demam berdarah, ondisi lingkungan yang baik akan dapat memberikan terdapat dan dengan yang berbagai dapat bahkan banyak manfaat kepada manusia, meskipun kadangkala perbedaan antara sudut pandang kepentingan lingkungan. terhadap disebabkan aktifitas diminimalisir manusia Namun lingkungan oleh manusia dan malaria, bahkan kini sampai ke penyakit flu burung. Munculnya dan berkembangnya berbagai penyakit ini tak bisa lepas dari kedisiplinan manusia. Disiplin dan kebersihan lingkungan jadi kunci utama dalam memotong rantai atau sini menjadi umat penyebaran kesehatan tugas manusia Diseluruh sanitasi menjadi Untuk Millenium agenda berbagai lingkungan bersama terhindar dunia agar dari penyakit yang mematikan itu. Di
pengelolaan yang tepat, tekanan
ditiadakan. Untuk itu diperlukan informasi yang jelas dan akurat mengenai struktur kependudukan dan guna tekanan lingkungan. Gangguan kenyamanan kesehatan utama manusia yang hidup akan merupakan sebagai terhadap dan dampak dirasakan dari aktifitas berbagai sektor sumber terhadap mengetahui utama
berbagai penyakit menular. masalah sudah WHO. target Goals lingkungan pokok memenuhi Development
(MDGs). diestimasikan lebih dari dua milyar orang membutuhkan sanitasi yang baik hingga tahun 2015. Laporan terbaru WHO dan UNICEF seperti yang dilansir oleh situs resmi WHO menyebutkan perbaikan sanitasi lingkungan dan penyediaan air bersih dapat mengurangi 5.000 kematian tiap hari buruk akibat diare, flu burung, dari SARS dan keadaan ekonomi yang sebagai dampak
akibat
semakin meningkatnya tekanan terhadap lingkungan hidup. Berbagai macam penyakit yang mengerikan kini menghantui manusia. Mulai dari penyakit chikungunya, HIV/AIDS,
III-1
penurunan produktivitas keluarga karena serangan penyakit infeksi akibat buruknya sanitasi. Permasalahan buruknya sanitasi dimunculkan oleh sebabsebab yang kompleks dan saling terkait. Saling keterkaitan antara permasalahan-permasalahan kependudukan seperti rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya sarana dan prasarana sanitasi dan pola penanganan yang keliru terhadap tengah upaya sampah masyarakat tekanan secara berbagai muncul yang angka di perwujudan dengan semakin tehadap kesehatan total. macam tengah kematian usia berpotensi berbagai permasalahan lain di memberikan lingkungan Akibatnya, penyakit masyarakat meningkatkan anak-anak dan produktif. Selain lingkungan disebabkan disebabkan pengelolaan dilakukan pembangunan belum lingkungan oleh berbagai tekanan hidup terhadap yang masalah baiknya yang sektor. kegiatan
Sektor yang diindentifikasi cukup dominan adalah :
a.
Sektor memberi
kesehatan tekanan
yang
terhadap
kualitas tanah, air dan udara berasal dari buangan limbah padat dan cair;
b.
Sektor mendapat sebagai
pertanian tekanan sumber
selain akibat tekanan
perubahan fungsi lahan, juga terhadap lingkungan berasal dari buang limbah ternak dan pemakaian memberikan pencemaran emisi gas gas CO2; pupuk udara yang berupa kontribusi
metan (CH4) dan industri pencemaran yang tekanan air
c.
Sektor memberikan terutama
yang berasal limbah cairnya;
penduduk
d.
Sektor pertambangan yang memberikan tekanan yang terhadap kerusakan lahan;
e.
Sektor memberi
transportasi tekanan
terhadap yang air
kependudukan, tekanan lain juga
kualitas udara ambien;
f.
Sektor terhadap
pariwisata pencemaran
menyebabkan
tekanan
III-2
terutama
dari
kegiatan tinggi
Tingkat penduduk semakin terhadap Untuk berbagai strategis tekanan berupa itu yang akan
pertumbuhan relatif cukup tekanan hidup. dilakukan langkah dan menyebabkan
perhotelan dan limbah padat. Penyajian analisis terhadap informasi dan
tingginya lingkungan perlu dan upaya untuk tersebut. penataan
mengenai lingkungan besar
tekanan dilakukan sumber
dengan pendekatan-pendekatan:
a. Sebagian
mengimbangi Upaya
tekanan tidak dapat dilakukan secara terpisah antara analisis statitistik, perbandingan antar waktu dan perbandingan antar lokasi;
langkah strategis tersebut dapat kawasan perkotaan dan penataan kawasan perbatasan dengan kota/provinsi lain agar sesuai dan dengan tetap
b. Padasumber
setiap
bagian
akan antara dengan
dianalisis
hubungan tekanan
peruntukannya hutan produksi. untuk
mempertahankan fungsi kawasan konservasi, dan untuk perlindungan,
dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan hidup.
3.1.
KependudukanPermasalahan Untuk dipergunakan untuk umum indikator menganalisa data data selain rata-rata gambaran Batat, juga kependudukan, memberikan Sumatera untuk
kependudukan di Sumatera Barat terutama adalah pertumbuhan penduduk dalam beberapa tahun terakhir yang relatif cukup tinggi dan masih cukup besarnya tidak di persentase serta tingkat penduduk
mengambil Kota Padang sebagai perbandingan bagi kabupaten/kota lain yang datanya cukup ekstrim (tertinggi atau terendah). 3.1.1 Sumber Tekanan
sekolah di beberapa kabupaten kemiskinan yang beberapa daerah masih
cukup tinggi.
III-3
a.
Laju pertumbuhan dan Kepadatan Jumlah Penduduk penduduk
Sumatera Barat per tahun selama 10 tahun terakhir Jika instansi yakni dari dari tahun 1,34%. dari 2000 2010 dilihat sebesar
Sumatera Barat terus bertambah dari waktu ke waktu. Pada tahun 1971 jumlah penduduk Sumatera Barat 2,8 juta jiwa, selanjutnya pada tahun 1980 sebesar 3,0 juta jiwa. Tahun 1990 sebanyak 3,5 juta jiwa. Tahun 2000 sebanyak 4,2 juta jiwa dan pada tahun 2010 sudah mencapai 4,9 juta jiwa. Sedangkan proyeksi jumlah penduduk kedepannya untuk tahun 2015 dengan dilakukan
ketersediaan data yang dihimpun pengelola lingkungan hidup kabupaten dan kota di Sumatera Barat, maka LPP Kabupaten Limapuluh Kota adalah dibandingkan Barat yaitu sebesar LPP Sijunjung -1,45%. dengan yang tertinggi dengan 12,74%. di Jika provinsi yaitu
kabupaten/kota lain di Sumatera Sedangkan Kabupaten sebesar dibandingkan terendah
melihat trend perubahan masa lalu. Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sumatera Barat selama 20 tahun kedepan diperkirakan akan pada terus menurun sehingga laju 0,9%. terutama semakin kecil tetap tahun 2025 hanya ini oleh keluarga dan masih tendensi
lain di Pulau Sumatera, maka LPP untuk Provinsi Sumatera Barat adalah terendah, Sumatera pada Utara urutan diatas (1,11%) ketiga Provinsi dan
pertumbuhan penduduk tersebut diperkirakan Penurunan disebabkan terwujudnya sejahtera tingginya
Lampung (1,23%). Untuk Sumatera Kota Padang level Barat, yaitu Provinsi jumlah sebesar
penduduk terbanyak terdapat di 836.060 jiwa dan kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kota Padang Panjang
merantau
(migrasi bersih keluar). Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Laju (LPP) Pertumbuhan Penduduk
dengan jumlah penduduk 50.832 jiwa. Jika dibandingkan dengan
III-4
luas wilayah, maka kota dengan kepadatan adalah yang adalah Mentawai kepadatan jiwa/km2. penduduk tertinggi yaitu Kota Bukittinggi
4.271 jiwa/km2 dan kabupaten penduduknya Kabupaten dengan sebesar terjarang Kepulauan angka 11,47
III-5
Tabel 3.1. Luas Wilayah, Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Sumatera Barat 2010No . I 1 2 3 4 5 6 7 II 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Kabupaten/Ko ta KOTA Padang Bukittinggi Padang Panjang Payakumbuh Sawahlunto Pariaman Solok KABUPATEN Agam Limapuluh Kota Padang Pariaman Pasaman Pesisir Selatan Sijunjung Solok Tanah Datar Dhamasraya Pasaman Barat Solok Selatan Kep. Mentawai Jumlah Luas (km2) Jumlah Pendudu k 836060 107805 50832 116081 55291 79073 59317 521327 374987 392941 260987 452344 201627 348991 338548 186354 338567 144236 76421 4941789 Pertumbu han Penduduk 1.09 1.63 7.71 4.02 7.5 -0.08 12.74 2.72 3.75 -1.45 1.19 0.24 Kepada tan Pendud uk 1203 4271 1329 878.29 1077.88 2111.43 199.52 112 296 1058 78.67 798 96.26 251.95 62,93 87 39.92 11.47 114.14
694.96 25.24 23.00 80.43 273.45 73.36 57.64 2232.30 3354.30 1328.79 3947.63 5749.89 3130.80 3738.00 1336.00 2961.13 3887.77 3346.20 6011.35 42252.2 4
2.03 1.27 1.39
Sumber : BPS Prov. Sumatera Barat, 2010
b. Struktur Menurut Menurut termasuk usia
Penduduk Umur, kelompok produktif, Jenis usia atau
Sumatera Barat harus
usia produktif 63 orang
(umur 15 64 tahun), mereka menanggung penduduk dengan usia yang tidak produktif (0 14 tahun dan > 65 tahun). beban negara Jika angka dengan tahun ini angka rata-rata 2010 dibandingkan
Kelamin dan Produktifitas penduduk, sebagian besar (63%) angka beban tanggungan untuk provinsi Sumatera Barat adalah sebesar 63. Artinya, dari 100 orang penduduk Provinsi
tanggungan Indonesia
yaitu 46,7 (BPS, 2010), maka III-6
angka beban tanggungan untuk Provinsi dapat cukup Angka Sumatera disebabkan tingginya (di Kelahiran oleh Barat relatif
c. Tingkat Pendidikan danSarana Pendidikan Bila Sumatera pernah dilihat Barat yang dari tidak bangku pendidikannya 2,75% laki-laki di mengenyam
tergolong cukup tinggi. Hal ini pertumbuhan atas Total rata-rata Negara
penduduk
Indonesia (BPS, 2010)) dan/atau pengangguran (termasuk dalam hal ini adalah banyaknya kaum wanita usia produktif di pedesaan yang tidak bekerja di luar rumah) sehingga jumlah penduduk yang harus ditanggung semakin besar. Semakin bertambahnya dalam akan beban suatu tanggungan masyarakat kesejahteraan. beban semakin kesejahteraan meningkat. Perbandingan relatif berimbang. jumlah Untuk antara Kota lebih jiwa. jumlah laki-laki dan perempuan Padang, laki-laki 414.597
sekolah, lebih sedikit dari jumlah perempuan yaitu 3,8% dari total jumlah penduduk perempuan. Hal ini diperkirakan disebabkan untuk mereka karena masyarakat membiayai ketidakmampuan miskin pendidikan
dan anak-anak mereka. Selain itu disebabkan juga karena akses ke sarana pendidikan yang susah di daerah-daerah pedalaman, enggan anak orang terpencil dan anaklebih sehingga dan mereka
berdampak jika maka ikut
pada penurunan terhadap tingkat Sebaliknya tanggungan rendah, akan menjadi
menyekolahkan mereka tua dalam
mengarahkan
untuk membantu memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Sebagai gambaran, di Kota Padang sebagai Ibukota Provinsi, persentase jumlah penduduk lakilaki yang tidak pendidikan pernah sama mengenyam
banyak yaitu 421.463 jiwa dan perempuan Sedang jumlah penduduk laki-laki terkecil di Kota Padang Panjang yaitu 25.366 jiwa dan perempuan 25.084 jiwa.
sekali adalah sebesar 3,96% dari total jumlah penduduk laki-laki di atas 5 tahun, sementara untuk penduduk perempuan adalah
III-7
sebesar 5,59% dari total jumlah penduduk perempuan di atas 5 tahun. Jumlah prasarana sarana pendidikan dan turut
sangat jarang dijumpai adanya permasalahan dalam sarana dan prasarana pendidikan. d. Migrasi dan Distribusi
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di suatu tempat dan waktu tertentu. yang Semakin oleh yang lengkap sarana dan prasarana pendidikan suatu dimiliki kabupaten/kota serta
Penyebaran Penduduk Bila dilihat dari distribusi penyebarannya, 836.060 Padang atau pesisir pesisir jiwa sejumlah hidup dan dan maka penduduk 35.638 di dari Kota jiwa daerah Jumlah di
4,26%
diiringi dengan baiknya kualitas, kuantitasnya akses kemudahan maka menikmatinya,
pantai. pantai
terbesar yang menempati daerah berada Kabupaten Pesisir Selatan yaitu 154.809 jiwa atau sekitar 34% dari seluruh jumlah penduduknya yaitu 452.344 hidup daerah pesisir dan pantai.
tujuan pendidikan nasional akan semakin mudah tercapai. Kecuali di beberapa tempat di sebagian kecil kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, secara umum
Tabel. 3.2 Rekap Jumlah Penduduk di Laut, di Pesisir Kabupaten/kota Sumatera Barat 2010No. 1 2 3 4 5 6 7 Kabupaten/Kota Padang Pariaman Agam Padang Pesisir Selatan Pasaman Barat Pariaman Mentawai Jumlah Desa 16 3 17 48 13 Jumlah Pendudu k 154,809 32.460 35,638 383.598 132.324 22.437 Jumlah Rumah Tangga 32,390 5.706 6,145 89.258 30.131 4.992 -
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat, 2008
Untuk Kota Padang, jumlah penduduk yang pindah lebih
banyak penduduk
daripada yang
jumlah datang.
III-8
Terjadinya hal ini dimungkinkan salah satunya oleh trauma psikis yang warga musibah lalu. dirasakan Kota gempa itu, oleh Padang bumi sebagian akibat pada
besar terhadap lahan berupa meningkatnya kritis. Lahan Kabupaten merupakan Ha. b. Tingkat ekonomi, pendidikan juga selain akan prilaku luas kritis terluas lahan di Kota di
Limapuluh
tanggal 30 September 2009 yang Selain dikarenakan banyaknya rumah warga yang rusak, turut memicu kepindahan sebagian dari mereka ke rumah sanak saudara atau ke rumah yang baru di kabupaten/kota lainnya, baik di Provinsi Sumatera Barat ataupun ke luar Provinsi Sumatera Barat. 3.1.2. Dampak yang
Sumatera Barat yaitu 112.099
berpengaruh pada kehidupan mempengaruhi hidup sehat.
terhadap lingkungan dan pola
3.2
Permukiman
Ditimbulkan Tekanan yang ditimbulkan dari berbagai persoalan telah dampak Beberapa yang dampak terhadap berkorelasi lingkungan
3.2.1. Sumber Tekanan
a. Tingkat Kemiskinan danPola Permukiman Persoalan yang Akar berbeda mulai lain persoalan satu dari kependudukan kemiskinan. kemiskinan lainnya, skala kerja
kependudukan menimbulkan cukup lingkungan. yang serius diperkirakan kualitas
adalah
langsung ataupun tidak langsung terhadap hidup dapat dilihat di bawah ini : a. Laju Kabupaten memberikan pertumbuhan Limapuluh tekanan Kota yang
dengan rendahnya
usaha, kekurangan modal kerja, kekurangan keterampilan dan inovasi, serta faktor lainnya. Sementara itu tingkat inflasi yang mencapai 7,84% (Kota Padang) selama tahun 2010, turut memberikan andil meningkatkan III-9
penduduk tertinggi terdapat di yaitu sebesar 12,74% akan
kembali daerah. adalah belum Sampai
angka sistem tersedia saat
kemiskinan
di
Kemudian data keluarga miskin berdasarkan tipologi kemiskinan masih perlu disempurnakan. Karena itu, persoalan kemiskinan perlu ditempatkan sebagai salah satu persoalan utama dalam kerangka pembangunan jangka panjang.
Masalah
selanjutnya pendukung kemiskinan dengan ini baik. model
penanggulangan
penanggulangan belum tersedia
kemiskinan dengan baik.
berbasis nagari dan kelurahan
Tabel. 3.3 Jumlah Rumah Tangga Miskin di Sumatera Barat 2010Jumlah Rumah Tangga Jumlah Rumah Tangga Miskin 29.661 3.165 860 3.671 1.904 1.780 1.928 18.686 17.817 19.855 21.800 30.619 9.106 23.753 15.628 5.590 24.179 9.699 17.711 257.412
No. I 1 2 3 4 5 6 7 II 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Kabupaten/Kota KOTA Padang Bukittinggi Padang Panjang Payakumbuh Sawahlunto Pariaman Solok KABUPATEN Agam Limapuluh Kota Padang Pariaman Pasaman Pesisir Selatan Sijunjung Solok Tanah Datar Dharmasraya Pasaman Barat Solok Selatan Kep. Mentawai TOTAL
198.208 24.043 11.814 24.445 12.611 14.064 13.060 95.988 79.256 82.355 55.458 96.087 45.277 79.737 80.172 40.757 73.697 31.276 15.618 1.073.923
Sumber : Tabel SE 1 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
III-10
Peningkatan pengangguran terutama yang ingin disebabkan bekerja karena meningkatnya jumlah penduduk sementara tambahan kesempatan kerja dan lapangan kerja tidak sebanding dengan kerja, pendidikan angkatan Walaupun nasional tambahan disamping dan kerja itu rendah angkatan tingkat tidak
mampu mendorong penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja, terutama lapangan kerja yang produktif. Kondisi ini memperlihatkan tetap yang merupakan isu bahwa strategi arah pengangguran diperkirakan akan mempengaruhi
keterampilan
pembangunan daerah dalam 20 tahun kedepan. Tingkat mempengaruhi terutama adalah kumuh kemiskinan pola akan
sesuai dengan yang dibutuhkan. secara rata-rata persentase
kehidupan lingkungan.
sanitasi
pengangguran pada tahun 2010 (7,14%) menurun dibandingkan tahun Barat 7,5% 2009 (7,87%), sebanyak dan khusus untuk Provinsi Sumatera terdata dari 172.000 orang pengangguran ( jumlah penduduk), namun persoalan pengangguran tetaplah sebuah beban negara yang harus dicarikan jalan keluarnya tanpa mengorbankan aspek-aspek lainnya. berpendidikan Masih bahwa pembangunan Mereka menengah yang (SMP angka
Problem lingkungan yang muncul timbulnya pada permukiman daerah-daerah
tertentu seperti daerah pesisir dan laut dan sempadan sungai. Dalam upaya kaitan dengan hal ini, pembangunan kerja ekonomi
diharapkan akan dapat membuka lapangan seluas-luasnya, kualitas dan meningkatkan serta bawah.
keterampilan kerja pencari kerja penyediaan perumahan bagi masyarakat menengah ke
menganggur lebih banyak wanita, dan SMA), dan berusia muda. tingginya kualitas pengangguran ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi sejauh ini masih belum
b. PermukimanTempat Tinggal Kawasan
dan
Lokasi di
permukiman
Provinsi Sumatera Barat dapat dikelompokkan menjadi kawasan
III-11
permukiman
perkotaan
dan
dan Kota Solok. Perkembangan ini ditunjang oleh tersedianya prasarana sarana dan
kawasan permukiman perdesaan. Sebaran permukiman perkotaan relatif terkonsentrasi di wilayah bagian tengah, terutama jalur antara Kota Padang-Bukittinggi, sedang permukiman perdesaan menyebar provinsi. Sebaran permukiman mencakup beberapa kawasan perkotaan wilayah di seluruh wilayah
transportasi yang memadai, dan prasarana permukiman lainnya. Isu pemekaran wilayah berupa wilayah sebelumnya dilihat pada dan Perkembangan kota, dan trend tahun laju
adminsitratif pengembangan pada dapat ini. tahun
pembangunan permukiman dan merupakan isu yang telah muncul
yaitu Kota Padang, Kota Solok, Kota Sawahlunto, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten lahan Agam. untuk Pemanfaatan
perkembangannya pertumbuhan Barat berorientasi perkotaan, diakibatkan aktifitas umum pada
permukiman umumnya wilayah mungkin dukungan Secara ini
penduduk di Provinsi Sumatera pada hal karena
permukiman di Sumatera Barat baru mencapai 109.481 ha atau 2,59 % dari total luas wilayah Sumatera Barat. Perkembangan permukiman Kota kawasan Padang
infrastruktur kota sebagai pusat masyarakat. persentase penggunaan
berjalan cukup pesat baik dari segi jumlah penduduk maupun luas kawasan, bahkan cenderung membentuk kawasan perkotaan cukup luas yang bagian Padang mencakup wilayah Pariaman, beberapa Kabupaten
lahan di Sumatera Barat selain untuk kebutuhan lahan hutan, pemanfaatan untuk tertinggi masih kebutuhan budidaya
pertanian, seperti pemanfaatan lahan perkebunan sebesar 12,59 % atau 532.350 ha, tegalan 8,57 % (362.639 ha), dan kebun
kabupaten di sekitarnya, seperti Kota Pariaman, Kabupaten Solok
III-12
campuran sebesar 6,17 % atau 260.911 ha. Data digunakan informasi untuk terakhir sebagai pemanfaatan permukiman yang sumber lahan telah
kelangsungan optimal. Salah permukiman penduduk
hidupnya
secara
satu yang miskin
faktor layak di
yang dan
turut mempengaruhi penyediaan sehat adalah realita keberadaan Provinsi Sumatera Barat. Dari 1.073.923 rumah tangga yang terdata di Provinsi Sumatera Barat, 257.412 diantaranya terdapat di tergolong Kabupaten rumah Pesisir tangga miskin. Jumlah terbesar Selatan sebanyak 30.619 rumah tangga (31,86% dari jumlah total rumah jumlah tangga). terkecil ada Sementara di Kota
melingkupi luasan 109.481 ha atau 2,59% dari total luas wilayah Sumatera Barat. Laju percepatan pembangunan pemekaran memicu perkantoran, itu adanya ke laju wilayah administrasi permukiman juga dan pertumbuhan
prasarana umum lainnya. Selain kecenderungan kota-kota lebih tekanan lahan yang layak yang cepat turut terhadap untuk dan urbanisasi dianggap memberikan ketersediaan permukiman sehat. Penataan permukiman memelihara lingkungan manusia lainnya kegiatan dan perlu ruang dilakukan
lebih maju atau kota-kota yang perkembangannya
Padang Panjang yaitu sebanyak 860 rumah tangga (7,27% dari jumlah total rumah tangga). Dilihat dari lokasi tempat tinggal, jumlah rumah mewah 17.340 yang tangga yang rumah ada. yang bertempat tinggal di daerah permukiman yaitu rumah sebanyak tangga di terbanyak ada di Kota Padang tangga dari 198.208 jumlah total Sementara atau rumah Kabupaten tangga yang
semaksimal mungkin untuk dapat keseimbangan memberikan mahluk hidup
dukungan yang nyaman terhadap serta dalam dan melakukan memelihara
Pasaman, tidak ada penduduk bertempat tinggal di permukiman
III-13
mewah.
Banyaknya mewah
penduduk di Kota
Beberapa hal yang menyebabkan fenomena ini antara lain adalah urbanisasi penduduk yang tidak mempunyai kemampuan/kecakapan yang Sumatera Provinsi, dalam memadai lain di Barat yang mencari menuju daerah/tempat kerja dari Provinsi Kota
yang permukimannya berada di permukiman Padang antara lain disebabkan karena status kota yang sudah menuju sehingga kawasan tempat di kota kota metropolitan, para memungkinkan
pengembang untuk membangun permukimanini yang dan juga permukiman mewah di banyak kemampuan masyarakatnya masyarakat kabupaten/kota Sementara keterbatasan disebabkan keterbatasan masyarakat. Selain mewah, yang paling mendiami di Kota permukiman Padang juga di ekonomi rata-rata daripada lainnya. kabupaten/kotaareal juga daya untuk oleh beli
Padang yang merupakan Ibukota mengakibatkan nafkah dan mereka mendapatkan kesulitan tempat tinggal yang layak. Selain itu hal ini disebabkan juga karena eskalasi jumlah penduduk kota Padang di yang paling besar Barat, jika jumlah tersebut jumlah yang diantara kabupaten/kota lainnya Provinsi Sumatera tetapi sehingga terlihat penduduk, hanyalah seluruh walaupun besar, jumlahnya
sudah berada di atas kemampuan
kota lainnya, selain disebabkan membangun perumahan mewah,
dibandingkan
dengan jumlah dari tangga
9,06% rumah
bermukim di Kota Padang. c. Ketersediaan Air Minum Fenomena yang cukup menarik terlihat pada tabel 3.4 dimana kawasan perkotaan yang notabene memiliki sumber air yang terbatas ternyata mampu memaksimalkan pemenuhan
terdapat 17,969 rumah tangga mendiami besar permukiman dibandingkan yang kumuh. Jumlah ini juga relatif dengan jumlah penduduk yang permukiman sama di kabupaten/kota lainnya.
III-14
sumber air minum bagi sebagian besar penduduknya. Sebagai contoh adalah Kota Solok, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi dan Kota Payakumbuh yang telah mampu melebihi 40% memenuhi kebutuhan air minum
penduduknya. maksimal pelayanan ini, dalam air
Kota
Solok
merupakan daerah yang paling memberikan kepada 70% bersih lebih
penduduknya pada tahun 2010 dimana dari penduduknya telah terfasilitasi.
Tabel. 3.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Air Minum Sumatera Barat 2010No . I 1 2 3 4 5 6 7 II 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Kabupaten/Kot a KOTA Padang Bukittinggi Padang Panjang Payakumbuh Sawahlunto Pariaman Solok KABUPATEN Agam Limapuluh Kota Padang Pariaman Pasaman Pesisir Selatan Sijunjung Solok Tanah Datar Dharmasraya Pasaman Barat Lede ng 33.20 46.50 64.40 66.30 39.90 8.10 70.60 10.70 8.80 6.70 24.80 15.00 15.80 20.70 19.80 0.10 9.70 Sum ur 38.00 28.30 25.80 25.10 14.20 68.50 5.70 41.10 50.30 57.80 36.60 66.80 41.90 37.80 35.90 79.90 73.50 Sungai 0.20 0 0 0 0.60 0.50 0 1.90 4.30 4.90 18.00 3.00 15.00 3.10 2.30 4.80 0.80 Huja n 0.20 4.00 0.20 0 1.70 1.90 0.40 4.40 1.70 7.10 0.30 2.50 0.30 0 0 0 0.20 Kemas an 23.00 20.60 1.90 7.30 9.30 17.50 20.70 6.50 3.30 5.50 1.40 5.40 10.30 2.40 2.30 5.70 5.50 Lainn ya 0.40 0.20 0 0 0 1.30 0.40 0 0.20 0.30 0 0.10 0.20 1.10 0.10 0 0
III-15
18 19
Solok Selatan Kep. Mentawai
21.30 0.60
52.30 30.40
5.90 27.80
0.70 15.70
1.70 0.20
0.30 0.20
Sumber : Tabel SE 3 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
Adapun
untuk
Kota
terhadap masyarakat mempengaruhi hidup
sampah akan tingkat
oleh turut sanitasi di lama dengan angkut
Padang, walaupun hanya 33,2% dari jumlah rumah tangga yang menggunakan air ledeng sebagai sarana pemenuhan kebutuhan akan air minum, namun untuk penggunaan kemasan tertinggi Provinsi Hal ini air minum dalam menempati dibandingkan Sumatera urutan dengan di yaitu oleh air
dan keberhasilan penerapan pola bersih terutama sampah kumpul, perkotaan. penanganan metode Paradigma
kemudian buang masih melekat di sebagian besar masyarakat. Sudah diubah semestinya dengan metode ini metode
kabupaten/kota
lainnya Barat
23% dari jumlah rumah tangga. disebabkan penggunaan kepraktisan lagi
pemilahan di timbulan, 3R dan pengomposan untuk mengurangi beban TPA yang semakin besar. Dilihat dari metoda penanganan sampah oleh masyarakat, untuk Kota baik lainnya. metode yang Padang sebagian besar dengan terlihat dari dalam yaitu rumah tangga sudah relatif lebih dibanding di ini Hal yang masyarakat kabupaten/kota paling sampah dominan
minum dalam kemasan dan tidak memerlukan Hal akan ini proses terkait pemasakan. Padang
dengan kebutuhan warga kota kepraktisan fungsi dan pekerjaan rumah tangga untuk memaksimalkan perannya di luar rumah.
d. Cara Pembuangan Sampah dan Timbulan Sampah Selain persoalan air bersih, persoalan sampah. permukiman Cara juga sangat terkait dengan timbulan penanganan
digunakan
penanganan
pengangkutan. Sementara untuk Kabupaten Agam, bagi sebagian masyarakatnya kali/sungai masih dijadikan sebagai tempat
III-16
pembuangan dari pembuangan dibandingkan lainnya tingkat
sampah, ke
terlihat sistem
e. Fasilitas Pembuangan Air Besar Selain persoalan air bersih dalam konteks permukiman, pemerintah juga dihadapi dengan kondisi sanitasi keluarga. Hingga saat ini kawasan perkotaan yang dimana merupakan perkeluarga hitungannya wilayah tertinggi, telah
dominannya dengan
sungai/kali metode digunakan. masyarakat sosialisasi
yang pendidikan dan
Biasanya hal ini berkaitan dengan yang relatif rendah, kurangnya pembinaan kepada masyarakat oleh instansi terkait serta kondisi pedesaan dimana sarana angkutan sampah sering tidak mencapai lokasilokasi pelosok. Sebagai gambaran lain adalah Kabupaten Padang Pariaman, dari 87.408 KK maka sampah yang dapat dilayani dan diangkut petugas sekitar 13.111 KK atau 14,99%. Sisanya sampah dibuang ke sungai, dibakar dan ditimbun.
memiliki fasilitas buang air besar melampaui
70%. Kalau melihat persentase maka terdapat 7 kota pada tahun 2010 yang memiliki sarana buang air besar sendiri, terbanyak yang kita temukan pada Kota Padang, Kota Sawahlunto, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh, kota tersebut Kota Kota Bukittinggi Bukittinggi tertinggi dan Kota Pariaman. dari ketujuh memiliki persentasi
hingga diatas 79,18%.
Tabel. 3.5 Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Sumatera Barat 2010
III-17
No. I 1 2 3 4 5 6 7 II 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Kabupaten/Kota KOTA Padang Bukittinggi Padang Panjang Payakumbuh Sawahlunto Pariaman Solok KABUPATEN Agam Limapuluh Kota Padang. Pariaman Pasaman Pesisir Selatan Sijunjung Solok Tanah Datar Dhamasraya Pasaman Barat Solok Selatan Kep. Mentawai
Jumlah RT 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Tempat Buang Air Besar Sendir i 72,08 79,18 74,25 74,24 75.78 74,90 75,63 55,07 40,09 47, 92 25,34 41,51 44,22 36,70 53,77 60,78 40,45 33,73 19,92 Bersa ma 20,59 17,28 15,31 11,16 5,96 11,76 12,74 10,61 23,49 12,91 11,12 4,82 11,40 12,89 11,12 17,00 8,63 7,43 4,93 Umu m 1,57 1,88 4,50 3,86 2,59 4,84 1,12 11,79 6,63 5,84 16,02 2,89 3,93 10,72 18,89 4,31 3,42 6,68 6,75 Tidak Ada 5,76 1,66 5,94 10,74 15,67 8,50 10,51 22,52 29,79 33,32 47,53 50,78 40,45 39,69 16,23 17,91 47,51 52,17 68,40
Sumber
: Tabel SP -2 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
a. Permukiman3.2.2 Dampak Pengembangan permukiman tekanan akan lahan selain juga memberi kebutuhan terhadap terhadap yang memberikan
kumuh dampak
yang pada
cukup besar di Kota Padang Ditimbulkan pencemaran sungai yang ada di Kota Padang seperti Batang Kandis dan Batang Arau;
b. Tidak
tersedianya
fasilitas
tempat pembuangan air besar pada daerah-daerah tertentu seperti Selatan Kabupaten Kabupaten yaitu 50, Pesisir 78%, Selatan
penecemaran sungai, terutama bagi permukiman yang memiliki sanitasi buruk. Beberapa dampak yang ditimbulkan dari sektor sebagai permukiman berikut: adalah
Kepulauan Mentawai 68,40 %, Solok 52,17% memberikan dampak III-18
kepada kesehatan masyarakat, hal ini dapat dilihat dari jenis penyakit yang terdapat pada
daerah
tersebut
dan
berkorelasi langsung terhadap kualitas lingkungan hidup.
Gambar. 3.1 Kawasan Permukiman di Sumatera Barat
3.3 KesehatanKeberhasilan pembangunan bangsa ketersediaan nasional sumber suatu oleh daya ditentukan
bahwa jumlah melampaui Pertambahan dipengaruhi (fertilitas),
penduduk
akan
jumlah
persediaan penduduk
bahan pangan yang dibutuhkan. oleh tingkat tiga faktor
utama, yaitu tingkat kelahiran kematian (mortalitas), dan migrasi. 3.3.1. Sumber Tekanan
manusia (SDM) yang berkualtias, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima disamping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi Hal ini diperkuat oleh teori Thomas Robert Malthus dalam karangannya yang berjudul An Essay on The yang Principle of Population menyatakan
a. TingkatBerdasarkan Golongan Sebagian pemahaman Umur
Kesehatan Jumlah Ibu dan di
Jumlah Kematian masyarakat Sumatera Barat belum memiliki terhadap perilaku
III-19
hidup bersih dan sehat (PHBS). Hal ini dapat dilihat dari indikator kesehatan tersedianya prasarana pemanfaatan bersih. Berdasarkan Dinas subur Kesehatan lahir hidup data jumlah dan dari anak masih yang ditetapkan dan dasar, daya seperti kesehatan ibu dan anak, sarana kesehatan sumber
sangat terkait dengan sanitasi lingkungan paling besar. dimana Kabupaten tidak Pesisir Selatan termasuk daerah banyak yang memiliki sarana pembuangan air
b. Jenis
Penyakit
Utama
kesehatan dan ketersediaan air
yang Diderita Penduduk Pemberdayaan penduduk miskin tak kalah penting untuk meningkatkan kondisi kesehatan mereka. Dapat dimulai dengan peningkatan akses dan pelayanan bagi penduduk miskin. Tentunya, semua kembali kepada kesadaran individu untuk masing-masing mengupayakan
yang dilahirkan pasangan usia hidup untuk pasangan di antara 15-30 tahun kurang dari 1.5% (0.03-1.27) masih 0.02-1.23. maka Jumlah dan jumlah anak antara angka juga per hidup rasionya
Disamping kematian
kesehatan masing-masing. Jenis penyakit utama yang perlu ISPA, serta Fokus adalah utama segera TBC, jenis dipercepat Gondok lainnya. kesehatan persoalan disamping pengurangannya adalah Malaria, Diabetes, penyakit
kelahiran hidup dan masih hidup tingkat dapat dijadikan sebagai indikator. kematian terbesar Kabupaten/Kota secara umum
berada pada penduduk dengan golongan umur di atas 44 tahun, namun Selatan terbesar di Kabupaten tingkat berada pada Pesisir tingkat kematian
kebijakan mengurangi tersebut
memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan dasar.
umur di bawah 1 tahun. Hal ini
Tabel. 3.6 Jenis Penyakit Utama Yang Diderita Masyarakat Kota Padang
III-20
No. 1. 2. 3.Sumber
Jenis Penyakit ISPA Kulit Diare Total
Jumlah Penderita 105,541 19,437 18,208 144,186
% terhadap Total Penderita 73,89 13,48 12,63 100
: SLHD Kota Padang 2010
Kota Padang sebagai kota besar Barat salah tingkat semua dan pusat kesehatan menjadi utama masyarakat di Provinsi Sumatera tentunya satu akan indikator
akan menemukan kompleksitas jenis penyakit yang diderita masyarakat. Sebagai salah satu indikator utama maka kita dapat melihat 3 penyakit utama yang diderita warga kota Padang ISPA (73,89%), Kulit (13,48%) dan Diare (12,63%).
kesehatan rumah
masyarakat. sakit dari
Karena menjadi rujukan hampir kabupaten dan kota, maka kita
Tabel 3.7 Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk Sumatera Barat Tahun 2010No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jenis Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Rheumatik Gastritis Infeksi Penyakit Kulit Hipertensi Kulit Alergi Diare Asma Penyakit Lain pada Saluran Pernafasan Penyakit Usus Lainnya Kecelakaan Ruda Paksa UDC Gigi Jumlah Penderita (Orang) 561988 129478 97204 103754 85474 81459 90345 28018.31 47453 15518 11622 19231 3178 % terhadap Total Penderita 42.13 9.71 7.29 7.78 6.41 6.11 6.77 2.10 3.56 1.16 0.87 1.44 0.24
III-21
14 15 16 17 18 19 20
Infeksi Jamur Diabetes Pulpa dan Jaringan Periapikal Scabies Cepalgia Artritis Penyakit Lainnya
6467 739 43592 2098 857 752 4828
0.48 0.06 3.27 0.16 0.06 0.06 0.36
Sumber : Tabel DS 8 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
Gambar. 3.2. Persentase Jenis Penyakit Terbesar di Provinsi Sumatera Barat
Sumber : Olahan Tabel DS 8 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
Gambar. 3.3.
III-22
Sumber : Olahan Tabel DS 8 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
Untuk Barat merupakan terutama pernafasan maupun penderita
Provinsi penyakit infeksi akut infeksi mencapai
Sumatera masih utama, saluran baik
dengan
persentase
terhadap bila
penyakit
infeksi
Total Penderita 42,13%. Terapi antimikroba digunakan infeksi disebabkan oleh bakteri (kuman). Salah satu antimikroba terpilih untuk pengobatan ISPA adalah antimikroba golongan betalaktam.
(ISPA)
infeksi saluran pernafasan atas saluran 561.988 pernafasan bawah dengan jumlah
Gambar. 3.4
Sumber : Olahan Tabel DS 8 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
c. VolumeRumah sakit
Limbah
dari
sakit yang berada di Sumatera Barat, ada 5 dari 19 kabupaten/kota dengan kabupaten/kota
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2010 terdapat 55 buah rumah
jumlah pasien terbanyak antara lain Kabupaten Pesisir Selatan
III-23
309.942 orang, Kabupaten Agam 232.313 orang, Kabupaten Padang Pariaman 147.743 orang dan Kabupaten Sijunjung 86.159 orang. Dengan jumlah pasien
yang banyak ini salah satunya dapat mempengaruhi jumlah volume limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit.
Tabel 3.8 Volume Limbah Padat dan Limbah Cair dari Rumah sakit di Sumatera Barat Tahun 2010No Nama Rumah sakit Tipe/ Kelas Volume Limbah (m/hari) Padat Cair
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
RSUP Dr. M. Jamil Padang RSJ Padang RS. Ibnu Sina RS. Selaguri RS. Bunda RS. BMC RS. Selaguri RS. Ananda RS. Anisa RS.M.Djamil RS YosSudarso RS Reksodiwiryo RS Siti Rahmah RS PT Semen Padang RS Yarsi RS. Yayasan Fifa Medika RS. Asri RS. Siti Hawa RSB. Cicik PT. Bhakti Kesehatan Masyarakat RS. Khusus Mata Sitawa RS. AisyiyahMuhammadiyah RS. Perintis Mata RS. Jiwa Ulu Gadut RS. Annisa RS. Mata Oculer RSB. Sari RS. Mitra Medika
A B A C C B B C C A B B B C B B B B B B B B B A B B B B
48 12 15 10 13 13 10 7 8 144 47 11 6 12 7 5 7 6 6 4 6 8 6 18 6 5 5 7
216 60 12 18 10 16 12 18 15 186 40 25 40 24 25 15 30 20 25 10 15 25 20 35 30 25 36 13
III-24
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 4445 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
RSB. Putri Sari Amin RS. Rehabilitasi & Prevensi Jantung RSB. Lenggogeni RSAM Bukittinggi RSSN Bukittinggi RSUD Solok RSUD Pariaman Rumah sakit Aisyiah RSUD Payakumbuh Rumah sakit Islam Yarsi RSUD Sawahlunto RSUD M. Zein Painan RS Bersalin Permata Hati Painan RSUD Batusangkar RSUD Sungai Dareh RSUD Lubuk Sikaping RSUD Lubuk Basung RSB Rizki Bunda RSB Rizki Bunda Lubuk Basung RSUD Kab. Solok Selatan RSUD Padang Panjang Ibnu Sina Padang Panjang RSUD Suliki RSUD Muara Labuh RSUD Pasaman Barat Rumah sakit Islam Ibnu Sina RSUD Mentawai RSUD Kabupaten Solok Total
B B B B C C C D C C C C D C C C C C C C C C D D D C D D
7 7 6 18 8 12 14 2 12 5,5 12 1.059 158 12 6 8 12 2 1 1.93 8 2 6 6 3 25 2 12 13
20 15 25 235 85 88 93,5 8 85 48,5 64 60 13 88 48 88 75 2 1.600 85 16 28 32 12 10 8 88 77
Sumber : Dinas Kesehatan Prov Sumatera Barat, 2010
Kegiatan menghasilkan padat dari dan kegiatan
rumah berbagai
sakit macam
lingkungan di rumah sakit yang bertujuan masyarakat pencemaran bersumber sakit. dari untuk dari lingkungan limbah melindungi bahaya yang rumah
limbah yang berupa benda cair, gas.Pengelolaan penyehatan limbah rumah sakit adalah bagian
Sebagaimana
termaktub
III-25
dalam
Undang-undang
No.
9
kekurangan protein, kekurangan vitamin Iodium. sebagian didapat A Di dan kekurangan Barat dengan yang Sumatera
tahun 1990 tentang Pokok-pokok Kesehatan, bahwa setiap warga berhak kesehatan tingginya. Untuk Kabupaten Provinsi Solok Sumatera Selatan memperoleh yang derajat setinggi-
besar
penyakit yang Ada
berhubungan gizi.
kekurangan
kekurangan kuantitas makanan saja (Marasmus), tapi seringkali juga disebabkan karena kurangnya kualitas (Kwashiorkor). Sebagian besar penyakit yang didapat berhubungan gizi dengan terutama kekurangan
Barat pada tahun 2010, RSUD merupakan penghasil limbah cair terbanyak, yaitu sebesar 1600 m/hari penghasil sedangkan limbah untuk padat
terbanyak RSUD M.Zein Painan yaitu sebesar 1059 m/hari. Manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk papan kelangsungan dan seluruh hidupnya. kebutuhan dari tetapi dan selalu Udara, air, makanan, sandang, manusia proses harus interaksi ini diambil Akan manusia tidak
terdapat pada anak-anak. Pengaruh terhadap lingkungan akan
kesehatan
memberikan pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif, karena didapat elemen yang menguntungkan hidup manusia seperti bahan makanan, sumber daya untuk baku untuk hayati yang diperlukan meningkatkan papan, pangan,
lingkungannya. lingkungannya mendapat
kesejahteraannya seperti bahan sandang, industri, mikroba dan
untung,
kadang-
kadang merugikan. Perilaku juga mengubah pola pola makanan penyakit
serangga yang berguna dan lainlainnya. Adapula elemen yang merugikan memberikan dan tanaman yang pengaruh beracun, akan negatif hewan
yang timbul di masyarakat. Gizi masyarakat yang sering menjadi topik pembicaraan adalah kekurangan karbohidrat,
seperti mikroba patogen, hewan
III-26
berbahaya secara fisik, vektor penyakit dan reservoir penyebab dan penyebar penyakit. Meningkatnya jumlah
sendiri. limbah harus telah
Tempat dari mengikuti
pembuangan sakit pun yang Untuk yang yang yang dari yang standar
rumah
ditentukan. limbah lainnya insinerator suhu lebih Celsius,
rumah sakit guna meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat akan limbah meningkatkan medis yang harus timbulan kualitas
penanganan berbahaya diharuskan memerlukan menggunakan 1.200 derajat dilengkapi yang
infeksius dan limbah rumah sakit diinsenerasi,
eflluennya agar manusia infeksius bakteri, radioaktif.
diperhatikan
pengelolaannya sebelum dibuang tidak membahayakan lingkungan. mengandung dan bahan maupun karena virus
dengan dari
pengisap hasil
Limbah medis tergolong limbah
pencemar atau gas berbahaya muncul pembakaran. Untuk memudahkan
Pengelolaan limbah rumah sakit sangat diperlukan, terutama mekanisme agar buangan dari rumah sakit tak berdampak bagi para pekerja Rumah sakit dan lingkungan sekitarnya. Dalam pengelolaan limbah rumah sakit perlu ditangani sesuai dengan kategorinya. Penanganan limbah medis khusus, Daur memerlukan tidak ulang bisa sebisa pada bergantung perlakuan dibuang mungkin setiap pada
pengenalan berbagai jenis limbah yang akan dibuang, digunakan pemisahan dengan kantongkantong yang spesifik (biasanya dengan warna yang berbeda atau dengan Kontainer baik pemberian pengangkut label. limbah Bila
rumah sakit harus ditutup dengan sebelum diangkut. digunakan kantong dan terlebih dahulu harus masuk autoclave, maka kantong-kantong itu harus bisa ditembus oleh uap sehingga sterilisasi sempurna. dapat berlangsung dan Mobilitas
langsung ke tempat sampah . diterapkan kesempatan,
potensi daur ulang limbah itu
transportasi limbah baik internal
III-27
maupun
eksternal dari dari
hendaknya sistem institusi
Dalam
arti
sempit,
dipertimbangkan sebagai bagian menyeluruh pengelolaaan tersebut. Pengelolaan limbah rumah sakit sebaiknya memiliki prosedur sebagai berikut:
pertanian dapat diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu terutama yang bersifat semusim, dengan demikian kehutanan, dan perkebunan. Pertanian masyarakat, memerlukan masih sebagai pertanian penunjang kehidupan berjuta-juta sektor pertumbuhan yang termasuk ke dalam usaha pertanian adalah peternakan, perikanan, tanaman hortikultura
a. Pemisahan limbah; b. Penyimpanan limbah; c. Penanganan limbah; d. Pengangkutan limbah; e. Pembuangan limbah.3.3.2. Sektor merupakan terhadap Dampak kesehatan sumber perubahan yang selain tekanan kualitas
ekonomi yang kukuh dan pesat. Sektor ini juga perlu menjadi salah dalam satu komponen dan utama strategi lampau, program
Ditimbulkan
pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. yang baik Dimasa dan pertanian telah mencapai hasil memberikan dalam lapangan kontribusi dalam penting
lingkungan akibat adanya limbah padat, limbah cair dan limbah B-3 yang dihasilkannya, juga akan mengakibatkan akan dampak yang menurunkan kualitas
pertumbuhan ekonomi termasuk menciptakan dan pekerjaan pengurangan
lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari jenis penyakit utama yang ditemui pada penduduk Sumatera Barat yaitu penyakit ISPA, penyakit kulit dan penyakit diare.
kemiskinan secara drastis. Secara signifikan, sektor pertanian masih menjadi penyumbang utama struktur tenaga kerja di Indonesia
3.4 Pertanian
yakni sekitar 42,76 persen (BPS 2009). III-28
Permasalahan
lingkungan
dalam pertanian, karena tanpa keberpihakan yang akan akan beralih ke semakin sektorbanyak tenaga kerja dan lahan sektor lain yang insentifnya lebih menarik. 3.4.1 Sumber Tekanan
yang menyangkut kepada sektor pertanian di Provinsi Sumatera Barat adalah:
1.
Terjdinya
konversi
lahan
pertanian utama kepada sektor - sektor lain seperti sektor industri, sektor perumahan, sektor pertambangan dan lain sebagainya; 2. Peningkatan jerami akan setelah sangat pembakaran panen yang berpengaruh
a. LuasLahan Luas Provinsi
Lahan,
Produksi
Pertanian dan Perubahan lahan pertanian Barat di
Sumatera
pada
terhadap pemanasan global. Pada saat ini, hal utama yang harus dilakukankan sektor sarana pertanian, membuka bagi dalam pertanian, pendukung pembukaan lapangan sektor peningkatan berbagai sektor dapat
tahun 2010 adalah 3.441.201, 94 ha, di mana masing-masingnya terdiri dari luas sawah sebesar 233235.70 ha, luas lahan kering 862891.71 dan luas ha, sektor luas sektor perkebunan adalah 591543.58 ha kehutanan sebesar 1753530.95 ha. Kondisi lahan di Provinsi Sumatera saja. Hal Barat ini tidak akan hanya sangat kepada terfokus kepada lahan pertanian berpengaruh
perlunya melakukan revitalisasi
lahan baru sebagai tempat yang pekerjaan baru bagi masyarakat. Keberpihakan pertanian, seperti ketersediaan bagi perlu kinerjanya. untuk tetap
pupuk dan sumber daya yang memberikan petani dalam kontribusi meningkatkan
ketersediaan lahan pertanian itu sendiri. Jumlah lahan yang sangat terbatas akibat berbagai macam kegiatan seperti alih fungsi lahan pertanian dan lain menjadi sebagainya, industri, dapat III-29 adanya kawasan hutan lindung
produktivitasnya, dioptimalkan bagi petani
Keberpihakan ini adalah insentif mempertahankan usahanya
berakibat
kepada
penurunan
terdapat 51.192 ha, mengalami penurunan sehingga pada menjadi tahun 27.096 2010 ha.
produktivitas pertanian. Pada gambar 3.5. dapat dilihat perubahan di luas lahan lima Provinsi 2009 pertanian Sumatera luas lahan terbesar Barat tahun
Sedangkan perubahan luas lahan pertanian yang tidak terlalu tinggi terdapat di Kota Bukittinggi dimana pada tahun 2009 luas lahan pertanian sebesar 632 ha dan hanya mengalami pada tahun sedikit 2010 penurunan
kabupaten/kota
hingga tahun 2010. Perubahan tertinggi terdapat pada Kabupaten Agam dimana pada tahun 2009 lahan pertanian
sehingga menjadi 400,5 ha.
Gambar 3.5. Perubahan Luas lahan Pertanian Terbesar 5 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009 dan 2010
Sumber : Olahan Tabel SE 9 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
b. Produksi Tanaman Perkebunan Produksi Palawija
Sawah dan di
Mentawai. Sumatera
Tanaman Barat
palawija jenis
yang paling banyak dihasilkan di adalah jagung, kemudian kacang tanah dan ubi jalar. Produksi jagung terbanyak terdapat di Kabupaten Pasaman Barat yaitu 247.949 ton, produksi kacang tanah terbesar terdapat di Kabupaten Limapuluh Kota sebesar 30.015 ton, III-30
pertanian
Sumatera Barat pada tahun 2010 berkisar dari 1.3 - 6.6 per hektar. Produksi padi terbesar dihasilkan oleh Kabupaten Pasaman Barat sedangkan produksi padi terkecil dihasilkan oleh Kabupaten Kep.
sedangkan
ubi
jalar
terbesar
setiap jenis tanaman, disatu sisi dapat meningkatkan hasil produksi pertanian, di sisi lain apabila menggunakan pupuk anorganik secara berlebihan akan menyebabkan pencemaran, baik pencemaran pencemaran tanah udara. maupun Pemakaian
dihasilkan oleh Kabupaten Agam yaitu 23.869 ton. Hasil produksi perkebunan rakyat terluas berasal dari jenis perkebunan kelapa sawit yaitu 350.601 ton, kemudian perkebunan karet yakni 101.566 ton serta produksi kakao sebesar 30.354 ton. perkebunan adalah jenis Adapun produksi besar terbanyak sawit kelapa
pupuk terbesar yang berasal dari pupuk an-organik untuk produksi pertanian pada tahun 2010 di Provinsi Sumatera Barat adalah jenis pupuk SP 36 yaitu sebesar 7.540.928,90 ton (tabel 3.11), selanjutnya adalah jenis pupuk KCl sebesar 3.739.258,20 ton. Akan tetapi, pemakaian pupuk tertinggi pupuk terdapat ton, bahwa pada hal jenis jumlah ini organik dengan
sebanyak 444.850 ton. c. Penggunaan Pupuk Peningkatan pertanian peran tidak pupuk, produktivitas terlepas dimana dari pupuk
tersebut ada yang berasal dari pupuk organik dan pupuk anorganik. Berbagai macam jenis pupuk yang diberikan kepada
37.397.347 menunjukkan
Sumatera
Barat sudah menggunakan pupuk yang ramah lingkungan.
III-31
Tabel 3.11 Jumlah Total Pemakaian Pupuk menurut Jenis di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010No. 1 2 3 4 5 6 Jenis Pupuk UREA SP 36 ZA NPK ORGANIK KCL Total Pemakaian (Ton) 189.689,62 7.540.928,90 11.488,22 12.978,75 37.397.347 3.739.258,20
Sumber : Olahan Tabel SE 8 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
d. Produksi Peternakan Produksi peternakan jenis unggas terbesar adalah jenis ayam, baik ayam petelur maupun ayam pedaging. Kabupaten yang memiliki produksi terbesar adalah Kabupaten Limapuluh Kota yakni lebih dari 5 juta/tahun. Produksi peternakan besar yang paling sawah banyak adalah jenis sapi potong yaitu 498.933 ekor, sedangkan jumlah paling sedikit adalah jenis ternak sapi perah yakni sebanyak 826 ekor. sapi Kabupaten/Kota potong adalah Selatan, Pariaman, Datar dan Pesisir Padang Tanah penghasil Kabupaten Kabupaten Kabupaten
Dalam hal ini yang menjadi penyumbang pertanian lingkungan kontribusi metan dan utama terhadap adalah dalam pemakaian kegiatan media adanya gas pupuk
bentuk
yang dihasilkan oleh lahan sawah dan kegiatan peternakan. Emisi berasal dari pada gas metan tahun yang lahan 2009 kegiatan
berjumlah 108.844,93 ton/tahun, mengalami peningkatan di tahun 2010 sehingga ton/tahun. menjadi Dengan 303.206,41
demikian emisi gas metan dari tahun 2009 sampai tahun 2010 meningkat sebesar 194.361,48 ton/tahun. Tahun 2010 penghasil emisi gas metan paling tinggi
Kabupaten Solok.
e. PerkiraanPertanian
Emisi
Gas
terdapat di Kota Padang yaitu sebesar 77.3110 ton/tahun.
Metan dan CO2 dari Sektor
III-32
Sedangkan penghasil gas metan paling rendah terdapat di Kota
Sawahlunto yakni sebesar 3.27 ton/tahun.
Tabel 3.9 Perbandingan Emisi Gas Metan (CH4) dari Lahan Sawah Tahun 2009 dan 2010No. I 1 2 3 4 5 6 7 II 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Kabupaten/Kota KOTA Padang Bukittinggi Padang Panjang Payakumbuh Sawahlunto Pariaman Solok KABUPATEN Agam LimapuluhKota Padang Pariaman Pasaman Pesisir Selatan Sijunjung Solok Tanah Datar Dharmasraya Pasaman Barat Solok Selatan Kep. Mentawai Total Emisi CH4 (Ton/Tahun) 2009 2010 15.7248 821.6 20.553 7.6570 3.2721 4.3550 3.9078 66.5496 53.9968 61.4367 54.541 65.5122 24.7182 69.7645 50.1462 12.5216 33.2553 27.5262 4.368 108.844,93 77.3110 520.65 26.5044 2.076705 3.2721 431.080 3.4109 35.225 53.9968 31.28320 10.70784 38.2330 16.2604 62.6613 50.1462 12.5216 63.4258 7.036 4.368 303.206,41
Sumber : Tabel SP 6 Buku Data SLHD Sumatera Barat,2009 2010
Dari kegiatan peternakan, emisi gas metan yang dihasilkan tertinggi berasal pada dari tahun 2010 Kabupaten
berasal dari Kota Solok yakni sebesar 5.028,97 ton/tahun.
Limapuluh Kota dengan jumlah 331.155,71 ton/tahun, sedangkan penghasil gas metan terendah
III-33
Emisi dibandingkan mengalami sangat dibandingkan 2009,
gas
metan
yang lahan yang apabila tahun 6.38
dihasilkan dari sektor peternakan dengan peningkatan tinggi dengan sebesar hanya sawah pada tahun 2010 tidak
ton/tahun.
III-34
Tabel 3.10 Perbandingan Emisi Gas Metan (CH4) dari Peternakan Tahun 2009 dan 2010No. I 1 2 3 4 5 6 7 II 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Kabupaten/Kota Kota Padang Bukittinggi Padang Panjang Payakumbuh Sawahlunto Pariaman Solok Kabupaten Agam LimapuluhKota Padang Pariaman Pasaman Pesisir Selatan Sijunjung Solok Tanah Datar Dharmasraya Pasaman Barat Solok Selatan Kep. Mentawai Total Emisi CH4 (Ton/Tahun) 2009 2010 345.61203 3.22897 13.14502 120.45569 20.61109 47.21239 8.34856 88.29399 265.05028 220.81311 29.36939 180.55137 38.15849 85.97449 138.39058 50.25841 39.24997 37.36984 3.43224 1735.53 127.46349 7.53951 11.84282 53.21902 175.25328 10.71891 5.02897 84.78887 331.15571 257.63841 16.24464 175.58808 59.85813 80.98425 134.89938 54.08799 25.127432 29.873 87.83884 1729.15
Sumber : Tabel SP 7 Buku Data SLHD Sumatera Barat,2009 2010
Gambar 3.6. Perbantingan Emisi Gas Metas (CH4) dari Lahan Sawah dan Peternakan
Sumber : Olahan Tabel SP 6 dan SP 7 Buku SLHD Sumatera Barat, 2010
3.4.2
Dampak
yang
industri industri).
rumah Dari
tangga data
(home yang
Ditimbulkan Dampak pencemaran Pencemaran disebabkan pencemaran oleh air air oleh udara dari dan sektor udara. terutama penggunaan disebabkan pupuk dan
diperoleh, terdapat lebih kurang 184 jenis usaha/industri kecil di Sumatera Barat yang jenisnya bervariasi seperti industri roti, industri makanan sebagainya. Tekanan lingkungan terhadap yang berasal dari terhadap udara industri industri perabot, kecil dan industri lain
pertanian adalah dapat terjadinya
pupuk dan pestisida, sedangkan penggunaan
buangan kotoran ternak. Sektor menerima pengurangan pertanian dampak lahan juga berupa pertanian
sektor ini terutama adalah: 1. Pencemaran yang berbagai kecil; akibat adanya emisi gas buang dihasilkan kegiatan semen, pengolahan sawit dan
terutama sawah akibat alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun.
3.5 IndustriIndustri Sumatera besar, di Barat dan Provinsi dapat kecil.
2. Peningkatan limbah cair akibat perkembangan belum limbah dipenuhi cair industri baku terutama industri dan mutu dari di
dikelompokkan menjadi industri menengah Terdapat lebih kurang 40 buah industri yang tergolong industri menengah industri hingga dan besar, dengan makanan (PT. berbagai jenis industri, mulai dari pengolahan industri semen
industri kecil Kemampuan Provinsi signifikan. memasarkan mengembangkan memang produk dengan perlu sudah semen Semen produk teruji, yang Padang kerja Sumatera Selain Barat terus dan yang seperti dikenal juga, sama
mengalami perkembangan yang
Semen Padang). Industri di Sumatera Barat didominasi bahkan oleh industri kecil, sebagiannya bersifat
membangun
yang besar. hasil,
lebih Dalam untuk
luas hal Pulau
untuk 3.5.1. Sumber Tekanan a. Jenis Produksi Skala Kecil dan Menengah Pada tabel 3.12 dapat dilihat beberapa industri usaha menengah dan besar di Sumatera Barat. Terdapat beberapa industri minyak kapasitas yaitu sawit yang memiliki terpasang ton/tahun, produksi 450.000 Agro produksi 180.000 138.000 karet produksi 480.000 kapasitas sebesar PT. kapasitas sebesar sebesar Produksi
pengembangan hasil yang lebih pemasaran Sumatera
industri semen yang dihasilkan Semen Padang hendaknya dapat menjadi pemimpin pasar. Begitu juga dengan jenis kegiatan industri menengah lainnya yang bergerak di sektor kelapa sawit. Dengan yang pengembangan lebih maksimal, diharapkan pasar untuk ekonomi hasil dan dapat
tertinggi yakni PT. Bina Pratama sedangkan senyatanya ton/tahun. mempunyai terpasang senyatanya ton/tahun.
didukung kemampuan ekspansi pemasaran, menguasai Upaya penguatan Sumatera. melakukan domestik
Minang
bisa juga diartikan secara lebih sempit di sektor ini dengan lebih banyak memberikan kesempatan kerja dengan lebih pada banyak industri dan strategis yang beragam lebih pesanan-pesanan
ton/tahun dan kapasitas produksi
terpasang terbesar adalah PT. Teluk Luas yakni sebesar 42.000 ton/tahun produksi sedangkan senyatanya kapasitas hanya
sehingga memungkinkan industri strategis cepat. berkembang
sebesar 3.000 ton/tahun.
Tabel 3.12 Beberapa Industri/Kegiatan Usaha Menengah dan Besar Di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010No . Jenis Industri Kapasitas Produksi (Ton/Tahun) Terpasan Senyata g nya
Nama Industri
1 2 3 4 5 6 7 8 9
PT. Minang Agro PT. Tidar Kerinci Agung PT. Sumatera Barat Andalas Kencana PT. Selago Makmur Plantation PT. Bina Pratama PT. Incasi RayaPangian POM PT. Lembah Karet PT. Teluk Luas PT. Semen Padang
Minyak Sawit Minyak Sawit Minyak Sawit Minyak Sawit Minyak Sawit Minyak Sawit Karet Karet Semen
180.000 450.000 360.000 480.000 480.000 300.000 32.000 42.000 5.240.000
138.000 330.000 330.000 432.000 450.000 289.740 36.000 3.000
Sumber
: Tabel SE 12 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
Jenis usaha kecil
industri/kegiatan yang terdapat di
usaha perabot, industri makanan kecil, industri roti, industri air minum isi ulang, industri tahu dan tempe serta industri bubuk kopi. akan Setiap kegiatan tersebut memberikan sumbangan
Provinsi Sumatera Barat sangat bervariasi serta memiliki jumlah yang sangat banyak. Dari sekian banyak jenis industri kecil tersebut, ada beberapa kegiatan industri yang dianggap mewakili dari jenis kegiatan di industri bidang lainnya, dimana industri-industri tersebut bergerak
limbah kepada media lingkungan, ada yang memberikan kontribusi sangat tinggi dan ada juga yang sedikit limbah. memberikan kontribusi
Tabel 3.13 Beberapa Industri/Kegiatan Usaha Skala Kecil Di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010No . 1 2 3 4 5 Jenis Industri Perabot Bata Roti Kerupuk Tempe Kapasitas Terpasan g 30.190 34.282.20 0 1.852.568 1.038.036 7.842.380 Produksi Senyatan ya 22.968 26.394.00 0 1.477.852 788.920 6.176.600
Nama Industri Furnitur dari Kayu Batubata dari Tanah Liat/Keramik Industri Roti dan Sejenisnya Industri Kerupuk dan Sejenisnya Industri Tempe
6 7 8 9 10 11 12
Industri Tahu Kedelai Bubuk Kopi Matahari Fitri Sarima Dasnir Dt. Mandaro Aneke Kue Puja Rendang Raka Toya Air Minum Isi Ulang Mutiara
Tahu Bubuk Kopi Perabot dan Profil Perabot, Profil, Lembar Zering Dagang Kue Rendang Air Minum Isi Ulang
399.313 1.0350.00 0 39.600.00 0 5.765.000 4.960.000 10.000
307.164 1.200.000 24.300.00 0 39.600.00 0 8.000.000 6.000.000 3.225.000
Sumber : Tabel SE 13 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
b. Beban Pencemaran dari Industri Skala Kecil dan
skala menengah dan besar di Provinsi Sumatera Barat. Baku mutu kualitas limbah cair untuk pH adalah 6-7. Perusahaan yang memiliki pH paling tinggi apabila dibandingkan dengan baku mutu adalah PT. Mutiara Agam di Agam yakni sebesar 8,76 yang bergerak di bidang produksi minyak sawit, sedangkan yang memiliki yang mutu hampir adalah mendekati PT. Incasi pH baku Raya
Menengah Kegiatan industri biasanya diikuti limbah oleh yang berbagai dihasilkan macam akibat
dari aktivitas industri tersebut. Dalam rangka mengurangi resiko limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri, setiap usaha atau kegiatan industri diwajibkan untuk selalu melakukan pengujian kualitas limbah cair. Pada tabei 3.14 dapat diketahui kualitas limbah cair dari industri
Edible Oils Padang yakni sebesar 7,25 yang bergerak di bidang produksi minyak goreng.
Tabel 3.14 Kualitas Limbah Cair dari Industri Skala Menengah dan BesarNo Jenis Industri Kualitas Limbah Cair (Mg/l)
. 1 2 3 4 5 Minyak Sawit (PT. Minang Agro di Kab. Agam) Minyak Sawit (PT. Agrowiratama di Kab. Pasaman Barat) Karet (PT. Teluk Luas) Minyak Sawit (PT. Tidar Kerinci Agung di Solsel) Minuman Ringan (PT. Coca Cola Bottling Indonesia di Pdg Pariaman) Minyak Goremg (PT. Incasi Raya Edible Oils Padang) Minyak Sawit (PT. Mutiara Agam di Agam) Minyak Sawit (PT. Bakrie Pasaman Plantations di Kab. Pasaman Barat) Minyak Sawit (PT. Sumatera Barat Andalas Kencana di Kab. Dharmasraya) Minyak Sawit (PT. Incasi Raya Pangean di Dharmasraya) Minyak Sawit (PT. Selago Makmur Plantation) Minyak Sawit (PT. Bina Pratama Sakato Jaya) Minyak Sawit (PT. Incasi Raya Sodetan POM) Minyak Sawit (PT. Pasaman Marama Sejahtera di Pasaman Barat) Semen (PT. Semen Padang di Padang) Minyak Sawit (PT. Bakrie Pasaman
BOD 56,07 96,53 2,43 41,58 10,78
COD 238,1 3 306,7 5 5,33 191,6 7 8,23
TSS 195,00 23,25 15,67 76,00 4,57
Minya k& Lemak 18,75 13,25 16,67 -
Total Nitrog en 29,920 72,263 2,734 21,67 -
pH 8,49 7,58 7,88 -
6 7 8
0,75 22,18 1331,6 7 290,05
4,33 69,33 -
1,40 92,00 5.833, 33 -
3,00 51,20 816,67
33,000 -
7,25 8,76 7.84
9
3,60
49,00
-
8,09
10 11 12 13 14
196,89 119,27 90,16 147,23 157,42
786,0 0 565,0 0 671,0 0 759,0 0 783,0 0 4,33 3.852 ,4
461,00 -
71,00 18,00 19,00 43,00 23,00
4.368 -
8.24 7,93 8,04 8,70 8,40
15 16
0,75 918,91
9,00 5.833, 33
30,60
-
8,54 7,71
17 18
Plantation di Pasaman Barat) Karet (PT. Abaisiat Raya di Padang) Minuman Ringan (PT. Bumi Sarimas Indonesia di Kab. Padang Pariaman)
20,16 3,33
56,67 20,80
72,83 15,20
6,20
17,428 -
7,85 7,62
Sumber : Olahan Tabel SP 9 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
Pada terdapat Barat di
beberapa Provinsi
industri Sumatera beban
Selatan, memiliki paling cair
sedangkan beban rendah tersebut BOD, adalah
yang industri
skala menengah dan besar yang memiliki
pencemaran
penyamakan kulit. Beban limbah berdasarkan COD, TSS, dan Nitrogen parameter Total.
pencemaran limbah cair paling tinggi (Tabel 3.15) berasal dari jenis industri minyak sawit yaitu PT. Tidar Kerinci Agung di Solok
Minyak/Lemak
Tabel 3.15 Perkiraan Beban Pencemaran Limbah Cair dari Industri Skala Menengah dan BesarNo . 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Beban Limbah Cair (Ton/Tahun) Minya Nitrog BOD COD TSS k/ en Lemak Total 3.877, 92 37,16 31,58 22,23 16,94 11,32 8,90 12,40 3,64 17.87 5,60 130,7 7 68,33 271,2 1 110,3 8 58,45 42,68 116,8 9 0 7.088, 06 0,00 4,84 20,18 29,85 40,79 16,82 58,87 4,571 1.554, 40 6,52 18,50 9,25 11,14 6,94 2,94 24,81 2.020,9 1 0,00 6,28 15,79 12,61 5,08 16,49 0,43 0
Jenis Industri Minyak Sawit (PT. Tidar Kerinci Agung di Solok Selatan) PT.Pasaman Marama Sejahtera PT.Bakrie Pasaman Plantation PT.Agro Andalas Industri PT.Sari Buah Sawit PT.Perkebunan Nasional VI PT.Agro Wiratama PT.Sawita Industri Minuman
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Ringan Industri Pengolahan Kelapa Industri Obat Penyamakan Kulit Industri Ubi dan Makanan Santi Bersaudara Industri Ubi dan Kelurahan Bulakan Balai Kandi Industri Tahu Muaro Industri Tahu Urang Awak Rumah Makan Pergaluan Bengkel Sinar Pagi Bengkel Bayaga Motor Bengkel Riau service Rumah Makan Asia Baru
0,233 1,41 0 32 45 256 395 275 10 25 8 163
1,73 8,21 0 83 120 525 1.100 853 28 60 16 495
3,74 2,59 0 632 3.521 1.310 1.267 810 9.550 367 100 1.100
0 2,29 17.000
Sumber : Tabel SP 9 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
3.5.2.
Dampak
yang
industri
skala Air
menengah Limbah
jenis (IPAL)
Ditimbulkan Dampak yang ditimbulkan dari sektor industri limbah justru adalah cair memberi kontribusi bengkel, karena tidak pencemaran industri paling skala ini yang
manufaktur, mengingat Instalasi Pengolahan belum ada. Selain pencemaran limbah cair sektor industri juga memberikan kontribusi terhadap pencemaran udara.
sebagaimana ulasan di atas. Jenis banyak kecil seperti disebabkan rata-rata instalasi Kontribusi
pencemaran adalah jenis industri industri tahu dan makanan. Hal terjadi industri memiliki limbah. kecil
3.6 PertambanganSumatera melimpah Barat dari memiliki sektor sumber daya alam yang sangat selain pertanian, wisata alam/pariwisata dan industri perkebunan, sektor unggulan lainnya berupa berbagai bahan tambang seperti
pengolahan pencemaran
air juga berasal dari beberapa
bahan
galian
C,
batu
kapur,
3.6.1. Sumber Tekanan a. Produksi Pertambangan Pertambangan besar di Skala Besar dan Menengah Sumatera Barat dilakukan oleh berbagai perusahaan seperti PT. AIC Jaya, PT. Baramitra Kencana, CV. Karya Maju Sejati dan PT. Sinamarinda Selain Lintas batubara, Sumatera. jenis
marmer, pasir besi, emas dan perak. sektor
batubara, dapat
Tekanan dari
pertambangan
dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengingat
bahan-bahan
tambang sebagian ditemukan pada kawasan hutan lindung atau cagar alam, suaka alam, daerah resapan air dan daerah penyangga Sumatera 2019) langsung berupa hutan; 2. Banyaknya tambang rakyat (Sumber: Barat 2006 Dinas Provinsi dan Pertambangan
pertambangan galian Golongan C juga cukup banyak. Jenis lain adalah batu kapur, besi dan sirtukil. Total luas pertambangan di Sumatera Barat dikategorikan pada dikuasai pertambangan oleh investor yang seluas
RTRW Sumatera Barat 2004sehingga perubah alih secara fungsi memberi tekanan
91.828,7497 ha. b. Produksi Pertambangan Rakyat Total luas pertambangan rakyat adalah 4.904,0724 ha. Total luas ini tidak termasuk PETI yang tidak teridentifikasi. Jenis tambang/galian yang tersebar di Sumatera Barat berupa penambangan batu bara, emas, biji besi, timah hitam, batu silika, besi, tembaga, marmer, batu kapur, mangan, galian C, dan lain-lain.
dan masih adanya tambang illegal dimana reklamasi tidak dilakukan dengan baik akan memberi peningkatan kritis/kerusakan menurunnya kuantitas air kualitas sungai tekanan berupa lahan lahan, dan yang
lokasi tambang berada pada DAS dan DTA.
Tabel 3.16. Sebaran Jenis Bahan Galian di Kabupaten/KotaNo 1. Jenis Bahan Galian Batu Bara Kabupaten/Kota 1. Kota Sawahlunto 2. Kab. Tanah Datar 3. Kab. LimapuluhKota 4. Kab. Sijunjung 5. Kab. Pesisir Selatan 6. Kab. Dharmasraya 1. Kota Padang Panjang 2. Kota Padang 3. Kab. Agam 1. Kab. Pasaman 2. Kab. Solok Selatan 3. Kab. Tanah Datar 1. Kota Sawahlunto 2. Kab. Solok 3. Kab. Solok Selatan 1. Kab. Pasaman 2. Kab. LimapuluhKota 1. Kab. Sijunjung 2. Kab. Solok Selatan 3. Kab. Pasaman 1. Kab. Solok 2. Kab. Dharmasraya 3. Kab. Tanah Datar 4. Kab. Agam 5. Kab. Pesisir Selatan 1. Kota Padang 2. Kab. LimapuluhKota 1. Kota Padang Panjang 2. Kab. LimapuluhKota Kab. Solok Selatan Kota Padang Kab. Sijunjung Kab. Tanah Datar Kab. Padang Pariaman Kab. Agam
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Batu Kapur Bijih Besi Tembaga Timah Hitam Emas dan Emsa, dmp Sirtulik
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Galian C Batu Gamping Zinc dan galena Silika dan Clay, Batu Lempung Mangan Marmar Oksidian Dolomit
Sumber : Olahan Tabel SE 15 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
3.6.2.Dampak Ditimbulkan
yang
Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sumatera Barat sekitar 95% dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dalam Sumatera Sistem Bagian Interkoneksi Selatan dalam Pulau di
Dampak yang ditimbulkan dari sektor ini adalah kerusakan lahan sudah dan terasa pencemaran pada air terutama air sungai. Dampak ini Sungai Batanghari dimana telah terjadi pencemaran oleh air raksa (Hg).
(Sumbagsel) dan sisanya dipasok pembangkit-pembangkit sistem memasok terisolasi tenaga di
Mentawai. Dari 2 sistem yang listrik Provinsi Sumatera Barat yaitu: Sistem Mentawai berada dalam kondisi lainnya energi Sumatera sektor yang Barat kegiatan Saat Provinsi ini Siaga (Sistem rasio dan sistem
3.7 EnergiSumber digunakan diberbagai di
Sumbagsel) elektrifikasi Barat baru
berada dalam kondisi Defisit. Sumatera
masyarakat adalah listrik, solar, premuim, pertamax, LPG, briket, biomassa, minyak tanah, batu bara. Tekanan berkaitan dengan perkembangan enegi adalah:
mencapai 69,37% dan rasio desa berlistrik sebesar 100%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 6.017 permintaan atau sebesar 7,6 MVA dengan kondisi kapasitas Barat kelistrikan sebesar Sumatera MW, 500
1. Penurunan kualitas udara yangdisebabkan hasil pembakaran yang memakai enegi tersebut;
sementara kebutuhan 700 MW, produksi baru mencapai 450 MW. Berdasarkan hasil Sistem Kelistrikan Luar Jawa-Madura-Bali (Jamali) Tahun 2003 s.d 2010 yang disusun oleh Agus Nurrohim dan Erwin Siregar bahwa Wilayah Sumatera Barat dalam memenuhi
2. Kontribusi gas buang yangdiperkirakan mempangaruhi perubahan iklim. 3.7.1.Sumber Tekanan
a. Konsumsi Listrik
kebutuhan mendapat KILTUR jaringan 17 tahun
listriknya sendiri, listrik pasokan Sumbagsel interkoneksi. adanya
selain juga dari Oleh melalui
Panjang interkoneksi Riau. Barat dari
yang Kontribusi
merupakan Provinsi sistem produksi 2003
membangkitkan
dengan
pembangkit listrik di Sumatera terhadap 0,47% total listrik di Sumatera juga menurun pada tahun menjadi 0,05% pada tahun 2020. Meskipun kapasitas PLTD terus menurun, merupakan namun jenis PLTD pembangkit
karena itu, selama kurun waktu interkoneksi dengan jaringan transmisi KILTUR Sumbagsel wilayah diperkirakan pada produksi tahun mengakibatkan Sumatera menurun 2003 Barat sebesar dengan GWh kapasitas pembangkit listrik di
yang dominan di Sumatera Barat dengan kapasitas mencapai 96% terhadap total pembangkit atau sebesar 20 MW. Sisa pembangkit lainnya 2020. adalah PLTA dengan kapasitas per jenis sistem wilayah pada kapasitas 0,8 MW pada tahun Besarnya listrik pada di pembangkit pembangkit pembangkitan s.d. 2020 dapat
4,5% per tahun, dari 43,6 MW sebesar 72,82
menjadi 19,9 MW pada tahun 2020 dengan produksi sebesar 30,49 listrik GWh. yang Jenis pembangkit di dioperasikan
wilayah Sumatera Barat adalah PLTA Maninjau, PLTA Agam dan PLTA Singkarak. Di samping itu juga tenaga terdapat diesel dan beberapa PLTA Koto pembangkit listrik tenaga uap,
Sumatera Barat dari tahun 2003 dilihat gambar 3.7.
Gambar 3.7. Kapasitas Pembangkit Listrik per Jenis Pembangkit pada Sistem Pembangkitan di Wilayah Sumatera Barat dari Tahun 2003 s.d. 2020
Sumber : Sistem Kelistrikan Luar Jawa-Madura-Bali (Jamali) Tahun 2003 s.d 2010
Seiring pertumbuhan industri sektor 700 MW rumah
dengan penduduk, tangga serta
debit air maka kebutuhan listrik akan berkurang sehingga berdampak terhadap pemadam listrik secara bergilir. Mengingat begitu besarnya kebutuhan terhadap energi listrik maka jangka perlu dipikirkan berapa dalam besar panjang
permukiman, peluang usaha dan ekonomi sedangkan yang lainnya. produksi ada di
Kebutuhan listrik Sumatera Barat mapan baru mencapai 450 MW. Pembangkit Sumatera Barat pada umumnya berasal dari PLTA Maninjau, PLTA Agam Seiring sering dan terjadi PLTA Singkarak. alam yang pada fenomena
perkiraan dipenuhi
kebutuhan dengan
terhadap
pembangkit tenaga listrik perlu membangun pembangkit dan jaringan yang baru. Pembangkit ini bisa berupa tenaga sumber air, uap, diesel dan energi listrik lainnya.
umumnya
kondisi musim kemarau hanya mampu memproduksi 50% oleh karena itu butuh tambah daya 3,27 MW hingga 208, 11 MW untuk memenuhi kebutuhan yang ada saat ini ini. yang Dengan saat kondisi musim seperti kemarau pada
Permintaan listrik di perdesaan juga diperkirakan naik dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya aktivitas ekonomi. Program listrik masuk desa saat ini sudah mampu memenuhi listrik sebahagian kebutuhan
mempengaruhi
yang ada. Pemanfaatan teknologi tepat guna melalui program pembangkit listrik mikrohidro dan pembangkit listrik tenaga surya juga telah membantu suplai listrik perdesaan. Semenjak dibangun tahun 1980 PLTMH sampai dengan tahun 2007 telah beberapa (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) dan Pikohidro di Provinsi Sumatera Barat berdasarkan data Dinas Pertambangan Dan Energi
Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2008 terdapat 40 PLTMH Pikohidro yang dibangun pemerintah, masyarakat, tabel 3.17, dan 6 oleh dan
swadaya perusahaan, dapat
koperasi seperti ditunjukkan pada diterangkan bahwa 15 PLTMH yang masih beroperasi dengan baik, 2 dalam kondisi rusak, 5 daerah sudah dialiri listrik PLN sedangan PLTMH yang lain belum dapat diinformasikan kondisinya.
Tabel. 3.17. Jumlah dan Total Daya PLTMH di Sumatera Barat Tahun 2008Tahun Pembang unan 2000 2002 1985 1980 1995 1998 1997 1997 1995 2001 1987 1989 1990 1993 1997 1998 1996 2003 2003 Kapasitas Terpasang (KVA) 32,5 10 25 60 30 30 40 60 40 50 12 20 20 20 12 20 20 20 40 25 60 Jumlah Rumah Tangga Yang Dilayani 87 40
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Nama PLTMH PLTMH PLTMH PLTMH PLMTH PLTMH PLTMH PLTMH PLTMH PLTMH PLTMH PLTMH PLTMH PLTMH PLTMH PLTMH PLTMH PLTMH PLTMH PLTMH PLTMH PLTMH Sintuak Alhikmah Malalak Sungai Puar Sumpur Kudus Batu Balenong Nagalu Gadang Sungai Balarak Rantau Kimpalan Pandung Tebal Sigiran Liki Mudik Simpang Toboh Silayang Muara Air Silimpaung Simanau Batu Bajanjang Kinali Tandai
100 130 250
100 300
22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46.
PLTMH PLTMH PLTMH PLTMH Tigo PLTMH PLTMH
Paninjauan Sungai Balanak Sungai Abu Sanik Alahan Limau Puruik Wanareja
2004 1997 1995 2005 2005 2005 2005 2006 2006 1992 2006 2006 2006 2005 2006 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007
50 60 40 30 40 20 x 40 KW 20 x 40 kw 20 35 15 2 30 50 20 1 20 40 50 30 30 2 2 5 2 8 x 2 kw
100
PLTMH Air Manjulur PLTMH Sapan Saleh PLTMH Talaok PLTMH Sawah Angek PLTMH Kinali PLTMH Langgai PLTMH Simau PLTMH Tambang PLTMH Bancah PLTMH Kotonopan PLTMH Sumiso PLTMH Nenan PLTMH Kubang Gajah PLTMH Sungai Kabu Pikohidro Balik Gunung Pikohidro Ladung Batu Pikohidro Sariah Pikohidro Talago Pikohidro Sumpur Kudus
85 115 100 300 45 75 12 200 200 200 100 150 15 15 60 15 100
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2008
b. Konsumsi Bahan BakarPada pemakaian kendaraan tahun BBM dilihat dari dari 2010 sektor jumlah
BBM terbesar adalah bahan bakar solar sebesar 228.087 Kiloliter. Dalam mendukung ketersedian bahan bakar minyak di Sumatera Barat sejak tahun 1994 telah beroperasi Terminal Transit BBM Teluk Kabung suplai PT. dan Pertamina distribusi Tanker BBM di (persero) BBM
penjualan solar sebesar 25.461 Kiloliter, premium sebesar 45.103 Kiloliter tersebut kabupaten/kota di dan 125 Kiloliter dibeberapa Sumatera pertamax pada 91 SPBU yang
Region I dengan aktifitas pasokan melalui Kapal Terminal Transit Teluk
Barat, sektor industri pemakaian
Kabung sebagaimana tabel 3.18. Tabel. 3.18.
Aktifitas Pasokan BBM melalui Tanker di Terminal Transit BBM Teluk KabungNo 1. 2. 3. 4. 5. Jenis BBM Premuim Kerosine Solar MFO Jet A-1 Kapasitas (KL) 37.500 17.500 50.000 10.000 5.000 Frekuensi (Perbulan) 23 23 23 12 1
Sumber : Laporan Pemantauan Lingkungan PT. Pertamina Terminal Transit BMM Teluk Kabung Triwulan II Tahun 2010
Jumlah total rumah tangga dari 7 kabupaten/kota (Kab. Pesisir selatan, Kab. Agam, Kota. Padang panjang, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh, Kota Pariaman dan kota Padang) mengunakan bahan bakar LPG, Minyak Tanah, Briket dan Biomassa adalah 460.506 Kepala Keluarga . Jumlah pemakaian LPG sebesar 140.328, Minyak Tanah sebesar 381.544, Briket sebesar LPG 3.297 terbesar di dan pada Kab. Biomassa Pemakaian Kota . pemakaian sebesar Padang terendah 29.852. sedangkan
Pesisir
Selatan.
Pemakaian
minyak tanah terbesar di Kota Padang Panjang, terendah di Kab. Pesisir Selatan. Pemakaian briket hanya pada Kota Padang dan Kota Padang Panjang. Pemakaian bahan bakar biomassa hanya di Kota Bukittinggi, Kota Pariaman dan Kabupaten Agam. sebanyak 1.073.923. Gambaran 3.8. menjelaskan tentang pengunaan bahan bakar LPG, Minyak Tanah, Briket dan Biomassa di 7 kabupaten/kota dapat dilihat di bawah ini
Gambar 3.8 Konsumsi Bahan Bakar berdasarkan Jenis
Sumber : Olahan Tabel SE 16 s/d SE 19 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
Tabel. 3.19 Jumlah Rumah Tangga dan Penggunaan Bahan Bakar untuk MemasakN o. I 1 2 3 4 5 II 6 7 Jumlah RT Jenis Bahan Bakar Minya Biomas k Briket sa Tanah 116.68 6 175000 7686 3840 9044
Kecamatan KOTA Padang Padang Panjang Payakumbuh Bukittinggi Pariaman KABUPATEN Agam Pesisir Selatan
LPG
182.822 10087 25081 24833 15497
64.639 25200 15054 20593 1746
1497 1800 0 0 0
0 0 2278 0 4707
104.202 97.984
13.096 1.500, 00
68.238 1.050,0 0
0 0
22.867 0
Sumber
: Tabel SE-19 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
c. Perkiraan CO2Pemakaian minyak adalah bahan salah bakar satu
dengan baik akan menurunkan kualitas udara ambien dan merusak lapisan ozon. Dari data Buku SLHD Prov. Sumatera Barat Tahun 2010. Perkiraan emisi CO2
penyumbang emisi gas buang ke udara dan apabila tidak dikelola
dari 2010
konsumsi energi pengguna dengan berasal
menurut tahun sektor
tansportasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagaimana tabel 3.19.
sektor terbesar
pada dari
penumbang
Tabel. 3.20 Perkiraan Emisi CO2 dari Konsumsi Energi menurut Sektor Pengguna Tahun 2010No. I 1 2 3 II 4 5 6 IV 7 8 9 V 10 11 12 VI 13 14 15 VII 16 17 Sektor Pengguna Energi Kab. Pesisir Selatan Transportasi Industri Rumah Tangga Kab. Agam Transportasi Industri Rumah Tangga Kab. Padang Pariaman Transportasi Industri Rumah Tangga Kab. Sijunjung Transportasi Industri Rumah Tangga Kota Payakumbuh Transportasi Industri Rumah Tangga Kota Padang Transportasi Industri Konsumsi Energi (SBM) 1.139.691 6.224 26.897 7.785 206.931 643.255,40 2.321.729,20 82.423,34 2.400 894 2.189549,0 3,235756,0 Emisi CO2 (Ton/Tahun) 78.980.574.541 447.489.063 1.903.925 576.832.932 18.536.791.670 47.665,23 160.895,83 5.607.613.336,15 2.502 892 17073452,70
18 Rumah Tangga Sumber : Tabel SP 11 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
3.7.2.Dampak Ditimbulkan Selain pencemaran
yang udara
bagi lingkungan. Dampak yang ditimbulkannya keberadaan pembangkit dengan listrik
akibat pemakaian energi berupa bahan bakar minyak, pemakaian energi tenaga listrik juga dapat mengakibatkan dampak negatif
disebabkan oleh konstruksi DAM dan sistim pengembalian air ke DAS. Konstruksi masih DAM PLTA Maninjau meggunakan
disain
lama
yang terjadi
tidak migrasi
pertumbuhan pengembangan
ekonomi wilayah.
dan Jika
memungkinkan
ikan secara alami dari danau ke Sungai Batang Antokan ataupun sebaliknya. Konstruksi ini juga dipermasalahkan sebagai penyebab masyarakat akumulasi PLTA
dilihat dari aspek kepentingan publik, sistem transportasi yang meliputi transportasi darat, laut dan udara mengemban publik dalam fungsi skala pelayanan
limbah di Danau Maninjau. Berbeda Singkarak, berkaitan Danau dengan permasalahan dengan sistem ke
domestik maupun internasional. Pengembangan harus pengembangan berkelanjutan yaitu melihat jauh ke transportasi pada yang (sustainability), depan, didasarkan
lingkungan yang ditimbulkannya pengembalian air. Aliran alami air Singkarak mengalir Sungai Ombilin dan yang berada di DAS Agam Kuantan, dengan keberadaan PLTA maka sebanyak 70 m/detik air dari proses PLTA dialihkan ke sungai Batang Anai. Pengalihan ini diperkirakan akan memberikan ketersediaan tersebut. dampak air terhadap DAS pada
berdasarkan perencanaan jangka panjang yang komprehensif dan berwawasan lingkungan. 3.8.1. Sumber Tekanan a. Panjang Jalan menurut Sumatera jalan dimana Barat memiliki sepanjang tidak Kewenangan Nasional jalan
1.242,16 km pada tahun 2010, tersebut semuanya dalam kondisi baik, hal ini penting dinamika karena sebagai mendukung akan sangat sektor berpengaruh perdagangan. kelancaran akibat antara terhadap berbagai macam sektor, terutama utama yang Jalan merupakan salah satu akses dalam dapat hal usaha. Banyak sekali keuntungan diperoleh lancarnya transportasi,
3.8 TransportasiPengembangan transportasi menggerakkan pembangunan, transportasi katalisator berfungsi dalam sangat artinya dalam menunjang dan
lain
adalah
meningkatnya petani,
lalulintas di jalan raya. Populasi pergerakan yang dengan yang sangat begitu pola kendaraan besar angkutan pribadi ditambah umum tradisional, akibat bahan waktu bakar
pendapatan
meningkatnya tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Di lain hal, kerusakan menyebabkan besar. Jalan provinsi di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2010 sekitar 1.180, 55 km, kondisi jalan provinsi tidak jauh berbeda dengan kondisi jalan nasional. Jalan tersebut terbagi ke dalam berbagai jenis seperti jalan aspal, jalan hotmix, jalan beton, jalan berbatu, jalan kerikil serta jalan tanah. Pada bagaimana permintaan menimbulkan jumlah saat ini masalah memenuhi perjalanan arus transportasi yang terjadi adalah jalan timbulnya akan biaya
masih besar
menimbulkan biaya sosial yang tempuh yang terbuang percuma, pemborosan terlalu minyak, depresi kendaraan yang cepat, kecelakaan lalulintas, hilangnya opportunity cost, meningkatnya polusi udara, dan kebisingan. dimana umum tidak tetap Selain itu, kualitas pelayanan masih sangat rendah, kendaraan sebenarnya beroperasi sangat banyak yang layak
ekonomi dan biaya sosial yang
dioperasikan. karena
Dari segi lingkungan juga akan mengganggu polusi udara dari gas buang yang tidak memenuhi persyaratan.
yang semakin meningkat, tanpa kemacetan
Tabel. 3.21. Panjang Jalan Menurut Kewenangan di Sumatera Barat 2010No 1 2 3 4 Jalan Jalan Jalan Jalan Jenis Kewenangan Nasional Provinsi Kabupaten Kota Panjang Jalan (Km) 1.242.16 1.180.55 -
Sumber
: Tabel SE-20 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
Transportasi meningkatkan di yang perkotaan
merupakan tingkat maupun di antar sangat
adanya kendaraan siap
cadangan yang
lalulintas
salah satu faktor penting dalam perekonomian masyarakat, baik perdesaan. Ruas jalan perkotaan menghubungi sudah mulai kabupaten/kota dengan jalan
terbangkitkan dan mengisi
(reservoir of traffic) yang selalu menunggu setiap jengkal kapasitas ruang jalan yang diberikan oleh fasilitas baru tersebut dan dalam waktu singkat baru. Begitu juga dengan jalan di perdesaan, berfungsi jalan untuk tersebut memperlancar membuat kemacetan
tidak memadai, rasio kendaraan dirasakan tidak sebanding lagi, hal ini dapat dirasakan pada saat waktu harihari sibuk seperti di akhir pekan (weekend), pada saat hari libur serta pada saat libur lebaran. Fungsi utama jalan antar kota adalah lainnya. yang daerah. Dipandang dari sisi rasio jalan dengan lahan kota, perlu jaringan memang namun masih membangun sebagai Dengan penghubung adanya jalan dapat antara satu kota dengan kota memadai
hubungan antara desa dan kota. Tidak semua jalan di desa dalam kondisi kondisi kerikil. baik, jalan jalan Hal cukup yang tanah ini banyak hanya dan dapat
merupakan
memperlambat arus barang dari desa ke kota. Ketidak lancaran transportasi antara desa dan kota dapat berakibat kepada hasil dan produksi pertanian
memperlancar arus barang antar
pendapatan petani.
membangun jaringan jalan baru,
b. SaranaKendaraan Umum Sumatera sangat tersebar banyak di Barat
Terminal Penumpang memiliki yang
jalan kota di tengah-tengah kota bukan saja sangat mahal karena ketersediaan lahan yang terbatas dan mahalnya lahan, namun juga tidak akan masif menghilangkan oleh karena kemacetan
terminal
Kabupaten/Kota.
Berbagai macam tipe terminal
seperti tipe A, tipe B dan tipe C. Terminal tipe A dimiliki oleh Sumatera Barat terdapat di Kota Padang yaitu terminal Air Pacah yang mempunyai luas kawasan 25 ha. Terminal antar kota. Air Pacah bus bus merupakan angkutan angkutan terminal provinsi,
Provinsi
Sumatera
Barat
tergolong kepada tipe B seperti terminal yang terdapat di Kota Padang Panjang yaitu terminal Bukik Surungan yang mempunyai luas kota. 5.8 Kota ha. Terminal ini merupakan terminal bus antar Padang Panjang memiliki terminal tersendiri untuk terminal angkutan kotanya.
angkutan antar kota dan terminal Beberapa terminal lain yang terdapat di
Tabel. 3.22. Beberapa Terminal Penumpang Umum Di Provinsi Sumatera Barat 2010No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nama Terminal Simpang Gudang, Manggopoh Antokan Amur Lubuk Alung Sungai Geringging Sungai Sarik Padang Sago Padang Alai Terminal Kiliran Jao Terminal Angkot Kota Sawahlunto Surian Terminal Air Pacah Tipe Terminal C B C C C C C C B C C A Lokasi Lubuk Basung Lubuk Basung Sungai Puar Kec. Lubuk alung Kec. Sei. Geringging Kec. VII Koto Sei. Sarik Kec. Padang Sago Kec. V Koto Timur Kamang Baru Kel. Psr Remaja Kota Sawahlunto Pantai Cermin Air Pacah Kec, Koto Tangah , merupakan Terminal Kota Padang terdiri 498 unit pertokoan Limbanang Luas Kawasan (Ha) 1 1,5 1 0,25 0,40 0,20 0,20 0,20 2 0,25 1,25 25
13
Terminal bus
C
0,25
14 15 16 17
Terminal Angkutan Pedesaan Terminal Angkutan Pedesaan Bukit Surungan Simpang Empat
C C B B
Gadut Kt.Bangun Padang Panjang Barat Lk. Aua
0,04 0,20 5,8 3
Sumber : Tabel SE 21 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
c. Sarana Pelabuhan Laut, Sungai, Danau dan Udara Kondisi Barat sarana beragam yang strategis alam sangat sehingga transportasi dan lengkap sungai danau. Sumatera kaya dan yang dimana dan Sarana memiliki
pelabuhan penumpang.
laut
barang Pelabuhan
dan lain
adalah dermaga penyeberangan sungai batang atau pelabuhan sungai, yang mempunyai jenis kegiatan sebagai alat transportasi antar nagari. Danau di Sumatera Barat yang juga merupakan salah satu objek wisata dimana terdapat dermaga danau wisata yang berfungsi sebagai tempat penyeberangan. Satu lagi alat transportasi yang adalah telah yaitu dimiliki Sumatera udara Barat yang pelabuhan berstandar Bandara
terdapat sarana transportasi laut, transportasi transportasi
transportasi laut terdapat di Kota Padang yang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Barat yaitu pelabuhan Teluk Bayur dengan jenis kegiatan sebagai pelabuhan laut serta pelabuhan memiliki barang dan penumpang sebagai dan yang untuk pelabuhan pelabuhan berfungsi nasional pelabuhan laut
internasional Internasional (BIM) yang domestik ha. penerbangan
Minangkabau melayani internasional dengan luas
internasional. Kota Padang juga dikhususkan Teluk di Bungus hanya dan
dan
427.766
pelabuhan lokal yaitu Pelabuhan regional yaitu Pelabuhan Muara, mana kedua tersebut juga berfungsi sebagai
Pelabuhan udara khusus militer juga terdapat di Sumatera Barat yaitu pelabuhan udara Tabing yang dimiliki oleh TNI Angkatan Udara dengan luas 179 ha.
d. PerkiraanTransportasi Akatifitas dapat berdampak
Jumlah
dari
sarana di
transportasi Provinsi
yang
Limbah Padat dari Sarana transportasi negatif
terdapat
Sumatera
Barat pada tahun 2010. Disini yang menjadi limbah terminal adalah dan objek pengujian pada beberapa yang pelabuhan Ibukota
terhadap lingkungan. Salah satu dampak negatif tersebut adalah limbah padat (sampah) yang dihasilkan dari kendaraan umum di terminal. Terminal dapat dibagi kepada terminal angkutan beberapa seperti umum, kelompok terminal pelabuhan
terdapat di Kota Padang. yang merupakan padat volume Provinsi dari Sumatera Barat. Volume limbah tertinggi limbah berasal 12.55 terminal angkutan umum dengan M/hari, sedangkan untuk volume limbah terendah berasal dari pelabuhan sungai dan danau dimana hanya menghasilkan 0.23 M/hari limbah sebesar
sungai dan danau, pelabuhan laut dan pelabuhan udara. Tabel 3.23. dapat dilihat perkiraan jumlah limbah padat
Tabel. 3.23. Perkiraan Jumlah Limbah Padat dari Sarana Transportasi Provinsi Sumatera Barat 2010No . Jumlah Sarana Volume Limbah Padat (M/hari) 12,55 0.23 8 11 31,78
Sarana Transportasi Padang
1. 2. 3. 4.
Terminal Angkutan Umum Pelabuhan Sungai dan Danau Pelabuhan Laut Pelabuhan Udara Total
21 1 3 2 27
Sumber : Tabel SP 12 Buku Data SLHD Sumatera Barat, 2010
3.8.2
Dampak
yang
Dampak transportasi pencemaran
dari udara.
kegiatan adalah Sistem
Ditimbulkan
utamanya
pengaturan pencemaran Keberadaan padat yang pada tidak
transportasi di suatu
akan titik. yang dengan akan
kedepan adalah mewujudkan dan mengembangkannya sasaran dengan arah efektif secara ditandai jumlah efektif dan efisien. Pencapaian meningkatnya
mempengaruhi tingkat intensitas transportasi jam-jam diimbangi jalur maka
tertentu
kunjungan wisata dalam dan luar negeri dengan masa tinggal yang lebih lama. Namun semula, adalah demikian, maka berbasis khas sesuai dengan visi yang telah ditetapkan diinginkan kuliner pengembangan pariwisata yang budaya lokal, wisata bahari dan (wisata makanan Minangkabau). Untuk mewujudkan hal ini, langkah pertama perlu diciptakan adalah pemahaman masyarakat yang baik terhadap pengertian dan manfaat pariwisata (sadar wisata) lapisan tercipta dan dukungan yang positif dan penuh dari seluruh masyarakat kondisi yang sehingga kondusif
pembagian
menyebabkan pencemaran udara pada lokasi tersebut. Selain itu, peningkatan terutama kedepannya pembatasan jumlah motor tidak dan kendaraan apabila ada pengaturan
diperkirakan akan menimbulkan masalah keselamatan, ketertiban dan lingkungan. Salah limbah sarana padat transportasi satu dari adalah penyebab kegiatan kurangnya
prasarana ikut
pembuangan berkontribusi di
sampah. Disamping itu prilaku masyarakat keberadaan sampah
lingkungan terminal.
untuk pengembangan pariwisata
3.9 PariwisataSalah satu tujuan wisata utama nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Sumatera itu upaya Pusat yang adalah oleh akan Provinsi karena Barat,
tersebut. Selanjutnya, perlu pula diwujudkan budaya dan dikembangkan menarik budaya dan dan dan objek-objek wisata dan kegiatan yang berlandaskan dengan sarana
keindahan alam serta dilengkapi prasarana yang baik serta industri cendera
dilakukan dalam dua puluh tahun
mata wisata
yang yang sentra
berkualitas daya cukup wisata
untuk tarik besar, kuliner.
yang dilengkapi dengan fasilitas teknologi informasi tersedianya wisata Inggris yang dan tenaga fasih biro yang baik, pemandu berbahasa perjalanan
mengembangkan termasuk pada fasilitas
penunjang
berkembangnya
Sejalan dengan hal ini perlu pula diciptakan dan dikembangkan pusat-pusat informasi pariwisata
perusahaan
berkualitas dan profesional.
Gambar. 3.9 Kawasan Wisata Alam Lembah Anai dan Ngalau
Sumber : Bapedalda Prov. Sumatera Barat, 2010
3.9.1. Sumber Tekanan a. Lokasi, Sarana dan dan Jumlah Luas Prasarana, Pengunjung Kawasan Wisata Pembangunan kepariwisataan pengembangan pema