BENTUK PENYAJIAN MUSIK REOG CEMANDI
DALAM PERINGATAN 1 MUHARAM 1434 HIJRIAH
DI DESA CEMANDI SIDOARJO
OlehAkhmad Faishol J
ABSTRAK
Reog Cemandi tidak seperti Reog pada umumnya yang kita ketahui seperti Reog Ponorogo, Reog Dog dan lainnya. Reog cemandi ini berasal dari kabupaten Sidoarjo. Reog cemandi berbeda dengan reog-reog lainnya, dari segi penyajian, bentuk iringan musik, ataupun gerakannya. Untuk itu melalui makalah ini dirumuskan suatu masalah : Bagaimana struktur penyajian, alat musik, dan teknik permainan yang digunakan pada Reog Cemandi.
Tujuan umum dari penelitian ini : 1) Memperkenalkan kesenian tradisional yang dimiliki kabupaten Sidoarjo. 2) Melestarikan kesenian tradisional Reog Cemandi. Dan tujuan khusus dari penelitian ini : 1) Mengetahui struktur penyajian reog cemandi. 2). Mengetahui alat yang digunakan dalam iringan Reog Cemandi. 3). Mengetahui teknik permainan yang digunakan dalam iringan penyajian Reog Cemandi.
Penelitian ini dilakukan pada satu-satunya Grup Reog Cemandi yang berasal dari desa Cemandi kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo dalam rangka memperingati 1 Muharram 1434H di Desa Cemandi Sidoarjo yang diketuai oleh Susilo. Dengan demikian melalui penelitian ini dapat dijadikan referensi tentang kesenian yang ada di Sidoarjo
Kata kunci : Penyajian, Reog
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan
untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Menurut
Kuntjaraningrat Kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil manusia.
Kesenian di Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku di
Indonesia yang bermacam-macam, sehingga boleh dikatakan sejumlah 17.508
pulau di Indonesia memiliki budaya dan seninya sendiri - sendiri. Indonesia
memiliki ribuan jenis kesenian, kadang-kadang diikuti dengan tarian dan pentas.
Kesenian tradisional yang paling banyak digemari adalah gamelan dan keroncong,
karena 2 jenis kesenian tersebut yang terdengar sampai dipelajari di negara lain.
Sebenarnya indonesia sangatlah kaya akan karya seni dan budaya yang tidak
dimiliki oleh negara lain, tapi sayang akhir-akhir ini banyak karya seni dan
budaya indonesia yang di klaim oleh negara lain, itu karena warga Indonesia
sendiri yang tidak mau menghargai karya seni dan budayanya, bahkan mereka
cenderung menyukai produk negara lain atau luar negeri, padahal di luar sana
banyak negara yang iri dengan kekayaan seni dan budaya indonesia sampai-
sampai mereka berani mengklaim kesenian dan kebudayaan negara kita, seperti
yang baru-baru ini terjadi kesenian Reog dari Ponorogo yang diklaim negara
tetangga tersebut.
Kabupaten Sidoarjo merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik
di utara, Selat Madura di timur, Kabupaten Pasuruan di selatan, serta Kabupaten
Mojokerto di barat. Sidoarjo dikenal sebagai penyangga utama Kota Surabaya,
dan termasuk kawasan Gerbangkertosusila. Sidoarjo dikenal dengan sebutan Kota
Delta, karena berada di antara dua sungai besar pecahan Kali Brantas, yakni Kali
Mas dan Kali Porong. Kota Sidoarjo berada di selatan Surabaya, dan secara
geografis kedua kota ini seolah-olah menyatu.
Sidoarjo tidak hanya dikenal sebagai kota udang dan petis tetapi juga
dikenal dengan kesenian Reog Cemandi. Reog Cemandi ini berbeda dengan reog-
reog yang ada di Indonesia, kendati Reog ini hanya berupa topeng tanpa hiasan
bulu merak seperti halnya reog Ponorogo, iringan musiknya pun hanya
didominasi suara dhang-dhang. Maklum, alat musik yang digunakan terdiri atas
beberapa kendang yang dimainkan oleh beberapa orang.
Keberadaan kesenian ini masih belum banyak diketahui oleh masyarakat
umum, yang berdomisili di Sidoarjo sendiri pun mengaku belum pernah
mendengar atau pun melihat kesenian ini. Oleh sebab itu melalui makalah yang
berjudul “Bentuk Penyajian Musik Reog Cemandi Dalam Peringatan 1 Muharram
1434 Hijriah Di Desa Cemandi Sidoarjo” ini akan membahas secara rinci baik
tentang bentuk penyajiannya, alat musik serta teknik permainan yang digunakan
dalam penyajian Reog Cemandi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.
PEMBAHASAN
Struktur Penyajian Reog Cemandi
Kabupaten Sidoarjo sebagai salah satu penyangga Ibukota Propinsi Jawa
Timur merupakan daerah yang mengalami perkembangan pesat. Keberhasilan ini
dicapai karena berbagai potensi yang ada di wilayahnya seperti industri dan
perdagangan, pariwisata, serta usaha kecil dan menengah dapat dikemas dengan
baik dan terarah. Dengan adanya berbagai potensi daerah serta dukungan sumber
daya manusia yang memadai, maka dalam perkembangannya Kabupaten Sidoarjo
mampu menjadi salah satu daerah strategis bagi pengembangan perekonomian
regional.
Kabupaten Sidoarjo terletak antara 112.5’ dan 112.9’ Bujur Timur dan
antara 7.3’ dan 7.5’ Lintang Selatan. Batas sebelah utara adalah Kotamadya
Surabaya dan Kabupaten Gresik, sebelah selatan adalah Kabupaten Pasuruan,
sebelah Timur adalah Selat Madura dan sebelah barat adalah Kabupaten
Mojokerto.
Wilayah kabupaten Sidoarjo terbagi atas 18 Kecamatan, diantaranya
terdapat sebuah kecamatan yang bernama kecamatan Sedati. Kecamatan Sedati
berada di sebelah ujung timur-utara Kabupaten Sidoarjo dan berjarak 14 Km dari
pusat kota Sidoarjo. Sebelah barat kecamatan berbatasan dengan kecamatan
Gedangan dan Buduran, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Buduran,
sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Waru, sedangkan sebelah timur
berbatasan dengan Selat Madura.
Kecamatan Sedati memiliki beberapa kelompok kesenian yang masih
berjalan sampai saat ini. Seperti Patrol, Hadrah, Banjari, Reog Cemandi dan lain-
lain. Reog Cemandi ini berbeda dengan Reog yang ada di Indonesia pada
umumnya. Secara bentuk dan juga iringannya juga sangat berbeda, Kalau Reog
Ponorogo terdapat bulu merak pada topengnya ( banongan ), sementara reog
cemandi hanya ada 2 buah topeng saja yang biasa disebut banongan lanang dan
banongan wadon. Dalam penyajian Reog Cemandi juga tidak ada yang namanya
Jathil, warok, klonosewandono, bujangganong ataupun dadak merak.
Seni, dalam hal ini seni pertunjukan selama perjalanan sejarah
memperlihatkan keragaman fungsi yang disandangnya. Beragam fungsi ini oleh
Soedarsono dikelompokkan ke dalam tiga wilayah, yaitu 1) sebagai sarana ritual,
2) sebagai hiburan pribadi, dan 3) sebagai presentasi estetis. Pemilahan ke dalam
tiga wilayah ini berdasarkan kepentingan pengamat atau penontonnya. Ketiga
wilayah yang dipilahkan demikian ini tidak tersekat mutlak, tetapi seringkali
bertumpang tindih. Misalnya, seni pertunjukan yang disajikan untuk kepentingan
ritual juga menampilkan nilai-nilai estetis atau seni pertunjukan yang ditampilkan
untuk hiburan pribadi juga tidak lepas dari keindahan yang membalut wujudnya.
Reog Cemandi sudah ada sejak tahun 1922, pada saat itu reog cemandi
difungsikan untuk mengusir Belanda dari desa tersebut, sampai saat ini Reog
Cemandi sudah turun pada generasi ke 5 dari sejak keberadaan Reog Cemandi ini,
Pada mulanya kesenian ini dinamakan “Mujahidin”, Karena identik dengan nama
islami, dikhawatirkan terjadi pendapat-pendapat yang tidak diinginkan, maka
diubahlah nama kesenian tersebut menjadi Reog Cemandi.
Reog Cemandi sekarang ini mempunyai fungsi sebagai sarana ritual, tapi
terkadang difungsikan sebagai arak-arakan karnaval atau hajatan pengantin,
namun tidak menghilangkan nilai ritualnya tersebut. Karena pada saat karnaval
ataupun arak-arakan pengantin, Reog Cemandi ini dipercaya masyarakat Cemandi
sebagai penolak bala (bahaya). Di Desa Cemandi tersebut Reog Cemandi sudah
menjadi tradisi untuk pengiring pengantin, baik pengantin yang masuk Desa
Cemandi atau keluar Desa Cemandi.
Disamping itu nilai magis pada Reog Cemandi ini pun masih kental, hal
tersebut dibuktikan dengan diberinya sesajen setiap akan melakukan aksinya, juga
setiap malam jum’at legi.
Menurut Koentjaraningrat (2002:348) Sesajen ini adalah penyerahan sajian pada saat-saat tertentu di dalam rangka kepercayaan terhadap makhluk halus, ditempat-tempat tertentu, seperti dibawah tiang rumah, dipersimpangan jalan, dikolong jembatan dan dibawah pohon besar, di tepi sungai, serta tempat-tempat lain yang dianggap keramat dan mengandung bahaya gaib (angker).
Sesajen tersebut diletakkan ditempat penyimpanan Reog Cemandi beserta alat-alat
pendukung lainnya.
Ketua Reog Cemandi mengatakan : “Jika tidak ada sesajen ataupun tidak lengkap isi sesajennya, maka hal-hal gaib akan terjadi pada pemain Reog Cemandi, misalnya kesurupan, permainan musik yang kurang enak didengar, terasa berat dan lainnya”
Selain untuk arak-arakan Reog Cemandi juga digunakan sebagai media
ritual pada hajatan bersih desa yang dilakukan 1 tahun sekali pada bulan ruwah,
atau bulan menjelang puasa Ramadhan. Adapun beberapa urutan yang disajikan
dalam permainan Reog Cemandi, pada saat digunakan sebagai hajatan bersih desa
ataupun arak-arakan, Reog Cemandi mempunyai gaya yang berbeda. Untuk
sebuah arak-arakan pengantin di Desa Cemandi, Reog Cemandi selalu
ditempatkan dibarisan paling depan dengan maksud sebagai penolak bala
(bahaya). Dengan formasi berbaris seperti halnya pasukan perang yang akan
melawan musuh, dengan 2 orang memakai banongan pada barisan depan, disusul
6 orang penabuh kendang dibelakangnya, ditambah 2 orang lagi yang
membunyikan angklung bambu, dan berjalan kaki dari pintu masuk desa menuju
rumah pengantin, ditengah perjalanan para pemain Reog (penabuh Kendang)
memperlihatkan sedikit atraksi yang disebut silang silat, namun atraksi ini tidak
selalu dilakukan karena melihat kondisi dan situasi yang memungkinkan.
Berbeda dengan arak-arakan pengantin, pada saat diikutkan dalam kegiatan
karnaval dalam rangka hari jadi kota misalnya, Reog Cemandi ditempatkan sesuai
dengan kehendak panitia penyelenggara, dalam artian tidak harus pada barisan
pertama, sama dengan pada saat arak-arakan pengantin, ditengah perjalanan para
pemain reog ini melakukan atraksi silang silat juga. Sedangakan dalam rangkaian
pertunjukan hajatan desa ataupun acara-acara yang terdapat sebuah panggung
didalamnya, pertunjukan Reog Cemandi dalam gerakannya terlihat lebih
kompleks atau lebih banyak dibandingkan pada saat arak-arakan dan karnaval.
Dengan urutan gerakan sebagai berikut : 1) Hormat tamu, 2) Berbaris, 3) Hormat
dalam, 4) hormat lingkaran, 5) Silat secara vertikal, 6) silat secara horizontal, 7)
barisan semula, 8) Hormat terakhir. Untuk kegiatan bersih desa Reog Cemandi ini
tidak melakukan arak-arakan keliling Desa, melainkan hanya ditampilkan di Balai
Desa setempat.
Foto : Penulis
Gambar 1
Foto kelompok kesenian Reog Cemandi bersama mahasiswa Universitas Negeri Malang yang menempuh ujian perkuliahan Repertoar di kegiatan desa cemandi dalam rangka memperingati 1 Muharram 1434H atau bertepatan pada tanggal 15 November 2012.
Foto : Penulis
Gambar 2
Banongan Lanang adalah karakter tokoh laki-laki (lanang) dalam Reog Cemandi, dengan sebuah golok yang selalu dikenakan untuk menakut-nakuti, konon topeng (Banongan) ini sudah ada sejak pertama kali Reog Cemandi ini muncul atau sekitar tahun 1922.
Foto : Penulis
Gambar 3
Banongan wadon adalah karakter tokoh perempuan (lanang) dalam Reog Cemandi, dengan busana khas perempuan yang selalu dikenakan, konon topeng (Banongan) ini sudah ada sejak pertama kali Reog Cemandi ini muncul atau sekitar tahun 1922.
Foto : Penulis
Gambar 4
Reog Cemandi saat arak-arakan keliling desa Cemandi dalam rangka memperingati 1 Muharram 1434H atau bertepatan pada tanggal 15 November 2012. Agenda arak-arakan ini dilakukan setiap tahun di Desa Cemandi, pada saat itu sebagai penyelenggara acara tersebut adalah Karang Taruna “Bina Karya” dan Risma (Remaja Masjid Al-Fath).
Alat musik
Musik mempunyai peranan penting dalam sebuah tarian ataupun
sejenisnya, karena dengan adanya iringan musik gerakan dalam sebuah tarian
akan mudah diingat, ada banyak macam alat musik yang dapat digunakan sebagai
iringan tarian, tari tradisi khususnya, seorang koreografer biasanya menggunakan
seperangkat gamelan sebagai pengiring dari tarian tersebut. Berdasarkan sumber
bunyinya alat musik ini juga terbagi menjadi 5 jenis, yaitu : 1) idiofon, 2)
kordofon 3) membranofon 4) aerofon, dan 5) elektrofon.
Dalam hal iringannya, Reog Cemandi juga berbeda dengan reog yang
lainnya, karena dalam Reog Cemandi ini hanya menggunakan 6 buah kendang
(membranofon) dan 2 angklung (idiofon) sebagai pengiringnya, untuk kendang
yang digunakan pun tidak seperti kendang yang digunakan pada gamelan, karena
salah satu sisi kendang tersebut terbuka. Untuk angklungnya pun tidak harus
memilih nada tertentu, asal bunyi dari kedua angklung tersebut berbeda dapat
digunakan sebagai pengiring, keberadaan angklung ini tergong baru dalam sajian
Reog Cemandi, berbeda dengan kendang yang digunakan, kendang ini sudah ada
sejak pertama kali Reog Cemandi ini muncul atau sekitar tahun 1922, dan sampai
sekarang masih tetap menggunakan kendang tersebut.
Kendang yang digunakan terbuat dari kayu nangka yang masing-masing
mempunyai ukuran panjang 50 Cm. Adapun simbol-simbol yang terdapat pada
kendang ini mempunyai filosofi sebagai berikut : 1) lulang (kulit) yang
mengandung makna menghalang-halangi musuh, karena pada awal adanya Reog
Cemandi ini ditujukan untuk mengusir Belanda yang ada di Desa tersebut, 2)
tanding mempunyai makna tanpa tanding, 3) penjalin (rotan) yang berarti
menjalin persatuan dan kesatuan, untuk angklungnya ditambahkan pada awal
generasi ke 5 ini.
Terdapat 6 buah kendang yang mempunyai sebutan yang disesuaikan
dengan suara atau pola pukulannya, ada 2 kendang yang disebut dhang-dhang
karena kendang tersebut jika dimainkan menghasilkan suara dhang-dhang. 2
kendang yang disebut Selan (sela) karena dalam memainkan kendang tersebut
diantara sela-sela dari kendang yang pertama atau kendang dhang-dhang. 1 buah
kendang bem karena suara yang dihasilkan berbunyi seperti mengucap kata bem.1
buah kendang yang disebut drendeng karena pola ritme yang digunakan akan
berbunyi seperti mengucap kata drendeng, kendang yang satu ini berbeda dengan
kendang lainya karena menggunakan rotan sebagai pemukulnya.
Semua kendang terbuat dari kayu nangka yang sudah ada sejak awal
keberadaan Reog Cemandi, namun baru-baru ini kelompok Reog Cemandi
tersebut mencoba menggunakan paralon besar sebagai pengganti dari kendang
yang terbuat dari kayu, namun ketua Reog Cemandi yang akrab disapa Cak Susilo
mengatakan : “Suara yang dihasilkan tidak enak, tidak seperti yang terbuat dari
kayu” ketika ditanya dalam wawancara. Pada kendang-kendang tersebut terdapat
pengait yang nantinya akan digunakan sebagai pegangan saat kendang-kendang
tersebut ditanting.
Foto : Penulis
Gambar 5
Seorang pemain Reog Cemandi menanting salah satu kendang yang digunakan dalam iringan reog cemandi, yaitu kendang yang biasa disebut kendang drendeng. Berbeda dengan kendang lain yang digunakan dalam iringan, kendang ini dilengkapi sebuah pemukul untuk membantu dalam memainkan kendang tersebut.
Teknik permainan
Kendang termasuk alat musik perkusi, adapun cara memainkannya
adalah dengan dipukul pada bagian membran atau kulitnya. Sama halnya pada
kendang bali yang digunakan pada saat berjalan yaitu dengan cara ditanting dan
dipukul dengan hanya menggunakan tangan kanan, namun kendang Reog
Cemandi ini mengandalkan sebuah pengait yang terdapat pada tiap-tiap kendang
sebagai pegangan dan bertumpu pada lengan kiri.
Foto : Penulis
Gambar 6
Teknik memainkan kendang Reog Cemandi berbeda dengan memainkan kendang lainnya. Cara membawa kendang tersebut dengan cara ditanting / gendong dengan lengan tangan kiri sebagai tumpuan kendang tersebut, dan dimainkan dengan cara memukul pada sisi bawah yang terdapat ulang dengan telapak tangan.
Terdapat 6 kendang yang digunakan dalam iringan Reog Cemandi, 5 diantaranya
cara memainkannya dipukul dengan menggunakan telapak tangan kanan yaitu
kendang dhang-dhang, selan dan bem dan 1 kendang menggunakan rotan sebagai
pemukulnya (kendang drendeng).
Semua kendang-kendang tersebut mempunyai pola pukulan yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Awal dan akhir pada permainan kendang ini
ditandai dengan pukulan pada kendang drendeng, jadi kendang ini berfungsi
sebagai aba-aba tanda dimualai atau berakhirnya pertunjukan Jika dituliskan
dalam notasi balok sebagai berikut :
Terdapat 2 Kendang dhang-dhang dalam sajian Reog Cemandi yang tiap 1
ketuknya terdapat dua kali pukulan, dan pukulan tersebut dilakukan bergantian
dengan kendang dhang-dhang yang kedua.
Sama halnya dengan kendang dhang-dhang, terdapat dua buah kendang Selan
yang dibunyikan secara bergantian namun setiap ketuknya hanya berbunyi satu
kali.
Kendang bem kendang yang paling berat diantara kendang lain, kendang bem ini
pada formasi barisan, terdapat pada barisan belakang bersebelahan dengan
kendang drendeng
Dan kendang yang terakhir adalah kendang drendeng, untuk memainkan kendang
ini dibutuhkan sebuah pemukul karena pola ritmenya tidak memungkinkan jika
menggunakan telapak tangan,
Pola ritme kendang dilakukan seperti itu dari awal sampai akhir pertunjukan, baik
pada saat arak-arakan ataupun saat pertunjukan di panggung. Ritme ini akan
diulang ulang sampai urutan penyajian benar-benar selesai. Jika Reog Cemandi ini
digelar untuk arak-arakan untuk berhentinya sajian tersebut tergantung pada
situasi dan kondisi pada saat itu, misalnya kelelahan ataupun lainnya. Berbeda
dengan waktu digelar sripanggung, iringan musik harus tetap berjalan sampai
benar-benar selesai.
Sebelum memulai pertunjukan khususnya pada saat akan pentas di
panggung dalam artian bukan arak-arakan atau karnaval, salah seorang pemain
melantunkan sebuah syair yang merupakan tanda akan berlangsungnya sebuah
pertunjukan Reog Cemandi
Iki reog, reog cemandiReog e wong Sidoarjo
Ayo konco podho nyawijiBebarengan bangun negoro
Dalam syair tersebut mempunyai makna bahwa Reog Cemandi adalah Reognya
warga Sidoarjo dan semua harus bersama-sama dalam membangun negara.
Kemudian dilanjut dengan syair yang berikutnya.
Lakune wong urip, iling gusti NiroTansah ibadah Ing tengah ratri
Suci diri Jiwo mewarogoSumingkiro barang olo sing nggudho riko
iling gusti Niro, sing sayup sing rukun
Lanjutan syair tersebut mengingatkan semua orang agar selalu ingat kepada
tuhannya dan beribadah di segala waktu, apapun yang menjadi godaan pada diri
manusia agar menjauh. Syair tersebut hanyalah tambahan dari ketua yang
sekarang (Susilo) agar dalam penyampaian pertunjukan tersebut mudah dipahami
oleh masyarakat yang menyaksikan.
untuk setiap penyajiannya diawali dengan kendang drendeng kemudian
kendang dhang-dhang berbunyi sampai kurang lebih tiga pukulan, kemudian
disambung dengan kendang selan, juga tiga pukulan lalu kendang bem menyusul,
namun kendang bem ini biasanya menunggu kendang dhang-dhang dan selan
menghasilkan bunyi yang stabil, setelah itu disambut dengan pukulan kendang
drendeng dan diulang-ulang sampai benar-benar rangkaian dari penyajian Reog
Cemandi berakhir. Jika digabungkan antara kendang dhang-dhang, selan, bem dan
drendeng. Kurang lebih hasilnya akan seperti ilustrasi yang ada dibawah ini.
KESIMPULAN
Reog Cemandi merupakan warisan kesenian dari para pendahulu yang
melawan penjajah yang ada di Sidoarjo pada zaman itu. Reog Cemandi masih
kental dengan sifat magisnya karena setiap malam jum’at legi dan juga setiap
akan melakukan pertunjukan harus diberi makan ugo rampen (sesajen). Iringan
musik Reog Cemandi berbeda dengan Reog-reog yang ada di Indonesia karena
Reog cemandi ini hanya menggunakan kendang dan angklung sebagai
pengiringnya. Kendang-kendang tersebut adalah dhang-dhang, selan, bem dan
drendeng. Sebagai tanda akan berlangsungnya pertunjukan Reog cemandi ini
salah seorang pemain melantunkan sebuah syair dengan bahasa Jawa untuk
menghimbau pada para penikmat. Reog Cemandi ini sudah jarang ditampilkan
didepan umum, dibutuhkan regenerasi untuk menjaga kesenian ini agar tetap
hidup.
Daftar Pustaka
Koentjaraningrat, 2002, Manusia dan kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan,
Soedarsono, R.M. 2002, Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
,_______________, 2006, trilogi seni, penciptaan, eksistensi dan kegunaan seni, Yogyakarta, Badan penerbit ISI Yogyakarta.
“ Reog cemandi, kesenian khas Sidoarjo yang tetap lestari” , gelar budaya agraris dicandi pari, Katalogus, 2008, hal. 17.
“Reog Cemandi, fatwa kiai untuk usir kompeni”, PENA 07 Juli 2012. Hal. 16
PUSTAKA MAYA
http://id.wikipedia.org/wiki/Sidoarjo ( diakses tanggal 1 desember 2012)
http://www.sidoarjokab.go.id/ ( diakses tanggal 1 Desember 2012)
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php ( diakses tanggal 5 Desember 2012 )
Top Related