Download - Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Transcript
Page 1: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

i

Page 2: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

ii

PENGANTAR

Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi

Kalimantan Timur dalam mencapai Visi Daerah sebagai pusat perdagangan dan jasa

yang terkemuka di Indonesia Timur dan Asia Pasifik adalah pembangunan pertanian

dalam arti luas. Kalimantan Timur dengan kekayaan sumberdaya dan agroekologinya

menyimpan potensi pengembangan peternakan seperti ayam petelur.

Dalam upaya untuk mendorong dunia usaha menanamkan investasinya

di Kalimantan Timur, perlu diberikan informasi yang jelas tentang prospektif

pengembangan Ayam Petelur di Kalimantan Timur. Untuk memperoleh gambaran

yang komprehensif mengenai profil investasi Budidaya Ayam Petelur, Badan Perijinan

Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Kalimantan Timur bekerjasama dengan

CV. HUTAMA PRIMA melakukan studi penyusunan profil proyek investasi budidaya

Ayam Petelur. Kami menyambut gembira atas tersusunnya laporan studi Pra FS Profil

Proyek Komoditi Unggulan Kaltim dengan judul: Budidaya Ayam Petelur, sebagai

wujud realisasi dari kerjasama tersebut.

Kami berharap semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi dunia usaha

dan pemerintah sebagai dasar dalam mengambil kebijakan pengembangan Ayam

Petelur di Kalimantan Timur.

Akhirnya, kepada Direktur CV. HUTAMA PRIMA dan Tim Studinya kami

sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas usaha dan sumbangan

pemikiran yang diberikan. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada walikota/bupati

beserta jajarannya di daerah studi dan semua pihak yang telah memberikan

kontribusinya sejak awal hingga tersusunnya laporan.

Terima Kasih.

Samarinda, Nopember 2010 Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah Provinsi Kalimantan Timur, KEPALA

Ir. H. Nusyirwan Ismail, MSi

Page 3: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

iii

DAFTAR ISI

PENGANTAR i DAFTAR ISI iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ....................................................................................... 1 1.2 Maksud dan Tujuan Studi ..................................................................... 1 1.3 Manfaat Studi ...................................................................................... 2 BAB II SITUASI PEMASARAN 2.1 Pasar Dunia dan Pasar Domestik .......................................................... 3 2.2 Struktur Industri ................................................................................... 10 BAB III POTENSI DAERAH DAN TEKNIS PRODUKSI 3.1 Potensi Lokasi Budidaya Ayam Petelur ................................................. 12 3.2 Potensi Usaha, Produksi dan Permintaan .............................................. 14 3.3 Teknis Produksi .................................................................................... 17 BAB IV KEBIJAKAN DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG 4.1 Sarana dan Prasarana .......................................................................... 28 4.2 Legalitas .............................................................................................. 29 4.3 Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ................................................ 32 BAB V ANALISIS FINANSIAL 5.1 Asumsi dan Parameter ......................................................................... 33 5.2 Kebutuhan Biaya Investasi .................................................................. 35 5.3 Proyeksi Rugi Laba dan Cast Flow ......................................................... 37 5.4 Kriteria Kelayakan Proyek dan Analisis Sensitivitas ............................... 38 BAB VI PENUTUP ........................................................................................................ 45 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 46 LAMPIRAN ............................................................................................................................. ... 47

Page 4: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Produksi Telur Dunia (Juta Ton) .............................................................................. 3 Tabel 2 Negara Produksi Telur Terbesar di Dunia (Juta Ton) ................................................ 3 Tabel 3 Konsumsi Telur di Beberapa Negara di Dunia (Kapita/Tahun) ................................... 3 Tabel 4 Negara Produsen Telur Dunia Tahun 2005 .............................................................. 4 Tabel 5 Perkembangan Volume Impor DOC Bibit Final Stock (FS) dan Telur Konsumsi tahun

2004-2008 ............................................................................................................... 5

Tabel 6 Perkembangan Produksi Telur di Indonesia Tahun 2000-2009 ................................. 6 Tabel 7 Perkembangan Produksi Telur di Indonesia Berdasarkan Provinsi Tahun 2000-2009

(000 ton) ................................................................................................................ 6

Tabel 8

Perkembangan Konsumsi Telur Penduduk Indonesia Tahun 2002, 2003, 2004, 2005, 2006 dan 2007 Berdasarkan Daerah Perkotaan dan Perdesaan ................................

7

Tabel 9 Pendapatan Masyarakat dan Konsumsi Telur .............................................................. 7 Tabel 10 Ketersediaan Konsumsi Telur Menurut Provinsi Tahun 2003-2007 ............................ 8 Tabel 11 Jumlah Kecamatan dan Desa serta Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota Tahun

2008 ........................................................................................................................ 13

Tabel 12 Rata-rata Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan Angin, Curah Hujan

dan Penyinaran Matahari Menurut Stasiun .............................................................. 14

Tabel 13

Jumlah Unit Usaha dan Nilai Investasi Usaha Peternakan Ayam Petelur di Kalimantan Timur, Tahun 2008 ................................................................................

15

Tabel 14 Penyalur Sapronak dan Nilai Investasi di Kalimantan Timur, Tahun 2008 .................. 15 Tabel 15 Perkembangan Populasi Ayam Ras Petelur dan Penyediaan Produksi Telur Tahun

2004-2008 di Kalimantan Timur ............................................................................... 16

Tabel 16

Populasi Unggas Penghasil Telur Akhir Tahun 2008 Menurut Jenis Unggas dan Kabupaten/Kota (Ekor) ............................................................................................

16

Tabel 17 Produksi Telur Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur Tahun 2008 (Ton) ..... 17 Tabel 18 Produksi Telur Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur Tahun 2008 (Ton) ..... 17 Tabel 19 Beberapa Jenis Bibit dan Prestasi Ayam Petelur .......................................................... 23 Tabel 20 Program Vaksinasi Ayam Ras Petelur ....................................................................... 25

Page 5: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

v

Tabel 21 Beberapa Jenis Penyakit, Gejala, Dampak, dan Pengendalian Penyakit yang Sering atau Potensial Menyerang Peternakan Ayam Petelur ..............................................

26

Tabel 22 Persyaratan Mutu Pakan Ayam Petelur ........................................................................ 27 Tabel 23 Parameter Teknis dan Asumsi Dasar Aspek Finansial Budidaya Ayam Petelur ........... 33 Tabel 24 Rekapitulasi Biaya Investasi Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan 5000 ekor

dan 90000 ekor di Kalimantan Timur ....................................................................... 35

Tabel 25 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Ternak Ayam Petelur di

Kalimantan Timur (Skala Pemeliharaan 5000 ekor) .................................................. 36

Tabel 26 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Ternak Ayam Petelur di

Kalimantan Timur (Skala Pemeliharaan 90000 ekor) ................................................ 26

Tabel 27 Rekapitulasi Angsuran Kredit Investasi Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan

5000 ekor ................................................................................................................ 36

Tabel 28 Rekapitulasi Angsuran Kredit Modal Kerja Budidaya Ayam Petelur Skala

Pemeliharaan 5000 ekor .......................................................................................... 36

Tabel 29 Rekapitulasi Angsuran Kredit Investasi Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan

90000 ekor ............................................................................................................. 37

Tabel 30 Rekapitulasi Angsuran Kredit Modal Kerja Budidaya Ayam Petelur Skala

Pemeliharaan 90000 ekor ........................................................................................ 37

Tabel 31 Rekapitulasi Produksi dan Pendapatan Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan Timur

Skala Pemeliharaan 5000 ekor ................................................................................. 37

Tabel 32 Rekapitulasi Produksi dan Pendapatan Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan Timur

Skala Pemeliharaan 90000 ekor .............................................................................. 38

Tabel 33 Rekapitulasi Proyeksi Rugi/Laba dan BEP Usaha Budidaya Ayam Petelur di

Kalimantan Timur Skala Pemeliharaan 5000 ekor ..................................................... 39

Tabel 34 Rekapitulasi Proyeksi Rugi/Laba dan BEP Usaha Budidaya Ayam Petelur di

Kalimantan Timur Skala Pemeliharaan 90000 ekor ................................................... 40

Tabel 35 Hasil Analisis Finansial Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan Timur (Skala

Pemeliharaan 5000 Ekor dan 90000 Ekor) ............................................................... 41

Tabel 36 Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 pada Skala Pemeliharaan 5000 Ekor .................. 41 Tabel 37 Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor ................ 42 Tabel 38 Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 2 pada Skala Pemeliharaan 5000 Ekor .................. 42 Tabel 39 Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 2 pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor ............... 42

Page 6: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

vi

Tabel 40 Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 3 pada Skala Pemeliharaan 5000 Ekor .................. 42 Tabel 41 Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 3 pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor ............... 43 Tabel 42 Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 (Pendapatan Turun Akibat Penurunan

Produksi) pada Skala Pemeliharaan 5000 Ekor ......................................................... 43

Tabel 43 Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 (Pendapatan Turun Akibat Penurunan

Produksi) pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor ....................................................... 43

Tebel 44 Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 (Pendapatan Turun Akibat Penurunan Harga

Jual) pada Skala Pemeliharaan 5000 Ekor ................................................................. 44

Tabel 45 Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 (Pendapatan Turun Akibat Penurunan Harga

Jual) pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor .............................................................. 44

Page 7: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Produsen Telur Dunia Tahun 2005 .................................................................... 4 Gambar 2 Perkembangan Rata-Rata Harga Telur Ayam di Indonesia ................................... 9 Gambar 3 Struktur Industri Budidaya Ayam Petelur ........................................................... 11 Gambar 4 Peta Kalimantan Timur ........................................................................................... 12 Gambar 5 Pintu Gerbang Peternakan yang Dilengkapi dengan pengamanan Biosecurity

(Pengamanan Biologis) di Rimbauan Kelurahan Lempake ................................. 18

Gambar 6 Tempat Pakan dan Minum Buatan Sendiri di Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake 19 Gambar 7 Galon Tenteng di Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake ........................................... 19 Gambar 8 Tempat Minum Otomatis di Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake ........................... 19 Gambar 9 Tempat Pakan dan Minum pada Kandang Battery di Batu Besaung Samarinda ... 20 Gambar 10 Pemanas Berbahan Bakar Minyak Gas Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake .......... 20 Gambar 11 (a) Pemanas Berbahan Bakar Gas LPG Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake ............... 20 Gambar 11 (b) Spesifikasi gas Brooder (Gasolec) Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake .................. 20 Gambar 12 Kandang Mini yang Di buat Dengan Melingkarkan (lembaran) Seng Jl.

Rimbauan Kelurahan Lempake ......................................................................... 21

Gambar 13 Model Kandang Postal Bertingkat/Susun Dua .................................................... 21 Gambar 14 Model Kandang Postal Tidak Bertingkat ........................................................... 21 Gambar 15 Kandang Battery Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake .......................................... 21 Gambar 16 Model Atap Kandang dengan Sistem Monitor .................................................. 22 Gambar 17 Ventilasi Kandang battery Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake ........................... 22 Gambar 18 Ventilasi Kandang Postal Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake .............................. 22 Gambar 19 Siklus Pemeliharaan Ayam Petelur ..................................................................... 34

Page 8: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram alir proses perizinan ............................................................................. 48 Lampiran 2 Cash Flow Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan 5000 Ekor ..................... 49

Lampiran 3

Cash Flow Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan 90000 Ekor .................. 50

Page 9: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian

yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, serta telur yang bernilai gizi tinggi, meningkatkan pendapatan peternak, meningkatkan devisa serta memperluas kesempatan kerja di pedesaan. Hal tersebut yang mendorong pembangunan sub sektor peternakan diperlukan, sehingga pada masa yang akan datang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan bangsa.

Pembangunan sub sektor peternakan yang berwawasan agribisnis merupakan upaya sistematis dalam memainkan peranan yang aktif dan positif di dalam pembangunan nasional, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan stabilitasi nasional. Salah satu peran penting dari sub sektor peternakan dalam pembangunan adalah dalam rangka mendorong pertumbuhan dan dinamika ekonomi pedesaan. Terdapat 3 (tiga) pendekatan yang akan mewarnai pembangunan sub sektor peternakan dalam era reformasi yaitu pendekatan agribisnis, pendekatan keterpaduan dan pendekatan sumberdaya wilayah.

Ayam petelur di Kalimantan Timur menjadi salah satu komoditi unggulan sub sektor peternakan. Pada tahun 2009 ayam petelur memiliki potensi yang besar dan penting untuk dikembangkan. Ayam ras petelur memberikan kontribusi sebesar 73,07% dari total produksi telur di Kalimantan Timur. Produksi telur ayam ras periode 2004-2008 menunjukkan kecenderungan peningkatan, dari 4.532,34 ton pada tahun 2004 meningkat menjadi 8.240,79 ton pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa potensi pengembangan budidaya ayam petelur di Kalimantan Timur cukup bagus.

Secara ekonomi, pengembangan pengusahaan ternak ayam ras petelur di Kalimantan Timur memiliki prospek bisnis menguntungkan, karena permintaan selalu bertambah dan peluang pasar telur ayam ras masih terbuka. Kebutuhan telur di Kalimantan Timur pada tahun 2009 sebesar 16.000,92 ton. Kemampuan penyediaan telur hanya sebesar 70,47%, sehingga 29,53% atau 4.723,93 ton masih didatangkan dari luar daerah.

Usaha ayam ras petelur di Kalimantan Timur belum berkembang secara optimal dan belum mampu memenuhi kebutuhan daerah secara kontinyu karena peternak dihadapkan pada keterbatasan permodalan dan belum terjalinnya kerjasama dengan perusahaan-perusahaan dibidang peternakan khususnya perunggasan dalam hal penyediaan bibit, pakan, maupun obat-obatan. Di samping itu, usaha ayam ras petelur di Kalimantan Timur belum mampu bersaing terhadap masuknya telur-telur dari luar daerah seperti Surabaya dan Sulawesi.

Berdasarkan kondisi tersebut, membawa konsekuensi perlunya peningkatan daya saing melalui pengembangan komoditas unggulan daerah. Dalam upaya memberikan informasi yang benar dan tepat kepada investor, diperlukan profil proyek investasi yang menggambarkan sumberdaya dan prospektif pengembangan ayam petelur di Kalimantan Timur.

1.2. Maksud dan Tujuan Studi ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan kajian mengenai prospektif

komoditas ayam petelur sebagai komoditas unggulan daerah yang memiliki prospek baik untuk memasok kebutuhan domestik maupun pasar internasional, untuk selanjutnya sebagai bahan penyusunan profil proyek komoditas unggulan.

Secara spesifik, tujuan studi ini sebagai berikut : a. Identifikasi komoditas ayam petelur berdasarkan aspek sumberdaya alam, sumberdaya

manusia dan infrastruktur yang prospektif untuk diusahakan oleh investor.

Page 10: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

2

b. Mengkaji kelayakan pengembangan komoditas ayam petelur dari aspek pasar, teknis, finansial, serta manfaat/dampak bagi perekonomian daerah.

c. Menyusun profil proyek investasi komoditas ayam petelur dari aspek kelayakan secara pasar, teknis, dan finansial, serta potensial untuk ditawarkan kepada investor.

1.3. Kegunaan

Hasil studi ini merupakan dokumen yang diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Pemerintah Provinsi dalam memberikan informasi peluang investasi komoditas

unggulan ayam petelur kepada investor. b. Investor guna mendapatkan informasi secara jelas dan benar mengenai peluang

investasi dan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi di Kalimantan Timur.

Page 11: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

3

II. SITUASI PEMASARAN

2.1. Pasar Dunia dan Pasar Domestik 2.1.1. Pasar Dunia

Kebutuhan telur dunia sebagian besar disuplai oleh negara penghasil jagung dunia. Negara penghasil telur dunia pada tahun 2009 adalah Cina (41%), UE (9%) dan AS (9%) yang juga merupakan negara penghasil jagung utama dunia.

Perkembangan produksi telur dunia semakin meningkat. Pada tahun 2002 produksi telur dunia sebesar 55 juta ton meningkat menjadi 57,9 juta ton pada tahun 2004. Asia merupakan bagian dunia yang mensuplai telur terbesar di dunia (Tabel 1). Negara produsen telur dunia pada tahun 2002-2004 adalah China, Amerika Serikat, Jepang, Rusia, India, Meksiko, dan Brasil dengan produksi telur sebagaimana tersaji pada Tabel 2.

Tabel 1. Produksi Telur Dunia (Juta Ton)

2002 2003 2004

Dunia 55.0 56.2 57.9 Afrika 2.1 2.1 2.1 Asia 31.9 33.5 34.8 Eropa 10.1 9.7 9.8 Oesania 0.2 0.2 0.2 Amerika Utara 8.0 7.9 8.0 Amerika Selatan 2.8 2.8 2.8

Keterangan : Termasuk Telur Tetas Sumber : FAO

Tabel 2. Negara Produksi Telur Terbesar di Dunia (Juta Ton)

2002 2003 2004

China 20.93 22.00 24.00 Amerika Serikat 5.13 5.12 5.29 Jepang 2.51 2.50 2.47 Rusia 2.02 2.04 1.99 India 2.00 2.20 1.89 Meksiko 1.90 1.93 1.90 Brasil 1.55 1.55 1.56

Perkembangan produksi telur dunia ini diikuti pula dengan peningkatan jumlah konsumsi telur per kapita per tahun di beberapa negara di dunia. Perkembangan konsumsi telur dunia pada tahun 2003-2004 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Konsumsi Telur di Beberapa Negara di Dunia (Kapita/Tahun)

2003 2004

Meksiko 324 341 Jepang 329 330 Hungaria 297 296 Denmark 244 276 Amerika Serikat 255 256 Prancis 247 253 Rusia 253 247 Republik Cheko 225 238 India 40 43

Page 12: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

4

Tabel 4. Negara Produsen Telur Dunia Tahun 2005

Rangking Negara Produksi

US $ 1000 Volume (MT)

1 China 3970835 4326140

2 Thailand 286270 310000

3 Indonesia 166470 180270

4 Philipines 66488 72000

5 Brazil 54945 59500

6 Romania 32875 35600

7 Repubic of Korea 25857 28000

8 Bangladesh 24010 26000

9 United Kingdom 14775 16000

10 Myanmar 13113 14200

11 Russian Federation 12005 13000

12 Malaysia 10158 11000

13 Ukraine 7534 8158

14 Pakistan 6649 7200

15 Madagascar 4189 4536

16 Slovakia 4156 4500

17 Hungar 3878 4200

18 Cambodia 3463 3750

19 New Zealand 2309 2500 20 Bulgaria 1847 2000

Gambar 1. Produsen Telur Dunia Tahun 2005

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

3000000

3500000

4000000

4500000

5000000

Produksi US $ 1000

Produksi Volume (MT)

Berdasarkan data FAO (2007), Indonesia termasuk negara produsen telur dunia rangking ketiga pada tahun 2005. Produksi telur Indonesia sebesar 180.270 MT dengan nilai 166.470.000 US$. Rangking pertama dan kedua dipegang oleh China dan Thailand dangan produksi secara berturut-turut yaitu 4.326.140 MT (3.970.835.000 US$) dan 310.000 MT (286.270.000 US$).

Negara di Asia

Tenggara yang juga termasuk dalam negara produsen telur dunia adalah Philipines dan Malaysia yang berada pada urutan 4 dan 12 dunia.

Sumber: FAO, 2007.

Page 13: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

5

Konsumsi telur di ASEAN dan RRC pada tahun 2005 sebagai berikut: a)Kambodja 16 Butir/Kap/Thn; b)Vietnam 41 Butir/Kap/Thn; c)Singapore 64 Butir/Kap/Thn; d)Indonesia 67 Butir/Kap/Thn; e)Thailand 93 Butir/Kap/Thn; f)Rep. China 304 Butir/Kap/Thn; g)Malaysia 311 Butir/Kap/Thn.

Impor telur konsumsi naik sebesar US$ 0,78 juta dari US$ 0,28 juta atau naik 178,44%. Perkembangan volume impor Day Old Chick (DOC) bibit Final Stock (FS) dan telur konsumsi tahun 2004-2008 Indonesia disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Volume Impor DOC Bibit Final Stock (FS) dan Telur Konsumsi tahun

2004-2008.

No. Jenis Komoditi Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

1. DOC Bibit (FS) (000 ekor) 6.0 3,0 0,0 0,0 0,0

2. Telur konsumsi (ton) 245,1 707,0 943,9 1.156,9 1.299,0

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2009.

2.1.2. Pasar Domestik Pengembangan agribisnis ayam ras petelur dilihat dari sisi penawaran, masih prospektif

di Indonesia. Dewasa ini satu-satunya komoditi agribisnis yang paling kuat subsistem hulunya adalah agribisnis ayam ras. Menurut Ditjen Peternakan, dewasa ini Indonesia memiliki industri pembibitan ayam ras 109 buah, yaitu galur murni (pure line) 1 buah, grant parent stock (GPS) 13 buah, parent stock (PS) 95 buah dengan kapasitas produksi 600 juta day old chick (DOC) final stock per tahun. Di samping itu juga terdapat 60 buah industri pakan ternak dengan kapasitas 5 juta per ton tahun. Kemudian industri obat-obatan sekitar 34 buah yang mampu memproduksi kebutuhan pharmasetik, biologik dan premiks.

Produksi bibit ayam ras (DOC FS) layer pada triwulan pertama tahun 2008 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007 terjadi penurunan dari produksi DOC FS 0.73 juta ekor per minggu menjadi 0.70 juta ekor per minggu atau terjadi penurunan sebesar 4.1 %. Penurunan ini disebabkan karena penundaan masyarakat untuk mengganti ternak ayam layer. Hal ini disebabkan karena melonjaknya harga penunjang seperti pakan yang tidak sebanding dengan harga telur. Turunnya minat masyarakat peternak tersebut juga didukung oleh data jumlah pemasukan Grand Parent Stock (GPS) dan Parent Stock (PS) tahun 2007 yang lebih rendah dibanding tahun 2006.

Produksi bibit ayam ras (DOC FS) layer mengalami peningkatan pada triwulan kedua tahun 2009 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2008 secara kuantitas tidak berbeda yaitu sejumlah 1,55 juta ekor/minggu. Kondisi ini disebabkan karena sikap keragu-raguan dari peternak untuk meningkatkan demand terhadap DOC FS layer membuat para pembibit masih menahan produksinya.

Pada triwulan kedua tahun 2009 tercatat pemasukan FS layer sebesar 51.660 ekor, sedangkan pada triwulan kedua tahun 2008 tidak ada pemasukan PS layer. Para pembibit PS layer optimis, diperkirakan adanya peningkatan demand pada enam bulan kedepan terhadap DOC FS layer, sehingga mereka meningkatkan pemasukan DOC PS layer. Peningkatan ini biasanya terjadi menjelang puasa dan Hari Raya Idul Fitri.

Sedangkan produksi ayam petelur (layer) juga mengalami peningkatan dalam periode 2004-2008, dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 5,47% per tahun. Produksi ayam petelur (layer) tercatat dari hanya 55 juta ekor pada 2004, kemudian meningkat menjadi 68 juta ekor pada 2008. Telur yang dihasilkan sejak tahun 2000 hingga tahun 2009 mengalami peningkatan dari 502,98 ribu ton menjadi 1.013,50 ribu ton. Perkembangan produksi telur di Indonesia disajikan pada Tabel 6.

Page 14: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

6

Tabel 6. Perkembangan Produksi Telur di Indonesia Tahun 2000-2009

Sumber: Departemen Pertanian, 2010. Keterangan: [4] angka sementara

Berdasarkan data pada Tabel 7, diketahui bahwa sentra produksi telur di Indonesia terdapat di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, Banten, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Lampung. Kabupaten sentra produksi di Kabupaten Blitar, Kendal, Semarang, Blora, Sragen, Boyolali, Bekasi, Ciamis, Bandung, Sukabumi, Lampung Tengah, Lampung Selatan, Ogan Komering Ilir, Bukittinggi, Padang, Lima Puluh Kota.

Agribisnis ayam petelur dari sisi permintaan menunjukkan kecenderungan peningkatan. Konsumsi telur Indonesia memang masih rendah dibanding negara-negara tetangga. Namun seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat, maka konsumsi telur akan meningkat.

Konsumsi telur di daerah perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perdesaan. Konsumsi telur dari tahun ke tahun di Indonesia semakin meningkat. Pada tahun 2000 konsumsi telur sebanyak 48 butir/kapita/tahun meningkat menjadi 80 butir/kapita/tahun pada tahun 2008. Perkembangan konsumsi telur dan pendapatan masyarakat disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 7. Perkembangan Produksi Telur di Indonesia Berdasarkan Provinsi Tahun 2000-2009 (000 ton)

No. Provinsi Tahun

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 NAD 1.90 1.99 [4]2.09 0.55 0.63 0.73 1.00 1.31 0.80 [4]0.80 2 Sumatera

Utara 90.82 91.43 123.88 100.37 123.89 55.46 48.82 73.89 68.90 [4]71.70

3 Sumatera Barat

31.23 23.92 29.75 33.89 38.43 40.38 43.24 49.31 48.90 [4]51.50

4 Riau 1.93 4.22 4.51 4.06 2.37 2.87 2.44 4.08 4.80 [4]7.10 5 Jambi 1.33 1.74 1.85 2.89 1.14 3.96 2.97 3.29 3.10 [4]3.10 6 Sumatera

Selatan 13.71 31.60 31.98 32.06 31.99 32.75 37.47 37.65 42.90 [4]44.60

7 Bengkulu 0.11 0.21 0.21 0.07 0.17 0.22 0.70 1.18 0.60 [4]0.20 8 Lampung 24.81 20.79 22.37 21.60 19.28 19.35 12.81 25.09 14.40 [4]25.60 9 Bangka

Belitung 0.00 0.02 2.03 2.01 2.12 0.47 2.03 2.05 1.60 [4]1.60

10 Kep.Riau 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.51 2.68 3.32 3.70 [4]3.80 11 DKI Jakarta

0.03 [4]0.0

4 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

12 Jawa Barat 114.28 68.05 78.95 77.63 89.35 93.47 95.14 105.36 105.00 [4]109.20 13 Jawa Tengah 72.51 70.79 72.28 67.09 74.81 92.14 125.22 129.86 135.00 [4]140.40 14 D.I.Y. 8.37 9.78 9.71 9.98 9.15 15.65 19.06 18.30 23.90 [4]24.60 15 Jawa Timur 93.04 94.72 96.12 133.23 224.40 200.67 282.48 324.91 292.70 [4]304.40 16 Banten 0.00 55.60 66.17 38.20 41.99 12.69 35.68 52.75 54.80 [4]57.00 17 Bali 0.01 11.55 15.83 19.80 27.26 31.89 29.27 26.51 28.60 [4]29.80 18 NTB 0.31 0.34 0.58 0.56 0.59 0.61 0.72 0.65 29.70 [4]36.60 19 NTT [7]0.55 1.24 0.53 0.54 0.60 0.57 0.57 5.21 0.60 [4]0.70 20 Kalimantan

Barat 12.01 12.20 13.18 13.16 15.40 16.33 16.34 21.34 22.00 [4]22.10

21 Kalimantan Tengah

0.10 0.10 0.04 0.27 0.34 0.46 0.25 0.48 0.50 [4]0.50

22 Kalimantan Selatan

3.56 4.20 8.36 11.50 11.67 12.03 9.12 14.63 15.40 [4]16.00

(000 ton)

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

502.98 537.79 614.40 611.50 762.00 681.15 816.83 944.13 956.00 [4]1,013.50

Page 15: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

7

Tabel 7. Lanjutan 23 Kalimantan

Timur 4.31 3.16 3.72 7.13 4.66 5.52 5.66 5.06 5.20 [4]5.40

24 Sulawesi Utara

5.09 4.15 4.21 5.42 5.71 6.06 5.57 7.90 7.30 [4]7.70

25 Sulawesi Tengah

3.06 2.52 3.10 2.41 3.58 2.91 4.24 7.99 4.20 [4]4.40

26 Sulawesi Selatan

18.07 21.80 23.77 25.37 30.31 28.36 28.93 19.09 36.80 [4]39.90

27 Sulawesi Tenggara

0.32 0.32 0.32 0.32 0.44 0.62 0.69 0.53 0.60 [4]0.60

28 Gorontalo 0.00 0.07 0.10 0.13 [4]0.13 0.89 0.86 0.93 1.00 [4]1.00 29 Sulawesi

Barat 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.44 1.51 0.21 [4]0.22 0.00

30 Maluku 0.87 0.02 0.02 0.31 0.42 0.53 0.06 0.01 0.20 [4]0.20 31 Papua 2.05 1.28 0.82 0.97 0.97 0.73 0.95 0.62 0.60 [4]0.60 32 Maluku Utara 0.00 0.00 0.00 0.01 0.39 0.41 0.05 0.01 0.09 [4]0.10 33 Papua Barat 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.28 0.30 0.34 0.60 [4]0.60

Status Angka : [4] Angka sementara

[7] Angka perkiraan/estimasi

Selainnya adalah Angka Tetap

Sumber Data : Departemen Pertanian, 2010.

Tabel 8. Perkembangan Konsumsi Telur Penduduk Indonesia Tahun 2002, 2003, 2004, 2005,

2006 dan 2007 Berdasarkan Daerah Perkotaan dan Perdesaan

Satuan : Kilogram/Kapita/Thn

No Daerah Tahun

2002 2003 2004 2005 2006 2007

1. Perkotaan 7,11 6,84 7,33 7,59 6,98 8,26 2. Perdesaan 4,30 4,31 4,54 4,87 4,82 5,41 3. Perkotaan+ Perdesaan 5,55 5,42 5,78 6,12 5,80 6,78

Sumber: Susenas 2002, 2003, 2004, 2005, 2006 dan 2007; BPS diolah Badan Ketahanan Pangan - Departemen Pertanian.

Tabel 9. Pendapatan Masyarakat dan Konsumsi Telur

Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

INCOME (Rp 000/ CAP) 6,751 8,080 8,828 9,572 10,641 2,675 5,000 7,600 2,000

EGG (Pcs / CAP) 48 52 56 61 68 75 80 82 80

Sumber : BPS dan GPPU (2009), dalam foodreview, 2010.

Page 16: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

8

Tabel 10. Ketersediaan Konsumsi Telur Menurut Provinsi Tahun 2003-2007

(Ton)

No. Provinsi

Tahun Pertumbuhan/

Growth

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007*) 2007 over 2006

(%)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 23.420 24.145 22.405 30.007 30.692 21.102 21.738 21.934 0,90

2 Sumatera Utara 109.030 110.140 112.470 116,30 120,00 82.417 66.719 77.117 15,58

3 Sumatera Barat 16.836 18.367 25.063 27.322 27.645 22.993 48.782 53.763 10,21

4 Riau 13.110 13.233 13.596 19.953 20.649 7.154 17.704 18.779 6,07

5 Jambi 5.898 9.934 5.243 59.457 61.241 20.933 13.807 13.575 -1,68

6 Sumatera Selatan 34.349 27.422 28.887 28.915 29.680 28.970 51.685 52.523 1,62

7 Bengkulu 4.132 5.163 4.454 653 706 2.006 2.113 2.282 8,00

8 Lampung 27.145 26.975 30.992 30.364 29.442 30.068 24.225 28.377 17,14

9 DKI Jakarta 150.726 113.219 115.325 119.812 123.740 132.262 135.390 140.806 4,00

10 Jawa Barat 131.824 91.245 102.009 107.734 114.937 118.373 134.583 134.583 0,00

11 Jawa Tengah 97.661 97.460 101.118 107.033 108.639 147.246 172.714 203.817 18,01

12 DI Yogyakarta 8.612 11.195 12.111 12.935 13.065 20.093 31.830 31.709 -0,38

13 Jawa Timur 119.404 131.442 133.146 176.129 190.668 248.502 308.025 315.423 2,40

14 Bali 17.172 37 - 22 23 35.898 33.908 32.808 -3,24

15 Nusa Tenggara Barat 2.696 2.828 3.298 3.940 4.334 4.261 6.220 5.550 -10,77

16 Nusa Tenggara Timur 7 8.418 9 9 8 10.000 4.417 4.516 2,24

17 Kalimantan Barat 14.159 15.135 17.938 15.599 17.590 19.787 18.640 20.458 9,75

18 Kalimantan Tengah 3.970 4.146 4.146 4.349 4.421 4.421 2.820 3.441 22,02

19 Kalimantan Selatan 11 14 16 15.820 16.611 27.566 26.286 34.807 32,42

20 Kalimantan Timur 7.094 6.953 29.962 11.832 12.069 12.276 10.263 10.012 -2,45

21 Sulawesi Utara 6.025 4.970 4.795 6.262 6.558 - 6.682 6.685 0,04

22 Sulawesi Tengah 7.024 4.568 3.317 3.560 3.595 4.266 5.592 6.335 13,29

23 Sulawesi Selatan 24.207 24.380 47.505 43 50 - 48.759 52.893 8,48

24 Sulawesi Tenggara 5.919 6.018 5.300 5.830 5.917 6.772 8.491 7.390 -12,97

25 Maluku 5.522 - - - - 1.669 1.948 2.068 6,16

26 Papua 5.597 6.012 4.793 3.257 5.189 4.154 4.156 4.418 6,30

27 Bangka Belitung - 4.091 232 358 3.853 1.887 2.651 4.261 60,73

28 Banten - 1 1 56.334 59.299 35.604 41.556 43.665 5,08

29 Gorontalo - 1.923 2.539 3.157 3.157 - 1.481 1.742 17,62

30 Maluku Utara - - 568 536 563 969 502 650 29,48

31 Kepulauan Riau - - - - - - 2.991 3.781 26,41

32 Irian Jaya Barat - - - - - - 1.940 2.661 37,16

33 Sulawesi Barat - - - - - - 10.522 11.049 5,01

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan Keterangan : *) Angka sementara

- ) Data tidak tersedia

Rata-rata harga telur ayam, selama 24 tahun terakhir hanya meningkat sebesar 7,7 kali lipat. Pada tahun 1980 harga rata-rata telur ayam di Indonesia sebesar Rp 931 per kg, kemudian meningkat menjadi Rp 7.167 per kg pada tahun 2004. Rata-rata laju peningkatan

Page 17: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

9

harga telur ayam hanya 10,6% per tahun, lebih rendah dari rata-rata tingkat inflasi yang besarnya 11,5% per tahun. Fakta ini memberikan gambaran, masih adanya peluang untuk memperoleh harga yang lebih baik bagi telur ayam.

Gambar 2. Perkembangan Rata-Rata Harga Telur Ayam di Indonesia

Harga telur ayam ras pada tingkat produsen pada bulan April tahun 2010 berkisar antara Rp 8.800,- hingga Rp 12.800,- per kg. Harga grosir telur ayam ras pada bulan April tahun 2010 berkisar antara Rp 10.350,- hingga Rp 14.400,- per kg. Harga eceran telur ayam ras pada bulan April tahun 2010 berkisar antara Rp 13.000,- hingga Rp 17.500,- per kg (Ditjen PPHP, Departemen Pertanian, 2010). Data ini berdasarkan harga pada beberapa kabupaten sentra produksi di Indonesia.

Faktor penting dalam aspek pemasaran budidaya ayam petelur selain produksi, konsumsi, dan harga, maka keberadaan industri pakan ternak di dalam negeri sangat berperan mendukung industri peternakan dalam menyediakan ketersediaan konsumsi telur dan produk turunannya bagi masyarakat sebagai tambahan sumber protein. Pakan memiliki kontribusi 70% dari total biaya produksi peternakan, sehingga tetap menjadi suatu bisnis yang cerah.

Secara umum industri pakan ternak nasional cukup memiliki peluang yang baik. Dilihat dari tingkat produksi, industri pakan ternak mengalami pertumbuhan rata-rata 8,4% dalam periode lima tahun terakhir. Menurut Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), industri pakan ternak nasional rata-rata mampu menyuplai 5 juta ton pakan ternak per tahun dari kebutuhan sekitar 7 juta ton per tahun.

Menurut data dari GPMT, di Indonesia terdapat 42 pabrik pakan ternak yang masih aktif hingga 2008. Industri pakan ternak nasional masih didominasi perusahaan asing seperti Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed, Gold Coin, dan Sentra Profeed. Produsen besar tersebut umumnya terintegrasi dengan industri peternakan dan pengolahan produk ternak.

Dalam periode lima tahun terakhir dari 2002-2006 kapasitas produksi industri pakan ternak nasional meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 2,5% per tahun. Kapasitasnya tercatat sebesar 10,0 juta ton per tahun pada 2003, kemudian meningkat hingga menjadi 11,0 juta ton pada 2007.

Industri pakan ternak berskala besar tersebar di Indonesia terdapat di 8 provinsi. Sumatera Utara memiliki 8 pabrik, Lampung ada 4 pabrik, Banten ada10 pabrik dan DKI Jakarta 4 pabrik. Di Jawa Barat terdapat 4 pabrik dan Sulawesi Selatan 2 pabrik. Produsen pakan ternak paling banyak terdapat di Jawa Timur mencapai 15 pabrik.

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

Perkembangan Rata-rata Harga Telur Ayam di

Indonesia 1980-2009

Page 18: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

10

Wilayah Jawa Timur merupakan sentra industri pakan ternak dan peternakan terbesar di Indonesia. Lingkup agribisnis Jawa Timur cukup kuat dengan dukungan tidak kurang dari 15 pabrik besar pakan ternak, 52 industri rumahan pakan ternak, 4 pabrik pengolahan susu, 201 pasar hewan, 99 Tempat Penampungan Akhir (TPA), 8 Rumah Pemotongan Ayam (RPA), 1 Rumah Potong Hewan-A (RPH-A), 33 Rumah Potong Hewan-C (RPH-C) dan 49 Rumah Potong Hewan-D (RPH-D). Untuk jenis ayam petelur dengan sentra produksi (Malang, Blitar, Kediri, Pasuruan dan Mojokerto). Sedangkan daerah yang berpotensi untuk pengembangannya adalah Jombang, Nganjuk, Tulungagung dan Jember. Keunggulan Jawa Timur didukung oleh melimpahnya produksi jagung sebagai bahan baku industri pakan ternak. Salah satu sentra jagung adalah Kediri, rata-rata luas panen adalah 22.354 ha pada 2005. Dengan produksi jagung per tahun, rata-rata 3,3 juta kuintal. Sementara lahan potensial jagung di Kediri mencapai 54.650 ha/tahun.

Tahun 2007 lalu, pemerintah telah mengembangkan pabrik pakan ternak skala kecil di 14 lokasi yaitu di Ciamis, Cirebon, Sukabumi, Subang, dan Bekasi (Jawa Barat), Magelang, dan Banjarnegara (Jawa Tengah), serta Blitar (Jawa Timur). Untuk luar pulau Jawa antara lain di Bangli dan Tabanan (Bali), Sawah Lunto (Sumatera Barat), Bengkulu Utara, Kapuas, dan Hulu Sungai Utara.

Mulai tahun 2008 ini pemerintah kembali akan mengembangkan pabrik pakan ternak skala kecil (mini feedmill) yang tersebar di 38 lokasi yang termasuk sentra produksi bahan baku pakan seperti jagung dan kelapa sawit.

Pabrik pakan mini tersebut memiliki kapasitas produksi sekitar 3-5 ton per hari, serta investasi sebesar Rp 250 juta per unit. Keberadaannya cukup mendukung kecukupan pakan unggas lokal. Pengolahan pakan ternak ini nantinya akan dikelola oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan). Sedangkan pemenuhan bahan baku diambil dari jagung petani yang belum terserap industri nasional. Hal itu terkait dengan lokasi perkebunan yang jauh dari industri pakan yang sebagian besar berada di Jawa. Disamping itu, pemerintah juga akan mengembangkan pabrik pakan besar di Subang dan Bekasi untuk mencukupi kebutuhan pakan ayam ras dan petelur.

2.2. Struktur Industri Ayam petelur memiliki prospek pasar yang sangat baik dan merupakan pendorong

utama penyediaan protein hewani nasional. Budidaya ayam petelur memiliki keterkaitan dengan industri hulu di bidang perunggasan yang meliputi industri pakan, industri obat dan vaksin hewan, industri pembibitan, dan industri peralatan peternakan. Budidaya ayam petelur ini dapat dilakukan sebagai usaha mandiri baik yang bersifat komersial maupun usaha rakyat. Produksi ayam petelur berupa telur segar dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pengolahan makanan dan non makanan. Skema struktur industri budidaya ayam petelur ini disajikan pada Gambar 3.

Page 19: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

11

HULU

1. Industri Pakan

2. Industri obat dan vaksin hewan

3. Industri Pembibitan

4. Industri Peralatan Peternakan

1. Komersial Terintegrasi

2. Usaha Rakyat Bermitra

3. Usaha Mandiri

(Komersial dan Usaha

Rakyat)

BUDIDAYA AYAM RAS

PETELUR

PRODUK

OLAHAN

Tepung Telur

Telur Asin

TELUR SEGAR

INDUSTRI

PENGOLAHAN

MAKANAN

INDUSTRI

PENGOLAHAN

NON

MAKANAN

PRODUK

Peralatan RT

Peralatan Olahraga

Bahan Baku Makanan

Ternak

KONSUMSI

RUMAHTANGGA

Gambar 3. Struktur Industri Budidaya Ayam Petelur

Page 20: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

12

III. POTENSI DAERAH DAN TEKNIS PRODUKSI

3.1. Potensi Lokasi Budidaya Ayam Petelur

ratusan sungai yang tersebar pada hampir semua kabupaten/kota dan merupakan sarana

angkutan utama di samping angkutan darat, dengan sungai yang terpanjang yakni sungai Mahakam.

Provinsi Kalimantan Timur terletak di sebelah paling timur Pulau Kalimantan dan sekaligus merupakan wilayah perbatasan dengan Negara Malaysia, khususnya Negara Sabah dan Sarawak.

Batas Wilayah Utara : Malaysia Batas Wilayah Timur : Selat Makasar dan Laut Sulawesi Batas Wilayah Selatan : Kalimantan Selatan Batas Wilayah Barat : Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Malaysia

Kabupaten/kota yang memiliki luas wilayah terbesar adalah Kabupaten Malinau dengan

luas 39.799,88 km2 atau 20,06% dari total wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan daerah yang memiliki luas wilayah terkecil adalah kota Bontang yang hanya memiliki luas wilayah

sebesar 163,39 km2 atau 0,08%. Rincian jumlah kecamatan dan desa serta luas wilayah setiap kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada Tabel 11.

Kab. Kutai Barat

Kab. Kutai Timur

Kab. Malinau

Kab. Bulungan

Kota Samarinda

Kota Bontang

Kota Tarakan

Kab. Pasir

Kab. Penajam Paser

Utara

Kab. Kutai Barat

Kab. Kutai Kartanegara

Kab. Kutai Timur

Kab. Berau Kab. Malinau

Kab. Nunukan

Kota. Tarakan

Kota Balikpapan

Kota Samarinda

Kota Bontang

Gambar 4. Peta Kalimantan Timur

Kab. Bulungan

Kab. Tana

Tidung

Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km2 terletak antara 113º44’ Bujur Timur dan 119º00’ Bujur Timur serta diantara 4º24’ Lintang Utara dan 2º25’ Lintang Selatan. Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah, provinsi terluas kedua setelah Papua ini dibagi menjadi 10 kabupaten, 4 Kota, 136 kecamatan dan 1.410 desa/kelurahan.

Kalimantan Timur merupakan salah satu pintu gerbang pembangunan di wilayah Indonesia bagian timur. Daerah yang juga dikenal sebagai gudang kayu dan hasil pertambangan ini mempunyai

Page 21: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

13

Tabel 11. Jumlah Kecamatan dan Desa serta Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2008

Kabupaten/Kota

Banyaknya Kecamatan

Banyaknya Desa/Kelurahan

Luas Wilayah Daratan

km2 %

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pasir 10 125 10.936,38 5,51

2. Kutai Barat 21 223 30.943,79 15,59

3. Kutai Kartanegara 18 225 26.326,00 13,27

4. Kutai Timur 18 135 31.884,59 16,07

5. Berau 13 107 22.521,71 11,35

6. Malinau 12 108 39.799,88 20,06

7. Bulungan 10 81 17.249,61 8,69

8. Nunukan 9 223 13.875,42 6,99

9. Penajam Paser Utara 4 47 3.209,66 1,62

10. Tana Tidung 3 23 4.828,58 2,40

11. Balikpapan 5 27 560,70 0,28

12. Samarinda 6 53 718,23 0,36

13. Tarakan 4 20 251,81 0,13

14. Bontang 3 15 163,39 0,08

Jumlah 136 1.417 198.441,17 100,00

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Kalimantan Timur dan Kanwil Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Timur, 2009.

3.1.1. Topografi dan Jenis Tanah Daratan Kalimantan Timur tidak terlepas dari pegunungan dan bukit yang terdapat

hampir di seluruh kabupaten. Sedang untuk danau yang berjumlah sekitar 18 buah, sebagian besar berada di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan danau yang paling luas yaitu Danau Semayang dan Danau Melintang dengan luas masing-masing 13.000 hektar dan 11.000 hektar. Jenis tanah yang mendominasi adalah ultisol. 3.1.2. Iklim, Suhu, dan Curah Hujan

Kalimantan Timur beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, sedang musim penghujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu. Selain itu, karena letaknya di daerah katulistiwa maka iklim di Kalimantan Timur juga dipengaruhi oleh angin Muson, yaitu angin Muson Barat November-April dan angin Muson Timur Mei-Oktober. Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Kalimantan Timur kadang tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak ada hujan sama sekali atau sebaliknya pada bulan-bulan yang seharusnya kemarau justru terjadi hujan dengan musim yang jauh lebih panjang.

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Secara umum Kalimantan Timur beriklim panas dengan suhu udara pada tahun 2008 berkisar dari 21,5 ºC (Stasiun Meteorologi Nunukan Desember) sampai dengan 35,4 ºC (Stasiun Meteorologi Tanjung Selor = Desember). Suhu udara rata-rata terendah sebesar 22,5 ºC dan tertinggi sebesar 34,7 ºC, keduanya terjadi di Kabupaten Bulungan. Selain itu, sebagai daerah beriklim tropis dengan habitat hutan yang sangat luas, Kalimantan Timur mempunyai kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata berkisar antara 84,0-89,8%. Kelembaban udara paling rendah yang dapat dipantau melalui Stasiun Meteorologi Tarakan terjadi pada bulan Februari sebesar 78,9%, sedang yang paling tinggi terdapat di Stasiun Meteorologi Balikpapan yang terjadi pada bulan Juli sebesar 93,00%. Rata-rata suhu minimum

Page 22: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

14

dan maksimum serta kelembaban udara rata-rata pada tahun 2008 di beberapa stasiun pengamat meteorologi bisa dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rata-rata Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan Angin, Curah Hujan dan Penyinaran Matahari Menurut Stasiun

U r a i a n

S t a s i u n

Samarinda Balikpapan Tarakan Tanjung Selor Tanjung Redeb Nunukan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Suhu Udara (OC)

- Minimum 24,50 22,80 24,20 30,60

22,50 22,66 23,10 - Maximum 32,20 32,60 34,70 33,08 31,30

2. Kelembaban Udara (%) 84,10 89,80 84,20 85,10 88,37 84,00

3. Tekanan Udara (mb) 1.010,10 1.010,05 1.010,50 1.010,56 1.011,0 1.006,60

4. Kecepatan Angin (Knot) 1,50 4,80 6,80 3,08 2,80 6,00 5. Curah Hujan (mm) 229,80 339,40 330,80 262,23 256,0 231,50

6. Penyinaran Matahari (%) 39,99 37,10 43,90 45,80 53,9 66,00

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Kalimantan Timur, 2009.

Curah hujan di daerah Kalimantan Timur sangat beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Catatan curah hujan bulanan sepanjang tahun 2008 menurut stasiun disajikan pada Tabel 12. Rata-rata curah hujan tertinggi dan terendah selama tahun 2008 tercatat pada Stasiun Meteorologi Balikpapan dan Stasiun Meteorologi Samarinda masing-masing sebesar 339,40 mm dan 229,80 mm.

Keadaan angin di Kalimantan Timur pada tahun 2008 yang dipantau di beberapa stasiun pengamat, menunjukkan bahwa kecepatan angin berkisar antara 1,20 knot sampai 8,40 knot. Kecepatan angin paling tinggi 10,30 knot terjadi di Kota Tarakan pada bulan Januari, sedang terendah 1,20 knot terjadi di Kota Samarinda pada bulan April.

3.2. Potensi Usaha, Produksi dan Permintaan Produksi telur konsumsi di Indonesia berasal dari Jawa dan luar jawa. Kalimantan Timur

memproduksi telur sebanyak 5.400 ton pada tahun 2009. Jumlah unit budidaya ayam petelur dan nilai investasi yang ditanamkan di kabupaten/kota di Kalimantan Timur pada Tahun 2008 disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 menunjukkan bahwa masih terdapat kabupaten/kota yang belum memiliki unit usaha untuk peternakan ayam petelur, yaitu Kabupaten Kutai Timur, Malinau, dan Kabupaten Pasir. Ketiga daerah kabupaten/kota tersebut merupakan daerah yang cukup potensial untuk pengembangan usaha peternakan ayam petelur. Berdasarkan tingkat kebutuhan konsumsi daging ayam dan telur masyarakat yang semakin meningkat dan jalur pemasaran yang tersedia, maka usaha peternakan ayam ras petelur prospektif untuk dikembangkan guna mensuplai kebutuhan di dalam daerah. Kabupaten/kota yang lain telah memiliki unit usaha ayam, namun dalam jumlah yang sedikit dengan nilai investasi yang masih dapat ditambah.

Page 23: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

15

Tabel 13. Jumlah Unit Usaha dan Nilai Investasi Usaha Peternakan Ayam Petelur di Kalimantan Timur, Tahun 2008

No. Kabupaten/Kota Jumlah Unit Usaha Nilai Investasi

(Juta Rp)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Balikpapan Berau Bontang Bulungan Kutai Barat Kutai Kartanegara Kutai Timur Malinau Nunukan Pasir Penajam Paser Utara Samarinda Tarakan

3 10

1 4 2 2 0 0 2 0

18 6 3

4.100,00 434,00

25,70 64,60

155,00 4,30 0,00 0,00

46,10 0,00

1.881,20 12.100,00 7.400,00

Total 51 26.210,90 Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, 2009.

Budidaya ayam ras petelur di Kalimantan Timur prospektif untuk dikembangkan, dengan ketersediaan usaha penyaluran sarana produksi peternakan dibidang perunggasan yang meliputi bibit, pakan, obat-obatan dan pemasaran hasil produksinya sebanyak 55 unit dengan nilai investasi Rp 46.658.000.000,- dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 366 orang akan sangat mendukung tumbuh kembangnya usaha peternakan ayam petelur. Rincian penyalur sapronak dan nilai investasi di Kalimantan Timur Tahun 2008 disajikan pada Tabel 14.

Perkembangan produksi telur di Kalimantan Timur mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 14,14% per tahun selama tahun 2004-2009. Perkembangan populasi ayam ras petelur dan penyediaan produksi telur tahun 2004-2009 di Kalimantan Timur disajikan pada Tabel 15. Berdasarkan data pada Tabel 15, diketahui bahwa populasi ayam ras petelur mengalami pertumbuhan sebesar 16,56% per tahun selama tahun 2004-2009 dan ini menunjukkan bahwa produksi telur ayam ras juga meningkat.

Tabel 14. Penyalur Sapronak dan Nilai Investasi di Kalimantan Timur, Tahun 2008

No. Kabupaten/Kota Jumlah Unit Usaha Nilai Investasi

(Juta Rp)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Balikpapan Berau Bontang Bulungan Kutai Barat Kutai Kartanegara Kutai Timur Malinau Nunukan Pasir Penajam Paser Utara Samarinda Tarakan

5 7 2 3 4 2 2 3 1 5 -

16 5

3.900,00 1.550,00 1.900,00

750,00 1.020,00

187,70 280,10 700,00 170,20

600,00 -

6.400,00 29.200,00

Total 55 46.658,00 Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, 2009.

Page 24: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

16

Tabel 15. Perkembangan Populasi Ayam Ras Petelur dan Penyediaan Produksi Telur Tahun 2004-2008 di Kalimantan Timur

Uraian Tahun r

(%) 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Populasi (ekor) - Ayam buras - Ayam ras petelur - Itik Jumlah

3.448.000

697.700 250.400

4.396.100

2.754.600

733.800 189.900

3.678.300

2.855.500

656.500 172.700

3.684.700

3.129.800

947.600 161.000

4.238.400

3.173.445 1.041.819

138.540 4.353.804

4.051.476 1.394.680

195.614 5.641.770

4,44

16,56 (2,55)

6,24

Produksi telur (ton) - Ayam buras - Ayam ras petelur - Itik Jumlah

2.324,68 4.532,34 1.902,34

8.759,46

2.372,22 5.518,81 1.356,73 9.247,76

1.895,16

5.804,36 1.026.21

8.725,74

1.964,58 5.192,92

935,73 8.093,23

2.253,30 7.495,52

876,02 10.524,84

2.160,18

8.240,79 876,02

11.276,99

(0,77) 14,14

(13,65) 5,97

Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, 2010 (diolah).

Peningkatan populasi unggas penghasil telur dan penyediaan konsumsi telur di Kalimantan Timur tersebar di 14 kabupaten/kota. Perkembangan populasi ternak dan penyediaan telur di Kalimantan Timur berdasarkan kabupaten/kota disajikan pada Tabel 16 dan Tabel 17.

Tabel 16. Populasi Unggas Penghasil Telur Akhir Tahun 2008 Menurut Jenis Unggas dan Kabupaten/Kota (Ekor)

Kabupaten/Kota Ayam Buras Ayam Ras Petelur Itik

1. Pasir 835.654 80.903 5.949

2. Kutai Barat 213.700 - 9.900

3. Kutai Kartanegara 277.762 338.370 24.593

4. Kutai Timur 282.911 24.530 13.108

5. Berau 251.992 15.250 10.972

6. Malinau 144.356 - 15.284

8. Nunukan 104.360 3.500 19.800

9. Penajam Pasir Utara 150.116 55.900 16.250

10. Balikpapan 49.949 41.800 682

11. Samarinda 377.500 407.500 13.410

12. Tarakan 272.848 68.340 1.880

13. Bontang 76.227 - 666

14. Tana Tidung 14.072 - 754

Jumlah 2008 3.173.445 1.041.819 138.540 Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, 2009.

Tabel 16 menunjukkan bahwa populasi ayam ras petelur di Kalimantan Timur pada Tahun 2008 paling banyak terdapat di Kota Samarinda sebanyak 407.500 ekor, diikuti dengan Kabupaten Kutai Kertanegara sebanyak 338.370 ekor.

Tabel 17 menunjukkan bahwa ayam ras berkontribusi sebesar 7.495.5 ton telur atau 71,22% dari jumlah produksi telur di Kalimantan Timur. Kabupaten/kota yang memproduksi telur terbesar adalah Kota Samarinda.

Page 25: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

17

Tabel 17. Produksi Telur Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur Tahun 2008 (Ton)

Kabupaten/Kota

T e l u r

Ayam Buras Ayam Ras Petelur Itik

1. Pasir 446,4 482,5 37,4

2. Kutai Barat 134,9 - 48,2

3. Kutai Kartanegara 173,2 1.557,5 177,7

4. Kutai Timur 234,3 268,1 51,5

5. Berau 173,3 41,1 59,1

6. Malinau 98,7 7,9 79,6

7. Bulungan 52,9 55,4 43,3

8. Nunukan 63,0 10,3 63,4

9. Penajam P.U 215,0 1.232,4 36,8

10. Balikpapan 72,2 1.480,8 9,2

11. Samarinda 252,8 1.740,2 248,2

12. Tarakan 183,1 619,4 10,2

13. Bontang 53,6 - 11,4

14. Tana Tidung - - -

Jumlah 2008 2.153,3 7.495,5 876,0 Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, 2009.

Peluang permintaan telur di Kalimantan Timur masih tinggi. Konsumsi telur di Kalimantan Timur baru mencapai 4,04 kg/kapita/tahun (Kaltim Post, 2009), atau masih di bawah standar nasional kebutuhan minimal untuk telur sebesar 6,5 kg/kapita/tahun. Kebutuhan telur untuk konsumsi di Kalimatan Timur mengalami peningkatan yaitu dari 10.721,76 ton pada tahun 2004 menjadi 12.506,14 ton pada tahun 2008. Laju pertumbuhan konsumsi telur kurun waktu 2004-2008 sebesar 4,99%.

Tabel 18. Perkembangan Konsumsi Telur Tahun 2004-2008 di Kalimantan Timur

Uraian Tahun r

2004 2005 2006 2007 2008 (%)

Jumlah konsumsi telur

- Total (ton) - Kg/kapita

10.721,76 3,92

11.321.91 4,10

9.475,98 3,43

11.895,46 4,31

12.506,14* 4,04

4,99 1,91

Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, 2009 dan BPS, 2008 (diolah). Keterangan : *)Perhitungan diperoleh dengan menggunakan proyeksi penduduk dengan laju pertumbuhan

penduduk sebesar 2,34% dari tahun 2007 sebesar 3.024.800 jiwa.

3.3. Teknis Produksi 3.3.1. Persyaratan Lokasi

Lokasi budidaya ayam petelur ditempatkan pada lahan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Jauh dari daerah pemukiman penduduk (kampung) dengan jarak minimal 250 meter dari

pemukiman penduduk, terutama daerah yang banyak unggasnya, sehingga akan mencegah terjadinya kontaminasi penyakit dari luar.

2. Jauh dari jalan raya yang banyak dilalui kendaraan bermotor, karena suara yang bising dapat menyebabkan ayam berkurang telurnya akibat stres.

3. Jauh dari lokasi binatang yang menganggu ayam (predator), antara lain ular dan musang, karena binatang tersebut menyebabkan stres pada ayam petelur.

4. Air bersih mudah diperoleh (mata air, sumur, PDAM dan lain-lain) untuk keperluan minumnya ayam, tenaga kerja dan membersihkan kandang ayam.

Page 26: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

18

5. Daerahnya tidak lembab dan cukup memperoleh sinar matahari, serta bukan daerah yang kecepatan anginnya sangat tinggi.

6. Lokasi usaha peternakan harus dibatasi dengan diberi pagar keliling yang rapat minimal 1,75 meter di atas tanah sehingga ternak lain tidak dapat keluar dan pagar tersebut berjarak minimal 5 meter dari kandang terluar.

7. Lokasi peternakan ayam petelur minimal berjarak 1.000 meter dengan perusahaan peternakan ayam bibit, berjarak 250 meter dengan perusahaan ayam petelur lainnya, atau minimal 50 meter dengan perusahaan peternakan ayam yang sejenis apabila merupakan satu kelompok usaha/koperasi, serta pembinaan dan pengendalian kesehatan ternaknya dilakukan secara bersama.

Lokasi peternakan juga perlu menggunakan biosecurity sebagai tindakan pengamanan terhadap ternak melalui pengamanan terhadap lingkungan dan orang yang terlibat dalam siklus pemeliharaan. Penerapan biosecurity ini dilakukan dengan menyediakan desinfektan di pintu gerbang peternakan yang secara otomatis akan menyemprotkan cairan pencuci hama apabila ditekan tombolnya.

3.3.2. Pembuatan, Kondisi, dan Struktur Kandang 3.3.2.1. Persyaratan Umum Kandang

Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35°C, kelembaban berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan.

3.3.2.2. Bentuk dan Jenis Kandang

Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua: a. Sistem kandang koloni, satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri dari ribuan ekor

ayam petelur; b. Sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dengan sebutan cage. Ciri dari

kandang ini adalah pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang untuk satu ekor ayam. Kandang sistem ini banyak digunakan dalam peternakan ayam petelur komersial.

Jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi menjadi tiga macam yaitu: a. Kandang dengan lantai litter, kandang ini dibuat dengan lantai yang dilapisi kulit padi,

pesak/sekam padi dan kandang ini umumnya diterapkan pada kandang sistem koloni; b. Kandang dengan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bantu atau

kayu kaso dengan lubang-lubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang tinja ayam dan langsung ke tempat penampungan;

Gambar 5. Pintu Gerbang Peternakan yang Dilengkapi dengan pengamanan Biosecurity (Pengamanan Biologis) di Rimbauan Kelurahan Lempake.

Page 27: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

19

c. Kandang dengan lantai campuran litter dengan kolong berlubang, dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas litter dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan dan 30% di kiri).

3.3.2.3. Peralatan Kandang Peralatan yang diperlukan pada kandang ayam petelur sebagai berikut:

a. Litter (alas lantai) Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasil serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.

b. Tempat bertelur Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur tidak kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk 4–5 ekor ayam. Kotak diletakkan di dinding kandang dengan lebih tinggi dari tempat bertengger, penempatannya agar mudah pengambilan telur dari luar sehingga telur tidak pecah dan terinjak-injak serta dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat miring dari kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubang yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang.

c. Tempat bertengger Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.

d. Tempat pakan, minum dan tempat grit Tempat pakan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, aluminium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus.

Untuk anak ayam yang dipelihara di kandang litter dapat diberikan tempat minum yang berupa galon tenteng (Gambar 7). Satu gallon ukuran 3,8 liter dapat dipakai untuk 100 ekor anak ayam, tempat minum galon ini berangsur-angsur diganti dengan tempat minum otomatis (Gambar 8).

Anak ayam yang dipelihara di kandang baterai pada masa awalnya dapat menggunakan tempat minum berbentuk gallon tenteng ukuran 1,25 liter untuk 25 ekor anak ayam, kemudian diganti dengan tempat minum otomatis. Pada masa layer/produksi yakni ayam berumur 16-17 minggu keatas tempat air minum untuk kandang battery dapat berbentuk nipple, cangkir, maupun trough (memanjang) (Gambar 7).

Gambar 6. Tempat Pakan dan Minum Buatan Sendiri di Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake.

Gambar 7. Galon Tenteng di Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake.

Page 28: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

20

Tempat minum otomatis tersedia dalam tiga tipe, yaitu tipe lonceng, corong dan nipple, apapun tempat minum yang digunakan yang terpenting tidak membebani usaha. Syarat-syarat teknis pada tempat minum juga berlaku pada tempat pakan, hanya rasio tempat pakan idealnya adalah 1 buah untuk 25-30 ekor ayam.

Satu tempat pakan (feeder tray) model baki yang berdiameter 37,5 cm dapat dipakai untuk 80 ekor ayam dan baki tersebut dipergunakan pada umur 1-7 hari dan setelah itu diganti dengan tempat pakan yang berbentuk tabung gantung supaya pakan tidak tercecer, tempat pakan untuk anak ayam yang ditempatkan di dalam kandang battery dipergunakan tempat makan yang bentuknya memanjang di dalam kandang, setelah berumur 28 hari diganti dengan tempat pakan yang diletakkan di luar kandang. Pada kandang battery tempat pakan dan minum dapat berikan dengan tempat yang memanjang agar mudah pada saat pemberian pakan dan air minum serta mudah saat membersihkannya, ini dapat dilihat pada Gambar 9.

e. Brooder (alat pemanas)

Brooder (alat pemanas) yang digunakan

adalah minyak tanah dan gas LPG. Untuk mendapatkan kehangatan, seekor anak ayam ras yang tidak diasuh induknya memerlukan induk buatan (Sudaryani dkk, 1995). Pemanas dengan bahan bakar minyak tanah, prinsip kerja pemanas ini seperti kompor yang dibalikkan yaitu minyak tanah diletakkan ditempat yang lebih tinggi dan dialirkan ke kompor pemanas dengan selang. Induk buatan juga dapat dibuat dengan cara membuat lingkaran seng

setinggi 30-45 cm dengan jari-jari 350 cm, atau model persegi panjang berukuran 5x6 m (untuk kebutuhan 1.000 ekor anak ayam) dan menggantungkan pemanas di ketinggian 80-120 cm dari permukaan tanah, pemanas yang digunakan adalah pemanas gas brooder tipe S 8 (Gambar 11, a dan b). Berikut adalah spesifikasi gas brooder (Gasolec) tipe S 8, yakni;

- Satu Gasolec berlaku untuk 1.000 ekor. - Konsumsi LPG 135-270 gram/jam. - Satu LPG dapat mensuplai 4-6 pemanas. - Satu LPG 50 kg dapat digunakan selama 3-4 hari. - Waktu pemakaian pemanas yang optimum dari pukul 17.00-08.30.

Gambar 9. Tempat Pakan dan Minum pada Kandang Battery di Batu Besaung Samarinda

Gambar 8. Tempat Minum Otomatis di Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake.

Gambar 10. Pemanas Berbahan Bakar Minyak Gas Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake.

minyak gas

Page 29: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

21

Gambar 11(a).

Pemanas Berbahan Bakar Gas LPG Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake.

Gambar 11(b). Spesifikasi gas Brooder (Gasolec) Jl.

Rimbauan Kelurahan Lempake.

Pemeliharaan DOC umumnya di dalam kandang mini. Pada pemeliharaan tahap awal di dalam kandang berlantai litter, kandang dipandang terlalu luas bagi DOC, sehingga ruang gerak DOC perlu dibatasi di dalam kandang mini dengan menggunakan terpal yang terbuat dari plastik atau lembaran seng/triplek setinggi lebih kurang 0,75 m. Bentuk kandang mini bisa berupa lingkaran dengan diameter 3 m atau bujur sangkar dengan panjang sisi 2,5 m dan setiap minggu diperlebar mengikuti pertumbuhan ayam. Dapat dilihat pada gambar 12.

Adapun kondisi dan model konstruksi kandang disajikan pada Gambar 13,14,dan 15.

Gambar 13. Model Kandang Postal

Bertingkat/Susun Dua

Gambar 14. Model Kandang Postal Tidak Bertingkat

Gambar 12. Kandang Mini yang Di buat Dengan Melingkarkan (lembaran) Seng Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake.

Page 30: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

22

Bahan atap kandang postal dan baterai sebagian besar menggunakan asbes dengan tipe atap kandang monitor. Bahan asbes ini dipilih dengan pertimbangan mampu menyerap panas dari teriknya sinar matahari pada siang hari sehingga suhu di dalam kandang dapat terjaga dan melindungi ternak dari hujan, sinar matahari, mengurangi evaporasi, mempertahankan suhu dan kelembaban kandang. Konstruksi atap kandang dan ventilasi pada lokasi penelitian disajikan pada Gambar 16,17, dan 18.

Kandang postal bertingkat dengan dua jenis lantai slat yaitu lantai slat rapat pada

bagian kandang atas dan lantai slat renggang pada bagian kandang bawah. Lantai slat berasal dari bilah-bilah bambu atau kayu dengan jarak antar bilah 2,5 cm dan besar bilah antara 2,5 cm–5 cm. 3.3.3. Sumber Pengadaan, Penentuan, dan Pemilihan Bibit 1. Penyiapan Bibit

1. Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain: a. Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.

Gambar 15. Kandang Battery Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake.

Gambar 16. Model Atap Kandang dengan Sistem Monitor

Gambar 18.

Ventilasi Kandang Postal Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake.

Gambar 17.

Ventilasi Kandang battery Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake.

Page 31: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

23

b. Pertumbuhan dan perkembangan normal. c. Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.

2. Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chick) atau ayam umur sehari: a. DOC berasal dari induk yang sehat. b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya . c. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya. d. Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik. e. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram. f. Tidak ada letakan tinja diduburnya.

3. Pemilihan Bibit dan Calon Induk Penyiapan bibit ayam petelur yang berkriteria baik dalam hal ini tergantung sebagai berikut: a. Konversi Ransum Konversi ransum merupakan perbandingan antara ransum yang dihabiskan ayam

dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila ayam itu makan terlalu banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka bibit seperti itu yang diinginkan, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit ayamnya.

b. Produksi Telur Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian. Dipilih bibit yang dapat

memproduksi telur banyak. Tetapi konversi ransum tetap utama sebab ayam yang produksi telurnya tinggi tetapi makannya banyak juga tidak menguntungkan.

c. Prestasi Bibit Di lapangan/Di peternakan Apabila kedua hal di atas telah baik maka kemampuan ayam untuk bertelur hanya dalam sebatas kemampuan bibit itu. Contoh prestasi beberapa jenis bibit ayam petelur dapat dilihat pada data yang tersaji pada Tabel 19.

Tabel 19. Beberapa Jenis Bibit dan Prestasi Ayam Petelur

No. Jenis/Strain Warna

Bulu Tipe

Produksi Telur (Butir)

Konversi Pakan (kg/dosin telur)

1. Babcock B-300 v putih ringan 270 1,82 2. Dekalb Xl-Link putih ringan 255-280 1,8-2,0 3. Hisex white putih ringan 288 1,89 4. H & W nick putih ringan 272 1,7-1,9 5. Hubbarb leghorn putih ringan 260 1,8-1,86 6. Ross white putih ringan 275 1,9 7. Shaver S 288 putih ringan 280 1,7-1,9 8. Babcock B 380 cokelat Dwiguna 260-275 1,9 9. Hisex brown cokelat Dwiguna 272 1,98 10. Hubbarb golden cornet cokelat Dwiguna 260 1,24-1,3 11. Ross Brown cokelat Dwiguna 270 2,0 12. Shaver star cross 579 cokelat Dwiguna 265 2,0-2,08 13. Warren sex sal link cokelat Dwiguna 280 2,04

Ketersediaan bibit ayam ras petelur di Kalimantan Timur disuplai dari Surabaya, Jawa Timur melalui PT Multi Breeder Adirama sebagai salah satu breeding farm di Kalimantan Timur.

Page 32: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

24

Harga bibit berupa DOC layer Final Stock (FS) pada tahun 2009 berkisar antara Rp 3.825,-/ekor hingga Rp 6967,-/ekor. Sistem pembayaran secara kontan jika dalam jumlah sedikit dan secara angsuran jika dalam jumlah besar dengan sistem kerjasama.

3.3.4. Sumber Pengadaan Pakan dan Obat-obatan

Pakan ayam petelu di Kalimantan Timur disuplai oleh agen yaitu pabrik pakan ternak dari Surabaya. Nama merek pakan adalah Superfeed dan Gold Coin. Superfeed diberikan pada anak ayam petelur umur 1 hari-13 minggu dan ayam petelur dara umur 10 minggu-16 minggu, sedangkan Gold Coin diberikan pada ayam petelur layer.

Obat-obatan di Kalimantan Timur dapat diperoleh atas kerjasama dengan PT Agro Makmur Sentosa, PT Surya Hidup Satwa, PT Univetama Dinamika, PT N Flok, PT Nopstres, PT Sanbe, PT Egostm.

Pakan dan obat-obatan ayam petelur di Kalimantan Timur selain dapat diperoleh dari hasil kerjasama dengan perusahaan pakan dan obat-obatan yang telah disebutkan, juga dapat diperoleh di poultry shop yang ada di wilayah Kalimantan Timur sejumlah 55 unit. Harga sesuai kondisi pasar dengan sistem pembayaran kontan.

Page 33: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

25

3.3.5. Cara Pemeliharaan Ternak 3.3.5.1. Sistem Pemeliharaan

Ada tiga jenis sistem pemeliharaan ayam ras petelur yaitu: 1. Pemeliharaan Tanpa Penggantian Kandang (Brood Grow Lay System)

Brood Grow Lay System adalah pemeliharaan ayam di dalam kandang. Artinya, sepanjang hidupnya ayam dipelihara di dalam kandang yang sama dan ayam tidak pernah dipindah-pindahkan. Sistem ini cukup baik karena dapat mengurangi stres akibat pemindahan ayam. Kandang yang digunakan dalam sistem ini biasanya kandang bentuk litter.

2. Pemeliharaan dengan Penggantian Kandang Menjelang Periode Bertelur (Brood Grow System) Dalam sistem ini ayam dipelihara di kandang yang sama dari awal pemeliharaan sampai siap bertelur. Baru sesudah siap bertelur ayam dipindahkan ke kandang khusus untuk bertelur. Pemindahan biasanya dilakukan pada saat ayam berumur 16-18 minggu.

3. Pemeliharaan dengan Penggantian Kandang Menjelang Periode Dara (Grow Lay System) Pada sistem ini ayam dipelihara bersama-sama mulai dari masa brooding (masa awal hidup) sampai umur kurang lebih 10 minggu. Kemudian ayam-ayam tersebut dipindahkan ke kandang lain untuk periode pembesaran, peneluran, dan terakhir fase afkir. Sistem ini berfungsi untuk menghemat pemanas dan mengurangi stres pada ayam karena ayam dipindah lebih awal. Sistem ini lebih sering digunakan oleh peternak pembibit.

Proses pemeliharaan kandang juga meliputi sanitasi dan tindakan preventif. Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shop.

3.3.5.2. Pemberian Pakan dan Minum

Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari sekitar jam 08.00 dan siang hari sekitar jam 15.00. Dengan persentase 40% pada pagi hari dan 60% pada siang hari. Pemberian pakan pada siang hari dilakukan agak sore agar suhu di kandang dapat terjaga untuk menghindari stress panas yang ditimbulkan oleh pakan yang diberikan karena pakan yang diberikan dari karung biasanya panas dan pada kandang battery pemberian pakan dilakukan setelah mengambil telur. Pembersihan tempat pakan dan minum rutin dilakukan setiap pemberian pakan dan air minum pada pagi hari.

Kebutuhan nutrisi dan zat penyusun di dalam ransum pakan yang diberikan pada setiap fasenya berbeda-beda. Pertumbuhan ayam petelur dibagi menjadi 3 fase, yakni; (1) Fase starter/masa pertumbuhan = umur 1 hari-6 minggu; (2) Fase grower/ayam petelur dara = umur 6-15 minggu; dan (3) Fase layer/masa bertelur = umur 15-82/89 minggu/afkir.

Menurut Sudaryani, dkk (1995), jumlah pakan ayam petelur dibagi menjadi tiga fase, yaitu: 1. Starter 1 hari-6 minggu = 27-35 gram/ekor/hari. 2. Grower 6-15 minggu = 43-82 gram/ekor/hari. 3. Finisher 15-82/89/afkir = 115-118 gram/ekor/hari.

Air minum selalu tersedia (adlibitum) karena kita tidak dapat memperkirakan kebutuhan air minum ayam, kebutuhan ayam terhadap air biasanya dipengaruhi oleh keadaan suhu. Air dapat membantu menstabilkan suhu tubuh ayam, ayam yang kepanasan cenderung lebih banyak mengkonsumsi air untuk menurunkan panas suhu tubuhnya karena ayam tidak mempunyai kelenjar keringat yang dapat membantu menurunkan suhu tubuh.

Pemberian air minum pada kandang postal otomatis, sedangkan penggantian air minum di dalam drum dilakukan pada sore hari dengan mencampurkan vitamin atau obat anti stress. Pada kandang battery, air minum diberikan dengan air mengalir melalui keran yang ada

Page 34: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

26

atau terdapat disisi samping kandang battery. Pemberian minum disesuaikan dengan umur ayam. 3.3.5.3. Pengendalian Penyakit

Pada prinsipnya mencegah lebih baik dari pada mengobati ayam yang sudah sakit, selain menghemat biaya pengobatan, ayam yang telah pulih dari suatu penyakit biasanya kondisi tubuhnya tidak sebaik sebelum terserang penyakit, dan ini dapat mengganggu produktivitas ayam petelur. Pencegahan terhadap penyakit yang intensif dapat memperkecil ayam terserang penyakit.

a. Pencegahan Penyakit Pencegahan penyakit dibagi melalui dua cara, yaitu melalui tata laksana harian dan melalui obat-vaksin. Keduanya digunakan bersama dan saling mendukung satu dengan yang lainnya (Rasyaf,1994). Program vaksinasi yang dilakukan pada budidaya ayam petelur disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20. Program Vaksinasi Ayam Ras Petelur Umur/hari Jenis Vaksin Aplikasi dosis

4 hari 7 hari 14 hari 16 hari 19 hari 22 hari 35 hari 42 hari 56 hari 71 hari 91 hari

105 hari 112 hari

122 hari

ND Lasota + IB Gumboro Gumboro

AI ND Lasota Gumboro

ND + IB + ND Kill Coryza

AI ND Lasota

Coryza AI

ND + IB (ND+IB+EDS)

Coryza

Tetes + suntik Tetes

Cekok/tetes mulut Suntik/subkutan

Minum Minum

Minum + Suntik Suntik Suntik Minum Suntik Suntik Minum Suntik Suntik

1 tetes, 0,25 cc 1 tetes 1 tetes 0,25 cc

1000 ekor dicampur 10 liter air 1000 ekor dicampur 10 liter air

0,5 cc, intramusculair 0,5 cc 0,5 cc

0,5 cc, intramusculair

1000 ekor dicampur 20 liter air

0,5 cc 0,5 cc

Keterangan: Vaksin ND diulang setiap 2 bulan sekali

b. Mengenal Beberapa Jenis Penyakit dan Pengendaliannya Beberapa jenis penyakit yang menyerang pada ayam ras petelur adalah penyakit yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan toksin, dan protozoa. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri terdiri atas penyakit Berak Putih (pullorum), Foel

typhoid, Parathyphoid, Kolera, Pilek Ayam (Coryza), CRD, dan Infeksi Synovitis. Penyakit yang disebabkan oleh virus terdiri atas penyakit tetelo/Newcastle disease (ND), Infeksi bronchitis, Infeksi laryngotracheitis, Cacar Ayam (Fowl pox), Marek , Gumboro.

Penyakit yang disebabkan oleh jamur dan toksin terdiri atas penyakit Muntah darah hitam (Gizzerosin), dan keracunan dari bungkil kacang. Penyakit yang disebabkan oleh parasit terdiri atas cacingan dan serangan kutu. Penyakit yang disebabkan oleh Protozoa adalah trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead.

Page 35: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

27

Tabel 21. Beberapa Jenis Penyakit, Gejala, Dampak, dan Pengendalian Penyakit yang Sering atau Potensial Menyerang Peternakan Ayam Petelur

No. Nama Penyakit Penyebab Gejala Dampak Pengendalian

1. Pilek Ayam (Infectious Coryza, Snot)

Haemophilus paragallinarum

radang katar dari selaput lendir alat pernafasan bagian atas

Nafsu makan dan minum menurun sehingga terjadi penurunan produksi. Pernafasan cepat, diare dan ayam dapat menjadi kerdil

Antibiotik/preparat sulfa Vaksin Coryza

2. Tetelo (Newcastle Disease, Avian Pneumoen cephalitis)

virus ND bintik darah pada proventrikulus dan sekal tonsil serta nekrosa usus terdapatnya peradangan dan getah radang cair sampai kental, terjadi tortikolis

Produksi telur menurun, terjadi kelainan bentuk telur dan daya tetasnya menurun.

Vaksin ND dibakar atau dikubur

3. Infeksi bronchitis Virus Pernafasan terganggu Telur lembek, kulit telur tidak normal, putih telur encer kuning telur mudah berpindah tempat

Vaksin IB

4. Gumboro Virus Menyerang bursa Vaksin Gumboro 5. Flu Burung

(Avian Influenza) Virus AI tipe A fabrisius Biosecurity

Desinfeksi Vaksinasi

3.3.6. Panen, Penanganan, dan Pengiriman Produk Telur dipanen 3 kali dalam sehari. Pengaturan waktu panen ini bertujuan untuk

mengurangi kerusakan isi telur yang disebabkan oleh virus dan menekan kerusakan telur akibat saling bentur atau akibat dipatuk oleh ayam/kanibalisme, karena umumnya di dalam 1 flok terdapat 3- 4 ekor ayam produksi. Pengambilan pertama pukul 10.00-11.00; kedua pukul 13.00-14.00; ketiga pukul 15.00-16.00.

Telur yang telah diambil diletakkan di atas egg tray (nampan telur). Dalam pengambilan dan pengumpulan telur, petugas pengambil harus langsung memisahkan antara telur yang normal dengan yang abnormal. Telur normal adalah telur yang oval, bersih dan kulitnya mulus serta beratnya 57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal misalnya telurnya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong.

Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litter atau tinja ayam dibersihkan. Setelah itu telur disimpan di dalam gudang telur sebelum diedarkan ke pasaran.

3.3.7. Pakan 3.3.7.1. Bahan Baku Pakan

Bahan baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan seperti pestisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Bahan baku pakan ini menjamin kesehatan dan ketentraman batin masyarakat konsumen hasil peternakan. 3.3.7.2. Bahan Imbuhan dan Pelengkap Pakan

Jenis bahan imbuhan dan pelengkap pakan yang dapat digunakan adalah: a) Bahan imbuhan: pemacu pertumbuhan (growth promotor), penambah kesehatan. b) Pelengkap pakan: vitamin, mineral, asam amino.

Page 36: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

28

3.3.7.3. Persyaratan mutu pakan ayam petelur Tabel 22. Persyaratan Mutu Pakan Ayam Petelur No. Parameter Satuan Persyaratan

1. Protein kasar % Min 16,0 2. Serat kasar % Maks 7,0 3. Lemak kasar % Maks 7,0 4. Abu % Maks 14,0 5. Kadar air % Maks 14,0 6. Ca % 3,25-4,25 7. Fosfor (P) total % 0,60-1,00 8. Fosfor tersedia % Min 0,32 9. Energi termetabolis (ME) Kkal Min 2650 10. Total Aflatoksin µg/Kg Maks 50,0 11. Asam Amino:

- Lisin - Metionin - Metionin + Sistin

% % %

Min 0,80 Min 0,35 Min 0,60

Page 37: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

29

IV. KEBIJAKAN DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG

4.1. Sarana dan Prasarana Pengembangan investasi budidaya ayam petelur telah didukung dengan tersedianya

jaringan jalan, bandar udara, pelabuhan laut, terminal, fasilitas air bersih dan listrik, serta hotel.

4.1.1. Pelabuhan Beserta Spesifikasinya Kalimantan Timur memiliki 15 pelabuhan kapal laut di 13 kabupaten kota. Pelabuhan

kapal laut tersebut meliputi Tanah Grogot, Kuala Samboja, Sangatta, Sangkulirang, Tanjung Redeb, Sungai Nyamuk, Pulau Bunyu, Tanjung Selor, Nunukan, Balikpapan, Samarinda, Tarakan, Tanjung Laut, Lhok Tuan, dan Tanjung Santan.

4.1.2. Bandar Udara Beserta Fasilitas

Kalimantan Timur telah memiliki 16 bandar udara, dengan kualifikasi bandar udara internasional dan perintis yaitu Sepinggan Balikpapan, Temindung Samarinda, Juata Tarakan, Kalimarau Berau, Nunukan dan Tanjung Harapan Bulungan. Ketersediaan bandar udara ini mampu untuk memberikan dukungan bagi pengembangan investasi dan kegiatan ekonomi daerah. Kalimantan Timur memiliki bandar udara internasional Sepinggan di Balikpapan yang memiliki 27 operator maskapai penerbangan dengan 15 penerbangan terjadwal (schedule) seperti Garuda Indonesia, Merpati Airlines, Silk Air dan 12 penerbangan tidak terjadwal.

Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Pasir meskipun tidak memiliki pelabuhan udara, namun dengan kedekatan secara geografis dengan Kota Balikpapan yang memiliki bandar udara berkelas internasional akan memudahkan lintas transportasi ke daerah ini. Kutai Kertanegara memiliki pelabuhan udara di Senipah.

4.1.3. Listrik Beserta Kapasitas

Listrik merupakan utilitas yang amat penting untuk memasok kebutuhan industri di Kalimantan Timur. Sumber listrik hingga saat ini masih dipasok oleh Perusahaan Umum Listrik Negara dengan produksi pada tahun 2008 sebesar 1.901.371,4 MWh dengan kapasitas terpasang 475.996 MWh.

Kota Samarinda tahun 2008 memproduksi tenaga listrik sebesar 274.916,45 MWh dengan kapasitas terpasang 79.396 MWh. Kota Balikpapan tahun 2008 memproduksi tenaga listrik sebesar 336.366,17 MWh dengan kapasitas terpasang 87.768 MWh. Kabupaten Penajam Paser Utara tahun 2008 memproduksi tenaga listrik sebesar 41.514,6 MWh dengan kapasitas terpasang 14.322 MWh. Kutai Kertanegara memproduksi tenaga listrik sebesar 683.084,84 MWh dengan kapasitas terpasang 162,68 MWh.

4.1.4. Air Bersih dan Kapasitasnya

Jumlah perusahaan air minum pada tahun 2008 di Kalimantan Timur sebanyak 13 unit dengan status perusahaan milik pemerintah. Kapasitas potensial yang dihasilkan 5.255 liter/detik. Kapasitas efektif 3.232 liter/detik, dengan efektifitas produksi 61,50 persen.

4.1.5. Hotel dan Restoran

Kalimantan Timur sebagai daerah sentra perdagangan dan jasa, serta tujuan wisata terdapat sarana pendukung berupa hotel dan restoran. Jumlah hotel berbintang maupun non bintang pada tahun 2008 sebanyak 404 buah restoran. Hotel berbintang 17 buah yang memiliki 1.775 kamar dan 2.777 tempat tidur, sedangkan hotel melati 297 buah dengan 3.063 kamar dan 4.987 tempat tidur. Selain hotel, di Kalimantan Timur terdapat pula restoran sebanyak 912 buah. Keberadaan hotel dan restoran ini mendukung fasilitas bagi investor.

Page 38: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

30

4.1.6. Sekolah/Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan Kalimantan Timur memiliki fasilitas pendidikan yang memadai dari pendidikan dasar

hingga perguruan tinggi. Universitas Mulawarman (UNMUL) sebagai perguruan tinggi negeri di Kalimantan Timur memiliki Fakultas Pertanian yang mampu menyediakan tenaga ahli bidang peternakan untuk kebutuhan pengembangan investasi budidaya ayam petelur. Di Kabupaten Pasir pun telah terdapat Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER), Kutai Kertanegara terdapat pula Universitas Kutai Kartanegara (UNIKARTA) yang salah satunya memiliki jurusan Pertanian. Untuk wilayah utara Kalimantan, juga terdapat perguruan tinggi yaitu Universitas Borneo dan memiliki Fakultas Pertanian. Selain pendidikan formal, pelatihan-pelatihan pun dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pelatihan swasta maupun oleh dinas tenaga kerja dan dinas teknis terkait.

4.1.7. Jalan/Transportasi dan Telekomunikasi

Infrastruktur perhubungan darat yang tersedia telah memadai untuk angkutan antar kota dalam Provinsi maupun antar kota antar Provinsi. Panjang jalan negara di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2008 mencapai 1.539,70 km, jalan di bawah wewenang Provinsi 1.762,07 km, sedang jalan di bawah wewenang Kabupaten/Kota mencapai 5.283,04 km. Pembangunan jembatan seperti jembatan Dondang dan Mahakam II yang memperpendek jarak tempuh Samarinda-Balikpapan merupakan bagian dari pembangunan highway Bontang-Samarinda-Balikpapan. Pembangunan jalan pintas utara Kalimantan Timur Sangata, Kutai Timur dan Tanjung Redeb, Berau akan mempercepat arus angkutan barang/jasa.

Sarana telekomunikasi untuk wilayah Kalimantan Timur pada Tahun 2008 tersedia dalam bentuk akses wire line/kabel dan akses radio wireless. Jumlah sarana yang tersedia terdiri atas 203.461 komunikasi Suara Satuan Langsung (SSL), 87 unit komunikasi data (CCT), dan 4.767 satuan sambungan SST.

4.1.8. Perbankan/Asuransi

Lembaga keuangan di Kalimantan Timur tahun 2008 yang berbentuk kantor bank berjumlah 322 unit. Dari 322 unit kantor bank tersebut, 112 unit berada di Kota Samarinda, 109 unit di Kota Balikpapan, 25 unit di Kota Bontang, 23 unit di Kota Tarakan dan 53 unit lainnya tersebar di 9 kabupaten lainnya.

Posisi kredit bank yang telah disalurkan pada tahun 2008 berjumlah 30,30 trilyun rupiah, dengan jumlah kredit terbesar pada sektor lainnya sebesar 6,55 trilyun rupiah, diikuti sektor perdagangan 5,49 trilyun rupiah, sektor pertambangan sebesar 4,62 trilun rupiah, sektor jasa dunia usaha 4,52 trilyun rupiah, sektor konstruksi 3,11 trilyun rupiah dan selebihnya adalah untuk sektor Pertanian, Perindustrian, Pengangkutan serta Listrik, Gas dan Air. Sedangkan posisi deposito bank dirinci menurut kabupaten/kota sampai dengan Desember 2008 sebesar 13,08 trilyun rupiah. Untuk tabungan pada tahun 2008 (periode Januari-Desember) tercatat sekitar 1,77 juta penabung dengan nilai tabungan sebesar 15,65 trilyun rupiah, berarti setiap penabung mempunyai nilai tabungan rata-rata sebesar 8,82 juta rupiah.

Ketersediaan Koperasi Unit Desa (KUD) dan Koperasi Peternakan di Kabupaten/Kota Kalimantan Timur mendukung pengembangan budidaya ayam petelur. Kota Samarinda memiliki unit KUD dan unit Koperasi Peternakan. Kota Samarinda memiliki 19 unit KUD dan 7 unit Koperasi Peternakan. Kota Balikpapan memiliki 5 unit KUD dan 2 unit Koperasi Peternakan. Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki 61 unit KUD dan 4 unit Koperasi Peternakan. Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki 10 unit KUD dan 8 unit Koperasi Peternakan.

4.2. Legalitas

Izin usaha pembukaan kawasan peternakan ayam petelur di kabupaten dan kota di Kalimantan Timur mengacu kepada perundangan dan peraturan nasional yaitu Undang-undang

Page 39: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

31

Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup; Undang-undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Tata Ruang (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3702; Undang-undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk Hukum Daerah;

Adapun izin budidaya ayam petelur di daerah harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Usaha (Industri) budidaya ayam petelur wajib mendaftarkan usahanya kepada Dinas; 2. IUP dapat diberikan kepada:

a. Koperasi; b. Badan Usaha Milik Daerah; c. Badan Usaha Milik Nasional; d. Badan Usaha Swasta Nasional; e. Patungan Badan Usaha Nasional dengan Badan Usaha Asing.

3. Usaha (Industri) budidaya ayam petelur wajib memiliki IUP, diberikan oleh Bupati/ Walikota;

4. IUP berlaku selama 30 tahun dan dapat diperpanjang dengan periode waktu yang sama; 5. Untuk memperoleh IUP, perusahaan harus menyampaikan permohonan kepada

Bupati/Walikota melalui Kepala Dinas; 6. Perusahaan pemohon IUP harus melengkapi persyaratan permohonan berupa:

a. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya; b. Proposal mengenai usaha yang akan dijalankan yang telah disetujui oleh Kepala Dinas; c. Rencana kerja budidaya ayam petelur; d. Dokumen AMDAL sesuai ketentuan yang berlaku; e. Rekomendasi dari dinas teknis; f. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD); g. Surat keterangan domisili kantor perusahaan; h. Peta calon usaha dengan skala 1 : 100.000. i. Menyetor uang jaminan kesungguhan pada Bank yang ditunjuk sebesar Rp. 15.000,-

(Lima Belas Ribu Rupiah) untuk setiap 1 ha luasan areal. 7. Dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima dengan lengkap,

pejabat pemberi IUP harus memutuskan IUP tersebut dapat diberikan atau ditolak. Selanjutnya ijin usaha budidaya ayam petelur harus memenuhi ketentuan-ketentuan

sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan kegiatan usaha budidaya ayam petelur wajib memperoleh izin

tertulis dari Bupati; 2. Ijin usaha budidaya ayam petelur dapat diberikan kepada pihak-pihak sebagaimana

tercantum dalam Peraturan Daerah; 3. Untuk memperoleh ijin, perusahaan harus menyampaikan permohonan kepada

Bupati/Walikota melalui Kepala Dinas dengan melengkapi: a. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya; b. Proposal mengenai usaha yang akan dijalankan yang telah disetujui oleh Kepala Dinas; c. Rencana kerja usaha budidaya ayam petelur; d. Dokumen AMDAL sesuai ketentuan yang berlaku; e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD); f. Surat keterangan domisili kantor perusahaan; g. Ijin lokasi bagi perusahaan bukan pemilik lahan sumber bahan baku industri;

Page 40: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

32

h. Analisis kelayakan usaha; i. Kepastian pasokan bahan baku; j. Ijin HO gangguan dari pejabat berwenang.

4. Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah permohonan diterima dengan lengkap, pejabat pemberi ijin harus memutuskan permohonan ijin tersebut dapat diberikan atau ditolak.

Selain peraturan perundangan yang berkaitan dengan kegiatan budidaya ayam petelur, maka pemrakarsa kegiatan hendaknya juga memahami tentang tata cara penanaman modal dalam negeri, yaitu; I. Surat Permohonan (Blangko Model 1/PMDN) dan ditanda tangani di atas materai Rp 6,000.-

oleh pemohon dibuat rangkap dua dengan dilampiri persyaratan sbb: 1. Bukti diri pemohon:

a. Fotokopi Akte Pendirian (PT, BUMN, BUMD, CV, Firma dll); b. Fotokopi Anggaran Dasar bagi Badan Usaha Koperasi; c. Fotokopi KTP;

2. Fotokopi Nomor Wajib Pajak (NPWP) Pemohon; 3. Proposal proyek atau bidang usaha yang dimohon dan atau rencana kegiatan dari

awal penanaman modal hingga pemasaran hasil produksi. 4. Peta lokasi proyek skala 1 : 100.000. 5. Persyaratan dan atau ketentuan sektoral yaitu, rekomendasi dari :

1). Lurah/Kades; 2). Camat; 3). Instansi teknis yang menjelaskan tentang bahwa lokasi yang dimohon tidak

bermasalah dan layak untuk proyek dimaksud seperti rekomendasi dari : a. Dinas Kehutanan; b. Dinas Perkebunan; c. Dinas Pertanian dan Peternakan; d. Badan Pertanahan Nasional; e. Dinas/Instansi lainnya yang berkaitan dengan proyek yang dimohon.

6. Laporan keuangan dan atau akuntabilitas; 7. Pernyataan bersedia berkantor pusat di kota/kabupaten; 8. Surat kuasa dari yang berhak apabila permohonan bukan dilakukan oleh pemohon

sendiri. 9. Kesepakatan/perjanjian kerjasama untuk bermitra dengan usaha kecil yang antara lain

memuat : 1. Nama dan alamat masing-masing pihak; 2. Pola kemitraan yang akan digunakan; 3. Hak dan Kewajiban masing-masing pihak; 4. Bentuk pembinaan yang akan diberikan kepada usaha kecil; Hal-hal lain yang dianggap perlu.

10. Akte pendirian atau perubahannya mengenai penyertaan usaha kecil sebagai pemegang saham, apabila kemitraan dalam bentuk penyertaan saham;

11. Surat pernyataan di atas materai dari usaha kecil yang menerangkan bahwa yang bersangkutan memenuhi kriteria usaha kecil sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995.

II. Setelah permohonan diterima di Bagian Perekonomian & Penanaman Modal Setda kota/kab, yang selanjutnya permohonan diperiksa kelengkapannya/ lampirannya oleh Sub Bagian Penanaman Modal dan BUMD.

III. Setelah lampiran sudah lengkap, maka proposal dipresentasikan oleh investor dengan biaya sendiri untuk dipresentasikan dihadapan pejabat pemerintah kota/kab dan bila dianggap

Page 41: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

33

perlu juga diundang dari DPRD, Unsur Organisasi dalam masyarakat, Unsur Mahasiswa, LSM dll.

IV. Hasil presentasi dinilai oleh bagian Perekonomian dan Penanaman Modal atas persetujuan pemerintah kota/kab.

4.3. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan 4.3.1. Aspek Sosial Ekonomi

Usaha peternakan ayam petelur di Kalimantan Timur pada tahun 2008 dari 51 unit usaha di 10 kabupaten/kota mampu menyerap tenaga kerja sebesar 369 orang (Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, 2009). Dalam skala kecil, proyek usaha peternakan ayam ras petelur ini akan membutuhkan tenaga kerja setidaknya 22 orang per kawasan industri peternakan dengan populasi ayam 90.000 ekor pada lahan seluas sekitar 5 ha. Dengan adanya kegiatan dan pengelolaan proyek dengan sendirinya akan merangsang masyarakat untuk menciptakan bidang usaha lainnya sebagai pengaruh ganda (multiplier effect) adanya usaha peternakan ayam ras petelur ini.

Dari sudut pengembangan wilayah, keberadaan proyek akan menjadi salah satu pusat kegiatan perekonomian sub sektor yang akan memberikan dampak positif bagi perkembangan kegiatan pembangunan wilayah. Keberhasilan usaha peternakan ayam ras petelur akan meningkatkan pendapatan daerah. Pajak yang diperoleh dari usaha setiap tahunnya merupakan konstribusi yang cukup besar bagi usaha menunjang pembangunan daerah pada umumnya. 4.3.2. Aspek Lingkungan

Keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yaitu polusi udara berupa bau dari kotoran ayam dan limbah dari pemotongan ayam. Kotoran ayam petelur di Kalimantan Timur sejak tahun 2004 hingga tahun 2008 mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan sebesar 13,40%, dari 12.768 ton menjadi 17.341 ton (Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, 2009). Namun hal ini dapat diatasi dengan perencanaan lokasi usaha yang terletak jauh dari pemukiman. Dampak positif terhadap lingkungan yang ditimbulkan dengan keberadaan usaha peternakan ayam yaitu hasil kotoran dan limbah dari pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadi pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas). Sedangkan seperti usus dan jeroan ayam dapat dijadikan sebagai pakan ternak unggas/perikanan setelah dikeringkan.

Sehingga secara tidak langsung, keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur akan membuat lahan menjadi lebih subur dengan penggunaan kotoran ayam yang mampu memperbaiki struktur tanah dan sebagai sumber energi biotik.

Page 42: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

34

V. ANALISIS FINANSIAL

5.1. Asumsi dan Parameter Analisis keuangan suatu proyek terdiri dari proyeksi pendapatan dan biaya selama

periode proyek. Analisis keuangan perlu dilakukan untuk mengetahui gambaran pendapatan dan biaya, kemampuan melunasi kredit, dan kelayakan proyek dari aspek finansial.

Perhitungan finansial kelayakan proyek memerlukan parameter teknis yang menjadi dasar sesuai perlakuan usaha yang bersangkutan. Asumsi dan parameter yang digunakan dalam analisis keuangan budidaya ayam petelur adalah sebagai berikut:

Tabel 23. Parameter Teknis dan Asumsi Dasar Aspek Finansial Budidaya Ayam Petelur

No.

Parameter Teknis

Satuan

Skala Pemeliharaan

5000 ekor

90000 ekor

1. Jumlah populasi ayam setiap peternak Ekor 5.000 90000

2. Jumlah kandang Buah 2 50

3. Harga DOC Rp/ekor 4.250 4.250

4. Mortalitas % 6 6

5. Produksi telur kg/ekor butir/ekor

22,50-22,92 270-275

22,50-22,92 270-275

6. Harga Telur Rp/kg 10.400 10.400

7. Berat ayam tua per ekor Kg 1,70-1,90 1,70-1,90

8. Harga ayam tua/afkir Rp/ekor 35.000 35.000

9. Jumlah panen ayam tua /afkir/sisa setelah mortalitas

% 94

94

10. Konversi pakan Kg/ekor 1,98 1,98

11. Harga pakan untuk DOC Rp/kg 4.250 4.250

12. Harga pakan untuk ayam dara Rp/kg 3.500 3.500

13. Harga pakan untuk ayam dewasa Rp/kg 3.350 3.350

14 Harga rata-rata pakan Rp/kg 3.700 3.700

15. Konversi telur Butir/kg 12 12

16. Periode roduksi th Ke 1 Tahun 0,7 0,7

17. Siklus produksi Kali/tahun 1 1

18. Umur proyek tahun 5 5

19. Suku bunga kredit % 14 14

20. Jangka waktu kredit Tahun 3 3

21 Proporsi modal sendiri: kredit % 30:70 30:70

Sumber : Data primer (diolah), 2010.

Page 43: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

35

Adapun siklus pemeliharaan ayam petelur sebagai berikut:

Gambar 19. Siklus Pemeliharaan Ayam Petelur

1-12 minggu

•pullet berada dalam kandang postal

12-18 minggu

•penyesuaian dikandang batrey sebelum ayam berproduksi

18-28 minggu

•produksi awal ayam bertelur

28-36 minggu

•puncak produksi telur

37-89 minggu

•produksi telur mulai menurun secara bertahap

90 minggu

•ayam diafkir

8-9 minggu

•kering kandang

Penyesuaian dikandang battery sebelum ayam berproduksi

Page 44: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

36

5.2. Kebutuhan Biaya Investasi Untuk budidaya ayam petelur digunakan antara lain lahan untuk rumah kandang

(tempat battery kandang ayam), rumah jaga, instalasi listrik, air, peralatan dan lain-lain. Nilai komponen biaya investasi disajikan pada Tabel 24.

Tabel 24. Rekapitulasi Biaya Investasi Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan 5000 ekor

dan 90000 ekor di Kalimantan Timur

No

Uraian

Nilai (Rp)

5000 ekor 90000 ekor

1 Tanah 112,500,000.00 3,000,000,000.00

2 Kandang 50,000,000.00 1,250,000,000.00

3 Rumah jaga 10,000,000.00 20,000,000.00

4 Peralatan Kandang:

a Tempat makan gantung 2,000,000.00 12,000,000.00

b Tempat minum otomatis 4,000,000.00 24,000,000.00

c Tempat minum manual 875,000.00 1,750,000.00

d Lampu 1,500,000.00 1,000,000.00

e Pipa 125,000.00 6,250,000.00

f Tong air 320,000.00 4,000,000.00

g Brooder (alat pemanas) 4,000,000.00 24,000,000.00

h Lembaran seng 250,000.00 1,500,000.00

5 Jalan dan Pemagaran 2,000,000.00 4,000,000.00

6 Sumber air dan listrik 1,000,000.00 1,000,000.00

7 Fasilitas penunjang lainnya 1,000,000.00 1,000,000.00

8 Gudang telur - 15,000,000.00

9 Gudang Pakan - 15,000,000.00

10 Kendaraan - 45,000,000.00

Jumlah 189,570,000.00 4,425,500,000.00

Sumber : Data primer (diolah), 2010.

Biaya operasional untuk budidaya ayam petelur meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap meliputi:biaya penyusutan, biaya tenaga kerja tetap dan biaya listrik dan air. Biaya tidak tetap meliputi: biaya pembelian bibit ayam berupa DOC , biaya pakan, biaya obat dan vaksin, biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja tidak tetap, biaya packing dan transportasi, serta biaya penunjang produksi. Total biaya operasional selama 5 tahun pada skala pemeliharaan 5000 ekor sebesar Rp 2.444.093.166,67 atau rata-rata sebesar Rp 488.818.633,33 per tahun, sedangkan pada skala pemeliharaan 90000 ekor sebesar Rp 36.283.700.777,78 atau rata-rata sebesar Rp 7.256.740.155,56. Komponen biaya untuk pembelian pakan merupakan komponen terbesar dalam biaya operasional budidaya ayam petelur.

Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya, diketahui bahwa kebutuhan biaya investasi pada skala pemeliharaan 5000 ekor sebesar Rp 189.570.000,- dan kebutuhan modal kerja Rp 158.884.777,78. Kebutuhan investasi dan modal kerja pada skala pemeliharaan 90000 ekor sebesar Rp 4.425.500.000,00 dan Rp 1.821.972.444,44.

Dengan asumsi proporsi kebutuhan modal investasi dan modal kerja oleh setiap peternak 70% merupakan pinjaman bank dan 30% modal sendiri maka pada skala pemeliharaan 5000 ekor kredit investasi yang dibutuhkan peternak Rp 126.042.000,- dan kredit modal kerja Rp 110.469.917,-.

Page 45: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

37

Tabel 25. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Ternak Ayam Petelur di Kalimantan Timur (Skala Pemeliharaan 5000 ekor)

No. Komponen Biaya

Sumber Pendanaan Total (Rp)

Kredit (Rp) Dana Sendiri (Rp)

1. Investasi 132.699.000,00 56.871.000,00 189.570.000,00 2. Modal Kerja 111.219.344,00 47.665.433,33 158.884.777,78 Total 243.918.344,45 104.536.433,33 348.454.777,78

Sumber : Data primer (diolah), 2010. Catatan: Proporsi kredit dibanding dana sendiri=70%:30%

Tabel 26. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Ternak Ayam Petelur di Kalimantan Timur (Skala Pemeliharaan 90000 ekor)

No. Komponen Biaya

Sumber Pendanaan Total (Rp)

Kredit (Rp) Dana Sendiri (Rp)

1. Investasi 3.097.850.000,00 1.327.650.000,00 4.425.500.000,00 2. Modal Kerja 1.275.380.711,11 546.591.733,33 1.821.972.444,44 Total 4.373.230.711,11 1.874.241.733,33 6.247.472.444,44

Sumber : Data primer (diolah), 2010. Catatan: Proporsi kredit dibanding dana sendiri=70%:30%

Kredit dari perbankan diasumsikan dengan masa pengembalian pokok pinjaman selama 3 tahun. Angsuran bunga selama 3 tahun. Pembayaran dilakukan setiap bulan dengan bunga kredit 14% per tahun dan menurun berdasarkan sisa pokok pinjaman (sliding rate). Perhitungan angsuran kredit investasi dan modal kerja disajikan pada Tabel 27 dan 28 untuk skala pemeliharaan 5000 ekor dan Tabel 29 dan Tabel 30 untuk skala pemeliharaan 90000 ekor. Tabel 27. Rekapitulasi Angsuran Kredit Investasi Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan

5000 ekor Tahun

Kredit Pokok

Pinjaman Bunga Total Angsuran Saldo Awal Saldo Akhir

0 132.699.000

132.699.000 132.699.000

1

44.233.000 17.877.504 62.110.504 92.152.083 88.466.000

2

44.233.000 10.622.063 54.855.063 47.919.083 44.233.000

3

44.233.000 3.354.336 47.587.336 3.686.083 0

Jumlah 132.699.000 30.778.796 163.477.796 Sumber : Data primer (diolah), 2010.

Tabel 28. Rekapitulasi Angsuran Kredit Modal Kerja Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan 5000 ekor

Tahun Kredit Pokok Pinjaman Bunga Total Angsuran Saldo Awal Saldo Akhir

0 111.219.344

111.219.344 111.219.344

1

37.073.115 14.983.717 52.056.832 77.235.656 74.146.230

2

37.073.115 8.001.614 45.074.729 40.162.541 37.073.115

3

37.073.115 2.811.378 39.884.493 3.089.426 0

Jumlah 111.219.344 25.796.709 137.016.054 Sumber : Data primer (diolah), 2010.

Page 46: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

38

Tabel 29. Rekapitulasi Angsuran Kredit Investasi Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan 90000 ekor

Tahun

Kredit Pokok Pinjaman Bunga

Total Angsuran Saldo Awal Saldo Akhir

0 3.097.850.000

3.097.850.000 3.097.850.000

1

1.032.616.667 417.349.236 1.449.965.903 2.151.284.722 2.065.233.333

2

1.032.616.667 247.971.419 1.280.588.086 1.118.668.056 1.032.616.667

3

1.032.616.667 78.306.764 1.110.923.431

86.051.3890

Jumlah 3.097.850.000 718.529.097 3.816.379.097 Sumber : Data primer (diolah), 2010.

Tabel 30. Rekapitulasi Angsuran Kredit Modal Kerja Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan 90000 ekor

Tahun Kredit

Pokok Pinjaman

Bunga Total

Angsuran Saldo Awal Saldo Akhir

0 1.275.380.711

1.275.380.711 1.275.380.711

1

425.126.904 171.822.124 596.949.027 885.681.049 850.253.807

2

425.126.904 91.756.557 516.883.460 460.554.146 425.126.904

3

425.126.904 32.238.790 457.367.694 35.427.242 0

Jumlah 1.275.380.711 25.622.883 1.571.198.182 Sumber : Data primer (diolah), 2010.

5.3. Proyeksi Rugi Laba dan Cash Flow Produksi yang dapat dijual dalam usaha ayam ras petelur ini adalah berupa :

1. Telur ayam. Ayam bertelur tiap hari selama 15 - 17 bulan. Telur ayam dijual dengan harga Rp 10.400,-/kg.

2. Ayam tua/afkir. Ayam tua/kurang produktif dijual setelah 20 – 22 bulan. Selama bertelur terjadi kematian antara 6% sampai 7%. Harga ayam tua/afkir Rp 35.000,-/ekor.

3. Kotoran ayam. Kotoran ayam dijual dengan harga Rp 400,-/kg. Rincian produksi dan pendapatan kotor peternak disajikan pada Tabel 31 dan Tabel 32.

Tabel 31. Rekapitulasi Produksi dan Pendapatan Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan Timur

Skala Pemeliharaan 5000 ekor

Tahun Panen/

Produksi telur

Ayam Tua/ Afkir

Kotoran Ayam

Penerimaan Penjualan Total

Penerimaan Telur

Ayam

Kotoran Ayam

(kg) (ekor) (kg) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 56.500 37.290 587.600.000 0 14.916.000 602.516.000 2 64.125 4.700 42.323 669.900.000 164.500.000 16.929.000 848.329.000 3 56.500 37.290 587.600.000 0 14.916.000 602.516.000 4 64.125 4.700 42.323 669.900.000 164.500.000 16.929.000 848.329.000 5 56.500 37.290 587.600.000 0 14.916.000 602.516.000

Sumber : Data primer (diolah), 2010.

Page 47: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

39

Tabel 32. Rekapitulasi Produksi dan Pendapatan Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan Timur Skala Pemeliharaan 90000 ekor

Tahun

Panen/ Produksi

telur

Ayam Tua/ Afkir

Kotoran Ayam

Penerimaan Penjualan Total

Penerimaan Telur

Ayam

Kotoran Ayam

(kg) (ekor) (kg) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 624.000

411.840 6.489.600.000 0 164.736.000 6.654.336.000 2 1.358.250 28.200 896.445 14.125.800.000 987.000.000 358.578.000 15.471.378.000 3 813.000 56.400 536.580 8.455.200.000 1.974.000.000 214.632.000 10.643.832.000 4 1.358.250 28.200 896.445 14.125.800.000 987.000.000 358.578.000 15.471.378.000 5 813.000 56.400 536.580 8.455.200.000 1.974.000.000 214.632.000 10.643.832.000

Sumber : Data primer (diolah), 2010.

Hasil proyeksi rugi/laba menunjukkan bahwa budidaya ternak ayam petelur mampu menghasilkan total laba selama periode proyek (5 tahun). Budidaya ayam petelur pada skala pemeliharaan 5000 ekor dapat menghasilkan total laba sebesar Rp 825.092.888,- atau rata-rata per tahun sebesar Rp 170.418.578,-. Budidaya ayam petelur pada skala pemeliharaan 90000 ekor dapat menghasilkan total laba sebesar Rp 15.230.015.627,- atau rata-rata per tahun sebesar Rp 3.046.003.125,-. Rekapitulasi rugi/laba dan BEP usaha ayam ras petelur disajikan pada Tabel 33 dan 34.

5.4. Kriteria Kelayakan Proyek dan Analisis Sensitivitas Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu aliran

masuk (cash inflow) dan aliran keluar (cash outflow). Kas masuk diperoleh dari penjualan produk usaha ternak ayam petelur selama satu tahun. Kapasitas terpakai usaha ini berpengaruh pada besarnya nilai produksi yang juga akan mempengaruhi nilai penjualan, sehingga kas masuk menjadi optimal. Untuk kas keluar, komponennya ditambah dengan biaya angsuran kredit, biaya bunga, dan juga pajak sebesar 15%.

5.4.1. Kriteria Kelayakan Proyek

Kelayakan proyek diukur melalui kriteria investasi meliputi Net present value (NPV), Internal rate of return (IRR), Benefit/Cost (B/C) ratio, dan payback period. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 35.

Page 48: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

40

Tabel 33. Rekapitulasi Proyeksi Rugi/Laba dan BEP Usaha Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan Timur Skala Pemeliharaan 5000 ekor

No

Uraian

Tahun

1 2 3 4 5

A Penerimaan

1. Jumlah Produksi

a. Telur

56,500.00

64,125.00

56,500.00

64,125.00

56,500.00

b. Ayam -

4,700.00 -

4,700.00

-

c. Kotoran

37,290.00

42,322.50 37,290.00

42,322.50

37,290.00

2. Total Penerimaan 602,516,000.00 848,329,000.00 602,516,000.00 848,329,000.00 602,516,000.00

B Pengeluaran

1. Biaya Variabel 455,289,000.00 485,699,750.00 455,289,000.00 485,699,750.00 455,289,000.00

2 2. Biaya Tetap 11,400,000.00 11,400,000.00 11,400,000.00 11,400,000.00 11,400,000.00

3. Penyusutan 9,965,333.33 9,965,333.33 9,965,333.33 9,965,333.33 9,965,333.33

3 4. Angsuran Bunga

a. Kredit Investasi 17,877,504.17 10,622,063.47 3,354,335.83

b. Kredit Modal Kerja 14,983,717.24 8,001,613.95 2,811,377.87

5. Total Pengeluaran 509,515,554.74 525,688,760.75 482,820,047.04 507,065,083.33 476,654,333.33

C R/L sebelum Pajak

93,000,445.26 322,640,239.25 119,695,952.96 341,263,916.67 125,861,666.67

D Pajak 15% 13,950,066.79

48,396,035.89 17,954,392.94 51,189,587.50 18,879,250.00

E R/L setelah Pajak

79,050,378.47 274,244,203.36 101,741,560.02 290,074,329.17 106,982,416.67

F BEP

1. Penjualan (Rp) 46,653,687.16

26,668,975.54 46,653,687.16

26,668,975.54

46,653,687.16

2. Produksi (kg)

44,873.94

47,798.05

44,873.94

47,798.05

44,873.94

Sumber : Data Primer (diolah), 2010.

Page 49: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

41

Tabel 34. Rekapitulasi Proyeksi Rugi/Laba dan BEP Usaha Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan Timur Skala Pemeliharaan 90000 ekor

No

Uraian

Tahun

1 2 3 4 5

A Penerimaan

Jumlah 1. Produksi

a. Telur

624,000.00 1,358,250.00

813,000.00 1,358,250.00

813,000.00

b. Ayam -

28,200.00

56,400.00

28,200.00

56,400.00

c. Kotoran 411,840.00

896,445.00

536,580.00

896,445.00

536,580.00

2. Total Penerimaan

6,654,336,000.00 15,471,378,000.00

10,643,832,000.00 15,471,378,000.00

10,643,832,000.00

B Pengeluaran

1.Biaya Variabel

5,236,084,000.00 10,145,899,500.00

6,623,898,000.00 10,145,899,500.00

6,620,698,000.00

2.Biaya Tetap

54,000,000.00

54,000,000.00

54,000,000.00

54,000,000.00

60,000,000.00

3.Penyusutan 175,833,333.33 175,833,333.33 175,833,333.33 175,833,333.33 175,833,333.33

4.Angsuran Bunga

a.Kredit Investasi 417,349,236.11 247,971,418.98

78,306,763.89

b.Kredit Modal

Kerja 171,822,123.58 91,756,556.72

32,238,790.20

Total Pengeluaran

6,055,088,693.02 10,715,460,809.03

6,964,276,887.42 10,375,732,833.33 6,856,531,333.33

C R/L sebelum Pajak

599,247,306.98 4,755,917,190.97 3,679,555,112.58

5,095,645,166.67

3,787,300,666.67

D Pajak 15%

89,887,096.05 713,387,578.65 551,933,266.89

764,346,775.00

568,095,100.00

E R/L setelah Pajak

509,360,210.93 4,042,529,612.32 3,127,621,845.69 4,331,298,391.67 3,219,205,566.67

F BEP

1.Penjualan (Rp) 156,878,750.33 142,979,195.18 156,878,750.33 158,739,410.62

2. Produksi (kg)

980,759.57

642,105.58

980,759.57

642,374.81

Sumber : Data Primer (diolah), 2010.

1). Net Present Value (NPV) NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang dari selisih benefit dengan cost pada

discount factor (DF) tertentu. NPV menunjukkan kelebihan manfaat dibandingkan dengan biaya. Apabila NPV lebih besar dari 0 berarti proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Berdasarkan hasil perhitungan NPV pada discount factor 14% menunjukkan nilai NPV pada skala pemeliharaan 5.000 ekor sebesar Rp 232.226.621,82 dan pada skala pemeliharaan 90.000 ekor sebesar Rp 2.698.694.890,04 yang artinya nilai NPV > 1. Hal ini berarti proyek budidaya ayam petelur layak untuk diusahakan. 2). Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah suatu kriteria investasi untuk mengatakan persentase keuntungnan dari suatu proyek tiap-tiap tahun dan juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. IRR pada dasarnya menunjukkan Discount Factor (DF) dimana NPV = 0. Berdasarkan hasil analisis perhitungan IRR pada skala pemeliharaan 5.000 ekor sebesar 47% dan IRR pada skala pemeliharaan 90.000 ekor sebesar 30%. Apabila diasumsikan bunga bank yang berlaku adalah 14%, maka budidaya ayam petelur menguntungkan dan layak untuk diusahakan, karena nilai IRR jauh lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga pasar.

Page 50: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

42

3). B/C Ratio

Analisis B/C ratio adalah perbandingan antara total cash inflow terhadap total cash outflow. Net B/C rasio ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan setelah dikalikan dengan Discount Factor sebesar 14 %. Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha, nilai Net B/C rasio skala pemeliharaan 5.000 ekor adalah 2,27 yang artinya benefit yang diperoleh adalah 2,27 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. Net B/C pada skala pemeliharaan 90.000 ekor adalah 1,53 yang artinya benefit yang diperoleh adalah 1,53 kali dari biaya yang dikeluarkan.

4). Payback Period

Payback period diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha. Hasil perhitungan analisis kelayakan usaha diperoleh nilai payback period yaitu 2 tahun 3 bulan pada skala pemeliharaan 5.000 ekor dan 2 tahun 8 bulan pada skala pemeliharaan 90.000 ekor.

Tabel 35. Hasil Analisis Finansial Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan Timur (Skala

Pemeliharaan 5000 Ekor dan 90000 Ekor)

Sumber: Data Primer (diolah), 2010.

5.4.2. Analisis Sensitivitas Selama usaha berjalan, kemungkinan beberapa faktor akan berubah dan

mempengaruhi kelayakan usaha, sehingga dilakukan analisis sensitivitas atau kepekaan untuk kondisi normal dan kondisi dimana ada perubahan pada faktor-faktor seperti peningkatan bunga kredit, harga pakan, obat-obatan, pullet dan biaya investasi. Dalam pola pembiayaan usaha

ayam ras petelur ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu:

Skenario 1: Pendapatan Turun, Biaya Variabel Tetap Pada skenario ini, pendapatan mengalami penurunan sedangkan biaya variabel tetap.

Penurunan pendapatan dapat terjadi dikarenakan harga jual produk yang menurun atau volume produksi yang menurun. Hasil analisis disajikan pada Tabel 36 dan 37.

Tabel 36. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 pada Skala Pemeliharaan 5000 Ekor

Sumber: Data Primer (diolah), 2010. Keterangan: Kolom kiri menunjukkan bahwa usaha masih layak dan kolom kanan menunjukkan bahwa usaha tidak

layak dilaksanakan.

No. Kriteria Kelayakan

Nilai Justifikasi Kelayakan

5000 ekor 90000 ekor

1 NPV (Rp) 232.226.621,82 2.698.694.890,04 NPV> 0; layak

2 IRR (%) 47 30 IRR>14% (suku bunga kredit); layak

3 Net B/C Ratio 2,27 1,53 Net B/C >1; layak

4 Payback Period 2 tahun 3 bulan 2 tahun 8 bulan Payback Period < umur usaha; layak

No. Kriteria Kelayakan

Pendapatan Turun

13.5% 14%

1 NPV (Rp) 9.506.771,37 (2.509.090,45) 2 IRR(%) 15 14 3 Net B/C Ratio 1,04 0,99 4 Payback period 3 tahun 8 bulan 3 tahun 9 bulan

Page 51: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

43

Tabel 37. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor

Sumber: Data Primer (diolah), 2010. Keterangan: Kolom kiri menunjukkan bahwa usaha masih layak dan kolom kanan menunjukkan bahwa usaha tidak

layak dilaksanakan.

Skenario 2: Biaya Variabel Naik, Pendapatan Tetap Skenario ini, sisi biaya yang mengalami kenaikan sementara pendapatan dianggap

tetap. Kenaikan biaya variabel dimungkinkan terjadi karena harga alat-alat produksi seperti bibit ayam, pakan, obat-obatan, serta tenaga kerja mengalami kenaikan. Hasil sensitivitas disajikan pada Tabel 38 dan 39.

Tabel 38. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 2 pada Skala Pemeliharaan 5000 Ekor

Sumber : Data Primer (diolah), 2010. Keterangan : Kolom kiri menunjukkan bahwa usaha masih layak dan kolom kanan menunjukkan bahwa usaha tidak

layak dilaksanakan.

Tabel 39. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 2 pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor

Sumber: Data Primer (diolah), 2010. Keterangan: Kolom kiri menunjukkan bahwa usaha masih layak dan kolom kanan menunjukkan bahwa usaha tidak

layak dilaksanakan.

Skenario 3: Biaya Variabel Naik dan Pendapatan Turun Skenario ini merupakan gabungan dari skenario 1 dan 2. Pada skenario ini, dianggap

pendapatan mengalami penurunan serta disaat yang sama biaya variabel mengalami kenaikan. Hasil analisis disajikan pada Tabel 40 dan 41.

Tabel 40. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 3 pada Skala Pemeliharaan 5000 Ekor

Sumber: Data Primer (diolah), 2010. Keterangan: Kolom kiri menunjukkan bahwa usaha masih layak dan kolom kanan menunjukkan bahwa usaha tidak

layak dilaksanakan.

No. Kriteria Kelayakan Pendapatan Turun

11% 12%

1 NPV (Rp) 89.019.951,90 (307.125.186,54) 2 IRR(%) 15 12 3 Net B/C Ratio 1,02 0,95 4 Payback period 3 tahun 8 bulan 4 tahun

No. Kriteria Kelayakan Biaya Variabel Naik

20% 21%

1 NPV (Rp) 13.045.102,25 (2.999.394,66) 2 IRR(%) 16 14 3 Net B/C Ratio 1,05 0,99 4 Payback period 3 tahun 6 bulan 3 tahun 8 bulan

No. Kriteria Kelayakan Biaya Variabel Naik

16.5% 17%

1 NPV (Rp) 104.359.506,83 (27.224.037,65) 2 IRR(%) 5 14 3 Net B/C Ratio 1,02 1,00 4 Payback period 3 tahun 8 bulan 3 tahun 9 bulan

No. Kriteria Kelayakan Biaya Variabel Naik dan Pendapatan Turun

8% `8,5%

1 NPV (Rp) 13.325.276,09 (6.712.834,19) 2 IRR(%) 16 13 3 Net B/C Ratio 1,05 0,97 4 Payback period 3 tahun 7 bulan 3 tahun 9 bulan

Page 52: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

44

Tabel 41. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 3 pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor

Sumber: Data Primer (diolah), 2010. Keterangan: Kolom kiri menunjukkan bahwa usaha masih layak dan kolom kanan menunjukkan bahwa usaha tidak

layak dilaksanakan.

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diketahui: - Usaha budidaya ayam petelur di Kalimantan Timur dengan skala pemeliharaan 5000 ekor:

Masih layak dilaksanakan jika terjadi penurunan pendapatan sampai dengan 13,5%, namun menjadi tidak layak ketika penurunan pendapatan mencapai 14%.

Masih layak jika terjadi kenaikan biaya variabel sampai dengan 20%, dan tidak layak lagi jika kenaikan biaya variabel mencapai 21%.

Masih layak jika secara bersamaan terjadi penurunan pendapatan 8% dan kenaikan biaya variabel sebesar 8%, dan menjadi tidak layak jika penurunan pendapatan serta kenaikan biaya variabel mencapai 8,5%.

- Usaha budidaya ayam petelur di Kalimantan Timur dengan skala pemeliharaan 90000 ekor:

Masih layak dilaksanakan jika terjadi penurunan pendapatan sampai dengan 11%, namun menjadi tidak layak ketika penurunan pendapatan mencapai 12%.

Masih layak jika terjadi kenaikan biaya variabel sampai dengan 16,5%, dan tidak layak lagi jika kenaikan biaya variabel mencapai 17%.

Masih layak jika secara bersamaan terjadi penurunan pendapatan 6,5% dan kenaikan biaya variabel sebesar 6,5%, dan menjadi tidak layak jika penurunan pendapatan serta kenaikan biaya variabel mencapai 7%.

- Jika dilakukan analisis sensitivitas pada skenario 1 (pendapatan turun akibat penurunan volume produksi), diperoleh hasil sebagaimana yang tersaji pada Tabel 42 dan 43.

Tabel 42. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 (Pendapatan Turun Akibat Penurunan Produksi) pada Skala Pemeliharaan 5000 Ekor

Sumber: Data Primer (diolah), 2010. Keterangan: Kolom kiri menunjukkan bahwa usaha masih layak dan kolom kanan menunjukkan bahwa usaha tidak

layak dilaksanakan.

Tabel 43. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 (Pendapatan Turun Akibat Penurunan Produksi) pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor

Sumber: Data Primer (diolah), 2010. Keterangan: Kolom kiri menunjukkan bahwa usaha masih layak dan Kolom kanan menunjukkan bahwa usaha tidak

layak dilaksanakan.

No. Kriteria Kelayakan Biaya Variabel Naik dan Pendapatan Turun

6,5% 7%

1 NPV (Rp) 161.086.996,61 (168.569.117,09) 2 IRR(%) 15 13 3 Net B/C Ratio 1,03 0,97 4 Payback period 3 tahun 8 bulan 4 tahun

No. Kriteria Kelayakan Pendapatan Turun (Produksi Turun)

16,5% 17%

1 NPV (Rp) 4.521.427,15 (6.104.818,44) 2 IRR(%) 15 13 3 Net B/C Ratio 1,02 0,98 4 Payback period 3 tahun 7 bulan 3 tahun 8 bulan

No. Kriteria Kelayakan Pendapatan Turun (Produksi Turun)

12,5% 13%

1 NPV (Rp) 243.740.234,42 (462.127.441,84) 2 IRR(%) 15 11 3 Net B/C Ratio 1,04 0,92 4 Payback period 3 tahun 7 bulan 4 tahun 1 bulan

Page 53: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

45

- Jika dilakukan analisis sensitivitas pada skenario 1 (pendapatan turun akibat penurunan harga jual), diperoleh hasil sebagaimana yang tersaji pada Tabel 44 dan 45.

Tabel 44. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 (Pendapatan Turun Akibat Penurunan Harga Jual) pada Skala Pemeliharaan 5000 Ekor

Sumber: Data Primer (diolah), 2010. Keterangan: Kolom kiri menunjukkan bahwa usaha masih layak dan kolom kanan menunjukkan bahwa usaha tidak

layak dilaksanakan.

Tabel 45. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 (Pendapatan Turun Akibat Penurunan Harga Jual) pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor

Sumber : Data Primer (diolah), 2010. Keterangan : Kolom kiri menunjukkan bahwa usaha masih layak dan kolom kanan menunjukkan bahwa usaha tidak

layak dilaksanakan.

Berdasarkan Tabel 44 dan Tabel 45 diketahui bahwa faktor penurunan harga jual telur lebih peka terhadap perubahan pendapatan. Penurunan harga jual hingga 15% pada skala pemeliharaan 5000 dan penurunan harga jual hingga 12% pada skala pemeliharaan 90000 ekor menunjukkan usaha masih layak untuk dilaksanakan

No. Kriteria Kelayakan Pendapatan Turun (Harga Jual Turun)

15% 16%

1 NPV (Rp) 4.521.427,15 (6.104.818,44) 2 IRR(%) 15 13 3 Net B/C Ratio 1,02 0,98 4 Payback period 3 tahun 7 bulan 3 tahun 8 bulan

No. Kriteria Kelayakan Pendapatan Turun (Harga Jual Turun)

12% 13%

1 NPV (Rp) 243.740.234,42 (106.499.452,27) 2 IRR(%) 15 13 3 Net B/C Ratio 1,04 0,98 4 Payback period 3 tahun 7 bulan 3 tahun 9 bulan

Page 54: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

46

VI. PENUTUP

Berdasarkan pemaparan mengenai peluang investasi budidaya ayam petelur di Kalimantan Timur, terlihat jelas bahwa wilayah Kalimantan Timur seperti Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kutai Kertanegara memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi pada budidaya ayam petelur di Provinsi Kalimantan Timur dinilai layak (feasible) dan menguntungkan untuk diusahakan. Para investor tidak perlu ragu menanamkan modalnya untuk investasi dibidang ini, karena dari aspek teknis maupun ekonomis serta dukungan pemerintah daerah setempat yang kuat akan memudahkan para investor melakukan investasi dibidang budidaya ayam petelur ini.

Jika para investor menginginkan informasi lebih lanjut tentang budidaya ayam petelur dapat melakukan kontak bisnis ke alamat yaitu:

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Jl. Gatot Subroto 44 Jakarta 12190-Indonesia PO Box 3186 Telp. +62-021-5252008, 5254981, Fax +62-0215227609, 5254945, 5253866 E-mail : sysadm@ bkpm.go.id Website : http://www.bkpm.go.id Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur Jl Basuki Rahmat No 56 Samarinda Kalimantan Timur 75117 Telp. 62-0541-743235 – 742487 Fax : 0541-736446 E-mail : [email protected] Website : http://www.bppmd.kaltimprov.go.id

Page 55: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

47

DDDAAAFFFTTTAAARRR PPPUUUSSSTTTAAAKKKAAA

Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur. Agromedia Pustaka, Jakarta. Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur. 2009. Kalimantan Timur Dalam Angka 2008. Badan

Pusat Statistik Kalimantan Timur, Samarinda. Bappenas. 2008. Budidaya Ayam Ras Petelur. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Pedesaan, Bappenas, Jakarta. Departemen Pertanian. 2010. Produksi Telur Indonesia. Departemen Pertanian, Jakarta. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur. 2009. Laporan Tahunan Tahun 2008.. Dinas

Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur. 2010. Statistik Peternakan. Dinas Peternakan

Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda. FAO. 2007. Negara Produsen Pangan Dunia. Glory Farm. 2009. Perhitungan Investasi dan Kelayakan Usaha Ayam Petelur. Http:www.Glory

Farm/perhitungan ekonomi.download 7 Oktober 2009. Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomis. LPFE-UI, Jakarta. Kaltim Post. 2009. Konsumsi Protein Hewani Meningkat.Kaltim Post Online, Samarinda. Rasyaf, M. 2001. Manajemen Peternakan Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta. Setiawan, N. 2006. Perkembangan Konsumsi Protein Hewani di Indonesia: Analisis Hasil Survey

Sosial Ekonomi Nasional 2002-2005. Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran, Bandung.

Sudaryani, T., dan H. Santoso. 1995. Pemeliharaan Ayam Ras Petelur di Kandang Baterai.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Page 56: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

48

Lampiran

Page 57: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

49

Lampiran 1. Diagram Alir Proses Perizinan

1.

P

E

R

M

O

H

O

N

A

N

Model 1 / PMDN

Kelengkapan

- Akte perusahaan atau

KTP bagi perorangan

- Copy NPWP

- Proses dan flowchart

- Uraian produksi / kegiatan

usaha

- Surat kuasa, apabila

bukan ditandatangani

Direksi

Model 1 / Foreigen Capital

Investment (PMA)

Peserta Indonesia

- Akta perusahaan

- Copy KTP apabila perorangan

- Copy NPWP untuk PMA peserta

asing

- Akte perusahaan

- Copy paspor apabila perorangan

- Copy NPWP untuk PT PMA

- Proses dan flowchart

- Uraian produksi kegiatan

Surat Persetujuan

untuk PMDN

Surat Persetujuan

untuk PMA

2. PERSETUJUAN

PENANAMAN

RENCANA PERUBAHAN

- Perubahan bidang usaha atau produksi

- Perubahan investasi

- Perubahan/pertambahan TKA

- Perubahan kepemilikan saham

- Preusan PMA atau PMDN atau non PMA/PMDN

- Perpanjangan WPP

- Perubahan status

- Pembelian saham preusan PMDN dan non PMA/PMDN

oleh asing atau sebaliknya

- APIT, untukmengimpor barang modal dan bahan baku yang dibutuhkan

- RPTK untuk mendatangkan/ menggunakan TKA

- Rekomendasi TA.01 kepada Dirjen Imigrasi agar dapat diterbitkan VISA

bagi TKA

- IKTA, untuk memperkerjakan TKA

- SP Pabean BB/P, pemberian fasilitas atas penginfor bahan

baku/penolong

===========================================

Di Kabupaten/ Kota : Izin lokasi, IMB, Izin UUG/HO, Sertifikat Atas

Tanah

3.

PERIZI

NAN

PELAK-

SANAA

N

Copy akta pendirian dan

pengesahan

Kelengkapan

- Copy akte perusahaan

- Copy IMB

- Copy izin UUG/HO

- Copy sertifikat hak atas tanah

- LKPM

- RKL/RPL atau UKL/UPL atau SPPL

BAP

- Copy SP PMDN atau SP PMA dan

perubahannya

Sebagai dasar untuk

- Melakukan produksi komersil

- Pengajuan rencana peluasan

investasi

- Pengajuan restrukturisasi

- Pengajuan atau tambahan bahan baku /penolong

4.

REALIS

ASI IZIN

USAHA

Page 58: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

50

Lampiran 2. Cash Flow Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan 5000 Ekor No Uraian Tahun 0 1 2 3 4 5

A Arus Kas Masuk 1 Jumlah Produksi a Telur 56,500 64,125 56,500 64,125 56,500 b Ayam 0 4,700 0 4,700 0 c Kotoran 37,290 42,323 37,290 42,323 37,290 2 Harga a Telur 10,400 10,400 10,400 10,400 10,400 b Ayam 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 c Kotoran 400 400 400 400 400 3 Penjualan a Telur 587,600,000 666,900,000 587,600,000 666,900,000 587,600,000 b Ayam 0 164,500,000 0 164,500,000 0 c Kotoran 14,916,000 16,929,000 14,916,000 16,929,000 14,916,000 Penerimaan

Penjualan 602,516,000 848,329,000 602,516,000 848,329,000 602,516,000

4 Kredit a Investasi 132,699,000 b Modal Kerja 111,219,344 Total Arus Kas

Masuk 243,918,344 602,516,000 848,329,000 602,516,000 848,329,000 602,516,000

B Arus Kas Keluar 1 Biaya Investasi 189,570,000 2 Biaya Variabel 455,289,000 485,699,750 455,289,000 485,699,750 455,289,000 3 Biaya Tetap 11,400,000 11,400,000 11,400,000 11,400,000 11,400,000 4 Angsuran Pokok a Kredit Investasi 44,233,000 44,233,000 44,233,000 b Kredit Modal Kerja 37,073,115 37,073,115 37,073,115 5 Bunga a Kredit Investasi 17,877,504 10,622,063 3,354,336 b Kredit Modal Kerja 14,983,717 8,001,614 2,811,378 6 Pajak 15% 13,950,067 48,396,036 17,954,393 51,189,588 18,879,250 Total Arus Kas Keluar 189,570,000 594,806,403 645,425,578 572,115,221 548,289,338 485,568,250 C Arus Kas Bersih -189,570,000 7,709,597 202,903,422 30,400,779 300,039,663 116,947,750 D DF 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750 0.5921 0.5194 E Present Value -189,570,000 6,762,804 156,127,595 20,519,660 177,647,567 60,738,997 F Cumulative Present

Value -189,570,000 -182,807,196 -26,679,601 -6,159,941 171,487,625 232,226,622

G NPV 232,226,621.82 H IRR 47% I Net Benefit Cost

Ratio

2.27

J Payback Period 2.28

Sumber : Data primer (diolah), 2010.

Page 59: Budidaya Ayam Petelur - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileBudidaya Ayam Petelur 2010 ii PENGANTAR Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Budidaya Ayam Petelur 2010

51

Lampiran 3. Cash Flow Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan 90000 Ekor No Uraian Tahun 0 1 2 3 4 5

A Arus Kas Masuk

1 Jumlah Produksi

a Telur 624,000 1,358,250 813,000 1,358,250 813,000 b Ayam 0 28,200 56,400 28,200 56,400 c Kotoran 411,840 896,445 536,580 896,445 536,580 2 Harga a Telur 10,400 10,400 10,400 10,400 10,400 b Ayam 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 c Kotoran 400 400 400 400 400 3 Penjualan a Telur 6,489,600,000 14,125,800,000 8,455,200,000 14,125,800,000 8,455,200,000 b Ayam 0 987,000,000 1,974,000,000 987,000,000 1,974,000,000 c Kotoran 164,736,000 358,578,000 214,632,000 358,578,000 214,632,000

Penerimaan Penjualan 6,654,336,000 15,471,378,000 10,643,832,000 15,471,378,000 10,643,832,000

4 Kredit a Investasi 3,097,850,000 b Modal Kerja 1,275,380,711

Total Arus Kas Masuk 4,373,230,711 6,654,336,000 15,471,378,000 10,643,832,000 15,471,378,000 10,643,832,000

B Arus Kas Keluar

1 Biaya Investasi 4,425,500,000 2 Biaya Variabel 5,236,084,000 10,145,899,500 6,623,898,000 10,145,899,500 6,620,698,000 3 Biaya Tetap 54,000,000 54,000,000 54,000,000 54,000,000 60,000,000

4 Angsuran Pokok

a Kredit Investasi 1,032,616,667 1,032,616,667 1,032,616,667

b Kredit Modal Kerja 425,126,904 425,126,904 425,126,904

5 Bunga

a Kredit Investasi 417,349,236 247,971,419 78,306,764

b Kredit Modal Kerja 171,822,124 91,756,557 32,238,790

6 Pajak 15% 89,887,096 713,387,579 551,933,267 764,346,775 568,095,100

Total Arus Kas Keluar 4,425,500,000 7,426,886,026 12,710,758,625 8,798,120,391 10,964,246,275 7,248,793,100

C Arus Kas Bersih -4,425,500,000 -772,550,026 2,760,619,375 1,845,711,609 4,507,131,725 3,395,038,900

D DF 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750 0.5921 0.5194 E Present Value -4,425,500,000 -677,675,461 2,124,206,968 1,245,802,763 2,668,583,802 1,763,276,819

F Cumulative Present Value -4,425,500,000 -5,103,175,461 -2,978,968,494 -1,733,165,731 935,418,071 2,698,694,890

G NPV 2,698,694,890.04 H IRR 30%

I Net Benefit Cost Ratio

1.53

J Payback Period

2.84

Sumber : Data primer (diolah), 2010.