Download - budidaya salak

Transcript
Page 1: budidaya salak

STUDI BUDIDAYA DAN PENANGANAN PASCA PANEN

SALAK PONDOH (Salacca zalacca Gaertner Voss.)

DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

Oleh:

Oktafianti Kumara Sari

A34303035

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 2: budidaya salak

STUDI BUDIDAYA DAN PENANGANAN PASCA PANEN

SALAK PONDOH (Salacca zalacca Gaertner Voss.)

DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh OKTAFIANTI KUMARA SARI

A34303035

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 3: budidaya salak

RINGKASAN

OKTAFIANTI KUMARA SARI. Studi Budidaya dan Penanganan Pasca panen Salak Pondoh (Salacca zalaca Gaertner Voss.) di Wilayah Kabupaten Sleman. Dibimbing oleh DARDA EFENDI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi budidaya salak pondoh, penanganan pasca panen dan jumlah kehilangan hasil pada setiap lembaga pemasaran salak pondoh di wilayah Kabupaten Sleman. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Turi, Pakem, Tempel, Sleman, dan Cangkringan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2007 - Juni 2007. Penarikan sampel dilakukan pada lima kelompok responden yaitu petani, pedagang pengumpul, pedagang pemasok, pedagang pengecer, dan di tingkat supermarket. Penelitian ini menggunakan metode survei. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapang dan wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang memuat daftar pertanyaan. Data sekunder diperoleh dari data statistik Dinas Pertanian Kabupaten Sleman dan literatur-literatur ilmiah yang mendukung penelitian. Analisis data dilakukan secara deskriptif.

Pola usahatani salak pondoh di Kecamatan Turi, Tempel, Pakem, Cangkringan, dan Sleman pada umumnya bertujuan untuk menghasilkan buah sekaligus bibit. Teknik budidaya yang dilakukan oleh responden meliputi: persiapan lahan dan penanaman, pemeliharaan tanaman; pemupukan; penyerbukan buatan; pengairan; penggemburan; penyiangan; pengendalian hama dan penyakit tanaman; serta penjarangan buah.

Kendala yang dijumpai pada kegiatan budidaya oleh petani yang menjadi responden yaitu pemupukan yang belum sesuai dengan anjuran Dinas Pertanian Kabupaten Sleman, dalam hal dosis dan waktu pemupukan, serta umur tanaman. Jumlah pohon salak jantan belum sesuai dengan perbandingan yang seharusnya karena kurangnya pemahaman petani mengenai keberadaan salak jantan di areal kebun, serta petani merasa keberadaan salak jantan akan mengurangi produktivitas. Respon petani terhadap penjarangan buah masih rendah meskipun mereka telah mengetahui manfaatnya. Petani tidak melakukan penjarangan buah karena tidak ingin membuang buah yang ada, dan penjarangan buah yang dilakukan petani relatif sudah terlambat.

Penanganan pasca panen terdiri atas pembersihan, sortasi, pengkelasan, penyimpanan, pengemasan, pengangkutan, dan pemasaran. Responden yang paling banyak melakukan kegiatan penanganan pasca panen yaitu pedagang pemasok dan pedagang pengecer. Seluruh petani responden tidak melakukan sortasi dan pengkelasan karena harga jual salak yang sudah disortir dan yang belum disortir tidak jauh berbeda, sehingga petani tidak ingin mengeluarkan biaya tambahan untuk penyortiran dan pengkelasan.

Page 4: budidaya salak

Rata-rata persentase kehilangan hasil terbesar terdapat di tingkat pedagang pengecer mencapai 8.1%, dan terendah berada di tingkat petani mencapai 4.1%. Kehilangan hasil di tingkat petani disebabkan karena kerusakan mekanis yang tinggi pada saat panen dan buah sudah terserang peyakit sebelum dipanen. Di tingkat pedagang disebabkan oleh kegiatan sortasi yang masih dilakukan secara visual sehingga sering tercampur antara buah yang berkualitas baik dengan buah yang kualitasnya rendah, serta pengemasan yang melebihi kapasitas.

Page 5: budidaya salak

Judul : STUDI BUDIDAYA DAN PENANGANAN PASCA PANEN

SALAK PONDOH (Salacca zalacca Gaertner Voss.)

DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

Nama : Oktafianti Kumara Sari NRP : A34303035

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr Ir Darda Efendi, MSi

NIP : 131841755

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr Ir Didy Sopandie, MAgr

NIP : 131124019

Tanggal Lulus :

Page 6: budidaya salak

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 1 Oktober 1985, anak pertama

dari Bapak Sugimin dan Ibu Wahyu Haryanti. Penulis memulai pendidikan

pertama di TK Infitek pada tahun 1990, pada tahun 1991 penulis melanjutkan

pendidikan ke SD Negeri 3 Selong dan lulus pada tahun 1997, kemudian pada

tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 1 Selong dan

lulus pada tahun 2000. Setelah lulus penulis melanjutkan pendidikan ke SMU

Muhammadiyah 1 Klaten dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis diterima menjadi mahasiswa pada program studi

Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama

menjadi mahasiswa penulis aktif menjadi anggota Organisasi Mahasiswa KMK

(Keluarga Mahasiswa Klaten).

Page 7: budidaya salak

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia–

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ``Studi Budidaya dan

Penanganan Pasca Panen Salak Pondoh (Salacca zalacca Gaertner Voss.) Di

Wilayah Kabupaten Sleman``. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Ibu Wahyu Haryanti, Bapak Sugimin, Bapak Sarjito, beserta keluarga atas

do`a, dukungan moril, dan materiil.

2. Dr Ir Darda Efendi, MSi sebagai dosen pembimbing dalam pelaksanan

penelitian yang telah memberikan saran, bimbingan, dan pengarahan.

3. Prof. Dr Ir Bambang S. Purwoko, MSc dan Ir Ketty Suketi, MSi sebagai

dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik untuk

menyempurnakan skripsi ini.

4. Dinas Pertanian Kabupaten Sleman, warga di Kecamatan Turi, Tempel,

Pakem, Sleman, dan Cangkringan, serta pihak Mirota Kampus

Supermarket, terimakasih atas segala bantuan dan kerjasamanya selama

penelitian berlangsung.

5. Rekan-rekan di KMK dan Hortikultura angkatan 40 yang telah memberikan

bantuan, semangat, dan persahabatan yang indah selama di IPB.

Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang memerlukan.

Bogor, Mei 2008

Penulis

Page 8: budidaya salak

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

Latar Belakang ........................................................................................ 1 Tujuan ..................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3

Botani dan Morfologi .............................................................................. 3 Syarat Tumbuh ........................................................................................ 4 Budidaya Salak Pondoh .......................................................................... 4 Panen ....................................................................................................... 6 Pasca Panen ............................................................................................. 6 Pemasaran ............................................................................................... 8 Lembaga Pemasaran ................................................................................ 9 Pola Saluran Pemasaran .......................................................................... 9 Kehilangan Hasil ..................................................................................... 9 METODOLOGI ............................................................................................. 10

Waktu dan Tempat .................................................................................. 10 Metode Penarikan Sampel....................................................................... 10 Metode Pengumpulan dan Analisis Data ................................................ 11 KONDISI UMUM LOKASI ......................................................................... 12

Kondisi Umum Kabupaten Sleman ......................................................... 12 Profil Kecamatan Turi ............................................................................. 13 Profil Kecamatan Pakem ......................................................................... 13 Profil Kecamatan Tempel ....................................................................... 13 Profil Kecamatan Sleman ........................................................................ 14 Profil Kecamatan Cangkringan ............................................................... 14 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 15

I. BUDIDAYA SALAK PONDOH ...................................................... 15 Persiapan Lahan dan Penanaman ................................................ 15 Pemeliharaan Tanaman ............................................................... 22 Penyerbukan dan Pembuahan ..................................................... 28 II. PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN ............................ Panen ........................................................................................... 33 Penanganan Pasca panen ............................................................. 37 Pemasaran ................................................................................... 46 Kehilangan Hasil ......................................................................... 49 Harga ........................................................................................... 51

Page 9: budidaya salak

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 53

Kesimpulan .............................................................................................. 53 Saran ......................................................................................................... 54 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55

LAMPIRAN .................................................................................................... 57

Page 10: budidaya salak

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Dosis dan Jenis Pupuk pada Tanaman Salak ...................................... 5 2. Kelas Mutu Salak Berdasarkan SNI 01 – 3167 – 1992 ...................... 7 3. Aktivitas Pembibitan Salak Pondoh di Kecamatan Turi, Tempel,

Pakem, Sleman, dan Cangkringan .................................................... 21 4. Dosis Pupuk Kimia yang Diberikan per Tahun pada Setiap

Tanaman Salak Pondoh yang berumur > 36 bulan dalam Dua Tahap Pemupukan ............................................................................ 23

5. Dosis Pupuk Kimia yang Direkomendasikan oleh Dinas Pertanian

Kabupaten Sleman ............................................................................ 24 6. Kegiatan Pengairan Petani pada Pertanaman Salak Pondoh ............ 19 7. Metode Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

yang Dilakukan oleh Petani .............................................................. 27

8. Persentase Jumlah Petani yang Melakukan Kegiatan Penjarangan Buah. ................................................................................................. 31

9. Produktivitas Salak Pondoh di Lima Kecamatan Contoh

Tahun 2006-2007 ............................................................................. 32

10. Penanganan Pasca Panen di Setiap Pelaku Pemasaran..................... 37

11. Standar Pengkelasan di Tingkat Pedagang ....................................... 39

12. Jenis Kemasan yang Digunakan di Kecamatan Turi, Tempel, Pakem, Sleman dan Cangkringan ..................................................... 41

13. Karakteristik 42 Petani di Lima Kecamatan Contoh ........................ 47 14. Karakteristik 19 Pedagang yang Menjadi Responden .................... 48 15. Total Kehilangan Hasil pada Masing – Masing Pola Pemasaran ..... 50

16. Rata-rata Harga Salak Pondoh pada Masing – Masing Pelaku

Pemasaran Tahun 2007 .................................................................... 52

Page 11: budidaya salak

Lampiran

1. Volume Panen Salak Pondoh di Kecamatan Turi Tahun 2006 -2007 ........................................................................... 58 2. Volume Panen Salak Pondoh di Kecamatan Sleman Tahun 2006 -2007 ........................................................................... 58 3. Volume Panen Salak Pondoh di Kecamatan Tempel Tahun 2006 -2007 ........................................................................... 59 4. Volume Panen Salak Pondoh di Kecamatan Pakem Tahun 2006 -2007 ........................................................................... 59 5. Volume Panen Salak Pondoh di Kecamatan Cangkringan Tahun 2006 -2007 ........................................................................... 60

6. Jumlah Kehilangan Hasil Salak Pondoh Super di Tingkat petani Pada Masing-Masing Pelaku Pemasaran.........................................61 7. Jumlah Kehilangan Hasil Salak Pondoh Hitam di Tingkat petani Pada Masing-Masing Pelaku Pemasaran........................................62

8. Jumlah Kehilangan Hasil Salak Pondoh di Tingkat Pedagang Pemasok (PD. Agro Tama).............................................................63

9. Jumlah Kehilangan Hasil Salak Pondoh Super di Tingkat

Pedagang Pengumpul Pada Pola Pemasaran I.................................64

10. Jumlah Kehilangan Hasil Salak Pondoh Hitam di Tingkat Pedagang Pengumpul Pada Pola Pemasaran I.................................65

11. Jumlah Kehilangan Hasil Salak Pondoh di Tingkat Pedagang Pengecer Pada Masing-Masing Pola Pemasaran............................66

12. Jumlah Kehilangan Hasil Salak Pondoh Super di Supermarket.....67 13. Rata-rata Harga Salak Pondoh per Kg di Masing-Masing PelakuPemasaran..................................................68 14. Perkembangan Tanaman Salak Pondoh di Kabupaten Sleman Tahun 2001-2006.............................................................................69

Page 12: budidaya salak

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Penanaman Salak Pondoh dengan Sistem Bedengan ......................... 16 2. Pengolahan Lahan dengan Sistem Guludan ....................................... 17 3. Proses Pencangkokan Salak Pondoh .................................................. 19 4. Kebun Salak Pondoh Berumur 8-9 Tahun ......................................... 22

5. Bibit Salak Pondoh yang Siap Dipasarkan ......................................... 21

6. Bunga Betina (a) dan Bunga Jantan (b) ............................................. 29

7. Proses Penyerbukan Buatan pada Tanaman Salak Pondoh ................ 30

8. Salak Pondoh Super (a) dan Salak Pondoh Hitam (b) yang Siap Panen. ................................................................................ 33

9. Pemanenan Salak Pondoh .................................................................. 34

10. Kegiatan Sortasi dan Pengkelasan di Tingkat Pedagang ................... 40

11. Kemasan Salak untuk Tujuan Luar Provinsi DIY (a) dan Kemasan Salak untuk Tujuan Lokal (b) .......................................... 42

12. Kegiatan Pengemasan Salak Pondoh untuk Tujuan Luar

Provinsi DIY ...................................................................................... 43

13. Dodol Salak (a) dan Keripik Salak (b) ............................................... 45

Page 13: budidaya salak

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salak (Salacca edulis) merupakan tanaman asli daerah Asia Tenggara

yang sangat populer di Indonesia, dan mempunyai prospek yang baik untuk pasar

dalam negeri maupun luar negeri. Produktivitas buah salak pada tahun 2001-2005

mencapai 25-26 ton/ha/tahun (Deptan, 2007).

Salak pondoh adalah salah satu jenis salak yang terus mengalami

peningkatan produksi. Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah yang

memproduksi salak pondoh. Komoditi ini sudah memiliki pasar yang stabil dan

memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga tani khususnya di

Kabupaten Sleman.

Permintaan terhadap salak pondoh dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1) semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berminat pada buah salak

sebagai dampak keberhasilan program penyuluhan dan program peningkatan gizi

masyarakat yang dilaksanakan oleh pemerintah; (2) tingkat harga salak di pasar

yang relatif terjangkau oleh berbagai kalangan masyarakat; (3) tingkat harga

buah-buahan lainnya; dan (4) ketersediaannya sepanjang tahun.

Kelebihan salak pondoh dibandingkan salak lain yaitu rasa buahnya yang

manis meskipun belum matang, memiliki kandungan air yang cukup, berbuah

sepanjang tahun, masa simpan buah lebih dari 20 hari, bila dimakan dalam jumlah

banyak tidak menimbulkan rasa tidak enak di perut, dan harga jual relatif lebih

tinggi (Purnomo, 2001).

Buah salak segar dapat dibuat manisan, dikalengkan, sebagai perlengkapan

dekorasi, dan disajikan sebagai buah segar. Buah segar yang diperdagangkan

biasanya masih dalam tandan atau telah dilepas. Helai daunnya dapat dijadikan

atap, dan kulit tangkai daunnya dapat dijadikan anyaman atau tikar (Purnomo,

2001).

Kandungan gizi dalam setiap 100 g buah salak yang dapat dimakan

terdapat 77 kalori, 74 g air, 20.9 g karbohidrat, 1.8 g fosfor, 0.42 g zat besi, 0.4

protein, 0.2 g vitamin C dan 0.004 g vitamin B (Rukmana 1999).

Page 14: budidaya salak

Permasalahan yang dijumpai dalam pengembangan usahatani salak

pondoh yaitu teknik budidaya yang dilakukan petani belum mampu mendukung

produktivitas tanaman dan menghasilkan buah yang lebih berkualitas. Selain itu

perlakuan pasca panen yang masih sederhana serta pola distribusi buah yang

panjang dan tidak terorganisir sering merugikan petani dan konsumen. Pada

musim panen raya dimana produksi buah yang melimpah, para petani umumnya

menjual dengan harga murah untuk menghindari kerugian akibat kerusakan.

Keadaan ini semakin membebani petani kita yang umumnya masih tergolong

kelas menengah ke bawah.

Agar dapat mempelajari dan menerapkan teknologi budidaya dan

penanganan pasca panen pada usahatani salak pondoh, maka diperlukan

identifikasi langsung masalah-masalah yang timbul di lapang.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui budidaya dan penanganan pasca panen salak pondoh.

2. Mengetahui jumlah kehilangan hasil pada setiap pelaku pemasaran.

Page 15: budidaya salak

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi

Salak pondoh (Salacca zalacca Gaertner Voss.) termasuk famili palmae,

berduri dan bertunas banyak, tumbuh menjadi rumpun yang rapat. Tinggi tanaman

mencapai 1.5-5 m, batang pokoknya berbentuk stolon di dalam tanah, berbentuk

silindris dengan diameter 10-15 cm (Verheij dan Coronel, 1997). Akar tanaman

merupakan akar serabut, berbentuk silindris dengan diameter 6-8 mm. Daerah

penyebarannya tidak luas, dangkal dan peka terhadap kekurangan air (Purnomo,

2001). Bentuk daun menyirip, panjangnya mencapai 3-7 m. Pelepah, tangkai dan

anak daun berduri banyak, bentuknya panjang, tipis, berwarna kelabu sampai

kehitaman, anak daunnya berukuran (20-70) cm x (2-7.5) cm (Verheij dan

Coronel, 1997).

Bunga salak berbentuk majemuk, bertangkai dan tertutup oleh seludang.

Panjang seludang bunga jantan hingga 50-100 cm sedangkan bunga betina 20-30

cm (Ashari, 1995). Purnomo (2001) melaporkan bahwa bunga jantan pada

tanaman salak pondoh berwarna coklat kemerahan, sekelompok bunga jantan

terdiri dari 4-12 malai, satu malai terdiri dari ribuan serbuk sari, panjang bunga

jantan setiap malai kira-kira 4-15 cm dan bunga jantan mekar selama 1-3 hari.

Bunga betina berwarna hijau kekuningan, berbintik merah dan mempunyai 3

petal. Panjang satu malai 7-10 cm dan bunga mekar selama 1-3 hari. Tanda bunga

yang siap diserbuki adalah bunga berwarna merah dan mengeluarkan aroma

harum. Waktu penyerbukan yang baik adalah pada hari ke -2 bunga mekar.

Varietas salak pondoh yang sudah dibudidayakan di Indonesia yaitu salak

pondoh hitam, salak pondoh merah, salak pondoh kuning, dan salak pondoh

super. Salak pondoh hitam berbentuk bulat dan berukuran kecil, daging buah

berwarna putih kapur dengan kulit buah berwarna hitam gelap dan rasanya sangat

manis seperti buah lengkeng. Salak pondoh merah bentuk buahnya agak lonjong,

berkulit warna merah kecokelat-cokelatan dan pada bagian ujungnya berwarna

kehitam kehitaman, berukuran lebih besar dibanding salak pondoh hitam, setiap

kilogram berisi 20-25 butir, bila matang beraroma buah apel. Salak pondoh

kuning berbentuk bulat mirip buah salak pondoh hitam, namun ukurannya besar,

tiap kilogram berisi 10-15 butir buah, kulit buah berwarna coklat kekuning-

Page 16: budidaya salak

kuningan, daging buahnya berwarna putih krem, rasa manis dan beraroma buah

apel. Salak pondoh super berbentuk bulat memanjang, buahnya berukuran besar,

tiap kilogram berisi 9-11 butir buah, kulit buah berwarna kekuning-kuningan,

daging buahnya tebal, rasanya manis, renyah, dan masir (Hendratno, 2006).

Syarat Tumbuh

Dinas Pertanian Kabupaten Sleman (1997) mengemukakan bahwa

tanaman salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata–rata

mencapai 200-400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm

sudah tergolong dalam bulan basah. Menurut Verheij dan Coronel (1997) tipe

tanah di sentra produksi antara lain podzolik dan regosol.

Tanaman salak dapat tumbuh secara optimal pada suhu 20-30°C. Tanaman

salak tidak menyukai sinar matahari secara langsung, tetapi hanya membutuhkan

sinar matahari 50-70%, sehingga tanaman salak memerlukan pohon penaung.

Tanaman salak yang tumbuh tanpa naungan daunnya akan terbakar,

pertumbuhannya sangat lambat, dan produksi buahnya sedikit (Tjahjadi, 1996).

Budidaya Salak Pondoh

Tahapan dalam budidaya salak yang perlu dilakukan agar salak dapat

tumbuh dan berproduksi secara optimal yaitu :

Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dikerjakan pada saat menjelang atau awal musim hujan,

yaitu sekitar bulan Oktober-November. Pada lahan yang telah diratakan diberi

patok atau ajir dengan jarak 2 m x 2 m sebagai jarak tanam lalu dibuat lubang

tanam. Lubang tanam dibiarkan selama 2-3 minggu sebelum penanaman bibit

(Purnomo, 2001)

Pembibitan

Salak dapat dikembangkan dengan dua cara yaitu secara generatif (biji)

dan vegetatif (cangkok). Pembibitan secara vegetatif dilakukan dengan cara

mencangkok anakan yang tumbuh. Mencangkok tunas anakan dapat berhasil

apabila memperhatikan kondisi tunas anakan, keterampilan, media tumbuh,

Page 17: budidaya salak

ukuran pot, lingkungan, dan waktu pemisahan tunas anakan dari pohon induk.

Kondisi tunas anakan yang dimaksud adalah umur tunas anakan, besar kecilnya

pangkal akar, dan jumlah pelepah daun (Purbiati et al., 1994).

Penanaman

Waktu penanaman yang paling memadai adalah pada awal musim hujan

agar tersedia air secara memadai. Jumlah rumpun salak jantan yang ditanam

sedikit bila dibandingkan dengan salak betina yaitu berkisar antara 2-20 % saja

(Ashari, 1995).

Pemupukan

Pemupukan mempunyai fungsi penting bagi tanaman salak karena terdapat

hubungan erat antara karakter pertumbuhan tanaman dengan beberapa macam

unsur hara tertentu. Bertambah suburnya kondisi tanah ternyata diikuti oleh

meningkatnya jumlah tandan, jumlah tangkai per tandan dan jumlah buah per

tandan (Kusumainderawati dan Soleh, 1995). Pedoman umum pemumpukan

tanaman salak dilakukan dengan memperhatikan umur tanaman disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Dosis dan Jenis Pupuk pada Tanaman Salak

Umur Tanaman Salak Pupuk Kandang Pupuk Kimia (gr/rumpun)

Urea SP-36 KCL 0 -12 bulan (sebulan 1 x )

10 kg 5 5 5

12- 24 bulan (2 bulan 1 x)

- 10 10 10

24 -3 6 bulan (3 bulan 1 x )

- 15 15 15

Lebih dari 36 bulan (6 bulan 1 x )

- 20 20 20

Sumber : Rukmana, 1999

Page 18: budidaya salak

Pemangkasan

Pemangkasan idealnya dilakukan setiap dua bulan sekali dengan cara

membuang daun-daun tua, daun-daun yang terlalu rimbun ataupun yang terserang

hama penyakit. Tujuan pemangkasan ini adalah untuk mengurangi kelembaban

kebun sehingga sirkulasi udara lancar, untuk memudahkan pengendalian gulma,

dan pemungutan hasil (Solihin, 2001).

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Perlindungan tanaman salak bertujuan melindungi buah salak dari

gangguan penyakit. Perlindungan tanaman salak yang dianjurkan adalah

mempraktekkan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, yaitu perpaduan

teknik pengendalian secara fisik, hayati (biologi), dan kimiawi (Rukmana, 1999).

Penyerbukan

Tanaman salak dapat melakukan penyerbukan secara alami dengan

bantuan serangga penyerbuk dan angin. Penyerbukan buatan dilakukan dengan

cara mengetuk-ngetukkan tandan bunga jantan di atas bunga betina yang sudah

mekar, kemudian tutup tandan bunga betina yang sudah diserbuki dengan daun

atau bahan lain agar proses penyerbukan sempurna. Pemberian tutup bertujuan

agar serbuk sari yang telah menempel tidak terlepas atau tercuci air hujan. Tutup

dibuka setelah 3-5 hari dari penyerbukan.

Panen

Tanaman salak mulai berbuah setelah berumur 2 tahun jika tanaman

berasal dari cangkok dan 3-4 tahun jika tanaman berasal dari biji. Pemanenan

dilakukan pada buah yang berumur 5-7 bulan setelah penyerbukan dengan cara

memotong tandan buah. Salak yang telah matang kulitnya tampak bersih,

mengkilat dan apabila dipegang tidak terasa kasar. Ujung kulit yang menempel

pada tongkol terasa lunak jika ditekan (Purnomo,2001).

Page 19: budidaya salak

Pasca Panen

Penanganan pasca panen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan

terhadap suatu jenis komoditas buah setelah selesai panen untuk mengurangi

kerusakan dan mempertahankan kualitas serta umur simpan buah tersebut. Tahap

penanganan pasca panen secara umum meliputi pembersihan, penyortiran dan

pengkelasan, pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan.

Pembersihan

Pembersihan buah salak dilakukan dengan menyikat buah menggunakan

sikat ijuk atau plastik dengan gerakan searah susunan sisik. Kebersihan salak

berpengaruh terhadap masa simpan buah salak (Siregar, 2007).

Penyortiran dan pengkelasan

Sortasi bertujuan untuk memilih buah yang baik, tidak cacat, dan

dipisahkan dari buah yang busuk, pecah, tergores, atau tertusuk. Selain itu juga

berguna untuk membersihkan buah salak dari kotoran, sisa-sisa duri, tangkai, dan

ranting (Siregar, 2007).

Standar mutu salak Indonesia tercantum pada Standar Nasional Indonesia

(SNI) 01-3167-1992. Salak dibagi dalam 2 (dua) kelas mutu, yaitu mutu I dan

mutu II (Tabel 2). Ukuran berat dibagi atas ukuran besar untuk salak yang

berbobot 61 gram atau lebih per buah, ukuran sedang berbobot 33 - 60 g/buah,

dan ukuran kecil berbobot 32 g atau kurang per buah.

Tabel 2. Kelas Mutu Salak Berdasarkan SNI 0- 3167-1992

Kriteria Kelas Mutu

Mutu I Mutu II

Ketuaan Seragam tua Kurang seragam

Kekerasan Keras Keras

Kerusakan kulit buah Utuh Kurang utuh

Ukuran Seragam Seragam

Busuk 1% > 1%

Kotoran Bebas Bebas Sumber: Deputi Menegristek, 2000

Page 20: budidaya salak

Pengemasan

Buah salak biasanya dikemas dalam keranjang bambu, peti kayu, kardus

(kotak karton gelombang) atau kemasan tradisional khas sentra produksi, seperti

salak sidimpuan yang dikemas dalam karung anyaman pandan. Beberapa jenis

kemasan salak pondoh untuk tujuan pasar lokal yang umum digunakan yaitu

keranjang dari anyaman bambu sedangkan untuk tujuan pasar swalayan dikemas

dengan polyetylene atau bungkus plastik (Siregar, 2007).

Penyimpanan

Penyimpanan bertujuan untuk memperpanjang daya gunanya dan dalam

keadaan tertentu memperbaiki mutunya, menghindarkan banjirnya produk ke

pasar, meningkatkan keuntungan produsen, membantu pemasaran yang teratur,

pengendalian laju transpirasi dan repirasi, serta infeksi penyakit (Pantastico,

1986).

Pengangkutan

Komoditas hortikultura memiliki sifat meruah dan sulit diangkut sehingga

biaya pengangkutan mahal (Harjadi, 1989). Faktor utama dalam sistem

pengangkutan ialah bahwa sistem itu harus mampu mendistribusikan buah-buahan

dan sayuran dalam lingkungan yang terkendali secara cepat dari daerah-daerah

penghasil utamanya ke konsumen. Pemilihan kendaraan angkutan bergantung

pada taksiran umur komoditi, waktu dan jarak ke pasar, nilai komoditi, biaya

pengangkutan, dan tersedianya cara-cara pengangkutan itu (Pantastico, 1986).

Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu atau

kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang

bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2002).

Menurut Limbong dan Sitorus (1987) lembaga pemasaran yang ada di

Indonesia berasal dari petani kemudian disalurkan lewat tengkulak, Koperasi Unit

Desa (KUD) maupun pedagang besar dan biasanya produk-produk pertanian yang

dipasarkan berasal dari banyak produsen (petani).

Page 21: budidaya salak

Kehilangan Hasil

Kehilangan pasca panen adalah perubahan kuantitas dan kualitas produk

setelah panen yang mengurangi kegunaan yang diharapkan atau menurunkan nilai

produk tersebut. Kehilangan pasca panen dapat disebabkan cara panen yang tidak

tepat, penanganan pasca panen yang kurang baik, transportasi yang buruk,

kemasan yang kurang sesuai dan patogen (Kays, 1991).

Kehilangan pasca panen yang terjadi pada buah-buahan dan sayur-sayuran

segar dalam pertanian di daerah tropika mencapai jumlah yang besar. Infeksi

melalui luka yang terjadi selama atau sesudah pemanenan merupakan sumber

kerugian utama melalui pembusukan (Pantastico, 1986).

Salak pondoh mengalami kerusakan mekanis sebesar 6.5% setelah

diangkut dari Yogyakarta ke Malang. Sedangkan kerusakan tingkat petani pada

saat panen di mencapai 4-5%, kerusakan ini disebabkan karena buah yang sudah

terserang penyakit pada saat sebelum dipanen, buah tergores alat panen dan buah

busuk karena terlalu matang di pohon (Siregar, 2007).

Page 22: budidaya salak

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2007. Lokasi penelitian

yaitu:

1. Petani salak pondoh di Kecamatan Turi, Kecamatan Pakem, Kecamatan

Tempel, Kecamatan Sleman, dan Kecamatan Cangkringan. Jumlah total

petani yang menjadi responden yaitu 42 orang.

2. Pedagang pengumpul yang menjual salak pondoh di Pasar Turi, Pasar

Balerante, dan di Pasar Tempel. Jumlah pedagang pengumpul yang

menjadi responden yaitu 3 orang.

3. Pedagang pemasok di Kecamatan Turi. Jumlah pedagang pemasok yang

menjadi responden 1 orang yaitu PD. Agro Tama.

4. Pedagang pengecer yang berasal dari Kecamatan Turi, Pakem, Tempel,

Sleman, dan Cangkringan. Jumlah pedagang pengecer yang menjadi

responden yaitu 15 orang.

5. Supermarket Mirota Kampus cabang Babarsari dan Bulak Sumur,

Yogyakarta.

Metode Penarikan Sampel

Penelitian dilakukan pada lima kecamatan penghasil salak pondoh

terbesar. Petani yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini adalah

petani yang menanam salak pondoh di lokasi produksi dan menggarap lahan milik

pribadi. Pedagang pengumpul kecamatan yang dijadikan responden yaitu

pedagang pengumpul yang menjadi pedagang salak di Pasar Balerante, Pasar Turi,

dan Pasar Tempel. Pedagang pemasok supermarket yang dijadikan responden

yaitu PD Agro Tama. Pedagang pengecer yang dijadikan responden yaitu

pedagang pengecer yang menjual kepada konsumen di kawasan Yogyakarta.

Supermarket yang dijadikan responden yaitu supermarket yang menjual salak

pondoh secara kontinu setiap bulannya.

Page 23: budidaya salak

Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode survei. Data-data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh

dengan cara melakukan observasi langsung di lapang dan wawancara dengan

menggunakan alat bantu kuesioner yang memuat daftar pertanyaan. Data sekuder

diperoleh dari data statistik Dinas Pertanian Kabupaten Sleman dan literatur-

literatur ilmiah yang mendukung penelitian. Data yang telah diperoleh kemudian

dikelompokkan, diolah, dan ditabulasi. Analisis data yang digunakan yaitu

analisis deskriptif.

Data primer yang digunakan dalam penelitian yaitu:

1. Karakteristik responden

2. Aktivitas budidaya salak pondoh

Meliputi pembibitan, teknik penanaman, pemupukan, pengairan dan

pengendalian hama dan penyakit.

3. Teknik pemanenan

Pemanenan dilakukan secara manual atau menggunakan peralatan

perlengkapan panen.

4. Teknik penanganan pasca panen

Meliputi pembersihan, penyortiran, pengkelasan, pengemasan,

penyimpanan, pengolahan, dan pengangkutan.

5. Kehilangan hasil

Mengetahui jumlah kehilangan hasil mulai dari pemanenan sampai

penanganan pasca panen sebelum sampai ke konsumen pada setiap titik

pemasaran.

Persentase Kehilangan Hasil (%) = Bobot Buah yang Rusak (kg) x 100% Bobot Total Buah (kg)

6. Harga jual

Harga jual di setiap titik pemasaran diperoleh melalui rata-rata harga jual

salak per kg/minggu di tingkat petani, pedagang, dan supermarket.

Page 24: budidaya salak

KONDISI UMUM LOKASI

Kondisi Umum Kabupaten Sleman

Kabupaten Sleman adalah bagian dari Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta yang terletak di ujung utara. Kabupaten Sleman merupakan jalur

utama yang menghubungkan ibukota Propinsi Jawa Tengah dengan Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Secara administratif, Kabupaten Sleman memiliki batas–batas sebagai

berikut:

Sebelah utara : Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah.

Sebelah timur : Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah.

Sebelah selatan : Kabupaten Bantul dan Kota Madya Yogyakarta.

Sebelah barat : Kabupaten Kulon Progo Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, dan Kabupaten Magelang Propinsi Jawa

Tengah.

Luas wilayah Kabupaten Sleman 57 482 ha, terbagi dalam 17 wilayah

kecamatan yaitu: Moyudan, Minggir, Seyegan, Godean, Gamping, Mlati, Depok,

Berbah, Prambanan, Kalasan, Ngemplak, Ngaglik, Sleman, Tempel, Turi, Pakem

dan Cangkringan. Kabupaten Sleman terdiri dari 86 desa/kelurahan dan 1 027

dusun.

Kabupaten Sleman merupakan daerah agraris, sebab sebagian besar rumah

tangga adalah rumah tangga tani. Jenis komoditas yang dibudidayakan petani

setempat yaitu padi sawah, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai,

kacang hijau, dan salak pondoh.

Usahatani salak pondoh merupakan suatu kegiatan kedua setelah

penggarapan padi dan hasil-hasil sawah lainnya di kawasan Kabupaten Sleman.

Kecamatan-kecamatan yang merupakan penghasil salak pondoh yang terbesar

yaitu Kecamatan Turi, Tempel, Pakem, Cangkringan, dan Kecamatan Sleman.

Jenis salak pondoh yang ditanam oleh petani pada 5 kecamatan tersebut yaitu

salak pondoh hitam, salak pondoh kuning, salak pondoh super, dan salak

pondoh merah. Namun sebanyak 75% petani menanam jenis salak pondoh super.

Page 25: budidaya salak

Lokasi yang digunakan untuk usahatani salak pondoh merupakan lahan

pekarangan dan sawah tadah hujan. Lahan-lahan tersebut sebelumnya telah

diusahakan untuk usahatani padi, palawija, dan tanaman kehutanan. Lahan telah

diatur tata letaknya sehingga setiap usahatani mempunyai akses ke jalan. Jalan

tersebut dapat dilalui oleh kendaraan roda empat yang biasa digunakan untuk

mengangkut sarana produksi dan produk usahatani.

Profil Kecamatan Turi

Kecamatan Turi berada di sebelah utara dari ibukota Kabupaten Sleman.

Kecamatan Turi mempunyai luas wilayah 4 309 ha. Desa di wilayah administrasi

Kecamatan Turi yaitu Desa Bangunkerto, Wonokerto, Donokerto, dan Girikerto.

Kecamatan Turi berada pada ketinggian 400-550 m diatas permukaan laut. Suhu

tertinggi yang tercatat di Kecamatan Turi adalah 32ºC dengan suhu terendah 23ºC.

Kecamatan Turi merupakan penghasil salak terbesar di Kabupaten Sleman.

Jumlah produksi salak pondoh pada tahun 2006 mencapai 332 675 ton.

Profil Kecamatan Pakem

Kecamatan Pakem berada di sebelah utara dari ibukota Kabupaten Sleman.

Kecamatan Pakem mempunyai luas wilayah 4 384.04 ha. Desa di wilayah

administrasi Kecamatan Pakem yaitu Desa Hargobinangun, Harjobinangun,

Pakembinangun, Purwobinangun, dan Candibinangun.

Kecamatan Pakem berada pada ketinggian 500-600 m diatas permukaan

laut. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Pakem adalah 32ºC dengan suhu

terendah 18ºC. Dari data monografi kecamatan tercatat 10 590 orang atau 32.5%

penduduk Kecamatan Pakem bekerja di sektor pertanian.

Profil Kecamatan Tempel

Kecamatan Tempel berada di sebelah barat laut dari ibukota Kabupaten

Sleman. Kecamatan Tempel mempunyai luas wilayah 4 799 ha. Desa di wilayah

administrasi Kecamatan Tempel yaitu Desa Banyurejo, Lumbungrejo, Margorejo,

Merdikorejo, Mororejo, Pondokrejo, Sumberejo, dan Tambakrejo.

Kecamatan Tempel berada pada ketinggian 320-400 m diatas permukaan

laut. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Tempel adalah 35ºC dengan suhu

Page 26: budidaya salak

terendah 22ºC. Produksi pertanian yang paling banyak di kecamatan ini adalah

salak yang mencapai 59 500 ton per tahun.

Profil Kecamatan Sleman

Kecamatan Sleman berada di sebelah utara dari ibukota Kabupaten

Sleman. Kecamatan Sleman mempunyai luas wilayah 3 132 ha. Desa di wilayah

administratif kecamatan Sleman yaitu Desa Caturharjo, Pendowoharjo, Tridadi,

Triharjo, dan Trimulyo.

Kecamatan Sleman berada pada ketinggian 220-243 m di atas permukaan

laut. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Sleman adalah 34 ºC dengan suhu

terendah 22 ºC.

Profil Kecamatan Cangkringan

Kecamatan Cangkringan berada di sebelah Timur Laut dari Ibukota

Kabupaten Sleman. Kecamatan Cangkringan mempunyai luas wilayah 4 799 ha.

Desa di wilayah administrasi Kecamatan Cangkringan yaitu Desa Argomulyo,

Glagaharjo, Kepuharjo, Wukirsari, dan Desa Umbulharjo.

Kecamatan Cangkringan berada pada ketinggian 350-400 m diatas

permukaan laut. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Cangkringan adalah

32ºC dengan suhu terendah 18ºC.

Page 27: budidaya salak

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. BUDIDAYA SALAK PONDOH

Jenis salak yang sebagian besar diusahakan oleh petani yang menjadi

responden di Kecamatan Turi, Tempel, Pakem, Cangkringan, dan Sleman yaitu

salak pondoh super. Petani mengganti jenis salak pondoh hitam, salak pondoh

kuning ataupun salak pondoh merah dengan salak pondoh super untuk memenuhi

permintaan konsumen. Hal ini karena salak pondoh super memiliki kelebihan-

kelebihan yaitu warna kulit buah yang menarik, ukuran buah lebih besar, lebih

cepat matang, dan lebih produktif.

Pola usahatani salak pondoh di Kecamatan Turi, Tempel, Pakem,

Cangkringan, dan Sleman pada umumnya bertujuan untuk menghasilkan buah

sekaligus bibit. Teknik budidaya yang dilakukan oleh responden meliputi:

persiapan lahan dan penanaman, pemeliharaan tanaman, serta penyerbukan dan

pembuahan.

Persiapan Lahan dan Penanaman

Persiapan lahan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sesuai bagi

tanaman agar tumbuh optimal dan menghasilkan buah yang berkualitas. Usahatani

salak pondoh di Kecamatan Turi sebagian besar ditanam di pekarangan dan lahan

tegalan, di Kecamatan Cangkringan dan Pakem usahatani salak pondoh sebagian

besar ditanam pada lahan bekas sawah, sedangkan di Kecamatan Sleman dan

Tempel usahatani salak pondoh sebagian besar ditanam di lahan bekas sawah dan

pekarangan.

Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dilakukan 3-4 minggu sebelum penanaman. Pengolahan

lahan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis lahan. Pengolahan lahan yang

dilakukan oleh petani responden di Kecamatan Turi, Sleman, dan Tempel

menggunakan sistem konvensional yaitu dengan cara dicangkul, karena

pekarangan dan lahan tegalan yang digunakan untuk menanam salak pondoh

sudah cukup gembur. Sedangkan petani di Kecamatan Cangkringan dan Pakem

sebagian besar menggunakan lokasi bekas sawah sehingga mereka mengolah

Page 28: budidaya salak

lahan yang akan ditanami menggunakan bajak untuk menggemburkan tanah.

Untuk lahan padas atau berbatu, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

tanah dihancurkan kurang lebih sedalam 80-100 cm, batu-batu yang ada dibuang,

kemudian ditambah dengan tanah yang subur.

Pembuatan Lubang Tanam

Lahan yang telah diolah kemudian dibuat lubang tanam berbentuk persegi

panjang. Lubang tanam dibuat dengan menggunakan cangkul. Pada lahan bekas

pertanaman salak jawa, lubang tanam dapat dibuat dengan cara penggalian

langsung. Lubang tanam dibuat dengan ukuran panjang x lebar x tinggi = 50 cm x

50 cm x 50 cm dan jarak tanam yang umumnya dipakai yaitu 2 m x 1.75 m atau

2 m x 2 m. Masing-masing lubang tanam diberi 4-5 kg pupuk kandang dan

dicampur dengan top soil kemudian ditutup dan dibiarkan selama ± 2 minggu.

Pembuatan lubang tanam dengan sistem bedengan dipakai oleh petani

pada lahan bekas sawah yang akan ditanami salak pondoh (Gambar 1). Pembuatan

bedengan ini bertujuan agar tanaman salak pondoh tidak tergenang air. Bedengan

dibuat dengan ukuran tinggi 30 cm–40 cm, lebar 200 cm, ukuran panjang

disesuaikan dengan luas lahan. Jarak antar bedengan sekitar 25 cm–40 cm. Pupuk

kandang dicampur dengan tanah pada saat pembuatan bedengan, dosis pupuk

kandang yang digunakan sekitar 20–30 ton per ha. Setelah pemberian pupuk

kandang, bedengan dibiarkan selama 2 minggu. Kemudian dibuat lubang tanam

dengan ukuran panjang x lebar x tinggi = 30 cm x 30 cm x 30 cm dan jarak tanam

yang umumnya dipakai yaitu 2 m x 1.75 m atau 2 m x 2 m.

Gambar 1. Penanaman Salak Pondoh dengan Sistem Bedengan

Page 29: budidaya salak

Petani responden sebagian besar (50%) membuat lubang tanam dengan

sistem guludan (Gambar 2). Cara ini sekaligus dapat membuang batu-batu besar

yang ada di bawah permukaan tanah. Guludan dibuat dengan cara tanah dicangkul

dan ditumpuk membentuk guludan memanjang. Jarak antara satu guludan dengan

guludan lain 1.5 m–2 m. Pada jalur diantara dua guludan dibuat lubang tanam

dengan ukuran panjang x lebar x tinggi = 30 cm x 30 cm x 30 cm dan jarak tanam

yang umumnya dipakai yaitu 2 m x 2 m. Guludan (tumpukan top soil) akan

dipakai untuk pembumbunan setelah tanaman salak pondoh berumur 2 tahun.

Gambar 2. Pengolahan Lahan dengan Sistem Guludan

Jarak tanam sangat menentukan produktivitas tanaman. Jarak tanam yang

direkomendasikan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Sleman yaitu 2 m x 2 m dan

2.5 m x 2.5 m. Petani yang memiliki lahan sempit tidak memperhatikan jarak

tanam, sebanyak 50 % petani responden memakai jarak tanam 2 m x 1.75 m serta

sisanya memakai jarak tanam 2 m x 1.5 m dan 2 m x 2 m. Tujuannya adalah untuk

menambah populasi tanaman, dengan harapan dapat meningkatkan produksi per

satuan luas. Jarak tanam yang terlalu rapat akan menyebabkan persaingan

tanaman dalam penyerapan hara, air, dan penerimaan sinar matahari. Selain itu

jarak tanam yang terlalu rapat akan menyulitkan dalam pemeliharaan serta

membuat kondisi kebun semakin lembab.

Page 30: budidaya salak

Penyiapan Bibit

Penyiapan bibit tanaman adalah kegiatan menyiapkan bibit salak pondoh

jantan dan betina untuk menghasilkan buah yang berkualitas baik. Bibit yang

ditanam oleh para petani responden berasal dari Kabupaten Sleman. Petani

mendapatkan bibit dari hasil pencangkokan atau tunas-tunas yang dihasilkan

tanaman induk salak pondoh. Petani menggunakan bibit yang akarnya sudah

penuh, tidak terserang penyakit, dan berasal dari induk dengan produktivitas

tinggi.

Pembibitan

Perbanyakan salak pondoh dapat dilakukan secara generatif (berasal dari

biji) dan vegetatif. Mula-mula tanaman salak pondoh diperbanyak dengan biji,

namun saat ini semua petani salak pondoh memakai sistem pencangkokan tunas

anakan. Perbanyakan secara generatif memiliki kelemahan yaitu, dapat terjadi

perubahan sifat yang tidak menguntungkan atau lebih buruk daripada sifat pohon

induk, misalnya dalam hal bentuk, ukuran, warna kulit, dan rasa buah.

Perbanyakan secara generatif hanya dilakukan untuk mendapatkan salak pondoh

jantan.

Para petani di Kecamatan Turi, Tempel, Pakem, Cangkringan, dan

Sleman melakukan perbanyakan secara vegetatif yaitu mencangkok anakan atau

tunas dari induknya. Bibit hasil cangkokan memiliki kelebihan antara lain

tanaman yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan induknya dan tanaman

cepat berbuah Tunas anakan yang bisa di cangkok yaitu tunas yang telah

mempunyai jumlah pelepah daun antara 2-4 pelepah.

Petani di Kecamatan Turi dan Tempel mulai melakukan pencangkokan

saat tanamannya berumur 1 tahun dari sejak penanaman bibit, sedangkan petani di

Kecamatan Cangkringan, Sleman, dan Pakem mulai melakukan pencangkokan

pada saat tanamannya berumur 1-1.5 tahun dari sejak penanaman bibit. Petani

yang menjadi responden melakukan pencangkokan sampai tanaman berumur 6

tahun. Pada golongan umur tanaman > 8 tahun, biasanya petani tidak melakukan

pencangkokan karena pohon induk sudah tua dan hasilnya tidak akan sebaik umur

tanam sebelumnya. Ciri-ciri pohon salak pondoh yang yang baik untuk dijadikan

Page 31: budidaya salak

induk diantaranya; berumur lebih dari dua tahun, pertumbuhan baik, daunnya

rimbun dan tidak menguning, bebas hama dan penyakit tanaman, berproduksi

tinggi dan berkualitas baik.

Teknik mencangkok tunas anakan adalah sebagai berikut: botol infus atau

botol air mineral dipotong menjadi dua kemudian salah satu sisinya dilubangi 3

cm dari atas (Gambar 3a). Selanjutnya anakan yang akan dicangkok dibersihkan

(Gambar 3b) kemudian dimasukkan pada bagian yang telah dilubangi (Gambar

3c). Botol dipenuhi dengan campuran lapisan tanah bagian atas dan pupuk

kandang (1:1) (Gambar 3d). Pemeliharaan selama pencangkokan yaitu menjaga

agar media cangkok tetap lembab dengan mengadakan penyiraman. Cangkokan

sudah dapat dipisahkan dari induknya setelah berumur 3-4 bulan. Ciri cirinya

yaitu munculnya akar serabut dalam jumlah yang cukup banyak dan ujung-ujung

akar berwarna kuning tua kemerahan (Gambar 3e). Pemotongan tunas anakan

dilakukan secara hati-hati dengan memakai pahat dan agar tidak merusak akar.

Botol plastik dilepas memakai gunting, kemudian bibit dipindahkan ke keranjang

bambu yang telah diisi dengan campuran tanah dan pupuk kandang (Gambar 3f).

Kemudian keranjang bambu diletakkan di tempat yang teduh.

a b c

d e f

Gambar 3 (a-f). Proses Pencangkokan Salak Pondoh Keterangan a: Pembuatan lubang pada salah satu sisi botol infus atau botol air mineral. b: Pembersihan tunas anakan yang akan dicangkok. c: Meletakkan botol infus yang telah dilubangi pada tunas anakan yang akan dicangkok. d: Mengisi botol dengan campuran tanah dan pupuk kandang (1:1). e: Cangkokan yang sudah berumur 3-4 bulan, dan sudah dipisahkan dari pohon induknya. f: Bibit salak pondoh yang telah dipindahkan dalam keranjang bambu yang berisi media tanam,

bibit ini telah siap ditanam dan juga siap untuk dipasarkan.

Page 32: budidaya salak

Berdasarkan pengamatan di lapang terdapat beberapa petani yang

melakukan pemisahan anakan tidak tepat waktu, baik terlalu cepat maupun terlalu

lambat. Pemisahan anakan yang terlalu cepat mengakibatkan jumlah akar yang

terbentuk masih sedikit sehingga apabila ditanam menyebabkan tanaman kurang

tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Sedangkan

pemisahan anakan yang terlalu lambat mengakibatkan pertumbuhan vegetatifnya

terhambat. Pembentukan akar-akar baru pada bibit yang terlalu tua berjalan relatif

lebih lambat.

Jumlah tunas anakan yang dicangkok dibatasi karena dapat mengurangi

munculnya bunga salak, hal ini akan berpengaruh terhadap produksi buah. Bibit

salak pondoh selain dimanfaatkan untuk menanami lahan milik pribadi, petani

juga menjual hasil pembibitan salak pondoh ke beberapa daerah. Bibit salak yang

siap ditanam dan dipasarkan ditunjukkan pada Gambar 4. Aktivitas pembibitan

yang dilakukan oleh petani responden di lima kecamatan dapat dilihat pada Tabel

3.

Gambar 4. Bibit Salak Pondoh yang Siap Dipasarkan (Berumur 5-6 Bulan)

Variasi harga di tingkat produsen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

jumlah permintaan, jenis bibit; bibit salak pondoh super harganya lebih mahal di

banding dengan jenis salak pondoh lain, lokasi penjualan; semakin jauh lokasi

pemasaran maka harga bibit lebih mahal karena tambahan biaya pengangkutan.

Tabel 3. Aktivitas Pembibitan Salak Pondoh di Kecamatan Turi, Tempel, Pakem, Sleman, dan Cangkringan

Page 33: budidaya salak

Kecamatan

Rata-rata Jumlah Bibit/Pohon/Th

Harga per Bibit (Rp)

Tujuan Pemasaran

Turi

3

(2 000 - 3 000)

Banjarnegara, Magelang, Wonosobo

Tempel

4

(2 500 - 3 000)

Magelang

Pakem

4

(2 000 - 2 500)

Semarang, Kudus

Sleman

3

( 2 000 - 3 000)

Purwokerto, Solo

Cangkringan

3 (2 000 - 3

000)

Banjarnegara

Sumber : Data Primer

Penanaman

Penanaman dilakukan setelah lubang tanam siap. Bibit salak umumnya

ditanam pada awal musim hujan, yaitu antara bulan Oktober-Desember karena

salak pondoh memerlukan banyak air pada fase awal pertumbuhan. Penanaman

sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari agar tanaman tidak mengalami stress

dan transpirasi yang tinggi. Apabila penanaman dilaksanakan pada saat frekuensi

hujan kurang, maka dilakukan penyiraman pada pagi dan sore hari.

Bibit salak pondoh dikeluarkan dari keranjang bambu dan diusahakan

tanahnya masih tetap menempel pada akar. Lubang tanam disiram air secukupnya

kemudian bibit dimasukan. Bibit kemudian ditimbun dengan tanah sedikit demi

sedikit dan dipadatkan. Bibit ditopang dengan ajir agar tidak roboh.

Bibit salak pondoh yang ditanam oleh sebagian besar petani responden

tidak seragam dalam hal tinggi tanaman dan umurnya. Bibit yang tidak seragam

ini akan mempengaruhi pertumbuhan vegetatif dan produksinya. Kondisi ini akan

mengakibatkan perbedaan waktu berproduksi dan kualitas buah yang dihasilkan.

Kebun salak pondoh milik petani responden di Kecamatan Turi disajikan dalam

Gambar 5.

Page 34: budidaya salak

Gambar 5. Kebun Salak Pondoh Berumur 8-9 Tahun

Pola Tanam

Pola penanaman yang digunakan sebagian besar responden adalah salak

jantan berada disekeliling kebun. Pola ini mempunyai dua fungsi yaitu untuk

memudahkan dalam mendapatkan bunga jantan yang siap menyerbuk dan sebagai

pagar pengaman kebun. Namun adapula responden yang tidak menanam salak

jantan di kebun mereka dengan alasan mengurangi populasi tanaman dan lahan

mereka sempit. Hal tersebut mengakibatkan perlunya penambahan biaya untuk

pembelian bunga jantan. Bibit yang baru ditanam diberi naungan dengan pelepah

salak yang yang tua pada dua sisi agar tidak terkena cahaya matahari secara

berlebihan.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan yang sering dilakukan pada pertanaman salak pondoh yaitu

pemupukan, pengairan, pemangkasan, penyiangan, penegendalian hama dan

penyakit tanaman, serta penjarangan buah.

Pemupukan

Pemupukan pada salak pondoh dibedakan atas pemupukan awal pada saat

tanam dan pemupukan lanjutan. Pemupukan awal terdiri atas pupuk kandang

dengan dosis 6-7 kg/tanaman, campuran Urea dan SP-36 (1:1) dengan dosis 50

Page 35: budidaya salak

g/tanaman. Pemupukan awal ini diberikan sebelum penanaman, dicampur dengan

tanah dan dimasukkan ke dalam lubang tanam.

Pada pemupukan lanjutan dosis pupuk yang diberikan oleh petani sesuai

dengan kondisi keuangan dan tingkat pengetahuan mereka. Petani yang memiliki

hewan ternak dan lahan yang sempit umumnya hanya memberikan pupuk

kandang saja. Sedangkan pupuk kimia yang digunakan yaitu Urea, SP-36, dan

pupuk KCl. Sumber pupuk kandang berasal dari kotoran ternak besar (sapi,

kerbau, kambing) dan ternak unggas. Para petani juga memanfaatkan pelepah-

pelepah daun salak yang telah dipangkas sebagai sumber pupuk organik. Hal ini

dilakukan dengan cara meletakkan pelepah-pelepah daun tersebut disekitar tajuk

tanaman dan menimbunnya dengan tanah.

Frekuensi pemupukan yang dilakukan oleh responden yaitu sebanyak 2

kali/tahun dengan tidak membedakan umur tanaman. Pemupukan dilakukan pada

awal dan akhir musim penghujan, namun adapula responden yang memberi pupuk

setelah panen raya. Dosis pupuk kandang yang diberikan yaitu 5-6

kg/tanaman/tahun. Dosis pupuk kimia yang diberikan ditunjukkan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Dosis Pupuk Kimia yang Diberikan per Tahun pada Setiap Tanaman Salak Pondoh yang berumur > 36 bulan dalam Dua Tahap Pemupukan

Kecamatan Urea (g) SP-36 (g) KCl (g)

1 2 1 2 1 2 Turi 15 15 15 15 10 10 Tempel 15 15 10 10 15 15 Pakem 15 15 10 10 10 10 Sleman 10 10 10 10 10 10 Cangkringan 10 10 10 10 10 10

Sumber : Data Primer (diolah)

Dosis pupuk yang diberikan berdasarkan Tabel 4 belum sesuai dengan

dosis pupuk yang direkomendasikan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Sleman

(Tabel 5). Pupuk kimia diberikan dalam alur mengelilingi rumpun dengan jarak

40 cm - 50 cm dari pangkal batang atau dengan ditugal sebanyak 4 lubang per

rumpun kemudian ditanam dalam lubang disekitar tajuk lalu ditimbun dengan

tanah.

Page 36: budidaya salak

Tabel 4. Dosis Pupuk Kimia yang Direkomendasikan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Sleman

Umur Tanaman Salak Pupuk Kandang

(g/rumpun) Pupuk Kimia (g/rumpun)

Urea SP-36 KCl 0 -12 bulan (sebulan 1 x )

1000 5 5 5

12- 24 bulan (2 bulan 1 x)

1000 10 10 10

24 -3 6 bulan (3 bulan 1 x )

1000 15 15 15

Lebih dari 36 bulan (6 bulan 1 x )

1000 20 20 20

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sleman, 2005

Pengairan

Air yang digunakan untuk pengairan pada saat musim kemarau berasal

dari saluran irigasi yang ada. Pada saat musim kemarau, kebun salak yang

letaknya berdekatan dengan sistem irigasi, pengairan dilakukan dengan cara

mengalirkan air melalui parit-parit yang telah dipersiapkan sampai tanah menjadi

basah. Sementara kebun yang tidak memiliki sistem irigasi, air diperoleh melalui

sumber lain seperti sumur, pengairan dilakukan dengan mengalirkan melalui

selang. Irigasi dilakukan pada pagi atau sore hari. Pengairan dilakukan secara

bergiliran pada masing-masing petani salak pondoh (Tabel 5).

Tabel 5. Kegiatan Pengairan Petani pada Pertanaman Salak Pondoh

Keterangan

Kecamatan

Turi Tempel Pakem Sleman Cangkringan Frekuensi -------------------------------------%----------------------------------------- ٠ 0 kali/tahun 10 25 11 25 0 ٠ 1 kali/tahun 40 50 56 13 57 ٠ 2 kali/tahun 30 25 44 100 43 ٠ 3 kali/tahun 20 0 0 0 0 Sumber air

Irigasi Bedong

Sungai Putih

Sungai Opak

Irigasi Bedong

Sungai Opak

Sumber : Data Primer (diolah) Penggemburan

Page 37: budidaya salak

Penggemburan tanah bertujuan untuk memperbaiki drainase dan

mendorong pertumbuhan tanaman salak dengan baik. Penggemburan oleh petani

responden dilakukan setelah panen, yaitu sebanyak 4 kali per tahun menggunakan

cangkul.

Pemangkasan

Pemangkasan bertujuan untuk merangsang pertumbuhan pelepah daun

yang baru, membersihkan areal tanah agar peredaran udara lebih baik, dan

merangsang pembungaan yang lebih teratur. Pemangkasan dilakukan pada saat

musim hujan atau pada saat menjelang bunga mekar. Pada tanaman yang mulai

produktif berbunga atau berbuah, pemangkasan dilakukan pada tunas atau anakan

pada pangkal batang agar tidak mengurangi produktivitas pohon induknya. Setiap

rumpun cukup dipelihara 1-2 anakan.

Metode pemangkasan yaitu dengan cara memotong pelepah daun

menggunakan gergaji kurang lebih 5 cm dari batang pohon dan disisakan 8-10

pelepah per pohon. Rata-rata frekuensi pemangkasan dilakukan sebanyak 3-4 kali

per tahun.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapang sebanyak 75% petani tidak

melakukan pemangkasan secara rutin. Keadaan ini menyebabkan kondisi kebun

menjadi lembab. Pada rumpun salak yang tidak dipangkas akan menghambat

mekarnya bunga.

Penyiangan

Penyiangan adalah membuang dan membersihkan rumput-rumput atau

tanaman pengganggu lainnya yang tumbuh di kebun salak. Tanaman pengganggu

yang lazim di sebut gulma ini bila tidak diberantas akan menjadi pesaing bagi

tanaman salak dalam memperebutkan unsur hara dan air.

Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2 bulan setelah

bibit ditanam, penyiangan berikutnya dilakukan tiap 3 bulan sekali sampai

tanaman berumur setahun. Setelah itu penyiangan cukup dilakukan setiap 6 bulan

sekali atau 2 kali dalam satu tahun, dilakukan pada awal dan akhir musim

penghujan. Petani melakukan penyiangan dengan cara langsung mencabuti gulma-

Page 38: budidaya salak

gulma yang ada disekitar tanaman atau menggunakan alat seperti sabit dan

cangkul.

Dari hasil pengamatan di lapang, ditemukan areal pertanaman salak

pondoh yang dipenuhi gulma. Penyebabnya adalah jumlah tenaga kerja yang

terbatas. Gangguan yang ditimbulkan oleh gulma dapat secara langsung maupun

tidak langsung. Secara langsung yaitu, gulma dapat bersaing dengan tanaman

utama (salak pondoh) dalam memperoleh air, zat makanan, sinar matahari, dan

ruang gerak. Sedangkan secara tidak langsung gulma dapat menjadi tanaman

inang penyebab penyakit sehingga dapat menjadi sumber penular penyakit.

Tanaman salak yang tumbuh di Kecamatan Turi, Tempel, Pakem,

Cangkringan, dan Sleman sebagian besar sudah berumur lebih dari 8 tahun.

Peremajaan tanaman hampir tidak pernah dilakukan oleh petani responden. Hal ini

disebabkan tanaman salak setelah berumur 8 tahun masih produktif, peremajaan

menyebabkan petani menunggu selama 2 tahun untuk memperoleh produksi, dan

untuk menghemat biaya. Proses peremajaan yang tidak dilakukan dapat

menyebabkan tanaman yang berumur lebih dari 8 tahun roboh karena terlalu

tinggi. Kondisi ini menyebabkan jarak tanam tidak teratur sehingga cahaya yang

diterima tidak merata.

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit tanaman tidak sering dilakukan oleh

petani. Petani menganggap serangan hama dan penyakit masih di bawah ambang

yang merugikan secara ekonomi dan tidak banyak mempengaruhi produksi secara

keseluruhan. Musim hujan dan kondisi kebun yang terlalu lembab merupakan

faktor penyebab terjadinya serangan penyakit terhadap tanaman.

Tindakan pengendalian hama dan penyakit tanaman meliputi pengamatan

terhadap gejala yang ditunjukkan pada tanaman, waktu pemberantasan, dan

metode pemberantasan. Dalam hal pengamatan terhadap hama atau penyakit

tanaman, para petani biasanya mengelilingi dan mengamati tanamannya satu

minggu 2-3 kali. Kegiatan ini dilakukan agar serangan hama maupun penyakit

dapat segera terdeteksi dengan cepat sehingga jumlah kerusakan dalam jumlah

Page 39: budidaya salak

yang besar dapat dikurangi. Metode yang digunakan petani dalam pengendalian

organisme pengganggu tanaman (OPT) ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Metode Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang

Dilakukan oleh Petani

Metode Pengendalian

Kecamatan Turi Tempel Pakem Sleman Cangkringan

- Fisik √ √ √ √ √ -Kimia - - - - - -Musuh alami - - - - - -Teknik

Budidaya √ √ √ √ √

Sumber : Data Primer ; √ = dilakukan - = tidak dilakukan

Metode pengendalian OPT secara fisik dan teknik budidaya digunakan

oleh seluruh petani yang menjadi responden di lima kecamatan. Untuk

pengendalian secara fisik tindakan yang dilakukan petani yaitu memotong bagian

tanaman yang sakit lalu dibakar untuk menghilangkan sumber penular.

Pengendalian melalui teknik budidaya dilakukan dengan cara memberantas

gulma, penggemburan tanah setiap tiga bulan, serta pemangkasan anakan dan

pelepah daun yang tidak berguna.

Jenis OPT yang lazim terdapat pada tanaman salak pondoh yaitu larva

penggerek batang (Oryctes rhinoceros) yang dalam bahasa jawa disebut

``gendon`` dan cendawan putih. Gendon adalah ulat pemakan inti daun muda

yang berada di dalam batang dimana pangkal daun muda itu terdapat. Untuk

memberantas larva penggerek batang dilakukan dengan cara, petani mencari dan

mengamati lubang larva kemudian memasukkan kawat sampai mengenai larva.

Namun jenis hama ini tidak terlalu mengkhawatirkan petani di lokasi penelitian

karena jumlahnya tidak banyak.

Cendawan putih menyerang pohon dan buah salak. Buah yang terserang

penyakit ini akan rontok, cepat busuk, warna kulit buah tidak menarik.

Pengendalian dilakukan dengan mengurangi kelembaban tanah, yaitu mengurangi

pohon-pohon pelindung. Jenis OPT lain yang menyerang yaitu tikus dan tupai.

Tikus menyerang buah salak pondoh yang masih muda dengan cara melubangi

buah, hal ini berakibat buah tidak dapat dipanen. Cara untuk mengatasi hama tikus

Page 40: budidaya salak

yaitu dengan cara memasang perangkap. Sedangkan tupai menyerang buah salak

yang sudah tua. Serangannya ditandai dengan adanya bekas gigitan pada bagian

ujung buah dengan sisi yang rapi (rata). Pengendalian tupai dapat dilakukan

dengan cara menghalaunya dan memasang perangkap.

Penyerbukan dan Pembuahan

Penyerbukan Buatan

Tanaman salak pondoh merupakan tanaman berumah dua, dimana bunga

jantan dan bunga betina berada pada pohon yang berbeda. Penyerbukan yang

dilakukan oleh petani responden menggunakan bantuan angin dan manusia.

Penyerbukan dengan bantuan angin tidak efektif, karena perbandingan antara

jumlah tanaman jantan dan betina yang belum ideal. Petani cenderung menanami

lahannya dengan 90% tanaman betina dan 10% tanaman salak jantan. Sebagian

besar petani di Kecamatan Turi, Tempel, Pakem, Sleman, dan Cangkringan

melakukan penyerbukan dengan bantuan manusia agar lebih efektif. Peranan

tenaga manusia untuk memperlancar dalam proses penyerbukan sangat besar

artinya karena banyak sedikitnya hasil buah tergantung kepada berhasil atau

tidaknya proses penyerbukan ini. Namun demikian penyerbukan salak pondoh

juga dapat dilakukan dengan bantuan serangga (secara alami).

Ciri-ciri bunga betina (Gambar 6a) yang sudah matang yaitu pecah atau

terbukanya seludang pembungkus bunga, bunga berwarna merah muda dan

menyebarkan aroma semerbak, sedangkan bunga jantan yang dapat digunakan

untuk menyerbuki ialah seludang bunganya telah terbuka, tepung sari mudah

lepas, dan berwarna coklat kekuningan (Gambar 6b). Bunga salak pondoh jantan

dan betina mempunyai daya tahan 3 hari setelah mekar.

Page 41: budidaya salak

a b

Gambar 6. Bunga Betina (a) dan Bunga Jantan (b)

Tanaman salak dapat berbunga sepanjang tahun. Berdasarkan hasil

wawancara dengan petani pada setiap kecamatan, seludang bunga tanaman salak

pondoh keluar antara 30-40 hari setelah buah dipanen. Namun jumlah terbanyak

bunga jantan yang mekar terjadi pada bulan Oktober-November dan bulan

Februari-Maret sedangkan periode mekar bunga betina pada bulan September-

November dan bulan Maret-April. Pada bulan April jumlah bunga jantan di kebun

sangat sedikit, sehingga petani membeli serbuk sari awetan ataupun membeli

bunga jantan pada petani lain agar penyerbukan dapat dilaksanakan.

Penyerbukan dengan bantuan manusia dilakukan dengan cara memotong

bunga jantan yang telah dewasa lalu serbuk sari dioleskan di atas bunga betina

yang telah dewasa. Satu tongkol bunga jantan dapat dipakai untuk menyerbuki 10-

11 tongkol bunga betina. Bunga betina yang telah diserbuki ditutup dengan

pelepah daun untuk melindungi dari air hujan. Bungkus tersebut dibuka setelah 3-

5 hari berikutnya agar bunga dapat berkembang dengan normal (Gambar 7).

Page 42: budidaya salak

Gambar 7. Proses Penyerbukan Buatan pada Tanaman Salak Pondoh

Pembuahan dan Pemeliharaan Buah

Pemeliharaan terhadap kebersihan kebun tetap dilakukan agar tanaman

tidak terganggu pertumbuhannya, dan menjaga kondisi kebun agar tidak terlalu

lembab. Kebun yang terlalu lembab memudahkan serangan cendawan putih

terutama terhadap buah salak.

Jumlah buah salak per tandan relatif banyak dan letaknya berhimpitan.

Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan kurang optimal, sehingga untuk

mengatasinya para petani melakukan penjarangan buah. Penjarangan buah adalah

mengurangi jumlah buah dalam setiap tandan dengan tujuan buah dapat

berkembang secara optimal sehingga diperoleh ukuran buah yang lebih besar serta

seragam dan harga jual lebih tinggi. Rata-rata jumlah buah di lokasi penelitian

yang tidak dijarangkan berkisar 20-30 buah per tandan. Buah salak yang

dijarangkan disisakan sebanyak 12-15 buah dalam satu tandan. Meskipun

jumlanya berbeda, bobot buah dalam satu tandan yang dijarangkan dan yang tidak

dijarangkan berkisar 1-1.5 kg. Buah yang dijarangkan rata-rata tergolong dalam

kelas A, sedangkan buah yang tidak dijarangkan rata-rata tergolong dalam kelas B

dan C.

Penjarangan buah dilakukan dengan cara:

1. Penjarangan pertama, dilakukan pada saat dua bulan setelah peyerbukan

(ukuran buah sebesar kelereng) dengan cara memilih buah yang abnormal,

terserang penyakit, atau buah yang normal tetapi posisinya terjepit.

Page 43: budidaya salak

2. Buah yang dipilih untuk dijarangkan ditusuk, kemudian tarik dengan

kawat tajam atau tusuk sate.

3. Buah hasil penjarangan dibuang ke luar kebun.

4. Penjarangan kedua, sebulan setelah penjarangan pertama dengan cara yang

sama seperti penjarangan pertama.

5. Tandan buah dibungkus dengan keranjang atau anyaman bambu sehingga

menutupi semua butir-butir buah. Tujuan pembungkusan buah adalah

untuk memperoleh buah berpenampilan menarik, berwarna cerah, dan

melindungi buah dari serangan hama. Bungkus di buka saat akan panen.

Respon petani terhadap penjarangan buah masih rendah meskipun mereka

telah mengetahui manfaatnya (Tabel 7). Petani tidak melakukan penjarangan buah

karena mereka menganggap bahwa penjarangan buah akan menurunkan produksi

salak. Selain itu penjarangan buah yang dilakukan petani relatif sudah terlambat.

Penjarangan saat ukuran buah sudah agak besar tidak berpengaruh terhadap

peningkatan ukuran dan peningkatan kualitas buah. Industri pengolahan makanan

sederhana yang memanfaatkan buah salak hasil penjarangan masih belum

berkembang. Kegiatan budidaya salak pondoh di lima kecamatan ditunjukkan

dalam Tabel 8.

Tabel 7. Persentase Jumlah Petani Responden yang Melakukan Kegiatan

Penjarangan Buah

Lokasi Petani (%) Kecamatan Turi 30 Kecamatan Tempel 25 Kecamatan Pakem 0 Kecamatan Sleman 10 Kecamatan Cangkringan 0

Sumber : Data Primer (diolah)

Page 44: budidaya salak

Tabel 8. Kegiatan Budidaya Salak Pondoh di Kecamatan Turi, Tempel, Pakem, Sleman, dan Cangkringan Tahun 2006-2007

Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Persiapan lahan

2 Penyiapan Bibit

3. Penanaman

4. Pemupukan

5. Pengairan

6. Pemeliharaan

7. Pencangkokan

8. Penyerbukan Buatan

9. Penjarangan buah

10. Panen

Curah hujan (mm) 327 328 297 272 212 154 157 154 169 217 242 252

Page 45: budidaya salak

II. PANEN DAN PASCA PANEN

Panen

Kriteria Panen

Buah salak termasuk buah non klimakterik sehingga hanya dapat dipanen

jika benar-benar telah matang di pohon. Umur buah salak dari saat penyerbukan

sampai buah siap panen adalah 24-25 minggu. Ciri-ciri buah salak pondoh yang

siap panen yaitu permukaan kulit bersih mengkilap, susunan sisiknya tampak

lebih renggang, bila dipegang terasa lunak dan kulitnya tidak kasar, duri-duri kecil

di permukaan kulit buah sudah tidak terlihat, dan mengeluarkan aroma salak.

Sebagian besar petani responden mengetahui kriteria panen buah salak pondoh

dari tandan, penampilan buah, dan aroma buah (Gambar 8).

a b

Gambar 8. Salak Pondoh Super (a) dan Salak Pondoh Hitam (b) yang Siap Panen Berdasarkan pengamatan di lapang, sebanyak 50% petani melakukan

pemanenan pada saat umur buah relatif masih muda. Pertimbangan petani

melakukan panen pada kondisi ini yaitu, meskipun buah masih muda tetapi

rasanya tetap manis, dan secara komersial dapat diterima konsumen dan tidak

menurunkan nilai jual. Seharusnya, untuk mendapatkan buah yang berkualitas

baik, pemanenan dilakukan sesuai dengan kriteria panen yang telah diketahui oleh

petani.

Page 46: budidaya salak

Musim Panen

Tanaman salak pondoh memiliki kemampuan berbunga sepanjang tahun

apabila pemeliharaan dilakukan secara intensif. Musim panen raya terjadi pada

musim hujan yaitu bulan November-Januari, masa panen kecil terjadi pada bulan

Februari-April dan musim panen sedang terjadi pada bulan Mei-Juli. Pada bulan

Agustus-Oktober buah yang ada di kebun sangat sedikit bahkan tidak ada.

Peralatan dan Cara Panen

Peralatan yang digunakan untuk memanen salak pondoh yaitu pisau, sabit,

dan pahat yang tajam. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong tandan buah

dengan pisau atau sabit apabila buah dalam tandan matang keseluruhan (Gambar

9). Jika buah matang hanya sebagian maka panen dilakukan dengan cara

memuntir buah yang yang telah matang. Petani salak pondoh menggunakan

keranjang bambu untuk menampung buah setelah panen.

Gambar 9. Pemanenan Salak Pondoh

Panen dilakukan pada pagi hari (pukul 08.00-10.00) saat buah sudah tidak

berembun. Jika panen dilakukan terlalu pagi dan buah masih berembun maka

buah akan mudah kotor dan bila luka sangat rentan terserang penyakit. Bila panen

dilakukan pada siang hari, buah akan mengalami penguapan sehingga susut lebih

banyak.

Page 47: budidaya salak

Produktivitas

Frekuensi panen dipengaruhi oleh jumlah buah yang ada. Pada periode

panen raya, tanaman salak dapat dipanen sebanyak 3-4 kali dalam sebulan. Pada

saat penelitian, sedang berlangsung musim panen kecil (Februari-April) dan panen

sedang (Mei-Juli) sehingga frekuensi panen yang dilakukan oleh sebagian besar

responden sebulan sekali. Namun jika permintaan cukup banyak, petani salak bisa

juga melakukan pemanenan pada buah salak yang belum tua sehingga frekuensi

panen tidak tentu. Produktivitas salak pondoh di lima kecamatan contoh disajikan

dalam Tabel 9.

Tabel 9. Produktivitas Salak Pondoh di Lima Kecamatan Contoh

Tahun 2006-2007

Kecamatan Produktivitas (kg/m2/tahun)

Produktivitas (kg/rumpun/tahun)

Turi 2.2 9.0 Tempel 2.1 8.7 Pakem 2.2 8.8 Sleman 2.0 7.9 Cangkringan 2.0 8.1

Sumber : Data Primer (diolah) Keterangan : Data lengkap di Tabel Lampiran 1-5

Produktivitas salak di lokasi penelitian dipengaruhi oleh keberhasilan

dalam penyerbukan, kondisi tanaman, dan tingkat kerajinan petani dalam

melakukan penyerbukan buatan. Penyerbukan tidak berhasil apabila tandan bunga

busuk sebelum menjadi buah. Tandan bunga yang busuk dipengaruhi oleh

kelembaban di sekitar tanaman. Kelembaban berkaitan dengan banyaknya curah

hujan dan pemangkasan. Tanaman salak yang tidak dipangkas, khususnya pada

saat musim hujan menyebabkan terjadinya busuk bunga. Tandan bunga yang mati

dapat juga disebabkan tidak terjadinya pembuahan. Kemungkinan tersebut

dikarenakan tidak seiringnya periode mekar bunga jantan dan periode mekar

bunga betina serta tingkat kerajinan petani dalam melakukan penyerbukan.

Berdasarkan hasil pengamatan, produktivitas salak pondoh per satuan luas

di lima kecamatan contoh berkisar 2.0-2.2 kg/m2. Kondisi ini dipengaruhi oleh

luas lahan yang dimiliki oleh petani responden tidak berbeda jauh antara petani

satu dengan yang lainnya. Selain itu tingkat pemeliharaan terhadap kebun salak

Page 48: budidaya salak

oleh petani di masing-masing kecamatan contoh relatif sama sehingga produksi

buah per satuan luas juga relatif sama.

Faktor yang membedakan terletak pada kerajinan petani dalam melakukan

penyerbukan buatan dan kegiatan pemangkasan yang rutin. Rata-rata petani

responden di Kecamatan Turi dan Pakem segera melaksanakan penyerbukan

buatan bila bunga betina dan bunga jantan telah mekar karena daya tahan bunga

hanya 3 hari. Apabila tidak tersedia bunga jantan di kebun milik pribadi maka

mereka membeli seludang bunga jantan dari kebun petani lain ataupun membeli

serbuk sari awetan di toko pertanian.

Produktivitas tanaman per rumpun yang paling tinggi terdapat di

Kecamatan Turi yaitu sebesar 9.0 kg/rumpun. Nilai produktivitas di Kecamatan

Turi tidak jauh berbeda dengan 4 kecamatan contoh lainnya yang berkisar 7.5-8.8

kg/rumpun. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi kebun dan tanaman salak pondoh di

masing-masing petani. Nilai produktivitas dibawah 9.0 kg/rumpun sebagian besar

disebabkan oleh tandan bunga yang busuk karena kelembaban yang tinggi, umur

tanaman yang lebih dari 10 tahun sehingga produksinya mulai menurun, dan

tingkat kerajinan petani dalam penyerbukan.

Page 49: budidaya salak

Penanganan Pasca Panen

Buah salak yang telah dipanen perlu penanganan yang baik untuk

menghindari terjadinya kerusakan, sehingga kualitasnya tetap terjaga sampai ke

konsumen serta tidak mengurangi pendapatan petani. Penanganan pasca panen

meliputi pembersihan, sortasi, pengkelasan, pengemasan, penyimpanan,

pengolahan, dan pengangkutan (Tabel 10).

Tabel 10. Penanganan Pasca Panen di Setiap Pelaku Pemasaran

Pelaku Pemasaran

Penanganan pasca panen

Pem

bers

ihan

Sorta

si

Peng

kela

san

Peng

emas

an

Peny

impa

nan

Peng

olah

an

Peng

angk

utan

Petani √ √ - √ - √ √

Pedagang Pengumpul √ √ - √ √ - √

Pedagang pengecer - - - √ √ - √

PD Agro Tama √ √ √ √ √ - √

Supermarket Mirota Kampus:

- Bulak Sumur - √ √ √ - - -

- Babarsari - √ √ √ - - -

Sumber: Data Primer ; √ = dilakukan - = tidak dilakukan

Pembersihan

Buah yang telah dipanen dibersihkan dari serasah dan sisa-sisa seludang

yang masih melekat atau tangkai tandan yang terlalu panjang, serta dari sisa-sisa

duri. Pembersihan dilakukan menggunakan sikat atau kuas dengan gerakan searah

susunan sisik. Berdasarkan Tabel 10, seluruh petani di Kecamatan Turi, Tempel,

Pakem, Cangkringan, dan Sleman melakukan kegiatan pembersihan setelah

panen. Kegiatan pembersihan ulang secara random di lakukan di tingkat pedagang

pengumpul di Pasar Turi, Pasar Balerante, Pasar Tempel, dan pedagang pengecer.

Kegiatan pembersihan seperti ini juga dilakukan oleh PD Agro Tama yang

Page 50: budidaya salak

mengirim produknya menuju supermarket. Buah salak harus benar-benar bersih

karena pihak supermarket Mirota Kampus tidak melakukan pembersihan ulang.

Sortasi

Petani di Kecamatan Turi, Tempel, Pakem, Cangkringan, dan Sleman

belum seluruhnya melakukan kegiatan sortasi. Hal ini karena jumlah petani lebih

banyak dibandingkan jumlah pedagang sehingga posisi tawar petani rendah. Pada

umumnya petani menerima harga yang ditetapkan oleh pedagang. Selain itu harga

jual salak yang sudah disortir dan yang belum tidak terlalu berbeda jauh, sehingga

petani tidak ingin mengeluarkan biaya tambahan untuk penyortiran.

Pedagang pengumpul di Pasar Balerante, Pasar Tempel, Pasar Turi, dan

pedagang pemasok yang hendak mengirim buah salak ke luar kota maupun

menuju supermarket melakukan tindakan sortasi setelah membeli buah dari

petani. Sortasi dilakukan cukup ketat untuk menghindari tercampurnya kualitas

buah. Sortasi bertujuan untuk menghindarkan kerusakan akibat kontak atau

sentuhan antara buah yang sehat dengan buah yang berpenyakit atau busuk, serta

untuk memisahkan antara buah yang harus dipertahankan dalam satu tandan buah

dan yang perlu dilepas dari tandan.

Pedagang pengecer yang membeli salak pondoh dari petani atau pedagang

pengumpul melakukan kegiatan sortasi lagi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi

jumlah buah yang rusak karena produk telah mengalami proses penyimpanan dan

pengangkutan oleh pelaku pemasaran sebelumnya.

Kegiatan sortasi di supermarket Mirota Kampus dilakukan pada saat

penerimaan barang dari PD Agro Tama dan produk yang ada dalam display. Buah

yang dipesan langsung diterima oleh 2 orang petugas Quality Control (QC)

supermarket Mirota Kampus. Sortasi dilakukan untuk melihat penampilan fisik

(warna dan bentuk yang seragam, buah tidak tergores, pecah, dan busuk) serta

untuk memisahkan buah salak yang terlalu matang. Jika produk tidak sesuai

dengan standar permintaan dari supermarket Mirota Kampus maka produk akan

dikembalikan. Produk yang ada dalam display dilakukan sortasi setiap hari.

Produk yang mulai mengalami kerusakan (busuk dan memar) karena telah

melewati toleransi umur simpan segera dibuang agar tidak mempengaruhi buah

Page 51: budidaya salak

yang masih bagus. Pengawasan mutu dilakukan setiap hari, diprioritaskan pada

buah yang melewati umur simpan dan dilakukan secara random.

Kegiatan sortasi oleh masing-masing pelaku pemasaran dilakukan secara

visual berdasarkan ukuran dan penampakan buah. Kendala yang dialami pedagang

dalam melakukan sortasi adalah belum adanya alat sortasi yang baik dan praktis.

Hal ini menyebabkan dalam pelaksanaannya hasil sortasi yang didapat kurang

bagus yaitu, masih sering tercampurnya antara buah yang baik dengan buah yang

kualitasnya rendah, pemilihan buah yang kurang teliti sehingga buah yang

seharusnya dibuang seperti buah yang luka dan masih muda ikut terbawa.

Pengkelasan

Tabel 10 menunjukkan bahwa petani tidak melakukan pengkelasan karena

mereka menjual buah salak kepada pedagang masih dalam bentuk tandan. Apabila

petani menjual dalam bentuk butiran, pengkelasan juga tidak dilakukan untuk

menghemat biaya. Petani menjual salak pondoh dalam bentuk campuran baik

ukuran maupun tingkat kematangannya. Kegiatan pengkelasan dilakukan untuk

meningkatkan nilai jual dan mendapatkan buah yang seragam kualitasnya.

Pedagang pengumpul di Pasar Tempel melakukan pemisahan buah salak pondoh

super menjadi tiga kelas (Tabel 11).

Tabel 11. Standar Pengkelasan di Tingkat Pedagang

Jenis salak Kelas A Kelas B Kelas C

Salak Pondoh Super

berbiji 3 berjumlah 9 -11 butir / kg

berbiji 3 berjumlah 13-16 butir /kg

- berjumlah 16-18 butir /kg

Salak Pondoh Kuning berbiji 3 berjumlah 10-14 butir / kg

- berjumlah 15-18 butir / kg

- berjumlah 19-20 butir / kg

Salak Pondoh Hitam berbiji 3, berjumlah 10 -15 butir / kg

- berjumlah 16-20 butir / kg

- berjumlah 20-23 butir / kg

Sumber: Data Primer

Supermarket Mirota Kampus hanya menjual salak pondoh super kelas A,

pengkelasan yang dilakukan oleh pihak supermarket yaitu memilih buah yang

seragam dalam ukuran (10-12 butir setiap kg), warna kulit coklat kekuningan, dan

Page 52: budidaya salak

bentuk yang seragam yaitu bulat memanjang. Kegiatan sortasi dan pengkelasan di

tingkat pedagang ditunjukkan dalam Gambar 10.

Gambar 10. Kegiatan Sortasi dan Pengkelasan di Tingkat Pedagang

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, diketahui bahwa secara umum

standar pengkelasan di setiap pelaku pemasaran berdasarkan kesepakatan antar

pelaku pemasaran. Sehingga tidak ada jaminan keseragaman kualitas bagi

konsumen.

Pengemasan

Tujuan pengemasan adalah untuk melindungi buah salak dari kerusakan,

mempermudah dalam penyusunan, baik dalam pengangkutan maupun dalam

gudang penyimpanan, dan untuk mempermudah perhitungan Kegiatan

pengemasan dilakukan oleh seluruh pelaku pemasaran. Jenis kemasan ada dua

jenis yaitu kemasan transportasi dan kemasan konsumen. Kemasan transportasi

yaitu kemasan dengan kapasitas besar yang digunakan oleh pedagang selama

menuju tempat penjualan. Kemasan konsumen yaitu kemasan dengan kapasitas

kecil untuk pemilihan, pengemasan, dan penimbangan produk yang dibeli oleh

konsumen.

Page 53: budidaya salak

Petani di Kecamatan Turi, Tempel, Pakem, Sleman, dan Cangkringan

menggunakan keranjang bambu yang berkapasitas 25-40 kg untuk mengangkut

buah dari dari lokasi panen menuju tempat penyimpanan atau rumah pedagang

pengumpul. Sebagian besar petani yang menjadi responden tidak melakukan

pengemasan konsumen karena petani tidak berhubungan langsung dengan

konsumen. Namun, adapula konsumen yang langsung membeli dari petani.

Mereka adalah konsumen yang membutuhkan buah dalam jumlah banyak untuk

suatu hajatan, ataupun wisatawan domestik yang memetik sendiri di kebun petani,

kemasan konsumen dari petani berupa kantung plastik.

Pedagang pengumpul juga menggunakan keranjang bambu untuk

mengangkut salak pondoh menuju Pasar Balerante dan Pasar Turi. Para pedagang

yang menjadi responden menggunakan bantalan dari jerami, daun pisang kering

atau kertas pada dasar kemasan agar buah tidak saling bergesekan/berbenturan

satu sama lain pada saat pengangkutan. Jenis kemasan yang digunakan bervariasi

di Kecamatan Turi, Tempel, Pakem, Sleman, dan Cangkringan (Tabel 12).

Tabel 12. Jenis Kemasan yang Digunakan di Kecamatan Turi, Tempel,

Pakem, Sleman dan Cangkringan

Jenis kemasan Manfaat Kapasitas (kg)Keranjang bambu - Pengemasan oleh petani dari

kebun ke tempat pengumpulan buah

- Pengemasan dari petani ke pasar lokal atau lokasi yang tidak terlalu jauh (pengangkutan paling lama sehari)

25-50

Kotak kayu - Pengemasan oleh pedagang pemasok untuk tujuan luar DIY

25-30

Kantong Plastik - Pengemasan oleh pedagang pengecer untuk konsumen

1-5

Keranjang plastik - Pemajangan buah pada etalase toko/supermarket

20-25

Karung - Pengemasan untuk tujuan luar DIY

30-50

Anyaman Bambu (Besek)

- Pengemasan untuk tujuan luar DIY

20-25

Sumber: Data Primer

Page 54: budidaya salak

Kemasan yang digunakan oleh PD Agro Tama menuju Mirota Kampus

supermarket yaitu keranjang anyaman bambu (besek) yang berkapasitas 20-25 kg.

Pedagang pengecer menggunakan karung untuk kemasan transportasi.

Pengemasan konsumen dilakukan di Mirota Kampus Supermarket berupa kantung

plastik transparan putih dan pedagang pengecer berupa kantung plastik kecil

dengan kapasitas 1-4 kg. Kemasan konsumen tidak memberikan nilai tambah

dalam penjualan.

Pengemasan dengan keranjang bambu memiliki kelemahan yaitu anyaman

bambu mudah lepas sehingga tidak cukup untuk melindungi buah, mudah berubah

bentuk karena konstruksinya lemah, banyak buah memar akibat benturan sesama

buah dan daya simpan buah rendah. Kelebihan dengan keranjang bambu yaitu

harganya murah sekitar Rp 1 500-Rp 2 500 per keranjang dan mudah diperoleh.

Jenis kemasan ini yang paling banyak digunakan oleh responden.

Pengemasan dengan kotak kayu memberikan hasil yang lebih baik

dibandingkan dengan keranjang bambu karena konstruksi kayu yang lebih kuat.

Pada saat pengangkutan kemasan dapat diatur secara bertumpuk dengan baik

namun biaya pengemasan lebih mahal. Jenis kemasan ini umumnya digunakan

oleh pedagang pemasok yang akan menjual salak pondoh keluar provinsi DIY.

Jenis kemasan yang umum digunakan oleh para pedagang ditunjukkan dalam

Gambar 11.

a b

Gambar 11. Kemasan Salak untuk Tujuan Luar Provinsi DIY (a) dan Kemasan Salak untuk Tujuan Lokal (b)

Page 55: budidaya salak

Teknik pengemasan salak pondoh yang dilakukan oleh pedagang pengumpul

yaitu, buah salak yang masih utuh pada tandan diletakkan di tengah dan

disekelilingnya diletakkan butiran salak yang sudah lepas dari tandan. Kendala

yang sering dijumpai dalam pengemasan yaitu sering terjadi pencampuran buah

yang berbeda tingkat kematangannya maupun kualitasnya. Buah yang matang

apabila dicampur dengan buah yang tidak terlalu matang akan mempercepat

proses pematangan, karena buah yang matang menghasilkan etilen. Pengemasan

di tingkat pedagang seringkali melebihi kapasitas, isi kemasan yang terlalu penuh

mangakibatkan bertambahnya tekanan pada buah. Kegiatan pengemasan salak

pondoh yang akan dipasarkan ke luar provinsi DIY oleh pedagang pemasok

ditunjukkan dalam Gambar 12.

Gambar 12. Kegiatan Pengemasan Salak Pondoh untuk Tujuan Luar DIY

Penyimpanan

Petani di Kecamatan Turi, Tempel, Pakem, Sleman dan Cangkringan

tidak melakukan kegiatan penyimpanan karena buah langsung dijual kepada

pedagang yang telah menjadi pelanggan mereka. Kegiatan penyimpanan

dilakukan oleh pedagang pengumpul, pedagang pemasok, dan pedagang pengecer.

Produk yang telah dikemas di dalam karung atau keranjang kemudian disimpan

Page 56: budidaya salak

dalam gudang penyimpanan atau disimpan di dalam rumah karena menunggu

pembeli selama 1-2 hari.

Pada saat penyimpanan para pedagang sering menumpuk keranjang buah.

Kondisi ini menyebabkan buah pada lapisan dasar dalam kemasan yang paling

bawah dari tumpukan akan mengalami kerusakan tekan akibat penambahan

tekanan dari tumpukan kemasan. Penyimpanan yang dilakukan para pedagang

hanya bersifat sementara dan dilakukan di lapangan. Petani dan pedagang belum

melakukan kegiatan penyimpanan yang bertujuan untuk memperpanjang masa

simpan buah salak sebelum dipasarkan. Kegiatan penyimpanan yang dilakukan

PD Agro Tama hanya bersifat sementara. PD Agro Tama belum melakukan

kegiatan penyimpanan yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan buah.

Pengangkutan

Petani memikul sendiri buah yang sudah dipanen dan dikemas dalam

keranjang bambu menuju gudang penyimpanan atau menuju tempat tinggal

mereka karena jarak yang dekat dan biasanya berada pada satu lokasi. Salak

pondoh yang hendak dijual ke pedagang pengumpul atau pasar tradisional

diangkut menggunakan sepeda motor apabila jumlahnya mencapai ± 150 kg. Jika

jumlah yang dipasarkan lebih dari 150 kg, para responden menyewa angkutan

umum atau menggunakan mobil pick-up dan biaya transportasi ditanggung oleh

petani.

Pengangkutan buah untuk tujuan luar kota dilakukan pada pagi hari (pukul

03.00–06.00) untuk menghindari panas matahari karena selama pengangkutan

menggunakan mobil pick-up produk hanya ditutup dengan terpal. Sinar matahari

dapat menyebabkan kulit buah salak segar cepat mengering sehingga kulit

lengket pada daging buah dan sukar dikupas serta masa simpan pendek.

Pengangkutan pada sore atau malam hari menggunakan truk dilakukan apabila

kondisi cuaca cerah dan menuju kota–kota besar seperti Jakarta, Malang,

Surabaya, dan Bali.

Page 57: budidaya salak

Produk Olahan Salak Pondoh

Kripik buah merupakan hasil olahan produk buah segar dalam bentuk

makanan ringan (Chip) yang diolah dengan mesin penggoreng sistem hampa

(Vacuum Frying). Pembuatan kripik buah merupakan peluang usaha baru di

bidang agroindustri pada skala rumah tangga, karena dapat meningkatkan nilai

tambah.

Berdasarkan hasil survei, pengolahan salak menjadi keripik salak

(Gambar 13a) hanya dilakukan oleh petani di Kecamatan Turi. Kecamatan Turi

mendapat bantuan khusus yaitu Vacuum Frying yang di khususkan untuk

membuat keripik buah dan sayuran tertentu. Meskipun demikian jumlah

produksinya sedikit sekali dan produk diolah apabila ada pesanan dari hotel-hotel,

rumah makan dan toko oleh-oleh di wilayah Kabupaten Sleman. Petani di

Kecamatan Tempel membuat produk olahan berupa dodol salak (Gambar 13b)

dan sebagian besar dipasarkan menuju Pasar Bringharjo Yogyakarta.

Petani lebih suka menjual salak dalam produk segar karena harga minyak

goreng yang semakin mahal, mesin penggorengan yang jumlahnya terbatas dan

saat ini kondisinya sudah tidak terlalu baik, serta proses pembuatan yang cukup

lama apabila digoreng tanpa mesin.

a b

Gambar 13. Keripik Salak (a) dan Dodol Salak (b)

Page 58: budidaya salak

Pemasaran

Usahatani salak pondoh di Kabupaten Sleman mempunyai rantai pemasaran

yang mudah karena lembaga pemasaran yang terkait telah ada sebelum salak

pondoh dibudidayakan oleh petani yaitu sejak petani menanam salak jawa,

sehingga semua hasil mudah terjual.

Lokasi Pemasaran

Lokasi pemasaran yang dijadikan pusat transaksi jual beli salak pondoh di

lokasi penelitian berada di tiga pasar tradisional yaitu Pasar Balerante di

Kecamatan Turi, Pasar Turi di Kecamatan Turi, dan Pasar Tempel di Kecamatan

Tempel. Dari ketiga pasar tersebut tidak ada perbedaan fungsi yang tegas tetapi

ada kecenderungan bahwa Pasar Balerante dan Pasar Turi merupakan tempat

untuk mengumpulkan salak pondoh dari petani dan pedagang pengumpul dan

sebagai tempat pengiriman salak pondoh di wilayah DIY dan Jawa Tengah,

sedangkan Pasar Tempel sebagai pasar tempat untuk mengumpulkan salak pondoh

dari pedagang pemasok dan sebagai tempat pengiriman salak pondoh ke luar DIY

(Jakarta, Surabaya, Malang, dan Bali).

Pemasaran menuju supermarket terbatas karena menurut informasi pihak

masing-masing supermarket yang menjadi responden permintaan dari konsumen

rendah. Hal ini karena kesukaan konsumen terhadap buah-buahan impor

dibandingkan buah lokal khususnya salak pondoh. Selain itu harga salak pondoh

yang jauh lebih mahal di supermarket menyebabkan konsumen lebih suka

membeli salak pondoh di pasar atau di toko-toko buah.

Lembaga Pemasaran

a. Petani

Karateristik petani responden ditunjukkan pada Tabel 13. Berdasarkan

data tersebut diketahui bahwa petani responden masih dalam fase usia produktif.

Keadaan ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani masih dalam kondisi fisik

yang mendukung usaha tani salak pondoh, karena dalam pengolahan tanah,

pemeliharaan dan pemanenan memerlukan fisik yang kuat.

Page 59: budidaya salak

Tabel 13. Karakteristik 42 Petani di Lima Kecamatan Contoh

Kecamatan Turi Tempel Pakem Sleman Cangkringan

Umur (th) 40.5 38.1 39.6 40.1 37.8

Pendidikan (th) 10.5 10.9 10.8 11.1 11.0 Luas lahan (m2) 579 540.6 557.5 541.4 557.7

Sumber : Data Primer (diolah)

b. Pedagang pengumpul

Pedagang pengumpul melakukan pembelian secara langsung kepada

petani. Transaksi biasanya langsung dilakukan di rumah petani. Sebagian besar

responden berfungsi sebagai perantara karena menjual kembali buah salak

tersebut kepada pedagang pemasok. Pedagang pengumpul tidak mengeluarkan

biaya karena semuanya ditanggung pedagang pemasok. Proses pembayaran

dilakukan secara tunai atau kredit dengan jangka waktu 1-4 hari, tergantung

kepercayaan dan kondisi keuangan pedagang.

c. Pedagang pemasok

Pedagang pemasok membeli salak pondoh langsung dari petani atau

pedagang pengumpul. Pembelian dilakukan di rumah petani, rumah pedagang

pemasok, atau di pasar kecamatan. Pedagang pemasok menanggung resiko

penyusutan maupun kerusakan barang saat penyortiran maupun selama

perjalanan. Selain itu, resiko yang ditangung oleh pedagang pemasok yaitu tidak

dilunasinya barang dagangan oleh pembeli.

Pedagang pemasok menjual barang dagangannya ke supermarket di

wilayah Provinsi DIY, pedagang pengecer di wilayah sleman dan Provinsi DIY,

menjual produk ke luar Provinsi DIY seperti Jakarta, Surabaya, Purwokerto,

Semarang, Kudus, dan Demak.

d. Pedagang pengecer

Pedagang pengecer membeli buah salak pondoh dari petani, pedagang

pengumpul dan pedagang pemasok. Pedagang pengecer yang membeli buah dari

petani langsung menjual barang dagangannya di sepanjang jalan utama Kabupaten

Page 60: budidaya salak

Sleman, di daerah obyek-obyek wisata, disepanjang jalan di Malioboro, Pasar

Bringharjo, dan menjual sendiri di toko buah milik pribadi.

Pembayaran dilakukan secara tunai maupun kredit. Sistem pembayaran

tergantung pada rasa kepercayaan, dan kondisi keuangan pedagang pengecer.

Waktu pelunasan yaitu 4-5 hari setelah kegiatan transaksi. Karakteristik masing-

masing pedagang ditunjukkan pada Tabel 14.

Tabel 14. Karakteristik 19 Pedagang yang Menjadi Responden Kecamatan Pedagang

Pengumpul Pedagang Pemasok

Pedagang Pengecer

Umur (th) 40.2 45 41.7

Pendidikan (th) 11.2 12 11.5 Sumber : Data Primer (diolah)

Saluran Pemasaran

Pengamatan pelaku pemasaran salak pondoh pada penelitian ini diawali

dari petani sebagai produsen kemudian pada setiap pelaku pemasaran yang terlibat

sesuai dengan pola pemasaran. Salak pondoh selain dipasarkan di wilayah

Kabupaten Sleman dan Yogyakarta, produk juga dipasarkan ke Solo, Semarang,

Banjarnegara, Porwokerto, Surabaya, Jakarta, dan Bali. Kriteria pemilihan pola

pemasaran dari petani berdasarkan:

a. Kemampuan petani menghasilkan salak

b. Musim panen salak

c. Harga jual salak

d. Transportasi

e. Kemampuan finansial petani

Pola pemasaran yang ada di lima kecamatan terdapat 4 pola yaitu :

Pola I = Petani → Pedagang Pengumpul → Konsumen

Pola II = Petani → Pedagang Pengecer → Konsumen

Pola III = Petani → Pedagang Pemasok → Supermarket/Toko Buah →

Konsumen

Pola IV = Petani → Pedagang Pemasok → Grosir Luar Kota → Pedagang

Pengecer → Konsumen

Page 61: budidaya salak

Pola pemasaran yang diamati hanya pola I, pola II, dan pola III karena

penelusuran distribusi salak antar provinsi tidak dilakukan selama penelitian.

Petani yang menghasilkan buah salak sedikit karena luas lahan yang sempit akan

menjual buah salak ke pedagang pengumpul desa. Keuntungannya yaitu petani

tidak perlu menanggung biaya transportasi menuju tempat pemasaran, meskipun

harga di tingkat pedagang pengumpul lebih rendah dari pedagang pengecer (pola

I). Apabila petani mampu menghasilkan buah salak dalam jumlah yang besar

maka akan memilih langsung menjual ke pedagang pemasok atau pedagang

pengecer (pola II dan pola IV), tergantung mana yang memberikan harga jual

yang lebih tinggi. Pada musim panen raya petani lebih memilih langsung menjual

ke pedagang pemasok dan pedagang pengumpul karena harga salak yang rendah

(pola I dan pola IV). Sedangkan pada musim panen gadu (panen kecil dan sedang)

petani memilih langsung menjual ke pedagang pengecer dan langsung ke

konsumen (pola II).

Petani salak Pondoh di lima kecamatan (Turi, Tempel, Pakem, Sleman dan

Cangkringan) umumnya menjual salak ke pedagang pengumpul desa karena

adanya rasa keterikatan dan kekerabatan yang kuat antar petani dan pedagang

pengumpul, selain itu lebih praktis, karena pedagang pengumpul dapat membeli

langsung di lokasi pemanenan. Meskipun harga lebih rendah jika dibandingkan

menjual ke pasar tetapi petani tidak direpotkan lagi dengan masalah

pengangkutan. Selain itu tidak perlu mencari pembeli salak serta petani tidak

menanggung resiko jika salak tidak terjual setelah pemanenan, karena salak yang

tidak langsung terjual beratnya akan menyusut dan resiko buah menjadi busuk

juga tinggi. Tiga alasan ini yang umumnya menyebabkan petani memilih menjual

hasil panennya kepada pedagang pengumpul.

Kehilangan Hasil

Total kehilangan hasil pada setiap lembaga pemasaran ditunjukkan dalam

Tabel 15. Jumlah kehilangan hasil terendah pada pola pemasaran I terdapat di

tingkat petani yaitu sebesar 4.0% sedangkan persentase kehilangan terbesar di

tingkat pedagang pengecer yaitu sebesar 8.7%. Kehilangan hasil yang tinggi

karena karena pola pemasaran ini paling panjang. Jumlah buah yang rusak sudah

Page 62: budidaya salak

cukup banyak ketika sampai ke pedagang pengecer karena adanya proses

penyimpanan dan pengangkutan oleh lembaga pemasaran sebelumnya. Kegiatan

pengangkutan yang tidak tepat di tingkat pedagang pengumpul seperti menumpuk

keranjang buah dan menggunakan keranjang yang kondisinya kurang baik dapat

menambah jumlah kerusakan.

Pada pola pemasaran II persentase kehilangan hasil terbesar di tingkat

pedagang pengecer yaitu sebesar 7.7%. Total kehilangan hasil terbesar pada

masing-masing pola pemasaran terdapat di tingkat pedagang pengecer karena

adanya kegiatan sortasi dan grading yang cukup ketat oleh pedagang pengecer

setelah membeli dari petani. Selain itu pedagang pengecer melakukan kegiatan

penyimpanan sampai stok buah habis. Apabila dilakukan dalam waktu lama

karena menunggu konsumen menyebabkan buah busuk.

Tabel 15. Total Kehilangan Hasil pada Masing–Masing Pelaku Pemasaran

Pelaku Pemasaran Kehilangan Hasil (%)

Salak Pondoh Super Salak Pondoh Hitam Pola I -Petani 4.2 3.9 -Pengumpul Pasar Turi 4.5 4.0 Pasar Balerante 4.7 4.2 Pasar Tempel 4.9 4.6 -Pengecer 8.4 8.9 Pola II -Petani 4.3 4.0 -Pengecer 7.5 7.8 Pola III -Petani 4.2 - -PD Agro Tama 6.5 - -Mirota Kampus

Supermarket cabang:

Babarsari 5.7 - Bulak Sumur 5.9 -

Sumber : Data Primer (diolah) Keterangan : Data lengkap ditunjukkan dalam Tabel Lampiran 6-12

Page 63: budidaya salak

Persentase kehilangan hasil terbesar pada pola pemasaran III terdapat di

tingkat PD Agro Tama sebesar 6.5%. PD Agro Tama menjual salak pondoh ke

luar provinsi DIY dan menjadi pedagang pemasok supermarket Mirota Kampus

Kehilangan hasil yang dialami oleh PD Agro Tama karena kegiatan sortasi

dilakukan cukup ketat untuk menghindari kemungkinan tercampurnya buah yang

berbeda tingkat kematangannya, dan untuk menghindari tercampurnya antara

buah yang busuk dan buah yang masih baik. Kehilangan hasil di supermarket

Mirota Kampus cabang Babarsari dan Bulak Sumur yaitu 5.7% dan 5.9%,

kehilangan hasil di tingkat supermarket lebih banyak disebabkan karena buah

busuk karena melebihi masa simpan dan kegiatan sortasi yang ketat.

Kehilangan hasil di tingkat petani disebabkan karena kerusakan mekanis

yang tinggi pada saat panen yaitu buah tergores, tertusuk, buah terlalu matang di

pohon, dan buah sudah terserang peyakit sebelum dipanen. Sedangkan kehilangan

hasil di tingkat pengumpul terjadi karena adanya penyakit pada buah yang kurang

teridentifkasi di tingkat petani, jumlah buah yang dikemas sering melebihi

kapasitas keranjang untuk menghemat biaya pengemasan. Kondisi ini

menyebabkan banyak buah yang lecet akibat gesekan dan tekanan pada saat

pengangkutan. Pencampuran antara buah yang berbeda tingkat kematangannya

maupun buah yang kualitasnya rendah sering terjadi karena kurang teliti pada saat

sortasi dilakukan. Berdasarkan hasil survei kerusakan terbesar terjadi pada saat

pegangkutan dan bongkar muat. Pengemasan buah salak menggunakan keranjang

maupun kotak kayu masih banyak yang melebihi kapasitas.

Harga

Harga salak pondoh yang fluktuatif dipengaruhi oleh tingkat produksi dan

kualitas buah. Harga pada saat penelitian ditunjukkan dalam Tabel 16 . Pada saat

musim panen raya harga salak cenderung turun, namun pada musim panen sedang

(Februari-April) dan panen kecil (Mei-Juli) harga salak lebih tinggi. Harga salak

pondoh bervariasi pada masing-masing pelaku pemasaran. Harga di tingkat petani

paling murah sebab jumlah petani lebih banyak dibanding jumlah pedagang

sehingga harga pada umumnya ditetapkan oleh pedagang.

Page 64: budidaya salak

Harga di tingkat pedagang lebih mahal karena adanya tambahan biaya

pemasaran. Sedangkan kualitas buah yang baik ditunjukkan dengan ukuran buah

yang besar, rasanya manis, dan segar. Buah yang berkualitas baik akan semakin

tinggi harga jualnya.

Tabel 16. Rata-rata Harga Salak Pondoh pada Masing-Masing Pelaku Pemasaran pada Tahun 2007

Bulan Petani Pengumpul Pemasok Pengecer Supermarket Maret Rp 3 200 A: Rp 4 050

B: Rp 3 500 C: Rp 2 800

A: Rp 4 750 B: Rp 4 200 C: Rp 3 000

A: Rp 6 700 B: Rp 5 700 C: Rp 4 500

A: Rp 9 225

April Rp 3 000 A: Rp 3 800 B: Rp 3 000 C: Rp 2 650

A: Rp 4 500 B: Rp 3 700 C: Rp 2 900

A: Rp 6 200 B: Rp 5 500 C: Rp 4 000

A: Rp 8 975

Mei Rp 2 800 A: Rp 3 900 B: Rp 3 000 C: Rp 2 500

A: Rp 4 350 B: Rp 3 550 C: Rp 2 700

A: Rp 6 200 B: Rp 5 400 C: Rp 3 800

A: Rp 8 575

juni Rp 2 650 A: Rp 3 750 B: Rp 2 950 C: Rp 2 400

A: Rp 3 900 B: Rp 3 200 C: Rp 2 800

A: Rp 6 400 B: Rp 5 350 C: Rp 3 700

A: Rp 8 590

Sumber : Data Primer (diolah) Keterangan : Data lengkap ditunjukkan dalam Tabel Lampiran 13.

Petani dapat menentukan harga jual yang tinggi pada musim panen kecil

karena semua pedagang mencari buah salak pondoh yang saat itu sangat sedikit

jumlahnya. Pada musim panen raya posisi petani lemah sehingga harga ditentukan

pedagang. Perbedaan posisi petani merupakan suatu masalah yang dihadapi setiap

tahunnya. Masalah yang dihadapi oleh pedagang pengumpul yaitu tersendatnya

pembayaran dari pedagang pengecer yang tidak membayar secara tunai. Fluktuasi

volume dan besarnya penyusutan adalah masalah yang harus dihadapi oleh

pedagang pengecer. Pada saat panen raya perlu adanya perluasan pangsa pasar

sehingga semua produk dapat terjual, sedangkan pada saat musim panen susulan

atau pada saat musim panen kecil perlu adanya prioritas pasar.

Page 65: budidaya salak

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pola usahatani salak pondoh di Kecamatan Turi, Tempel, Pakem,

Cangkringan, dan Sleman pada umumnya bertujuan untuk menghasilkan buah

sekaligus bibit. Teknik budidaya yang dilakukan oleh responden meliputi:

persiapan lahan dan penanaman, pemeliharaan tanaman; pemupukan;

penyerbukan buatan; pengairan; penggemburan; penyiangan; pengendalian hama

dan penyakit tanaman; serta penjarangan buah.

Kendala yang dijumpai pada kegiatan budidaya oleh petani yang menjadi

responden yaitu pemupukan yang belum sesuai dengan anjuran Dinas Pertanian

Kabupaten Sleman, dalam hal dosis dan waktu pemupukan, serta umur tanaman.

Jumlah pohon salak jantan belum sesuai dengan perbandingan yang seharusnya.

Hal tersebut disebabkan kurangnya pemahaman petani mengenai keberadaan

salak jantan di areal kebun dan petani merasa keberadaan salak jantan akan

mengurangi produktivitas. Respon petani terhadap penjarangan buah masih

rendah meskipun mereka telah mengetahui manfaatnya. Petani tidak melakukan

penjarangan buah karena tidak ingin membuang buah yang ada serta penjarangan

buah yang dilakukan petani relatif sudah terlambat.

Penanganan pasca panen terdiri atas pembersihan, sortasi, pengkelasan,

penyimpanan, pengemasan, pengangkutan, dan pemasaran. Responden yang

paling banyak melakukan kegiatan penanganan pasca panen yaitu pedagang

pemasok dan pedagang pengecer. Seluruh petani responden tidak melakukan

sortasi dan pengkelasan karena harga jual salak yang sudah disortir maupun yang

belum disortir tidak jauh berbeda, sehingga petani tidak ingin mengeluarkan biaya

tambahan untuk penyortiran maupun pengkelasan.

Rata-rata persentase kehilangan hasil terbesar terdapat di tingkat pedagang

pengecer mencapai 8.1%, dan terendah berada di tingkat petani mencapai 4.1%.

Kehilangan hasil di tingkat petani disebabkan karena kerusakan mekanis yang

tinggi pada saat panen dan buah sudah terserang peyakit sebelum dipanen. Di

tingkat pedagang disebabkan oleh kegiatan sortasi yang masih dilakukan secara

visual sehingga sering tercampur antara buah yang berkualitas baik dengan buah

yang kualitasnya rendah, serta pengemasan yang melebihi kapasitas.

Page 66: budidaya salak

Saran

Penyuluhan teknik budidaya salak pondoh perlu diberikan agar menambah

pengetahuan petani. Peningkatan kualitas buah melalui penjarangan buah perlu

dilakukan lebih intensif. Penanganan pasca panen yang perlu diperbaiki adalah

kegiatan sortasi dan penggunaan kemasan sesuai kapasitas. Kekurangan modal

yang dialami oleh petani sebaiknya diatasi dengan pemberian bantuan kredit

dengan bunga rendah dan disertai dengan pengawasan yang baik agar tepat

sasaran.

Page 67: budidaya salak

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek dan Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hal. Departemen Pertanian. 2006. Produksi Buah-Buahan Indonesia.

http://database.deptan.go.id/. [26 Juni 2007]. Deputi Menegristek. 2000. Salak. http://www.ristek..go.id/. [10 Februari 2008]. Harjadi, S. S. 1989. Dasar – Dasar Hortikultura. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

500 hal. Kader, A.A. 1992. Postharvest Technology of Horticultural Crops. Universuty of

California. Division of Agricultural and Natural Resources. California. 296 p.

Kays, S. J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. Van

Nostrand Reinhold. New York. 532 p. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. PT. Prenhallindo. Jakarta. 412 hal. Kusumainderawati, E.P., dan M. Soleh. 1995. Penentuan standar normal

kebutuhan hara bagi pertumbuhan dan hasil salak. J. Hort. 5(2): 23-29. Limbong, W. H. dan P. Sitorus. 1987. Tata Niaga Pertanian. Departemen Ilmu-

Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 124 hal.

Pantastico, Er. B. 1986. Fisiologi Pascapanen. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta. 409 hal. Purbiati, T., Q. D. Ernawanto dan S. R. Soemarsono. 1994. Pengaruh komposisi

media tumbuh dan ukuran pot terhadap keberhasilan dan pertumbuhan tunas anakan salak yang diperbanyak secara vegetatif. J. Hort. 6(2): 1-12.

Purnomo, H. 2001. Budidaya Salak Pondoh. Aneka Ilmu. Semarang. 70 hal. Rukmana, R. 1999. Salak : Prospek Agribisnis dan Teknik Usaha Tani. Kanisius.

Yogyakarta. 93 hal. Santoso, B. B. dan B. S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen

Tanaman Hortikultura. AusAID. Mataram. 185 hal. Siregar, W. L. S. 2007. Perancangan Kemasan Transportasi Buah Salak (Salacaa

edulis) Berbahan Baku Pelepah Salak. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 151 hal.

Page 68: budidaya salak

Solihin. 2001. Kajian Faktor – Faktor Penentu Produktivitas Salak Pondoh. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tjahjadi, N. 1996. Bertanam Salak. Kanisius. Yogyakarta. 80 hal. Verheij, E. W. M. dan Coronel, R. E. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2 Buah – Buahan yang Dapat Dimakan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

568 hal.

Page 69: budidaya salak

LAMPIRAN

Page 70: budidaya salak

Tabel Lampiran 1. Volume Panen Salak Pondoh di Kecamatan Turi Tahun 2006 - 2007

No. Responden

Luas (m2)

Umur (th)

Jumlah Rumpun

Produksi Setiap Musim Panen (Kg) Total Produksi(Kg)

Produktivitas (Kg/ m2/Tahun)

Produktivitas (Kg/Rumpun

/Tahun) Panen Raya

Panen Kecil *

Panen Sedang *

Panen Susulan

1 600 12 150 450 250 200 200 1 100 1.8 7.32 700 10 175 500 270 450 180 1 400 2.0 8.13 600 10 150 400 300 250 150 1 100 1.8 7.34 900 11 225 700 240 450 200 1 590 1.8 7.45 500 8 125 500 200 350 100 1 150 2.3 9.26 540 8 135 420 250 340 150 1 160 2.1 8.67 500 9 125 450 250 300 140 1 140 2.3 9.28 450 10 112 520 440 200 200 1 360 3.0 12.39 500 9 125 450 330 500 200 1 480 2.9 11.8

10 500 9 125 400 200 340 150 1 090 2.2 8.7Total 5 790 96 1 447 4 790 2 730 3 380 1 670 12 570 22.3 90

Rata-rata 579 9.6 144.7 479 273 338 167 1257 2.2 9.0 Tabel Lampiran 2. Volume Panen Salak Pondoh di Kecamatan Sleman Tahun 2006 - 2007

No. Responden

Luas (m2)

Umur (th)

Jumlah Rumpun

Produksi Setiap Musim Panen (Kg) Total Produksi(Kg)

Produktivitas (Kg/m2/Tahun)

Produktivitas (Kg/ Rumpun

/Tahun) Panen Raya

Panen Kecil *

Panen Sedang *

Panen Susulan

1 600 10 150 400 278 220 120 1 018 1.7 6.92 500 11 125 440 240 260 200 1 140 2.3 9.23 650 14 162 500 280 350 200 1 330 2.1 8.34 500 10 125 360 180 250 190 980 2.0 7.95 500 12 125 365 280 300 150 1 095 2.2 8.96 500 13 125 350 275 320 100 1 045 2.1 8.97 540 10 135 450 200 250 120 1 020 1.9 7.7

Total 3 790 70 947 2 865 1 733 1 950 1 080 7 628 14.2 55.3Rata-rata 541.4 10 135.4 409.3 247.6 278.6 154.3 1 089.7 2.0 7.9

Page 71: budidaya salak

Tabel Lampiran 3. Volume Panen Salak Pondoh di Kecamatan Tempel Tahun 2006 - 2007

Tabel Lampiran 4. Volume Panen Salak Pondoh di Kecamatan Pakem Tahun 2006 - 2007

No. Responden

Luas (m2)

Umur (th)

Jumlah Rumpun

Produksi Setiap Musim Panen (Kg) Total Produksi(Kg)

Produktivitas (Kg/m2/Tahun)

Produktivitas (Kg/Rumpun

/Tahun) Panen Raya

Panen Kecil *

Panen Sedang *

Panen Susulan

1 510 8 128 420 200 300 100 1 020 2.0 8.02 550 9 138 350 275 350 150 1 125 2.0 8.23 450 9 112 550 150 200 175 1 075 2.4 9.54 600 10 150 600 220 340 100 1 260 2.1 8.45 750 12 188 800 290 275 200 1565 2.0 8.36 500 11 125 450 300 350 150 1 250 2.5 10.07 500 12 125 520 200 350 100 1 170 2.3 9.48 600 10 150 620 350 250 150 1 370 2.3 9.1

Total 4460 81 1115 4 310 1 985 2 415 1 125 9 835 17.7 70.9Rata-rata 557.5 10.1 139 538.7 248.1 301.9 140.6 1 229.3 2.2 8.8

No. Responden

Luas (m2)

Umur (th)

Jumlah Rumpun

Produksi Setiap Musim Panen (Kg) Total Produksi(Kg)

Produktivitas (Kg/m2/Tahun)

Produktivitas (Kg/Rumpun

/Tahun) Panen Raya

Panen Kecil *

Panen Sedang *

Panen Susulan

1 500 11 125 320 300 260 100 1 105 2.2 8.82 425 10 106 280 250 300 120 1 056 2.5 9.93 550 9 137 350 270 250 200 1 207 2.2 8.84 600 13 150 320 290 260 150 1 170 2.0 7.95 800 12 200 460 280 380 130 1 450 1.8 7.96 500 11 125 250 210 200 150 985 1.9 7.67 500 12 125 370 200 240 120 1 055 2.1 9.18 450 10 112 250 200 360 145 1 067 2.4 9.5

Total 4 325 88 1 081 2 600 2 000 2 250 1 115 9 046 17.0 69.6Rata-rata 540.6 11 135.1 325 250 281 139.4 1130.8 2.1 8.7

Page 72: budidaya salak

Tabel Lampiran 5. Volume Panen Salak Pondoh di Kecamatan Cangkringan Tahun 2006 - 2007

No. Responden

Luas (m2)

Umur (th) Jumlah Rumpun

Produksi Setiap Musim Panen (Kg) Total Produksi(Kg)

Produktivitas (Kg/m2/Tahun)

Produktivitas (Kg/Rumpun

/Tahun) Panen Raya

Panen Kecil *

Panen Sedang *

Panen Susulan

1 400 8 100 470 150 260 160 1 040 2.6 10.42 600 11 150 510 200 240 150 1 100 1.8 7.33 520 10 130 490 275 280 175 1 220 2.3 9.44 500 12 125 380 250 250 100 980 1.9 7.85 600 10 150 300 240 200 150 890 1.5 5.96 700 11 175 540 200 350 120 1 210 1.7 6.97 800 10 200 600 380 350 145 1 475 1.8 7.48 400 12 100 378 150 220 170 918 2.3 9.29 500 11 125 480 390 260 190 1 320 2.6 10.6

Total 5 020 95 1 255 4 148 2 235 2 410 1 360 10 153 18.7 74.9Rata-rata 557.7 10.6 139.4 460.9 248.3 267.7 151.1 1128.1 2.0 8.1

Keterangan:

* : Data Primer

Musim panen raya : November - Januari

Musim panen kecil : Februari - April

Musim panen raya sedang : Maret - Juli

Musim panen susulan : Agustus – Oktober

Kisaran jarak tanam : 2 m x 1.75 m – 2 m x 2 m

Page 73: budidaya salak

Tabel Lampiran 6. Jumlah Kehilangan Hasil Salak Pondoh Super di Tingkat Petani Pada Masing-Masing Pola Pemasaran

Penamatan Minggu ke-

Pola I Pola II Pola III

Volume Panen (Kg)

Volume Kehilangan Hasil

(Kg)

Volume Panen (Kg)

Volume Kehilangan Hasil

(Kg)

Volume Panen (Kg)

Volume Kehilangan Hasil

(Kg) 1 112 4.7 100 4.2 90 3.8 2 142 6.1 103 4.2 101 4.1 3 15 2.6 123 5.1 100 4.4 4 162 6.6 112 5.9 120 4.6 5 15 4.6 96 4.1 98 4.4 6 165 7.4 80 3.3 96 4.4 7 140 5.4 83 3.3 82 3.2 8 120 4.5 96 3.7 76 2.9 9 110 4.6 84 3.4 100 3.7 10 114 4.9 130 5.6 97 4.2 11 132 5.4 85 3.4 95 3.9 12 110 5.0 75 3.2 112 4.8 13 125 5.6 79 3.6 111 4.3 14 142 6.1 86 3.9 136 6.1 15 135 5.5 95 4.0 98 4.2 16 140 6.0 84 3.3 85 3.9

Jumlah 1879 79.3 1511 64.7 1597 67.1 Rata-rata 117.4 4.9 94.4 4.0 99.8 4.2

Kehilangan Hasil (%) 4.2 4.3 4.2

Keterangan : - Volume panen (kg) diperoleh dari 42 petani responden yang mengadakan kegiatan panen setiap minggunya

- Pola I : Petani → Pedagang Pengumpul → Konsumen Pola II : Petani → Pedagang Pengecer → Konsumen - Pola III : Petani → Pedagang Pemasok → Supermarket/Toko Buah → Konsumen

Page 74: budidaya salak

Tabel Lampiran 7. Jumlah Kehilangan Hasil Salak Pondoh Hitam di Tingkat Petani Pada Masing-Masing Pola Pemasaran

Penamatan Minggu ke- Pola I Pola II Volume Panen (Kg) Volume Kehilangan Hasil

(Kg) Volume Panen (Kg) Volume Kehilangan Hasil

(Kg) 1 68 2.4 71 3.0 2 96 3.7 73 2.9 3 80 3.0 56 2.3 4 75 3.1 58 2.2 5 70 2.8 56 2.2 6 60 2.6 50 1.9 7 65 2.6 68 2.6 8 54 1.9 63 2.4 9 55 1.8 49 1.9 1 57 2.1 63 2.5 11 56 2.0 70 2.8 12 80 3.1 83 3.1 13 69 2.5 96 3.8 14 74 2.5 87 3.4 15 70 2.9 86 3.6 16 73 3.0 81 3.5

Jumlah 1102 42.6 1110 44.5 Rata-rata 68.8 2.6 69.4 2.8

Kehilangan Hasil (%) 3.8 4.0

Keterangan : - Volume panen (kg) diperoleh dari 42 petani responden yang mengadakan kegiatan panen setiap minggunya

- Pola I : Petani → Pedagang Pengumpul → Konsumen Pola II : Petani → Pedagang Pengecer → Konsumen

Page 75: budidaya salak

Tabel Lampiran 8. Jumlah Kehilangan Hasil Salak Pondoh di Tingkat Pedagang Pemasok (PD. Agro Tama)

Penamatan Minggu ke- Salak Pondoh Super Volume Panen (Kg) Volume Kehilangan Hasil (Kg)

1 220 14.5 2 150 9.6 3 175 11.7 4 160 10.4 5 180 11.5 6 163 9.9 7 190 11.6 8 201 12.8 9 200 12.8 10 189 11.7 11 195 13.6 12 210 13.8 13 250 16.2 14 225 14.8 15 215 15.2 16 200 12.4

Jumlah 3123 202.3 Rata-rata 195.2 12.6

Kehilangan Hasil (%) 6.5

Page 76: budidaya salak

Tabel Lampiran 9. Jumlah Kehilangan Hasil Salak Pondoh Super di Tingkat Pedagang Pengumpul Pada Pola Pemasaran I

Pengamatan Minggu ke-

Pedagang Pengumpul di Pasar Turi

Pedagang Pengumpul di Pasar Balerante

Pedagang Pengumpul di Pasar Tempel

Volume Pembelian

(Kg)

Volume Kehilangan Hasil

(Kg)

Volume Pembelian (Kg)

Volume Kehilangan Hasil

(Kg)

Volume Pembelian (Kg)

Volume Kehilangan Hasil

(Kg) 1 283 12.4 150 6.9 160 7.7 2 215 9.9 240 11.5 227 11.3 3 206 8.8 175 8.75 183 8.6 4 227 10.6 125 5.5 240 12.2 5 293 13.5 280 13.4 120 6.0 6 200 8.6 240 12.0 115 5.4 7 204 9.6 275 12.1 120 6.1 8 225 9.9 300 13.8 225 10.8 9 200 8.6 245 12.2 240 11.3 10 202 9.5 186 8.2 299 15.2 11 208 9.1 143 6.5 256 12.3 12 200 9.2 156 7.5 330 16.5 13 180 8.4 227 9.9 130 6.6 14 250 11.0 230 10.5 145 6.9 15 200 9.2 221 10.60 120 6.0 16 253 10.8 225 11.2 125 5.8

Jumlah 3546.5 159.4 3418.0 160.9 3035 148.9 Rata-rata 221.6 9.96 213.6 10.1 189.7 9.3

Kehilangan Hasil (%) 4.5 4.7 4.9

Keterangan: - Volume pembelian (kg) diperoleh dari 3 pedagang yang melakukan transaksi jual beli setiap minggu di 3 pasar

- Pola I : Petani → Pedagang Pengumpul → Konsumen

Page 77: budidaya salak

Tabel Lampiran 10. Jumlah Kehilangan Hasil Salak Pondoh Hitam di Tingkat Pedagang Pengumpul Pada Pola Pemasaran I

Pengamatan Minggu ke-

Pedagang Pengumpul di Pasar Turi

Pedagang Pengumpul di Pasar Balerante

Pedagang Pengumpul di Pasar Tempel

Volume Pembelian

(Kg)

Volume Kehilangan Hasil

(Kg)

Volume Pembelian

(Kg)

Volume Kehilangan Hasil

(Kg)

Volume Pembelian

(Kg)

Volume Kehilangan Hasil

(Kg) 1 183 7,1 50 2,35 2 100 4,1 0 0 127 6,3 3 0 0 75 3,3 120 5,1 4 110 4,4 120 4,8 135 5,4 5 0 0 180 7,7 100 5.0 6 125 5.0 120 5,3 95 4,1 7 85 3,4 160 6,4 0 0 8 0 0 180 8,4 116 5,8 9 100 4.0 0 0 0 0 10 50 2.0 150 6.0 175 7.0 11 90 3,5 100 4,7 148 7,4 12 0 0 128 5,5 0 0 13 115 4,6 118 4,7 110 4,4 14 0 0 0 0 117 5,8 15 0 0 115 4,9 129 6,4 16 113 4,5 200 8,8 0

Jumlah 1071 42,7 1696 72,9 1372 62,9 Rata-rata 66,9 2,7 106 4,6 85,7 3,9

Kehilangan Hasil (%) 3.9 4.3 4.6

Keterangan: - Volume pembelian (kg) diperoleh dari 3 pedagang yang melakukan transaksi jual beli setiap minggu di 3 pasar

- Pola I : Petani → Pedagang Pengumpul → Konsumen

Page 78: budidaya salak

Tabel Lampiran 11. Jumlah Kehilangan Hasil Salak Pondoh di Tingkat Pedagang Pengecer Pada Masing-Masing Pola Pemasaran

Pengamatan Minggu ke-

Pola I Pola III

Salak Pondoh Super Salak Pondoh Hitam Salak Pondoh Super Salak Pondoh Hitam

Volume Penjualan

(Kg)

Volume Kehilangan Hasil (Kg)

Volume Penjualan

(Kg)

Volume Kehilangan Hasil (Kg)

Volume Penjualan

(Kg)

Volume Kehilangan Hasil (Kg)

Volume Penjualan

(Kg)

Volume Kehilangan Hasil (Kg)

1 125 10.0 95 8.5 120 10.3 120 10.2 2 145 11.6 100 9.0 145 12.1 119 9.8 3 132 10.5 120 12.0 110 8.8 127 9.6 4 165 12.5 80 6.4 160 13.7 132 10.9 5 186 15.4 75 6.3 154 12.3 114 8.5 6 156 13.4 76 7.0 160 13.1 100 7.8 7 178 16.0 92 8.3 170 14.9 120 9.1 8 163 12.7 130 10.9 178 14.9 92 6.4 9 195 17.5 115 9.8 190 16.3 85 6.8 10 168 15.1 158 13.7 124 7.6 98 6.0 11 112 9.2 110 9.4 100 6.4 120 9.1 12 125 11.2 90 8.1 125 7.8 136 11.0 13 102 8.3 96 8.0 130 6.5 110 8.2 14 118 9.6 95 8.2 160 9.6 95 7.5 15 120 9.9 85 7.9 121 8.1 100 8.3 16 119 9.9 114 10.6 112 6.6 90 7.3

Jumlah 2309 193.4 1631 144.71 2259 169.5 1758 136.7 Rata-rata 144.3 12.1 101.9 9.0 141.2 10.6 109.9 8.5

Kehilangan Hasil (%) 8.4 8.9 7.8 8.5

Keterangan : - Volume pembelian (kg) diperoleh dari 15 pedagang pengecer yang melakukan transaksi jual beli setiap minggunya

- Pola I : Petani → Pedagang Pengumpul → Konsumen - Pola III : Petani → Pedagang Pengecer → Konsumen

Page 79: budidaya salak

Tabel Lampiran 12. Jumlah Kehilangan Hasil Salak Pondoh Super di Supermarket

Pengamatan ke- Mirota Kampus Supermarket cabang Babarsari

Mirota Kampus Supermarket cabang Bulaksumur

Volume Penjualan (Kg)

Volume Kehilangan Hasil (Kg)

Volume Penjualan (Kg)

Volume Kehilangan Hasil (Kg)

1 65 3.6 70 4.1 2 50 2.8 50 2.9 3 60 3.5 55 3.3 4 65 3.8 50 3.0 5 60 3.2 65 3.9 6 60 3.2 60 3.6 7 50 2.8 70 4.0 8 55 3.3 55 3.1

Jumlah 355 20.3 345 20.4 Rata-rata 44.4 2.5 43.1 2.5

Kehilangan Hasil (%) 5.7

5.9

Keterangan : - Pola III : Petani → Pedagang Pemasok → Supermarket/Toko Buah → Konsumen

- Pengamatan di tingkat supermarket dilakukan sebanyak 2 kali/bulan - Seluruh pengamatan dilakukan setiap minggu pada bulan Maret 2007 - Juni 2007

Page 80: budidaya salak

Tabel Lampiran 13. Rata-rata Harga Salak Pondoh per Kg di Masing-Masing Pelaku Pemasaran

Bulan

Pengamatan Harga di Tingkat Petani (Rp)

Harga di Tingkat Pedagang Pengumpul

(Rp)

Harga di Tingkat Pedagang Pemasok

(Rp)

Harga di Tingkat Pedagang Pengecer

(Rp)

Harga di Tingkat

Supermarket (Rp)

Kelas A Kelas B Kelas C Kelas A Kelas B Kelas C Kelas A Kelas B Kelas C Maret

1 3250 4300 3700 2950 5000 4600 3250 7200 6200 4900 9326 2 3200 4150 3600 2825 4800 4400 3025 6900 5700 4700 3 3150 3950 3550 2775 4700 4150 2875 6650 5600 4400 9124 4 3150 3800 3400 2575 4500 3700 2775 6200 5300 4000

Rata-rata 3187.5 4050 3562.5 2781.25 4750 4212.5 2981.25 6737.5 5700 4500 9225 April

1 2900 4200 3200 2750 4650 3900 2900 6900 5900 4250 8650 2 2850 4000 3025 2550 4400 3600 2800 6600 5500 3950 3 2800 3750 2900 2350 4200 3450 2600 6350 5200 3500 85004 2650 3500 2800 2275 4150 3250 2500 5900 4950 3475

Rata-rata 2800 3862.5 2981.25 2481.25 4350 3550 2700 6200 5387.5 3793.75 8575 Mei

1 2900 4200 3200 2750 4650 3900 2900 6900 5900 4250 8650 2 2850 4000 3025 2550 4400 3600 2800 6600 5500 3950 3 2800 3750 2900 2350 4200 3450 2600 6350 5200 3500 8500 4 2650 3500 2800 2275 4150 3250 2500 5900 4950 3475

Rata-rata 2800 3862.5 2981.25 2481.25 4350 3550 2700 6200 5387.5 3793.75 8575 Juni

1 2850 3900 3200 2800 4200 3650 3000 6800 5700 4100 8675 2 2700 3800 3000 2500 4000 3400 2900 6600 5300 3900 3 2600 3750 2850 2350 3800 3100 2725 6300 5200 3600 8500 4 2500 3600 2750 2100 3600 2800 2525 5900 5200 3250

Rata-rata 2662.5 3762.5 2950 2437.5 3900 3237.5 2787.5 6400 5350 3712.5 8587.5

Page 81: budidaya salak

Tabel Lampiran 14. Perkembangan Tanaman Salak Pondoh di Kabupaten Sleman Tahun 2001-2006

No. Kecamatan 2001 2002 Jumlah

Populasi (rumpun)

Panen (Rumpun)

Rata-rata (Kg/Rpn)

Produksi (Kwt)

Jumlah Populasi (rumpun)

Panen (Rumpun)

Rata-rata (Kg/Rpn)

Produksi (Kwt)

1 Sleman 73 127 24 719 6.71 1659 73 768 35 517 8.38 2 9772 Mlati 2 826 907 5.51 50 2 826 2 605 4.59 1193 Gamping 778 125 7.20 9 820 310 6.13 194 Godean 1 139 815 9.69 79 1 130 800 5.13 415 Moyudan 895 700 7.14 50 995 965 6.01 586 Seyegan 4 530 1 239 6.54 81 4 640 2 248 7.07 1597 Minggir 1 825 840 7.14 60 2325 1 018 5.01 518 Tempel 1 614 105 415 744 8.01 33283 1 621 343 951 033 8.54 8 12099 Turi 2 051 982 1 663 451 9.26 153984 2 067 640 1 712 735 8.98 153 796

10 Pakem 229 994 160 559 7.03 11283 221 673 183 263 8.02 14 70311 Cangkringan 36 320 15 250 7.61 1160 36 003 24 576 7.5 1 84312 Ngemplak 2 785 1 580 7.28 115 2 985 2 570 6.26 16113 Ngaglik 14 358 11 000 7.26 799 1 5320 13 880 7.76 1 07714 Depok 54 87 4.60 4 - - - - 15 Kalasan 10 077 8 250 8.91 735 10 102 8 965 7.23 64816 Berbah 871 450 7.78 35 821 458 5.68 2617 Prambanan - - - - - - - -

Kabupaten Sleman 4 045 666 2 305 716 6.67 203 386 406 2391 2 940 943 8.73 256 888

Page 82: budidaya salak

Lanjutan

No. Kecamatan 2003 2004 Jumlah

Populasi (rumpun)

Panen (Rumpun)

Rata-rata (Kg/Rpn)

Produksi (Kwt)

Jumlah Populasi (rumpun)

Panen (Rumpun)

Rata-rata (Kg/Rpn)

Produksi (Kwt)

1 Sleman 7 4391 35 893 6.18 2 218 7 4991 49 674 8.87 4 4052 Mlati 3 178 2 337 2.99 70 3 178 3 443 8.34 2873 Gamping 1 130 778 4.62 36 1 229 915 7.54 694 Godean 1 232 614 3.25 20 1 217 1 217 8.05 985 Moyudan 1 117 640 6.40 41 1 117 877 7.41 656 Seyegan 4 640 2 718 5.99 163 4 640 4 548 7.30 3327 Minggir 2 825 843 4.50 38 1 80 1 730 6.82 1188 Tempel 1 622 843 1 049 590 6.22 65 284 1 624 193 1 612 250 8.87 142 9669 Turi 2 068 159 1 902 228 9.61 182 804 2 087 801 2 070 228 9.77 202 202

10 Pakem 222 835 164 631 8.42 13 862 227 732 176 847 8.51 15 05511 Cangkringan 36 095 8 000 6.83 546 36 970 27 521 7.88 2 16812 Ngemplak 3 185 1 500 6.73 101 4 610 2 675 7.25 19413 Ngaglik 15 422 15 176 8.94 1 357 14 643 14 563 7.67 1 11714 Depok - - - - - - - - 15 Kalasan 10 102 6 127 5.84 358 10 102 8 702 7.87 68516 Berbah 821 821 4.87 40 975 821 3.17 2617 Prambanan - - - - - - - -

Kabupaten Sleman 4 067 975 3 191 896 8.36 266 938 4 095 178 3 976 011 9.30 369 787

Page 83: budidaya salak

Lanjutan

No. Kecamatan 2005 2006 Jumlah

Populasi (rumpun)

Panen (Rumpun)

Rata-rata (Kg/Rpn)

Produksi (Kwt)

Jumlah Populasi (rumpun)

Panen (Rumpun)

Rata-rata (Kg/Rpn)

Produksi (Kwt)

1 Sleman 76 878 76 241 12.39 9 447 81 268 81 084 12.11 9 8232 Mlati 3 321 2 448 10.09 247 3 218 2 483 9.34 2323 Gamping 1 079 765 10.07 77 1 029 715 11.19 804 Godean 1 195 1 195 7.11 585 1 195 1 195 10.13 1215 Moyudan 1 117 877 10.95 96 1 117 877 10.83 956 Seyegan 4 259 4 173 10.93 456 4 259 4 173 9.63 4027 Minggir 1 780 1 268 10.96 139 1 800 1288 11.10 1438 Tempel 1 621 170 1 619 012 12.04 194 936 1 625 667 1 616 417 12.45 201 3249 Turi 2 088 736 2 075 336 12.64 262 333 2 606 047 2 604 922 12.77 332 675

10 Pakem 246 253 197 565 10.89 21 523 273 606 199 255 11.31 22 54011 Cangkringan 39 310 29 020 10.85 3 148 40 810 29 020 10.55 3 06312 Ngemplak 4 275 2 590 10.23 265 2762 1 077 9.10 9813 Ngaglik 14213 13 952 9.55 1 332 14 159 13 898 10.71 1 48814 Depok - - - - - - - - 15 Kalasan 10 065 8 740 11.16 975 10 010 8 685 10.29 89416 Berbah 521 454 10.79 49 521 454 9.47 4317 Prambanan - - - - - - - -

Kabupaten Sleman 4 114 172 4 033 636 10.71 495 608 4 667 468 4 565 543 10.70 573 021