BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
4.1 Karakteristik Responden
Kuesioner dalam penelitian ini dibagikan kepada 36 auditor
IGE RDTL. Dari 36 kuesioner yang dibagikan dikembalikan semua
akan diolah dengan program SPSS 19. Karakteristik responden
disajikan dalam Tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1
Karakteristik Responden
Kategori Frekuensi Presentase
Jenis kelamin
Pria 24 66,7
Perempuan 12 33,3
Jumlah 36 100%
Umur
25 – 30 8 22,2
31 – 35 11 30,6
36 – 40 11 30,6
Di atas 40 6 16,6
Jumlah 36 100%
Pendidikan Terakhir
SMA 2 5,6
D3 2 5,6
S1 30 83,2
S2 2 5,6
Jumlah 36 100%
Pengelaman kerja
1 s/d 5 th 16 44,4
6 s/d 10 th 14 39
Lebih 10 th 6 16,6
Jumlah 36 100%
Sumber: Data Primer yang diolah (2014)
Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
bahwa responden pria yaitu sebanyak 24 orang (66,7%), sedangkan
responden perempuan sebanyak 12 orang (33,3%). Sebagian besar
responden yang mengisi kuesioner adalah laki-laki.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa umur
responden yang paling banyak adalah antara 31 sampai 35 dan 36
sampai 40 tahun masing-masing sebanyak 11 orang (30,6%) kemudian
yang umur 25-30 tahun sebanyak 8 orang (22,2%) dan diatas umur 40
tahun sebanyak 6 orang (16,6%). Umur di atas 40 tahun sudah
mempunyai pengelaman kerja diatas 10 tahun, umur 31-40 tahun
pengelaman kerja 5-10 tahun dan umur 25-30 pengelaman kerja 1-5
tahun.
Responden berdasarkan jenjang pendidikan terakhir yaitu yang
memiliki pendidikan terakhir SI sebanyak 30 orang (83,2%), responden
yang memiliki pendidikan terakhir SMA, D3 dan S2 masing-masing
sebanyak 2 orang (5,6%). Menurut peneliti hal ini disebabkan karena
kriteria yang ditentukan oleh komisi kepegawaian pada saat melakukan
rekrutmen untuk menjadi seorang auditor persyaratan minimal S1,
sehingga yang melamar sebagai auditor kebanyakan adalah sarjana.
Jumlah responden berdasarkan pengalaman kerja 1 sampai 5
tahun sebanyak 16 orang (44,4%) sebagai inspector, pengalaman 6
sampai 10 tahun 14 orang (39%) sebagai senior auditor dan
pengalaman lebih dari 10 tahun 6 orang (16,6%). sudah menjabat
sebagai Kepala Bagian atau Kepala Pimpinan Direksi.
4.2 Tanggapan Responden atas Pelaksanaan Governance pada
Pemerintah RDTL.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 36
responden melalui penyebaran kuesioner dan wawancara beberapa
pegawai yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Kuesioner
masing-masing didasarkan pada rentang skor jawaban, selalu skor 3,
kadang-kadang skor 2, tidak pernah skor 1 dan hasil wawancara untuk
mendukung kuesioner.
4.2.1 Tanggapan Responden atas Transparansi dalam Governance
Transparansi (transparency) meningkatkan keterbukaan
(disclosure) dari kinerja pemerintah daerah secara teratur dan tepat
waktu (timely basis) serta benar (accurate).
Untuk lebih jelasnya akan disajikan tanggapan responden atas
transparansi lihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Tanggapan Responden atas Transparansi
Tanggapan responden mengenai transparansi dengan presentase
(58,33%) memilih kadang-kadang, ini menunjukkan bahwa
pengumuman pengelolaan anggaran cukup transparan, informasi yang
diberikan kepada publik cukup meningkatkan pengelolaan transparansi
anggaran, transparansi cukup meningkatkan usulan rakyat, laporan
anggaran cukup tepat waktu. Website yang disediakan oleh pemerintah
No Pertanyaan Scoring Responden
Selalu
Kadang
Kadang
Tidak
Pernah
1 Menurut auditor, pengumuman pengelolaan
anggaran kepada masyarakat dapat meningkatkan
tranparansi 41,67% 52,77% 5,56%
2 Apakah informasi yang diberikan kepada publik
selama ini menurut anda dapat meningkatkan
pengeloaan transparansi anggaran 13,89% 69,44% 16,67%
3 Meskipun suara rakyat/usulan rakyat
diakomodasi melalui musrembang, transparansi
publik tentang anggaran tetap di manipulasi 16,67% 58,33% 25%
4 Apakah transparansi anggaran dapat
mengakomodasi dan meningkatkan usulan/suara
rakyat 22,22% 47,22% 30,56%
5 Apakah laporan pertanggungjawaban anggaran
tahunan selalu tepat waktu 27,78% 63,89% 8,33%
Jumlah Total Presentase 24,45% 58,33% 17,22%
Sumber: Data Primer yang diolah (2014)
belum menyampaikan aktivitas atau program tahunan yang akan
dilaksanakan.
Beberapa responden memilih selalu, temasuk dalam kategori
tinggi artinya, pengumuman pengelolaan anggaran kepada masyarakat
dapat meningkatkan tranparansi dan laporan pertanggungjawaban
anggaran tahunan selalu tepat waktu. Ditunjukkan melalui website yang
disediakan oleh pemerintah tentang pengadaan barang, dan laporan
anggaran harus tepat waktu. Ada responden yang memilih tidak pernah
masuk kategori rendah, suara rakyat diakomodasi anggaran tetap
dimanipulasi, transparansi tidak meningkatkan usulan rakyat.
Lima belas responden menyatakan pengumuman pengelolaan
anggaran yang disampaikan kepada masyarakat meningkatkan
transparansi artinya bahwa, pemerintah telah mengunakan anggaran itu
dengan baik. Sembilan belas responden yang menjawab kadang-kadang
artinya, walaupun ada pengumuman anggaran kepada masyarakat tetapi
pungumuman yang disampaikan kurang benar. Dua responden
menyatakan tidak pernah adanya pengumuman pengelolaan anggaran
kepada masyarakat hal ini disebabkan oleh pemahaman responden
mengenai pertayaan yang disampaikan sehingga jawaban tidak sesuai
dengan yang diharapkan.
Lima responden yang mengatakan bahwa informasi yang
diberikan kepada publik dapat meningkatkan transparansi yang artinya
informasi yang disampaikan kepada publik dapat meningkatkan
pengelolaan angaran sesuai dengan aturan. Dua puluh lima responden
mengatakan bahwa informasi yang diberikan kepada publik kadang-
kadang tidak dapat meningkatkan transparansi. Enam responden
mengatakan bahwa informasi yang diberikan kepada publik tidak
pernah meningkatkan transparansi karena realisasi anggaran tidak
sesuai dengan program pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat.
Enam responden yang mengatakan bahwa walaupun ada
transparansi anggaran tetapi menurut ke enam responden tersebut
anggaran tetap dimanipulasi. Dua puluh satu responden mengatakan
bahwa transparansi anggaran dimanipulasi yang artinya bahwa,
meskipun menyampaikan informasi kepada publik tentang pengunaan
anggaran dalam satu periode tetapi informasi yang disampaikan kurang
benar karena ada penyimpangan dalam penyajian laporan keuangan
atas implementasi anggaran. Sembilan responden yang mengatakan
bahwa transparansi anggaran yang disampaikan sesuai dengan prosedur
dan aturan.
Delapan responden yang menjawab transparansi anggaran
mengakomodasi suara rakyat yang artinya, suara rakyat yang
disampaikan meningkatkan hubungan eksekutif dan legislatif dalam
mewujudkan kepentingan masyarakat. Tujuh belas responden
menjelaskan kadang suara rakyat kurang diperhatikan oleh eksekutif
dan legislative artinya, implementasi anggaran kurang sesuai apa yang
disampaikan oleh masyarakat. Sebelas responden menjawab tidak
pernah transparansi anggaran dapat mengakomodasi dan meningkatkan
usulan rakyat, ini disebabkan oleh pemahaman responden mengenai
pertanyaan yang disampaikan.
Sepuluh responden yang menyatakan laporan
pertanggungjawaban keuangan tepat waktu karena, eksekutif telah
menjalankan tugas dengan baik sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan dan merupakan kewajiban untuk dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat. Dua puluh tiga responden yang menjawab laporan
pertanggungjawaban keuangan kurang tepat waktu artinya, komunikasi
kurang dipergunakan dengan baik antara pimpinan dan bawahan
sehingga laporan pertanggungjawaban tahunan tidak tepat waktu. Tiga
responden mengatakan tidak ada komunikasi antara pimpinan dan
bawahan yang baik sehingga laporan pertanggungjawaban tahunan
tidak pernah tepat waktu.
Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden memilih
kadang-kadang termasuk kategori sedang yang artinya bahwa,
informasi dalam pengelolaan anggaran dan pertanggungjawaban
anggaran tahunan pemerintah yang disampaikan kepada publik kurang
transparan dan tidak tepat waktu.
Berdasarkan hasil rekapitulasi responden mengenai transparansi
menunjukkan bahwa pelaksanan good governance pada pemerintah
secara umum cukup baik, karena penyampaian informasi pengelolaan
anggaran cukup tepat waktu.
Wawancara pada tanggal 20 Januari 2015 dengan (Staff auditor)
saudari Yuliana Bete, menjelaskan transparansi bahwa: “Menurut saya,
secara umum transparansi baik namun, belum maksimal karena entitas
menyediakan laporan belum sesuai dengan standar yang berlaku”.
Hasil wawancara termasuk kadang-kadang, sehingga hasil kuesioner
konsisten dengan hasil wawancara yang artinya, bahwa transparansi
dalam good governance pada instansi pemerintahan Timor Leste secara
umum cukup baik. Dengan demikian untuk meningkatkan transparansi
perlu informasi yang terbuka, benar, tepat waktu dan penyajian laporan
harus sesuai dengan standar yang berlaku.
4.2.2 Tanggapan Responden atas Keadilan Governance
Keadilan (fairness) melindungi segenap kepentingan
masyarakat dan stakeholder lainnya dari rekayasa-rekayasa dan
transaksi-transaksi yang bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
Tanggapan responden atas keadilan lihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Tanggapan Responden atas Keadilan
Tanggapan responden mengenai keadilan dengan presentase
(67,59%) yang memilih selalu, ini menunjukkan bahwa semua
masyarakat memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan,
hukum dan subsidi dari pemerintah.
Beberapa responden yang menjawab kadang-kadang karena
pembagian kesejahteraan (kesehatan dan pendidikan), keadilan hukum
(hukum hanya berlaku untuk masyarakat kecil) dan subsidi (masyarakat
usia lanjut ada yang belum menerima supsidi dari pemerintah). Ada
beberapa responden yang menjawab tidak pernah artinya, sebagian
masyarakat tidak mendapatkan kesejahteraan, hukum dan masyarakat
usia lanjut tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah.
Dari tiga puluh enam responden, ada dua puluh satu responden
yakin semua warga negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
No Pertanyaan Scoring Responden
Selalu Kadang
Kadang
Tidak
Pernah
1 Apakah IGE yakin semua warga negara memiliki hak
yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan dari
pemerintah
58,33%
41,67% 0%
2 Apakah IGE yakin semua warga negara memiliki hak
yang sama mengenai keadilan hukum
63,89% 36,11% 0%
3 Apakah IGE yakin masyarakat usia lanjut diatas 60
tahun memiliki hak-hak yang sama untuk mendapat
supsidi dari pemerintah
80,55% 13,89% 5,56%
Jumlah Total Presentase 67,59% 30,56% 1,85%
Sumber: Data primer yang diolah (2014)
kesejahteraan menunjuk ke keadaan yang baik, makmur, sehat dan
damai dari pemerintah sesuai konstitusi RDTL. Lima belas responden
menyatakan bahwa semua masyarakat belum menikmati hidup
sejahtera melalui pendidikan dan kesehatan.
Dua puluh tiga responden yakin semua warga negara memiliki
hak yang sama mengenai keadilan hukum artinya, hukum selalu
ditegakkan oleh penegak hukum demi memberikan rasa keadilan bagi
masyarakat. Tiga belas responden menyatakan bahwa hukum hanya
diterapkan kepada masyarakat kecil sedangkan para pejabat sulit untuk
diterapkan karena kebal hukum.
Dua puluh sembilan responden mengatakan bahwa subsidi
untuk masyarakat usia lanjut sebagai tanggungjawab pemerintah dalam
rangka mensejahterahkan masyarakat. Lima responden mengatakan
bahwa hanya sebagian masyarakat usia lanjut yang memiliki hak dalam
hal mendapatkan subsidi dari pemerintah dan dua responden
mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat tidak pernah
mendapatkan hak yang sama karena ada masyarakat usia lanjut yang
belum mendapat subsidi sedangkan yang belum memenuhi syarat umur
diatas enam puluh tahun sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah.
Dapat disimpulkan bahwa, semua warga negara memiliki hak
yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan, keadilan hukum dan
subsidi dari pemerintah. Ini menunjukkan pelaksanan good governance
pada pemerintah secara keseluruhan baik.
Wawancara pada tanggal 19 Januari 2015 (Kepala Bagian
Departemen Kontrol Manajemen Publik) Ibu Elsa Sarmento Freitas,
menjelaskan keadilan bahwa: “keadilan berjalan dengan baik,
contohnya semua warga negara mempunyai hak yang sama seperti
pelayanan hukum, mendapatkan subsidi, membuat rumah untuk orang
yang tidak mampu”. Hasil wawancara termasuk dalam selalu, sehingga
hasil kuesioner konsisten dengan hasil wawancara yang artinya, bahwa
semua masyarakat memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
kesejahteraan dan keadilan dari pemerintah.
4.2.3 Tanggapan Responden atas Akuntabilitas
Dapat dikontrol (Accountability) menciptakan sistem
pengawasan yang efektif didasarkan atas distribusi dan
keseimbangan kekuasaan (distribution and balance of power).
Tanggapan responden atas akuntabilitas lihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Tanggapan Responden atas Akuntabilitas
Tanggapan responden mengenai akuntabilitas dengan
presentase (55,56%) yang memilih kadang-kadang, artinya bahwa
pengelolaan anggaran kurang melibatkan semua unsur-unsur
masyarakat dan mengevaluasi anggaran tidak memperbandingkan
dengan realisasi, pengelolaan dana tidak dipertanggungjawabkan
kepada yang lebih masyarakat luas.
No Pertanyaan Scoring Responden
Selalu Kadang
Kadang
Tidak
Pernah
1 Apakah tahapan pengelolaan anggaran melibatkan
semua unsur‐unsur masyarakat
11,11% 69,44% 19,45%
2 Apakah kepentingan publik dan golongan menjadi
perhatian dan pertimbangan utama dalam
pengelolaan dana
38,89% 55,56% 5,55%
3 Apakah dalam mengevaluasi anggaran hanya
memperbadingkan dengan realisasi /sesungguhnya
33,33% 55,56% 11,11%
4 Apakah pengelolaan dana dipertanggungjawabkan
kepada otoritas yang lebih tinggi (vertikal) dan kepada
masyarakat luas (horizontal)
41,67% 50% 8,33%
5 Apakah jaminan pengelolaan dana merupakan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang
disyaratkan dalam pengelolaan dana
50% 47,22% 2,78%
Jumlah Total Presentase 35% 55,56% 9,44%
Sumber: Data primer yang diolah (2014)
Beberapa responden memilih selalu artinya, bahwa kepentingan
publik, golongan menjadi perhatian dan pertimbangan utama dalam
pengelolaan dana, dana dipertanggungjawabkan kepada otoritas yang
lebih tinggi dan kepada masyarakat luas, pengelolaan dana sesuai
dengan hukum dan peraturan yang disyaratkan. Ada beberapa
responden memilih tidak pernah, karena pengelolaan anggaran tidak
pernah melibatkan semua unsur-unsur masyarakat.
Empat responden mengatakan bahwa pengelolaan anggaran
sudah melibatkan unsur-unsur masyarakat. Dua puluh lima responden
mengatakan bahwa pengelolaan anggaran belum pernah melibatakan
masyarakat karena, yang pengelolaan anggaran hanya dikelola pegawai
yang bekerja di instansi pemerintahan dan atasannya. Tujuh responden
menyatakan pengelolaan anggaran tidak melibatkan masyarakat karena
anggaran hanya dikelola oleh pemerintah.
Empat belas responden mengatakan bahwa kepentingan publik
selalu menjadi perhatian dan pertimbangan dalam pengelolaan dana.
Dua puluh responden mengatakan bahwa pertimbangan dalam
pengelolaan dana kadang-kadang kurang memperhatikan kepentingan
publik, hanya melihat realisasi anggaran yang ada. Dua responden
mengatakan bahwa dalam pengelolaan dana tidak pernah
mempertimbangkan secara baik dan hanya melihat pada realisasi
sebelumnya.
Dua belas responden mengatakan bahwa evaluasi anggaran
selalu membandingkan dengan realisasi sesungguhnya. Dua puluh
responden menjelaskan bahwa evaluasi anggran kadang-kadang hanya
membandingkan dengan realisasi sesungguhnya tampa
mempertimbangkan dalam pengelolaan. Empat responden menjelaskan
bahwa evaluasi anggaran tidak pernah membandingkan dengan
pengelolaan dan tidak membandingkan realisasi sesungguhnya.
Lima belas responden menjelaskan bahwa pengelolaan dana
dapat dipertanggungjawabkan kepada otoritas yang lebih tinggi dan
masyarakat luas. Delapan belas responden menjelaskan bahwa
pengelolaan dana kadang-kadang hanya dipertangjawabkan kepada
otoritas yang lebih tinggi tidak dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat luas. Tiga responden menjelaskan bahwa pengelolaan dana
tidak pernah dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Delapan belas responden menjelaskan bahwa pengelolaan dana
sesuai dengan hukum dan peraturan yang disyaratkan dalam
pengelolaan yang berlaku. Tujuh belas responden menjelaskan bahwa
hukum dan peraturan yang disyaratkan dalam pengeloalan dana
kadang-kadang tidak diperhatikan karena hanya melihat pada realisasi
anggaran sebelumnya. Satu responden menjelaskan bahwa pengelolaan
dana tidak sesuai dengan hukum dan peraturan karena hanya
mempertimbangkan realisinya yang ada.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan
anggaran tidak melibatkan semua unsur-unsur masyarakat dan
mengevaluasi anggaran tidak memperbandingkan dengan realisasi,
pengelolaan dana tidak dipertanggungjawabkan kepada otoritas yang
lebih tinggi dan masyarakat luas. Hasil rekapitulasi responden
mengenai akuntabilitas menunjukan bahwa pelaksanan good
governance pada pemerintah secara umum kurang baik.
Wawancara pada tanggal 20 Januari 2015 dengan (Staff auditor)
saudara Joaquim Piedade, menjelaskan bahwa: ”akuntabilitas dalam
good governance pimpinan harus mampu mengelola anggaran dan
meningkatkan kemampuan mereka agar bisa mengendalikan instansi
dengan baik”. Hasil wawancara termasuk kadang kadang, sehingga
hasil kuesioner konsisten dengan hasil wawancara yang artinya, bahwa
akuntabilitas dalam good governance pada instansi pemerintah
termasuk kategori cukup baik. Maka untuk meningkatkan akuntabilitas
dalam good governance pimpinan harus mengikuti pelatihan leadership
agar mampu dalam pengambilan keputusan dan mengelola anggaran
dengan baik.
4.2.4 Tanggapan Responden atas Pertanggungjawaban
Governance
Pertanggungjawaban (responsibility) pemerintah memiliki
tanggungjawab untuk mematuhi hukum dan ketentuan peraturan
yang berlaku termasuk tanggap terhadap kepentingan masyarakat.
Tanggapan responden atas pertanggungjawaban lihat pada tabel 4.5
berikut:
Tabel 4.5
Tanggapan Responden atas Pertanggungjawaban
Tanggapan responden mengenai pertanggungjawaban dengan
presentase (45,37%) yang memilih kadang-kadang, ini menunjukkan
bahwa penyajian anggaran kurang menyertakan informasi masa lalu,
pertanggungjawaban anggaran kurang diawasi secara terus menerus,
No Pertanyaan Scoring Responden
Selalu Kadang
Kadang
Tidak
Pernah
1 Apakah penyajian anggaran telah menyertakan
informasi masa lalu
38,89% 47,22% 13,89
2 Apakah proses dan pertanggungjawaban anggaran
diawasi secara terus menerus
50% 50% 0%
3 Apakah pengelolaan anggaran disajikan secara
terbuka, cepat, dan tepat kepada seluruh masyarakat
38,89% 41,67% 19,44%
Jumlah Total Presentase 42,59% 45,37% 12,04%
Sumber: Data primer yang diolah (2014)
pengelolaan anggaran disajikan kurang terbuka, cepat, dan tepat
kepada seluruh masyarakat sesuai dengan standar dan ketentuan
peraturan yang berlaku.
Ada responden yang menjawab selalu karena, semua aktivitas
dilaksanakan berdasarkan pada peraturan dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku. Responden lain memilih tidak pernah artinya, pengelolaan
anggaran hanya dipertanggungjawaban kepada parlemen dan anggaran
tidak pernah disajikan secara terbuka, cepat, dan tepat waktu kepada
masyarakat.
Empat belas responden menjelaskan bahwa penyajian anggaran
telah menyertakan informasi lalu. Tujuh belas responden menjelaskan
bahwa anggaran yang disajikan kadang-kadang hanya menyertakan
informasi masa lalu tanpa membandingkan realisasi sesungguhnya.
Lima responden menyatakan bahwa penyajian anggaran tidak
menyertakan informasi masa lalu hal ini disebapkan oleh pemahaman
responden dalam mengisi koesioner karena latar belakang pendidikan.
Delapan belas responden menjelaskan proses
pertanggungjawaban anggaran diawasi terus menerus untuk menilai
kinerja entitas dalam pelaksanan tugasnya. Delapan belas responden
menjawab keterbatasan sumber daya untuk megawasi
pertanggunjawaban anggaran secara terus menerus untuk seluruh
instansi pemerintah.
Empat belas responden penyampaian
laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi
prinsip tepat waktu. Lima belas responden menjelaskan walaupun
anggaran pertanggungjawaban keuangan pemerintah sudah memenuhi
prinsip tepat waktu namun belum sesuai standar akuntansi yang telah
diterima secara umum. Tujuh responden menyatakan penyajian
anggaran tidak pernah tepat waktu kepada masyarakat.
Penyajian anggaran telah menyertakan informasi masa lalu yang
artinya, dalam laporan keuangan akan disajikan perbandingn realisasi
(pendapatan, belanja dan bantuan dari donator) dengan anggaran yang
telah ditetapkan, penilaian kondisi keuangan, evaluasi efektivitas dan
efisiensi suatu entitas pelaporan, serta ketaatannya terhadap peraturan
perundang-undangan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pertanggungjawaban anggaran tahunan pemerintah yang disampaikan
kepada publik kurang terbuka, cepat dan tepat. Maka dalam
pengelolaan anggaran pemerintah memiliki tanggungjawab untuk
mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku.
Wawancara pada tanggal 22 Januari 2015 dengan (Staff auditor)
saudara Santiago Belo, menjelaskan bahwa: “pertanggungjawaban
laporan keuangan kepada parlemen dan publik untuk memastikan
bahwa semua aktivitas yang dijalankan berdasarkan pada peraturan
yang ada. Namun, dalam pertanggungjawaban anggaran tidak terbuka
kepada masyarakat luas yang artinya, bahwa sebagian masyarakat
yang mengakses informasi tersebut melalui elektronik dan media cetak.
Hasil wawancara termasuk kadang kadang, sehingga hasil kuesioner
konsisten dengan hasil wawancara yang artinya, bahwa
pertanggungjawaban dalam good governance pada instansi
pemerintahan timor leste temasuk dalam kategori cukup baik. Agar
pertanggungjawaban itu baik maka, semua masyarakat harus
mengakses informasi baik melalui media elektronik media cetak secara
menyeluh sehingga masyarakat bisa menilai kinerja pemerintah sesuai
dengan peraturan yang ada.
4.3 Tanggapan Responden atas Peran Auditor internal dalam
pelaksanaan Governance.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 36
responden melalui penyebaran kuesioner dan wawancara beberapa
pegawai yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Kuesioner
masing-masing didasarkan pada rentang skor jawaban, selalu skor 3,
kadang-kadang skor 2, tidak pernah skor 1 dan hasil wawancara untuk
mendukung kuesioner.
4.3.1 Tanggapan Responden atas Audit Keuangan dalam
Governance
Auditor internal melakukan pengujian laporan keuangan untuk
mengekspresikan suatu opini yang jujur mengenai posisi keuangan,
hasil operasi, dan arus kas yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Lebih jelasnya akan disajikan tanggapan
responden atas audit keuangan lihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Tanggapan Responden atas Audit Keuangan
Tanggapan responden mengenai audit keuangan dengan
presentase (54,63%) yang memilih selalu, ini menunjukkan bahwa
auditor internal memberi opini yang jujur mengenai laporan keuangan
yang diaudit, audit keuangan memerlukan bukti dan rekomendasi
perbaikan sesuai dengan prosedur.
Beberapa responden memilih kadang-kadang artinya, auditor
internal mendapat kesulitan mewawancarai orang yang bekerja pada
entitas yang diaudit, laporan keuangan pemerintah kurang sesuai
dengan standar yang berlaku umum dan laporan audit selesai ada
rekomendasi perbaikan sesuai dengan prosedur, auditor internal tidak
memonitor terus hasil laporan audit. Ada responden memilih tidak
pernah karena, laporan audit selesai auditor internal tidak pernah
memonitor terus hasil laporan audit yang direkomendasikan.
Dari tiga puluh enam responden, dua puluh sembilan responden
mengatakan bahwa auditor memberikan opini yang jujur terhadap
No Pertanyaan Scoring Responden
Selalu Kadang
Kadang
Tidak
Pernah
1 Apakah auditor internal menyampaikan opini yang
jujur mengenai posisi keuangan, hasil operasi dan arus
kas pada laporan yang diaudit
80,56% 13,88% 5,56%
2 Pernakah auditor internal tidak mendapatkan kesulitan
dalam mewawancarai orang-orang yang bekerja pada
bagian yang sedang diaudit
16,67% 75% 8,33%
3 Sudahkah laporan keuangan pemerintah sesuai prinsip
akuntansi yang berlaku umum
30,56% 58,33% 11,11%
4 Apakah auditor melakukan kegiatan audit keuangan
memerlukan bukti
94,44% 5,56% 0%
5 Apakah audit keuangan perlu adanya rekomendasi
perbaikan
75% 16,67% 8,33%
6 Setelah laporan audit selesai dan ada rekomendasi
perbaikan sesuai dengan prosedur yang ada, apakah
auditor akan memonitor terus
30,56% 47,22% 22,22%
Jumlah Total Presentase 54,63% 36,11% 9,26%
Sumber: Data primer yang diolah (2014)
kewajaran laporan keuangan dari entitas yang telah diaudit,
menyangkut materialitas, posisi keuangan, dan arus kas. Lima
responden mengatakan bahwa auditor internal kadang-kurang jujur
dalam menyampaikan opini mengenai posisi keungan, hasil operasi dan
arus kas pada laporan karena adanya hubungan keluarga antara auditor
dengan auditee. Dua responden mengatakan bahwa auditor internal
tidak jujur dalam menyampaikan opininya hal ini disebakan oleh latar
belakang pendidikan auditor.
Enam responden mengatakan bahwa auditor internal selalu
mendapatkan kesulitan dalam melakukan pekerjaannya yang diaudit
kerena auditee tidak memberikan informasi yang baik kepada auditor.
Dua puluh tujuh responden mengatakan bahwa auditor internal dalam
melaksanakan pekerjaannya pada entitas yang dia audit kadang
mendapatkan kesulitan untuk mewawancarai auditee. Tiga responden
mengatakan bahwa auditor internal tidak pernah mendapatkan kesulitan
dalam melaksanakan pekerjaanya karena auditor melaksanakan tugas
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sebelas responden mengatakan bahwa laporan keuangan
pemerintah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku pada intansi
pemerintahan karena laporan keuangan telah menerapkan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dua puluh satu responden
menjelaskan bahwa laporan keuangan pemerintah kadang kurang sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan surat edaran kementerian
keuangan. Empat responden mengatakan bahwa laporan keuangan
pemerintah tidah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi hal ini
disebabkan oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja
responden.
Tiga puluh empat responden mengatakan bahwa auditor selalu
memerlukan bukti dalam melaksanakan pekerjaanya pada entitas yang
di audit guna mendukung hasil rekomendasi. Dua responden
mengatakan bahwa auditor kadang tidak memerlukan bukti dalam
melakukan pekerjaanya hal ini disebabkan oleh latar belakang
pendidikan dan pengalaman kerja.
Dua puluh tujuh responden mengatakan bahwa audit keuangan
perlu memerlukan rekomendasi agar kesalahan-kesalahan yang
dilakukan entitas tidak terulang kembali. Enam dan tiga responden
mengatakan bahwa audit keuangan kadang tidak memerlukan
rekomendasi hal ini disebabkan oleh pengalaman kerja responden
dibawah dari lima tahun.
Sebelas responden mengatakan bahwa auditor selalu memonitor
kembali rekomendasi perbaikan sehingga entitas taat kepada prosedur
dan ketentuan yang ditetapkan. Tujuh belas dan delapan responden
mengatakan bahwa auditor kadang tidak memonitor kembali perbaikan
yang ada hal ini desebabkan oleh sumber daya manusia yang tidak
mencukupi untuk memonitoring kembali rekomendasi perbaikan yang
ada.
Dapat disimpulkan bahwa auditor internal telah menjalankan
tugas dengan baik sesuai Dekreito Lei 22/2009, dalam menyampaikan
opini yang jujur mengenai laporan keuangan yang diaudit, menguji
bukti guna mendukung rekomendasi perbaikan sesuai dengan prosedur
dan memonitoring terus aktivitas entitas.
Wawancara pada tanggal 23 Januari 2015 dengan (Kepala
Bagian Pengendalian Internal Pelayanan Administrasi Publik) Ibu Iria
D. Santos, menjelaskan audit keuangan bahwa: “ auditor melakukan
audit keuangan dengan professional, kompetensi, dan objektif tanpa
memandang bulu dan melaksanakan tugas dengan netral” yang artinya,
auditor internal pemerintah harus independensi dalam menyampaikan
opini yang jujur dan memberikan rekomendasi sesuai dengan bukti.
Hasil wawancara termasuk selalu, sehingga hasil kuesioner konsisten
dengan hasil wawancara yang artinya, bahwa auditor internal
pemerintah menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
Dekreito Lei No. 22/2009.
4.3.2 Tanggapan Responden atas Audit Kinerja
Audit kinerja terhadap pemeriksaan secara objektif dan
sistematik terhadap berbagai macam bukti untuk dapat melakukan
penilaian secara independen atas kinerja entitas atau program kinerja
pemerintah yang diaudit. Tanggapan responden atas audit kinerja lihat
pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Tanggapan Responden atas Audit Kinerja
Tanggapan responden mengenai audit kinerja dengan presentase
(49,44%) yang memilih selalu, ini menunjukkan bahwa bukti yang
No Pertanyaan Scoring Responden
Selalu Kadang
Kadang
Tidak
Pernah
1 Apakah audit kinerja terhadap pemeriksaan sudah
berjalan secara objektif dan sistematis
38,88% 55,56% 5,56%
2 Apakah bukti yang didapatkan oleh auditor internal
akan dilakukan penilaian secara independen atas
kinerja entitas
61,11% 38,89% 0%
3 Apakah entitas telah mematuhi perundang-undangan
berkaitan dengan penhematan dan efisiensi
25% 66,67% 8,33%
4 Apakah entitas taat terhadap aturan yang berkaitan
dengan pelaksanaan program atau kegiatannya
27,78% 72,22% 0%
5 Apakah IGE wajib menyampaikan laporan audit
kinerja kepada perdana menteri
94,44% 5,56% 0%
Jumlah Total Presentase 49,44% 47,78% 2.78%
Sumber: Data primer yang diolah (2014)
diperoleh auditor akan dilakukan penilaian secara independen dan
wajib menyampaikan laporan audit kepada perdana menteri.
Beberapa responden memilih kadang-kadang artinya,
pemeriksaan belum berjalan secara objektif dan sistematis, entitas
belum mematuhi perundang-undangan berkaitan dengan penhematan
dan efisiensi serta entitas belum taat terhadap aturan yang berkaitan
dengan pelaksanaan program atau kegiatannya. Ada beberapa
responden mimilih tidak pernah artinya, meragukan pemeriksaan secara
objektif, sistematis dan peraturan yang berkaitan dengan penhematan
dan efisiensi.
Empat belas responden mengatakan bahwa audit kinerja
terhadap pemeriksaan sudah berjalan secara obyektif dan sistematis
sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. Dua puluh
responden mengatakan bahwa pemeriksaan sudah berjalan secara
obyektif dan sistematis namun belum sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Dua responden mengatakan bahwa pemeriksaan tidak berjalan
secara obyektif hal ini disebabkan oleh pemahaman responden tentang
pertayaan dalam kuesioner karena pengalaman kerja di bawah lima
tahun.
Dua puluh dua responden mengatakan bahwa bukti yang
diperoleh auditor selalu dilakukan penilaian secara independen atas
kinerja entitas demi mendukung hasil laporan audit. Empat belas
responden mengatakan bahwa bukti yang diperoleh auditor selalu
dilakukan penilaian secara independen namun kadang catatan-catatan
tersebut bukan satu-satunya bukti pemeriksaan yang dikumpulkan oleh
auditor.
Sembilan responden mengatakan bahwa entitas selalu taat pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai penghematan
dan efisiensi. Dua puluh empat responden menjelaskan bahwa kadang
entitas kurang taat pada peratutan perundang-undangan karena ada
desakan dari pimpinan untuk lebih dipercepat proses penggadaan
barang. Tiga responden menjelaskan bahwa entitas tidak taat terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku, hal ini disebabkan oleh
tekanan dari atasan.
Sepuluh responden mengatakan bahwa entitas selalu taat
terhadap aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan program. Dua
puluh enam responden mengatakan bahwa kadang dalam pelaksanaan
entitas tidak taat pada program yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tiga puluh empat responden menyatakan auditor internal selalu
menyampaikan hasil audit kinerja kepada perdana menteri, agar
pimpinan penyelenggara menilai kinerja entitas yang diaudit. Dua
responden kadang tidak memahami tentang tanggungjawab auditor
intenal untuk menyampaikan laporan audit kepada perdana menteri hal
ini disebabkan oleh pengelaman kerja responden.
Disimpulkan bahwa, auditor dalam melakukan audit kinerja
harus mengumpulkan bukti agar dilakukan penilaian secara independen
guna mendukung laporan audit dan wajib menyampaikan laporan audit
kepada perdana menteri. Hasil rekapitulasi responden mengenai audit
kinerja termasuk kategori baik.
Wawancara pada tanggal 24 Januari 2015 dengan (Staff auditor)
saudari Carolina Brito, menjelaskan audit kinerja bahwa : “auditor
melakukan audit kinerja secara objektif, sistematis dan penlaian secara
independen atas kinerja entitas” artinya, auditor internal pemerintah
memeriksa kinerja entitas dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
standar dan prosedur. Hasil wawancara termasuk selalu, sehingga hasil
kuesioner konsisten dengan hasil wawancara, dengan demikian auditor
harus bersikap independen dalam melaksanakan audit kinerja, agar
memastikan bahwa entitas melaksanakan program atau kegiatannya
sesuai dengan prosedur dengan standar yang berlaku.
4.3.3 Tanggapan Responden atas Audit Investigasi
Audit investigasi yaitu pemeriksaan dengan lingkup tertentu,
yang tidak dibatasi periodenya, dan lebih spesifik pada area-area
pertanggungjawaban yang diduga indikasi penyalahgunaan wewenang,
dengan hasil audit berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti
bergantung pada derajat penyimpangan wewenang yang ditemukan.
Untuk lebih jelasnya akan disajikan tanggapan responden
atas audit investigasi lihat pada tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8
Tanggapan Responden atas Audit Investigasi
No Pertanyaan Scoring Responden
Selalu Kadang
Kadang
Tidak
Pernah
1 Apakah audit investigasi membutuhkan waktu yang
lama berkaitan dengan bukti
52,78% 47,22% 0%
2 Apakah Audit investigasi hanya dilakukan apabila
adanya indikasi atau pengaduan dari masyarakat
33,33% 55,56% 11,11%
3 Apakah melakukan audit investigasi perlu menyusun
audit program
77,78% 16,66% 5,56%
4 Apakah hasil rekomendasi itu akan ditindaklanjuti oleh
jaksa agung jika ada indikasi penyimpangan
69,44% 30,56% 0%
5 Apakah audit investigasi harus mengumpulkan bukti
audit yang cukup, kompeten dan relevan
86,11% 13,89% 0%
6 Apakah audit investigasi harus mengumpulkan bukti
dan menguji bukti yang mendukung kesimpulan dan
temuan audit investigasi
91,67% 8,33% 0%
Jumlah Total Presentase 68,52% 28,24% 3,24%
Sumber: Data primer yang diolah (2014)
Tanggapan responden mengenai audit investigasi dengan
presentase (68,52%) yang memilih selalu, ini menunjukkan bahwa
audit investigasi membutuhkan waktu yang lama berkaitan dengan
bukti audit, menyusun program audit, hasil rekomendasi itu akan
ditindaklanjuti oleh jaksa agung jika ada indikasi penyimpangan,
mengumpulkan bukti audit yang cukup, kompeten dan relevan, dan
menguji bukti yang mendukung kesimpulan dan temuan audit
investigasi.
Ada responden memilih kadang-kadang karena audit investigasi
hanya dilakukan apabila adanya indikasi atau pengaduan dari
masyarakat dan audit investigasi kurang membutuhkan waktu yang
lama berkaitan dengan bukti. Bererapa responden masih meragukan
tentang audit investigasi dilakukan apabila ada pengaduan dari
masyarakat dan menyusun program audit.
Sembilan belas responden menjelaskan bahwa audit investigasi
selalu membutuhkan waktu yang lama untuk mengumpulkan bukti
dalam mendukung rekomendasi hasil investigasi. Tujuh belas
responden menjelaskan bahwa walaupun dalam pengumpulan bukti
audit membutuhkan waktu yang lama namun kadang tidak
membutuhkan waktu yang lama karena bukti yang dikumpulkan kuat
dan relevan.
Dua belas responden menjelaskan bahwa audit investigasi selalu
dilakukan apabila adanya indikasi atau pengaduan dari masyarakat.
Dua puluh dan empat responden menjelaskan bahwa tidak selamaya
audit investigasi itu dilakukan dengan adanya indikasi dari masyarakat
namun dapat dilihat dari laporan pertanggungjawaban tahunan yang
tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.
Dua puluh delapan responden menjelaskan bahwa dalam
melakukan audit investigasi auditor perlu menyusun program audit
supaya memudahkan auditor dalam melakukan pekerjaanya. Enam
dan dua responden menjelaskan bahwa kadang-kadang dalam
melakukan audit investigasi auditor tidak perlu menyusun program
karena adanya desakan dari pimpinan penyelenggara pemerintah.
Dua puluh lima responden menyatakan jika ada indikasi
penyimpangan maka akan merekomendasikan kepada kejaksaan agung
untuk ditindaklanjuti sesuai dengan hukum yang berlaku. Sebelas
responden menyatakan audit investigatif tidak selalu direkomendasikan
kepada kejaksaan agung kadang direkomendasikan komisi
kepegawaian jika melangar kode etik.
Tiga puluh satu responden menyatakan bahwa audit investigasi
selalu mengumpulkan bukti audit yang cukup, kompeten dan relevan
guna mendukung laporan audit yang disampaikan. Lima responden
kurang memahami pertayaan yang disampaikan, hal ini disebapkan
oleh pengalaman kerja.
Tiga puluh tiga responden menyatakan audit investigasi selalu
mengumpulkan bukti dan menguji bukti guna mendukung kesimpulan.
Tiga responden menjawab audit investigasi kadang tidak
mengumpulkan bukti, hal ini disebapkan pemahaman responden atas
pertayaan yang disampaikan dalam kuesioner, karena latar belakang
pendidikan bukan akuntansi dan pengalaman kerja.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa audit investigasi
membutuhkan waktu yang lama untuk mengumpulkan bukti audit yang
cukup, kompeten dan relevan, dan menguji bukti yang mendukung
kesimpulan dan temuan audit investigasi. Hasil rekapitulasi responden
mengenai audit investigasi menunjukan bahwa secara umum audit
investigasi baik, karena hasil investigasi akan direkomendasikan ke
kejaksaan agung untuk ditindaklanjuti.
Wawancara pada tanggal 24 Januari 2015 dengan (Staff
auditor) saudara Wyver da Crus, menjelaskan audit investigasi bahwa :
“auditor internal melakukan audit investigasi berdasarkan pada
hukum, agar mengetahui kebenaran dari kasus tersebut”. Hasil
wawancara termasuk selalu, sehingga hasil kuesioner konsisten dengan
hasil wawancara dimana audit investigasi masuk kategori tinggi,
dengan demikian apabila ada temuan maka akan direkomendasikan
pihak kejaksaan agung untuk menindaklanjuti kasus tersebut sesuai
dengan derajat penyimpangan yang ada.
Top Related