BPK-RI
LAPORAN AUDITOR
INDEPENDEN
PERUM DAMRI Tahun 2005 KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
dan
PENGENDALIAN INTERN Nomor : 29.B /Auditama V/GA/V/2006 Tanggal : 31 Mei 2006 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Jl. Gatot Subroto No.31 Jakarta Pusat 10210 Telp. (021) 5738723, 5704395 s.d 9 Pesawat 612 Fax. (021) 5700380
LAMPIRAN A
1. Tarif Angkutan Bus Kota Perum DAMRI Pada Unit Angkutan Bus Kota Surabaya
dan Bandung Dibawah Ketentuan Sebesar Rp305.413.600,00
Tarif dasar angkutan penumpang bus kota kelas ekonomi di Surabaya dan
Bandung ditentukan oleh Peraturan Gubernur sedangkan tarif untuk bus Patas AC (Non
Ekonomi) ditentukan oleh Surat Keputusan (SK) Dewan Pimpinan Daerah ORGANDA
Daerah Tingkat I. Dari hasil pengujian tarif penumpang Perum DAMRI untuk tahun
2005 diketahui adanya keterlambatan penyesuaian tarif angkutan bus kota pada Unit
Angkutan Bus Kota (UABK) Surabaya dan Bandung dengan Peraturan Gubernur dan
SK Dewan Pimpinan Daerah ORGANDA sebesar Rp305.413.600,00 dengan rincian:
No Unit Angkutan
Bus Kota
Periode Kelas
Penumpang
Tarif Perum
DAMRI
Rp
Tarif Sesuai
Peraturan
Rp
Selisih
Rp
1 Surabaya Maret
Oktober
Ekonomi
AC
AC
275.067.600,00
23.965.000,00
107.827.500,00
355.172.800,00
35.947.500,00
143.770.000,00
80.105.200,00
11.982.500,00
35.942.500,00
2 Bandung Maret
Oktober
Ekonomi
Ekonomi
876.178.000,00
3.929.800,00
1.052.438.600,00
5.052.600,00
176.260.600,00
1.122.800,00
Jumlah 1.286.967.900,00 1.592.381.500,00 305.413.600,00
Hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan tarif angkutan penumpang bus kota,
yaitu:
a. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2005 tanggal 10 Maret 2005 dan
Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 10 Tahun 2005 tanggal 7 Maret 2005 Tentang
Tarif Dasar Angkutan Penumpang Bus Kota Kelas Ekonomi.
b. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 48 Tahun 2005 tanggal 4 Oktober 2005
dan Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 43 Tahun 2005 tanggal 5 Oktober 2005
Tentang Tarif Dasar Angkutan Penumpang Bus Kota Kelas Ekonomi.
c. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Organda Jawa Timur Nomor :
SKEP.014/OGD-JTM/III/2005 tanggal 3 Maret 2005 Tentang Tarif Bus Kota Patas
AC (Non Ekonomi).
Keterlambatan penyesuaian tarif tersebut mengakibatkan hilangnya kesempatan
Perum DAMRI dalam memperoleh pendapatan sebesar Rp305.413.600,00.
3 BPK-RI/AUDITAMA V
LAMPIRAN A
Hal tersebut disebabkan pimpinan UABK Surabaya dan Bandung tidak tegas
dalam mengikuti ketentuan tarif angkutan bus kota.
Direksi Perum DAMRI menjelaskan bahwa penyesuaian tarif tidak bisa
langsung diterapkan semata-mata untuk menghindari gejolak atau penurunan jumlah
penumpang dan juga perlunya waktu sosialiasi kenaikan tarif kepada masyarakat
pengguna jasa bus DAMRI. Untuk selanjutnya, Perum DAMRI akan menyusun
pedoman tentang sosialiasi jangka waktu kenaikan tarif yaitu paling lama satu bulan
sejak dikeluarkannya SK Gubernur dan SK Organda.
BPK-RI menyarankan agar Direksi Perum DAMRI segera menyesuaikan tarif
dengan ketentuan menyusun pedoman tentang sosialisasi jangka waktu kenaikan tarif
dan kemudian menyesuaikan tarif dengan ketentuan yang ada.
2. Biaya Monitoring Bus Pinjaman Milik PT Daimler Chrysler Indonesia Sebesar
Rp100.000.000,00 Tidak Diatur Dalam Perjanjian
Dalam rangka menambah bus operasional penumpang ke Bandara Soekarno
Hatta, maka Perum DAMRI mengadakan perjanjian peminjaman kendaraan bus merk
Mercedes Benz dengan PT Daimler Chrysler Indonesia (PT DCI). Dalam perjanjian
disebutkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari pemakaian bus pinjaman tersebut
seluruhnya menjadi milik Perum DAMRI, sedangkan biaya-biaya yang berkaitan
dengan operasional menjadi beban Perum DAMRI kecuali biaya yang berkaitan
dengan pelumas, ban, dan pemeliharaan.
Berdasarkan laporan pendapatan dan biaya kendaraan bus peminjaman PT DCI
diketahui bahwa Perum DAMRI memperoleh laba bersih tahun 2005 sebesar
Rp335.556.731,00 yang bersumber dari selisih pendapatan sebesar Rp713.650.000,00
dan biaya sebesar Rp378.093.269,00.
Dari hasil pengujian atas biaya yang berkaitan dengan operasional bus pinjaman
sebesar Rp313.007.108,50 tersebut diketahui adanya pengeluaran kas atas perintah
Direksi Perum DAMRI kepada PT Daimler Chrysler Indonesia (PT DCI) sebagai biaya
monitoring dalam rangka uji coba bus pinjaman sebesar Rp100.000.000,00 yang tidak
diatur dalam surat perjanjian peminjaman kendaraan.
4 BPK-RI/AUDITAMA V
LAMPIRAN A
Sesuai Surat Perjanjian Peminjaman Kendaraan No. L-10/HW-ir/GS-03-2004
tanggal 31 Maret 2004 dan addendum tanggal 10 Agustus 2005 tentang uji coba
kendaraan bus Merecedes-Benz tipe OF 8000 no. Polisi B 7378 BO diketahui bahwa:
a. Seluruh biaya yang menyangkut pemeriksaan/service ditanggung oleh PT DCI, dan
pekerjaannya harus dilakukan di tempat dealer yang ditunjuk oleh PT DCI atau di
bengkel PT DCI
b. Seluruh biaya operasional (solar, upah sopir dan lain-lain) ditanggung oleh pihak
Perum DAMRI kecuali pemakaian oli mesin, oli transmisi, ban dan oli garden yang
pertama kali sejak peminjaman bus dilakukan.
Hal tersebut mengakibatkan pemborosan biaya monitoring bus pinjaman
sebesar Rp100.000.000,00 yang tidak mempunyai dasar hukum.
Hal tersebut disebabkan Direksi Perum DAMRI lalai mencantumkan ketentuan
biaya monitoring pada surat perjanjian peminjaman kendaraan.
Perum DAMRI mengeluarkan biaya monitoring kendaraan pinjaman adalah
dalam rangka mempertahankan peminjaman kendaraan bus PT DCI karena Perum
DAMRI telah memperoleh keuntungan atas peminjaman bus secara gratis. Disamping
itu, PT DCI telah menambah satu unit lagi atas bus pinjaman yang diharapkan akan
menambah keuntungan bagi Perum DAMRI di tahun 2006. Namun atas adanya
kelemahan dalam perjanjian peminjaman kendaraan maka Perum DAMRI akan segera
merevisi surat perjanjian peminjaman kendaraan tersebut.
BPK RI menyarankan agar Perum DAMRI segera merevisi surat perjanjian
peminjaman kendaraan PT DCI dengan cara mencantumkan ketentuan biaya
monitoring.
3. Perum DAMRI Kurang Memungut PPh Pasal 23 Atas Komisi Agen Sebesar
Rp86.383.663,36
Dalam rangka meningkatkan penjualan tiket untuk angkutan bus antar kota dan
antar negara, Perum Damri melakukan kerjasama dengan agen penjualan tiket bus.
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas biaya komisi agen Perum DAMRI diketahui bahwa
biaya agen Perum DAMRI selama tahun 2005 adalah sebesar Rp5.331.430.388,00,
yang bersumber dari komisi penjualan tiket yang dibayarkan oleh Perum DAMRI
kepada agen-agennya. Atas pemberian komisi tersebut, maka Perum DAMRI harus
5 BPK-RI/AUDITAMA V
LAMPIRAN A
memotong dan menyetorkan pajak penghasilannya yaitu PPh pasal 23. Dari hasil
pemeriksaan atas potongan dan penyetoran PPh Psl 23 yang berkaitan dengan
pemberian komisi kepada agen diketahui bahwa:
a. Biaya komisi (agen) pada Stasiun Pontianak sebesar Rp790.180.000,00, namun
Stasiun Pontianak Perum DAMRI tidak memungut PPh 23 atas komisi agen
tersebut yaitu sebesar Rp47.410.800,00 dengan perhitungan : 6% x
Rp790.180.000,00.
b. Untuk Stasiun Jakarta, Bogor, Cilacap dan Yogyakarta diketahui bahwa jumlah
PPh pasal 23 yang seharusnya dipungut Perum DAMRI atas biaya komisi agen
adalah sebesar Rp88.119.249,36 (6% x Rp1.468.654.156,00), namun jumlah yang
telah dipungut adalah sebesar Rp49.146.386,00 sehingga PPh Pasal 23 yang belum
dipungut Perum DAMRI adalah sebesar Rp38.972.863,36, dengan rincian sebagai
berikut :
Stasiun
(a)
Biaya Komisi
Agen
(b)
PPh Psl 23
Seharusnya
((c = 6% x (b))
PPh Psl 23 Yang
Telah Dipungut
(d)
Selisih Kurang
Pungut
((e = © - (d))
Jakarta 315,211,661.00 18,912,699.66 9,498,299.00 9,414,400.66
Bogor 218,144,876.00 13,088,692.56 7,989,864.00 5,098,828.56
Cilacap 145,758,229.00 8,745,493.74 5,542,651.00 3,202,842.74
Yogyakarta 789,539,390.00 47,372,363.40 26,115,572.00 21,256,791.40
Jumlah 1.468.654.156,00 88.119.249,36 49.146.386,00 38.972.863,36
Dengan demikian total kewajiban Perum Damri atas kurang bayar PPh 23 atas
pemberian komisi agen adalah sebesar Rp86.383.663,36 (Rp47.410.800,00 +
Rp38.972.863,36).
Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. Kep-305/PJ/2001 tanggal 18 April 2001
menyebutkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari jasa keagenan/perantara
dikenakan PPh pasal 23 sebesar 15% dari penghasilan netto atau 6% dari penghasilan
bruto yang dipungut oleh pemberi kerja.
Hal tersebut mengakibatkan negara belum menerima pendapatan pajak sebesar
Rp86.383.663,36.
6 BPK-RI/AUDITAMA V
LAMPIRAN A
Hal tersebut disebabkan Kepala unit stasiun/UPT tidak optimal dalam
menjalankan ketentuan perpajakan.
Direksi Perum DAMRI menjelaskan akan mengklarifikasi angka perhitungan
PPh psl 23 untuk mendapatkan nilai yang tepat dan selanjutnya akan memungut dan
menyetorkan kekurangannya .
BPK RI menyarankan agar Perum DAMRI segera memungut dan menyetor
kekurangan kewajiban PPh pasal 23.
7 BPK-RI/AUDITAMA V
LAMPIRAN B
1. Perum DAMRI Belum Mengajukan Klaim Asuransi Atas Perbaikan 1 (Satu) Unit
Bus Mercedes Benz Type Vario 815 DA Sebesar Rp183.473.986,00 Kepada PT
Asuransi TAKAFUL
Dalam perjanjian kerjasama pelayanan jasa transportasi antara Perum DAMRI
dengan Virginia Indonesia CO., LLC disingkat VICO dengan No. 05860 disepakati
adanya 6 (enam) unit bus Mercedes Benz Type OF 8000 dan 2 (dua) unit bus Mercedes
Benz Type Vario 815 DA.
Dalam kontrak dimaksud disebutkan bahwa selama masa berlakunya kontrak,
Perum DAMRI diwajibkan untuk mengasuransikan setiap kendaraannya dengan
beberapa kesepakatan:
a. Asuransi Perum DAMRI adalah yang utama dan karenanya tidak akan menerima
kontribusi dari setiap asuransi yang dipasang oleh atau atas nama VICO grup;
b. VICO grup tidak bertanggung jawab terhadap setiap deductibles, self-insured
retentions dan/atau premium (premi) dari asuransi Perum DAMRI;
c. Asuransi tersebut tidak boleh dikurangi, dibatalkan atau dikesampingkan atau
dalam hal apapun lainnya membatasi VICO grup bilamana Perum DAMRI
melanggar setiap penjaminan ketentuan-ketentuan atau persyaratan-persyaratan dari
asuransi Perum DAMRI.
Sehubungan dengan ketentuan dalam kontrak tersebut, Perum DAMRI telah
mengasuransikan kendaraannya yang tercantum dalam kontrak kepada PT Asuransi
TAKAFUL.
Dari laporan operasional Stasiun Wisata di Samarinda diketahui bahwa salah
satu bus type Vario 815 DA dengan No. Polisi KT 9171 B (3770) terbakar tanggal 29
Juni 2005. Perum DAMRI pada tanggal kejadian telah membuat laporan kebakaran
kepada pihak VICO. Selanjutnya tanggal 30 Juni 2005, Perum DAMRI melaporkan
kejadian tersebut kepada Kepolisian Sektor Muara Badak yang kemudian
dikeluarkannya Surat Bukti Keterangan Telah Melapor No. Pol. : SKTM/36/VI/2005/
Patroli tanggal 30 Juni 2005.
Perum DAMRI telah mengasuransikan bus tersebut kepada PT Suransi
TAKAFUL dengan No. Polis 1.302.05.200.000364 dengan jangka waktu tertanggung
selama 12 bulan, yaitu sejak tanggal 10 Mei 2005 s.d 10 Mei 2006 dan jumlah premi
sebesar Rp85.024.000,00 dengan rincian biaya premi sebesar 3,4% x
BPK-RI/AUDITAMA V
11
LAMPIRAN B
Rp2.500.000.000,00 atau sebesar Rp85.000.000,00 ditambah biaya materai sebesar
Rp24.000,00.
Pada tanggal 1 Juli 2005 Perum DAMRI menyampaikan laporan awal
kebakaran bus tersebut kepada PT Asuransi TAKAFUL dengan surat No.
KS.190/AW.502/VII-2005 yang isinya menyampaikan adanya kerusakan bus pada:
a. Interior depan;
b. Pintu supir;
c. Jok pengemudi;
d. Kabel body;
e. Dasboard depan;
f. Kipas pelafon;
g. Kaca depan;
h. Stir terbakar;
i. Drive righ (alat pengukur kecepatan);
j. Exhaus fan;
k. Radio komunikasi.
Sampai dengan pemeriksaan berakhir tanggal 31 Mei 2006, Perum DAMRI
belum mengklaim PT Asuransi TAKAFUL walaupun kejadian sudah berlangsung
selama sebelas bulan yaitu sejak kejadian terbakarnya bus tanggal 29 Juni 2005 sampai
dengan pemeriksaan berakhir.
Walaupun belum memperoleh klaim ganti rugi, ternyata Perum DAMRI telah
memperpanjang polis asuransi pada PT Asuransi TAKAFUL untuk bus lainnya dengan
jumlah premi sebesar Rp439.648.000,00, yaitu:
Polis No.
UPT Nomor Masa
Berlaku
Type
Kendaraan
Jumlah Bus
(Unit)
Tarif Premi (%)
Jumlah Premi
(Rp) a. UBK Bandar
Lampung 1.302.05.200. 000.609
03-11-05 s.d
03-11-06
Mercy 30 1,37 76.476.000,00
b. UAK Basoetta
1.302.05.200. 000.608
03-11-05 s.d
03-11-06
Mercy 23 1,37 113.446.000,00
c. UAK Basoetta
1.302.05.200. 000.611
03-11-05 s.d
03-11-06
Mercy OF 8000
20 3,4 249.726.000,00
Jumlah Premi Yang Dibayarkan 439.648.000,00 Dengan maksud agar segera dapat mengoperasikan kembali bus type Vario
untuk pelayanan jasa transportasi VICO, Perum DAMRI Setasiun Wisata telah
mengadakan rehab body dan spare part bus type Vario 815 DA sebesar
Rp183.473.986,00 dengan rincian:
BPK-RI/AUDITAMA V
12
LAMPIRAN B
a. Rehab body 1 (satu) unit bus Mercedes Benz type Vario 815 DA (SPK No.
KS.203/T/SPK/VII/2005 tanggal 13 Juli 2005) sebesar Rp22.000.000,00;
b. Membeli 2 (dua) lembar kaca depan bus Vario tanggal 1 Oktober 2005 (BBK/BBM
No. 05/BM/X/2005) sebesar Rp14.000.000,00;
c. Berita Acara Serah Terima Suku Cadang Bus Mercedes Benz Type Vario tanggal
20 Pebruari 2006 oleh Perum Damri Sub Direktorat P & BBT kepada Perum Damri
Setasiun Wisata sebesar Rp147.473.986,00
Perum DAMRI seharusnya melaksanakan Klausal dalam Polis Standar
Kendaraan Bermotor Indonesia dalam pasal 16 ayat 1yaitu Hak tertanggung atas ganti
rugi berdasarkan Polis hilang dengan sendirinya apabila:
a. tidak memenuhi kewajiban berdasarkan polis;
b. tidak mengajukan tuntutan ganti rugi dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak
terjadinya kerugian atau kerusakan;
c. tidak mengajukan keberatan atau menempuh penyelesaian melalui upaya hukum
dalam waktu 6 (enam) bulan sejak Penanggung (PT Asuransi TAKAFUL)
memberitahukan secara tertulis bahwa Tertanggung (Perum Damri) tidak berhak
untuk mendapatkan ganti rugi.
Keadaan tersebut mengakibatkan perusahaan belum menerima biaya pengganti
rehab body sebesar Rp183.473.986,00.
Hal tersebut disebabkan Direksi Usaha dan Direksi Keuangan Perum Damri
lalai dalam memperhatikan dan memanfaatkan haknya sesuai dengan klausal polis
asuransi..
Direksi Perum Damri akan segera menyelesaikan proses klaim kepada PT
Asuransi TAKAFUL untuk meminta ganti rugi biaya perbaikan sebesar
Rp183.473.986,00.
BPK RI menyarankan agar Direksi Perum DAMRI segera mengajukan klaim
asuransi atas perbaikan bus type Vario 815 DA dimaksud kepada PT Asuransi
TAKAFUL.
BPK-RI/AUDITAMA V
13
LAMPIRAN B
2. Biaya Pengawasan Operasi Perintis Tahun 2005 Melampaui Rencana Yang
Ditetapkan Sebesar Rp283.367.376,41
Untuk memberikan pelayanan angkutan kepada masyarakat daerah terbelakang
dan terisolir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Dirjen Hubdar) menetapkan
jaringan trayek angkutan perintis tahun 2005 yang berada di 17 propinsi sesuai SK No.
205/AJ.204/DRJD/2005 tanggal 18 Pebruari 2005 yang kemudian diubah dengan SK
No. 461/AJ.204/DRJD/2005 tanggal 1 April 2005. Sesuai surat Dirjen Hubdar No.
AJ.204/1/117/DRJD/2005 tanggal 6 Mei 2005, pelaksanaan angkutan untuk daerah
terbelakang dan terisolir merupakan Penugasan Pemerintah sehingga dalam
pelaksanaannya Pemerintah mengalokasikan anggaran biaya subsidi operasi bus
perintis untuk menutupi biaya operasi. Selain itu, Dirjen Hubdar menunjuk langsung
Perum DAMRI sebagai pelaksana pengoperasian angkutan pada trayek-trayek perintis.
Karena angkutan perintis dilaksanakan oleh masing-masing daerah propinsi,
maka perjanjian kerjasama dibuat antara Dinas Perhubungan Propinsi dengan Perum
DAMRI yaitu sebesar Rp15.866.239.000,00 dengan jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan pengoperasian kendaraan bus perintis sejak tanggal 1 Januari 2005 sampai
dengan 31 Desember 2005.
Dalam rangka menjamin kebenaran pelaksanaan pekerjaan operasional subsidi,
maka dalam perjanjian disepakati adanya kegiatan pemantauan, pengawasan dan
pengendalian terhadap pengoperasian bus dengan cara mengadakan peninjauan ke
masing-masing trayek yang biayanya ditanggung oleh Perum DAMRI sebagai
penyedia barang dan jasa.
Berkaitan dengan kegiataan pemantauan, pengawasan dan pengendalian
tersebut, dalam surat penawaran harga kepada Dinas Perhubungan Propinsi, Perum
DAMRI telah mencantumkan sebagai biaya operasional yaitu sebesar 10% dari nilai
kontrak subsidi atau sebesar Rp1.586.623.900,00 yang tersebar pada 24 kabupaten di
seluruh Indonesia.
Dari hasil pengujian atas biaya pengawasan operasional angkutan perintis,
diketahui bahwa jumlah biaya pengawasan operasional yang dikeluarkan Perum
DAMRI dalam rangka angkutan perintis selama tahun 2005 adalah sebesar
Rp1.869.991.276,41 atau melebihi sebesar Rp283.367.376,41 dari biaya yang
direncanakan.
BPK-RI/AUDITAMA V
14
LAMPIRAN B
Seharusnya biaya pengawasan operasional perintis tahun 2005 sesuai dengan
yang direncanakan.
Hal tersebut mengakibatkan Perum DAMRI kehilangan pendapatan subsidi
operasi perintis tahun 2005 sebesar Rp283.367.376,41.
Hal tersebut disebabkan Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perum DAMRI
belum optimal dalam mengendalikan biaya pengawasan di masing-masing unit
operasinya.
Direksi Perum DAMRI mengakui adanya realisasi pengeluaran biaya
pengawasan operasional perintis melebihi dari yang direncanakan disebabkan adanya
upaya Perum DAMRI untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan tingginya
biaya transport untuk meninjau langsung ke daerah pedalaman tertentu. Akan tetapi
pada tahun 2006, Direksi Perum DAMRI akan meminta kepala UPT untuk melakukan
upaya yang optimal dalam menekan biaya operasional perintis.
BPK – RI menyarankan agar Direksi Perum DAMRI meminta kepala UPT
lebih ketat dalam mengendalikan biaya-biaya yang berkaitan dengan operasional
perintis di masing-masing UPT Perum DAMRI.
3. Pedoman Perhitungan Insentif Dalam Sistem Karcis Bagi Hasil Tidak Lengkap
Guna menunjang peningkatan disiplin dan produktivitas kerja pelayanan kepada
masyarakat pengguna jasa Angkutan Khusus Soekarno Hatta, Perum DAMRI
menerapkan insentif/kompensasi berupa Sistem Karcis Bagi Hasil (SKBH) yang
diharapkan akan mampu meningkatkan jumlah penumpang dan pendapatan UAKB
Soekarno Hatta.
SKBH tersebut diterbitkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Unit
Angkutan Khusus Bandara Soekarno Hatta Nomor KU 05/KP.209/UAKB/I-2004
tanggal 10 Januari 2004 tentang uji coba pemberian Uang Dinas Jalan (UDJ) sebagai
insentif pengganti uang transport bagi pegawai UAKB Soekarno Hatta yang dihitung
berdasarkan tingkat produktifitas pegawai UAKB Soekarno Hatta. Dalam SK tersebut
disebutkan formulasi produktifitas dihitung berdasarkan persentase pendapatan yaitu
4% x pendapatan.
BPK-RI/AUDITAMA V
15
LAMPIRAN B
Berdasarkan laporan operasional Unit Angkutan Khusus Bandara (UAKB)
Soekarno Hatta diketahui bahwa nilai SKBH tahun 2005 sebesar Rp2.433.643.418,00
yang berasal dari 4% x Rp60.841.085.400,00, dengan rincian sebagai berikut:
No
(a)
Bulan
(b)
Jumlah Penumpang
©
Jlh Pendapatan (Rp)
(d)
Nilai SKBH (Rp)
(e = 4% x d)
1 Januari 407.881 4.695.387.500 187.815.500
2 Pebruari 364.663 4.456.427.000 178.257.080
3 Maret 394.635 4.168.862.000 166.754.480
4 April 399.636 4.313.092.000 172.523.680
5 Mei 412.427 4.440.557.500 177.622.300
6 Juni 379.552 4.090.589.000 163.623.560
7 Juli 425.836 4.613.832.000 184.553.280
8 Agustus 430.488 4.678.669.000 187.146.760
9 September 430.426 4.649.010.000 185.960.400
10 Oktober 358.897 5.697.149.000 227.885.960
11 Nopember 429.074 6.983.482.000 279.339.280
12 Desember 494.124 8.054.028.400 322.161.138
Jumlah 60.841.085.400 2.433.643.418
Dari hasil pengujian atas perhitungan SKBH pada tabel di atas dapat diketahui
bahwa perhitungan SKBH hanya didasarkan pada jumlah pendapatan saja dan tidak
dikaitkan dengan jumlah penumpang. Bahkan saat adanya kenaikan tarif dari bulan
September ke Oktober 2005 sebesar 40,95% yang mengakibatkan pandapatan naik dari
Rp4.649.010.000 menjadi Rp5.697.149.000,00 atau senilai Rp1.048.139.000,00,
perhitungan insentif atas SKBH bulan Oktober tetap dihitung 4% dari
Rp5.697.149.000,00 tanpa memperhitungkan jumlah penumpang walaupun jumlah
penumpang turun sebesar 71.529 orang yaitu dari 430.426 orang menjadi 358.897
orang. Apabila perhitungan insentif dalam SKBH dihitung berdasarkan kenaikan
pendapaatan dan penumpang maka biaya insentif dalam SKBH bulan Oktober tetap
sebesar Rp185.960.400 dan bukan sebesar Rp227.885.960 atau terdapat selisih sebesar
Rp41.925.560,00.
BPK-RI/AUDITAMA V
16
LAMPIRAN B
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa formulasi perhitungan SKBH tidak
lengkap karena apabila perhitungan SKBH hanya berdasarkan pendapatan tanpa
memperhatikan jumlah penumpang tidak akan dapat mendukung produktifitas
perusahaan.
Seharusnya formulasi perhitungan insentif dalam SKBH berdasarkan jumlah
pendapatan dan penumpang.
Hal tersebut mengakibatkan pemborosan biaya insentif bulan Oktober 2005
sebesar Rp41.925.560,00 dan berpotensi pemborosan biaya dikemudian hari.
Hal tersebut disebabkan Kepala UAKB Soekarno Hatta tidak cermat dalam
menformulakan perhitungan SKBH.
Direksi Perum DAMRI mengakui adanya kelemahan formula perhitungan
SKBH dan akan menyempurnakan formula tersebut dengan memperhatikan jumlah
penumpang dan juga berdasarkan tinggi rendahnya prestasi kerja pegawai (merit
system).
BPK RI menyarankan agar Perum DAMRI segera menyempurnakan formula
SKBH secara tepat.
4. Pengadaan Bus Angkutan Paket Belum Dimanfaatkan Secara Optimal
Dalam rangka mendukung operasional angkutan barang-barang pos milik PT
Pos Indonesia, maka Perum DAMRI telah menganggarkan investasi modifikasi bus
penumpang OF.1113 Eks Unit Bus Kota (UBK) Surabaya menjadi bus barang
sebanyak 5 (lima) unit senilai Rp325.000.000,00 pada tahun 2005 yang dialokasikan di
Unit Transit & Jakarta.
Invetasi pengadaan bus angkutan barang tersebut dilakukan karena berdasarkan
laporan Tim Penilaian Investasi tanggal 17 Desember 2004 tentang studi kelayakan/
kajian ekonomis kepada Direktur Utama Perum DAMRI menyebutkan bahwa
keputusan investasi layak dilaksanakan dengan asumsi dana investasi yang perlu
disediakan sebesar Rp625.000.000,00 dengan rincian:
- Biaya penyehatan mesin dan onderdil: 5 @Rp50.000.000,00 = Rp250.000.000,00
- Biaya perubahan body (karoseri) : 5 @Rp75.000.000,00 = Rp375.000.000,00
Jumlah biaya investasi = Rp625.000.000,00
BPK-RI/AUDITAMA V
17
LAMPIRAN B
Menindaklanjuti laporan Tim Penilaian Investasi tersebut maka tanggal 23
Desember 2004, Perum DAMRI menyiapkan Harga Perhitungan Sendiri (HPS) atau
Owner Estimate pekerjaan perbaikan/modifikasi bus OF.1113 yaitu sebesar
Rp56.853.725 perunit (included PPN) termasuk di dalamnya biaya surat rubah bentuk
sebesar Rp5.000.000,00 yang ditandatangani oleh Direktur Teknik Perum DAMRI.
Selanjutnya Perum DAMRI mengirimkan surat permintaan penawaran harga
pekerjaan perbaikan bus dari bus penumpang menjadi bus barang kepada tiga rekanan
Perum DAMRI yaitu koroseri CV Tri Sakti, Malaya Jaya Auto Body Specialist dan
Karoseri Gunung Mas dengan Nomor : 2470/PL.102/DT-2004.
Sebagai jawaban atas surat Perum DAMRI No. 2470/PL.102/DT-2004 tersebut
maka ketiga rekanan Perum DAMRI tersebut mengirimkan surat penawaran harga
yang ditujukan langsung ke Direktur Teknik Perum DAMRI dengan masing-masing
penawaran sebagai berikut:
Nama Perusahaan Surat Penawaran Harga
Tanggal Nilai (Rp)
Karoseri Gunung Mas 27/12/2004 55.000.000
Malaya Jaya 30/12/2004 80.000.000
CV Tri Sakti 07/01/2005 85.000.000
Tanggal 13 Januari 2005, Kasubdit pengadaan dan BBT yang juga ketua panitia
pengadaan barang dan jasa Perum DAMRI tahun 2005 mengirimkan surat No.
/UM.202/DT-2005 kepada Direktur Koroseri Gunung Mas dan surat No. 01
/UM.102/I/PT-2005 kepada Anggota Panitia Lelang/Pemilihan Langsung Pengadaan
Barang dan Jasa Perum DAMRI untuk melakukan negosiasi harga atas harga
penawaran dalam surat karoseri Gunung Mas tanggal 27 Desember 2004 pada hari
Senin tanggal 17 Januari 2005.
Berdasarkan Berita Acara No. 02/PL.101/I/PT-2005 tanggal 17 Januari 2005
tentang negosiasi harga pekerjaan perbaikan/modifikasi bus merk mercedes-benz type
OF.1113 angkutan penumpang menjadi mobil barang diketahui adanya kesepakan
harga akhir antara panitia pengadaan dengan karoseri Gunung Mas untuk menurunkan
harga pekerjaan modifikasi bus dari harga penawaran sebesar Rp55.000.000,00/unit
BPK-RI/AUDITAMA V
18
LAMPIRAN B
menjadi Rp47.250.000,00/unit atau sebesar Rp94.500.000,00 (include PPN) untuk 2
unit.
Tanggal 10 Maret 2005 dibuatkan Surat Perjanjian Pekerjaan
Perbaikan/Modifikasi Bus Merk Mercedes Benz type OF.1113 angkutan penumpang
menjadi mobil barang dengan Nomor 30/KU.103/DU-2005 antara Perum DAMRI
dengan PT Gunung Mas dimana harga pekerjaan adalah Rp47.250.000,00 per unit atau
Rp94.500.000,00 (include PPN) untuk 2 unit (diluar biaya pengurusan ijin rubah
bentuk kendaraan) dengan jangka waktu pekerjaan 60 hari kalender.
Berdasarkan Berita Acara Nomor 07/PPB&J/V-2005 tanggal 11 Mei 2005
diketahui bahwa pekerjaan/modifikasi 2 unit Bus Merk Mercedes Benz type OF.1113
angkutan penumpang menjadi mobil barang dengan nomor body 2136 dan 2146 telah
selesai dan diserahterimakan oleh karoseri Gunung Mas kepada Perum DAMRI dengan
hasil body bus baik dan lengkap.
Tanggal 20 Juni 2005, Direktur Teknik Perum DAMRI mengirimkan surat
Nomor : 1133/PL.108/DT-2005 kepada Kepala Unit Bus Kota (UBK) Perum DAMRI
di Surabaya perihal pengambilan bus barang ke karoseri dan meminta mengkondisikan
engine dan under stel kedua bus barang dengan nomor body 2136 dan 2146 dimana
biayanya dibebankan kepada UBK Surabaya.
Menindaklanjuti surat tersebut, Kepala UBK Surabaya mengirimkan surat
Nomor: 132/PL. 108/2005 tanggal 2 Juli 2005 kepada Direktur Teknik Perum DAMRI
yang menyatakan bahwa pengkondisian engine, onderstel dan komponen lainnya
belum dapat dilaksanakan mengingat kondisi likuiditas yang tidak memungkinkan.
Meskipun kedua bus belum bisa dimanfaatkan, Direktur Teknik Perum DAMRI
menunjuk langsung karoseri Gunung Mas untuk pekerjaan/modifikasi 3 (tiga) unit bus
angkutan barang yang berikutnya, yaitu:
a. Surat perjanjian Nomor 76/KU.103/DU-2005 tanggal 31 Agustus 2005 antara
Perum DAMRI dengan karoseri Gunung Mas tentang pekerjaan
perbaikan/modifikasi bus merk mercedes benz type OF.1113 angkutan penumpang
menjadi mobil barang dimana harga pekerjaan adalah Rp47.250.000,00 per unit
atau Rp94.500.000,00 (include PPN) untuk 2 unit yaitu untuk nomor body 2146
dan 2132 (diluar biaya pengurusan ijin rubah bentuk kendaraan).
BPK-RI/AUDITAMA V
19
LAMPIRAN B
b. Surat perjanjian Nomor 079/KU.103/DU-2005 tanggal 9 September 2005 antara
Perum DAMRI dengan karoseri Gunung Mas tentang pekerjaan
perbaikan/modifikasi bus merk mercedes benz type OF.1113 angkutan penumpang
menjadi mobil barang dimana harga pekerjaan adalah Rp47.250.000,00 (include
PPN 10%) untuk bus dengan nomor body 2111.
Berdasarkan Berita Acara Nomor 10/BAST/DT/2005 tanggal 28 Oktober 2005
dan Nomor 12/BAST/DT/2005 tanggal 10 Nopember 2005 diketahui bahwa
pekerjaan/modifikasi Bus Merk Mercedes Benz type OF.1113 angkutan penumpang
menjadi mobil barang sebanyak 3 unit telah selesai dan diserahterimakan oleh karoseri
Gunung Mas kepada Perum DAMRI dengan hasil kondisi body bus baik dan lengkap.
Sehunbungan dengan adanya kesulitan likuiditas UBK Surabaya untuk
membiayai rekondisi engine dan onderstel kelima bus barang tersebut maka tanggal 5
Januari 2006, Direktur Teknik Perum DAMRI mengirimkan surat Nomor :
031/PL.203/DT-2006 kepada Kepala Unit Transit & Paket Perum DAMRI untuk
membiayai rekondisi engine dan onderstel kelima bus barang.
Berita Acara Serah Terima Kendaraan Nomor: 07/TEKNIK/I/2006 tanggal 23
Januari 2006 tentang serah terima 5 (lima) kendaraan barang dengan nomor body
2132, 2134, 2136, 2146, 2111 oleh Kasubdit Pengadaan kepada Kepala Unit Transit &
Paket Jakarta menyebutkan bahwa kelima mesin kendaraan perlu diservice agar bisa
dioperasikan.
Surat Kepala Unit Transit & Paket Jakarta kepada Direktur Teknik Perum
DAMRI tanggal 5 April 2006 dengan Nomor: 103/PL.392/IV-2006 tentang laporan
kondisi 5 (lima) unit bus box menyebutkan 1 unit bus box dengan nomor body 2146
telah dapat dioperasikan namun mesin masih perlu diperbaiki sehingga dibutuhkan
biaya perbaikan kelima mesin kendaraan box tersebut sebesar Rp105.422.500,00.
Berdasarkan surat Direktur Teknik kepada Kepala Unit Transit & Paket dengan
Nomor: 1117/PL.104/DT-2006 tanggal 30 Mei 2006 menyebutkan adanya persetujuan
rekondisi mesin dan onderstel 5 (lima) unit bus box senilai Rp100.422.500,00 dan
dimasukkan sebagai anggaran tahun 2006.
Sampai dengan selesainya pemeriksaan tanggal 31 Mei 2006, kelima mesin
kendaraan box tersebut belum diperbaiki sehingga belum dapat dimanfaatkan.
BPK-RI/AUDITAMA V
20
LAMPIRAN B
Seharusnya kegiatan investasi perusahaan dilakukan berdasarkan perencanaan
yang tepat.
Hal tersebut mengakibatkan pengadaan bus barang tidak efektif dan Perum
DAMRI kehilangan kesempatan untuk memperoleh penghasilan atas kegiatan
investasinya.
Hal tersebut disebabkan Direksi Perum DAMRI merencanakan kegiatan
investasi modifikasi bus penumpang OF.1113 menjadi bus barang tidak dilakukan
secara tepat.
Direksi Perum DAMRI menjelaskan bahwa upaya investasi telah dilakukan
secara optimal namun karena adanya kesulitan likuiditas keuangan perusahaan maka
kegiatan investasi modifikasi bus penumpang OF.1113 menjadi bus barang menjadi
terbengkalai.
BPK RI meyarankan agar Perum DAMRI segera merealisasikan perbaikan
mesin kelima kendaraan box tersebut dan dalam setiap kegiatan investasi dilakukan
berdasarkan perencanaan yang tepat.
5. Penyelesaian Kepemilikan Tanah Sengketa di Basuki Rahmat No. 78 Surabaya
Berlarut-Larut
Berdasarkan laporan inventaris Unit Antar Bus Kota di UPT Surabaya tanggal
31 Desember 2005 diketahui adanya aset tanah yang pernah dikuasai oleh Perum
DAMRI namun statusnya masih dalam sengketa. Nilai buku tanah tersebut diakui
sebesar Rp0,00, namun dalam laporan keuangan Perum DAMRI tahun buku 2005 tidak
dicantumkan sebagai aset yang dimiliki oleh PERUM DAMRI karena status
kepemilikannya masih dalam proses hukum. Dari hasil pengujian atas dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan aset tanah tersebut diketahui beberapa hal, yaitu:
a. Sejak tahun 1952, tanah/bangunan yang terletak di jalan Basuki Rahmat No. 78, 80
dan 82 Surabaya, seluruhnya dikuasai oleh PERUM DAMRI yang diperkuat
dengan Surat Izin Pemakaian (SIP) dari Kantor Urusan Perumahan (KUP)
Surabaya, No. 27643, tanggal 13 Oktober 1952;
b. Pada bulan Juli 1952, oleh Pihak DAMRI tanah/bangunan di Jalan Basuki Rahmat
No. 78 diserahkan pemanfaatannya kepada Djawatan Lalu Lintas Darat dan Sungai
(LLDS) Departemen Perhubungan yaitu Bagian Teknik dan Persediaan, Cabang
BPK-RI/AUDITAMA V
21
LAMPIRAN B
Jawa Timur karena LLDS tidak mempunyai tempat untuk Bagian Teknik dan
Persediaan;
c. Pada bulan Januari 1958, Departemen Perhubungan Darat Pos, Telekomunikasi dan
Parawisata Surabaya mendirikan Yayasan Motor Supply & Sales yang bergerak di
bidang penjualan peralatan mobil dimana tanah/bangunan di Jalan Basuki Rahmat
No. 78 Surabaya dijadikan sebagai kantor, toko dan gudang Yayasan tersebut;
d. Pada tahun 1962, Yayasan Motor Supply & Sales, tanpa sepengetahuan Perum
DAMRI, mengajukan surat penempatan atas tanah/bangunan di Jalan Basuki
Rahmat No. 78 Surabaya kepada Kantor Urusan Perumahan (KUP) Kotamadya
Surabaya, yang kemudian Yayasan memperoleh Surat Keterangan Penempatan
Sementara, No. 264/P/IV/Pr/62, tanggal 1 Maret 1962;
e. Pada tahun 1967, oleh Sdr. R. Moesahid (pegawai LLDS) yang menumpang tinggal
di bagian belakang bangunan Jalan Basuki Rahmat No. 78 Surabaya tanpa
sepengetahuan Perum DAMRI, meminta SIP kepada KUP Kodya Surabaya dan
mendapatkan SIP No. 928/C/67, tanggal 18 Maret 1967;
f. Pada tahun 1984, Sdr. Endrihanto, mantan Kepala Cabang Yayasan Motor, dengan
mengatasnamakan Yayasan Motor, mengadakan Perjanjian Kerja Sama (PKS)
dengan PT Orient Express yang diwakili oleh Sdr Gondo Harto sebagai Direktur.
Isi PKS tersebut dituangkan dalam Akta Notaris Atmaji, No. 34 tanggal 23 Oktober
1984 yang antara lain berisi:
Pasal 2 : Kerja sama ini dilakukan untuk jangka waktu 15 (lima belas) tahun, yang
akan dimulai pada tanggal 1 Nopember 1984 dan berakhir pada tanggal 1
Nopember 1999;
Pasal 7 : Perjanjian ini tidak akan berakhir apabila salah satu pihak telah bubar,
tetapi dilanjutkan oleh penerima haknya masing-masing;
Pasal 8 : Bilamana perjanjian ini berakhir, maka tempat usaha atau seluruh
bangunan kantor Yayasan Motor tersebut, pemakaiannya kembali lagi
kepada Yayasan Motor dengan tanpa ganti rugi berupa apapun;
Pasal 9 : Pihak PT Orient Express dengan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari
Pihak Yayasan motor, tidak berhak mengoperkan haknya berdasarkan
akta ini kepada orang lain;
BPK-RI/AUDITAMA V
22
LAMPIRAN B
g. Pada tahun 1989, PT Orient Express mengajukan SIP kepada KUP Kodya Surabaya
tanpa sepengatuhuan Perum DAMRI dan PT Orient Express telah memperoleh SIP,
No. 181.2/031/40.5/03/1989, tanggal 21 Septe,ber 1989;
h. Tanggal 6 Juni 1990 Direktur Utama Perum DAMRI mengajukan surat kepada
Kakanwil BPN Propinsi Jawa Timur perihal keberatan terhadap permohonan Sdr. R
Moesahit atas tanah Jl Basuki Rahmat No. 78 Surabaya
i. Pada tahun 1990, Perum DAMRI mengajukan permohonan sertifikat Hak Guna
Bangunan (HGB) atas persil No. 78, 80 dan 82 jalan Basuki Rahmat Surabaya
kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan telah memperoleh sertifikat HGB,
No. 441, tanggal 9Pebruari 1991 atas persil No. 80 dan 82;
j. Sertifikat HGB atas persil No. 78 Jl Basuki Rahmat, Surabaya ditolak oleh BPN
Kodya Surabaya dengan alasan bahwa persil No. 78 dikuasai oleh PT Orient
Express;
k. Tanggal 28 April 2004, Sekretaris Dirjen Perhubungan Darat mengajukan surat No.
AJ 101/1/4/DJPD 2004 kepada Kepala Kantor Pertanahan Nasional Surabaya
Propinsi Jawa Timur yang isinya:
1) Status kepemilikan tanah persil No. 78 di Jalan Basuki Rahmat Surabaya telah
dikuasai oleh PT Angelson Internusa yang diperoleh dari PT Orient Express
secara melawan hukum;
2) Dengan tidak diserahterimakannya objek Perjanjian Kerja Sama Yayasan Motor
dengan PT Orient Express kepada Yayasan Motor c.q Perum DAMRI, maka
Dirjen Perhubungan Darat mengajukan permohonan melalui kantor KPN
Surabaya untuk dapat menetapkan bahwa tanah persil No. 78 di Jalan Basuki
Rahmat Surabaya dapat dinyatakan sebagai ‘Status Quo’, sehingga apabila ada
pihak lain selain PERUM DAMRI mengajukan permohonan hak atas tanah di
Jalan Basuki Rahmat No. 78 Surabaya untuk tidak diproses.
l. Tanggal 10 September 2004, Dirjen Perhubungan Darat mengajukan surat No. AJ
101/1/6/DRJD/2004 kepada Direktur PT Orient Express di Surabaya Perihal
Tanah/Bangunan Aset Dephub di Jalan Basuki Rahmat No. 78 Surabaya, yang
isinya antara lain:
1) Dirjen Perhubungan Darat selaku Dewan Pengurus Yayasan Motor menunggu
status kepemilikan tanah/bangunan yang terletak di jalan Basuki Rahmat (d/h
BPK-RI/AUDITAMA V
23
LAMPIRAN B
Jl. Kaliasin) No. 78 Surabaya yang merupakan aset PERUM DAMRI belum
beralih kepemilikannya ke pihak manapun sesuai dengan surat Menteri
Keuangan Nomor: 40/Km 0.01/1987 tanggal 24 Januari 1987;
2) Meminta PT Orient Express untuk mengembalikan tanah dan bangunan di Jal
Basuki Rahmat No. 78 Surabaya kepada Yayasan Motor
m. Tanggal 18 Maret 2005, Direktur Reserse Kriminal Kasad III/PIDKOR
mengajukan Surat Panggilan No. Pol : SPG/1224/III/2005/Reskrim kepada Ketua
Dewan Pengurus Yayasan Motor untuk diperiksa dan didengar keterangannya
sebagai saksi dalam perkara dugaan adanya tindak pidana pemalsuan surat dan atau
memberikan keterangan tidak benar ke dalam akta authentik dan atau penyerobotan
tanah di Jl Basuki Rahmat No. 78 Surabaya
n. Surat Kepala Unit Angkutan Bus Kota Surabaya kepada Direktur Utama Perum
DAMRI tanggal 21 Juni 2005 dengan No. KU. 119/HK.303/2005 perihal
perkembangan kasus tanah Jl Basuki Rahmat No. 78 Surabaya yang isinya antara
lain:
1) Semua Instansi dan perorangan yang terkait dengan pengembangan penyidikan
kasus tanah tersebut telah ditangani oleh Polda Jatim;
2) Rekomendasi dari Polda Jatim yang harus segera dilakukan oleh Pihak Yayasan
Motor adalah mengajukan permohonan secara tertulis kepada Dinas
Pengelolaan Rumah dan Tanah Pemda Tingkat II Kotamadya Surabaya agar
dilakukan pembatalan terhadap penerbitan Surat Ijin Penempatan (SIP) atas
nama Sdr. Gondo Hartono (PT Orient Express) Nomor: 181.2/031/40.5/03/1989
tanggal 21 September 1989.
Sesuai anggaran dasar perusahaan maka Direksi harus bertanggung jawab untuk
mengamankan aset perusahaan.
Hal tersebut mengakibatkan hilangnya kesempatan Perum DAMRI dalam
memiliki dan memanfaatkan tanah di Jalan Basuki Rahmat No. 78 Surabaya
Kondisi tersebut disebabkan upaya yang dilakukan Direksi Perum DAMRI
belum optimal.
Direksi Perum DAMRI menjelaskan bahwa upaya Perum DAMRI belum
optimal disebabkan keterbatasan dana dalam proses pengurusan tanah tersebut, namun
BPK-RI/AUDITAMA V
24
LAMPIRAN B
Perum DAMRI akan berupaya terus dalam rangka memperoleh/mendapatkan hak
kepemilikan tanah sengketa dimaksud.
BPK RI menyarankan agar Perum DAMRI agar berusaha secara maksimal
menyelesaikan kepemilikan perusahaan atas tanah tersebut.
6. Kebijakan Direksi Perum DAMRI Tentang Uang Tunggu Sebagai Tambahan
Pembayaran Tunjangan Hari Tua Tidak Sesuai Ketentuan
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan serta memberikan rasa tenteram
bagi pegawai dan tercapainya tingkat produktivitas perusahaan yang tinggi maka
perusahaan memberikan Jaminan Hari Tua (JHT) kepada pegawai perusahaan sebagai
imbalan atas jasa-jasanya selama bekerja di Perum DAMRI. JHT adalah program
asuransi jiwa yang memberikan pembayaran berkala kepada peserta pada akhir masa
kepesertaan atau kepada keluarganya apabila peserta/penerima JHT meninggal dunia.
sehingga setiap peserta wajib membayar iuran sebesar 4,75% dari gaji terakhir
ditambah tunjangan keluarga dan tunjangan perusahaan setiap bulannya.
Berdasarkan daftar dan bukti pembayaran JHT oleh Perum DAMRI kepada
peserta/pegawai yang telah memasuki masa pensiun per 31 Desember 2005 diketahui
bahwa kewajiban JHT yang dibayarkan oleh Perum DAMRI terlambat dari ketentuan
yang ada yaitu satu bulan setelah masa pensiun, atau rata-rata keterlambatan
pembayaran JHT selama 141 hari dari yang seharusnya.
Karena terlambat membayar JHT, maka Perum DAMRI harus membayar uang
tunggu kepada pegawai yang memasuki masa pensiun . Uang tunggu dibayar secara
bulanan bersamaan dengan pembayaran uang pensiun. Pembayaran uang tunggu
tersebut didasarkan pada Surat Edaran Direktur Utama Perum DAMRI No:
Sed.01/KP.503/DU-2003 tanggal 18 Maret 2003 tentang perhitungan masa kerja dalam
pembayaran JHT yang menyebutkan bahwa bagi pegawai yang telah pensiun tetapi
setelah 1 (satu) bulan belum memperoleh pembayaran JHT, diberikan uang tunggu per
bulan sebesar 60% dari gaji pokok.
Berdasarkan perhitungan dan pembayaran oleh Perum DAMRI kepada pegawai
pensiun diketahui bahwa jumlah uang tunggu yang harus dibayarkan selama tahun
2005 adalah sebesar Rp327.077.026,00 dan yang telah dibayarkan sebesar
BPK-RI/AUDITAMA V
25
LAMPIRAN B
Rp4.954.480,00, sehingga masih ada sisa kewajiban Perum DAMRI atas uang tunggu
sebesar Rp322.122.546,00 untuk tahun 2005.
Dari hasil pengujian atas kewajaran pembayaran uang tunggu diketahui bahwa
Perjanjian Kerja Sama Antara Perum DAMRI dengan PT Asuransi Jiwasraya tidak
diatur mengenai kewajiban Perum DAMRI atas pembayaran uang tunggu sebagai
bagian dari keterlambatan pembayaran JHT. Dikeluarkannya Surat Edaran Direksi
Perum DAMRI tentang kebijakan uang tunggu menjadi tidak sesuai dengan ketentuan
JHT dalam Perjanjian Kerja Sama Antara Perum DAMRI dengan PT Asuransi
Jiwasraya.
Dalam pengelolaan JHT seharusnya Perum DAMRI mengacu kepada
Perjanjian Kerja Sama Antara Perum DAMRI dengan PT (Persero) Asuransi Jiwasraya
yaitu Pasal 6 ayat (1) Pihak PT Asuransi Jiwasraya berkewajiban melakukan
pembayaran kepada peserta/penerima JHT melalui Perum DAMRI atas setiap hak yang
timbul dari JHT sesuai ketentuan, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan terhitung sejak
timbulnya hak JHT tersebut dan Kebijakan Direksi Perum DAMRI tidak bertentangan
perjanjian tersebut.
Hal tersebut mengakibatkan pemborosan biaya pegawai sebesar
Rp327.077.026,00.
Hal tersebut disebabkan Direksi Perum DAMRI tidak tegas dalam menjalankan
perjanjian kerja sama JHT.
Direksi Perum DAMRI menjelaskan bahwa timbulnya uang tunggu disebabkan
keterbatasan likuiditas Perum DAMRI dan adanya kesepakatan bipartite antara Direksi
selaku pengusaha dengan perwakilan karyawan untuk melaksanakan kebijakan uang
tunggu apabila JHT belum dilunasi oleh Perum DAMRI. Namun untuk menyelesaikan
masalah JHT dan uang tunggu maka tahun 2006 Direksi Perum DAMRI telah
memprogramkan pelunasan kewajiban JHT yang bersumber dari hasil penjualan aset
yang saat ini masih dalam proses persetujuan dari Kementerian BUMN.
BPK RI menyarankan agar Perum DAMRI menyelesaikan seluruh kewajiban
JHT sehingga tidak menimbulkan permasalahan uang tunggu di kemudian hari.
BPK-RI/AUDITAMA V
26
BPK-RI
LAPORAN AUDITOR
INDEPENDEN
EVALUASI KINERJA
PERUM DAMRI Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005 Nomor : 29.D/Auditama V/GA/V/2006 Tanggal : 31 Mei 2006 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Jl. Gatot Subroto No.31 Jakarta Pusat 10210 Telp. (021) 5738723 dan 5704395 s.d. 9 Pesawat 612 Fax. (021) 5700380
SIMPULAN EVALUASI
Kami telah mengevaluasi kinerja Perum DAMRI untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005 dengan simpulan sebagai berikut :
1. Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) secara umum telah sesuai dengan ketentuan dan pedoman yang berlaku. RKAP tahun 2005 telah disahkan dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. KEP-30/MBU/2005 tanggal 20 Mei 2005.
2. Perbandingan antara realisasi tahun 2005 dengan realisasi tahun 2004 dan RKAP 2005
a. Pendapatan Realisasi pendapatan usaha (bersih) tahun 2005 mencapai Rp292.461,30 juta atau 119,42% dari realisasi tahun 2004 sebesar Rp244.894,03 juta, sedangkan realisasi pendapatan non usaha tahun 2005 hanya mencapai Rp4.150,96 juta atau 11,59% dari realisasi tahun 2004 sebesar Rp35.805,03 juta. Apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2005, realisasi pendapatan usaha tahun 2005 mencapai 99,45% dibawah RKAP sebesar Rp294.073,77 juta, sedangkan realisasi pendapatan non usaha tahun 2005 hanya mencapai 28,43% dari RKAP sebesar Rp14.602,41 juta.
b. Beban Realisasi beban usaha tahun 2005 terdiri dari beban langsung sebesar Rp236.317,62 juta, beban tak langsung sebesar Rp16.802,99 juta dan biaya usaha & administrasi umum sebesar Rp54.503,46 juta, masing-masing meningkat sebesar Rp35.289,48juta, Rp2.176,83 juta dan Rp1.683,36 juta atau 17,55%, 14,88% dan 3,19 % dari realisasi tahun 2004. Sedangkan realisasi biaya non usaha tahun 2005 sebesar Rp1.970,01juta, menurun sebesar Rp117,38 juta atau 5,96% dari realisasi tahun 2004. Apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2005, realisasi beban usaha tahun 2005 yang terdiri dari beban langsung, beban tak langsung dan beban usaha & administrasi umum tahun 2005 telah melampaui anggarannya masing-masing sebesar Rp236.753,65 juta, Rp13.354,90 juta dan Rp50.382,64 juta atau 119,09%, 114,88% dan 103,19%.
1 BPK-RI / AUDITAMA V
c. Produksi Jasa Produksi perjalanan (rit), panjang perjalanan (km-tempuh) dan jasa angkutan tidak bisa mencapai anggarannya. Hal ini disebabkan adanya penurunan bus siap operasi dan jumlah perjalanan (rit).
3. Tingkat Kesehatan Perusahaan Kinerja perusahaan tahun 2005 berdasarkan perhitungan menurut SK Menteri Badan Usaha Milik Negara nomor : KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 menempatkan perusahaan pada posisi “SEHAT” (A) dengan nilai bobot 66,50 dengan rincian :
- Aspek Keuangan Skor 29,50 - Aspek Operasional Skor 30,00 - Aspek Administrasi Skor 7,00
Jumlah Skor 66,50
4. Perkembangan Perusahaan Perkembangan kondisi keuangan dari sisi jumlah aktiva tahun 2005 sebesar Rp213.735 juta meningkat sebesar Rp34.389 juta atau 19,17% dari aktiva tahun 2001 sebesar Rp179.346 juta. Sebaliknya perkembangan kondisi keuangan dari sisi pendanaan perusahaan, dari tahun 2001 s.d. tahun 2005 turun signifikan, yang ditunjukkan dengan Debt to Equity Ratio (rasio hutang terhadap modal) Perum DAMRI naik dari 68,71% pada tahun 2001 menjadi 160,70% pada tahun 2005. Kondisi tersebut disebabkan kerugian yang terakumulasi sampai dengan tahun 2005 mencapai Rp44.870,19 juta dan meningkatnya sumber pendanaan dari hutang. Perkembangan usaha Perum DAMRI dari tahun 2001 s.d. tahun 2005 turun signifikan yaitu dari laba setelah pajak tahun 2001 sebesar Rp1.901 juta, namun di tahun 2005 perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp19.320 juta (lihat lampiran 3).
5. Pemahaman Struktur Pengendalian Intern Rancangan dan pelaksanaan Struktur Pengendalian Intern Perum Damri sudah memadai, namun masih dijumpai beberapa kelemahan sebagaimana dinyatakan dalam laporan BPK-RI No……./Auditama V/5/2006 tanggal 31 Mei 2006 tentang Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan dan Pengendalian Intern.
Satuan Pengawasan Intern (SPI) sebagai aparat pengawasan intern bagi perusahaan telah memiliki dan melaksanakan program kerja yang mendukung terciptanya rancangan dan
2 BPK-RI / AUDITAMA V
pelaksanaan Struktur Pengendalian Intern yang baik. Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) tahun 2005 diajukan sebanyak 60 objek kegiatan dan realisasinya sebanyak 63 obyek kegiatan.
Auditor Utama Keuangan Negara V Penanggung Jawab Audit,
Drs. J. Widodo H Mumpuni, Ak. MBA. Register Negara No.D-3745
Jakarta, 31 Mei 2006
3 BPK-RI / AUDITAMA V
HASIL EVALUASI
1. Penyusunan dan Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
Secara umum penyusunan RKAP telah sesuai dengan pedoman/ketentuan yang berlaku dan kebijakan manajemen secara keseluruhan. RKAP tahun 2005 telah disahkan dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. KEP-30/MBU/2005 tanggal 20 Mei 2005. Kebijakan manajemen tersebut telah dirumuskan secara realistis sesuai dengan kondisi yang ada dan prospek perkembangan perusahaan. Perbandingan antara realisasi tahun 2005 dengan realisasi tahun 2004 dan RKAP 2005 :
a. Pendapatan Realisasi pendapatan usaha (bersih) tahun 2005 mencapai Rp292.461,30 juta atau 119,42% dari realisasi tahun 2004 sebesar Rp244.894,03 juta, sedangkan realisasi pendapatan non usaha tahun 2005 hanya mencapai Rp4.150,96 juta atau 11,59% dari realisasi tahun 2004 sebesar Rp35.805,03 juta. Apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2005, realisasi pendapatan usaha tahun 2005 mencapai 99,45% dibawah RKAP sebesar Rp294.073,77 juta, sedangkan realisasi pendapatan non usaha tahun 2005 hanya mencapai 28,43% dari RKAP sebesar Rp14.602,41 juta.
b. Beban Realisasi beban usaha tahun 2005 terdiri dari beban langsung sebesar Rp236.317,62 juta, beban tak langsung sebesar Rp16.802,99 juta dan biaya usaha & administrasi umum sebesar Rp54.503,46 juta, masing-masing meningkat sebesar Rp35.289,48 juta, Rp2.176,83 juta dan Rp1.683,36 juta atau 17,55%, 14,88% dan 3,19 % dari realisasi tahun 2004. Sedangkan realisasi biaya non usaha tahun 2005 sebesar Rp1.970,01juta, menurun sebesar Rp117,38 juta atau 5,96% dari realisasi tahun 2004. Apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2005, realisasi beban usaha tahun 2005 yang terdiri dari beban langsung, beban tak langsung dan beban usaha & administrasi umum tahun 2005 telah melampaui anggarannya masing-masing sebesar Rp236.753,65 juta, Rp13.354,90 juta dan Rp50.382,64 juta atau 119,09%, 114,88% dan 103,19%.
4 BPK-RI / AUDITAMA V
c. Produksi Produksi perjalanan (rit), panjang perjalanan (km-tempuh) dan jasa angkutan tidak bisa mencapai anggarannya. Hal ini disebabkan adanya penurunan bus siap operasi dan jumlah perjalanan (rit). Realisasi tahun 2005 produksi jumlah perjalanan (rit) sebesar 88,61% dari anggaran, panjang perjalanan (km-tempuh) sebesar 83,39% dari anggaran dan jasa angkutan sebesar 86,42% dalam satuan pnp.km, 87,10% dalam satuan pnp dan 55,38% dalam satuan ton.km dari anggaran. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2004 produksi jumlah perjalanan (rit) 96,88%, panjang perjalanan (km-tempuh) 95,41% dan jasa angkutan 99,68% dalam satuan pnp.km 93,60% dalam satuan pnp dan 147,20% dalam satuan ton.km. Perbandingan realisasi produksi tahun 2005 dengan RKAP dan realisasi tahun 2004 secara rinci adalah sebagai berikut :
Produksi Satuan Realisasi Thn 2005
RKAP Thn 2005
Realisasi Thn 2004
% Thd RKAP
Thn 2005
% Thd Realisasi Thn 2004
1 2 3 4 5 6 (3/4) 7 (3/5) Jml Perjalanan (rit)
Bus Kota 1.521.595 1.698.539 1.548.008 89,58 98,29 Antar Kota 73.889 80.633 67.047 91,64 110,20 Antar Negara 5.174 11.326 5.007 45,68 103,34 Wisata 23.050 - 26.929 - 85,60 Bandara 243.409 279.516 241.661 87,08 100,72 Paket & Transit 4.914 8.550 4.787 57,47 102,65 Perintis 190.168 248.808 235.189 76,43 80,86 Jumlah 2.062.199 2.327.372 2.128.628 88,61 96,88 Pjg Prjln(Km-Tmph) (000) Bus Kota Km 35.691 42.573 38.168 83,83 93,51 Antar Kota Km 28.043 32.100 30.006 87,36 93,46 Antar Negara Km 1.998 4.207 1.991 47,49 100,35 Wisata Km 4.341 - 4.398 - 98,70 Bandara Km 12.156 14.758 11.570 82,37 105,06 Paket & Transit Km 4.624 6.276 4.572 73,68 101,14 Perintis Km 11.623 18.171 12.509 63,96 92,92 Jumlah 98.476 118.085 103.214 83,39 95,41
Jasa Angkutan (000) Bus Kota Pnp 52.121 60.315 56.188 86,41 92,76 Antar Kota Pnp.Km 868.384 952.014 875.379 91,22 99,20 Antar Negara Pnp.Km 39.664 70.317 38.634 56,41 102,67 Wisata Pnp 377 - 400 - 94,25 Bandara Pnp 5.740 6.525 5.629 87,97 101,97 Paket & Transit Ton.Km
Pnp 17.324
-31.282
2111.770 55,38
- 147,20
- Perintis Pnp.Km 165.947 220.406 163.480 75,29 101,51
Jumlah Pnp.Km 1.073995 1.242.737 1.077.493 86,42 99,68 Pnp 58.238 66.861 62.218 87,10 93,60
Ton.Km 17.324 31.282 11.769 55,38 147,20
5 BPK-RI / AUDITAMA V
d. Organisasi dan Personalia Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor : KEP-99/MBU/2004 tanggal 11 Oktober 2004, susunan anggota Dewan Pengawas Perum Damri sebagai berikut : a. Sulaiman Ahmad Basjir sebagai Ketua b. Suripno sebagai Anggota c. Maurin Sitorus sebagai Anggota
Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP.85/M-MBU/2002 tanggal 15 April 2002 yang kemudian diubah dengan surat Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP. 11/M-MBU/2004 tanggal 4 Pebruari 2004 susunan Direksi Perum Damri adalah sebagai berikut : a. Twidjara Adji, SE Sebagai Direktur Utama b. Bagus Wisanggeni,SH Sebagai Direktur Usaha c. Viedhya E. Gani, SH Sebagai Direktur Teknik d. Ir. Agus S. Subrata Sebagai Direktur Keuangan, SDM & Adm. Umum
Struktur organisasi dan tata kerja Perum DAMRI ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 7/HK 602/Phb-88. Keputusan ini mengatur bahwa susunan organisasi Perum DAMRI terdiri dari tingkat pusat, tingkat wilayah dan tingkat unit pelaksana teknis. Selain itu mengatur pula susunan organisasi Perum DAMRI di tingkat pusat beserta tugas dan fungsinya. Kekuatan sumberdaya manusia (pegawai) Perum DAMRI dalam tahun 2005 adalah sebagai berikut : - Jumlah pegawai per 31 Desember 2005 6.491 orang - Rencana Jumlah pegawai per 31 Desember 2005 6.673 orang- Dibawah rencana jumlah pegawai 182 orang Kerendahan jumlah pegawai tahun 2005 sebanyak 182 orang disebabkan adanya pegawai memasuki masa pensiun, pensiun dipercepat dan meninggal dunia.
2. Kinerja Perusahaan
Evaluasi tingkat kesehatan Perum DAMRI untuk tahun buku 2005 didasarkan atas kriteria penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik negara yang diatur dalam Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 tentang penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara.
6 BPK-RI / AUDITAMA V
I N D I K A T O R BOBOT TAHUN 2005 TAHUN 2004
NILAI SKOR NILAI SKOR
1. ASPEK KEUANGAN :
1. Return On Equity (ROE 15 (20,54) % 1,00 (21,25) % 1,00
2. Return On Invesment (ROI) 10 15,38 % 9,00 12,04 % 7,00
3. Cash Ratio (Rasio Kas) 3 15,24 % 2,00 30,80 % 2,50
4. Current Ratio (Rasio Lancar) 4 46,43 % 0,00 72,28 % 0,00
5. Collection Periods (CP) 4 4,53 Hari 4,00 4,00 Hari 4,00
6. Perputaran Persediaan (PP) 4 6,89 Hari 4,00 9,00 Hari 4,00
7. Perputaran Total Aset (TATO) 4 153,96 % 4,00 117,83 % 3,50
8. Rasio Total Modal Sendiri terhadap
Total Aset (TMS thd TA) 6 41,10 % 5,50 50,00 % 5,00
Jumlah 1 50 29,50 27,00
2. ASPEK OPERASIONAL :
1. Pelayanan kepada Masyarakat 10 BS 10,00 10,00
2. Efisiensi Produksi dan Produktivitas 8 B 6,00 8,00
3. Pemeliharaan Kontinuitas Prod. 7 BS 7,00 7,00
4. Peningkatan Kualitas SDM 5 K 2,00 3,00
5. Hasil Pelaks. Penugasan Pmrnth 5 B 5,00 5,00
Jumlah 2 35 30,00 33,00
3. ASPEK ADMINISTRASI :
1. Laporan Perhitungan Keuangan 3 0,00 2,00
2. Rancangan RKAP 3 3,00 3,00
3. Laporan Periodik 3 3,00 3,00
4. Kinerja Penyaluran Dana PKBL 3 0,00 0,00
5. Kinerja Pengembalian Dana PKBL 3 1,00 2,00
Jumlah 3 15 7,00 10,00
Jumlah (1 + 2 + 3) 100 66,50 70,00 KUALIFIKASI SEHAT “A" SEHAT “A"
3. Perkembangan Usaha Perusahaan Perkembangan posisi keuangan perusahaan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005, mengalami peningkatan sebesar Rp34.389 juta atau 19,17% dari total asset Perum DAMRI tahun 2001 yang sebesar Rp179.346 juta. Total aset Perum DAMRI tahun 2005 yang mencapai sebesar Rp213.735 juta, masih dinominasi oleh pos aktiva tetap yang mencapai sebesar Rp165.710 juta atau 77,53% dari total aktiva tahun 2005 (lihat lampiran 2).
7 BPK-RI / AUDITAMA V
Dari sisi pasiva, pendanaan perusahaan tahun 2001 s.d. tahun 2005 berubah signifikan. Perubahan tersebut dapat dilihat dari debt to equity ratio (DER) Perum DAMRI yang naik dari 68,71% (tahun 2001) menjadi 153,91% (tahun 2005). Kenaikan DER tersebut disebabkan karena peningkatan akumulasi kerugian tahun 2005 yang mencapai Rp42.678,77 juta yang mengurangi saldo ekuitas. Perkembangan usaha Perum DAMRI dari tahun 2001 s.d. tahun 2005 turun signifikan. Saldo laba setelah pajak tahun 2001 sebesar Rp1.901juta, namun di tahun 2005 perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp19.320,00 juta (lihat lampiran 3). Penurunan perkembangan usaha Perum DAMRI dapat diilustrasikan sebagai berikut, yaitu terdapat peningkatan rasio laba kotor atas pendapatan usaha bersih (gross profit ratio/GPR) tahun 2005 sebesar 1,51% dari tahun 2004 yang sebesar 11,94%. Namun demikian peningkatan GPR tahun 2005 berbanding negatif dengan peningkatan biaya pemasaran dan administrasi yang meningkat hingga mencapai 103,19%. Keadaan tersebut menimbulkan rasio laba usaha atas pendapatan usaha bersih (net profit ratio/NPR) tahun 2005 sebesar minus 6,61% atau menurun sebesar 10,75% dari NPR tahun 2004 sebesar minus 4,15%. Selanjutnya NPR tahun 2005 bila dibandingkan dengan NPR tahun 2001, NPR Perum DAMRI mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar minus 8,43% dari tahun 2001 yang sebesar minus 1,08%.
4. Pemahaman Struktur Pengendalian Intern
a. Umum
Secara umum rancangan dan pelaksanaan Struktur Pengendalian Intern Perusahaan sudah memadai. Hal ini antara lain tercermin dari : - Adanya pemisahan tugas yang tepat. - Adanya verifikasi dan persetujuan transaksi, jurnal pencatatan dan sistem
pelaporan yang tepat. - Adanya kebijakan dan pedoman prosedur untuk menetapkan dan menerapkan
prinsip akuntansi yang berlaku umum secara tepat.
Namun dalam pelaksanaannya masih dijumpai beberapa kelemahan sebagaimana dinyatakan dalam laporan BPK-RI No. 29.B/Auditama V/5/2006 tanggal 31 Mei 2006 tentang Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan dan Pengendalian Intern.
8 BPK-RI / AUDITAMA V
Adapun untuk tugas-tugas yang merupakan bagian dari struktur pengendalian intern, seperti rekonsiliasi perlu ditingkatkan sehingga terjadi koordinasi yang baik antar unit atau bagian.
b. Satuan Pengawasan Intern (SPI)
Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) tahun 2005 diajukan sebanyak 60 objek kegiatan yang terbagi menjadi triwulan I sebanyak 18 obyek kegiatan, triwulan II sebayak 15 obyek kegiatan, triwulan III sebanyak 16 obyek kegiatan dan triwulan IV sebanyak 11 obyek kegiatan. Sedangkan pada pelaksanaannya terealisir sebanyak 63 obyek kegiatan yang terbagi menjadi triwulan I sebanyak 9 obyek kegiatan, triwulan II sebanyak 27 obyek kegiatan, triwulan III sebanyak 20 obyek kegiatan dan triwulan IV sebanyak 7 obyek kegiatan.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
9 BPK-RI / AUDITAMA V
Penilaian Tingkat Kesehatan Perusahaan berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No.KEP-100/MBU/2002
1. Aspek Keuangan
a. Imbalan Kepada Pemegang Saham atas Modal (Return On Equity/ROE)
Ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan Perum DAMRI dalam rangka memenuhi kewajiban kepada pemegang saham dengan perhitungan sebagai berikut :
Laba Setelah Pajak = Modal Sendiri x 100 %
(19.628.862.075,50) = 95.566.300.974,50 x 100 % = (20,54%)
Pengembalian atas modal pada tahun 2005 sebesar minus 20,54% dengan skor 1. Bila dibandingkan tahun 2004, skor atas ratio ROE tidak mengalami penurunan, namun nilai ROE mengalami penurunan sebesar minus 0,71% dari tahun 2004 yang sebesar minus 21,25%.
b. Imbalan Investasi Hasil Pengembalian Atas Total Aktiva (Return On Investasi/ROI)
Ukuran yang digunakan untuk menghitung tingkat kemampuan Perum DAMRI dalam rangka mengembalikan investasi yang telah ditanamkan dengan perhitungan sebagai berikut :
EBIT + Penyusutan = Capital Employed x 100 %
30.277.818.807,70 = 196.854.932.068,00 x 100 % = 15,38%
Tingkat pendapatan yang diperoleh atas jumlah aktiva pada tahun 2005 sebesar 15,38% dengan skor 9. Bila dibandingkan tahun 2004, skor atas ratio ROI tidak mengalami penurunan.
10 BPK-RI / AUDITAMA V
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Ukuran yang digunakan untuk menghitung tingkat kemampuan Perum DAMRI atas dana liquid yang dimiliki dalam rangka memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dengan perhitungan sebagai berikut :
Kas + Bank + S. Berharga Jk Pendek = Kewajiban Lancar x 100 %
9.131.107.898 = 59.924.185.160 x 100 % = 15,24%
Rasio Kas yang dicapai pada tahun 2005 sebesar 15,24% dengan skor yang diperoleh 1,5. Hal ini menunjukkan adanya penurunan baik dalam prosentase maupun skor yang diperoleh apabila dibandingkan dengan rasio yang sama pada tahun 2004 sebesar 30,80% dengan skor 2,5.
d. Rasio Lancar (Current Ratio)
Ukuran yang digunakan untuk menghitung tingkat kemampuan Perum DAMRI menggunakan aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dengan perhitungan sebagai berikut :
Aktiva Lancar = Kewajiban Lancar x 100 %
27.825.502.337 = 59.924.185.160 x 100 % = 46,43%
Rasio lancar yang dicapai pada tahun 2005 sebesar 46,43% dengan perolehan skor sebesar 0. Hal ini menunjukkan adanya penurunan dalam prosentase yang diperoleh apabila dibandingkan dengan rasio yang sama pada tahun 2004 sebesar 72,28% dengan skornya tetap sebesar 0.
e. Jangka Waktu Penagihan Piutang (Collection Period)
Ukuran yang digunakn untuk menghitung waktu rata-rata pengumpulan piutang Perum DAMRI dalam menagih piutang usahanya kepada pihak pengguna jasa dengan perhitungan sebagai berikut :
11 BPK-RI / AUDITAMA V
Total Piutang Usaha = Total Pendapatan Usaha X 365 hari
3.714.811.578 = 299.231.252.251 x 365 hari = 4,53 hari
Jangka waktu penagihan piutang pada tahun 2005 selama 4,53 hari dengan skor yang diperoleh sebesar 4. Hal ini lebih lama dalam jangka waktu penagihan piutang apabila dibandingkan dengan jangka waktu penagihan tahun 2004 yang mencapai 4 hari dengan skor yang diperoleh tetap sama yaitu 4.
f. Perputaran Persediaan
Ukuran yang digunakan untuk menghitung tingkat perputaran persediaan yang digunakan untuk operasional Perum DAMRI dengan perhitungan sebagai berikut :
Total Persediaan = Total Pendapatan Usaha x 365 hari
5.648.022.456 = 299.231.252.251 x 365 hari = 6,89 hari
Rata-rata persediaan tersimpan dalam gudang pada tahun 2005 selama 6,89 hari, yang berarti lebih cepat dalam hal perputaran persediaan apabila dibandingkan dengan perputaran persediaan tahun 2004 yang mencapai 9 hari, namun skor yang didapat tahun 2004 tetap sama dengan skor tahun 2005 yaitu 4.
g. Perputaran Total Asset (Total Asset Turn Over / TATO)
Ukuran yang digunakan untuk menghitung tingkat perputaran asset yang digunakan dalam rangka memperoleh pendapatan perusahaan dengan perhitungan sebagai berikut :
Total Pendapatan = Capital Employed x 100 %
303.073.907.748,50 = 196.854.932.068,00 x 100 % = 153,96%
12 BPK-RI / AUDITAMA V
Perputaran asset pada tahun 2005 sebesar 153,96% dengan skor 4. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan dalam prosentase perputaran total asset maupun skor apabila dibandingkan dengan perputaran asset tahun 2004 yang mencapai 117,83% dengan skor 3,5.
h. Rasio Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset
Ukuran yang digunakan untuk menghitung tingkat solvabilitas perusahaan likuiditas jangka panjang terhadap total aktiva dengan perhitungan sebagai berikut :
Total Modal Sendiri = Total Asset x 100 %
84.176.312.173,00 = 204.785.504.623,00 x 100 % = 41,10%
Pada tahun 2005 rasio total modal sendiri terhadap asset adalah sebesar 41,10% dengan skor 5,5. Hal ini menunjukkan adanya penurunan prosentase apabila dibandingkan dengan rasio total modal sendiri terhadap total asset pada tahun 2004 sebesar 50,00%.
2. Aspek Operasional
Aspek operasional dilihat dari 5 (lima) komponen yaitu pelayanan kepada pelanggan/masyarakat, efisiensi produksi dan produktivitas, pemeliharaan kontinuitas produksi, peningkatan kualitas SDM dan hasil pelaksanaan penugasan Pemerintah. Adapun uraian aspek operasional ini adalah sebagai berikut :
No. Indikator yang Digunakan Bobot Nilai Skor
1. Pelayanan Kepada Pelanggan / Masyarakat 10,5 10,00
2. Efisiensi Produksi dan Produktivitas 6,00
3. Pemeliharaan Kontinuitas Produksi 88,6 7,00
4. Peningkatan Kualitas SDM (297,00) 2,00
5. Hasil Pelaksanaan Penugasan Pemerintah 8,60 5,00
Jumlah Skor Operasional 30,00
13 BPK-RI / AUDITAMA V
3. Aspek Administrasi
a. Laporan Perhitungan Tahunan
Laporan audit tahun 2004 disampaikan kepada pemegang saham pada bulan Juni 2005, yang berarti lebih dari akhir bulan ke 5 (lima) sejak tahun buku perhitungan ditutup, sehingga memperoleh skor 0. Adapun penilaiannya adalah sebagai berikut :
1) sampai dengan akhir bulan ke 4 (empat) sejak tahun buku perhitungan ditutupkan dengan skor 3;
2) sampai dengan akhir bulan ke 5 (lima) sejak tahun buku perhitungan ditutup dengan skor 2;
3) lebih dari akhir bulan ke 5 (lima) sejak tahun buku perhitungan ditutup dengan skor 0.
b. Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP)
Realisasi penyampaian rancangan RKAP tahun 2005 kepada pemegang saham dilaksanakan bulan Januari 2005, sehingga memperoleh skor 3 sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
1) dua bulan sebelum memasuki tahun anggaran atau lebih cepat, skor 3;
2) kurang dari 2 bulan, skor 0.
c. Laporan Periodik
Perum DAMRI selama tahun 2005 selalu tepat waktu menyampaikan laporan periodik triwulanan kepada pemegang saham sehingga memperoleh skor 3 sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Tidak mengalami keterlambatan, skor 3.
2) Jumlah keterlambatan 0 s.d.30 hari, skor 2.
3) Jumlah keterlambatan 30 s.d. 60 hari, skor 1.
4) Jumlah keterlambatan lebih dari 60 hari, skor 0.
d. Kinerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
Indikator yang dinilai atas kinerja Program Kemitraan beserta bobotnya adalah sebagai berikut :
14 BPK-RI / AUDITAMA V
Indikator Bobot
- Efektifitas penyaluran 3
- Tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman 3
Total 6
Daftar penilaian tingkat penyerapan dana program kemitraan (efektifitas penyaluran dana) :
Penyerapan (%) Skor
> 90 3
85 s.d. 90 2
80 s.d. 85 1
< 80 0
Daftar penilaian tingkat pengembalian dana program kemitraan :
Tingkat Pengembalian (%) Skor
> 70 3
40 s.d. 70 2
10 s.d. 40 1
< 10 0
1) Efektivitas penyaluran dana.
Jumlah dana yang disalurkan = Rp36.000.000
Jumlah dana yang tersedia = Rp71.603.485
Jumlah Dana yang Disalurkan Efektifitas Penyaluran Dana =
Jumlah Dana yang Tersedia x 100%
15 BPK-RI / AUDITAMA V
36.000.000 Efektifitas Penyaluran Dana =
71.603.485 x 100%
Efektifitas Penyaluran Dana = 50%
Skor yang diperoleh : 0
2) Tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman
Kolektibilitas Pinjaman = Rp64.408.499
Dana yang Disalurkan = Rp251.413.186
Kolektibilitas Pinjaman Tk. Kol. Penyaluran Pinj. =
Jumlah Dana yang disalurkan x 100%
64.408.499 Tk. Kol. Penyaluran Pinj. =
251.413.186 x 100%
Tk. Kol. Penyaluran Pinj. = 25,6%
Kriteria Pinjaman Bobot Nilai
Lancar 45.375.008 100% 45.375.008
Kurang Lancar 23.125.000 75% 17.343.750
Diragukan 6.758.966 25% 1.689.741
Macet 176.154.212 0% 0
Jumlah Pinjaman 251.413.186 64.408.499
Skor yang diperoleh : 1
Kriteria kualitas piutang pada Mitra Binaan untuk tahun 2005 disusun berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 pasal 24 tentang penggolongan kualitas pinjaman yang ditetapkan sebagai berikut :
16 BPK-RI / AUDITAMA V
Lancar : Pembayaran tepat atau sebelum jatuh tempo
Kurang Lancar : Keterlambatan pembayaran 1 s.d. 180 hari
setelah jatuh tempo
Diragukan : Keterlambatan pembayaran 180 s.d. 360 hari
setelah jatuh tempo
Macet : Keterlambatan pembayaran 360 hari setelah
jatuh tempo
17 BPK-RI / AUDITAMA V
BPK-RI
LAPORAN AUDITOR
INDEPENDEN
LAPORAN KEUANGAN
PERUM DAMRI Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005 dan 2004
Nomor : 29.A /Auditama V/GA/V/2006 Tanggal : 31 Mei 2006 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Jl. Gatot Subroto No.31 Jakarta Pusat 10210 Telp. (021) 5700380,5738740,5720957,5738727, 5704395 s.d 9 pesawat511 Fax. (021) 5700380, 5723995
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
5. Catatan Laporan Keuangan 5.1. Uraian Ringkas Kegiatan Perusahaan
Sesuai pasal 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 tahun
2002 tanggal 20 Mei 2002 tentang Perusahaan Umum Damri dinyatakan :
a. Sifat usaha dari perusahaan adalah menyediakan pelayanan jasa bagi
kemanfaatan umum dengan memperoleh keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan perusahaan;
b. Maksud dan tujuan perusahaan adalah menyelenggarakan usaha yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyelenggaraan jasa
angkutan umum, penumpang dan barang di atas jalan dengan kendaraan
bermotor yang bermutu tinggi dengan memperoleh keuntungan sesuai
dengan prinsip pengelolaan perusahaan.
Dalam pasal 7 dinyatakan bahwa Perum DAMRI menyelenggarakan usaha-
usaha sebagai berikut :
a. Jasa angkutan penumpang untuk umum dan atau barang;
b. Angkutan Perintis berdasarkan penugasan Pemerintah;
c. Usaha-usaha lain yang dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan
perusahaan.
5.2. Kegiatan Usaha
Kegiatan pelayanan angkutan Perum DAMRI dilaksanakan oleh unit-unit
operasional diseluruh wilayah Indonesia sebanyak 62 unit, yaitu :
- Unit Bus Kota = 11 unit
- Unit Antar Kota = 16 unit
- Unit Jarak Jauh = 5 unit
- Unit Angkutan Bandara = 2 unit
- Unit Angkutan Wisata = 3 unit
- Unit Transit dan Paket = 1 unit
BPK-RI/AUDITAMA V
6
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
- Unit Perintis = 23 unit
- Unit Antar Negara = 1 unit
- Jumlah = 62 unit
Modal awal Perum DAMRI yang terbentuk pada waktu perubahan bentuk
perusahaan menjadi Perum DAMRI sebesar Rp.19.700.000.000,00
disyahkan dengan SK. Menteri Keuangan RI Nomor : 40/KMK.011/1987
tanggal 24 Januari 1987.
5.3. Susunan Direksi dan Dewan Pengawas
Susunan Ketua dan anggota Dewan Pengawas sesuai dengan Keputusan
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor : KEP-99/MBU/2004
tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Ketua dan Anggota Dewan
Pengawas Perum DAMRI, dengan susunan sebagai berikut :
- Ketua Dewan Pengawas = Sulaiman Ahmad Basjir
- Anggota Dewan Pengawas = 1. Suripno
2. Maurin Sitorus
Susunan anggota Direksi Perum DAMRI ditetapkan dengan Surat Keputusan
Menteri BUMN Nomor : KEP.11/M.MBU/2004 tanggal 4 Pebruari 2004
sebagai berikut :
- Direktur Utama = Twidjara Adji,SE
- Direktur Usaha = Bagus Wisanggeni, SH
- Direktur Tehnik = Viedhya E. Gani, SH
- Direktur Keuangan, SDM dan = Ir. Agus S. Subrata
Adm.Umum
BPK-RI/AUDITAMA V
7
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
5.4. Kebijakan Akuntansi
5.4.1. Dasar Akrual
Laporan keuangan perusahaan disusun berdasarkan konsep akrual
basis yaitu aktiva, kewajiban, ekuitas, penghasilan dan beban diakui
pada saat kejadian bukan pada saat kas atau setara kas
diterima/dibayar, dan dicatat serta disajikan dalam laporan keuangan
pada periode terjadinya.
5.4.2. Penyisihan piutang usaha
Penyisihan piutang usaha dilakukan atas dasar umur piutang dengan
klasifikasi sebagai berikut :
- Berumur diatas 1 – 2 tahun disisihkan 20 %
- Berumur diatas 2 – 3 tahun disisihkan 40 %
- Berumur diatas 3 – 4 tahun disisihkan 60 %
- Berumur diatas 4 – 5 tahun disisihkan 80 %
- Berumur diatas 5 tahun disisihkan 100 %
Besarnya penyisihan piutang mempertimbangkan juga kualitas
debitur terkait.
Piutang pegawai yang nyata-nyata tidak dapat ditagih karena alasan
pegawai yang bersangkutan pensiun/meninggal dunia dan ahli
warisnya tidak mampu, pegawai berhenti/diberhentikan dan tidak
mampu serta alamatnya tidak jelas serta debitur pailit atau alamatnya
tidak jelas, setelah diperhitungkan dengan hak-hak pegawai yang
bersangkutan langsung dihapusbukukan dan dibebankan sebagai
beban lain-lain.
BPK-RI/AUDITAMA V
8
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
5.4.3. Nilai Barang Persediaan
a. Pemakaian barang-barang persediaan dari gudang dinilai dengan
menggunakan Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
atau First In First Out (FIFO) yang dilaksanakan secara konsisten.
b. Barang-barang yang tidak memiliki manfaat lagi bagi perusahaan
karena kerusakan fisik sehingga tidak dapat digunakan, maka
barang-barang persediaan tersebut dinilai berdasarkan metode
nilai terendah antara harga pasar dan harga perolehan dan
disajikan sebagai aktiva lain-lain. Selisih harga pasar pokok
dikurangi harga pasar dibebankan dalam perhitungan laba/rugi.
5.4.4. Perolehan Aktiva Tetap.
a. Perolehan secara tunai.
Aktiva tetap dinilai berdasarkan beban yang dikeluarkan untuk
memperoleh aktiva tetap, seperti harga beli dan seluruh beban
yang dikeluarkan hingga aktiva tersebut siap untuk digunakan
dalam kegiatan usaha perusahaan dengan ketentuan bahwa :
1) Potongan pembelian dibukukan sebagai pengurangan harga
perolehan aktiva, sebagaimana sifatnya yang merupakan
pengurangan dalam harga beli;
2) Untuk aktiva tetap yang diperoleh dengan valuta asing dicatat
dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi yaitu
pada saat penandatanganan kontrak.
b. Perolehan secara kredit.
Aktiva tetap yang diperoleh secara kredit, dinilai berdasarkan
harga perolehannya, tetapi bunga atas pembelian kredit dicatat
sebagai beban.
BPK-RI/AUDITAMA V
9
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
c. Perolehan sebagai hasil konstruksi.
Aktiva tetap yang diperoleh sebagai hasil konstruksi, dinilai
berdasarkan pengeluaran beban langsung dan beban tidak
langsung (overhead) yang terjadi selama pembangunan.
Apabila dana pembangunan diperoleh dari pinjaman, maka beban
bunga selama masa konstruksi dikapitalisasi.
5.4.5. Penyusutan Aktiva Tetap.
Aktiva tetap disusutkan dengan metode garis lurus dari nilai
perolehan berdasarkan umur ekonomisnya yakni :
- Bangunan = 5,00 %
- Kendaraan Angkutan :
Single Decker = 14,28 %
Double Decker = 10,00 %
Eks KTT dan Bus Baru = 11,11 %
- Kendaraan Dinas = 20,00 %
- Mesin/Inventaris Bengkel = 20,00 %
- Perkakas Kendaraan = 20,00 %
- Mesin Kantor = 20,00 %
- Inventaris Kantor = 20,00 %
5.4.6. Aktiva Lain-lain.
a. Jaminan Hari Tua (JHT) yang ditangguhkan.
Amortisasi atas beban Jaminan Hari Tua (JHT) dibebankan
selama 10 tahun sejak tahun 1994 atau 10 % pertahun.
b. Beban Perluasan/Pelatihan.
Amortisasi atas beban perluasan/pelatihan dibebankan selama 10
tahun sejak tahun 1996 atau 10 % pertahun.
BPK-RI/AUDITAMA V
10
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
c. Beban Sewa Tanah.
Amortisasi atas beban sewa tanah dibebankan selama 30 tahun
atau lebih kurang 3,33 % pertahun.
5.4.7. Utang Pembelian
Utang Pembelian dibukukan atas dasar Berita Acara penyerahan
barang atau jasa, sedangkan atas utang jangka panjang yang akan
jatuh tempo dalam waktu 1 tahun setelah tanggal neraca disajikan
sebagai kewajiban jangka pendek.
BPK-RI/AUDITAMA V
11
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
5.4.8. Pendapatan
Pengakuan pendapatan didasarkan prinsip accrual basis yaitu
pendapatan yang dihasilkan dalam satu periode diakui sebagai
pendapatan dan dibukukan dalam periode tersebut walaupun
pendapatan tersebut belum diterima atau akan diterima pada periode
berikutnya.
5.4.9. Beban
Pengakuan beban didasarkan pada prinsip Accrual Basis yakni bahwa
beban yang terjadi dan merupakan beban dalam satu periode diakui
sebagai beban dan dibukukan dalam periode tersebut walaupun beban
belum dibayar atau pembayarannya dilakukan pada periode
berikutnya.
5.4.10. Imbalan. Kerja
PSAK 24 (revisi 2004) mengatur mengenai semua kewajiban
perusahaan atas imbalan yang akan diberikan kepada pekerja yang
berhak di masa depan serta pengakuan beban manfaat ekonomis yang
dihasilkan dari jasa yang diberikan oleh pekerja. Standar ini
diterapkan secara retrospektif untuk laporan keuangan periode yang
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Juli 2004.
1) Program Pensiun
Perusahaan memberikan imbalan kerja kepada karyawan berupa
pensiun (Jaminan Hari Tua) pasca kerja. Kewajiban atas imbalan
kerja diakui berdasarkan Perjanjian Kerjasama Perum DAMRI
dengan PT Jiwasraya yang dituangkan dalam perjanjian
No.54/KU.103/DU-024.SJ.U.0494 tanggal 14 April 1994, yang
BPK-RI/AUDITAMA V
12
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
kemudian diaddendum tanggal 1 Desember 1998 dan sejak 25
Nopember 2005 dilakukan melalui Perjanjian Kerja Sama antara
Perseroan dengan Serikat Pekerja yang dihitung oleh aktuaris
independent dan dicatat sebesar nilai kewajiban.
2) Pesangon Pemutusan Hubungan Kerja
Pesangon Pemutusan Hubungan Kerja terhutang saat karyawan
dihentikan kontrak kerjanya sebelum usia pensiun normal.
Perusahaan mengakui beban dan kewajiban atas pesangon
pemutusan kontrak kerja apabila perusahaan mempunyai
komitmen untuk memutuskan hubungan kerja atau mempunyai
komitmen untuk memberikan imbalan bila terdapat karyawan
yang ingin mengundurkan diri secara sukarela, sesuai dengan
PSAK 24 (revisi 2004).
BPK-RI/AUDITAMA V
13
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
5.5. Penjelasan Pos-pos Neraca.
5.5.1 Kas dan Bank.
Merupakan saldo uang tunai dan simpanan giro di Bank per 31
Desember 2005 dan 2004 masing-masing sebesar Rp.9.131.107.899
dan Rp.13.992.511.804 terdiri dari :
2005 2004
Rp Rp
Kas 1.272.060.089 1.160.400.464
Bank 7.859.047.810 12.832.111.340
9.131.107.899 13.992.511.804
Saldo kas tersebut di atas telah sesuai dengan hasil kas opname dan
saldo bank telah sesuai dengan rekonsiliasi bank.
5.5.2 Piutang Usaha
Merupakan piutang yang berasal dari kegiatan pokok perusahaan
dengan penjelasan sebagai berikut :
2005 2004
Rp Rp
Piutang Usaha 4.441.517.923 3.706.949.350
Penyisihan Piutang (726.706.344) (1.048.275.070)
3.714.811.579 2.658.674.280
Piutang usaha timbul atas penyewaan dan atau pemakaian bus oleh
pihak ketiga yang pembayarannya dilakukan secara periodik setelah
jasa diberikan.
Rincian umur piutang piutang usaha terlampir pada Lampiran I.
BPK-RI/AUDITAMA V
14
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
5.5.3 Piutang Persekot dan Pegawai.
Saldo piutang persekot dan pegawai per 31 Desember 2005 dan 2004
masing-masing sebesar Rp. 3.101.738.069 dan Rp. 3.577.543.098
merupakan pemberian persekot kerja dan pemberian pinjaman kepada
karyawan perusahaan.
5.5.4 Piutang Lain-lain.
Saldo piutang lain-lain per 31 Desember 2005 dan 2004 masing-
masing sebesar Rp928.279.594 dan Rp959.408.952 meliputi piutang
yang tidak termasuk dalam piutang persekot dan pegawai.
5.5.5 Pendapatan Yang Masih Harus Diterima.
Pendapatan yang masih harus diterima per 31 Desember 2005 dan
2004 masing-masing sebesar Rp156.301.077 dan Rp285.437.160
merupakan pendapatan bunga deposito yang belum diterima dan sewa
gedung.
5.5.6 Uang Muka Pajak.
Saldo uang muka pajak per 31 Desember 2005 dan 2004 masing-
masing sebesar Rp1.983.745.905 dan Rp1.403.652.480 terinci
sebagai berikut :
Jenis Pajak : 2005 2004
Rp Rp
PPh pasal 22 88.159.367 130.461.998
PPh pasal 23 1.143.644.650 1.273.190.482
PPh pasal 25 751.941.888 0
1.983.745.905, 1.403.652.480
BPK-RI/AUDITAMA V
15
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
5.5.7 Persediaan.
Merupakan saldo persediaan per 31 Desember 2005 dan 2004
masing-masing sebesar Rp5.648.022.456 dan Rp6.247.831.554 terdiri
dari :
Persediaan : 2005 2004
Rp Rp
Ban Luar/Dalam 367.471.520 469.060.140
Ban Vulkanisir 129.950.750 156.501.400
Bahan Bakar 179.400 33.221.100
Bahan Pelumas 200.212.825 195.826.742
Suku Cadang 3.658.899.459 4.374.768.837
Suku cadang Perbaikan 216.309.651 221.516.641
Karcis Bus 226.072.740 191.670.933
Alat Tulis Kantor 108.371.020 104.322.931
Obat-obatan 18.630.339 6.322.578
Pakaian Dinas 715.109.503 440.585.002
Karcis Tol 6.815.250 53.345.250
Bahan Kimia 0 690.000
5.648.022.456 6.247.831.554
5.5.8 Biaya Dibayar Dimuka.
Merupakan beban dibayar dimuka per 31 Desember 2005 dan 2004
masing-masing sebesar Rp3.118.500.940 dan Rp3.646.916.992 terdiri
dari :
BPK-RI/AUDITAMA V
16
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
2005 2004
Rp Rp
Asuransi Kendaraan 908.134.467 948.819.573
Asuransi Bangunan 0 948.819.573
Asuransi Bangunan 139.151.456 248.970
Sewa Kantor 0 47.597.700
Pajak Kend.Bus/Truk 713.745.110 819.064.287
Tunjangan Hari Raya 1.349.705.740 1.820.306.833
Bantuan Pengusaha Kecil 7.764.167 10.879.635
3.118.500.940 3.646.916.992
5.5.9 Uang Muka Pembelian.
Merupakan uang muka pembelian aktiva tetap dan persediaan per 31
Desember 2005 dan 2004 masing-masing sebesar Rp42.994.818 dan
Rp60.632.133.
5.5.10 Aktiva Tetap.
Aktiva tetap (bersih) per 31 Desember 2005 dan 2004 masing-masing
sebesar Rp165.710.438.189 dan Rp168.574.118.827 terdiri dari :
2005 2004
Rp Rp
Tanah 15.025.310.273 15.008.490.273
Bangunan 20.289.050.244 19.460.796.423
Kendaraan Bus 382.931.856.437 371.926.745.623
Kendaraan Truk 8.124.143.289 6.714.292.489
Kendaraan Dinas 5.372.236.406 5.034.746.361
Mesin Perbengkelan 3.275.256.105 3.223.992.698
Perkakas Kendaraan 2.793.550.159 2.730.173.089
BPK-RI/AUDITAMA V
17
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
2005 2004
Rp Rp
Mesin Kantor 2.878.518.589 2.787.920.295
Inventaris Kantor 5.586.131.012 5.308.671.623
Nilai Perolehan 449.276.052.515 435.314.568.606
Akum. Penyusutan (283.565.614.326) (266.740.449.779)
Nilai Buku 165.710.438.189 168.574.118.827
Atas tanah senilai tersebut di atas, diketahui bahwa di jalan Kebon
Kawung No.20 dan 22 Bandung dengan luas 1.829 m2 dan senilai
Rp146.320.000 sesuai Akte Perjanjian Jual Beli No.16 tanggal 3
Agustus 1960 dan surat tanda penerimaan No. 60 tanggal 9 Mei 1961,
sampai dengan pemeriksaan berakhir tanggal 24 Mei 2006 status
kepemilikannya masih dalam proses peradilan.
5.5.11 Aktiva Dalam Proses
Merupakan aktiva yang belum selesai pengerjaannya per 31
Desember 2005 dan 2004 masing-masing sebesar Rp16.882.685.555
dan Rp1.533.865.562 dengan rincian :
2005 2004
Rp Rp
Pengadaan bus/chassis 16.240.800.000 0
Rehab body bus 418.811.890 893.149.307
Alat penunjang 223.073.665 640.716.255
16.882.685.555 1.533.865.562
5.5.12 Deposito Dijaminkan
Deposito yang dijaminkan per 31 Desember 2005 adalah nihil,
sedangkan tahun 2004 sebesar Rp7.135.000.000.
BPK-RI/AUDITAMA V
18
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
5.5.13 Piutang Ragu-ragu/Pasif
Merupakan piutang usaha, porsekot dan pegawai yang tidak
dimungkinkan untuk ditagih karena pegawai yang bersangkutan telah
meninggal dan pensiun serta telah berumur diatas 5 tahun, per 31
Desember 2005 sebesar Rp1.201.596.144, sedangkan tahun 2004
adalah nihil.
5.5.14 Tanah Sengketa
Merupakan tanah yang masih bermasalah dengan pihak ketiga per 31
Desember 2005 dan 2004 masing-masing sama sebesar
Rp489.360.000 di Pool Kemayoran Jl. Angkasa No.17.B dengan luas
tanah 12.230 M2.
5.5.15 Aktiva Tetap Rusak Berat.
Merupakan nilai buku kendaraan angkutan umum bus, kendaraan
dinas, inventaris kantor, mesin kantor dan perkakas kendaraan yang
tidak dapat dioperasikan lagi karena rusak berat per 31 Desember
2005 sebesar Rp2.506 dan 2004 sebesar Rp2.415 dengan rincian
sebagai berikut :
2005 2004
Rp Rp
Bus 30.744.211.119 14.529.305.108
Kendaraan dinas 207.180.848 153.447.078
Mesin bengkel 183.614.717 183.614.717
Mesin kantor 77.531.143 77.531.143
BPK-RI/AUDITAMA V
19
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
2005 2004
Rp Rp
Perkakas Kendaraan 84.838.353 84.838.353
Invent. kantor/meubelair 74.364.170 74.364.170
Nilai perolehan 31.371.740.350 15.103.100.569
Akum. Penyusutan (31.371.737.845) (15.103.098.155)
Nilai Buku 2.505 2.414
Dalam Aktiva Tetap Rusak Berat termasuk aktiva tetap Stasiun
Banda Aceh yang hilang dalam badai Tsunami pada bulan Desember
2004 yang diusulkan dihapus dari neraca perusahaan, dengan rincian
sebagai berikut :
Harga
Perolehan
Akum.
Penyusutan
Nilai
Buku
Rp Rp Rp
Kendaraan Bus 1.277.481.450 1.277.481.437 13
Kendaraan Dinas 22.747.900 22.747.897 3
Mesin Bengkel 55.000 54.999 1
Perkakas Kendaraan 39.473.770 39.473.765 5
Mesin Kantor 6.353.500 6.353.495 5
Inventaris Kantor 14.578.000 14.577.981 19
Nilai Buku 1.360.689.620 1.360.689.574 46
5.5.16 Uang Jaminan.
Merupakan uang jaminan per 31 Desember 2005 dan 2004 masing-
masing sebesar Rp186.897.402 dan Rp68.397.768.
BPK-RI/AUDITAMA V
20
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
5.5.17 Persediaan Yang Akan Dihapus.
Merupakan persediaan barang bekas/tua/afkir/hilang dan persediaan
yang tidak bisa dimanfaatkan dan telah disusutkan seluruhnya dengan
rincian sebagai berikut :
2005 2004
Rp Rp
Harga Perolehan 1.249.705.151 623.083.188
Akumulasi Penyusutan (1.249.705.150) (623.083.187)
Nilai Buku 1 1
5.5.18 Beban JHT Yang Ditangguhkan.
Merupakan sisa pembayaran JHT pegawai per 31 Desember 2005
dengan saldo sebesar Rp407.102.735 yang bebannya ditangguhkan
selama 10 tahun sejak tahun 1994 dengan rincian sebagai berikut :
Jmh pembayaran tahun 1997 Rp 11.745.651.035
Dikurangi :
- Telah dibebankan (Rp3.637.196.072)
- Penarikan Utang Dana Pensiun
(Rp1.428.696.054)
(Rp.5.065.892.126)
Rp 6.679.758.909
- Beban JHT tahun 2001 Rp4.377.936.419
Rp11.057.695.328
- Amortisasi beban JHT ditangguhkan :
s.d. tahun 2000 (Rp4.006.960.690)
Tahun 2001 (Rp1.328.726.381)
Tahun 2002 (Rp1.328.726.381)
BPK-RI/AUDITAMA V
21
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
Tahun 2003 (Rp1.328.726.381)
Tahun 2004 (Rp1.328.726.381)
Tahun 2005 (Rp1.328.726.381)
Rp (10.650592.593)
Saldo per 31 Desember 2005 Rp 407.102.735
5.5.19 Uang Wajib Tahunan Otorita (UWTO) Tanah Batam
Merupakan pembayaran hak sewa tanah (uang wajib tahunan otorita)
di Batam senilai Rp466.159.400 sesuai Surat Perjanjian
No.1618/SPJ/ KA-AT/XII/1996 tanggal 24 Desember 1996 dan nilai
per 31 Desember 2005 sebesar Rp284.900.189 dengan rincian
sebagai berikut :
2005 2004
Rp Rp
Nilai UWTO 466.159.400 466.159.400
Amortisasi UWTO (181.259.211) (165.725.564)
Jumlah 284.900.189 300.433.836
5.5.20 Aktiva Tetap Tidak Produktif.
Jumlah aktiva tetap tidak produktif per 31 Desember 2005 dan 2004
adalah tidak tetap sebesar Rp749.132.565 yang terdiri dari :
2005 2004
Rp Rp
Nilai Perolehan 753.400.565 753.400.565
Akumulasi Penyusutan (4.268.000) (4.268.000)
Jumlah 749.132.565 749.132.565
Merupakan aktiva yang tidak produktif yang dimiliki Perum DAMRI
berupa tanah dan bangunan di 6 lokasi yang telah disetujui untuk
BPK-RI/AUDITAMA V
22
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
dihapus dengan cara dijual melalui penawaran terbuka tanpa prosedur
lelang sesuai surat Menteri BUMN No.S-382/MBU/2003 tanggal 21
Oktober 2003 perihal Persetujuan Penjualan Aktiva Milik Perum
DAMRI.
Asset yang telah terjual pada tahun 2004 terletak di UBK Surabaya,
UBK Jember, Set. Palembang dan Bandar Lampung.
Sedangkan lokasi yang belum terealisir :
UBK Medan - tanah Rp 713.507.565
Stasiun Rangkas - tanah 35.625.000
- bangunan 4.268.000
Nilai Perolehan Rp 753.400.565
Nilai Akumulasi Penyusutan (4.268.000)
Nilai Buku Rp 749.132.565
5.5.21 Utang Pembelian
Merupakan hutang atas pembelian sukucadang, ban, bahan bakar,
pelumas, pembuatan/rehab body bus dan alat tulis kantor serta chassis
per 31 Desember 2005 dan 2004 masing-masing sebesar
Rp14.079.262.485 dan Rp20.346.272.804.
5.5.22 Pendapatan Diterima Dimuka.
Pendapatan diterima dimuka per 31 Desember 2005 dan 2004
masing-masing sebesar Rp1.476.483.886 dan Rp1.015.356.796
merupakan pendapatan sewa pemasangan iklan pada bus kota dan
hasil penjualan karcis pelajar.
5.5.23 Beban Yang Masih Harus Dibayar.
Merupakan hutang atas beban operasi diantaranya berupa beban
pegawai, beban pemeliharaan, beban telepon, air dan listrik kantor.
BPK-RI/AUDITAMA V
23
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
Beban yang masih harus dibayar per 31 Desember 2005 dan 2004
masing-masing sebesar Rp. 5.484.063.546 dan Rp.4.539.517.721.
5.5.24 Hutang Pembagian Keuntungan.
Merupakan hutang jasa produksi yang belum dibagikan dari hasil
pembagian keuntungan tahun 1986 sampai dengan per 31 Desember
2005 dan 2004 masing-masing dengan nilai sebesar Rp.98.731.634.
5.5.25 Hutang Lain-lain.
Merupakan penerimaan uang titipan jaminan hari tua (JHT), jasa
iklan, iuran dana astek dan jasa raharja per 31 Desember 2005 dan
2004 masing-masing sebesar Rp5.628.094.105 dan Rp3.038.298.717
dengan rincian sebagai berikut :
2005 2004
Rp Rp
Jaminan Hari Tua 672.362.080 68.023.159
Jaminan Iklan 1.338.073.400 925.734.273
Lain-lain 3.617.658.625 1.744.541.015
Jumlah 5.628.094.105 3.038.298.447
5.5.26 Utang Jangka Panjang Jatuh Tempo.
Merupakan hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam tahun
2005 atas Utang Kredit Likuiditas Usaha Angkutan Umum Bus
Perkotaan (KLUAUBP), kredit Bank dan Sewa Guna Usaha per 31
Desember 2005 dan 2004 masing-masing sebesar Rp31.608.196.557
dan Rp15.035.357.189 dengan rincian sebagai berikut :
BPK-RI/AUDITAMA V
24
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
2005 2004
Rp Rp
KLUAUBP 6.685.184.651 7.465.184.650
Kredit Bank 15.415.590.585 5.493.886.791
Sewa Guna Usaha 0 347.254.880
Kredit Lembaga Keuangan 9.507.421.321 1.729.030.868
Jumlah 31.608.196.557 15.035.357.189
KLUAUBP yang berasal dari Bank Indonesia yang disalurkan
melalui Bank Pembangunan Daerah yang ditarik pada tahun 1999
untuk pembiayaan pembelian suku cadang bus kota dengan bunga 6%
dengan rincian sebagai berikut :
Jumlah KLUAUBP……………………….………Rp.14.859.543.541
Pelunasan :
• Sampai tahun 2001 …… Rp5.667.213.658
• Tahun 2002 …………….. Rp 617.145.232
• Pelunasan tahun 2003 ……. Rp 460.000.000
• Pelunasan tahun 2004 ……. Rp 650.000.000
• Pelunasan tahun 2005 ….. Rp 780.000.000
Rp 8.174.358.890
Sisa KLUAUBP per 31 Desember 2005 Rp 6.685.184.651
Hutang sewa guna usaha per 31-12-2003……… Rp 558.962.147
Pembayaran tahun 2004…………………………. (Rp 211.707.267)
Sisa sewa guna usaha per 31-12-2004…………… Rp 347.254.880
Pembayaran tahun 2005…………………………. Rp 347.254.880
Saldo Sewa Guna Usaha……………………… Rp 0
BPK-RI/AUDITAMA V
25
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
Kredit Bank Jatuh Tempo :
Bank Bukopin………. ……..… Rp 15.165.590.585
Bank BII…………………….… Rp 250.000.000
Saldo Kredit Bank …………………………… Rp15.415.590.585
Kredit lembaga keuangan Jatuh tempo………Rp 9.507.421.321
5.5.27 Utang Pajak.
Merupakan utang PPN dan PPh pasal 23 wapu per 31 Desember 2005
dan 2004 masing-masing sebesar Rp1.497.069.461 dan
Rp1.350.329.657 dengan rincian sebagai berikut :
2005 2004
Rp Rp
PPN 1.028.446.255 856.259.186
PPh Pasal 23 Wapu 468.623.206 494.070.471
Jumlah 1.497.069.461 1.350.329.657
5.5.28 Utang Bunga
Merupakan utang bunga yang belum terbayar atas pengadaan bus
Beijing per 31 Desember 2005 sebesar Rp.52.283.486.
5.5.29 Kewajiban Pajak Tangguhan.
Perkiraan ini merupakan jumlah pajak penghasilan terhutang untuk
periode mendatang sebagai akibat perbedaan temporer kena pajak
(PSAK 46).
Perbedaan temporer pengakuan beban dan pendapatan antara
perusahaan dengan pajak terdapat pada beban penyusutan aktiva tetap
alat produksi (bus dan truk) serta beban penyisihan piutang usaha.
BPK-RI/AUDITAMA V
26
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
Sedangkan perhitungan beban penyusutan aktiva alat penunjang telah
sesuai dengan ketentuan perpajakan dan khusus untuk penyusutan bus
sewa guna usaha merupakan perbedaan yang permanen.
Perhitungan kewajiban pajak tangguhan adalah sebagai berkut :
2005 2004
Rp Rp
Nilai Buku Bus dan Truk :
- Akuntansi 139.218.008.878 140.740.452.979
- Pajak 84.219.476.491 106.549.510.429
54.998.532.387 34.190.942.550
Penyisihan Piutang 726.706.344 1.048.275.069
Kewajiban 54.271.826.043 33.142.667.481
Prosentase Pajak Tangguhan
30% 30%
Kewajiban Pajak Tangguhan
16.281.547.813 9.942.800.245
Perhitungan beban penyusutan aktiva alat penunjang telah sesuai
dengan ketentuan perpajakan.
5.5.30 Kredit Bank.
Merupakan kredit kepada Bank Muamalat Cabang Arthaloka per 31
Desember 2005 dan 2004 masing-masing sebesar
Rp22.649.257.259 dan Rp42.777.769.996 dengan rincian sebagai
berikut :
BPK-RI/AUDITAMA V
27
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
2005 2004
Rp Rp
Saldo Awal 42.777.769.996 45.493.786.237
Pencairan 7.054.900.000 3.150.000.000
49.832.669.996 48.643.786.237
Pelunasan 17.261.708.944 372.129.450
32.570.961.052 48.271.656.787
Saldo Jatuh Tempo dalam 1 tahun
9.921.703.793 5.493.886.791
Saldo Akhir 22.649.257.259 42.777.769.996
5.5.31 Kredit Lembaga Keuangan Non Bank.
Saldo penerimaan pinjaman pengadaan kendaraan alat produksi bus
& minibus per 31 Desember 2005 sebesar Rp8.761.562.218 dengan
rincian :
PT. Tiga Berlian Autofiance Rp 239.626.339
PT. Astra Sedaya Finance 5.116.713.910
PT. Bringin Srikandi Finance 7.812.090.019
PT. Saseka Gelora Finance 822.222.222
PT. Central Sari Finance 3.139.469.639
17.130.122.129
Jatuh Tempo dalam 1 tahun 9.507.421.321
7.622.700.808
PT. Delta Selaras 1.061.562.500
PT. Dippostar 77.298.910
Leasing Jangka Panjang 8.761.562.218
5.5.32 Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditentukan Statusnya.
Saldo Bantuan Pemerintah yang Belum Ditentukan Statusnya
(BPYBDS) per 31 Desember 2005 dan 2004 masing-masing sebesar
BPK-RI/AUDITAMA V
28
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
Rp8.952.113.000 dan Rp6.434.873.000, dengan rincian sebagai
berikut :
2005 2004
Rp Rp
Saldo Awal 6.434.873.000 5.385.000
Penambahan 2.517.240.000 1.049.873.000
Saldo Akhir 8.952.113.000 6.434.873.000
Bantuan pemerintah per 31 Desember 2005 sebesar Rp8.952.113.000
dengan rincian sebagai berikut :
- 30 unit bus Isuzu NKR. 66 tahun 2002 Rp 5.385.000.000
- 5 unit bus Mitsubishi FE. 447 PS. 135 Tahun 2004 Rp 1.049.873.000
- 12 unit bus Mitsubishi FE. 447 PS. 135 Rp 2.517.240.000
Jumlah Rp 8.952.113.000
5.5.33 Utang Kontrak Aktiva Tetap Alat Produksi
Merupakan utang kontrak atas pengadaan 49 unit kendaraan bus per
31 Desember 2005 sebesar Rp.12.992.640.000 ( 80% X
Rp.16.240.800.000)
5.5.34 Ekuitas.
Saldo ekuitas per 31 Desember 2005 dan 2004 masing-masing
sebesar Rp84.176.312.173 dan Rp.103.496.873.530
dengan rincian :
2005 2004
Rp Rp
Modal Disetor 19.700.000.000 19.700.000.000
BPK-RI/AUDITAMA V
29
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
PMN 105.425.621.505 105.425.621.505
Cadangan 1.729.464.728 1.729.464.728
Akumulasi Laba (Rugi) (42.678.774.060) (23.358.212.703)
Saldo Akhir 84.176.312.173 103.496.873.530
Penjelasan Ekuitas lebih lanjut adalah sebagai berikut :
Modal Disetor
Merupakan modal awal yang terbentuk pada tanggal 29 September
1982 pada waktu perubahan bentuk menjadi Perum dan telah
disyahkan sebagai modal awal Perum DAMRI berdasarkan surat
keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.40/KMK.011/1987 tanggal 24 Januari 1987 dengan nilai sebesar
Rp.19.700.000.000
Penyertaan Modal Pemerintah (PMP)
Adalah bantuan dari pemerintah berupa bus dan sukucadang yang
diterima secara bertahap dengan nilai sebesar Rp.105.425.621.505
terdiri dari :
PP. No. 32 tahun 1992 Rp. 55.085.835.288
PP. No. 94 tahun 2000 Rp. 38.359.786.217
PP. No. 21 tahun 2001 Rp. 4.608.000.000
PP. No. 66 tahun 2002 Rp. 1.860.000.000
PP. No. 60 tahun 2003 Rp. 5.512.000.000
Rp. 105.425.621.505
Cadangan-cadangan :
Merupakan cadangan yang berasal pada waktu perubahan perusahaan
menjadi Perum dan yang berasal dari pembagian keuntungan.
Cadangan-cadangan per 31 Desember 2002 dengan nilai sebesar
Rp.1.729.464.728 terdiri dari :
BPK-RI/AUDITAMA V
30
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
Cadangan Modal Rp. 37.693.711
Cadangan Umum Rp. 683.484.522
Cadangan Tujuan Rp. 1.008.286.495
Rp. 1.729.464.728
Cadangan modal terbentuk pada tanggal 29 September 1982 dan telah
disyahkan sebagai cadangan modal Perum DAMRI berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.:40/KMK.011/1987 tanggal 24 Januari 1987.
Cadangan umum merupakan cadangan yang dibentuk sebesar 20 %
dari keuntungan tahun 1986 sampai dengan tahun 1991 dan 10 % dari
sisa penyisihan laba bersih tahun 1996.
Cadangan tujuan merupakan cadangan yang dibentuk sebesar 5 %
dari keuntungan tahun 1986 sampai dengan tahun 1991 dan dari
pembagian keuntungan tahun 1996 ditentukan sebesar
Rp.840.000.000
Akumulasi Laba (Rugi)
Akumulasi saldo laba (Rugi) sampai dengan 31 Desember 2005 dan
2004 masing-masing rugi sebesar Rp42.678.774.060 dan
Rp23.358.212.703.
2005 2004
Rp Rp
Laba (rugi) tahun lalu (23.358.212.703) (33.516.999.772)
Laba (rugi) tahun berjalan (19.320.561.357) 10.158.787.069
Saldo Akhir (42.678.774.060) (23.358.212.703)
BPK-RI/AUDITAMA V
31
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
5.6. Penjelasan Pos-pos Laba (Rugi)
5.6.1. Hasil Usaha
Hasil usaha yang diperoleh dari pengoperasian bus penumpang dan
truk angkutan barang serta subsidi penugasan perintis periode tahun
2005 sebesar Rp299.231.252.251 sedangkan tahun 2004 diperoleh
sebesar Rp250.033.369.862 dengan rincian sebagai berikut :
2005 2004
Rp Rp
Pendapatan Operasional :
Angkutan Penumpang 272.825.312.178 223.859.011.300
Angkutan Barang 9.904.236.602 8.210.825.687
Jasa Transit 682.251.175 497.849.295
Perbengkelan 150.270.000 152.717.000
283.562.069.955 232.878.268.013
Subsidi Perintis 13.172.831.848 16.264.151.849
Subsidi Pemerintah 2.496.350.449 890.950.000
Jumlah 299.231.252.251 250.033.369.862
5.6.2. Beban Komisi Penjualan
Komisi penjualan selama tahun 2005 sebesar Rp6.769.948.508
sedangkan tahun 2004 sebesar Rp5.139.343.897 dengan rincian
sebagai berikut :
2005 2004
Rp Rp
Komisi Agen 5.331.430.388 3.901.058.408
Komisi Transit 762.959.074 624.372.678
Discount/Pot.Harga 675.559.046 613.912.811
Jumlah 6.769.948.508 5.139.343.897
BPK-RI/AUDITAMA V
32
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
5.6.3. Beban Pokok
Merupakan pengeluaran beban langsung dan beban tidak langsung
untuk pengoperasian armada selama tahun 2005 sebesar
Rp253.120.612.141, sedangkan tahun 2004 sebesar
Rp215.654.299.232 dengan rincian sebagai berikut :
2005 2004
Beban Langsung : Rp Rp
Tenaga Operasi
25.416.185.475
23.308.819.146
Tenaga PPA
4.529.532.184
3.704.734.119
Operasi 142.969.703.797 106.336.370.802
Perawatan Kendaraan 27.453.226.392 31.164.013.254
Penjualan 2.537.286.085 3.022.132.059
Bengkel 73.830.579 141.239.089
Penyusutan Kendaraan 33.337.854.394 33.350.827.500
Saldo Beban Langsung 236.317.618.906 201.028.135.969 Beban Tidak Langsung :
Tenaga Tehnik 8.318.979.862 7.327.813.899
Perawatan Mesin Bengkel 126.452.157 144.431.649
Asuransi Operasional 1.563.091.388 1.231.978.091
Surat-surat Kendaraan 1.319.178.399 1.216.154.404
Pajak Kendaraan 1.079.920.803 1.228.570.151
Promosi 710.513.545 1.028.967.093
Sewa Kend. Operasional 2.905.223.234 2.199.916.443
Asuransi Non Ops. 738.340.067 184.624.184
Sewa Bangunan 41.293.779 63.707.350 Saldo Beban Tidak Langsung 16.802.993.235 14.626.163.263
Saldo Beban Pokok 253.120.612.141 215.654.299.232
BPK-RI/AUDITAMA V
33
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
5.6.4. Beban Usaha dan Administrasi Umum
Merupakan pengeluaran beban administrasi umum dan beban
penjualan selama tahun 2005 sebesar Rp. 54.503.456.359 dan tahun
2004 sebesar Rp. 52.820.096.450 dengan rincian sebagai berikut :
2005 2004
Rp Rp
Tenaga Adm/Pimpinan 24.018.482.918 21.287.924.551
Ongkos Kantor 4.990.520.551 910.765.160
Perjalanan Dinas 2.687.059.360 1.916.611.250
Perawt. bangunan & inv. 1.567.086.766 1.325.113.363
Operasional Kend. Dinas 1.961.691.594 1.666.085.284
Penyusutan alat penunjang 2.091.890.737 1.768.278.082
Penyisihan piutang usaha 95.679.724 26.560.550
Pajak lain-lain 1.050.195.555 677.946.002
Bunga pinjaman 5.992.538.178 11.285.171.846
Umum 10.048.310.975 7.955.640.362Saldo Beban Usaha dan Administrasi Umum 54.503.456.359 52.820.096.450
5.6.5. Pendapatan dan Beban Lain-lain
Merupakan hasil lain-lain (bersih) yang diperoleh perusahaan selama
tahun 2005 sebesar Rp2.180.950.969 sedangkan tahun 2004 sebesar
Rp33.717.648.178 dengan rincian sebagai berikut :
2005 2004
Rp Rp
Bunga Deposito 78.324.751 864.026.228
Jasa Giro 149.242.257 449.007.914
Iklan/Reklame 1.715.493.385 1.382.422.819
Penjualan Aktiva Rusak 38.980.000 30.909.280.000
BPK-RI/AUDITAMA V
34
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
2005 2004
Rp Rp
Penjualan Barang Bekas 269.320.719 122.325.100
Sewa Bangunan 22.430.000 765.030
Beda Kurs 179.900.555 125.991.048
Sewa Bangunan 22.430.000 765.030
Beda Kurs 179.900.555 125.991.048
Ganti Rugi Pihak III 190.959.000 158.186.747
Denda/Suplisi 105.612.429 106.184.860
Lain-lain 1.400.693.120 1.686.842.178Saldo Pendapatan Lain-lain 4.427.646.521
35.805.031.923
Beban Lain-Lain 1.970.005.247 2.087.383.745
Jumlah 2.180.950.969 33.717.648.178
5.6.6. Pajak Penghasilan Badan
Pajak penghasilan badan untuk tahun 2005 adalah sebagai berikut :
Perhitungan laba kena pajak
2005 2004
Rp Rp
Laba (rugi) sebelum pajak (16.069.537.368) 10.137.278.731
Ditambah koreksi positif
- Asuransi pegawai 738.340.067 184.624.183
- Penyisihan piutang 95.679.724 26.560.550
- Jamuan tamu/relasi 448.852.615 301.989.206
- Sumbangan 341.386.963 99.576.230
- Perayaan hari besar 393.002.240 288.806.516
- Denda Adm. Pajak 7.895.775 7.788.514
Jumlah koreksi positif 2.025.157.386 909.345.199
BPK-RI/AUDITAMA V
35
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
2005 2004
Rp Rp
Laba kena pajak (14.044.379.982) 11.046.623.930
Dikurangi koreksi negative
- Pendapatan bunga deposito (78.324.751)
(864.026.228)
- Pendapatan jasa giro 149.242.256 (449.007.914)
- Angsuran sewa guna 0 (211.707.267)
- Penyusutan :
- Akuntansi 35.429.745.130 35.119.105.582
- Fiskal (31.053.716.897) (29.267.671.984)
Jumlah koreksi negatif 4.446.945.738 4.326.692.189
Laba (rugi) fiskal (9.597.434.243) 15.373.316.119
Kompensasi Kerugian
Saldo rugi fiskal s/d 1997 (4.381.225.384) (4.381.225.384)
Rugi 1998 (SKP. 13-07-1999) (4.296.740.721) (4.296.740.721)
Laba 1999 (SKP. 16-08-2000) 3.838.131.988 3.838.131.988
Laba 2000 (SKP. 28-08-2001) 4.460.774.669 4.460.774.669
Laba 2001 (SKP. 13-03-2003) 379.059.448 379.059.448
Rugi 2002 (SKP. 18-11-2003) (4.514.046.463) (4.514.046.463)
Rugi tahun 2003 (4.459.992.218) (4.459.992.218)
Laba tahun 2004 15.373.316.119 0
Saldo rugi fiscal s/d 2003 6.399.277.438 (8.974.038.681)
Laba (rugi) kena pajak (3.198.156.805) 6.399.277.438
BPK-RI/AUDITAMA V
36
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
Perhitungan PPh badan
10 % x 50.000.000 0 5.000.000
15 % x 50.000.000 0 7.500.000
30 % x (laba kena pjk-100
juta)
0 1.889.783.231
Utang PPh Badan Tahun
2005
0 (1.902.283.231)
Uang muka pajak (kredit pajak)
PPh pasal 22 88.159.366 130.461.998
PPh pasal 23 1.143.644.650 2.031.258.309
PPh pasal 25 bayar sendiri 751.941.888 1.144.215.404
Jumlah kredit pajak 1.983.745.904 3.305.935.711
Saldo uang muka
PPh Psl 28a 1.983.745.904
1.403.652.479
5.6.7. Beban (Penghasilan) Pajak Tangguhan
Akumulasi Kewajiban Pajak Tangguhan :
Per 31 Desember 2005 = 30% x Rp 54.271.826.043 = 16.281.547.813
Per 31 Desember 2004 = 30% x Rp 33.142.667.481 = 9.942.800.244
Beban (Penghasilan) Pajak Tangguhan tahun 2005 = 6.338.747.569
5.6.8. Imbalan Kerja
a. Program Pensiun
Perusahaan mengikutsertakan seluruh karyawan ke dalam
program pensiun (Jaminan Hari Tua) dimulai sejak tahun 1994
melalui Kerjasama Perum DAMRI dengan PT Jiwasraya yang
dituangkan dalam surat perjanjian No.54/KU.103/DU-
024.SJ.U.0494 tanggal 14 April 1994. Kemudian diadakan
addendum tanggal 1 Desember 1998 yang merubah Iuran Back
BPK-RI/AUDITAMA V
37
PERUM DAMRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004
Service (pembayaran iuran untuk membiayai Program Jaminan
Hari Tua bagi pegawai yang dihitung sejak diangkat sampai
didaftarkan sebagai peserta). Sejak tanggal 1 Desember 2000,
Perum DAMRI sudah tidak lagi mencadangkan premi/iuran JHT
dibayarkan sebagian oleh PT Asuransi Jiwasraya dan sebagian
lainnya dibayarkan oleh Perum DAMRI. Untuk program JHT,
karyawan dikenakan potongan gaji sebesar 4,75%.
b. Program Pemutusan Hubungan Kerja
Berkaitan dengan penerapan Undang-undang No. 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan, perusahaan tidak berkomitmen untuk
memberhentikan seseorang atau sekelompok pekerja sebelum
tanggal pensiun normal dan menyediakan pesangon bagi pekerja
yang menerima penawaran mengundurkan diri secara sukarela.
Dengan demikian, sesuai PSAK No. 24 (revisi 2004), perusahaan
tidak mengakui kewajiban dan beban untuk program pemutusan
hubungan kerja dalam laporan keuangan.
BPK-RI/AUDITAMA V
38
Lampiran 1PERUM DAMRI
PENDAPATAN, BIAYA DAN LABA (RUGI)PERBANDINGAN REALISASI TAHUN 2004, RKAP TAHUN 2005 DAN REALISASI TAHUN 2005
REALISASI RKAP 2005 REALISASI TAHUN 2005NO U R A I A N TAHUN 2004 (Rp) % thd (Rp) % thd % thd
(Rp) TAHUN 2004 RKAP TAHUN 2004
1 Hasil Usaha Bruto 250.033.370.132,00 299.358.389.000,00 119,73 299.231.252.251,25 99,96 119,68
2 Komisi Penjualan 5.139.343.898,00 5.284.619.000,00 102,83 6.769.948.508,00 128,11 131,73
Hasil Usaha Netto 244.894.026.234,00 294.073.770.000,00 120,08 292.461.303.743,25 99,45 119,42
3 Harga Pokok Beban Langsung 201.028.135.969,00 236.753.651.000,00 117,77 236.317.618.905,51 99,82 117,55 Beban Tak Langsung 14.626.163.263,00 13.354.900.000,00 91,31 16.802.993.235,08 125,82 114,88 Jumlah Beban Pokok 215.654.299.232,00 250.108.551.000,00 115,98 253.120.612.140,59 101,20 117,37
Laba Usaha Kotor 29.239.727.002,00 43.965.219.000,00 150,36 39.340.691.602,66 89,48 134,55
4 Beban Usaha dan Adm.Umum 52.820.096.450,00 50.382.641.000,00 95,39 54.503.456.359,37 108,18 103,19
Laba / (Rugi) Usaha Bersih (23.580.369.448,00) (6.417.422.000,00) 27,22 (15.162.764.756,71) 236,28 64,30
5 Pendapatan Lain-lain 35.805.031.923,00 14.602.414.000,00 40,78 2.180.950.969,20 14,94 6,09 Biaya Lain-lain 2.087.383.745,00 836.850.000,00 40,09 0,00 0,00
33.717.648.178,00 13.765.564.000,00 40,83 2.180.950.969,20 15,84 6,47
Laba / (Rugi) Sebelum Pajak 10.137.278.730,00 7.348.142.000,00 72,49 (12.981.813.787,51) (176,67) (128,06)
6 Manfaat (beban) PPh Badan : Pajak Kini (1.902.283.231,00) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Beban Pajak Tangguhan 1.923.791.569,00 0,00 0,00 (6.338.747.569,00) 0,00 (329,49)
21.508.338,00 0,00 0,00 (6.338.747.569,00) 0,00 (29.471,12)
LABA / (RUGI) BERSIH 10.158.787.068,00 7.348.142.000,00 72,33 (19.320.561.356,51) (262,93) (190,19)
Lampiran 2PERUM DAMRI
PERKEMBANGAN KONDISI KEUANGANTAHUN 2001 SAMPAI DENGAN TAHUN 2005
(Dalam Jutaan Rupiah)
2001 2002 2003 2004 2005NO URAIAN Rp Rp % Growth Rp % Growth Rp % Growth Rp % Growth
1 AKTIVA Aktiva Lancar 35.039 26.228 74,85 25.762 98,22 32.833 127,45 27.825 84,75
Aktiva Tetap 121.470 164.335 135,29 168.402 102,47 168.574 100,10 165.710 98,30
Aktiva Dalam Proses 16.021 3.327 20,77 342 10,28 1.534 448,54 16.756 1.092,31
Aktiva Lain-lain 6.816 15.490 227,26 12.964 83,69 10.478 80,82 3.444 32,87
Jumlah Aktiva 179.346 209.380 116,75 207.470 99,09 213.419 102,87 213.735 100,15
2 PASIVA Kewajiban Jangka Pendek 28.065 46.884 167,06 51.387 109,60 45.424 88,40 59.924 131,92
Kewajiban Pajak Tangguhan 6.676 7.027 105,26 11.866 168,86 9.943 83,79 16.281 163,74
Kewajiban Jangka Panjang 30.926 40.048 129,50 45.494 113,60 48.120 105,77 31.410 65,27
Kewajiban Lain-lain 7.372 10.176 138,04 5.385 52,92 6.435 119,50 21.944 341,01
Ekuitas 106.307 105.247 99,00 93.338 88,68 103.497 110,88 84.176 81,33
Jumlah Pasiva 179.346 209.382 116,75 207.470 99,09 213.419 102,87 213.735 100,15
Lampiran 3PERUM DAMRI
PERKEMBANGAN PENDAPATAN DAN BIAYATAHUN 2001 SAMPAI DENGAN TAHUN 2005
(Dalam Jutaan Rupiah)
2001 2002 2003 2004 2005NO URAIAN Rp Rp % Growth Rp % Growth Rp % Growth Rp % Growth
1 Hasil Usaha Brutto 181.458 217.426 119,82 236.643 108,84 250.033 105,66 299.231 119,68
2 Komisi Penjualan 5.463 5.677 103,92 5.465 96,27 5.139 94,03 6.769 131,72
3 Hasil Usaha Netto 175.995 211.749 120,32 231.178 109,18 244.894 105,93 292.462 119,42
4 Harga Pokok 142.381 173.824 122,08 197.043 113,36 215.654 109,45 253.120 117,37
5 Laba Usaha Kotor 33.614 37.925 112,83 34.135 90,01 29.240 85,66 39.342 134,55
6 Biaya Usaha dan Adm.Umum 34.203 44.034 128,74 48.235 109,54 52.820 109,51 54.503 103,19
7 Laba Usaha Bersih (589) (6.109) - (14.100) 230,81 (23.580) 167,23 (15.161) 64,30
8 Pendapatan dan Biaya Lain-lain 3.112 3.540 113,75 1.519 42,91 33.718 2.219,75 2.180 6,47
9 Laba (Rugi) sebelum pajak 2.523 (2.569) (101,82) (12.581) 489,72 10.138 (80,58) (12.981) (128,04)
10 Pajak 622 (350) (56,27) 4.839 (1.382,57) (21) (0,43) 6.339 -
1.901 (2.919) (17.420) 10.159 (19.320)
Top Related