
118
penyelidikan ilmiah sederhana
dalam bentuk laporan.
2.2 Menyajikan
informasi sains
* Menyusun informasi sains
dengan menggunakan sarana dan
sumber.
* Menyajikan informasi sains
dengan berbagai cara.
3. Menujukkan
kreativitas dalam
memecahkan
masalah
dst. dst. dst.
4. Bersikap ilmiah dst. dst. dst.
B. Pemahaman konsep dan Penerapannya
1. Makhluk hidup dan Proses Kehidupan
Standar Kompetensi: Siswa mampu memahami hubungan antara bagian alat
tumbuh makhluk hidup dengan fungsinya, dan memahami bahwa beragam
makhluk hidup memiliki daur hidup yang berbeda, serta memahami bahwa
interaksi terjadi antar-makhluk hiudp serta antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.
Tabel 6.7 Tabel Contoh Kompetensi Dasar Kurikulum 2004
Kompetensi
Dasar
Hasil Belajar Indikator Materi
Pokok
1.1 Mendeskripsikan
rangka manusia, fungsi,
dan pemeliharaannya
* Menjelaskan kegunaan rangka.
* Mempraktikkan cara merawat
rangka, misal mengkonsumsi
makanan yang mengandung Vitamin
D, kalsium, fosfor serta sikap tubuh
sewaktu duduk, berdiri, tidur, dan
berjalan.
* Mencari informasi tentang
penyakit dankelainan yang
umumnya terjadi pada rangka.
* Rangka
manusia,
fungsi, dan
pemeliharaan
nya
1. Mencari
hubungan antara
bagian alat tubuh
makhluk hidup
dengan fungsinya
1,2 Mendekripsikan alat * Mengidentifikasi ala indera * Alat indera
119
Kompetensi
Dasar
Hasil Belajar Indikator Materi
Pokok
indera manusia, fungsi,
dan pemeliharaannya
manusia berdasarkan pengamatan.
* Menjelaskan kegunaan alat indera.
* Mencari informasi tentang
kelainan alat indera yang disebabkan
oleh kebiasaan buruk, misalna
membaca di tempat yang kurang
terang, dan minum air panas.
* Memberi contoh cara merawat alat
indera.
manusia,
fungsi, dan
pemeliharaan
nya.
1.3 Menggolongkan
hewan berdasarkan jenis
makanan
* Mengidentifikasi jenis makanan
hewan.
* Menggolongkan hewan-hewan
yang termasuk pemakan tumbuhan
(herbivora), pemakan daging
(karnivora), dan pemakan segala
(omnivora).
Jenis
makanan
hewan
1.4 Mendeskripsikan
bagian-bagian tubuh
tumbuhan dan fungsinya
bagi tumbuhan itu
sendiri
* Mengidentifikasi bagian tubuh
tumbuhan dan fungsinya bagi
tumbuhan itu sendiri.
* Membandingkan bagian-bagian
tumbuhan, seperti perakaran, bunga,
dan daun.
Bagian-
bagian
tumbuhan
2.1 Menjelaskan daur
hidup hewan
* Mendeskripsikan urutan daur
hidup hewan misalnya kupu-kupu,
nyamuk, dan kecoa secara
sederhana.
* Menyimpulkan berdasarkan
pengamatan bahwa tidak semua
hewan berubahnya bentuk pada
hewan menunjukkan adanya
p[ertumbuhan.
* Membuat laporan hasil
pengamatan daur hidup hewan yang
dipeliharanya.*)
Daur hidup
hewan
2. Menyajikan
informasi yang
menggambarkan
daur hidup
beberapa hewan
yang dikenalnya
secara sederhana
dan cara
memperlakukan
hewan.
2.2 Menerapkan cara * Mengidentifikasi cara merwat dan Perawatan
120
Kompetensi
Dasar
Hasil Belajar Indikator Materi
Pokok
memperlakukan hewan memelihara hewan peliharaan.
* Mendemonstrasikan cara merawat
dan memelihara hewan peliharaan
dan
pemeliharaan
hewan
peliharaan
3.1 Mendeskripsikan
jenis hubungan khas
antar-makhluk hidup
* Mengidentifikasi.hubungan khas
antarmakhluk hidup (simbiosis),
misalnya lebah / kupu-kupu dan
bunga, tumbuhan parasit dan
inangnya.
* Mengkomunikasikan manfaat dan
kerugian yang terjadi akibat
hubungan antar-makhluk hidup.
3. Menyimpulkan
adanya saling
ketergantungan
antar-makhluk
hidup dan antara
makhluk hidup
dengan
lingkungannya.
3.2 Menafsirkan
hubungan antara
makhluk hidup dan
lingkungannya
* Mengamati bentuk-bentuk saling
ketergantungan antara hewan dan
tumbuhan di lingkungan sekitar,
misalnya hewan memakan rumput,
cacaing, memakan daun-daun busuk
dan berguna bagi kesuburan tanah.
* Menggambarkan hbuungan antara
makan dan dimakan antar-makhluk
hidup melalui rantai makanan
sederhana.
* Memprediksi kemungkinan yang
akan terjadi bila lingkungan
berubah, misalnya akibat dari
pencemaran di sungai, kebakaran di
hutan, dan penebangan pohon.
Saling
ketergantunga
n
antarmakhluk
hidup
121
Kurikulum 2006: IPA Kelas IV, Semester 1
Tabel 6.8 Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA kelas IV Kurikulum
2006
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Makhluk Hidup dan
Proses Kehidupan
1. Memahami
hubungan antara
struktur organ tubuh
manusia dengan
fungsinya, serta
pemeliharaannya
1.1 Mendeskripsikan hubungan antara struktur
kerangka tubuh manusia dengan fungsinya
1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka
tubuh
1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca
indera dengan fungsinya
1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan panca
indera
2. Memahami hubungan
antara struktur bagian
tumbuhan dengan
fungsinya
2.1 Menjelaskan hubungan antara struktur akar
tumbuhan dengan fungsinya
2.2 Menjelaskan hubungan antara struktur batang
tumbuhan dengan fungsinya
2.3 Menjelaskan hubungan antara struktur daun
tumbuhan dengan fungsinya
2.4 Menjelaskan hubungan antara bunga dengan
fungsinya
3. Menggolongkan 3.1 Mengidentifikasi jenis makanan hewan
122
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
hewan, berdasarkan
jenis makanannya
3.2 Menggolongkan hewan berdasarkan jenis
makanannya
4. Memahami daur
hidup beragam jenis
makhluk hidup
4.1 Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan di
lingkungan sekitar, misalnya kecoa, nyamuk,
kupu-kupu, kucing
4.2 Menunjukkan kepedulian terhadap hewan
peliharaan, misalnya kucing, ayam, ikan
5. Memahami hubungan
sesama makhluk
hidup dan antara
makhluk hidup
dengan
lingkungannya
5.1 Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan khas
(simbiosis) dan hubungan “makan dan dimakan”
antar makhluk hidup (rantai makanan)
5.2 Mendeskripsikan hubungan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya
Benda dan Sifatnya
6. Memahami beragam
sifat dan perubahan
wujud benda serta
berbagai cara
penggunaan benda
berdasarkan sifatnya
6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas
memiliki sifat tertentu
6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair
padat cair; cair gas cair; padat gas
6.3 Menjelaskan hubungan antara sifat bahan dengan
kegunaannya
123
Muatan Kurikulum di SDN Pondok Bambu 14
Muatan kurikulum meliputi 8 mata pelajaran, 3 muatan lokal, dan 2
pengembangan diri.
1. Mata Pelajaran
Mata Pelajaran di SDN Pondok Bambu 14 terdiri dari 8 mata pelajaran
yaitu :
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Ilmu Pengetahuan Alam
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
7. Seni Budaya dan Ketrampilan
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
2. Muatan Lokal
Muatan Lokal di SDN Pondok Bambu 14 terdiri atas:
1. Kesenian Jakarta
2. Pendidikan Lingkungan Kehidupan Jakarta (PLKJ)
3. Bahasa Inggris
3. Pengembangan Diri
Pengembangan diri di SDN Pondok Bambu 14 terdiri atas :
1. Pramuka
2. Komputer
124
Contoh silabus dan RPP di sekolah:
3. SILABUS MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
KELAS IV SEMESTER 1
STANDAR
KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
MATERI
POKOK
Mahluk Hidup dan
proses kehidupan
1. Memahami
hubungan antara
struktur organ
tubuh manusia
dengan
fungsinya, serta
pemeliharaanya
• Mendeskripsikan hubungan
antara struktur kerangka tubuh
manusia dengan fungsinya.
• Menerapkan cara memelihara
kesehatan kerangka tubuh
• Mendeskripsikan hubungan
antara struktur panca indra
dengan fungsinya
• Menerapkan cara memelihara
kesehatan panca indra
• Menjelaskan kegunaan
rangka
• Mempraktikan sikap tubuh
yang baik untuk menjaga
bentuk rangka, misalnya cara
duduk, cara berdiri dan cara
tidur.
• Mencari penyakit yang
berhubungan dengan rangka
• Mengidentifikasikan panca
indra manusia berdasarkan
pengamatan.
• Menjelaskan kegunaan
panca indra (Mata, telinga,
hidung, lidah kulit).
• Mencari informasi tentang
kelainan panca indra yang
sebabkan oleh kebiasaan
buruk, misalnya membaca
ditempat yang kurang terang.
• Memberi contoh car
merawat panca indra (Mata,
telinga, hidung, lidah kulit).
Struktur organ
tubuh
manusia
2. Memahami
hubungan antara
struktur bagian
• Menjelaskan hubungan antara
struktur akar tumbuhan dengan
• Mengidentifikasi bagian
tumbuhan dan fungsinya
Struktur
bagian
tumbuhan
125
STANDAR
KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
MATERI
POKOK
tumbuhan
dengan
fungsinya
fungsinya
• Menjelaskan hubungan antara
struktur batang tumbuhan
dengan fungsinya
• Menjelaskan hubungan antara
struktur daun tumbuhan dengan
fungsinya
• Menjelaskan hubungan antara
bunga dengan fungsinya
bagi tumbuhan itu sendiri.
• Membandingkan bagian-
bagian tumbuhan, seperti
perakaran, bunga dan daun
3. Menggolong-kan
hewan,
berdasarkan
jenis makananya
• Mengidentifikasikan jenis
makanan hewan
• Menggolong-kan hewan
berdasarkan jenis makananya
• Mengidentifikasi jenis
makanan hewan
• Menggolongkan hewan-
hewan yang termasuk
pemakan tumbuhan
(herbivora), pemakan
daging (carnivora), dan
pemakan segala
(Omnivora).
Jenis
makanan
hewan
4. Memahami daur
hidup beragam
jenis makhluk
hidup
• Mendeskripsi-kan daur hidup
beberapa hewan dilingkungan
sekitar, misalnya kecoa,
nyamuk, kupu-kupu, kucing
• Menunjukan kepedulian
terhadap hewan peliharaan,
misalnya kucing, ayam, ikan
• Mendeskripsikan urutan
daur hidup kecoa, nyamuk,
kupu-kupu, kucing.
• Menyimpulkan berdasarkan
pengamatan bahwa tidak
semua hewan berubah
bentuk dengan cara yang
sama.
• Menyimpulkan bahwa
berubahnya bentuk pada
hewan menunjukan adanya
pertumbuhan
Daur hidup
hewan dan
cara
memelihara
hewan
126
STANDAR
KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
MATERI
POKOK
5. Memahami
hubungan
sesama makhluk
hidup dan antara
makhluk hidup
dengan
lingkunganya
• Mengidentifikasikan beberapa
jenis hubungan khas
(simbiosis) dan hubungan
”makan dan dimakan” antara
makhluk hidup (rantai
makanan)
• Mendeskripsikan hubungan
antara makhluk hidup dengan
lingkunganya.
• Mengidentifikasi hubungan
khas antar mahlukh hidup
(simbiosis), misalnya kupu-
kupu, lebah, bunga,
tumbuhan parasit dan
benalu.
• Mengkomunikasikan
manfaat dan kerugian yang
terjadi akibat hubungan
makhluk hidup.
• Mengamati bentuk-bentuk
salaing ketergantungan
antar hewan dan tumbuhan
yang terdekat dilingkungan,
misalnya cacing memakan
daun-daun busuk dan
berguna bagi kesuburan
tanah.
• Menggambarkan hubungan
makanan dan dimakan antar
makhluk hudup melalui
rantai makanan
• Memprediksi kemungkinan
yang akan terjadi jika
lingkungan berubah,
misalnya sebagai akibat
dari penebangan hutan
secara sembarangan
•
Benda dan sifatnya
6. Memahami
beragam sifat
dan perubahan
• Mengidentifikasi wujud benda
padat, cair, dan gas memiliki
sifat tertentu
• Mengidentifikasikan sifat
benda padat, cair dan gas.
• Mengelompokan benda-
benda berdasarkan
•
127
STANDAR
KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
MATERI
POKOK
wujud benda
berdasarkan
sifatnya
• Mendeskripsikan terjadinya
perubahan wujud
cair padat cair,cai gas ca
ir, padat gas
• Menjelaskan hubungan antara
sifat bahan dengan
kegunaannya
wujudnya.
• Mengidentifikasikan
perubahan wujud benda
yang dapat kembali ke
wujud semula.
• Menjelaskan faktor yang
mempengaruhi perubahan
wujud benda
• Memberi contoh perubahan
wujud benda
• Menghidentifikasi
kesesuaian sifat bahan
dengan kegunaannya,
misalnya plastik untuk
membuat payung.
• Membandingkan berbagai
bahan untuk menentukan
bahan yang paling cocok
untuk tujuan tertentu
• Membandingkan bahan
tertentu sesuai sifat dan
kegunaannya, misalnya
penyerapan air pada
berbagai jenis kertas.
• Membuat daftar berbagai
bahan kemasan suatu
produk makanan yang
dikaitkan dengan sifatnya,
misalnya pembungkus
permen coklat dari
alumunium foil.
• Membuat daftar berbagai
128
STANDAR
KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
MATERI
POKOK
alat rumah tangga yang
dihubungkan dengan sifat
bahan dan kegunaannya.
129
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : IV/Satu
Standar Kompetensi : Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan
Kompetensi Dasar : 1.1 Mendeskripsikan hubungan antara
struktur kerangka tubuh manusia
dengan fungsinya
1.2. Menerapkan cara memelihara
kesehatan kerangka tubuh.
Alokasi waktu : 4 x 35 menit
Materi
Pokok/
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Struktur tubuh
manusia
• Mengamati tulang-
tulang yang ada didalam
tubuh masing-masing
dengan cara memukul
dengan jari kebagian
anggota tubuh yang
keras
• Melaporkan hasil
pengamatan dan
membuat kesimpulan
• Mengamati dan
membandingkan rangka
manusia akan rangka
hewan dengan
menggunakan gambar
• Mengamati fungsi
rangka manusia dan
bagian-bagianya dengan
alat peraga atau gambar
• Membuat kesimpulan
• Menjelaskan
kegunaan rangka
• Membandingkan
fungsi rangka
manusia dan
rangka hewan
• Mempraktikkan
sikap tubuh yang
baik untuk
menjaga bentuk
rangka misalnya
cara duduk, cara
berdiri dan cara
tidur.
• Mencari
informasi tentang
penyakit yang
berkaitan dengan
rangka
• Lembar
pengama-tan
• Performan-ce
test
• Test tertulis
4 x 35’ • Kurikulu
m KTSP
• Buku
IPA
kelas IV
• Rangka
manu-sia
• Gam-bar
rangka
manu-sia
130
• Membuat sketsa
petunjuk
• Membuat denah rumah
sampai ke sekolah
• Menjelaskan
kembali isi
petunjuk untuk
mengecek
kebenaran
• Mengikuti
petunjuk untuk
menemukan
suatu tempat
• Tes Tertulis :
Membuat
denah rumah
ke sekolah
• Tes Perbuatan :
Berjalan ke
suatu tempat
berdasarkan
petunjuk
6 x 35’ Gambar
denah
sekolah ke
kelurahan
4. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN
ALAM SDN PONDOK BAMBU 14
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Aspek
Standar Kompetensi
Waktu
: Ilmu Pengetahuan Alam
: IV / Satu
: Rangka Manusia, fungsi dan pemeliharaanya
: Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan
:
I. KOMPETENSI DASAR
1. Mengenal bagian-bagian tubuh dan kegunaannya serta cara
perawatanya.
2. Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh.
II. INDIKATOR
• Menjelaskan kegunaan rangka
• Membandingkan fungsi rangka manusia dan rangka hewan
• Mempraktikan sikap tubuh yang baik untuk menjaga bentuk rangka
misalnya cara duduk, cara berdiri dan cara tidur.
• Mencari informasi tentang penyakit yang berkaitan denganm rangka.
131
III. MATERI POKOK
Rangka manusia
IV. URAIAN MATERI
1. Kegunaan rangka
2. Membandingkan fungsi kerangka tubuh manusia dan kerangka tubuh
hewan
3. Sikap tubuh yang baik
4. Beberapa penyakit yang berkaitan dengan rangka
V. PENGALAMAN BELAJAR
A. Kegiatan awal (persepsi)
Siswa mengamati tulang-tulang yang ada di dalam tubuhnya masing-
masing dengan cara memukul dengan jari ke bagian anggota tubuh
yang keras.
B. Kegiatan inti
1. Siswa mengamati dan membandingkan rangka manusia dan rangka
hewan, dengan menggunakan gambar.
2. Siswa menyebutkan fungsi rangka.
3. Guru menjelaskan rangka manusia dan bagian-bagianya dengan
alat peraga atau gambar.
4. Dengan bantuan gambar rangka manusia siswa mengamati bentuk
tulang dan menunjukan contohnya.
5. Siswa mencari informasi tentang zat penyusun tulang.
6. Siswa mengamati sendi dan macam-macam persendian.
7. Siswa mengamati gangguan pertumbuhan yang dipengaruhi oleh
sikap duduk yang tidak benar.
8. Siswa mengamati rangka hewan dan membandingkannya dengan
rangka manusia.
132
9. Siswa mengamati bentuk rangka hewan yang ditiru oleh manusia
seperti pondasi cakar ayam, pesawat terbang dan kapal selam.
VI. PENUTUP (TINDAK LANJUT)
Siswa membuat kesimpulan tentang rangka manusia, fungsi rangka, dan
cara memulihkan kesehatan rangka.
VII. METODE/SUMBER BELAJAR
A. Metode
1. Informasi
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
4. Diskusi
5. Inkuiri (penemuan)
B. Sumber belajar
1. Kurikulum 2006
2. Buku IPA kelas IV
3. Rangka manusia
VIII. PENILAIAIAN
A. penilaian produk
1. Siswa mengamati rangka manusia dan hewan, apakah hewan
tersebut di bawah ini memiliki tulang kepala, tulang badan dan
tulang anggota gerak.
2. Siswa mengisi kolom yang kosong dengan membubuhkan tanda
No. NAMA HEWAN
MEMILIKI
TULANG
KEPALA
MEMILIKI
TULANG
BADAN
MEMILIKI
TULANG
ANGGOTA
GERAK
1.
2.
Manusia
Kucing
133
No. NAMA HEWAN
MEMILIKI
TULANG
KEPALA
MEMILIKI
TULANG
BADAN
MEMILIKI
TULANG
ANGGOTA
GERAK
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Katak
Kambing
Ikan
Burung
Belalang
Ayam
Laba-laba
Cicak
2. Menjawab pertanyaan
1. Di hewan yang tertulis pada tabel ada yang tidak memiliki tulang
kepala ?
2. Adakah hewan yang tertulis pada tabel adayang tidak mempunyai
tulang badan ?
3. Adakah hewan yang tertulis pada tabel yang tidak mempunyai
tulang anggota gerak ?
Buatkan kesimpulan
Prersentase penilaian
• Ketepatan dan kelengkapan pada pengisisan kolom
• Ketepatan menjawab pertanyaan
• Ketepatan membuat kesimpulan +
Jumlah
134
I. Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c, atau d didepan
jawaban yang paling benar !
1. Rangka yang berguna melindungi otak adalah ...
a. tulang tengkorak c. tulang pinggul
b. tulang dada d. tulang rusuk
2. Paru-paru dan jantung dilindungi oleh ...
a. tulang rusuk dan rahang c. tulang dada dan selangka
b. tulang pinggang dan punggung d. tulang rusuk dan dada
3. Persambungan tulang yang tidak dapat digerakkan terdapat pada ...
a. tulang leher c. tulang lengan
b. tulang kepala d. tulang paha
4. Di bawah ini adalah fungsi rangka, kecuali ...
a. melindungi bagian-bagian tubuh yang penting
b. tempat melekatnya otot dan daging
c. membentuk tubuh
d. membentuk daging
5. Berikut ini yang dinamakan tulang anggota gerak adalah ...
a. tungkai dan lengan
b. tungkai dan tulang belakang
c. lengan dan leher
d. kepala dan tungkai
6. Menurut bentuknya, tulang dapat dibedakan seperti di bawah ini,
kecuali ...
a. tulang pendek c. tulang pipih
b. tulang panjang d. tulang pipa
135
7. Hubungan dua tulang yang dapat digerakkan kesegala arah disebut
sendi ...
a. peluru c. engsel
b. putar d. pelana
8. Rangka hewan yang ditiru manusia karena kekuatannya menyangga
beban berat adalah ...
a. kaki gajah c. kaki ayam
b. kaki kuda d. kaki cicak
9. Di bawah ini kelompok hewan yang termasuk hewan berkerangka
dalam adalah ...
a. laba-laba, kepiting udang
b. kepiting, siput, ikan
c. burung, ayam, kambing
d. kambing, belalang, ikan
10. Kelainan akibat tulang punggung membungkuk ke belakang disebut ...
a. kifosis c. rahitis
b. skoliosis d. lordosis
II. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat !
1. Otak manusia dilindungi oleh rangka ...
2. Tulang rusuk berfungsi melindungi ...
3. Pesawat terbang dibuat berdasarkan tiruan rangka ...
4. Rangka anggota gerak bawah terdiri dari tulang ...
5. Berdasarkan zat penyusunnya tulang dibedakan menjadi tulang ... dan
...
6. Tulang rusuk berjumlah ...
7. Persambungan tulang yang tidak dapat digerakkan terdapat pada ...
136
8. Sisik dan sirip ikan merupakan rangka ... ikan.
9. Ikan berenang meliukkan badannya kearah yang dituju dengan
bantuan ...
10. Kelainan tulang akibat tulang punggung terlalu bongkok ke depan
disebut...
III. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar
!
1. Secara garis besar rangka manusia dapat dikelompokan menjadi 3
bagian sebutkan !
Jawab
_____________________________________________________
2. Sebutkan 3 macam sendi yang dapat digerakkan !
Jawab
_____________________________________________________
3. Sebutksn tiga macam kegunaan rangka !
Jawab
_____________________________________________________
4. Sebutkan 3 macam hewan yang bentuk rangkanya ditiru manusia
dalam karyanya membuat peralatan !
Jawab
_____________________________________________________
5. Sebutkan zat-zat yang menyusun tulang.
Jawab
_____________________________________________________
137
Mengetahui
Kepala Sekolah
SDN Pondok Bambu 14
Dra. Dwi Tyas Utami
NIP. 131 463 770
Jakarta, Juli 2006
Guru mata pelajaran
Dra. Eko Lestariyanti, MPd
NIP. 131438 274
F. Prinsip pengembangan kurikulum pada masa reformasi
Kurikulum 2004 Inovasi pendekatan belajar aktif kemudian digabungkan dan diintegrasikan ke
dalam inovasi melalui manajemen berbasis sekolah (MBS) yang diprakarsai
Unicef bekerja sama dengan Direktorat Sekolah Dasar Ditjen Dikdasmen dan
Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas yang dirintis pada tahun 1999. Kemudian
inovasi ini dikenal dengan nama MBS-Pakem (Pakem adalah singkatan dari
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Semula yang konsepsi
Proyek MBS-Pakem ini dirintis pada Kabupaten Mojokerto di Jawa Timur,
Kabupaten Magelang dan .... di Jawa Tengah, dan Kabupaten Bantaeng di
Sulawesi Selatan. Dalam waktu singkat provinsi-provinsi lain ingin bergabung
dalam gerakan ini, seperti provinsi NTT, Maluku, dan Papua. Kemudian, Ditjen
Dikdasmen dan Unicef mengundang berbagai NGO yang berkiprah di sekolah
dasar untuk mendorong dan menerapkan MBS-Pakem. Berbagai dinas pendidikan
di daerah-daerah juga melibatkan diri dalam gerakan ini sehingga gagasan yang
diperkenalkan ini dapat dikatakan telah diadopsi dalam sistem pendidikan
nasional.
Berdasarkan pertimbangan kondisi MBS-Pakem di lapangan dan tuntutan otonomi
daerah sambil belajar dari studi banding dan penelusuran literatur tentang
pengembangan kurikulum di dunia internasional, akhirnya Pusat Kurikulum
138
bersama pimpinan Balitbang Depdiknas memilih pendekatan berbasis kompetensi
(competence-based curriculum development) dalam mengembangkan Kurikulum
Berbasis Kompetensi yang disebut pula Kurikulum 2004.
Dokumen nasional Kurikulum 2004 yang pada akhirnya diterapkan di lapangan
kembali menggunakan matriks atau tabel yang terdiri dari 4 kolom, yaitu standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok. Berdasarkan
dokumen kurikulum nasional ini, tiap sekolah diberi otonomi untuk
mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sendiri.
Pengertian kompetensi adalah kemampuan yang merupakan hasil belajar
(oucome) berupa karya siswa 2 dimensi (yang ditulis pada kertas / wadah yang
rata berdimensi panjang dan lebar) dan 3 dimensi (dimensi panjang, lebar, dan
tinggi), unjuk kerja (performance), dan perilaku. Kemampuan ini dikembangkan
dari proses belajar-mengajar yang mengolah dan memproses “air” pengetahuan,
keterampilan, serta sikap dan nilai (yang berasal dari “air” ‘anak sungai’
pengetahuan, ‘anak sungai’ keterampilan, dan ‘anak sungai’ nilai dan sikap
sedangkan dalam ‘sungai besar’ “air” dari tiga ‘anak sungai’ itu telah terintegrasi,
tidak dibeda-bedakan lagi dalam ‘sungai besar’ proses belajar-mengajar). Amati
gambar berikut ini!
Gambar 6.1 Input, proses, dan outcome kompetensi
139
Kemampuan yang dapat digolongkan sebagai kompetensi paling tidak memiliki 5
kriteria, yaitu demonstrable (dapat didemonstrasikan, ditunjukkan siswa),
observable (dapat diamati dengan pancaindera), consistent (konsisten atau ajek
atau cenderung telah menetap), specific (spesifik, khusus, tidak terlalu umum),
dan integrated (memadukan pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai).
Dalam mengembangkan silabus dan RPP, guru dapat menggunakan langkah-
langkah seperti ditunjukkan pada 2 gambar ini.
140
Dalam praktik bersama para guru ternyata pengembangan silabus dan RPP akan
lebih realistis dan mudah jika guru mulai dengan gagasan kreatif kegiatan belajar,
kemudian mengidentifikasi alat, sumber, bahan, lalu mengidentifikasi materi dan
jabarannya, barulah dicari dan diidentifikasi kompetensi dasar (standar
141
kompetensi dilihat sesudahnya). Terakhir, dari kegiatan belajar yang dirancang
dapat diperkirakan kegiatan mana yang akan menghasilkan kompetensi
(kemampuan yang telah memenuhi 5 kriteria tersebut) dan indikator kompetensi
(tanda-tanda tercapainya kompetensi) disusun setelah diyakini kemampuan mana
yang telah layak digolongkan sebagai kompetensi.
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam mengembangkan Kurikulum 2004 adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan keimanan, budi pekerti luhur, dan penghayatan nilai-nilai budaya.
2. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika.
3. Penguatan integritas nasional
4. Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi.
5. Pengembangan kecakapan hidup.
6. Pilar pendidikan: belajar untuk memahami, belajar untuk berbuat kreatif,
belajar untuk hidup dalam kebersamaan, dan belajar untuk membangun dan
mengekspresikan jati diri yang dilandasi ketiga pilar sebelumnya.
7. Komprehensif dan berkesinambungan.
8. Belajar sepanjang hayat.
142
9. Diversifikasi kurikulum sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik.
Seluruh prinsip pengembangan kurikulum ini untuk mendukung pertumbuhan
siswa melalui proses belajar-mengajar ini dapat digambarkan pada gambar pohon
berikut ini.
Prinsip-prinsip pelaksanaan:
1. Kesamaan memperoleh kesempatan.
2. Berpusat pada anak.
3. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.
4. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan.
(Sumber: Kurikulum 2004: Kerangka Dasar, Jakarta: Depdiknas, 2003).
Kurikulum 2006 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP) disajikan
pada tabel berikut ini.
143
Tabel 6.9 Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006
ASPEK Kurikulum 2004 Kurikulum 2006 1. Format Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,
Hasil Belajar (SD), Indikator, Materi
Pokok
Standar Kompetensi +
Kompetensi Dasar
2. Definisi
kompetensi
Hasil belajar siswa yang berdampak
(outcome), berupa karya, unjuk kerja, dan
perilaku
Hasil belajar (dampaknya
kurang diperhatikan)
Definisi kompetensi tak jelas /
tak ada
3. Dasar pemilihan
kompetensi
Hasil inovasi, evaluasi kurikulum, studi
banding kurikulum + implementasi
negara2 lain, tradisi sekolah
Polesan dokumen Kurikulum
2004
4. Pendekatan
pengembangan
kurikulum
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK)
5. Contoh hasil
inovasi
● Proyek PPSP 8 IKIP
● CBSA: 1980 – 1994
● Pendidikan luar biasa
● Jaringan kurikulum
● MBS: 1999 – kini
● Pendidikan HAM
● Kurikulum muatan lokal
● Kerja sama dengan instansi &
lembaga internasional
Tidak merujuk ke hasil-hasil
berbagai inovasi
6. Contoh hasil riset Beragam riset Pusat Penelitian & Pusat
Kurikulum Balitbang, meta-analisis
Tidak merujuk ke hasil-hasil
riset
7. Silabus Unsur-unsur penting untuk PBM
Contoh-contoh lebih terinci
Unsur-unsur = Kurikulum
2004
Contoh seperti satpel
8. Kalender
pendidikan
220 hari belajar per tahun 204 – 228 hari per tahun
9. Penilaian Penentuan standar kelulusan
Ujian Nasional: Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Matematika. Bentuk soal: Pilihan
Masih sama
144
ASPEK Kurikulum 2004 Kurikulum 2006 ganda
10. Akuntabilitas Puskur Balitbang bekerja sama dengan
Ditjen Dikdasmen
“Panitia ad hoc” 15 orang
11. Ruang lingkup
kompetensi &
materi
Lebih jelas karena ada indikator
“Mengikat” komitmen pengembangan UN
Kabur karena tak ada
indikator
“Tak mengikat” komitmen
12. Materi
kurikulum
Sebagian besar materi
Kurikulum 2004 ada dalam
Kurikulum 2006
13. Pendekatan
tematik di SD
Kelas I dan II Kelas I – III
Data pada tabel ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan mendasar antara
Kurikulum 2004 dan Kurikulum 2006.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada
standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum
yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
berikut.
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan
tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan.
145
2. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa
membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial
ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib
kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat
dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,
dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan
pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik,
dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
146
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal
dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang
selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling
mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Seluruh prinsip pengembangan kurikulum ini untuk mendukung pertumbuhan
siswa melalui proses belajar-mengajar ini dapat digambarkan pada gambar pohon
berikut ini.
147
PERKEMBANGAN MATA PELAJARAN DARI MASA KE
MASA
Pada bab ini dikemukakan tentang perkembangan mata-mata pelajaran pada
umumnya selalu muncul pada kurikulum dari masa ke masa.
Pendidikan Moral:
Pendidikan moral dalam sejarah kurikulum Indonesia cenderung ditekankan dan
mengalami perubahan dari zaman ke zaman.
● Pada kurikulum pertama setelah kemerdekaan, yaitu Kurikulum 1947,
pendidikan moral berdiri sendiri sebagai satu mata pelajaran, yang diberi
nama “Didikan Budi Pekerti” yang diajarkan sejak kelas I SD. Isi atau
materinya bersumber pada nilai moral tradisional dalam tradisi atau adat-
istiadat, yang cenderung amat dipengaruhi sopan santun atau tata krama
masyarakat Jawa.
● Pada Kurikulum 1964, pendidikan budi pekerti digabungkan dengan
Pendidikan Agama dengan nama Pendidikan Agama / Budi Pekerti. Asumsi di
balik penggabungan ini adalah perlunya keserasian antara nilai-nilai moral
yang bersumber dari agama dan nilai-nilai moral yang bersumber dari tradisi
atau adat-istiadat. Diharapkan tidak terjadi konflik nilai antara nilai-nilai
moral yang berasal dari dua sumber ini.
● Namun, kemudian Departemen Agama tidak setuju dengan mengajukan
keberatan secara lisan. Nama mata pelajaran dengan garis miring dapat
diartikan Pendidikan Agama atau Budi Pekerti. Akibatnya, seakan-akan
sekolah dapat memilih Pendidikan Agama atau Budi Pekerti. Dikhawatirkan
Pendidikan Budi Pekerti dapat dianggap bisa menggantikan Pendidikan
Agama. Karena keberatan ini, dalam Kurikulum 1968 Pendidikan Agama
menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri sedangkan budi pekerti
dimasukkan sebagai bagian Pendidikan Kewargaan Negara yang dianggap
tidak sekadar mencakup Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia, dan Civics.
148
● Dalam Kurikulum 1975, pendidikan moral mengalami perkembangan baru
dengan menjadi bidang studi yang berdiri sendiri dengan nama Pendidikan
Moral Pancasila (PMP). Sebenarnya, PMP menjadi bidang studi tersendiri
hanya merupakan legitimasi dari perkembangan sebelumnya melalui
penerbitan buku pelajaran Pendidikan Moral Pancasila yang telah dipakai di
sekolah-sekolah dari SD s.d. sekolah menengah tingkat atas (SMA dan
sekolah kejuruan).
● Bidang Studi PMP dipertahankan pada Kurikulum 1984 dan Kurikulum 1994.
Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 nama bidang studi ini
menjadi Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
dan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 nama bidang
studi ini menjadi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang lebih
menekankan demokrasi, khususnya demokrasi Pancasila.
Pendidikan Agama
● Pada Kurikulum 1947 Pendidikan Agama menjadi satu mata pelajaran
tersendiri yang diajarkan dari kelas III s.d. kelas VI SD. Namun, di Sumatera
Pendidikan Agama diajarkan sejak kelas I SD.
● Pada Kurikulum 1964 Pendidikan Agama dagabungkan dengan Didikan Budi
Pekerti dengan nama mata pelajaran Pendidikan Agama / Didikan Budi
Pekerti yang diajarkan sejak kelas I SD.
● Pada Kurikulum 1968 unsur budi pekerti dimasukkan ke dalam Pendidikan
Kewargaan Negara dan Pendidikan Agama kembali menjadi mata pelajaran
tersendiri. Kedudukan Pendidikan Agama sebagai mata pelajaran yang berdiri
sendiri dipertahankan pada kurikulum-kurikulum selanjutnya s.d. KTSP 2006.
● Pada umumnya pada sistem SD di Indonesia Pendidikan Agama diajarkan
oleh guru khusus Pendidikan Agama, bukan oleh guru kelas. Kalau tak ada
guru khusus agama, Pendidikan Agama diajarkan oleh guru kelas.
149
Bahasa
● Dalam sejarah kurikulum Indonesia, bahasa Indonesia mendapatkan
kedudukan dan peran yang amat penting. Sejak Kurikulum 1947 s.d. KTSP
2006 bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri.
● Sejak Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 1968, sekolah dasar dibedakan menjadi
dua, yaitu sekolah yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dari kelas I s.d. VI dan sekolah yang menggunakan bahasa daerah
sebagai bahasa pengantar pada kelas I s.d. kelas III sejak kelas I s.d. VI ada
tambahan mata pelajaran, yaitu mata pelajaran Bahasa Daerah. Pada golongan
sekolah yang terakhir ini, bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran tersendiri
sejak kelas III.
● Namun, sejak Kurikulum 1975 bahasa daerah sebagai mata pelajaran
tersendiri tidak dicantumkan lagi dalam struktur program kurikulum nasional.
Bahasa daerah merupakan bagian bidang studi Bahasa Indonesia, khusus bagi
sekolah-sekolah yang memerlukan bahasa daerah. Khusus bagi daerah yang
memerlukan pendidikan bahasa daerah, disediakan waktu 2 jam pelajaran
seminggu dari kelas I sampai dengan kelas VI.
● Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2002, ada
kebijakan baru mengenai penggunaan bahasa pengantar. Pada Kurikulum
1947 s.d. Kurikulum 1994 bahasa pengantar di sekolah adalah bahasa
Indonesia. Namun, sejak KBK 2004 dan kemudian dipertahankan pada KTSP
2006, selain bahasa Indonesia sekolah dapat memilih bahasa asing seperti
bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Kini banyak sekolah national plus
dan sekolah berstandar internasional di perkotaan memilih bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar. Gejala yang sama terjadi juga pada perguruan
tinggi. Universitas tertentu yang menetapkan kebijakan menggunakan bahasa
Inggris sebagai bahasa pengantar. Alasan utama penggunaan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar tampaknya kepentingan siswa yang akan
melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Faktor pendorong lain adalah demi
membekali siswa dengan keterampilan berbahasa Inggris yang semakin
dibutuhkan perusahaan-perusahaan asing di Indonesia. Faktor umum lainnya
150
adalah semakin dibutuhkannya keterampilan berbahasa Inggris dalam dunia
kerja dan kehidupan sehari-hari.
Berhitung / Matematika
● Rencana Pelajaran 1947 yang disebut saja Kurikulum 1947 dan Rencana
Pelajaran Terurai atau disebut saja Kurikulum 1952 dalam mata pelajaran
Berhitung menekankan keterampilan berhitung lisan dan tertulis serta hafalan,
yaitu hitungan angka dan hitungan soal, dan pembentukan sikap hemat.
Kecuali pembentukan sikap hidup hemat penekanan pada Kurikulum 1947
pada dasarnya sama dengan rencana pelajaran atau kurikulum Holandsch
Inlandscheschool (HIS) pada zaman penjajahan Belanda.
● Rencana Pendidikan atau Kurikulum 1964 menekankan:
Sifat berhitung praktis fungsional bagi kehidupan dan keperluan
masyarakat
Memupuk dan mengembangkan sikap rasional dan ekonomis
Kemampuan berpikir rasional, logis, dan kritis dalam memecahkan soal-
soal yang dihadapi anak dalam kehidupan sehari-hari kini dan di masa
mendatang.
● Kurikulum 1968 menekankan sifat berhitung yang sama dengan Rencana
Pendidikan atau Kurikulum 1964. Pada kedua kurikulum ini masih ada
hitungan angka tetapi lebih ditekankan latihan penguasaan empat operasi
berhitung, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang
fungsional dalam kehidupan anak sehari-hari.
● Pada periode Pelita I tampaknya belum ada niat memperkenalkan Matematika
modern. Yang ditekankan adalah pembaharuan kurikulum dan metode
mengajar di sekolah dasar. Upaya meningkatkan penerapan metode yang
berorientasi kepada belajar aktif dilakukan oleh Ibu Dr Supartinah Pakasi dari
IKIP Malang di sekolah laboratorium IKIP Malang yang dikaitkan dengan
proyek Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar (PKMM) di sekolah
dasar. Dalam rangka upaya ini, Ibu Pakasi menyusun satu seri buku pelajaran
Berhitung dengan judul “Belajar berhitung dengan i-in dan a-an”. Dalam buku
151
ini digunakan metode yang relatif baru yang berbeda dengan buku-buku
pelajaran yang dipakai di sekolah-sekolah.
● Pada tahun 1970 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membeli hak
penerbitan buku ini untuk kelas I SD. Dalam kata pengantar Menteri P dan K
Mashuri, SH pada buku ini terdapat satu “kesalahan teknis” kecil melalui
pernyataan bahwa “Buku Berhitung ini sengaja disusun dengan maksud agar
dapat menjadi rintisan pengantar ke suasana pengajaran matematika modern.”
Sebenarnya yang disajikan dalam buku ini adalah pelajaran berhitung
tradisional dengan pendekatan belajar aktif tanpa ada hubungan apa pun
dengan matematika modern. Dalam kenyataan, “kesalahan teknis” ini menjadi
titik awal diperkenalkannya Matematika baru di sekolah dasar. Muncul
kecaman terhadap “kesalahan teknis” ini dan karena itu buku berhitung ini
tidak dilanjutkan untuk kelas-kelas berikutnya. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menetapkan kebijakan menyusun seri baru buku pelajaran
matematika modern yang merupakan saduran Entebbe Mathematics Series”.
(Edisi awal seri buku ini disusun oleh “Entebbe Mathematics Workshop” dan
diterbitkan oleh Silver Burdett Company, Morristown, New Yersey untuk
“The African Education Program of Educational Services Inc.”, Watertown,
Massachusetts, 1964 – 1969).
● Karena buku Belajar Berhitung untuk kelas I telah terlanjur dicetak dalam
jumlah besar dan diedarkan, seri buku matematika baru dimulai dari kelas II
dan untuk kelas I disusun paling akhir setelah buku untuk kelas VI selesai.
Dengan digunakannya seri buku matematika baru ini, dalam praktik Berhitung
telah mulai ditinggalkan beberapa tahun sebelum lahir Kurikulum 1975.
● Kurikulum 1975 memberi legitimasi penerapan matematika modern.
Kebijakan memasukkan matematika modern ke dalam Kurikulum 1975
membuat Indonesia melangkah maju mengejar ketertinggalan dalam ilmu
pengetahuan modern. Lebih dari berhitung, melalui matematika modern ini,
anak-anak antara lain dapat:
Belajar berpikir matematis sehingga dapat ikut serta menemukan fakta dan
ide matematis, dalam arti mengetahui dan memahami unsur-unsur
152
matematika dalam lingkungannya, memahami ide-ide fundamental tentang
bilangan, pengukuran, dan bangun-bangun, serta memahami bahasa dan
hubungan matematika.
Menghargai matematika.
Terampil dalam komputasi.
Dalam penerapan matematika modern ini walaupun berhitung merupakan
salah satu unsur, peran berhitung yang praktis dan fungsional dalam
kehidupan sehari-hari bagi anak kian memudar.
● (Sumber: Anwar Jasin. 1987, Pembaharuan Kurikulum Sekolah Dasar Sejak
Proklamasi Kemerdekaan, Jakarta: Balai Pustaka, halaman 256 – 258).
Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam sejarah kurikulum kita pada awalnya
terpisah-pisah dalam mata-mata pelajaran dengan nama Ilmu Tumbuh-
tumbuhan, Ilmu Hewan dan Tubuh Manusia, kemudian muncul dengan nama
Ilmu Hayat dan Ilmu Alam, lalu menjadi bidang studi (broad field of subject
matters) Pengetahuan Alamiah dan terakhir Ilmu Pengetahuan Alam.
● Kedudukan dan peran IPA dalam kurikulum kita cenderung mirip, bukan
hanya sebagai alat untuk mengembangkan pengetahuan tentang gejala-gejala
alam serta sikap ilmiah dan kritis, termasuk menghilangkan kepercayaan
tahyul tetapi juga sebagai alat untuk mengembangkan sikap kagum kepada
Sang Maha-Pencipta atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di
samping itu, IPA juga menekankan pentingnya segi praktis pengetahuan alam
dalam kehidupan sehari-hari guna membantu anak mengatasi masalah praktis
yang menyangkut gejala atau kejadian alam dalam kehidupan sehari-hari.
(Jasin Anwar, 1987).
● Pada Kurikulum 1968, kepada IPA diberikan peran atau beban yang lebih
berat karena di samping perannya pada kurikulum-kurikulum sebelumnya,
juga diberi peran memupuk dan mengembangkan rasa sayang kepada sesama
makhluk, alam sekitar, dan dengan demikian memupuk dan mengembangkan
rasa cinta kepada tanah air, serta memupuk dan mengembangkan kegiatan
153
kerja dan daya cipta dalam mengeksploitasi dan menguasai kekayaan alam
untuk kehidupan masyarakat. Pada prinsipnya, peran-peran ini diteruskan
pada Kurikulum 1975 (Jasin Anwar, 1987) dan kurikulum selanjutnya.
● Pada Kurikulum 1947 IPA mulai diajarkan sejak kelas IV (Ilmu Hayat)
sedangkan Ilmu Alam sejak kelas V. Pada Kurikulum 1964 terjadi perubahan
penting karena IPA diajarkan dari kelas I s.d. kelas VI. Ini diteruskan pada
Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, dan Kurikulum 1984. Pada Kurikulum
1994 tradisi ini terputus karena pelajaran IPA kembali diajarkan sejak kelas
III, bukan kelas I, seperti pada Kurikulum 1947. Pada KTSP atau Kurikulum
2006 tradisi ini dikembalikan lagi karena IPA kembali diajarkan sejak kelas I
walaupun di kelas I – III IPA diajarkan bersama-sama dengan mata pelajaran
lain dengan pendekatan tematik.
● Dilihat dari segi alokasi waktu jam pelajaran per minggu tampak
kecenderungan penambahan jumlah jam pelajaran IPA dari kurikulum ke
kurikulum dan mencapai puncaknya pada Kurikulum 1994 (IPA diajarkan dari
kelas III – VI dengan alokasi waktu berturut-turut 3 – 6 – 6 – 6 - 6). Namun,
pada Kurikulum 2006 terjadi penurunan karena alokasi waktu untuk IPA pada
kelas IV – VI masing-masing turun menjadi 4 jam pelajaran.
● Dibandingkan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dapatlah dikatakan
bahwa ada kecenderungan memberi porsi jam pelajaran yang hampir sama
antara IPA dan IPS dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 1968. Namun, sejak
Kurikulum 1975 s.d. Kurikulum 2006 jatah jam pelajaran bagi IPA cenderung
sedikit lebih banyak daripada IPS. Hal ini menggambarkan pandangan bahwa
untuk mengejar ketertinggalan dalam perkembangan Iptek, mata pelajaran
IPA perlu lebih ditekankan daripada IPS.
● Pendekatan pengembangan kurikulum IPA menunjukkan perkembangan.
Kurikulum IPA 1947 s.d. 1975 dikembangkan dengan pendekatan materi atau
pendekatan konsep. Namun, dalam Kurikulum 1984 mulai diterapkan
pendekatan keterampilan proses (process skill approach) yang lebih
menekankan pengembangan keterampilan-keterampilan ilmiah daripada
materi atau konsep IPA dan sebagai konsekuensinya hanya dipilih konsep-
154
konsep esensial saja. Pendekatan keterampilan proses yang dimulai dari
rintisan dan uji coba mata pelajaran IPA pada Pusat Kurikulum Balitbang
Dikbud akhirnya diterima sebagai pendekatan umum dalam pengembangan
mata-mata pelajaran lain dalam Kurikulum 1984. Faktor lain yang mendukung
adopsi pendekatan pengembangan ini adalah mulai terlihat kemajuan dalam
proyek rintisan cara belajar siswa aktif dan supervisi guru yang dilakukan
Pusat Kurikulum yang dimulai di Cianjur lalu berkembang ke 8 daerah di
Indonesia dan akhirnya menyebar ke seluruh Indonesia.
● Dalam pengembangan KBK / Kurikulum 2004 pendekatan pengembangan
kurikulum IPA mengikuti pendekatan pengembangan yang ditempuh Pusat
Kurikulum, yaitu pendekatan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
(competence-based curriculum development approach). Pendekatan yang
sama diteruskan dalam pengembangan KTSP / Kurikulum 2006.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam sejarah kurikulum kita pada awalnya
terpisah-pisah dalam mata-mata pelajaran dengan nama Ilmu Bumi, Sejarah,
dan kemudian muncul dengan nama Pendidikan Kemasyarakatan (Kurikulum
1968) yang terdiri dari Ilmu Bumi, Sejarah, dan kemudian berganti nama
menjadi Pendidikan Kewargaan Negara Negara yang mencakup Ilmu Bumi,
Sejarah Indonesia, dan Civics, lalu menjadi bidang studi (broad field of
subject matters) dengan nama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada Kurikulum
1975, yang menggabungkan aspek masa lampau, wilayah geografis, dan
kegiatan hidup manusia. Dasar penggabungan dalam IPS ini adalah karena
masalah yang dihadapi anak atau warga negara tidaklah terpisah-pisah secara
tegas seperti yang yang dilakukan dalam sistem kurikulum mata pelajaran
terpisah sebelumnya.
Pada Kurikulum 1975, Pendidikan Kewargaan Negara atau Civics dipisahkan
dari IPS dan menjadi bidang studi yang berdiri sendiri dengan nama
Pendidikan Moral Pancasila (PMP).
155
● Ada 2 fungsi IPS dalam Kurikulum 1975, yaitu: (1) membina pengetahuan,
kecerdasan, dan keterampilan yang bermanfaat bagi perkembangan dan
kelanjutan pendidikan siswa, terutama kemampuan menelaah masalah-
masalah kemasyarakatan secara ilmiah, dan (2) membina sikap-sikap yang
selaras dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
● Pada Kurikulum 1947 IPS mulai diajarkan sejak kelas III (Ilmu Bumi)
sedangkan Sejarah sejak kelas IV. Pada Kurikulum 1964 terjadi perubahan
penting karena IPS diajarkan dari kelas I s.d. kelas VI. Ini diteruskan pada
Kurikulum 1968. Pada Kurikulum 1975 pelajaran IPS kembali diajarkan sejak
kelas III. Pada Kurikulum 1984 walaupun IPS tetap diajarkan sejak kelas III
namun terjadi perubahan penting karena Pendidikan Sejarah Perjuangan
Bangsa (PSPB) diajarkan sejak kelas I SD. Pada Kurikulum 1994, PSPB telah
dihapuskan dan IPS sebagai bidang studi tetap diajarkan sejak kelas III. Pada
KTSP atau Kurikulum 2006 IPS kembali diajarkan sejak kelas I walaupun di
kelas I – III IPS diajarkan bersama-sama dengan mata pelajaran lain dengan
pendekatan tematik.
● Pendekatan pengembangan kurikulum IPS menunjukkan perkembangan.
Kurikulum IPS 1947 s.d. 1975 dikembangkan dengan pendekatan materi.
Namun, dalam Kurikulum 1984 mulai diterapkan pendekatan keterampilan
proses (process skill approach) yang lebih menekankan pengembangan
keterampilan-keterampilan IPS daripada materi pokok IPS dan sebagai
konsekuensinya hanya dipilih materi pokok saja. Pada kurikulum ini gagasan-
gagasan IPS yang baik hasil pengemgangan melalui proyek rintisan cara
belajar siswa aktif dan supervisi guru yang dilakukan Pusat Kurikulum di
Cianjur mewarnai isi kurikulum IPS.
● Dalam pengembangan KBK / Kurikulum 2004 pendekatan pengembangan
kurikulum IPS mengikuti pendekatan pengembangan yang ditempuh Pusat
Kurikulum, yaitu pendekatan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi.
Pendekatan yang sama diteruskan dalam pengembangan KTSP / Kurikulum
2006. Dalam Kurikulum 2006 aspek kependudukan yang ada pada Kurikulum
2004 dihapuskan dalam mata pelajaran IPS.
156
Olahraga dan Kesehatan
Perkembangan mata pelajaran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7.1 Perkembangan nama serta pemisahan / penggabungan olahraga dan
kesehatan dalam sejarah kurikulum serta alokasi waktunya
Kurikulum
Tahun ...
Nama Mata Pelajaran Alokasi Waktu dari kelas I - VI
1947 Gerak Badan
Kebersihan dan Kesehatan
3-3-3-3-3-3
1-1-1-1-1-1
1964 Pendidikan Jasmani /
Kesehatan
3-3-4-4-4-4
1968 Pendidikan Olahraga 2-2-3-3-3-3
1975 Olahraga dan Kesehatan 2-2-3-3-3-3
1984 Olahraga dan Kesehatan 2-2-3-3-3-3
1994 Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan
2-2-2-2-2-2
2004 Pendidikan Jasmani Kelas I – II diajarkan secara tematik
dan kelas III - VI 2 jam. Kesehatan
masuk ke Sains
2006 Pendidikan Jasmani Kelas I – III diajarkan secara tematik
dan kelas IV - VI 4 jam. Kesehatan
masuk ke IPA
● Olahraga dan Kesehatan selalu ada dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 2006
dan diajarkan dari kelas I s.d. VI walaupun ada perubahan berupa pemisahan
atau penggabungan olahraga dan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa
157
olahraga dan kesehatan tetap dipandang penting dalam pendidikan anak untuk
mencapai keharmonisan antara perkembangan jasmani dan rohani.
● Pada Kurikulum 1975 fungsi olahraga pendidikan adalah meningkatkan
pertumbuhan biologis dan fisiologis, kesegaran jasmani dan kesehatan,
ketangkasan dan keterampilan, pengetahuan dan kecerdasan, serta
perkembangan emosi dan sosial.
● Pada Kurikulum 2006 fungsi Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
diperluas sampai kepada pembentukan dasar karakter moral seperti tampak
tujuan yang dijabarkan berikut ini. Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan:
2. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup
sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih
3. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih
baik.
4. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar
5. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-
nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan
6. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerja
sama, percaya diri dan demokratis
7. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
8. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang
bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang
sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap
yang positif.
158
Kesenian
● Perkembangan mata pelajaran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7.2 Perkembangan nama serta pemisahan / penggabungan kesenian dalam
sejarah kurikulum serta alokasi waktunya
Kurikulum
Tahun ...
Nama Mata Pelajaran Alokasi Waktu dari kelas I - VI
1947 Menggambar
Seni Suara
Kelas V – VI 2 jam
2-2-3-3-3-3
1964 Pendidikan Kesenian 2-2-4-4-4-4 Unsur-unsur: Seni Suara
/ Musik, Seni Lukis / Rupa, Seni
Tari, Seni Sasra / Drama
1968 Pendidikan Kesenian 2-2-4-4-4-4
1975 Kesenian 2-2-3-4-4-4 Terdiri dari Seni Musik,
Seni Rupa, dan Seni Tari. Sastra
dimasukkan ke dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
1984 Pendidikan Kesenian 2-2-3-3-3-3
1994 Kerajinan Tangan dan
Kesenian
2-2-2-2-2-2
2004 Kerajinan Tangan dan
Kesenian
Kelas I – II diajarkan secara tematik
dan kelas III - VI 4 jam.
2006 Seni Budaya dan
Keterampilan
Kelas I – III diajarkan secara tematik
dan kelas IV - VI 4 jam.
● Kesenian selalu ada dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 2006 dan diajarkan
dari kelas I s.d. VI, kecuali pada Kurikulum 1947 hanya Menggambar yang
diajarkan pada kelas V dan VI, walaupun ada perubahan berupa pemisahan
159
atau penggabungan dengan Keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa
kesenian tetap dipandang penting dalam pendidikan anak.
● Tujuan Pendidikan Kesenian pada Kurikulum 1975 adalah memperkuat
kepribadian nasional, memperkuat kebangsaan nasional, memperkuat
kesatuan nasional, menggali kesenian daerah untuk memperkaya kesenian
Indonesia, dan menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang tidak cocok
dengan kebudayaan Indonesia.
● Tujuan Pendidikan Seni Budaya pada Kurikulum 2006 terangkum dalam
tujuan mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, yaitu agar peserta didik
memiliki kemampuan:
1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan
2. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan
3. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan
4. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam
tingkat lokal, regional, maupun global.
Keterampilan
● Perkembangan mata pelajaran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7.3 Perkembangan nama serta pemisahan / penggabungan keterampilan
dalam sejarah kurikulum serta alokasi waktunya
Kurikulum
Tahun ...
Nama Mata Pelajaran Alokasi Waktu dari kelas I - VI
1947 Pekerjaan Tangan
Pekerjaan Keputrian
1-1-3-3-3-3
- - - 1-2-2
1964 Pendidikan Keprigelan 2-2-5-5-5-5
1968 Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga
Pendidikan Kejuruan
2-2-4-4-4-4
2-2-5-5-5-5 Agraria: pertanian,
peternakan, dan perikanan
160
Kurikulum
Tahun ...
Nama Mata Pelajaran Alokasi Waktu dari kelas I - VI
Teknik: pekerjaan tangan dan
perbengkelan
1975 Keterampilan Khusus 2-2-4-4-4-4
1984 Keterampilan Khusus 2-2-4-4-4-4
1994 Kerajinan Tangan dan
Kesenian
2-2-2-2-2-2 Digabungkan dengan
Kesenian
2004 Kerajinan Tangan dan
Kesenian
Kelas I – II diajarkan secara
tematik dan kelas III - VI 4 jam.
2006 Seni Budaya dan Keterampilan Kelas I – III diajarkan secara
tematik dan kelas IV - VI 4 jam.
Nama Kesenian menjadi Seni
Budaya
● Keterampilan selalu ada dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 2006 dan
diajarkan dari kelas I s.d. VI, walaupun ada perubahan berupa pemisahan atau
penggabungan dengan Kesenian. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan
tetap dipandang penting dalam pendidikan anak.
● Ruang lingkup Keterampilan dalam Kurikulum 1975 mencakup 6 bidang,
yaitu Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, pertanian, peternakan, perikanan,
teknik & kerajinan, dan jasa. Fungsinya adalah sebagai dasar untuk
pengembangan bakat dan kesukaan (hobi) serta dapat sekadar sarana
membantu orang tua untuk mencari nafkah.
● Tujuan Keterampilan pada Kurikulum 2006 terangkum dalam tujuan mata
pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan seperti yang telah dikemukakan
terdahulu.
161
Dari seluruh uraian pada bab ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
Terjadi penambahan mata pelajaran dalam sejarah kurikulum SD. Jumlah
mata pelajaran kemudian dikurangi pada Kurikulum 1975 s.d. Kurikulum
2006, namun jika diamati isi (volume) mata pelajaran tampak ada
penambahan materi yang amat meningkat pada Kurikulum 1975. Walaupun
Kurikulum 1984 dimaksudkan untuk mengurangi beban Kurikulum 1975,
tampaknya upaya mengurangi materi ini belum terjadi secara signifikan.
Kurikulum 1994 yang dimaksudkan untuk mengurangi beban materi
Kurikulum 1984 ternyata belum cukup berhasil. Materi masih terlalu banyak
sehingga pada tahun 1998 diterbitkan Suplemen Kurikulum 1994.
Kurikulum 2004 dan 2006 tampaknya cukup berhasil mengurangi materi
kurikulum melalui penekanan kompetensi siswa. Namun, tampaknya justru
terjadi peralihan ke ekstrim yang lain, yaitu terjadinya kepadatan kompetensi.
Padatnya materi atau padatnya kompetensi tetap membebani siswa dalam
belajar.
Walaupun terjadi perubahan nama mata pelajaran dan desain kurikulum,
mata-mata pelajaran yang selalu ada dan bertahan dalam sejarah kurikulum
SD di Indonesia adalah:
Pendidikan moral atau pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan agama
Bahasa Indonesia
Berhitung / matematika
Ilmu pengetahuan alam
Ilmu pengetahuan sosial
Olahraga dan kesehatan
Kesenian
Keterampilan
162
PERKEMBANAN KOMPONEN KURIKULUM DARI MASA
KE MASA
Berdasarkan paparan tentang komponen kurikulum pada bab-bab sebelumnya,
terutama pada Bab IV s.d. Bab VI, pada bab ini dikemukakan tentang
perkembangan komponen kurikulum dari masa ke masa.
Seperti telah dikemukakan pada Bab IV, pada umumnya kurikulum paling tidak
mengandung 6 komponen, yaitu tujuan, materi atau bahan, metode atau kegiatan
belajar, sumber belajar yang terdiri dari alat, bahan, sumber, (alat) penilaian, dan
alokasi waktu.
Sumber belajar
Alokasi waktu
Penilaian
Kegiatanbelajar
Materi
Tujuan
UNSUR KURIKULUM
Belajar tentang dan belajar dari Dari pengamatan terhadap paparan komponen-komponen kurikulum pada
berbagai kurikulum ini, khususnya dari mata pelajaran IPA dari segi materi atau
belajar tentang apa (learning about) dan dari segi kompetensi atau kemampuan
yang diperoleh dari belajar tentang apa (learning from), kecenderungan umumnya
disajikan pada tabel berikut ini.
163
Tabel 8.1 Kecenderungan penekanan materi atau kemampuan / kompetensi pada
kurikulum IPA
Kurikulum Learning about Learning from
1968 Materi lebih dominan Kemampuan ilmiah ada tapi
kurang ditekankan
1975 Materi lebih
dominan
Kemampuan ilmiah ada tapi
kurang ditekankan
1984 Materi = konsep
esensial
Keterampilan proses
lebih ditekankan
1994 Materi masih padat Kemampuan
ditekankan melalui kegiatan
belajar yang lebih dominan
2004 Materi sedikit Kompetensi
ditekankan
2006 Materi lebih sedikit Kompetensi
ditekankan
= Simbol ini menggambarkan keluasan atau sebesar apa penekanan (aksentuasi)
Perbandingan komponen kurikulum Amatilah tabel berikut ini yang menggambarkan komponen kurikulum dalam
sejarah kurikulum di Indonesia!
Tabel 8.2 Perbandingan komponen Kurikulum 1947 s.d. 2006 No Kurikulum Tujuan Materi Desain Metode /
kegiatan
belajar
Sumber
belajar
Penilaian Bentuk
penyajian
1 Kurikulum
1947
Nasional Tersendiri Separated Didaktik-
metodik
- - Naratif
2 Kurikulum Nasional Tersendiri Separated Didaktik- Alat - Naratif
164
No Kurikulum Tujuan Materi Desain Metode /
kegiatan
belajar
Sumber
belajar
Penilaian Bentuk
penyajian
1952 &
institusion
al
metodik
3 Kurikulum
1964
Nasional
&
institusion
al
Tersendiri Separated Didaktik-
metodik
- - Naratif
4 Kurikulum
1968
Nasional,
institusion
al,
kurikuler,
instruksion
al
Tersendiri
(“Bahan”)
Separated Gambaran
KBM
Alat - Naratif
5 Kurikulum
1975
Ibid Tersendiri
(Pokok
Bahasan &
Sub-Pokok
Bahasan)
Broad-fields Hanya
sebutkan
metode
mengajar
Alat,
sumber
bahan
Teknik &
alat
penilaian;
pedoman
penilaian
Matriks:
GBPP
(kata /
konsep)
6 Kurikulum
1984
Ibid Tersendiri
(Pokok
Bahasan &
Sub-Pokok
Bahasan) &
dalam contoh
kegiatan
belajar
Broad-fields;
konsep
esensial
Metode
mengajar
& contoh
kegiatan
belajar
Alat,
bahan,
sumber
Alat
penilaian;
pedoman
penilaian
Matriks:
GBPP
(contoh
kegiatan:
naratif)
7 Kurikulum
1994
Ibid Tersendiri
(Pokok
Bahasan &
Sub-Pokok
Bahasan) &
dalam daftar
kegiatan
belajar
Broad-fields
& integrated
Daftar
kegiatan
belajar
- - Matriks:
GBPP,
terutama
Daftar
kegiatan:
naratif
165
No Kurikulum Tujuan Materi Desain Metode /
kegiatan
belajar
Sumber
belajar
Penilaian Bentuk
penyajian
8 Kurikulum
2004
Nasional,
institusion
al,
kelompok
mapel,
kurikuler,
instruksion
al
Dalam
kompetensi
dasar, hasil
belajar,
indikator,
materi pokok
Broad-fields
/ strand &
integrated
- - Indikator
kompetens
i
Silabus
(pengganti
GBPP)
disusun
guru
9 Kurikulum
2006
Ibid Dalam
kompetensi
dasar
Broad-fields
/ strand &
integrated
- - - Silabus
disusun
guru
Tabel ini menunjukkan hal-hal berikut ini.
• Kurikulum 1947 s.d. 1968 berisi 3 komponen, yaitu tujuan, materi, dan
metode atau kegiatan belajar dalam rumusan didaktik-metodik. Pada
Kurikulum 1952 terkadang komponen alat dimasukkan dalam kolom
Contoh dan Penjelasan sedangkan pada Kurikulum 1968 terkadang alat
digabungkan dengan kegiatan. Komponen sumber belajar dan penilaian
tak dicantumkan.
• Kurikulum 1975 s.d. 1984 berisi 5 komponen, yaitu tujuan, materi, metode
/ kegiatan belajar, dan sumber belajar (alat, bahan, dan / atau sumber), dan
alat penilaian..
• Kurikulum 1994 berisi 3 komponen, kecuali sumber belajar yang
dimasukkan ke dalam pedoman proses belajar-mengajar dan alat penilaian
yang dibahas dalam pedoman penilaian.
• Sebagai kurikulum berbasis kompetensi, komponen Kurikulum 2004
terdiri dari 4 komponen, yaitu tujuan dan materi yang terkandung dalam
standar kompetensi, kompetensi dasar (dan hasil belajar untuk SD), dan
materi pokok serta indikator kompetensi yang menggambarkan ruang
lingkup materi dan dapat dijadikan acuan membuat alat penilaian. Sebagai
166
suatu kurikulum yang lengkap, komponen-komponen kurikulum, yaitu
tujuan (kompetensi), materi (kompetensi dasar), dan indikator tinggal
diambil dari dokumen kurikulum nasional, sedangkan kegiatan belajar,
alat penilaian, dan sumber belajar ditentukan oleh guru. Semua komponen
yang lengkap tersebut tercantum dalam silabus yang disusun guru.
• Kurikulum 2006 pada prinsipnya sama dengan Kurikulum 2004.
Perbedaannya adalah pada Kurikulum 2006, indikator dan materi pokok
tidak dicantumkan. Indikator harus disusun oleh guru dalam penyusunan
silabus.
Tabel ini menunjukkan pula hal-hal lain berikut ini.
• Dari segi tujuan, sejarah kurikulum memperlihatkan pencantuman hirarki
tujuan yang semakin lengkap, mulai dari tujuan pendidikan nasional,
tujuan institusional (jenjang sekolah), tujuan kurikuler per kelompok mata
pelajaran dan tujuan mata pelajaran sampai dengan tujuan instruksional
(pengajaran).
• Dari segi materi, dari Kurikulum 1947 – 1975 materi yang harus diajarkan
dicantumkan tersendiri di bawah topik “Bahan” dan kemudian topik
“Pokok Bahasan & Sub-Pokok Bahasan, terlepas dari tujuan dan kegiatan
belajar. Pada Kurikulum 1984, materi dicantumkan tersendiri pada topik
“Pokok Bahasan & Sub-Pokok Bahasan, yang dijabarkan dalam kolom
Uraian. Pada kolom Uraian ini materi dijabarkan dan diuraikan dan
disertai pula dengan gambaran atau contoh kegiatan belajar. Pada
Kurikulum 1994, materi dicantumkan tersendiri pada topik “Pokok
Bahasan & Sub-Pokok Bahasan serta terjabarkan pada daftar kegiatan
belajar. Pada Kurikulum 2004, materi tergambar dalam kompetensi dasar,
hasil belajar (SD), indikator, dan materi pokok. Sedangkan, pada
Kurikulum 2006, materi tergambar dalam kompetensi dasar.
• Dari segi bagaimana kurikulum didesain, kita mengenal tahapan ciri mata
pelajaran yang unsur-unsur materinya diajarkan secara terpisah (separated
subject matters) tanpa dikaitkan satu sama lain. Misalnya, untuk Bahasa
167
Indonesia pada Kurikulum SD 1968, Bercakap-cakap, Mengarang,
Membaca, Pengetahuan Bahasa, dan Menulis diajarkan secara terpisah
tanpa saling dikaitkan atau dihubungkan. Untuk IPA, Ilmu Hayat, Ilmu
Alam, dan Ilmu Kimia diajarkan secara terpisah tanpa saling dikaitkan.
Desain separated subject matters ini tampak menonjol dari Kurikulum
1947 s.d. Kurikulum 1968. Sejak Kurikulum 1975, mulai diterapkan
desain broad-fields of subject matters atau bidang studi untuk menampung
semakin banyak mata pelajaran yang dituntut masuk ke dalam kurikulum.
Dengan demikian, bidang studi IPA terdiri dari Ilmu Hayat dan Ilmu
Alam. Bidang studi IPS terdiri dari Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia,
Ekonomi, Kependudukan, dan Politik. Matematika terdiri dari Berhitung
(Aritmatika), Aljabar, Ilmu Ukur, dan Statistik. Di SD unsur-unsur materi
tiap bidang studi mulai diintegrasikan, meskipun masih tampak ciri unsur
materi.
• Pada Kurikulum 1984 desain broad-fields lebih diintegrasikan melalui
upaya pemilihan dan penentuan konsep esensial atau materi pokok. Pada
Kurikulum 1994 desain broad-fields masih dominan namun semakin
diintegrasikan melalui rincian kegiatan belajar. Ciri desain integrated of
subject matters (terintegrasi, terpadu) mulai tampak menonjol pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, dan relatif tampak pula
pada mata pelajaran IPA dan IPS di SD. Pada Kurikulum 2004 desain
broad-fields lebih diintegrasikan melalui penerapan strand (unsur-unsur
pokok suatu mata pelajaran) dan penekanan kompetensi dasar, bukan
materi, serta untuk SD penerapan pendekatan tematik di kelas I dan II. Ciri
integrated tampak jelas pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, dan bahasa asing lainnya, dan secara relatif pada mata pelajaran
Matematika, IPA, dan IPS di SD. Desain Kurikulum 2006 tak berbeda
dengan desain Kurikulum 2004. Penyebutan mata pelajaran IPA Terpadu
dan IPS Terpadu belum mencerminkan desain integrated.
• Dari segi metode mengajar atau kegiatan belajar, dari Kurikulum 1947 s.d.
Kurikulum 1964 metode mengajar tak dicantumkan secara eksplisit tetapi
168
tercermin dalam ketentuan didaktik-metodik atau contoh dan penjelasan,
sedangkan pada Kurikulum 1968 dalam gambaran kegiatan belajar-
mengajar. Pada Kurikulum 1975 metode mengajar dicantumkan pada
kolom tersendiri, sedangkan pada Kurikulum 1984 metode mengajar
dicantumkan pada kolom tersendiri dan tercermin pula pada contoh
kegiatan belajar yang disarankan. Pada Kurikulum 1994, metode mengajar
tak dicantumkan dalam kolom tersendiri, namun tergambar jelas pada
contoh kegiatan belajar. Pada Kurikulum 2004, metode mengajar dan
kegiatan belajar tak dicantumkan karena dokumen kurikulum nasional
hanya terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar, hasil belajar,
indikator, dan materi pokok dan standar isi. Demikian pula, pada
Kurikulum 2006, metode mengajar dan kegiatan belajar tak dicantumkan
karena dokumen nasional hanya terdiri dari standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
• Dari segi sumber belajar, Kurikulum 1947 – 1964 tak mencantumkan
sumber belajar. Pada Kurikulum 1968 terkadang dicantumkan pula alat
yang perlu digunakan pada judul Kegiatan / Alat, pada Kurikulum 1975
dicantumkan alat dan sumber bahan, pada Kurikulum 1984 dicantumkan
alat, bahan, dan sumber. Pada Kurikulum 1994, alat, bahan, dan sumber
tak dicantumkan secara eksplisit tapi tergambar dalam kegiatan belajar.
Pada Kurikulum 2004 dan 2006 sumber belajar tak dicantumkan karena
harus ditentukan guru dalam silabus.
• Dari segi (alat) penilaian, Kurikulum 1947 – 1968 tak mencantumkan alat
penilaian. Pada Kurikulum 1975 dicantumkan teknik dan alat penilaian dan
dijabarkan pada pedoman penilaian. Pada Kurikulum 1984 dicantumkan alat
penilaian dan dijabarkan pada pedoman penilaian. Pada Kurikulum 1994, alat
penilaian tak dicantumkan. Seluruh penilaian dibahas dalam pedoman penilaian.
Pada Kurikulum 2004 alat penilaian tak dicantumkan karena harus
ditentukan guru dalam silabus berdasarkan indikator kompetensi yang
dicantumkan dalam kurikulum nasional. Pada Kurikulum 2006, indikator
kompetensi dihapuskan dan diserahkan kepada guru untuk menyusunnya.
169
• Dari segi penyajian, Kurikulum 1947 – 1968 disajikan secara naratif
berupa uraian vertikal ke bawah. Sejak Kurikulum 1975 mulai
diperkenalkan penyajian kurikulum dalam bentuk matriks, dalam format
GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran). Bentuk sajian ini
diteruskan ke Kurikulum 1984. Penyajian Kurikulum 1994 mulai kembali
lagi ke bentuk naratif. Namun pada Kurikulum 2004, penyajian kembali ke
bentuk matriks, bukan dalam format GBPP, tapi dalam format Kompetensi
Dasar, Hasil Belajar (SD), Indikator, dan Materi Pokok. Format GBPP
secara tak langsung tercermin dalam format silabus yang harus diisi oleh
guru. Pada Kurikulum 2004 format tersebut disederhanakan ke dalam
matriks 2 kolom, yaitu Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
170
KRONOLOGI PERKEMBANGAN KURIKULUM:
PENGEMBANG & CIRI-CIRI KURIKULUM
Dilihat dari segi landasan hukum pengembangan kurikulum dapatlah disimpulkan
berikut ini.
Landasan hukum perubahan kurikulum cenderung mengacu kepada Pancasila
dan UUD 1945, kecuali pada Kurikulum 1964 yang amat dipengaruhi
pandangan politik Nasakom dan Manipol Usdek pada masa itu. Namun,
kemudian terjadi koreksi pada Kurikulum 1968 dan dimantapkan pada
Kurikulum 1975 dan kurikulum-kurikulum selanjutnya.
Kurikulum 1947 lahir melalui instruksi menteri, namun Kurikulum 1964 dan
1968 hanya melalui kata pengantar. Kurikulum 1975, 1984, dan 1994 lahir
melalui keputusan menteri, namun Kurikulum 2004 lahir melalui kata
pengantar. Kurikulum 2006 lahir melalui keputusan menteri.
Kurikulum 1984 dan 2004 lahir atas tuntutan baru dalam undang-undang
pendidikan yang baru.
Kurikulum 1994, 2004, dan 2006 mengacu juga kepada peraturan pemerintah,
di samping mengacu pula kepada undang-undang.
Dalam sejarah kurikulum tampaknya landasan hukum dari konstitusi s.d.
keputusan menteri cenderung semakin lengkap.
Perubahan kurikulum merupakan keputusan politik karena kurikulum
dipandang sebagai salah satu wahana strategis untuk merealisasi keputusan
politik.
Dilihat dari segi unsur-unsur kurikulum, pada prinsipnya tampak pendekatan
pengembangan kurikulum pada 5 kurikulum berorientasi kepada kegiatan belajar
sedangkan hanya 3 kurikulum yang berorientasi kepada tujuan. Amati diagram
berikut ini!
171
Setelah ditelaah berbagai aspek kurikulum dari Bab I s.d. Bab VIII, dapatlah
disimpulkan tentang kronologi perkembangan kurikulum di Indonesia, dalam hal
ini ditinjau dari kurikulum SD sebagai fokus bahasan, yaitu tentang pengembang
dan ciri-ciri kurikulum.
Tabel 9.1 Kronologi Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Tahun Kurikulum Keterangan
1947 Rencana
Pelajaran 1947
Kurikulum pertama di Indonesia setelah
kemerdekaan. Pada dasarnya masih ada
kemiripan dengan kurikulum HIS.
Istilah kurikulum masih belum digunakan.
Sementara istilah yang digunakan adalah
Rencana Pelajaran
1954 Rencana
Pelajaran 1954
Masih sama dengan kurikulum sebelumnya,
yaitu Rencana Pelajaran 1947
1964 Rencana
Pendidikan
Dasar pendidikan nasional: Pancasila &
Manipol Usdek dan introduksi sistem
172
Tahun Kurikulum Keterangan
1964 Pancawardhana
1968 Kurikulum
1968
Kurikulum terintegrasi pertama di Indonesia.
Beberapa mata pelajaran, seperti Sejarah,
Ilmu Bumi, dan beberapa cabang ilmu sosial
mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahuan
Sosial. Beberapa mata pelajaran, seperti
Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan sebagainya
mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahun
Alam (IPA) atau yang terkadang disebut
Sains.
1975 Kurikulum
1975
Kurikulum ini disusun dengan kolom-kolom
yang sangat rinci.
1984 Kurikulum
1984
Kurikulum ini merupakan penyempurnaan
dari kurikulum 1975
1994 Kurikulum
1994
Kurikulum ini merupakan penyempurnaan
dari kurikulum 1984
2004 Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
(KBK)
Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh
sekolah di Indonesia. Beberapa sekolah telah
dijadikan uji coba dalam rangka proses
pengembangan kurikulum ini.
2008 Kurikulum
Tingkat Satuan
Pendidikan
(KTSP)
KBK sering disebut sebagai jiwa KTSP,
karena KTSP sesungguhnya telah
mengadopsi KBK.
Kurikukulum ini dikembangkan oleh BSNP
(Badan Standar Nasional Pendidikan).
(Sumber: Rosita Oktaviani pada
http://rositaoktavianirusma.blogdetik.com/2009/11/07/sejarah-kurikulum-
indonesia/)
173
Pengembang / penyusun kurikulum
Tabel 9.2 Penyusun kurikulum-kurikulum di Indonesia
Tahun Kurikulum Pengembang / penyusun kurikulum
1947 Rencana
Pelajaran 1947
Panitia Penyelidik Pengajaran (Ketua
Menteri Ki Hadjar Dewantara dan sekretaris
Soeganda Poerbakawatja). Anggota: para
ahli pendidikan, pejabat Kementerian PP dan
K, guru berpengalaman, wakil perguruan
swasta, PGRI, dan lembaga pemerintah
lainnya. Jumlah 50 orang. Hampir semuanya
tokoh pendidikan di Yogyakarta, kecuali
beberapa tokoh dari Jakarta, a.l. Prof
Sarwono dan Prof Soepomo. Dalam
pelaksanaan tuas panitia ini terdiri dari 2
komisi, yaitu Komisi Penyelidik dan Komisi
Pekerja yang anggotanya tumpah tindih bisa
pada kedua komisi.
1954 Rencana
Pelajaran 1954
Tak disebut di sini karena belum ditemukan
dokumen pendukung.
1964 Rencana
Pendidikan
1964
Bagian Isi Pendidikan pada Direktorat
Pendidikan Prasekolah, Sekolah Dasar, dan
Sekolah Luar Biasa sebagai koordinator
memanfaatkan lembaga-lembaga struktural
Departemen Pendidikan Dasar dan
Kebudayaan. Untuk mengintegrasikan
semua bahan kurikulum yang disusun
dibentuk satu kelompok kerja beranggota
sekitar 30 orang yang anggotanya mewakili
174
Tahun Kurikulum Pengembang / penyusun kurikulum
lembaga yang bersangkutan dan secara ex
officio diketuai Kepala Bagian Isi
Pendidikan. Turut dilibatkan pula Inspeksi
Pendidikan Taman Kanak-kanak dan
Sekolah Dasar dari provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur, beberapa
Kepala Inspeksi TK/SD kabupaten yang
berpengalaman dalam pembaharuan
pendidikan keterampilan di daerah
percontohan kewajiban belajar (Pasuruan
dan Tasikmalaya), Departemen Olahraga,
Direktorat Pendidikan Kesenian, dan
Departemen Agama.
1968 Kurikulum
1968
Direktorat Pendidikan Prasekolah, Sekolah
Dasar, dan Sekolah Luar Biasa, dalam hal
ini Dinas Pendidikan Sekolah Dasar. Untuk
pengolahan menjadi draft terakhir dibentuk
kelompok kerja yang sebagian besar
anggotanya terdiri dari mantan anggota
kelompok kerja penyusun Rencana
Pendidikan 1964.
1975 Kurikulum
1975
Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana
Pendidikan BP3K (Balitbang Dikbud)
Depdikbud. Dibentuk Tim Penyusunan
Kurikulum (sekitar 50 orang) yang terdiri
dari 3 komponen, yaitu Tim Pengarah, Tim
Pengembang Bidang Studi, dan Tim
Sanctioning.
1984 Kurikulum Pengembangan Pengembangan Kurikulum
175
Tahun Kurikulum Pengembang / penyusun kurikulum
1984 dan Sarana Pendidikan Balitbang Dikbud
Depdikbud
1994 Kurikulum
1994
Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana
Pendidikan Balitbang Dikbud Depdikbud
2004 Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
(KBK)
Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas
2008 Kurikulum
Tingkat Satuan
Pendidikan
(KTSP)
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
yang pada dasarnya sama dengan KBK
2004; hanya membuat perbaikan / perubahan
seperlunya.
176
Ciri Utama Kurikulum
Tabel 9.3 Ciri Utama Kurikulum-kurikulum di Indonesia
Kurikulum Ciri Utama
Rencana Pelajaran
1947
Lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
Rencana
Pendidikan 1964
Pelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan
jasmani.
Kurikulum 1968 Perubahan struktur kurikulum dari Pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Pelajaran diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan serta
pengembangan fisik yang sehat dan kuat .
Kurikulum 1975 Menekankan tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. Metode dan materi dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI, yang dikenal
dengan istilah satuan pelajaran.
Kurikulum 1984 Menekankan pendekatan keterampilan proses dalam cara
belajar siswa aktif. Walaupun kurikulum ini menekankan
pendekatan proses tapi tujuan tetap penting.
Kurikulum 1994 1) Penerapan sistem caturwulan.
2) Berorientasi kepada materi pelajaran/isi.
3) Bersifat populis: Memberlakukan satu sistem
kurikulum inti untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
Daerah dapat mengembangkan kurikulum muatan lokal
sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat
sekitar.
4) Pendekatan belajar aktif dalam proses belajar-
177
Kurikulum Ciri Utama
mengajar.
5) Menekankan pengembangan konsep dan
keterampilan memecahkan masalah.
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi 2004
• Menekankan ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun seluruh kelas.
• Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
• Pendekatan belajar aktif dalam proses belajar-mengajar.
• Penggunaan lingkungan dan beragam sumber belajar.
• Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber
belajar
• Penilaian menekankan proses dan hasil belajar dalam
pengembangan kompetensi.
Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006
Kelanjutan KBK 2004. Perbedaannya, sekolah diberi
kewenangan penuh dalam menyusun rencana pendidikannya
dengan mengacu pada standar yang ditetapkan, mulai dari
tujuan, visi-misi, struktur dan muatan kurikulum, beban
belajar, kalender pendidikan hingga pengembangan silabus.
(Sumber: ephanlazok.wordpress.com/2010/01/14/perkembangan-kuriklum-
indonesia-dari-1947-2006/)
178
REFLEKSI PERKEMBANGAN KURIKULUM SD DI
INDONESIA
Berdasarkan paparan dan uraian dari Bab I s.d. Bab IX, dikemukakan sejumlah
kesimpulan dan pandangan yang dapat dijadikan sebagai bahan refleksi tentang
perkembangan kurikulum sekolah dasar di Indonesia.
Pendidikan pada zaman penjajahan Belanda tampak berciri diskriminatif dan
eksploitatif, membedakan-bedakan sistem persekolahan dan anak-anak sesuai
dengan garis keturunan sesuai dengan strategi penjajah untuk melanggengkan
kekuasaan di tanah jajahan melalui politik divide et impera. Pada masa
pendudukan Jepang, walaupun singkat sistem persekolahan disederhanakan dan
sistem sekolah dasar dijadikan satu dengan lama belajar 6 tahun. Di alam
kemerdekaan, sistem pendidikan terus diperbaiki dan diperbaharui. Dari segi
kurikulum telah dilakukan pergantian kurikulum dalam kurun waktu yang
berbeda; ada yang panjang dan ada yang amat singkat.
Perubahan kurikulum tampaknya ditentukan oleh faktor perubahan politik
(khususnya yang bersifat ideologis), faktor pembangunan dan ekonomi, faktor
perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan dan kebutuhan
masyarakat, faktor adaptasi dengan tuntutan baru, dan faktor perlunya
menerapkan hasil-hasil pembaharuan atau inovasi.
Dari segi jumlah mata pelajaran secara sepintas tampak ada pengurangan jumlah
mata pelajaran dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 2006 karena diterapkannya
desain bidang studi atau broad fields of subject matters. Namun, jika dilihat dari
keluasan dan kedalaman isi berbagai mata pelajaran tampaknya ada
kecenderungan bertambahnya beban belajar bagi siswa.
Kurikulum 1975 menandainya melonjaknya beban belajar per mata pelajaran
dibandingkan dengan isi Kurikulum 1947, 1964, dan 1968 yang relatif sesuai
dengan kemampuan “pikul” siswa SD. Prinsip beban belajar yang tidak terlalu
berat bagi siswa yang dipertahankan pada tiga kurikulum terdahulu ternyata
“jebol” pada Kurikulum 1975. Salah satu faktor yang mungkin menjadi penyebab
179
adalah kurangnya antisipasi dan perkiraan para pengembang kurikulum waktu
menyusun pokok dan subpokok bahasan yang berciri judul atau topik tanpa
rincian. Faktor penyebab lainnya adalah perasaan para pengembang seolah-olah
“wajib” memasukkan materi yang telah ada pada buku-buku pelajaran yang telah
terbit selama Repelita I dalam kurun waktu pelaksanaan Kurikulum 1968.
Sejarah perkembangan kurikulum memperlihatkan bahwa perubahan dan tuntutan
zaman mengakibatkan meningkatnya materi yang diajarkan kepada siswa.
Walaupun telah ditempuh kiat penerapan desain broad-fields, penerapan
pendekatan tematik pada kelas I s.d. III, penekanan kegiatan belajar dan
kompetensi, materi pelajaran cenderung masih banyak, mengakibatkan semakin
padatnya materi. Walaupun materi tampak berkurang pada Kurikulum 2004 dan
2006, terlihat kecenderungan masih padatnya kompetensi yang harus
dikembangkan dalam diri siswa. Kecenderungan ini menuntut hal-hal yang
melebihi kapasitas belajar siswa, dan membebani siswa secara berlebihan.
Masalah ini melanggar hak asasi anak untuk beristirahat, bermain, berekreasi, dan
berkarya seni budaya. (Lihat UU Perlindungan Anak).
Non multa sed multum. Yang lebih penting adalah mutu belajar, bukan banyaknya
materi yang dipelajari.
180
Tampaknya pengembang kurikulum belum berani memangkas materi pelajaran
dan kompetensi yang tak terlalu urgen dan relevan. Tampaknya pengembang
kurikulum masih menganut pandangan keliru, bahwa semakin banyak dan
semakin sering anak belajar semakin cerdas anak. Pandangan ini bertolak
belakang dengan hasil riset, terutama tes internasional, yang menandaskan bahwa
semakin lama anak belajar ternyata anak tidak semakin cerdas. Prestasi belajar
anak justru tergantung dari ketepatan metode mengajar atau kegiatan belajar yang
diterapkan. Karena itu, pendekatan belajar aktiflah yang seharusnya digalakkan
dalam melaksanakan tiap kurikulum baru. Anekaragam kompetensi siswa tak
mungkin bertumbuh-kembang dalam diri siswa melalui pola mengajar satu arah
yang didominasi ceramah, pengerjaan soal, dan tes tertulis. Anekaragam
kompetensi siswa hanya dapat dicapai melalui penerapan belajar aktif.
Dua gambar ini memperlihatkan perbedaan guru yang masih mengajar secara
tradisional dan guru yang telah pendekatan belajar aktif. Apa makna perbedaan
antara kedua guru ini, dilihat dari perbedaan bentuk dan besarnya mulut, telinga,
dan mata?
181
Pembinaan profesional guru dalam menerapkan pendekatan belajar aktif selalu
terkendala oleh masih dominannya penerapan bentuk tes tertulis, terutama pilihan
ganda (multiple choice test) yang diterapkan sejak tengah 1980-an dalam
EBTANAS dan diteruskan sampai dengan Ujian Nasional dewasa ini. Selama 40
tahun kita berpilihan ganda ria tanpa menyadari bahwa faktor inilah yang
memerosotkan mutu pendidikan kita. Guru-guru di seluruh dunia cenderung
menganut prinsip kerja teaching to test (mengajar sesuai dengan tuntutan tes,
tuntutan ujian nasional). Jika kita tidak menggunakan faktor penggertak (trigger
factor) melalui penerapan alat penilaian praktik unjuk kerja dan alat penilaian
karya (hasil kerja) siswa, seperti English conversation, berpidato, memimpin lagu,
percobaan / eksperimen IPA, penulisan karya ilmiah, problem-solving dalam
matematika, dan portofolio dalam ujian nasional, upaya “raksasa” membina guru
menerapkan belajar aktif sama seperti menggantang asap. Apalagi, jika kita
terpeleset mengikuti usul penghapusan ujian nasional oleh para penentang ujian
nasional, guru-guru, terutama guru berstatus PNS akan “tidur”, dan mimpi kita
meningkatkan mutu pendidikan hanyalah tinggal mimpi untuk 50 tahun ke depan.
182
Jika evaluasi melalui UN hanya mengandalkan bentuk tes tertulis terutama pilihan
ganda, terjadi pengurangan atau reduksi penilaian kompetensi yang dituntut
kurikulum.
183
Jika evaluasi melalui UN mengadopsi juga bentuk penilaian yang berciri belajar
aktif seperti penilaian unjuk kerja (praktik) dan hasil karya siswa, terjadi
peningkatan kompetensi yang dituntut kurikulum.
Kurikulum berbasis kompetensi akhirnya diterapkan Setelah mengkaji perkembangan literatur, kurikulum, buku panduan, dan buku
pelajaran negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan
Singapura, perkembangan anutan pendekatan pengembangan kurikulum di
negara-negara maju dapat digambarkan berikut ini.
Bagan 10.1 Perkembangan anutan pendekatan pengembangan kurikulum di
negara-negara maju Kurun Waktu Pendekatan Pengembangan Kurikulum
1910-an s.d. tengah 1960-an 1. Pendekatan berbasis materi (content-based approach)
Akhir 1960an s.d tengah 1980-an 2. Pendekatan berbasis kompetensi (competence - based
approach) dan pendekatan belajar tuntas (mastery
learning approach)
Akhir 1980-an s.d. awal 1990-an 3. Pendekatan berbasis outcome (outcome - based
approach)
Tengah 1990-an s.d. sekarang 4. Pendekatan berbasis standar (standard - based
approach)
Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia memperlihatkan bahwa
pendekatan berbasis materi dilaksanakan sejak masa penjajahan Belanda,
diteruskan sampai ke alam kemerdekaan, dan baru ditinggalkan pada tahun 2004.
184
Padahal, negara-negara maju telah meninggalkan pendekatan berbasis materi pada
tengah 1960-an (pada waktu di Indonesia terjadi G30S/PKI). Baru pada tahun
2004 kita beralih ke pendekatan berbasis kompetensi setelah ketinggalan selama
sekitar 40 tahun. Pendekatan berbasis kompetensi ini dianut Pusat Kurikulum
Balitbang Depdiknas setelah melewati pengalaman panjang pengembangan
kurikulum secara profesional sejak awal 1970-an sampai awal 2000-an.
Dengan diterapkannya pendekatan ini, dapatlah ditampung berbagai hasil inovasi
kurikulum yang dilakukan Pusat Kurikulum, seperti eksperimentasi model PPSP
(Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) pada tahun 1975 s.d. 1984 di 8 IKIP
(Padang, Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang, Malang, Surabaya, dan Ujung
Pandang), inovasi pendidikan IPA, inovasi Pembinaan Profesional dan CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) di SD di sejumlah kabupaten/kota di berbagai provinsi,
pengembangan pendidikan luar biasa, TK, dan anak berbakat, pengembangan
jaringan kurikulum di berbagai provinsi, dan keterlibatan Pusat Kurikulum dalam
pengembangan muatan lokal keterampilan di Lampung, serta pengembangan dan
diseminasi MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) SD, yang mencakup manajemen
sekolah, PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan),
serta partisipasi masyarakat.
Pada awalnya, ada pengembang kurikulum yang tertarik pada gagasan untuk
langsung meloncat ke menerapkan kompetensi berupa outcome (hasil belajar
siswa yang berdampak) atau pendekatan berbasis outcome. Namun, gagasan itu
belum dilanjutkan dengan uji coba di lapangan. Dalam penerapan kurikulum
berbasis kompetensi masih diterapkan standar kelulusan belajar minimal atau
kriteria kelulusan minimal untuk menentukan seorang siswa lulus ulangan suatu
mata pelajaran atau harus menempuh tes remedial. Dalam penerapan sistem
evaluasi seperti ini, seorang siswa yang tak lulus tes harus diajarkan guru dengan
metode atau kegiatan belajar yang berbeda (remedial teaching) sebelum siswa itu
mengikuti tes remidial. Dalam pelaksanaan di sekolah tampaknya pengajaran
remidial ini tidak dilakukan dan guru langsung memberi tes remedial setelah jeda
waktu tertentu.
185
Sistem evaluasi seperti ini pernah diterapkan pada sekolah-sekolah PPSP pada 8
IKIP yang menerapkan sistem modul dengan pendekatan belajar tuntas (mastery
learning). Jika seorang siswa tidak lulus tes, ia mengikuti pengajaran remidial dan
kemudian tes remidial. Namun, pendekatan seperti ini tampaknya cocok dengan
kurikulum berbasis materi yang lebih dominan menekankan ranah kognitif atau
pengetahuan. Pengetahuan yang dipelajari siswa dapat langsung dites untuk
mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap pengetahuan itu. Namun,
untuk pengembangan kompetensi diperlukan waktu yang lebih panjang dan guru
membimbing siswa sambil memberikan umpan balik. Selain itu, dalam penilaian
digunakan portofolio hasil kerja siswa. Hasil penilaian akhir pendekatan
kompetensi adalah melaporkan posisi siswa dalam rentang penguasaan
kompetensi. Karena itu, penggunaan standar atau kriteria ketuntasan minimal
tidak relevan diterapkan dalam kurikulum berbasis kompetensi. (Lihat juga Belen
S, Kompetensi, Indikator & Penilaian dalam Belajar Aktif KTSP, 2008).
Dari learning about ke learning from yang tidak hanya berakhir pada kompetensi
tapi bertransformasi kepada kebijaksanaan yang amat penting dalam hidup
186
Belajar aktif dalam pendekatan kompetensi lebih menekankan know how daripada
know what, namun pada era ledakan Iptek dan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi, tampaknya know where akan lebih menuntut perhatian dan
penekanan. Ledakan informasi yang luar biasa melalui jaringan internet menuntut
pembekalan siswa mencari di mana terdapat informasi itu (know where) untuk
meningkatkan know what dan know how. Selain itu belajar know where berarti
juga pentingnya konteks belajar yang mendorong siswa gemar belajar.
Roda-roda dalam “weker” kita belum semuanya berputar Sistem pendidikan itu ibarat weker yang berfungsi dengan lancar dan efektif jika
semua rodanya berputar untuk menggerakkan jarum jam. Salah satu kelemahan
strategis yang selalu terulang dalam pembenahan sistem pendidikan Indonesia dan
peningkatan mutu pendidikan adalah dibenahinya “roda-roda” tertentu tetapi
dilalaikan perbaikan “roda-roda” yang lain. Kita membenahi “roda” kurikulum.
“roda” pengadaan jumlah guru yang memadai, “roda” pembangunan gedung dan
prasarana sekolah lainnya, serta “roda” pengadaan alat peraga dan alat praktikum.
Namun, kita melalaikan perbaikan “roda” pengembangan kemampuan profesional
guru, kepala sekolah, dan pengawas, “roda” pendanaan kebutuhan proses belajar-
187
mengajar, “roda” kesejahteraan guru, “”roda” peningkatan mutu lembaga
pendidikan guru.
Untuk mensinergikan perputaran “roda-roda weker” pendidikan, diperlukan
konsistensi kebijakan, profesionalisme dalam mengurus pendidikan, keberanian
melakukan terobosan, dan kerendahan hati mengikuti panggilan hati untuk
berpihak kepada anak didik.
188
Daftar Pustaka
1. Belen S (2005). Apa, Mengapa, dan Bagaimana Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas
2. Belen S (2005). Silabus dalam KBK (Kurikulum 2004), Jakarta: Ditjen
Dikdasmen Depdiknas
3. Belen S (2008). “Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia: Masih
menyisakan sederet masalah”, artikel pada Buku Agenda Penerbit Erlangga
2008, Jakarta: Penerbit Erlangga
4. Belen S (2008). Kompetensi, Indikator & Penilaian dalam Belajar Aktif
KTSP, Jakarta: Kegiatan Peningkatan Wawasan Keagamaan (PWK) Ditjen
Mandikdasmen Depdiknas
5. BSNP (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: BSNP
6. Depdikbud (1976). Kurikulum Sekolah Dasar 1975: GBPP, Buku I: Ketentuan-
ketentuan Pokok, Jakarta: Balai Pustaka
7. Depdikbud (1976). Kurikulum Sekolah Dasar 1975: GBPP, Buku II.F: Bidang
Studi Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Balai Pustaka
8. Depdikbud (1976). Kurikulum Sekolah Dasar 1975: GBPP, Buku III.A.2: Model
Satuan Pelajaran, Jakarta: Balai Pustaka
9. Depdikbud (1976). Kurikulum Sekolah Dasar 1975: GBPP, Buku III.A.1:
Pedoman Khusus, Jakarta: Balai Pustaka
10. Depdikbud (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar: GBPP Kelas IV Sekolah
Dasar (SD), Jakarta: Depdikbud (Lapiran II Kepmendikbud No. 060/U/1993
Tanggal 25 Februari 1993)
11. Depdikbud (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar: Landasan, Program, dan
Pengembangan, Jakarta: Depdikbud
12. Depdiknas (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Kebijaksanaan Umum
Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Depdiknas
13. Depdiknas (2003). Kurikulum 2004: Kerangka Dasar, Jakarta: Depdiknas
14. Depdiknas (2003). Kurikulum 2004: Naskah Akademik, Jakarta: Depdiknas
15. Depdiknas (2003). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Sains Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Depdiknas
189
16. Depdiknas (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri
No. 24 Tahun 2006 – Pelaksanaan Permen No. 22 dan 23, Jakarta: Depdiknas
17. Direktorat Pendidikan Dasar / Prasekolah, Departemen Pendidikan Dasar dan
Kebudayaan (1964). Rencana Pendidikan Sekolah Dasar 1964, Jakarta.
18. Direktorat Pendidikan Prasekolah / Sekolah Dasar / SLB Ditjen Pendidikan Dasar
Depdikbud (1968). Kurikulum Sekolah Dasar 1968, Jakarta
19. Djojonegoro Wardiman (1996). Lima Puluh Tahun Perkembangan
Pendidikan Indonesia, Jakarta: Balitbang Depdikbud
20. Dokumen-dokumen yang relevan dari Kurikulum 1952, Kurikulum 1968,
Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004,
Kurikulum 2006 pada Pusat Dokumentasi Pusat Kurikulum Balitbang
Kemdiknas, Jakarta
21. ephanlazok.wordpress.com/2010/01/14/perkembangan-kurikulum-
indonesia-dari-1947-2006/
22. Foto-foto dari Tropenmuseum yang diambil dari internet
23. Hasibuan YY & Belen S (1979). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,
Buku I Teori & Praktik, Buku II Studi Analisa Kurikulum SD 1968, Buku
III Studi Analisa Kurikulum SD 1975, IKIP Malang
24. http://singlawas.blogspot.com/2008_11_01_archive.htmlhttp://www.ngobr
olaja.com/showthread.php?t=119659
25. http://www.uang-kuno-indonesia.com/2010_04_01_archive.html
26. http://www.uni.edu/~bian/curri/day%20three%20curriculum.ppt: R.W.
Tyler, Basic principles and instruction. (Chicago: University of Chicago
Press, 1949.
27. Jasin Anwar (1987). Pembaharuan Kurikulum Sekolah Dasar sejak
Proklamasi Kemerdekaan, Jakarta: Balai Pustaka
28. Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (1952). Rencana
Pelajaran Terurai untuk Sekolah Rakyat III dan VI Tahun, Jakarta.
29. Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (1954). Dasar
Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta.
190
30. Marzano Robert J & Kendall John S (1996). A Comprehensive Guide to
Designing Standards-Based Districts, Schools, and Classroonms, Virginia:
ASCD & Colorado: McRel.
31. National Institute for Educational Research (NIER) (1999). An International
Comparative Study of School Curriculum, Tokyo : NIER.
32. Pusat Kurikulum Balitbang Depdikbud (1984). Kurikulum 1984 SD
(Sekolah Dasar): Landasan, Program, dan Pengembangan, Jakarta.
33. Pusat Kurikulum Balitbang Depdikbud (1985). Kurikulum 1984:
Pedoman Proses Belajar-Mengajar, Jakarta.
34. Pusat Kurikulum Balitbang Depdikbud (1986). Kurikulum Sekolah Dasar (SD):
Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Bidang Studi Ilmu
Pengetahuan Alam, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
35. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2001). Kurikulum 2004 (Kurikulum
Berbasis Kompetensi), Edisi Agustus 2003, Jakarta.
36. Ramli Murni, “Primary School System in Java Before and Under
Japanese Occupation (1940 – 1944)”, Bandung: International Journal of
History Education No 1. Vol. XI, June 2010.
37. Ryzki Wiryawan M yang diambil dari P. Swantoro, Dari Buku ke Buku,
Gramedia : 2002, Keluarga EX-HIK Yogyakarta, Gema Edisi Yubileum,
Forum Komunikasi keluarga Ex-HIK: 1987
38. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
39. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas http:
//id.wikipedia.org/wiki/Hollandsch-Inlandsche_School
191
Top Related