Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 1
BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN
KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam
fase menurun hingga tahun 2014. Namun, laju pertumbuhan akan berbalik
naik mulai pada tahun 2015. Hal tersebut terungkap dalam laporan Bank
Dunia tentang pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang se-Asia
Timur dan Pasifik per tanggal 7 Oktober 2013. Ekonomi di Tanah Air
diperkirakan akan tumbuh mencapai 5,8% pada tahun 2015, lebih tinggi bila
dibanding dengan tahun 2014 yang diprediksi akan tumbuh sebesar 5,3%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia ini masih di bawah China, Filipina,
Myanmar, dan Kamboja yang memiliki pertumbuhan masing-masing 7,5%,
6,8%, 6,9%, dan 7%, tetapi masih tumbuh di atas Malaysia dan Thailand yang
memiliki pertumbuhan 4,8% dan 5%.
Ekonomi Indonesia sejak tahun 2012, telah mengalami perlambatan. Ini
disebabkan oleh laju investasi yang melambat, harga komoditas global yang
melemah, dan pertumbuhan ekspor yang lebih rendah dari yang diharapkan.
Kondisi ini diproyeksikan masih akan berlanjut hingga tahun 2014.
Melambatnya kredit perbankan juga berpengaruh terhadap investasi di tahun
2014, kondisi ini juga mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi.
Ekonomi akan kembali agresif pada tahun 2015. Pertimbangannya
adalah pertumbuhan ekonomi global yang mulai naik, sehingga harga
komoditas kembali naik di pasar global. Kondisi ini mendongkrak kinerja
ekspor Indonesia, yang mayoritas ekspor didominasi oleh barang-barang
tambang dengan implikasi transaksi berjalan akan membaik.
Kemajuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi
kemiskinan ini sangat bergantung pada reformasi struktural. Indonesia perlu
iklim perdagangan dan investasi yang lebih terbuka dan kepastian peraturan
yang lebih baik. Di samping itu, investasi pemerintah pada sektor infrastruktur
menjadi sangat penting, termasuk membuat investasi publik lebih efisien
melalui pemilihan proyek yang lebih baik, pendanaan inovatif, dan
implementasi yang efektif.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 2
Kinerja perekonomian Jawa Timur (Jatim) pada tahun 2013 mencapai
6,55% (yoy), melambat dibanding 2012 (7,22%), namun tetap lebih tinggi dari
ekonomi nasional yang berada pada level 5,78%. Sebagaimana diinformasikan
pada tabel berikut, pertumbuhan ekonomi Jatim dalam kurun waktu 8 tahun
terakhir cenderung lebih tinggi dibandingkan nasional, kecuali pada tahun
2007 yang sedikit berada di bawah nasional. Jika diukur lebih lanjut, kinerja
perekonomian Jatim terus meningkat, sedangkan nasional mulai mengalami
perlambatan di tahun 2012.
Tabel 3.1.
Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Jawa Timur
Wilayah 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013**
Nasional 5,69 5,50 6,35 6,01 4,63 6,22 6,49 6,23 5,78
Jatim 5,84 5,80 6,11 6,16 5,01 6,68 7,22 7,27 6,55
Sumber : BPS Jawa Timur
Jika digambarkan dalam grafik, maka perbandingan pertumbuhan ekonomi
Nasional dan Jawa Timur selama 8 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :
Grafik 3.1
5.84 5.86.11 6.16
5.01
6.687.22 7.27
6.55
5.69 5.5
6.356.01
4.63
6.226.49
6.235.78
0
1
2
3
4
5
6
7
8
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013**
Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Jawa Timur
Jawa Timur
Nasional
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga, pemerintah dan kinerja
investasi swasta Jatim menjadi sumber pendorong pertumbuhan.
Meningkatnya konsumsi rumah tangga di tahun 2013 didorong perbaikan daya
beli masyarakat seiring bertambahnya kelompok usia produktif. Di sisi lain,
pertumbuhan belanja investasi pemerintah dan swasta pun meningkat di
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 3
tengah upaya percepatan pembangunan infrastruktur guna meningkatkan
minat investor luar dan dalam negeri, khususnya pada sektor industri
pengolahan. Namun, transaksi perdagangan Jawa Timur mengalami
penurunan akibat melambatnya ekspor impor dalam negeri, sedangkan luar
negeri relatif tumbuh membaik. Di sisi lain, minat investasi relatif membaik
dengan diselesaikannya beberapa proyek infrastruktur besar semisal Jalan Tol
Mojokerto – Kertosono, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pacitan, Sistem
Penyediaan Air Minum (SPA), Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa
(Rusunawa) serta Penyelesaian Tahap IV Jalan Lintas Selatan (JLS). Dengan
diresmikannya PLTU Pacitan menambah supply listrik di Jawa Timur sehingga
mendorong kondisi surplus energi yang berpotensi meningkatkan minat
investasi khususnya pembangunan pabrik Smelter di tahun 2014.
Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit perbankan pada kegiatan
konsumtif masih lebih rendah dibandingkan penyaluran kredit ke sektor
produktif. Hal ini searah dengan kebijakan Bank Indonesia yang menginginkan
adanya peningkatan kredit pada sektor produktif, sedangkan pertumbuhan
kredit konsumtif diharapkan melaju pada level stabil dengan tingkat prudential
yang lebih baik.
Dari sisi penawaran, perlambatan ekonomi disebabkan menurunnya
kinerja 3 (tiga) sektor utama. Menurunnya luas lahan dan pergeseran musim
tanam turut mempengaruhi tingkat produktivitas hasil tani sehingga pada
akhirnya menekan pertumbuhan sektor pertanian. Di sisi lain, belum
membaiknya transaksi ekspor impor luar negeri dan penurunan marjin dunia
usaha akibat kenaikan biaya produksi turut mempengaruhi perlambatan
sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Sementara itu inflasi Jatim terkoreksi pada akhir tahun 2013, yaitu
mencapai 7,59% (yoy) turun dibandingkan triwulan sebelumnya (7,78%) dan
lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (8,38%). Demikian pula secara
triwulanan, inflasi Jatim juga turun dari 3,72% (qtq) menjadi 0,73%. Walaupun
menurun, namun masih di atas sasaran inflasi nasional 4,5% + 1%, yang
disebabkan oleh peningkatan inflasi kelompok administered price (14,91%) dan
volatile foodss (12,76%). Sedangkan inflasi kelompok core inflation relatif stabil
sebesar 4,13%. Sumbangan inflasi terbesar masih diberikan oleh kelompok
administered price (2,68%), disusul kemudian oleh volatile foods (2,54%) dan
kelompok core inflation (2,38%). Pelaksanaan kebijakan pemerintah terkait
penyesuaian harga komoditas tertentu seperti Bahan Bakar Minyak, tarip
listrik, Upah Minimum Kota (UMK), cukai rokok dan bahan bakar rumah
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 4
tangga, dan fluktuasi produksi (termasuk di dalamnya kendala impor
hortikultura di awal tahun) merupakan penyebab utama tingginya inflasi pada
2 (dua) kelompok tersebut.
Secara historis, inflasi Jatim selalu sejalan dengan nasional dengan
tingkat inflasi yang relatif lebih tinggi. Namun pada tahun 2013, inflasi Jatim
berada pada level di bawah inflasi nasional dan di urutan kedua terendah
untuk kawasan Jawa. Realisasi inflasi di kawasan Jawa mulai dari yang
terendah yaitu DIY (7,32%), Jawa Timur (7,59%), Jawa Tengah (7,99%), Jawa
Barat (9,15%) dan tertinggi terjadi pada Provinsi Banten (9,65%).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur tahun 2013
tumbuh sebesar 6,55 persen dibandingkan dengan tahun 2012. Semua sektor
mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,06 persen, sedangkan terendah di
sektor pertanian sebesar 1,59 persen.
Besaran PDRB Jawa Timur tahun 2013 atas dasar harga berlaku sebesar
Rp. 1.136,33 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan tahun 2000
mencapai Rp. 419,43 triliun. Apabila jumlah penduduk pertengahan tahun
2013 sebanyak 38.363,2 ribu jiwa maka PDRB perkapita Jawa Timur atas
dasar harga berlaku mencapai Rp. 29,62 juta atau meningkat 12,74 persen
dibandingkan tahun 2012.
Struktur perekonomian Jawa Timur tahun 2013 masih didominasi 3
sektor utama yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan kontribusi
sebesar 31,33 persen, diikuti Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian
masing-masing sebesar 26,60 persen dan 14,91 persen.
Gambaran beberapa indikator kinerja utama provinsi Jawa Timur, dapat
disampaikan sebagai berikut:
Pertama, Kinerja Ekonomi yang diukur dengan indikator pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2013 mencatat
pertumbuhan sebesar 6,55% dan diatas nasional sebesar 5,78 %. Dari sisi
permintaan, pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh konsumsi rumah tangga
dan investasi (PMTB). Dari sisi penawaran, sektor Industri Pengolahan, sektor
Konstruksi, serta sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan sektor
pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim. Inflasi Jawa Timur tahun 2013
sebesar 7,59% atau berada di bawah inflasi nasional sebesar 8,38 %.
Di sepanjang tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan
tumbuh pada rentang 6,4% s.d 6,8% (yoy). Perkiraan pertumbuhan ekonomi
Jatim tahun 2014 ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 (6,2%, yoy).
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 5
Pertumbuhan ini diyakini masih yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya
di Pulau Jawa. Pada akhir tahun 2014, inflasi Jawa Timur diproyeksikan
berada di kisaran 4,84% - 5,34% atau kembali pada sasaran nasional yang
sebesar 4,5% + 1%.
Tahun 2014 ditargetkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur akan
menggeser kota Jakarta yang selama ini dikenal memiliki pertumbuhan
tertinggi di Indonesia. Saat ini pertumbuhan ekonomi di Jatim hanya memiliki
sedikit selisih angka dengan Jakarta. Adapun tiga provinsi penyumbang
terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia di Pulau Jawa yakni DKI Jakarta
sebesar 16,5 %, Jawa Timur sebesar 14,7 % dan Jawa Barat sebesar 14,3 %.
Tingginya sumbangsih dari Jakarta untuk rata-rata nasional, dikarenakan
jumlah penduduk Jawa Timur jauh lebih besar daripada Jakarta. Menurut
perhitungan standar internasional keputusan Menpan No. 9 tahun 2007,
indeks pengukuran kinerja ada 5, di antaranya pertumbuhan ekonomi,
pengurangan kemiskinan, pengurangan pengangguran, disparitas dan indeks
pembangunan manusia. Menurut indeks pengukuran kinerja, suatu wilayah
dinyatakan gagal jika kinerja tumbuh tetapi ada kemiskinan, tidak menyerap
tenaga kerja atau disperitas antar daerah masih tinggi. Mengenai disparitas,
hal ini dibuktikan dengan berkembangnya beberapa wilayah di antaranya
Banyuwangi, Jombang dan Malang. Perkembangan baru juga terjadi di Tuban,
Gresik, Lamongan dan Probolinggo. Dalam upaya mencapai target menggeser
posisi Jakarta pada 2013, Pemprov Jatim terus mengupayakan peningkatan
dari sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang menjadi prioritas.
Selama ini, sektor koperasi dan UMKM memegang peranan sangat penting
dalam pembangunan ekonomi dengan menyumbang sekitar 53,82% terhadap
PDRB Jawa Timur.
Kedua, Pembangunan Manusia yang diukur dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Peningkatan capaian kinerja pembangunan
manusia dari instrumen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencapai 71,62
dari tahun 2010 menjadi 72,18 tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2012
pada posisi 72,83 dan pada tahun 2013 mencapai 73,21 (angka sementara).
Ketiga, Penurunan Kemiskinan yang diukur dengan prosentase
penurunan penduduk miskin. Jumlah dan persentase penduduk miskin di
Jawa Timur pada periode 2009-2013 dari tahun ke tahun menurun. Jumlah
penduduk miskin nampak terjadi penurunan dari 16,68 % pada tahun 2009
turun menjadi 15,26 % pada tahun 2010. Kemudian pada tahun 2011 turun
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 6
menjadi 13,85% dan pada tahun 2012 menjadi 13,08 %. Sedangkan pada
tahun 2013 menurut angka sementara dari BPS adalah 12,73%.
Keempat, Penurunan Pengangguran yang diukur melalui Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa
Timur Agustus 2011 sebesar 4,16 persen mengalami penurunan yang cukup
lambat yaitu sebesar 0,04 persen point/angka hingga keadaan Agustus 2012
menjadi 4,12 persen. Sedangkan pada tahun 2013 menurut angka sementara
dari BPS adalah 4,33%.
Kelima, Indeks GINI Jawa Timur pada tahun 2009 mencapai 0.33, tahun
2010 mencapai 0.34, tahun 2011 mencapai 0.37, tahun 2012 mencapai 0.36
dan pada tahun 2013 mencapai 0.36 (angka sementara).
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 7
Tabel 3.2 Indikator Kinerja Utama Provinsi Jawa Timur
Tahun 2011 – 2015
No Indikator Kinerja
2011 2012 2013 Target
Target Capaian Target Capaian Target Capaian 2014 2015
1 Pertumbuhan
Ekonomi (%/th) 5.00-5.50 7.22 5.00-5.50 7.27 5.50-6.00 6,55** 6.56-6.87 6,88–7,19
2 Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
5.80-6.00 4.16 5.60-5.80 4.16 5.40-5.50 4,33** 4.32-4.23 4.22-4.13
3 Indeks Pembangunan Manusia
69.50-70.10 72.18 69.90-70.10 72.83 70.10-70.50 73.21** 73.15-73.45 73,46-74,37
4 Angka Kemiskinan (%)
15.00-15.50 14.23 14.50-15.00 13.08 14.00-14.50 12,73** 12.72-12.22 12.21-11.73
5 Indeks GINI - 0.37 - 0.36 - 0.36 0.360 – 0.363 0.359 – 0.356
6 Indeks Pembangunan Gender
- 65.61 - 66.56 - 67.16 67,18 - 67,78 67,79 - 68,39
7 Kualitas air sungai :
- BOD
- COD
-
-
4.41
15.45
-
-
4.33
13.64
-
-
3.60
10.92
3,59 - 3,57
10,91 - 10,86
3,58 - 3,56
10,87 - 10,83
Sumber :
- BPS Prov Jatim
- Bappeda Prov Jatim (dan diolah)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 8
TABEL 3.3
EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2012 DAN 2013 SERTA TARGET 2014 DAN 2015 KABUPATEN PROBOLINGGO
INDIKATOR KINERJA SATUAN
REALISASI TARGET
2012 2013 2014 2015
1 Pertumbuhan Ekonomi % 6,55 6,58** 6,75 – 6,8 6,8 – 6,85
2 Indeks Pembangunan Manusia Indek 64,06 64,79** 64,5 – 65,0 65 – 66,5
3 Tingkat Pengangguran Terbuka % 1,98 3,32** 3,00 2,6
4 Prosentase Penduduk Miskin % 22,17 - 20,00 – 18,5 17
5 Nilai LPPD Tinggi s/d Rendah Sedang - Sedang Tinggi
6 Nilai Lakip AA - CC CC CC CC CC
7 Status Pengelolaan Keuangan WTP/WDP WDP - WTP WTP
8 Indeks Kepuasan Masyarakat A/B/C/D B - B B
9 APBD Tepat Waktu Tepat/Tidak Tepat Tepat Tepat Tepat
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 9
Bedasarkan tabel 3.3 diatas, secara makro kondisi Kabupaten
Probolinggo dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, target pertumbuhan ekonomi Kabupaten Probolinggo tahun
2012 sebesar 6,65% dan terealisasi sebesar 6,55%. Pada tahun 2012
pertumbuhan ekonomi tidak memenuhi target, hal ini disebabkan adanya
dampak pasca erupsi gunung Bromo dan anomali cuaca dan bencana alam.
Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi membaik, hal ini diwujudkan dengan
peningkatan capaian yaitu sebesar 6,58% (angka sementara), begitu pula
dengan target tahun 2014 Kabupaten Probolinggo optimis terdapat
peningkatan pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 6,75% - 6,8% dan pada
tahun 2015 direncanakan sebesar 6,8% - 6,85%.
Kedua, Kinerja Pembangunan Manusia yang diukur dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Pada Tahun 2012 target IPM Kabupaten
Probolinggo adalah sebesar 64 – 64,5, dan terealisasi sebesar 64,06. Pada
tahun 2012 target IPM telah tercapai, dan memenuhi harapan. Sedangkan
pada tahun 2013 target IPM diperkirakan sebesar 64,25 – 64,75 dan hasil yang
dicapai adalah 64,79 (angka sementara) yang berarti telah melewati target.
Pada tahun 2014 direncanakan sebesar 64,5 – 65,0 dan pada tahun 2015
direncanakan sebesar 65 – 66,5.
Ketiga, Jumlah penduduk miskin Kabupaten Probolinggo pada tahun
2012 sebesar 22,17%. Sedangkan tahun 2014 dan tahun 2015 berturut-turut
ditargetkan sebesar 20 – 18,5% dan 17%.
Keempat, Tingkat Pengangguran Terbuka pada tahun 2012 terealisasi
1,98% sedangkan pada tahun 2013 ditargetkan sebesar 3,1% akan tetapi
hanya tercapai 3,32% (angka sementara). Untuk tahun 2014 dan 2015 Tingkat
Pengangguran Terbuka ditargetkan sebesar 3,0 % dan 2,6 %.
3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2012 dan 2013
Untuk menjelaskan bagaimana gambaran perekonomian di kabupaten
Probolinggo pada kurun waktu dua tahun terakhir, maka dalam sub bab ini
akan dijelaskan mengenai pertumbuhan ekonomi dan perkembangan inflasi di
Kabupaten Probolinggo dengan Propinsi Jawa Timur.
Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan gambaran dari
aktifitas perekonomian masyarakat di daerah yang juga digunakan sebagai
salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Secara umum
pencapaian pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Probolinggo, baik yang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 10
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, dunia usaha maupun masyarakat luas
menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini antara lain tercermin dari
besarnya kontribusi Sektor pembangunan dalam peningkatan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK maupun Income Per Kapita pada tahun
2013, yang terutama ditunjang oleh 3 (tiga) sektor yaitu sektor pertanian
(31,25%), sektor industri pengolahan (18,17%), sektor perdagangan, hotel dan
restoran (26,18%) Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan gambaran
dari aktifitas perekonomian masyarakat di daerah yang juga digunakan sebagai
salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pembangunan.
3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Tahun 2014 dan 2015
Tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan perekonomian daerah
1. Globalisasi perekonomian
Globalisasi perekonomian menuntut pemerintah daerah untuk
meningkatkan efisiensi, daya saing serta meningkatkan kinerja
perdagangan. Berakhirnya era buruh murah dan kenaikan biaya energi
akan sangat mempengaruhi efisiensi dari sektor industri pengolahan.
Untuk mampu berkompetisi di level global, daya saing baik sektoral
maupun kewilayahan merupakan hal mutlak yang harus dipersiapkan.
2. Pengurangan Pengangguran
Pertumbuhan angkatan kerja baru akan menjadi tantangan kinerja
ekonomi. Dengan dominasi ekonomi di sektor konsumsi, kinerja ekonomi
kedepan diharapkan akan mampu didukung oleh pertumbuhan
pembentukan modal tetap bruto serta net ekspor yang signifikan untuk dapat
mengatasi pertumbuhan angkatan kerja. Oleh karena itu kinerja perbankan,
kinerja investasi, percepatan pembangunan infrastruktur merupakan
serangkaian faktor diharapkan sinergi untuk membangun ekonomi
Kabupaten Probolinggo.
3. Pengurangan Kemiskinan
Upaya secara kelembagaan, program dan berbagai sumber dana
telah dilakukan. Secara konseptual, diharapkan implementasi
pembangunan ekonomi dalam jangka panjang akan mampu menurunkan
kemiskinan. Kualitas pertumbuhan yang berdampak pada penciptaan
lapangan kerja dan pemerataan distribusi pendapatan diharapkan akan
mampu mengurangi kemiskinan.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 11
4. Pemantapan Pertumbuhan Ekonomi Yang Inklusif
Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas merupakan tujuan yang
hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi daerah. Hal ini merupakan
tantangan cukup berat mengingat, pertumbuhan ekonomi saat ini masih
digerakan oleh sektor konsumsi. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang bisa
mendorong dunia usaha untuk melakukan investasi pada sektor riil
terutama dengan memanfaatkan mekanisme pasar modal. Selain itu,
diperlukan suatu kebijakan pengembangan industri yang berorientasi kepada
industri yang berbahan baku lokal dan memiliki keterkaitan kedepan dan
kebelakang yang besar serta berbasis padat karya.
5. Penanganan Bencana Alam
Kejadian bencana alam memang tidak dapat diprediksi, namun bisa
juga diprediksi untuk kejadian tertentu dan kesemuanya dapat menimbulkan
dampak/resiko baik sosial maupun resiko ekonomi. Ini adalah tantangan
yang harus menjadi bagian penting dalam manajemen pembangunan
kedepan, baik dalam manajemen pencegahan (untuk bencana tertentu yang
diakibatkan oleh distorsi fungsi sumberdaya alam), manajemen
penanggulangan, manajemen resiko/dampak, maupun manajemen
pemulihan dari bencana
Pada tahun 2014 dan 2015, perekonomian daerah masih akan
menghadapi banyak tantangan. Perkembangan perekonomian global yang
cepat dan dinamis sangat mempengaruhi kondisi perekonomian nasional,
regional dan daerah. Fluktuasi harga komoditi utama dan krisis keuangan
yang memicu krisis ekonomi global telah memberikan tekanan pada
perekonomian daerah sehingga mengganggu pencapaian tingkat pertumbuhan
ekonomi sebagaimana yang direncanakan. Kenaikan harga kebutuhan pokok
masyarakat dapat mendorong peningkatan laju inflasi, yang tidak saja
membuat biaya produksi menjadi lebih mahal, tetapi juga diperkirakan akan
melemahkan daya beli masyarakat. Padahal, daya beli masyarakat merupakan
faktor dominan dalam menopang perekonomian. Dalam beberapa tahun ke
depan, pengaruh eksternal tersebut diperkirakan masih akan mewarnai
perjalanan pembangunan ekonomi Kabupaten Probolinggo.
Selain itu secara eksternal pada tahun 2015, Pemerintah Kabupaten
Probolinggo juga dihadapkan pada tantangan utama berupa kebijakan
Pemerintah Pusat, yaitu mendorong pertumbuhan perekonomian wilayah yang
berkeadilan dengan semangat pro poor, pro job dan pro growth serta tetap
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 12
memperhatikan upaya percepatan pencapaian Millenium Development Goals
(MDGs) dan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Kondisi ini
tentunya membawa konsekuensi terkait dengan adanya upaya-upaya
peningkatan efektivitas penanggulangan kemiskinan, penurunan tingkat
pengangguran terbuka, peningkatan pelayanan kepada masyarakat,
khususnya pelayanan dasar melalui peningkatan efektivitas tata kelola
penyelenggaraan pemerintahan serta peningkatan kualitas sumberdaya alam
dan lingkungan hidup.
Selain faktor eksternal, faktor internal juga menahan laju pertumbuhan
ekonomi yang signifikan, khususnya faktor yang mempengaruhi tingkat
realisasi belanja daerah dan optimalisasi pemanfaatan dana Pemerintah
Kabupaten oleh perbankan daerah. Rendahnya tingkat realisasi belanja daerah
terutama disebabkan oleh faktor administrasi, disamping faktor hukum dan
faktor gejolak ekonomi. Rendahnya realisasi belanja APBD juga akan
menyebabkan tingginya posisi dana Pemda yang disimpan di perbankan
daerah.
Pada tahun 2013, kinerja perekonomian Kabupaten Probolinggo semakin
membaik. Misalnya, sektor pertanian mengalami peningkatan dengan
meningkatnya produksi pertanian tanaman pangan dan perkebunan sebesar
2,49% selain itu sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) juga mengalami
pertumbuhan cukup signifigan di Kabupaten Probolinggo yaitu sebesar 9,66%
seiring dengan membaiknya kinerja perdagangan sebagai sumber peningkatan
pertumbuhan ekonomi regional.
Pada aspek tingkat kesejahteraan masyarakat, masih dihadapkan pada
tantangan yang masih relatif tingginya jumlah Rumah Tangga Miskin di
wilayah Kabupaten Probolinggo yang masih berada pada angka di atas 20%.
Selain itu belum optimalnya pengembangan budaya usaha pada masyarakat
yang berimbas pada belum optimalnya kesempatan usaha ekonomi yang ada
sehingga tingkat daya beli masyarakat juga belum dapat meningkat secara
signifikan. Namun demikian masih terdapat peluang-peluang yang dapat
dioptimalkan dalam rangka mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang
berkeadilan, melalui optimalisasi peran dan fungsi sektor-sektor lapangan
usaha seperti pertanian, perdagangan, hotel dan restoran serta industri
pengolahan, yang selama ini menjadi pilar perekonomian wilayah di Kabupaten
Probolinggo agar benar-benar bisa menjadi lokomotif bagi sektor-sektor
lainnya. Selain itu juga mengembangkan sektor-sektor yang potensial menjadi
mesin-mesin pertumbuhan baru bagi wilayah Kabupaten Probolinggo seperti
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 13
sektor pengangkutan dan komunikasi serta Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan.
Kondisi perekonomian wilayah di Kabupaten Probolinggo, diperkirakan
masih cukup prospektif pada tahun 2014 dan 2015 mendatang meskipun
tetap harus mewaspadai perkembangan ekonomi global yang cenderung
melemah. Kondisi ini diindikasikan dengan kondisi makro ekonomi yang relatif
stabil serta kondisi politik serta situasi ketertiban dan keamanan yang cukup
kondusif. Secara makro, pada tahun 2015 perekonomian wilayah Kabupaten
Probolinggo ditargetkan tumbuh sebesar 6,8% - 6,85%.
Dengan proyeksi kondisi ekonomi makro tersebut diharapkan
Pemerintah Kabupaten Probolinggo bersama dengan seluruh elemen
masyarakat dapat terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang telah
diproyeksikan dan dapat memanfaatkan secara optimal program-program
pemerintah baik yang berasal dari Pemerintah Kabupaten Probolinggo,
Pemerintah Propinsi Jawa Timur maupun Pemerintah Pusat sebagai sarana
pengungkit dalam rangka meningkatkan aktivitas perekonomian wilayah.
3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Kebijakan keuangan Kabupaten Probolinggo mengenai Pendapatan
Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan Daerah diarahkan sebagai berikut :
3.2.1 Kebijakan Pendapatan Daerah
Dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) seringkali
menimbulkan permasalahan dengan masyarakat khususnya para pengusaha.
Kebijakan ekstensifikasi pajak dan retribusi atau penetapan tarif yang terlalu
tinggi seringkali dikeluhkan. Untuk itu perlu dikembangkan terobosan baru
untuk meningkatkan PAD, yaitu dengan :
1) Merencanakan target pendapatan daerah kelompok PAD secara rasional
dengan mempertimbangkan realisasi penerimaan tahun lalu, potensi dan
asumsi pertumbuhan ekonomi yang dapat mempengaruhi terhadap
masing-masing jenis penerimaan, obyek penerimaan serta rincian
penerimaan.
2) Pemerintah Daerah tidak menetapkan kebijakan yang memberatkan dunia
usaha dan masyarakat, namun melakukan penyederhanaan sistem dan
prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah,
membangun ketaatan wajib pajak dan wajib retribusi daerah, serta
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 14
peningkatan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan pendapatan
asli.
3) Dalam upaya peningkatan PAD pemerintah daerah mendayagunakan
kekayaan daerah yang belum dipisahkan dan belum dimanfaatkan untuk
dikelola atau dikerjasamakan dengan pihak ketiga, sehingga menghasilkan
pendapatan.
Realisasi pendapatan asli daerah Kabupaten Probolinggo pada tahun
2008 dapat mencapai 111,31% dari target yang ditentukan, kemudian naik
menjadi 120,75% dari target pada tahun 2009 dan menurun di tahun 2010
mencapai 109,83% dari target, serta pada tahun 2011 pendapatan asli daerah
menjadi 109,6% dari target yang telah ditentukan, dan pada tahun 2012 naik
menjadi 122,81%. Sedangkan pada tahun 2013 realisasi target pendapatan asli
daerah mencapai 119,98%.
Mengingat pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan
sangat tergantung dari kebijakan pusat maupun propinsi, maka penerimaan
daerah yang dapat dipacu dan dapat dikendalikan adalah Pendapatan Asli
Daerah. Secara umum pendapatan daerah tahun 2015 diprediksikan naik
7,5% dari tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 1,510,334,718,360. Tuntutan
peningkatan PAD semakin besar seiring meningkatnya kewenangan
pemerintah yang dilimpahkan kepada daerah. Kebijakan yang ditetapkan
untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dirumuskan sebagai berikut :
a) Penyesuaian tarif baru dengan didasarkan pada tingkat perekonomian
masyarakat, diikuti dengan meningkatnya pelayanan baik dalam
pemungutan maupun pengelolaannya.
b) Pencarian sumber-sumber penerimaan baru yang memiliki potensi yang
menguntungkan bagi pemungutan daerah. Namun demikian perlu
diperhatikan bahwa pemungutan obyek baru tersebut tidak boleh
menghambat kinerja perekonomian baik di pusat maupun di daerah.
Untuk itu dalam merencanakan sumber penerimaan baru, Pemerintah
Kabupaten Probolinggo akan berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Propinsi untuk merumuskan apakah obyek baru tersebut
tidak memiliki efek samping baik kepada beban ekonomi masyarakat
maupun laju perekonomian nasional.
c) Optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya Alam dalam rangka
meningkatkan daya dukung pembiayaan daerah dan pertumbuhan
ekonomi.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 15
d) Melakukan intensifikasi melalui pembenahan manajemen pemungutan
dengan menggunakan sistem informasi yang lebih kredibel dan akuntabel.
Sistem informasi diharapkan dapat menyediakan data menyeluruh
terhadap obyek pajak dan retribusi.
e) Menurunkan tingkat kebocoran pemungutan pajak maupun retribusi
daerah melalui peningkatan sistem pemungutan, sistem pengawasan, dan
peningkatan kesejahteraan pegawai.
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum dan Dana Alokasi Khusus.
Pendapatan yang diperoleh dari Dana Perimbangan pada dasarnya
merupakan hak Pemerintah Daerah sebagai konsekuensi dari Revenue Sharing
Policy. Konsep revenue sharing didasarkan atas pemikiran untuk
pemberdayaan daerah dan prinsip keadilan. Seiring meningkatnya tuntutan
akuntabilitas kinerja pemerintah maka kebijakan revenue sharing harus adil,
demokratis dan transparan. Terhadap Dana Perimbangan ini maka kebijakan
yang ditetapkan adalah :
a) Pemerintah Daerah secara aktif ikut serta dalam melakukan pendataan
terhadap wajib pajak seperti PBB, sumber daya alam dan kontribusi
penerimaan yang disetorkan ke Pusat maupun Propinsi.
b) Melakukan analisis perhitungan untuk menilai akurasi perhitungan
terhadap formula bagi hasil dan melakukan peran aktif berkoordinasi
dengan Pemerintah Pusat dan Propinsi, sehingga alokasi yang diterima
sesuai dengan kontribusi yang diberikan atau sesuai dengan kebutuhan
yang akan direncanakan.
3.2.2. Kebijakan Belanja Daerah
Arah pengelolaan belanja daerah berdasarkan pendekatan prestasi
kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan.
Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan
anggaran serta memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.
Penyusunan belanja daerah diproritaskan untuk menunjang efektivitas
pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam
rangka melaksanakan bidang kewenangan/urusan pemerintah daerah yang
menjadi tanggungjawabnya. Peningkatan alokasi Anggaran belanja yang
direncanakan oleh setiap SKPD harus terukur yang diikuti dengan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 16
peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan rakyat sesuai
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 59 Tahun 2007 dan
Permendagri No. 22 Tahun 2011 tentang perubahan Permendagri No. 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pos belanja
terbagi atas Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
Pos belanja daerah memprioritaskan terlebih pos belanja wajib
dikeluarkan seperti belanja pegawai, belanja bunga, belanja pokok pinjaman,
serta belanja barang dan jasa. Selisih antara belanja wajib dikeluarkan
merupakan dana yang dialokasikan sebagai pagu indikatif dari masing-masing
SKPD. Pada tahun 2015 diproyeksikan belanja daerah Kabupaten Probolinggo
sebesar Rp. 1,588,223,287,289,-.
Belanja daerah merupakan perwujudan dari kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang berbentuk kuantitatif.
Dari besaran dan kebijakan dan berkesinambungan dari program-program
yang dilaksanakan dapat dibaca kearah mana pembangunan di Kabupaten
Probolinggo. Dari perkembangan yang terjadi selama pelaksanaan otonomi
daerah, sistem dan mekanisme APBD menggunakan sistem anggaran kinerja.
Pelaksanaan tersebut membawa implikasi tehadap struktur belanja daerah.
Arah pengelolaan belanja daerah berdasarkan pendekatan prestasi kerja
yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Hal
tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran
serta memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran. Penyusunan
belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektifitas pelaksanaan tugas
dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka melaksanakan
bidang kewenangan/urusan Pemerintah Daerah yang menjadi tanggung
jawabnya. Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh
setiap SKPD harus terukur dan diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Arah pengelolaan belanja daerah Tahun 2015 adalah sebagai berikut :
1. Efisiensi dan Efektifitas Anggaran
Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk
dapat meningkatkan pelayanan pada masyarakat yang harapan
selanjutnya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan
kualitas pelayanan masyarakat dapat diwujudkan dengan meningkatnya
kompetensi sumber daya manusia aparatur daerah, terutama yang
berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 17
2. Prioritas
Penggunaan anggaran Tahun 2015 diprioritaskan untuk mendanai
kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan, ketersediaan bahan pangan,
peningkatan infrastruktur guna pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Probolinggo serta diarahkan untuk penanggulangan kemiskinan.
3. Tolok ukur dan target kinerja
Belanja daerah pada setiap kegiatan disertakan tolok ukur dan target pada
setiap indikator kinerja yang meliputi masukan, keluaran dan hasil sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi.
4. Optimalisasi belanja langsung
Belanja langsung diupayakan untuk mendukung tercapainya tujuan
pembangunan secara efisien dan efektif. Belanja langsung disusun atas
dasar kebutuhan masyarakat. Sesuai strategi pembangunan untuk
meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Optimalisasi belanja langsung untuk pembangunan infrastruktur publik
yang memungkinkan dapat bekerjasama dengan pihak swasta.
5. Transparan dan Akuntabel
Setiap pengeluaran belanja dipublikasikan dan dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dipublikasikan berarti masyarakat
mudah dan tidak mendapatkan hambatan dalam mengakses informasi belanja
daerah. Pertanggungjawaban belanja tidak hanya dari aspek administrasi
keuangan, tetapi juga menyangkut pula proses, keluaran dan hasilnya.
3.2.3. Kebijakan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima
kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksud untuk
menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan
pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi.
Sementara pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran
kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain dan
penyertaan modal oleh Pemerintah.
Dengan kata lain Pembiayaan Daerah disediakan untuk menganggarkan
setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun anggaran berikutnya.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 18
Pembiayaan daerah merupakan transaksi keuangan daerah yang
dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja
daerah. Jika pendapatan daerah lebih kecil daripada belanja daerah, maka
terjadi transaksi keuangan yang defisit, dan harus ditutupi dengan penerimaan
daerah. Sebaliknya, jika pendapatan daerah lebih besar daripada belanja
daerah, maka terjadi transaksi keuangan yang surplus, dan harus digunakan
untuk pengeluaran daerah. Karena itu, pembiayaan daerah terdiri penerimaan
daerah dan pengeluaran daerah.
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
penerimaan daerah berasal dari sumber, antara lain, Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Lalu (Silpa); Pencairan dana cadangan; Hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan; Penerimaan pinjaman daerah; Penerimaan
kembali pemberian pinjaman; dan penerimaan piutang daerah. Sedangkan
sumber pengeluaran daerah, antara lain, Pembentukan dana cadangan;
Penanaman modal (investasi) pemerintah daerah; Pembayaran pokok utang;
dan pemberian pinjaman daerah.
Kebijakan penerimaan pembiayaan yang akan dilakukan terkait dengan
kebijakan pemanfaatan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya
(SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian
pinjaman, penerimaan piutang daerah sesuai dengan kondisi keuangan
daerah.
Kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah mencakup pembentukan
dana cadangan, penyertaan modal (investasi) daerah yang telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo,
pemberian pinjaman daerah kepada pemerintah daerah lain sesuai dengan
akad pinjaman.
Dalam hal ada kecenderungan terjadinya defisit anggaran, harus
diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos penerimaan
pembiayaan daerah, sebaliknya jika ada kecenderungan akan terjadinya
surplus anggaran, harus diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan
berdampak pada pos pengeluaran pembiayaan daerah, seperti penyelesaian
pembayaran pokok utang dan penyertaan modal.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 19
Tabel 3.4
Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan
Kabupaten Probolinggo Tahun 2012 s/d tahun 2015
NO Uraian
Jumlah
Realisasi Proyeksi/Target
2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6
4 PENDAPATAN DAERAH 1,265.755,501.394 1,365,379,538,761 1,510,334,718,360
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 77,286,465,900 91,828,314,812 127,942,264,682
4.1.01 Pajak Daerah 14,195,000,000 15,740,000,000 25,485,000,000
4.1.02 Retribusi Daerah 20,019,391,500 21,022,585,000 35,260,869,300
4.1.03 Hasil Pengelolaan Pekayaan Daerah yg Dipisahkan
8,280,095,000 5,065,515,982 5,065,515,982
4.1.04 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
yang Sah 34,791,979,400 50,000,213,830 62,130,879,400
4.2 DANA PERIMBANGAN 924,469,653,336 998,698,987,044 1,086,951,797,773
4.2.01 Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak 86,227,254,336 87,469,254,044 87,863,765,773
4.2.02 Dana Alokasi Umum 761,569,639,000 848,994,313,000 929,380,602,000
4.2.03 Dana Alokasi Khusus 76,672,760,000 62,235,420,000 69,707,430,000
4.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
263,999,382,158 274,852,236,905 295,440,655,905
4.3.01 Pendapatan Hibah 1.913.465.000 1,093,000,000 2,000,000,000
4.3.03 Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi
dan Pemerintah Daerah Lannya 44.441.938.158 51,017,193,681 51,027,281,681
4.3.04 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
158,675,729,000 199,760,618,224 173,993,187,224
4.3.05 Bantuan Keuangan Dari Propinsi 58,968,250,000 22,981,425,000 68,420,187,000
TOTAL PENDAPATAN 1,265.755,501,394 1,365,379,538,761 1,510,334,718,360
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Probolinggo.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 20
Tabel 3.5
Realisasi, Target dan Proyeksi Belanja Daerah
Kabupaten Probolinggo Tahun 2012 s/d Tahun 2015
No Uraian Ralisasi Target Proyeksi
2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6
5 BELANJA 1.365.795.220.077 1.469.760.095.046 1.588.223.287.289
5.1 Belanja Tidak Langsung
818.993.630.627 881.473.234.265 921.947.274.424
5.1.1 Belanja Pegawai 663.090.850.027 754.617.049.571 779.949.763.424
5.1.2 Belanja Bunga 0 0 0
5.1.3 Belanja Hibah 48.714.584.600 23.873.100.000 29.837.662.000
5.1.4 Belanja Bantuan Sosial
27.752.160.000 16.826.280.000 18.906.580.000
5.1.5 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab./Kota & Pemdes
0 0 0
5.1.6 Belanja Bant.Keuangan Kpd Pem.Desa dan Parpol
67.936.036.000 73.804.229.000 81.253.269.000
5.1.7 Belanja Tidak Terduga
11.500.000.000 12.352.575.694 12.000.000.000
5.2 Belanja Langsung 546.801.589.450 588.286.860.781 666.276.012.865
5.2.1 Belanja Pegawai 56.732.061.000 72.176.902.650 40.626.127.700
5.2.2 Belanja Barang dan Jasa
204.160.738.250 266.752.832.681 344.326.693.790
5.2.3 Belanja Modal 285.908.790.200 249.357.125.450 281.323.194.375
Sumber : DPKD Kabupaten Probolinggo
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 21
Tabel 3.6
Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah
Kabupaten Probolinggo Tahun 2012 s.d Tahun 2015
NO
Jenis Penerimaan dan
Pengeluaran Pembiayaan
Daerah
Jumlah
Realisasi Proyeksi
2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6
3 PEMBIAYAAN
3.1 PENERIMAAN DAERAH 123,250,524,430 112,327,132,644 82,338,568,929
3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Lalu 104,443,024,430 99,519,632,644 77,865,264,804
3.1.2 Transfer dari Dana
Cadangan 15,000,000,000 9,000,000,000 0
3.1.3 Penerimaan dari Obligasi 0 0 0
3.1.4 Hasil Penjualan Aset Daerah
yang dipisahkan 0 0 0
3.1.5
Hasil Pengembalian
Pinjaman/Modal dari Pihak
ke III
3,807,500,000 3,807,500,000 4,473,304,125
3.2 PENGELUARAN DAERAH 18,025,000,000 6,481,770,650 4,450,000,000
3.2.1 Pembentukan Dana
Cadangan 9,000,000,000 0 0
3.2.2 Penyertaan Modal (saham) 2,725,000,000 2,700,000,000 200,000,000
3.2.3 Pembayaran Utang Pokok
yang jatuh tempo 0 181.770.650 0
3.2.4 Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun berjalan 0 1.464.805.709 0
3.2.5 Pemberian Pinjaman/Modal
kepada Pihak Ke III 6,300,000,000 3.600.000.000 4,250,000,000
Sumber DPKD Kabupaten Probolinggo
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 22
TABEL 3.7
PAGU INDIKATIF SKPD TAHUN 2015
NO SKPD PAGU 2015
1 SEKRETARIAT DPRD 18,500,000,000
2 DINAS PENDIDIKAN 65,000,000,000
3 DINAS KESEHATAN 50,000,000,000
4 DINAS PERTANIAN 7,250,000,000
5 DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN 7,250,000,000
6 DINAS PERIKANAN & KELAUTAN 7,250,000,000
7 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 7,250,000,000
8 DINAS PENDAPATAN DAERAH 7,000,000,000
9 DINAS PU CIPTA KARYA 55,000,000,000
10 DINAS PU PENGAIRAN 21,000,000,000
11 DINAS PU BINAMARGA 55,000,000,000
12 DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL 6,250,000,000
13 DINAS PERHUBUNGAN 6,000,000,000
14 DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 5,500,000,000
15 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN 10,000,000,000
16 DINAS SOSIAL 6,500,000,000
17 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 6,000,000,000
18 DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 4,750,000,000
19 DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN
MENENGAH 5,000,000,000
20 INSPEKTORAT 3,500,000,000
21 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 7,500,000,000
22 BADAN LINGKUNGAN HIDUP 29,000,000,000
23 BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PPP 5,500,000,000
24 BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KB. 5,500,000,000
25 BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 5,500,000,000
26 BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH 7,000,000,000
27 BADAN KESBANGPOL DAN LINMAS 3,750,000,000
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III / 23
28 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH 4,000,000,000
29 KANTOR PEMUDA DAN OLAH RAGA 3,750,000,000
30 KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA 3,300,000,000
31 KANTOR PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN 3,000,000,000
32 KANTOR ARSIP DAERAH 2,000,000,000
33 KANTOR PERPUSTAKAAN UMUM DAERAH 2,500,000,000
34 R.S.U.D WALUYO JATI 65,000,000,000
35 R.S.U.D TONGAS 15,500,000,000
36 BAGIAN PEMERINTAHAN 5,000,000,000
37 BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM 2,000,000,000
38 BAGIAN KOMUNIKASI & INFORMASI 3,000,000,000
39 BAGIAN KESRA 10,000,000,000
40 BAGIAN UMUM 15,000,000,000
41 BAGIAN PROTOKOL & RT 3,250,000,000
42 BAGIAN PENGELOLAAN & PENGADAAN 20,000,000,000
43 BAGIAN ORGANISASI 2,500,000,000
44 BAGIAN HUKUM 2,000,000,000
45 24 KECAMATAN 11,500,000,000
46 5 KELURAHAN 800,000,000
JUMLAH 591,850,000,000
Top Related