EFEK JUS BUAH KARAMUNTING (Melastoma malabathricum L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL SERUM TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI PROPILTIOURASIL
Alfi Yasmina¹, FX Hendriyono², M. Iqbal Arief³
¹Bagian Farmakoligi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
²Bagian Patologi Klinik RSUD Ulin Banjarmasin/ Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
³Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
ABSTRAK
Buah karamunting adalah bagian dari tanaman karamunting yang memiliki kandungan antioksidan berupa flavonoid, saponin, dan tannin, yang diduga mempunyai efek menurunkan kolesterol darah. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek jus buah karamunting terhadap kadar kolesterol total pada tikus putih yang diinduksi propiltiourasil (PTU). Penelitian ini bersifat eksperimental dengan Posttest-Only with Control Group Design. Kadar kolesterol total diukur dalam serum tikus dengan menggunakan metode CHOD-PAP. Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar kolesterol total pada kelompok I-VII berturut-turut adalah sebesar 71,25 mg/dL, 105 mg/dL, 64 mg/dL, 68,75 mg/dL, 61,25 mg/dL, 70 mg/dL, dan 68 mg/dL. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok II dan kelompok IV-VII yang diberikan jus buah karamunting (berturut-turut p = 0,023, p = 0,005, p = 0,020, p = 0,030). Dapat disimpulkan bahwa jus buah karamunting mulai dosis 0,01 mg/gBB dapat menghambat peningkatan kadar kolesterol total dalam serum tikus putih yang diberi pakan kolesterol dan diinduksi propiltiourasil.
Kata-kata kunci: jus buah karamunting, kolesterol total, propiltiourasil.
THE EFFECT OF KARAMUNTING FRUIT (Melastoma malabathricum L.) JUICE ON TOTAL CHOLESTEROL SERUM LEVEL IN WHITE RATS
INDUCED WITH PROPYLTHIOURACIL
Alfi Yasmina¹, FX Hendriyono², M. Iqbal Arief³
¹Departemen of Pharmacology, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University, Banjarmasin
²Departement of Clinic Patology, Ulin General Hospital Banjarmasin/ Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University, Banjarmasin
³Medical Education Study Program, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University, Banjarmasin
ABSTRACT
Karamunting fruit is a part of the plant containing antioxidants such as flavonoids, saponins, and tannins, which are presumed to have effect in lowering blood cholesterol. This research was aimed to find out the effect of karamunting fruit juice on total cholesterol level in white rats induced with propylthiouracil (PTU). It was an experimental study with Posttest-Only Control Group Design. The level of total cholesterol was measured using CHOD-PAPA method. Result showed that the average of total cholesterol level in group I-VII were 71.25 mg/dL, 105 mg/dL, 64 mg/dL, 68.75 mg/dL, 61.25 mg/dL, 70 mg/dL, and 68 mg/dL, respectively. There was a significant difference between group II and group IV-VII who were given karamunting fruit juice (p = 0.023, p = 0.005, p = 0.020, p = 0.030). it was concluded that karamunting fruit juice from the dose of 0.01 mg/gBW could inhibit the increase in serum total cholesterol in white rats induced with cholesterol diet and PTU.
Keywords: karamunting fruit juice, total cholesterol, propylthiouracil
PENDAHULUAN
Hiperlipidemia merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit
kardiovaskuler. Hiperlipidemia merupakan penyebab 18% penyakit serebrovaskular dan
sekitar 56% penyakit jantung iskemik di seluruh dunia. Penyakit kardiovaskuler merupakan
penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia. Pada penelitiannya, Hutter et
al menyebutkan bahwa terdapat sekitar 9 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat
penyakit kardiovaskuler dan diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat mencapai 19 juta
pada tahun 2020 (1).
Salah satu bagian dari hiperlipidemia primer adalah hiperkolesterolemia.
Hiperkolesterolemia dapat menyebabkan aterosklerosis, yaitu penebalan dan hilangnya
elastisitas dinding pembuluh darah arteri. Berdasarkan penelitian Dinas Kesehatan Propinsi
Jawa Tengah tahun 2006, prevalensi hiperkolesterolemia sebesar 26,1% terjadi pada laki-laki
dan 25,9% pada perempuan (2).
Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30% kematian di seluruh dunia
disebabkan oleh penyakit jantung. Menurut World Health Organization (WHO), 60% dari
seluruh penyebab kematian tersebut adalah penyakit jantung koroner (PJK). Di Indonesia,
penyakit jantung juga cenderung meningkat sebagai penyebab kematian (3). Data Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1996 menunjukkan bahwa penyakit ini meningkat
setiap tahun sebagai penyebab kematian mulai 5,9% pada tahun 1975 sampai 19% pada tahun
1995. Sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena penyakit
kardiovaskuler, termasuk PJK, adalah 26,4%, dan sampai saat ini PJK merupakan penyebab
utama kematian, yaitu sekitar 40% kematian laki-laki usia menengah (4).
Pengobatan hiperkolesterolemia membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak
sedikit. Pengobatan pun harus disertai dengan perubahan pola hidup, khususnya pola makan.
Bagi sebagian besar orang, hal ini sulit dilakukan (5). Selain itu, obat yang digunakan untuk
terapi hiperkolesterolemia seperti penghambat HMG CoA memiliki efek samping
rabdomiolisis, mioglobinuria, dan miopati (6). Karena itulah, perlu suatu produk penurun
kolesterol yang berasal dari alam atau tergolong alami, sehingga lebih murah dan lebih aman,
tetapi memiliki efektivitas yang sama dengan senyawa hipokolesterolemik sintetik yang
banyak beredar di pasaran. Salah satu tanaman tradisional yang banyak ditemukan di hutan
Kalimantan Selatan adalah karamunting (Melastoma malabathricum L.). Karamunting sebagai
tumbuhan obat tradisional umumnya digunakan untuk mengobati diare, disentri, lekorea,
hemoroid, infeksi, dan sakit gigi. Bagian tumbuhan karamunting yang sering digunakan adalah
daun dan bunga karamunting. Tanaman ini banyak mengandung antioksidan flavonoid, saponin,
dan tannin (7).
Flavonoid dapat mengurangi kadar kolesterol darah pada mencit yang mengalami
hiperlipidemia dan mengurangi oksidasi kolesterol LDL yang memiliki peranan penting
dalam proses arterogenesis (8). Flavonoid mengurangi sintesis kolesterol dengan cara
menghambat aktivitas enzim acyl-CoA cholesterol acyl transferase (ACAT) pada sel HepG2
yang berperan dalam penurunan esterifikasi kolesterol pada usus dan hati, serta menghambat
aktivitas enzim 3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA yang menyebabkan penghambatan sintesis
kolesterol. Saponin dapat berikatan dengan asam empedu dan kolesterol (dari makanan)
membentuk misel yang juga tidak dapat diserap oleh usus. Sedangkan tannin di dalam tubuh
akan berikatan dengan protein tubuh dan akan melapisi dinding usus, sehingga penyerapan
lemak terhambat. Selain itu, tannin melindungi usus terhadap asam lemak tak jenuh. Proses
perlindungan yang dilakukan tannin berupa pemadatan lapisan mukosa saluran pencernaan
sehingga menghambat penyerapan zat-zat makanan (termasuk lemak dan kolesterol) oleh
saluran pencernaan. Berdasarkan hal ini, diduga buah karamunting yang mengandung
flavonoid, saponin, dan tannin mampu menurunkan kadar kolesterol darah (9).
Sampai sekarang belum ada penelitian tentang pemanfaatan buah karamunting untuk
menurunkan kadar kolesterol. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai
efek jus buah karamunting terhadap kadar kolesterol total tikus putih. Penggunaan jus pada
penelitian ini karena zat-zat yang berefek menurunkan kolesterol pada buah karamunting
bersifat polar dan mudah larut dalam air (10). Selain itu penggunaan jus yang merupakan
esktrak air lebih alamiah, stabil, murah, tidak beracun, dan tidak mudah menguap (11). Tikus
digunakan karena mempunyai kemiripan dengan manusia dalam hal fisiologi, anatomi,
nutrisi, patologi, metabolism, dan lazim digunakan dalam penelitian mengenai kadar
kolesterol (12). Propiltiourasil (PTU) digunakan untuk meningkatkan kadar lipid darah tikus
putih, karena PTU dapat menghambat proses penggabungan yodium pada residu tirosil dari
tiroglobulin dan juga menghambat penggabungan residu dari yodotirosil ini untuk membentuk
yodotironin (13). Ini akan menurunkan hormon tiroid, sehingga terjadi penurunan sintesis dan
ekspresi reseptor kolesterol LDL di hati, serta meningkatkan kadar kolesterol, fosfolipid, dan
trigliserida plasma (14).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat eksperimental dengan Posttest-Only with Control Group Design.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat dari bulan Mei sampai September 2012. Bahan penelitian yang
digunakan adalah tikus putih sebanyak 35 ekor dengan berat badan 150-200 gram dengan
rentang usia 2-3 bulan, buah karamunting, kit pereaksi untuk penetapan kadar kolesterol
(enzymatic colorimetric test for determination of cholesterol: metode CHOD-PAP),
propiltiourasil (PTU), simvastatin, pakan tikus, pakan kolesterol, eter, CMC Na, HCL, FeCl 3,
Mg, dan akuades. Alat yang digunakan adalah gelas-gelas kimia, blender, penyaring, sonde
lambung, kandang tikus, neraca analitik, kapas, fotometer Clinicon 4010, spuit, alat bedah
minor, tabung reaksi, rak tabung reaksi, dan sentrifugator.
Pengujian dilakukan pada 7 kelompok tikus putih yang sehat dan beraktivitas normal.
Pengelompokan tersebut dipilih secara acak dan masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor
tikus. Kelompok I, yaitu kelompok tikus normal yang hanya diberikan akuades, Kelompok II,
yaitu kelompok kontrol negatif yang diberikan akuades dan PTU 0,01%, Kelompok III, yaitu
kelompok kontrol positif yang diberikan PTU 0,01% dan simvastatin 0,0018 mg/gBB satu
jam setelah pemberian PTU, Kelompok IV, yaitu kelompok uji yang diberikan PTU 0,01%,
kemudian diberikan jus buah karamunting dosis 0,01 mg/gBB satu jam setelah pemberian
PTU, Kelompok V, yaitu kelompok uji yang diberikan PTU 0,01%, kemudian diberikan jus
buah karamunting dosis 0,1 mg/gBB satu jam setelah pemberian PTU, Kelompok VI, yaitu
kelompok uji yang diberikan PTU 0,01%, kemudian diberikan jus buah karamunting dosis 1
mg/gBB satu jam setelah pemberian PTU, Kelompok VII, yaitu kelompok uji yang diberikan
PTU 0,01%, kemudian diberikan jus buah karamunting dosis 5 mg/gBB satu jam setelah
pemberian PTU.
Semua kelompok (kecuali kelompok 1) dilakukan pemberian obat dan pakan
kolesterol setiap hari dari hari pertama sampai dengan hari kedelapan. Pengukuran kadar
kolesterol total dilakukan pada hari kesembilan. Setelah pemberian perlakuan, pada hari ke-9
dilakukan euthanasia tikus. Tikus dimasukkan kedalam gelas beker, lalu dimasukkan kapas
yang ditetesi eter ke dalamnya. Gelas beker ditutup agar eter tidak menguap. Ditunggu
beberapa saat hingga tikus tersebut pingsan. Dilakukan eutanasia dengan dislokasi servikal.
Penetapan kadar kolesterol total dilakukan dengan menggunakan metode CHOD-PAP. Serum
diambil sebanyak 10 µl dan reagen sebanyak 1000 µl, kemudian dicampur dan diinkubasi
selama 10 menit dalam suhu 20–25º C atau selama 5 menit dalam suhu 37ºC. Absorbansi
sampel dibaca terhadap blanko pada panjang gelombang 546 nm dengan alat fotometer
Clinicon 4010.
ANALISIS DATA
Data kadar kolesterol total dievaluasi secara statistik dengan melakukan uji normalitas
Shapiro-Wilk dan uji homogenitas varians Levene. Karena data terdistribusi normal dan
homogen, maka dilakukan analisis parametrik dengan uji One-way Anova dengan tingkat
kepercayaan 95%. Pada hasil uji One-way Anova terdapat perbedaan bermakna antar
perlakuan, maka dilakukan uji post-hoc untuk mengetahui kelompok yang terdapat perbedaan
bermakna. Uji post-hoc yang dipilih adalah uji Tukey HSD.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini diperoleh data hasil pengukuran kadar kolesterol total dari serum
darah tikus putih. Penelitian dilakukan pada 7 kelompok, yaitu 1 kelompok yang tidak
diberikan perlakuan, 1 kelompok diberikan PTU, 1 kelompok diberikan PTU dan
simvastatin, dan 4 kelompok diberikan PTU dan jus buah karamunting dengan dosis yang
berbeda, yaitu 0,01 mg/gBB, 0,1 mg/gBB, 1 mg/gBB, dan 5 mg/gBB. Semua kelompok
perlakuan diberikan pakan kolesterol untuk meningkatkan kadar kolesterol total dalam serum
tikus, kecuali kelompok yang tidak diberikan perlakuan (kelompok normal). Gambar 1
menunjukkan nilai rerata kadar kolesterol total pada serum tikus putih.
Kelompok0
20
40
60
80
100
120
71,25 105
64 68,75 61,25 70 68
Normal PTU Simvastatin Dosis 0,01 mg/gBB
Dosis 0,1 mg/gBB Dosis 1 mg/gBB Dosis 5 mg/gBB
Gambar 1. Rerata kadar kolesterol total pada serum tikus putih yang diinduksi PTU setelah diberi perlakuan.
Berdasarkan gambar 1, pada kelompok yang tidak diberi perlakuan, yaitu kelompok
normal (kelompok I), kadar rerata kolesterol total adalah 71,25 mg/dL, sedangkan kelompok
yang diberi PTU dan pakan kolesterol (kelompok II) memiliki kadar rerata kolesterol total
yang lebih tinggi, yaitu 105 mg/dL. Ini menunjukkan bahwa PTU dan pakan kolesterol dapat
meningkatkan kadar kolesterol total dalam serum tikus. Pemberian PTU menyebabkan
penurunan sintesis dan ekspresi reseptor kolesterol LDL di hati (13). Penurunan reseptor
kolesterol LDL ini menyebabkan penurunan katabolisme kolesterol LDL dan meningkatkan
kolesterol yang beredar di dalam darah, sehingga meningkatan konsentrasi kolesterol di dalam
darah (14).
Kelompok yang diberi PTU, pakan kolesterol, dan simvastatin (kelompok III)
memiliki kadar rerata kolesterol total yang lebih rendah dibanding dengan kelompok II, yaitu
64 mg/dL. PTU dan pakan kolesterol memiliki efek meningkatkan kadar kolesterol total
dalam serum tikus, tetapi karena simvastatin memiliki efek menghambat HMG-CoA
reduktase (yang berfungsi mengubah asetil-CoA menjadi asam mevalonat), dan simvastatin
juga menginduksi peningkatan reseptor kolesterol LDL dengan afinitas tinggi (6), maka
Kolesterol total (mg/dL)
I III
Kelompok
III IV V VI VII
terjadi peningkatan kecepatan ekstraksi kolesterol LDL oleh hati. Ini mengurangi kolesterol
LDL plasma, yang menyebabkan kadar kolesterol total dalam serum darah tikus menurun
(15).
Kelompok yang diberikan perlakuan dengan memberikan jus buah karamunting
(kelompok IV, V, VI, dan VII) dengan 4 dosis berbeda, yaitu 0,01 mg/gBB, 0,1 mg/gBB, 1
mg/gBB, dan 5 mg/gBB secara berturut-turut menunjukkan rerata kadar kolesterol total
sebesar 68,75 mg/dL, 61,25 mg/dL, 70 mg/dL, dan 68 mg/dL. Pada kelompok ini kadar
kolesterol totalnya tidak jauh berbeda dari kelompok normal dan kelompok yang diberikan
simvastatin. Kadar rerata terendah kolesterol total didapatkan pada kelompok dosis 0,1
mg/gBB, pada kelompok dosis 1 mg/gBB kadar reratanya sedikit meningkat, dan pada dosis 5
mg/gBB kadar reratanya kembali menurun. Pada penelitian ini peningkatan dosis jus buah
karamunting tidak menyebabkan peningkatan penurunan kadar kolesterol total secara
konsisten pada serum tikus, tetapi semua kelompok yang diberikan jus buah karamunting
memiliki kadar kolesterol total lebih rendah dibanding dengan kelompok yang diinduksi PTU
dan pakan kolesterol.
Uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa data terdistribusi normal (p > 0,05),
dan uji homogenitas Levene juga menunjukkan bahwa datanya homogen (p > 0,05). Karena
data normal dan homogen maka dilakukan uji Anova dengan tingkat kepercayaan 95%.
Dengan uji Anova, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna pada kadar kolesterol
total antar kelompok perlakuan (p = 0,006). Karena terdapat perbedaan bermakna pada Uji
Anova, analisis data dilanjutkan dengan uji Tukey HSD.
Rangkuman hasil analisis dengan uji Tukey HSD ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil uji statistik Tukey HSD kadar kolesterol total pada serum tikus putih yang diinduksi PTU
Kelompok I II III IV V VI VIII B TB TB TB TB TBII B B B B B BIII TB B TB TB TB TBIV TB B TB TB TB TBV TB B TB TB TB TBVI TB B TB TB TB TBVII TB B TB TB TB TB
Keterangan: JBK = jus buah karamunting, B = terdapat perbedaan bermakna; TB = tidak terdapat perbedaan bermakna.
Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kelompok I dengan
kelompok II, yaitu p = 0,039. Pada kelompok I tikus tidak mendapatkan perlakuan apapun
hanya diberi pakan dan minum standar sehingga rerata kadar kolesterol totalnya berada dalam
rentang kadar kolesterol total tikus normal, yaitu 37-85 mg/dL. Sedangkan pada kelompok II
yang diberikan PTU dan pakan kolesterol, kadar kolesterol totalnya jauh lebih tinggi
dibandingkan kadar kolesterol total kelompok I. Ini disebabkan PTU dapat menurunkan
sintesis reseptor kolesterol LDL di hati yang menyebabkan penurunan katabolisme LDL dan
meningkatkan kolesterol yang beredar dalam darah (14). Pemberian pakan kolesterol dapat
meningkatkan kadar kolesterol darah hewan percobaan. Pakan ini terdiri atas kolesterol 1,5%
dari kuning telur ayam, lemak kambing 10%, dan minyak kelapa 1% yang diberikan pada
tikus putih, sehingga tikus pada kelompok II memiliki kadar kolesterol total yang lebih tinggi
(16).
Antara kelompok II dan kelompok III juga terdapat perbedaan bermakna, yaitu p =
0,008. Perbedaan ini terjadi karena pada kelompok III tidak hanya diberikan PTU dan pakan
kolesterol saja, tetapi juga diberikan simvastatin dengan dosis 0,0018 mg/gBB. Simvastatin
memiliki struktur yang mirip dengan HMG-CoA reduktase sehingga menghambat perubahan
asetil-CoA menjadi asam mevalonat. Simvastatin juga menginduksi peningkatan reseptor
kolesterol LDL dengan afinitas tinggi (6). Efek tersebut meningkatkan kecepatan ekstraksi
kolesterol LDL oleh hati, sehingga mengurangi kolesterol LDL plasma yang menyebabkan
penurunan kadar kolesterol total. Sementara itu, antara kelompok I dan kelompok III tidak
terdapat perbedaan bermakna, yaitu p = 0,990. Pada kelompok III pemberian simvastatin akan
mengakibatkan penghambatan peningkatan kadar kolesterol total pada tikus putih, sehingga
kadar kolesterol totalnya akan tetap normal (15).
Jika dibandingkan antara kelompok II dengan kelompok IV, V, VI, dan VII, terdapat
perbedaan bermakna, yaitu kelompok II dengan kelompok IV (p = 0,023), kelompok II
dengan kelompok V (p = 0,005), kelompok II dengan kelompok VI (p = 0,030), dan
kelompok II dengan kelompok VII (p = 0,020). Perbedaan ini terjadi karena pada kelompok II
terjadi peningkatan kadar kolesterol total pada tikus putih yang disebabkan oleh pemberian
PTU dan pakan kolesterol, sedangkan pada kelompok IV, V, VI, dan VII selain pemberian
PTU dan pakan kolesterol, tikus putih juga diberikan jus buah karamunting dengan berbagai
dosis, yaitu 0,01 mg/gBB, 0,1 mg/gBB, 1 mg/gBB, dan 5 mg/gBB. Jus buah karamunting
diketahui mengandung flavonoid, saponin, dan tanin yang dapat menurunkan kadar kolesterol
total (8).
Flavonoid dapat menghambat aktivitas enzim ACAT pada sel HepG2 yang berperan
dalam penurunan esterifikasi kolesterol pada usus dan hati, serta menghambat aktivitas enzim
3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA yang menyebabkan penghambatan sintesis kolesterol.
Saponin dapat berikatan dengan asam empedu dan kolesterol (dari makanan) membentuk
misel yang tidak dapat diserap oleh usus. Sedangkan tannin di dalam tubuh akan berikatan
dengan protein tubuh dan akan melapisi dinding usus, sehingga penyerapan lemak terhambat
yang menyebabkan penurunan kadar kolesterol total (9).
Hasil uji Tukey HSD antara kelompok IV, V, VI, dan VII tidak menunjukkan
perbedaan bermakna. Artinya peningkatan dosis jus buah karamunting tidak memberikan efek
penurunan kadar kolesterol total yang berbeda bermakna. Pada kelompok ini tikus putih
diberikan jus buah karamunting dengan 4 dosis berbeda, yaitu 0,01 mg/gBB, 0,1 mg/gBB, 1
mg/gBB, dan 5 mg/gBB secara berturut-turut menunjukkan rerata kadar kolesterol total
sebesar 68,75 mg/dL, 61,25 mg/dL, 70 mg/dL, dan 68 mg/dL. Pada keempat kelompok ini
kadar rerata kolesterol total terendah ada pada kelompok V dengan dosis jus buah
karamunting 0,1 mg/gBB. Pada peningkatan dosis jus buah karamunting terjadi penurunan
dan peningkatan kadar kolesterol total pada serum tikus putih. Hal ini diduga dipengaruhi
oleh jumlah pakan kolesterol yang dimakan oleh tikus tiap kelompok berbeda-beda, sehingga
menyebabkan perbedaan peningkatan kadar kolesterol total pada tikus putih yang
mengakibatkan perbedaan penurunan kadar kolesterol total pada tikus putih yang diberikan
jus buah karamunting dengan dosis yang berbeda.
Hasil uji Tukey HSD antara kelompok III dengan kelompok IV, V, VI, dan VII tidak
terdapat perbedaan bermakna. Pada kelompok III tikus putih yang diinduksi PTU dan pakan
kolesterol diberikan simvastatin, sedangkan pada kelompok IV, V, VI, dan VII tikus putih
yang diinduksi PTU dan pakan kolesterol diberikan jus buah karamunting. Tidak terdapatnya
perbedaan bermakna ini menunjukkan bahwa jus buah karamunting memiliki efek yang setara
dengan simvastatin dalam menghambat terjadinya peningkatan kolesterol pada tikus putih.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jus buah karamunting dapat menghambat
peningkatan kadar kolesterol total dalam serum tikus putih yang kemampuannya hampir sama
dengan simvastatin. Penurunan kadar kolesterol total pada tikus putih yang diberikan jus buah
karamunting sudah terjadi pada dosis 0,01 mg/gBB.
Penelitian ini mempunyai keterbatasan, yaitu belum bisa mengetahui efek toksik dari
pemberian jus buah karamunting dan belum bisa mengetahui dengan pasti zat mana yang bisa
menghambat peningkatan kadar kolesterol total dalam serum darah tikus. Peneliti
menyarankan melakukan uji lanjutan, yaitu uji toksisitas dari jus buah karamunting dan uji
kuntitatif dari masing-masing antioksidan yang terdapat di dalam jus buah karamunting
terutama flavonoid, saponin, dan tannin.
PENUTUP
Simpulan penelitian ini adalah:
1. Rerata kadar kolesterol total serum tikus putih yang diinduksi PTU adalah 105 mg/dL.
2. Rerata kadar kolesterol total serum tikus putih yang diinduksi PTU dan diberikan jus
buah karamunting dengan dosis 0,01 mg/gBB, 0,1 mg/gBB, 1 mg/gBB, dan 5 mg/gBB
berturut-turut adalah 68,75 mg/dL, 61,25 mg/dL, 70 mg/dL, dan 68 mg/dL.
3. Jus buah karamunting dapat menurunkan kadar kolesterol total serum tikus putih yang
diinduksi propiltiourasil secara bermakna dibandingkan dengan yang hanya diinduksi
propiltiourasil.
Saran untuk penelitian ini adalah perlu dilakukannya uji toksisitas jus buah karamunting
dan uji efek kuantitatif masing-masing antioksidan yang terdapat di dalam jus buah
karamunting terutama flavonoid, saponin, dan tannin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hutter CM, Melissa AA, Steve EH. Familial hypercholesterolemia, peripheral arterial disease, and stroke: a huge minireview. American Journal of Epidemiology 2004; 160: 430-5.
2. Triana E, Novik N. Pengaruh pemberian beras yang difermentasi oleh Monascus purpureus terhadap darah tikus putih (Rattus sp.) hiperkolesterolemia. Biodiversitas 2006; 7: 317-21.
3. World Health Organization. World Health Organization Report 2000. Geneva: WHO, 2001.
4. Departemen Kesehatan RI. Survei kesehatan nasional 2001: pola penyakit penyebab kematian di Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2003.
5. Tisnadjaja D. Pengkajian efek hipokolesterolemik kapsul monosterol dan produksi senyawa bioaktif antidiabetes oleh kapang endofit dari tanaman obat Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2010; 2-38.
6. Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Terjemahan oleh Sjabana D. Jakarta: Salemba Medika, 2002.
7. Faravani M. The population biology of straits rhododendron (Melastoma malabathricum L.). Kuala Lumpur: Faculty Of Science University Of Malaya, 2008.
8. Metwally MAA, El-Gellal AM, El-Sawaisi SM. Effects of silymarin on lipid metabolism in rats. World App Sci J 2009; 12: 1634-7.
9. Terao J, Yoshichika K, Kaeko M. Vegetable flavonoids and cardiovascular disease. Asia Pac J Clin Nutr 2008; 17: 291-3.
10. Hargono D. Sediaan galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986.
11. Hayati EK, Ghanaim FA, Lailis S. Fraksinasi dan identifikasi senyawa tanin pada daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Jurnal Kimia 2010; 4: 193-200.
12. Harini M, Okid PA. Kadar kolesterol darah tikus putih (Rattus norvegicus) hiperkolesterolemik setelah perlakuan VCO. Bioteknologi 2009; 6: 55-62.
13. Ganiswara SG, Setiabudy, Frans DS, et al. Farmakologi dan terapi edisi IV. Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI, 2000.
14. Salter AM, Hayashi R, Al-Seeni M. Effect of hypothyroidism and high-fat feeding on mRNA concentrations for the low density lipoprotein receptor and on acyl coA. Cholesterol acyltransferase activities in rat liver. J. Biochem 1991; 276: 825-32.
15. Witztum JL, Steinberg D. Role of oxidized low density lipoprotein in atherogenesis. J Clin Invest 1996; 88: 1785–92.
16. Hardiningsih R, Novik N. The effect of consuming the hypercholesterolemia rationed food to the body weight of white rats Wistar with administration of lactic acid bacteria. Biodiversitas 2006; 7: 127-30.