Download - Buku Van Juidam

Transcript

BAB 1

PENDAHULUAN

Penggunaan nama bentuklahan sebagai geomorfologi karena rasa tidak puas

terhadap peristilahan fisiografi yang telah berkembang lebih dahulu. Istilah fisiografi digunakan di Eropa dan memasukkan unsur - unsur iklim, meteorologi, kelautan dan matematik geografi. Geomorfologi merupakan bagian utama geologi, walaupun kenyataannya di Eropa, Amerika dan Indonesia dianggap sebagai geografi fisik.

Geomorfologi di lingkungan geologi belum berkembang, karena lebih banyak berkembang di lingkungan geografi untuk kepentingan pengembangan wilayah, penggunaan lahan dan hidrologi, sedangkan para pakar geologi memiliki anggapan bahwa geomorfologi merupakan bagian dari bidang ilmu geografi, padahal teknologi satelit sumberdaya alam yang berkembang saat ini merekam permukaan bumi dan menunjukkan potret muka bumi setiap hari, sehingga ketika harus menggunakan citra satelit para akhli geologi harus belajar kembali geomorfologi.

1.1 Pengertian geomorfologi

Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar kata, yaitu Ge(o) = bumi, morphe = bentuk dan logos = ilmu, sehingga kata geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi. Berasal dari bahasa yang sama, kata geologi memiliki arti ilmu yang mempelajari tentang proses terbentuknya bumi secara keseluruhan.

Definisi ; Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi serta proses - proses yang berlangsung terhadap permukaan bumi sejak bumi terbentuk sampai se- karang. Berdasarkan pengertian dan definisi geomorfologi, maka bidang ilmu

geomorfologi merupakan bagian dari geologi yang mempelajari bumi dengan pendekatan bentuk rupa bumi dan arsitektur rupa bumi. Tujuan mempelajari geomorfologi di lingkungan geologi selaras dengan motto Hutton , yaitu THE PRESENT IS THE KEY TO THE PAST (sekarang adalah kunci masa lalu). Pemahaman kata

sekarang (the present) adalah pemahaman terhadap bentuk rupa bumi yang dapat dijadikan cerminan proses yang berlangsung di masa lalu.

Faedah yang diharapkan dengan mempelajari geomorfologi yaitu membantu menelusuri proses - proses yang berlangsung pada bumi sejak terbentuknya bumi sampai sekarang dengan pendekatan bentuk rupa bumi yang tampak sekarang, sehingga pada penelitian geologi dapat dilakukan dengan cepat dan murah.

1.2 Konsep dasar geomorfologi

Bentuklahan adalah fenomena geologi yang telah banyak dikembangkan dan direnungkan oleh para akhli filsafat kuno dan tidak hanya membuat pernyataan '" saat ini menjadi kunci masa lalu ", tetapi proses geomorfologi saat ini memilki arti yang sangat penting, karena perbincangan tentang sistematika evolusi geomorfologi tidak hanya terjadi pada awal abad ke 19, tetapi berlangsung sampai sekarang.

1.2.1 Konsep pemikiran geomorfologi kuno Pembahasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan biasanya diawali dengan

pemikiran - pemikiran para akhli filsafat Yunani dan Romawi. Membahas pemikiran - pemikiran para akhli Yunani dan Romawi kuno tentang perkembangan bentuklahan suatu kegiatan yang sangat baik untuk lebih mengenal perkembangan ilmu dimasa silam (Dark Age) yang telah banyak dilupakan, namun sangat membantu didalam pemahaman tentang evolusi geomorfologi yang dikembangkan oleh para pemikir kuno, seperti Herodatus, Aristoteles, Starbo dan Seneca.

Herodatus (485 - 425 SM) sebagai " Bapak Sejarah " telah banyak melakukan penelitian geologi, menyebutkan pentingnya serpih dan lempung yang diendapkan setiap tahun oleh Sungai Nil, sehingga Mesir dianggap telah mendapat hadiah dari sungai. Selanjutnya disebutkan pula bahwa gempabumi adalah pegunungan yang menggeliat karena dewa sedang marah. Temuan fosil kerang di puncak - puncak perbukitan di Mesir menyebabkan Herodatus menarik kesimpulan berdasarkan temuannya tersebut bahwa air laut telah menggenangi dataran Mesir. Kesimpulan Herodatus tersebut merupakan dasar pemikiran perubahan muka air laut yang menjadi bahasan penting didalam geomorfologi.

Aristoteles (384 - 322 SM) didalam tulisannya menyebutkan tentang asal - usul mataair yang diyakininya bahwa air yang mengalir dari mataair disebabkan oleh (a) air hujan yang terjebak pada lapisan tanah, (b) air yang terbentuk karena penguapan dari air yang masuk kedalam bumi, dan (c) air yang terkondensasikan di dalam bumi berasal dari embun yang tidak diketahui asal - usulnya. Seluruh air merembes dari pegunungan menyerupai bunga karang yang sangat besar, sehingga sebutan sungai hanya diterapkan pada bentuk aliran air yang berasal dari mataair. Selanjutnya disebutkan pula bahwa hujan menghasilkan aliran air deras, sehingga aliran sungai menjadi tidak menentu.

Pemahaman tentang debit aliran selama periode hujan telah dikembangkan oleh Bernard Palissi (1563 dan 1580) dan Pierre Perrault (1674) yang menyebutkan bahwa curah hujan mampu membentuk aliran sungai. Aristoteles percaya bahwa gempabumi dan gunungapi memiliki sumber kejadian yang sama dan menyebutkan bahwa gempabumi berpengaruh terhadap pencampuran udara basah dan udara kering di bumi. Selanjutnya dikenalkan juga jalur laut yang tertutup oleh sedimen yang membentuk daratan, sehingga terbentuk tanah timbul dan disebutkan pula bahwa yang membawa material dari daratan ke laut adalah aliran dan diendapkan sebagai alluvium.

Strabo (54 SM - 25) telah melakukan perjalanan yang jauh dan telah meneliti

secara hati - hati, serta telah mencatat contoh lokasi aliran yang menghilang dan yang muncul di permukaan. Pemikirannya tentang "Vale of Tempe" merupakan hasil dari gempa bumi disertai dengan kegiatan gunungapi dalam kurun waktu yang lama karena tekanan tenaga dari dalam bumi. Kesimpulannya secara alamiah menyebutkan bahwa Gunung Visuvius adalah gunungapi yang telah mati. Strabo menjelaskan juga tentang aluvium sungai dan delta sungai yang memiliki bermacam - macam ukuran selaras dengan luas daerah aliran sungai alamiah, sehingga delta sungai yang sangat luas mencerminkan daerah aliran sungai yang sangat luas dan susunan batuan yang paling menonjol pada daerah aliran sungai tersebut berupa batuan yang lunak. Beberapa penelitian delta yang telah dilakukan oleh Strabo menyebutkan pertumbuhan delta dihambat oleh kegiatan laut, terutama oleh pasang naik.

Seneca ( ? - 65) menyebutkan bahwa yang menyebabkan terjadinya gempabumi lokal adalah kekuatan tenaga dari dalam bumi, dan pemikiran lainnya menyebutkan bahwa curah hujan bukan salah satu sumber yang menyebabkan aliran sungai dan disebutkan pula bahwa tenaga arus dapat menggerus lembah, sehingga

melahirkan konsep bahwa pembentuk lembah adalah arus yang menggerus lembah tersebut.

Pemikiran - pemikiran kuno telah menyebutkan bahwa terdapat hubungan proses (genetik) antara gempabumi dengan dengan deformasi kulit bumi. Pernyataan tersebut menjadi rancu karena sebab, akibat dan kejadian gempabumi justru dipengaruhi oleh deformasi.

1.2.2 Fajar pemikiran geomrfologi modern Setelah beberapa abad pemikiran geomorfologi cenderung mengikuti pola

pemikiran Kekaisaran Romawi, hanya sedikit atau mungkin tidak ada pemikiran - pemikiran lain di Eropa. Sekolah - sekolah yang ada pada saat itu adalah biara - biara yang tidak mempelajari ilmu tentang alam. Beberapa tempat pendidikan di Arabia yang hidup pada saat itu telah memunculkan pemikiran - pemikiran modern yang cemerlang.

Ibn Sina (980 - 1037) menyatakan bahwa asal - usul pegunungan dibedakan

menjadi dua kelas, yaitu (1) hasil dari suatu pengangkatan bumi, seperti bagian dari gempabumi dan (2) pengaruh aliran air yang disertai dengan hembusan angin di suatu lembah yang bersusunan batuan lunak. Konsep pegunungan menurut Ibnu Sina merupakan cerminan hasil dari perbedaan tingkat erosi yang berlangsung secara perlahan - lahan dalam kurun waktu yang panjang. Beberapa pandangannya telah telah ditetapkan sebagai awal dari pemikiran modern, tetapi tidak diterapkan pada pemikiran Eropa Barat. Pembuktian yang sangat luas tentang konsep Ibnu Sina telah dilakukan oleh sekelompok muridnya yang bukan berasal dari orang Arab dan dikenal dengan judul " DISCOURSES OF THE BROTHERS OF PURITY " (bahasan saudara yang seiman) pada tahun 941 dan 982 (Said, 1950). Didalam empat volume buku yang disusun tersebut diceritakan tentang erosi dan transportasi oleh arus dan angin, pelapukan serta awal pemikiran peneplain.

1.2.3 Hutton sang pendahulu Konsep penggerusan lahan didalam pemikiran yang tajam dan tepat dari suatu

bentanglahan perlu dipikirkan kembali oleh para pemikir sebagai landasan dasar geomorfologi modern. Para pemikir kuno yang berpikir tentang perusakan lahan oleh proses erosi, tidak memiliki pemikiran yang matang untuk dijadikan suatu kesimpulan yang layak (logic). Ruang dan waktu tidak memberikan keleluasaan untuk membahas perkembangan jangka panjang dan jangka pendek untuk membahas tentang pemikiran geologi agar menjadi suatu pekerjaan tentang bumi (ground work) untuk bapak geomorfologi modern seperti James Hutton, tetapi jejak langkahnya telah diikuti oleh beberapa orang.

Leonardo da Vinci (1452 - 1519) merupakan salah satu kelompok pertama

yang menyusun pemikiran geologi dan dikatakan (Chorley et al, 1964) bahwa pemikiran yang cemerlang telah berkembang pada zamannya, sehingga merupakan puncak kecemerlangan para pemikir terdahulu. Leonardo da Vinci menyebutkan bahwa lembah dipotong oleh arus, dan arus membawa material dari salah satu tempat dipermukaan bumi kemudian diendapkan pada suatu tempat.

Buffon (1707 - 1788) dari Perancis menyebutkan tenaga arus yang mampu menggerus dan merusak lahan, selanjutnya diakhiri dengan perataan yang memilki ketinggian yang sama dengan permukaan laut.

Targioni dan Tozetti (1712 - 1784) dari Italia menyebutkan bencana erosi oleh

arus dan pemikirannya tentang sungai yang terputus dihubungkan dengan batuan yang tertoreh serta mengenalkan dasar - dasar perbedaan erosi yang dipengaruhi oleh berbagai macam material geologi dan struktur geologi.

Guetthard (1715 - 1786) dari Perancis, membahas tentang degradasi di pegunungan oleh arus, dan menyebutkan bahwa tidak seluruh material yang dipindahkan oleh arus diangkut sampai ke laut, tetapi hanya sebagian material yang terangkut oleh arus tersebut mencapai dataran pantai. Diyakini pula bahwa laut merupakan tenaga penghancur yang sangat besar terhadap lahan, selanjutnya arus dan laut disebut sebagai perusak yang sangat cepat terhadap pantai curam di Perancis sebagai bukti pernyataannya.

Desmarest (7125 - 1815) menyuarakan pemikirannya tentang lembah Perancis Tengah merupakan hasil kegiatan arus dan menelusuri perkemba-ngan tahap evolusi bentanglahan.

De Saussure (1740 - 1799) dari Swiss menyebutkan bahwa lembah Alpen

merupakan hasil kegiatan pengikisan arus yang mengalir dari puncak pegunungan dan mengalir mengikuti lembah tersebut. Selanjutnya disebutkan pula bahwa glasiasi (pencairan es) dapat menjadi faktor penyebab terjadinya erosi.

James Hutton (1726 - 1797) yang lahir di Edinburgh, Skotlandia, seorang akhli

fisika, tetapi lebih menyenangi ilmu pengetahuan, khususnya kimia dan geologi. Sangat terkenal karena perannya sebagai pelopor PLUTONIAN yang terkenal dengan batuan beku granit dan bertentangan dengan para akhli dari sekolah Wernerian yang terkenal sebagai penganut NEPTUNIS yang memiliki anggapan bahwa granit memiliki kandungan lapisan kimia. Selain membahas granit, Hutton memperkenalkan pula batuan metamorf, tetapi pernyataannya yang terkenal adalah konsep THE PRESENT IS THE KEY TO THE PAST (saat ini merupakan kunci masa lalu), sehingga doktrin uniformitarian bertentangan dengan konsep katastropisma. Teori bumi yang mengandung konsep pengkajian hukum komposisi,dissolusi dan restorasi lahan terhadap bumi telah diterbitkan pada tahun 1795 menjadi dua volume buku dengan judul : THEORY OF THE EARTH, WITH PROOFS AND ILLUSTRATIONS.

John Playfair (1748 - 1819), seorang profesor matematika dan filsafat di

Edinburgh, Skotlandia, setelah meninggalnya James Hutton pada tahun 1802 menerbitkan buku dengan judul : ILLUSTRATION OF THE HUTTONIAN THEORY OF THE EARTH , dengan gaya bahasa prosa ilmiah yang teliti dan jelas, sehingga jarang ada persamaannya. Playfair menyimpulkan pemikiran - pemikiran Hutton dengan jelas memiliki dampak yang sangat besar, terutama terhadap Sir Charles Lyell yang menjadi pelopor uniformitarian. Hasil penelitian Hutton menyebutkan bahwa proses masa lalu sampai masa sekarang masih terus berlangsung, yaitu lahan terkikis oleh proses mekanik dan kimia, yang sebelumnya telah diteliti namun salah, kecuali Desmarrest yang melihat gejala - gejala yang dijelaskan oleh Hutton. Konsep sistem sungai dan geomorfologi yang sangat berarti telah dikemukakan oleh Playfair lebih baik dari sebelumnya dan pernyataannya sebagai berikut :

Setiap sungai yang muncul terdiri dari percabangan utama, merupakan induk dari berbagai percabangan dan masing - masing mengalir pada lembah selaras dengan ukurannya, membentuk sistem lembah yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sesuai dengan kemiringan lereng yang dialirinya dan mustahil akan terjadi pengaliran jika masing - masing lembah tidak memiliki arus yang mengalir pada lembah tersebut. Jika suatu sungai berupa saluran tunggal, tidak memilki percabangan, maka aliran yang terjadi diperkirakan akan membentuk arus yang sangat deras atau arus aliran akan memiliki tenaga penuh yang meluncur pada saluran tersebut dan langsung menuju samudra. Jika bentuk sungai terpecah menjadi beberapa percabangan de-ngan jarak yang cukup besar antara cabang satu dengan yang lainnya, kemudian dibagi lagi menjadi beberapa percabangan kecil, sehingga akan memberi kesan seolah - olah saluran terbentuk oleh torehan air berupa pengikisan permukaan dan erosi terhadap lahan. Kejadian tersebut berlangsung secara sinambung bagaikan mengukir permukaan bumi.

1.2.4 Beberapa konsep dasar Thornbury (1969) Pembahasan tentang konsep geomorfologi untuk bentanglahan jangan hanya

menggunakan salah satu konsep saja, tetapi akan lebih baik jika beberapa konsep geomorfologi dapat dipahami sehingga evaluasi terhadap bentanglahan akan lebih baik.

Konsep 1 : Proses yang berlangsung secara fisik saat ini memiliki kecepatan

yang berbeda selaras dengan waktu geologi.

Dasar - dasar geologi modern yang dikenal sebagai uniformitarian telah

dikembangkan oleh Hutton pada tahun 1785, selanjutnya ditulis kembali oleh Playfair pada tahun 1802 dan dikembangkan oleh Lyell sebagai maha karyanya dengan judul Dasar - dasar Geologi ( Principles of Geology ). Hutton mencetuskan : " saat ini adalah kunci masa lalu " telah diterapkan secara baku sehingga menimbulkan perdebatan, karena pernyataan tersebut mengandung arti bahwa proses geologi yang berlangsung selaras dengan waktu geologi memiliki kecepatan yang sama dengan saat sekarang. Konsep ini tentunya salah, karena galasiasi (pencairan es) memiliki peran yang sangat penting sejak kala Plistosen dan sepanjang waktu geologi dari pada sekarang.

Perlu dipahami juga bahwa iklim sekarang telah berubah, daerah yang memiliki iklim basah pada masa lalu, sekarang telah berubah menjadi beriklim kering (gurun) dan sebaliknya. Periode dari ketidak stabilan gerakan kulit bumi berlangsung pada periode pemekaran, sedangkan kulit bumi sekarang relatif stabil. Salah satu contoh proses geologi yang berlangsung selaras dengan waktu geologi yaitu pengikisan lembah oleh arus yang berlangsung sejak masa lalu sampai sekarang, tetapi pengikisan lembah oleh pencairan es (glasiasi) pada kala Plistosen memiliki perbedaan dengan proses glasiasi pada umumnya. Angin telah mengendapkan batupasir Navajo sejak kala Yura dan memiliki perbedaan dengan gerakan yang dipengaruhi oleh angin sekarang.

Konsep 2 : Geologi struktur merupakan faktor yang paling berpengaruh

terhadap evolusi bentuklahan yang tampak sekarang. Siswa - siswa W.M Davis diajarkan tentang faktor utama yang mempengaruhi

perkembangan bentuklahan adalah struktur geologi, proses geomorfologi dan tingkat pengaruhnya. Saat ini beberapa akhli geomorfologi meragukan terhadap tingkat pengaruh sebagai faktor utama yang mempengaruhi perkembangan bentuklahan, akan tetapi para akhli geologi setuju terhadap konsep proses dan geologi struktur sebagai pengaruh utama. Pernyataan struktur geologi tidak hanya diterapkan pada pandangan sempit, seperti struktur batuan, struktur perlipatan, struktur sesar dan ketidak selarasan, tetapi perhatian perlu ditekankan pula terhadap material bumi penyusun bentuklahan secara keseluruhan yang memiliki perbedaan pengaruh fisika dan kimia. Pandangan struktur geologi selanjutnya didalam pembahasan ini adalah suatu fenomena geologi yang lebih luas, yaitu posisi batuan di tempat yang tinggi, kekar, perlapisan batuan, sesar dan perlipatan, kekerasan mineral tertentu, porositas batuan dan berbagai macam perbedaan pada batuan penyusun kulit bumi. Pernyataan struktur geologi dapat dimanfaatkan untuk memahami strtigrafi dan struktur susunan (sikuen) batuan yang muncul sebagai singkapan pada suatu daerah, seperti perlapisan horisontal, perlapisan yang memiliki kemiringan perlapisan (dip), terlipat atau tersesarkan, sehingga pemahaman struktur geologi yang sederhana menjadi penting.

Ungkapan batuan keras (tahan) atau lunak (tidak tahan) terhadap proses geomorfologi merupakan pemakaian ungkapan yang biasa selama digunakan untuk pandangan yang relatif dan tidak ditekankan untuk pandangan pengaruh fisika atau kimia, karena batuan dipengaruhi pula oleh proses fisika dan kimia. Suatu batuan

mungkin tahan terhadap salah satu proses geomorfologi, tetapi tidak tahan terhadap proses geomorfologi lainnya dan dibawah kondisi iklim tertentu menunjukkan perbedaan tingkat ketahanan batuan. Secara umum tampilan struktur batuan harus lebih tua dari pada perkembangan bentuklahan. Kejadian diatropisme perlipatan pada kala Plistosen sangat sulit disebut tidak tererosi, sehingga diperkirakan bahwa struktur batuan telah terbentuk sebelum bentuklahan.

Konsep 3 : Relief permukaan bumi yang luas karena proses geomor- fologi berlangsung pada tingkat yang berbeda. Alasan utama permukaan bumi memiliki gradasional yang berbeda karena kerak

bumi disusun oleh batuan yang berbeda dan struktur yang berbeda, sehingga memiliki ketahanan batuan terhadap proses geomorfologi yang berbeda pula. Proses geomorfologi yang memiliki keaneka ragaman sangat kecil, masih memiliki arti yang sangat penting, kecuali pada daerah diatropisme sekarang (Resen) dapat diperkirakan bahwa daerah yang memiliki posisi topografi yang tinggi disusun oleh batuan yang keras, sedangkan daerah dengan posisi topografi lebih rendah disusun oleh batuan yang lunak. Perbedaan komposisi batuan dan struktur tercermin dari keaneka ragaman geomorfologi dan topografi lokal. Topografi minor dan rinci atau disebut sebagai mikrotopografi memiliki hubungan yang erat dengan keaneka ragaman batuan, tetapi terlalu kecil untuk diamati.

Keaneka ragaman batuan dan struktur geologi merupakan faktor utama yang mempengaruhi perubahan permukaan bumi, tetapi bukan berarti proses geomorfologi tidak memiliki peran, karena pada batas - batas tertentu dengan tingkat yang berbeda proses geomorfologi masih berlangsung. Tingkat kecepatan proses geomorfologi lokal memberi pengaruh terhadap perubahan permukaan bumi, terutama pengaruh perbedaan temperatur, tingkat kelembaban, konfigurasi kerapatan kontur dan vegetasi.

Perbedaan kondisi iklim mikro yang sangat menonjol antara dasar lembah dengan puncak bukit dan antara lahan terbuka dengan lahan tertutup vegetasi akan tampak dari jumlah penguapan lokal, tingkat kelembaban tanah dan tingkat perubahan tahunan temperatur, sehingga banyak sekali faktor yang mempengaruhi tingkat proses geomorfologi lokal, seperti tingkat pelapukan, perombakan massa batuan, erosi dan pengendapan yang memiliki pengaruh terhadap keaneka ragaman geomorfologi.

Konsep 4 : Proses geomorfologi meninggalkan jejak pada bentukla - lan dan proses geomorfologi yang berkembang mem - bentuk ciri - ciri pada bentuklahan. Penggunaan istilah proses yang dipakai untuk semua perubahan yang terjadi

terhadap rupa bumi secara fisika dan kimia. Proses diatropisma dan vulkanisma dipengaruhi oleh gaya yang berasal dari dalam bumi, sehingga oleh Penck disebut sebagai proses endogenetik, sedangkan proses yang lain, seperti pelapukan, perombakan massa batuan dan erosi yang dipe-ngaruhi oleh gaya eksternal disebut sebagai proses eksogenetik. Secara umum proses endogenetik bersifat membangun, sedangkan proses eksogenetik bersifat sebaliknya, yaitu pengikisan terhadap permukaan bumi. Konsep proses geomorfologi yang berlangsung terhadap permukaan bumi bukan sesuatu yang baru, tetapi pemikiran tentang proses geomorfologi akan meninggalkan jejak di atas permukaan bumi adalah pemikiran yang lebih maju.

Bentuklahan memiliki ciri - ciri tertentu, tergantung pada proses geomorfologi yang berpengaruh terhadap bentuklahan tersebut. Dataran banjir, kipas aluvial, dan

delta merupakan hasil kegiatan arus sungai, sehingga ciri - ciri yang berkembang pada bentuklahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk klasifikasi genetika bentuklahan.

Rekayasa yang tepat dari suatu arti proses evolusi bentuklahan tidak hanya memberikan gambaran yang lebih baik dari perkembangan bentuklahan, tetapi termasuk juga menegaskan hubungan genetika terjadinya bentuklahan. Proses geomorfologi yang rumit dan media yang bekerja dibawah kondisi iklim tertentu disebut sebagai sistem morfogenik (morphogenic system, Triccart dan Cailleux, 1955).

Konsep 5 : Media erosi yang berbeda pada permukaan bumi mem - bentuk susunan bentuklahan tertentu. Ciri - ciri proses bentuklahan tergantung pada tahap perkembangan proses, dan

W.M Davis menyebutnya sebagai konsep siklus geomorfologi. tahap perkembangan proses diawali dari tahap muda, dewasa dan tua. Pada tahap akhir dari proses geomorfologi permukaan bumi memiliki topografi berelief rendah yang disebut sebagai peneplain (perataan). Beberapa akhli geomorfologi percaya bahwa permukaan bumi memiliki keteraturan umur, tetapi tidak semua yakin bahwa tahap muda, dewasa dan tua yang dikemukakan oleh W.M Davis merupakan suatu kenyataan. Konsep umum yang digunakan pada tingkat dasar memiliki beberapa kelemahan apabila di-terapkan pada evolusi permukaan bumi yang lebih rumit, karena akan sulit menentukan karakteristik perkembangan bentuklahan yang khusus, sehingga menimbulkan keraguan, terutama terhadap peneplain (perataan) yang dianggap sebagai akhir dari suatu siklus geomorfologi.

Istilah siklus geomorfologi tidak selalu tepat untuk menunjukkan suatu perubahan bentanglahan akibat gradasional, tetapi mencari istilah atau konsep pengganti sangat sulit, sehingga penggunaan istilah siklus geomorfologi tidak hanya menyatakan siklus alam yang mewakili tahap evolusi bentuk permukaan bumi tetapi termasuk pula pemikiran bahwa perkembangan permukaan bumi terjadi secara teratur dan berurutan dengan tidak menggunakan penamaan evolusi permukaan bumi sebaai tahap muda, dewasa atau tua yang memiliki pengertian bahwa topografi yang berada pada tahap yang sama memiliki ciri yang sama pula. Kondisi geologi dan keragaman iklim membentuk ciri permukaan bumi yang sangat beragam walaupun proses geomorfologi berkembang pada periode yang sama.

Konsep 6 : Evolusi geomorfologi tidak sesederhana yang dibayang - kan. Perdebaan dan pertentangan didalam ilmu pengetahuan merupakan akibat dari

penjelasan yang sangat sederhana dan tidak jelas. Mempelajari bentuklahan akan mengalami kesulitan jika tidak memahami bahwa topografi merupakan hasil dari proses atau siklus geomorfologi. Pada umumnya topografi rinci hasil dari siklus erosi yang berlangsung .

Horberg (1952) mengelompokkan bentanglahan menjadi beberapa kategori, yaitu (1) bentanglahan sederhana, (2) bentanglahan campuran, (3) bentanglahan siklus tungal, (4) bentanglahan multi siklus dan (5) bentanglahan hasil pembentukan kembali. Bentanglahan sederhana merupakan hasil proses geomorfologi tunggal, artinya bentanglahan tersebut meninggalkan jejak siklus erosi yang terjadi hanya satu kali dan umumnya terbatas pada permukaan bumi yang baru terbentuk, seperti pengangkatan lantai samudra, permukaan kerucut vulkanik, dataran lava, plato atau endapan yang tertutupoleh endapan glasial Plistosen. Bentanglahan campuran merupakan hasil siklus erosi lebih dari satu kali atau hasil dua atau lebih proses geomorfologi, sehingga timbul

perdebatan karena pada semua bentanglahan telah terjadi proses geomorfologi yang bercampur, walaupun pada beberapa bentanglahan dapat ditemukan proses geomorfologi tunggal, tetapi sangat jarang terjadi. Sebagai contoh bentanglahan hasil dari kegiatan aliran air, tetapi perlu disadari bahwa proses yang berlangsung tidak hanya kegiatan aliran air saja, proses - proses yang lain seperti pelapukan, gerakan material karena gravitasi, dan perpindahan material oleh angin sangat berpengaruh terhadap perkembangan bentuk rupa bumi. Kondisi yang sama terjadi pada bentanglahan hasil pelarutan oleh air tanah, erosi oleh limpasan air permukaan dan proses - proses yang berlangsung terhadap pembentukkan bentanglahan. Bentanglahan campuran tercermin sangat baik pada daerah yang dipengaruhi oleh glasiasi Plistosen.

Konsep bentanglahan dengan iklim yang beragam dapat dimasukan sebagai konsep bentanglahan yang rumit, karena berkembang dibawah kondisi iklim yang beragam sebagai faktor yang mempengaruhi proses geomorfologi dan sangat berhubungan dengan kondisi iklim kala Plistosen. Munculnya bentanglahan masa lampau yang telah ditutupi oleh batuan beku atau batuan sedimen karena batuan penutup tersebut terkikis, seperti saluran - saluran pada masa praglasial yang muncul dan hanya sebagain kecil menjadi ciri lokal.

Konsep 7 : Topografi bumi yang paling menonjol adalah topografi yang lebih

muda dari kala Plistosen. Ciri - ciri topografi tua jarang ditemukan, kecuali berupa bentuklahan tua yang

tersingkap kepermukaan akibat dari gradasional. Sebagian besar topografi sekarang lebih muda dari kala Plistosen. Ashley (1931) percaya bahwa pahatan rupa bumi seperti gunung, lembah, pantai, danau, sungai, air terjun dan tebing berumur lebih muda dari Miosen, serta terbentuk sejak munculnya manusia dan sebagian kecil muka bumi sekarang memiliki hubungan yang jelas dengan permukaan bumi pra Miosen. Diperkirakan pula bahwa permukaan bumi 90 % terbentuk setelah Tersier dan mungkin 99 % terbentuk setelah Miosen Tengah.

Secara umum struktur geologi lebih tua dari pada ciri - ciri topografi yang terbentuk di atasnya, kecuali yang ditemukan pada daerah diatropisma Plistosen Awal dan Resen. Pegunungan Himalaya pertama terlipat pada kala Kapur, kemudian kala Eosen dan Miosen, tetatpi lereng sekarang terbentuk pada kala Plistosen dan air terjun yang terbentuk saat ini lebih muda dari relif rinci yang berumur Plistosen dan Resen.

Konsep 8 : Pemahaman terhadap bentanglahan sekarang diperlukan

pemahaman kondisi geologi dan iklim pada kala Plistosen. Pemahaman topografi rupa bumi adalah untuk mengenal perubahan kondisi

geologi dan kondisi iklim kala Plistosen yang mempengaruhi topografi sekarang. Glasiasi sangat berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung, Material - material hasil pengikisan galsial dan tiupan angin menyebar luas sampai ke daerah yang tidak mengalami glasiasi.

Daerah - daerah yang terletak pada lintang menengah, faktor iklim sangat berpengaruh, sehingga daerah sekarang beriklim arid atau semi arid pada zaman glasial beriklim basah. Kurang lebih 100 cekungan di pedalaman Amerika Serikat bagian Barat yang saat ini berbentuk danau dengan iklim arid dan semi arid menunjukkan sistem fluvial yang sama dengan di Asia, Afrika, Australia dan Amerika Utara, sehingga dapat disimpulkan bahwa glasial sangat mempengaruhi iklim dunia.

Daerah - daerah yang sekarang beriklim sedang, selama zaman glasial pernah beriklim seperti di sub arktik Amerika Utara dan Eurasia yang dicerminkan oleh tanah

yang membeku secara permanen dan biasa disebut sebagai permafrost. Rejim aliran yang dipengaruhi oleh perubahan iklim ditandai dengan perselingan antara agradasi (pengendapan) dan gradasi (pe - ngikisan). Perubahan muka air laut memiliki pengaruh terhadap topografi, karena pembekuan samudera menyebabkan penurunan muka air laut dan kembali normal pada zaman interglasial. Pencairan es terhadap lautan sangat berpengaruh terhadap pembentukkan koral.

Hasil pengikisan akibat pencairan es atau endapan glasial yang tertiup angin membentuk gumuk pasir (sand dunes) atau bercampur dengan lanau atau lempung disebut sebagai loess. Glasiasi sangat berpengaruh terhadap pembentukkan danau, seperti Great Lakes merupakan sistem aliran yang dipengaruhi oleh glasial terbesar di dunia. Glasiasi kala Plistosen merupakan peristiwa yang paling besar walaupun diatropisma yang berkembang sejak Pliosen, Plistosen sampai Resen masih berperan sebagai faktor pe - ngaruh pembentukkan bentanglahan.

Konsep 9 : Pengenalan iklim sangat penting untuk dapat memahami dengan

baik perbedaan proses geomorfologi yang berlangsung. Faktor iklim, khususnya temperatur dan penguapan sangat berpengaruh

terhadap proses geomorfologi. Perubahan iklim dapat berpengaruh secara langsung atau tidak langsung, sebagai contoh iklim yang berpengaruh tidak langsung terhadap proses geomorfologi adalah sebaran, kerapatan dan jenis vegetasi, sedangkan pengaruh langsung antara lain curah hujan, pe - nguapan dan perubahan temperaturan harian.

Konsep 10 : Geomorfologi menekankan kondisi sekarang bermanfaat untuk

mengungkap sejarah perkembangan bumi. Geomorfologi cenderung menekankan asal - usul (proses) bentanglahan saat ini

dan masa lalu selaras dengan waktu geologi. Akhli geomorfologi selalu melakukan pendekatan dengan menggunakan hukum uniformitarianisme. Paleogeomorfologi bentuklahan merupakan sejarah alam geomorfologi yang diperkenalkan oleh Bryan (1940) dan menjelaskan bahwa bentuklahan merupakan hasil dari suatu proses, sehingga tidak ada alasan untuk memisahkan antara studi bentanglahan dengan geologi dinamik. Perbedaan antara bentuklahan dengan geologi dinamik yang paling jelas adalah proses terjadinya bentuklahan atau sisa - sisa bentuklahan yang relatif muda.

BAB 2

SISTEM PENELITAN DAN PEMETAAN GEOMORFOLOGI

Sistem penelitian dan pemetaan geomorfologi telah banyak dikembangkanm

selaras dengan tujuan penelitian yang dilakukannya, tetapi masih banyak terjadi kerancuan, khususnya pemahaman geomorfologi untuk tujuan pemetaan geologi. Salah satu sistem yang telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai tujuan yaitu sistem yang dikembangkan oleh International Institute for Aerial survey and Earth Sciences (ITC), Belanda.

Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan 1975) telah mengembangkan sistem penelitian geomorfologi berdasarkan pengalamannya di seluruh dunia, khususnya di wilayah tropis (Indonesia dan Amerika Latin), selanjutnya disebut dengan sistem pembuatan peta geomorfologi untuk berbagai macam tujuan. Metode ITC dapat digunakan untuk tujuan pemetaan geologi, karena memasukkan beberapa aspek geomorfologi disertai dengan legenda yang sederhana dan jelas, sehingga menjadi suatu sistem pemetaan geomorfologi yang memiliki karakteristik yang jelas.

Unsur - unsur yang perlu diperhatikan didalam menyusun sistem gemorfologi adalah sebagai berikut :

1. Sistem dapat digunakan untuk setiap daerah dan lentur (fleksibel), artinya legenda pada peta harus dapat dijadikan simbol untuk suatu keputusan obyek penelitian.

2. Sistem dapat digunakan untuk pemetaan dengan berbagai macam skala, sehingga isi peta diselaraskan dengan skala secara konseptual dan grafis.

3. Sistem harus memberi penekanan terhadap unsur - unsur bentuklahan, sehingga sistem mampu dijadikan landasan penelitian geomorfologi analitik dan geomorfologi sintetik.

4. Sistem harus menghasilkan peta - peta yang sederhana, sehingga dapat menekan biaya pembuatan peta.

2.1 Pemahaman peta dan manfaat peta Peta adalah gambaran dari rupa bumi yang mencerminkan keadaan suatu

daerah atau lokasi, sehingga peta dapat disebut sebagai petunjuk atau pemberi informasi rupa bumi dan lokasi suatu daerah. Beberapa jenis peta sebagai petunjuk dan pemberi informasi antara lain : peta informasi, peta dasar (base map) dan peta bertema (thematic map).

2.1.1 Peta informasi Peta informasi merupakan peta yang dapat digunakan oleh berbagai pihak,

dengan tujuan agar pengguna peta dapat mencapai tujuannya tanpa harus tersesat. Biasanya peta informasi memiliki kandungan yang sangat sederhana, sesuai dengan fungsi peta tersebut yaitu sebagai petunjuk dan pemberi informasi. Contoh - contoh peta informasi antara lain peta pariwisata, peta sekolah (atlas) dan peta topografi.

Peta pariwisat mengandung informasi - informasi tentang letak, jarak atau ciri khas tujuan wisata, sedangkan peta sekolah (atlas) memberi petunjuk tentang daerah propinsi atau kabupaten, ibu kota propinsi atau kabupaten, sungai - sungai yang

terkenal dan gunung - gunung yang terkenal. Peta topografi memilki kandungan informasi dan petunjuk daerah, lokasi, sungai, gunung, titik ketinggian dan garis ketinggian (kontur) yang dapat mencerminkan kondisi lereng dengan melihat kerapatan kontur pada peta. Biasanya peta topografi dijadikan peta kerangka untuk menyusun peta dasar atau peta bertema (thematic map) yang dapat memberikan informasi tentang hubungan antara elemen - elemen pokok dan satuan geomorfologi.

2.1.2 Peta dasar (base map) Peta dasar adalah suatu gambaran dari berbagai komponen yang terpilih

didalam suatu daerah pemetaan. Komponen - komponen tersebut harus memiliki hubungan dengan topografi, sehingga jika komponen - komponen tersebut tidak memiliki hubungan, maka menjadi tidak bermanfaat dan informasi yang dipetakan tersebut menjadi tidak berguna karena tidak dapat dilokalisasi (diplot) dan dievaluasi terhadap kondisi - kondisi yang diharapkan dan akhirnya hanya digunakan sebagai dasar perbandingan pada suatu daerah saja. Informasi dan peta topografi yang terbaru merupakan kebutuhan yang mutlak, karena kesalahan biasanya terjadi karena penggunaan material dasar (peta topografi atau foto udara) yang lama dan tidak teliti. Jika informasi dari peta topografi atau foto udara dapat diandalkan, maka kandungan pokok pada peta tujuan akan sangat bermanfaat. Informasi pada peta topografi atau foto udara yang berhubungan langsung dengan unsur - unsur geografi, seperti batas administratif daerah, nama kampung, jalan dan sebagainya sangat bermanfaat untuk menentukan lokasi penelitian. Penentuan lokasi yang baik dan tepat merupakan unsur utama didalam menyusun peta dasar yang baik, misalnya :

- Posisi titik kontrol geodetik - Posisi konstruksi (bangunan, jalan raya, rel KA atau saluran) - Posisi danau dan sungai - Rincian topografi (batasan topografi, seperti tebing, lembah, bukit- bukit kecil, punggungan dan sebagainya). - Faktor - faktor yang sering berubah, seperti : Kondisi hidrografi Batas pemukiman Batas wilayah kehutanan/ pertanian/perkebunan. Nama - nama daerah. Batas sungai dan pantai. Unsur - unsur penting menyusun peta dasar untuk kepentingan geomorfologi

atau geologi antara lain : 1. Keselarasan unsur - unsur peta dasar dengan materi pokok. 2. Memilih unsur - unsur peta yang mudah dimengerti. 3. Memilih unsur - unsur peta secara umum seperti garis atau titik dan tampilan peta yang akan dijadikan acuan. 4. Membatasi unsur - unsur peta dasar sampai batas minimum, ter- gantung pada tingkat kesulitan dari unsur pokok. Maksud penyusunan peta dasar sebelum melaksanakan kegiatan tertentu

merupakan langkah persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan, sehingga peta dasar merupakan peta rencana kegiatan yang telah tersusun untuk memudahkan kegiatan yang akan dilakukan dan menghemat biaya.

Biasanya yang digunakan sebagai peta dasar untuk suatu kegiatan adalah peta topografi yang sebenarnya hanya memberikan informasi secara umum, seperti titik ketinggian, garis ketinggian (kontur), nama sungai dan nama daerah, sehingga memerlukan analisis agar dapat dijadikan peta dasar. Sebagai contoh kerapatan garis kontur mencerminkan lereng yang terjal, maka dugaan sementara terhadap lereng yang

curam tersebut dapat berupa sesar (patahan) atau terdapat perbedaan kekerasan batuan atau pola punggungan yang memanjang dapat diduga sebagai perlipatan.

Analisis terhadap peta topografi tersebut sangat bermanfaat untuk kegiatan penelitian geologi, geologi teknik, pengembangan wilayah atau penggunaan lahan, sehingga pada saat kegiatan penelitian di lapangan akan lebih terarah kepada hasil analisis peta topografi tersebut.

2.1.3 Peta bertema ( thematic map) Peta bertema adalah peta yang mengandung informasi - informasi tujuan

tertentu untuk maksud tertentu yang dibutuhkan oleh pemakai tertentu pula. Kandungan informasi tersebut merupakan hasil dari suatu kegiatan penelitian tertentu dengan harapan pemakai peta dapat mengambil keputusan dan kesimpulan terhadap kegiatan penelitian yang dilakukannya.

Sebagai contoh peta geologi memberikan informasi tentang sebaran batuan secara lateral dengan batas - batas yang jelas, struktur geologi, posisi temuan fosil, bahan galian atau aspek - aspek geologi lainnya. Penggunaan peta geologi yang telah tersusun dengan baik dapat dibaca oleh pengguna yang berhubungan dengan informasi - informasi geologi sebagai landasan kerja yang sedang ditekuninya, misalnya eksplorasi minyak bumi, geologi teknik, pengembangan wilayah dan tataruang.

2.2 Pemahaman peta geomorfologi Peta geomorfologi telah banyak dibuat oleh berbagai lembaga di dunia dan

memiliki perbedaan terhadap tinjauan aspek - aspek geomorfologi yang digambarkan pada peta geomorfologi, sehingga aspek - aspek geomorfologi yang digambarkan pada peta menggunakan simbol - simbol warna dan pola hitam putih disertai arsiran, tergantung pada kepentingan pembuatan peta didalam menetapkan aspek - aspek geomorfologi yang dipetakan.

Secara garis besar peta geomorfologi dapat dibedakan menjadi tiga jenis peta, yaitu :

a. Peta geomorfologi analitik. b. Peta geomorfologi sintetik. c. Petaa geomorfologi pragmatik. 2.2.1 Peta geomorfologi analitik Secara garis besar kandungan informasi dari peta geomorfologi analitik

cenderung memberikan informasi aspek - aspek geomorfologi di suatu daerah yang cukup luas, sehingga sifat peta geomorfologi analitik bersifat peta tinjau (reconnissance) dengan skala peta 1 : 50.000 sampai 1 : 500.000.

Pada peta geomorfologi analitik tercermin satuan geomorfologi yang sangat luas dan belum memberikan informasi yang rinci, namun sudah dapat dimanfaatkan sebagai dasar (landasan) penelitian lebih lanjut. Analisis bentanglahan yang sangat luas dan komponen - komponen geomorfologi yang besar merupakan ciri dari peta geomorfologi analitik. Misalnya bentanglahan (landscape) atau mintakat (zone) Bandung berdasarkan fisiografi Van Bemmelen (1949) terdiri dari sistem lahan (land system) rangkaian gunungapi (volcanous) dan sistem lahan ( land system) struktural, sehingga memerlukan penguraian yang lebih rinci. Peta geomorfologi analitik sangat berperan untuk digunakan sebagai bahan analisis yang bersifat regional dalam ukuran propinsi, pulau atau negara.

Simbol warna digunakan untuk aspek geomorfologi yang jelas dan memiliki arti penting di dalam peta tersebut, seperti aspek morfogenetik didalam pemetaan geomorfologi, sehingga aspek tersebut disimbolkan dengan warna. Menurut Verstappen

dan Van Zuidam (1968 dan 1975) bahwa proses endogen dan eksogen masa lalu dan sekarang merupakan faktor - faktor perkembangan yang paling menonjol dari suatu bentanglahan, sehingga harus digambarkan dengan jelas dan digunakan simbol warna.

Warna - warna tertentu yang direkomendasikan untuk dijadikan simbol satuan geomorfologi berdasarkan aspek genetik adalah sebagai berikut :

KELAS GENETIK SIMBOL WARNA

Bentuklahan asal struktural Ungu / violet

Bentuklahan asal gunungapi Merah

Bentuklahan asal denudasional Coklat

Bentuklahan asal laut (marine) Hijau

Bentuklahan asal sungai (fluvial) Biru tua

Bentuklahan asal glasial (es) Biru muda

Bentuklahan asal aeolian (angin) Kuning

Bentuklahan asal karst (gamping) Jingga (orange)

Morfografi dan morfometri yang tercermin pada peta topografi dinyatakan oleh

lambang garis atau huruf yang telah baku dan dicetak de - ngan warna hitam atau abu - abu berupa bayangan. Lithologi digambarkan dalam bentuk simbo; gambar lithologi dengan warna bayangan abu - abu, sehingga informasi morfografi, morfometri dan lithologi (batuan) tampak pada peta dengan warna yang tidak menonjol. Pemilihan warna yang tepat dapat memberikan informasi yang lebih banyak dengan tidak mengabaikan simbol warna yang digunakan oleh satuan bentuklahan pada suatu daerah berdasarkan morfogenetik.

Morfokhronologi menggunakan simbol huruf atau angka dengan menggunakan warna hitam, tetapi simbol untuk morfokhronologi dapat dihilangkan. Verstappen (1970) menyebutkan bahwa penggunaan simbol untuk morfokhronologi tidak perlu menggunakan simbol garis, karena biaya untuk pembuatan peta akan menjadi mahal dan umur bentuklahan harus diketahui dengan benar. Morfometri yang penting dari ciri roman muka bumi dapat ditampilkan dengan simbol garis hitam, sedangkan simbol garis berwarna dianjurkan untuk penggambaran simbol morfodinamik (proses aktif), misalnya simbol garis berwarna merah untuk proses erosi dan warna biru untuk banjir atau sedimentasi.

Tabel 1. Aspek utama peta geomorfologi analitik

Bentuk permukaan Aspek yang digambarkan dari morfologi suatu

1. Morfografi daerah, seperti dataran, perbukitan atau

pegunugan

2. Morfometri Nilai aspek geomorfologi daerah, seperti

kemiringan lereng, titi ketinggian , panjang lereng

dan kekerasan relief.

ASPEK UTAMA KRITERIA PEMETAAN

ASPEK UTAMA

KRITERIA PEMETAAN

Bentuk permukaan 1. Morfografi

Aspek yang digambarkan dari morfologi suatu daerah, seperti dataran, perbukitan atau pegunungan.

2. Morfometri

Nilai aspek geomorfologi daerah, seperti kemiringan lereng, titik ketinggian, panjang lereng dan kekasaran relief.

3. Morfogenesis (asal - usul bentuklahan dan proses terjadinya bentuklahan). 3.1. Morfostruktur pasif.

Lithologi / jenis batuan dan struktur batuan dihubungkan dengan proses pengikisan, seperti cuesta, hogback dan kubah.

3.2. Morfostruktur aktif.

Aktivitas proses endogen seperti vulaknisma, patahan dan lipatan, seperti gunungapi, pegunungan antiklin, lereng patahan.

3.3. Morfodinamik

Proses eksogen yang berhubungan dengan gerakan angin, air atau es, seperti gumuk pasir, dataran fluvial, sedimentasi atau gurun.

4. Morfokhronologi (nisbi dan absolut).

Waktu proses terjadinya suatu bentuklahan, misalnya " Villafranchian" untuk umur glasial tua dan "Monasterian" untuk dataran pantai muda.

5.Morfo aransemen

Hubungan antara perubahan bentuklahan dengan proses yang sedang berlangsung.

Sumber : Van Zuidam (1985)

2.2.2 Peta geomorfologi sintetik

Kandungan peta geomorfologi sintetik cenderung memberikan informasi geomorfologi yang bersifat semi rinci (semi detail) dan mulai mengarah pada suatu tujuan tertentu. Skala peta geomorfologi sintetik yang digunakan adalah 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000, sehingga informasi geomorfologi semi rinci dapat ditampilkan di dalam peta geomorfologi sintetik, misalnya unsur - unsur morfografi, morfogenetik, morfometri dan material penyusun.

Pada peta geomorfologi sintetik pengelompokkan lahan dibagi menjadi 4 tingkat yang mencerminkan bagian - bagian lahan semi rinci dari suatu bentangan lahan dari tingkat yang paling kecil sampai tingkat yang paling besar sebagai berikut :

1. Komponen lahan (land component) 2. Satuan lahan (land unit)

3. Bentuklahan (landform) 4. Sistem lahan (land system) 5. Bentanglahan (landscape) Komponen lahan, merupakan bagian terkecil dari suatu bentanglahan yang

menekankan kesamaan kelompok atau kelas lahan, membentuk satuan berdasarkan bentuk permukaan lahan sebagai kriteria pengelompokkan. Satuan - satuan lahan yang dibentuk berdasarkan landasan komponen lahan memiliki kesamaan bentuklahan, lithologi (material penyusun), tanah, vegetasi dan proses. Skala peta yang digunakan untuk menampilkan komponen lahan adalah 1 : 100, biasanya digunakan untuk kepentingan pekerjaan khusus seperti keteknikan atau manajemen.

Satuan lahan, mengacu kepada suatu komponen lahan atau sekumpulan

komponen lahan yang homogen atau heterogen berdasarkan ciri khusus suatu lahan atau komponen lahan. Tampilan dari satuan lahan menggambarkan ciri eksternal dan internal dari suatu bentuklahan yang dibandingkan dengan satuan lahan sekitarnya pada daerah yang sama. bentuk permukaan (relief), proses dan lithologi merupakan dasar utama pengelompokkan satuan lahan. Skala peta yang digunakan untuk menampilkan satuan lahan adalah 1:10.000 sampai 1 : 100.000, biasanya digunakan untuk pekerjaan konsultan atau proyek pembangunan.

Bentuklahan, mengacu kepada sekelompok satuan lahan yang homogen atau

heterogen dengan ciri satuan lahan atau susunan satuan lahan yang khusus. Suatu bentuklahan menunjukkan ciri - ciri tampilan luar, seperti bentuk permukaan lahan (morfografi), proses / asal - usul (morfogenetik), nilai dari bentuk permukaan / kemiringan lereng, panjang lereng dan kerapatan pola pengaliran (morfometri) dan material penyusun (lithologi). Skala peta yang digunakan untuk menampilkan bentuklahan adalah 1 : 10.000 sampai 1 : 100.000, biasanya digunakan untuk kepentingan pekerjaan proyek pembangunan yang bersifat sangat luas.

Sistem lahan, mengacu kepada bentuklahan dan ciri - ciri perkembangan

bentuk permukaan lahan (relief) yang berhubungan berhubungan dengan aspek lingkungan, biasanya dibedakan berdasarkan proses, batuan (lithologi) dan iklim. Suatu sistem lahan menggambarkan pengulangan kemiripan pola bentuklahan yang memiliki kesamaan genetik dibandingkan dengan sistem lahan disekitarnya pada suatu daerah yang sama. Skala yang cocok digunakan untuk menampilkan sistem lahan biasanya lebih besar dari 1 : 250.000 dan digunakan untuk kepentingan peta tinjau suatu proyek pembangunan.

Bentanglahan, merupakan bagian terbesar dari kumpulan sistem lahan,

bentuklahan, satuan lahan dan komponen lahan, sehingga membentuk bentangan yang sangat luas dengan ciri memiliki keseragaman relief dan lithologi secara umum. Skala peta yang digunakan untuk menampilkan bentang lahan adalah 1 : 250.000 atau lebih kecil dan biasanya digunakan sebagai peta tinjau untuk identifikasi suatu kelayakkan lokasi yang akan digunakan suatu proyek atau dijadikan pemandu perencanaan pembangunan.

Sebagai contoh bentanglahan (landscape) atau mintakat (zone) Ban - dung berdasarkan fisiografi Van Bemmelen (1949) terdiri dari sistem lahan rangkaian gunungapi di bagian Utara, dan diuraikan menjadi bentuklahan Gunungapi Tangkuban Perahu dan bentuklahan Gunungapi Tampomas, selanjutnya bentuklahan gunungapi diuraikan menjadi satuan - satuan lahan (land units) , yaitu puncak gunungapi, lereng atas gunungapi, lereng tengah gunungapai dan lereng kaki gunungapi.

Tampilan aspek - aspek geomorfologi tersebut sangat erat hubungannya dengan kondisi geologi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemetaan geologi, sehingga peta geomorfologi sintetik dapat dijadikan sebagai peta dasar didalam pemetaan geologi.

2.2.3 Peta geomorfologi pragmatik Kandungan peta geomorfologi pragmatik cenderung menampilkan informasi

geomorfologi yang bersifat khusus dan rinci (detail) karena peta geomorfologi pragmatik merupakan peta untuk tujuan tertentu dan khusus. Skala peta geomorfologi pragmatik adalah 1 : 25.000 sampai 1 : 5.000, sehingga unsur lahan (land element) dari aspek - aspek geomorfologi yang bersifat rinci, seperti alur erosi, arah arus sungai / pantai, arah ombak, arah sedimentasi, arah lelehan lava gunungapi, dapat tercermin pada peta geomorfologi pragmatik.

Peta geomorfologi pragmatik biasanya dimanfaatkan untuk kepen - tingan suatu kegiatan yang bersifat rinci (detai), seperti kegiatan penelitian teknik, lingkungan, kebencanaan, hidrologi, dan kesesuaian lahan, sehingga penamaan peta lebih cenderung mencerminkan maksud dan tujuan pemetaan yang bersifat khusus, seperti peta morfokonservasi (lingkungan), peta morfohidrologi (hidrologi), peta morfostruktur (struktur geologi), peta bahaya gunungapai, dan peta kesesuaian lahan (land suitability map). Contoh peta geomorfologi pragmatik antara lain peta morfokonservasi dan peta hidrogeomorfologi.

Peta morfokonservasi, menggambarkan klasifikasi lereng, yaitu kemiringan lereng dan kestabilan lereng. Kemiringan lereng terutama untuk menghitung dan mengetahui tingkat erosi yang berlangsung serta kemungkinan gerakan tanah yang akan terjadi pada lereng tersebut. Verstappen dan Van Zuidam (1968 dan 1975) membagi kemiringan lereng menjadi 6 kelas lereng, yaitu : (1) kelas 00 - 20, (2) kelas 20 - 50, (3) kelas 50 - 150, (4) kelas 150 - 300, (5) kelas 300 - 550 dan (6) kelas diatas 550.

Tabel 2 menunjukkan berbagai kelas lereng, proses yang menjadi ciri lahan,

kondisi lahan dan simbol warna untuk lahan yang disarankan. Kelas lereng yang menunjukkan kesamaan lahan kritis disertai dengan proses - proses pada lereng tertentu yang menonjol. Kegiatan konservasi tertentu dapat juga dilakukan terhadap satuan bentuklahan tertentu yang memiliki proses yang menonjol atau nilai kelas konservasi. Jika batas satuan bentuklahan digambar dengan garis tebal, maka nama singkatan dari bentuklahan perlu dicantumkan dengan huruf kapital. Simbol - simbol lain yang digambar denga garis hitam dapat diberikan untuk proses geomorfologi yang sudah tidak aktif tapi masih baru, garis merah untuk erosi yang aktif dan biru gelap untuk gerakan tanah yang aktif. Vegetasi alami, semi alami dan pertanian sangat mempengaruhi proses erosi dan gerakan tanah, sehingga simbol - simbol vegetasi digambar dengan warna hijau. Sama dengan peta analitik, garis kontur dan lithologi (batuan) digambar dengan warna abu - abu sebagai bayangan.

Peta Hidrogeomorfologi, menggunakan simbol warna untuk membedakan satuan hidrogeomorfologi yang sama dengan simbol - simbol yang biasa digunakan didalam kajian hidrologi. Batasan satuan hidrogeomorfologi didasarkan pada kemiringan lereng, tutupan vegetasi, permeabilitas daerah, potensi air tanah, dan kedalaman air tanah.

Pada tabel 3 ditunjukkan bobot nilai lahan yang digunakan untuk membedakan empat kelas hidrogeomorfologi, yaitu air tanah dalam, kualitas aliran air permukaan, mata air dan gerakan material yang diberi simbol de - ngan garis arsir, simbol gambar, angka dan huruf dengan warna yang berbeda. Seperti pada peta morfokonservasi yaitu tutupan vegetasi alami, perkebunan dan pertanian diberi simbol warna hijau, sedangkan informasi topografi dan lithologi yang penting digambar dengan simbol garis abi - abu atau coklat.

Tabel 2. Hubungan kelas lereng dengan sifat - sifat proses dan kondisi lahan disertai simbol warna yang disarankan. (sumber : Van Zuidam, 1985).

Kelas Lereng

Proses, Karakteristik dan Kondisi lahan

Simbol warna yang disarankan.

0

0 - 2

0

(0 - 2 %)

Datar atau hampi datar, tidak ada erosi yang besar, dapat diolah dengan mudah dalam kondisi kering.

Hijau tua

20 - 4

0

(2 - 7 %)

Lahan memiliki kemiringan lereng landai, bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan rendah, pengikisan dan erosi akan meninggalkan bekas yang sangat dalam.

Hijau Muda

40 - 8

0

(7 - 15 %)

Lahan memiliki kemiringan lereng landai sampai curam, bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan rendah, sangat rawan terhadap erosi.

Kuning Muda

8

0 - 16

0

(15 - 30 %)

Lahan memiliki kemiringan lereng yang curam, rawan terhadap bahaya longsor, erosi permukaan dan erosi alur.

Kuning Tua

16

0 - 35

0

(30 - 70 %)

Lahan memiliki kemiringan lereng yang curam sampai terjal, sering terjadi erosi dan gerakan tanah dengan kecepatan yang perlahan - lahan. Daerah rawan erosi dan longsor

Merah Muda

35

0 - 55

0

(70 - 140 %)

Lahan memiliki kemiringan lereng yang terjal, sering ditemukan singkapan batuan, rawan terhadap erosi.

Merah Tua

> 55

0

( > 140% )

Lahan memiliki kemiringan lereng yang terjal, singkapan batuan muncul di permukaan, rawan tergadap longsor batuan.

Ungu Tua

Tabel 3. Sifat - sifat daerah aliran sungai untuk memperkirakan kemungkinan limpasan air permukaan dengan metode Cook (Sumber : Van Zuidam, 1985).

(100)

Sangat Tinggi

(75)

Tinggi

(50)

Normal

(25)

Rendah

Relief

(25)

Curam,kemiri- ngan lereng le- bih dari 30 %.

(20)

Berbukit,kemi-ringan lereng 15 - 30%

(12)

Bergelombang kemiringan le - reng 7 - 15 %

(5)

Datar, kemi- ringan lereng 0 - 7 %

Batuan

(15)

Endapan ber- butir halus dan dan betuan ke- ras.

(10)

Endapan ber- butir sedang dan batuan mudah lapuk

(8)

Endapan ber- butir sedang, batuan lapuk dan memiliki rekahan

(5)

Endapan ber- butir sedang sampai kasar, rekahan tam- pak jelas

Daya serap (infiltrasi) tanah.

(20)

Lapisan tanah penutup tidak efektif,lapisan tanah tipis, se- hingga kapasi- tas resap tanah sangat rendah.

(15)

Daya serap tanah lambat Lempung atau tanah memi - liki kapasitas daya serap rendah.

(10)

Daya serap normal, kete- balan geluh dengan ke - mampuan da- ya serap baik.

(5)

Daya serap tinggi, kete- balan pasir atau tanah mampu me - nyerap de- ngan cepat

Tutupan vegetasi

(20)

Tutupan tanam- an tidak efektif, jarang atau gun- dul.

(15)

Jarang sam - pai sedang, tidak ada tu- tupan alami, kurang dari 10 % aliran dibawah tu - tupan baik.

(10)

Jarang sam - pai baik, 50 % daerah aliran tertutup rum- put dan ta - naman kayu.

(5)

Baik sampai sempurna, hampir 90 % daerah aliran tertutup rum- put dan ta - naman kayu.

Daya tam- pung per - mukaan.

(20)

Tidak ada, tam- pak cekungan dangkal, daerah aliran curam dan sempit, tidak ada kolam atau rawa.

(15)

Daya tam - pung kecil, Pemboran di- perlukan, da- erah aliran ke- cil, tidak ada kolam atau rawa.

(10)

Daya tampung normal, depre- si cekungan permukaan, danau, kolam dan rawa, ku- rang dari 2 % daerah aliran

(5)

Daya tam - pung tinggi, berbentuk ce- kungan, tidak tampak jelas daerah aliran.

Dikutip dari : Engineering Handbook for Farm Planners Upper Mississippi Valley Region III United States Soil Conservation Services, 1953.

BAB 3 UNSUR - UNSUR

PEMETAAN GEOMORFOLOGI

Konsep pemetaan geomorfologi yang dikemukakan di bawah ini me - ngacu

kepada sistem yang dikembangkan oleh oleh Verstappen (1967,1968) dan Van Zuidam (1968, 1975) yang dilandasi pengalaman di wilayah tropis seperti di Indonesia dan Amerika Latin. Sistem pemetaan geomorfologi harus memenuhi kriteria unsur - unsur geomorfologi, seperti gambaran bentuk (morfografi), asal - usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik), penilaian kuantitatif bentuk (morfometri) dan material penyusun.

3.1 Morfografi

Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk permukaan bumi atau arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi dapat dibedakan menjadi bentuklahan perbukitan/punggungan, pegunungan, atau gunungapi, lembah dan dataran. Beberapa pendekatan lain untuk pemetaan geomorfologi selain morfografi adalah pola punggungan, pola pe - ngaliran dan bentuk lereng.

3.1.1 Bentuklahan dataran Dataran adalah bentuklahan (landform) dengan kemiringan lereng 0% sampai

2%, biasanya digunakan untuk sebutan bentuklahan asal marin (laut), fluvial (sungai), campuran marin dan fluvial (delta) dan plato.

Bentuklahan asal marin (marine landforms origin) terdiri dari :

- Bentuklahan dataran pesisir (coastal plain landforms) - Bentuklahan dataran pesisir aluvial (alluvial coastal plain landforms) - Bentuklahan beting gisik (beach ridge landforms) - Bentuklahan lembah gisik (beach swale landforms) - Bentuklahan dataran pantai (beach)

Bentuklahan asal fluvial (fluvial landforms origin) terdiri dari :

- Bentuklahan dataran banjir (flood plain landforms) - Bentuklahan tanggul alam (natural levee landforms) - Bentuklahan undak sungai (teracce landforms)

Bentuklahan asal campuran (delta), terdiri dari :

- Bentuklahan delta kaki burung (birdfoot delta) - Bentuklahan delta membulat (lobate delta0 - Bentuklahan delta memanjang (cuspate delta) - Bentuklahan delta kuala (estuarine delta0

Bentuklahan plato.

Aspek - aspek geologi yang dapat tercermin dari morfografi dataran asal marin

dan fluvial adalah : a. Dataran marin : disusun oleh material berbutir halus sampai sedang

yaitu pasir yang terpilah baik dan kemasan terbuka karena lebih banyak dipengaruhi oleh hempasan ombak, bercampur dengan lempung dan lanau. b. Dataran fluvial : disusun oleh material berbutir halus seperti lem - pung dan lanau sampai bongkah - bongkah. Mate- rial penyusun dataran fluvial biasa disebut endap - an aluvium dan jika telah termampatkan disebut konglomerat. c. Dataran delta : disusun oleh material - material pasir berbutir halus sampai sedang, lempung, dan lanau, disertai de - ngan sisa - sisa tumbuhan atau endapan batubara. d. Dataran plato : disusun oleh material - material gunungapi, sepert breksi dan tuf. 3.1.2 Bentuklahan perbukitan / pegunungan

Bentuklahan perbukitan (hilly landforms) memiliki ketinggian antara 50 meter sampai 500 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiringan lereng antara 7 % sampai 20 %, sedangkan bentuklahan pegunungan (mountaineous landforms) memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %. Sebutan perbukitan digunakan terhadap bentuklahan kubah intrusi (dome landforms of intrusion), bukit rempah gunungapi / gumuk tefra, koral (karst) dan perbukitan yang dikontrol oleh struktural.

Sebutan pegunungan digunakan terhadap rangkaian bentuklahan yang memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %, biasanya merupakan satu rangkaian dengan bentuklahan gu - nungapi atau akibat kegiatan tektonik yang cukup kuat, seperti pegunungan Himalaya (di India), pegunungan Alpen (di Eropa) dan Pegunungan Selatan (di Jawa Barat).

Aspek - aspek geologi yang berhubungan dengan bentuklahan perbukitan dan pegunungan tersebut antara lain :

a. Perbukitan kubah intrusi, disusun oleh material batuan beku intrusi yang memiliki ciri khas membentuk pola aliran sentripetal, soliter (terpisah),

biasanya terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh sesar dan tersebar tidak beraturan. b. Bentuklahan perbukitan rempah gunungapi (gumuk tefra) disusun oleh

material - material hasil erupsi gunungapi yang berbutir halus sampai bbongkah dengan ciri khas tidak jauh dari gunungapi se - bagai sumber material. Gumuk tefra terbentuk karena kegiatan erupsi gunungapai.

c. Bentuklahan perbukitan karst (gamping) disusun oleh material sisa kehidupan binatang laut (koral), bersifat karbonatan. Ciri khas perbukitan karst membentuk perbukitan yang berkelompok, membentuk pola pengaliran multi basinal (tiba - tiba menghilang), terdapat gua - gua dengan stalagtit dan talagmit. Daerah perbukitan karst mencerminkan jejak lingkungan laut dangkal (25 meter sampai 50 meter), sehingga garis pantai lama tidak jauh dari kumpulan perbukitan karst tersebut. Munculnya perbukitan karst disebabkan oleh suatu pengangkatan (tektonik).

d. Bentuklahan perbukitan yang memanjang mencerminkan suatu perbukitan yang terlipat, sehingga dapat diperkirakan material penyusun berupa batuan sedimen, seperti batupasir, batulempung dan batulanau atau perselingan batuan sedimen tersebut. Ciri khas bentuklahan perbukitan terlipat memiliki pola pengaliran paralel atau rektangular yang berbeda arah, mengikuti lereng sayap dari perbukitan tersebut, sedangkan puncak dari perbukitan bertindak

sebagai batas pemisah aliran (water devided). Bentuklahan perbukitan memanjang terbentuk akibat dari kegiatan tektonik lemah (pengangkatan), sehingga membentuk perlipatan. Perbukitan yang berbelok atau terpisah, kemungkinan diakibatkan oleh gerakan dari sesar geser.

e. Bentuklahan pegunungan terdapat pada suatu rangkaian gu-nungapi, seperti rangkaian gunungapi Tangkuban Parahu dengan Tampomas terdapat rangkaian pegunungan Bukit Tunggul, Manglayang dan rangkaian pegunungan di Utara Tanjungsari, kemudian menyambung dengan Gunungapi Tampomas. Selain rangkaian pegunungan yang terdapat di sekitar gunungapi, terdapat pula rangkaian pegunungan yang diakibatkan oleh tektonik, seperti rangkaian Pegunungan Selatan Jawa Barat yang membentang dari Barat di Teluk Palabuan Ratu (Sukabumi) sampai ke Timur di Teluk Pangandaran (Ciamis).

3.1.3 Bentuklahan gunungapi (vulkanik)

Bentuklahan gunungapi (vilkanik) memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiring lereng yang curam (56 % sampai 140 %), dengan ciri khas memiliki kawah, lubang kepundan dan kerucut kepundan. material yang dapat ditemui pada bentuklahan vulkanik bagian puncak merupakan material halus sampai sedang (abu vulkanik / tuf), pada lereng bagian tengah lelehan lava dan lahar serta pada bagian lereng bawah berupa endapan rempah - rempah gunungapi (tefra).

Terbentuknya gunungapi akibat kegiatan magma yang mendorong dari perut bumi ke permukaan bumi secara sinambung (terus menerus) dalam kurun waktu yang panjang, sehingga membentuk kerucut yang menjulang sampai ketinggian tertentu, suatu saat mengalami erupsi yang cukup hebat mengakibatkan puncak kepundan menjadi tumpul. Pada gunungapi muda puncak kepundan masih berbentuk kerucut dan erupsi masih terus berlangsung. Contoh Gunungapi Merapi di Jawa Tengah - Yogyakarta.

3.1.4 Lembah Permukaan bumi yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan membentuk

lembah. Pada awalnya torehan (erosi) limpasan air permukaan berupa erosi permukaan (sheet erosion) kemudian menjadi erosi alur (riil erosion), erosi parit (gully erosion), lembah (valley) dan selanjutnya lembah sebagai penampung aliran air menjadi sungai. Limpasan air permukaan yang masuk ke lembah selalu membawa muatan sedimen hasil dari pengikisan air tersebut dan selanjutnya sungai membawa muatan sedimen untuk di endapkan pada daerah (cekungan) tertentu menjadi suatu endapan (sedimen). Secara garis besar jenis - jenis lembah dapat dibedakan menjadi :

- Jenis lembah U tumpul - Jenis lembah U tajam - Jenis lembah V tumpul - Jenis lembah V tajam. Jenis lembah U tumpul terjadi pada daerah - daerah yang relatif datar, erosi yang

berlangsung cenderung ke arah lateral (samping) dan erosi ke arah vertikal (dasar sungai) relatif tidak berlangsung. Erosi ke arah vertikal terhenti, karena telah mencapai batuan dasar sungai yang relatif keras dibandingkan dengan batuan yang berada di tepi sungai.

Jenis lembah U tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki kemiringan lereng landai, erosi lateral (ke samping) lebih besar dari pada erosi vertikal (ke arah dasar sungai), pengumpulan (akumulasi) sedimen berlangsung dari lereng - lereng lembah.

Jenis lembah V tumpul terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng landai sampai agak curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) berlangsung lebih kuat daripada erosi lateral (ke arah samping) yang disertai dengan erosi dari bagian atas lereng lembah tersebut dan pengumpulan (akumulasi) endapan (sedimen) terjadi di dasar lembah. Bentuk lembah V tumpul yang tidak simetris disebabkan oleh perbedaan jenis batuan dan / atau struktur pada salah satu sisi lembah.

Jenis lembah V tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) sangat kuat karena dipe - ngaruhi oleh tektonik. Kondisi batuan dan iklim sangat berpengaruh terhadap pembentukkan jenis lembah V tajam.

BENTUK SIMETRIS BENTUK TAK SIMETRIS

ENDAPAN FLUVIO -COLUVIA

LEKUKAN DALAM

TERBUKA/ LEBAR

MENYEMPIT / CURAM

MENYEMPIT / CURAM

TERBUKA / LEBAR

Gambar 1. Bentuk - bentuk lembah (sumber : Van Zuidam, 1985) 3.1.5 Bentuk lereng Bentuk lereng merupakan cerminan proses geomorfologi eksogen atau endogen

yang berkembang pada suatu daerah dan secara garis besar dapat dibedakan menjadi : - Bentuk lereng cembung. - Bentuk lereng lurus - Bentuk lereng cekung Bentuk lereng cembung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang disusun

oleh material - material batuan yang relatif keras atau sisa - sisa gawir sesar atau bidan longsoran (mass wasting) yang telah tererosi pada bagian tepi atasnya.

Bentuk lereng lurus, biasanya terjadi pada daerah - daerah lereng vulkanik yang disusun oleh material - material vulkanik halus atau bidang longsoran (llandslide).

Bentuk lereng cekung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang disusun oleh material - material batuan lunak atau bidang longsoran (slump).

3.1.6 Pola punggungan Pada peta topografi, foto udara atau citra satelit akan tampak pola - pola

punggungan yang berbentuk paralel (sejajar), berbelok atau melingkar. Pola - pola punggungan tersebut mencerminkan dipengaruhi oleh kekuatan (tenaga) yang mengakibatkan terbentuknya pola punggungan. Kekuatan (tenaga) tersebut berasal dari dalam bumi yang dikenal sebagai tenaga endogen, dapat berupa kegiatan pengangkatan atau pensesaran (tektonik).

Pola punggungan paralel dapat diinterpretasikan sebagai suatu perbukitan yang terlipat, sedangkan pola punggungan berbelok, melingkar atau terpisah dapat diinterpretasikan sebagai akibat dari suatu pensesaran. Pola - pola punggungan yang terlipat menunjukkan kerapatan garis kontur yang jarang, sedangkan jika pada salah satu sisi punggungan tersebut memiliki kerapatn garis kontur yang cukup rapat diinterpretasikan telah terjadi sesar naik.

3.1.7 Pola aliran

Kegiatan erosi dan tektonik yang menghasilkan bentuk - bentuk lembah sebagai tempat pengaliran air, selanjutnya akan membentuk pola - pola tertentu yang disebut sebagai pola aliran. Pola aliran ini sangat berhubungan dengan jenis batuan, struktur geologi kondisi erosi dan sejarah bentuk bumi. Sistem pengaliran yang berkembang pada permukaan bumi secara regional dikontrol oleh kemiringan lereng, jenis dan ketebalan lapisan batuan, struktur geologi, jenis dan kerapatan vegetasi serta kondisi iklim.

Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto udara, terutama pada skala yang besar. Percabangan - percabangan dab erosi yang kecil pada permukaan bumi akan tampak dengan jelas, sedangkan pada skala menengah akan menunjukkan pola yang menyeluruh sebagai cerminan jenis batuan, struktur geologi dan erosi. Pola pengaliran pada batuan yang berlapis sangat tergantung pada jenis, sebaran, ketebalan dan bidang perlapisan batuan serta geologi struktur seperti sesar, kekar, arah dan bentuk perlipatan.

Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pola pengaliran dasar dan pola pengaliran modifikasi. Definisi pola pengaliran yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di suatu daerah yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hujan, alur pengaliran tetap pengali. Biasanya pola pengaliran yang demikian disebut sebagai pola pengaliran permanen (tetap).

2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan dari pola dasar lainnya.

3. Perubahan (modifikasi) pola dasar adalah salah satu perbedaan yang dibuat dari pola dasar setempat.

Hubungan pola dasar dan pola perubahan (modifikasi) dengan jenis batuan dan struktur geologi sangat erat, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat ditambah atau dikurangi.Van der Weg (1968) membuat klasifikasi pola pengaliran menjadi pola erosional, pola pengendapan dan pola khusus. Pola dendritik (sub dendritik), radial, angular (sub angular), tralis dan rektangular termasuk pola erosional, sedangkan pola - pola lurus (elongate) , menga - nyam ( braided), berkelok (meandering), yazoo,

rektikular dan pola dikhotomik termasuk pola pengendapan. Klasifikasi pola khusus dibagi menjadi pola pe-ngaliran internal seperti pola "sinkhole" pada bentuklahan karst (gamping) dan pola "palimpset" atau "berbed" untuk daerah yang dianggap khusus.

Tabel 3. Pola pengaliran dan karakteristiknya (van Zuidam, 1985)

POLA PENGALIRAN

DASAR

KARAKTERISTIK

DENDRITIK

Perlapisan batuan sedimen relatif datar atau paket batuan kristalin yang tidak seragam dan memiliki ketahanan terhadap pelapukan. Secara regional daerah aliran memiliki kemiringan landai, jenis pola pengaliran membentuk percabangan menyebar seperti pohon rindang.

PARALEL

Pada umumnya menunjukkan daerah yang berlereng sedang sampai agak curam dan dapat ditemukan pula pada daerah bentuklahan perbukitan yang memanjang. Sering terjadi pola peralihan antara pola dendritik dengan pola paralel atau tralis. Bentuklahan perbukitan yang memanjang dengan pola pengaliran paralel mencerminkan perbukitan tersebut dipengaruhi oleh perlipatan.

TRALLIS

Baruan sedimen yang memiliki kemiringan perlapisan (dip) atau terlipat, batuan vulkanik atau batuan metasedimen derajat rendah dengan perbedaan pelapukan yang jelas. Jenis pola pengaliran biasanya berhadapan pada sisi sepanjang aliran subsekuen.

REKTANGULAR

Kekar dan / atau sesar yang memiliki sudut kemiringan, tidak memiliki perulangan lapisan batuan dan sering memperlihatkan pola pengaliran yang tidak menerus.

RADIAL

Daerah vulkanik, kerucut (kubah) intrusi dan sisa - sisa erosi. Pola pengaliran radial pada daerah vulkanik disebut sebagai pola pengaliran multi radial. Catatan : pola pengaliran radial memiliki dua sistem yaitu sistem sentrifugal (menyebar ke luar dari titik pusat), berarti bahwa daerah tersebut berbentuk kubah atau kerucut, sedangkan sistem sentripetal (menyebar kearah titik pusat) memiliki arti bahwa daerah tersebut berbentuk cekungan.

ANULAR

Struktur kubah / kerucut, cekungan dan kemungkinan retas (stocks)

MULTIBASINAL

Endapan berupa gumuk hasil longsoran dengan perbedaan penggerusan atau perataan batuan dasar, merupakan daerah gerakan tanah, vulkanisme, pelarutan gamping dan lelehan salju (permafrost)

POLA PENGALIRAN MODIFIKASI

SUB DENDRITIK

Umumnya struktural

PINNATE

Tekstur batuan halus dan mudah tererosi

ANASTOMATIK

Dataran banjir, delta atau rawa

MENGANYAM (DIKHOTOMIK)

Kipas aluvium dan delta

SUB PARALEL

Lereng memanjang atau dikontrol oleh bentuklahan perbukitan memanjang.

KOLINIER

Kelurusan bentuklahan bermaterial halus dan beting pasir.

SUB TRALLIS

Bentuklahan memanjang dan sejajar

DIREKSIONAL TRALLIS

Homoklin landai seperti beting gisik

TRALLIS BERBELOK

Perlipatan memanjang.

TRALLIS SESAR

Percabangan menyatu atau berpencar , sesar paralel

ANGULATE

Kekar dan / atau sesar pada daerah miring

KARST

Batugamping

Morisawa (1985) menyebutkan pengaruh geologi terhadap bentuk sungai dan

jaringannya adalah dinamika struktur geologi, yaitu tektonik aktif dan pasif serta lithologi (batuan). Kontrol dinamika struktur diantaranya pensesaran, pengangkatan (perlipatan) dan kegiatan vulkanik yang dapat menyebabkan erosi sungai. Kontrol struktur pasif mempengaruhi arah dari sistem sungai karena kegiatan tektonik aktif. Sedangkan batuan dapat mempengaruhi morfologi sungai dan jaringan topologi yang memudahkan terja- dinya pelapukan dan ketahanan batuan terhadap erosi.

Tabel 4. Kontrol struktur terhadap bentuk sungai (sumber : Morisawa, 1985)

KONTROL

STRUKTUR

BENTUK SUNGAI

A. DINAMIK

1. SESAR AKTIF Teras Lembah gelas anggur Lembah memanjang Sungai terputus Saluran "OFFSET" Saluran menyebar Sungai subsekuen Membentu genangan Lembah terjal 2. PERLIPATAN AKTIF

Sungai anteseden Pembelokkan sungai secara Sungai konsekuen tajam.

3. KEGIATAN VULKANIK

Pola aliran radial Dasar sungai curam

B. PASIF.

1. TERAS SESAR

Teras Lembah gelas anggur Lembah memanjang Sungai terputus Sungai subsekuen Saluran menyebar Lembah terjal Membentuk genangan Saluran "OFFSET'

2. KEMIRINGAN

Aliran paralel Sungai subsekuen Aliran sepanjang le- Pola tralis reng kemiringan. Aliran konsekuen Aliran pada tebing pendek

3. KUBAH

Pola radial Pola anular Sungai konsekuen Sungai subsekuen

4. ANTIKLIN SINKLIN

Pola tralis Pembelokkan sungai Sungai subsekuen.

5. KELURUSAN SUNGAI

Lembah asimetri Kelurusan saluran Sungai subsekuen

6. KEKAR

Pola rektangular Sungai subsekuen

3.2 Morfogenetik Morfogenetik adalah proses / asal - usul terbentuknya permukaan bumi, seperti

bentuklahan perbukitan / pegunungan, bentuklahan lembah atau bentuklahan pedataran. Proses yang berkembang terhadap pembentukkan permukaan bumi tersebut yaitu proses eksogen dan proses endogen.

3.2.1 Proses eksogen

Proses eksogen adalah proses yang dipengaruhi oleh faktor - faktor dari luar bumi, seperti iklim, biologi dan artifisial. Proses yang dipengaruhi oleh iklim dikenal sebagai proses fisika dan proses kimia, sedangkan ptoses yang dipengaruhi oleh biologi biasanya terjadi akibat dari lebatnya vegetasi, seperti hutan atau semak belukar dan

kegiatan binatang. Proses artifisial lebih banyak disebabkan oleh aktifitas manusia merubah bentuk permukaan bumi untuk kepentingan kehidupannya.

Tahap perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh proses eksogen diawali dengan permukaan bumi yang dipengaruhi oleh iklim, seperti hujan, perubahan temperatur dan angin, sehingga merubah mineral - mineral penyusun batuan secara fisika atau kimia, sehingga batuan menjadi lapuk dan selanjutnya menjadi tanah. Lapisan permukaan tanah kemudian dikikis oleh hujan selanjutnya material permukaan tanah yang lepas terhanyutkan dan diendapkan pada suatu cekungan pengendapan, seperti lembah / sungai atau laut. Secara garis besar proses eksogen diawali dengan pelapukan batuan, kemudian hasil pelapukan batuan menjadi tanah dan tanah terkikis (degradasional), terhanyutkan dan pada akhirnya diendapkan (agradasional).

Kenampakkan proses erosi pada peta topografi atau foto udara ditunjukkan oleh kerapatan pola aliran, sehingga semakin rapat pola aliran menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang cukup tinggi atau dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan yang relatif lunak dengan porositas yang buruk. Sebaliknya jika kerapatan pola pengaliran renggang, maka dapat diartikan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang reltif kecil atau dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan yang relatif keras dan memiliki porositas yang cukup baik serta memiliki ketahanan terhadap erosi.

3.2.2 Proses endogen Proses endogen adalah proses yang dipengaruhi oleh kekuatan / tenaga dari

dalam kerak bumi, sehingga merubah bentuk permukaan bumi. Proses dari dalam kerak bumi tersebut antara lain kegiatan tektonik yang menghasilkan patahan (sesar), pengangkatan (lipatan) dan kekar. Selain kegiatan tektonik, proses kegiatan magma dan gunungapi (vulkanik) sangat berperan merubah bentuk permukaan bumi, sehingga membentuk perbukitan intrusi dan gunungapi.

Ciri - ciri proses endogen yang berlangsung di suatu daerah pada peta topografi atau foto udara adalah sebagai berikut :

Bentuklahan perbukitan intrusi : - Bentuk perbukitan menyerupai kubah dan berpola terpisah (soliter). - Pola aliran radial sentripetal (menyebar keluar dari titik pusat). - Bentuk lereng relatif cembung. - Garis kontur pada peta topografi relatif rapat. Bentuklahan perbukitan struktural : Perlipatan : - Bentuk perbukitan memanjang. - Pola aliran paralel dan rektangular. - Bentuk lereng hampir lurus dan simetris pada sisi yang berlawanan. - Garis kontur pada peta topografi relatif renggang. Patahan (sesar normal dan sesar naik) : - Bentuk perbukitan tidak menerus dan tidak simetris. - Pola aliran paralel atau rektangular. - Bentuk lereng relatif cekung dan tidak simetris pada kedua lereng yang berlawanan. - Garis kontur pada peta topografi pada bagian patahan sangat rapat. Patahan (sesar geser) : - Bentuk perbukitan berbelok atau tergeser (tidak menerus). - Pola aliran rektangular. - Bentuk lereng lurus dan tidak beraturan.

- Garis kontur pada peta topografi renggang sampai rapat. Bentuklahan gunungapi (vulkanik) : - Bentuk pegunungan kerucut. - Pola aliran radial pada bagian puncak dan pola aliran pada lereng tengah sampai lereng bawah lurus (elongate). - Memiliki kawah dan lubang kepundan. - Garis kontur pada peta topografi pada bagian puncak relatif rapat, dan pada bagian lereng tengah sampai lereng bawah agak renggang sampai renggang 3.2.3 Tata nama satuan geomorfologi

Penentuan tata nama satuan harus memiliki kesamaan unsusr - unsur geomorfologi yaiitu kesamaan gambaran bentuk (morfografi), seperti perbukitan, pegunungan atau pedatara dan asal - usul / proses (morfogenetik) terjadinya suatu bentuk seperti proses asal fluvial, marin, denudasional, aeolian, karst, glasial / preglasial (proses eksogen), struktural dan vulkanik (proses endogen), sedangkan unsur - unsur lain, seperti morfometri dan material penyusun merupakan unsur penegasan dari pernyataan unsur morfografi dan morfogenetik, sehingga penamaan satuan bentuklahan geomorfologi terdiri dari gambaran bentuk (morfografi) dan asal - usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik).

Contoh tata cara penamaan satuan geomorfologi adalah sebagai berikut : Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL Pernyataan PERBUKITAN mencerminkan gambaran bentuk (morfografi) dan

STRUKTURAL menyatakan proses terbentuknya perbukitan tersebut. Sebagai pelengkap agar tata nama satuan tersebut lebih rinci dan dapat dipetakan, maka unsur morfogenetik dapat diuraikan menjadi struktur perlipatan, sesar atau kekar. Unsur - unsur pendukung seperti morfometri dan material penyusun diperlukan untuk lebih menegaskan panamaan satuan tersebut, seperti pola alir

an, kerapatan pola aliran, pola punggungan, bentuk lereng, kemiringan lereng, kerapatan kontur dan perkiraan batuan penyusun bentuklahan, sehingga penamaan satuan bentuklahan secara lengkap menjadi :

Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL (TERLIPAT) - pola aliran rektangular - kerapatan aliran 50/Km - pola punggungan paralel - bentuk lereng lurus dan simetris - kemiringan lereng 5 % - kerapatan kontur cukup renggang - perkiraan batuan penyusun terdiri dari jenis batuan sedimen. Tata nama satuan geomorfologi tersebut sangat membantu untuk pemetaan geologi, karena analisis morofografi dapat dilakukan terhadap peta topografi atau foto udara, sehingga pemetaan geologi dapat direncanakan dengan baik dan terarah.

3.3 Morfometri Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari suatu bentuklahan dan

merupakan unsur geomorfologi pendukung yang sangat berarti terhadap morfografi dan morfogenetik. Penilaian kuantitatif terhadap bentuklahan memberikan penajaman tata nama bentuklahan dan akan sangat membantu terhadap analisis lahan untuk tujuan tertentu, seperti tingkat erosi, kestabilan lereng dan menentukan nilai dari kemiringan lereng tersebut.

3.3.1 Lereng

Lereng merupakan bagian dari bentuklahan yang dapat memberikan informasi kondisi - kondisi proses yang berpengaruh terhadap bentuklahan, sehingga dengan memberikan penilaian terhadap lereng tersebut dapat ditarik kesimpulan dengan tegas

tata nama satuan geomorfologi secara rinci. Ukuran penilaian lereng dapat dilakukan terhadap kemiringan lereng dan panjang lereng, sehingga tata nama satuan geomorfologi dapat lebih dirinci dan tujuan - tujuan tertentu, seperti perhitungan tingkat erosi, kestabilan lereng dan perencanaan wilayah dapat dikaji lebih lanjut.

Ukuran kemiringan lereng yang telah disepakati untuk menilai suatu bentuklahan adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Ukuran kemiringan lereng (sumber : Van Zuidam,1985)

KEMIRINGAN LERENG

KETERANGAN

KLASIFIKASI USSSM* (%)

KLASIFIKASI USLE** (%)

0 - 2

Datar - Hampir datar

0 - 2

1 - 2

3 - 7

Lereng sangat landai

2 - 6

2 - 7

8 - 13

Lereng landai

6 - 13

7 - 12

14 - 20

Lereng agak curam

13 - 25

12 - 18

21 - 55

Lereng curam

25 - 55

18 - 24

56 - 140

Lereng sangat curam

> 55

> 24

* USSSM = United state soil System Management **USLE = Universal Soil Loss Equation (Wischmeir, 1967). Tabel 6. Ukuran panjang lereng

PANJANG LERENG (M)

KLASIFIKASI

< 15

Lereng sangat pendek

15 - 50

Lereng pendek

50 - 250

Lereng sedang

250 - 500

Lereng panjang

> 500

Lereng sangat panjang

3.3.2 Perbedaan ketinggian Perbedaan ketinggian (elevasi) biasanya diukur dari permukaan laut, karena

permukaan laut dianggap sebagai bidang yang memilki angka ke-tinggian (elevasi) nol. Pentingnya pengenalan perbedaan ketinggian adalah untuk menyatakan keadaan morfografi dan morfogenetik suatu bentuklahan, seperti perbukitan, pegunungan atau

dataran. Hubungan perbedaan ketinggian dengan unsur morfografi adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi (sumber : Van Zuidam, 1985)

KETINGGIAN ABSOLUT

UNSUR MORFOGRAFI

< 50 meter

Dataran rendah

50 meter - 100 meter

Dataran rendah pedalaman

100 meter - 200 meter

Perbukitan rendah

200 meter - 500 meter

Perbukitan

500 meter - 1.500 meter

Perbukitan tinggi

1.500 meter - 3.000 meter

Pegunungan

> 3.000 meter

Pegunungan tinggi

Tabel 8. Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian. (sumber: Van Zuidam,1985)

KELAS RELIEF

KEMIRINGAN LERENG ( % )

PERBEDAAN

KETINGGIAN (m)

Datar - Hampir datar

0 - 2

< 5

Berombak

3 - 7

5 - 50

Berombak - Bergelombang

8 - 13

25 - 75

Bergelombang - Berbukit

14 - 20

75 - 200

Berbukit - Pegunungan

21 - 55

200 - 500

Pegunungan curam

55 - 140

500 - 1.000

pegunungan sangat curam

> 140

> 1.000

Tabel 9. Kerapatan aliran (rata - rata jarak percabangan dengan Ordo pertama aliran, Van Zuidam, 1985)

JENIS KERAPATAN

PADA SKALA 1: 25.000

MEMILIKI KERAPATAN

KARAKTERISTIK

HALUS

Kurang dari 0,5 cm

Tingkat limpasan air permukaan tinggi, batuan memiliki porositas buruk

SEDANG

0,5 cm - 5 cm

Tingkat limpasan air permukaan sedang, batuan memiliki porositas sedang

KASAR

Lebih besar dari 5 cm

Tingkat limpasan air permukaan rendah, batuan memiliki porositas baik dan tahan terhadap erosi.

BAB 4

SISTIMATIKA PEMETAAN GEOMORFOLOGI

Pemetaan geomorfologi meliputi segala aspek yang berhubungan dengan gambaran bentuklahan, proses bentuklahan, nilai - nilai bentuklahan dan material penyusun bentuklahan. Aspek - aspek tersebut tidak hanya disampaikan dalam bentuk kata (verbal), seperti ketepatan bentuk, ukuran dan posisi, tetapi sangat beik dituangkan dalam bentuk peta. Secara umum peta dapat diklasifikasikan menjadi peta tujuan umum dan peta tujuan khusus.

Penelitian dan pemetaan geomorfologi saat ini merupakan gabungan dari dua sumber yang berbeda, yaitu penelitian yang mendalam tentang geomorfologi dan hubungan geomorfologi dengan bidang ilmu lainnya. Penelitian sistematika yang mendalam tentang geomorfologi akan menghasilkan peta geomorfologi analitik, khususnya yang paling menonjol menghasilkan informasi monodisiplin dan pada bagian lain menampilkan informasi bentuklahan, sebagian proses eksogen, menekankan unsur - unsur morfogenesis (termasuk morfostruktural) dan mungkin morfokhronologi.

Penelitian terhadap hubungan antara geomorfologi dengan pengkajian elemen - elemen lingkungan disebut sebagai ekologi bentanglahan (landscape ecology) dan hasilnya berupa peta yang disebut sebagai peta sintetik (holistik). Peta - peta sintetik (holistik) memiliki kandungan multidisiplin ilmu dan data geomorfologi terpadu, sebagian memberikan informasi bentuklahan ditambah dengan proses eksogen dan endogen, data lithologi, sedimen, tanah, kondisi air permukaan dan air bawah tanah.

Pendekatan analitik dan sintetik memiliki hubungan yang erat, sehingga penelitian yang bersifat analitik akan menghasilkan satuan - satuan pemetaan geomorfologi yang rinci, sedangkan penelitian yang bersifat sintetik menghasilkan informasi - informasi yang berhubungan dengan aspek - aspek terapan, seperti informasi lingkungan dan hubungan lingkungan dengan bentanglahan (landscape). Pada kasus tertentu peta geomorfologi terapan dibuat berdasarkan peta geomorfologi analitik dan pada kasus lain peta geomorfologi sintetik menampilkan informasi - informasi klasifikasi bentuklahan untuk tujuan tertentu.

Pendekatan pragmatik dilakukan untuk kepentingan saat sekarang dengan data yang dikumpulkan terbatas hanya untuk penelitian - penelitian yang bersifat lebih khusus. Peta - peta geomorfologi yang ada sekarang pada dasarnya merupakan peta - peta geomorfologi pragmatik.

4.1 Pemahaman bentuklahan Mitchel dan Way (1973) menyebutkan bahwa bentuklahan adalah gambaran

umum fisik rupa bumi. Karakteristik gambaran umum fisik rupa bumi, seperti morfografi, morfogenetik, morfometri dan material penyusun dapat ditafsirkan melalui peta topografi, foto udara atau citra satelit yang saat ini telah berkembang dengan pesat. Selaras dengan karakteristik gambaran umum fisik rupa bumi, maka secara garis besar bentuklahan berdaarkan morfografi dan morfogenetik dapat dibedakan menjadi bentuklahan asal denudasional, fluvial, marin, struktural, gunungapi (vulkanik), aeolian, karst dan glasial.

4.1.1 Bentuklahan asal denudasional Proses eksogen (epigen), seperti iklim, vegetasi dan aktivitas manusia

merupakan faktor pengaruh yang sangat menonjol pada bentuklahan denudasional. Iklim, seperti curah hujan dan perubahan temperatur berpengaruh terhadap proses pelapukan batuan, erosi dan gerakan tanah. Vegetasi dan aktivitas manusia sangat membantu percepatan proses eksogen, sehingga perubahan bentuklahan terjadi sangat cepat.

Ciri - ciri bentuklahan asal denudasional dapat diamati dari pola - pola punggungan yang tidak beraturan, pola aliran sungai yang membentuk pola dendritik dengan kerapatan pola pengaliran yang cukup rapat dan lereng relatif terjal. Material penyusun biasanya terdiri dari batuan homogen yang mudah lapuk, seperti lempung, lanau, serpih, dan breksi. Kenampakkan ciri - ciri bentuklahan denudasional dapat diamati melalui peta topografi, foto udara atau citra satelit. Secara garis besar proses yang berlangsung pada bentuklahan asal denudasional dapat dibedakan menjadi proses erosional dan proses longsoran (degradasional) dengan diakhiri oleh proses pengendapan (agradasional).

4.1.1.1 Erosi Erosi adalah proses pengikisan terhadap permukaan bumi oleh hujan hujan,

sehingga partikel - partikel permukaan bumi berpindah terangkut oleh aliran air atau sungai. Jika kecepata aliran tenang dan memiliki kecepatan yang rendah, maka perpindahan partikel - partikel hasil pengikisan tersebut tidak menunjukkan telah terjadi erosi, sedangkan jika kecepatan aliran meningkat, maka erosi berlangsung dengan cepat. Selaras dengan kondisi aliran tersebut, maka jenis erosi dapat dibedakan menjadi :

- Erosi permukaan (sheet erosion) - Erosi alur (riil erosion) - Erosi parit (gully erosion). Erosi permukaan berlangsung akibat dari limpasan air permukaan yang tidak

terpusat (terkonsentrasi) dan biasanya berlangsung pada saat hujan mulai berlangsung, sehingga curah hujan yang jatuh dipermukaan tanah mulai mengalir. Kondisi erosi permukaan tidak akan pernah tampak pada peta topografi dan sangat sulit diinterpretasi melalui foto udara, namun sebagai ciri suatu daerah mengalami erosi permukaan pada foto udara akan menunjukkan tutupan vegetasi yang jarang.

Erosi alur berlangsung ketika limpasan air permukaan mulai bergabung membentuk alur, sehingga aliran permukaan terpusat membentuk suatu alur dan pengikisan terjadi pada alur - alur dari suatu aliran tersebut disertai dengan torehan terhadap dinding alur dan dasar alur. Erosi alur memiliki ciri yang hampir sama dengan erosi permukaan, tetapi pada foto udara dengan skala yang besar akan tampak alu - alur pengikisan pada daerah yang terbuka, sehingga erosi alur dapat dipetakan pada skala peta yang besar.

Semakin tinggi debit hujan dan debit aliran pada alur yang terbentuk, maka semakin kuat erosi vertikal dan horisonta mengakibatkan alur semakin besar dan menjadi parit. Erosi parit memiliki ukuran yang reltif besar, sehingga pada peta topografi dicerminkan oleh lekukan garis kontur yang bertindak sebagai aliran air ari suatu punggungan dan bersatu menjadi saluran arus aliran air. Kenampakan pada foto udara sangat jelas, sehingga erosi parit dapat dipetakan dengan skala peta sedang sampai besar.

Tabel 10. Media dan proses erosi (sumber : Van Zuidam, 1985)

MEDIA PENGARUH

PROSES YANG TERJADI

PROSES MUATAN MATERIAL

AIR PERMUKAAN

Arus permukaan dan arus bawah permukaan; aliran permukaan.

Kegiatan hidrolik

Traksi, saltasi, suspensi, larutan dan apungan.

AIR TANAH

Tanpa arus bawah tanah.

Pencucian ; korosi

Larutan

OMBAK, ARUS dan PASANG NAIK.

Kegiatan hidrolik

Traksi, saltasi, suspensi, larutan dan apungan.

ANGIN

Abrasi dan deflasi

Traksi, saltasi dan suspensi.

GLASIAL

Penggerusan dan saluran.

Traksi dan suspensi

GRAVITASI

Gerakan massa Aliran, luncuran dan penurunan.

Traksi dan suspensi.

Dari F.D. Hole, 1967, didalam :The Encyclopedia of Geomorphology R.W. Fairbridge, ed. Selain faktor air yang mempengaruhi terjadinya erosi, maka faktor ketahanan

batuan terhadap pengikisan atau penggerusan merupakan salah satu faktor yang berperan. Tampilan ketahanan batuan terhadap pe - ngikisan atau penggerusan pada peta topografi dan foto udara akan ditunjukkan oleh kerapatan pengaliran. Semakin rapat pola aliran, maka batuan mudah mengalami pengikisan atau penggerusan, sedangkan semakin renggang pola aliran berarti batuan semakin tahan terhadap pengikisan atau penggerusan.

Tabel 11. Ketahanan relatif batuan terhadap erosi dan pelapukan (sumber : Van zuidam, 1985).

JENIS BATUAN

KETAHANAN

BENTUKLAHAN

BATUAN BEKUAN

Tekstur halus Hitam (basa) Basalt Menengah Andesit Cerah Rhiolite Tekstur kasar Hitam (basa) Gabro Menengah Sienite Cerah Granit

Biasanya tahan Biasanya tahan Biasanya tahan Biasanya sangat tahan Biasanya tahan Biasanya tahan Kecuali di wilayah arid

Gawir dan aliran Tidak menyebar Tebing terjal Gawir dan kubah Pengangkatan Kubah dan pengang- katan..

BATUAN ENDAPAN

Butiran halus Lepas Lempung Padat Batulempung Karbonat lepas Lanau Karbonat padat Gamping Butiran kasar Lepas Pasir Padat Batupasir Butiran sangat kasar Lepas Kerakal Padat Konglomerat

Lunak, membentuk din- ding tegak. Biasanya lunak Sangat lunak Lunak di daerah basah tahan di daerah arid. Biasanya lunak Tahan jika tersemen kuat. Memiliki ketahanan se- dang, Sangat tahan.

Lahan terbuka Dataran rendah sam - pai landai Dasar lembah. Daerah gamping. Dataran rendah Tebing terjal dan plato Sebagai batuan penu- tup perlipatan. Punggungan dan pe- gunungan.

BATUAN MALIHAN (METAMORF) Asal batuan endapan Serpih Slate Batugamping Marble Batupasir Kuarsit Asal batuan bekuan atau endapan Banded Gneis Schistose Schist

Lunak Lunak sangat tahan Sangat tahan Sangat tahan

Dataran rendah Dataran rendah Punggungan, gumuk, dan monadnok. Pengangkatan Pengangkatan dan punggungan.

Disadur dari : A.K. Lobeck, Geomorphology,Mc Graw-Hill New York

4.1.1.2 Longsor Longsor adalah gerakan massa tanah atau batuan dengan jumlah yang cukup

besar dari suatu tempat ke tempat lain yang memiliki kemiringan lereng dan disebabkan oleh gravitasi atau media air. Gerakan massa tanah atau batuan tersebut dapat terjadi dengan kecepatan yang tinggi dan kecepatan yang rendah. Tiga jenis utama gerakan massa tanah atau batuan, yaitu luncuran (slide), aliran (flow) dan jatuhan (heave).

Luncuran, merupakan gerakan perpindahan blok massa tanah atau batuan

secara alami dari bagian tertinggi lereng yang curam ke arah bagian kaki lereng. Gerakan perpindahan massa tanah dan batuan tersebut memiliki kecepatan yang cukup tinggi (cepat), sehingga menimbulkan kerusakan pada lereng yang dilalui. Faktor pengaruh terjadinya luncuran disebabkan oleh lereng yang curam dan sedikit pengaruh air.

Aliran, merupakan gerak perpindahan massa tanah atau batuan yang dipengaruhi oleh faktor air dengan kecepatan yang relatif cepat, sehingga tidak menampakkan kerusakan. Gerakan massa tanah atau batuan berupa aliran biasanya terjadi pada kemiringan lereng landai dan memiliki gerakan kejadian yang tidak bersamaan serta terhenti jika kemiringan lereng mulai mendatar.

Jatuhan, merupakan gerak perpindahan massa tanah atau batuan yang dipengaruhi oleh faktor gaya gravitasi, biasanya terjadi pada lereng yang sangat terjal (hampir tegak lurus). Gerak jatuh massa tanah atau batuan memiliki kecepatan relatif lambat dan berlangsung pada daerah yang tidak luas.

Proses gerakan massa tanah atau batuan jarang terjadi bersamaan, karena faktor pengaruh yang berbeda. Pada gambar diagram segitiga (gambar 9), menunjukkan klasifikasi jenis gerakan massa tanah atau batuan serta faktor yang mempengaruhinya, seperti angkutan ketika terjadi gerakan atau kandungan jenuh ketika terjadi gerakan.

4.1.2 Bentuklahan asal struktural

Pengaruh struktur geologi terhadap perkembangan dan penampilan bentuklahan disebut sebagai bentanglahan yang dipengaruhi oleh struktur. Pengaruh struktur geologi yang sangat luas dapat mempengaruhi bentanglahan secara keseluruhan sampai tampilan terkecil bentuklahan yang berlangsung bersamaan dengan proses geomorfologi lainnya. Pengaruh struktur geologi pada geomorfologi dapat dibagi menjadi dua jenis struktur utama; yaitu : (1) struktur aktif yang berlangsung sehingga meninggalkan jejak bentanglahan modern, (2) struktur pasif yang meninggalkan jejak pada bentanglahan modern berupa pelapukan dan erosi.

Pengaruh struktur geologi yang mempengaruhi aspek - aspek struktur geomorfologi, seperti perlipatan dan sesar dapat dikenali melalui foto udara dan peta topografi. Foto udara dan peta topografi dapat menampilkan lokasi dan bentuk massa batuan yang memiliki bermacam - macam tampilan, antara lain : (a) ketahanan batuan terhadap pelapukan dan erosi, (b) perubahan kristal dan pengikisan batuan akibat pelapukan dan erosi, (c) penampilan lapisan dan (d) tampilan bentuk lainnya. Batuan dan iklim memiliki peran penting pada tampilan geomorfologi, terutama pada daerah yang memiliki hubungan erat dengan kondisi geologi seperti jenis batuan dan struktur geologi yang tergambar pada peta topografi atau yang tampak pada foto udara. Pada dasarnya batuan memiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, sehingga sangat mendorong terjadinya pengikisan pada lereng dengan ciri terbentuknya lereng yang terputus. Perkembangan lereng yang cembung menunjukkan batuan yang relatif tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan perkembangan lereng yang cekung cenderung kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi. Sangat jelas bahwa ketebalan lapisan batuan sangat berpengaruh terhadap bentuk lereng (cembung atau cekung). Jika suatu suatu lapisan batuan tipis atau proses pelapukan atau proses

erosi/akumulasi aktif, maka permukaan lereng relatif halus, sehingga batuan tampak seperti tidak berlapis, sehingga singkapan lapisan akan tampak pada tebing atau dasar aliran. Interpretasi batuan secara rinci akan lebih baik jika dilakukan dila -pangan, tetapi kemampuan interpretasi foto udara dan peta topografi ditambah dengan pengetahuan geologi umum akan memberikan hasil lebih baik didalam menentukan batas - batas batuan, perlapisan, foliasi, kelurusan dan hubungannya dengan bentuklahan, seperti tampilan gawir sesar dan erosi. Pola aliran sungai yang tampak pada foto udara dan peta topografi akan mencerminkan perlapisan batuan yang cukup baik pada suatu daerah, walaupun tertutup vegetasi dan tanah, tetapi masih mungkin untuk mengenali struktur geologi utama dan jenis batuan seperti lanau, batupasir dan gamping. Smith (1943) menyebutkan bahwa ciri - ciri terbaik untuk mengenali batuan di suatu daerah melalui foto udara atau peta topografi adalah sebagai berikut : (1) kenampakkan topografi, (2) warna tanah dan batuan, (3) sebaran vegetasi dan (4) struktur primer dan sekunder.

Tujuan interpretasi struktur adalah menentukan lokasi, sebaran dan kesinambungan dari kunci hamparan bumi. Bentuk relief batuan yang tahan terhadap pelapukan dan erosi, seperti batupasir, kuarsit dan batugamping di bawah kondisi tertentu akan membentuk lapisan kunci yang baik. Hubungan erat antara interpretasi struktur dengan relief tergantung pada pemahaman dan analisis geomorfologi. Analisis pola aliran, kelurusan aliran dan pola vegetasi akan memudahkan interpretasi geomorfologi. Hubungan tersebut akan memberikan gambaran yang jelas terhadap relief dan struktur geologi, khususnya pada daerah - daerah tektonik muda.

Pada daerah luas yang memiliki relief rendah dan tertutup oleh lapisan tanah disertai dengan proses tektonik, malihan (metamorphisme) dan waktu pengikisan, maka akan sulit melihat hubungan morfologi dengan struktur geologi yang ada. Lapisan batuan yang memiliki bidang lapisan, arah jurus dan kemiringan lapisan batuan (strike & dip) mudah dikenali, terutama batuan endapan yang memiliki bidang lapisan dengan jelas, karena ketahanan batuan terhadap pelapukan dan erosi. Bidang lapisan batuan yang datar atau hampir datar dan kontak sejajara serta tertutup tanah, pada kontur topografi menunjukkan pola - pola lingkaran tertutup, sehingga bidang lapisan batuan yang datar seolah - olah tidak memiliki arah jurus lapisan (strike) atau jarang tergambar pada bidang lapisan batuan tersebut.

Permukaan lapisan batuan ditunjukkan oleh relief topografi, lapisan dengan perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi dicerminkan oleh perubahan lereng pada topografi; lereng yang sangat curam menunjukkan lapisan batuan yang sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan lereng landai menunjukkan lapisan batuan yang kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi. Kelompok lapisan batuan yang datar (horisontal), tebal dan sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi akan menunjukkan tebing yang sangat tegak, karena keseragaman ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, maka pola aliran normal akan mengambarkan pola aliran dendritik, khususnya jika pengaruh kekar dan rekahan tidak ada.

Lapisan batuan yang tegak menunjukkan garis arah jurus lapisan dan garis kontak lapisan akan lurus dan sejajar dengan arah jurus lapisan, sehingga tampilan pada topografi tidak menunjukkan adanya pergeseran. Lapisan batuan tegak yang tebal dapat langsung dikenali dari lebar hasil pelapukannya, khususnya lapisan batuan yang memiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, sehingga pola aliran jenis trelis sangat berkembang. Pola - pola permukaan lapisan batuan yang memiliki kemiringan ditunjukkan oleh relief topografi arah jurus dan kemiringan lapisan batuan. Kemiringan lapisan batuan yang curam menyebabkan relief arah jurus lapisan batuan lebih menonjol, sehingga mempengaruhi bentuk permukaan lapisan batuan tersebut. Permukaan topografi yang datar menyebabkan pola permukaan lapisan batuan

mengikuti arah jurus lapisan batuan sebenarnya. Jika permukaan topografi tidak datar, maka pola permukaan lapisan batuan menjadi fungsi arah jurus (strike), kemiringan lapisan (dip) merupakan kemiringan (gradient) topografi. Pola - pola permukaan lapisan batuan tidak mengikuti sepanjang arah jurus lapisan batuan sebenarnya, tetapi mengikuti arah jurus lapisan batuan semu.

Penyimpangan antara arah jurus lapisan batuan sebenarnya dengan arah jurus lapisan batuan semu akan menambah kecuraman lereng pada topografi, kecuali jika arah jurus lapisan batuan membentuk sudut yang tepat terhadap kemiringan topografi, sehingga arah jurus lapisan batuan semu dan arah jurus lapisan batuan sebenarnya memiliki kesamaan. Permukaan topografi dan bidang lapisan batuan membentuk arah jurus punggungan membentuk hogback serta arah kemiringan lapisan batuan mudah dikenali. Pada lipatan monoklinal yang baik menunjukkan susunan pola aliran paralel sampai sub paralel dan trelis, setempat - setempat pola aliran dendritik. sungai atau lembah pada topografi yang memotong arah jurus lapisan batuan de -ngan membentuk sudut, maka pada lembah V tersebut akan tercermin suatu lapisan dan kemiringan batuan yang jelas.

Lapisan batuan yang memiliki kemiringan landai menunjukkan lembah Vs yang cukup panjang, sedangkan jika dibentuk oleh lapisan batuan dengan sudut kemiringan yang tajam akan membentuk lembah Vs yang pendek. Lebar suatu lembah atau punggungan ditentukan oleh tajam atau tumpulnya kemiringan lapisan batuan. Jika suatu lembah memotong tegak terhadap arah jurus lapisan batuan, maka lembah Vs akan membentuk tebing yang simetri, sedangkan jika lembah Vs yang memotong arah jurus lapisan batuan membentuk sudut, maka perkembangan tebing lembah Vs tidak akan simetri. Jika lembah Vs sejajar (paralel) terhadap arah jurus lapisan batuan, maka lembah tidak akan berkembang, tetapi percabangan aliran akan mengikis lembah lembah Vs. Bidang lapisan batuan yang tertutup oleh vegetasi atau material permukaan, maka arah jurus lapisan batuan dapat dikenali dengan dari ciri - ciri pola aliran pada daerah tersebut.

Jika kemiringan lapisan batuan landai, maka aliran percabangan su -ngai yang panjang akan mengikuti arah kemiringan lereng lapisan batuan, tetapi apabila percabangan sungai pendek dicerminkan oleh gawir lereng (Lattman dan Ray, 1965). Struktur lipatan yang diikuti dengan sesar normal dan sesar naik dapat diketahui melalui pengulangan lapisan batuan dengan kemiringan lapisan batuan yang berlawanan, kecuali pada lipatan isoklin. Jika sumbu lipatan mendatar (horisontal), maka kedua sayapnya akan sejajar (paralel). Kedua sayap lipatan yang membentuk kurva (melengkung) dengan puncak sinklinal atau antiklinal akan membentuk lembah V atau U. Kedua sayap lipatan akan membentuk jalur permukaan lurus atau melengkung ada sisi - sisi yang berlawanan. Pada suatu daerah perlipatan yang jelas, sumbu lipatan yang terletak pada puncak atau lembah yang terbentuk akibat perlipatan tersebut dapat ditentukan dengan cara perhitungan atau perkiraan arah jurus dan kemiringan lapisan batuan serta hubungan tiga dimensionalnya.

Pada lipatan rebah yang sering diikuti oleh struktur sesar dan sesar naik, arah

kemiringan lapisan batuan pada kedua sayapnya akan sama dan pola lembah V sangat membantu menentukan sayap yang berlawanan.

Hubungan struktur geologi dengan morfologi akan tampak jelas pada suatu daerah bervegetasi sedikit dan tutupan tanah relatif tipis, tetapi pada daerah yang beriklim basah atau tropik basah, struktur geologi akan tercermin oleh bentuk relief daerah tersebut. Kerapatan vegetasi ketebalan tanah yang menutupi atau menghalangi morfologi struktur yang berada di bawahnya sangat sulit ditentukan, sehingga untuk

menentukan struktur geologi tersebut pola aliran dan penyimpangan pola aliran dapat digunakan sebagai ciri penentuan struktur.

Aliran utama pada sayap lipatan cenderung mengalir sejajar arah jurus lapisan batuan dan mengikuti celah - celah lapisan batuan yang tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan aliran - aliran yang kecil mengalir searah searah kemiringan lapisan batuan dan permukaan lereng lipatan membentuk pola aliran yang trelis. Lapisan yang melengkung sekitar puncak lipatan tercermin oleh aliran utama yang melengkung. Pola aliran radial dan anular atau gabungan kedua pola tersebut sering berkemang pada daerah - daerah yang berbentuk kubah atau lipatan (antiklin) sungkup.

Howard (1967) menyebutkan kelokan (meander) lokal pada sungai, kelokan tajam (compressed meander), percabangan sungai lokal, keragaman lebar tanggul sungai (levee) dan penyimpangan - penyimpangan (anomali) pada sungai merupakan ciri - ciri struktur geologi atau deformasi aktif.

Pada sesar - sesar besar, biasanya sesar yang terletak pada bidang permukaan lahan yang melengkung terdapat pergeseran yang tidak menunjukkan celah dan biasanya berada sekitar mintakat regangan serta permukaan sesar merupakan suatu bidang. Sudut sesar 450 atau lebih biasanya disebut sebagai sesar normal dan sudut sesar kurang dari 450 biasanya disebut sebagai sesar naik. Sesar normal pada foto udara tampak seperti garis lurus atau garis melengkung, seperti kelurusan ( lineament ) yang membentang sangat jelas. Tampilan yang memanjang mencerminkan atau memberi kesan bahwa sesar seperti dipengaruhi oleh kelurusan morfologi, aliran su -ngai ( misalnya penggalan sungai lurus, air terjun, danau, genangan air dan mata air) atau kumpulan vegetasi yang dicerminkan oleh garis lurus karena perubahan rona ( tone ) foto udara yang tajam.

Mintakat sesar atau kekar pada batuan lunak yang mudah tererosi akan membentuk lekukan atau lembah. Pola aliran yang dipengaruhi oleh sesar atau kekar akan membentuk pola lurus (elongated ) dan paralel atau angular. perubahan pola atau arah aliran sungai pada sisi yang berhadapan dari suatu kelurusan merupakan ciri sesar yang sangat menyolok. Breksi sesar biasanya sering menahan air disekitarnya, sehingga garis sesar pada foto udara akan menunjukkan garis hitan karena sangat jenuh oleh kan - dungan air dan kemungkinan lebatnya vegetasi. Mintakat sesar yang memiliki kelulusan air (permebility) rendah akan mempengaruhi kondisi air tanah dan menyebabkan perubahan kumpulan vegetasi, sehingga sesar dicirikan oleh mata air.

Suatu daerah yang disusun oleh batuan yang keras dan memiliki lapisan yang mendatar (horisontal) kemudian terangkat, maka akan membentuk morfologi "mesa" atau plato yang dipengaruhi oleh struktur. Pe - ngikisan (erosi) yang berlangsung pada sisi - sisi gawir bagian depan struktur, maka akan membentuk alur erosi yang sejajar (paralel) atau gawir erosi yang tidak menerus hasil dari kegiatan erosi mata air atau limpasan air permukaan ( runoff ) yang terkumpul. Jika diameter batuan penutup ukurannya lebih kecil dari pada tinggi bukit disekitarnya, maka digunakan istilah "butte". Kemiringan lapisan batuan yang memiliki satu arah, karena posisi awalnya sudah miring (contoh : lereng cekungan pengendapan yang curam) atau miring karena tektonik, maka bentanglahan yang berkembang menunjukkan relief perbukitan atau pegunungan yang disusun oleh batuan keras yang miring. Bentuklahan yang simetris atau asimetris tergantung pada kemiringan lapisan batuan dan proses yang berlangsung pada bentuklahan tersebut. Struktur monoklin yang cukup dikenal antara lain "cuesta", "hogback" dan pegunungan "dike".

"Cuesta' adalah punggungan asimetri dengan salah satu sayap yang panjang, umumnya searah dengan kemiringan lapisan batuan yang keras dan lereng landai. Pada salah satu sisi lereng "cuesta" memiliki kemiringan lereng yang terjal, sedangkan pada sayap lain memiliki kemiringan yang landai.

" Hogback" adalah punggungan dengan puncak yang terjal, dibentuk oleh lapisan batuan keras atau batuan yang memiliki kemiringan lapisan batuan yang terjal. Bentuklahan pada umumnya agak simetri, tetapi ada juga yang tidak simetri.

Punggungan yang menyerupai "dike" dibentuk oleh lapisan batuan yang memiliki kemiringan hampir tegak, kemiringan lereng sangat curam dan hampir simetris. Lapisan atau struktur lapisan sejajar (planar) yang miring merupakan bagian dari lipatan tunggal (single fold ) atau bagian dari sistem lipatan (kumpulan lipatan). Struktur lipatan dapat berupa antiklin atau sinklin. Antiklin adalah lipatan ke atas yang telah mengalami perkembangan beberapa tahap. Antiklin sederhana memiliki kemiringan lapisan batuan dari arah sumbu antiklin ke arah sisi - sisi yang berlawanan, sedangkan sinklin adalah lipatan lapisan batuan dengan arah kemiringan yang bertindak sebagai sayap menuju sumbu sinklin (lihat gambar ...). Suatu daerah yang terlipat dan tererosi akan menunjukkan relief yang bergelombang membentuk bukit dan lembah. Bagian bukit menunjukkan antiklin, sedangkan bagian lembah menunjukkan sinklin. Jika daerah terlipat tererosi, maka akan tampak bentuk lapisan batuan yang dipengaruhi oleh perbedaan kekerasan batuan. Kedua sisi antiklin dikenal sebagai sayap, sedangkan pada bagian yang paling tinggi disebut puncak. Bidang yang memotong lipatan pada puncaknya disebut sebagai bidang sumbu. Jika bidang sumbu tegak sejajar sumbu lipatan, maka lipatan tersebut dinamakan lipatan simetri.

Kekar dan sesar sangat mempengaruhi perkembangan bentuklahan, sedangkan kekar - kekar tersebut pada umumnya membentuk arah yang tegak atau mendatar pada lapisan batuan selaras dengan arah gerak yang tidak beraturan. Sistem kekar sangat banyak dan suatu sistem kekar terdiri dari dua atau lebih kelompok kekar yang sejajar. Pelapukan dan erosi yang mengikuti sistem alur kekar sejak terbentuk akan menjadi tempat mengalirnya air ketika terjadi hujan. Sistem kekear yang sangat luas mudah dikenali pada foto udara dan peta topografi dengan cara melihat pola aliran sungai, kerapatan vegetasi yang berkelompok pada jalur kekar dan arah perbukitan.

Sesar adalah rekahan atau mintakat (zone) rekahan pergeseran yang panjang

dengan sisi - sisi rekahan sejajar. Pergeseran yang tegak menghasilkan suatu gawir sesar yang terjal (lihat gambar...). Kenampakan sesar pada foto udara atau peta topografi akan sangat tajam , seperti naik turunnya blok yang tersesarkan tergantung pada gerak / pergeseran sesar, kegiatan erosi dan kekerasan batuan. Perbedaan erosi sepanjang gawir sesar ( = perpotongan antara bidang sesar dengan permukaan) jarang sekali nampak, dibandingkan dengan hasil langsung dari gerakan yang menyebabkan terjadinya sesar (bidang sesar), sehingga yang tampak adalah jejak sesar berupa garis dan biasanya disebut sebagai garis gawir sesar. Suatu garis gawir sesar obsequen adalah kenampakan gawir sesar, kecuali pada daerah bertopografi rendah tampak blok yang naik dan turun.

Thornbury (1969, halaman 253 - 256) menggunakan analisis umum untuk menentukan gawir sesar dan garis gawir sesar, dengan cara :

(1). Melihat bidang kasar yang mengesankan bekas goresan dan di-terapkan hanya pada sesar - sesar yang berumur muda. Bidang yang memberikan kesan goresan belum tentu sebagai gawir sesar.

(2). Bidang sesar dicirikan oleh : (a). Breksi sesar, mintakat (zone) hancuran dan mintakat rekahan serta kekar (b). Tampilan permukaan sesar yang menunjukkan goresan - goresan pada bidang sesar ("slickenside"), tetapi goresan tersebut jarang ditemukan.

(c), Tampilan pergeseran lapisan batuan yang tegak, mendatar, atau miring. (3). "Triangular facet" (permukaan berbentuk segitiga ?) dengan ciri bagian ujung

atas yang meruncing. Bagian ujung yang meruncing dianggap sebagai bagian yang pa -ling dekat

dengan sesar dan biasanya menutupi sesar yang tampak sekarang. Biasanya lereng permukaan (facet) yang meruncing kurang dari 300, sedangkan bidang sesar normal lebih lebih curam.Selanjutnya ujung yang meruncing dari permukaan segitiga (triangular facet) mengalami perombakan oleh pelapukan dan erosi, sehingga tidak menunjukkan ciri - ciri permukaan sesar.

(4). Kelurusan gawir. Sesar memanjang seperti garis lurus; padahal kenyataannya melengkung, jika dibandingkan dengan gawir cuesta yang memiliki gawir yang lurus. Kelrusen mencerminkan gawir sesar atau garis gawir sesar.

(5). Jeram berbentuk V dengan batuan dasar mengikuti garis sesar. (6). Pendekatan dengan melihat bertambah miringnya dasar sungai di sepanjang

jeram dan disebut sebagai lembah "gelas anggur" ("wineglass" valley), sehingga dijadikan sebagai bukti sesar sekarang (Resen).

(7). Lembah naik (Hanging valley) pada permukaan gawir. Lembah naik biasanya terjadi di sepanjang gawir sesar, tetapi dapat juga terjadi di sepanjang garis gawir sesar yang mencerminkan terdapat perbedaan regangan pada kedua sisi blok sesar.

(8). Mataair di sepanjang dasar gawir. Mataair sering ditemukan di sepanjang sesar tetapi bukan berarti batas sesar atau sesar aktif.

(9). Aliran lava sepanjang alur sesar. Hamparan aliran lava bukan menutupi sesar, tetapi vulkanisme terjadi pada jalur sesar yang disebut sebagai mintakat lemah.

Tampilan topografi dapat memberikan kesan sesar, tetapi tidak berarti sebagai sesar. Fenomena - fenomena (kejadian) yang dapat diperkirakan terjadi sesar saat sekarang atau masa lalu antara lain :

- sering terjadi longsoran. - kelurusan punggungan yang tidak dipengaruhi oleh jenis batuan. - pola aliran sungai paralel yang memotong berbagai jenis batuan. - kelokan tajam aliran sungai. 4.1.3 Bentuklahan asal gunungapi (vulkanik) Bentuklahan gunungapi terbentuk dari hasil endapan gunungapi berupa endapan

lava yang membeku dan fragmen - fragmen gunungap, sehingga dapat dibedakan dengan bentuklahan lainnya dan sangat mudah dikenali pada foto udara.

Letusan (erupsi) gunungapi dapat dibedakan berdasarkan material yang keluar dari saluran magma gunungapi atau " vent " , yaitu jika material yang dikeluarkan dari saluran magma melalui pusat saluran magama gu - nungapi / vent disebut sebagai pusat letusan. Material yang keluar melalui celah / rekahan saluran magam disebut sebagai letusan celah / rekahan dan material yang keluar melalui beberapa saluran magma yang tersebar luas pada suatu daerah disebut sebagai daerah letusan.

Klasifikasi ini sulit untuk diterapkan pada setiap kejadian letusan, karena sebuah letusan akan terjadi di sepanjang rekahan (minakat lemah), sehingga pusat letusan besar dapat terjadi melalui sejumlah kerucut parasit (parasit cone) yang terapat disepanjang jalur rekahan pada sayap / lereng gunungapi. Perbedaan pusat letusan dengan letusan yang terjadi melalui rekahan umumnya tergantung pada skala dan tahap

pertumbuhan gu - nungapi, sehingga perbedaan itu akan sangat menonjol. Daerah gunungapi disebut juga "polyrifice" dicirikan oleh tidak pernah terdapat pusat letusan, karena letusan akan terjadi pada titik - titik tertentu dalam kurun waktu yang panjang (Karapetian, 1964).

Struktur tubuh gunungapi cenderung berukuran kecil dan jarang mencapai ketinggian 450 meter. Terak (scoria) lava, kerucut lava, kubah lava dan hamparan lava adalah sebutan jenis - jenis gunungapi yang paling menonjol, sedangkan gunungapi strato sangat jarang atau hampir tidak ada. Sebaran gunungapi pada umumnya tidak beraturan, tetapi tidak menutup kemung-kinan sebaran gunungapi tersebut berkelompok. Kondisi sebaran gunungapi tersebut berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa gunungapi terbentuk bersamaan dengan tumbukan dan pemekaran lempeng, sehingga gunungapi biasanya terbentuk pada sabuk pegunungan Alpen dan sabuk Pasific (gambar ). Komposisi petrografi batuan penyusun gunungapi pada suatu daerah yang luas akan memiliki kesamaan, sehingga berdasarkan sebaran yang luas dan kesamaan petrografinya, maka jenis gunungapi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu (1) kerucut dan sebaran kerucut serta hubungan bentuk kubah dan (2) plato dan dataran. Beberapa gunungapai ada yang membentuk sebagian kubah lava dan sebagian lagi membentuk plato vulkanik. Selanjutnya tampilan negatif hasil letusan berupa kaldera yang sa- ngat luas, sehingga terbentuk danau hasil dari letusan tersebut atau akibat penurunan (depresi) yang terbendung oleh lava yang mengeras.

Secara garis besar klasifikasi gunungapi berdasarkan letusan yang diajukan oleh Lacroix (1908) dan disusun kembali oleh Sapper (1931) adalah sebagai berikut :

Tabel Jenis gunungapi berdasarkan letusannya.

JENIS GUNUNGAPI

KARAKTERISTIK

1. ICELANDIC

Letusan melalui rekahan, mengeluarkan aliran magma basalt bebas, tenang, gas sedikit, menghasilkan volume lava yang besar, lava mengalir seperti lapisan pada daerah yang luas, sehingga membentuk plato.

2. HAWAIIAN

Letusan berasal dari rekahan, kaldera dan lubang kawah, lelehan lava diikuti dengan gas, letusan aktif tenang sampai sedang, lava dan gas mengalir dengan cepat sambil menyemburkan api, debu sangat sedikit, membentuk kubah lava.

3. STROMBOLIAN

Kerucut berlapis ((stratocones) sekitar kawah, letusan sedang, berlanjut, melepaskan gas tidak teratur, me - nyemburkan gumpalan lava, menghasilkan bomb dan terak (scoria) lava, kegiatan letusan berulang - ulang, dengan semburan lava dan awan panas (seperti uap air) yang naik sampai pada ketinggian tertentu..

Kerucut berlapis pada bagian tengah saluran magma, kumpulan lava lebih kental, lapisan lava tertumpuk diantara letusan, gas terkumpul di bawah permukaan, letusan bertambah hebat dengan waktu yang cukup lama, sampai terak (scoria) lava hancur, lubang saluran magma bersih. Semburan bomb, batuapung dan debu, lava

4. VULCANIAN mengalir dari puncak menuruni lereng setelah letusan utama, awan bercampur debu yang pekat tersembur ke udara membentuk seperti cendawan, debu berlapis sekitar lereng puncak gunungapi. (catatan : letusan pseudo vulkanik memiliki ciri yang sama, tetapi hasilnya menjadi lain (contoh: Hawaiian), yaitu menjadi phreatic dan meng- hasilkan kabut uap yang sangat luas, membawa fragmen - fragmen lain).

5. VESUVIAN

Letusan lebih hebat daripada jenis strombolian atau vulcanian, letusan hebat terjadi dengan melepaskan gas dari lubang saluran magma yang berbentuk kerucut berlapis (Stratocones), terjadinya letusan setelah gunungapi istirahat cukup lama, saluran magma cenderung menjadi kosong dan cukup dalam, pada suatu letusan lelehan lava menyebar (pada bagian atas mengkilat) disertai dengan semburan asap seperti cendawan yang terus menerus membentuk lapisan debu pada ketinggian tertentu.

6. PLINIAN.

Letusan lebih hebat daripada letusan vesuvian, pada fase utama yang terakhir menyemburkan gas dengan cepat membentuk awan seperti cendawan tegak lurus setinggi beberapa kilometer, menyempit pada bagian bawahnya dan di bagian atasnya menyebar sambil menyebarkan debu.

7. PELE'AN

Menghasilkan lava kental bertekanan tinggi, letusan jarang terjadi, saluran magma gunungapi jenis strato terhalang oleh kubah lava atau lava penyumbat, gas keluar rekahan - rekahan lateral (lereng gunungapi) atau dari saluran yang telah mengalami penghancuran penyumbatnya; debu dan fragmen - fragmen bergerak menuruni lereng dalam satu atau lebih letusan sebagai "nue'es ardentes" atau luncuran awan panas, langsung mengendapkan hasillnya.

Sumber : Van Zuidam (1985 dari Holmes,1975 dan Bullard,1962) Berdasarkan Ollier(1970), jenis gunungapi dan kawah merupakan hasil endapan

lava kental derajat tinggi dari suatu daerah yang sangat luas. Larutan magma (kaya Mg, Fe dan Ca) menguapkan H2O (uap), SO2 dan CO2 serta mengurangi potensi letusan. Magma yang bertemperatur tinggi mengalir keluar secara perlahan - lahan melalui celah - celah / rekahan - rekahan yang terdapat pada gunungapi, seperti rekahan yang disebabkan oleh "horst volcano tectonic" atau lahan yang tergali (R.W. Fairbridge, 1968). Magma kental (banyak mengandung SiO2 dan alkali) cepat dingin dan melekat, menyimpan lebih banyak gas.

Setelah gerakan magma pada saluran terhenti dan temperatur naik, tekanan gas menyebabkan kawah tua retak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya letusan dan penumpukan debu, bara, serta terak (scoria) lava.Letusan biasanya terjadi dari lubang kawah tunggal yang biasa disebut dengan pusat letusan gunungapi. Terjadinya letusan gunungapi dapat dibedakan menjadi dua macam, antara lain (1) monogenetik, yaitu

letusan terjadi sekali, berupa letusan kecil, dan (2) poligenetik, yaitu letusan terjadi beberapa kali, sering menyemburkan lava secara berulang - ulang.

Letusan monogenetik selalu dihubungkan dengan jalur rekahan gunungapi, sebagai contoh jalur rekahan lava yang terbuka sekali, kemudian lava membeku dan muncul kembali di tempat lain. Poligenetik biasanya berhubungan dengan pusat gunungapi. Pada awalnya letusan terjadi dari kawah - kawah kecil kemudian kawah tersebut terkubur oleh limpahan / curahan kawah lainnya (sehingga kawah tumpang tindih) dan pada akhirnya lenyap karena letusan kaldera. Ketika letusan terhenti, endapan lava dan piroklastik membentuk strato vulkanik, lapisan lava dapat dilihat pada dinding - dinding kawah atau lereng - lereng kawah yang tererosi.

Gunungapi lava basa. Lava basa bersifat sangat cair, sehingga dapat

menyebar dengan mudah dan meninggikan gunungapi. Ollier (1973) membedakan perisai lava , kubah lava, kerucut lava, gundukan lava dan lava datar (gambar 28). Hamparan batuan gunungapi, terbentuk oleh semburan lava basaltik dan dapat membentuk pilar lava seperti perisai besar, lereng landai (kurang dari 70) dan cembung. Kerucut parasit, letusan lereng, dan letusan rekahan biasanya berhubungan dengan gunungapi perisai (gunungapi perisai merupakan pernyataan yang kurang tepat, karena merujuk kepada lava perisai, tetapi digunakan untuk gunungapi strato yang besar atau pada suatu lingkungan gunungapi).

Gunungapi berskala kecil memuntahkan lava cairdan menghasilkan kubah cembung dari pada bentuk perisai, sehingga disebut sebagai kubah lava vulkanik. Perbedaan ukuran yang digunakan tidak baku, dan beberapa penulis kadang - kadang mnggunakan perisai atau kubah. Pusat letusan pada skala kecil menyebabkan sisi kerucut lurus dan aliran lava biasanya memiliki kemiringan lereng yang landai (kurang dari 70) , tetapi ada juga beberapa contoh yang relatif curam. Gunungapi basaltik tidak dicirikan oleh kawah, tetapi memiliki ciri berupa gundukan lava yang berlereng landai. gundukan lava tersebut sebagian menunjukkan bentuk yang tajam, mencerminkan telah mengalami erosi yang kuat.

Gunungapi basaltik tidak memiliki kawah, tetapi menghasilkan lelehan lava yang

keluar melalui dari rekahan - rekahan. Beberapa gunungapi dibedakan kerucutnya oleh rekahan yang bertindak menjadi kawah dan dapat dinyatakan sebagai gundukan lava ("lava mounds") yang memiliki kesamaan dengan gundukan terak ("scoria mounds"). Di Victoria (Australia) ada beberapa kelainan gunungapi yang telah diteliti, dan gunungapi tersebut membentuk lava yang mendatar ("lava disc ) yang terbentuk dari lava basal dan keluar melalui rekahan - rekahan yang tegak lurus terhadap permukaan lava yang ada di atas dan sisinya (Ollier, 1970).

Gunungapi lava asam. Batuan bekuan asam pada umumnya sangat pekat dan apabila batuan bekuan asam ini tidak terlontarkan oleh suatu letusan gunungapi, maka magma ini akan mengalir melalui rekahan - rekahan membentuk sejumlah bentuklahan ( gambar 30).

Pada saat lava yang pekat dismburkan, maka akan menyebar dan membentuk gundukan cembung yang dikenal sebagai kubah kumulus ("cumulo dome") dan ini tidak berdiri sendir, tetapi membentuk kelompok intrusi pada endapan piroklastik.

Istilah "mamelon" sering diterapkan untuk kubah kumulus, tetapi Cotton (1944) menyebutkan bahwa "mamelon" adalah kubah kumulus yang terbentuk oleh letusan dengan aliran material lava trakhitik dan "mamelon" sama seperti kubah kumulus yaitu tidak memiliki kawah,

"Tholoid " mengacu pada kubah kumulus atau mamelon yang berasal dari dalam kawah besar gunungapi dengan ketinggian dan diameter beribu - ribu meter yang tertutup oleh runtuhan atau mungkin bentuk kubah yang menyimpang menjadi kasar dan

tidak memiliki kawah. Formasi " tholoid " pada kawah tidak mencirikan akhir dari suatu aktifitas gunungapi karena terbentuk dan hancurnya " tholoid " berlangsung selama pertumbuhan gu -nungapi.

Lava kental yang menyembur dari saluran memiliki sifat sangat kaku dan bergerak seperti batang lurus (piston), sehingga menghasilkan tubuh yang membulat dan panjang disebut sebagai kubah penyumbat. Kerucut kubah penyumbat berkembang dengan cepat, tetapi pertumbuhannya hancur oleh letusan dan pecah karena tidak seimbang pada saat tumbuh dan kumpulan pecahan dari letusan punggungan karena beberapa kubah penyumbat ditutupi oleh tumpukan batuan rombakan yang membentuk seperti endapan longsor sekitar lereng dengan batuan berbentuk pilar membentuk sudut hampir datar.

Kubah penyumbat yang memiliki ukuran besar mendekati ukuran pegunungan merupakan letusan dengan skala lebih kecil dari lava yang sa-ngat kaku, selanjutnya rekahan pada permukaan kubah penyumbat atau kubah kumulus muncul membentuk punggungan.

Gunungapi piroklastik. Letusan gunungapi menghasilkan pecahan - pecahan (fragmen - fragmen) lava yang berjatuhan dekat lubang kepundan, pecahan - pecahan lava tersebut membentuk gumuk rombakan dengan lereng sesuai dengan sudut pembentukan gumuk rombakan tersebut. Partikel - partikel halus diendapkan pada lereng lebih bawah dibandingkan dengan partikel - partikel kasar, sehingga pecahan - pecahan kasar terkumpul dekat lubang kepundan. Bentuk lereng yang indah seperti di Fujiyama (Jepang) dan Mt. Egmont (New Zealand).

Ollier (1973), membedakan lima jenis gunungapi piroklastik menjadi kerucut terak ("scoria cones"), gundukan terak ("scoria mounds"), kumpulan kerucut terak ("nested scoria cones"), kerucut littoral ("littoral cones") dan maar. Kerucut terak yang ideal adalah kerucut tunggal yang memiliki lereng lurus atau sisi - sisinya cembung melandaidan kawah di bagian puncaknya. Bibir kawah yang datar memperlihatkan seakan - akan kerucut terak memiliki puncak yang datar jika dilihat dari jarak jauh. Kerucut terak terbentuk sangat cepat, karena pada tahap akhir letusan gunungapi yang memiliki magma basaltik cenderung membentuk kerucut terak.

Beberapa terak gunungapi tidak memiliki kawah sebenarnya dan biasanya dinyatakan sebagai gundukan terak ("scoria mounds") yang terpisah dari kerucut terak normal ("normal scoria cones"). Kerucut terak dihasilkan dari akhir suatu letusan gunungapi yang cukup besar. Jika posisi terak terletak di tengah kawah atau kepundan yang sangat besar, maka disebut sebagai kumpulan kerucut terak ("nested scoria cones"), penampang melintang antara kerucut bagian dalam dengan dinding kawah disebut "fosse".

Saat lelehan lava bersentuhan dengan laut, maka akan terjadi letusan dan semburan pecahan lava, sehingga pecahan lava tersebut membentuk tumpukan pecahan lava yang disebut sebagai kerucut litoral ("littoral cones") dengan ketinggian 100 meter dan memiliki diameter 1 kilometer. Sering ditemukan satu atau dua bukit yang terbentuk pada sisi aliran lava ( Wentworth dab Macdonald, 1953). "Maars" atau kawah bekas letusan adalah bentuklahan yang disebabkan oleh letusan gunungapi, terdiri dari kawah sampai bagian yang paling bawah, luas dan dalam. Disekitar bibir kawah dibentuk oleh semburan material - material piroklastik, batuan bekuan atau batuan dasar dan sering dicirikan oleh bentuk endapan besar asimetris yang searah dengan arah angin pada kawah tersebut. Pada penampang akan tampak bagian sisi yang curam mengarah ke kawah dan lereng yang berlawanan arah dengan lereng curam memiliki kemiringan yang landai (umumnya 40 atau kurang) membentuk lapisan piroklastik yang relatif sejajar dari arah kawah. Kawah sering memeiliki diameter 1 kilometer dan ketinggian bibir antara 50 sampai 100 meter. "Maar" biasanya terdapat

bersama dengan endapan batuan bekuan basal dan kawah bagian bawah ditutupi oleh air membentuk danau.

Letusan gunungapi campuran. Pada beberapa gunungapi sering ditemukan

endapan campuran antara lava dengan fragmen dan gunungapinya disebut sebagai gunungapi strato ("strato vulcanous"). Beberapa gunungapi besar di dunia seperti Gunungapi Visuvius, Fujiyama, Egmont dan sebagainya merupakan gunungapi jenis strato. Seperti umumnya gu - nungapai, maka gunungapi jenis strato juga memiliki periode letusan yang panjang selaras dengan aktifitas gunungapi tersebut. Kerucut - kerucut yang tertoreh kemudian membentuk parit erosi dan menjadi alur mengalirnya lava. kerucut - kerucut terak ("scoria cones") terbentuk disekeliling puncak gu - nungapi dan aliran piroklastik serta endapan jatuhan tersebar secara luas disekitar lereng - lereng gunungapi.

Gunungapi gabungan. Campuran gunungapi yang tampak sempurna adalah gunungapi yang memiliki campuran bentuk lava dan terak ("scoria"), tetapi tidak sesederhana kumpulan suatu lapisan lava. Banyak bukit campuran secara genetik memiliki hubungan yang sama pada awalnya berdiri sendiri, kemudian karena tumpang tindihnya endapan hasil letusan (erupsi) yang tidak memiliki hubungan antara satu letusan dengan letusan lainnya dengan umur yang berbeda mengakibatkan bukit - bukit tersebut menjadi satu, (Ollier, 1970).

Kerucut parasit ("parasit cones") biasa disebut sebagai kerucut "adventive" dan kerucut kedua dapat berkembang apabila gunungapi memiliki tekananyang sangat besar agar dapat mengeluarkan lava mengalir melalui rekahan - rekahan yang mudah dicapai ke permukaan dan meletus pada lereng - lereng utama gunungapi. Sekali letusan gunungapi terjadi, maka endapan lava yang bertindak sebagai penyumbat lubang kawah hancur, sehingga memberi peluang keluarnya lava dan letusan selanjutnya akan menjadi mudah.

Sesar, rekahan dan punggungan terbentuk pada sayap - sayap gunungapi, sehingga lava dapat mengalir melalui rekahan - rekahan dengan sifat letusan dari rekahan tersebut. Kawah yang terdapat dipuncak gunungapi telah membentuk percabangan pada bagian dindingnya, sehingga dijadikan alur keluarnya lelehan lava atau kegiatan letusan. Pada suatu kawah yang luas dapat terdiri dari satu atau lebih gundukan kerucut atau kawah. Pada beberapa daerah terbentuk sejumlah kerucut terak ("scoria cones") secara bersamaan dengan mekanisme terbentuknya kerucut parasit ("parasit cones") ; sebagai contoh : jika kerucut yang pertama menutupi saluran magma ("vent"), maka akan terbentuk saluran magma ("vent") baru. Perbedaanya adalah tidak terjadi pertumbuhan kerucut yang berukuran besar, misalnya : tidak tampak gunungapi utama, tetapi yang tampak adalah rangkaian gunungapi, sehingga disebut sebagai rangkaian kerucut ("multiple cones").

"Cryptocones" adalah gunungapi yang memilikilubang kawah atau bibir kawah yang kasar dan kadang - kadang ditemukan lapisan material gunungapi yang tebal, tidak ditemukan batuan beku yang memiliki struktur yang dibentuk oleh pelepasan gas tau tampilan permukaan saluran magma ("vent") tidak sampai ke permukaan.

Kawah meteorit memiliki bentuk permukaan yang sama dengan gunungapi, tetapi cara terbentuknya bukan diakibatkan oleh gunungapi, melainkan oleh jatuhan meteor ke permukaan bumi, kemudian meledakdan letusannya memberi dampak seperti bentuk kawah tersebut. Batuan meterorit yang jatuh membentuk kawah jarang ditemukan disekitar bibir kawah, karena pecahannya menyebar jauh dari bibir kawah. Ciri lain dari meteor yang jatuh ke permukaan bumi adalah kenampakan fragmen batuan dasar pada bibir kawah menjadi miring akibat benturan meteor yang jatuh tersebut.

Kaldera adalah depresi (cekungan) gunungapi yang sangat luas berdiameter mencapai 5 kilometer. tiga jenis utama kaldera yang dikenal, yaitu kaldera runtuhan,

kaldera letusan dan kaldera eosi. Kaldera runtuhan selanjutnya dibagi menjadi jenis Karakatau atau kaldera runtuh karena suatu letusan dan jenis kaldera Glencoe taua kalderayang mengalami penurunan ("subsidence") (ganbar 32). Pada jenis kaldera glencoe, penurunan tidak diikuti dengan letusan abu, tetapi rekahan yang mengisolasi bagian tengah yang melingkar menyebabkan terjadinya terobosan ( intrusi) lateral atau jalan keluarnya lelehan lava.

Kaldera hasil dari letusan sangat jarang, tampilan letusan gunungapi yang membentuk kaldera sebenarnya hanya dapat menghasilkan kaldera dengan garis tengah kurang dari 1,5 kilometer. sedangkan kaldera yang berdiameter besar merupakan hasil dari beberpa kali letusan. Selanjutnya jenis ketiga adalah kaldera erosi, yaitu kaldera yang memiliki luas akibat erosi terhadap dinding kawah. Kaldera erosi akan hilang selaras dengan pemebntukkan kaldera baru oleh proses yang berbeda (bukan erosi), seperti runtuhan atau penurunana (subsidence).

4.1.3.1 Aliran lava dan tampilan lava minor Jenis lava. hasil utama gunungapi adalah lava, debu atau tufa, semburan gas

dan asap. Lava silika kental cenderung membentuk kubah kumulus atau "coulees" atau letusan material piroklastik, sedangkan lava yang lebih cair membeku membentuk seperti lapisan meninggalkan jejeak seperti aliran lava (Ollier, 1970). Selaras dengan kenampakan permukaan lava, maka aliran lava diklasifikasikan menjadi aa pahoehoe, a a, lava blok dan lava bantal (gambar 33).

Lava pahoehoe adalah jenis lava cair dengan sedikit berbusa dan pada lapisan permukaannya yang tipis mendingin membentuk lipatan akibat gerakan lava yang meleleh pada bagian bawahnya, hasilnya adalah lava seperti kulit hiu dan lilitan sejajar yang pijar, seperti melilit pilar

Lava a a (dibunyikan ah ah) adalah lava berbentuk blok, berbusa dan bergerak secara perlahan. lapisan lava cukup tebal, pecah membentuk blok - blok yang saling bertumpuk dan masiv, lava seperti bubur saling bertumpang tindih. Aliran lava yang mengalir secara perlahan - lahan membentuk timbunan seperti bongkah - bongkah dan bergerak mengeluarkan suara deru yang cukup keras. Lava a a dan lava blok memiliki persamaan, tetapi Fe'nch (1933) dan Macdonald (1953) membedakan antara a a karena bentuknya seperti kerak besi yang melintir dengan blok lava yang memiliki bentuk blok - blok yang menyudut. Jika aliran lava masuk ke dalam air atau terjadi letusan gunungapi di bawah permukaan air, maka biasanya terbentuk struktur khusus yang disebut sebagai lava bantal ("pillow lava"). Lava mendingin dengan cepat, sehingga membentuk lava yang mengkilat seperti kaca, tetapi lapisan kulit yang plastis terdapat menutupi lava yang cair bergulung seperti kantung plastik yang diisi penuh oleh larutan. Kantung - kantung yang berbentuk membulat seperti lelehan saus merupakan bantal dan biasanya saling bertumpuksatu dengan yang lainnya. Pada bagian puncak berbentuk membulat, tetapi pada bagian dasar yang masuk ke bagian dalam membentuk lapisan. Tampilan ini tampak sama dengan kilapan kaca, kulit tachylitic dan rekaha radial (gambar 34), membentuk bantal yang mudah dibedakan dari bentukkebundaran bongkah karrena pelapukan mengelupas bawang. Banyak lava bantal yang terbentuk dilaut, tetapi ada juga yang terbentuk pada air tawar (danau).

Tampilan lava minor. Pendinginan aliran lava menyebabkan penyusutan, sehingga terbentuk formasi kekar. penyusutan dan pembentukan formasi kekar ini tidak pernah terjadi pada massa lava seperti bubur, tetapi akan mencapai geometri yang sempurna pada sebaran larutan kental lava basal yang luas. Pengkerutan (kontraksi) terjadi ketika lava mendingin yang dicerminkan oleh garis - garis kekar memusat yang menjadi arah tekanan. Ketika pengkerutan (kontraksi) memenuhi ruang, maka rekahan - rekahan menjadi kekar, kemudian memebntuk pecahan heksagonal. Pola - pola kekar

yang tegak membagi lava menjadi kolom - kolom tegak heksagonal dan pecah membentuk blok - blok karena rekahan yang melintang.

Permukaan kekar tegak (vertikal) mempunyai jarak gores yang dikenal seperti

bekas pahatan. Bentuk - bentuk kekar akibat aliran lava terbentuk didalam satu kumpulan, kemudian membentuk mega kolom dan selanjutnya kolom normal dan terakhir membentuk rekahan - rekahan yang saling berpotongan.

Secara alamiah bagian permukaan lava akan lebih cepat dingin dari pada bagian dalam (tengah) aliran lava, sehingga bagian permukaan tersebut akan mengkerut dan pecah. Pada aliran lava, blok - blok lava terangkut sampai ujung ujung aliran dan terbenam, sehingga gerakan aliran lava yang mendorong blok - blok lava tersebut membentuk celah - celah yang menjadi jalur aliran lava tersebut, sedangkan pada bagian atas dan bawah aliran lava tersebut membentuk bongkah - bongkah kerak. Selanjutnya pada saat bagian atas aliran lava mendingin secara tiba - tiba, maka aliran lava tersebut akan terputus membentuk ujung - ujung aliran (" toe") yang baru atau membentuk satuan aliran yang baru. Pada bagian dalam (tengah) tubuh aliran yang mendinging perlahan - lahan masih bersifat cair dari pada bagian luar (tepi) dan akan bergerak setiap saat, sehingga dapat dibedakan bagian luar dan bagian dalam dari suatu aliran lava yang tampak dengan skala kecil.

aliran lava sangat berhubungan dengan kenampakkan topografi, sehingga aliran lava sangat cepat akan memenuhi lereng - lereng yang terjal. Selanjutnya aliran lava dapat bergerak pada lereng - lereng yang memiliki kemiringan landai, sedangkan pada lereng yang tegak membentuk aliran lava terjun seperti air terjun. Aliran lava yang sangat kental dapat menghancurkan penghalang - penghalang di jalur alirannya dan aliran lava yang relatif cair akan terbelokkan oleh lambatnya aliran lava kental yang bertindak seperti tangul - tanggul kecil. Kejadian bentuk - bentuk aliran lava sangat rumit, sehingga dapat menunjukkan bermacam - macam tampilan seperti lava yang berlapis, gua - gua lava dan bongkah - bongkah (gambar 35).

Salah satu bentuk lava (minor) dapat ditemukan pada ujung dari aliran lava ("TOE"), yaitu bagian paling depan suatu aliran lava yang berbentuk cembung dengan ketinggian 3 meter dan panjang dapat mencapai puluhan meter.

4.2 Pelaksanaan pemetaan geomorfologi Pemetaan geomorfologi dilakukan dengan pendekatan cara yang dikembangkan

oleh Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan 1975), dengan pertimbangan metode pemetaan gemorfologi dari kedua akhli tersebut mudah dipahami dan cukup jelas. Sistem pemetaan geomorfologi disusun secara sederhana untuk keperluan analisis, klasifikasi dan evaluasi yang digunakan sebagai dasar pemetaan geologi dan penelitian geologi.

Sistem yang digunakan untuk kepentingan geologi dan ilmu - ilmu yang berhubungan dengan geologi memiliki prinsip - prinsip sebagai berikut :

- Sistem harus terpakai untuk penelitian bidang ilmu geologi dan ilmu - ilmu yang berhubungan dengan geologi.

- Sistem harus dapat digunakan didalam berbagai skala. - Sistem harus dapat memisahkan dengan jelas keseragaman satuan. - Sistem harus mudah diekstrapolasi dan digeneralisasi. Cara pemetaan geomorfologi dilakukan dengan 2 tahap, yaitu tahap interpretasi

peta topografi dan atau foto udara / citra satelit serta tahap pemeriksaan lapangan. Bahan dan alat yang digunakan untuk pemetaan geomorfologi antara lain :

- Peta topografi dan foto udara skala 1 : 50.000 atau lebih besar. - Citra satelit (Landsat.TM, SPOT atau ERS). jika diperlukan.

- Kerta kalkir dan plastik OHP. - Kompas geologi. - Palu geologi. - Pita ukur. - Plan table lengkap dengan tripod dan mistar. -Alat - alat tulis. 4.3 Langkah - langkah pemetaan Tahap interpretasi peta topografi dan foto udara dilakukan di studio pemetaan

dengan kegiatan yang dilakukan antara lain : - Batasi puncak - puncak punggungan yang bertindak sebagai batas pemisah

aliran (water devided area) . - Gambar pola aliran pada peta topografi dan / atau foto udara, pada setiap

lekukan garis kontur atau lekukan lembah pada foto udara. - Batasi pola aliran pada suatu perbukitan / punggungan mulai dari puncak

punggungan yang bertindak sebagai batas pemisah aliran sampai ke titik akhir pengaliran. Bandingkan dengan pola aliran yang telah dibakukan seperti pada gambar 7 dan 8

- Nyatakan aspek geologi yang berkembang berdasarkan pola aliran tersebut. - Aspek geologi yang tercermin melalui pola aliran merupakan unsur genetikan

suatu bentuklahan. - Klasifikasikan bentuklahan secara morfografi (perbukitan atau pedataran) yang

tampak pada peta topografi dengan ciri perbedaan garis kontur dan kondisi pola aliran yang menyatakan aspek genetika, sehingga dapat ditentukan nama satuan geomorfologi.

- Perhatikan kerapatan kontur, karena kerapatan kontur akan mencerminkan kecuraman lereng, sehingga memiliki arti bahwa lereng yang curam dan menerus dapat diperkirakan sebagai sesar yang berkembang di daerah tersebut, sedangkan perbedaan kerapatan kontur lainnya dapat digunakan untuk membedakan jenis batuan.

- Perhatikan kerapatan pola aliran, karena kerpatan pola aliran akan mencerminkan janis batuan yang tahan terhadap erosi atau mudah tererosi., sehingga dapat disimpulkan bahwa batuan yang mudah tererosi merupakan jnis batuan yang lunak, sedangkan batuan yang tahan terhadap erosi merupakan jenis batuan yang keras.

- Jika telah dibuat klasifikasi dengan dukungan unsur - unsur geomorfologi, maka kelas lahan yang memiliki kesamaan dijadikan satuan geomorfologi.

4.3.2 Bentuklahan asal fluvial (sungai)

- Bentuklahan asal fluvial (sungai) a. Satuan bentuklahan dataran banjir. b. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam c. Satuan bentuklahan dataran teras sungai. d. Satuan bentuklahan dataran beting gisik. e. Satuan bentuklahan dataran gosong sungai. 4.3.3 Bentuklahan asal marin (laut) a. Satuan bentuklahan dataran pesisir (coastal) b. Satuan bentuklahan dataran pesisir aluvial. c. Satuan bentuklahan beting gisik. d. Satuan bentuklahan dataran pantai (beach).

e. Satuan gumuk pasir (sand dunes) 4.3.4 Bentuklahan asal struktural

a. Satuan bentuklahan perbukitan struktural terlipat. b. Satuan bentuklahan perbukitan struktural gawir sesar. c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar. 4.3.5 Bentuklahan asal vulkanik.

a. Satuan bentuklahan perbukitan intrusi. b. Satuan bentuklahan perbukitan lereng atas vulkanik. c. Satuan perbukitan lereng vulkanik tengah. d. Satuan perbukitan lereng vulkanik bawah. 4.3.6 Bentuklahan asal aeolian 4.3.7 Bentuklahan asal karst. a. Satuan bentuklahan perbukitan karst. b. Satuan bentuklahan kubah karst. c. " sinkhole" / 'dolina' 4.3.8 Bentuklahan asal glasial (es) Tahap kegiatan lapangan dilakukan setelah kegiatan interpretasi peta topografi

dan / atau foto udara di studio, serta telah tersusun kerangka peta geomorfologi sementara (sebagai peta dasar geomorfologi dan geologi) sebagai acuan. Tahap kegiatan lapangan meliputi :

1. Peninjauan lapangan dengan tujuan mencocokkan aspek - aspek bentanglahan (landscape) daerah penelitian dengan peta dasar yang telah dibuat di studio.

2. Penelusuran batas - batas yang telah dibuat pada peta dasar selaras dengan kegiatan penelitian geologi.

3. Jadikan aspek geomorfologi sebagai ciri - ciri aspek geologi yang sedang diteliti.

4. Tentukan (plot) dan catat aspek geomorfologi tersebut sebagai data untuk pembuktian kondisi geologi yang sedang diteliti.

5. Jika masih diragukan aspek - aspek geomorfologi sebagai ciri - ciri aspek geologi, maka aspek tersebut dijadikan panduan untuk menelusuri aspek geologi yang sedang diteliti.

6. Satuan bentuklahan dapat dijadikan panduan untuk menelusuri kondisi geologi yang sedang diteliti, sehingga didalam penarikan batas satuan geomorfologi harus dilakukan dengan hati - hati.

7. Batas satuan bentuklahan dan simbol - simbol yang digunakan harus memberikan cerminan kondisi geologi daerah yang diteliti.

8. Diharapkan dengan membuat peta geomorfologi sebaai peta dasar pemetaan geologi, cerminan kondisi geomorfologi dapat memudahkan pelaksanaan pemetaan geologi dan ilmu - ilmu yang berhubungan dengan geologi.

4.4 Simbol yang digunakan Simbol - simbol yang digunakan pada peta geomorfologi terdiri dari simbol

warna, simbol gambar, dan simbol huruf. Simbol warna digunakan untuk satuan bentuklahan adalah sebagai berikut :

1. Satuan bentuklahan struktural (S) - warna ungu (violet)

2. Satuan bentuklahan vulkanik (V) - warna merah. 3. Satuan bentuklahan denudasional (D) - warna coklat 4. Satuan bentuklahan marin (laut) (M) - warna hijau. 5. Satuan bentuklahan sungai (fluvial) (F) - warna biru tua 6. Satuan bentuklahan gleitser (es) (G) - warna biru muda. 7. satuan bentuklahan aeolian (angin) (A) - warna kuning. 8. Satuan bentuklahan karst (K) - warna jingga (orange) Simbol huruf : 1. Satuan bentuklahan struktural (S) a. Satuan bentuklahan perbukitan terlipat - S.1 b. Satuan bentuklahan perbukitan sesar - S.2 c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar - S.3 d. Satuan bentuklahan perbukitan sesar geser - S.4 2. Satuan bentuklahan vulkanik (V) a. Satuan bentuklahan puncak vulkanik - V.1 b. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.2 vulkanik atas. c. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.3 vulkanik tengah. d. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.4 vulkanik bawah. 3. Satuan bentuklahan denudasional (D) a. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi kuat - D.1 b. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi sedang - D.2 c. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi ringan - D.3 d. Satuan bentuklahan perbukitan tanah longsor - D.4 4. Satuan bentuklahan marin (M) a. Satuan bentuklahan dataran gisik - M.1 b. Satuan bentuklahan dataran beting gisik - M.2 c. Satuan bentuklahan dataran gisik aluvial - M.3 d. Satuan bentuklahan dataran gumuk pasir - M.4 5. Satuan bentuklahan fluvial (F). a. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam - F.1 b. Satuan bentuklahan dataran banjir - F.2 c. Satuan bentuklahan dataran undak sungai - F.3 6. Satuan bentuklahan Karst (K) a. Satuan bentuklahan perbukitan karst - K.1 b. Satuan bentuklahan perbukitan kubah karst - K.2 Simbol gambar : Bentuklahan struktural. Batas pemisah aliran (water devide ). Gawie sesar geser / blok sesar. Sesar geser / blok sesar geser.

Perlipatan Sesar naik. Bentuklahan vulkanik Kawah / kepundan Arah lelehan lava Bentuklahan denudasional Arah erosional Tingkat erosi kuat Tingkat erosi sedang Tingkat erosi lemah. Erosi tebing sungai Erosi garis pantai Gerakan tanah (Mass wasting) Longsor jatuhan (rock fall) Longsor geseran ( landslide) Longsor geser rotasional (slump) Bentuklahan marin (M) Beting gisik ( beach ridge )

Gumuk pasir (sand dunes ) Bentuklahan Fluvial /sungai ( F) Alur sungai berupa garis tipis Tanggul alam Datraran banjir Undak sungai. Bentuklahan karst (K) Kerucut karst Kubah karst Sinkhole Dolina Gua karst dengan stalagtit/stalagmit

BAB 5

PENULISAN LAPORAN

Peta geomorfologi yang bertindak sebagai peta dasar pada pemetaan geologi di dalam laporan pemetaan pada Jurusan Geologi FMIPA - UNPAD merupakan bahasan tersendiri (sub bab), maka penjelasan geomorfologi harus mencerminkan aspek - aspek geologi yang terkandung di dalam peta geomorfologi, sehingga memiliki suatu hubungan yang jelas antara satuan bentuklahan pada peta geomorfologi dengan aspek geologi pada peta geologi.

Bahasan geomorfologi yang perlu ditonjolkan untuk kepentingan geologi terutama pendekatan morfografi, morfogenetik dan morfometri yang mempengaruhi bentuklahan untuk dijadikan landasan menerangkan kondisi - kondisi geologi. Penjelasan morfografi, morfogenetik dan morfometri merupakan arahan dari ciri - ciri kondisi geologi yang sedang dipetakan, sehingga pemeriksaan lapangan yang dilakukan terhadap hasil interpretasi peta topografi dan / atau foto udara yang dilakukan di studio menjadi kegiatan awal pemetaan geologi.

Jika penelitian geologi mengarah pada penelitian yang lebih khusus perlu menggunakan peta geomorfologi sebagai landasan penelitian, sebagai contoh penelitian perencanaan wilayah, geologi teknik, geologi linkungan, proses - proses sedimentasi dan geologi kuater, sehingga peta geomorfologi yang digunakan untuk kepentingan penelitian yang lebih khusus tersebut harus menggunakan peta geomorfologi pragmatik.

Kandungan peta geomorfologi pragmatik akan menampilkan aspek - aspek morfografi, morfogenetik, morfometri secara rinci dan material penyusun yang jelas seperti batuan atau tanah, sehingga tujuan penelitian yang diharapkan akan lebih terarah. Sebagai contoh peta geomorfologi untuk pengembangan wilayah perkotaan, selain menampilkan kondisi morfografi seperti perbukitan atau pedatataran yang diikuti dengan morfogenetik, maka morfometri dan material penyusun harus dikemukakan dengan jelas, karena wilayah perkotaan selain memerlukan bentuklahan yang layak (landsuitability yang mencakup perbukitan dan pedataran) sebagai dasar untuk menyusun rencana tapak (site plan) juga dibutuhkan daya dukung keteknikan seperti kestabilan lereng yang berhubungan erat dengan batuan dan jenis tanah sebagai dasar perkotaan, kemiringan lereng yang berhubungan dengan saluran pengaliran (drainage) kota, pola pengaliran untuk mencegah banjir dan kemampuan lahan (land capability) untuk daya dukung menampung aktifitas perkotaan.

5. KESIMPULAN Peta geomorfologi akan sangat membantu didalam melaksanakan pemetaan

geologi jika dipahami dengan baik, sehingga biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan pemetaan geologi menjadi lebih murah, karena waktu yang diperlukan untuk pemetaan geologi akan sangat berkurang dan penajaman terhadap aspek - aspek geologi dapat ditelusuri dari sejak awal (kegiatan di studio).

Pemahaman geomorfologi yang sama di kalangan geologi akan sa - ngat membantu didalam penelitan - penelitian geologi, terutama penelitian geologi yang bersifat khusus, sehingga tidak akan terjadi silang pendapat yang cukup tajam dan dapat berakibat terbengkalainya program penelitian.

Simbol - simbol yang digunakan perlu ditata kembali sesuai dengan simbol - simbol yang telah disepakati oleh internasional (khususnya para akhli geomorfologi),

sehingga tidak terjadi penggunaan simbol yang sembarangan. Penulisan laporan tentang geomorfologi harus menjadi satu rangkaian laporan yang mencerminkan kondisi geologi berdasarkan pendekatan geomorfologi.