Download - BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

Transcript
Page 1: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

ii

BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI DI SUMBERSIRA

KECAMATAN GONDANGLEGI, KABUPATEN MALANG

SKRIPSI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

Oleh :

RIFAN YULI ARYANTO

125080100111034

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

iii

BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI DI SUMBERSIRA

KECAMATAN GONDANGLEGI, KABUPATEN MALANG

SKRIPSI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Oleh :

RIFAN YULI ARYANTO

125080100111034

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

ii

Page 4: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Dan sepanjang yang saya

ketahui juga tidak terdapat karya atau kajian yang pernah ditulis atau diterbitkan

orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Apabila dikemudian hari skripsi ini dapat dibuktikan telah melakukan

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi sesuai hukum yang

berlaku di Indonesia.

Malang, 23 November 2016

Rifan Yuli Aryanto NIM. 125080100111034

Page 5: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

iv

RINGKASAN

RIFAN YULI ARYANTO. Skripsi Tentang Biodiversitas Makrofita Pada Perairan

Sungai Di Sumbersira Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang (dibawah

bimbingan Prof. Dr. Ir. DIANA ARFIATI., MS dan NANIK RETNO BUWONO,

S.Pi, MP)

Sumbersira merupakan salah satu mata air di Kecamatan Gongdanglegi Kabupaten Malang yang memiliki vegatasi tanaman air (makrofita) yang berada di daerah persawahan serta berdampingan dengan areal perkebunan. Sumber mata air ini terletak di desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis makrofita yang terdapat di Sumbersira. Penelitian ini dimulai pada bulan Mei 2016 hingga pertengahan Agustus 2016. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah survei. Pengambilan sampel dibagi menjadi dua bagian yang meliputi pengambilan sampel tanaman air dan pengambilan sampel air. Pengambilan sampel tanaman air menggunakan metode kuadrat plot pada transek berukuran 0,5 m x 0,5 m. Titik pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun yang sudah ditentukan berdasarkan kategori Inlet (sumber mata air), midlet (Perairan sungai bagian tengah), dan outlet (keluaran air sungai). Ditemukan sebanyak 14 jenis makrofita yang diantarannya adalah Cabomba caroliniana (Cemara Air), Sagittaria subulata (Genjer), Ipomoea aquatica (Kangkung), Hygrophyla polysperma (Hygrophyla Jepang), Hygrophyla corimbosa (Sunset Hygro), Lycopodium cernuum (Rumput Kawat), Lygodium flexuasum (Ilalang Sungai), Cyperus rotundus (Teki Ladang), Eleocharis dulcis (Krokot), Fimbristylis annua (Gulma Air), Echinocloa crusgalii (Rumput Gulma), Lophatherum gracille (Rumput bambu/Rumput kelurut), Eragrotis Amabilis (Kili-kili), Zoysia matrella (Suket Teki/Rumput Sungai). Nilai kerapatan makrofita pada stasiun 1 sebesar 0,70 ind/m2, stasiun 2 sebesar 0,038 ind/m2, stasiun 3 sebesar 0,125 ind/m2. Nilai frekuensi kemunculan makrofita pada stasiun 1 sebesar 57%, stasiun 2 sebesar 28%, dan stasiun 2 sebesar 21,42%. Nilai klasifikasi penutupan makrofita pada stasiun 1 sebesar 4,42 ind/m2, stasiun 2 sebesar 17,10 ind/m2. Nilai biodiversitas dari ketiga stasiun sebesar 0,514 Ind/m2. Parameter fisika ketiga stasiun meliputi kecerahan sebesar 100%, suhu sebesar 250C, 280C, dan 310C, debit air 5,6 m3/s, 113,3 m3/s,dan 4,2 m3/s, serta parameter kimia dari ketiga stasiun meliputi oksigen terlarut 3 ppm, 2,6 ppm, dan 5,2 ppm, karbondioksida 0,49 mg/L, dan 0,76 mg/L, pH 5, 5, dan 8, phospat 0,021 mg/L, 0,046 mg/L, dan 0,084 mg/L, nitrat 0,187 mg/L, 0,154 mg/L, dan 0,219 mg/L.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah keanekaragaman tanaman air (makrofita) pada perairan sungai di Sumbersira memiliki nilai biodiversitas yang rendah sebesar 0,514 Ind/m2. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengukuran parameter kualitas perairan (fisika maupun kimia), serta analisi perhitungan kerapatan dan klasifikasi penutupan. Beberapa aspek kajian mengenai indeks nilai penting, kesamaan jenis, dominansi relatif belum tercantum dalam penelitian ini. Sehingga harapannya dari hasil penelitian sederhana ini dapat dijadikan bahan untuk melakukan penelitian tanaman air (makrofita) yang lebih valid dan berkompeten.

Page 6: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya (penulis) panjatkan kehadirat Allah swt. atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan laporan skripsi ini yang

berjudul “Biodiversitas Makrofita Pada Perairan Sungai Di Sumbersira

Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang” dengan lancar dan baik.

Penyelesaian laporan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari

berbagai pihak Dosen pembimbing, Dosen penguji, teman teman dalam satu

jurusan angkatan 2012, dan masih ada beberapa pihak yang tidak dapat

disebutkan namannya satu per satu.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan

demi kesempurnaan laporan ini, dan harapannya semoga laporan skripsi ini

dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak pembaca,

penyunting, mahasiswa pada umumnya sebagai kajian penelitian selanjutnya

yang lebih kredibel. Amin.

Malang, Agustus 2016

Page 7: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

vi

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN ........................................................................................................ i KATA PENGANTAR ............................................................................................ v DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi 1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2 1.3 Tujuan ................................................................................................................... 3 1.4 Manfaat ................................................................................................................. 3 1.5 Waktu dan Tempat .............................................................................................. 4

2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5

2.1 Ekosistem Perairan ............................................................................................. 5 2.2 Komunitas Makrofita ........................................................................................... 6 2.3 Macam-macam Makrofita ................................................................................... 8

2.3.1 Karakteristik makrofita berdasarkan habitat ......................................... 8 2.4 Faktor Ekologis yang Mempengaruhi Makrofita ............................................. 9

2.4.1 Intensitas Cahaya Matahari.................................................................... 9 2.4.2 Suhu ......................................................................................................... 10 2.4.3 Debit Air ................................................................................................... 10 2.4.4 Oksigen Terlarut ..................................................................................... 10 2.4.5 Karbondioksida ....................................................................................... 11 2.4.6 pH ............................................................................................................. 12 2.4.7 Fosfat ....................................................................................................... 12 2.4.8 Nitrogen ................................................................................................... 13

3. MATERI DAN METODE PENELITIAN ........................................................... 14

3.1 Materi Penelitian ................................................................................................ 14 3.2 Alat dan Bahan .................................................................................................. 14 3.3 Metode Penelitian .............................................................................................. 14 3.4 Sumber Data ...................................................................................................... 15 3.5 Pengambilan Sampel ........................................................................................ 16

3.5.1 Pengambilan Sampel Makrofita ........................................................... 18 3.5.2 Parameter Kualitas Air ........................................................................... 19

3.6 Pengamatan Makrofita...................................................................................... 23 3.7 Analisis Data ...................................................................................................... 23

4. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 26

4.1 Kondisi Umum Wilayah dan Letak Geografis ............................................... 26 4.2 Deskripsi Stasiun ............................................................................................... 27

4.2.1 Stasiun 1 .................................................................................................. 27 4.2.2 Stasiun 2 .................................................................................................. 28

Page 8: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

vii

4.2.3 Stasiun 3 .................................................................................................. 29 4.3 Faktor Fisika dan Kimia Air .............................................................................. 30

4.3.1 Kecerahan ............................................................................................... 31 4.3.2 Suhu ......................................................................................................... 31 4.3.3 Debit Air ................................................................................................... 32 4.3.4 Oksigen Terlarut ..................................................................................... 34 4.3.5 Karbondioksida ....................................................................................... 35 4.3.6 pH ............................................................................................................. 37 4.3.7 Fosfat ....................................................................................................... 38 4.3.8 Nitrat ......................................................................................................... 40

4.4 Jenis Makrofita Air di Perairan Sungai Sumbersira ..................................... 42 4.5 Kerapatan Makrofita Air .................................................................................... 48 4.6 Klasifikasi Penutupan Makrofita Air ................................................................ 51 4.7 Biodiversitas (Keanekaragaman) Makrofita Air ............................................ 53

5. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 55

5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 55 5.2 Saran ................................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 57 LAMPIRAN ........................................................................................................ 61

Page 9: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Larutan Standar Pembanding Nitrat .................................................. 23

2. Klasifikasi Penutupan Makrofita ......................................................... 26

3. Tingkat Kesuburan Perairan Berdasarkan Kandungan Fosfat ........... 41

4. Tingkat Kesuburan Perairan Berdasarkan Kandungan Nitrat ............ 42

5. Nilai Kerapatan Stasiun 1 .................................................................. 49

6. Nilai Kerapatan Stasiun 2 .................................................................. 49

7. Nilai Kerapatan Stasiun 3 .................................................................. 49

Page 10: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Alur Perumusan Masalah ....................................................... 3

2. Stasiun 1 (Inlet) ................................................................................. 18

3. Stasiun 2 (Midlet) .............................................................................. 18

4. Stasiun 3 (Outlet) .............................................................................. 19

5. Transek, alat pengambilan sampel makrofita .................................... 20

6. Pengambilan Sampel pada Stasiun 1 ................................................ 30

7. Pengambilan Sampel pada Stasiun 2 ................................................ 31

8. Pengambilan Sampel pada Stasiun 3 ................................................ 32

9. Grafik Data Hasil Pengukuran Suhu .................................................. 34

10. Grafik Data Hasil Pengukuran Debit Air............................................. 36

11. Grafik Data Hasil Pengukuran Oksigen Terlarut ................................ 37

12. Grafik Data Hasil Pengukuran Karbondioksida .................................. 39

13. Grafik Data Hasil Pengukuran pH...................................................... 40

14. Grafik Data Hasil Pengukuran Fosfat ................................................ 42

15. Grafik Data Hasil Pengukuran Nitrat .................................................. 43

16. Cabomba caroliniana ........................................................................ 42

17. Sagittaria subulata ............................................................................ 42

18. Hygrophyla polyspermae ................................................................... 43

19. Hygrophyla corimbosa ....................................................................... 43

20. Lycopodium cernuum ........................................................................ 44

21. Lygodium flexuasum ......................................................................... 44

22. Eragrotis amabilis .............................................................................. 45

23. Ipomoea aquatica .............................................................................. 45

Page 11: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

x

24. Cyperus rotundus .............................................................................. 46

25. Eleocharis dulcis ............................................................................... 46

26. Fimbristylis annua ............................................................................. 47

27. Echinocloa crusgalii .......................................................................... 47

28. Lophatherum gracille ......................................................................... 48

29. Zoysia matrella .................................................................................. 48

30. Grafik Data Hasil Perhitungan Kerapatan Makrofita .......................... 52

31. Grafik Data Hasil Pengukuran Klasifikasi Penutupan Makrofita ......... 56

Page 12: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 60

2. Denah Lokasi Pengambilan Sampel .................................................. 61

3. Peta Lokasi Pengambilan Sampel ..................................................... 62

4. Perhitungan Kerapatan, Frekuensi Kemunculan, Klasifikasi Penutupan Makrofita ........................................................................................... 63

5. Tabel Jenis Makrofita yang Ditemukan pada Tiga Stasiun ................ 65

6. Tabel dan Pengukuran Biodiversitas pada tiga stasiun ..................... 66

7. Hasil Perhitungan Kerapatan, Frekuensi Kemunculan, Klasifikasi

Penutupan Makrofita ........................................................................ 67

8. Data Hasil Pengukuran Kualitas Air ................................................... 68

9. Data Perhitungan Biodiversitas Makrofita Per Spesies ...................... 69

Page 13: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu komponen biotik pada ekosistem air tawar adalah keberadaan

tanaman air yang berperan penting dalam ekosistem perairan (akuatik).

Tanaman air (makrofita) menyediakan makanan, tempat berlindung dan variasi

habitat untuk sejumlah besar organisme perairan. Tanaman air mampu

menyerap mineral terlarut dan memperkaya air dengan oksigen yang diproduksi

selama proses fotosintesis (Sudaryanti, 1997).

Sumbersira merupakan salah satu sumber mata air di daerah

Gongdanglegi Kabupaten Malang yang memiliki vegetasi makrofita yang cukup

banyak. Sumbersira merupakan perairan sungai dengan sistem perairan

mengalir (lotik) dengan arus yang tidak terlalu deras. Sumber mata air ini terletak

di desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai

yang memiliki mata air ini juga difungsikan sebagai sistem irigasi pada daerah

persawahan di sekitarnya. Selain itu, kawasan ini juga dijadikan sebagai daerah

pariwisata yang menyajikan keindahan makrofita di dalamnya. Sumbersira

adalah destinasi yang terbilang cukup baru bagi kawasan yang diminati

wisatawan lokal maupun mancanegara (Mayasari D, 2015).

Kawasan sungai di perairan Sumbersira memiliki ekosistem yang cukup

beragam baik komponen hidup (biotik) maupun tak hidup (abiotik). Kepopuleran

kawasan Sumbersira di objek pariwisatanya dapat menjadi indikasi yang

mengancam bagi keanekaragaman hayati (Biodiversitas) di perairan sungai

tersebut khususnya terhadap vegetasi makrofita itu sendiri. Tanaman air

(Makrofita) diduga menjadi salah satu dari biota yang terancam akibat banyaknya

aktivitas-aktivitas manusia seperti kegiatan pariwisata contohnya. Di sisi lain,

keragaman komposisi makrofita dan kemampuan reproduksinya akan berpotensi

Page 14: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

2

merubah kondisi pada suatu ekosistem perairan tersebut (Supriyati et al., 2013).

Berdasarkan dugaan kondisi seperti ini, studi biodiversitas tanaman air

(makrofita) diharapkan menjadi kajian yang juga patut diperhitungkan sebagai

pengetahuan pertama mengenai keanekaragaman tanaman air (makrofita) di

wilayah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berikut alur perumusan masalah mengenai keanekaragaman

(biodiversitas) makrofita di perairan sungai Sumbersira yang dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Adanya aktifitas-aktifitas manusia yang terjadi di sekitar maupun di dalam

perairan sungai Sumbersira seperti pariwisata, kegiatan pertanian,

pemukiman penduduk dikhawatirkan menjadi faktor penyebab

terganggunya kestabilan ekosistem perairan.

2. Tidak adanya studi kualitas air di Sumbersira

3. Tidak adanya studi biodiversitas tanaman air (Makrofita) yang berguna bagi

sistem pengelolaan Sumbersira selanjutnya.

Berikut adalah skema perumusan masalah berdasarkan penjelasan

di atas yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan Alur Perumusan Masalah

Aktifitas Manusia :

1. Wisata

2. Pemukiman

3. Pertanian

Dampak Negatif :

Lingkungan Fisika, Kimia

perairan

Terancamnya vegetasi

Makrofita

Studi Biodiversitas Makrofita

1

2

3

4

Dampak Positif:

Meningkatkan ekonomi

masyarakat setempat

Page 15: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

3

1.3 Tujuan

Berikut adalah beberapa tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini,

diantaranya adalah:

1. Mengetahui dampak negatif sebagai akibat dari banyaknya aktifitas

manusia yang berada di Sumbersira seperti kegiatan wisata, kegiatan

pertanian, serta limbah domestik yang dikhawatirkan menjadi

penyebab terganggunya kestabilan ekosistem perairan.

2. Mengetahui kualitas perairan di Sumbersira sebagai data pendukung

pada kajian biodiversitas tanaman air (Makrofita).

3. Mengetahui keanekaragaman (Biodiversitas) di perairan sungai

Sumbersira yang meliputi identifikasi makrofita, jenis makrofita yang

mendominasi, kerapatan makrofita, frekuensi kemunculan, dan

klasifikasi penutupan.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian biodiversitas makrofita ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat mengetahui dampak negatif sebagai akibat dari

banyaknya aktifitas manusia yang berada di Sumbersira seperti

kegiatan wisata, kegiatan pertanian, serta limbah domestik yang

dikhawatirkan menjadi penyebab terganggunya kestabilan ekosistem

perairan.

2. Mahasiswa dapat mengetahui kualitas perairan di Sumbersira sebagai

data pendukung pada kajian biodiversitas tanaman air

(Makrofita).Penelitian ini dapat dijadikan pembalajaran mengenai studi

tanaman air (makrofita) yang terdapat di perairan sungai.

3. Mahasiswa dapat mengetahui keanekaragaman (Biodiversitas)

makrofita di perairan sungai Sumbersira yang meliputi identifikasi

Page 16: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

4

makrofita, jenis makrofita yang mendominasi, kerapatan makrofita,

frekuensi kemunculan, dan klasifikasi penutupan.

1.5 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan dan Bioteknologi

Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya dan

pengambilan sampel di Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang pada

bulan Mei 2016 sampai Agustus. Adapun rentang waktu pada proses penelitian

ini tergantung dengan mekanisme pengerjaan laporan.

Page 17: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Perairan

Sistem perairan yang menutupi tiga per-empat bagian dari permukaan

bumi dibagi dalam dua kategori utama, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem

air laut. Dari kedua sistem perairan tersebut, air laut mempunyai bagian yang

paling besar yaitu lebih dari 97%, sisanya adalah air tawar yang sangat penting

artinya bagi manusia untuk aktivitas hidupnya (Barus, 1996). Setiap ekosistem

dihuni oleh organisme hidup, yang terdiri dari beragam spesies. Peran dari setiap

spesies tersebut berbeda satu dengan yang lainnya, demikian pula dengan daya

adaptasi terhadap lingkungannya pula tentunya sangat beragam (Djamar, 1983).

Kajian mengenai ekosistem perairan pada umunya mencakup beberapa

hal diantara seperti yang dikatakan Djamar (1983), yaitu beberapa komponen

yang di bahas dalam ekologi, adalah: kepadatan, kisaran, keragaman genetik,

adaptasi spesies terhadap lingkungan, peran lingkungan untuk mensuplay

materi, serta perkembangan populasi. Berdasarkan kejadiannya, ekosistem

perairan dibedakan menjadi perairan alami, misalnya sungai dan perairan

buatan, misalnya waduk, kolam, dan tambak. Ekosistem perairan di muka bumi

mempunyai kriteria-kriteria tersendiri berdasarkan habitatnya seperti pendapat

yang dikatakan Odum (1993) yaitu ekosistem perairan dapat dibagi menjadi 2,

diantaranya adalah:

1. Air tergenang, atau habitat lentik (berasal dari kata lenis yang berarti

tenang) seperti danau, kolam, rawa.

2. Air mengalir, atau habitat lotik (berasal dari kata lotus yang berarti

tercuci), seperti mata air, aliran air (brook-creek) atau sungai.

Page 18: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

6

Ekosistem secara garis besar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim

(kondisi cuaca yang berlangsung dalam jangka panjang pada suatu wilayah),

fisiografi (bentuk muka bumi sebagai hasil proses geologis dan proses

geomorfologis), edafik (sifat-sifat fisik dan kimia air dan tanah yang menentukan

komposisi tumbuhan dan hewan yang mampu hidup pada suatu habitat), dan

faktor biotik (keanekaragaman flora/tanaman dan fauna/hewan) (Nirarita et al.,

1996 dalam Sudaryanti 2002).

Banyak sekali faktor ekternal yang mempengaruhi kondisi perairan di

suatu tempat. Menurut Subarijanti (2002), perubahan lingkungan dalam

ekosistem perairan akan berdampak pada organisme perairan dengan 3

kemungkinan, yaitu (1) kemungkinan organisme mati, (2) kemungkinan

organisme hidup tapi menderita (3) kemungkinan organisme tetap hidup normal.

Ada 2 faktor penyebab perubahan lingkungan yaitu diantaranya:

1. Faktor ekstrinsik, yaitu faktor luar karena adanya bencana alam (gempa

bumi, tanah longsor, tsunami) dan karena aktivitas manusia yang

mencemari lingkungan.

2. Faktor intrinsik, yaitu faktor dari dalam karena adanya perubahan secara

alami, misalnya ada blooming algae, tumbuhnya gulma (tanaman

pengganggu), adanya predator, kematian masal dan sebagainya.

2.2 Komunitas Makrofita

Menurut Indrawati dan Muhsin (2008), pada zona litoral, produsen

utamanya adalah tanaman yang berakar (anggota spermatophyta) dan tanaman

yang tidak berakar (fitoplankton, ganggang dan tanaman hijau yang mengapung).

Zona ini memiliki vegetasi makrofita yang cukup beragam karena kondisi

topografinya yang masih mencakup banyak sinar matahari sebagai kebutuhan

tanaman untuk fotosisntesis. Purborini (2006) dalam Supriati et al., (2013)

Page 19: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

7

menyatakan bahwa daerah litoral memiliki keanekaragaman yang tinggi

dibandingkan dengan daerah limnetik dan profundal dalam badan perairan air

tawar. Hal ini menunjukan bahwa komunitas area litoral memiliki tingkat

perkembangan yang lebih dahulu dibandingkan komunitas lainnya dalam

perairan yang menunjukkan bahwa perkembangan komunitas tumbuhan berawal

dari area litoral.

Pada zona limnetik, produsernya terutama fitoplankton dan tumbuhan air

yang terapung bebas seperti, water hyacinth (Eichornia crassipes),

Cerratophyllum spp, Utricularia spp, Hydrilla verticillata, duckweed (Lemna spp);

dan vascular plants, seperti: Equisetum spp; Ioetes spp. dan Azolla spp

(Indrawati dan Muhsin, 2008). Zona limnetik tergolong masih terdapat cahaya

matahari yang cukup namun tidak sebanyak zona litoral sehingga organisme

seperti makrofita tidak cukup optimal untuk tumbuh di wilayah ini.

Menurut Indrawati dan Muhsin (2008), pada zona profundal, banyak dihuni

oleh jenis-jenis bakteri dan fungi, cacing darah, yang meliputi larva chironomidae,

dan annelida yang banyak mengandung haemoglobin, jenis-jenis kerang kecil

seperti anggota famili sphaeridae dan larva “phantom” atau Chaoboras

(corethra). Wilayah ini sangat minim cahaya bahkan tidak ada, sehingga

organisme produsen seperti tumbuhan (makrofita) tidak dapat melakukan

aktifitas fotosintesis karena keberadaan cahaya matahari yang sangat sedikit.

Menurut Soerjani (1979) dalam Kurniawan (2013) yang dilaporkan oleh

Tjitrosoedirdjo & Widjaja (1991), terdapat 10 jenis tumbuhan air penting di

Indonesia, yaitu: Eicchornia crassipes, Salvinia molesta, Hydrilla verticillata,

Scirpus grossus, Najas indica, Ceratophyllum demersum, Nelumbo nucifera,

Panicum repens, Potamogeton malaianus, Mimosa pigra. Jenis-jenis tumbuhan

air penting ini mempunyai karakteristik pertumbuhan yang cepat baik secara

Page 20: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

8

vegetatif maupun generatif, sehingga mampu menekan pertumbuhan jenis yang

lain.

2.3 Macam-macam Makrofita

2.3.1 Karakteristik makrofita berdasarkan habitat

Tumbuan tingkat tinggi tanaman air (Makrofita) yang hidup di perairan

digolongkan menurut cara hidupnya, yang terdiri atas; a. Tumbuhan yang muncul

di atas permukaan air, b. Tumbuhan berdaun terapung berakar di dasar, c.

Tumbuhan kadang berakar di dasar, kadang dalam air dan daunnya muncul di

atas air, d. Tumbuhan yang daunnya terapung dan akar tenggelam dalam air,

dan e. Tumbuhan yang terbenam seluruhnya dalam air (Dewiyanti, 2012).

Menurut Indrawati dan Muhsin (2008), mengatakan bahwa kelompok

tumbuhan air pada perairan bervariasi tergantung kodisi perairan terutama

substrat dan kecepatan arus. Tumbuhan air dapat dikelompokan sebagai berikut:

1. Kelompok tumbuhan air yang akarnya masuk ke dalam substrat, seperti

Nitella sp., Myriophylum sp.

2. Kelompok yang tahan hidup pada habitat dengan kecepatan arus:

a) berkecepatan arus > 60 cm/dt, seperti Fontinalis antipyretica, dan

Platyhypnidium rusciforme;

b) yang hidup pada habitat berkecepatan arus antara 25 - 60 cm/dt,

seperti Ranunculus fluitans, dan Sium erectum;

c) yang hidup pada habitat berkecepatan arus antara 10 - 25 cm/dt,

seperti Potamogeton nitens, dan Sparganium simplex; dan

d) yang hidup pada habitat berkecepatan arus < 10 cm/dt, seperti

Potamogeton lucens, dan Callitriche intermedia.

3. Hubungan keberadaan jenis makrofita yang hidup sebagai bentik dengan

kecepatan arus, yaitu antara lain terlihat bahwa pada kecepatan arus

Page 21: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

9

antara 0,2 - 1,0 m/dt ditemukan jenis Callitriche sp., Hippuris sp.,

Potamogeton sp., Elodea sp., Sium sp. Chara sp. sedangkan pada

kecepatan arus > 1,0 m/dt ditemukan jenis Ranunculus sp., Oenanthe sp.,

Fontinalis sp., Apium sp., Sparganium sp., Chladophora sp., dan

Hildenbrandia sp.

2.4 Faktor Ekologis yang Mempengaruhi Makrofita

2.4.1 Intensitas Cahaya Matahari

Cahaya matahari diperlukan oleh organisme autotrof untuk proses

fotosintesis. Cahaya yang jatuh pada permukaan terdiri dari cahaya matahari

langsung dan cahaya yang dilenturkan dari langit. Cahaya yang jatuh pada

permukaan air akan dipantulkan dan diteruskan ke dalam air. Cahaya yang

menembus permukaan akan didispersikan dan diabsorbsi, yang diabsorbsi

berubah menjadi panas. Kecerahan di suatu perairan menunjukkan cahaya yang

diteruskan dan dinyatakan dalam % (Indrawati dan Muhsin, 2008).

Vegetasi yang ada di sepanjang aliran air juga dapat mempengaruhi

intensitas cahaya yang masuk kedalam air, karena tumbuhan-tumbuhan tersebut

juga mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi cahaya matahari. Efek ini

terjadi terutama pada daerah-daerah hulu yang aliran airnya umumnya masih

kecil dan cenderung sempit (Barus, 2002). Menurut Djamar (1983), tumbuhan air

dalam ekosistem bersaing dalam mendapatkan cahaya dan nutrient. Hal ini akan

menjadi persaingan antar spesies tanaman di suatu badan air dalam

pertumbuhannya. Cahaya sangat dibutuhkan tanaman sebagai kebutuhan

fotosintesis.

Page 22: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

10

2.4.2 Suhu

Menurut Indrawati dan Muhsin (2008), suhu merupakan faktor intensitas

dari energi panas. Air termasuk salah satu zat yang mempunyai jenis panas yang

tinggi yaitu sama dengan satu. Cahaya matahari yang masuk permukaan diserap

secara eksponensial, tidak demikian penyebaran suhu. Penurunan suhu dapat

terjadi tiba-tiba pada kedalaman tertentu, sehingga timbul perlapisan suhu.

Naiknya suhu air akan berpengaruh terhadap proses fisiologis organisme

akuatik.

Suhu dalam perairan sangat berperan penting karena mempengaruhi

kualitas atau sifat fisis khemis perairan serta biologi perairan (Subarijanti, 2000).

Pola suhu ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti intensitas

cahaya matahari, pertukaran panas antara air dan udara sekelilingnya,

ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari

pepohonan yang tumbuh di tepi (Barus, 2002).

2.4.3 Debit Air

Debit arus sungai berperan dalam distribusi nutrien yang berfungsi

sebagai penunjang kehidupan suatu organisme dalam perairan. Cukup fital

pengaruh debit air terhadap pertumbuhan makrofita dalam suatu badan air.

Sesuai pendapat Yuliana et al (2012), yang mengatakan masukan nutrien yang

tinggi dapat menyebabkan berbagai permasalahan, diantaranya adalah

memberikan masukan akumulasi pengkayaan nutrien sebagai akibat dari

peningkatan debit air secara terus menerus.

2.4.4 Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) dibutuhkan oleh semua jasad hidup

untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian

menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen

Page 23: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

11

juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam

proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu

proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis dari organisme yang hidup

dalam suatu perairan tersebut (Salmin, 2000).

Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen

terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang

ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan

anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung

pada jenis, stadium dan aktifitasnya (Wardoyo, 1978 dalam Salmin, 2000).

Menurut Puspitaningrum et al., (2012), mengatakan bahwa dinamika

oksigen terlarut dalam ekosistem perairan ditentukan oleh keseimbangan antara

produksi dan konsumsi oksigen. Tumbuhan air (akuatik) merupakan faktor yang

penting dalam menentukan keseimbangan oksigen dalam ekosistem perairan.

Menurut Boyd (1990) produksi oksigen berlangsung melalui proses fotosintesis

oleh komunitas autotrof, sedangkan konsumsi oksigen dilakukan oleh semua

organisme melalui proses respirasi dan perombakan bahan organik.

2.4.5 Karbondioksida

Karbondioksida di perairan dibutuhkan untuk fotosintesis tumbuhan air.

Sumber karbondioksida yang utama ialah dari proses pembongkaran atau

perombakan bahan-bahan organik dan proses pernafasan organisme-organisme

di perairan. Gas karbon dioksida juga dapat diabsorbsi dari udara. Karbon

dioksida di air berupa karbon dioksida bebas, asam karbonat dan asam

bikarbonat, yang cenderung berada dalam keseimbangan yang akan

mempengaruhi kondisi nilai pH perairan (Indrawati dan Muhsin, 2008).

Karbon terdapat pada setiap komponen organisme. Karbon merupakan

unsur kimiawi penting dan memegang peranan penting dan memegang peranan

Page 24: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

12

kunci di alam. Karbon dalam bentuk gas CO2 terdapat kurang lebih 0,03 % di

atmosfir. CO2 sangat diperlukan dalam proses fotosintesa. Disamping itu daur

CO2 di alam sangat tergantung dengan aliran energi di alam. Karena dalam

fotosintesa selalu menghasilkan energi, dimana besar atau kecilnya energy

dalam proses tersebut sangat tergantung daripada konsentrasi kandungan CO2

di alam (Djamar, 2012).

2.4.6 pH

Adanya perbedaan nilai pH dalam badan perairan disebabkan oleh

penambahan atau kehilangan CO2 dari proses fotosintesis dari tumbuhan dalam

perairan. Menurut Andhayani (2005) pada beberapa rawa dan danau memiliki

kisaran pH 6 – 9. Kisaran pH rawa atau danau di bawah 4, dapat menyebabkan

penurunan keanekaragaman makhluk hidup di daerah tersebut. pH adalah

cerminan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion H+. Nilai pH dari suatu

ekosistem air dapat berfluktuasi terutama di pengaruhi oleh aktifitas fotosintesis.

Peningkatan laju fotosintesis akan meningkatkan pH air (Barus, 2002).

2.4.7 Fosfat

Persenyawaan fosfor dalam air berasal dari pelapukan batuan fosfat serta

dari tanah sebagai fosfat yang larut dan dari organisme-organisme yang telah

mati. Di perairan unsur fosfor terdapat dalam persenyawaan fosfat yang berada

dalam bentuk anorganik (orto, meta dan polifosfat) dan organik, misalnya dalam

tubuh organisme. Fosfat diserap oleh organisme nabati dalam bentuk ortofosfat.

Fosfat diikat tanah dan tidak mudah tercuci air hujan. Namun fosfor dapat

memasuki sistem akuatik lewat kikisan tanah atau erosi. Fosfor juga dapat

berasal dari kegiatan pertanian dan domestic yang berada di sekitar area

perairan (Djamar, 1983).

Page 25: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

13

2.4.8 Nitrogen

Perairan alami seperti sungai, nitrogen memiliki bentuk utama berupa

nitrat (NO3) dan juga merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan

alga. Nitrat dan amonium adalah sumber utama nitrogen di perairan. Namun,

amonium lebih disukai oleh tumbuhan. Amonium biasanya diikuti dengan nitrat

yang besar pula karena konsentrasi (NH4+) diatas 0,5 – 1,0 μmol/l yang akan

menghambat pengambilan (NO3-) (Darley, 1982 dalam Febrianty, 2011).

Kandungan nitrat-nitrogen yang lebih dari 0,2 mg/l dapat mengakibatkan

terjadinya pengayaan nutrien, sehingga dapat menstimulir tumbuhan air di

perairan tersebut secara cepat dan dapat menyebabkan berbagai permasalahan

(Darley, 1982 dalam Febrianty, 2011).

Page 26: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

14

3. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

Materi penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman jenis tanaman air

(makrofita) melalui beberapa metode pengambilan sampel yang disesuaikan

dengan tipe habitat pada tanaman air (makrofita). Identifikasi tanaman air

(makrofita) juga dilakukan melalui pengamatan morfologis. Data mengenai

kualitas air dibutuhkan dalam analisa kondisi perairan. Selain itu pengukuran

kerapatan, klasifikasi penutupan, serta biodiversitas juga menjadi materi

penelitian ini.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat

pada Lampiran 1. Alat dan bahan pada penelitian ini dibedakan menjadi dua

bagian. Pertama adalah alat dan bahan yang digunakan pada saat di lapang dan

kedua adalah alat dan bahan yang digunakan di laboratorium.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yang bertujuan

untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat pengamatan. Metode ini

merupakan upaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan

menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi. Pengamatan pada penelitian ini

tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya

mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang

diamati (Mardalis, 2008).

Page 27: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

15

3.4 Sumber Data

Data meruapakan suatu informasi atau keterangan mengenai suatu

keadaan yang berkaitan dengan tujuan pengamatan. Data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini meliputi:

a) Data Primer

Menurut Suryabrata (1988) data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

(atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya. Penelitian ini memperoleh

data melalui observasi dan pengambilan sampling secara langsung di lapang.

Pengambilan sampel yang dimaksud adalah pengambilan sampel makrofita

sebagai sampel utama pengamatan dan pengambilan sampel kualitas air

sebagai penunjang data keberadaan makrofita, serta menghitung biodiversitas

makrofita telah didapat saat sampling.

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti

untuk mendapatkan keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan

muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan. Wawancara ini dapat

digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh pada saat observasi (Mardalis,

2008). Pada saat wawancara aspek pembahasan yang diwawancarai meliputi

bagaimana sistem pengelolaan sungai di Sumbersira, bagaimana wawasan

warga setempat dengan ekosistem perairan yang memiliki vegetasi makrofita

yang beragam tersebut. Serta berdiskusi dengan beberapa pihak yang

berkecimpung dengan dunia tanaman air (Makrofita), seperti peneliti,

pembudidaya, dan pengusaha.

b) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari orang lain (pihak

lain), yang telah diolah yang disajikan baik oleh pengumpul maupun pihak

lainnya (Mardalis, 2008). Data sekunder pada kajian penelitian kali ini meliputi

Page 28: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

16

peta lokasi daerah perairan sungai Sumbersira, letak geografis penelitian, serta

data-data lain yang mungkin digunakan dalam penyusunan laporan serta jurnal

dan kepustakaan yang menunjang penelitian mengenai biodiversitas makrofita.

3.5 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel makrofita dan sampel kualitas air dilakukan pada

bulan Mei 2016 di perairan sungai Sumbersira. Sampel yang diambil berupa

tanaman air (makrofita) dan sampel kualitas air di perairan tersebut. Waktu

pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 hingga 09.00

WIB. Apabila waktu pengambilan sampel di atas pukul 09.00 maka dikhawatirkan

banyaknya aktifitas manusia di daerah setempat dapat menghambat proses

pengambilan sampel dan juga dimungkinkan berpengaruh terhadap sampel yang

akan dibawa ke laboratorium nantinya.

Adapun penentuan lokasi pengambilan sampel ditetapkan menggunakan

metode purposive sampling. Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada 3

stasiun dengan kondisi yang berbeda-beda yang dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pada stasiun 1 merupakan sumber mata air yang disebut inlet, yaitu tempat

dimana air dapat memasuki badan sungai di Sumbersira Gambar 2.

Gambar 2. Stasiun 1 (Inlet), Sumber: Foto Lapang (Dokumentasi)

Page 29: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

17

Stasiun 2 merupakan wilayah perairan sungai yang berada di tengah,

biasa disebut midlet Gambar 3, yang merupakan tempat aktifitas manusia,

sehingga berpotensi mempengaruhi kondisi fisika kimia perairan serta

kelangsungan hidup makrofita itu.

Gambar 3. Stasiun 2 (Midlet), Sumber: Foto Lapang (Dokumentasi)

Stasiun 3 sebagai perairan yang disebut outlet Gambar 4, yang

merupakan kondisi perairan yang berada di ujung kumpulan vegetasi makrofita

yang berada di perairan Sumbersira lalu perairan tersebut membentuk DAS

(Daerah Aliran Sungai) di sekitarnya. Berikut adalah Gambar penampakan dari

masing masing stasiun.

Gambar 4. Stasiun 3 (Outlet), Sumber: Foto Lapang (Dokumentasi)

Page 30: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

18

3.5.1 Pengambilan Sampel Makrofita

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat

plot berdasarkan transek yang berukuran 0,5 m x 0,5 m pada setiap stasiunnya.

Penelitian ini menetapkan 3 tempat pengambilan sampel yang terdiri dari 3

stasiun. Stasiun I yang merupakan sumber mata air dari perairan Sumbersira,

stasiun II yaitu pada bagian tengah perairan Sumbersira, serta pada stasiun III

yaitu merupakan keluaran dari perairan sungai Sumbersira yang akan menuju

anak sungai selanjutnya. Makrofita yang ditemukan pada setiap stasiun di dalam

transek berukuran 0,5 m X 0,5 m, akan diambil sebagai sampel dan di letakkan

pada wadah coolbox dan dibawa ke laboratorium sebagai bahan identifikasi.

Berikut adalah gambar transek dalam pengambilan sampel makrofita.

Gambar 5. Transek Ukuran 0,5m X 0,5m Sumber: Foto Lapang (Dokumentasi)

Proses identifikasi mengacu pada buku identifikasi tumbuhan seperti

Flora of Java volume I (Backer dan Bakhuizen van den Brink Jr., 1963) dan Flora

of Java volume II (Backer dan Bakhuizen van den Brink Jr., 1965). Flora of Java

volume III (Backer dan Bakhuizen van den Brink Jr., 1968), Flora (van Steenis,

2008), Checklist of Indonesian Freshwater Aquatic Herbs (Giesen, 1991), Weeds

of Rice in Indonesia (Soerjani et al.,, 1987), dan Tumbuhan Air (Lembaga Biologi

Nasional, 1981).

Page 31: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

19

3.5.2 Parameter Kualitas Air 1. Fisika

a. Suhu

Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer Hg dan

satuan untuk suhu adalah 0C. Menurut Subarijanti (1990), prosedur pengukuran

suhu sebagai berikut:

1. Menyiapkan termometer Hg.

2. Memasukkan termometer ke dalam perairan dengan membelakangi

sinar matahari dan bagian Hg termometer tidak menyentuh tangan.

3. Menunggu selama ± 2 menit.

4. Membaca skala termometer pada saat termometer masih di perairan.

5. Mencatat hasil pengukuran dalam skala ºC.

b. Debit Air

Alat yang digunakan dalam menghitung debit air adalah wadah

penampung air mineral dan stopwatch. Menurut Ismanto (2012), prosedur

pengukurannya adalah sebagai berikut:

1. Alat penampung debit air menggunakan gelas ukur volume 1,5 L.

2. Stop watch atau alat ukur waktu yang lain (arloji/handphone) yang

dilengkapi dengan stop watch.

3. Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran yang dilakukan.

Langkah-langkah pelaksanaan pengukuran dengan metoda ini adalah:

1. Menyiapkan alat penampung yang sudah diketahui volumenya.

2. Meletakan gelas ukur pada sumber mata air dan mencatat berapa

volume dari air yang masuk ke gelas ukur tersebut.

3. Pengulangan dilakukan 3 kali dan hasil dari setiap pengulangan

dirata2 dengan jumlah pengulangan tersebut.

Page 32: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

20

4. Lalu melakukan perhitungan berdasarkan rumus berikut:

Keterangan:

Q = Debit aliran (m3/detik) A = Luas penampang saluran (m2) V = Kecepatan aliran air (m/detik)

2. Kimia

a. Oksigen Terlarut

Alat yang digunakan adalah DO meter dan satuan dari oksigen terlarut ini

adalah mg/L. Menurut Hermawati et al., (2009), prosedur pengukuran DO adalah

sebagai berikut:

1. Mengkalibrasi DO meter menggunakan aquadest.

2. Membersihkan menggunakan tissue.

3. Memasukkan ke dalam air (perairan sungai).

4. Menghidupkan DO meter dengan menekan tombol “ON”

5. Menekan tombol “CAL”, kemudian menunggu hingga muncul kata

“READY” pada layar.

6. Melihat dan mencatat angka yang muncul.

b. pH (Derajat Keasaman)

Alat yang digunakan untuk pengukuran pH adalah pH meter. Menurut

pendapat Kordi dan Andi (2005), prosedur pengukuran pH sebagai berikut:

1. Melakukan kalibrasi pH meter dengan menggunakan aquades.

2. Memasukkan pH meter ke dalam air sampel selama 2 menit.

3. Menekan tombol “HOLD” pada pH meter untuk menghentikan angka

yang muncul pada pH meter.

Q = A X V

Page 33: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

21

c. Nitrat

Menurut Boyd (1982), kadar nitrat nitrogen dalam perairan dapat diukur

dengan prosedur sebagai berikut :

1. Menyaring air sampel dengan menggunakan kertas saring ukuran

0,45 ptm.

2. Menambahkan 50 ml sampel air dan dituang kedalam cawan

porselen

3. Menguapkan diatas pemanas (hotplate) sampai kering

4. Menambahkan 1 ml asam fenol disulfonik dan di encerkan dengan

menggunakan 25 – 30 ml aquades

5. Menambahkan 4 ml Na4OH sampai terbentuk warna

6. Mengencerkan dengan aquades

7. Membandingkan dengan larutan standart atau menggunakan

spektrofotometer dengan panjang gelombang 410 µm. Larutan

Standart pembanding nitrat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1. Larutan Standar Pembanding Nitrat

Larutan standar nitrat

(ppm)

Larutan menjadi (ml) Nitrat - N yang dikandung (ppm)

0.1 100 0.01

0.5 100 0.05

1 100 0.1

2 100 0.2

5 100 0.5

10 100 1

Page 34: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

22

d. Fosfat

Alat yang digunakan dalam pengukuran phosphate yaitu phosphat

testkit. Menurut Kordi dan Tancung (2007), prosedur pengukuran Fosfat adalah

sebagai berikut:

1. Menyiapkan air sampel

2. Mengambil 25 ml air sampel kemudian masukkan dalam erlenmeyer

3. Menambahkan 1 ml ammonium molybdate kemudian dihomogenkan

4. Menambahkan 2 tetes karutan SnCl2, kemudian dihomogenkan

5. Memasukkan sampel pada tabung reaksi atau cuvet

6. Membaca nilainya dengan alat spektofotometer

7. Membuat persamaan regresi untuk menentukan kadar fosfat

e. Karbodioksida

Menurut Boyd (1982), prosedur pengukuran CO2 di dalam perairan

dapat dilakukan berdasarkan langkah berikut:

1. Menyiapkan air sampel

2. Mengammbil air sampel sebanyak 25 ml dan dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer 50 ml

3. Sampel air ditetesi dengan larutan penoptealin (Larutan PP)

sebanyak 2 tetes

4. Kemudian mentitrasi dengan larutan Na2CO3 0,0454 N hingga

berwarna pink untuk pertama kali.

5. Mencatat (ml) titran yang digunakan

6. Menghitung dengan perhitungan rumus sebagai berikut:

Page 35: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

23

Keterangan:

CO2 : Konsentrasi CO2 terlarut dalam air (mg/L) ml titran : Volume titran NaOH yang terpakai (ml) N titrant : Nilai konstanta N ml sampel : Volume cairan sampel yang digunakan 22 : Bobot setara CO3

1000 : Konversi dari ml ke L

3.6 Pengamatan Makrofita

Pengamatan makrofita dilakukan secara morfologis pada bentuk daun,

batang, bunga, akar, serta habitat hidupnya. Proses identifikasi dapat dilakukan

menggunakan buku identifikasi tumbuhan seperti Flora of Java volume I (Backer

dan Bakhuizen van den Brink Jr., 1963), Flora of Java volume II (Backer dan

Bakhuizen van den Brink Jr., 1965), Flora of Java volume III (Backer dan

Bakhuizen van den Brink Jr., 1968), Flora (van Steenis, 2008), Checklist of

Indonesian Freshwater Aquatic Herbs (Giesen, 1991), Weeds of Rice in

Indonesia (Soerjani et al.,, 1987), dan Tumbuhan Air (Lembaga Biologi Nasional,

1981).

3.7 Analisis Data

Adapun analisis data kerapatan makrofita (K) dapat dihitung menggunakan

rumus yang dinyatakan menurut Brower et al.,, (1990) dalam Rosmaniar (2008)

sebagai berikut:

Keterangan:

K = Kepadatan Suatu Jenis (Ind/m2) ni = Jumlah Individu Suatu Jenis (Individu) A = Luas Area (m2)

Sedangkan untuk mengukur frekuensi kemunculan dihitung berdasarkan

rumus Brower.et al.,(1998) dalam Burhan (2014) sebagai berikut:

K= ni A

CO2 (mg/l) = ml Titran X N Titran X 22 X 1000 ml Sampel

Page 36: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

24

Dimana :

Fi = Frekuensi spesies ke-I (%)(Jumlah Individu / m2) Pi = Jumlah petak contoh ditemukannya spesies ke-i ΣP = Jumlah total petak contoh yang diamati.

Pengambilan sampel menggunakan metode kuadrat plot (2 transek).

Untuk menentukan kategori persen penutupan makrofita dan mendapatkan nilai

tengah digunakan kategori klasifikasi penutupan makrofita Untuk menghitung

persentase penutupan makrofita digunakan metode dari Brower et al.,(1998)

dalam Burhan (2014) sebagai berikut :

Tabel 2. Klasifikasi Penutupan Makrofita

Kelas Bagian yang tertutupi makrofita (Frekuensi)

Persentase yang tertutup (%)

Nilai tengah (%) Mi

5 ½ - semua 50 – 100

75

4 ¼ - ½ 25 – 50

37,5

3 1/8 – ¼ 12,5 – 25

18,75

2 1/16 – 1/8 6,25 – 12,5

9,3

1 < 1/16 < 6,25

3,13

0 Tidak ada 0 0

Page 37: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

25

Untuk menghitung penutupan makrofita dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Dimana :

Pi = Penutupan spesies ke-I (%) (Jumlah Individu / m2) Mi = Nilai tengah dari kelas ke-i (Jumlah Individu / m2) Fi = Frekuensi spesies ke-i (Jumlah Individu / m2) ΣFi = jumlah total frekuensi spesies ke-I (Jumlah Individu / m2)

Page 38: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

26

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Wilayah dan Letak Geografis

Sumbersira merupakan sumber mata air yang terletak di bagian selatan

kota Malang, tepatnya di kecamatan Gondanglegi, kabupaten Malang. Wilayah

Sumbersira dikelilingi banyak perkembunan jagung dan tebu yang dimiliki warga

lokal dan merupakan wilayah dataran rendah yang berdampingan dengan

kecamatan terdekat yaitu kecamatan Kepanjen. Sumbersira memiliki keunikan

yang khas yaitu terdapat rumput air (Tanaman Air), sehingga hal ini menjadi daya

tarik wisatawan untuk datang ke tempat ini sekedar hanya menikmati keindahan

sungainya (Oktavina P, 2015).

Pengelolaan masyarakat lokal terhadap wilayah ini secara arif diinisiasi

oleh warga desa Sumber Jaya yang berkordinasi dengan Dinas Pengairan

Kabupaten Malang (Udayana N, 2016). Pembangunan yang diupayakan dalam

meningkatkan destinasi wisata Sumbersira telah dilakukan mulai tahun 2011 –

2016 ini. Hal ini sesuai dengan kondisi yang mengalami perubahan pada tahun-

tahun awal peresmiannya. Perubahan itu dalam bentuk fasilitas sarana dan

prasarana sebagai penunjang kenyamanan wisatawan.

Secara geografis, apabila diamati melalui (GoogleEarth, 2014).

Sumbersira terletak di Desa Sumber Jaya pada titik koordinat 80-120 LS dan

1120-1160 BT dan berada pada ketinggian sekitar 300 s/d 400 mDpl Wilayah ini

dikelilingi areal persawahan dan perkebunan tebu warga setempat. Akses yang

cukup mudah dijangkau masyarakat berpotensi terhadap kemajuan aspek wisata

kawasan ini. Peta lokasi wilayah ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Adapun batas-

batas wilayah desa kawasan Sumbersira ini yaitu sebagai berikut:

Batas Selatan : Berbatasan langsung dengan Desa Ganjaran

Batas Utara : Berbatasan dengan desa Putukrejo

Page 39: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

27

Batas Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Krebet

Batas Barat : Berbatasan Langsung dengan Desa Sukonolo

4.2 Deskripsi Stasiun

4.2.1 Stasiun 1

Pengambilan sampel pada stasiun 1 dilakukan pada sumber mata air

(inlet). Luas wilayah pengambilan sampel pada stasiun 1 yaitu sekitar 4 m X 5 m

yang memliki kedalaman sekitar 30 – 50 cm serta memliki kondisi arus yang

cukup tenang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode plot kuadrat yang

berukuran 0,5 m X 0,5 m. Pengambilan sampel tanaman air dilakukan pada

wilayah yang cukup banyak tanaman airnya. Sampel yang diambil adalah

makrofita (Tanaman Air) dan sampel air sebagai data pendukung. Kondisi lokasi

pengambilan sampel Stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 6.

Pada stasiun 1 ditemukan 14 jenis makrofita baik yang memiliki tipe

habitat emersed (sebagian tubuhnya tenggelam) maupun submersed (seluruh

bagian tubuhnya tenggelam). 14 jenis makrofita yang ditemukan adalah

Cabomba caroliniana (Cemara Air), Sagittaria subulata (Genjer), Ipomoea

aquatica (Kangkung), Hygrophyla polysperma (Hygrophyla Jepang), Hygrophyla

corimbosa (Sunset Hygro), Lycopodium cernuum (Rumput Kawat), Lygodium

flexuasum (Ilalang Sungai), Cyperus rotundus (Teki Ladang), Eleocharis dulcis

(Krokot), Fimbristylis annua (Gulma Air), Echinocloa crusgalii (Rumput Gulma),

Lophatherum gracille (Rumput bambu/Rumput kelurut), Eragrotis Amabilis (Kili-

kili), Zoysia matrella (Suket Teki/Rumput Sungai). Lokasi pengambilan sampel

pada stasiun 1 tersebut merupakan sumber mata air Sumbersira yang belum

banyak terpengaruh oleh aktifitas manusia dan wisata sehingga makrofita dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik

Page 40: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

28

Gambar 6. Pengambilan Sampel pada Stasiun 1 Sumber: Foto Lapang, 2016

4.2.2 Stasiun 2

Pengambilan sampel pada stasiun 2 terletak tepatnya pada zona tengah

(Midlet) antara sumber mata air (Inlet) dan keluaran air sungai (Outlet), serta

wilayah ini merupakan tempat yang dijadikan areal wisatawan untuk melihat

beragam jenis tanaman air (makrofita). Luas wilayah pengambilan sampel pada

stasiun 2 yaitu sekitar 24 m X 15 m yang memliki kedalaman sekitar 60 – 90 cm

serta memilki arus yang mengalir tenang. Pengambilan sampel dilakukan

menggunakan metode plot kuadrat yang di lakukan pada areal yang banyak

ditumbuhi makrofita. Sampel yang diambil adalah makrofita itu sendiri dan

sampel air sebagai parameter kualitas air. Kondisi lokasi pengambilan sampel

Stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 7.

Pada lokasi stasiun 2 kali ini ditemukan sebanyak 11 jenis makrofita

dengan kelangsungan hidup yang berbeda-beda. Makrofita tersebut diantaranya,

Ipomoea aquatica (Kangkung), Ludwigia sp (Krangkong), Cabomba caroliniana

(Cemara air), Sagittaria subulata (Genjer), Hygrophyla polysperma (Hygrophyla

Jepang), Hygrophyla corimbosa (Sunset Hygro), Cyperus rotundus (Teki

Page 41: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

29

Ladang), Eleocharis dulcis (Krokot), Fimbristilys annua (Gulma Air), Zoysia

matrella (Suket Teki/Rumput Sungai), Lycopodium cernuum (Rumput Kawat).

Jumlah kesuluruhan makrofita yang ditemukan pada stasiun 2 ini lebih sedikit

apabila dibandingkan dengan stasiun 1. Dapat diduga kondisi ini merupakan

pengaruh yang muncul akibat besarnya potensi ancaman aktivitas manusia

terhadap kelangsungan hidup makrofita. Ancaman itu berupa secara langsung

maupun tidak langsung. Hal ini diperkuat dengan data pengambilan sampel

kualitas air yang dapat dilihat pada Lampiran 8.

Gambar 7. Pengambilan Sampel pada Stasiun 2 Sumber: Foto Lapang, 2016

4.2.3 Stasiun 3

Pengambilan sampel yang dilakukan pada stasiun 3 yang didasari pada

kondisi dimana keluaran air (outlet) yang juga dapat berpotensi terhadap

kelangsungan hidup makrofita. Luas wilayah untuk pengambilan sampel pada

lokasi ini sekitar 5 m X 8 m yang memiliki kedalaman sekitar 40 – 60 cm serta

memilki kondisi arus yang cukup deras. Pengambilan sampel dilakukan dengan

metode plot kuadrat dan teknis pengambilannya didasarkan pada wilayah yang

banyak ditumbuhi makrofita. Sampel yang diambil adalah makrofita itu sendiri

Page 42: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

30

dan sampel air sebagai parameter kualitas perairan. Kondisi wilayah

pengambilan sampel pada stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 8.

Tidak seperti pada stasiun 1 dan 2, jumlah yang dapat ditemukan pada

wilayah ini lebih sedikit. Terdapat 6 jenis makrofita yang ditemukan pada wilayah

ini diantaranya seperti, Sagittaria subulata (Genjer), Ludwigia perinnis

(Kerangkong), Fimbristilys annua (Gulma Air), Echinocloa crusgalli (Rumput

Gulma), Lophatherum gracille (Rumput Bambu/Rumput Kelurut), Eragrotis

amabilis (Kili-kili). Jumlah yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan kondisi

lokasi pada stasiun 1 dan 2 yang kemungkinan disebabkan oleh faktor fisika

yang tidak tepat bagi kelangsungan hidup makrofita. Arus yang cukup deras

menjadi ancaman tersendiri bagi makrofita. Dengan substrat yang tidak sesuai

dapat menyebabkan makrofita tumbuh namun sulit untuk mendapatkan nutrisi.

Gambar 8. Pengambilan Sampel Pada Stasiun 3 Sumber: Foto Lapang, 2016

4.3 Faktor Fisika dan Kimia Air

Pengambilan sampel air sebagai parameter kualitas air dilaksanakan

pada pukul 07.00 sampai pukul 09.00 WIB. Hal ini dimaksudkan agar sampel

yang di dapat bisa diasumsikan sesuai dan belum terpengaruh sesuatu apapun.

Sebagai contoh, apabila pengambilan sampel air dilakukan di atas pukul 09.00

Page 43: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

31

WIB bisa dipastikan akan terpengaruhi dengan banyaknya wisatawan

Sumbersira yang datang kesana. Data mengenai parameter kualitas air dapat

dilihat pada Lampiran 8.

4.3.1 Kecerahan

Kecerahan dalam pengambilan sampel makrofita di perairan Sumbersira

tidak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kondisi perairan di wilayah tersebut

yang jernih dengan kedalaman sekitar 50 – 90 cm terlihat hingga dasar perairan,

sehingga tingkat kecerahannya mencapai 100 %. Dengan demikian

dimungkinkan makrofita atau tanaman air dapat memanfaatkan cahaya matahari

secara maksimal untuk kebutuhan fotosintesis.

4.3.2 Suhu

Berdasarkan pengukuran suhu yang telah dilakukan didapatkan hasil

pada stasiun 1 memiliki suhu perairan 250 C, dan pada stasiun 2 memiliki suhu

perairan 280 C serta pada stasiun 3 memiliki suhu perairan 310 C. Kondisi suhu

perairan yang tidak begitu berbeda pada stasiun 1 dan 2 disebabkan karena di

wilayah tersebut banyak dikelilingi vegetasi kanopi. Keberadaan kanopi disekitar

perairan stasiun 1 dan 2 dimungkinkan dapat menjadi penghalang masuknya

sinar matahari langsung ke dalam badan air (sungai). Sedangkan pada stasiun 3

jarang sekali ditemukan naungan pohon atau pohon peneduh. Sehingga cahaya

matahari yang terdapat pada stasiun 3 lebih banyak daripada stasiun 1 dan 2.

Kondisi suhu pada 3 stasiun tersebut dapat dilihat pada grafik berikut:

Page 44: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

32

Gambar 9. Grafik Data Hasil Pengukuran Suhu

Berdasarkan data pengukuran suhu pada Gambar 9 di atas, suhu sangat

penting peranannya bagi kehidupan organisme perairan. Hal ini diperkuat

dengan pernyataan Train, (1974) dalam Sutomo, (1999) yang mengatakan

bahwa suhu dapat mempengaruhi proses metabolisme dan fisiologis secara luas.

Selain metabolisme, suhu juga berpengaruh terhadap proses respirasi, tingkah

laku, penyebaran, kecepatan makan, pertumbuhan dan reproduksi organisme

perairan). Begitu juga menurut Menurut Sugiharto (2003), yang mengemukakan

bahwa suhu 22 – 250C adalah suhu normal perairan yang memungkinkan

berlangsungnya kehidupan secara normal di dalamnya, baik kehidupan hewan

air maupun tumbuhan air.

4.3.3 Debit Air

Berdasarkan data hasil pengukuran debit air pada ketiga stasiun

didapatkan hasil pada stasiun 1 mempunyai nilai debit sebesar 5,6 m3/s, dan

pada stasiun 2 sebesar 113,4 m3/s, serta pada stasiun 3 diperoleh nilai sebesar

4,2 m3/s. Debit air terendah diperoleh pada stasiun 3 yang memiliki kedalaman

tidak terlalu dalam. Kondisi yang cukup jauh dari sumber mata air merupakan

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3

SU

HU

(0C

)

STASIUN PENGAMBILAN SAMPEL

Page 45: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

33

salah faktor yang menyebabkan berkurangnya debit air pada stasiun 3.

Perbedaan debit air pada stasiun 1, 2 dan 3 dapat dilihat pada Gambar 10.

Debit air terbesar terdapat pada stasiun 2 yang merupakan penampang

air terbesar. Lokasi ini merupakan wilayah yang dijadikan area pemandian bagi

wisatawan. Sedangkan pada stasiun 1 merupakan awal mula air yang mengalir

ke badan sungai. Debit air yang tidak terlalu deras dan kondisi luas penampang

yang tidak terlalu luas terbilang sangat sesuai bagi kelangsungan hidup tanaman

air (Makrofita).

Belum ditemukan secara pasti debit aliran sungai yang sesuai dengan

kelangsungan hidup tanaman air (makrofita), karena dalam hal ini sangat

berpengaruh secara langsung pada struktur tubuh tanaman air (Makrofita) yang

berbeda-beda. Apabila dilihat dari beberapa spesies yang dapat ditemukan pada

stasiun 1, debit air pada lokasi stasiun 1 dapat dikatakan sesuai untuk

kelangsungan hidup tanaman air (makrofita), hal ini diperkuat dengan frekuensi

kemunculan tanaman air (makrofita) yang lebih dominan dari stasiun 2 dan 3.

Berdasarkan analisa di atas, data debit air sangat penting peranannya

bagi suatu wilayah yang belum menyentuh kajian sebagai rencana

pengembangan dan pelestarian sumberdaya alam. Menurut Tikno S, (2000),

Ketersediaan data debit (aliran sungai) di setiap wilayah Daerah Aliran Sungai

(DAS) adalah sangat penting bagi kegiatan program perencanaan dan

pengembangan sumberdaya air. Dengan demikian pengelolaan sumberdaya

alam yang akan datang akan memperhatikan hubungan secara nyata mengenai

debit aliran sungai dengan keberlangsungan hidup makrofita atau tanaman air di

perairan sungai Sumbersira.

Page 46: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

34

Gambar 10. Grafik Data Hasil Pengukuran Debit Air

4.3.4 Oksigen Terlarut

Berdasarkan data pengukuran parameter kualitas air, didapat pada

stasiun 1 memiliki kadar oksigen terlarut sebesar 3 ppm, dan pada stasiun 2

memiliki kadar oksigen terlarut sebesar 2,6 ppm, serta pada stasiun 3 memiliki

kadar oksigen terlarut sebesar 5,2 ppm. Data hasil pengukuran oksigen terlarut

dapat dilihat pada Gambar 11. Oksigen terendah terdapat pada stasiun 1 dan

juga tidak terlalu berbeda dengan kandungan oksigen terlarut pada stasiun 2.

Sedangkan pada stasiun 3 kandungan oksigen terbilang cukup tinggi.

Berdasarkan data pengukuran oksigen terlarut di atas, apabila dilihat dari

jumlah makrofita yang didapat pada stasiun 1 ditemukan jumlah makrofita

terbanyak kemudian diikuti dengan jumlah makrofita pada stasiun 2 yang tidak

jauh berbeda. Kondisi ini menyebabkan kandungan oksigen pada stasiun 1

cukup tinggi sebesar 3 ppm dan pada stasiun 2 memliki kandungan oksigen

terlarut sebesar 2,6 ppm. Kandungan oksigen terlarut pada stasiun 1 dan 2 dapat

diduga banyak diperoleh dari hasil fotosintesis makrofita.

Keadaan yang berbeda terdapat pada stasiun 3 yaitu, apabila dilihat dari

jumlah makrofita yang ditemukan, pada stasiun 3 hanya terdapat 6 jenis

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3

DE

BIT

AIR

(m

3/s

)

STASIUN PENGAMBILAN SAMPEL

Page 47: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

35

makrofita yang ditemukan. Namun kandungan oksigen terlarut yang terdapat

pada lokasi ini cukup tinggi dibandingkan pada stasiun 1 dan 2. Hal ini

disebabkan karena pada lokasi ini memiliki kondisi perairan yang dangkal dan

bersubstrat bebatuan. Kondisi topografi yang sedikit lebih rendah juga menjadi

penyebab arus menjadi deras. Sehingga dalam hal ini difusi udara diduga kuat

menjadi penyuplai oksigen terbanyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut

yang mengatakan bahwa, Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal

dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang

hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000).

Gambar 11. Grafik Data Hasil Pengukuran Oksigen Terlarut

4.3.5 Karbondioksida

Berdasarkan data hasil pengukuran karbondioksida perairan didapatkan

hasil pada stasiun 1 memliki kandungan sebesar 0,49 mg/L, dan pada stasiun 2

memiliki kandungan sebesar 0,47 mg/L serta pada stasiun 3 memiliki kandungan

sebesar 0,76 mg/L. Data hasil pengukuran karbondioksida dapat dilihat pada

Gambar 12. Lokasi pengambilan sampel yang memiliki kadar karbondioksida

0

1

2

3

4

5

6

1 2 3

DO

(p

pm

)

STASIUN PENGAMBILAN SAMPEL

Page 48: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

36

tertinggi terdapat pada stasiun 3. Sedangkan pada stasiun 1 dan dua memiliki

kadar karbondioksida terendah yang tidak jauh berbeda.

Tingginya nilai karbondioksida pada stasiun 3 diduga berasal dari kondisi

perairan yang cukup deras, sehingga kondisi seperti ini dapat meningkatkan

frekuensi difusi udara yang membawa karbondioksida di udara masuk ke dalam

badan air. Sedangkan pada stasiun 1 dan 2 karbondioksida banyak

dimanfaatkan makrofita air sebagai kebutuhan fotosintesis, sehingga pada lokasi

ini kandungan karbondioksida terbilang cukup rendah. Seperti halnya menurut

Milliman dan Syvitski (1992) yang mengatakan bahwa sumber utama

karbondioksida terlarut berasal dari aliran sungai yang secara terus-menerus

mengalir dengan kecepatan arus yang tinggi sehingga akan merubah kandungan

nutrisi berupa transport sumber energi dan materi karbonat di perairan.

Karbondioksida erat hubungannya dengan proses fotosintesis tanaman

air, hal ini sesuai pernyataan berikut yaitu, pada siang hari fitoplankton dan

tanaman air mengkonsumsi CO2 (Karbondioksida) dalam proses fotosintesis

yang menghasilkan O2 (Oksigen) dalam air, suasana ini menyebabkan pH air

meningkat. Malam hari fitoplankton dan tanaman air mengkonsumsi O2 dalam

proses respirasi yang menghasilkan CO2, suasana ini menyebabkan pH air

menurun (Barus, 2004).

Sehingga apabila ditinjau dari kebutuhan tanaman air terhadap

karbondioksida terlarut, bisa dikatakan cukup besar. Dengan demikian kondisi

perairan yang memiliki kandungan karbondioksida sangat minim akan sulit untuk

ditumbuhi tanaman air untuk klasifikasi tanaman air tertentu seperti klasifikasi

tanaman air submersed atau jenis tanaman air yang seluruh bagian tubuhnya

tenggelam dalam air.

Page 49: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

37

Gambar 12. Grafik Data Hasil Pengukuran Karbondioksida

4.3.6 pH

Berdasarkan data hasil pengukuran pH perairan didapatkan hasil pada

stasiun 1 memiliki nilai pH sebesar 5, dan pada stasiun 2 memiliki nilai pH

sebesar 5, serta pada stasiun 3 memiliki nilai pH sebesar 8. Nilai pH yang

cenderung bersifat asam terdapat pada stasiun 1 dan 2 serta memiliki nilai yang

sama. Sedangkan pada stasiun 3 nilai pH cenderung mendekati netral. Data

hasil pengukuran nilai pH dapat dilihat pada Gambar 13.

Sifat yang cenderung asam pada stasiun 1 dan 2 disebabkan oleh

seresah atau sisa-sisa bahan organik yang dihasilkan dari struktur tumbuhan

yang kering dan mati. Sehingga hal ini menyebabkan nilai pH pada lokasi

tersebut memiliki nilai pH yang cenderung bersifat asam. Selain itu, banyaknya

populasi makrofita (tanaman air) juga akan menghasilkan proses respirasi yang

juga melimpah, sehingga dalam kondisi ini pH akan bersifat asam.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Wetzel, (1983), proses respirasi oleh

semua komponen ekosistem akan meningkatkan jumlah karbon dioksida,

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

1 2 3

KA

RB

ON

DIO

KS

IDA

(m

g/L

)

STASIUN PENGAMBILAN SAMPEL

Page 50: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

38

sehingga pH perairan menurun. Berdasarkan data di atas nilai pH pada ketiga

stasiun tersebut dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 13. Grafik Data Hasil Pengukuran Nilai Ph

4.3.7 Fosfat

Berdasarkan data hasil pengukuran kadar fosfat didapatkan pada stasiun

1 memiliki kadar nilai Fosfat sebesar 0,021 mg/L, dan pada stasiun 2 memiliki

kadar nilai fosfat 0,046 mg/L, serta pada stasiun 3 memiliki kadar nilai fosfat

0,084 mg/L. Data hasil pengukuran nilai fosfat dapat dilihat pada Gambar 14.

Ketiga lokasi stasiun tersebut tidak memilki perbedaan kadar nilai fosfat yang

terlalu signifikan. Data tingkat kesuburan perairan sangat diperlukan sebagai

penentuan kondisi perairan tersebut berdasarkan nilai fosfatnya. Tingkat

kesuburan perairan berdasarkan kandungan fosfat dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 3. Tingkat Kesuburan Perairan Berdasarkan Kandungan Fosfat

Fosfat (mg/L) Tingkat Kesuburan

0 – 0,0002 Kurang Subur

0,0002 – 0,05 Cukup Subur

0,05 – 0,10 Subur

>0,10 Sangat Subur

Joshimura dalam Wardoyo, (1982)

0123456789

1 2 3

pH

pH

STASIUN PENGAMBILAN SAMPEL

Page 51: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

39

Berdasarkan data di atas, kandungan nilai Fosfat pada stasiun 1 dan 2

tergolong dalam tingkat kesuburan “cukup subur”. Apabila dilihat dari jumlah

makrofita yang ditemukan pada stasiun 1, nilai fosfat yang rendah dibanding

dengan nilai fosfat pada stasiun 3 disebabkan oleh banyak makrofita yang

tumbuh di lokasi tersebut, sehingga kandungan fosfat yang berada pada lokasi

tersebut banyak dimanfaatkan oleh makrofita. Sedangkan pada stasiun 3 nilai

fosfat yang tinggi disebabkan karena kandungan phopat tersebut jarang

dimanfaatkan oleh makrofita yang tumbuh di areal tersebut. Hal ini diperkuat

dengan sedikitnya jumlah makrofita yang ditemukan.

Kadar nilai fosfat pada lokasi stasiun 2 yang lebih tinggi dibanding lokasi

stasiun 1 diduga berasal dari limbah domestik rumah tangga. Pada kondisi ini

lokasi stasiun merupakan areal wisata yang digunakan sebagai pemandian

wisatawan yang berdekatan dengan limbah domestik aktivitas masyarakat.

Menurut WHO & European Commision (2002), dipastikan bahwa sumber utama

penyumbang fosfat ke dalam teluk/perairan adalah limbah domestik masyarakat.

pengkayaan fosfor terutama berasal dari limbah rumah tangga dan industri,

termasuk detergen berbahan dasar fosfor.

fosfat bagi tanaman/tumbuhan berperan dalam proses respirasi dan

fotosintesis, penyusunan asam nukleat pembentukan bibit tanaman, perangsang

perkembangan akar sehingga tanaman akan kuat dari gangguan di luar tubuh

tanaman itu sendiri (Normahani, 2015).

Page 52: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

40

Gambar 14. Grafik Data Hasil Pengukuran Fosfat

4.3.8 Nitrat

Berdasarkan data hasil pengukuran kandungan nitrat didapatkan hasil

pada stasiun 1 memiliki kandungan nitrat sebesar 0,187 mg/L, dan pada stasiun

2 sebesar 0,154 mg/L, serta pada stasiun 3 memiliki kandungan nitrat sebesar

0,219 mg/L. Data hasil pengukuran nilai nitrat dapat dilihat pada Gambar 15.

Kondisi yang berbeda hanya terdapat pada stasiun 3 yang memiliki nilai Fosfat

tertinggi. Nilai Fosfat terendah terdapat pada lokasi stasiun 1 kemudian diikuti

pada stasiun 2.

Kondisi perairan berdasarkan kandungan nitrat dapat ditentukan dengan

melihat tabel berikut:

Tabel 4. Tingkat Kesuburan Perairan Berdasarkan Kandungan Nitrat

Nitrat (mg/L) Tingkat Kesuburan

< 0,1 Oligotropik

0 – 0,15 Mesotropik

> 0,2 Eutropik

Chu dalam Wardoyo (1982)

Tidak jauh berbeda dengan Fosfat, nitrat merupakan senyawa yang juga

bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman air. Dugaan pemanfaatan nitrat oleh

0

0,01

0,02

0,03

0,04

0,05

0,06

0,07

0,08

0,09

1 2 3

FO

SF

AT

(m

g/L

)

STASIUN PENGAMBILAN SAMPEL

Page 53: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

41

tanaman air pada stasiun 1 dan 2 didasarkan dari jumlah makrofita yang

ditemukan pada lokasi tersebut. Sedangkan pada stasiun 3 tidak demikian

apabila juga dilihat dari jumlah makrofita yang ditemukan.

Nitrat erat kaitannya dengan kelangsungan hidup organisme yang

berperan sebagai produsen. Menurut Manampiring E A (2009), nitrat dihasilkan

oleh fiksasi biologis yang digunakan oleh produsen (tumbuhan) yang diubah

menjadi molekul protein. Selanjutnya, tumbuhan atau hewan yang mati akan

dirombak oleh organisme pengurai menjadi gas amoniak (NH3) dan garam

amonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut amonifikasi.

Adapun peranan nitrat bagi tanaman adalah berperan dalam

pertumbuhan vegetatif tanaman, memberikan warna pada tanaman, panjang

umur tanaman, penggunaan karbohidrat, dan lain-lain. Kekurangan salah satu

atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak

sebagaimana mestinya, yaitu ada kelainan atau penyimpangan-penyimpangan

dan banyak pula tanaman yang mati muda yang sebelumnya tampak layu dan

mengering (Sartini, 2015).

Gambar 15. Grafik Data Hasil Pengukuran Kandungan Nitrat

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

1 2 3

NIT

RA

T(m

g/L

)

STASIUN PENGAMBILAN SAMPEL

Page 54: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

42

4.4 Jenis Makrofita Air di Perairan Sungai Sumbersira

Jenis makrofita yang ditemukan seluruhnya terdapat 14 spesies yang

tersebar di seluruh stasiun 1, 2, dan 3 lokasi pengambilan sampel. Jenis jenis

yang ditemukan pada ketiga stasiun dapat dilihat pada lampiran 5. Karakteristik

keseluruhan dari beberapa spesies dapat dilihat pada tabel berikut:

Taxonomy dari seluruh spesies mengacu pada ITIS (2016) Berdasarkan

Tipe Habitat Submersed dan Emersed.

1. Tipe Habitat Submersed

a) Cabomba caroliniana

Kingdom : Plantae

Divisi : Streptophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Nymphaeales

Family : Cabombaceae

Genus : Cabomba Gambar 16. Cabomba caroliniana Sumber:Dokumentasi Lapang

Cabomba caroliniana (cemara air) merupakan spesies yang terbilang

cukup banyak ditemukan pada stasiun 1 dan 2. Habitat tanaman ini terdapat

pada dasar perairan sungai yang masih banyak dijangkau cahaya matahari.

Kondisi tanaman yang memiliki adaptasi yang bagus terhadap perairan

menyebabkan tanaman air ini mampu tumbuh di bawah permukaan air.

b) Sagittaria subulata

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Alismatales

Family : Alismataceae

Genus : Sagittaria Gambar 17. Sagittaria subulata Sumber:Dokumentasi Lapang

Page 55: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

43

Sagittaria subulata (genjer) merupakan tanaman yang juga banyak

ditemukan pada stasiun 1 dan 2. Jenis tanaman ini memiliki habitat yang seluruh

bagian hidupnya tenggelam di dalam perairan. Dengan kondisi akar yang tidak

terlalu kuat maka jenis tanaman ini tidak akan mampu untuk tumbuh pada kondisi

arus yang deras.

c) Hygrophyla polysperma

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Family : Acanthaceae

Genus : Hygrophila

Gambar 18. Hygrophyla polysperma

Sumber:Dokumentasi Lapang

Hygrophyla polysperma (hygrophyla Jepang) adalah jenis tanaman yang

terdapat pada beberapa bagian pinggiran sungai. Pada stasiun 1 cukup banyak

ditemukan dan pada stasiun 2 hanya beberapa rumpun yang ditemukan.

Beberapa batang pada tumbuhan ini tumbuh pada habitat yang seluruhnya

ditutupi air. Beberapa diantaranya hanya pada bagian akar yang terpengaruhi

oleh perairan.

d) Hygrophyla corimbosa

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Family : Acanthaceae

Genus : Hygrophila Gambar 19. Hygrophyla corimbosa ` Sumber:Dokumentasi Lapang

Page 56: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

44

Hygrophyla corimbosa (sunset hygro) merupakan tanaman yang terdapat

pada perbatasan antara badan sungai dan daratan. Tanaman ini banyak

ditemukan pada stasiun 1 dan 2. Tanaman ini banyak tumbuh di sekitar tanaman

lain.

e) Lycopodium cernuum

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Lycopodiopsida

Ordo : Lycopodiales

Family : Lycopodiaceae

Genus : Lycopodium Gambar 20. Lycopodium cernuum Sumber:Dokumentasi Lapang

Lycopodium cernuum (rumput kawat) adalah tanaman yang ditemukan

pada bebatuan di sekitar lokasi stasiun 1 dan 2. Jenis tanaman ini merupakan

tanaman paku-pakuan yang banyak dipengaruhi kelembaban perairan.

f) Lygodium flexuasum

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Polypodiopsida

Ordo : Schizaeales

Family : Lygodiaceae

Genus : Lygodium

Gambar 21. Lygodium flexuasum Sumber:Dokumentasi Lapang

Lygodium flexuasum (ilalang sungai) adalah jenis tanaman yang

menempel pada substrat batuan maupun kayu yang telah lapuk. Tanaman ini

ditemukan pada beberapa area lokasi stasiun 1 dan 2. Jenis tanaman ini jarang

ditemukan pada lokasi stasiun 3.

Page 57: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

45

g) Eragrotis amabilis

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Poales

Family : Poaceae

Genus : Eragrostis Gambar 22. Eragrotis amabilis Sumber:Dokumentasi Lapang

Eragrotis amabilis (kili-kili) merupakan tanaman yang juga hanya

ditemukan pada stasiun 3 namun tidak banyak populasinya. Tanaman ini juga

banyak ditemukan disekitar badan persawahan yang masih dipengaruhi aktifitas

perairan sungai.

2. Tipe Habitat Emersed

h) Ipomoea aquatica

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Solanales

Family : Convolvulaceae

Genus : Ipomoea Gambar 23. Ipomoea aquatica Sumber:Dokumentasi Lapang

Ipomoea aquatica (kangkung) merupakan jenis tanaman menjalar yang

banyak ditemukan pada pinggiran lokasi stasiun 1 dan 2. Jenis tanaman ini hidup

pada habitat yang banyak dipengaruhi daratan. Kondisi yang terlalu kering akan

mengganggu pertumbuhannya.

Page 58: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

46

i) Cyperus rotundus

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Poales

Family : Cyperaceae

Genus : Cyperus

Gambar 24. Cyperus rotundus Sumber:Dokumentasi Lapang

Cyperus rotundus (teki ladang) merupakan tanaman yang jarang

ditemukan pada stasiun 1 dan 2, namun sangat banyak ditemukan pada stasiun

3. Jenis tanaman ini memiliki adaptasi yang cukup baik pada kondisi arus yang

cukup deras.

j) Eleocharis dulcis

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Poales

Family : Cyperaceae

Genus : Eleocharis

Gambar 25. Eleocharis dulcis Sumber:Dokumentasi Lapang

Eleocharis dulcis (krokot) merupakan jenis rerumputan air yang akarnya

tenggelam di dasar perairan. Tanaman ini sangat subur pada areal lokasi stasiun

3. Beberapa rumpun tanaman ini juga terdapat pada stasiun 2 namun tidak

sebanyak pada stasiun 3.

Page 59: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

47

k) Fimbristylis annua

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Poales

Family : Cyperaceae

Genus : Fimbristylis

Gambar 26. Fimbristylis annua Sumber:Dokumentasi Lapang

Fimbristylis dulcis (gulma) merupakan jenis tanaman yang hampir sama

dengan Eleocharis dulcis namun berbeda jenis. Keberadaan jenis tanaman ini

juga sama yaitu hanya terdapat pada stasiun 2 dan 3.

l) Echinocloa crusgalii

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Poales

Family : Poaceae

Genus : Echinochloa Gambar 27. Echinocloa crusgalii Sumber:Dokumentasi Lapang

Echinocloa crusgalii (rumput air) juga bisa disebut ilalang sungai yang

keberadaannya terdapat pada pinggiran aliran sungai. Tanaman ini hanya

ditemukan pada lokasi stasiun 3. Tanaman ini tumbuh berumpun secara

memanjang di pinggiran sungai.

Page 60: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

48

m) Lophatherum gracille

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Poales

Family : Poaceae

Genus : Lophatherum

Gambar 28. Lophatherum gracille Sumber:Dokumentasi Lapang

Lophatherum gracille (rumput bambu/rumput kelurut) merupakan jenis

tanaman yang hanya ditemukan pada stasiun 1. Tanaman ini hanya ditemukan

kondisi tanah yang lembab dan sangat tergantung pada pengaruh perairan

sungai.

n) Zoysia matrella

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Poales

Family : Poaceae

Genus : Zoysia Gambar 29. Zoysia matrella Sumber:Dokumentasi Lapang

Zoysia matrela (suket teki) adalah jenis tanaman yang hanya ditemukan

pada stasiun 2 dan berada pada substrat berbatu namun dalam kelembaban

yang tinggi. Tanaman ini tumbuh lebat dari gabungan beberapa rumpun.

4.5 Kerapatan Makrofita Air

Beradasarkan data hasil pengukuran kerapatan makrofita pada masing-

masing stasiun didapatkan hasil pada stasiun 1 sebesar 70 Ind/m2, dan pada

stasiun 2 sebesar 3,8 Ind/m2, serta pada stasiun 3 sebesar 12,5 Ind/m2.

Kerapatan tertinggi terdapat pada stasiun 1 dan diikuti stasiun 3, serta stasiun 2

Page 61: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

49

memiliki nilai kerapatan makrofita yang rendah. Berikut adalah nilai kerapatan

tanaman air pada masing-masing stasiun.

Tabel 5. Nilai Kerapatan Stasiun 1

Nama Spesies Nama Daerah Tipe Habitat K (Ind/m2)

Cabomba caroliniana Cemara Air Submersed 70

Sagittaria subulata Genjer Emersed 37,5

Hygrophyla polysperma Hygrophyla Jepang Submersed 62,5

Hygrophyla corimbosa Sunset Hygro Submersed 12,5

Lycopodium cernuum Rumput Kawat Emersed 37,5

Echinocloa crusgalii Gulma Emersed 2,9

Jumlah 249

rata-rata 41,5 Tabel 6. Nilai Kerapatan Stasiun 2

Nama Spesies Nama Daerah Tipe Habitat K (Ind/m2)

Cabomba caroliniana Cemara Air Submersed 54

Sagittaria subulata Genjer Emersed 17

Ipomoea aquatica Kangkung Emersed 27

Hygrophyla polysperma Sunset Hygro Submersed 8

Lycopodium cernuum Rumput Kawat Emersed 8

Cyperus rotundus Teki Ladang Emersed 4

Jumlah 118

rata-rata 19,8

Tabel 7. Nilai Kerapatan Stasiun 3

Nama Spesies Nama Daerah Tipe Habitat K (Ind/m2)

Sagittaria subulata Genjer emersed 4

Lygodium flexuasum Ilalang Sungai emersed 13

Cyperus rotundus Teki Ladang emersed 10

Eleocharis dulcis Krokot emersed 2

Fimbristylis annua Gulma emersed 2

Echinocloa crusgalii Rumput Gulma emersed 2

Lophatherum gracille Kelurut emersed 2

Eragrotis amabilis Kili-kili emersed 6

Zoysia matrela Suket Teki emersed 6

Jumlah 56

rata-rata 6,22

Page 62: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

50

Pengukuran kerapatan makrofita didasarkan pada spesies yang banyak

ditemukan pada masing-masing stasiun. Pada stasiun 1 didasarkan pada

spesies Cabomba caroliniana yang ditemukan sebanyak 17 individu dengan

dominasi 23% dari jumlah spesies yang lain. Pada stasiun 2 juga didasari pada

spesies Cabomba caroliniana yang ditemukan sebanyak 26 individu dengan

dominasi 45,61% dari jumlah spesies yang lain. Sedangkan pada stasiun 3

didasari oleh spesies Cyperus rotundus yang ditemukan sebanyak 6 individu

dengan dominasi 30% dari jumlah spesies yang lain.

Kerapatan makrofita yang tinggi pada stasiun 1 disebabkan karena

kondisi perairan yang belum terkontaminasi sehingga terbilang sangat

memungkinkan dan sesuai dengan kelangsungan hidup tanaman air (makrofita).

Pada lokasi ini merupakan inlet atau keluaran air yang nutrisinya masih terjaga

dan banyak mengandung mineral-mineral yang dibutuhkan tanaman.

Berdasarkan data di atas, persebaran makrofita (tanaman air) sangat beragam

dan erat sekali hubungannya dengan kondisi perairan tersebut. Menurut Yusuf

(2008), mengatakan tanaman air merupakan bagian dari

vegetasi penghuni bumi yang media tumbuhnya adalah perairan. Penyebaranya

meliputi perairan air tawar, payau sampai ke lautan dengan beraneka ragam

jenis, bentuk dan sifatnya.

Apabila dari dominasi kerapatan spesies dari ketiga stasiun, spesies

Cabomba caroliniana merupakan spesies yang paling mendominasi. Spesies ini

merupakan tanaman yang banyak diperjual belikan dalam memenuhi kebutuhan

penghobis Aquascae. Tanaman air ini banyak ditemukan pada pasar-pasar

akuarium ikan hias air tawar di seluruh Indonesia. Ancaman eksploitasi pada

tanaman ini mulai terlihat dengan banyaknnya penggemar aquascae yang mulai

marak di Indonesia. Meskipun tidak ada data yang mendeskripsikan mulai

terancamnya spesies ini dari kepunahan di alam, pada beberapa negara di Eropa

Page 63: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

51

dan Asia telah melarang perdagangan pada jenis tanaman ini. Hal ini diperkuat

oleh pernyataan berikut yang mengatakan bahwa Cabomba caroliniana telah

dibudidayakan dan diperdagangkan di beberapa negara dan beberapa di

Australia. Semua Negara bagian di Eropa melindungi spesies ini dari aktifitas jual

beli di Internasional di bawah Legislasi Federal (Australian Department, 2003).

Gambar30. Grafik Hasil Pengukuran Kerapatan Makrofita

4.6 Klasifikasi Penutupan Makrofita Air

Berdasarkan data hasil pengukuran klasifikasi penutupan makrofita

didapatkan hasil pada stasiun 1 memiliki nilai (pi) sebesar 4,42 Ind/m2 dan pada

stasiun 2 memiliki nilai (pi) sebesar 17,10 Ind/m2 serta pada stasiun 3 memiliki

nilai (pi) sebesar 11,25 Ind/m2 yang dapat dilihat pada Gambar 19. Untuk

menentukan klasifikasi penutupan makrofita pengukuran ini mengacu pada

Brower.et al.,(1998) dalam Burhan (2014) yang dapat digunakan sebagai

penentuan nilai tengah (Mi).

Dilihat dari data perhitungan di atas, pada lokasi stasiun 1 penutupan

makrofita mencapai 22,1% dengan cakupan luas wilayah pengambilan sampel 4

X 5 meter. Berbeda halnya pada stasiun 2 yang memiliki prosentase penutupan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3NIL

AI

KE

RA

PA

TA

N (

Ind

/m2)

STASIUN PENGAMBILAN SAMPEL

Page 64: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

52

makrofita sebesar 4, 75% dari seluruh cakupan wilayah dengan luas 24 X 15

meter. Sedangkan pada stasiun 3 terlihat sangat lebat dengan penutupan

makrofita sebesar 28,125% pada luasan wilayah sebesar 5 X 8 meter.

Persen penutupan tumbuhan air menggambarkan luasan daerah yang

tertutup oleh tumbuhan air. Berdasarkan kriteria penutupan vegetasi berdasarkan

Brower et al., (1990), persen penutupan tumbuhan air berkisar 2,4 % - 75 %,

dengan kategori sangat jarang sampai sangat rapat, sehingga pada stasiun 1

dengan prosentase tersebut dapat dikatakan termasuk dalam kategori sedang,

stasiun 2 rendah, dan stasiun 3 dapat dikatakan cukup tinggi.

Prosentase penutupan makrofita yang terbilang cukup tinggi pada stasiun

1 dan 3 merupakan suatu kondisi yang tidak sama karena memiliki struktur

kondisi perairan yang juga berbeda. Pada lokasi stasiun 1 prosentase penutupan

makrofita disebabkan oleh kondisi perairan yang cukup sesuai dengan masih

terjaganya nutrisi-nutrisi yang banyak dimanfaatkan tanaman air. Sedangkan

pada stasiun 3 prosentase penutupan makrofita yang tinggi disebabkan karena

badan sungai yang mulai mengecil dan menyebar membuat DAS disekitarnya

sehingga pertumbuhan makrofita disekitarnya terlihat memenuhi badan sungai.

Klasifikasi penutupan makrofita (tanaman air) erat kaitannya dengan

sistem pengelolaan yang memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan.

Sesuai pernyataan Madsen (2000) pengelolaan kelestarian sumberdaya alam

terkait tanaman air yang berada di hulu maupun di hilir sungai harus

berlandaskan pengelolaan yang sinergis dari masyarakat lokal dan pemangku

kepentingan di daerah setempat.

Prosentase penutupan makrofita ini juga disajikan dalam bentuk grafik

berkut:

Page 65: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

53

Gambar 31. Grafik Data Hasil Pengukuran Klasifikasi Penutupan Makrofita

4.7 Biodiversitas (Keanekaragaman) Makrofita Air

Teknik penentuan analisis perhitungan biodiversitas makrofita dilakukan

dengan perhitungan kerapatan makrofita pada seluruh stasiun pengamatan

sampel. Penentuan jumlah rata-rata spesies yang ditemukan dan jumlah rata-

rata cakupan luas wilayah pengambilan sampel pada seluruh stasiun sangat

penting dalam penentuan nilai (Kerapatan pi). Dalam perhitungan per spesies

tanaman air (makrofita) dapat dilihat pada Lampiran 9.

Nilai (Kerapatan pi) akan diganakan sebagai penentuan (pi Ln pi) dalam

substitusi perhitungan H’ (Biodiversitas Makrofita). H’ merupakan Indeks

keanekaragaman jenis (H’) yang mengGambarkan tingkat kestabilan suatu

komunitas tegakan. Semakin tinggi nilai H’, maka komunitas vegetasi tanaman

tersebut semakin tinggi tingkat kestabilannya. Suatu komunitas yang memiliki

nilai H’ < 1 dikatakan komunitas kurang stabil, jikan nilai H’ antara 1-2 dikatakan

komunitas stabil, dan jika nilai H’ > 2 dapat dikatakan komunitas yang sangat

stabil (Kent & Paddy, 1992).

02468

1012141618

1 2 3

KL

AS

IFIK

AS

I P

EN

UT

UP

AN

(I

nd

/m2)

STASIUN PENGAMBILAN SAMPEL

Page 66: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

54

Berdasarkan diskripsi diatas didapatkan nilai biodiversitas makrofita (H’)

pada perairan Sumbersira sebesar 0,514 Ind/m2. Dengan demikian, tingkat

keanekaragaman makrofita pada perairan sungai Sumbersira terbilang cukup

rendah dengan nilai H’ < 1,5. Hal ini mengacu pada Odum (1996), yang

mengatakan bahwa besaran H’ < 1.5 menunjukkan keanekaragaman jenis

tergolong rendah, H’ = 1.5 – 3.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong

sedang dan H’ > 3.5 menunjukkan keanekaragaman tergolong tinggi. Data lebih

lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Keanekaragaman jenis makrofita di setiap lingkungan perairan sangat

penting peranannya bagi kelangsungan hidup organisme lain di sekitarnya.

Sebagian besar aktifis pecinta lingkungan berlomba-lomba untuk menyiarkan

ancaman-ancaman mengenai kerusakan lingkungan bahwa dalam hal ini

biodiversitas maupun aspek biologi lain sangat penting peranannya bagi

kelestarian lingkungan (WALHI, 2015).

Kualitas perairan sangat erat kaitannya apabila ditinjau dari kebutuhan

nutrisi yang ada dalam badan air itu sendiri. Tanaman air membutuhkan

karbondioksida terlarut, cahaya matahari, dan air untuk berfotosintesis yaitu pada

pagi hingga menjelang malam hari, serta membutuhkan oksigen terlarut saat

melakukan proses respirasi (Guntur, 2008). Sehingga dalam hal ini kandungan

nutrisi yang terdapat di dalam perairan, sangat dibutuhkan tanaman air

(makrofita) untuk kebutuhan fotosintesis dan respirasi.

Tanaman air mampu menyerap unsur hara yang terdapat di perairan

seperti kandungan nitrat dan Fosfat. Sehingga apabila terjadi kandungan nutrisi

perairan yang berlebih seperti halnya nitrat dan Fosfat maka tanaman air

memiliki peranan penting sebagai media bioremidiasi (Wulandari et al, 2006)

Page 67: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

55

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dampak negatif yang diduga menjadi penyebab terganggunya kestabilan

ekosistem perairan dapat dilihat dari rendahnya nilai biodiversitas pada

stasiun 2 dan 3.

2. Hasil pengukuran data kualitas air yang telah dilakukan, diperoleh dari

parameter fisika ketiga stasiun meliputi kecerahan sebesar 100%, suhu

sebesar 250C, 280C, dan 310C, debit air 5,6 m3/s, 113,3 m3/s,dan 4,2 m3/s,

serta parameter kimia dari ketiga stasiun meliputi oksigen terlarut 3 ppm,

2,6 ppm, dan 5,2 ppm, karbondioksida 0,49 mg/L, dan 0,76 mg/L, pH 5, 5,

dan 8, Fosfat 0,021 mg/L, 0,046 mg/L, dan 0,084 mg/L, nitrat 0,187 mg/L,

0,154 mg/L, dan 0,219 mg/L.

3. Perhitungan analisis data diperoleh nilai kerapatan makrofita pada stasiun

1 sebesar 0,70 ind/m2, stasiun 2 sebesar 0,038 ind/m2, stasiun 3 sebesar

0,125 ind/m2. Nilai frekuensi kemunculan makrofita pada stasiun 1 sebesar

57%, stasiun 2 sebesar 28%, dan stasiun 2 sebesar 21,42%. Nilai

klasifikasi penutupan makrofita pada stasiun 1 sebesar 4,42 ind/m2, stasiun

2 sebesar 17,10 ind/m2. Nilai biodiversitas dari ketiga stasiun sebesar

0,514 Ind/m2 (Keanekaragaman Rendah).

5.2 Saran

Penelitian mengenai biodiversitas/keanekaragaman jenis tanaman air

(makrofita) ini masih dari jauh dari kata sempurna. Beberapa aspek kajian

mengenai indeks nilai penting, kesamaan jenis, dominansi relatif belum

Page 68: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

56

tercantum dalam penelitian ini. Sehingga harapannya dari hasil penelitian

sederhana ini dapat dijadikan bahan untuk melakukan penelitian tanaman air

(makrofita) yang lebih valid dan berkompeten.

Page 69: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

57

DAFTAR PUSTAKA

Amano T. 2008. Sumida Nature Aquarium Aqua Design Amano. Aqua Journal.

Vol.234 (64-98)

Andhayani, S. 2005. Manajemen Kualitas Air untuk Budidaya Perairan. Fakultas

Perikanan Universitas Brawijaya. Malang

Australian Departmen. 2003. Weed Management Guide. Information which

Analisis Debit Di Daerah Aliran Sungai Batanghari appears in this guide

may be reproduced without written permission provided the source of

the information is acknowledged. Printed in Australia on 100% recycled

paper. ISBN 1-920932-04-6.

Barus, T. A. 2002. Pengantar Limnologi. Linilus. Amerika Serikat.

Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.

Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatra Utara. Medan.

Barus. 2004. Ekosistem Perairan Sungai. Universitas Sumatra Utara

Boyd, C.E. 1982. Water Quality n Warmwater Fish Ponds. Alabama Agricultural Experiment Station. Auburn University.

Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birminghan Publishing.

Alabama.

Brower, J.E., J.H. Zar., C.N von Ende. 1990. Field and laboratory methods for

general ecology, 3rd edition. Wn.C Publishing, Dubuque.

Burhan S. 2014. Kajian Karakteristik Dan Potensi Makrofita Sebagai Bioindikator

Kualitas Air Pada Sungai Tallo. Hal 1-14

Djamar. 1983. Catatat Kuliah Ekologi Umum. IPB. Hal 158-164

Febrianti E. 2011. Produktivitas Alga Hydrodictyon Pada Sistem Perairan

Tertutup (Closed System). Skripsi. Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Hermawati, A.W.S., Rahayu, K., Setyawati, S., Shofy M. 2009. Pengaruh

Konsentrasi Kadmium Terhadap Perubahan Warna dan Presentase

Jenis Kelamin Jantan Anakan Daphnia magna. Jurnla Ilmiah Perikanan

dan Kelautan. Vol 1: (1)

Page 70: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

58

Indrawati, Muhsin. 2008. Keanekaragaman Tumbuhan Air pada Perairan Sungai

dan Rawa di Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. WARTA –

WIPTEK. 16(1) 0854-0667

Ismanto. 2012. http://konservasi-bidang1ntt.blogspot.co.id/2012/05/pengukuran-

debit-air-secara-sederhana.html. Diakses Tanggal 21 Februari 2016

Pukul 21.53 WIB.

Japfa. 2015.Metode Analisis Parameter Mutu Air Untuk Budidaya Udang Kordi K., M. Ghufran H dan Tancung Andi Baso. 2007. Pengelolaan Kualitas Air

dan Tanah dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta

Kordi, K dan Andi T. 2005. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan.

Rineka Cipta. Jakarta.

Kurniawan R. 2013. Keragaman Jenis Dan Penutupan Tumbuhan Air Di

Ekosistem Danau Tempe, Sulawesi Selatan. Prosiding Pertemuan

Ilmiah Tahunan MLI I.1(1) 256-266

Larashati I. 2004. Keanekaragaman Tumbuhan dan Populasinya di Gunung

Kelud, Jawa Timur. "Herbarium Bogoriense", Bidang Botani. 5(2) 71-76

Madsen J D. 2000. Advantages and Disadvantages of Aquatic Plant

Management Techniques. Reproduced by permission of the North

American Lake Management Society; from LakeLine, v. 20, no.1, pp 22-

34

Mailto. 2015. Substrat dan Pupuk Aquascape. Jurnal Aquascape. Jakarta. Mardalis. 2008. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal Cetakan

Pertama. Bumi Aksara. Jakarta.

Mayasari, D. 2015. DetikNews, Kawasan Wisata Malang Indonesia. Jakarta.

Milliman, J. D., J. P. M. Syvitski. 1992. Geomorphic / tectonic control of sediment

diskharge to the ocean: the importance of small mountainous rivers.

Journal of Geology, 100, 525– 544.

Normahani. 2015. Mengenal Pupuk Fosfat dan Fungsinya bagi Tanaman. Teknisi

Litkayasa Pelaksana Lanjutan pada Balai Penelitian Pertanian Lahan

Rawa. http://balittra.litbang.pertanian.go.id/

Octania, W., G. Indriati dan Abizar. 2012. Komposisi Perifiton di Sungai Siak

Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. Sekolah

Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI Sumatra Barat.

Oktaviana P. 2015. Menguak Surga Bawah Air di Perairan Sumbersira Malang.

Kompas.com.

Page 71: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

59

Patty S I., Harfah A., Malik S A. Zat Hara (Fosfat, Nitrat), Oksigen Terlarut Dan

Ph Kaitannya Dengan Kesuburan Di Perairan Jikumerasa, Pulau Buru.

Jurnal Pesisir Dan Laut Tropis. 1 (1) 43-50

Permen. 2014. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5

Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah. Jakarta

Puspitaningrum M., Munifatul I., Sri H. 2012. Produksi Dan Konsumsi Oksigen

Terlarut Oleh Beberapa Tumbuhan Air. Buletin Anatomi dan Fisiologi.

20(1) 47-55

Rissamasu F J L., Hanif B P. 2011. Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan

Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. Ilmu

Kelautan. Vol. 16 (3) 135-142

Rosmaniar. 2008. Kepadatan dan Distribusi Kepiting Bakau (Scylla spp.) serta

Hubungannya dengan Faktor Fisika Kimia di Perairan Pantai Labu

Kabupaten Deli Serdang. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatra

Utara. Medan.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod)

Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.

Oseana. Volume XXX, Nomor 3 0216-1877

Sartini. 2015. Mengenal Pupuk Nitrogen dan Fungsinya Bagi Tanaman. Teknisi

Litkayasa Pelaksana Lanjutan pada Balai Penelitian Pertanian Lahan

Rawa. http://balittra.litbang.pertanian.go.id/

Sudaryanti, S. 1995. Classification and Ordination of Makroinvertebrate

Communities in the Brantas River, East Java Related to Environmental

Variables. Department of Water Quality Management an Aquatic

Ecology. Agricultural University Wageningen, the Netherlands.

1997a. Mengapa Dilakukan Pemantauan Secara Biologis.

Prosiding Pelatihan Strategi Pemantauan Kualitas Air Secara Biologi.

Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang. Hal.6-9.

1997b. Analisis Data. dalam S., Sudaryanti (penyunting).

Prosiding Pelatihan Pemantauan Kualitas Air Secara Biologi. Fakultas

Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang. hal. 2-4

Supriyati R, Armila, Rizwar. 2013. Studi Komunitas Makrofita Litoral Di

Permukaan Perairan Danau Dendam Tak Sudah Kota Bengkulu.

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. 1(1) 1-8

Suryabrata, S. 1988. Metode Penelitian Cetakan Ke-Empat. CV Rajawali.

Jakarta.

Page 72: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

60

Sutarno. 2000. Biodiversitas. Journal of Biologycal Diversity. 3 (2) 213-219

Talbot A. 2008. How To Mineralize Soil Substrates. Aqua Journal. 1(1) 27-28

Tikno S. 2000. PROPINSI JAMBI. Analisis Debit DI Daerah Aliran Sungai

Batanghari Propinsi Jambi. Vol. 1, No. 1, 2000: 101-108

Udayan N. 2016. Traveller Indonesia. Wordpress.com

WALHI. 2015. Wahana Lingkungan Hidup Seluruh Indonesia. Jakarta Pusat.

Wardoyo, S.T.H. 1982. Water Analysis Manual Tropical Aquatic Biology Program.

Biotrop, SEAMEO. Bogor. 81

Yuliana, Enan M, Enang H, Niken T M P. 2012. Hubungan Antara Kelimpahan

Fitoplankton Dengan Parameter Fisik-Kimiawi Perairan Di Teluk Jakarta.

Jurnal Akuatik. 3(1) 169-179

Yusuf G. Bioremediasi Limbah Rumah Tangga Dengan Sistem Simulasi

Tanaman Air. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 8 No. 2, Agustus 2008. Hal. 136-

144

Page 73: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

61

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat dan Bahan

Kegiatan

Alat Bahan Lapang Laboratorium

Pengambilan Sampel

a. Transek (Plot 1 m2)

a. Tissue

b. Botol Air Mineral 600 mL

b. Es Batu

c. Coolbox c. Tali Rafia

d. Thermometer

e. Kotak Standart pH

f. DO meter

g. Statip

h. Plastik

i. Meteran

j. Gunting

k. Seser

l. Buku

m. Bolpoint

Pengukuran Kualitas Air

a. Pipet Tetes a. Larutan KCL

b. Statip b. PP

c. Gelas Ukur c. Na2CO3

d. Erlenmeyer d. Asam Fenol Disulfonik

e. Beaker Glass e. NH4OH

f. Amonium Molybdat

g. SnCl2

h. H2SO4 Pekat

i. Aquades

j. NaOH

k. 40%

l. HCl

m. Tissue

n. Talirafia

Page 74: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

62

Lampiran 2. Denah Lokasi Pengambilan Sampel di Sumbersira

Keterangan :

1. Pintu masuk area Sumbersira Lokasi pengambilan sampel

2. Toilet terdapat pada kotak warna

3. Kantor Kepengurusan (Merah, Kuning, dan Hijau)

4. Kantin

5. Arah arus sungai

6. Perkebunan

7. Warung warga sekitar

8. Kantor Keamanan

9. Area persawahan

Page 75: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

63

Lampiran 3. Peta Lokasi Pengambilan Sampel

Skala 1 : 700.000 Tanggal Pencitraan: 27/8/2016 Sumber: GoogleEarth.com (2014) Koordinat: 80

07’22,59”S - 112037’12,92”T

elev: 354 m Desa Sumber Jaya Ketinggian Mata: 807 m Kec. Gondang Legi Kab. Malang Provinsi Jawa Timur

Page 76: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

64

Lampiran 4. Perhitungan Kerapatan, Frekuensi Kemunculan, dan Klasifikasi

Penutupan Makrofita

1. Kerapatan Makrofita pada

Masing-masing Stasiun

a. Stasiun 1

Diketahui: ni : 17 ind/spsies A : 24 m2

Spesies Terbanyak Cabomba caroliniana Dicari: K (Kerapatan)

K = ni A = 17 24 = 0,70 ind/m2

b. Stasiun 2

Diketahui:

ni : 26 ind/spsies A : 672 m2

Spesies Terbanyak Cabomba caroliniana Dicari: K (Kerapatan)

K = ni A = 26 672 = 0,038 ind/m2

c. Stasiun 3

Diketahui:

ni : 6 ind/spsies

A : 48 m2

Spesies Terbanyak Cyperus

rotundus

Dicari: K (Kerapatan)

K = ni A = 6 48 = 0,125 ind/m2

2. Frekuensi Kemunculan Makrofita

a. Stasiun 1

Diketahui:

Pi : 4 ind/spsies €P : 7 m2

Dicari: Fi (Frekuensi Kemunculan)

Fi = Pi X 100% €P = 4 X 100% 7 = 57 %

b. Stasiun 2

Diketahui:

Pi : 6 ind/spsies €P : 21 m2

Dicari: Fi (Frekuensi Kemunculan)

Fi = Pi X 100% €P = 6 X 100% 21 = 28 %

c. Stasiun 3

Diketahui:

Pi : 3 ind/spsies €P : 14 m2

Dicari: Fi (Frekuensi Kemunculan)

Fi = Pi X 100% €P = 3 X 100% 14 = 21,42 %

3. Klasifikasi Penutupan Makrofita

a. Stasiun 1

Diketahui:

Page 77: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

65

Mi : 18,75 ind/spsies Fi : 17 m2

€Fi : 72 Dicari: Pi (Frekuensi Kemunculan)

Pi = €Mi.Fi €Fi = 18,75 X 17 72 Pi = 4,42 Ind/m2

b. Stasiun 2

Mi : 37,5 ind/spsies Fi : 26 m2

€Fi : 57

Dicari: Pi (Frekuensi Kemunculan)

Pi = €Mi.Fi €Fi = 37,5 X 26 57 Pi = 17,10 Ind/m2

c. Stasiun 3

Mi : 37,5 ind/spsies Fi : 6 m2

€Fi : 20 Dicari: Pi (Frekuensi Kemunculan)

Pi = €Mi.Fi €Fi = 37,5 X 6 20 Pi = 11,25 Ind/m2

Page 78: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

66

Lampiran 5. Jenis-jenis Makrofita yang Ditemukan

No Spesies

Lokasi Pengambilan Sampel

Habitat

€S

stasiun 1

stasiun 2

stasiun 3

1 Cabomba caroliniana 43 17 26 submersed

2 Sagittaria subulata 19 9 8 2 submersed

3 Ipomoea aquatica 25 12 13 emersed

4 Hygrophyla polysperma 19 15 4 submersed

5 Hygrophyla corimbosa 3 3 submersed

6 Lycopodium cernuum 13 9 4 submersed

7 Lygodium flexuasum 6 6 submersed

8 Cyperus rotundus 7 2 5 emersed

9 Eleocharis dulcis 1 1 emersed

10 Fimbristylis annua 1 1 emersed

11 Echinocloa crusgalii 8 7 1 emersed

12 Lophatherum gracille 1 1 emersed

13 Eragrotis amabilis 3 3 submersed

14 Zoysia matrela 0 emersed

Keterangan:

€S : Jumlah Spesies

Page 79: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

67

Lampiran 6. Tabel dan Pengukuran Biodiversitas Makrofita pada Tiga Stasiun

No. Spesies Satuan Jumlah Rata-

rata/Individu

Luas Rata-Rata 3

Stasiun (m2)

K (pi) pi ln pi

1 Cabomba caroliniana

Ind/m2 14,3 248 0,057 -0,163

2 Sagittaria subulata

Ind/m2 6,3 248 0,025 -0,092

3 Ipomoea aquatica Ind/m2 8,3 248 0,033 -0,112

4 Hygrophyla polysperma

Ind/m2 6,3 248 0,025 -0,092

5 Hygrophyla corimbosa

Ind/m2 3 248 0,012 -0,053

6 Lycopodium cernuum

Ind/m2 1 248 0,004 -0,022

7 Lygodium flexuasum

Ind/m2 1 248 0,004 -0,022

8 Cyperus rotundus Ind/m2 2,3 248 0,009 -0,042

9 Eleocharis dulcis Ind/m2 0,6 248 0,0024 -0,014

10 Fimbristylis annua Ind/m2 0,3 248 0,0012 -0,008

11 Echinocloa crusgalii

Ind/m2 2,3 248 0,009 -0,042

12 Lophatherum gracille

Ind/m2 0,3 248 0,0012 -0,008

13 Eragrotis amabilis Ind/m2 1 248 0,004 -0,022

14 Zoysia matrela Ind/m2 1 248 0,004 -0,022

Keterangan:

a. Jumlah rata-rata/individu didasarkan pada seluruh jumlah spesies yang

ditemukan pada ketiga stasiun

b. Luas rata-rata didasarkan pada luas masing-masing stasiun

c. Kerapatan makrofita ke-pi didasarkan pada temuan spesies / plot keseluruhan

stasiun pengambilan sampel

Pengukuran Biodiversitas:

Diketahui: pi (pada tabel) Ditanya: HS (Indeks Diversitas) Jawab: H’ = - ∑{ (pi ln pi) }

= - ∑{(-0,163)+(-0,092)+(-0,112)+(-0,092)+(-0,053)+(-0,022)+(-0,022)+(-

0,042)+(-0,014)+(-0,0080)+(-0,042)+(-0,0080)+(-0,022)+(0,022)}

= - ∑{(-0,514)}

= 0,514 Ind/m2

Page 80: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

68

Lampiran 7. Hasil Perhitungan Kerapatan, Frekuensi Kemunculan,

Klasifikasi Penutupan, dan Biodiversitas Makrofita

No Lokasi Stasiun K (Ind/m2) Fi (%) Pi (Ind/m2)

1 Stasiun 1 0,70a 57 4,42

2 Stasiun 2 0,038b 28 17,10

3 Stasiun 3 0,125c 21,42 11,25

Total 0,863 106,42 32,77

Keterangan:

K : Kerapatan Makrofita (Ind/m2)

a. Cabomba caroliniana Stasiun 1

b. Cabomba caroliniana Stasiun 2

c. Cyperus Rotundus Stasiun 3

Fi : Frekuensi Kemunculan Makrofita (%)

Pi : Klasifikasi Penutupan Makrofita (Ind/m2)

Page 81: BIODIVERSITAS MAKROFITA PADA PERAIRAN SUNGAI ...repository.ub.ac.id/135945/1/Rifan Yuli Aryanto.pdfdi desa Sumber Jaya, Kecamatan Gondang Legi, Kabupaten Malang. Sungai yang memiliki

69

Lampiran 8. Tabel Data Hasil Pengukuran Kualitas Air

No. Parameter

Satuan

Lokasi Pengambilan

Sampel

Waktu (WIB)

1 2 3

I Fisika

a. Kecerahan % 100 100 100 07.00 – 07.15

b. Suhu 0C 25 28 31 07.15 – 07.35

c. Debit Air m3/s 5,6 113,4 4,2 07.40 – 08.30

II Kimia

a. DO ppm 3 2,6 5,2

08.35 - selesai

b. CO2 ppm 0,49 0,47 0,76

c. pH - 5 5 8

d. Fosfat mg/L 0,021 0,046 0,084

e. Nitrat mg/L 0,187 0,154 0,219

Catatan:

Pengambilan sampel air dilakukan 1 kali dalam waktu yang berurutan.

Pengukuran parameter kualitas air dilakukan 1 hari setelah pengambilan sampel