Download - Beam House Operation

Transcript

Beam House Operation

(B.H.O)

Oleh

Eddy Purnomo

Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta

2008

Pengantar

Industri Penyamakan Kulit pada dasarnya adalah industri yang

mempunyai struktur proses operasi yang bersifat ‘continues’ yang tidak

dapat dihentilkan setiap saat karena basis operasinya adalah aksi kimia

terhadap bahan organic yang rentan terhadap prilaku kimiawi yang

digunakan. Namun demikian ada beberapa tahapan proses yang dapat

digunakan sebagai waktu sela untuk menyimpan kulit dalam keadaan status

belum tersamak, yaitu dalam kondisi ‘pickled’ atau diasam.

Secara umum tahapan proses penyamakan dapat dikelompokan dalam

empat tahapan, dan dalam setiap tahapan proses tsb dapat dihentikan

dalam kurun waktu tertentu karena proses belum berachir. Tahap pertama

yaitu BHO atau Beam House Operation dalam bahasa Indonesia disebut

Proses Rumah Basah, yang meliputi proses Soaking, Liming & Unhairing,

Fleshing, Deliming, Bating, Pickling. Hasil dari tahap satu disebut pickled

skin/hide atau kulit pikel.Tahap kedua Taning atau penyamakan, hasilnya

merupakan kulit samak wet-blue. Tahap ketiga Pasca taning atau pasca

penyamakan yang meliputi Shaving, Neutralizing, Retaning, Dyeing,

Fatliquoring, Fixing. Out put proses tahap ini disebut kulit crust . Tahap

keempat Finishing atau Coating. Hasil achir disubut leather atau kulit jadi.

Demikian secara singkat dapat digambarkan tahapan proses

penyamakan secara keseluruhan. Sedangkan proses BHO sendiri merupakan

proses awal yang sangat menentukan hasil akhir kuaitas leather-nya karena

banyak cacat dan defek yang dapat ditimbulkan saat proses apabila tidak

dilakukan dengan cermat dan hati-hati.

Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

1.BHO

2.Struktur dan Komponen Kimia Kulit Mentah

3.Kualifikasi Kulit Mentah

4.Soaking

Tujuan

Bahan Kimia Yang digunakan

Prosesing

5.Liming & Unhairing

Tujuan

Bahan Kimia Yang digunakan

Prosesing

6.Buang daging & Scudding & Spliting

7.Deliming & Bating

Tujuan

Bahan Kimia Yang digunakan

Prosesing

8.Pickling

Tujuan

Bahan Kimia Yang digunakan

Prosesing

1. BHO.

BHO singkatan dari Beam House Operation atau proses rumah

basah yang mempunyai tujuan umum menghilangkan komponen yang

tidak terpakai seperti bulu, lemak, protein tak pakai, kotoran, darah dll.

Secara umum BHO meliputi proses Soaking ( perendaman ), Liming &

Unhairing ( pengapuran & buang bulu ), Deliming & Bating ( buang

kapur & bating ), Pickling ( pengasaman ). Skema proses BHO dapat

dilihat dalam diagram dibawah ini.

Ganbar 1: Diagram Proses BHO

Yang perlu diperhatikan dalam setiap tahapan proses BHO

berlangsung terjadi proses pembuangan komponen kulit yang tidak

bermanfaat bagi kulit jadinya, sehingga buangan BHO merupakan

campuran dari bahan kimia yang digunakan dan komponen kulit

seperti bulu, lemak, daging, darah dll.

2. Struktur dan Komponen Kimia Kulit Mentah.

Soaking

Liming & Unhairing

Fleshing & Spliting

Deliming &Bating

Pickling

Struktur kulit secara fisik merupakan jaringan ikat yang merupakan

komponen mikro fibril, fibril, fibroblast yang membentuk jaringan kolagen

dan elastin sebagai masa utama pembentuk kulit yang sangat rapat dan

terstruktur seperti ayaman. Secara umum struktur kulit terdiri dari tiga

lapisan :

1. Epidermis.

2. Dermis ( Corium )

3. Subcutis ( Hypodermis )

Gambar 2 : Struktur kulit dengan lapisan: 1. Epidermis ; 2 Dermis ; 3 Subcutis ; 4 Hair follicle ; 5 Sebaceous gland ;6 Sweat gland.

Dalam proses lapisan epidermis dan subcutis akan dihilangkan dan

tinggal lapisan Dermis atau Corium yang merupakan “ true skin “.

Dermis (Corium).

Dermis (derm berarti skin/corium) membentuk batas yang jelas

dengan epidermis (scarf skin) dan juga dengan subcutis (subcutaneous fatty

tissue) yang lebih lunak dan banyak mengandung air. Gambar dibawah ini

menunjukan adanya batas yang jelas antara dermis dan epidermis.

Gambar 3: Dermis terdiri dari 1. Stratum papilare ;2. Basal

membrane ;3. Basal Cells ;4. Epidermis

Dermis, disusun bahan seperti gel dan elastic, air dan terutama

collagen. Melekat pada lapisan ini adalah struktur dan system atau organ

seperti lymph channels, blood vessels, nerve fibers, dan muscle cells, tetapi

yang uniq adalah terdapat pada dermis hair follicles, sebaceous glands, dan

sweat glands. Dermis inilah yang nantinya menjadi leather.

Secara kimiawi kulit sapi/kambing/domba mentah tersusun atas

komponen sebagai berikut

Air = 65 %

Protein Fiber= 28-30 %

Protein Globular = 2-2,5 %

Keratin = 2-2,5 %

Mineral = 0,5 %

Lemak = 2-4 % (sapi); 2-10 %(kambing); 5-30% (domba)

Substansi lain = 0-0,5%.

Selama dalam proses semua komponen selain protein fiber, dalam hal

ini kolagen, dihilangkan. Protein fiber juga merupakan penyusun utama

lapisan dermis.

3.Kualifikasi Kulit Mentah

Pada awalnya kualifikasi kulit mentah berdasarkan pada kondisi kulit

awetannya, apakah kering atau garaman, tetapi dalam berkembangannya

kualifikasi juga ditambahkan atas dasar berat kulit (untuk sapi) atau ukuran

panjang punggung kulit ( kambing domba ) mengingat kulit yang terlalu

besar atau tua dengan luas kulit yang melebihi ukuran tidak dapat

menghasilkan kualitas baik.

a.Kualifikasi Cacat

Gambar 3 : Potongan kulit

Kualitas I: Cacat

0-5% dibagian

kaki

Kualitas II: Cacat 6-10% dibagian kaki /perut

Kualitas III: Cacat 11-15% dibagian kaki/perut/kepala

Kualitas IV:Cacat 16-20% dibagian kaki/perut/kepala/pinggul

Kualitas V: Cacat 20-25% termasuk punggung

Kualitas VI: Diatas 25 % merata

Afkir/Reject: Tidak bisa dimanfaatkan untuk leather.

Dalam situasi yang tertentu, jumlah kulit terbatas atau permintaan

eksport tinggi tidak jarang kualitas I-IV menjadi satu harga bahkan terkadang

pembelian dengan kualifikasi A, B, C dan afkir saja. Hal ini tergantung kondisi

lapangan.

b.Kualifikasi Berat.

Kulifikasi berat umumnya hanya untuk kulit sapi. Di Indonesia kulit sapi

terutama berasal dari sapi turunan Onggole atau Zebu berpunuk yang

menghasilkan kulit yang sangat berkulitas karena ringa, tipis dan grainnya

halus. Ukuran berat kulit 20-25 kg adalah yang mempunyai nilai lebih tinggi

dibandingkan dengan kulit berat 26-30 kg. Untuk ukuran diatas 30 kg harga

relative lebih rendah karena umumya merupakan peranakan sapi Mental

atau Limousine dengan grain yang lebih kasar dan hasil rendemennya juga

lebih rendah. Sapi jawa dengaan berat 20-25 kg mempunyai rendemen =

1,8-1,85 sqft/ 1kg. Diatasnya 26-30 kg antara 1,7-1,75 sgft. Untuk kelas 30

kg keatas rendemen 1,5-1,6 sqft. Semakin tinggi rendemennya perusahaan

akan membeli dengan harga yang lebih baik.

c.Kualifikasi Ukuran.

Kulifikasi ukuran umumnya untuk kulit kecil ( skin ) domba dan

kambing. Berkembangan ini disebabkan munculnya permintaan jenis kulit

yang bervariasi dari sarun tangan, garmen, suede garmen, atasan sepatu

yang umumnya mempunyai prasyarat ukuran dan tebal kulit tertentu untuk

mendapatkan hasil kualitas atau efisiensi penggunaan yang lebih baik.

Dibawah ini ukuran kulit kambing dan domba diIndonesia yang diadopsi

secara International

Sebagai catatan penting untuk diketahui tidak semua kulit domba atau

kambing dapat digunakan untuk kulit sarung tangan atau atasan sepatu atau

garmen, karena kulit sarung tangan tidak memerlukan ketebalan seperti

sepatu atau garmen sehingga dicari bahan baku yang benar memang tipis

dari asalnya untuk mendapatkan hasil kulit terbaik. Demikian pula

sebaliknya kul;it sepatu tidak mungkin dibuat dari kulit tipis karena

memerlukan ketebalan yang lebih dari sarung tangan.

1. Ukuran panjang garis punggung kurang dr 70 cm (3-4 sqft)

digunakan untuk atasan sepatu

2. Ukuran garis punggung antara 70-79 cm (5-5,5 sqft) digunakan

untuk sarung tangan golf.

3. Ukuran garis punggung 90-99 cm (6-7 sqft) digunakan untuk bating

glove dan garmen.

4. Ukuran garis punggung 90 cm keatas (7,5-9 sqft) biasanya untuk

kulit lapis atau suede garmen kualitas rendah.

4.Soaking

Soaking atau perendaman merupakan proses awal dalam

penyamakan. Namun demikian tidak jarang sebelum proses perendaman

dilakukan pencucian terlebih dahulu untuk sekedar membersihkan kotoran,

garam, bahan pengawet atau bahan lain yang digunakan selama masa

pengawetan.

a.Tujuan.

Mengembalikan kadar air dalam kulit yang hilang atau berkurang

selama masa pengawetan sehingga serat akan kembali longgar dan

mencapai kelemasan seperti kulit segar.

b. Bahan kimia yang digunakan.

- Surfaktan atau wetting agent ( bahan pembasah ), bahan ini

digunakan agar air lebih cepat masuk kedalam kulit. Bahan pembasah

ini satu kelompok dengan jenis sampo atau sabun cair dan umumnya

yang digunakan tidak bermutan (non ionic) atau bermutan negativ

(anionic). Jumlah penggunaan 0,75%-1,2 % dihitung dari berat kulit

awetannya.

- Alkali atau bahan yang bersifat alkali / basa. Bahan digunakan untuk

mengatur pH larutan perendaman agar mencapai pH 10-11. Biasanya

yang digunakan adalah soda api (NaOH) atau soda ash (Na2CO3).

Penggunaannya Na(OH) antara 0,2% -0,3% terhitung dari berat kulit

awetan.

- Biocide atau bakterisida yang digunakan untuk mencegah

tumbuhnya bakteri pembusuk selama masa perendaman dalam air. Ini

sangat penting mengingat kulit adalah protein yang sangat mudah

busuk, dan apabila mengalami pembusukan maka kulit akan rusak

bahkan mungkin hancur membusuk. Beberapa biosida yang umum

antara lain kaporit CaOCl atau NaOCl digunakan 0,5%-1,0%. Biosida

organic antara lain Methylene- bisthiocyanate (MBT); 2-Bromo-2-nitro-

propane1,3– diol (Bronopol); Sodium atau Kalium

dimethyldithiocarbamate ; Thiadiazine dll. Sedangkan produk paten

dapat dijumpai Molescal BW, Molescal S dari BASF dan masih bayak

lainnya. Penggunaannya antara 0,01-0,02 %.

- Enzym. Pengembangan terakhir adalah penggunaan enzyme untuk

mempercepat pembasahan terutama untuk kulit yang terlalu kering.

Penggunaan enzyme tidak mutlak tetapi sebagai bahan additive saja

untuk mempercepat atau menyempurnakan fungsi untuk

menghilangkan globular protein dan sebagian lemak dalam kulit

sehingga kulit akan lebih longgar dan diharapkan pada akhir

penyamakan menghasilkan kulit dengan rendemen yang lebih tnggi.

Banyak diaplikasikan untuk perendaman kulit sapi. Penggunaannya

berkisar antara 0,3-0,4 % dari berat kulit segar.

d. Prosesing

-Kulit ditimbang = X kg

-Cuci dengan air biasa dalam drum pencucian selama 60-90’, bilas,

kulit siap masuk perendaman.

-Perendaman dapat menggunakan bak atau padle atau drum proses.

Formula/Resep ®

-Air = 700-800 %

-NaOH = 0,2 % (larutkan 1:10)

Campur larutan dengan air. Aduk merata dan masukan kulit, pH larutan =10,

putar drum/ aduk aduk bak 5-10 menit dan tambahkan bersama sama

-Surfaktan / Wetting agent =0,75%

-Biosida = 0,01 %

-Enzym = 0,3 %

Bahan bahan diencerkan dan campurkan bersama kemudian dimasukan

dalam bak atau drum dan diputar atau diaduk aduk dan kulit rendam selama

18 jam.

Kontrol Proses

Pagi hari kulit dibongkar dan cukup apabila : 1. Kulit sudah lemas

seperti kulit segar .2) Mempunyai berat antara 200 % - 250% dari

berat semula.

5. Liming & Unhairing

Liming (pengapuran) & Unhairing (buang bulu), merupakan

proses selanjutnya. Metoda liming ini disebut juga metoda bubur kapur

atau hair pulping, dimana bulu akan hancur menjadi bubur selama

proses berlangsung. Ada metoda lain yang disebut painting atau

pasting dimana bulu dilepas utuh dari kulitnya namun sangat tinggi

biayanya / boros dan tidak populer di Indonesia.

Gambar 4: Bubur bulu bercampur kapur dan natrium sulfida dalam buangan

pengapuran.

a.Tujuan

1. Menghilangkan bulu dari kulit.

2. Melarutkan sebagian lemak

3. Menghilangkan protein globular dari kulit

4. Membuka serat kulit untuk lebih longgar.

b. Bahan Kimia.

- Alkali. Bahan utama yang digunakan adalah kapur (lime),

Ca(OH)2. Penggunaan kapur antara 3% -3,5% dihitung dari berat

kulit (X). Fungsi kapur yang utama untuk mengatur pH larutan

= 12-13 sehingga globular protein yang tidak digunakan dan

lemak akan terlarut. Disamping itu kapur meningkatkan kerja

bahan lain seperti Na2S. Untuk beberapa kasus terkadang

ditambahkan Na(OH) untuk mempercepat penyabunan lemak

dan meningkatkan kebengkakan kulit.

- Natrium Sulfida (Na2S). Disebut juga unhairing agent.

Natrium sulfida berfungsi untuk menghancurkan semua keratin

seperti bulu dan lapisan epidermis. Jumlah Na2S yang

digunakan antara =2,5%-3% dihitung dari berat kulit. Bahan

lain yang juga sering digunakan untuk membantu penghacuran

bulu NaHS ( natrium hydra sulfide) digunakan antara 0,5%-1%

atau garam amina aromatis (jarang digunakan) umumnya

kusus untuk domba yang banyak memiliki bulu halus.

c. Prosesing.

Berat kulit = X kg.

Alat yang digunakan adalah drum pengapuran dengan RPM 2,5-

3 atau bak pengpuran. Untuk drum kapuran umumnya

mempuyai diameter yang lebih pendek dari panjang drum.

Fungsi nya agar kulit tidak terbanting keras dan dalam putaran

hanya mengelinding mengingat kulit daloam kondisi lemah dan

rawan kerusakan apabila bergeseran dengan dinding

drum.Lihat gambar.

Formula/Resep®

-Air = 150%.

-Na2S = 3,0%

Na2S terlebih dahulu dilarutkan dengan air panas sebanyak 15-20 kali

beratnya. Setelah larut semua masukan dalam drum atau bak yang

telah berisi air. Putar / aduk agar merata. Kulit basah masukan dalam

drum dan putar selama 5 menit.Tunggu 30’ tambahkan kapur.

- Kapur = 2,5-3,0 %

Larutkan kapur secukupnya dengan air, aduk merata, masukan

dalam drum yang telah berisi kulit dan Na2S,pH larutan 13-14. Putar /

aduk selama 5-7 menit dan diamkan selama 60’. Ulangi putaran 5-7

menit dan hentikan selama 60’. Ulangi selama 6-7 kali. Rendam

selama satu malam. Pagi hari dikontrol.

Kontrol Proses.

-Bulu kulit sudah lepas semua dari kulitnya.

-Kulit dalam kondisi membengkak (swelling), licin dan beratnya

bertambah 50-80 %.

6. Flesing & Scudding & Spliting.

Fleshing (buang daging)

Proses untuk menghilangkan sisa daging atau jaringan lemak

yang terdapat pada bagian daging yang dapat mengganggu proses

selanjutnya. Di industry penyamak kulit kecil, dalam jumlah terbatas

biasanya dilakukan dengan secara manual menggunakan pisau buang

daging sedangkan dalam jumlah besar umumnya menggunakan mesin

buang daging.

Gambar 5 : Pisau Buang Daging

Gambar 6: Beam tempat meletakan kulit.

Gambar 7 : Buang daging manual.

-Scudding & Unhairing

Tujuan scudding adalah menghilangkan keratin

yang tidak dapat lepas, akar bulu, sisa bulu halus yang masih

menempel pada permukaan kulit. Sama dengan fleshing , buang

bulu dapat dilakukan dengan cara manual atau masinal. Dengan

manual menggunakan pisau buang bulu lengkung dan beam

seperti diatas.

Gambar 8 : Pisau lengkung scudding dan buang bulu halus.

Gambar 9 : Mesin buang bulu halus.

Setelah bersih dari bulu, daging, lemak kulit untuk kulit kecil

seperti kambing dan domba langsung ditimbang ( berat bloten )

dan diproses selanjutnya tetapi untuk kulit sapi atau kerbau kulit

harus dibelah ( splitting) terlebih dahulu dengan mesin belah (

Spliting Machine ).

Gambar : mbar 10 :

Mesin belah ( splitting )

Dari hasil split akan didapat dua belahan kulit, yang atas full

grain leather (2) dan yang bawah untuk suede (3).

7.Deliming & Bating.

Deliming ( buang kapur ) dan bating ( pengkikisan protein )

proses kimiawi yang dilakukan dalam waktu bersamaan dalam satu

drum, namun tujuan keduanya berbeda

a.1.Tujuan Deliming

1. Menghilangkan kapur terikat & bebas dalam kulit.

2. Menyiapkan kulit pada pH = 8 untuk masuk proses Bating.

a.2. Tujuan Bating

1. Menghilangkan & membersihkanprotein globular yang tidak

larut dalam kapuran melalui proses enzimatis.

2. Melonggarkan dan meningkatkan porositas kulit.

b. Bahan Kimia

- Garam ammonium. Jenis garam ammonium yang banyak

digunakan adalah (NH4)2SO4 (ammonium sulfat /ZA) dan NH4Cl

(ammonium klorida) Di Indonesia garam ammonium yang

digunakan umumnya (NH4)2SO4 karena murah dan mudah

didapat. Garam ini lebih berfungsi sebagai buffer atau

penyangga pH dibandingkan fungsinya sebagai deliming agent.

Jumlah penggunaannya berkisar antara 2%-2,5% dari berat

bloten. Garam lain juga dapat digunakan seperti NaHSO3

(natrium bisulfit) tetapi kurang ekonomis.

- Asam. Asam yang digunakan terutama asam lemah seperti

asam formiat ( HCOOH), asetat ( CH3COOH). Sedangkan Asam

kuat yang banyak digunakan adalah asam sulfat H2SO4 namun

digunakan sebagai pembantu saja. Asam inilah yang pada

dasarnya bereaksi dengan kapur dalam kulit. Penggunaan asam

bervariasi karena umumnya dilakukan dengan cara

mengkombinasi antara asam formiat ( 0,75 % - 1,0 %) dengan

asam sulfat ( 0,25 %-0,5 % ). Penggunaan tunggal asam formiat

untuk kulit yang kualitasnya tinggi tetapi tidak jarang hanya

menggunakan asam sulfat saja terutama untuk suede atau kulit

kualitas jelek.

- Enzyme / Bating Agent. Untuk bating umumnya sudah

tersedia bating agent yang mengandung enzyme, garam

amonium fosfat, garam ammonium sulfat atau klorida yang

dicampur dengan serbuk kayu. Namun intinya penggunaan

enzim. Untuk kulit yang lemas digunakan enzyme yang tinggi

nilai penghancur proteinnya (1500-2000 LVU), untuk kulit sepatu

biasa digunakan yang mempunyai nilai 1000 LVU.

Penggunaannya antara 0,5%-1%. Untuk menjaga kerja enzyme

maksimal maka pH larutan diatur = 8, dan suhu proses diatur

antara 35o-36o C.

-Surfaktan/degreasing agent. Digunakan untuk mengurangi

atau bahkan bila mungkin menghilangkan lemak natural dalam

kulit. Biasanya jenis alkil sulfat atau etoksi etilena yang tidak

bermuatan atau bermuatan negative. Penggunaannya sangat

bervariasi tergantung jenis kulitnya (domba/kambing atau sapi)

namun umumnya antara 1%-1,5 % untuk kambing atau sapi

sedangkan untuk domba biasanya menggunakan campuran

pelarut organic seperti kerosene (minyak tanah) dan dilakukan

setelah selesai proses bating.

c. Prosesing.

Kulit kapuran setelah ditimbang disebut berat bloten=Y kg.

Drum yang digunakan mempunyai kecepatan RPM = 8-9.

Formula/Resep ®

-Air = 100%-125 % (35o-36o C)

-ZA = 2 %

Kulit masukan dalam drum diikuti oleh ZA tanpa harus melarutkan

terlebih dahulu, putar selama 10’-15’, tambahkan asam formiat yang

telah diencerka 10 kalinya dengan air biasa.

- Asam format (HCOOH) = 0.5 %

Masukan asam fomiat tersebut dalam tiga tahapan. 1/3 bagian yang

telah diencerkan masukan melalui lubang as drum dan putarselama

15’. Kemudian masukan 1/3 bagian lagi dan putar selama 15’ dan

ulangi untuk yang 1/3 bagian lagi hingga semua asam habis. Setelah

total putaran 45 kulit harus dikontrol pH cairan = 8-8,5 dan 1/3

penampang lintang dengan indicator PP (Phenolphtaline) berwarna

merah . Setelah itu masukan enzyme tanpa harus dilarutkan terlebih

dahulu.

Gambar 12: Penampang lintang 1/3 merah dengan In.PP

- Bating Agent = 0,75 %-1 %.

Masukan melalui pintu bating agent dan putar drum selama 45’.

Untuk mengetahui kecukupan proses bating dilakukan control proses.

Kontrol.

-Tumb Test

Tekan kulit dengan ibu jari, apabila bagian yang ditekan

membekas dan tidak kembali seperti semula proses bating

dianggap cukup.

-Air-Permeability Test.

Uji gelembung udara untuk menguji apakah ruang kulit sudah

cukup longgar untuk dilewati udara. Uji ini menadakan bahwa

globular protein yang banyak mengisi ruang antara serat sudah

hilang sehingga udara bisa masuk. Setelah pengujian dirasakan

cukup, kulit siap masuk proses degreasing

- Degreasing agent = 1,5%.

Masukan degreasing agent kedalam drum melalui pintu drum

dan putar selama 30-45 menit. Buang cairan, cuci dengan air

mengalir selama 5’, bilas dan kulit siap masuk proses pickling

atau pengasaman.

8.Pikling.

a.Tujuan.

Proses ini mempunyai beberapa tujuan.

1. Menyiapkan kulit untuk masuk proses penyamakan kususnya

penyamakan krom ( chrome tanning ).

2. Menyiapkan kulit untuk diawetkan dalam jangka panjang

(1-2th).

b.Bahan Kimia

- Garam dapur (NaCl). Digunakan sebagai penahan

kebengkakan kulit apabila diasamkan sampai mencapai pH 2-3.

Penggunaannya sangat bervariasi antara 7%-15 %, tergantung

dari tujuannya. Apabila ingin langsung disamak maka

penggunaannya cukup 7%-8 % atau kepekatan 6,0o-6,5o Be

( baume’ ). Namun apabila kulit akan diawetkan atau disimpan

atau dieksport maka kepekatan garam mencapai 100-120 Be atau

menggunakan 12%-15% garam dihitung dari berat bloten.

- Asam. Asam yang sangat umum digunakan adalah asam sulfat

( H2SO4) dan asam formiat (HCOOH). Penggunaannya selalu

dikombinasi dari keduanya. Penggunaan asam sulfat berkisar

1%-1,5% sedang asam formiat antara 0,5%-0,75% dihitung dari

berat bloten. Standar baku untuk kulit yang langsung untuk

disamak krom adalah = 3,0-3,1, tetapi unuk kulit yang akan

disimpan atau dieksport biasanya pH akhir dipatok 2,2-2,4.

-Antimould/ Anti jamur. Bahan ini terutama digunakan bila

kulit akandisimpan dalam jangka panjang atau untuk diekport.

Jamur akan mudah tumbuh terutama diudara lembab walaupun

dalam suasana asam seperti jamur tipe aspergilus niger yang

berwarna hitam. Terkena jamur akan membekas pada kulitnya

dan sulit untuk dihilangkan. Anti jamur yang banyak digunakan

antara lain turunan dari clorophenol, seperti Triclosan,

Heksaklorofenol, Komponen nitro contoh Bronapol, Bronidox dll.

c.Prosesing.

Drum proses menggunakan kecepatan yang sama dengan

proses deliming RPM 8-9.

1.Formula/Resep® normal.

-Air = 100 % Standar larutan garam adalah 6,0o-6,5o Be

-NaCl = 8 %

Air masukan dalam drum yang ada kulitnya, diikuti dengan garam,

putar 5’ dikontrol kepekatan garam dengan alat Baume Meter apabila

kepekatan menunjukan standar diatas proses dilanjutkan, tetapi bila

kurang ditambahkan garam lagi.Putar kulit selama 10 menit dan mulai

masukan asam formiat dan sulfat yang telah diencerkan 10 kalinya

dengan air biasa.

-Asam Formiat (HCOOH) = 0,5 % (1:10).

-Asam Sulfat (H2SO4) = 1,0 % (1:10)

Masukan asam yang lebih lemah dahulu yaitu asam formiat yang telah

diencerkan dalam tida tahapan. Tahap pertama 1/3 bagian masukan

lewat as drum dan putar 15 ‘. Ulangi dengan cara yang sama untuk

sisanya dan juga asam sulfat hingga semua asam masuk. Putaran

dilanjutkan tanpa berhenti 4-5 jam. Hentikan putaran, kulit direndam

selama satu malam. Pagi hari control pH larutan apabila mencapai pH

3 maka pengasaman cukup dan dapat dilanjutkan langsung ke

penyamakan krom, tetapi bila pH masih diatas 3 maka tambahkan

0,2%-0,3% asam sulfat yang diencerkan dan masukan dalam drum

seraya drum diputar selama 60’. Kontrol ulang seperti diatas.

2.Formula/Resep ® awetan.

-Air = 75%-100%. Kepekatan 10o-12o Be

-NaCl = 10%- 14%

+

HCOOH = 0,75 % pH akhir larutan 2,2-2,3

H2SO4 = 1,2%-1,5%

+

Anti-jamur = 0,02%-0,03 %.

Cara kerja seperti diatas hanya saja standar kepekatan garam yang

lebih tinggi, pH proses lebih rendah dan wajib penambahan anti jamur.