Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan Umum
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa
dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan
dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di
seluruh wilayah Republik Indonesia. Gambaran keadaan kesehatan
masyarakat Indonesia di masa depan atau Visi yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai
“MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS”
Untuk mewujudkan Visi Indonesia 2010, ditetapkan empat
misi pembangunan kesehatan yaitu : Menggerakkan pembangunan
nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, memelihara dan
meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya.
1.2 Profil Kota Batam
Visi Kota batam adalah :
Terwujudnya Kota Batam sebagai Bandar dunia madani yang modern
dan menjadi andalan pusat pertumbuhan perekonomian nasional
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
Misi Kota Batam adalah:
1. Mensukseskan misi pemerintah untuk mengembangkan Kota
Batam sebagai Bandar Modern berskala internasional sebagai
kawasan investasi dilengkapi dengan fasilitas pusat
perdagangan, kawasan industri besar, menengah kecil,
koperasi, usaha rumah tangga, industri pariwisata, pusat
perbelanjaan dan kuliner, hiburan, pengelolaan sumberdaya
kelautan melalui kerjasama dengan Pengelola Kawasan dan
pemangku kepentingan pembangunan lainnya.
2. Mengembangkan sistem pendukung strategis penataan ruang
terpadu meliputi komponen fasilitas sarana dan prasarana
sistem transportasi darat laut dan udara yang memadai, sistem
telekomunikasi dan teknologi informasi (ICT) modern dan
prima, ekosistem hutan kota, penataan lingkungan kota yang
bersih, sehat, aman, nyaman dan lestari.
3. Meningkatkan pelayanan prima dalam hal pendidikan,
kesehatan, perumahan yang layak dan terjangkau,
ketenagakerjaan, sosial budaya, fasilitasi keimanan dan
ketaqwaan, kepemudaan dan olahraga agar kualitas hidup
manusia dan kecerdasan seluruh lapisan masyarakat meningkat
serta pengentasan kemiskinan.
4. Menumbuhsuburkan kehidupan harmonis dan berbudi pekerti
atas dasar nilai multi etnis, multi kultur, multi agama dan
melestarikan nilai-nilai seni budaya melayu, kearifan lokal dan
memelihara kelestarian lingkungan hidup.
5. Mewujudkan pelaksanaan pemerintahan yang baik, bersih dan
berwibawa.
Di Kota Batam Kepulauan Riau, pelaksanaan pembangunan
kesehatan dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini antara lain
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
ditunjukan dengan penambahan sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan, penambahan tenaga kerja, juga penambahan fasilitas
kesehatan lingkungan. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia masih
terasa dampaknya di Kota Batam hingga saat ini, yaitu adanya
penduduk miskin sebanyak 136.000 jiwa, penyakit infeksi cenderung
naik, masalah gizi anak balita juga meningkat.
1.2.1. Kependudukan
Kota Batam, Kepri merupakan propinsi dengan urutan ke-12
terbesar jumlah penduduknya di Indonesia. Menurut sensus penduduk
pada Desember 2010, penduduk kota Batam mencapai 1.056.701
jiwa. Untuk mengungkapkan pertumbuhan penduduk Kota Batam
terus mengalami peningkatan dari bulan ke bulan. Pada Januari 2010
misalnya Kota Batam berjumlah 975.774 jiwa, kemudian pada
Februari 2010 jumlah penduduk meningkat menjadi 987.834 jiwa,
selanjutnya pada Maret 2010 mencapai 999.968 jiwa (berdasarkan
Dinas kependudukan dan Catatan Sipil tahun 2010).
1.2.1.1. Pertumbuhan, Persebaran, Kepadatan, Sex Ratio
Penduduk
1.2.1.1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Propinsi Kepulauan Riau
sebanyak 1.679.163 jiwa yang mencakup mereka yang
bertenmpat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 1.390.787
jiwa (82,83%) dan di daerah pedesaan sebanyak 288.376 jiwa
(17,17%). Laju pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun
dari tahun 2000-2010 : 4,95 %.(Badan Pusat Statistik sensus
Penduduk 2010)
1.2.1.1.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Persebaran penduduk antara daerah Kabupaten/Kota
di Propinsi Kepulauan Riau tidak merata. Keadaan ini
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
sebenarnya ditemukan pada hampir semua Propinsi di
Indonesia, yang tentunya dapat mencerminkan taraf
pembangunan atau urbanisasi di suatu daerah.
Kepadatan penduduk Kepulauan Riau Tahun 2000
adalah 205 jiwa per km2. (Badan Pusat Statistik sensus
Penduduk 2010)
1.2.1.1.3. Sex Ratio
Sex Ratio adalah suatu angka menunjukkan
perbandingan jenis kelamin. Ratio ini merupakan
perbandingan antara banyak penduduk laki-laki dan
perempuan di suatu daerah dalam waktu tertentu. Sex ratio
pada kelompok umur 0-4 sebesar 107, kelompok umur 5-9
sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64
berkisar antara 87 sampai dengan 130, dan kelompok umur
65 sampai 69 sebesar 18 (Badan Pusat Statistik sensus
Penduduk 2010)
1.2.1.1.4. Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis
Kelamin
Penduduk laki-laki Propinsi Kepulauan Riau
sebanyak 862.144 jiwa dan perempuan sebanyak 817.019
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
jiwa. Sex ratio adalah 106, berarti terdapat 106 laki-laki
untuk setiap 100 perempuan. (Badan Pusat Statistik sensus
Penduduk 2010)
1.2.2. Tingkat Pendidikan
Setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar (pasal 6 UU No.20 tahun 2003).
Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk 7-15 tahun
yang belum/tidak sekolah sebesar 2,82% dan yang tidak
sekolah lagi sebesar 4,23%. Ukuran atau indicator untuk
melihat kualitas sumber daya manusia(SDM) terkait dengan
pendidikan antara lain pendidikan yang ditamtkan dan angka
melek huruf (AMH). Berdasarkan hasil SP2010, persentase
penduduk 5 tahun yang berpendidikan minimal tamat
SMP/sederajat sebesar 56,21%, dan AMH penduduk berusia
15 tahun keatas sebesar 97,31% yang berarti dari setiap 100
penduduk usia 15 tahun keatas ada 97 orang yang melek
huruf. Penduduk dikatakan melek huruf jika dapat membaca
dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. (Badan Pusat
Statistik sensus Penduduk 2010)
1.2.3. Ketenagakerjaan
Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja
di Propinsi Kepulauan Riau sebesar 764.010 orang, dimana
jumlah 738.743 orang diantaranya bekerja, sedangkan 25.267
orang merupakan pencari kerja.
Dari hasil SP2010, tingkat partisipasi angkatan kerja
TPAK laki-laki lebih tinggi daripada TPAK perempuan, yaitu
masing-masing sebesar 86,65 % dan 41,52 %. Sementara itu
bila dibandingkan menurut pebedaan wilayah, TPAK di
perkotaan lebih tinggi daripada pedesaan, masing-masing
sebesar 65,79 % dan 58,60 %. 3 kabupaten/kota di Propinsi
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
Kepulauan Riau dengan TPAK tertinggi berturut-turut adalah
Kota Batam (69,78), Kabupaten Bintan (61,34), dan
Kabupaten Natuna (60,09). Dengan jumlah pencari kerja
sejumlah 25.267 orang, tingkat pengangguran terbuka (TPT)
di Propinsi ini mencapai 3,31 %. (Badan Pusat Statistik
sensus Penduduk 2010)
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
KEGIATAN-KEGIATAN PROGRAM DINAS KESEHATAN
KOTA BATAM
Struktur Organisasi dan Tatakerja ( SOTK )Dinas Kesehatan Kota Batam
Keterangan Gambar :
1. Kepala Dinas;
2. Sekretaris, membawahi :
a. Sub Bagian Umum
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Kepegawaian
3. Bidang Program, membawahi :
a. Seksi Data dan Informasi
b. Seksi Penyusunan Program
c. Seksi Evaluasi dan Pelaporan
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Sumber : Perda Kota Batam Nomor 12 Tahun 2007
KEPALA DINAS
Kelompok Jabatan Fungsional
SEKRETARIS
Sub BagUmum
Sub BagKeuangan
Sub Bag Kepegawaian
Bidang Program
Seksi Data dan Informasi
Seksi Penyusun Program
Seksi Evaluasi dan Pelaporan
Bidang Pengendalian Penyakit & Penyehatan
Lingkungan (P2 & PL)
Seksi Penyehatan Lingkungan
Seksi Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Surveilance
Seksi Pengendalian Penyakit Menular ( P2M )
UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH
Bidang Kesga & Promosi
Seksi PromosiKesehatan
Seksi Kesehatan Keluarga
Seksi Gizi
Bidang Pelayanan Kesehatan dan
Kefarmasian
Seksi Pelayanan Kesehatan
Seksi Farmasi dan makanan minunman
(Farmakmin)
Seksi Sarana dan Prasarana Kesehatan
(Sarprakes)
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
4. Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, membawahi:
a. Seksi Penyehatan Lingkungan
b. Seksi Pengendalian Penyakit tidak Menular dan Surveilance
c. Seksi Pengendalian Penyakit Menular
5. Bidang Kesehatan Keluarga dan Promosi, membawahi :
a. Seksi Promosi Kesehatan
b. Seksi Kesehatan Keluarga
c. Seksi Gizi
6. Bidang Pelayanan Kesehatan dan Kefarmasian, membawahi :
a. Seksi Pelayanan Kesehatan
b. Seksi Farmasi, Makanan dan Minuman
c. Seksi Sarana dan Prasarana Kesehatan
7. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas
8. Kelompok Jabatan Fungsional.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota Batam diatur
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 12 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah Kota Batam,
Keputusan WaliKota Batam Nomor 14 tahun 2003 tentang Uraian Tugas Dinas
Daerah Kota Batam, kemudian direvisi Berdasarkan surat WaliKota Batam
Nomor : 132/050/II/2008 perihal Penyusunan Renstra SKPD dan Renja SKPD
T.A 2009 dan Peraturan Wali Kota Batam nomor 10 tahun 2008 tentang Uraian
Tugas Dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Batam berdasarkan hal inilah Dinas
Kesehatan Kota Batam mempunyai kewenangan melaksanakan otonomi daerah
dibidang kesehatan, maka dibentuklah Struktur Organisasi dan Tata Kerja
(SOTK) Dinas Kesehatan Kota Batam.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
1.3. Profil Kecamatan Nongsa
1.3.1. Deskripsi Wilayah Kecamatan Nongsa
Kecamatan Nongsa merupakan salah satu dari 4 kelurahan yang ada di Kota
Batam, dengan batas kecamatan sebagai berikut :
Sebelah utara : Berbatas dengan Laut Singapura
Sebelah timur : Berbatas dengan Laut dan Kabupaten Bintan
Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kecamatan Galang dan
Bulang
Sebelah Barat : Berbatas dengan Kecamatan Batuampar, Batam
Kota, Sungai Beduk dan Bengkong
Dengan luas ± 64.090 km2 yang terdiri dari 4 Kelurahan.
Tabel 1.1
Distribusi Penduduk Berdasakan Jenis Kelamin di Kecamatan Nongsa
Kota Batam Kepulauan Riau 2012
Kecamatan Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
Nongsa Sambau 4.751 4.204 8.955
Batu Besar 14.127 12.290 26.417
Kabil 13.598 11.677 25.275
Ngenang 866 694 1.560
Jumlah
%
33.342 28.865 62.207
53,60 46,40
Sumber : www.batamkota.go.id (data kependudukan Kota batam per
April 2012)
Keterangan Tabel 1.1.
Dari tabel di atas didapatkan bahwa kecamatan Nongsa memiliki penduduk
berjenis kelamin 33.342 laki-laki (53,60 %) dan 28.865 perempuan ( 46,40%).
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
1.3.2. Data Demografis Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa
Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin :
Laki-laki : 4751 jiwa
Perempuan : 4204 jiwa
Jumlah : 8955 jiwa
Tabel 1.2.
Distribusi Penduduk Berdasakan Agama di Kota Batam Tahun 2000
No Agama Persentase (%)
1 Islam 76,69
2. Kristen 17,02
4. Budha 5,79
5. Hindu 0,40
Jumlah 100
Keterangan Tabel 1.2.
Dari tabel di atas didapatkan bahwa penduduk Kota Batam adalah mayoritas
penduduknya beragama Islam (76,69%)
1.4. Profil Kelurahan Sambau
1.4.1. Sejarah Kelurahan / Dasar Hukum
Kelurahan Sambau merupakan satu dari Enam puluh empat
Kelurahan yang ada pada saat ini di wilayah Administratif Kota
Batam, Sebelum ditetapkan menjadi Kelurahan, Kelurahan Sambau
merupakan bagian dari Desa Nongsa, yang wilayahnya pada waktu itu
merupakan gabungan dari dua Kelurahan yang ada Sekarang ini yaitu
Kelurahan Sambau dan Kelurahan Batu Besar.
Dengan terbitnya Peraturan Daerah kota Batam Nomor 4 Tahun
2002 tentang Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan (Lembaran
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
Daerah Kota Batam No. 20 seri D) maka Desa Nongsa dibagi menjadi
dua Kelurahan, Yaitu Kelurahan Nongsa dan Kelurahan Batu Besar.
Selanjutnya dengan adanya Perda Kota Batam Nomor 2 Tahun
2005 Tentang Pemekaran, Perubahan, dan Pembentukan Kecamatan
dan Kelurahan dalam Daerah Kota Batam (Lembaran Daerah kota
Batam Tahun 2005 Nomor 65 seri D Tambahan Lembaran Daerah No
34) Kecamatan Nongsa dimekarkan menjadi dua Kecamatan yaitu
Kecamatan Nongsa dan Kecamatan Batam Kota. Seiring dengan itu,
untuk menghindari kesalahan persepsi antara Kelurahan Nongsa dan
Kecamatan Nongsa, maka nama Kelurahan Nongsa berubah menjadi
Kelurahan Sambau, yang diambil dari salah sastu nama perkampungan
penduduk zaman dahulu di Desa Nongsa.
1.4.2. Kondisi Geografis
Secara umum Kelurahan Sambau adalah salah satu Kelurahan
di lingkungan Pemerintahan Kecamatan Nongsa Kota Batam Propinsi
Kepulauan Riau dengan luas wilayah Daratan: 2.541 Ha, dan wilayah
Laut : 4.120 Ha, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Tabel 1.3
Batas Kelurahan Sambau
Sebelah Timur : Berbatas dengan Laut Nongsa
Sebelah Barat : Berbatas dengan Laut Teluk Tering
Sebelah Utara : Berbatas dengan Laut Selat Malaka
Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kelurahan Batu Besar
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
Peta Kelurahan Sambau
1.4.3. Struktur Organisasi Kelurahan dan Pegawai Kelurahan
Sambau.
1.5. Profil Puskesmas Sambau
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
1.5.1. Data Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Sambau, Kecamatan Nongsa ini terdiri dari :
Luas wilayah kerja : 6,662 km2
Jumlah RT : 35 Rukun Tetangga
Jumlah RW : 10 Rukun Warga
Jumlah Kepala Keluarga : 2,968 Kepala Keluarga
Tabel 1.4
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja
Puskesmas Sambau Kecamatan Nongsa
Periode 2011
No. Jenis KelaminJumlah
Jiwa Persentase (%)
1
2
Perempuan
Laki – Laki
3978
4448
47
53
Jumlah 8426 100
1.5.2. Lokasi Puskesmas
Puskesmas Sambau terletak di Kelurahan Sambau, kecamatan Nongsa.
Batas wilayahnya yaitu :
Sebelah timur : Berbatas dengan laut nongsa
Sebelah barat : Berbatas dengan laut tering
Sebelah utara : Berbatas dengan laut selat malaka
Sebelah selatan : Berbatas dengan kelurahan batu besar
1.5.3. Denah Puskesmas Sambau
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
Program Pokok dan Pengembangan di Puskesmas Sambau
Puskesmas Sambau telah melaksanakan tujuh upaya wajib kota Batam
dan ditambah dengan delapan upaya pengembangan.
Upaya kesehatan wajib (basic seven) tersebut adalah :
1. Promosi Kesehatan (Promkes).
2. Upaya Kesehatan Lingkungan (Kesling).
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana.
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGM)
5. Upaya Pemberantasan Penyakit Menular (P2M).
6. Upaya Pengobatan.
7. Upaya Pencatatan dan Pelaporan (SP2TP)
Upaya Kesehatan Pengembangan yaitu :
1. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (UPKM)
2. Upaya Kesehatan Mata (UKM)
3. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut (UKGM)
4. Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Usila)
5. Upaya Laboratorium Sederhana.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
BAB II
GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MEMBUANG
SAMPAH SEMBARANGAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT
MALARIA DI KAMPUNG TUA BAKAU SERIP
KELURAHAN SAMBAU KECAMATAN NONGSA
KOTA BATAM KEPULAUAN RIAU
TAHUN 2012
2. 1 LATAR BELAKANG PENULISAN
Indonesia sebagai negara tropis termasuk negara yang rawan terhadap
penularan Malaria. Dari total 495 kabupaten, sebanyak 396 kabupaten (80%)
masih merupakan daerah endemis Malaria dan juga diperikan 45 % penduduk
Indonesia berisiko tertular Malaria.
Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di
negara-negara tropik. Berbagai upaya pemberantasan Malaria telah dilakukan
tetapi prevalensi Malaria tetap tinggi, hal ini disebabkan adanya berbagai
hambatan dalam pemberantasan Malaria, diantaranya resistensi vektor terhadap
insektisida dan resistensi parasit terhadap obat Malaria.
Berdasarkan laporan yang diterima sub Direktorat Malaria di Jawa-Bali
pada tahun 2001 terjadi peningkatan kasus dari 0,1 perseribu penduduk pada
tahun 1999 meningkat menjadi 0,60 perseribu penduduk dalam tahun 2001.
Dilaporkan dari beberapa rumah sakit berkisar 10-50% penyebab
mortalitas Malaria pada umumnya disebabkan oleh komplikasi Malaria berat yang
disebabkan oleh Plasmodium Falsiparum. Keluhan klinis dari Infeksi Malaria
tergantung beberapa faktor, antara lain faktor parasit, penjamu, geografi dan
keadaan sosial. Masalah yang dihadapi bagi klinisi ialah diagnostik dan terapi,
khususnya masalah resistensi.
Dari beberapa laporan yang ada, menunjukkan bahwa malaria telah
menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat sejak lama di beberapa daerah
kota Batam. Selama ini masalah Malaria di kota Batam dilaporkan antara lain dari
Bakau Serip, Teluk Mata Ikan, Nongsa Pantai dan Belakang Padang.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
Kota Batam menunjukkan penurunan dari tahun 2004 – 2008, meskipun
pada tahun 2007 kasusnya meningkat menjadi 9,73, namun pada tahun 2008 kasus
klinis malaria menurun hingga 4,23 penderita per seribu penduduk. Distribusi
klinis malaria tertinggi di wilayah Puskesmas Galang, Puskesmas Belakang
Padang dan Puskesmas Sambau, mengingat wilayah tersebut merupakan daerah
endemis malaria. Sehingga tidak dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB)
yang disertai kematian.
Situasi Malaria Kota Batam per Tahun
Annual Parasite Incidence (API)
2007 (0,91 ‰),
2008 (0,78 ‰),
2009 (0,89 ‰) ,
2010 (1.062 ‰)
2011 (0.802 ‰)
Monthly parasite Incidence (MoPI) Januari s/d Mei 2012
Kecamatan Jan Feb Maret April Mei
Belakang padang 0,000 0 0,000 0,204 0,286
Sekupang 0 0 0 0 0
Batu Aji 0 0 0 0 0
Bulang 0,082 0,082 0 0 0,245
Segulung 0 0 0,018 0,018 0,000
Bengkong 0 0 0 0 0
Lubuk Baja 0 0 0 0 0
Batu Ampar 0 0 0 0 0
Nongsa 0,081 0,065 0,097 0,146 0,049 Batam Kota 0,013 0,026 0 0,007 0,013
Sei Beduk 0,000 0 0,008 0 0
Galang 1,894 3,219 2,841 8,206 11,804
Mopi Kota Batam 0,033 0,054 0,048 0,130 0,178
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
Penderita Positif Malaria 2007 - Mei 2012
Tahun JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES∑
Penderita
2007 128 68 39 31 35 73 52 40 52 39 63 29 6492008 8 10 20 85 89 106 79 106 65 13 38 8 6272009 13 18 14 84 63 86 71 46 18 84 85 88 670
2010 64 92 80 130 106 135 91 65 60 103 62 62 1050
2011 65 47 27 66 104 137 159 53 20 29 78 63 848
2012 39 63 55 152 204 513
Distribusi Penderita Malaria per Puskesmas Menurut Jenis Parasit
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
Kota Batam Tahun 2007 – Mei 2012
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
Peta Tahunan Stratifikasi Malaria Kota Batam Tahun 2011
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
API > 5 (HCI)
API 1-<5 (MCI)
API 1 < (LCI)
KETERANGAN :Kec. Nongsa Kel. Sambau : Kegiatan yang dilaksanakan ; IRS, Larvaciding dan MBSKec. Belakang Padang Kel.Kasu : Kegiatan yang dilaksanakan ; IRS, LarvacidingKel.Terong: Kegiatan yang dilaksanakan ; IRS, Larvaciding, MBSKel. Sekanak Raya : Kegiatan yang dilaksanakan ; LarvacidingKec. GalangKel. Pulau abang : Kegiatan dilaksanakan di Pulau petong dan Air saga yaitu IRS, Larvaciding ,MBSKel. Karas : Kegiatan yang dilaksanakan ; IRS, Larvaciding, MBSKel. Rempang cate: kegiatan yang dilaksanakan larvacidingSubang Mas, Galang Baru, Sembulang, sijantung, Air Raja tidak ada kegiatan .
MALARIA
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 JANUARI 12 10 22 2 3 5 0 0 0 0,0 0,0 0,0
2 FEBRUARI 11 12 23 0 1 1 0 0 0 0,0 0,0 0,0
3 MARET 9 15 24 1 1 2 0 0 0 0,0 0,0 0,0
4 APRIL 13 23 36 1 1 2 0 0 0 0,0 0,0 0,0
5 MEI 15 22 37 4 5 9 0 0 0 0,0 0,0 0,0
6 JUNI 35 35 70 10 9 19 0 0 0 0,0 0,0 0,0
7 JULI 421 406 827 5 10 15 0 0 0 0,0 0,0 0,0
8 AGUSTUS 15 15 30 3 3 6 0 0 0 0,0 0,0 0,0
9 SEPTEMBER 10 9 19 4 4 8 0 0 0 0,0 0,0 0,0
10 OKTOBER 30 40 70 5 6 11 0 0 0 0,0 0,0 0,0
11 NOVEMBER 20 21 41 5 5 10 0 0 0 0,0 0,0 0,0
12 DESEMBER 25 25 50 3 2 5 0 0 0 0,0 0,0 0,0
JUMLAH 616 633 1.249 43 50 93 0 0 0 0,0 0,0 0,0
ANGKA KESAKITAN (API) PER 1.000 PENDUDUK 0 3 3
PUSK
ESM
AS S
AMBA
UPENDERITA
DENGAN PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH
TANPA PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH
NOUNIT
KERJABULAN CFRMENINGGAL
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin Perbulan
2.2 Identifikasi Masalah
Beberapa masalah yang kami temukan didaerah Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa, diantaranya:
1. Letak geografis daerah Bakau Serip yang terletak di tepi pantai dan di kelilingi oleh rawa dan bakau yang pada dasarnya merupakan habitat nyamuk.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
2. Perilaku masyarakat dalam membuang sampah sembarangan dan bertambah di daerah tersebut, yang mengakibatkan bertambahnya tempat perindukan nyamuk.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
3. Kepentingan ekonomi yang membuat masyarakat setempat membuat galian-galian pasir sebagai mata pencaharian mereka, sehingga menambah tempat perindukan nyamuk.
2.3. RUMUSAN MASALAH
Dari identifikasi masalah di atas maka dalam laporan ini kami
mengangkat perilaku masyarakat dalam membuang sampah sembarangan sebagai
salah satu masalah di daerah tersebut. Maka perumusan masalah adalah
bagaimana gambaran perilaku masyarakat dalam membuang sambah
sembarangan dengan kejadian penyakit Malaria di Desa Bakau Serip Kelurahan
Sambau Kecamatan Nongsa Kota Batam Propinsi Kepulauan Riau.
2.4. TUJUAN PENELITIAN
2.4.1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perilaku masyarakat terhadap kejadian penyakit
Malaria di Desa Bakau Serip Kelurahan Nongsa Kecamatan Nongsa Kota Batam
Propinsi Kepulauan Riau.
2.5. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Masyarakat Desa Bakau Serip
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan masyarakat, khususnya
tentang penyakit Malaria (Pengertian, Penyebab, Cara penularan, Gejala
dan Pencegahan Penyakit Malaria).
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
2. Bagi Puskesmas Sambau
Sebagai masukan data bagi Puskesmas tentang tingkat perilaku
masyarakat tentang pencegahan dan penularan penyakit Malaria, guna
meningkatkan program pelayanan kesehatan baik dalam bentuk
penyuluhan maupun pengobatan.
3. Bagi Pemerintah Kota Batam
Hasil penelitian ini diharapkan bisa mempermudah program kerja
kecamatan demi terciptanya masyarakat yang sehat.
4. Bagi Peneliti
a. Sebagai proses belajar dan menambah pengalaman dalam
melakukan sebuah penelitian.
b. Memperoleh gambaran perilaku masyarakat di Desa Bakau Serip
Kelurahan Nongsa Kecamatan Nongsa Kota Batam Propinsi
Kepulauan Riau tentang kejadian penyakit Malaria.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
2.6. TINJAUAN PUSTAKA
2.6.1. Definisi Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh protozoa
genus Plasmodium, yang disebarkan melalui:
1. Gigitan nyamuk Anopheles betina.
2. Transfusi darah yang terinfeksi plasmodium.
3. Suntikan dengan jarum yang sebelumnya telah digunakan oleh penderita
Malaria.
Ada empat spesies plasmodium di Indonesia yaitu :
1. Plasmodium falciparum.
2. Plasmodium ovale.
3. Plasmodium vivax.
4. Plasmodium malariae(1,2,3,10,12)
2.6.2 Kerangka Konsep
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
2.6.3. Patogenesis
Daur hidup spesies Malaria terdiri dari fase seksual eksogen
(sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni)
dalam badan hospes vertebra termasuk manusia.
Fase Aseksual
Fase aseksual terbagi atas fase ekso-eritrosit dan fase endo-eritrosit.
Fase ekso-eritrosit berlangsung ± 2 minggu, Pada fase ekso-eritrosit
sporozoit masuk ke dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak
membentuk skizon, sebagian sporozoit hati tidak langsung berkembang
menjadi skizon tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut
hypnozoit. Hypnozoit dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-
bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh
menurun, maka hypnozoit akan aktif sehingga menimbulkan relaps
( kambuh ). Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan
pertama.
Relaps dapat bersifat :
1. Relaps jangka pendek (rekruresensi), dapat timbul 8 minggu setelah
serangan pertama hilang karena parasit dalam eritrosit yang berkembang
biak.
2. Relaps jangka panjang (rekurensensi), dapat timbul 24 minggu atau lebih
setelah serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk
kedarah dan berkembang biak.
Sporozoit yang langsung berkembang menjadi skizon masuk dalam
aliran darah ke sel hati, dan berkembang biak membentuk skizon hati yang
mengandung ribuan merozoit. Merozoit berasal dari skizon hati yang
pecah akan masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah, di
dalam sel darah merah parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit
sampai skizon, proses ini disebut skizogoni pra-eritrosit. Pada akhir fase
ini, skizon pecah dan merozoit keluar kemudian masuk ke aliran darah.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Fase eritrosit di mulai saat skizon pecah dan merozoit yang keluar
akan menginfeksi sel darah merah lainnya. menyerang eritrosit
membentuk tropozoit. Proses berlanjut menjadi tropozoit-skizoid-
merozoid. Setelah dua sampai tiga generasi merozoit dibentuk, sebagian
merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi
sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa pra patent
sedangkan masa tunas atau inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya
sporozoit dalam badan hospes –timbul gejala klinis demam.
Fase seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung nyamuk betina. Bentuk ini
mengalami pematangan menjadi mikrogametosit dan makrogametosit dan
terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Bila ookista
pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk.
Patogenesis malaria ada dua cara :
1. Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia.
2. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah
manusia melalui transfusi, suntikan atau pada bayi baru lahir melalui
plasenta ibu yang terinfeksi (kongenital).
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Daur Hidup Parasit Malaria
Manusia Nyamuk Anopheles
betina
Dalam hati Kelenjar
Liur
SporozoitHipnozoit
Skizon
Merozoit
Dalam darah Dalam lambung Ookista
Tropozoit
Skizon
Merozoit
Makrogametosit Makrogamet Zigot = OokinetMikrogametosit Mikrogamet
2.6.4. Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda yang dapat ditemukan adalah :
1. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon
matang (sporulasi) yang mengeluarkan bermacam-macam antigen.
Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag, monosit atau limfosit yang
mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (tumor nekrosis
factor). TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan
pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Pada Malaria tertiana
(P.Vivax dan P.Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria kuartana (plasmodium
malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap hari
keempat.
Demam khas malaria terdiri atas tiga stadium, yaitu :
Stadium menggigil (frigoris) berlangsung selama ± 15 menit-1 jam.
Stadium ini di awali dengan gejala menggigil dan perasaan yang sangat
dingin, Gigi gemeretak dan pasien biasanya menutupi tubuhnya dengan
selimut, nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari pucat, kulit kering dan pucat,
pada anak-anak sering terjadi kejang.
Stadium demam (acme) demam berlangsung 2-6 jam, muka merah, kulit
kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala, nadi menjadi
kuat lagi. Pasien menjadi sangat haus karena suhu tubuh meningkat
sampai 41ºC atau lebih. Demam disebabkan karena pecahnya skizon
dalam sel darah merah yang telah matang dan masuknya merozoit ke
dalam aliran darah.
Stadium berkeringat (sudoris) berlangsung selama 2-4 jam. Pada stadium
ini pasien berkeringat banyak sekali kemudian suhu badan turun dengan
cepat, kadang-kadang sampai dibawah normal. Demam akan mereda
secara bertahap. ( Intermiten )
2. Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas Malaria kronik. Limpa
merupakan organ retikuloendothelial, dimana Plasmodium dihancurkan
oleh sel-sel makrofag dan limfosit, penambahan sel-sel radang ini akan
menyebabkan limpa membesar, selain itu juga menghitam dan menjadi
keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit.
3. Anemia
Terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun
yang tidak terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel
darah merah, sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis.
Plasmodium vivax dan P.ovale hanya menginfeksi sel darah merah muda
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
yang jumlahnya hanya 21% dari seluruh jumlah sel darah merah,
sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah tua yang
jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang
disebabkan oleh P.vivax, P.ovale dan P.malariae umumnya terjadi pada
keadaan kronis.
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling
berat adalah anemia karena Plasmodium Falciparum. anemia disebabkan
oleh :
a. Penghancuran eritrosit yang berlebihan.
b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama.
c. Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam
sumsum tulang.
d. Ikterus disebabkan karena hemolisis dan ganguan hepar.
2.6.5. Diagnosis
Diagnosa Malaria ditegakkan seperti diagnosa penyakit lainnya
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Diagnosis pasti Malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah
secara mikroskopik atau tes diagnostik cepat.
2.6.6. Anamnesis
1. Pada anamesis sangat penting diperhatikan :
Keluhan utama : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah
endemik malaria.
Riwayat tinggal di daerah endemik Malaria.
Riwayat minum obat Malaria satu bulan terakhir.
Riwayat mendapat transfusi darah.
2 Selain hal diatas pada penderita tersangka Malaria berat, dapat ditemukan
keadaan di bawah ini :
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.
Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri).
Kejang-kejang.
Panas sangat tinggi.
Mata atau tubuh kuning.
Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan.
Nafas cepat dan atau sesak nafas.
Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.
Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman.
Jumlah air seni kurang (oliguria) sampai tidak ada (anuria).
Telapak tangan sangat pucat.
2.6.7. Pemeriksaan Fisik
1. Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5 0C).
2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat.
3. Pembesaran limpa (spleenomegali).
4. Pembesaran hati (hepatomegali).
Pada tersangka Malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis sebagai berikut:
1. Temperatur rektal ≥ 40 0C.
2. Nadi cepat dan lemah/kecil.
3. Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan pada anak-anak
<50 mmHg.
4. Frekuensi nafas >35 x/menit pada orang dewasa atau >40 x/menit pada
balita, anak di bawah 1 tahun > 50 x/menit.
5. Penurunan derajat kesadaran dengan Glasglow coma scale (GCS) <11
6. Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, hematom).
7. Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir
kering, produksi air seni kurang).
8. Tanda-tanda anemia berat (konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, lidah
pucat dan lain lain).
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
9. Terlihat mata kuning/ikterik.
10. Adanya ronki pada kedua paru.
11. Pembesaran limpa dan atau hepar.
12. Gagal ginjal ditandai dengan oliguria sampai dengan anuria.
2.6.8. Diagnosis Atas Dasar Pemeriksaan
Laboratorium
1. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/Lapangan
/Rumah Sakit untuk menentukan :
Ada/tidaknya parasit Malaria (positif atau negatif).
Spesies dan stadium penyakit
Kepadatan parasit :
Semi kuantitatif
(-) =Negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100
LPB/lapangan pandang besar).
(+) = Positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) = Positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) = Positif 3 (ditemukan 1-10 dalam 1 LPB)
(++++) = Positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)
Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah sediaan darah tebal
(leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit).
Untuk penderita tersangaka Malaria berat perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa
ulang setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
b. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-
turut tidak ditemukan parasit maka diagnosa Malaria disingkirkan.
2. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit Malaria,
dengan menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstik.
Tes ini sangat bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi
kejadian luar biasa dan daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab
serta untuk survei tertentu.
Tes yang tersedia di pasaran saat ini mengandung :
1. HRP-2 (Histidine rich protein 2) yang diproduksi oleh trofozoit,
skizon dan gametosit muda P.falciparum.
2. Enzim parasite lactate dehydrogenase (p-LDH) dan aldolase yang
diproduksi oleh parasit bentuk aseksual atau seksual plasmodium
falciparim, P.vivax, P.ovale, dan P.malaria.
Kemampuan rapid test yang beredar pada umumnya ada 2 jenis yaitu :
a. Single yang mampu mendiagnosa hanya infeksi P.falciparum.
b. Combo yang mampu mendiagnosa infeksi P.falciparum dan non
falciparum.
Oleh karena teknologi ini baru memasuki industri maka sangat perlu
untuk memperhatikan kemampuan sensitivity dan specificity dari alat ini.
Dianjurkan untuk menggunakan rapid tes dengan kemampuan minimal
sensitivity 95% dan specificity 95%. Hal yang penting lainnya adalah
penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam pendingin lemari es.
2.6.9. Diagnosis Banding Malaria
Manifestasi klinis Malaria sangat bervariasi dari gejala yang ringan sampai berat.
1. Malaria tanpa komplikasi
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Harus dapat dibedakan dengan penyakit infeksi lain sebagai berikut :
Demam tifoid.
Demam lebih dari 7 hari ditambah keluhan sakit kepala. Sakit perut
(diare, obstipasi), lidah kotor, bradikardi relatif, leukopenia, limfositosis
relatif, aneosinofilis, uji Widal positif bermakna, biakan empedu positif.
Demam dengue.
Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai dengan
keluhan sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji
torniquet positif, penurunan jumlah trombosit dan peninggian hemoglobin
dan hematokrit pada demam berdarah dengue, tes serologi inhibisi
hemaglutinasi, IgM atau IgG anti dengue positif.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Batuk, beringus, sakit menelan, sakit kepala, manifestasi kesukaran
bernafas antara lain : nafas cepat/sesak nafas, tarikan dinding dada ke
dalam dan adanya stridor.
Leptospirosis ringan
Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah,
conjunctival injection (kemerahan pada konjungtiva bola mata), dan nyeri
betis yang menyolok. Pemeriksaan serologi Microscopic Aglutination Test
(MAT) atau tes Leptodipstik positif.
Infeksi virus akut lainnya.
2. Malaria berat atau Malaria dengan komplikasi
Dibedakan dengan penyakit infeksi lain sebagai berikut :
Radang otak (Meningitis/Ensefalitis) :
Penderita panas dengan riwayat nyeri kepala yang progresif,
hilangnya kesadaran, kaku kuduk, kejang dan gejala neurologis lainnya.
Stroke (gangguan serebrovaskular) :
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Hilangnya atau terjadi gangguan kesadaran, gejala neurologik
lateralisasi (hemiparese atau hemiplegi), tanpa panas, ada penyakit yang
mendasari (hipertensi, diabetes melitus dan lain-lain).
Tifoid enselopati :
Gejala demam tifoid ditandai dengan penurunan kesadaran dan
tanda-tanda demam tifoid lainnya.
Hepatitis :
Prodromal hepatitis (demam, mual, nyeri pada hati, muntah, tidak
bisa makan diikuti dengan timbulnya ikterus tanpa panas), mata atau kulit
kuning, urin seperti air teh. Kadar SGOT dan SGPT meningkat >5x.
Leptospirosis berat :
Demam dengan ikterus, nyeri pada betis, nyeri tulang, riwayat
pekerjaan yang menunjang adanya transmisi leptospirosis (pembersih got,
sampah dan lain-lain), leukositosis, gagal ginjal dan dengan pemberian
antibiotik (penisilin).
Glomerulonefritis akut atau kronik :
Gagal ginjal akut akibat Malaria umumnya memberikan respon
terhadap gangguan sirkulasi, leukositosis dengan granula-toksik yang
didukung hasil biakan mikrobiologi.
Demam berdarah dengue atau Dengue shock syndrome :
Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai syok atau
tanpa syok dengan keluhan sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati,
manifestasi perdarahan (epistaksis, gusi, petekie, purpura, hematom,
hematemesis dan melena), sering muntah, uji torniquet positif, penurunan
jumlah trombosit dan peninggian hemoglobin dan hematokrit, tes serologi
inhibisi hemaglutinasi, IgM atau IgG anti dengue positif.(4,6,7)
2.7. Penatalaksanaan
Obat anti malaria terdiri dari 5 jenis antara lain :
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit preeritrosit yaitu
proguanil, pirimethamine.
Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit yaitu
primaquin.
Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit yaitu kina,
kloroquin dan amodiaquin.
Gametosit yang menghancurkan bentuk seksual. Primaquin adalah
gametosid yang ampuh bagi keempat jenis spesies. Gametosid untuk
P.Vivax, P.Malaria, P.Ovale adalah kina, kloroquin dan amodiaquin.
Sporontosid mencegah gametosit dalam darah untuk membentuk ookista
dan sporozoid dalam nyamuk anopheles, yaitu primaquine dan proguanil.
Penggunaan obat anti Malaria tidak terbatas pada pengobatan
kuratif saja tetapi juga termasuk :
1. Pengobatan pencegahan (profilaksis) bertujuan mencegah terjadinya
infeksi atau timbulnya gejala klinis. Penyembuhan dapat diperoleh dengan
pemberian terapi jenis ini pada infeksi Malaria oleh Plasmodium
Falciparum karena parasit ini tidak mempunyai fase ekso-eritrosit.
2. Pengobatan kuratif dapat dilakukan dengan obat malaria jenis skizontisid.
3. Pencegahan transmisi bermanfaat untuk mencegah infeksi pada nyamuk
atau mempengaruhi sporogonik nyamuk. Obat anti Malaria yang dapat
digunakan seperti jenis gametosid atau sporontosid.
Pengobatan lain yang diberikan adalah radiasi dengan membunuh
semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan
memutuskan rantai penularan.
Semua obat anti Malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut
kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus
makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti Malaria.
Obat malaria yang dipakai program pemberantasan Malaria :
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
1. Amodiakuin
Formula :
Tablet 200mg amodiakuin basa setara hidroklorid atau 153,1 mg dari basa
setara klorohidrat.
Penggunaan :
Amodiakuin pernah dilaporkan menimbulkan reaksi fatal pada
penggunaan sebagai profilaksis atau penggunaan alternatif terhadap
kegagalan klorokuin. Tetapi karena resiko toksik, penggunaannya sebagai
pencegahan dan pengobatan ulangan tidak dianjurkan.
Untuk riwayat hamil :
Belum ada bukti apakah penggunaan amodiakuin aman/berbahaya selama
kehamilan.
Dosis yang dianjurkan :
Regimen 10mg amodiakuin basa per hari selama 3 hari (total dosis
30mg/kg) dianjurkan untuk memudahkan pemakaian.
Efek samping :
Efek samping penggunaan amodiakuin (dosis standar) untuk terapi malaria
adalah sama dengan klorokuin seperti mual, muntah, sakit perut, diare dan
gatal-gatal.
Kontraindikasi :
Penderita dengan hipersensitif terhadap amodiakuin :
a. Penderita dengan gangguan hepar.
b. Untuk profilaksis/pencegahan.
2. Artesunate
Formula :
a. Tablet mengandung 50mg sodium artesunate.
b. Ampul intramuskular/intravena injeksi mengandung 60mg sodium
artesunate dalam 1 ml larutan injeksi.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Khasiat :
Digunakan untuk injeksi sebagai asam artesunik (karena tidak stabil dalam
larutan netral). Khasiat obat ini sama dengan artemisin.
Dosis yang dianjurkan :
a. Malaria tanpa komplikasi
Kombinasi terapi : 4 mg/kgBB setiap hari untuk 3 hari + amodiakuin
(10mg/kgBB/hari) selama 3 hari.
b. Malaria berat/severe malaria :
Dosis awal 2,4 mg/kgBB/i.v diberikan pada 12 jam pertama dan
dianjurkan dengan dosis yang sama untuk 12 jam berikutnya, hari ke 2
s/d 5 adalah 2,4 mg/kgBB/24jam, selama 5 hari atau sampai penderita
mampu minum obat.
Efek Samping :
Tidak menunjukkan efek samping yang berat (penelitian di Thailand).
Pada artemisin efek samping yang timbul adalah sakit kepala, mual,
muntah, sakit perut, gatal, demam, perdarahan abnormal, hematuria/urin
warna kemerahan. Pada jantung terjadi perubahan ST non spesifik, AV
blok derajat-1, tetapi ini akan normal setelah ada perbaikan dari gejala
penyakit Malaria. Pengalaman membuktikan bahwa artemisin dan
derivatnya kurang toksik daripada quinolone. Penggunaan jangka panjang
dan berulang harus berhati-hati, karena akan menimbulkan kurang
pendengaran, perubahan syaraf/neurogikal.
Penggunaan pada kehamilan :
Artemisin digunakan untuk terapi Malaria tanpa komplikasi selama
kehamilan trimester 2 dan 3 pada daerah multi drug resisten. Karena tidak
ada data, penggunaan trimester 1 tidak dianjurkan.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
3. Primakuin
Formula :
Tablet mengandung 15mg primakuin basa.
Khasiat :
Primakuin merupakan suatu senyawa B aminokuinolon yang sangat efektif
melawan gametosit seluruh spesies parasit.
Obat ini juga aktif terhadap scizon darah P.falciparum, P.vivax
tetapi dalam dosis tinggi sehingga harus hati-hati, efektif terhadap scizon
jaringan P.falciparum dan P.vivax.
Penggunaan :
Sebagai terapi anti relaps pada P.vivax dan gametocidal pada Malaria
falsiparum. Residen/penduduk pada daerah rendah/non transmisi Malaria
dan penduduk yang tinggal di daerah dengan transmisi malaria musiman,
dimana kekambuhan pada P.vivax terjadi 6-12 bulan setelah serangan
primer. Obat ini tidak diperlukan sebagai anti relaps rutin pada penduduk
yang tinggal di daerah endemik. Beberapa kasus relaps tidak dapat
dibedakan reinfeksi dan pasien yang diterapi dengan obat yang efektif
terhadap scizontosid darah untuk gejala kekambuhan/parasitemia. Pada
daerah dengan transmisi musiman dimana relaps terjadi 6-12 bulan setelah
serangan primer, tetapi dengan primakuin dapat memperlambat relaps. Ini
merupakan obat yang menghambat gametosit pada P.falciparum, terapi ini
diberikan hanya untuk Malaria falsiparum dalam daerah transmisi Malaria
rendah/sedang. Dosis yang diperlukan dosis tunggal 0,75 mg/kgBB.
Efek Samping :
a. Anoreksia, mual, muntah, sakit perut dan kram. Sakit pada
lambung/perut dapat dihindari bila minum obat bersama makanan.
b. Kejang-kejang/gangguan kesadaran.
c. Gangguan sistem hemopatik.
d. Pada penderita defisiensi G6PD terjadi hemolisis.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Kontraindikasi :
a. Wanita hamil dan anak umur <1 tahun.
b. Penderita defisiensi G6PD.
c. Penderita dengan aktif reumatoid artritis lupus eritematosus.
4. Chloroquin/Klorokuin
Formula :
Tablet mengandung 150mg klorokuin basa setara fosfat atau sulfat.
Khasiat :
Klorokuin adalah 4 aminokuinolon yang sangat efektif terhadap scizon
darah melawan seluruh parasit Malaria, sehingga dipakai sebagai obat
Malaria klinis dengan menekan gejala klinis. Obat ini juga bersifat
gametosidal (melawan bentuk gamet) immature (muda) pada P.vivax,
P.ovale, P.malariae dan pada P.falciparum (stadium 1-3). Obat ini tidak
efektif terhadap bentuk intrahepatik, digunakan bersama primakuin dalam
pengobatan radikal pada P.vivax dan P.ovale.
Dosis yang dianjurkan :
Dosis yang dianjurkan untuk dewasa dan anak diberikan penuh 25mg
klorokuin untuk 3 hari. Regimen dibagi menjadi 10mg basa/kg pada hari 1
dan 2, dianjurkan 5mg/kg pada hari ke 3.
Penggunaan pada kehamilan :
Tidak terjadi abortus atau efek teratogenik yang dilaporkan pada
penggunaan klorokuin, jadi aman untuk pengobatan dan kemoprofilaksis
selama kehamilan.
Efek samping :
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Penggunaan klorokuin dalam dosis pengobatan untuk Malaria
menimbulkan efek samping seperti gejala gastrointestinal yaitu: mual,
muntah, sakit perut dan diare terutama bila obat diminum dalam keadaan
perut kosong. Gejala lain yang jarang terjadi adalah pandangan kabur,
sakit kepala, pusing (vertigo) dan gangguan pendengaran yang akan hilang
bila penggunaan obat dihentikan. Untuk mengurangi efek samping maka
klorokuin diminum dalam jangka 1 jam setelah makan.
5. Kina
Formula :
Tablet (lapis gula), 200mg basa per tablet setara dengan 20mg bentuk
garam injeksi: 1 ampul 2 cc kina HCL 25% berisi 500mg basa (per 1 cc
berisi 250mg basa).
Khasiat :
Kina sangat efektif terhadap skizon darah dan merupakan obat untuk
penyembuhan klinis efektif. Obat ini dipakai untuk penyembuhan radikal
pada P.Falsiparum. Terhadap gametosit dewasa P Falsiparum tidak
efektif sedangkan spesies lain cukup efektif. Kina efektif melawan infeksi
falsiparum yang resisten terhadap klorokuin dan SP. Penurunan
sensitivitas terhadap kina ditemukan di selatan Asia Timur dimana terlalu
sering menggunakan obat ini. Ini juga terjadi karena pengobatan kina
tanpa resep dan berobat jalan dengan regimen >3 hari. Di Indonesia belum
pernah dilaporkan adanya resistensi parasit terhadap kina.
Penggunaan pada kehamilan :
Kina aman digunakan untuk wanita hamil. Bila terjadi kontraksi atau fetal
distress pada wanita yang minum kina, kemungkinan berhubungan dengan
penyaktit lain. Resiko penggunaan kina mencetuskan hipoglikemia.
6. Artemeter
Formula :
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Ampul/injeksi intramuskular mengandung 80mg dalam 1 ml atau 40mg
dalam 1 ml penggunaan untuk anak-anak.
Khasiat :
Untuk pengobatan Malaria berat/Malaria dengan komplikasi.
Penggunaan pada kehamilan :
Artemisin tidak dianjurkan untuk ibu hamil trimester 1.
Efek samping :
Fatal neurotoksik terjadi setelah injeksi artemeter pada dosis yang lebih.
Antibiotik yang digunakan sebagai anti malaria
1. Doksisiklin
Formula :
Kapsul dan tablet mengandung 100mg doksisiklin garam setara
hidroklorid.
Khasiat :
Doksisiklin derivat oksitetra, memiliki spektrum yang sama aktivitasnya.
Obat ini lebih lengkap diabsorbsi dalam lemak, juga mempunyai waktu
paruh plasma yang panjang.
Efek samping :
Iritasi saluran pencernaan, reaksi fototoksik, depresi sumsum tulang yang
reversibel, perubahan warna gigi dan hipoplasia enamel yang permanen.
Gangguan pada ginjal kurang daripada tetrasiklin.
Kontraindikasi :
a. Riwayat hipersensitif terhadap tetrasiklin.
b. Anak < 8 tahun.
c. Ibu hamil dan menyusui.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
d. Pasien dengan disfungsi ginjal.
2. Tetrasiklin
Formula :
Kapsul dan tablet 250mg tetrahidroklorid ekivalen dengan 231mg
tetrasiklin basa.
Khasiat :
Tetrasiklin adalah antibiotik broad spectrum yang paten tetapi lambat
dalam melawan bentuk aseksual dalam darah seluruh spesies plasmodium.
Obat ini juga aktif melawan stadium intrahepatik primer pada
P.Falciparum. Kombinasi kina + tetra diberikan > 5-7 hari masih tingi
efektifitasnya untuk daerah dengan resisten banyak obat di Thailand.
Penggunaan :
Tetrasiklin sebagai kombinasi + kina untuk malaria falsiparum untuk
menurunkan resiko rekrurensi. Obat ini tidak digunakan tunggal karena
bekerja lambat dan tidak digunakan untuk profilaksis.
Penggunaan pada kehamilan :
Tidak boleh diberikan pada wanita hamil, karena akan mengganggu
kalsifikasi pada fetus dan timbulnya osteogenesis abnormal dan hipoplasia
pada enamel gigi. Tetrasiklin dapat melewati plasenta dan dapat
ditemukan dalam ASI, oleh sebab itu tidak boleh diberikan pada ibu yang
menyusui.
Efek samping :
a. GIT/pencernaan :
Gangguan lambung, rasa tidak enak pada perut, mual, muntah, diare.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
b. Pemakaian lama yang akan menimbulkan perubahan flora usus,
pertumbuhan jamur Candida yang berlebihan dan bakteri lain pada
usus dan vagina.
c. Gangguan osifikasi, depresi sumsum tulang (tidak menetap),
perubahan warna gigi, dan displasi enamel yang permanen pada anak.
d. Perubahan kulit : reaksi fototoksik, meningkatnya kepekaan terhadap
sinar matahari.
e. Lain-lain seperti gangguan mirip morbili, urtikaria, dermatitis
eksfoliatif, glossitis, vaginitis, cheliosis.
Kontraindikasi :
a. Hipersensitif terhadap tetrasiklin.
b. Gangguan hati dan ginjal.
c. Anak < 8 tahun .
d. Ibu hamil dan menyusui.
2.8. Pencegahan
Malaria merupakan penyakit yang ditularkan dari seseorang ke
orang lain melalui gigitan nyamuk. Maka bila ada seseorang yang
terinfeksi Malaria, segeralah untuk disembuhkan. Selanjutnya melakukan
pemberantasan nyamuk selaku vektor penular penyakit Malaria. Gunakan
insektisida serta metoda-metoda pemberantasan sarang nyamuk seperti
yang sudah sering dianjurkan.
Berikut ini merupakan upaya yang mesti dilakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi Malaria :
1. Hindari atau kurangi gigitan nyamuk jenis apapun dengan berbagai cara
(Tidur memakai kelambu), sebab pada waktu menggigit tentu kita tidak
memperhatikan apakah itu nyamuk Anopheles sp ataukah bukan
2. Bersihkan tempat-tempat yang sekiranya dapat dijadikan sebagai sarang
nyamuk.
3. Gunakan insektisida secara hati-hati untuk menyemprot tempat-tempat
yang dicurigai sebagai sarang nyamuk.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
4. Basmi semua jentik-jentik nyamuk yang ada, terutama di bak atau tempat
penampungan air.
5. Berikan obat pencegah Malaria pada ibu hamil yang berada di daerah
beresiko tinggi.
6. Bila terpaksa memasuki daerah endemi atau daerah yang beresiko tinggi
terserang nyamuk Malaria, minumlah tablet Klorokuin 2 butir sebagai
upaya pencegahan, dan diteruskan setiap minggu sekali 2 butir selama 2
minggu setelah pulang dari tempat atau daerah beresiko tinggi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif kuantitatif
yaitu suatu penelitian yang melakukan eksplorasi untuk mendapatkan
informasi sebanyak-banyaknya tentang Gambaran Perilaku Masyarakat
Dalam Membuang Sampah Sembarangan Terhadap Kejadian Penyakit
Malaria di Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan
Nongsa Kota Batam Kepulauan Riau.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Bakau Serip Kecamatan Nongsa
Kelurahan Sambau Kota Batam Propinsi Kepulauan Riau.
3.3. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 25 Juni-4 Agustus 2012.
3.4. Sasaran Penelitian
Masyarakat di Desa Bakau Serip Kelurahan Nongsa Kecamatan Nongsa
Kota Batam Propinsi Kepulauan Riau.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
3.5. Populasi Dan Sampel
3.5.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari unit analisis yang karakteristiknya akan
diduga. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk yang berusia diatas
17 tahun di Desa Bakau Serip Kecamatan Nongsa Kelurahan Sambau Kota
Batam Propinsi Kepulauan Riau.
3.5.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi sebanyak 47
orang. Teknik sampel dilakukan secara Quota sampling, dimana penelitian
dila6kukan dengan cara mengumpulkan warga di halaman rumah warga.
Setiap warga diberi pertanyaan dalam bentuk kuisioner yang berisi tentang
Gambaran Tindakan Masyarakat terhadap Kejadian Penyakit Malaria.
3.6.Kerangka Konsep
Keterangan kerangka konsep
Bahwa perilaku masyarakat dalam membuang sampah sembarangan
berhubungan dengan kejadian malaria.
3.7. Definisi Operasional
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Perilaku Masyarakat
dalam Membuang
Sampah Sembarangan
Kejadian Malaria
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Perilaku responden merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai wujud
dari pengetahuan dan sikap responden terhadap penyakit Malaria.
3.8. Pengumpulan Data
3.8.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari kuisioner yang dibagikan kepada 47 responden
di Desa Bakau Serip Kelurahan Nongsa Kecamatan Nongsa Kota Batam
Propinsi Kepulauan Riau.
3.8.2. Data Sekunder
Data diperoleh dari Puskesmas Sambau, Bala Desa Sambau, dan Kantor
Kecamatan Nongsa.
3.9. Instrumen Penelitian
Setiap responden diberikan kuisioner yang berisi pertanyaan mengenai
pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terhadap pencegahan dan
penularan penyakit Malaria yang terdiri dari ? pertanyaan berdasarkan
tinjauan pustaka sebagai berikut :
15 pertanyaan untuk menilai perilaku
3.10. Teknik Penilaian
Pengukuran pengetahuan, sikap dan tindakan berdasarkan jawaban
pertanyaan yang diberikan pada responden, menggunakan skala
pengukuran Hadi Pratomo dan Sudarti (1986) dengan definisi sebagai
berikut :
Perilaku
Baik, jika jawaban benar 11-15 (>75% dari nilai yang tertinggi).
Sedang, jika jawaban benar antara 6-10 (40-75% dari nilai yang
tertinggi).
Kurang, jika jawaban benar 0-5 (<40% dari nilai yang tertinggi).
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Apabila responden menjawab benar diberi nilai 1 dan apabila
responden menjawab salah diberi nilai 0.
Skor pengetahuan :
1. A.(1) B.(0)
2. A.(1) B.(0)
3. A.(1) B.(0)
4. A.(0) B.(1)
5. A.(1) B.(0)
6. A.(1) B.(0)
7. A.(1) B.(0)
8. A.(1) B.(0)
9. A.(1) B.(0)
10. A.(0) B.(1)
11. A.(1) B.(0)
12. A.(1) B.(0)
13. A.(1) B.(0)
14. A.(1) B.(0)
15. A. (0) B.(1)
Total skor perilaku adalah 15
3.11. Pengolahan Dan Analisa Data
Data yang terkumpul diolah secara manual, di edit, dan di entri ke komputer
dengan menggunakan program Microsoft Word 2007 dan Microsoft Excel
2007 Windows XP yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
3.12. Langkah – Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian untuk mengetahui perilaku masyarakat di Desa
Bakau Serip Kelurahan Nongsa Kecamatan Nongsa Kota Batam Propinsi
Kepulauan Riau adalah sebagai berikut :
1. Survei Lapangan, meliputi pemerintahan setempat dan lokasi penelitian pada
minggu pertama antara lain :
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Melapor ke Kepala Puskesmas Sambau Kecamatan Nongsa
Melapor ke Kecamatan Nongsa
Melapor ke Kepala Desa Bakau Serip.
Melapor ke RT dan RW bakau Serip
Pengisian kuisioner dilakukan dengan cara mendatangi warga kerumah-
rumah di Desa Bakau Serip Kelurahan Nongsa Kecamatan Nongsa Kota
Batam Propinsi Kepulauan Riau pada tanggal 23 Juli 2012. Kemudian
dilakukan penyuluhan pada tanggal 27 Juli 2012.
2. Menyusun laporan penelitian berdasarkan data yang diperoleh.
3. Diskusi dengan pembimbing.
4. Presentasi laporan penelitian.
3.13. Analisa Data
Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan di Daerah Kampung Tua Bakau
Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau dengan
47 responden, data dikumpul dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sebagai
berikut.
Tabel dan Grafik 3.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kampung Tua Bakau Serip
Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%)
1. 21-30 5 10
2. 31-40 15 32
3. 41-50 13 28
4. 51-60 8 17
5. 61-70 6 13
Jumlah 47 100
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
11%
32%
28%
17%
13%
Umur
21-30 th31-40 th41-50 th51-60 th61-70 th
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Keterangan Tabel dan Diagram 3.1
Dari Tabel dan Grafik diatas responden terbanyak berumur 31 - 40 tahun yaitu 15
orang (32%).
Tabel dan Grafik 3.2
Distribusi Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan di Kampung
Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Batam Kota
Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Latar Belakang pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1. Tidak sekolah 6 13
2. SD 28 60
3. SMP 6 13
4. SMU 3 6
5. Diploma 2 4
6. Sarjana 2 4
Jumlah 47 100
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
11%
32%
28%
17%
13%
Umur
21-30 th31-40 th41-50 th51-60 th61-70 th
13%
60%
13%
6%4% 4%
Latar Belakang pendidikan
Tidak SekolahSDSMPSMUDiplomaSarjana
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Keterangan Tabel Dan Grafik 3.2
Dari Tabel dan Grafik di atas responden terbanyak berpendidikan SD yaitu 28
orang (60%).
Tabel dan Grafik 3.3
Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Penanganan Sampah
Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah Kampung Tua Bakau Serip
Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A. Membuang sampah pada
tempatnya
13 28
B. Membakar sampah yang
menumpuk
34 72
JUMLAH 47 100
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
13%
60%
13%
6%4% 4%
Latar Belakang pendidikan
Tidak SekolahSDSMPSMUDiplomaSarjana
28%
72%
Persentase
Membuang sampah pada tempatnyaMembakar sampah yang menumpuk
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Keterangan Tabel dan Grafik 5.3
Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (72%)
membakar sampah rumah tangga mereka.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
28%
72%
Persentase
Membuang sampah pada tempatnyaMembakar sampah yang menumpuk
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Tabel dan Grafik 3.4
Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Dimana Biasanya
Membuang Sampah Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah
Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau
Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A. Rawa, laut 21 45
B. Belakang rumah 26 55
JUMLAH 47 100
Keterangan Tabel dan Grafik 3.4
Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (55%)
biasanya membuang sampah di belakang rumah.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
45%
55%
Persentase
Rawa, lautBelakang rumah
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Tabel dan Grafik 3.5
Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Pencahayaan di Rumah
Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah Kampung Tua Bakau Serip
Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A. Banyak cahaya 16 34
B. Sedikit cahaya 31 66
JUMLAH 47 100
Keterangan Tabel dan Grafik 3.5
Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (66%)
memiliki penerangan yang kurang di rumah mereka.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
34%
66%
Persentase
Banyak cahayaSedikit cahaya
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Tabel dan Grafik 3.6
Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Kebiasaan
Menggantung Baju di Belakang Pintu Terhadap Kejadian Penyakit Malaria
di Daerah Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau
Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A. Ya 33 70
B. Tidak 14 30
JUMLAH 47 100
Keterangan Tabel dan Grafik 3.6
Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (70%)
memiliki kebiasaan menggantung baju di belakang pintu.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
70%
30%
Persentase
YaTidak
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Tabel dan Grafik 3.7
Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Penggunaan Kawat
Kasa di RumahTerhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah Kampung
Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Batam Kota
Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A. Ya 7 15
B. Tidak 40 85
JUMLAH 47 100
Keterangan Tabel dan Grafik 3.7
Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (85%)
tidak menggunakan kawat kasa pada jendela mereka.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
15%
85%
Persentase
Ya Tidak
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Tabel dan Grafik 3.8
Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Penggunaan Obat
Nyamuk Ketika Tidur Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah
Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau
Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A. Ya 41 87
B. Tidak 6 13
JUMLAH 47 100
Keterangan Tabel dan Grafik 3.8
Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (87%)
menggunakan obat nyamuk ketika mereka tidur.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
87%
13%
persentase
YaTidak
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Tabel dan Grafik 3.9
Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Penggunaan Kelambu
Saat Tidur Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah
Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau
Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A. Ya 27 57
B. Tidak 20 43
JUMLAH 47 100
Keterangan Tabel dan Grafik 3.9
Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (57%)
menggunakan kelambu saat mereka tidur.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
57%
43%
Persentase
YaTidak
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Tabel dan Grafik 3.10
Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Kebiasaan
Membersihkan Rumput Liar Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di
Daerah Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau
Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A. Sering 25
B. Tidak 22
JUMLAH 47 100
Keterangan Tabel dan Grafik 3.10
Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (53%)
sering membersihkan rumput liar dihalaman mereka.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
53%
47%
persentase
SeringTidak
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Tabel dan Grafik 3.11
Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Kebiasaan Menutup
Pintu dan Jendela Setelah Magrib Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di
Daerah Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa
Batam Kota Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A. Sering 9 19
B. Tidak 38 81
JUMLAH 47 100
Keterangan Tabel dan Grafik 3.11
Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (81%)
tidak sering menutup pintu dan jendela mereka setelah magrib.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
19%
81%
Persentase
SeringTidak
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Tabel dan Grafik 3.12
Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Kebiasaan Menutup
Tempat Penampungan Air Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah
Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa
Batam Kota Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A. Ya 23 49
B. Tidak 24 51
JUMLAH 47 100
Keterangan Tabel dan Grafik 3.12
Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (51%)
jarang menutup tempat penampungan air di rumah mereka.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
49%51%
persentae
YaTidak
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Tabel dan Grafik 3.13
Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Membersihkan Saluran
Air Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah Kampung Tua Bakau
Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A. Sering 4 9
B. Tidak 43 91
JUMLAH 47 100
Keterangan Tabel dan Grafik 3.13
Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (91%)
tidak sering membersihkan saluran air disekitar rumah mereka.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
9%
91%
Persentase
SeringTidak
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Tabel dan Grafik 3.14
Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Frekuensi Kerja Bakti
Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah Kampung Tua Bakau Serip
Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A. Sering 20 43
B. Tidak 27 57
JUMLAH 47 100
Keterangan Tabel dan Grafik 3.14
Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (57%)
menyatakan tidak sering diadakannya kerja bakti.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
43%
57%
persentase
SeringTidak
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Tabel dan Grafik 3.15
Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Frekuensi Pengasapan
(fogging) Dalam 6 bulan Terakhir Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di
Daerah Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa
Batam Kota Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A. <2 kali 26 55
B. >2 kali 21 45
JUMLAH 47 100
Keterangan Tabel dan Grafik 3.15
Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (55%)
menyatakan pengasapan (fogging) <2 kali dalam 6 bulan terakhir.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
55%
45%
persentase
<2 kali>2 kali
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Tabel dan Grafik 3.16
Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Membawa Anggota Keluarga
yang Demam ke Tenaga Kesehatan Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di
Daerah Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa
Batam Kota Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A. Ya 19 40
B. Tidak 28 60
JUMLAH 47 100
Keterangan Tabel dan Grafik 3.16
Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (60%)
tidak membawa anggota keluarga mereka yang demam ke tenaga kesehatan.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
40%
60%
persentase
YaTidak
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Tabel dan Grafik 3.17
Distribusi Responden Berdasarkan Pernah atau tidaknya terkena penyakit
Malaria Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah Kampung Tua
Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa
Batam Kota Kepulauan Riau
Tahun 2012
No Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A. Pernah 39 83
B. Tidak pernah 8 17
JUMLAH 47 100
Keterangan Tabel dan Grafik 3.17
Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (83%)
pernah menderita penyakit malaria.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
83%
17%
Persentase
Pernah Tidak pernah
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
BAB IV
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH
4.1. Puskesmas Sambau
1. Program Puskesmas ada, namun pada pembagian tugas
kurang maksimal yaitu Promkes, UPKM, P2M.
2. Kurangnya tenaga dan kader P2M, sehingga program
P2M di Puskesmas Sambau kurang maksimal.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit malaria,
yang di tambah dengan banyaknya penambangan pasir
liar sehingga memperbanyak tempat perindukan.
4. Jumlah penderita malaria dengan pemeriksaan darah
lengkap pada bulan desember laki-laki 3 orang dari total
43 0rang pada tahun 2011, perempuan 2 orang dari total
50 orang pada tahun 2011.
5. Angka kesakitan malaria sebanyak 93 orang dari jumlah
total 35.372 penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Sambau.
6. Kurangnya pelaporan N1 dan N4 dari POLINDES,
PUSTU dan BPS kepada puskesmas.
7. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan di
lingkungan mereka yang dimana salah satunya adalah
masalah sampah.
8. Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
kunjungan posyandu.
9. Kurangnya pemahaman dari sebagian masyarakat tentang
manfaat imunisasi.
10. Kurangnya keaktifan kader-kader posyandu sehingga
menyebabkan posyandu belum berjalan maksimal.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
4.1.2. Pemecahan Masalah
1. Memperbaiki pembagian tugas disesuaikan dengan jumlah
program Puskesmas Sambau.
2. Memiliki jadwal P2M yang baik yang harus dipatuhi dan
dijalankan oleh petugas P2M, dan menambahkan Petugas
P2M.
3. Melakukan penyuluhan dan koordinasi dengan lintas sektor
terkait tentang dampak penambangan pasir liar terhadap
kesehatan masyarakat.
4. Meningkatkan pemeriksaan darah lengkap terhadap
penderita yang di curigai malaria.
5. Menurangi angka kesakitan malaria dengan meningkatkan
pengobatan.
6. Meningkatkan sistem pencatatan dan pelaporan dari Pustu
dan Polindes ke Puskesmas
7. Memberikan penyuluhan akan pentingnya kebersihan di
rumah maupun di lingkungan.
8. Dilakukan tindakan berupa sweeping ke rumah-rumah
secara rutin setiap bulan setelah diadakannya posyandu di
daerah yang telah terjadwal.
9. Memberikan pemahaman lebih tentang imunisasi melalui
penyuluhan-penyuluhan.
10. Mengajak warga untuk berpartisipasi dalam peningkatan
pencapaian program-program puskesmas dilapangan
melalui kegiatan-kegiatan di posyandu.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
4.2. Hasil Penelitian Gambaran Perilaku masyarakat dalam Membuang
Sampah Sembarangan Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Kampung
Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Kota Batam
Kepulauan Riau.
4.2.1. Permasalahan
1. Hanya 13 responden (28%) yang membuang sampah pada
tempatnya.
2. Hanya 16 responden (34%) yang menggunakan banyak cahaya
pada rumah mereka.
3. Hanya 14 responden (30%) yang tidak menggantung baju di
belakang pintu.
4. Hanya 7 responden (15%) yang menggunakan kawat kasa pada
jendela rumah.
5. Hanya 9 responden (19%) yang menutup pintu dan jendela mereka
setelah magrib.
6. Hanya 23 responden (49%) yang menutup tempat penampungan
air.
7. Hanya 4 responden (9%) yang membersihkan saluran air.
8. Hanya 19 responden (40%) yang membawa anggota keluarga yang
demam ke tenaga kesehatan.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
4.2.2. Pemecahan Masalah
Pengetahuan
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat Bakau Serip
tentang cara membuang sampah yang baik, manfaat banyak
cahaya di rumah, jangan menggantung baju di pintu,
penggunaan kawat kasa agar menghalangi nyamuk masuk
ke dalam rumah, menutup tempat penampungan air agar
tidak menjadi media perkembang biakan nyamuk,
membersihkan saluran air, dan segera membawa anggota
keluarga yang demam ke tenaga kesehatan.
Tindakan
Memberikan suatu sarana pembuangan sampah berupa
TPSS (Tempat Pembuangan Sampah Sementara) kepada
masyarakat Bakau Serip Kelurahan Sambau agar dapat
membuang sampah yang benar dan pada tempatnya.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
5.1. Puskesmas Sambau Kecamatan Nongsa
5.1.1. Kesimpulan
1. Program Puskesmas ada, namun pada pembagian tugas kurang
maksimal yaitu Promkes, UPKM, P2M.
2. Kurangnya tenaga dan kader P2M, sehingga program P2M di
Puskesmas Sambau kurang maksimal.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit malaria, yang di
tambah dengan banyaknya penambangan pasir liar sehingga
memperbanyak tempat perindukan.
4. Jumlah penderita malaria dengan pemeriksaan darah lengkap pada
bulan desember laki-laki 3 orang dari total 43 0rang pada tahun
2011, perempuan 2 orang dari total 50 orang pada tahun 2011.
5. Angka kesakitan malaria sebanyak 93 orang dari jumlah total
35.372 penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sambau.
6. Kurangnya pelaporan N1 dan N4 dari POLINDES, PUSTU dan
BPS kepada puskesmas.
7. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan di
lingkungan mereka yang dimana salah satunya adalah masalah
sampah.
8. Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam kunjungan
posyandu.
9. Kurangnya pemahaman dari sebagian masyarakat tentang manfaat
imunisasi.
10. Kurangnya keaktifan kader-kader posyandu sehingga
menyebabkan posyandu belum berjalan maksimal.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
5.1.2. Saran
1. Memperbaiki pembagian tugas disesuaikan dengan jumlah
program Puskesmas Sambau.
2. Memiliki jadwal P2M yang baik yang harus dipatuhi dan
dijalankan oleh petugas P2M, dan menambahkan Petugas P2M.
3. Melakukan penyuluhan dan koordinasi dengan lintas sektor
terkait tentang dampak penambangan pasir liar terhadap kesehatan
masyarakat.
4. Meningkatkan pemeriksaan darah lengkap terhadap penderita
yang di curigai malaria.
5. Menurangi angka kesakitan malaria dengan meningkatkan
pengobatan.
6. Meningkatkan sistem pencatatan dan pelaporan dari Pustu dan
Polindes ke Puskesmas
7. Memberikan penyuluhan akan pentingnya kebersihan di rumah
maupun di lingkungan.
8. Dilakukan tindakan berupa sweeping ke rumah-rumah secara
rutin setiap bulan setelah diadakannya posyandu di daerah yang telah
terjadwal.
9. Memberikan pemahaman lebih tentang imunisasi melalui
penyuluhan-penyuluhan.
10. Mengajak warga untuk berpartisipasi dalam peningkatan
pencapaian program-program puskesmas dilapangan melalui kegiatan-
kegiatan di posyandu.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012