Download - BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

Transcript
Page 1: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan pengelolaan kasus pada An. S dengan perdarahan

gastrointestinal selama 2 hari, ada beberapa permasalahan yang yang muncul pada

kasus akan dibahas dalam bab ini. Adapun pembahasan dimulai dari pengkajian,

diagnosa utama, intervensi, implementasi dan evaluasi. Pengkajian pada An.S

ditemukan beberapa masalah keperawatan antara lain : resti kekurangan volume

cairan berhubungan dengan output yang tidak adekuat, cemas berhubungan

dengan perubahan status kesehatan oleh perdarahan dan penurunan kondisi tubuh,

kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit

yang diderita dan resti kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake inadekuat.

A. Diagnosa keperawatan, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi

1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang tidak

adekuat (Wong, 2004:496).

Kekurangan volume cairan adalah keadaan di mana seorang

individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau berisiko mengalami

dehidrasi vaskular, interstisial atau intravaskular (Carpenito, 2001:139).

Menurut Nanda (2005:89), kekurangan volume cairan adalah

penurunan cairan intravaskuler, interstisial dan atau intraseluler, mengarah

kepada dehidrasi, kehilangan cairan tanpa perubahan sodium.

Page 2: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

Kehilangan cairan gastrointestinal berlebihan melalui muntah

yaitu meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal

merupakan akibat dari gangguan absorpsi dan sekresi cairan dan elektrolit

yang berlebihan. Cairan, sodium, potasium, dan bikarbonat berpindah dari

rongga ekstraseluler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi.

(Suriadi, 2001:83).

Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan output

yang berlebihan melalui emesis. Ini terjadi karena pada kondisi gangguan

gastrointestinal, cairan dan elektrolit banyak yang terbuang karena

hiperperistaltik usus. Ini juga dipertegas dari pendapat Corwin

(2001:521), peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit

terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di

kolon berkurang. Menurut Hidayat (2006:14), kurang volume cairan ini

disebabkan hilangnya cairan dalam tubuh atau juga masukan cairan yang

kurang.

Batasan karakteristik mayor (yang harus terdapat) pada diagnosa

ini adalah ketidakcukupan masukan cairan oral, keseimbangan negatif

antara masukan dan haluaran, penurunan berat badan. Sedangkan kriteria

minor yang mungkin terdapat adalah peningkatan natrium serum,

penurunan haluaran urine atau haluaran urin berlebihan, urin memekat

atau sering berkemih, penurunan turgor kulit, haus / mual / anoreksia.

(Carpenito, 2001:139).

Page 3: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

Diagnosa keperawatan ini perawat tegakkan karena didukung

dengan data nenek pasien mengatakan pasien muntah disertai darah,

berwarna tua, kurang lebih 3 kali sehari, dan data objektif di peroleh data

pasien tampak lemah, pasien tampak pucat, BAB 2 kali sehari, BAK 5-6

kali sehari, muntah 3 kali perhari @ 200 cc-600 cc. Menurut Mubarak

(2008), muntah yaitu pengeluaran isi lambung/perut melalui esophagus

dan mulut karena terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang di

sertai dengan penurunan diafragma dan di kontrol oleh pusat muntah otak.

Pada kasus ini lambung mungkin saja memberikan sinyal kepada pusat

muntah diotak untuk mengeluarkan isinya akibat adanya iritasi dengan

mukosa lambung yang mungkin sedang terluka atau mengalami

peradangan. Darah dapat nampak akibat adanya gesekan makanan dengan

dinding lambung atau esofagus yang mengakibatkan terjadinya erosi pada

mukosa sehingga mengakibatkan perdarahan. Muntah pada bayi dan anak

merupakan gejala yang sering ditemukan dan seringkali merupakan gejala awal

dari berbagai macam penyakit infeksi, misalnya faringitis, otitis media,

pneumonia, infeksi saluran kencing, bila disertai adanya gejala panas badan.

Mutah dapat juga merupakan gejala awal dari berbagai macam kelainan.

Muntah jika terjadi cukup sering pada bayi, bisa menyebabkan kehilangan

cairan, elektrolit dan nutrient yang cukup signifikan yang pada akhirnya

dapat menyebabkan dehidrasi dan terganggunya pertumbuhan anak.

Selain itu didapatkan data obyektif mukosa bibir kering. Ini

disebabkan sirkulasi darah ke perifer berkurang. Balance cairan = (input-

output) 979,9 cc. Balance cairan pada kondisi normal biasanya input sama

Page 4: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

dengan output. Adapun input/ masukan bisa didapat dari cairan oral, air

dalam makanan, air dihasilkan metaolisme. Sedangkan ouput bisa didapat

dari urin faeces, paru-paru, dan kulit. (Metheny, 2000:47). Pasien pucat

dan lemah, karena pada kondisi ini banyak cairan yang hilang sehingga

sehingga cairan yang berguna untuk proses metabolisme akan berkurang,

yang nantinya suplai darah yang mencapai perifer akan berkurang

sehingga pasien tampak pucat.

Perawat memprioritaskan masalah ini sebagai masalah utama

karena menurut hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow termasuk

kebutuhan fisiologis yang memiliki prioritas tertinggi. Kebutuhan

fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, istirahat dan seks.

Sedangkan cairan secara prioritas merupakan kebutuhan fisiologis kedua

setelah O2. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan

antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Hirarki

kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam 5 tingkatan prioritas.

Tingkatan yang paling dasar, atau yang pertama meliputi kebutuhan

fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan

rasa memiliki, kebutuhan rasa berharga dan harga diri, aktualisasi diri.

(Perry & Potter, 2005:613).

Tubuh manusia membutuhkan keseimbangan antara pemasukan

dan pengeluaran cairan. Cairan dimasukkan melalui mulut, atau secara

parenteral, dan cairan meninggalkan tubuh dari saluran pencernaan, paru-

Page 5: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

paru, kulit dan ginjal. Dehidrasi dan edema mengindikasi tidak

terpenuhinya kebutuhan cairan. Dehidrasi mungkin karena demam

berlebihan atau berkepanjangan, muntah, diare, trauma atau beberapa

kondisi yang menyebabkan kehilangan cairan dengan cepat. (Perry &

Potter, 2005:614).

Implementasi yang dilakukan pada Rabu, 28 April 2010,

mengukur suhu dan nadi pada pukul 09.20 WIB, suhu dan nadi ini tetap

dimonitor karena pada saat dehidrasi perfusi jaringan berkurang sehingga

nadi akan meningkat. Sebenarnya tindakan ini sudah dilakukan pada

proses keperawatan di tahap pengkajian. Dan tindakan ini berdasarkan

permasalahan yang ada menurut penulis bukan merupakan prioritas utama

tindakan utama untuk mengatasi masalah. Akan tetapi tindakan ini bisa

merupakan implementasi yang bisa dilakukan setelah implementasi yang

paling prioritas. Implementasi prioritas yang dimaksud adalah

menganjurkan ibu untuk memberi banyak minum susu atau secara per oral

dan nantinya kita bisa memonitor secara berkala apa terjadi peningkatan

nadi, suhu dan frekuensi pernafasan. Menurut Wong (2004:496), ini

bertujuan untuk mengetahui keberhasilan hidrasi sesuai kebutuhan tubuh.

Pada pukul 09.20 WIB memantau balance cairan input dan output

pasien. Dari balance cairan yang menggunakan rumus intake – ouput kita

bisa tahu banyaknya cairan lebih banyak pada cairan yang masuk (intake)

atau yang keluar (ouput), ini juga sebagai indikator untuk menunjukkan

masalah pada output yang berlebih pada kurang volume cairan.

Page 6: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

Sedangkan menurut teori Wong (2004:496) ini bertujuan untuk

memperbaiki kepatuhan terhadap aturan terapeutik. Pukul 17.00 WIB

menganjurkan ibu pasien untuk memberi banyak minum susu selagi tidak

kembung, responnya ibu sudah memberikan minum susu. Menurut Wong

(2004:496) ini bertujuan untuk rehidrasi dan mengganti kehilangan cairan.

Pada pukul 14.20 WIB mengukur balance cairan. Pada pukul 16.10

berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan IV (infus) dan

obat-obatan. Pemberian cairan secara parenteral ini ditujukan untuk

mengganti cairan yang hilang karena dehidrasi dan juga cairan yang

hilang akibat dehidrasi tidak dapat diatasi hanya dengan minum air

Untuk terapi yang lain injeksi taxegram 2 x 150 mg/IV, plasminex

3 x 20 mg/IV dan menganjurkan nenek pasien untuk memberikan pasien

minum susu sesuai dengan yang dianjurkan. Berdasarkan data tersebut

dapat disimpulkan bahwa pemberian minum susu atau memberikan

banyak minum merupakan prioritas utama. Ini berkaitan erat dengan pada

kasus muntah disertai dengan dehidrasi karena cairan lebih banyak yang

dikeluarkan di samping pemberian cairan secara parenteral juga penting.

Cairan merupakan faktor paling esensial yang diperlukan oleh

tubuh selain nutrisi, dan 70 % tubuh manusia terdiri dari air. Kebutuhan

tubuh akan air merupakan urutan kedua setelah kebutuhan oksigen.

(Creasoft, 2008).

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, evaluasi

yang diperoleh adalah masalah teratasi sebagian dengan kriteria hasil yang

Page 7: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

ingin dicapai anak mendapatkan cairan yang cukup untuk mengganti

cairan yang hilang. Data subjektif, nenek pasien mengatakan pasien sudah

mau minum susu. Data obyektif pasien sudah tidak muntah-muntah lagi,

pasien sudah tidak mengeluarkan keringat dingin lagi, konjungtiva tidak

anemis dan balance cairan : 979,1 cc. Jika kita lihat jumlah balance cairan

sebagai indikasi status hidrasi pasien membaik. Analisa masalah teratasi

sebagian dan lanjutkan intervensi dengan memonitor balance cairan, input

dan output pasien.

Faktor yang mendukung dalam masalah ini adalah kooperatifnya

orang tua pasien atas segala tindakan atau prosedur yang dilakukan

perawat dan juga kepatuhan dalam menjalani program terapeutik. Faktor

yang menjadi penghambat adalah sering rewel dalam pemeriksaan.

2. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan oleh perdarahan

dan penurunan kondisi tubuh.

Cemas/ansietas adalah keadaan dimana individu/kelompok

mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem

saraf autonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas,

nonspesifik (Carpenito, 2001:9).

Perubahan stetatus kesehatan adalah dimana dalam konsep sehat

sakit yang dikatakan sehat merupakan suatu kondisi dimana terbebas dari

penyakit, sedangkan sakit yaitu dimana pasien dan keluarga umumnya

akan mengalami perubahan prilaku dan emosional, seperti perubahan

peran, gambaran diri, konsep diri, dan dinamika dalam keluarga (Perry &

Page 8: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

Potter, 2005:22). Perubahan status kesehatan dapat menyebabkan ansietas

karena dengan melihat seseorang mengalami perubahan kesehatan dari

keadaan sehat menjadi sakit, maka perasaan seseorang baik yang

mengalami sakit atau tidak mengalami sakit akan mengalami perubahan

menjadi cemas karena keadaan sakit dianggap mengancam jiwa.

Batasan karakteristik mayor disini adalah peningkatan frekuensi

jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi pernapasan,

suara tremor/perubahan nada, berdebar-debar. Batasan karakteristik

mionor individu menyatakan bahwa ia merasa ketakutan,

ketidakberdayaan, gugup, dan individu memperlihatkan marah berlebihan,

dan menangis.

Penulis memprioritaskan masalah ini sebagai masalah kedua

karena menurut hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow kenyamanan

dan rasa aman termasuk kebutuhan aman nyaman yang kedua, tidak akan

menimbulkan kefatalan langsung jika tidak ditangani dengan segera,

tetapi apabila tidak ditangani akan mempengaruhi tumbuh kembang pada

anak (Perry dan Potter, 2005:615). Rasa cemas dapat mempengaruhi

keadaan fisiologis seseorang, seperti peningkatan frekuensi denyut

jantung dan tekanan darah, sehingga perlu di tangani setelah kasus kurang

pengetahuan pada keluarga An. S. .

Diagnosa ini penulis tegakkan karena didukung oleh data pada

hari Rabu, tanggal 28 April 2010, jam 09.20 WIB data subjektif keluarga

pasien sering menanyakan tentang keadaan pasien, data obyektif nenek

Page 9: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

pasien tidak tahu tentang penyakit yang diderita pasien, pasien sering

rewel dan pasien sering terbangun.

Rencana tindakan keperawatan pada hari Rabu, tanggal 28 April

2010, jam 09.50 WIB pada masalah ini adalah kaji tingkat kecemasan

keluarga, catat perubahan perilaku pasien (rewel), libatkan keluarga dalam

perawatan pasien, dan jelaskan pada keluarga tentang kondisi pasien.

Implementasi yang dilakukan pada hari Rabu, tanggal 28 April

2010, jam 09.20 WIB menjelaskan prosedur tindakan, menurut Doenges

(2000:480) rasionalnya adalah keterlibatan keluarga dan pasien dalam

perencanaan keperawatan memberikan rasa kontrol dan membantu

menurunkan ansietas.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan di mana seorang

individu dan kelompok mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau

psikomotor berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan

(Carpenito, 2001: 223).

Kurang informasi adalah kurangnya mengenali pengobatan atau

prosedur tertentu (Potter dan Perry, 205 : 339)

Menurut Perry dan Potter (2005: 339), pasien atau keluarga

merupakan penerima pesan dalam proses belajar, pasien atau keluarga

dinyatakan siap untuk belajar ketika mereka mengemukakan keinginannya

untuk tahu, perasaan cemas yang membuat individu ingin memahami isi

pelajaran, kemampuan untuk belajar tergantung pada factor emosi,

Page 10: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

kesehatan fisik, pendidikan tahap perkembangan dan pengalaman atau

pengetahuan sebelumnya. Tujuan pendidikan kesehatan meliputi

memelihara, meningkatkan kesehatan dan pencegahan penyakit dan

perbaikan kesehatan.

Batasan karakteristik mayor untuk masalah kurang pengetahuan

yaitu mengungkapkan kurang pengetahuan atau ketrampilan-ketrampilan

atau permintaan informasi, mengekspresikan ketidakadekuatan persepsi

status kesehatan, melakukan dengan tepat perilaku kesehatan yang

dianjurkan atau diinginkan. Sedangkan batasan karakteristik minornya

yaitu kurang integrasi tentang rencana pengobatan kedalam aktivitas

sehari-hari, memperlihatkan atau mengekspresikan perubahan psikologis

(depresi) mengakibatkan kesalahan informasi atau kurang informasi

(Carpenito, 2001: 223).

Diagnosa keperawatan ini muncul karena ditemukan data bahwa

keluarga pasien mengatakan belum tahu tentang penyakit yang diderita

anaknya, data objektif ibu keluarga pasien tampak bingung, sering

bertanya tentang penyakit yang diderita anaknya dan keluarga pasien

kurang mengerti tentang cara pemberian makanan pendamping ASI.

Penulis memprioritaskan masalah ini sebagai masalah ketiga

karena menurut hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow termasuk

kebutuhan aktualisasi dari. Aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan

yang paling tinggi dalam hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow.

Menurut teori Perry & Potter (2005:614), pada saat manusia sudah

Page 11: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

memenuhi seluruh kebutuhan pada tingkatan yang lebih rendah, hal

tersebut melalui aktivitas diri dikatakan bahwa mereka mencapai potensi

mereka yang paling maksimal.

Intervensi yang direncanakan untuk mengatasi masalah ini adalah

mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita

pasein, memberikan pendidikan kesehatan tentang cara pemberian

makanan pendamping ASI, memberitahu keluarga tentang prosedur,

tujuan dari tindakan yang akan dilakukan dan memberitahu keluarga

tentang penyakit yang diderita pasien saat ini.

Implementasi yang dilakukan penulis yaitu mengkaji pengetahuan

keluarga tentang penyakit yang diderita anaknya. Tujuan dari pengkajian

ini karena dengan belajar lebih mudah bila memulai dari pengetahuan

peserta (Doengoes, 2000 :436), memberikan informasi tentang penyakit

yang diderita pasien yang meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala

dan penatalaksanaan perdarahan gastrointestinal serta nutrisi yang adekuat

berupa makanan pendamping ASI pada bayi umur 0-1 tahun, rasionalnya

adalah dengan adanya penyuluhan atau penjelasan pada keluarga pasien

diharapkan keluarga mempunyai pengetahuan yang lebih besar sehingga

dapat menghasilkan kebiasaan untuk mempertahankan kesehatan yang

lebih baik (Perry and Potter, 2005 :338), implementasi selanjutnya adalah

menjelaskan tentang prosedur, tujuan dari tinadakan yang akan dilakukan.

Evaluasi pada hari Selasa 27 April 2010 Pukul 20.25 WIB,

didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan belum mengerti tentang

Page 12: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

cara pemberian makanan pendamping ASI yang benar, data objektif

keluarga pasien masih sering bertanya tentang kondisi pasien dan keluarga

pasien masih kelihatan bingung, sehingga dapat diambil kesimpulan

masalah teratasi sebagian dan lanjutkan intervensi.

Faktor yang mendukung masalah tersebut dapat teratasi adalah

media yang menarik dan suasana penyuluhan yang kondusif serta

keaktifan peserta penyuluhan dalam mengikuti kegiatan penyuluhan

keluarga pasien mau bekerjasama dalam melakukan prosedur, keluarga

pasien mau mengikuti anjuran perawat dan mau melakukan tindakan

keperawatan pada pasien.

4. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan masukan yang tidak edekuat

Menurut NANDA (2005:139) ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh adalah intake nutrisi tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme. Perubahan nutrisi adalah suatu keadaan di mana

individu yang tidak puasa mengalami penurunan berat badan yang

berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat atau metabolisme yang

tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Carpenito, 2001:259).

Sehingga dapat diambil kesimpulan risiko perubahan nutrisi kurang dari

tubuh adalah keadaan dimana asupan input dapat mengalami penurunan

sehingga kebutuhan metabolisme mengalami kekurangan dan dapat

mengakibatkan tubuh mengalami kelelahan.

Page 13: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

Nutrisi atau zat makanan adalah merupakan bagian dari makanan

termasuk didalamnya air, protein dan asam amino yang membentuknya,

lemak dan asam lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin (Creasoft, 2008).

Argumen dari penulis nutrisi merupakan zat – zat yang dibutuhkan oleh

organ tubuh untuk metabolisme.

Menurut Carpenito (2001:260) batasan karakteristik mayor yaitu

individu yang tidak puasa melaporkan atau mengalami masukan makanan

tidak adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan

berat badan atau kebutuhan metabolik aktual atau potensial dalam

masukan yang berlebih. Sedangkan batasan karakteristik minornya: berat

badan 10 % sampai 20% atau lebih di bawah berat badan ideal untuk

tinggi dan kerangka tubuh, lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah dan

lingkar otot pertengahan lengan kurang dari 60% standar pengukuran,

kelemahan otot dan nyeri tekan, peka rangsang mental dan kekacauan

mental, penurunan albumin serum, penurunan transferin serum atau

penurunan kapasitas ikatan besi.

Diagnosa ini perawat tegakkan karena didukung dengan data

subjektif ditemukan data bahwa ibu pasien mengatakan anaknya lemas

dan BB pasien berkurang 1 kg.. Sedangkan data objektif yang meliputi

pengkajian ABCD. Pada pengkajian antropometri, tinggi badan : 60 cm,

berat badan 5,5 kg, lingkar lengan : 13 cm, lingkar kepala : 42 cm.

Pengukuran antropometri dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-ukuran

fisik seorang anak (Nursalam, 2005: 47). Jika kita lihat pada berat badan

Page 14: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

rata-rata berdasarkan umur pada rentang 0-5 tahun berat rata-ratanya 4,6

kg (Nursalam, 2005:49).

Biochemical, warna feses kuning, cair, telur cacing (-), amoeba

(-), ampas (+), lemak (-). Clinical assessment = rambut lembut,

penyebaran merata, turgor lembab. Clinical assessment/ pemeriksaan

klinis adalah penilaian keadaan fisik yang berhubungan dengan keadaan

pasien yang tampak lemas dan adanya berat badan yang berkurang 1 kg.

Penulis memprioritaskan masalah ini sebagai masalah keempat

karena menurut hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow termasuk

kebutuhan fisiologis. Nutrisi merupakan kebutuhan fisiologis ketiga

setelah oksigen dan cairan. Tubuh manusia memiliki kebutuhan essesnsial

terhadap nutrisi, walaupun tubuh dapat bertahan tanpa makanan lebih

lama daripada cairan (Perry & Potter, 2005:614)

Intervensi untuk diagnosa keperawatan ini, penulis menentukan

tujuan dan kriteria hasil setelah melakukan tindakan keperawatan yang

dilakukan selama 2x24 jam diharapkan pasien nutrisi pasien bisa

terpenuhi dengan kriteria hasil: pasien tidak tampak lemah, dan pasien

tidak tampak pucat. Kriteria kriteria diatas didukung oleh Wong

(2004 :497) yang mengungkapkan tujuan hasil anak dapat mengkonsumsi

nutrisi yang ditentukan dan menunjukkan penambahan berat badan yang

memuaskan. Adapun intervensi yang dilakukan meliputi anjurkan ibu

pasien untuk menambah asupan nutrisi dari makanan tambahan,

hidangkan susu selagi hangat, timbang BB setiap 2 hari sekali, berikan

Page 15: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

makanan yang disukai pasien, anjurkan pasien makan sedikit tapi sering

dan kolaborasi dengan tim gizi tentang makanan pasien.

Implementasi dilakukan pada hari Rabu, 28 april 2010 pukul

18.00 WIB yaitu mengajurkan pasien untuk menambah asupan nutrisi dari

makanan tambahan, rasionalnya setelah hidrasi kemudian diberikan MP

ASI, ini akan mengurangi kehebatan dan durasi penyakit (Wong, 2004:

497). Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk

menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak

dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus-menerus. Pertumbuhan dan

perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat

kondisi pertambahan berat badan anak. Selain sebagai pelengkap ASI,

pemberian makanan tambahan sangat membantu bayi dalam proses

belajar makan yang baik (Krisnatuti, 2007).

Pada pukul 09.20 WIB, menimbang BB setiap 2 x sehari, pada

pukul 17.00 WIB, memberikan makanan yang disukai pasien dan

menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering.

Evaluasi yang dilakukan pada hari Rabu, 28 april 2010 pukul

20.10 didapatkan data subjektif nenek pasien mengatakan mengatakan

pasein masih muntah, data obyektif pasien mau minum susu, habis ½ dot

kecil, mukosa bibir kering, masih tampak lemas, masih tampak pucat dan

BB : 5,5 kg. Dari data-data tersebut dapat diambil kesimpulan pencapaian

pada diagnosa ini adalah teratasi sebagian dan lanjutkan intervensi.

Page 16: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

Implementasi selanjutnya dilakukan pada hari selasa, 27 april

2010 pukul 07.35 Menganjurkan pemberian ASI sesering mungkin, pada

pukul 08.10 memonitor tetesan cairan infuse.

Faktor yang mendukung terselesainya masalah ini adalah

kepatuhan orang tua terhadap anjuran perawat dan kesabaran orang tua

dalam memberikan makan. Faktor yang menjadi penghambat apabila anak

diberikan MP ASI terkadang rewel sehingga untuk MP ASI yang

diberikan daya hisapnya kurang kuat.

B. Diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori tidak ditemukan

pada kasus

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kapasitas angkut

oksigen dan faktor-faktor resiko aspirasi.

Kerusakan pertukaran gas adalah keadaan dimana seorang individu

mengalami penurunan jalannya gas (oksigen dan karbondioksida) yang aktual

(atau dapat mengalami potensial) antara alveoli paru-paru dan sistem vaskuler

(Carpenito, 2000 : 327).

Penulis tidak menegakkan diagnosa tersebut karena data yang

menguatkannya tidak ditemukan pada pasien yang sesuai dengan batasan

karakteristik mayor yaitu dispnea saat melakukan latihan maupun karakteristik

minor yang bisa mendukung diagnosa tersebut yaitu konfusi/agitasi, bernafas

dengan bibir dengan fase ekspirasi yang lama, keletihan, perningkaan tanda

vaskuler pulmonal, penurunan isi oksigen, penurunan saturasi oksigen,

Page 17: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

peningkatan PCO2, sianosis (Carpenito, 2000 : 327). Serta data yang harus ada

untuk menegakkan diagnosa tersebut yaitu pemeriksaan laboratorium berupa

Analisa Gas Darah (AGD) dilakukan untuk mengetahui adanya hipoksemia

jika PaCO2 < 35 mmHg dan hiperkapnia jika PaCO2 ≥ 45 mmHg dimana

normal PaCO2 35-45 mmHg.

Page 18: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perdarahan gastrointestinal adalah perdarahan yang terjadi dimana saja

disepanjang saluran cerna. Bila perdarahan berasal dari esophagus, lambung

dan duedenium, maka menyebabkan hematemesis. Apabila perdarahan ringan

sampai sedang dari sebelah atas ileum distal maka cenderung menyebabkan

berak yang berwarna hitam dan berkonsistensi seperti ter, yang disebut

melena dan apabila perdarahan besar pada duodenum atau bagian atasnya

juga dapat menyebabkan melena (Nelson, 2000). Penyebab perdarahan

gastrointestinal (GI) diklasifikasikan ke atas atau bawah, tergantung pada

lokasi mereka di saluran pencernaan. Penyakit ini ditandai dengan darah

merah segar dari mulut, muntahan darah merah segar atau seperti kopi,

Melena, darah segar bercampur tinja, darah diluar tinja.

Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan ditemukan keluhan

utama pada An. S pasien muntah dan disertai darah kental berwarna merah

tua kurang lebih 3 kali sehari. Menurut Mubarak (2008), muntah yaitu

pengeluaran isi lambung/perut melalui esophagus dan mulut karena terjadi

kontraksi otot abdominal dan otot dada yang di sertai dengan penurunan

diafragma dan di kontrol oleh pusat muntah otak. Muntah pada bayi dan anak

merupakan gejala yang sering ditemukan dan seringkali merupakan gejala

awal dari berbagai macam penyakit infeksi, misalnya faringitis, otitis media,

Page 19: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

pneumonia, infeksi saluran kencing, bila disertai adanya gejala panas badan.

Mutah dapat juga merupakan gejala awal dari berbagai macam kelainan.

Muntah jika terjadi cukup sering pada bayi, bisa menyebabkan kehilangan

cairan, elektrolit dan nutrient yang cukup signifikan yang pada akhirnya dapat

menyebabkan dehidrasi dan terganggunya pertumbuhan anak.

Selain hal tersebut, timbul juga masalah kurangnya pengetahuan

keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit dan

nutrisi. Untuk mengatasi masalah ini adalah memberikan pendidikan

kesehatan tentang bronkopneumonia seperti pengertian, penyebab, cara

perawatan dan pecegahan, ajarkan hidup sehat dengan nutrisi adekuat dan

higiene, beri pendidikan kesehatan tentang penyakit bronkopneumonia dan

nutrisi yang adekuat pada bayi umur 0-1 tahun. Diagnosa keperawatan yang

ketiga yaitu perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan

dengan efek hospitalisasi. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan anak berhubungan dengan efek hospitalisasi maka penulis

melakukan implementasi yaitu memberi kenyamanan pada lingkungan anak,

libatkan orang tua dalam perawatan, berikan terapi bermain sesuai umur

pasien, dan seimbangkan istirahat tidur pasien untuk menjaga kondisi pasien.

Dari ketiga diagnosa keperawatan yang muncul, masalah keperawatan

bersihan jalan nafas tidak efektif dengan masalah teratasi sebagian dan

kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang penyakit dan nutrisi masalah teratasi, dan diagnosa ketiga masalah

Page 20: BAB IV.doc Perdarahan Gastrointestinal

keperawatan perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan

dengan efek hospitalisasi belum teratasi sepenuhnya.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan agar karya tulis ilmiah digunakan sebagai referensi agar

dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan mahasiswa.

2. Bagi Instansi Kesehatan

Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan pada

An. Z dengan bronkopneumonia. Dan untuk pasien dengan penyakit

dengan penyakit menular seharusnya dirawat di tempat yang intensif

(isolasi). Dan diberikan tempat bermain bagi anak agar tidak kehilangan

masa bermainnya walaupun dia berada di rumah sakit.

3. Bagi Keluarga

Diharapkan bagi keluarga agar dapat menjaga kebersihan supaya

terhindar dari bakteri, kuman, dan virus yang dapat mengakibatkan

bronkopneumonia. Serta agar lebih menjaga dan merawat anak, serta

lingkungan rumah untuk meningkatkan kesehatan anak.

4. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dalam

memberikan perawatan pada anak dengan bronkopneumonia, bahkan dapat

melakukan pencegahan.