Download - BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

Transcript
Page 1: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

23

BAB IV

GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH

ADAT SUMBA

4.1. Letak dan Batas Kampung Tarung

Sumba Barat adalah sebuah kabupaten yang memiliki beragam daya tarik wisata.

Salah satu daya tarik wisata dan keunikannya adalah perkampungan adat, yang dapat kita

lihat dari rumah adat Sumba yang berada di Kampung Tarung, yang menjadi desa

tradisional ditengah kemajuan modernisasi. Kampung Tarung terletak persis diatas

sebuah bukit dengan ketinggian 20m6, membuatnya seakan eksklusif, kampung Tarung

bukan hanya sekadar kampung biasa melainkan juga berfungsi sebagai institusi sosial dan

keagamaan (Marapu).

Gambar 4.1

Peta Kampung Tarung

Sumber: google maps

6Sumber ketinggian kampung Tarung dari google maps

Page 2: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

24

Kampung Tarung secara administrasi berada dibawah Kelurahan Soba Wawi,

Kecamatan Loli, namun secara letak geografis Kampung Tarung berada tepat dijantung

Kota Waikabubak. Kampung Tarung memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

sebelah selatan berbatasan dengan Kampung Belaciku, sebalah utara berbatasan dengan

Kampung Waitabar, sebelah barat berbatasan dengan persawahan, sebelah timur

berbatasan dengan Kampung Prekelembung.7

4.2. Kondisi Penduduk, Mata Pencaharian, dan Tingkat pendidikan

Kampung Tarung memiliki penduduk sebanyak 209 jiwa, yang terdiri dari

perempuan 105 orang dan laki-laki 104 orang. Di dalam kampung Tarung jumlah kartu

keluarga (kk) sebanyak 56 kk, dalam satu sebuah rumah, biasanya didiami satu sampai

tiga kepala keluarga. Dengan jumlah rumah sebanyak 38 buah, dalam 38 buah rumah

yang berada di kampung Tarung, terdapat 12 rumah adat yang menyimpan benda-benda

pusaka yang didalamnya memiliki fungsi adat, 12 rumah adat juga ditinggali sama seperti

26 rumah adat lainnya yang membedakan 12 rumah adat tersebut memiliki fungsi adat

salah satunya menjalankan ritual adat di kampung Tarung.8

Di kampung Tarung mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Berdasarkan

data kelurahan Soba Wawi sebanyak 109 orang bekerja sebagai petani dan hanya 1 orang

yang bekerja sebagai PNS. Bidang pertanian merupakan satu-satunya sumber pendapatan

yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat kampung Tarung, produk yang biasanya

dihasilkan adalah padi dan sayur-sayuran. Selain pekerjaan utama sebagai petani,

masyarakat kampung Tarung memiliki pekerjaan sampingan yang digeluti oleh

perempuan Sumba yaitu menenun kain, hasil tenun biasanya dijual tetapi tidak

dipasarkan melainkan dijual di kampung sendiri lalu ditawarkan pada setiap wisatawan

yang datang di Kampung Tarung.

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan saat ini

selain untuk mendapatkan ilmu pengetahun, pendidikan merupakan sarana yang baik

untuk bisa bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang baik diera seperti sekarang ini.

7 Sumber data batas-batas wilayah didapat dengan melakukan wawancara dengan Rato Lado.

8 Sumber data jumlah penduduk penduduk, jumlah kartu keluarga (kk), dan jumlah rumah merupakan

data yang didapat dari kelurahan Sobawawi.

Page 3: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

25

Begitu juga yang ingin ditunjukan masyarakat kampung Tarung yang mulai menyadari

bahwa pendidikan itu sangat penting, dengan mulai menyekolahkan anak-anak mereka.

Berikut dibawah ini data anak-anak yang bersekolah :

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Sedang Ditempuh

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 SD 41

2 SMP 16

3 SMA 11

Total 58 Data : Kelurahan Sobawawi Tahun 2014

Secara umum masyarakat kampung Tarung menganut sebuah sistem kepercayaan

yang disebut dengan Marapu, secara singkat dapat dijelaskan bahwa Marapu merupakan

suatu keperayaan kepada arwah para leluhur yang diyakini mampu memberikan

keselamatan dan ketentraman serta kekuatan tertinggi. Namum perlahan masyarakat

kampung Tarung mulai memeluk agama-agama yang diakui oleh Negara. Berikut

dibawah ini data jumlah pemeluk agama yang berada di kampung Tarung :

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk menurut Agama dan Kepercayaan lainnya

No Agama Jumlah

1 Marapu 81

2 Kristen Protestan 48

3 Khatolik 81

Total 209

Data : Kelurahan Sobawawi Tahun 20149

9 Data ini berasal dari tahun 2014 yang dimiliki oleh kelurahan Sobawawi. Untuk tahun 2015 dan 2016

data-data diatas belum ada di kelurahan Sobawawi. Saat peneliti ingin melakukan verifikasi data

mengalami keterbatasan waktu dikarenakan pada saat yang bersamaan ada ritual adat wulla poddu di

kampung Tarung.

Page 4: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

26

4.3. Klasifikasi Sosial dan Perkawinan Antara Kelas Sosial

Secara umum masyarakat Sumba terbagi dalam tiga kategori kelas, yaitu maramba

(bangsawan), kabihu (orang merdeka) dan ata (budak). Pengklasifikasian semacam ini

lebih terasa di bagian Sumba sebelah timur, dan masyarakat Sumba bagian barat

pengklasifikasian tidak begitu sama seperti yang terjadi pada Sumba bagian Timur yang

menggunakan sistem bangsawan dan budak, di Sumba bagian barat sistem klasifikasi

sosial jaman dulu pernah menggunakan sistem yang bangsawan namum sampai saat ini

yang bisa ditemui hanya sistem sosial berdasarkan kabissu (klan) saja sistem bangsawan

dan budak sudah tidak ada lagi.10

Sejalan dengan konsep ole dadi atau konsep keyakinan darah daging yang hanya

diturunkan dari pihak ibu, orang Sumba mewarisi kelas soial ini dari garis keturunan ibu

mereka. Dengan demikian seorang lelaki dari golongan merdeka atau budak bisa

meningkatkan status keturunannya dengan menikahi wanita dari kelas yang lebih tinggi.

Tapi tentu saja para wanita bangsawan cenderung menikahi lelaki dari keluarga-keluarga

terpandang (bangsawan) yang bisa menunjang hidup mereka dengan sepantasnya.

Sementara alasan para lelaki bangsawan menghindari pernikahan dengan wanita kelas

rendah sudah barang tentu karena tak ingin turunan mereka turun kelas. Di Sumba Timur

yang sitem pengklasifikasiannya lebih ketat, bahkan ada label untuk anak-anak semacam

ini. Menurut Kapita (1976) anak-anak seorang lelaki maramba yang kawin dengan wanita

kabihu disebut ana mandamu dan derajat mereka setara dengan derajat si ibu yaitu kabihu.

Sedangkan anak-anak lelaki maramba yang kawin dengan budak disebut ana kalawihi dan

derajat mereka bahkan lebih rendah dari ana mandamu.

Di Sumba Barat kelas sosial terendah tidak disebut ata tapi lebih dikenal dengan

istilah madeingu. Golongan ini merupakan budak turun temurun yang katanya berperilaku

jelek (tidak taat atau suka mencuri). Lebih tinggi dari madeingu ada golongan yang di

sebut ana ata uma (anak dalam rumah) yaitu orang-orang yang secara sukarela tinggal,

10

Untuk masyarakat Sumba bagian Timur kabihu merupakan pengklasifikasian sosial sedangkan untuk di Sumba bagian barat kabishu atau kabisu diterjemahkan sebagai klan. Dan untuk masyarakat Sumba bagian Barat sistem sosial berdasarkan bagsawan dan budak sudah tidak dijumpai lagi, yang ada hanya kasbisu (klan) sedangkan di Sumba bagian Timur masih ada beberapa tempat yang masih menggunakan pengklasifikasian sosial berdasarkan bangsawan dan budak.

Page 5: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

27

bekerja dan bergantung hidup kepada kaum bangsawan11

Ana ta uma ada yang turunan

budak tapi banyak juga yang berasal dari kelas kabihu, karena miskin mereka tinggal

bersama para bangsawan sehingga di sebut anak dalam rumah. Lebih rendah dari ana

madeingu adalah mamarung (penyihir) yaitu orang-orang yang dipercaya memiliki

kekuatan sihir jahat (black magic).

Berdasarkan asal usulnya para budak dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu: mereka

yang sudah menjadi hamba sejak kedatangan para leluhur ke Sumba, mereka yang aslinya

bukan hamba tetapi karena kalah perang lalu menjadi tawanan dan akhirnya dijual sebagai

budak, serta mereka yang menjadi hamba karena perkawinan. Dalam sebuah keluarga

Sumba, terutama keluarga golongan maramba, lazim terjadi ada lebih dari satu kelas sosial

yang bernaung di bawahnya. Kelas budak jelas merupakan pelayan mereka, namun ada

juga kelas-kelas kabihu (orang merdeka) yang turut serta. Mungkin karena tertarik pada

kharisma dan kebesaran bangsawan tempatnya bergabung, tapi yang paling sering karena

ketergantungan ekonomi. Setelah kemerdekaan pemerintah Indonesia melarang

perbudakan dan sejak itu pula terminologi kelas mulai jarang diperbincangkan. (Anizah

2013;43-45)

Sistem perkawinan yang terjadi dalam masyarakat Sumba Barat dapat

dikategorikan sebagai perkawinan eksogami yaitu perkawinan di luar kabisu (klan),

dimana lelaki anggota kabisu A menikah dengan perempuan anggota kabisu B tapi tidak

boleh sebaliknya. Di Sumba Barat kasbisu penerima gadis (A) disebut doma sedangkan

kabisu pemberi gadis (B) disebut loka. Loka adalah panggilan yang ditujukan kepada

saudara laki-laki ibu atau secara umum seluruh kaum laki-laki di kabisu ibu. Karena

secara tradisional mereka adalah pemberi gadis untuk dinikahi oleh laki-laki dari suku si

ayah, maka loka juga diartikan sebagai kabisu pemberi gadis. Sementara suku si ayah

yang adalah penerima gadis disebut doma. Singkatnya, dalam konteks pernikahan, Jadi

yang terjadi sesungguhnya adalah apa yang disebut Webb Keane (1997) sebagai

matrilateral crosscausin marriages. Konsep perkawinan semacam ini (dengan adanya

suku penerima dan pemberi gadis) mengharuskan paling sedikit keterlibatan tiga kabisu.

11

Kaum bangsawan dulu memang ada namun untuk sekarang sudah tidak ditemui lagi didalam kehidupan sosial masyarakat Sumba bagian barat.

Page 6: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

28

Misalnya kabisu A, B dan C. kabisu A sebagai pemberi gadis untuk kabisu B, Kabisu B

sebagai pemberi gadis untuk kabisu C dan kabisu C sebagai pemberi gadis untuk kabisu

A. Karena kabisu A adalah pemberi gadis untuk kabisu B maka kaum lelaki kabisu A

tidak diperbolehkan menikahi wanita dari kabisu B, dengan kata lain tidak boleh terjadi

salin bertukar peran diantara kabisu pemberi dan penerima gadis. Pernikahan dengan

sesama anggota kabisu juga dilarang keras, bahkan dianggap sebagai perilaku incent yang

bisa mendatangkan malapetaka, yang hanya bisa dipulihkan melalui upacara pemujaan.

Pelanggaran-pelanggaran yang lain misalnya perselingkuhan atau hubungan luar

nikah (dengan anggota kabisu yang masuk kategori boleh menikah) biasanya diselesaikan

melalui pembayaran denda yang disebut kanyala. Karena dianggap sebagai penerus garis

darah yang hanya mengalir lewat perempuan, kedudukan klan pemberi gadis (loka) selalu

lebih tinggi dari pihak penerima gadis (doma). Kedudukan ini membawa banyak

keuntungan antara lain bisa menentukan besarnya mas kawin (belis) yang harus dibayar

pihak laki-laki. Dalam adat Sumba, belis bukan melulu urusan pihak laki-laki, karena

pihak perempuan juga harus menyediakan balasannya. Belis yang diberikan pihak laki-

laki sering diasosiasikan dengan benda-benda maskulin seperti kerbau dan kuda (hewan

yang pemeliharaannya menjadi urusan kaum lelaki), parang dan tombak (senjata perang),

serta mamoli (perhiasan yang sering dipakai sebagai anting-anting).

Sekilas mamoli tidak bersifat maskulin, tetapi perhiasan ini adalah gambaran

rahim atau simbol kemampuan reproduksi kaum wanita, dan dalam perkawinan diberikan

sebagai simbol pengganti wanita yang akan dibawa pergi. Sementara itu, balasan yang

diberikan pihak perempuan diasosiasikan dengan benda-benda feminin seperti babi

(dipelihara kaum wanita) dan kain tenun (dibuat kaum wanita). Jumlah belis tergantung

kesepakatan dan status sosial seseorang, terutama pengantin wanitanya. Untuk kalangan

bangsawan biasanya sekitar 30 puluhan ekor hewan, kuda,kerbau dan babi, rakyat biasa

antara 5 – 15 ekor, sedangkan belis golongan budak dibayar oleh tuan mereka. Dari

persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan

perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat berkebalikan dengan anggapan itu, orang Sumba

sendiri melihat belis sebagai penghargaan terhadap wanita. Wanita selalu dianggap aset

beraharga sebuah rumah tangga, mereka sebagai ibu dari anak-anak dan menjadi istri

Page 7: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

29

bagi sang suami, mereka akan mengurusi segala macam hal yang berhubungan dengan

rumah tangga. Karena itu niat baik seorang ayah melepas anak perempuannya harus

diapresiasi keluarga laki-laki dengan memberikan sejumlah hadiah (belis). Si Ayah

sendiri perlu menunjukan betapa berharga nilai anaknya dengan sejumlah hadiah balasan

yang akan mengirirngi kepindahan si anak kelak. Tanpa itu anak perempuannya akan

dianggap remeh oleh keluarga suaminya. Pembayaran belis pun jarang dilakukan

sekaligus. Sebagian diberikan saat pindah rumah, sebagian lagi diberikan sedikit-sedikit

setiap kali pihak keluarga istri mengadakan pesta dan lain sebagainya. Mengingat

mahalnya harga hewan, jarang pula ada satu keluarga yang bisa memenuhi belis

berjumlah besar dengan kemampuannya sendiri. Lebih sering hewan-hewan ini diperoleh

sebagai sumbangan dari keluarga-keluarga lain yang merupakan anggota kabisu keluarga

bersangkutan. Tetapi tidak secara gratis, karena pihak penerima harus membayar kembali

saat keluarga penyumbang membutuhkan di lain waktu. (Anizah 2013: 45-46)

4.4. Sistem kekerabatan

Tatanan masyarakat Sumba termasuk masyarakat di Kampung Tarung dibentuk

dari unit-unit kecil rumah tangga yang terdiri suami, istri dan anak-anak mereka. Namun

sesuai tradisi rumah tangga orang Sumba tidak pernah dihuni oleh keluarga inti semata,

tetapi mencakup pula saudara-saura kandung suami yang belum menikah, janda yang

tidak memiliki anak dan anak saudara mereka yang telah yatim piatu. Mereka tinggal

dalam sebuah rumah dan makan dari dapur yang sama serta mengurus ekonomi secara

bersama-sama.

Kelompok kekerabatan masyarakat Sumba dikenal dengan nama kabisu (klan),

yaitu kelompok kekerabatan patrilineal yang didasarkan pada kesamaan asal usul nenek

moyang beserta seluruh warisannya. Pada prinsipnya warisan-warisan inilah yang

mendasari identitas suatu kelompok kabisu, yaitu : rumah dan atau kampung adat, lahan

dan atau kawasan adat, harta benda pusaka yang tak boleh diperjualbelikan, serta ritual-

ritual pemujaan terhadap marapu tertentu yang dilakukan secara bersama-sama oleh

anggota kabisu bersangkutan.

Page 8: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

30

Sebuah rumah adat selalu memiliki nama yang biasanya didasarkan atas peran

ritual yang dijalankannya. Tiap-tiap rumah adat, dengan demikian tiap-tiap kabisu,

menjalankan tanggung jawab ritual yang berbeda-beda. Banyak diantaranya merupakan

ritual adat besar yang membutuhkan banyak persediaan seperti makanan,persembahan

dan lain sebagainya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut sebagian terpenuhi dari hasil lahan

milik kabisu yang berada dibawah penguasaan rumah adat. Dari sini bisa disimpulkan

bahwa siapa yang menduduki rumah adat dengan sendirinya memiliki hak untuk

mengontrol lahan milik kabisu.

Rumah adat utama biasanya diwariskan kepada anak lelaki tertua. Bersama rumah

adat ikut pula harta pusaka,lahan pertanian dan tentu saja tanggung jawab ritual. Karena

kaitanya dengan seremoni adat, maka warisan-warisan ini (rumah adat sebagai tempat

upacara,lahan pertanian sebagai penunjang kebutuhan upacara, harta pusaka sebagai

obyek/asesoris pemujaan) tidak menjadi barang pribadi, yang artinya tidak boleh

diperjualbelikan oleh pewaris. Hak guna jatuh pada anak lelaki tertua,tetapi hak milik

tetap berada pada kabisu.

Dikalangan masyarakat Sumba ada keyakinan mengenai darah dan daging yang

hanya diturunkan dari pihak ibu. Hubungan kekerabatan ini sering disebut ole dadi dan

dihitung berdasarkan pertalian darah dari pihak ibu (matrillineal). Tidak seperti

kekerabatan dalam kabisu yang perlu dilegalkan lewat Belis, kekerabatan berbasis

hubungan darah didapat secara otomatis begitu seseorang dilahirkan, dengan demikian

lebih kekal dan bersifat emosional. Sebungan dengan konsep ole dadi terdapat dua istilah

relasi yaitu Loka dan ana kabine. Loka adalah panggilan yang diberikan seorang anak

kepada saudara laki-laki ibunya (khusus) atau kepada anggota laki-laki kabisu ibunya

(umum). Sebaliknya, ana kabine adalah panggilan loka kepada anak-anak saudara

perempuan mereka. Hubungan antara loka dan ana kabine adalah hunungan seumur hidup

yang juga meliputi serangkain hak dan kewajiban diantara keduanya. (Anizah 2013:40-

41)

Page 9: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

31

4.5 Tarung sebagai Kampung Adat

Ada sebuah julukan yang rasanya pantas diberikan kepada Sumba Barat yaitu The

Land A Thausand Villages atau tanah seribu kampung. Sumba Barat memang memiliki

banyak kampung-kampung tradisional yang tersebar mulai dari pelosok terpencil hingga

ke pusat kota salah satunya adalah kampung Tarung. Penduduk Sumba Barat umumnya

membangun perkampungan di pucak-puncak bukit, kecenderungan ini berdasarkan atas

dua alasan yaitu alasan praktis dan religious. Dimasa lalu sering terjadi perang atar suku

untuk memperebutkan daerah kekuasaan sehingga tempat tinggi dianggap lebih praktis

untuk dijadikan benteng pertahanan. Sedangkan dari sisi religious mengacu pada konsep

pra sejarah yang mengaanggap semakin tinggi tempat tinggal, semakin dekat pula

penghuninya dengan arwah leluhur dan dewa-dewa.

Gambar 4.2

Gambar Kampung Tarung

Sumber foto : foto peneliti

Dalam setiap kampung adat, selalu ada batu kubur, rumah adat dan batu kubur

tidak bisa dipisahkan, keduanya mempunyai keterkaitan satu sama lain. Seperti yang

dingkapkan oleh nenek Rato Yusuf Lele Wadda tentang hubungan antara rumah adat dan

bartu kubur dibawah ini :

Page 10: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

32

“Di dalam kampung Tambera dan semua Rumah adat, harus

mempunyai punya keterkaitan dengan batu kubur. Tidak bisa

orang tarik batu kubur (tengi watu) jika tidak punya rumah.”12

Ada dua jenis kampung tradisional yang dikenal penduduk asli Sumba, yaitu

kampung besar (wanno kalada) dan cabang dari kampung besar tersebut (wanno gollu).

Kampung besar adalah kampung yang dibangun oleh nenek moyang pertama dan

merupakan pusat penyenggaraan berbagai ritual adat penting karena peran ritual yang

disandangnya wanno kalada sering pula dirujuk dengan istilah kampung adat. Smentara

kampung cabang adalah kampung-kampung yang dibangun oleh generasi yang lebih

muda. Kampung seperti ini bukan tempat kediaman marapu sehingga tidak memiliki

peran ritual. Warganya selalu harus kembali ke kampung besar sewaktu hendak

menggelarkan upacara-upacara penting, termasuk perkawinan dan penguburan. Demikian

dengan kampung adat atau wanno kalada bisa pula dilihat sebagai sebuah indentitas

kelompok. Orang-orangnya baik yang masih tinggal di sana atau pun yang tersebar

diberbagai tempat lain, terikat satu sama lain oleh hak dan kewajiban yang sama atas

kampung mereka dan berbagai kegiatan sosio-religius. (Anizah 2013: 57)

Gambar 4.3

View Kampung Tarung

Sumber foto : Liputan6.com

12

Wawancara bersama nenek Rato Yusuf Lele Wadda di desa Dokakaka 16-12-2016

Page 11: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

33

Gambar diatas merupakan gambar yang diambil oleh Liputan6.com yang

menujukan betapa indahnya kampung Tarung. Posisi kampung Tarung berada diatas

bukit ini membuat kampung Tarung seakan ekslusif, walaupun letak dari Kampung

Tarung ditengah-tengah kota namun kampung Tarung berhasil mempertahankan

keindahan dan keasrian kampungnya dari pengaruh modernisasi.

4.6. Pembagian Fungsi Adat

Dalam syair adat kampung Tarung di kenal sebagai istilah Tarungu Majaga Sodi –

Wua Manyoba yang artinya tempat berjaga yang tinggi – tempat berdirinya Sodi Wua

Manyoba (sejenis batu kubur tampa penutup yang terdapat di pelataran kemah suci).

Penghuni pertama Kampung Tarung adalah Kabisu Anakalang yang terdiri dari Klan

Sebu, Tara/TokuYangu, Koga Kadi/Wee Lowo, PulluBatana/Anawara. Saat tini

Kampung Tarung dihuni oleh Koga Kadi/Wee Lowo,Pullu Batana/Anawara Wanu

Kalada, Tanabi, Wee Nawi, WatakaWatu, serta Wee Bole.

Di Kampung Tarung terdapat 12 rumah adat utama dengan fungisnya masing-

masing sebagai berikut: (1). Uma Rato, fungsinya sebagai Ina Ama dan sebagai penuggu

kedatangan Uma Tuba, rumah adat ini melambangkan laki-laki dalam kampung Tarung,

rumah adat ini juga dihuni dan dijaga oleh suku Koga Kadi/Wee Lowo. (2). Uma

Mawinne, fungsinya sebagai penentu tibanya bulan suci, rumah adat ini melambangkan

perempuan dalam kampung Tarung, rumah adat ini juga dihuni dan dijaga oleh suku

Koga Kadi/Wee Lowo.. (3). Uma Wara, fungsinya sebagai tempat tombak

adat/NobuWara , rumah adat ini dihuni dan dijaga oleh suku Koga Kadi/Wee Lowo. (4).

Uma Dara, fungsinya sebagai tempat kuda adat, rumah adat ini dihuni dan dijaga oleh

suku Koga Kadi/Wee Lowo. (5). Roba Delo, fungsinya yaitu sebagai tempat parang adat

, rumah adat ini dihuni dan dijaga oleh suku Koga Kadi/Wee Lowo.. (6). Uma Marapu

Manu, berfungsi pada saat pelaksanaan upacara Poddu yang melakukan persembahan

ayam, rumah adat ini dihuni dan dijaga oleh suku Koga Kadi/Wee Lowo. (7). Uma

Madiata, fungsinya sebagai pembawa lagu adat (Dodo, Walo), rumah adat ini dihuni dan

dijaga oleh suku Koga Kadi/Wee Lowo.. (8). Wee Kadaa/LedoNaba, fungsinya sebagai

tempat kuda adat penarikan batu kubur dan sebagai pembawa air suci yang terkena kilat,

rumah adat ini dihuni dan dijaga oleh suku Koga Kadi/Wee Lowo. (9). Ana Uma

Page 12: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

34

Madiata, fungsinya yaitu sebagai sebagai Utta – Poppu Winno rumah adat ini dihuni dan

dijaga oleh suku Koga Kadi/Wee Lowo . (10). Jaga Wogu/PulluBatana, fungsinya

sebagai rumah induk tempat pelaksanaan dan Toko Uma Duada-Kadu, Yipa Pera, Dede

Lira-Adde Bedo pada saat Rato Rumatawara, rumah adat ini dihuni dan dijaga oleh suku

PulluBatana/Anawara . (11). Ana Wara Ana Uma, fungsinya yaitu sebagai tempat

parang adat rumah adat ini dihuni dan dijaga oleh suku PulluBatana/Anawara. (12). Uma

Ana Wara Ana Uma, fungsinya sebagai KaitoUtta-Poppu Winno dan sebagai penerima

tamu pertama pembawa babi hutan (Wulli Pare), rumah adat ini dihuni dan dijaga oleh

suku PulluBatana/Anawara.13

Banyak ritual adat yang masih dilaksanakan di kampung Tarung termasuk Wulla

Poddu. Dalam menjalankannya ritual-ritual tersebut masing-masing rumah adat

menyimpan beberapa benda pusaka yang sebagiannya ditetapkan sebagai benda cagar

budaya. (1). Beddu / Ubbu adalah Tambur suci yang hanya boleh dibunyikan sepanjang

penyelenggaraan Wulla Poddu. Tambur ini serupa dengan yang ada di kampung

Tambera. Badannya teruat dari kayu pilihan, permukaan dari kulit kebau persembahan

(dahulu dari kulit manusia). (2). Katuba adalah Tambur berukuran kecil. Bahan yang

digunakan untuk membuat Katuba sama dengan Beddu. Digunakan dengan cara

disampampirkan pada bahu dan dipukul dengan tangan. Dibunyikan dengan tangan. (3).

Talla adalah Gong suci yang hanya dibunyikan untuk mengiringi ritual-ritual pemujaan

sertatari-tarian yang dipentaskan selama berlangsungnya bulan suci (WullaPoddu).

Jumlahnya ada 12 buah, terbuat dari pelat besi atau kuningan. Talla terdiri dari beberapa

jenis, yaitu: Talla Ana Kouka: ukurannya paling kecil dan biasanya dibunyikan terlebih

dahulu sebagai music pembuka; Talla Kawukek: dibunyikan setelah Talla Ana Kouka

(urutankedua); Talla Gaza Deta: dibunyikan pada urutan ketiga; Talla Gaza DetaBawa:

dibunyikan pada urutan keempat. (4). Kasaba adalah Alat musik serupa sambal yang

dibunyikan untuk mengiringi bunyi gong dan tambur saat Wulla Poddu. (5). Teko adalah

Parang Kuno yang merupakan pasangan tombak suci. Teko dikenakan dengan cara

disampirkan di bahu dan hanya digunakan pada ritual-ritual tertentu selama Wulla Poddu.

(6). Nobbu adalah Tombak suci atau keramat yang digunakan sebagai pelengkap busana

13

Sumber dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumba Barat dan wawancara bersama Rato Lado

Page 13: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

35

para Rato saat belangsung ritual tertentu, juga sebagai media untuk berhubungan dengan

roh leluhur atau untuk meramal nasib. Nobu hanya digunakan pada saat wulla Poddu,

yaitu kala Rato melakukan wara atau pendarasan syair-syair suci berisi perjalanan nenek

moyang serta saat melakukan ritual turun kesawah membawa persembahan kepada roh

pelindung. (7). Toda adalah Tameng kuno dari kulit kerbau. Pada zaman dahulu dipakai

sebagai peralatan perang dan kini digunakan sebagai kelengkapan upacara-upacara adat.

(8). Pamuli, Tebelo, Maraga, Lele, Lagoro adalah Aksesoris pusaka yang digunakan

para Rato saat belangsung upacara adat dan sebagai peengkap busana para penari.

Pamuli/Mamoli: perhiasan telinga berbentuk belah ketupat dengan lubang di tengahnya

sebagai symbol rahim wanita. Tabelo: perhiasan kepala berbentuk tanduk kerbau yang

dikenakan dengan cara disematkan di dahi. Maraga: perhiasan dada perlambang hati.

Lele: gelang terbuat dari gading gajah yang selalu dikenakan berpasangan. Logoro:

perhiasan/gelang kaki berupa giring-giring yang dikenakan pada betis. (9). Pega, Koba,

Gori adalah Piring (pega), Mangkuk (Koba), dancawan (Gori) kuno terbuat dari kayu dan

tempurung kelapa yang digunakan untuk menyajikan makanan persembahan. (10).

Adung adalah Tonggak kayu yang dulu nya dipakai untuk menggantung kepala musuh

dan sebagai pusat penyelenggaraan upacara perang. (11).Umma Kabubu adalah Kuil

suci yang dipercayai sebagai tempat persemayaman para dewa. Umma Marapu terletak

disudut Natara Poddu. Semua atap dan dindingnya tertutup jerami dan tidak memiliki

pintu atau jendela. Kuil ini tidak boleh dimasukis sembarang orang atau sembarang

waktu. (12). Umma dan Odi adalah Sejumlah rumah adat tradisional yang menjalankan

fungsi-fungsi ritual dan tempat tersimpannya berbagai benda cagar budaya tak bergerak

serta kuburan megalitik dengan berbagai bentuk dan ukuran. 14

Beberapa benda-benda pusaka diatas disimpan dalam rumah adat, ada yang

digantung pada tiang-tiang yang sakral bagi perempuan da ada yang disimpan di loteng

rumah. Salah satu yang digantung adalah Beddu / Ubbu yaitu Tambur suci yang hanya

boleh dibunyikan sepanjang penyelenggaraan Wulla Poddu. Tambur ini tidak sembarang

dipegang atau dimainkan, tambur ini digatung pada tiang yang dilarang untuk disentuh

perempuan dalam hal ini istri dan anak mantu.

14

Sumber dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumba Barat

Page 14: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

36

4.7. Makna dan Konsepi Rumah Adat

Seperti kampung adat, rumah orang Sumba terbagi dalam pengertian rumah besar

(uma kalada) dan lainnya. Seperti wanno kalada, uma kalada juga merupakan rumah yang

dibangun oleh nenek moyang pertama dan dihuni turun temurun oleh generasi

selanjutnya. Dalam rumah adat Sumba berdiam arwah leluhur yang telah menjadi serupa

dewa (marapu), dan di rumah ini pula tersimpan harta benda pusaka milik keluarga yang

bersangkutan. Semua turunan pendiri rumah baik yang masih berdiam disitu maupun

yang telah membangun hunian baru terikat dalam suatu hubungan kekerabatan yang

disebut kabisu. Dalam kampung umumnya terdapat lebih dari satu kabisu, masing-masing

memiliki uma kalada tersendiri yang berfungsi sebagai pusat kehidupan sosio-religius

kelompok kabisu bersangkutan.

Rumah rumah tradisional yang tidak termasuk rumah adat disebut ana uma ( jika

dibangun di kampung yang sama) atau uma ouma (jika dibangun di luar kampung adat).

Ana uma artinya anak rumah, yaitu cabang sebuah rumah adat yang didirikan oleh nenek

moyang yang lebih muda. Sedangkan uma ouma berarti rumah kebun, karena walnya

memang dibangun disekitaran sawah dan ladang untuk keperluan pengawasan. Rumah

rumah semacam ini tidak dianggap kediaman leluhur sehingga tidak dijadikan pusat

seremonial. Seremoni-seremoni penting dalam siklus hidup penghuninya seperti

perkawinan dan penguburan tetap dilaknakan di rumah adat utama, demikian pula dengan

pemujaan-pemujaan tertentu.

Seperti disinggung sebelumnya, sebuah rumah adat utama selalu menjadi milik

sebuah kabisu. Dan dalam sebuah kampung yang homogeny dihuni lebih dari satu kabisu,

rumah adat kabisu yang satu dibedakan dengan rumah adat kabisu yang lain berdasarkan

nama yang disandangnya. Nama sebuah rumah bisa berdasarkan nama pendirinya, tapi

lebih sering berdasarkan peran ritual yang dijalankannya. Sebagai contoh, di kampung

Tambera kecamatan Loli ada rumah antara Uma Kalda Wogo milik klain Wee Lowo

yang bertugas sebagi penjaga mata air suci dan pemanggil hujan.

Rumah adat sumba berbentuk panggung, dilengkapi menara yang membumbung

tinggi seolah hendak menggapai langit. Hal ini, sebagai mana diyakini sebagian orang,

Page 15: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

37

merupakan perlambang hubungan harmonis antara manusia dan sang pencipta. Rumah

adat sumba aslinya dibangun tanpa paku, bagian-bagian ditautkan satu sama lain

menggunkan pasak serta tali kayu (kalere) atau rotan (uwe). Seluruh berat rumah

ditopang oleh empat tiang utama (Parii kalada) yang terbuat dari kayu kayu khusus

seperti masela,kawisu,lapale atau ulu kataka, serta tiang-tiang penyangga yang lebih

kecil.

Keempat tiang utama, terutama tiang pertama didekat pintu masuk, merupakan

elemen arsitektur rumah adat Sumba yang paling penting,setidaknya dari sisi religious,

masing-masing tiang dilingkari cicin besar dari kayu (labe). Dari sisi religious labe

berfungsi tempat meletakkan persembahan, sedangkan kegunaan praktisnya adalah

sebagai gelang anti tikus agar hewan pengerat tersebut tidak bisa memanjat ke loteng

tempat menyimpan hasil panen.

Gambar 4.4

Empat Tiang Utama

Sumber foto CNN

Gambar diatas menunjukan empat tiang utama dari rumah adat Sumba. Di

tengahnya ada tungu api, dan diasta tungku api tergantung leki atau (para-para) yang

berwarna hitam seperti yang terlihat diatas. Leki terbagi dua : leki kii (para-para kecil),

tempat menyimpan makan matang, dan leki kalada (para-para besar) tempat penyimpan

peralatan dapur. Masing-masing tiang utama memiliki nama dan fungsi tersendiri. Beda

kampung beda lagi namanya, tapi dari segi fungsi pada prisnsipnya sama saja. Tiang

yang terletak disebalah kanan depan (parii urat) biasanya merupakan tiang yang paling

Page 16: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

38

diutamakan karena dipercaya sebagai tempat lalu lalang marapu pendiri rumah. Melalui

tiang ini manusia dapat berhubungan dengan leluhurnya untuk mencari jawaban atas

berbagai pertanyaan. Tiang kanan belakang merupakan kediaman roh-roh leluhur. Roh-

roh ini dipercaya selalu mengawasi pintu utama, sehingga ada pula yang menyebutkan

tiang tempat mereka berdiam sebagai tiang penjaga kabisu. Tiang ketiga yang terletak

disebelah kiri depan dan tiang ke empat dibelakang memiliki makna yang kurang lebih

sama dengan pasangan mereka disebalah kanan, tetapi ditujuhkan untuk leluhur dari

pihak perempuan (loka), karena terletak dai dekat area dapur, tiang keempat kerap pula

dijuluki tiang penjaga api. Makana lain keempat tiang utama adalah manifesatasi empat

arah mata angin: utara,selatan, barat, dan timur, dengan tungku api yang berada tepat di

tengahnya sebagai simbol matahari.

Bagian dalam rumah, baik secara simbolis maupun fungsional, terbagi menjadi dua

bagian : bagian untuk laki-laki yang lebih formal dan religious (mbalekatounga) serta

bagian untuk wanita yang lebih ke urusan rumah tangga (kere pandalu). Mbalekatounga

berwujud bale-bale panjang yang terentang mulai pintu masuk laki-laki hingga keujung

belakang rumah. Fungsinya beragam, sebagai pertemuan formal, tempat pemujaan serta

area tidur.

Gambar 4.5

Pintu Laki-laki (Mbalekatounga) dan Pintu untuk perempuan (Kere pandalu)

Sumber foto : Peneliti

Page 17: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

39

Sementara kere pandalu, yang berfungsi sebagai tempat menyiapkan makanan dan

tempat menimpan berbagai alat rumah tangga, terentang mulai dari pintu pintu masuk

perempuan hingga sepertiga panjang rumah seperempat sisanya merupakan ruang tempat

tidur pemilik rumah (koro ndouka). Mbalekatounga dan kere pandalu dipisahkan oleh

area dapur (robu kadana) yang terletak persis ditengah rungan, diapit oleh keempat tiang

utama.

Untuk mengetahui lebih jelas rumah adat Sumba secara keruangan mari kita lihat

denah gambar rumah adat dilihat secara horizontal dibawah ini :

Gambar 4.6

Denah Rumah Adat Sumba Secara Horizontal

Keterangan Gambar :

A : Perapian dengan 3 batu

B : Area laki-laki

C : Area perempuan

D : Mbale Katounga pintu untuk laki-laki

E: Kere Pandalu pintu untuk perempuan

F: Bagian depan rumah – formal.

G: Ruang tidur (suami-istri)

H : Bale-bale tempat menerima tamu

I: Bale-bale dalam rumah

J : Kendi atau gerabah tempat air bersih

K : Bagian belakang rumah – informal

L : Teras untuk kaum wanita

M : Teras untuk kaum pria – formal.

N : Bale- bale Ponnu karo tillu

O: Tempat untuk menyimpan peralatan

memasak.

Sumber foto : Haryanto Dkk 2012

Page 18: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

40

Dalam rumah adat Sumba, ada empat tiang besar yang berdiri kokoh dan

menopang rumah, tiang-tiang tersebut ada yang diperuntukan untuk perempuan dan ada

yang diperuntukan untuk laki-laki. Kita bisa melihat pada denah diatas empat tiang besar

tersebut terletak pada nomer 1,2,3, dan 4. Dalam pembagiannya, tiang nomer 1 dan 2

berada pada area laki-laki, dan tiang nomer 3 dan 4 berada pada area perempuan.

Pembagian tersebut bukan tanpa sebab, untuk pembagian tiang nomer 1 dan 2 tersebut

memiliki fungsi yang berkaitan dengan spriritual sedangkan pembagian untuk tiang nomer

3 dan 4 memiliki fungsi yang berkaitan dengan aktifitas rumah tangga dan kemakmuran.

Dari kempat tiang ada dua tiang yang tidak boleh disentuh atau pegang oleh

perempuan dalam hal ini istri dan anak mantu yaitu tiang nomer (1) yang letaknya di

sebalah kanan bagian depan atau sering dikatakan sebagai tiang utama bernama parii utta

atau dengan nama lain tiang uratta merupakan tiang yang tidak boleh disentuh perempuan

dalam hal ini istri dan anak mantu dengan alasan tiang tersebut merupakan tiang yang

pamali atau sakral. Dan ada juga tiang nomer (2) yang letaknya di sebalah kanan bagian

belakang bernama Parii woleta atau dengan nama lain Parii tutungaba balikatonga juga

merupakan tiang yang tidak boleh disentuh oleh istri dan anak mantu, sama dengan tiang

uratta diatas, tiang parii woleta tidak boleh dipegang karena pamali atau sakral.

Untuk dua tiang lainnya boleh dipegang atau disentuh oleh perempuan dalam hal

ini istri dan anak mantu yaitu tiang nomer 3 yang terletak di sebelah kiri bagian depan

yang bernama Tiang kiakamanu, tiang ini diperuntukan untuk perempuan. Dan tiang

nomer (4) yang letaknya disebalah kiri bagian belakang Tiang liwura sama dengan tiang

kiakamanu yang diperuntukan untuk perempuan, tiang Tiang liwura melambangkan

kemakmuran, dan tempat di gantungnya makanan ayah dan ibu jika tak berada dirumah.

Tiang ini juga digunakan untuk menyimpan beras yang sudah bersih lalu di masak.

Berikut dibawah ini salah satu tiang dan tempat yang tidak boleh ditempati

perempuan dalam hal ini istri dan anak mantu:

Page 19: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

41

Gambar 4.7

Tiang Pari’i Woleta dan Ponno Karotilu

Sumber gambar : peneliti

Bukan saja tiang dalam rumah adat yang tidak boleh disentuh oleh perempuan

yang dalam hal ini istri dan anak mantu, pintu utama (mbalekatounga) yang

dilambangkan sebagai pintu laki-laki seperti yang tergambar pada huruf D juga tidak

boleh dilewati oleh istri dan anak mantu bahkan sampai seumur hidup ketika mereka

tinggal dalam rumah adat tidak boleh melewati pintu tersebut mereka hanya melewati

pintu Kerepandalu yang berada di bagian samping rumah seperti yang tergambar pada

huruf E dalam denah diatas, pintu tersebut merupakan satu-satunya pintu yang boleh

dilewati istri dan anak mantu.

Dalam rumah adat Sumba ada tiga bagian utama rumah adat sumba, yaitu:

pertama: bagian atap rumah (Toko Uma) secara harafiah toko uma berarti tongkat rumah,

dan dalam konteks ini berwujud menara tinggi dengan atap alang-alang. Jauh dipuncak

menara, tepatnya dipojok kiri dan kanannya,tersemat dua tongkat kayu berukiran manusia

yang disebut kadu uma (tanduk). Kadu uma adalah symbol ina-ama (ibu-bapak), yaitu

pasangan leluhur pendiri rumah yang hidup berdampingan dan mengawasi segalanya.

Toko uma menjalankan fungsi praktis dan religiusnya snediri yaitu sebagai tempat

persemayaman marapu dan sebagai tempat penghasil panen, harta pusaka dan benda-

benda berharga lainnya. Kedua, ruang hunian (Bei Uma) yang dinding dan lantainya

terbuat dari bambu. Bei Uma teerbagi menjadi area luar yang cenderung berfungsi

Page 20: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

42

sebagai area publik dan area dalam tempat langsungnya aktivitas domestik, Pada ruang

dalam dibedakan atas ruang akses untuk pria dan wanita. Ada dua pintu masuk, satu

untuk laki-laki dan satunya untuk perempuan. Tanduk kerbau juga kerap digunakan

sebagai hiasan dinding. Semakin banyak hiasannya berarti telah banyak pesta yang

digelar si empunya rumah, dengan demikian menjadi lambing prestise. Ketiga, adalah

bagian bawah rumah (Kali Kabunga) menjadi kandang ternak, seperti kambing, babi,

atau bahkan kuda dan kerbau. (Anizah 2013:60-63) Untuk mengetahui tiga bagian rumah

adat Sumba secara vertikal mari kita lihat gambar dibawah ini:

Gambar 4.8

Pembagian rumah Rumah adat Sumba secara vertikal

Dalam pemisahan ruang secara vertikal memperjelas hirarki dan derajat

kesakralan ruang. Ruang atas di bawah atap menara merupakan bagian yang paling

penting dan bermakna sakral. Rumah Sumba memiliki ruang atas yang dikhususkan

untuk Marapu. Pemaknaan dalam ruang tersebut, selain sebagai penggambaran “dunia

atas” juga sebagai tempat bersemayamnya roh nenek moyang. Bagian tengah rumah

menjadi “dunia tengah” atau tempat hidup manusia beraktivitas sehari-hari. Sedangkan

bagian bawah melambangkan “dunia bawah” tempat untuk hewan-hewan ternak. Konsep

tersebut menggambarkan dalam rumah yaitu yang terendah diletakkan di bawah, semakin

ke atas semakin penting dan sakral. Di Kampung Tarung, di bagian belakang rumah

terdapat bilik-bilik untuk tempat penyimpanan barang dan ruang tidur kepala keluarga. Di

Page 21: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

43

sebelah kanan belakang, terdapat ruang Mata Marapu atau ruang yang sakral. Jika area

depan dan belakang menunjukkan pemisahan area publik dan privat, maka pemisahan

area kiri dan kanan pada rumah Sumba merupakan pemisahan area berdasarkan gender.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pemisahan ruang depan dan belakang pada

rumah Sumba lebih kearah pemisahan area publik dan privat. Ruang depan lebih

berfungsi untuk kegiatan yang bersifat publik dan dapat digunakan oleh orang lain selain

pemilik rumah. Ruang belakang yang lebih privat, digunakan untuk aktivitas domestik

dan ruang tidur. (Hariyanto dkk. 2012)

4.8. Rumah adat Sebagai Simbol Pembagian Fungsi Perempuan dan

Laki-Laki

Banyak orang Sumba memandang rumah adat mereka sebagai simbolisasi tubuh

manusia yang terdiri dari kepala, badan dan anggota tubuh, serta terbagi menjadi laki-laki

dan perempuan. Seperti yang diuangkapakan oleh Rato Lado

“Rumah adat sumba secara filosofi seperti manusia, lahir dengan lahir

tidak mungkin langsung bisa jalan, begitu pula dengan rumah adat ada

proses-proses panjang untuk membuat dia kokoh dan layak di katakan

sebagai rumah adat. Ada juga istilah yang sama seperti manusia yaitu

rumah adat juga memiliki kaki, mulut, jantung,urat, dan bambu-bambu

yang menyerupai rusuk laki-laki.”15

Bagian kepala dilambangkan dengan atap atau menara (Toko uma). Dan sebagai

mana kepala yang merupakan tempat beradanya otak (pusat kehidupan atau jiwa

manusia) menara rumah orang Sumba juga dianggap sebagai tempat beradanya jiwa

keluarga.Disinilah hasil ladang sebagai sumber kelangsungan hidup badanniah, disimpan,

juga harta benda pusaka yang merupakan sumber kehidupan rohaniah (spiritual).

Bagian badan dilambangkan dengan bagian rumah tempat hunian (bei uma). Badan

manusia memiliki organ-organ penting serta hati dan jantung, begitu juga bei uma. Hati

diidentikan dengan leki atau paru-paru yang menggantung diantara tempat yang utama

karena berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan masak dan makanan yang sudah

matang, leki dianggap sebagai penunjang kelangsungan hidup yang penting. Sementara

15

Wawancara bersama Rato Lado di Kampung Tarung tanggal 5-11-2016

Page 22: BAB IV GAMBARAN UMUM KAMPUNG TARUNG DAN RUMAH …€¦ · persepsi orang luar, pernikahan semacam ini terkesan semacam transaksi bisnis dengan perempuan sebagai obyek. Tetapi sangat

44

jantung identik dengan robu kadana yaitu tungku api serta dapur yang terletak tepat

ditengah-tengah rumah, dan dianggap sebagai pusat penggerak kehidupan. Bagian kaki

dilambangkan dengan tiang-tiang penopang, terutama empat tiang utama dan enam belas

tiang penyangga, serta tiang- tiang penunjang lainnya.

Dalam rumah adat Sumba ada juga konsep gender yaitu Kadu uma yang berada

dipuncak menara rumah yang menjulang keatas, yang biasa dikenal sebagai tanduk

rumah merupakan simbol suami dan istri yang berdiri berdampingan.

Menurut A.A. Rai Geria dan I Gusti Ayu Armini (2010) dalam (Anizah 2013 :

63-64) Konsep Gender dalam Rumah adat Sumba bisa juga dilihat sebagai simbol

hubungan spriritual dua kutub berlawanan yang bersifat oposisi biner. Misalnya langit

dan bumi atau lelaki dan perempuan. Masing-masing terpisah dalam status dan peran

namun bekerja saling melengkapi sehingga pada gilirannya mampu menghasilkan

kesuburan, kelangsungan hidup dan kekayaan.