BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini perkembangan perekonomian di Indonesia terus mengalami peningkatan, sehingga perusahaan semakin dituntut untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Salah satu usaha yang dilakukan perusahaan yang profit motive (mencari laba) untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan memperluas bisnisnya adalah dengan menciptakan sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu perusahaan, maka semakin siap pula perusahaan tersebut dalam menghadapi persaingan yang saat ini semakin kompetitif, baik dalam ruang lingkup dalam negeri maupun skala internasional. Perusahaan merupakan wadah kegiatan dalam menjalankan kegiatan usaha, yang dipimpin oleh seorang manajer dimana manajer tersebut mengemban tugas menjalankan proses kegiatan mengoperasikan perusahaan tersebut. Seorang manajer harus dapat menjalankan fungsi-fungsi manajemen yang pada dasarnya berupa perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling). Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut manajemen perlu mengambil kebijakan-kebijakan yang tepat dan cepat untuk kemajuan perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan baik apabila manajemen memiliki informasi yang benar dan akurat mengenai keadaan perusahaannya.
1
BAB I PENDAHULUAN
2
Informasi tersebut merupakan data-data perusahaan, baik yang belum diproses maupun yang telah diproses sebelumnya. Informasi secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu informasi kualitatif dan informasi kuantitatif. Salah satu bentuk informasi kuantitatif adalah informasi akuntansi manajemen karena informasi menggunakan satuan uang sebagai ukurannya. Terdapat tiga tipe informasi akuntansi manajemen, yaitu informasi akuntansi penuh, informasi akuntansi diferensial dan informasi akuntansi pertanggungjawaban. Ketiga informasi akuntansi manajemen tersebut dapat meliputi aktiva, pendapatan, dan biaya, yang menyangkut informasi masa lalu dan informasi masa yang akan datang, tergantung untuk apa informasi tersebut disajikan. Khusus informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian manajemen karena informasi tersebut menekankan hubungan antar informasi keuangan dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, pengendalian dan pelaksanaannya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi setiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan/atau biaya dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan yang menjadi tanggung jawabnya dan kemudian menyajikan informasi realisasi pendapatan dan biaya tersebut menurut manajer yang bertanggungjawab. Dengan demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan skor (score) yang dibuat setiap manajer dalam menggunakan berbagai sumber daya untuk melaksanakan peran manajer tersebut dalam mencapai sasaran perusahaan.
BAB I PENDAHULUAN
3
Untuk mencapai keharmonisan sasaran tersebut, perilaku manajer diseluruh organisasi harus diarahkan menuju tujuan manajemen puncak. Ketepatan dan ketelitian kinerja manajer dalam bekerja pun sangat penting agar apa yang diinginkan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Manajer-manajer tidak hanya perlu mempunyai pandangan terarah pada tujuan-tujuan organisasi tersebut tetapi juga harus disodori insentif positif untuk mencapainya, dengan diserahi tanggung-jawab pada pusat-pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dengan tujuan untuk memperoleh laba dan kriteria penilaian kinerja yang memotivasi mereka untuk bekerja keras dalam mencapai tujuan perusahaan. Penilaian kinerja merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peranan yang mereka mainkan di dalam organisasi. Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Dalam penerapannya, informasi akuntansi pertanggungjawaban digunakan sebagai salah satu dasar untuk penilaian kinerja manajer karena informasi akuntansi ini berhubungan dengan individu yang memiliki peranan tertentu dalam organisasi. Informasi akuntansi pertanggungjawaban diperlukan untuk memantau sampai seberapa jauh setiap manajer yang bertanggung-jawab atas pusat
BAB I PENDAHULUAN
4
pertanggungjawabannya tertentu dapat melaksanakan rencananya. Dengan demikian informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan dasar untuk menganalisis kinerja manajer dan sekaligus untuk memotivasi para manajer dalam melaksanakan rencana mereka masing-masing. Demikian halnya dengan pada tahun 1978 PT. Industri Sandang Nusantara yang semula berstatus sebagai Perusahaan Negara (PN) menjadi Perseroan terbatas (PT). Pada masa Perusahaan Negara (PN) kewenangan dan aktivitas perusahaan tersentralisasi di kantor pusat, maka dalam struktur organisasi yang baru perubahan besar telah terjadi, di mana terlihat desentralisasi dan delegasi mulai secara tegas diberikan kepada PT. Industri Sandang Nusantara, sementara kantor pusat lebih berfungsi sebagai fasilitator dan unit pendukung. Perubahan status tersebut, mengakibatkan peranan manajer sangat dominan dalam pengambilan keputusan strategik agar salah satu tujuan utamanya yaitu dapat mengendalikan biaya dapat tercapai. Dalam menghadapi perubahan tersebut, manajemen memerlukan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang dapat digunakan untuk memantau seberapa jauh setiap manajer yang bertanggung jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu terutama pusat biaya dapat melaksanakan rencananya. Dengan demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban
merupakan informasi akuntansi yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk menganalisis kinerja manajer dan sekaligus untuk memotivasi para manajer dalam melaksanakan rencana mereka yang pada akhirnya tercapainya tujuan perusahaan.
BAB I PENDAHULUAN
5
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian dan menuangkannya dalam skripsi yang berjudul : Peranan Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Penilaian Kinerja Manajer Pusat Biaya pada PT. Industri Sandang Nusantara.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka penulis mengidentifikasikan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban
pada PT. Industri Sandang Nusantara. 2. Bagaimana proses Penilaian Kinerja Manajer pusat biaya pada PT. Industri Sandang Nusantara. 3. Bagaimana peranan Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Penilaian Kinerja Manajer pusat biaya pada PT. Industri Sandang Nusantara.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah disebutkan diatas, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui peranan informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam penilaian kinerja manajer pusat biaya pada PT. Industri Sandang Nusantara.
BAB I PENDAHULUAN
6
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penerapan Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban pada PT. Industri Sandang Nusantara. 2. Untuk mengetahui proses Penilaian Kinerja Manajer pusat biaya pada PT. Industri Sandang Nusantara. 3. Untuk mengetahui peranan Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Penilaian Kinerja Manajer pusat biaya pada PT. Industri Sandang Nusantara.
1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi penulis Hasil penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai peranan informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam penilaian kinerja manajer pusat biaya pada perusahaan industri tekstil, khususnya pada PT. Industri Sandang Nusantara. 2. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya yang berhubungan dengan peranan informasi akuntansi
pertanggungjawaban dalam penilaian kinerja manajer pusat biaya.
BAB I PENDAHULUAN
7
3. Bagi pihak lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukkan dan perbandingan yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan, mengenai peranan informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam penilaian kinerja manajer pusat biaya.
1.5 Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis Pada era globalisasi ini, perekonomian memegang peranan penting sehingga persaingan dalam dunia usaha semakin pesat. Kondisi ini menyebabkan setiap bentuk usaha, khususnya perusahaan-perusahaan yang berorientasi pada laba perlu memiliki kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong tercapainya tujuan perusahaan. Perusahaan memerlukan informasi akuntansi dalam menentukan setiap kebijakannya. Informasi akuntansi secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen. Informasi akuntansi keuangan pada umumnya akan digunakan oleh berbagai pihak (kepentingan eksternal). Sedangkan informasi akuntansi manajemen diperlukan oleh manajemen untuk merencanakan, menilai, mengontrol organisasi dan meyakinkan bahwa sumber kekayaan perusahaan dapat dipertanggungjawabkan (kepentingan internal). Dalam pengelolaan perusahaan, manajemen menetapkan sasaran yang akan dicapai di masa yang akan datang dalam proses yang disebut perencanaan. Pelaksanaan rencana memerlukan pengendalian agar efektif dalam
BAB I PENDAHULUAN
8
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Salah satu informasi yang dibutuhkan untuk keperluan ini adalah informasi akuntansi pertanggungjawaban. Menurut Mulyadi dalam buku Akuntansi Manajemen, pengertian informasi akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut : Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi aktiva, pendapatan dan atau biaya yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggung jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu. (2001; 166) Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan pada intinya informasi akuntansi pertanggungjawaban mengukur berbagai sumber ekonomi yang disediakan bagi setiap manajer yang ikut berperan dalam mencapai tujuan perusahaan. Selain itu, informasi akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan nilai yang dibuat oleh para manajer dalam menggunakan berbagai sumber ekonomi secara efektif dan efisien dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam pengelolaan aktivitas operasionalnya, perusahaan harus
memberikan kepuasan kerja dan motivasi yang tinggi kepada para karyawan agar mereka dapat memaksimalkan prestasi kerja masing-masing, sehingga sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan tercapai dengan baik. Maksimalisasi motivasi kerja karyawan dan pencapaian sasaran perusahaan yang telah ditetapkan inilah yang merupakan tujuan pokok penilaian kinerja. Menurut Mulyadi dalam buku Akuntansi Manajemen , penilaian kinerja yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
9
Penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. (2001:415) Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam perusahaan. Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran perusahaan dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang ditetapkan dalam anggaran. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intristik maupun ekstristik sehingga jika dikaitkan dengan manajer, maka kinerja manajer adalah penilaian atas perilaku manajer dalam melaksanakan tanggung-jawabnya dalam sebuah organisasi. Setiap manajer bertanggungjawab atas pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Menurut L M. Samryn dalam bukunya Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar, pusat pertanggungjawaban adalah : Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu bagian dalam
organisasi yang memiliki kendali atas terjadinya biaya, perolehan pendapatan atau penggunaan dana investasi.
BAB I PENDAHULUAN
10
(2001 : 422) Dalam pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan laporan prestasi disiapkan untuk setiap segmen yang bertanggung-jawab, setiap unit organisasi yang disiapkan laporan prestasinya disebut pusat pertanggungjawaban. Menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Manajemen, berdasarkan karakteristik masukan dan keluaran dan hubungan diantara keduanya pusat pertanggungjawaban dibagi menjadi empat macam : 1. Pusat Biaya : pusat pertanggungjawaban yang manajernya diukur prestasinya atas dasar biayanya (nilai masukannya) 2. Pusat Pendapatan : pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan pusat pertanggungjawaban tersebut 3. Pusat Laba : pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan dan biaya pusat pertanggungjawaban tersebut 4. Pusat Investasi : pusat laba yang manajernya diukur prestasinya dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan. (2001:425) Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui unit atau pusat pertanggungjawaban dari suatu perusahaan yang dikelola dengan baik, sesuai dengan rencana yang dilihat dari suatu dimensi waktu, rencana proyek, rencana strategis jangka panjang dan rencana taktis jangka pendek disusun berdasarkan wewenang maka akan mencapai suatu tujuan perusahaan. Tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah untuk memenuhi salah satu tujuan akuntansi biaya yaitu sebagai alat pengendali biaya. Pengendalian biaya merupakan ukuran prestasi manajer pusat biaya.
BAB I PENDAHULUAN
11
Menurut Bambang Hariadi dalam buku Akuntansi Manajemen, pusat biaya adalah : Suatu segmen atau bagian dalam organisasi dimana manajernya bertanggungjawab atas biaya yang terjadi dalam segmen tersebut. (2002 : 268) Penilaian kinerja manajer pusat biaya dapat dilakukan jika telah ditentukan terlebih dahulu daerah pertanggungjawaban beserta manajer yang
bertanggungjawab. Dalam hal manfaatnya sebagai motivasi untuk manajer, informasi akuntansi pertanggungjawaban, dalam penyusunan anggaran dapat berfungsi sebagai tolak ukur bagi manajer yang bersangkutan. Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi akuntansi yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi tersebut menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggungjawab terhadap perencanaan, pengendalian dan realisasinya. Dengan demikian dasar untuk menganalisis kinerja manajer dan sekaligus untuk memotivasi para manajer dalam melaksanakan rencana mereka yang pada akhirnya tercapainya tujuan perusahaan. Menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Manajemen, menyatakan sebagai berikut : Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang dipakai sebagai ukuran kinerja manajer pusat biaya adalah biaya. Banyak masalah yang timbul dalam pengukuran biaya sebagai ukuran kinerja, karena tidak ada biaya yang seratus persen dapat dikendalikan oleh manajer yang memiliki wewenang untuk mengendalikan pusat biaya. Masalah yang timbul dalam penggunaan biaya sebagai ukuran kinerja manajer pusat biaya adalah : a. Masalah perilaku biaya.
BAB I PENDAHULUAN
12
b. Masalah hubungan biaya dengan pusat biaya. c. Masalah jangka waktu. d. Masalah tanggung jawab. (2001 : 436) Berdasarkan merumuskan kerangka pemikiran tersebut : diatas, maka penulis
hipotesis
sebagai
berikut
Informasi
akuntansi
pertanggungjawaban berperan dalam penilaian kinerja manajer pusat biaya. Perusahaan
Pusat Pertanggungjawaban
Pusat Biaya
Perencanaan
Pelaksanaan
Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban
Pengendalian
Penilaian Kinerja Manajer Pusat BiayaGambar 1.1 Sistematika Kerangka pemikiran
BAB I PENDAHULUAN
13
Lokasi dan waktu Penelitian Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada PT. Industri Sandang Nusantara Unit Banjaran yang berlokasi di Jl. Bojong Manggu Pameungpeuk Banjaran Bandung. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 15 November 2006 sampai dengan 15 Februari 2007.
BAB I PENDAHULUAN
14
Bab II
dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapanya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan. Dengan demikian akuntansi biaya dapat merupakan akuntansi keuangan. 2.1.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya diperlukan untuk memperoleh informasi biaya secara terperinci mengenai biaya yang berhubungan dengan produksi dan penjualan barang jadi. Akuntansi merupakan alat bagi manajemen dalam merencanakan, mengorganisir, mengawasi perusahaan agar tercapai tujuan yang diinginkan secara efektif dan efisien. Akuntansi biaya sebagai bidang khusus akuntansi merupakan sistem informasi akuntansi yang bertujuan untuk menyediakan informasi biaya kepada manajemen yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda. Berikut ini pengertian Akuntansi Biaya menurut Mulyadi adalah sebagai berikut: Akuntansi Biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dana penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau produk dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. (2007:7)
BAB I PENDAHULUAN
15
Pengertian Akuntansi menurut Fajar Laksana adalah sebagai berikut: Akuntansi adalah suatu kegiatan atau jasa yang berfungsi menyediakan informasi kuantitatif yang bersifat keuangan mengenai kesatuan- kesatuan ekonomi tertentu kepada pihak- pihak yang berkepentingan, untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan- keputusan ekonomi. (2009:17) Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya merupakan suatu pengumpulan dana pelaporan biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya produksi tidak langsung yang dilakukan oleh setiap bahan yang bertanggung jawab. Pengertian akuntansi biaya tidak hanya sekedar mencatat,menghitung, dan menganalisis tetapi juga merupakan alat manajemen untuk mengendalikan biaya dalam suatu proses produksi sehingga manajemen dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. 2.1.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Tujuan akuntansi adalah membantu manajemen dalam memberikan informasi yang memadai mengenai harga pokok juga sebagai alat pengendalian biaya, serta pengambilan keputusan yang diperlukan. Menurut Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah adalah sebagai berikut: Tujuan atau manfaat akuntansi biaya adalah menyajikan informasi yang berguna kepada pihak- pihak yang berkepentingan untuk pengambilan keputusan ekonomi. (2009:5) Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan akuntansi biaya adalah memberikan informasi bagi kepentingan manajemen dalam melakukan
BAB I PENDAHULUAN
16
penganalisaan data yang telah disimpulkan sehingga membantu dalam melakukan perencanaan, pengawasan atau pengendalian biaya yang diperlukan dalam membuat suatu produk dan juga membantu dalam menghitung harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan secara tepat dan teliti. Tujuan atau manfaat akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan, yaitu untuk : 1. Penentuan harga pokok produksi. Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk dilakukan pencatatan, penggolongan, dan peringkasan biaya- biaya yang pembuatan produk atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu.2.
Pengendalian biaya. Untuk memenuhi tujuan pengendalian biaya, maka biaya pembuatan produkyang seharusnya terjadi ditetapkan lebih dahulu.
3.
Pengambilan Keputusan oleh Manajemen. Untuk pengambilan keputusan, akuntansi biaya menyediakan informasi masa yana akan datang karena pengambilan keputusan berhubungan dengan masa depan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan akuntansi biaya adalah
memberikan informasi bagi kepentingan manajemen dalam melakukan penganalisaan data yang telah disimpulkan sehingga akan membantu dalam
BAB I PENDAHULUAN
17
melakukan perencanaan, pengawasan dan pengendalian biaya yang diperlukan dalam membuat suatu produk.
2.1.1.3 Klasifikasi Biaya Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang telah yang terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkan dalam neraca. Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongan- golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting. Menurut Bastian Bustami dan Nurlela adalah sebagai berikut: Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang akurat dan tepat bagi manajemen dalam mengelola perusahaan atau divisi secara efektif. Oleh karena itu biaya perlu dikelompokkan sesuai dengan tujuan apa informasi tersebut digunakan sehingga dalam pengelompokkan biaya dapat digunakan suatu konsep Different Cost Different Purposes artinya berbeda biaya berbeda tujuan. (2006:9) Berdasarkan dapat disimpulkan bahwa pengklasfikasian biaya yang banyak ragamnya perlu diadakan pengklasifikasian sesuai dengan kebutuhan manajemen. Pengklasifikasian biaya di mana untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang berbeda. Klasifikasi biaya diperlukan untuk menyampaikan dan menyajikan data biaya agar berguna bagi manjemen dalam mencapai berbagai tujuannya. Sebelum
BAB I PENDAHULUAN
18
memutuskan bagaimana menghimpun dan mengalokasikan biaya dengan baik, manajemen dapat melakukan pengklasifikasian biaya atas dasar yaitu: Menurut Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah adalah sebagai berikut: 1. Objek biaya a. Produk b. Departemen 2. Perilaku biaya 3. Periode akuntansi 4. Fungsi manajemen atau jenis kegiatan fungsional. (2009:23) Berdasarkan uraian diatas adalah sebagai berikut: 1. Objek biaya Merupakan suatu dasar yang digunakan untuk melakukan perhitungan biaya. oleh sebab itu, dalam sebuah perusahaan terdapat banyak. a. Produk Kegiatan manufaktur meruapakan proses transformasi atas bahan- bahan menjadi barang dengan menggunakan tenaga kerja dan fasilitas pabrik. Biaya- biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan manufaktur ini disebut biaya produksi. b. Departemen Pengelompokkan biaya dapat membantu manajemen dalam menentukan harga pokok produk. Dalam perusahaan manufaktur di mana proses produksi dilaksanakn secara langsung.
2. Perilaku Biaya
BAB I PENDAHULUAN
19
Perilaku biaya dapat memudahkan manajemen dalam menyusun perencanaan dan mengendalikana biaya dengan baik maka untuk maksud tersebut perilaku biaya terhadap perubahan tingkat kegiatan. 3. Periode Akuntansi Dalam pengklasifikasian biaya sehubungan dengan periode akuntansi, biayabiaya dibedakan berdasrkan waktu atau kapan biaya- biaya tersebut dibebankan terhadap pendapatan. Pengklasifikasian berguna bagi manajemen dalam membandingkan beban- beban dengan pendapatan secaralayak dalam rangka penyusunan laporan keuangan. 4. Fungsi manajemen atau jenis kegiatan fungsional. Pengklasifikasian biaya menurut jenis dari kegiatan fungsional bertujuan untuk membantu manajemen dalam perencanaan, analisis, dan pengendalian biaya atas dasar fungsi- fungsi yang ada dalam suatu organisasi perusahaan.
2.1.1.4 Siklus Akuntansi Biaya Siklus Akuntansi Biaya adalah suatu proses penyediaan laporan keuangan perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu. Akuntansi Keuangan bertujuan menyajikan inforamasi ekonomi atau laporan keuangan kepada pihakpihak yang berkepentingan. Laporan keuangan tidak dapat langsung disusun dari transaksi, tetapi harus melalui proses. Proses sejak pencatatan transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan itu disebut siklus akuntansi. Menurut Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
20
Akuntansi biaya lebih rinci dalam menyajikan persediaan yang dikelompokkan menjadi 3 yaitu sebagai berikut: a. Persediaan bahan baku b. Persediaan barang dalam proses c. Persediaan barang jadi (2009:31) Uraian mengenai siklus akuntansi dalam menyajikan persediaan adalah sebagai berikut:a.
Persediaan bahan baku adalah akun persediaan untuk bahan baku
yang belum diolah dalam proses produksi.b.
Persediaan barang dalam proses adalah akun persediaan untuk
barang yang ada pada saart pelaporan masih di dalam proses produksi.c.
Persediaan barang jadi adalah akun persediaan untuk barang siap
dijual. Menurut Bastian Bustami dan Nurlela adalah sebagai berikut: Siklus Akuntansi Biaya ada 3 macam yaitu: 1. Penentuan harga pokok yang dibeli dan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi. 2.3.
Penentuan biaya tenaga kerja langsung. Penentuan biaya overhead pabrik. (2006:54)
BAB I PENDAHULUAN
21
Berdasarkan uraian siklus akuntansi biaya adalah sebagai berikut: 1. Penentuan harga pokok yang dibeli dan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi. Harga pokok produksi unit atau sekelompok produk selama periode tertentu. Harga pokok yang direncanakan suatu produk pada operasi tertentu. 2. Penentuan biaya tenaga kerja langsung. Semua balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan, elemen biaya tenaga kerja yang merupakan biaya produksi adalah biaya tenaga kerja untuk karyawan di pabrik.3. Penentuan biaya overhead pabrik.
Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik harus dibebankan kepada semua pekerjaan yang terlaksana selama suatu periode. 2.1.1.5 Sistem Informasi Akuntansi Biaya Sistem informasi akuntansi biaya adalah Sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Akuntansi biaya juga terdapat beberapa kekurangan yang menyertainya, terutama dalam sistem akuntansi biaya yang telah ketinggalan zaman. Gejala-gejala dari sistem biaya yang ketinggalan zaman diantaranya ialah hasil dari penawaran sulit dijelaskan, harga pesaing nampak lebih rendah sehingga kelihatan tidak masuk akal, produk-produk yang sulit diproduksi menunjukkan laba yang tinggi, manajer operasional berkeinginan menghentikan produk-produk yang kelihatan menguntungkan, marjin laba sulit dijelaskan, pelanggan tidak mengeluh atas biaya naiknya harga, departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu hanya untuk memberi data biaya bagi proyek khusus, dan biaya produk berubah karena adanya perubahan peraturan pelaporan. Pengertian sistem informasi akuntansi biaya menurut Thomson adalah sebagai berikut: Sistem informasi akuntansi biaya adalah dapat meyediakan manajemen dengan informasi yang memfasilitasi identifikasi segera dari aktivitas- aktivitas yang memerlukan perhatian. (2006: 34)
BAB I PENDAHULUAN
22
Informasi biaya yang sistematis dan komporatif, serta data biaya dan laba analitis agar manajer dapat menetapkan target laba, menetapkan target depatemen, dll. Sistem informasi yang terintegrasi dan terkoordinasi meyediakan informasi yang dibutuhkan oleh manajer dan mengkomunikasikanya dengan segera dalam bentuk yang dapat dipahami oleh pengguna informasi. Data akuntansi diakumulasikan dalam berbagai bentuk, metode dan sistem sesuai dengan jenis dan ukuran bisnis yang berbeda-beda. Sistem informasi yang berhasil sebaiknya disesuaikan agar merupakan perpaduan yang paling efisien antara kecanggihan dan kesederhanaan. Mendesain sistem akuntansi biaya membutuhkan pemahaman atau struktur organisasi dan jenis informasi yang dibutuhkan. Sistem informasi akuntansi biaya harus mencerminkan pembagian otoritas sehingga manajer individual dapat dimintai pertanggungjawaban. Meksipun catatan akuntansi tidak akan menyediakan seluruh informasi yang dibutuhkan untuk manajemen yang efektif dan bagaimana persediaan dikendalikan. Pengertian sistem informasi akuntansi biaya menurut Bastian Bustami dan Nurlela adalah sebagai berikut: Sistem informasi biaya adalah sistem yang membantu manajemen dalam menetapkan sasaran laba perusahaan, target laba departemen, dan mengungkapkan kegagalan dan keberhasilan dalam bentuk tanggung jawab yang spesifik. (2006:8)
BAB I PENDAHULUAN
23
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi yang dibutuhkan manajemen yang efektif dan dapat mengkomunikasikan dalam pemahaman sistem informasi akuntansi biaya. 2.1.1.6 Fungsi Akuntansi Biaya Fungsi akuntansi biaya adalah memberikan informasi bagi manajemen yaitu menganalisis data biaya dan pendapatan yang telah dikumpulkan dan dicatat manajemen dapat menghitung laba bersih perusahaan secara tepat. Dengan cara menghubungkan anatar besarnya biaya yang dikeluarkan dengan pendapatan yang dihasilkan pada periode tertentu, dari data biaya tersebut. Fungsi Akuntansi Biaya menurut Mulyadi adalah sebagai berikut: Akuntansi biaya berfungsi untuk mengukur pengorbanan nilai masukan tertentu guna menghasilkan informasi bagi manajemen yang salah satu manfaatnya adalah untuk mengukur apakah kegiatannya menghasilkan laba atau sisa hasil usaha tersebut. (2007:7) Berdasarkan dapat disimpulkan bahwa manajemen suatu perusahaan dapat mengambil keputusan hanya mengenai bagian tertentu perusahaan. Manajer tersebut membutuhkan informasi mengenai biaya pembuatan produk yang dipesan tersebut dan perhitungan mengenai laba yang dihasilkan produk tersebut. Selanjutnya menurut Bastian Bustami dan Nurlela mengemukakan bahwa ada beberapa fungsi akuntansi biaya adalah sebagai berikut: 1. Menyusun dan melaksanakan rencana anggaran operasi perusahaan. 2. Menetapkan metode perhitungan biaya dan prosedur yang menjamin adanya pengendalian dan jika memungkinkan pengurangan biaya atau pembebanan biaya dan perbaikan mutu. 3. Menentukan nilai persediaan dalam rangka kalkulasi biaya dan menetapkan harga, evaluasi kinerja suatu produk , departemen atau divisi, dan sewaktu-waktu memeriksa persediaan dalam bentuk fisik . 4. Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk satu periode akuntansi, tahunan atau periode yang sangat singkat.
BAB I PENDAHULUAN
24
5. Memilih alternatif yang terbaik yang menaikkan pendapatan ataupun menurunkan biaya. (2007:3) Pengertian diatas adalah menghitung biaya dan laba perusahaan untuk satu periode akuntansi, tahunan atau periode yang sangat singkat dan melaksanakan rencana perusahaan dalam kondisi- kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya.
2.1.2 Biaya produksi Biaya produksi adalah semua biaya dalam rangka pengolahan bahan baku menjadi produk jadi untuk dijual. Selanjutnya ada pengertian lain adalah biayabiaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang siap dijual, secara garis besar garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Untuk lebih mengerti apa yang di maksud dengan biaya produksi , kita harus mengetahui dahulu pengertian biaya produksi tersebut.
Menurut Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah sebagai berikut: Biaya Produksi (Manufacturing cost) adalah biaya- biaya yang secara langsung berhubungan dengan produksi yaitu: biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. (2009:42)
BAB I PENDAHULUAN
25
Pengertian Biaya Produksi menurut Bastian Bustami dan Nurlela sebagai berikut: Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. (2006:10)
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya produksi dapat diketahui produk mana yang paling besar mendatangkan laba dan produk mana yang mengalami kerugian bagi perusahaan tersebut.
2.1.2.1 Pengertian Biaya Produksi Salah satu faktor penentu dalam penentuan harga jual produk adalah informasi biaya produksi, dimana perusahaan dapat mengambil keputusan apakah akan memproduksi suatu produk atau akan menghentikan memproduksi produk tersebut. Dengan informasi biaya produksi juga dapat produk mana yang paling besar mendatangkan laba dan produk yang mengalami kerugian bagi perusahaan tersebut. Untuk lebih mengerti apa yang dimaksud dengan biaya produksi, kita harus mengetahui dahulu pengertian dari biaya produksi tersebut. Pengertian biaya produksi menurut Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah adalah sebagai berikut: Biaya produksi adalah biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan manufaktur atau memproduksi suatu barang terdiri atas
BAB I PENDAHULUAN
26
biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. (2009:42) Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya produksi merupakan biaya yang timbul akibat proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap dijual. Komponen-komponen biaya produksi terdiri atas biaya langsung terdiri atas biaya bahan baku, dan biaya tenaga kerja serta biaya tidak langsung dan biaya overhead pabrik. 2.1.2.2 Unsur-unsur Biaya Produksi Berdasarkan pengertian diatas, menurut Bastian Bustami dan Nurlela biaya produksi dibagi menjadi tiga komponen adalah sebagai berikut: 1. Biaya bahan baku (direct material), 2. Biaya tenaga kerja langsung (direct labour), dan 3. Biaya overhead pabrik (Factory overhead). (2007:10) Uraian mengenai unsur- unsur biaya produksi adalah sebagai berikut: 1. Biaya bahan baku Dalam melakukan proses produksi bahan baku merupakan unsur paling dibutuhkan bahan baku adalah unsur pokok dalam melakukan proses produksi. Bahan baku diolah dalam perusahaan dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau pengolahan sendiri. Pengertian biaya bahan baku menurut Mulyadi adalah sebagai berikut: Bahan baku atau bahan langsung merupakan bahan yang membentuk bagian yang menyeluruh produk jadi dan dapat diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor dari pengolahan sendiri.
BAB I PENDAHULUAN
27
(2007:4) Selain bahan baku perusahaan juga menjadikan bahan penolong sebagai bahan yang diolah menjadi bagian produk selesai yang pemakainya tidak dapat dikuti jejak atau manfaatnya pada produk selesai tertentu. Sedangkan pengertian biaya bahan baku menurut Bastian Bustami dan Nurlela adalah sebagai berikut: Bahan baku atau bahan langsung adalah bagian yang tidak dapat dipisahakn dari produk selesai dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai. (2007:16) Dalam melakukan proses produksi, selain bahan baku juga diperlukan yang namanya bahan penolong sebagai bahan yang akan diolah menjadi bagian produk selesai yang pemakainya tidak dapat diikuti manfaatnya pada produk selesai. Pengertian biaya bahan penolong menurut Mulyadi, sebagai berikut: Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meksipun menjadi bagian produk nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut. (2007:208) Dalam melakukan proses produksi, selain bahan baku juga diperlukan yang namanya bahan penolong sebagai bahan yang akan diolah menjadi bagian produk selesai yang pemakainya tidak dapat dikuti manfaatnya pada produknya selesai tertentu.
BAB I PENDAHULUAN
28
Menurut Mulyadi Masalah-masalah yang berhubungan bahan baku tersebut terdiri dari: 1.2. 3.
Produk Hilang Produk rusak (Spoiled goods) Produk cacat (Defective goods) (2006:298)
Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan adalah sebagai berikut: 1. Produk Hilang Pengertian Produk hilang menurut Bastian Bustami dan Nurlela sebagai berikut: Produk hilang adalah tidak mempunyai wujud secara fisik dan untuk menelusuri apakah hilang tersebut terjadi pada awal proses atau akhir perusahaan sulit mengidentifikasi secara tegas. (2006:126) Masalah yang timbul dari adanya produk rusak adalah bagaimana perlakukan kerugian yang timbul dari adanya produk rusak tersebut. Kerugian produk rusak dapat dibebankan kepada pesanan yang menghasilkannya sebagai unsur biaya overhead pabrik.2. Produk rusak (Spoiled goods)
Pengertian Produk Rusak menurut Mulyadi sebagai berikut: Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik. (2007:302)
BAB I PENDAHULUAN
29
Produk rusak berbeda dengan sisa bahan karena sisa bahan merupakan bahan yang mengalami kerusakan dalam proses produksi, sehingga belum sempat menjadi produk, sedangkan produk rusak merupakan produk yang telah menyerap biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Pengertian Produk Rusak menurut Bastian Bustami dan Nurlela adalah sebagai berikut: Produk rusak adalah produk yang dihasilkan dalam proses produksi, dimana produk yang dihasilkan tersebut tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, tetapi secara ekonomis produk tersebut dapat diperbaiki dengan mengeluarkan biaya tertentu. (2006:147) Berdasarkan uraian diatas adalah produk yang telah menyerap biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
3. Produk cacat (Defective goods)
Pengertian Produk cacat menurut Mulyadi adalah sebagai berikut: Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik. (2005:306)
Masalah yang timbul dala produk cacat adalah bagaimana memperlakukan biaya tambahan untuk pengerjaan kembali (rework costs) produk cacat tersebut. Perlakukan terhadap biaya pengerjaan kembali
BAB I PENDAHULUAN
30
produk cacat adalah mirip dengan yang telah dibicarakan dalam produk rusak (spoiled goods). Pengertian Produk cacat menurut Bastian Bustami dan Nurlela adalah sebagai berikut: Produk yang dihasilkan dalam proses produksi, dimana produk yang dihasilkan tersebut tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan. (2006:136) Pengertian diatas, pengeluaran biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya produk tersebut secara ekonomisdapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik. 2. Biaya tenaga kerja langsung Tenaga kerja adalah usaha fisik atau mental yang dilakukan oleh karyawan untuk mengolah bahan baku yang tersedia yang menjadi barang jadi atau produk. Biaya tenaga kerja termasuk dalam perhitungan biaya produksi digolongkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidaka langsung. Pengertian biaya tenaga kerja langsung menurut Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah adalah sebagai berikut: Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan dengan suatu operasi atau proses tertentu yang diperlukan untuk menyelesaikan produk- produk dari perusahaan. (2009:226)
BAB I PENDAHULUAN
31
Pengertian biaya tenaga kerja langsung menurut Bastian Bustami dan Nurlela adalah sebagai berikut: Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. (2006:10)
Dari pengertian biaya tenaga kerja tersebut, menurut Mulyadi biaya tenaga kerja ini dapat dibagi ke dalam beberapa golongan yang terdiri atas: 1. Gaji dan Upah 2. Premi lembur3. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja (Labor
related costs) (2005:322) Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan adalah sebagai berikut: 1. Gaji dan Upah Pengertian upah menurut Bastian Bustami dan Nurlela adalah sebagai berikut: Upah adalah upah yang biasa diterima oleh seorang pekerja secara umum didasarkan pada waktu kerja yang digunakan, unit produksi yang dihasilkan, dikalikan dengan upah standar yang telah ditetapkan. (2006: 238)
BAB I PENDAHULUAN
32
Dalam menentukan gaji dan upah seorang karyawan, pihak manajemen harus mengumpulkan data jumlah jam kerja tersebut selama periode tertentu yang kemudian mengalikan jumlah jam kerja karyawan tersebut dengan tarif upah yang diterapkan perusahaan sehingga diperoleh besarnya biaya gaji dan upah yang harus dibayarkan pihak karyawan perusahaan. 2. Premi lembur Premi lembur yaitu upah yang dibayarkan kepada karyawan karena karyawan tersebut melakukan pekerjaan yang melebihi jam kerja yang telah ditentukan oleh perusahaan. Pengertian Premi lembur menurut Bastin Bustami dan Nurlela adalah sebagai berikut: Premi lembur adalah upah yang diberikan kepada pekerja diluar upah, disebabkan ada pekerjaan tambahan diluar pekerjaan rutin, karena adanya target penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan perusahaan. (2006:239)
Perlakuan ini dapat terjadi apabila pabrik telah bekerja pada kapasitas penuh dan pelangganan mau menerima beban tambahan karena lembur tersebut. Selain itu, premi lembur itu juga dapat diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik atau dikeluarkan sama sekali dari harga pokok produk dan dianggap sebagai biaya periode (period expense).
BAB I PENDAHULUAN
33
Perlakuan yang terakhir ini hanya dapat dibenarkan jika lembur tersebut terjadi karena ketidakefisien atau pemborosan waktu kerja.
3. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenang kerja (Labor
related costs) Adapun selain dari gaji dan upah serta premi lembur, biayabiaya yang berhubungan dengan tenaga kerja terdiri atas:a.
Waktu pemula (Setup time)
Pengertian waktu pemula menurut Mulyadi adalah sebagai berikut:
Yaitu suatu waktu dan sejumlah biaya yang dipergunakan untuk memulai proses produksi. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memulai produksi disebut biaya pemula produksi (setup costs). Biaya yang diperlukan pada waktu pabrik atau proses mulai dijalankan. Biaya pemula produksi meliputi pengeluaran-pengeluaran untuk latihan bagi karyawan dan kerugian-kerugian yang timbul akibat belum adanya pengalaman. (2005:326)
Biaya- biaya yang dikeluarkan untuk memulai produksi disebut biaya pemula produksi. Biaya pemula produksi diperlukan pada waktu pabrik atau pada waktu produk baru diperkenalkan. Biaya pemula produksi meliputi penegeluaran- pengeluaran untuk pembuatan rancang bangun dan kerugian- kerugian yang timbul akibat belum adanya pengalaman. Ada tiga cara perlakuan terhadap biaya produksi,yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
34
1. langsung. 2. 3.
Dimasukkan ke dalam kelompok biaya tenaga kerja
Dimasukkan sebagai unsur biaya overhead pabrik Dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan
Perlakukan biaya produksi diantaranya: 1. Dimasukkan ke dalam kelompok biaya tenaga kerja langsung. Bila biaya pemula produksi dapat diidentifikasi pada pesanan tertentu, maka biaya ini seringkali dimasukkan dalam kelompok biaya tenaga kerja langsung dan dibebankan langsung ke rekening barang dalam proses. 2. Dimasukkan sebagai unsur biaya overhead pabrik
Biaya pemula produksi dapat diperlakukan sebagi unsur biaya overhead pabrik. 3. Dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan.
Biaya pemula produksi dapat dibebankan kepada pesanan tertentu, dalam kelompok biaya tersendiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.b.
Waktu menganggur (Idle Time)
BAB I PENDAHULUAN
35
Suatu hambatan yang menyebabkan proses produksi terhenti dan karyawan menjadi menganggur. Biaya- biaya telah dikeluarkan selama waktu menganggur tersebut diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik. Pengertian waktu menganggur menurut Mulyadi adalah sebagai berikut: Dalam melakukan proses produksi suatu produk, seringkali terjadi hambatan-hambatan atau kekurangan pekerjaan. Hal ini menimbulkan waktu menganggur bagi karyawan. Biaya- biaya yang dikeluarkan selama waktu menganggur ini diperlakukan sebagi unsur biaya overhead pabrik. (2005:327) Dalam mengolah produk, seringkali kerusakan mesin atau kekurangan pekerjaan. Hal ini menimbulkan waktu menganggur bagi karyawan di perusahaan.
3.
Biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik merupakan biaya langsung. Namun biaya overhead pabrik merupakan suatu komponen dalam melaksanakan proses produksi. Menurut Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah pengertian biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut: Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya yang harus terjadi meksipun biaya tersebut secara langsung tidak mempunyai hubungan yang dapat diukur dan diamati terhadap satuan-satuan aktivitas tertentu. (2009:246)
BAB I PENDAHULUAN
36
Dalam menentukan biaya overhead pabrik menurut Mulyadi bahwa ada beberapa adalah sebagai berikut: Dapat digolongkan dengan tiga cara yaitu: 1. Berdasarkan sifatnya. 2. Berdasarkan perilaku dengan hubungan perubahan volume produksi 3. Berdasarkan hubungannya dengan departemen (2000:194)
Uraian mengenai biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan sifatnya. a. b. c. Biaya bahan penolong Biaya reparasi dana pemeliharaan Biaya tenaga kerja tidak langsung
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap e.f.
Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya
Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.
BAB I PENDAHULUAN
37
(2000:194)
Ada beberapa uraian mengenai biaya overhead pabrik diatas di antaranya:a.
Biaya bahan penolong yaitu bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi yang meksipun menjadi bagian produk ajdi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.
b.
Biaya reparasi dana pemeliharaan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan yang berupa biaya suku cadang (spareparts),biaya bahan habis pakai (factory suplies), biaya jasa dari pihak luar perusahaan yang berupa biaya perbaikan dan pemeliharaan bangunan pabrik, perumahan, kendaraan dan aktiva tetap lain.
c.
Biaya tenaga kerja tidak langsung yaitu tenaga kerja pabrik yang upahnya tidaka dapat diperhitugkan secara langsung kepada produk. Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut.
d.
Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap yaitu suatu biaya yang ditetapkan atas masa manfaat suatu aktiva tetap. Biaya ini biasanya berupa penyusutan atas nilai dari masa manfaat aktiva tetap tersebut misalnya penyusutan pabrik, penyusutan bangunan ,penyusutan kendaraan.
BAB I PENDAHULUAN
38
e.
Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu yaitu suatu biaya yang mempunyai periode tertentu misalnya biya asuransi.
f.
Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai yaitu suatu biaya yang diserahkan kepada pihak lain atas pengunaan suatu fasilitas tertentu diperlukan dalam melaksanakan proses produksi misalnya biaya listrik , air, telepon dll sebagainya. 2. Berdasarkan perilaku dengan hubungan perubahan volume produksi
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela adalah sebagai berikut: a. b. c. Biaya overhead pabrik tetap Biaya overhead pabrik variabel Biaya overhead pabrik semi variabel (2006:14)
Uraian mengenai perilaku dengan hubungan perubahan volume adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
39
a.
Biaya overhead pabrik tetap yaitu biaya overhead
pabrik yang tidak berubah searah dengan perubahan volume kegiatan tertentu.b.
Biaya overhead pabrik variabel yaitu biaya
overhead pabrik yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per-unit tetap..c.
Biaya overhead pabrik semi variabel yaitu biaya
overhead pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan tersebut atau biaya didalamnya mengadung unsur tetap dan memperlihatkan karakter tetap dan variabel. 3. Berdasarkan hubungannya dengan departemen Menurut Bastian Bustami dan Nurlela adalah sebagai berikut: a. b. Biaya overhead pabrik langsung Biaya overhead pabrik tidak langsung (2006:258) Uraian mengenai hubungan dengan departemen adalah sebagai berikut:a.
Biaya overhead pabrik langsung yaitu biaya yang
dapat ditelusuri secara langsung ke departemen bersangkutan. Contoh: gaji mandor pabrik yang digunakan oleh departemen bersangkutan merupakan biaya langsung bagi departemen.
BAB I PENDAHULUAN
40
b.
Biaya overhead pabrik tidak langsung yaitu biaya
yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke departemen bersangkutan. Contoh: biaya penyusutan dan biaya asuransi merupakan biaya yang manfaatnya digunakan secara bersama oleh masing- masing departemen, oleh karena itu biaya tersebut merupakan biaya tidak langsung departemen. Karena biaya overhead pabrik merupakan salah satu unsur dalam biaya produksi pihak manajemen harus memperhitungkan tarif biaya overhead pabrik yang dipergunakan dalam memproduksi suatu produk.
2.1.2.3 Metode pengumpulan biaya produksi Proses produksi suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan atas suatu pesanan akan suatu produk atau juga memproduksi dalam suatu kuantitas tertentu. Proses produksi berdasarkan pesanan biasanya mengumpulkan biaya produksi yang dikeluarkan berdasarkan harga pokok pesanan (job order cost method) dan produksi berdasarkan kuantitas tertentu atau produksi massa menggunakan metode harga pokok proses (process cost method). Menurut Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah ada 2 macam pengumpulan biaya produksi adalah sebagai berikut: 1. Metode Harga Pokok Pesanan
BAB I PENDAHULUAN
41
2.
Metode Harga Pokok Proses (2009:53)
Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan adalah sebagai berikut: 1. Metode Harga Pokok Pesanan Metode harga pokok pesanan dapat dilakukan apabila perusahaan mendapatkan pesanan akan suatu produk dari pihak luar. Metode harga pokok pesanan menurut Mulyadi adalah sebagai berikut: Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilakan produk atas dasar pesanan. (2005:44) Pengumpulan harga pokok produksi dalam harga suatu perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik kegiatan produksi perusahaan tersebut. 2. Metode Harga Pokok Proses Metode harga pokok proses dilakukan apabila produksi dilakukan tidak berdasarkan pesanan melainkan hanya untuk memenuhi persediaan barang yang ada di gudang dan produksi suatu produk dilaksanakan dalam kuantitas tertentu tergantung dari kebijkan perusahaan. Metode harga pokok proses menurut Mulyadi adalah sebagai berikut: Metode harga pokok proses adalah suatu cara menentukan harga pokok produk di mana biaya produksi dikumpulkan dan dihitung untuk suatu
BAB I PENDAHULUAN
42
periode tertentu dan debebankan kepada proses yang bersangkutan. (2005:63) Metode ini tidak membedakan antar biaya produksi langsung maupun biaya tidak langsung. Perhitungan dilakukan setiap akhir periode akuntansi , sehingga biaya overhead pabrik dibebankan kepada pabrik atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi. 2.1.2.4 Metode perhitungan biaya produksi perhitungan biaya produksi adalah suatu cara
Metode
memperhitungkan unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur biaya ke dalam harga pokok produksi dapat dilakukan dengan dua cara menurut Mulyadi adalah sebagai berikut:1. 2.
Metode variable costing Metode full costing (2005:121)
Uraian mengenai unsur ke dalam harga pokok produksi adalah sebagai berikut:1.
Metode variable costing Perusahaan dalam menentukan biaya produksinya banyak yang
menggunakan pendekatan variable costing hal ini dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN
43
dapat mewakili keadaan biaya yang sesungguhnya. Pengertian dari metode variabele costing menurut Mulyadi adalah sebagai berikut: Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. (2005:121)
Unsur biaya produksi menurut metode variabel costing tersusun sebagai berikut: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik Harga pokok produksi xxx xxx xxx xxx
Jika perusahaan menggunakan metode variable costing dalam penentuan harga pokok produksinya, pada akhir periode akuntansi dilakukan perhitungan biaya overhead pabrik yang lebih atau kurang dibebankan kepada produk. Pengertian metode variable costing menurut Bastian Bustami dan Nurlela adalah sebagai berikut: Metode variable costing adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk dengan memperhitungkan semua biaya produksi seperti biaya
BAB I PENDAHULUAN
44
bahan baku langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead tetap. (2006:48)
2.
Metode full costing Perusahaan dalam menentukan biaya produksinya banyak yang
menggunakan pendekatan full costing hal ini dikarenakan dapat mewakili keadaan biaya yang sesungguhnya.
Pengertian metode full costing menurut Bastian Bustami dan Nurlela adalah sebagai berikut: Metode full costing adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk, hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel saja. (2006:48)
Pengertian metode full costing menurut Mulyadi adalah sebagai berikut: Metode full costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang variable maupun tetap. (2005:35)
BAB I PENDAHULUAN
45
Sedangkan Pengertian metode full costing menurut Mulyadi adalah sebagai berikut: Metode full costing adalah penentuan harga pokok produksi yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabela saja ke dalam harga pokok produk. (2007:122)
Metode full costing menurut Mulyadi (2007:122) , harga pokok produksi terdiri dari semua unsur biaya produksi: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik tetap Harga pokok produksi xxx xxx xxx xxx
Jika perusahaan mengguankan metode full costing dalam harga pokok produksinya, pada akhir periode akuntansi dilakukan perhitungan selisih biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk. Selisih biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi dua macam selisih yaitu:a. Selisih anggaran (spending variance)
b. Selisih kapasitas
BAB I PENDAHULUAN
46
(2009:269) Uraian mengenai golongan selisih biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:a.
Selisih anggaran (spending variance) Selisih anggaran terjadi apabila terdapat perbedaan antara biaya
yang sesunggunhya terjadi dengan taksiran biaya yang seharusnya dikelurakan menurut anggaran. Menurut Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah sebagai berikut: selisih antara biaya overhead pabrik yang sesungguhnya pada kapasitas yang dicapai dengan biaya overhead pabrik yang dianggarkan (budget allowance) pada kapasitas atau tingkat kegiatan yang dicapai. (2009:269)
b.
Selisih kapasitas Selisih kapasitas disebabkan karena tidak dipakainya atau
dilampauinya kapasitas yang dianggarkan . jumlah selisih kapasitas merupakan perbedaan antara biaya overhead pabrik tetap yang dianggarkan dengan biaya overhead pabrik tetap yang dibebankan kepada produk.
BAB I PENDAHULUAN
47
Menurut Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah sebagai berikut: Selisih antara biaya overhead pabrik yang dianggarkan dan biaya overhead yang dibebankan atau tingkat kegiatan yang dicapai berbeda kapasitas yang direncanakan. (2009:269) 2.1.2.5 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi mengemukakan bahwa ada beberapa manfaat informasi harga pokok produksi adalah sebagai berikut: Dalam perusahaan yang berproduksi massa, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manjemen untuk: 1. 2. 3. Menentukan harga jual produk Memantau realisasi biaya produksi Menghitung laba atau rugi perodik
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca (2007:65)
Uraian mengenai informasi harga pokok produksi adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
48
1.
Menentukan harga jual produk
Perusahaan yang berproduksi massa memproses produknya untuk memenuhi persediaan di gudang. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi biaya lain serta informasi non biaya. 2. Memantau realisasi biaya produksi
Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk dilaksanakan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan didalam pelaksanaan rencana produksi tersebut. 3. Menghitung laba atau rugi perodik
Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu meghasilkan laba bruto, manajemen memerlukan biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. 4. Menentukan harga pokok persediaan produk
jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca Pada saat manajemen dituntut untuk mempertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus meyajikan laporan keuangan.
BAB I PENDAHULUAN
49
2.1.2.6 Proses biaya produksi Proses Biaya Produksi adalah usaha untuk menciptakan atau menambah faedah ekonomi suatu benda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan organisasi yang menghasilkan barang dan jasa disebut produsen. Tujuan biaya produksi untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam usaha mencapai kemakmuran. Kemakmuran akan tercapai bila konsumen memiliki daya beli yang cukup tinggi dan barang/jasa yang diperlukan tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan. Menurut Bastian Bustami dan Nurlela adalah sebagai berikut: Dalam perusahaan pabrikasi proses biaya produksi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu: 1. Satu tahapan proses produksi 2. Beberapa tahapan proses produksi (2006:50)
Uraian mengenai proses biaya produksi adlah sebagai berikut: 1. Satu tahapan proses produksi Satu tahapan proses produksi adalah suatu proses produksi yang dilakukan dalm pengolahan produk selesai melalui satu departemen atau stau tahapan proses produksi.
BAB I PENDAHULUAN
50
Bahan Baku langsung
Tenaga kerja langsung
Proses
Produk
Biaya overhead pabrik
Sumber: Mulyadi, 2006:50 Gambar 2.1 Proses produksi melalui satu tahapan proses produksi
2. Beberapa tahapan proses produksi Beberapa tahapan proses produksi adalah suatu proses produksi yang dilakukan dalam pengolahan produk selesai melalui beberapa. Departemen atau lebih dari satu departemen. Departemen tersebut terdiri dari departemen produksi dan departemen jasa atau pembantu
BAB I PENDAHULUAN
51
sebagai penunjang departemen produksi. Ada gambar 2.2 di bawah ini adalah sebaga berikut:
BOP
Bahan baku
Dep. Produksi 1
Dep. Jasa A
Dep. Produksi 1
Dep. Jasa B
Tenaga Kerja Langsung
Dep. Produksi 1
Produ k Sumber: Mulyadi, 2006:50 Gambar 2.2 Proses Produksi melalui beberapa tahapan
2.1.2.7 Laporan biaya produksi
BAB I PENDAHULUAN
52
Laporan Biaya Produksi adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (Inggris: stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Menurut Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah adalah sebagai berikut: Dalam metode harga pokok proses, analisis atas kegiatan dari setiap departemen produksi disajikan dalam laporan biaya produksi (cost of production report) per deaprtemen. Laporan ini juga dapat digunakan sebagai dokumen sumber untuk pembuatan ikhtisar ayat- ayat jurnal secara periodik aras kegiatan yang dilakukan oleh setiap departemen produksi yang selanjutnya akan dipindahbukukan ke berbagai akun biaya.
BAB I PENDAHULUAN
53
Untuk menyusun laporan biaya produksi diperlukan informasi tentang hal-hal berikut: 1. Produksi Ekuivalen 2. Biaya per unit 3. Pertanggungjawaban biaya (2009:92) Uraian mengenai laporan biaya produksi adalah sebagai berikut: 1. Produksi Ekuivalen Angka ekuivalen produksi merupakan jumlah unit yang selesai dan ditambah dengan jumlah barang dalam proses dengan
memeperhitungkan tingkat (persentase) penyelesaiannya. Angka produksi ekuivalen digunakan untuk mmenghitung biaya per unit dengan cara membagi biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik denga jumlah atau angka produksi ekuivalen tersebut. 2. Biaya per unit
Setelah produksi ekuvalen diketahui, maka biaya perunit tiap departemen untuk setiap elemen biaya produksi dapat dihitung dengan membagi jumlah dari masing- masing biaya tersebut dengan angka produksi ekuivalen. 3. Pertanggungjawaban biaya
BAB I PENDAHULUAN
54
Dalam biaya laporan biaya produksi terdapat bagian yang menunjukkanjumlah biaya yang telah dikeluarkan dan harus dipertanggungjawabkan, dan pertanggungjawaban atas biaya tersebut. Dengan demikian maka biaya yang sama telah dengan dikeluarkan jumlah dan yang
dipertanggungjawabkan
harus
menunjukkan pertanggungjawaban biayanya.
2.1.3
Harga jual Harga Jual adalah Masalah kebijaksanaan penetapan harga merupakan hal yang kompleks dan rumit. Untuk itu dibutuhkan suatu pendekatan yang sistematis, yang melibatkan penetetapan tujuan dan mengembangkan suatu struktur penetapan harga yang tepat. Karenanya akan dibahas terlebih dahulu pengertian mengenai harga jual.
2.1.3.1
Pengertian harga jual Harga jual merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli suatu produk, konsumen akan membeli suatu produk apabila ada keseimbangan antara alasan dalam menetapkan harga jual. Penetapan harga jual yang tepat adalah salah satu faktor penting bagi perusahaan. Kurang berarti jika sebuah perusahaan dapat memproduksi barang sangat baik namun tidak dapat menetapkan harga jual dengan tepat untuk barang produksinya.. Selain itu harga jual adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Sedangkan harga jual dalam
BAB I PENDAHULUAN
55
pengertian lain adalah satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa yang akan berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan Adapun definisi harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan. Pengertian harga jual menurut Basu Swastha adalah sebagai berikut: Harga jual adalah nilai tukar suatu barang atau jasa, yaitu jumlah uang yang pembeli sanggup membayar kepada penjual untuk suatu barang tertentu. (2007:147)
Pengertian harga jual menurut Fajar Laksana adalah sebagai berikut: Harga jual adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya atau produk yang dibeli oleh kelompok konsumen tertentu dalam suatu program pemasaran tertentu. (2008:107) Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa harga jual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai akhir barang yang merupakan penjumlahan dari biaya-biaya produksi dan biaya lain untuk memproduksi suatu barang ditambah dengan sejumlah keuntungan yang diinginkan.
BAB I PENDAHULUAN
56
2.1.3.2 Tujuan penetapan harga jual Tujuan akuntansi harga jual adalah dalam menetapkan harga, perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu tujuan dari penetapan harga itu sendiri. Makin jelas tujuannya, makin mudah harga ditetapkan. Pada dasarnya, tujuan penetapan harga dapat dikaitkan dengan laba atau volume tertentu. Tujuan ini selaras dengan tujuan pemasaran yang dikembangkan dari tujuan perusahaan secara keseluruhan. Menurut Fajar Laksana mengemukakan bahwa ada beberapa tujuan penetapan harga jual adalah sebagai berikut: Tujuan dari ditetapkan penetapan harga jual adalah:1. Profit maximalization pricing (maksimalisasi keuntungan) 2. Market share pricing (pendapatan harga untuk merebut pangsa
pasar)3. Market skimming pricing 4. Current Revenue pricing (penetapan laba untuk pendapatan
maksimal) 5. Target profit pricing 6. Promotional pricing (penetapan harga untuk promosi) (2008: 114) Uraian mengenai tujuan penetapan harga jual adalah sebagai berikut:1. Profit maximalization pricing (maksimalisasi keuntungan), yaitu
untuk mencapai maksimalisasi keuntungan.2. Market share pricing (pendapatan harga untuk merebut pangsa
pasar), yaitu dengan harga yang rendah, maka pasar akan dikuasai, syaratnya: a. Pasar cukup sensitif terhadap harga
BAB I PENDAHULUAN
57
b. naik c.
Biaya produksi dan distribusi turun jika produksi
Harga turun, pesaing sedikit
3. Market skimming pricing yaitu jika ada sekelompok pembeli yang
bersedia membayar dengan harga yang tinggi terhadap produk yang ditawarkan maka perusahaan akan menetapakan harga yang tinggi walaupun kemudian harga tersebut akan turun. a. b. Pembeli cukup Perubahan biaya distribusi lebih kecil dari
perubahan pendapatan c. d. supersior4. Current Revenue pricing (penetapan laba untuk pendapatan
Harga naik tidak begitu berbahaya terhadap pesaing Harga naik menimbulkan kesan produk yang
maksimal) yaitu penetapan harga yang tinggi untuk memperoleh Revenue yang cukup.5.
Target profit pricing dapat diartikan sebagai
metode penetapan harga yang didasarkan pada market share tertentu atau pengembalian investasi tertentu sebagai tujuan dari perusahaan.6.
Promotional pricing (penetapan harga untuk
promosi) yaitu penetapan harga untuk suatu produk dengan maksud untuk mendorong penjualan produk-produk lain.
BAB I PENDAHULUAN
58
2.1.3.3 Prosedur Penetapan Harga Jual Prosedur penetapan harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Menurut Basu Swastha adalah sebagai berikut: Prosedur penetapan harga jual yang meliputi enam tahap yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Mengestimasikan permintaan untuk barang tersebut. Mengetahui lebih dulu reaksi dalam persaingan. Menentuka market share yang dapat diharapkan. Memilih strategi harga jual untuk mencapai harga pasar. Mempertimbangkan politik pemasaran target pasar. 6. Memilih harga jual tertentu. (2007:147) Uraian mengenai prosedur penetapan harga jual adalah sebagai berikut: 1. Mengestimasikan permintaan untuk barang tersebut. Penjual membuat estimasi permintaan barangnya secara total. Hal ini lebih mudah dilakukan terhadap permintaan barang yang ada dibandingkan dengan permintaan barang baru. 2. Mengetahui lebih dulu reaksi dalam persaingan.
BAB I PENDAHULUAN
59
Kondisi persaingan sangat mempengaruhi kebijaksanaan penentuan harga bagi perusahaan. Oleh karena itu penjual perlu mengetahui reaksi persaingan yang terjadi di pasar.3.
Menentukan
market
share
yang
dapat
diharapkan. Perusahaan yang agresif selalu menginginkan market share yang lebih besar kadang- kadang perluasan market share harus dilakukan dengan mengadakan periklanan dan bentuk lain dari persaingan bukan harga, disamping dengan harga tertentu. 4. harga pasar. Dalam hal ini penjual dapat memilih di antara dua macam strategi harga yang dianggap paling ekstrim yaitu skim the cream pricing dan penetrtation pricing. Strategi tersebut biasanya dipakai untuk memasarkan barang baru. 5. pasar. Mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan dengan melihat pada barang, sistem distribusi dan program promosinya. Perusahaan tidak dapat menentukan harga suatu barang tanpa mempertimbangkan barang lain yang dijualnya. 6. Memilih harga jual tertentu. Mempertimbangkan politik pemasaran target Memilih strategi harga jual untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN
60
Perusahaan memilih harga jual dengan cara hemat biasanya barang baru yang dijual.
2.1.3.4 Metode Penetapan Harga Jual Metode penetapan harga jual adalah faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli suatu produk, konsumen akan membeli suatu produk apabila ada keseimbangan antara alasan dalam menetapkan harga jual. Keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produknya tidak terlepas dari metode penetapan harga jual yang dilakukan perusahaan. memasarkan Kegagalan produknya yang ditimbulkan perusahaan dalam hal
terkadang
disebabkan
ketidakmampuan
perusahaan dalam mengendalikan harga. Menurut Fajar Laksana mengemukakan bahwa ada beberapa metode penetapan harga jual adalah sebagai berikut: 1. Cost Oriental pricing 2. Demand oriental pricing 3. Competetion Oriental pricing (2008:116)
Uraian mengenai metode penetapan harga jual adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
61
1. Cost Oriental pricing, adalah penetapan harga yang semata-mata memperhitungkan biaya- biaya yang dan tidak berorientasi pada pasar. Terdiri dari 2 macam yaitu: a. Mark up pricing dan cost plus pricing cara penetapan harga yang sama, yaitu menambahkan biaya per unit dengan laba yang diharapkan. Mark up pricing digunakan di halangan pedagang pengecer sedangkan cost plus pricing. b. Target pricing, yaitu suatu penetapan harga jual berdasarkan target rate of return dari biaya total yang dikeluarkan ditambah laba yang diharapkan pada volume penjualan yang diperkirakan. 2. Demand oriental pricing, penentuan harga dengan mempertimbangkan keadaan permintaan, keadaan pasar, dan keinginan konsumen. Terdiri dari: b. Perceved value pricing, yaitu berapa nilai produk dalam pandangan konusmen terhadap yang dihasilkan perusahaan. c. Demand differential pricing, atau price discrimination, yaitu penetapan harga jual produk dengan dua macam harga atau lebih. 3. Competetion Oriental pricing, menetapkan harga jual yang berorientasi pada pesaing. Terdiri dari: a. Going rate pricing, suatu penetapan harga di mana perusahaan berusaha menetapkan harga setingkat dengan rata- rata industri. b. Sealed bid pricing, yaitu suatu penetapan harga didasarkan pada tawaran yang diajukan oleh pesaing.
BAB I PENDAHULUAN
62
Menurut Basu Swastha mengemukakan bahwa ada beberapa metode penetapan harga jual adalah sebagai berikur: 1. 2. Cost-plus pricing method Mark-up pricing method (2007:154) Uraian mengenai metode penetapan harga jual adalah sebagai berikut: 1. Cost-plus pricing method
Dalam metode in, penjual atau produsen menetapkan harga jual untuk satu unit barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya per unit ditambah dengan suatu jumlah untuk menutup laba yang diinginkan pada unit tersebut.
Rumus dapat dilhat berikut ini: Biaya Total+ Marjin= Harga jual Sumber: Basu Swastha, 2007:154 2. Mark-up pricing method Variasi lain dari metode cost-plus adalah mark-up pricing method yang banyak dipakai para pedagang. Pedagang yang membeli barang- barang dagangan akan menentukan harga juanua setelah menambah harga beli dengan sejumlah mark-up. Rumus dapat dilhat berikut ini: Harga Beli+ Mark Up=
BAB I PENDAHULUAN
63
Harga Jual Sumber: Bastian Bustami dan Nurlela, Basu Swastha, 2007:154 Jadi, mark-up ini merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya. Keuntungan bisa diperoleh dari sebagian mark-up tersebut. Selain itu, pedagang tersebut juga harus mengeluarkan sejumlah biaya eksplooatasi yang juga diambilkan dari sebagian mark-up. Pada dasarnya metode penetapan harga jual yang baik dilakukan oleh perusahaan adalah dengan cara melihat biaya yang telah dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk, kemudian dengan mengadakan riset pasar dan didapatkan tingkat kemampuan konsumen untuk membeli produk yang telah diproduksi perusahaan, jika perusahaan telah
melakukan metode ini kemungkinan perusahaan untuk rugi akan dapat ditekan. 2.2 Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan tentu mempunyai maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Dalam rangka pencapaian maksud dan tujuan perusahaan hanya mempunyai strategi, salah satunya yaitu penetapan harga jual. Penelitian ini hanya mengkajisatu faktor saja yaitu biaya produksi. Faktor biaya produksi sangat berperan dalam menentukan harga jual. Agar harga jual sesuai dengan yang diinginkan , maka harus memperhatikan biayabiaya untuk memproduksi suatu produk, karena biaya akan memberikan informasi batas bawah terhadap harga jual yang akan ditentukan.
BAB I PENDAHULUAN
64
Dengan memperhatikan biaya produksi tersebut diharapkan akan tepat dalam penetapan harga jual. Hal ini menunjukkan suatu keterkaitan antara biaya produksi dan harga jual. Secara umum untuk membentuk harga jual suatu produk merupakan penjumlahan antara laba yang diinginkan dengan biaya produksi. Jadi, biaya produksi yang dikeluarkan pada suatu produk tinggi, maka laba yang diinginkan seharusnya disesuaikan dengan harga jual di pasaran dan sebaliknya laba yang menginginkan tinggi maka produsen harus dapat menekan biaya produksi. Perusahaan tektsil adalah perusahaan yang mempunyai kain rajut, grey yang diminat oleh masyarakat. Tujuan perusahaan pada suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber ekonomi menjadi barang dana jasa. Selanjutnya, pengembangan produk baru dilakukan dengan diciptakan berbagai macam jenis kain baru untuk mengisi pasar, operator mesin weaving ditingkatkan keahliannya dalam menangani dan mengoperasikan mesin, sehingga selain dapat menangani mesin dengan lebih baik juga menghasilkan mutu produk yang semakin baik serta meningkatkan efisiensi. industri tekstil, peningkatan kualitas sangat penting karena ekspor tekstil selama ini sangat tergantung pada kuota yang diberikan oleh negara importir. dengan tidak adanya kuota, bisa merupakan peluang yang baik karena tidak ada pembatasan sehingga ekspor tekstil dapat ditingkatkan tetapi disisi lain bila industri ini tidak mampu meningkatkan mutu dan kualitas produksinya, maka dengan tidak adanya kuota justru menjadi ancaman karena produk ini harus
BAB I PENDAHULUAN
65
bersaing dengan produk dari negara-negara lain. Memperoleh laba maksimum ada 4 macm yaitu: kegiatan produksi, biaya produksi, kegiatan non produksi dan biaya non produksi yang ada di perusahaan tekstil. Perusahaan harus dapat mengambil keputusan secara tepat dan benar, terutama mengenai kemungkinan laba apabila ada laba yang diharapkan. Perusahaan pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan laba, agar mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya serta memperluas usahanya. yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli suatu produk, konsumen akan membeli suatu produk apabila ada keseimbangan antara alasan dalam menetapkan harga jual. Biaya produksi merupakan biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik sedangkan biaya non produksi merupakan biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi. Harga jual merupakan nilai tukar suatu barang atau jasa, yaitu jumlah uang yang pembeli sanggup membayar kepada penjual untuk suatu barang tertentu.
Selanjutnya dapat digambarkan dalam paragdima lain sebagai berikut: Perusahaan
Tujuan Perusahaan
Memperoleh laba maksimum
Kegiatan Produksi
Kegiatan Non Produksi
Biaya Produksi
laba yang diharapkan
Tinjauan Atas Biaya Produksi dalam Biaya Non Penetapan Harga Jual pada PT Produksi Harga Jual Karya Prima Sentosa
BAB I PENDAHULUAN
66
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Top Related