Kementerian PPN/
Bappenas
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
RAPAT KERJA KE-IIKEDEPUTIAN BIDANG PENGEMBANGAN
REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH TAHUN 2013
Jambuluwuk Resort, Ciawi-Bogor 17-18 November 2013DIREKTORAT PERKOTAAN DAN PERDESAAN
Kementerian PPN/
Bappenas
Outline
• Struktur Organisasi• Background Study RPJMN 2015-2019• Isu-isu Strategis 2019-2019 Bid. Perkotaan dan
Perdesaan• Arah Kebijakan 2015-2019 Bid. Perkotaan dan
Perdesaan
2
Kementerian PPN/
Bappenas
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Struktur Organisasi
Kementerian PPN/
Bappenas
Organisasi dan Tupoksi Sub-Sub Direktorat Perkotaan & Perdesaan
DIREKTUR PERKOTAAN DAN PERDESAAN
KASUBDIT PERKOTAAN
1. Pengkajian kebijakan bid
perkotaan2. Koordinasi dan
sinkronisasi perencanaan
pembangunan nasional bid perkotaan
3. Penyusunan rencana
pembangunan nasional bid perkotaan
4. Penyusunan rencana
pendanaan pembangunan bid perkotaan
5. Inventarisasi dan analisis
kebijakan dan informasi terkait
penyiapan rencana
pendanaan pembangunan bid perkotaan
6.Pemantauan, evaluasi,
penilaian, pelaporan atas
pelaksanaan rencana,
kebijakan, program2 pemb.
KASUBDIT AGROPOLITAN DAN
TRANSMIGRASI
1. Pengkajian kebijakan bid
agropolitan dan transmigrasi
2. Koordinasi dan sinkronisasi perencanaan
pembangunan nasional bid
agropolitan dan transmigrasi
3. Penyusunan rencana
pembangunan nasional bid
agropolitan dan transmigrasi
4. Penyusunan rencana
pendanaan pembangunan bid agropolitan
dan transmigrasi5. Inventarisasi dan
analisis kebijakan dan
informasi terkait penyiapan
rencana pendanaan
pembangunan bid agropolitan
dan transmigrasi6.Pemantauan,
evaluasi, penilaian,
pelaporan atas pelaksanaan
rencana, kebijakan,
program2 pemb. Bid agropolitan
dan trans.
KASUBDIT PERDESAAN
1. Pengkajian kebijakan bid
perdesaan2. Koordinasi dan
sinkronisasi perencanaan
pembangunan nasional bid perdesaan
3. Penyusunan rencana
pembangunan nasional bid perdesaan
4. Penyusunan rencana
pendanaan pembangunan bid perdesaan
5. Inventarisasi dan analisis
kebijakan dan informasi terkait
penyiapan rencana
pendanaan pembangunan bid perdesaan
6.Pemantauan, evaluasi,
penilaian, pelaporan atas
pelaksanaan rencana,
kebijakan, program2 pemb.
4
Kementerian PPN/
Bappenas
Struktur OrganisasiDirektur Perkotaan dan Perdesaan
Ir. Hayu Parasati, MPS
Kasubdit Perkotaan-
Kasubdit Agropolitan dan Transmigrasi
Mas Wedar H.A., SE, MPEM
Kasubdit PerdesaanDra. Hindun Barokah, MA
Fungsional Perencana Madya :Tasliman Solihin, ST., MP
Fungsional Perencana Muda :Zulfakar, S.Kom, ME
Fungsional Perencana Pertama :Citra Sawita Murni, SE (TBLN)
Syifaa Tresnaningrum, ST (TBLN)
Fungsional Perencana Muda :Zaenal Arifin, ST, MPIA
Fungsional Perencana Pertama :Erna Gustina Norrista, SP (TBLN)
Yoga Driyanto, SE Ade Hardiansyah, ST
I Putu Sucita M. Utama, STAzhar Rizki M, STSilvia Puspitasari, STPierre Pohan, STForina Lestari, ST, MSc
Muhammad Abduh, SP
Sekretaris/ TU
Betty NZSri Hartati
Zetrizal
SamsuriSolihin
Berliyanto
Fungsional Perencana Muda:Arief Wiroyudo, S.Kom, MMSI, MT, MPP
5
Kementerian PPN/
Bappenas
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Background Study RPJMN 2015-2019
Kementerian PPN/
Bappenas
RPJM 1 (2005-2009)• Menata
kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik.
RPJM 2 (2010-2014)• Memantapka
n penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan iptek, memperkuat daya saing perekonomian
RPJM 3 (2015-2019)• Memantapkan
pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan
keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan iptek
RPJM 4 (2020-2024)• Mewujudkan
masya-rakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif.
Visi RPJP: Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur
Kementerian PPN/
Bappenas
8Sumber: World Competitiveness Report 2013, WEF
8
Indonesia Singapura Malaysia Vietnam Korea Selatan
China Jepang India Inggris Amerika Serikat
4.00
4.20
4.40
4.60
4.80
5.00
5.20
5.40
5.60
5.80
PERKEMBANGAN INDEKS DAYA SAING GLOBAL INDONESIA DIBANDINGKAN DENGAN NEGARA LAINNYA 2010-2013
2010201120122013
Negara
Indeks
Kementerian PPN/
Bappenas
Pilar Daya Saing Ekonomi Daerah yang
Terendah
Daya Saing Global (World
Competitiveness Report 2013)
•Infrastruktur•Penerapan teknologi•SDM pendidikan tinggi & keahlian •Kelembagaan•Lingkungan
9
Kementerian PPN/
Bappenas
SWOT dari Integrasi Perekonomian Regional Kawasan Bagi Perekonomian Indonesia Dalam Kaitannya Dengan Daya Saing Daerah (Faktor Eksternal)
Kementerian PPN/
Bappenas
SWOT dari Integrasi Perekonomian Regional Kawasan Bagi Perekonomian Indonesia Dalam Kaitannya Dengan Daya Saing Daerah (Faktor Internal)
KesenjanganIndex Gini Desa dan Kota Tahun 1965-2009
1965
1970
1976
1978
1980
1981
1984
1986
1987
1990
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2002
2005
2006
2007
2008
2009
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
Kota Desa Total
Sumber: Susenas; Firmandy, Bappenas (diolah)
Kementerian PPN/
Bappenas
1990
1993
1996
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
1990
1993
1996
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Desa (Juta)
17.8
17.2
24.59
31.9
32.33
26.4
29.3
25.1
25.1
24.8
22.7
24.81
23.61
22.19
20.62
19.93
18.97
18.48
Kota (Juta)
9.4 8.7 9.42
17.6
15.64
12.3
8.6 13.3
12.2
11.4
12.4
14.49
13.56
12.77
11.91
11.1
11.05
10.65
Desa (%)
14.3
13.8
19.78
25.72
26.03
22.38
24.84
21.1
20.23
20.11
19.51
21.81
20.37
18.93
17.35
16.56
15.72
15.12
Kota (%)
16.8
13.5
13.39
21.92
19.41
14.6
9.76
14.46
13.57
12.13
11.37
13.47
12.52
11.65
10.72
9.87
9.23
8.78
2.5
7.5
12.5
17.5
22.5
27.5
32.5
2.5
7.5
12.5
17.5
22.5
27.5JutaJiwa %
Kemiskinan
Sumber: Susenas; CEIC (diolah)
Persentase kemiskinan Penduduk di Perdesaan & Perkotaan Tahun 1990-2012
Sumber: Susenas; CEIC (diolah)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Makan
72.74 71.34 66.56 64.62 63.06 61.13 61.72 58.32 58.67 58.57 59.19 58 59.01
Non Makanan
27.26 28.66 33.44 35.38 36.94 38.87 38.28 41.68 41.33 41.43 40.81 42 40.99
515253545556575 Desa
%
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Makan
59.75 58.33 52.82 51.09 48.61 45.11 46.99 43.85 44.96 45.69 46.52 44.39 46.51
Non Makanan
40.25 41.67 47.18 48.91 51.39 54.89 53.01 56.15 55.04 54.31 53.48 55.61 53.49
32.5
37.5
42.5
47.5
52.5
57.5
62.5Kota
%Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Desa-Kota Berdasarkan
Jenis Pengeluaran Tahun 2000-2012 (%)
35765 ...
36130 ...
36495 ...
36861 ...
37226 ...
37591 ...
37956 ...
38322 ...
38687 ...
39052 ...
39417 ...
39783 ...
40148 ...
40513 ...
40878 ...
41244 ...
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
Desa
Upa
h (R
p R
ibu)
Sumber: Susenas; CEIC (diolah)
Upah Rata-Rata Bulanan Pekerja di Desa & Kota Tahun 1997-2012 (Rp 000)
Ketenaga Kerjaan
Gambar: Tingkat Pendidikan Pekerja Desa Tahun 2005-
2012 (%)
Gambar: Tingkat Pendidikan Pekerja Kota Tahun 2005-2012
(%)
Sumber: Susenas; CEIC (diolah)
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 20120.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Kota
Tdk Sekolah Tidak Lulus SDSD SMPSMA SMKDiploma Sarjana
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 20120.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
Desa
Tdk Sekolah Tidak Lulus SDSD SMPSMA SMKDiploma Sarjana
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Desa
9.3659461951292
9.27154181151541
7.61105269398818
6.95467834446321
6.48508163876352
5.86263794430704
5.07427802283784
4.88442415888502
Kota 16.0962140927649
15.1134822548378
14.6551223502331
12.5157039723518
11.8986060450133
10.6516803943056
9.44461781280645
8.57573283519468
1.00
3.00
5.00
7.00
9.00
11.00
13.00
15.00
17.00
%
Sumber: Susenas; CEIC (diolah)
Angka Pengangguran Terbuka di Perdesaan dan Perkotaan (%)
2003 2005 2008 2010
Desa
68.1165429943256
67.345775126646
69.3836493324378
64.416607813255
Kota
48.947368421052
45.779947122229
46.5633171460598
42.9712460063898
42.50
52.50
62.50
72.50
Mandi/Cuci
%
2003 2005 2008 2010
Desa
51.0017459624618
51.0142766288734
49.6006828019265
52.4439653570233
Kota
37.270955165692
35.6924954240395
35.711617482256
38.675896343628
32.5037.5042.5047.5052.50
Irigasi
%
2003 2005 2008 2010
Desa
23.6097773897861
23.4084080791242
23.9427746956857
23.8263390699922
Kota
12.2222222222222
9.43664836282286
8.92790437056407
9.70891018814339
6.00
10.00
14.00
18.00
22.00
Minum
% 2003 2005 2008 2010
Desa
14.9978175469228
15.112173512577
13.9283464406917
12.1306174032635
Kota
14.4054580896688
13.0160667073419
11.8229361225254
11.1998580049698
10.5011.5012.5013.5014.5015.50
Transportasi
%
Persentase Jumlah Desa/Kota Berdasarkan Penggunaan Sungai Untuk Berbagai Tujuan Tahun
2003-2010 (%)
KUALITAS DAN KUANTITAS SARANA PRASARANA UMUM BELUM DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN WARGA KOTA
Akses Listrik Rumah Tangga Menurut Tipologi Kota Tahun 2010
Sumber: BPS, Podes 2006-2011
Persentase Rumah Tangga di Perkotaan Berdasarkan Sumber Air Minum Layak
Sumber: BPS, 2009-2011
Urbanisasi di Indonesia: Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan Indonesia dari 17,2% pada tahun 1970 menjadi 50% pada tahun 2010. Pertambahan penduduk perkotaan rata-rata 4 juta orang per tahun.
Year Penduduk Perkotaan
(dalam juta)
Penduduk Perdesaan
(dalam juta)
Total Penduduk (dalam
juta)
% Penduduk Perkotaan
1971 20.5 98.9 119.4 17.2
1980 32.8 114.1 146.9 22.4
1990 55.5 123.8 179.3 30.9
2000 85.8 117.7 203.5 42.2
2010 118.3 119.3 237.6 49.8
Source: BPS, 2010
Trend Urbanisasi: Dalam periode 2010-2025, penduduk Indonesia akan meningkat 36.35 juta orang, sehingga total penduduk tahun 2025 mencapai 270.53 juta. Penduduk perkotaan mencapai 182.6 juta atau sekitar 67.5% (atau 3,73 juta per tahun)
1980 1990 2002 2005 2010 2015 2020 20250
10
20
30
40
50
60
70
80
90
22.27
30.9
43.99
51.7 52.0355.96
60.3967.50
77.73
69.1
56.01
48.3 47.9744.04
39.6132.05
UrbanExponential (Urban)RuralExponential (Rural)
Sebaran Penduduk: Sebaran penduduk sangat terkonsentrasi di Pulau Jawa, hampir 60% penduduk tinggal di pulau dengan luas hanya 7% dari total Indonesia.
Pulau Jumlah Penduduk
% Terhadap Pendudu
k Indonesia
Penduduk Perkotaan
Penduduk Perdesaan
% Penduduk Perkotaan
% Penduduk Perdesaan
Sumatra 50,630,931 21.3 19,787,423 30,843,508 39.1 60.9
Jawa 136,610,590 57.5 79,948,347 56,662,243 58.5 41.5
Bali- Nusa
Tenggara
13,074,796 5.5 5,126,415 7,948,381 39.2 60.8
Kalimantan 13,787,831 5.8 5,798,975 7,988,856 42.1 57.9
Sulawesi 17,371,782 7.3 5,842,957 11,528,825 33.6 66.4
Maluku
Papua
6,165,396 2.6 1,813,901 4,351,495 29.4 70.6
INDONESI
A
237,641,326 100 118,318,017 119,323,309 49.8 50.2
Source: BPS, 2010
Sumber: analisis, 2012.
Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Menurut tipologi Kota Tahun 2011-2050
2011 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Metropolitan
54.341516954043
9
60.842414624871
6
64.165871883342
4
63.918305663840
2
66.353601265200
4
68.727290956451
2
68.490812168503
69.336983432863
4
71.244440581594
9
Besar
21.587549270216
7
13.931063355096
7
13.106128888948
1
14.826853001210
9
15.226024046268
14.867477566903
1
15.765127585670
6
15.533073940055
4
14.150954794467
Sedang
22.611056634010
7
24.157209832723
21.723409896647
5
20.592930690638
3
17.799269417895
7
15.688581821653
9
15.058018580040
6
14.691913015714
5
14.184725756461
3
Kecil
1.4598771417286
4
1.0693121873084
9
1.0045893310618
5
0.6619106443103
91
0.6211052706360
22
0.7166496549911
83
0.6860416657857
29
0.4380296113666
54
0.4198788674769
04
5 15 25 35 45 55 65 75
Pers
enta
se (
%)
Metode proyeksi jumlah penduduk kota menggunakan skenario penurunan r (pertumbuhan penduduk) mengikuti metodePerhitungan urbanisasi pada Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesia Population Projection) 2005-2025 yang dikeluarkan BPS.
Proyeksi penduduk perkotaan dan jumlah kota menurut tipologi kota
Jumlah Kota Menurut Tipologi Kota Tahun 2011-2050
2011 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Met-ropolitan
11 15 17 17 19 21 21 22 24
Be-sar
16 11 12 14 16 17 18 18 17
Sedang
56 59 56 56 52 48 47 48 47
Kecil 11 9 9 7 7 8 8 6 6
5152535455565
Kota sebagai Engine of Economic Growth: Seiring dengan konsentrasi penduduk, nilai tambah ekonomi terjadi di perkotaan, dimana pada tahun 2010 diperkirakan 74% PDB dihasilkan pada kawasan perkotaan
2010 – 2030 2030
Category Penduduk Pertumbuhan PDRB rata-rata per tahunKontribu
si thd PDB
% penduduk
Kota > 10 juta 5.1% 19% 4%
5 – 10 juta 9.1% 11% 10%
2 - 5 Juta 6.9% 15% 14%
150,000 – 2 Juta 6.3% 37% 40%
< 150,0001.7% 3% 3%
Desa 2.0% 14% 29%
Indonesia
5.3% 100% 100%
Sumber: McKinsey Global Institute Exhibit 9
DKI Jakarta
Jawa Tengah
Sulawesi Tenggara
Riau & Kep. Riau
Indonesia
Sulawesi Selatan
Jambi
Aceh
Papua & Papua Barat
Kalimantan Timur
Maluku & Maluku Utara
Sumatera Barat
Nusa Tenggara Barat
Bali
Bengkulu
Gorontalo
41.3148.9849.8250.9
52.7954.4956.23
59.0160.2560.29
62.6463.9864.9264.9966.7467.8568.5168.89
70.7572.2173.0974.27
7777.5
84.384.5985.386.57
96.7798.5398.99
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 2011
Kementerian PPN/
Bappenas
27
• Permukaan air laut di pesisir Jakarta meningkat 0,57 cm per tahun
• Penurunan muka tanah sebesar 0,8 cm per tahun
Sumber : JICA, 2011
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI KOTA
Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perkotaan Nasional
Tipologi Kota 2011
Indeks Rawan Bencana Tahun 2011
Sedang Tinggi
Metropolitan 1 10
Besar 0 16Sedang 13 43Kecil 3 8Jumlah 17 77
Persentase 18% 82%
Sebesar 82% kota-kota di Indonesia memiliki indeks rawan bencana tinggi.
Sumber: BNPB, Indeks Rawan Bencana Indonesia 2011.
Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perkotaan Nasional
Kondisi Tata Kelola Kota-Kota Era Desentralisasi
Kondisi tata kelola ekonomi beberapa kota besar dan kota metropolitan masih rendah. Hal ini menunjukkan belum optimalnya tata kelola
ekonomi kota khususnya untuk kota besar dan kota metropolitan padahal kontribusi ekonomi
terbesar berada di dua tipologi kota ini.
• Pengelolaan kota terendah rata-rata di kota metropolitan
• Aspek pengelolaan kota terendah rata-rata dengan indeks di bawah 60, yaitu:
1. Kapasitas dan Integritas Wali Kota (50)2. Program Pengembangan Usaha Swasta (51)3. Interaksi Pemda dengan Pelaku Usaha (53)
Kementerian PPN/
Bappenas
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Konsepsi
Kementerian PPN/
Bappenas
Konsep Pembangunan Perdesaan untuk RPJMN 2015-2019
1. Pendekatan pertumbuhan neoklasik dan modernisasi terhadap kawasan desa yang dijalankan secara teknokratistik dimana negara atau pemerintah menjadi kunci penting inisiasi perubahan exogenous atau dari luar (Harrod, 1939 dan Domar, 1946). Teori ini merupakan arus utama pembangunan ekonomi kawasan perdesaan sejak awal abad 20 dan tetap diadopsi hingga kini. Namun perlu dengan kehati-hatian sebagaimana kritiknya telah dikemukakan oleh berbagai teori terutama dari mazhab strukturalisme-Marxian dan Teori Ekonomi kelembagaan.
2. Pendekatan reformasi kelembagaan yaitu pembangunan yang dilakukan dengan pendekatan utama penataan kelembagaan untuk memastikan distribusi kesejahteraan agar berjalan lebih baik antar berbagai pihak.
3. Pendekatan perubahan struktural yang radikal yaitu pembangunan perdesaan secara afirmatif berusaha mendekatkan target group (yang secara struktural sulit dijangkau) dengan manfaat pembanguna kawasan perdesaan.
4. Pendekatan Pembangunan perdesaan yang berkelanjutan yaitu perkembangan kawasan perdesaan yang memperhatikan tiga hal: (1) kesejahteraan ekonomi; (2) keadilan sosial; (3) kelestarian atau keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungan.
Kementerian PPN/
Bappenas
Desa Rentan Sosial-Ekonomi dan Ekologi• Mampu bertahan
hidup untuk desa itu sendiri
• Rentan terhadap guncangan sosial-ekonomi dan lingkungan
Desa Berketahanan secara sosial, ekonomi dan ekologi• Mampu bertahan
hidup untuk desa itu sendiri
• Secara ekonomi memiliki ketahanan dan mekanisme ketahanan yang dibangun untuk bertahan dari krisis ekonomi, sosial dan lingkungan hidup bagi segenap warga desanya.
Desa Berketahanan Prima & Mandiri secara sosial, ekonomi, dan ekologi• Bertahan hidup bagi
desa sendiri dan lingkungan sekitarnya
• Memiliki ketahanan sosial-ekonomi dan mekanisme untuk bertahan bagi diri sendiri dan masyarakat di desa sekitarnya.
• Mandiri dalam segala hal: pangan, energi, air, listrik, dst
Desa Unggul Berkelanjutan secara sosial, ekonomi dan ekologi• Bertahan hidup bagi
desa diri dan lingkungan sekitarnya
• Memiliki ketahanan sosial-ekonomi dan mekanisme untuk bertahan bagi diri sendiri dan masyarakat di desa-desa sekitarnya
• Mandiri dalam segala hal: pangan, energi, air, listrik, dst
• Mampu menjadi penggerak ekonomi bagi daerah/kawasan sekitarnya
Perdesaan Berkelanjutan
Perkotaan Baru
Empat Kategori Desa dalam Pembangunan Perdesaan selama RPJMN 2015-2019
Kementerian PPN/
Bappenas
Konsep Pembangunan Perkotaan
Pemenuhan SPP
Kota Berdaya Saing
Kota Hijau
Kota Layak Huni
Pemenuhan SPP
Kota Berdaya Saing
Kota Hijau
Kota Layak Huni
Pemenuhan SPP
Kota Berdaya Saing
Kota Hijau
Kota Layak Huni
2015-2045Kota
Berkelanjutan
• Konsep pembangunan perkotaan untuk RPJMN 2015-2019 adalah: pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) sesuai dengan tipologi kota dan mendorong upaya perwujudan kota-kota Indonesia yang berkelanjutan melalui:o perwujudan kota hijau/green cities yang meliputi: energi efisiensi, energi terbarukan, green
building, ruang terbuka hijau, pedestrianisasi, transportasi ramah lingkungano perwujudan kota layak huni dan inklusif yang meliputi: akses air bersih, sanitasi, pelayanan
dasar, kesehatan, pendidikan, permukiman layak, dllo perwujudan kota berdaya saing/competitive cities yang meliputi: pengembangan ekonomi lokal,
lapangan pekerjaan, inovasi, teknologi informasi, SDM, dll
Kementerian PPN/
Bappenas
Konsep Kewilayahan Perkotaan
Kota Megapolitan
Kota Metropolitan
Kota Besar
Kota Sedang
Kota Kecil
Ibukota Kab/Kawasan Perkotaan di Kab
Kawasan Perkotaan Baru
Kementerian PPN/
Bappenas
1. Masyarakat (People)
•Labor commuting/migration•other migration (e.g. education)•shopping/visiting/selling
2. Produksi• upstream linkages (inputs)• downstreanm linkages• (processing, manufacturing)
6. Kreativitas dan Inovasi
5. Informasi• production/sales/prices• welfare/social/political• employment
4. Modal/Pendapatan• value added• saving/credit• migrant remittances
3. Komoditas• inputs• consumer
non-durable/durables• rural products
KETERKAITAN DESA - KOTA
STRUKTUR DESA/PERUBAHAN
STRUKTURAL
• Relasi/struktur sosio-ekonomi
• Ekonomi Perdesaan (sektor)
• Pengaturan Produksi Perdesaan
• Lingkungan Hidup dan Sumber Daya
• Linkungan dan infrastruktur terbangun
INTERVENSI KEBIJAKAN
PERAN/FUNGSI PERKOTAAN
• Ketenagakerjaan non-pertanian
• Pelayanan publik perkotaan
• Pasokan Produksi
• (Durable and non durable goods)
• Pasar tempat menjual hasil produksi perdesaan
• Processing/Manufacturing
• Informasi terkait ketenagakerjaan, produksi, harga dan welfare services
• Reformasi Agraria (Agrarian reform)• Diversifikasi/Intensifikasi Pertanian
Koperasi (Cooperatives)• Program Lingkungan (Environmental
programs)• Irigasi, Fasilitas pergudangan dan
Fasilitas Perdesaan lainnya
• Jalan/Transportasi (Roads/transportation)
• Listrik (Electricity)• Komunikasi (Communication)• Pelabuhan dan Bandara
• Pusat Pasar (Market centers)• Outlet komersial• Pelayanan Perkotaan (Urban Services)• Kredit/Perbankan (Banking/credit)• Infrastruktur Perkotaan (urban
infrastructure)• Layanan Komunikasi
Konsepsi
Keterkaitan Perkotaan -
PerdesaanPusat pengolahan hasil pertanian
Pusat administrasi Kawasan industri, klaster industri, sentra industri
Pasar Hasil Pertanian Kawasan Pertanian
Pusat toserba
Pusat pariwisata
Klaster agrowisata
Klaster Pertanian Pangan
Klaster Pertanian Kehutanan
Kaw. perdesaan
Kaw. perdesaan
Kaw. perdesaan
Kota Kecil
Kota Kecil
Kota Kecil
Kota Kecil Kota Kecil
Kota Sedang
Kementerian PPN/
Bappenas
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Perdesaan
Review Kebijakan
Kementerian PPN/
Bappenas
Review Kebijakan Perdesaan
1. Pendekatan Perencanaan• Strategi pembangunan perdesaan nasional mengakomodasi karakteristik lokal dan
tipologi perdesaan• Kemiskinan masih menjadi sasaran dalam pembangunan perdesaan • Keberlanjutan program pembangunan perdesaan • Pengembangan strategi pengarusutamaan (gender, kearifan lokal, perubahan iklim,
dan bencana)2. Koordinasi
• Sinergi pembangunan multi sektor dalam pembangunan perdesaan.• Sinergi penganggaran pembangunan perdesaan yang memperhatikan cakupan jumlah
desa3. Penataan Ruang Perdesaan dan Lingkungan Hidup di Perdesaan
• Pemanfaatan ruang perdesaan menjadi dasar bagi kebijakan penataan ruang kabupaten/kota.
4. Keberpihakan pemerintah terhadap Ketahanan dan Kemandirian Pangan5. Infrastruktur Perdesaan
• Prioritas pembangunan infrastruktur pada wilayah terpencil, terluar, perbatasan.6. Hubungan Pusat dan Daerah
• Sinergitas dan koordinasi program lintas sektor dan antara pusat dan daerah• Penguatan integrasi perencanaan partisipatif dan perencanaan reguler• Kejelasan peran dan keterlibatan pemda (mekanisme) dalam keberlanjutan program• Fasilitasi pusat untuk pembangunan perdesaan secara komprehensif di daerah
Kementerian PPN/
Bappenas
• Perlunya penguatan kelembagaan dengan pengembangan peraturan dan perundangan yang komprehensif dalam mengatur perkembangan perkotaan.
Lemahnya kelembagaan
perkotaan
• Kemiskinan dan pengangguran masyarakat perkotaan yang menurun namun belum secara signifikan memiliki korelasi positif dengan tingkat kejahatan perkotaan. Arah kebijakan pengembangan ekonomi untuk mengurangi disparitas kesejahteraan adalah dengan menguatkan PKL sebagai alternatif kegiatan ekonomi dan industri kreatif kota serta penataan kumuh perkotaan.
Kemiskinan di perkotaan
• Sumber daya manusia di kota yang mayoritas memiliki tingkat pendidikan SD yang merupakan modal dalam pembangunan, maka diperlukan penguatan modal sosial dan sosial budaya melalui penguatan peran lembaga sosial di perkotaan.
Rendahnya Modal Sosial dan Sosial
Review Kebijakan Perkotaan
Kementerian PPN/
Bappenas
Review Kebijakan Perkotaan 2
• pembangunan ekonomi indonesia masih fokus pada pertumbuhan ekonomi dan belum memperhatikan pemerataan.
Belum Optimalnya Pembangunan
Ekonomi.
• tingginya arus urbanisasi yang tidak diimbangi oleh penyediaan layanan publik
Rendahnya Akses Terhadap Pelayanan
Publik.
• dikarenakan pembangunan ekonomi dan fisik yang kurang memperhatikan keseimbangan lingkungan,
Kerentanan Terhadap Bencana
dan Perubahan Iklim
Kementerian PPN/
Bappenas
Review Kebijakan Pengembangan Ekonomi Daerah
Tata Kelola•Pembentukan PTSP di semua kabupaten/kota/propinsi•Keberadaan lembaga ini telah meningkatkan jumlah realisasi investasi PMDN di Indonesia mulai tahun 2010 (Rp. 60,6 Trilyun), 2011 (76 Trilyun) dan 2012 (92,1 Trilyun). Fasilitasi akan berlangsung sampai tahun 2014, saat dimana semua PTSP Provinsi dan beberapa kabupaten/kota di seluruh provinsi sudah berjalan dengan baik, sesuai SOP yang ditetapkan •Sistem Resi Gudang Indonesia•Fasilitasi peningkatan SDM aparatur•Fasilitasi pembangunan infrastruktur
Kerjasama Antar Daerah dan Kemitraan
Publik dan Swasta
•Kerjasama antar daerah•Pembentukan forum stakeholder•Komitmen kepala daerah menjadi syarat utama bagi proses KAD. KAD memerlukan adanya pemahaman dan visi akan pentingnya kerja sama dari kepala daerah yang akan bekerjasama. •Payung hukum KAD penting namun jangan dijadikan penghambat dalam pelaksanaan KAD. •Integrasi dan harmonisasi isu atau sektor yang akan dikerjasamakan untuk menciptakan keberlanjutan
Kementerian PPN/
Bappenas
Review Kebijakan Pengembangan Ekonomi Daerah (lanjutan…)
Fasilitasi• Pengembangan kawasan
Agropolitan, Minapolitan, Klaster, OVOP,KTM• Peningkatan produksi,
produktivitas, dan kualitas produk pertanian, perikanan, industri kecil dan menengah
• Belum melibatkan swasta dan lembaga penelitian secara optimal
• Kerjasama lintas sektor masih terbatas antar instansi pemerintah dan masih belum optimal
• Seringkali daerah mengusulkan lokasi hanya untuk kepentingan mendapat proyek dari pusat
Sarana dan Prasarana Pendukung Ekonomi Lokal
• Pengembangan kawasan Agropolitan, Minapolitan, Klaster, OVOP,KTM• Peningkatan produksi,
produktivitas, dan kualitas produk pertanian, perikanan, industri kecil dan menengah
• Koordinasi dgn stakeholder lokal belum optimal
• Koordinasi lintas sektor masih terbatas dgn PU sementara ada K/L lain yang juga dapat berkontribusi
• Pembangunan sarpras belum mendukung konektivitas secara optimal
Kementerian PPN/
Bappenas
Isu Strategis Perdesaan & PerkotaanPerdesaan
• Kemiskinan (sosek); • Keterisolasian
desa(sarpras); • Kekurangan pelayanan
umum (pel. Publik); • Ketidaktahanan &
ketidakmandirian ekonomi desa (sosek);
• Kesenjangan ekonomi & sosial (sosek);
• Ketidakberlanjutan sumberdaya alam & lingkungan hidup. (SDA&LH)
• Kesenjangan antara kota dan desa (wilayah)
• Belum optimalnya kelembagaan desa (kelembagaan)
Keterkaitan Desa Kota
• Rendahnya daya saing produk;
• Rendahnya daya saing daerah;
• Rendahnya kapasitas organisasi pemerintahan di daerah;
• Belum optimalnya tata kelola ekonomi;
• Terbatasnya akses terbatas terhadap pasar & faktor produksi;
• Lemahnya koordinasi,antar stakeholders pusat dan daerah dalam pengembangan potensi komoditi unggulan
Perkotaan
•Belum terpenuhinya standar pelayanan perkotaan (SPP) minimum (sarpras)•Belum optimalnya peran kota sebagai pendorong danpusat pertumbuhan ekonomi (ekonomi)•Rendahnya daya saing kota (ekonomi)•Tingginya tingkat kemiskinan di perkotaan (sosial)•Kurang optimalnya modal sosial masyarakat (sosial)•Rendahnya pengelolaan lingkungan serta mitigasi dan adaptasi terhadap bencana alam dan perubahan iklim (lingkungan)•Belum optimalnya tata kelola dan kelembagaan kota (kelembagaan)•Kesenjangan antara kota dan desa (wilayah)
Kementerian PPN/
Bappenas
Isu Strategis Perdesaan & Perkotaan
Perdesaan
•Kemiskinan (sosek); •Keterisolasian desa(sarpras); •Kekurangan pelayanan umum (pel. Publik);
•Ketidaktahanan & ketidakmandirian ekonomi desa (sosek);
•Kesenjangan ekonomi & sosial (sosek);
•Ketidakberlanjutan sumberdaya alam & lingkungan hidup. (SDA&LH)
•Kesenjangan antara kota dan desa (wilayah)
•Belum optimalnya kelembagaan desa (kelembagaan)
Keterkaitan Desa & Kota
•Rendahnya daya saing produk;•Rendahnya daya saing daerah;•Rendahnya kapasitas organisasi pemerintahan di daerah;
•Belum optimalnya tata kelola ekonomi;
•Terbatasnya akses terbatas terhadap pasar & faktor produksi;
•Lemahnya koordinasi,antar stakeholders pusat dan daerah dalam pengembangan potensi komoditi unggulan
Perkotaan
•Belum terpenuhinya standar pelayanan perkotaan (SPP) minimum (sarpras)
•Belum optimalnya peran kota sebagai pendorong danpusat pertumbuhan ekonomi (ekonomi)
•Rendahnya daya saing kota (ekonomi)
•Tingginya tingkat kemiskinan di perkotaan (sosial)
•Kurang optimalnya modal sosial masyarakat (sosial)
•Rendahnya pengelolaan lingkungan serta mitigasi dan adaptasi terhadap bencana alam dan perubahan iklim (lingkungan)
•Belum optimalnya tata kelola dan kelembagaan kota (kelembagaan)
•Kesenjangan antara kota dan desa (wilayah)
Kementerian PPN/
Bappenas
Kota PerkotaanMetropolitan/Megapolitan :• Kerjasama antar daerah• Inovasi kelembagaan dan
pembiayaan• Pengendalian urbanisasi• Pengembangan ekonomi kreatif• Pembangunan kualitas SDM• Pembangunan ketahanan
lingkungan melalui daya dukung dan daya tampung.
Kota Sedang/Kecil Keterkaitan Kota – Desa :• Percepatan SPP• Pengembangan kesempatan
kerja• Pengembangan ekonomi lokal
Meningkatkan keterkaitan perkotaan dan perdesaan melalui peningkatan daya saing dengan prinsip - prinsip:
• Berorientasi pada pengembangan komoditas unggulan daerah
• Berorientasi pada pengembangan rantai nilai komoditas
• Fokus pada pengembangan sistem pasar
• Berbasis pada inovasi dan kreativitas yang berwawasan lingkungan
Memperkuat struktur sosial, ekonomi, & ekologi desa berkategori rentan menjadi desa berkategori berketahanan bagi desa hutan, desa adat terpencil dan desa-desa yang masih tradisional.
Mewujudkan Desa berketahanan untuk menuju desa Mandiri melalui melalui pemenuhan SPM.
Mewujudkan desa Mandiri melalui peningkatan ekonomi lokal dan tata kelola pemerintahan desa yang mandiri
Mendorong terwujudnya Desa Unggul Berkelanjutan, yaitu desa yang mampu menyediakan sendiri semua standar kehidupannya dan mengekspor ke luar tanpa menimbulkan resiko) yang mampu menjadi penggerak ekonomi bagi daerah/kawasan sekitarnya.
Perdesaan Keterkaitan Desa Kota Perkotaan
Arah Kebijakan Perdesaan & Perkotaan
Kementerian PPN/
Bappenas
TERIMA KASIH
Top Related