29
BAB III
PROSEDUR PEMBUATAN
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diangkat berdasarkan studi model yang
dilakukan di Laboratorium Teknik Gigi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang,
mengenai alat dan bahan yang dipergunakan serta prosedur pembuatan gigi tiruan
sebagian lepasan akrilik dengan kasus protrusif dan crossbite gigi 23 serta
impaksi gigi 48.
A. Data Pasien
Nama : Tn. Welson
Jenis kelamin : Laki-laki
Dokter : drg. Sugeng Wiriadinata
Warna gigi : A3,5
Gigitan : Protrusif
Kasus : Kehilangan gigi 11,12,15,24,25,26,35,36,37,45,47
dengan kondisi bagian anterior rahang atas protrusif
dan crossbite gigi 23, serta pada bagian posterior
rahang bawah terjadi gigi impaksi pada gigi 48.
Gambar 3.1 Model Kerja
30
B. Surat Perintah Kerja
Gambar 3.2 Surat Perintah Kerja
C. Waktu dan Tempat Pembuatan
Waktu : 15 mei – 18 juni 2019
Tempat : Laboratorium Teknik Gigi Poltekkes Tanjung Karang
D. Alat dan Bahan
Untuk pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik ini dibutuhkan alat dan
bahan sebagai berikut:
31
Tabel 3.1 Persiapan Alat dan bahan
No Alat Bahan
1. Lecron, scapel, pisau malam Dental stone
2. Lampu spirtus Alginate
3. Bowl dan spatula Spirtus
4. Tang borobudur, Tang tiga jari,
Tang Potong, Tang gips
Kawat 0,7 mm dan kawat
0,8 mm
5. Okludator Elemen Gigi Anterior dan
Posterior
6. Kuvet Vaselin
7. Glass plate Plastisin
8. Kuas Pumice dan CaCo3
9. Mixing jar Baseplate
10. Press meja (press statis) dan
hand press
Baseplate wax Heat
Curing Acrylic dan Liquid
11. Amplas kasar, amplas sedang,
amplas halus
Gips putih (Plaster Of
Paris)
12. Spet CMS (Cold Mould Seal)
13. Kompor, Gas, dan Panci
14. Cellophane
15. Mata bur (frezer dan round bur)
16. Mesin trimmer
17. Hanging bur
18. Micro motor
19. Mesin poles
E. Prosedur Pembuatan
Langkah-langkah dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik
adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Model Kerja
Setelah model dilepas dari alginate dan sendok cetak, selanjutnya model
kerja dibersihkan dari nodul-nodul menggunakan lecron dan kemudian tepi model
kerja dirapihkan menggunakan mesin trimmer (Gambar 3.2).
32
Gambar 3.3 Merapihkan Model Kerja
2. Survey dan Blockout
Survey dilakukan menggunakan pensil dengan cara menandai daerah yang
tidak menguntungkan atau undercut. Blockout dilakukan pada bagian distal
kaninus kiri rahang atas, dan mesial molar dua kanan rahang atas. Rahang bawah
pada bagian distal molar satu kanan (Gambar 3.3).
Gambar 3.4 Survey dan Block Out
3. Transfer Desain
Desain yang telah dibuat oleh dokter gigi ditransfer pada model kerja
dengan cara menggambarkannya pada model kerja menggunakan pensil. Untuk
desain rahang atas menggunakan tapal kuda dengan perluasan basis sampai distal
gigi molar dua rahang atas dan sayap labial maupun bukal sampai batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak, cengkeram yang digunakan adalah cengkeram C
pada gigi kaninus kiri dengan kawat 0,7 mm dan cengkeram half jackson pada
gigi premolar satu kanan, molar tiga kanan, molar dua kiri dengan kawat 0,8 mm.
33
Kemudian desain basis rahang bawah diperluas sampai gigi molar dua dan
bagian bukal dibuat sayap labial sampai batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak, cengekeram yang digunakan adalah cengkeram half jackson pada gigi
premolar satu kiri, premolar satu kanan, dan molar satu kanan dengan kawat 0,8
mm (Gambar 3.4).
Gambar 3.4 Transfer Desain
4. Pembuatan Bite Rim
Sebelum pembuatan bite rime, model kerja direndam di dalam air selama
beberapa menit (±5 menit) untuk memudahkan lepasnya wax dari model kerja.
Baseplate wax dipanaskan diatas api lampu spirtus, kemudian wax ditekan pada
model dengan mengikuti desain yang telah ditentukan. Pembuatan bite rim diukur
dengan mengikuti tinggi gigi yang masih ada (Gambar 3.5)
Gambar 3.5 Pembuatan Bite Rim
5. Penanaman Model pada Okludator
Setelah pembuatan bite rim model kerja dioklusikan dan difiksasi dengan
model antagonisnya, kemudian model diulasi dengan vaselin. Plastisin diletakkan
dibagian bawah okludator agar mendapatkan kesejajaran oklusi antara rahang atas
dan rahang bawah.
34
Gips diaduk dan diletakkan pada model rahang atas, kemudian okludator
ditutup dan dirapihkan. Setelah gips mengeras pada model rahang atas, plastisin
yang ada pada rahang bawah diambil, gips diaduk dan diletakkan pada glass plate,
kemudian tanam okludator bawah dan rapihkan (Gambar 3.6).
Gambar 3.6 Penanaman Okludator
6. Pembuatan Cengkeram
Pada kasus ini cengkram yang digunakan adalah cengkeram C dan half
jackson. Pada rahang atas penggunaan cengkeram C diletakkan pada gigi kaninus
kiri dengan kawat 0,7 mm dan cengkeram half jackson pada gigi premolar satu
kanan, molar tiga kanan, molar dua kiri dengan kawat 0,8 mm.pada rahang bawah
penggunaan cengkeram half jackson diletakkan pada gigi premolar satu kiri,
premolar satu kanan, dan molar satu kanan dengan kawat 0,8 mm.
Pada pembuatan cengkeram kawat dipotong menggunakan tang potong.
Kemudian ditekuk dengan menggunakan tang borobudur, lengan cengkeram
dibuat dan diletakkan pada bagian labial/bukal gigi dengan mengikuti kontur
terbesar gigi, kemudian ditekuk pada bagian proksimal dan turun kearah
lingual/palatal untuk cengkeram C. Pada pembuatan cengkram half jackson,
cengkeram ditekuk kearah setengah gigi kemudian turun ke arah lingual/palatal
dengan menggunakan tang borobudur, setelah itu dibuatkan koil dengan
menggunakan tang tiga jari (Gambar 3.7).
35
Gambar 3.7 Pembuatan Cengkeram
7. Penyusunan Gigi
Sebelum melakukan penyusunan gigi, penulis terlebih dahulu
menyesuaikan gigi yang masih ada dan ruangan edentulous yang cukup besar.
Oleh karena itu penulis memilih ukuran gigi paling besar yaitu ukuran gigi nomor
36. Penyusunan elemen gigi dilakukan sebagai berikut:
a. Tahapan penyusunan gigi rahang atas
1) Incisivus satu kanan rahang atas
Penyusunan gigi incisivus satu kanan atas diletakkan di sebelah gigi
incisivus satu kiri. Penyusunan gigi incisivus satu disusun diatas linggir dan
disesuaikan dengan gigi sebelahnya. Titik kontak mesial berkontak dengan titik
kontak distal incisivus satu kiri, pada bagian servikal dilakukan pengurangan
untuk memberikan ruangan bagi akrilik.
2) Incisivus dua kanan rahang atas
Penyusunan gigi incisivus dua kanan rahang atas diletakkan disebelah gigi
incisivus satu kanan. Penyusunan disesuaikan dengan gigi sebelahnya, bagian
incisal naik kurang lebih 2 mm. Titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak
distal incisivus satu kanan. Bagian distal incisivus dua diberi malam karena ruang
edentulous cukup besar. Bagian servikal dilakukan pengurangan untuk
memberikan ruangan bagi akrilik.
3) Premolar dua kanan rahang atas
Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial bertemu dengan titik kontak
premolar satu. Cusp bukal dan palatal terletak pada bidang oklusal. Pada bagian
servikal dilakukan pengurangan untuk memberikan ruangan bagi akrilik.
36
4) Molar satu kanan rahang atas
Tanggul gigitan malam dipotong, titik kontak mesial bertemu dengan titik
kontak distal premolar dua. Bagian servikal elemen gigi dilakukan pengurangan
untuk memberikan ruangan bagi akrilik.
5) Molar dua kanan rahang atas
Penyusunan gigi molar dua kanan rahang atas diletakkan disebelah gigi
molar satu. Titik kontak mesial bertemu dengan titik kontak distal molar satu.
Bagian mesial dan distal dilakukan pengurangan karena ruang edentulous yang
sempit, bagian servikal elemen gigi dilakukan pengurangan untuk memberikan
ruangan bagi akrilik.
6) Premolar satu kiri rahang atas
Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial bertemu dengan titik kontak
distal kaninus. Bagian mesial dan distal dilakukan pengurangan karena ruang
edentulous yang sempit dan dilakukan pengurangan bagian cusp palatal untuk
mendapatkan oklusi yang tepat. Pada bagian servikal elemen gigi dilakukan
pengurangan untuk memberikan ruangan bagi akrilik.
7) Premolar dua kiri rahang atas
Tanggul gigitan malam dipotong, titik kontak mesial bertemu dengan titik
kontak distal premolar satu. Bagian mesial dan distal dilakukan pengurangan
karena ruang edentulous yang sempit, cusp bukal dan palatal menyentuh bite rime
rahang bawah. Pada bagian servikal elemen gigi dilakukan pengurangan untuk
memberikan ruangan bagi akrilik.
8) Molar satu kiri rahang atas
Penyusunan gigi molar satu kiri rahang atas diletakkan disebelah gigi
premolar dua. Titik kontak mesial bertemu dengan titik kontak distal premolar
dua. Bagian mesial dan distal dilakukan pengurangan karena ruangan edentulous
yang sempit, cusp disto bukal terangkat 2 mm diatas bidang oklusi. Pada bagian
servikal elemen gigi dilakukan pengurangan untuk memberikan ruangan bagi
akrilik.
37
b. Tahapan penyusunan gigi rahang bawah:
1) Premolar dua kanan rahang bawah
Sumbu gigi tegak lurus, titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak
distal premolar satu. Bagian servikal dilakukan pengurangan untuk memberikan
ruangan bagi akrilik.
2) Molar dua kanan rahang bawah
Tanggul gigitan malam dipotong, titik kontak mesial berkontak dengan
titik kontak distal molar satu. Pada bagian mesial dan distal dilakukan
pengurangan karena ruangan edentulous yang sempit dan bagian servikal elemen
gigi dilakukan pengurangan untuk memberikan ruangan bagi akrilik.
3) Premolar dua kiri rahang bawah
Tanggul gigitan malam dipotong, titik kontak mesial bertemu dengan titik
kontak distal premolar satu. Cusp bukal berada di central fossa premolar dua dan
molar satu atas. Bagian servikal elemen gigi dilakukan pengurangan untuk
memberikan ruangan bagi akrilik.
4) Molar satu kiri rahang bawah
Penyusunan gigi molar satu kiri rahang bawah diletakkan disebelah gigi
premolar dua dan disesuaikan dengan gigi antagonisnya. Titik kontak mesial
bertemu dengan titik kontak distal premolar dua. Cusp bukal gigi molar satu
rahang bawah berada di central fossa.
5) Molar dua kiri rahang bawah
Penyusunan gigi molar dua rahang bawah diletakkan disebelah gigi molar
dua. Titik kontak mesial bertemu dengan titik kontak distal molar satu. Gigi molar
dua kiri berkontak dengan gigi molar dua rahang atas.
38
Gambar 3.8 Penyusunan Gigi. (A) Tampak labial, (B) Tampak bukal
kiri, (C) Tampak bukal kanan.
8. Wax Counturing
Wax counturing dilakukan dengan cara membentuk dasar gigi tiruan
menggunakan lecron. Pada bagian interdental papilla dibentuk melandai dan pada
daerah akar gigi dibagian bukal, dibentuk agak cembung untuk memperbaiki
kontur bentuk pipi. Kemudian dipoles menggunakan kain satin sampai mengkilap
(Gambar 3.9).
Gambar 3.9 Wax Counturing
9. Flasking
Selanjutnya tahap flasking, pada tahap flasking metode yang digunakan
adalah pulling the casting. Flasking dilakukan dengan cara mengulasi kuvet
bawah dan model kerja dengan vaselin. Kemudian aduk adonan gips dan tuangkan
A B C
39
kedalam kuvet bawah, lalu model kerja ditanam dengan gips. Model kerja ditutup
dengan gips sedangkan elemen gigi dan wax tetap dibiarkan terbuka. Setelah gips
mengeras lalu rapihkan menggunakan amplas halus (Gambar 3.10). Kemudian
kuvet atas dipasangkan pada kuvet bawah hingga tidak ada celah (metal to metal).
Lalu kuvet atas dan gips pada kuvet bawah diulasi vaselin diisi kembali dengan
gips kemudian dipress menggunakan press statis.
Gambar 3.10 Flasking
10. Boiling Out
Setelah kuvet atas mengeras, selanjutnya tahap boiling out dengan cara
memasukkan ke dalam air mendidih selama 15 menit. Kemudian kuvet diangkat
lalu kuvet atas dan bawah dipisahkan. Model kerja disiram dengan air mendidih
hingga tidak ada sisa wax sampai mould space bersih. Gips yang tajam dirapihkan
menggunakan lecron, lalu disiram kembali dengan air panas (Gambar 3.11).
Kemudian mould space dan gips yang masih dalam keadaan hangat diolesi
dengan CMS (Cold Mould Seal), dengan menggunakan kuas sampai merata dan
satu arah.
Gambar 3.11 Boiling Out
40
11. Packing
Metode packing yang digunakan adalah wet methode, yaitu dengan
mencampurkan liquid dengan powder kedalam mixing jar dengan takaran powder
heat curing acrylic 10 gr rahang atas, 8 gr rahang bawah dan liquid 5 ml rahang
atas, 4 ml rahang bawah. Liquid dan powder dicampurkan kedalam mixing jar
sembari digetarkan, tunggu hingga dought stage. Setelah dought stage letakkan
adonan akrilik pada mould space dan kuvet atas lalu diratakan.
Tutup kuvet dengan cellophane ditengahnya lalu press hingga kelebihan
akrilik mengalir keluar dari kuvet. Kuvet dibuka buang kelebihan adonan akrilik
menggunakan scapel. (Gambar 3.12 A dan Gambar 3.12 B). Kemudian olesi
permukaan adonan dengan liquid lalu tutup kembali kuvet dengan cellophane di
tengahnya, press secara perlahan. Press dilakukan sebanyak 2-3 kali hingga tidak
ada kelebihan adonan akrilik lagi. Press terakhir dilakukan tanpa menggunakan
cellophane.
Gambar 3.12 Packing. (A) Rahang atas, (B) Rahang bawah
12. Curing
Polimerisasi heat curing acrylic dilakukan dengan cara perebusan akrilik
di dalam kuvet dengan menggunakan handpress selama satu jam mulai dari
keadaan air dingin sampai air mendidih (Gambar 3.13). Setelah satu jam angkat
kuvet dan diamkan hingga kuvet dingin.
A B
41
Gambar 3.13 Curing
13. Deflasking
Setelah kuvet dingin, kuvet dibuka dan protesa yang tertanam pada gips
dikeluarkan dari kuvet. Kemudian bahan tanam atau gips yang menempel dibuang
dengan menggunakan tang gips secara perlahan-lahan dan hati-hati agar protesa
tidak patah (Gambar 3.14).
Gambar 3.14 Deflasking
14. Finishing
Selanjutnya protesa yang sudah dibersihkan dari gips kemudian dilepaskan
dari model kerja dan dibersihkan dari sisa stone yang terdapat pada protesa
dengan menggunakan round bur. Bagian tepi dan permukaan protesa dirapihkan
dengan menggunakan frezer hingga bagian tepi dan permukaan protesa menjadi
halus (Gambar 3.15).
42
Gambar 3.15 Finishing
15. Rebasing
Setelah protesa dihaluskan menggunkan frezer, pada bagian basis terlihat
porus. Oleh karena itu, penulis melakukan rebasing yaitu penanaman model
dilakukan dengan cara meletakkan plastisin pada bagian okludator, kemudian
model kerja dan gigi tiruan diletakkan pada bagian atas plastisin sebelumnya
okludator atas diolesi vaselin terlebih dahulu. Lalu tanam model dan gigi tiruan
dengan gips pada bagian atas okludator, tunggu hingga kering. Setelah itu
plastisin diambil aduk gips letakkan pada okludator bawah diatas glass plate. Lalu
model kerja dan gigi tiruan disatukan dengan okludator bawah dengan 1/3 incisal
atau oklusal gigi ditutup dengan gips untuk mendapatkan indeks oklusal (Gambar
3.16 A).
Setelah indeks oklusal didapatkan, kemudian gigi tiruan dilepaskan dari
modelnya (Gambar 3.16 B). Lalu basis akrilik gigi tiruan dibuang dan
ditinggalkan secukupnya untuk menahan gigi tiruan dan cengkeram. Gigi dan
cengkeram tersebut diletakkan kembali dalam indeks oklusalnya (Gambar 3.16
C). Gigi tiruan yang sudah dibersihkan lalu dibuat basis akrilik yang baru dari
malam, dengan menyesuaikan prosedur waxing yang dilakukan sebelumnya.
Selanjutnya lakukan tahap flasking, boiling out, packing, curing, deflasking, dan
finishing yang dilakukan tahap sebelumnya.
43
Gambar 3.16 Rebasing. (A) Penanaman model pada okludator, (B)
Indeks oklusal, (C) Menghilangkan basis
16. Poleshing
Setelah proses finishing selesai, selanjutnya protesa dipoles dengan pumice
dicampur dengan air menggunakan sikat hitam (Gambar 3.17 A). Setelah
permukaan akrilik halus dan tidak terlihat guratan lalu permukaan akrilik
dikilapkan menggunakan CaCO3 yang dicampur dengan air dan dipoles
menggunakan sikat putih (Gambar 3.17 B). Kemudian protesa dicuci dan
dibersihkan dari sisa-sisa bahan poles.
Gambar 3.17 Poleshing. (A) Poles dengan Pumice, (B) Poles dengan
CaCO3
A B C
A B
Top Related