BENTUK NEGARA &
SISTEM PEMERINTAHAN
Andrie Irawan, SH., MH
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS COKROAMINOTO
YOGYAKARTA
PENGERTIAN
Bentuk Negara (staats-vorm) berbicara
mengenai organ negara atau organisasi
negara sebagai keseluruhan
Bentuk Pemerintahan (regerings-vorm)
berbicara mengenai bentuk penyelenggaraan
pemerintahan atau penyelenggaraan
kekuasaan.
Ada juga istilah sistem pemerintahan yang
berbicara mengenai sistem penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan dalam arti cabang
eksekutif saja.
BENTUK NEGARA KLASIK
PLATO (427 – 347 SM):
a. Aristokrasi
Pemerintahan bangsawan cendikiawan berkeadilan
b. Timokrasi
Penguasa menumpuk kekayaan untuk dirinya
sendiri.
c. Oligarki : Pemerintahan oleh beberapa orang kaya.
A. Demokrasi : Pemerintahan oleh rakyat
B. Tyrani : Pemerintahan oleh satu orang yang keras
dan kuat.
ARISTOTELES (384 – 322 SM)
Pemerintahan oleh satu orang :
A. Monarki
B. Tyranni
Pemerintahan oleh Banyak Orang :
A. Aristokrasi
B. Oligarki
Pemerintahan oleh Rakyat
A. Republik
B. Demokrasi
TEORI POLYBIOS – POLYBIUS
CYCLES (200 – 118 SM)
MONARKI
TYRANNI
ARISTOKRASI
OLIGARKI
DEMOKRASI
OKHLOKRASI
Okhlokrasi : Pemerintahan yang liar dari rakyat gembel dan hina
BENTUK NEGARA MODERN
A. Leon Duguit :
1. Negara Kesatuan
2. Negara Serikat
3. Perserikatan Negara-negara
B. Sri Soematri :
1. Negara federal/Serikat (Federal
state, bondstaat)
2. Negara Kesatuan (Unitary State,
eenheidstaat)
NEGARA KESATUAN
Ciri Mutlak Negara Kesatuan
Supremasi Dewan Perwakilan Rakyat Pusat
Tidak adanya badan-badan lain yang
berdaulat
Sistem Pemerintahan :
Sentralisasi (central government, single
centralized government)
Dekonsentalisasi (centralisasi met de
deconcentratie).
NEGARA KESATUAN
PEMERINTAH PUSAT
PEMDA A PEMDA B
Penduduk Penduduk
NEGARA FEDERAL
Terdiri beberapa negara bagian yang tidak
berdaulat;
Kedaulatan berada pada Negara Federal;
Negara bagian punya kekuasaan membuat
UUD, kepala negara sendiri, parlemen dan
kabinet sendiri.
Kewenangan untuk angkatan perang,
hubungan luar negeri, keuangan dan
moneter berada pada Negara Federal.
NEGARA FEDERAL
NEGARA FEDERAL
NEGARA BAGIAN A
Penduduk Penduduk
NEGARA BAGIAN B
PERBEDAAN (R. Kreneuburg)
NEGARA FEDERASI:
Negara bagain punyai pouvoir constituant.
Wewenang membentuk UU Pusat oleh
Negara Federal terperinci dalam Konstitusi.
NEGERA KESATUAN :
Organisasi pemerintahan daerah telah
ditetapkan dalam UU Pusat.
Pembentukan UU Pusat ditentukan secara
umum oleh Konstitusi dan Pemda tergantung
pada UU Pusat.
PERSERIKATAN NEGARA-NEGARA
(CONFEDERATION STATE, STATENBOND)
Perserikatan atau Persekutuan antar
beberapa negara yang sama-sama merdeka
dan berdaulat penuh.
Dibentuk karena ada kesamaan kepentingan
atau karena dinamika sosial politik global.
Untuk kepentingan hubungan luar negeri.
Perjanjian mengikat negara anggota, tapi
tidak pada warga negara anggota.
Seperti : Uni Eropa, Liga Arab, dan Asean.
KONFEDERASI
NEGARA A
PERSERIKATAN NEGARA-NEGARA
(CONFEDERATION STATE, STATENBOND)
NEGARA B NEGARA C
WARGA
NEGARA A
WARGA
NEGARA B
WARGA
NEGARA C
BENTUK PEMERINTAHAN
MODERN
A. MONARKI
Kehendak terjelma dari satu orang
Kepala Negara berganti turun temurun.
B. REPUBLIK
Kehendak terjelma dari rakyat.
Kepala Negara berganti tidak turun temurun.
PERKEMBANGAN MONORKI
A. MONARKI ABSOLUT
Raja berkuasa mutlak terhadap semua alat
kekuasaan negara.
Biasanya dilandasi faham teokrasi.
B. MONARKI KONSTITUSIONAL
Kekuasaan Raja dibatasi konstitusi.
Sering juga disebut monarki modern, seperti
Inggris, Belanda, dan Jepang.
3 JENIS BENTUK PEMERINTAHAN
a. Terdapat hubungan yang erat antara
eksekutif dan legislatif
b. Terdapat pemisahan tegas antara
eksekutif dan legislatif serta yudikatif.
c. Terdapat pengaruh dan pengawasan
yang langsung dari rakyat (Sistem
pemerintahan yang representatif.)
SISTEM PEMERINTAHAN
a. Sistem Pemerintahan Parlementer
b. Sistem Pemerintahan Presidensiil
c. Sistem Pemerintahan Campuran
SISTEM PEMERINTAHAN
PARLEMENTER
a. Sistem kepemimpinannya terbagi atas kepala
negara dan kepala pemerintahan sebagai dua
jabatan yang terpisah
b. Sistem pemerintahan bertanggungjawab
kepada parlemen
c. Kabinet dapat dibubarkan apabila tidak
mendapat dukungan parlemen
d. Parlemen dapat dibubarkan oleh kepala negara
apabila tidak memberikan dukungan kepada
pemerintah.
PERDATA MENTERI
SKEMA SISTEM PEMERINTAHAN
PARLEMENTER
PARPOL
PARLEMEN
KOALISI
KABINET
PEMILIH
SISTEM PEMERINTAHAN
PRESIDENSIIL
a. Kedudukan kepala negara tidak terpisah dari
jabatan kepala pemerintahan
b. Kepala Negara tidak bertanggungjawab
kepada parlemen, melainkan langsung kepada
rakyat yang memilihnya
c. Presiden tidak berwenang membubarkan
parlemen
d. Kabinet sepenuhnya bertanggungjawab
kepada Presiden
PERDATA MENTERI
SKEMA SISTEM PEMERINTAHAN
PRESIDENSIAL
PARPOL
PARLEMEN
KABINET PEMILIH
SISTEM PEMERINTAHAN
CAMPURAN
a. Terdapat ciri-ciri parlementer dan presidensiil
b. Jika lebih menunjol ciri parlemnter disebut
quasi parlementer, seperti di Perancis dimana
kepala negara dipilih langsung oleh rakyat dan
perdana menteri yang didukung oleh parlemen.
c. Jika lebih menonjol ciri presidensiil disebut
quasi presidensiil seperti di Indonesia sebelum
amandemen UUD 1945 dimana Presiden harus
bertanggungjawab kepada MPR.
PERKEMBANGAN SISTEM
PEMERINTAHAN INDONESIA
TANGGAL SISTEM PEMERINTAHAN
19-07-1945 s/d 14-11-1945 Presidensial
14-11-1945 s/d 29-01-1948 Parlementer
29-01-1948 s/d 04-07-1949 Presidensial
04-07-1949 s/d 28-04-1973 Parlementer
28-04-1973 s/d sekarang Presidensial
Pola Pengorganisasian
Parlemen
Hampir semua negara federal memiliki dua
majelis;
Negara-negara kesatuan terbagi seimbang,
sebagian memilih unikameral dan sebagian
lagi bikameral;
Sebagian besar negara dengan jumlah
penduduk yang besar memiliki dua majelis:
demikian pula sebagian besar negara yang
memiliki wilayah luas memiliki dua majelis.
Parlemen Bikameral Kuat atau Lemah
menurut Arend Lijphart
Kekuasaan yang diberikan secara formal oleh konstitusi terhadap kedua kamar tersebut. Pola yang umum terhadap kamar kedua adalah bahwa kamar kedua cenderung subordinat terhadap kamar pertama. Sebagai contoh, suara negatif (negatives votes) mereka pada pengusulan legislasi seringkali diabaikan oleh kamar pertama, dan dalam banyak sistem parlementer kabinet bertanggungjawab secara ekslusif kepada kamar pertama
Kepentingan politik yang sesungguhnya dari kamar kedua tidak hanya tergantung dari kekuasaan formalnya (dalam konstitusi), tetapi juga bagaimana metode seleksi mereka.Semua kamar pertama dipilih secara langsung oleh pemilih, tetapi anggota kamar kedua paling banyak dipilih secara tidak langsung. Kamar kedua yang tidak dipilih secara langsung kurang mempunyai legitimasi demokratis dan karena itu pengaruh politik yang sebenarnya diberikan kepada yang memilihnya (populer election).
kamar kedua mungkin dipilih dengan cara atau desain yang berbeda dengan menempatkan perwakilan minoritas tertentu/khusus.
Kelebihan Bikameral atau Unikameral
menurut Dahlan Thaib
BIKAMERAL
Secara resmi mewakili beragam pemilih (misalnya negara bagian, wilayah, etnik, atau golongan);
Memfasilitasi pendekatan yang bersifat musyawarah terhadap penyusunan perundang-undangan;
Mencegah disahkan perundang-undangan yang cacat atau ceroboh; dan
Melakukan pengawasan atau pengendalian yang lebih baik atas lembaga eksekutif.
UNIKAMERAL
Kemungkinan untuk dapat cepat meloloskan Undang-Undang
Tanggung jawab lebih besar (karena anggota legislatif tidak dapat menyalahkan majelis lainnya apabila suatu Undang-Undang tidak lolos, atau bila kepentingan warga negara terabaikan).
Lebih sedikit anggota terpilih sehingga lebih mudah bagi masyarakat untuk memantau kepentingan mereka; dan
Biaya lebih rendah bagi pemerintah dan pembayar pajak
Sistem Trikameral
Republik Cina Taiwan yang dirumuskan dalam Konstitusi Republik Cina Tahun 1946
Majelis Nasional atau Majelis Rakyat, Dewan Legislatif (Yuan Legislatif), dan Dewan Pengawas (Yuan Kontrol). Karena sifat keanggotaanya yang sama-sama dipilih itulah maka dikatakan bahwa ketiga lembaga dapat disebut sebagai lembaga yang sama-sama menjalankan fungsi parlemen
Struktur parlemen nasional Afrika Selatan seperti yang dirumuskan dalam Konstitusi 1984. Di Afrika Selatan ketika berlaku apartheid parlemen dikelompokkan berdasarkan warna kulit
DUA MACAM BICAMERALISM (Nadrew S. Ellis, Lembaga Legislatif Bikameral, 2001)
a. Strong Bicameralism
Pembuatan undang-undang biasanya dimulai
dari majelis manapun, dan harus
dipertimbangkan oleh kedua majelis dalam
forum yang sama sebelum bisa disahkan.
a. Soft Bicameralism
Majelis yang satu memiliki status yang lebih
tinggi. misalnya, majelis pertama dapat
mengesampingkan RUU yang diajukan oleh
majelis kedua.
Parlemen Indonesia Pasca
Amandemen UUD 1945
“bahwa untuk melaksanakan kedaulatan rakyat atas dasar kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, perlu mewujudkan lembaga permusyawaratan rakyat, lembaga perwakilan rakyat, dan lembaga perwakilan daerah yang mampu mengejawantahkan nilai-nilai demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan
aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara”
(Konsiderans menimbang huruf (a) UU No. 17 Tahun 2014 ttg MD3)2
Top Related