Download - BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

Transcript
  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    1/35

    4-1

    BAB IV

    HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

    Kerja praktek pada PT. Natarang Mining dilakukan pada site Talang

    Santo pada bulan September dan Oktober 2014. Laporan kerja praktek ini

    membahas tentang kegiatan survey tambang bawah tanah dan geoteknik

    tambang bawah tanah. Kegiatan geoteknik meliputi klasifikasi massa batuan

    berdasarkan metode RMR dan Q system, pemetaan kekar dengan metode

    scanline , pengolahan data geoteknik dan monitoring tambang bawah tanah.

    Sedangkan kegiatan survey tambang bawah tanah meliputi pengukuran

    kemajuan tambang, drill and blast survey, land subsidence surveying dan

    perhitungan volume broken ore tertambang dan waste terbongkar dengan

    software Surpac 6.2.

    4.1. Geoteknik Tambang B awah Tanah

    Geoteknik adalah salah satu dari banyak alat dalam perencanaan atau

    design tambang. Data geoteknik harus digunakan secara benar dengan

    kewaspadaan dan dengan asumsi-asumsi serta batasan-batasan yang ada untuk

    dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan.

    4.1.1. Peralatan Geoteknik

    Adapun peralatan yang dibawa oleh tim geoteknik dalam pengambilan

    data di lapangan yaitu kompas geologi, palu geologi, laser distance meter ,

    meteran, Schmidth Hammer dan geotechnical mapping form . Fungsi dari

    peralatan tersebut akan dijelaskan dibawah ini dan gambar merupakan hasil

    dokumentasi di lapangan.

    1. Kompas Geologi, berfungsi untuk mengukur dip dan dip direction pada suatu

    struktur batuan seperti perlapisan dan kekar serta arah heading. Kompas

    yang dipakai oleh tim geoteknik PT. Natarang Mining yaitu Brunton 5008.

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    2/35

    4-2

    Gambar 4.1Kompas Geologi Brunton 5008

    2. Palu Geologi, digunakan sebagai alat untuk memeriksa kekerasan batuandan untuk memeriksa jenis dari batuan tersebut. Palu yang digunakan oleh

    tim geoteknik yaitu type pick point yang memiliki ujung runcing, biasa

    digunakan untuk tipe batuan keras atau padat (masif) seperti batuan beku

    dan batuan metamorf.

    Gambar 4.2

    Palu Geologi

    3. Laser Distance Meter , merupakan alat ukur digital yang digunakan untuk

    mengukur jarak suatu titik ke objek lain. Penggunaan laser distance meter

    bertujuan untuk mempermudah tim geoteknik dalam pengukuran jarak dari

    wall station menuju heading.

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    3/35

    4-3

    Gambar. 4.3

    Leica Disto A5

    4. Meteran, digunakan sebagai alat untuk mengukur struktur batuan dan lebar

    lubang bukaan stope. Meteran juga digunakan dalam pengukuran jarak

    antara kedua permukaan bidang kekar dan material pengisinya.

    Gambar 4.4

    Meteran

    5. Schmidt Hammer , perangkat untuk mengukur kuat tekan kekuatan batuan di

    lapangan terutama permukaan kekerasan dan ketahanan penetrasi. Metode

    pengujian dengan Schmidt Hammer dilakukan dengan memberikan beban

    intact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu

    massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu.

    Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan

    dengan permukaan beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    4/35

    4-4

    batuan. Karena kesederhanaannya, pengujian dengan menggunakan alat ini

    sangat cepat, sehingga dapat mencakup area pengujian yang luas dalam

    waktu yang singkat.

    Gambar 4.5Schmidt Hammer

    6. Geotechnical mapping form , digunakan untuk mencatat hasil dari klasifikasi

    massa batuan. Dalam form ini terdapat beberapa parameter klasifikasi

    massa batuan seperti Q system yang meliputi Rock Quality Designation,Joint number, Joint roughness, Joint alteration, Joint water reduction factor

    dan Stress Reduction Factor . Pada metode RMR tedapat parameter IRS

    (Intact Rock Strength), Rock Quality Designation, Joint Spacing, Joint

    Persistence, Joint Aperture, Joint Roughness, Infilling Material, Joint

    Weathering,Ground Water dan Joint Orientation. Dalam form ini, disertakan

    juga gambar heading yang bertujuan untuk mempermudah tim geoteknik

    dalam membuat sketsa orientasi kekar yang paling dominan.

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    5/35

    4-5

    Gambar 4.6Geotechnical Form Mapping

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    6/35

    4-6

    4.1.2. Pengambilan Data

    Dalam pengamatan ini digunakan metode scanline sampling untuk

    pengambilan data. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui orientasi

    bidang diskontinuitas pada permukaan yang dianggap mewakili orientasi bidangdiskontinuitas batuan secara keseluruhan sekaligus klasifikasi massa batuan

    pada lokasi pengamatan.

    Secara sistematik, teknik pengambilan data dalam pegamatan ini meliputi :

    Pengukuran jarak, dip dan dip direction bidang diskontinuitas

    Penentuan Joint Condition .

    Penentuan tingkat kekasaran dari bidang diskontinuitas

    Penentuan material pengisi bidang diskontinuitas

    Penentuan tipe joint , panjang joint dan kondisi umum kelembaban air pada

    terowongan.

    Pengambilan data struktur bidang lemah dilakukan di lokasi L3-2W- SPV-

    W dengan panjang bentangan yaitu 6.3m, struktur bidang kekar yang diukur

    berupa dip dan dip direction (lihat gambar 4.8 dan 4.9). Dip adalah derajat yang

    dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus

    dari garis strike. Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus, contohnya ialah

    bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, dll. Dip direction adalah arah

    tegak lurus jurus yang sesuai dengan arah miringnya bidang yang bersangkutan

    dan diukur dari arah utara.

    Gambar 4.7Definisi Strike, Dip dan Dip Direction

    (Support of Underground Excavations in Hard Rock, E. Hoek, P.K. Kaiserand W.F. Bawden, 2000)

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    7/35

    4-7

    Gambar 4.8

    Sketsa Pengukuran Bidang Diskontinuiti dengan Metode Scanline (Kramadibrata, 1996)

    Dari 2 lokasi pengamatan dan pengukuran, didapatkan data sebagai berikut:

    Kode lokasi : L3-2W- SPV-W

    Arah garis pengukuran : N150 oE

    Panjang scanline : 6 meter

    Pada lokasi L3-2W- SPV-W ditemukan joint dengan jumlah 36 dengan jarak

    rentangan 6.5 meter.

    Kode lokasi : L3 SPV-2W-W50

    Arah garis pengukuran : N50 oE

    Panjang scanline : 2 meter

    Pada lokasi L3-2W- SPV-W ditemukan joint dengan jumlah 13 dengan jarak

    rentangan 2 meter.

    Diskontinuitas yang berupa rekahan dan beberapa dengan material pengisi

    (gouge) yang melewati garis pengamatan yang akan diambil datanya, dan

    setelah melakukan pengumpulan data diskontinuitas dengan metode scanlinesampling , maka langkah selanjutnya adalah melihat penyebaran orientasi bidang

    diskontinuitas pada bidang stereonet. Tujuan pengeplotan orientasi bidang

    diskontinuitas pada stereonet adalah untuk mendapatkan arah umum dari

    orientasinya dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Stereonet dan Dips.

    Data hasil dari scanline berupa orientasi kekar dapat dilihat pada subbab 4.1.3.

    Dalam menggunakan klasifikasi massa batuan, sangat disarankan untuk

    menggunakan lebih satu metode klasifikasi, agar dapat digunakan sebagai

    pembanding atas hasil yang diperoleh dari tiap metode. Sistem klasifikasi yang

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    8/35

    4-8

    paling banyak digunakan di tambang bawah tanah adalah Rock Mass Rating

    (RMR) system , dan Rock Tunneling Quality Index (Q system) .

    1. Rock Mass Rating (RMR)

    Metode Rock Mass Rating (RMR) dari Bieniawski (1989) merupakansistem klasifikasi massa batuan yang diaplikasikan baik pada perencanaan

    tambang bawah tanah maupun perencanaan tambang terbuka serta

    bangunan terowongan sipil. Ada enam parameter yang diperhitungkan dalam

    sistem pengkelasan RMR, yaitu:

    a. Kuat tekan batuan utuh (Strength of intact rock material/ IRS)

    b. Rock Quality Designation (RQD).

    c. Jarak antar spasi kekar (Spacing of discontinuities/ Js)

    d. Kondisi kekar (Condition of discontinuities)

    e. Kondisi air tanah (Groundwater conditions/ GW).

    f. Orientasi kekar ( Joint orientation/ Jo)

    Keenam faktor tersebut memiliki nilai yang dijumlahkan untuk

    mendapatkan total nilai (Rating). Gambar 4.9 merupakan kegiatan

    pengamatan kondisi batuan dan kondisi kekar dengan menggunakan

    pembobotan massa batuan (RMR).

    Gambar 4.9Kegiatan Klasifikasi Massa Batuan

    Pada penggunaan sistem RMR, massa batuan dibagi ke dalam jenis

    batuan yang memiliki kesamaan sifat berdasarkan 6 parameter di atas. Batas

    dari jenis batuan tersebut biasanya disesuaikan dengan kenampakan

    perubahan struktur geologi seperti patahan, perubahan kerapatan kekar, dan

    perubahan jenis batuan.

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    9/35

    4-9

    Adapun data hasil pengamatan parameter RMR di lapangan, yaitu:

    a. Parameter kekuatan batuan

    Pengamatan pada lokasi L3 SPV-2W-W50 dan L3-2W- SPV-W didapat

    jenis batuan Vein Breccia Weak Clay , dengan uji Point Load Strength Index pada laboratorium sebesar 1.23 Mpa.

    b. Rock Quality Designation (RQD).

    RQD pada lokasi L3-2W- SPV-W adalah % = 55%

    RQD pada lokasi L3 SPV-2W-W50 adalah

    % = 15 %

    c. Jarak antar spasi kekar (Joint Spacing /Js) Lokasi L3-2W- SPV-W adalah 60-200 mm

    Lokasi L3 SPV-2W-W50 adalah

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    10/35

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    11/35

    4-11

    Gambar 4.10

    Pengukuran Lebar Span

    Gambar 4.11 merupakan kegiatan pengukuran dip dan dip direction pada

    bidang diskontinu di lokasi L3-2W- SPV-W.

    Gambar 4.11 Pengukuran Dip dan Dip Direction pada

    Bidang diskontinu

    Adapun data hasil pengamatan parameter Q System di lapangan, yaitu

    a. Rock Quality Designation (RQD).

    RQD pada lokasi L3-2W- SPV-W adalah % = 55%

    RQD pada lokasi L3 SPV-2W-W50 adalah

    % = 15 %

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    12/35

    4-12

    b. Joint Set Number

    Pada kedua lokasi ditemukan adanya lebih dari 4 pasang kekar dengan

    struktur bidang yang berbeda.

    c. Joint RoughnessPada kedua lokasi permukaan bidang diskontinu terasa halus dan rata

    dan kekar terisi dengan material weak clay dengan tebal rata-rata 3 mm.

    d. Joint Alteration

    Pada pengamatan di kedua lokasi, terdapat beberapa kekar yang telah

    mengalami perubahan (ter-alterasi) dan tercampur dengan clay. Melihat

    teksur batuan tersebut, mineral yang teralterasi kuat cenderung

    kehilangan tekstur aslinya, misal sudah tidak granular lagi dsb, tetapi

    pada batuan alterasi sedang hingga lemah masih menyisakan

    kenampakan tekstur asli batuan.

    e. Stress Reduction Factor

    Di dalam lokasi pengamatan, terdapat satu zona geser batuan yang terisi

    oleh clay

    3. Monitoring kondisi tambang bawah tanah

    Pada kondisi ini ahli geotek berperan dalam pengawasan kondisi

    tambang bawah tanah dan infrastruktur yang ada, sebagai contoh

    pengawasan pergerakan lubang bukaan, zona-zona potensi ambruk di areal

    tambang bawah tanah akibat proses penambangan, langkah apa saja yang

    harus dilakukan untuk mengantisipasi ambrukan seperti mengevakuasi alat,

    melakukan penambahan penyanggaan, melakukan penguatan. Disini ahli

    geotek bekerjasama dengan tim safety dalam pengawasan operasional

    tambang dan bias merekomendasikan penghentian operasional tambang

    bawah tanah jika membahayakan keselamatan manusia dan alat.

    Monitoring tegangan pada terowongan merupakan masalah yang sangat

    pentingnya dengan pemantauan hal-hal kecil seperti ventilasi atau drainase.

    Dalam monitoring tegangan yang terjadi pada lubang bukaan ada tiga

    pertimbangan yang perlu dipertimbangkan yaitu :

    Pertimbangan besar geometri lubang bukaan, karena semakin besar

    geometri lubang bukaan maka tegangan yang diterima akan semakin

    besar juga.

    Pertimbangan besar kecilnya pilar yaitu jenis penyangayang akan

    diberikan sesuai dengan kelas dan jenis batuan.

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    13/35

    4-13

    Pertimbangan tehadap sistim penyanggaan yang akan digunakan yaitu

    metode penerapan penyangga yang digunakan dilapangan ketika proses

    pembuatan lubang bukaan dan setelah lubang bukaan terjadi sesuai dengan

    kelas dan jenis batuan. Gambar 4.12 memperlihatkan salah satu lokasiterjadinya ambrukan pada area kerja, hal ini dikarenakan weld mesh dan split

    set pada dinding terowongan tidak cukup kuat menahan beban dari clay

    yang terpengaruh oleh air.

    Gambar 4.12 Ambrukan clay pada area kerja

    Gambar 4.13 menunjukan contoh area kerja yang ditutup akibat adanya

    ambrukan sepanjang terowongan pada area kerja di level 2. Pembukaan

    garis larangan masuk area tersebut akan dilakukan saat kondisi area kerja

    sudah aman setelah dilakukan pengamanan tambahan oleh tim safety dan

    geoteknik.

    Gambar 4.13Penutupan area kerja

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    14/35

    4-14

    4.1.3. Pengolahan Data

    Data- data yang di dapat dari klasifikasi massa batuan pada dinding

    terowongan di lokasi L3-2W- SPV-W dan L3 SPV-2W-W50 meliputi JenisBatuan, RQD, Joint Number, Joint Roughness, Joint Alteration Number, Joint

    Water Reduction, Stress Reduction Factor, Intact Rock Strength, Joint Spacing,

    Joint Persistence, Joint Aperture, Infilling (gouge), Joint Weathering, Ground

    Water dan Joint Orientation.

    Dari data data yang di dapat, maka berikut adalah proses perhitungan

    untuk mencari rekomendasi penyanggaan pada L3-2W- SPV-W dan L3 SPV-2W-

    W50 berdasarkan RMR dan Q system:

    1. Rock Mass Rating (RMR) system

    Pada Tabel RMR rating yang lebih tinggi menunjukkan kondisi massa

    batuan yang lebih baik. Kondisi massa batuan dievaluasi untuk setiap set

    bidang diskontinu yang ada.

    Tabel 4.1Rock Mass Rating System

    ParameterLokasi Bobot

    L3-2W- SPV-W L3 SPV-2W-W50 L3-2W- SPV-W L3 SPV-2W-W50

    Strength of Rock Intact Rock

    Material

    (Point load index)

    1.23 Mpa 1.23 Mpa 4 4

    Rock Qual i ty Designat ion

    (RQD).55% 15% 13 3

    Spasi Kekar 60-200 mm

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    15/35

    4-15

    Dari totalpembobotan dari kelima parameter tersebut, maka diketahui total

    dari masing- masing pembobotan yaitu

    L3-2W- SPV-W = 28

    L3 SPV-2W-W50 = 13Tabel 4.2 menunjukkan beberapa jenis kelas massa batuan berdasarkan total

    nlai pembobotan, berikut merupakan kelas massa batuan berdasarkan nilai

    total pembobotan:

    Tipe batuan pada lokasi L3-2W- SPV-W merupakan jenis batuan kelas 4

    yang termasuk jenis buruk (poor rock), dengan waktu berdiri tanpa

    penyanggaan yaitu 10 jam untuk setiap 2.5 m lubang bukaan.

    Tipe batuan pada lokasi L3 SPV-2W-W50 merupakan batuan kelas 5

    yang termasuk jenis batuan sangat buruk (Very poor Rock) dengan waktu

    berdiri tanpa penyanggaan 30 menit untuk 1 meter lubang bukaan. (lihat

    tabel 4.2)

    Tabel 4.1Penentuan Kelas Massa Batuan

    Kelas Massa Batuan yang Ditentukan dari Bobot Total

    Bobot 100 - 81 80 - 61 60 - 41 40 - 21 < 21

    Kelas Batuan I II III IV V

    DeskripsiBatuan Sangat

    Bagus

    Batuan

    BagusBatuan Fair Batuan Buruk

    Batuan Sangat

    Buruk

    Arti dari Kelas Batuan

    Kelas Batuan I II III IV V

    Waktu Berdiri

    tanpa Penyangga

    20 thn untuk 15

    m lubang

    bukaan

    1 thn untuk

    10 m lubang

    bukaan

    1 minggu

    untuk 5 m

    lubang bukaan

    10 jam untuk

    2.5 m lubang

    bukaan

    30 min for 1 m

    lubang bukaan

    Kohesi Massa

    Batuan (kPa)> 400 300 - 400 200 - 300 100 - 200 < 100

    Sudut Gesean

    dari Massa

    Batuan (deg)

    > 45 35 - 45 25 - 35 15 - 25 < 15

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    16/35

    4-16

    Stand up time dapat diperoleh dari hubungan antara RMR dan lebar span ,

    dapat dilihat pada grafik 4.1.

    Grafik 4.1 Stand Up Time

    Tabel 4.2

    Rekomendasi Penyangga

    Ground

    classExcavation (drill and blast)

    Rock supportRock bolts

    Shotcrete Steel sets(20 mm diam., fullybonded)1.Very goodrock Full face: Generally no support required except for occasional spot boltingRMR: 81-100 3m advance2. Good rock Full face: Locally bolts in

    crown, 3m long,spaced 2.5m with

    occasional wiremesh

    50mm in crownwhere required None

    RMR: 61-80 1.0 - 1.5m advance;

    Complete support 20 m fromface

    3. Fair rock Top heading and bench:Systematic bolts 4m

    long, spaced 1.5 -2m in crown and

    walls with wire meshin crown

    50 - 100mm incrown, and 30mm

    in sidesNone

    RMR: 41-60 1.5 - 3m advance in topheading;Commence support after

    each blast;Commence support 10 m

    from face4. Poor rock Top heading and bench:

    Systematic bolts 4 -5m long, spaced 1 -1.5m in crown and

    walls with wire mesh

    100 - 150mm incrown and 100mm

    in sides

    Light ribs spaced 1.5mwhere required

    RMR: 21-40 1.0 - 1.5m advance in topheading;Install support concurrentlywith excavation - 10 m from

    face5. Very poorrock Multiple dr i f t s:

    Systematic bolts 5- 6m long, spaced1 - 1.5m in crown

    and walls with wiremesh. Bolt invert

    150 - 200mm incrown, 150mm insides, and 50mm

    on face

    Medium to heavy ribsspaced 0.75m withsteel lagging and

    forepoling if required.Close invert

    RMR < 21 0.5 - 1.5m advance in topheading;Install support concurrently

    with excavation; shotcrete assoon as possible after

    blasting

    L3 SPV-2W-W50

    L3-2W- SPV-W

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    17/35

    4-17

    Tabel 4.2 memperlihatkan tentang metode penggalian dengan cara drill and

    blast yaitu pembuatan drift dilakukan secara multiple dengan kemajuan 0.5

    sampai 1.5 m. Dalam panjang drift 10 meter, dibutuhkan wire mesh dan rock

    bolt sepanjang 5 6 m dengan jarak 1 1.5 m pada atap dan dinding drift .

    Pemberian shotcrete dapat diberikan pada atap dengan tebal 150-200 mm

    dan pada dinding 150 mm.

    2. Rock Tunneling Quality Index (Q system) .

    Q-system merupakan fungsi dari enam parameter yang dinyatakan dengan

    persamaan berikut:

    Q =

    Berikut adalah hasil pengamatan berdasarkan parameter Q system di lokasi

    L3 SPV-2W-W50:

    a. Pada perhitungan RQD didapatkan hasil sebagai berikut: (Termasuk tipe Very Poor)

    b. Joint Set Number

    Pada pengamatan ditemukan lebih dari empat pasang kekar dengan arah

    penujaman yang sama.

    A. Massive, no or few joint s 0.5 - 1.0

    B. One joint set 2

    C. One joint set plus random 3

    D. Two joint sets 4

    E. Two joint sets plus random 6

    F. Three joint sets 9

    G. Three joint sets plus random 12

    H. Four or more jo in t sets, random 15

    DESCRIPTION Value

    A. Very poor 0 - 25

    B. Poor 25 - 50

    C. Fair 50 - 75

    D. Good 75 - 90

    E. Excellent 90 - 100

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    18/35

    4-18

    c. Joint Roughness

    Pada lokasi pengamatan , kekar terisi dengan material weak clay yang

    cukup tebal .

    d. Joint Alterasi

    Pada pengamatan, terdapat beberapa kekar yang telah mengalami

    perubahan (ter-alterasi) dan tercampur dengan clay. Melihat teksur

    batuan tersebut, mineral yang teralterasi kuat cenderung kehilangan

    tekstur aslinya, misal sudah tidak granular lagi dsb, tetapi pada batuan

    alterasi sedang hingga lemah masih menyisakan kenampakan tekstur asli

    batuan.

    e. Joint Water Reduction

    Adanya aliran air yang terlihat menetes pada roof , dan dinding

    terowongan terlihat basah. A. Dry excavation o7r minor inflow i.e. < 5 l/m locally 1.0

    B. Medium inflow or pressure, occasional outwash

    of jo in t fillings

    0.66

    a. Rock wall contact

    b. Rock wall contact before 10 cm shear

    Value

    A. Discontinuous joint s 4

    B. Rough and irregular, undulating 3

    C. Smooth undulating 2

    D. Slickensided undulating 1.5E. Rough or irregular, planar 1.5

    F. Smooth, planar 1

    G. Slickensided, planar 0.5

    c. No rock wall contact when shearedH. Zones containin g clay minerals thick 1.0 (nominal)

    J. Sandy, gravely or crushed zone thick 1.0 (nominal)

    Rock wall contact before 10 cm shear

    F. Sandy particles, clay-free, disintegrating rock etc 4

    G. Strongly over-consolidated, non-softening clay

    mineral fillings (continuous < 5 mm thick)

    6

    H. Medium or low over-consolidation, softening

    clay mineral fillings (continuous < 5 mm thick)

    8

    J. Swelling clay fillings, i.e. montmorillonite (continuous

    < 5 mm thick). Values of Ja depend on percent of

    swelling clay-size

    8 12

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    19/35

    4-19

    C. Large inflow or high pressure in competent rock with

    unfilled joint s

    0.5

    D. Large inflow or high pressure 0.33

    E. Exceptionally high inflow or pressure at blasting,

    decaying with time

    0.2 0.1

    F. Exceptionally high inflow or pressure 0.1 0.05

    f. Stress Reduction Factor

    Di dalam lokasi pengamatan, terdapat beberapa zona geser batuan yang

    terisi oleh clay.

    Berdasarkan data hasil pengamatan, berikut adalah hasil dari perhitungan

    klasifikasi massa batuan berdasarkan Q system

    Q = .................................... .................................................... (4.2)

    = 0.02

    Nilai Q yang didapat dihubungkan dengan kebutuhan penyanggaan

    terowongan dengan menetapkan dimensi ekivalen (equivalent dimension)

    dari galian. Dimensi ekivalen merupakan fungsi dari ukuran dan kegunaan

    dari galian, didapat dengan membagi span, diameter atau tinggi dinding

    galian dengan harga yang disebut Excavation Support Ratio (ESR) lihat tab.

    Dequipvalent =

    ...................................... .... .. ....... (4.3)

    = 1.43

    A. Multiple occurrences of weakness zones containing clay or

    chemically disintegrated rock, very loose surrounding rock any 10.0

    B. Single weakness zones containing clay, or chemically dis-

    tegrated rock (excavation depth < 50 m)

    5.0

    C. Single weakness zones containing clay, or chemically

    distegrated rock (excavation depth > 50 m)

    2.5

    D. Multiple shear zones in competent rock (clay free),

    loose surrounding rock (any depth) 7.5

    E. Single shear zone in competent rock (clay free). (depth

    excavation < 50 m)

    5.0

    F. Single shear zone in competent rock (clay free). (depth of

    excavation > 50 m)

    2.5

    G. Loose open joint s, heavily joint ed or 'sugar cube', (any

    depth)

    5.0

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    20/35

    4-20

    Tabel 4.4Excavation Support Ratio

    Barton et al. (1980) memberikan informasi tambahan terhadap

    panjang rockbolt , span maksimum, dan tekanan penyangga atap untuk

    melengkapi rekomendasi penyangga pada publikasi yang diterbitkan tahun

    1974. Panjang L dari r ockbolt ditentukan dari lebar penggalian (B) dan dari

    nilai ESR melalui persamaan 4.5. Span maksimum yang tidak disangga

    dapat dihitung dengan persamaan 4.4.

    Span maksimum yang tidak disangga dapat dihitung denganpersamaan:

    Maximum Unsuported Span = 2 ESR Q 0.4 ..................................................(4.4)

    2 (1.6)0.02 0.4 = 0.66 m

    Panjang L dari rockbolt ditentukan dari lebar penggalian (B) dan dari nilai

    ESR melalui persamaan:

    Panjang Rock Bolt =

    ...................................................................(4.5)

    2 + = 2.21 m

    Grimstad dan Barton (1993) memberikan hubungan antara nilai Q

    dengan tekanan penyangga atap permanen P roof melalui persamaan:

    Jika jumlah dari joint lebih dari 3, maka memakai persamaan :

    Excavation category ESR

    A Temporary mine openings 3-5

    B Permanent mine openings, water tunnels for hydro power (excluding highpressure penstocks), pilot tunnels, dr i f t s and headings for largeexcavations.

    1.6

    C Storage rooms, water treatment plants, minor road and railway tunnels,surgechambers, access tunnels.

    1.3

    D Power stations, major road and railway tunnels, civil defence chambers,portalintersections.

    1.0

    E Underground nuclear power stations, railway stations, sports andpublicfacilities, factories.

    0.8

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    21/35

    4-21

    .......................................................................................(4.6)

    =7.2 kg/cm2

    Berdasarkan grafik pada Q System , jika dimensi equivalent dan Q

    system dimasukkan, didapat jenis batuan sangat buruk dengan rekomendasi

    penguatan rock bolt dengan tebal shotcrete >15 cm.

    Grafik 4.2

    Rock Classes(Engineering Rock Mass Clasification, ZT Bieniawski, 1989)

    Perbandingan nilai Q system dengan klasifikasi RMR dapat diinterpretasikansebagai grafik seperti ditunjukkan pada gambar berikut

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    22/35

    4-22

    Grafik 4.3 Korelasi antara RMR dan Q system

    (Engineering Rock Mass Clasification, ZT Bieniawski, 1989)

    3. Orientasi Kekar

    Pada lokasi L3-2W- SPV-W ditemukan joint dengan jumlah 36 dengan

    jarak rentangan 6.3 meter. Karena hanya diskontinuitas yang berupa rekahan

    dan beberapa dengan material pengisi (gouge) yang melewati garis

    pengamatan, maka untuk pengeplotan set diskontinuitas hanya akan

    digunakan data rekahan dan material pengisi (gouge). Dari proses

    pengelompokan diskontinuitas yang berupa rekahan dengan menggunakan

    bantuan perangkat lunak Stereonet dan Dips, didapatkan tiga set

    diskontinuitas untuk scanline , yakni JS1, JS2 dan JS3 (Gambar 4.17).

    Kedudukan umum untuk JS1 adalah N 169 E / 19, kedudukan umum JS2

    adalah N 283 E / 24, sedangkan Kedudukan umum untuk JS3 adalah N

    118 E / 17.

    Sumber : Pengolahan Data, 2014

    Gambar 4.14 Interpretasi set diskontinuitas pada scanline

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    23/35

    4-23

    4.2. Survey Tambang B awah Tanah

    Survey merupakan pekerjaan pengukuran keadaan di lapangan dengan

    menggunakan alat ukur berupa Total Station , untuk mendapatkan koordinat (X,

    Y, Z) dari daerah yang diukur yang kemudian diolah dengan menggunakan

    sistem komputerisasi, dan ditampilkan dalam bentuk informasi, baik peta maupun

    data atribut.

    4.2.1. Peralatan Su rv ey

    Dalam tambang bawah tanah, survey dilakukan pada lokasi yang gelap,

    terbatas , dan basah serta membutuhkan peralatan khusus seperti bor tangandan pipa aluminium sebagai pengganti bench mark dalam terowongan. Berikut

    adalah peralatan yang dipakai pada survey tambang bawah tanah, foto berasal

    dari dokumentasi di lapangan.

    1. Total Station Leica TS15

    Total Station merupakan teknologi alat yang menggabungkan secara

    elektornik antara teknologi theodolite dengan teknologi EDM (electronic

    distance measurement). EDM merupakan alat ukur jarak elektronik yang

    menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai gelombang pembawasinyal pengukuran dan dibantu dengan sebuah reflektor berupa prisma

    sebagai target (alat pemantul sinar infra merah agar kembali ke EDM)

    Gambar 4.15 Total Station Leica TS15

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    24/35

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    25/35

    4-25

    Statif / Tripod

    4. MeteranDigunakan untuk mengukur ketinggian alat ukur di titik basis (Patok) dari atas

    patok sampai dengan lubang bidik saat melakukan pengukuran. Selain itu

    juga digunakan untuk mengukur tinggi titik tembak (Prisma yang diletakkan

    pada statif ) saat peletakkan titik basis baru. Dalam Survey tambang bawah

    tanah, meteran berfungsi untuk mengukur jarak antara gridlines dan floor

    suatu terowongan.

    Gambar 4.18Meteran

    5. Alat Bor

    Dalam survey tambang bawah tanah, alat bor berfungsi sebagai pembuat

    lubang dalam dinding terowongan yang akan digunakan sebagai wall station.

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    26/35

    4-26

    Gambar 4.19 Alat Bor BoschHammer

    6. Pipa Alumunium dan Lem BetonPipa aluminium digunakan sebagai dudukan dari wall pin (Sebuah besi

    dengan size, dan design tertentu merupakan pasangan dari prisma) yang

    akan berguna sebagai wall station (titik acuan survey yang berada di dinding

    bukaan tambang). Untuk memasang pipa aluminium dibutuhkan lem beton.

    Gambar 4.20Pipa Aluminium dan Lem Beton

    7. Selang Waterpass

    Selang waterpass digunakan saat pembuatan gridlines, gridlines merupakan

    garis pada dinding kanan kiri bukaan tambang . yang berfungsing untuk

    mengarahkan kemiringan bukaan tambang.

    Gambar 4.21

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    27/35

    4-27

    Selang Waterpass

    8. Spray PaintSpray Paint berfungsi untuk membuat gridlines dan garis acuan untuk arah

    kemajuan tambang. Dalam survey drill and blast, spray pait berfungsi sebagai

    penanda lubang ledak yang akan di bor menurut desain planning.

    Gambar 4.22

    Spray Paint

    4.2.2. Kegiatan dan Pengambilan Data Survey

    Kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh Tim Survey yang penyusun ketahui

    selama melakukan kerja praktek di PT. Natarang Mining yaitu sebagai berikut:

    1. Drill and Blast Survey

    Drill and blast survey merupakan suatu kegiatan survey untuk lokasi

    rencana drilling dan blasting yang di tentukan oleh mine plan yang kemudian

    akan dilakukan penandaan titik pengeboran sebagai lubang ledak pada

    heading lubang bukaan tambang bawah tanah. Penandaan titik pengeboran

    bertujuan agar luasan area dari kegiatan peledakan dapat dikontrol sehingga

    target ore yang terbongkar sesuai dengan desain yang diberikan oleh mine

    plan . Kegiatan tim drill & blast survey meliputi :

    a. Stake out lokasi rencana drill & blast

    b. Penandaan titik lubang ledak

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    28/35

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    29/35

    4-29

    terowongan (Lihat gambar 4.28) . Penempatan wall station pada survey

    tambang bawah tanah terletak pada lokasi yang mudah terlihat oleh crew

    surveyor.

    Penempatan instrumen dan prisma dapat dilihat pada gambar 4.28.Crew survey melubangi dinding dan menempatkan prisma yang digunakan

    sebagai titik acuan pengukuran pada dinding dengan batuan yang masif, hal

    ini bertujuan agar titik kontrol tidak bergeser karena pengaruh aktifitas

    penambangan.

    Gambar 4.25Skema Penempatan Wall Station

    3. Land Subsidence Monitoring

    Land Subsidence adalah penurunan ketinggian permukaan tanah karena

    perubahan yang terjadi di bawah tanah. Pada tambang bawah tanah, land

    subsidence diakibatkan oleh penggalian dalam permukaan bumi. Land

    Subsidence Monitoring dilakukan pada titik kontrol pada elevasi yang lebih

    tinggi dan bukan diatas area kerja tambang bawah tanah.

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    30/35

    4-30

    Gambar 4.26Penempatan Titik Monitoring

    Beberapa titik kontrol yang berupa beton dengan prisma target ditempatkan

    secara permanen pada permukaan tanah yang terdapat aktifitas

    penambangan di bawahnya.

    Gambar 4.27Kegiatan Monitoring land Subsidence

    4. Pengukuran Stockpile Mingguan.

    Pengukuran stockpile mingguan ore dilakukan untuk mengetahui volume

    broken ore setiap minggunya. Pengukuran ini dilakukan dimulai dengan

    mengukur batas tumpukan broken ore kemudian mengukur bagian atas

    tumpukan, semakin detail pengukuran dilakukan maka hasil pengukuran

    nantinya akan semakin akurat. Pengukuran ini biasanya harus diselesaikan

    dalam waktu 1 hari karena kondisi stockpile selalu berubah setiap harinya

    dikarenakan aktifitas crushing plan yang selalu beroperasi

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    31/35

    4-31

    Gambar 4.28

    Pengukuran Stock Pile5. Penentuan stakeout

    Stakeout adalah penentuan posisi di lapangan yang datanya telah

    diketahui dari desain. Stakeout dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

    a. Stakeout posisi, dimana elevasi dari titik yang ingin ditentukan dapat

    diabaikan, dan

    b. Stakeout pit limit , elevasi dari titik yang ingin ditentukan harus diketahui.

    Stakeout dilakukan dalam keperluan eksplorasi, baik itu di dalam

    pengeboran inti dalam permukaan bawah tanah ataupun di permukaan

    serta pada saat rencana pembuatan vertical shaft.

    Gambar 4.29Stakeout Titik Bor Eksplorasi

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    32/35

    4-32

    Gambar 4.30Stakeout Titik Rencana Pembuatan

    Vertical ShaftGambar 4.33 menunjukkan aktifitas stake out untuk kegiatan

    pemboran eksplorasi pada level 3, pengontrolan titik pemboran selaludilakukan selama kegiatan ini berlangsung. Gambar 4.34 menunjukkan

    aktifitas penentuan titik bor untuk pembuatan vertical shaft yang dilakukan

    dari permukaan. Dalam penentuan titik pengeboran untuk pembuatan vertical

    shaft haruslah seakurat mungkin baik itu dalam menentukan arah ataupun

    sudut.

    4.2.2. Pengolahan Data

    Data-data yang diambil pada pengukuran survey tambang bawah tanahpada PT. Natarang Mining adalah titik-titik lubang bukaan (stope) pada bulan

    September dan Oktober 2014.

    Perhitungan volume dilakukan dengan menjadikan titik-titik hasil

    pengukuran stope sebagai dasar, Titik titik pengukuran original dikonversi ke

    dalam bentuk .str.

    Tahapan pengolahan data dengan software surpac 6.4, yaitu:

    1. Men- download data dari Total Station ke dalam komputer yang berupa

    file*csv 2. Meng-import file*.csv pada software surpac

    3. Memisahkan data survey lubang bukaan menjadi 3 segmen, yaitu Floor ,

    gridlines dan roof

    Gambar 4.31Hasil Survey Berupa Garis Floor, Gridlines dan Roof

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    33/35

    4-33

    0

    100

    200

    300

    400

    September Oktober

    ADVANCE TUNNELING DEVELOPTMENT SANTO

    MINE

    Waste

    Ore

    4. Pembuatan triangulasi pada segmen floor dan roof

    5. Penggabungan triangulasi floor , gridlines dan roof

    6. Pembuatan solid

    Gambar 4.32Pembuatan Solid

    7. Perhitungan volume broken ore tertambang

    Berdasarkan perhitungan data hasil survey dengan software surpac

    6.4 , diketahui bahwa pada proses development , didapat volume ore pada

    bulan September 2014 adalah sebesar 355,441 m3

    dan waste sebesar133,354 m 3, sedangkan pada bulan Oktober 2014, volume ore pada saat

    proses development adalah sebesar 362,970 m 3 waste sebesar 208,806 m 3.

    Pada penambangan ore yang masuk dalam target produksi, didapatkan

    2276.055 m 3 pada bulan September 2014 dan 3283.023 m 3 pada Oktober

    2014.

    Grafik 4.4Developmet Flowchart

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    34/35

    4-34

    0

    1,000

    2,000

    3,000

    4,000

    September Oktober

    PRODUCTION MONTHLY REPORT SANTO MINE

    Ore

    Grafik 4.5Production Flowchart

    4.1. Pembahasan

    Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan geoteknik tambang

    bawah tanah, yaitu klasifikasi massa batuan berdasarkan metode RMR

    dan Q System, pemetaan orientasi kekar dengan metode scanline dan

    monitoring terowongan. Dari klasifikasi massa batuan pada lokasi L3

    SPV-2W-W50 berdasarkan metode Rock Mass Classification , dapatdiketahui bahwa kondisi batuan dalam terowongan adalah kelas V, yaitu

    sangat buruk dengan waktu tanpa penyangga 30 menit untuk lubang

    bukaan sebesar 1 m. Pembuatan drift dilakukan secara multiple dengan

    kemajuan 0.5 sampai 1.5 m. Dalam panjang drift 10 meter, dibutuhkan

    supporting wire mesh dan rock bolt sepanjang 5 6 m dengan jarak 1

    1.5 m pada atap dan dinding drift . Pemberian shotcrete dapat diberikan

    pada atap dengan tebal 150-200 mm dan pada dinding 150 mm.

    Beberapa permasalahan yang terjadi pada saat pengambilan datageoteknik di lapangan adalah pengambilan data yang kurang akurat,

    dikarenakan ada aktifitas lain yang akan dilakukan oleh miners seperti

    barring down, pemasangan penanganan awal seperti pemasangan

    weldmesh dan splitset serta kegiatan bogging.

    Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan survey adalah drill and

    blast survey, survey kemajuan tambang, land subsidence monitoring,

    pengukuran stock pile dan penentuan stake out .

  • 8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi

    35/35