25
BAB IV
PROSES PRODUKSI
4.1 Ide Karya
Perubahan terjadi seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat
yang menjadi serba praktis dan semakin individual, yang membuat teko menjadi
sangat jarang digunakan. Bila digunakan pun, pemakaiannya hanya sebatas
fungsi tanpa melihat lagi nilai dan makna yang tekandung sebelumnya. Teko lebih
sering disimpan dalam lemari atau ditata dalam rak hias sebagai benda yang
dipajang.
Selain itu, posisi teko yang merupakan bagian dari perangkat minum teh
sebagai sarana untuk bersosialisasi terdahulu, kini telah tergantikan dengan
munculnya berbagai kemasan lain seperti minuman ringan dan kopi yang lebih
diminati khususnya bagi masyarakat modern.
Hal tersebut yang mendorong untuk merancang teko sebagai benda
pajangan, teko yang telah terlepas dari segi fungsi dan nilai- nilai telah terkandung
sebelumnya.
Perancangan teko sebagai benda pajangan dapat memberikan keleluasaan
karena yang ditonjolkan adalah dari segi visual sehingga sisi desain baik itu
ergonomi dan fungsi telah sedikit hilang.
Hasil karya berupa tujuh buah set teko yang terdiri dari sebuah teko
berukuran 15 cm3 dan sebuah cangkir berukuran 5 cm3. Gagasan komposisi
26
dalam satu set teko berdasarkan inti cerita dari cerita Gigantor, yang menceritakan
persahabatan antara seorang anak kecil dan sebuah robot dalam menumpas
kejahatan. Perbedaan ukuran sengaja dirancang untuk menunjukkan teko yang
mewakili figur si robot dan cangkir yang berukuran kecil mewakili figur anak kecil.
Gbr 15 . Teko Yi Hsing
Selain itu perancangan pun sedikit mengambil ide dari teko Yi Hsing,
secara visual teko ini kaya akan tema mulai dari yang bertemakan alam,
geometris hingga abstrak. Teko Yi Hsing berwarna tanah dan tidak diglasir
sehingga memiliki sisi detail yang sangat menarik dan menjadi nilai lebih tersendiri.
4.2 Bentuk dan Ukuran
Image bentuk diambil dari gaya futuristik film kartun robot pada era tahun
80an yang memiliki bentuk cenderung membulat dan lonjong. Bentuk yang diambil
dari tokoh tersebut adalah bentuk lonjong dan silinder, karena image itu bentuk
yang menonjol dari karakter tersebut.
27
Gbr 16 . Soul of Chogokin Gbr 17 . Tetsujin 28
• Bentuk bulat diambil dari badan tokoh Gigantor sebagai bodi dari teko,
sesuai dengan kaedah teko yang merupakan suatu wadah, maka bentuk
lonjong itu mewakili image wadah.
• Bentuk silinder diambil dari bentuk roket dari tokoh Gigantor.
Perancangan teko dengan tema ini tidak semata menambahkan bentuk
figur dari tokoh Gigantor. Bentuk- bentuk yang dipilih tadi diolah kembali dengan
cara mengkombinasi, menyambung, memotongnya dan menghasilkan bentuk
yang baru dengan tidak menghingkan aspek figur dari tokoh Gigantor. Sehingga
hasil akhir desain, secara utuh akan menghasilkan bentuk yang baru yang
berjumlah 7 set, dengan menggunakan gagasan bentuk yang diambil dari tokoh
Gigantor.
28
4.3 Image Warna
Aspek detail dan warna cukup kuat ditonjolkan dalam perancangan teko ini
sehingga berbeda dengan teko- teko masa kini yang dominan dengan glasir
berwarna cerah. Konsep ini diharapkan dapat memberikan nuansa baru dengan
tetap menonjolkan warna material tanah merah sehingga dapat diterima oleh
masyarakat.
Warna merah maroon kehitaman adalah warna yang mendominasi
keseluruhan dari teko ini, dengan maksud memberikan efek tua dan kuno sebagai
perwujudan dari imajinasi yang dibawa dari masa lalu (masa kecil).
Gbr 18. Wadah gerabah
Gbr 19 . Narative Teapot- Richard Notkin
29
4.4 Material
Material yang digunakan adalah colorclay tanpa diglasir dengan komposisi
tanah merah Plered dan Kaolin berbanding 1 : 1 yang ditambahkan Iron Oksida
sebesar 6% (hasil eksplorasi terpilih). Hasil yang diperoleh adalah tanah berwarna
merah maroon dengan tingkat keplastisan yang lebih rendah dari material tanah
merah Plered, namun baik untuk proses teknik cor.
Hasil eksplorasi material ini memberikan efek yang diharapkan dengan
dibakar pada suhu 11800C, efek warna yang dihasilkan berwarna merah maroon
kehitaman.
4.5 Proses Produksi
Proses produksi perancangan teko ini dengan menggunakan teknik cetak
cor tuang dengan tambahan proses handbuilding sebagai proses modifikasi.
Prosesnya terdiri dari pembuatan model dan cetakan gips, pembuatan tanah cor,
mencetak, pembentukan, pengeringan, dan pembakaran.
4.5.1 Pembuatan Model
Model terdiri atas 2 buah bentuk dasar yang terdiri atas bentuk oval dan
silinder, dibuat dengan bahan gips dengan proses sebagai berikut :
1. Massa gips dituang dalam cottle berbentuk silinder dengan ukuran tertentu.
2. Proses pembubutan model silinder tadi sehingga menjadi bentuk lonjong.
Model bentuk lonjong ini yang akan menjadi bodi dasar dari keseluruhan
desain teko yang akan dimodifikasi.
30
4.5.2 Pembuatan Cetakan Gips
Tahap-tahap yang dilakukan membuat cetakan gips :
1. Pembagian garis bagi pada kedua model menjadi dua buah bagian cetakan.
2. Pemasangan cottle dan penempatan model yang sesuai dengan jumlah
bagian cetakan gips.
3. Penutupan satu sisi permukaan model didalam cottle untuk menjadi sisi
alas yang akan dituang massa gips dan pemberian kuncian sesuai
kebutuhan.
4. Penuangan massa cair gips.
5. Setelah menunggu gips mengeras, cetakan dibalik untuk membuat sisi gips
yang lainnya.
4.5.3 Proses Pembuatan Massa Cor
Bahan yang digunakan adalah massa cor berwana yang dibuat dengan
perbandingan antara tanah merah Plered dan Kaolin sebesar 1 : 1 yang ditambah
oksida besi sebesar 6% untuk memberikan warna merah maroon.
Proses pembuatan berupa bubuk yang ditambahkan air dengan proses
penyaringan dengan saringan berukuran 100 mesh untuk mendapat kualitas
massa cor yang baik yang selanjutnya ditambahkan deflokulan sebesar 0,5%.
31
Gbr 20. Proses penyaringan Massa Cor
4.5.4 Proses Pengecoran
Sebelum proses penuangan massa cor, cetakan diikat dengan bantuan tali
karet sebagai penahan. Setelah massa cor dituang, biarkan selama 2- 4 menit
sesuai dengan ukuran ketebalan yang diinginkan, lalu biarkan sekitar 3- 4 jam
untuk membuka cetakan.
Gbr 21 . Proses Penuangan Massa Cor Gbr 22 . Hasil Cetakan
32
4.5.5 Proses Pembuatan Teko
Pembuatan teko yaitu dengan menggabung kedua bentuk dasar tadi
(lonjong dan silinder) menjadi suatu bentuk teko. Hasil cetakan berbentuk lonjong
adalah yang digunakan sebagai bodi, kaki, dan tutup sedangkan bentuk silinder
digunakan sebagai kaki, handle, dan spoutnya. Dengan cara ini dapat ditemukan
berbagai variasi kemungkinan yang tinggi dalam hal merancang sebuah teko.
Selanjutnya hasil cetakan tersebut ditambahkan dengan bagian- bagian
seperti spout, handle, kaki, dan tutup dengan teknik handbuilding.
Sebagai finishing, digunakan berbagai cara untuk mengejar tekstur robot
yaitu dengan cara cetak tekan dan stempel.
Gbr 23. Finishing Gbr 24. Pembuatan tutup teko
4.5.6 Proses Pembakaran
Sebelum proses pembakaran, produk melalui tahap pengeringan yang
dilakukan pada suhu ruang selama 2-4 hari sesuai kondisi cuaca.
Proses pembakaran adalah proses yang akan mengubah material tanah liat
menjadi keramik yang memiliki sifat keras.
Karya teko ini melalui tahap satu kali proses pembakaran bersuhu 11800C
selama 8- 10 jam.
33
Gbr 25. Proses Pembakaran
4.6 Karya Teko Robot
Rancangan akhir merupakan kesatuan bentuk yang mewakili image
robot. Bentuk baru yang dibawa dalam sebuah teko diharapkan dapat
diapresiasi secara lebih dalam daripada hanya sebatas segi fungsi
sehingga dapat diterima sebagai suatu benda pajangan.
Sebuah cangkir yang terdapat dalam set teko ini hanyalah sebatas
formalitas dalam suatu komposisi karena memang tujuan akhir dari karya
ini adalah untuk benda pajangan.
Bentuk yang dibawa dari image robot mempunyai sisi yang lebih ke
arah modern dengan tetap mempertahankan sisi tradisionalnya yang
diwakili oleh karakter bahan dan warna gerabah. Karya ini diharapkan
dapat membawa aspek lokal dan juga dapat diterima oleh masyarakat
modern yang cenderung tertarik dengan hal- hal baru.
34
Gbr 26. Karya #1
Gbr 27. Karya #2
Gbr 28. Karya #3
35
Gbr 29. Karya #4
Gbr 30. Karya #5
Gbr 31. Karya #6
36
Gbr 32. Karya #7
Top Related