86
BAB III
PENELITIAN DAN ANALISIS
A. HASIL PENELITIAN
1. Kasus Posisi
Pada hari Rabu tanggal 6 Januari 2016, sekitar pukul
15.45 WIB, Jessica Kumala Wongso datang ke Grand Mall
Indonesia untuk bertemu sahabatnya I Wayan Mirna Salihin
dan Hani Boon Juwita mereka bertiga telah membuat janji
untuk bertemu pada pukul 16.00 WIB. Jessica telah sampai di
Grand Mall Indonesia mendahului dua temannya, sehingga ia
berkeliling untuk membeli bingkisan sabun untuk diberikan
kepada Hani Boon Juwita dan I Wayan Mirna Salihin,
kemudian pada pukul 16.30 WIB Jessica memesan tempat di
café oliver yang dilayani oleh receptionis bernama Cindy
yang menawarkan meja nomor 54.
Setelah itu Jessica memesan minuman di Café oliver
yakni satu Vietnamese iced coffee dan dua coctail. Pada pukul
16.40 kopi dan dua coctail yang di pesan telah di antarkan
oleh pelayan. Pada pukul 16.45 WIB, I Wayan Mirna Salihin
dan Hani Boon Juwita tiba di Café oliver, Grand Mall
Indonesia, mereka bertiga masih beramahtamah. Posisi duduk
87
mereka bertiga yaitu korban Mirna di tengah kemudian Hani
Boon Juwita di sebelah kanan dan Jessica Kumala Wongso di
sebelah kiri. Setelah itu Mirna pun langsung meminum
Vietnamese iced coffee.
Pada saat meminum, Mirna sempat mengatakan
bahwa minuman tersebut rasanya tidak baik dan mengatakan
bahwa minuman tersebut rasanya seperti jamu. Merasa bau
kopinya aneh, Mirna meminta kedua temannya ikut mencium
kopi tersebut. “Baunya aneh,” kata Jessica. Kemudian Mirna
meminta air putih, Jessica meminta air putih kepada pelayan.
Ia ditanya balik pilihan minumannya, sedangkan pada saat itu
Mirna sedang sekarat. Tidak lama kemudian, tubuh Mirna
kaku serta kejang-kejang, mulutnya mengeluarkan busa serta
muntah dengan mata setengah tertutup. Hani memanggil
pegawai Café oliver dan pegawai café tersebut membantu
Hani dan Mirna untuk membawa ke klinik Grand Mall
Indonesia, Mirna dibawa ke klinik Grand Mall Indonesia
menggunakan kursi roda. Pada saat itu Jessica masih
membantu menaikkan tubuh Mirna ke atas kursi roda. Akan
tetapi dokter di klinik tersebut tidak dapat menangani
sehingga dokter tersebut menyuruh untuk dirujuk ke Rumah
88
Sakit Abdi Waluyo. Suami Mirna, Arief Soemarko datang
dan membawa Mirna ke Rumah Sakit Abdi Waluyo
menggunakan mobil pribadi. Hani dan Mirna menemani Arief
membawa Mirna ke Rumah Sakit Abdi Waluyo. Akan tetapi
nyawa Mirna tidak dapat di tolong dan telah meninggal dunia.
Mirna meninggal dunia setelah meminum Vietnamese iced
coffee.
Pada hari Sabtu 9 Januari 2016, Polisi mengambil cairan
mulut korban Mirna dan menurut hasil pemeriksaan
kepolisian, cairan mulut korban serta ditemukan pendarahan
pada lambung Mirna dikarenakan adanya zat yang bersifat
korosif masuk dan merusak mukosa lambung. Zat korosif
tersebut berasal dari asam sianida. Sianida juga ditemukan
oleh pusat laboratorium forensik Polri di sampel kopi yang di
minum korban Mirna. Berdasarkan hasil olah tempat
kejadian perkara dan pemeriksaan saksi, polisi menetapkan
Jessica Kumala Wongso sebagai tersangka.Jessica dijerat
dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.1
1https://id.wikipedia.org/wiki/Pembunuhan_Wayan_Mirna_Salihin di
akses pada tanggal 21 Juni 2017 pukul 21.00 WIB.
89
2. Dakwaan
Dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam persidangan
perdana kasus pembunuhan berencana dengan terdakwa
Jessica Kumala Wongso, Jaksa dalam dakwaannya
menceritakan kronologi peristiwa yang terjadi pada tanggal 6
Januari 2016. Di mana terdakwa Jessica, korban Mirna dan
Saksi Hani membuat janji untuk bertemu di Café Oliver Grand
Mall Indonesia, Jakarta Pusat. Terdakwa Jessica yang pada saat
itu, telah sampai lebih dulu di Grand Mall Indonesia, kemudian
terdakwa pergi ke toko bath and body soap untuk membeli
hadiah untuk kedua temannya yaitu saksi Hani dan Korban
Mirna. Setelah itu, terdakwa meminta pelayan untuk
membungkus masing-masing sabun tersebut dan menaruh ke
dalam 3 paper bag.
Setelah itu terdakwa Jessica ke Café Oliver dan
langsung mengambil tempat duduk di meja nomor 54 serta
menaruh 3 paper bag di atas meja 54 kemudian terdakwa pergi
memesan Vietnamese iced coffee dan 2 cocktail. Tiga paper
bag di susun oleh terdakwa di atas meja 54 agar perbuatannya
tidak terekam oleh CCTV dan gelas yang berisi sianida tidak
terlihat. Kemudian 3 paper bag yang tersusun di atas meja 54
90
dalam rentan waktu pukul 16.30-16.45 WIB terdakwa langsung
memasukkan racun sianida atau NaCN ke dalam gelas berisi
minuman Vietnamese iced coffee yang disajikan untuk korban
Mirna. Setelah terdakwa selesai memasukkan racun natrium
sianida atau NaCN ke dalam gelas Vietnamese iced coffee dan
meletakkannya di tengah meja 54, terdakwa memindahkan 3
paper bag ke belakang sofa. Kemudian terdakwa kembali
duduk di posisi semula.
Beberapa saat kemudian, sekitar pukul 17.18 WIB,
korban Mirna dan Saksi Hani tiba di Café Oliver dan
menghampiri terdakwa yang sudah menunggu di meja 54. Lalu
korban Mirna duduk di tengah sofa tepat di depan gelas yang
berisi Vietnamese iced coffee yang sudah dimasukkan racun
natrium sianida NaCN lalu korban Mirna bertanya kepada
terdakwa, “ini minuman siapa?” dan terdakwa menjawab: “itu
buat lu Mir, kan lu bilang mau”. Kemudian korban Mirna
mengatakan: “oh ya ampun, untuk apa pesan dulu, maksud gue
nanti aja pesannya pas gue datang, thank you udah di pesenin”.
Kemudian korban Mirna mengambil gelas yang berisi
Vietnamese iced coffee yang telah dimasukkan natrium sianida
oleh terdakwa dengan posisi sedotan telah berada di dalam
91
gelas, lalu korban mengaduk sebentar, kemudian langsung
mencicipi Vietnamese iced coffee yang sudah ada racun sianida
NaCN menggunakan sedotan. Ketika Vietnamese iced coffee
yang telah dimasukkan natriun sianida NaCN di minum oleh
korban Mirna, saksi Hani yang berada di samping kanan korban
Mirna melihat warna Vietnamese iced coffee tersebut agak
kekuningan.
Setelah korban Mirna meminum Vietnamese iced coffee
yang di maksud, seketika itu juga korban Mirna bereaksi
dengan mengatakan: “nggak enak banget, this is awful”, sambil
mengibas-ngibaskan tangan didepan mulutnya akibat timbul
rasa panas yang menyengat, kemudian korban Mirna
menyodorkan minuman tersebut kepada terdakwa untuk di
cicipi, namun di tolak oleh terdakwa. Melihat kondisi tersebut
saksi Hani justru berinisiatif meminum dan mencicipi
Vietnamese iced coffee yang telah dimasukkan racun natrium
sianida dan di rasa panas dan pahit sehingga Vietnamese iced
coffee tersebut langsung diletakkan di atas meja 54. Sekitar 2
menit kemudian, akibat meminum Vietnamese iced coffee yang
telah dimasukkan racun natrium sianida, korban Mirna
langsung pingsan dalam keadaan duduk dengan posisi kepala
92
tersandar ke belakang sofa dengan keadaan mulut
mengeluarkan buih dengan pandangan mata kosong serta
kejang-kejang. Melihat kondisi korban Mirna, saksi Hani
berusaha untuk membangunkan korban Mirna. Sementara
terdakwa hanya duduk terdiam tanpa bereaksi dan tidak
melakukan tindakan yang sama dengan yang dilakukan saksi
Hani. Tidak lama kemudian beberapa karyawan Cafe Olivier
yaitu saksi Ileng selaku general manager restoran oliver, saksi
Devi Krisnawati Siagian selaku headbar, saksi Agus Triyono,
saksi Resi Retnadila selaku server dan beberapa karyawan
restoran oliver lainnya yang datang menghampiri meja nomor
54 untuk mencoba memberikan pertolongan terhadap korban
Mirna dan mereka melihat warna Vietnamese iced coffee yang
telah dimasukkan racun sianida yang di minum korban Mirna
berwarna kuning seperti kunyit, tidak seperti warna Vietnamese
iced coffee pada umumnya yang berwarna cokelat kopi susu.
Selanjutnya sisa Vietnamese iced coffee tersebut di
simpan untuk nantinya dilakukan pemeriksaan sebagaimana
standar operasional prosedur (SOP) café oliver. Kemudian
saksi Ileng membawa korban Mirna menggunakan kursi roda
ke klinik Damayanti Cabang Grand Mall Indonesia, Jakarta
93
Pusat. Sesampainya di klinik terssebut sekiranya pukul 17.30
WIB, saksi Andre Yosua selaku dokter umum pada Klinik
Damayanti, melihat kondisi korban Mirna seperti orang yang
pingsan, badan agak kaku namun masih hidup. Kurang lebih 5
menit kemudian datang saksi Arief untuk membawa korban
Mirna ke Rumah Sakit Nasional Abdi Waluyo.
Setibanya di Rumah Sakit Nasional Abdi Waluyo
sekitar pukul 18.00 WIB saksi dr. Andriyanto selaku dokter
jaga pada Rumah Sakit Nasional Abdi Waluyo memeriksa
kondisi korban Mirna yang sudah dalam kondisi nadi tidak di
raba, nafas tidak ada dan denyut jantung tidak ada. Selanjutnya
saksi dr. Andriyanto tetap melakukan tindakan medis kepada
korban dengan bantuan nafas dan pompa jantung selama
kurang lebih 15 menit. Namun usaha bantuan tersebut tidak ada
hasilnya dan korban Mirna dinyatakan meninggal pada pukul
18.30 WIB di mana surat Rumah Sakit Nasional Abdi Waluyo
No. 004-dir-rsaw-1-2016 tertanggal 6 Januari 2016 yang berisi
resume atas nama I Wayan Mirna Salihin.
Akibat dari perbuatan terdakwa Jessica mengakibatkan
korban Mirna meninggal dunia sesuai dengan visum et repertum
menyimpul- kan bahwa pada pemeriksaan seorang perempuan
94
berumur 25-30 tahun sudah dilakukan pengawetan dan
pemeriksaan luar tidak ditemukan adanya perlukaan, ditemukan
bibir bagian dalam berwarna biru pada pemeriksaan toxicologi
forensic sebagian lambung tampak adanya bahan korosit. Sebab
kematian korban ini dengan kesimpulan bahwa dalam sisa
Vietnamese iced coffee terdapat natrium sianida. Sehingga
dokter ahli forensik yang melakukan pemeriksaan visum et
repertum terhadap korban Mirna yang menyimpulkan bahwa
penyebab kematian korban Mirna adalah karena sianida NaCN
yang jauh lebih besar dari dosis sehingga menyebabkan erosi
pada lambungnya. Perbuatan terdakwa Jessica Kumala Wongso
sebagaimana di atur dan di ancam dalam Pasal 340 KUHP.
Pada sidang tersebut, penasehat hukum terdakwa Jessica
langsung mengajukan keberatan atau eksepsi atas dakwaan
Penuntut Umum. Pada dasarnya isi eksepsi tersebut tidak setuju
dengan apa yang didakwakan oleh Penuntut Umum kepada
terdakwa di mana menurut Jaksa bahwa Mirna pergi membeli
sabun cuci tangan dan di isi ke dalam 3 paper bag dan di susun
di atas meja nomor 54 di café oliver dengan sedemikian rupa
dengan tujuan untuk menutupi gerakannya dalam memasukkan
racun. Pada faktanya bahwa terdakwa Jessica tidak pernah tahu
95
adanya cctv karena baru pertama kali ke Café Oliver. Lebih
lanjut pernyataan Jaksa Penuntut Umum yang menyatakan
bahwa terdakwa Jessica memasukkan natrium sianida NaCN ke
minuman Mirna, di sini Jaksa Penuntut Umum tidak
menjelaskan bagaimana kronologi, kapan, di mana atau
bagaimana cara terdakwa memasukkan natrium sianida tersebut
ke dalam Vietnamese iced coffee.
Selanjutnya penasehat hukum menyatakan bahwa
dakwaan Jaksa sangat tidak benar di mana tidak ada fakta-fakta
pembunuhan berencana, seharusnya Jaksa harus menjelaskan
secara detail agar tidak terputus-putus fakta-fakta yang ada,
sehingga dengan ketidakcermatan dakwaan Penuntut Umum,
maka akan mengakibatkan dakwaan Penuntut Umum menjadi
tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap. Oleh karena itu,
penasehat hukum terdakwa meminta agar majelis hakim
menyatakan dakwaan Penuntut Umum harus dinyatakan batal
demi hukum atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima.
Berdasarkan eksepsi yang diuraikan oleh penasehat
hukum terdakwa, maka kuasa hukum terdakwa memohon
kepada Majelis Hakim agar memberikan putusan sela dengan
amar putusan sebagai berikut: menerima dan mengabulkan nota
96
keberatan atau eksepsi ini, menyatakan surat dakwaan Penuntut
Umum batal demi hukum atau setidak-tidaknya tidak dapat di
terima, menetapkan agar pemeriksaan terhadap perkara ini tidak
dilanjutkan, memerintahkan Penuntut Umum agar melepaskan
terdakwa dari tahanan, memulihkan hak terdakwa dalam
memulihkan kedudukan harkat serta martabatnya serta
membebankan biaya perkara kepada Negara.
3. Pembuktian
Pembuktian pada kasus ini, bahwa dalam hasil visum
etrepertum yang dilakukan oleh Polri bahwa bagian bibir
dalam korban berwarna kebiruan dan lambungnya tergerus
oleh zat korosif, yang pada hasil visum etrepertum tim forensik
menemukan zat beracun Natrium Sianida (NaCN) sebanyak 15
gram/liter pada sisa Vietnamese iced coffee yang telah di
minum oleh Mirna, serta dalam lambung Mirna ditemukan
sebanyak 0.20 miligram/liter Natrium Sianida (NaCN).2
2 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang diupload
CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar Hasil
Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan keterangan video
: Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan berencana terhadap Wayan
Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica Kumala Wongso hari ini
menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang mendakwanya dengan pasal
pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl
Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016).“, di akses pada pukul 09.00 WIB
tanggal 1 Juli 2017.
97
Dalam proses pembuktian kasus tindak pidana, mengacu
pada tiga hal yaitu adanya kesalahan, sifat melawan hukum dan
kemampuan bertanggung jawab. Ketiga unsur ini jika terpenuhi
maka seorang terdakwa dapat dituntut di depan pengadilan dan
jika terbukti maka dapat di kenai sanksi pidana. Dalam
menjatuhi pidana pada seorang terdakwa, haruslah memenuhi
rumusan delik dalam Undang-Undang. Dalam hal ini, perbuatan
terdakwa haruslah memenuhi syarat-syarat yang ada pada suatu
perbuatan agar dapat di pidana berdasarkan pasal yang berkaitan
dengan tindak pidana yang terjadi.
Berkaitan dengan kasus ini, ahli hukum pidana dari
Universitas Gadjah Mada (UGM), Edward O. S. Hiariej,
menjelaskan bahwa pembuktian hukum dalam perkara pidana
tidak memerlukan bukti langsung atau direct evidence. Beliau
berpendapat bahwa dalam hukum pembuktian ada direct
evidence atau bukti langsung, serta ada pula circumstantial
evidence atau bukti tidak langsung dan berdasarkan pada fakta-
fakta yang ada bisa dibuktikan. Prof Edward O. S. Hiariej
berpendapat bahwa circumstantial evidence bisa didapatkan dari
surat, keterangan saksi, keterangan ahli, keterangan terdakwa,
98
sehingga dengan keterangan-keterangan di dalam persidangan,
majelis hakim dapat memutuskan perkara ini.
Penyidik memberikan pernyataan bahwa Polda Metro
Jaya sempat kesulitan menyelidiki motif Jessica dalam
membunuh Mirna. Didalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum
(JPU), yang juga menjadi pertimbangan hakim dalam
menetapkan vonis, disebutkan bahwa motif pembunuhan adalah
karena Jessica sakit hati dinasihati Mirna mengenai pacarnya.
Sakit hati itu muncul setelah Mirna menyarankan Jessica agar
putus dengan pacarnya yang suka kasar, pemakai narkoba, dan
tidak bermodal. Sikap itu yang di duga memicu Jessica
melakukan pembunuhan berencana pada Mirna saat pulang dari
Australia ke Indonesia. Dari keterangan suami Mirna, Arief
Soemarko, Jessica sering menceritakan hubungan dengan
pacarnya Patrick O’Connor yang bermasalah. Hal itu yang
membuat Mirna menasihati Jessica agar memutuskan Patrick
O’Connor, akan tetapi Jessica membantah.
Melalui Kuasa hukum, Jessica menyampaikan replik
dalam sidang perdana di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,
dengan berpendapat melalui kuasa hukumnya bahwa jaksa
penuntut umum berpendapat bahwa motif pembunuhan
99
terdakwa Jesica terhadap korban Mirna karena sakit hati. Kuasa
hukum terdakwa berpendapat bahwa, ini motif yang sangat tidak
masuk akal sampai untuk membunuh Mirna, Jessica harus
datang dari Australia ke Indonesia. Kuasa hukum Jesica,
meyakini bahwa Jessica tidak bersalah karena kurangnya bukti
yang menunjukkan Jessica membunuh Mirna. Jaksa Penutut
Umum juga di anggap tidak bisa menjelaskan bagaimana
rangkaian pembunuhan Mirna, apabila benar Jessica telah
merencanakan pembunuhan tersebut.
Pada persidangan kasus ini, dalam persidangan
dihadirkan para saksi ahli hukum pidana. Para ahli memiliki
pendapat yang berbeda-beda. Ada ahli pidana yang menyebut
bahwa pembunuhan berencana tidak perlu adanya motif, namun
adapula ahli pidana yang menyebutkan bahwa dalam
pembunuhan berencana harus adanya motif.
Ahli hukum pidana Universitas Islam Indonesia (UII) Dr.
Mudzakkir menjelaskan, dalam pembunuhan berencana motif
perlu di cari dan di buktikan, untuk mengetahui hal yang melatar
belakangi dan tujuan lebih lanjut setelah pelaku membunuh.
Beliaupun mengatakan bahwa dalam pembunuhan berencana
harus ada motif yang jelas. Kalau tidak ada motif itu artinya
100
bukan pembunuhan berencana,”. Menurut Dr. Mudzakkir,
apabila pelaku tidak ingin menjelaskan motif melakukan
pembunuhan, hal itu menjadi kewenangan penyidik untuk
melakukan pembuktian yang bisa dilakukan dengan menggali
keterangan dari orang lain. Sehingga dengan diketahuinya motif
maka profesionalisme seorang penyidik dapat dinilai dengan
baik. Menurut Mudzakir, jika dalam kasus Jessica motif
pembunuhan berencana tidak bisa dibuktikan, maka proses
hukum, tidak bisa dilanjutkan. Maka, apabila pembunuhan
berencana disebutkan tanpa motif yang kuat, majelis hakim
harus memutus untuk membebaskan Jessica dari segala
tuntutannya.
Berbeda pendapat dengan Dr. Mudzakkir, ahli hukum
pidana dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Edward O.
S. Hiariej yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum,
berpendapat bahwa untuk mengungkap kasus pembunuhan
berencana tidak diperlukan motif dari pelaku, karena dalam
pencarian alat bukti lebih penting dari pada sekadar mencari
motif pelaku. Kalimat berencana pada Pasal 340 KUHP
dimaksudkan dalam konteks teori hukum, di sebut kesengajaan
untuk tujuan tertentu. Beliau mengatakan bahwa dalam
101
pembunuhan berencana itu butuh pemikiran yang matang, hal
tersebutlah yang harus dibuktikan. Mengenai ada dan tidaknya
motif bukanlah hal yang penting dalam persidangan.
Menurut Prof. Edward O. S. Hiariej, motif tidak
diperlukan sama halnya dalam pembuktian hukum juga tidak
diperlukan bukti langsung. Hal ini merujuk pada fakta bahwa
tidak ada satu orang pun yang melihat langsung Jessica
memasukkan racun sianida ke dalam kopi Mirna. Pembuktian
perkara pidana dapat dilakukan dengan pembuktian tidak
langsung yang di dapat dari keterangan terdakwa, keterangan
saksi, keterangan ahli, maupun dokumen yang ditemukan
penyidik.
Dalam kasus Jesicca, tidak ada saksi yang melihat
langsung Jessica memasukkan racun sianida dalam kopi. Akan
tetapi tidak lantas membuat Jessica terbebas dari hukuman.
Dalam pembuktian perkara pidana dapat dilakukan dengan
pembuktian tidak langsung. Sehingga dalam kasus pembunuhan
berencana ini, terlepas dari ada dan tidak adanya motif, maka
Jaksa Penuntut Umum meyakini keterangan dari para saksi,
dokumen, serta catatan kriminal Jessica Kumala Wongso selama
102
di Australia mampu menjadi penguat alasan bahwa Jessicalah
yang membunuh I Wayan Mirna Salihin.
Pada kasus pembunuhan berencana yang telah dijelaskan
di atas, fakta-fakta itu memenuhi tiga unsur dalam pembunuhan
berencana, yakni disengaja, direncanakan, dan merampas nyawa
orang lain. Hal-hal yang memberatkan pada Jessica yakni
perencanaan terdakwa dilakukan secara matang, perbuatan
sangat sadis karena menyiksa terlebih dahulu sebelum
meninggal, keterangan berbelit-belit dan tidak mengakui
perbuatannya.3
Pada kasus pembunuhan ini, Terdakwa Jesicca dijatuhi
hukuman selama 20 tahun penjara oleh Hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat. Tidak terima dengan putusan tersebut
maka Jesicca melalui kuasa hukumnya mengajukan Banding ke
Pengadilan Tinggi Jakarta Pusat, akan tetapi hasil putusan
Pengadilan Tinggi Jakarta Pusat menguatkan putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, kemudian melalui kuasa
3 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang
diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar
Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan
keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan
berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica
Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang
mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu
(5/10/2016).“, di akses pada pukul 09.00 WIB tanggal 2 Juli 2017.
103
hukumnya Jesicca mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung,
akan tetapi putusan Mahkamah Agung menolak permohonan
kasasi yang ajukan oleh Jessica melalui kuasa hukumnya.
Sehingga Jesicca Kumala Wongso tetap menjalani hukuman
sesuai dengan apa yang telah diputuskan oleh Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat yaitu menjalani hukuman selama 20 tahun
penjara.4
Kasus pembunuhan Mirna seperti yang telah Penulis
kemukakan pada bab-bab sebelumnya, bahwa hal yang patut di
bahas dalam kasus ini adalah perbincangan mengenai motif
seorang Jesicca dalam melakukan pembunuhan berencana
terhadap sahabatnya Mirna. Pada dasarnya terdapat beberapa
perbedaan pendapat yang di temui dalam kasus ini, baik dari
lingkungan masyarakat yang beranggapan dan menilai dari
berbagai sisi, para ahli pidana dalam sidang kasus tersebut,
media yang juga sering mempertanyakan motif apa seseorang
melakukan tindak pidana pembunuhan. Tak lepas dari itu pula,
para penegak hukum baik penuntut umum serta hakim
4http://megapolitan.kompas.com/read/2017/06/22/14535931/kasasi.ditolak.
jessica.tetap.dihukum.20.tahun.penjara di akses pada Tanggal 7 Agustus 2017 Pukul
08.00 WIB.
104
menanyakan atau sering kali membuktikan apa penyebab
seseorang melakukan tindak pidana pembunuhan.
Dalam pembuktian perkara pidana kasus pembunuhan
yang harus dibuktikan adalah adanya tindak pidana. Dengan
adanya tindak pidana yang terjadi maka harus adanya saksi yang
telah mendengarkan, mengetahui, menyaksikan serta melihat
kejadian tindak pidana tersebut baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pada proses persidangan pada pengadilan, hakim
memiliki kewajiban serta harus mengikuti dan menggali bukti-
bukti yang di pakai dalam persidangan. Bukti-bukti tersebut
berguna agar supaya hakim benar-benar memberikan putusan
yang baik dalam suatu permasalahan hukum yang ada. Dalam
proses pembuktian, harus pula diperhatikan tentang ketentuan
yang berlaku, cara-cara yang telah dibenarkan oleh undang-
undang dalam hal membuktikan kesalahan para terdakwa.
Kemudian pada proses pembuktian hakim dalam
persidangan, hakim sering memakai 3 (tiga) teori pembuktian
yaitu:
a. Teori pembuktian berdasarkan undang-undang secara
positif. Teori ini dimaksudkan bahwa alat-alat bukti adalah
alat bukti yang harus berdasarkan atau sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.
b. Teori berdasarkan keyakinan hakim. Teori ini pada
dasarnya melekat pada hati seorang hakim. Hakim dapat
menilai seorang terdakwa berbicara jujur ataupun tidak
dalam hal pengakuannya dalam persidangan. Sehingga
teori ini berdasarkan hati nurani seorang hakim dalam
105
menentukan dan menilai seorang terdakwa bersalah
ataupun tidak bersalah.
c. Teori pembuktian hakim berdasarkan keyakinan hakim
atas alasan yang logis. Teori ini adalah teori dimana hakim
memutuskan seseorang bersalah harus berdasarkan
keyakinan. Berdasarkan keyakinan dimaksudkan bahwa
hakim harus memiliki keyakinan yang didasarkan pada
pembuktian-pembuktian yang ada dalam persidangan.
Hakim juga harus memiliki keyakinan dalam menentukan
seorang terdakwa bersalah atau terbebas dari dari tuntutan
penuntut umum.5
Oleh karena itu, dengan adanya pembuktian maka suatu
tindak pidana dapat semakin terang benderang. Dalam sistem
pertanggung jawaban pidana (criminal responsibility) dikenal
asas kesalahan. Asas ini merupakan asas yang umum dalam
hukum pidana di Indonesia. Dalam pertanggungjawaban pidana
terdapat 3 (tiga) unsur yaitu:
a. Seseorang harus mampu bertanggungjawab, dimaksudkan
bahwa seseorang di pidana jika telah melakukan tindak
pidana serta tindak pidana tersebut harus memenuhi unsur-
unsur yang telah di atur oleh undang-undang yang berlaku.
b. Adanya kesalahan, dimaksudkan bahwa dalam tindak
pidana tersebut akan di lihat apakah tindakan tersebut
dilakukan dengan sengaja atau adanya kelalaian serta
mampu tidaknya seseorang bertanggungjawab.
5 M. Haryanto, Op. Cit,, hlm. 117-119.
106
c. Tidak ada alasan pemaaf, dimaksudkan bahwa seorang
pelaku tindak pidana tidak dapat menghapuskan
kesalahannya. Di mana seorang terdakwa tersebut telah
melakukan sesuatu hal yang telah melanggar hukum yang
bersifat melawan hukum serta merupakan perbuatan
tindak pidana.6
Hakim dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
memeriksa, mengadili dan kemudian menjatuhkan putusan harus
didasarkan pada hukum yang berlaku dan juga berdasarkan
keyakinannya, bukan berdasarkan logika hukum semata.7 Ada 3
(tiga) hal yang menjadi pedoman bagi hakim dalam menghadapi
suatu perkara, sebagaimana dikemukakan oleh Purwoto S.
Gandasubrata, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam suatu perkara hukum atau undang-undangnya
sudah jelas, hakim hanya menerapkan hukumnya atau
dalam hal ini hakim bertindak sebagai terompet undang-
undang (la bounce de la loi).
2. Dalam suatu perkara yang hukum atau undang-undangnya
tidak atau belum jelas, maka hakim harus menafsirkan
hukum atau undang-undang melalui cara-cara atau metode
penafsiran yang berlaku dalam ilmu hukum.
6 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload
oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh
Jaksa, FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,
dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian
Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu
digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul
07.00 WIB tanggal 3 Juli 2017. 7 Ahmad Rifai, (2014), Op. Cit, hlm. 46.
107
3. Dalam suatu perkara di mana terjadi pelanggaran atau
penerapan hukumnya bertentangan dengan undang-
undang yang berlaku, maka hakim akan menggunakan hak
mengujinya berupa formale toetsingrecht atau
materieletoetsingrecht, yang biasanya dilakukan oleh
judex juris terhadap perkara yang diputus oleh judex facti.8
Dalam kasus ini, Penulis berpendapat bahwa pembuktian
hakim dalam perkara kasus pembunuhan berencana haruslah
sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku serta
melihat terpenuhinya unsur-unsur tindak pidana. Jika kedua hal
tersebut sudah terpenuhi maka hakim dapat menjatuhkan
putusan tanpa melihat unsur di luar dari kedua hal yang
disebutkan di atas.
Di dalam tindak pidana, ada dua hal yaitu adanya
perbuatan yang dapat di pidana (Verbrechen / crime atau
perbuatan jahat) serta pidana. Kemudian dalam tindak pidana
akan dibedakan menjadi dua hal yaitu unsur subyektif (unsur-
unsur yang melekat pada diri pelaku tindak pidana atau yang
berhubungan dengan diri pelaku serta termasuk didalamnya
yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya) dan
unsur objektif (unsur-unsur yang ada hubungannya dengan
8 Dikemukakan oleh H. R. Purwoto S. Gandasubrata, sebagaimana terdapat
dalam Purwoto Wignjosumarto, Peran Hakim Agung dalam Penemuan Hukum Dan
Penciptaan Hukum Pada Era Reformasi dan Transformasi, Majalah Hukum Dan
Varia Peradilan Edisi N0. 251 Bulan Oktober 2006, Ikahi, Jakarta, 2006, hlm. 68.
108
keadaan-keadaan yaitu di dalam keadaan-keadaan mana
tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan). Dengan
terpenuhinya kedua unsur tersebut maka seseorang dapat di
jatuhi pidana. Akan tetapi jika kedua unsur terpenuhi harus pula
dilihat pertanggungjawabannya dimana dapat dibagi menjadi
dua yaitu kesalahan (kesengajaan dan kealpaan) serta
kemampuan bertanggung jawab.
M. Haryanto berpendapat bahwa Kesalahan adalah
kebebasan kehendak manusia, di mana akan berkaitan dengan
dua teori yaitu determinisme (manusia tidak mempunyai
kebebasan kehendak, sehingga mengakui adanya kesalahan) dan
indeterminisme (manusia mempunyai kebebasan kehendak,
sehingga mengakui adanya kesalahan).9 Sedangkan dalam MvT
Kesengajaan adalah perbuatan yang dikehendaki dan di ketahui.
Ada dua (2) teori kesengajaan yaitu:
1. Wills Theorie (teori ini menitik beratkan pada apa yang
dikehendaki pada waktu berbuat).
9 M. Haryanto, (2017), Op. Cit., hlm 71.
109
2. Voorstelling Theorie (teori ini menitik beratkan pada apa
yang diketahui serta apa yang akan terjadi pada waktu akan
berbuat.10
Harus di ingat bahwa eleman pertama dari kesalahan adalah
kemampuan bertanggungjawab atau toerekeningsvat baarheid.11
Prof. Edward O. S. Hiariej berpendapat bahwa pertanggungjawaban
menurut van Hamel sebenarnya telah memberi ukuran mengenai
kemampuan bertanggungjawab yang meliputi tiga hal: pertama,
mampu memahami secara sungguh-sungguh akibat dari perbuatan;
kedua, mampu untuk menginsyafi bahwa perbuatan itu
bertentangan dengan ketertiban masyarakat; ketiga, mampu untuk
menentukan kehendak berbuat.12
Untuk menentukan seorang terdakwa bersalah atau tidak,
maka perlu di lihat adanya kesalahan serta adanya perbuatan yang
dilakukan bertentangan dengan hukum atau sering di sebut bersifat
melawan hukum. Jikalau suatu tindak pidana telah memenuhi
rumusan delik di dalam undang-undang hal itu harus di lihat bahwa
seseorang yang melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan
10 Ibid., hlm 72-74. 11 Eddy O. S. Hiariej, Prinsip-prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pusaka,
Yogyakarta, 2016, hlm 163. 12 Ibid hlm 163.
110
atau bersalah. Dalam hukum pidana di kenal asas geen straf zonder
schuld yang artinya tidak dapat di pidana tanpa ada kesalahan.
Penulis sependapat dengan apa yang telah dijelaskan
oleh P.A.F. Lamintang bahwa jika terpenuhinya unsur obyektif
dan unsur subyektif dalam tindak pidana, maka seorang
terdakwa dapat di jatuhi pidana. Adapun unsur-unsur subyektif
adalah unsur yang melekat pada diri seorang pelaku atau yang
berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk kedalamnya
yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya,
sedangkan unsur obyektif adalah unsur-unsur yang ada
hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu didalam keadaan-
keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus
dilakukan (seperti mendesak ataupun membela dirinya).
Dalam hal kasus menghilangkan nyawa orang lain maka
akan adanya sikap melawan hukum, dimana adanya tindakan
seseorang secara melawan hukum telah menghilangkan nyawa
orang lain. Hal diatas dimaksudkan bahwa seseorang dalam
menghilangkan nyawa seseorang, baik sengaja maupun tidak,
telah menyebabkan orang lain meninggal dunia, maka harus
dipertanggungjawabkan. Dalam hal kasus pembunuhan, baik
pembunuhan biasa maupun pembunuhan berencana.
111
Dalam pembunuhan biasa dan pembunuhan berencana
terdapat sedikit perbedaan, dimana dalam pembunuhan biasa
adanya perbuatan, perbuatan itu berupa menghilangkan nyawa
orang lain serta adanya hubungan sebab akibat (Causal verband)
perbuatan serta akibat perbuatan tersebut (kematian orang lain).
Dalam pembunuhan berencana dengan sengaja dan
terencana terlebih dahulu serta adanya perbuatan menghilangkan
nyawa. Hal yang membedakan antara Pasal 338 KUHP dan 340
KUHP adalah dalam Pasal 340 KUHP adanya pembunuhan yang
telah direncanakan terlebih dahulu. Dalam hal ini pada Pasal 340
KUHP telah adanya niat serta telah direncanakan secara baik
untuk menghilangkan nyawa orang lain. Sedangkan pada Pasal
338 di mana pembunuhan tersebut tidak adanya perencanaan
terlebih dahulu.
Dalam hal ini, penegak hukum harus benar-benar melihat
apakah dalam kasus pembunuhan tersebut telah direncanakan
atau hanya dalam hal membela diri. Cara untuk melihat apakah
seseorang membunuh secara berencanana atau pembunuhan
biasa tidak di lihat dari motifnya apa, akan tetapi di lihat dari
bukti-bukti dan saksi yang telah melihat kejadian tersebut.
112
4. Tuntutan Pidana
Sidang tuntutan kasus Jessica Kumala Wongso pada 5
Oktober 2016, para saksi memberikan keterangan yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lain dan saling melengkapi
sehingga kesaksian tersebut telah sesuai dan merupakan alat
bukti yang sah sesuai dengan Pasal 166 KUHAP dan 185
KUHAP. Analisa fakta dari keterangan saksi saling melengkapi
dan telah memenuhi persyaratan alat bukti yang sah.
Keterangan para saksi yang dihadirkan di persidangan
telah memenuhi Pasal 153 ayat (2), Pasal 283, Pasal 160 ayat (1)
dan (2), Pasal 164, Pasal 66, Pasal 185 ayat (1), (4) dan Pasal 6
KUHAP. Dengan demikian keterangan saksi merupakan alat
bukti yang sah menurut Pasal 185 ayat 10 KUHAP. Bahwa selain
ketentuan KUHAP yang disebut diatas, berdasarkan
yurisprudensi Hooge Raad Belanda yang mengakui keterangan
saksi sebagai bukti, sesuai dengan keputusan MA RI Nomor
300k/sip/1959/11 November 1959. Kesaksian testimoni tidak
dapat dibuktikan hal atau fakta. Namun, kesaksian ini dapat
dibuktikan sebagai hal atau fakta13.
13 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang
diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar
Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan
keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan
113
Terhadap keterangan saksi, Jaksa Penuntut Umum
berpendapat bahwa sudah sesuai dengan Pasal 185 KUHAP. Ia
dengar, ia lihat dan mengalami sendiri. Arti penting dari saksi
bukan hanya apa yang di lihat, di dengar dan dirasakan,
melainkan apakah kesaksian tersebut relevan dengan kasus yang
di tangani. Perluasan makna tersebut jika dikaitkan dengan
kesaksian Arief Sumarko, sehingga keterangan dari Arief
Sumarko yang mendengarkan cerita dari korban, di mana korban
menasihati terdakwa untuk putus dengan pacarnya Patrick yang
suka kasar dan pemakai narkoba, korban mengatakan untuk apa
pacaran sama orang yang kasar dan tidak modal. Hal tersebut
membuat terdakwa marah dan terdakwa memutuskan hubungan
dengan korban Mirna karena tidak terima telah dinasehati.
Dengan penjelasan diatas, Jaksa Penuntut Umum melihat
relevansi dengan kasus ini.
Keterangan saksi Kristie Louise Charter bahwa
pemeriksaan dilakukan oleh Polda Metro Jaya pada tanggal 29
Januari 2016, memberi keterangan dengan menggunakan Bahasa
berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica
Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang
mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu
(5/10/2016).“, di akses pada pukul 22.00 WIB tanggal 8 Agustus 2017.
114
Inggris akan tetapi diterjemahkan. dalam persidangan tersebut,
keterangan hanya dibacakan karena Kristie Louise Charter tidak
dapat hadir. Berdasarkan Pasal 162 KUHAP tetap mengakui
keterangan saksi tersebut. Jaksa Penuntut Umum berdasarkan
pada Pasal 162 KUHAP, sehingga keterangan Kristie Louise
Charter sah secara hukum.
Alat bukti keterangan ahli, bahwa berdasarkan ahli
pidana Prof. Edward O. S. Hiariej dalam Buku Teori dan Hukum
Pembuktian, halaman 66 ada beberapa klasifikasi menurut
Hodkingson dan James adalah (a) keterangan ahli berupa opini,
mengenai fakta yang di ketahui sebelum persidangan; (b)
keterangan ahli yang menjelaskan permasalahan teknis atau arti
dari kata; (c) keterangan atas fakta yang diberikan oleh ahli,
pengamatan, perbandingan dan deskripsi yang memerlukan
keahlian; (d) keterangan atas fakta yang diberikan oleh ahli, yang
tidak memerlukan keahlian untuk pengamatan, perbandingan
dan pendeskripsiannya dan yang terakhir; (e) keterangan dari
orang lain yang di terima mengenai sifat seorang ahli.14
14 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang
diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar
Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan
keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan
berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica
Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang
mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di
115
Bahwa klasifikasi di atas dapat disimpulkan bahwa
pendapat ahli dapat di bagi dua yaitu: (a) pendapat mengenai
suatu masalah yang menjadi topik persidangan berdasarkan
pengetahuan ahli tanpa memerlukan perbuatan sebelumnya (b)
pendapat ahli atas dasar sebelum perbuatan tersebut dilakukan
sebelum persidangan seperti penelitian.
Dalam buku M. Yahya Harahap, dalam keadaan tertentu
dianggap memenuhi prinsip pemenuhan unsur dalam KUHAP
alasannya bila keterangan ahli diberikan dalam keahlian yang
berbeda dan apa yang diterapkan oleh ahli tersebut bukanlah
suatu hal yang atau keadaan yang sama atau yang berbeda namun
saling bersesuaian. Berdasarkan klasifikasi ahli tersebut, maka
dipersidangan telah diperdengarkan keterangan ahli yang
berbeda yakni Arif Purnomo sebagai ahli kedokteran forensik
dan Ahli forensik Universitas Indonesia (Dokter di RSCM),
Budi Sampurna, Ahli toksikologi Puslabfor Mabes Polri,
Kombes Nur Samran Subandi, dan Ahli toksikologi forensik
Universitas Udayana Bali, I Made Agus Gel gel Wirasuta, di
mana keterangan para ahli tersebut walaupun berasal dari
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu
(5/10/2016).“, di akses pada pukul 12.00 WIB tanggal 9 Agustus 2017.
116
disiplin ilmu yang berbeda, akan tetapi saling berkesesuaian satu
dengan yang lainnya melengkapi sedemikan rupa serta
membenarkan adanya kejadian pembunuhan berencanan
terhadap korban Mirna dengan perencanaan terlebih dahulu
menggunakan racun sianida oleh terdakwa.15
Ahli kedokteran Forensik dr. Slamet Purnomo dan Ahli
forensik Universitas Indonesia (Dokter di RSCM) Budi
Sampurna, yang pada intinya menyatakan bahwa korban Mirna
sebelum meminum Vietnamese iced coffee masih dalam keadaan
sehat. Berdasarkan keterangan saksi bahwa korban Mirna
merasakan kopi yang tidak enak, susah bernafas, kejang-kejang,
mulut mengeluarkan buih, dan kaki kaku. Bahwa dalam hal
kematian yang tidak wajar, sebagai dokter forensik harus
melakukan penegakkan hukum sesuai dengan permintaan
penyidik, karena pihak keluarga Mirna yang pada awalnya
keberatan dalam rangka otopsi, maka setelah mendapatkan
penjelasan dari penyidik dan atas kompromi dari keluarga Mirna
maka ada kesepakatan untuk melakukan pemeriksaan dengan
15 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload
oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh
Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,
dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian
Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu
digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul
23.10 WIB tanggal 9 Agustus 2017.
117
melakukan pengambilan sample organ berupa lambung,
empedu, urine dan memberikan informasi penyebab kematian
Mirna.
Setelah dilakukan pengambilan organ sample tubuh
Mirna maka adanya kelainan pada lambung dan pencernaan pada
kolosit pada mukosa lambungnya. Di mana dalam kondisi
tersebut tidak berkesesuaian dengan kondisi korban Mirna yaitu
sebelum meninggal dan sebelum meminum Vietnamese iced
coffee maka dokter forensik sebelum dapat menentukan sebab
kematian sebelum dilakukan pemerikasaan toksikologi atas
minuman Vietnamese iced coffee dan sample organ tubuh Mirna,
berdasarkan circumtantial evidence dan antara lain keterangan
dari para korban dan saksi di TKP, saksi Hani Juwita Boon dan
saksi karyawan restoran Oliver, pengamatan cctv yang di amati
oleh ahli dan ahli forensik dan toksologi berupa berita acara
pemeriksaan Labforensik, barang bukti sisa minuman dan organ
cairan tubuh yang pada pokoknya menyatakan adanya racun
sianida atau NaCN yang ada pada sisa minuman Vietnamese iced
coffee dan lambung korban Mirna, maka ahli forensik
kedokteran memastikan adanya kelainan pada tubuh korban dan
kematian korban disebabkan oleh racun sianida atau NaCN.
118
Keterangan Ahli toksikologi forensik Universitas
Udayana Bali, I Made Agus Gel Gel Wirasuta, bahwa pada
intinya menyatakan bahwa sisa minuman Vietnamese iced coffee
dan sample organ tubuh korban Mirna dilakukan pemeriksaan
toksikologi untuk mengetahui ada tidaknya zat atau bahan
berbahaya yang dapat menyebabkan korban meninggal dunia.
Bahwa berdasarkan berita acara pemerikasaan laboratorium
kriminalistik, barang bukti sisa minuman dan organ cairan tubuh
nomor lab 086.a/ket/2016 pada pokoknya menyatakan bahwa
adanya racun sianida pada sisa minuman Vietnamese iced coffee
dan organ tubuh korban yaitu lambung korban Mirna. Dokter
tersebut melakukan percobaan terhadap proses pembuatan
Vietnamese iced coffee dengan beberapa kemungkinan tahapan
waktu tepatnya racun sianida hingga dimasukkan ke dalam
Vietnamese iced coffee.16
Dalam kasus ini, ahli digital forensik memberikan
kesimpulan bahwa: saksi Rangga Dwi Saputra dan saksi Devi
16 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang
diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar
Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan
keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan
berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica
Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang
mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu
(5/10/2016).“, di akses pada pukul 23.30 WIB tanggal 9 Agustus 2017.
119
Krisnawati Siagian yang mengawati dan memeriksa sisa dan
warna sisa Vietnamese iced coffee yang telah diminum oleh
korban Mirna dan menyatakan warna hasil percobaan 6, es di
tambah susu filter kopi dan air panas, filter di masukkan NaCN
kemudian di aduk sangat mendekati dengan warna sisa
Vietnamese iced coffee yang telah di minum oleh korban Mirna
di mana Vietnamese iced coffee tersebut juga memberikan bau
yang menyengat.
Berdasarkan hasil percobaan adanya kemungkinan
penambahan racun sianida oleh saksi Rangga selaku barista dan
hasil pengamatan rekaman cctv gerakan saksi Rangga yang telah
di analisa oleh ahli digital forensik maka dapat dibuktikan bahwa
tidak ada pergerakan atau aktivitas lain dari saksi Rangga dalam
meracik Vietnamese iced coffee sehingga saksi rangga tidak
terbukti telah menambahkan racun sianida ke dalam Vietnamese
iced coffee yang diracik olehnya. Berdasarkan hasil percobaan
kemungkinan penambahan racun sianida dari saksi Agus
Triyono sebagai pengantar Vietnamese iced coffee dan dari hasil
pengamatan cctv dalam pergerakan saksi Agus Triyono yang
telah di analisa oleh ahli digital forensik maka dapat dibuktikan
bahwa tidak ada gerakan ataupun aktivitas lain dari saksi Agus
120
Triyono dalam menyajikan Vietnamese iced coffee ke meja 54
sehingga tidak terbukti telah menambahkan racun sianida ke
dalam kopi yang telah di racik oleh saksi Rangga.
Pada hasil pencobaan kemungkinan penambahan racun
sianida oleh terdakwa selaku pemesan dan hasil pengamatan
rekaman cctv terhadap pergerakan terdakwa yang mencurigakan
selama menguasai Vietnamese iced coffee di meja 54
berdasarkan analisa ahli digital forensik serta hasil pemeriksaan
laboratorium forensik Polri terhadap barang bukti sisa kopi yang
di minum oleh korban Mirna telah mengandung NaCN. Maka
berdasarkan bukti dan faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdakwa selaku pemesan Vietnamese iced coffee yang
bertanggungjawab terhadap penambahan racun ke dalam
Vietnamese iced coffee yang telah di minum oleh korban Mirna.
Bahwa para ahli toksikologi forensik telah menentukan kadar
sianida yang ada di dalam sisa minuman Vietnamese iced coffee
maupun menentukan kadar sianida yang di minum oleh korban
Mirna, di mana telah dapat ditentukan bahwa korban Mirna telah
meminum racun sianida di atas dosis mematikan.
Para ahli toksikologi forensik juga telah menerangkan
tentang waktu dimasukkan racun sianida ke dalam minuman
121
Vietnamese iced coffee yaitu pada hari rabu tanggal 6 Januari
2016, sekiranya pada pukul 16.30 WIB sampai dengan pukul
16.45 WIB, sebagaimana berita acara pengujian penentuan
waktu dimasukkannya racun sianida ke dalam Vietnamese iced
coffee serta pengaruh sianida terhadap kasus peracunan sianida
dengan korban atas nama I Wayan Mirna Salihin Nomor lab:
1257/ktf/2016 tetanggal 11 April 2016.
Ahli digital forensik Muhammad Nuh A. Azhar dan
Christopher Hariman Rianto, menyatakan bahwa ahli digital
forensik telah melakukan analisa terhadap rekaman cctv yang
pada restoran oliver yang merekam peristiwa pada hari rabu 6
januari 2016, bahwa terhadap rekaman cctv tersebut ahli digital
forensik menyatakan tidak adanya penyisipan atau pun
pemotongan atas frame-frame pada file rekaman cctv tersebut.
Ahli digital forensik menerangkan bahwa gerakan-
gerakan para saksi dan terdakwa dalam restoran oliver dengan
menggunakan peralatan digital forensik sehingga dapat
menerangkan rangkaian kejadian secara utuh yang terjadi di
restoran oliver dari mulai kedatangan terdakwa sampai dengan
beberapa peristiwa setelah korban Mirna meninggal di café
oliver yang meliputi pembuatan Vietnamese iced coffee oleh
122
saksi Rangga, penyajian oleh saksi Agus Triyono, rangkaian
pergerakan terdakwa di meja 54, bar dan kasir. Beberapa
aktivitas karyawan restoran oliver ketika berinteraksi dengan
terdakwa serta korban Mirna. Peristiwa korban Mirna meminum
Vietnamese iced coffee sehingga korban Mirna pingsan sampai
dengan upaya pengamanan sisa minuman Vietnamese iced coffee
dari meja 54 menuju ke bar dan pantry.
Hasil pemeriksaan digital forensik terhadap rangkaian
gerakan terdakwa di meja 54 pada sekiranya pukul 16.29 WIB
sampai dengan pukul 16.33 WIB telah menunjukkan adanya
pergerakan terdakwa mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan
memindahkan gelas Vietnamese iced coffee yang semula berada
di depannya ke arah tengah meja 54 yang kemudian gelas
Vietnamese iced coffee tersebutlah yang di minum oleh korban
Mirna sebagaiaman berita acara pemeriksaan laboratorium
forensik kriminalistik barang bukti Nomor Lab 246/fkp/2016
pada tanggal 27 Januari 2016.
Ahli Toksologi atas nama Dr. Antonia Ratih Andjayani
dan Prof. Dr. Sarlito Wirawan, menyatakan bahwa para ahli
psikologi melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa untuk
menilai bahwa kondisi psikologis dan kelainan perilaku dari
123
terdakwa dengan menggunakan metode kualitatif dan
mengamati hasil rekaman cctv yang telah di analisa oleh ahli
digital forensik. Ahli psikologi juga melakukan observasi
dengan mengamati perilaku orang-orang di café oliver dan
semakin mengerucut yang akhirnya tertuju pada satu orang yaitu
Jessica Kumala Wongso. Kemudian dilakukan observasi yang
makin fokus kepada tampilan perilaku yang bersangkutan dan
dapat disimpulkan perilaku tidak lazim apa saja yang
ditampilkan serta dalam rentang waktu kapan kemungkinan
manipulasi terhadap kopi dilakukan17.
Ahli psikolog menyimpulkan perilaku terdakwa yang
melakukan cash bill atas pesanan Vietnamese iced coffee dan
dua cocktail serta terdakwa menjanjikan makan malam kepada
korban Mirna dan teman-temannya merupakan perilaku yang
tidak wajar. Selain itu ahli psikolog juga melihat dan
menyimpulkan perilaku terdakwa yang meletakkan paper bag
sedemikian rupa di atas meja nomor 54 sehingga menghalangi
17 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang
diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar
Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan
keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan
berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica
Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang
mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu
(5/10/2016).“, di akses pada pukul 11.00 WIB tanggal 10 Agustus 2017.
124
pandangan dari lingkungan sekitar meja 54 merupakan perilaku
yang tidak lazim karena seolah-olah membentengi pergerakan
terdakwa di meja 54 agar tidak terlihat sehingga kemungkinan
bagi terdakwa untuk memanipulasi minuman Vietnamese iced
coffee yang akan di minum oleh korban Mirna.
Psikiatri Forensik Natalia Widiasih Rahardjanti
menyatakan bahwa ahli psikiater forensik yang melakukan
pemeriksaan psikiatri dan pemeriksaan psikologi terhadap
terdakwa dengan cara melakukan wawancara dengan terdakwa
dan keluarga beserta teman terdakwa baik yang ada di Indonesia
maupun yang ada di Autralia untuk mendapatkan data valid
tentang kondisi kejiwaan terdakwa. Kesimpulan dari
pemeriksaan tim ahli dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
dr. Cipto Mangun Kusumo yang terdiri dari psikiater dan
psikolog klinis adalah sebagai berikut: kesimpulan visum et
repertum psikiatrum nomor tu: 02.02/IX.15.10/033/2016
tertanggal 15 Maret 2016 yang dibuat dan ditandatangani oleh
tim ahli dari RSU Pusat Nasional dr. Cipto Mangun Kusumo
yang terdiri dari psikiater dan psikolog klinik menyebutkan:18
18 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang
diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut
Ikhtisar Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016,
125
1. Terperiksa Jessica Kumala Wongso pada saat pemeriksaan
tidak didapatkan adanya tanda-tanda gangguan jiwa berat.
Tidak didapatkan gangguan-gangguan proses berpikir dan
gangguan intelektual yang dapat mempengaruhi
kecakapan terperiksa untuk menjalani proses hukum.
2. Terperiksa saat ini dinilai memilki daya,nilai dan
pertimbangan yang baik dan dapat memahami perkara
hukum serta proses hukum yang dijalaninya.
3. Terperiksa dinilai cakap untuk menghadiri dan menjalani
proses persidangan
4. Terperiksa memiliki resiko untuk melakukan tindak
kekerasan berulang terhadap dirinya sendiri maupun
kepada orang lain apabila ia berada dalam situasi tekanan
dan tidak mendapatkan dukungan sosial.
5. Terperiksa Rangga Dwi Saputro tidak didapatkan adanya
gambaran fakta resiko untuk melakukan perbuatan yang
berpotensi untuk mencelakakan diri dan orang lain. Tidak
ada riwayat pelanggaran hukum lainnya, tidak didapatkan
dengan keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus
pembunuhan berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya.
Terdakwa Jessica Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut
umum, yang mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan
digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat,
Rabu (5/10/2016).“, dikunjungi pada pukul 12.00 WIB tanggal 10 Agustus 2017.
126
faktor resiko yang menjadi motivasi internal ataupun
ekstenal untuk melakukan suatu pelanggaran hukum
terkait kejadian perkara yang sedang di jalani ini.
Tidak ada gambaran kepribadian anti sosial atau psikopat
serta tidak ada riwayat ketergantungan terhadap zat
terlarang.
6. Terperiksa Agus Triyono tidak didapatkan adanya
gambaran faktor resiko untuk melakukan perbuatan
hukum seperti dalam perkara ini. Tidak ada riwayat
berurusan dengan aparat hukum sebelumnya, tidak ada
riwayat sengaja menyakiti orang lain, tidak terlihat adanya
faktor resiko berupa motivasi internal terhadap
kemampuan menolak motivasi eksternal untuk melakukan
perkara pidana. Gambaran anti sosial atau psikopat serta
tidak ada riwayat ketergantungan terhadap zat terlarang.
Kriminolog Prof. Dr. Ronny Nitibaskara menyatakan
bahwa ahli kriminolog telah melakukan wawancara dengan
terdakwa dan telah melakukan pengamatan terhadap hasil
rekaman cctv yang telah di analisa oleh ahli digital forensik.
Pada hasil pengamatan cctv dapat disimpulkan kalau bahasa
tubuh terdakwa menunjukkan semacam ketegangan dan
127
kecemasan sebelum korban Mirna sampai di meja 54 di mana hal
tersebut mencerminkan terdakwa tegang.
Ahli yang diajukan oleh penasihat hukum terdawa,
dimana Jaksa Penuntut Umum menanggapi bahwa ahli patologi
forensik yang pakai dalam persidangan oleh penasihat hukum
terdakwa tidak dapat dijadikan sebagai ahli dalam kasus ini
karena seharusnya yang menjadi saksi ahli adalah yang berlatar
belakang keilmuan analisis toksikologi bukan toksikologi
lingkungan.
Kemudian dalam persidangan, ahli Pidana Dr. Mudzakir
yang mensyaratkan harus dibuktikan adanya motif dalam Pasal
340 KUHP, karena merupakan delik materiil yang menganut
ajaran kausalitas, di mana Penuntut Umum menanggapi bahwa
unsur-unsur delik dalam Pasal 340 KUHP adalah : unsur
barangsiapa, unsur sengaja, unsur rencana dan unsur merampas
nyawa orang lain. Keempat unsur tersebut bersifat kumulatif dan
harus dibuktikan oleh Penuntut Umum dalam persidangan.
Dalam perkara kasus ini, ada 6 (enam) hal yang
disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum terkait motif yaitu:19
19 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload
oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh
Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,
dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian
128
1. Motif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai dorongan atau latar belakang orang melakukan
sesuatu.
2. Motif haruslah dibedakan dalam kesengajaan dalam
hukum pidana adalah bentuk kesalahan yakni hubungan
antar sikap pelaku dan perbuatan yang dilakukan. Syarat
kesengajaan adalah mengetahui dan menghendaki.
3. Ajaran kesalahan yang di anut hukum pidana Indonesia
adalah teori kesalahan deskriptif normative artinya jika
perbuatan pelaku sudah memenuhi unsur delik dan
deskripsi perbuatan tersebut sebagai dimaksud oleh
pembentuk Undang-Undang serta pelaku dapat
dipertanggungjawabkan maka hakim dapat menjatuhkan
pidana. Berdasarkan teori kesalahan deskriptif normative,
motif adalah sesuatu yang letaknya di luar unsur delik.
Konsekuensi lebih lanjut, motif tidak perlu dibuktikan.
4. Motif dalam hukum pidana adalah hal yang meringankan
atau memberatkan pelaku ketika hakim akan menjatuhkan
putusan.
Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu
digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul
13.00 WIB tanggal 10 Agustus 2017.
129
5. Motif adalah penjelasan terjadinya suatu tindak pidana
yang merupakan kajian kriminologi sedangkan hukum
pidana hanya membatasi tindak pidana sebagai gejala
simptomatik dan bukan menyelesaikan kejahatan sebagai
kausatif.
6. Dalam konteks Pasal 349 KUHP, berdasarkan memorie
Van Toelichting pembentuk Undang-Undang sama sekali
tidak memasukkan motif dalam Pasal tersebut.
Mengenai kata-kata sengaja dan rencana dalam Pasal 340
KUHP pada hakikatnya bukan merupakan motif, melainkan suatu
corak kesengajaan yang dalam konteks teori di kenal sebagai Dolus
premeditatus dalam literatur hukum Jerman, dolus disebut sebagai
yang mensyaratkan 3 hal yaitu:20
1. Pelaku memutuskan kehendak dalam keadaan tenang.
2. Ada jangka waktu yang cukup antara keputusan kehendak dan
pelaksanaan kehendak.
3. Pelaksanaan kehendak dilakukan dalam keadaan tenang,
adanya kata-kata pembunuhan dengan rencana adalah delik
terkualifikasi untuk memberatkan pidana.
20 Eddy O. S. Hiariej, Prinsip-prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma
Pusaka, Yogyakarta, 2016, hlm. 181-182.
130
Hal lain yang perlu di pahami bahwa dalam dakwaan
penuntut umum terhadap pembunuhan berencana, motif selalu
diuraikan. Akan tetapi penguraian motif dalam dakwaan tersebut
semata-mata untuk mengkonstruksikan perbuatan sebagai suatu
rangkaian. Sedangkan terhadap motif itu sendiri tidaklah perlu
dibuktikan karena bukan merupakan unsur pasal yang tercantum
dalam pasal a quo walaupun motif itu terbukti hanyalah bonus
terhadap kualitas pembuktian, namun sebaliknya jika motif tersebut
tidak terbukti bukanlah berarti pembuktian terhadap perbuatan
pidana tidak terbukti. Demikian pula halnya ketika berbicara
mengenai ajaran kausalitas dalam hukum pidana, juga tidak
membutuhkan motif.
Ajaran kausalitas sangatlah dipentingkan untuk delik
materiil yang menitikberatkan pada akibat dan tindakan atau
kelakuan. Pembunuhan termasuk pembunuhan berencana adalah
delik materiil karena sesungguhnya yang dilarang dalam kejahatan
pembunuhan adalah akibat mati. Dalam kaitannya dengan
kejahatan pembunuhan yang di pakai adalah teori generalisir atau
individualisir sebagai misal jika seseorang mati setelah memakan
makanan yang telah diberi arsenik maka berdasarkan teori
generalisir bahwa menurut perhitungan yang layak, arsenik
131
tersebutlah yang mengakibatkan mati, sementara menurut teori
individualisir harus di teliti lebih lanjut berapa kandungan arsenik
dalam makanan tersebut.21
Pada sidang kasus ini, terdakwa melupakan semua
kejadian di Café Oliver, akan tetapi terdakwa masih mengingat
kejadian yang jauh sebelum kejadian di Café Oliver, serta
terdakwa tidak mengakui sosok terdakwa yang terekam cctv,
tidak mengakui menyusun paper bag, tidak mengakui berita
acara rekonstruksi, tidak mengakui menyentuh dan
memindahkan sedotan dan gelas yang berisi Vietnamese iced
coffee di meja 54. Intinya bahwa terdakwa menyangkal semua
keterangan para saksi dan para ahli serta surat yang saling
bersesuaian dan berhubungan antara keterangan satu dengan
keterangan yang lainnya saling melengkapi sedemikian rupa
yang membenarkan adanya suatu kejadian pembunuhan
terhadap korban Mirna dengan rencana terlebih dahulu.
21 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload
oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh
Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,
dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian
Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu
digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul
13.00 WIB tanggal 11 Agustus 2017.
132
Dengan kesaksian para saksi, para ahli, barang bukti dan
semua keterangan yang berkaitan satu dengan lainnya maka
Penuntut Umum menuntut terdakwa Jessica Kumala Wongso
dengan tuntutan Pidana penjara selama 20 tahun.
Kasus ini pada dasarnya para saksi ahli pidana dari kuasa
hukum Jessica dan Penuntut Umum mempermasalahkan tentang
motif terdakwa Jesicca dalam membunuh korban. Para saksi ahli
pidana tesebut memberikan pendapat mereka baik yang
mendukung dan tidak mendukung adanya motif dalam tindak
pidana pada kasus ini.
B. ANALISIS
1. Putusan Hakim
Sidang pada hari Kamis, 27 Oktober 2016 Majelis
Hakim PN Jakarta Pusat menjatuhkan hukuman 20 tahun
penjara kepada terdakwa Jessica Kumala Wongso dalam
pembacaan vonis. Majelis hakim menyatakan bahwa Jessica
Kumala Wongso alias Jessica terbukti bersalah melakukan
tindak pidana pembunuhan berencana. Jessica diyakini
terbukti bersalah meracuni Mirna dengan menaruh racun
sianida dengan kadar 5 gram. Jessica di sebut menutupi
133
aksinya dengan cara meletakkan 3 paper bag di atas meja
nomor 54.
Keputusan tersebut di atas berdasarkan keseluruhan
fakta-fakta dan bukti-bukti yang terungkap di persidangan,
Hakim mengungkap- kan kebenaran kasus pembunuhan
terhadap korban Mirna. Majelis Hakim menilai dan
mempertimbangkan apakah alat-alat bukti seperti
keterangan saksi, keterangan ahli, surat-surat petunjuk dan
keterangan terdakwa sebagaimana di atur dalam Pasal 184
ayat (1) KUHAP, memiliki nilai pembuktian yang sah dan
dapat di terima secara hukum. Sehingga fakta-fakta
tersebut berkualitas secara hukum untuk mengungkapkan
dengan jelas dan tidak terbantahkan peristiwa
pembunuhan berencana sebagaimana dalam dakwaan
Jaksa Penuntut Umum Pasal 340 KUHP. Hakim
menimbang keterangan para saksi, bahwa dalam
keterangan saksi yakni sesuai dengan apa yang di dengar,
di lihat, di alami sendiri dalam peristiwa ini, sehingga
keterangan tersebut saling berkaitan antara keterangan
yang satu dengan keterangan yang lainnya. Maka Majelis
Hakim berpendapat bahwa sejauh keterangan yang ada
134
relevansinya dengan kasus ini, maka di anggap adalah alat
bukti yang sah.22
Dalam hal keterangan ahli, Majelis Hakim berpendapat
bahwa dalam perkara ini adalah adanya korban meninggal dunia
akibat minum vietnam ice coffe yang di pesan oleh terdakwa
Jessica dan untuk mengetahui penyebab kematian korban
tersebut memerlukan pembuktian yang akurat. Oleh karena
barang bukti serta bukti surat seperti visum etrepertum dan surat-
surat lain terkait dengan kematian korban Mirna ada di tangan
Jaksa Penuntut Umum selaku penuntut Negara, tidak ada bukti
tandingan yang dimiliki oleh penasehat hukum terdakwa. Ketika
para ahli melakukan kajian ilmiah hukum di luar barang bukti
dan alat bukti selain yang dimiliki Jaksa Penuntut Umum, maka
mengesampingkan pendapat dan keterangan ahli dari pihak
penasihat hukum terdakwa.
22 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang
diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut
Ikhtisar Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016,
dengan keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus
pembunuhan berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui
ujungnya. Terdakwa Jessica Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa
penuntut umum, yang mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana.
Sidang tuntutan digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar
Raya, Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016).“, di akses pada pukul 14.00 WIB
tanggal 11 Agustus 2017.
135
Terhadap keterangan dari pendapat ahli terkait terkait
kandungan sianida di dalam tubuh korban Mirna, menurut
Majelis Hakim untuk menilai dan memperdebatkan pandangan
para ahli tersebut sah-sah saja. Akan tetapi adalah menjadi
kewenangan Majelis Hakim untuk menilai apakah pendapat ahli
tersebut diterima atau ditolak. Sesuai ketentuan Pasal 1 ayat 9
KUHAP, sesuai Pasal 1 ayat 28 KUHAP, menyatakan pendapat
para ahli sesuai keahlian khusus yang dimiliki hanya diperlukan
Majelis Hakim untuk membuat terang peristiwa pidana guna
kepentingan pemeriksaan persidangan ini
Dalam sidang, Majelis Hakim menerima surat
keterangan ahli jika pendapat ahli tersebut relevan dengan pokok
masalah, akan tetapi jika tidak relevan maka majelis hakim dapat
mengesampingkan pendapat ahli tersebut. karena Hakim
berwenang untuk menguji kebenaran tersebut tanpa harus
mempertentangkan pendapat ahli yang dihadirkan Jaksa dan
Penasehat Hukum terdakwa. Sehingga keterangan ahli yang
sudah di dengar di pengadilan bisa dijadikan sebagai salah satu
alat bukti yang sah menurut hukum untuk menguatkan
kebenaran kasus ini.
136
Dalam persidangan kasus ini diperlihatkan alat bukti
surat yaitu berita acara berkas-berkas perkara dan lampirannya
termasuk putusan pra peradilan atas nama Jessica Kumala
Wongso Nomor bb/117/II/2016 Direskrimum tertanggal 18
Januari 2016, beserta segala surat yang terlampir di dalam
merupakan surat resmi yang diperoleh secara sah dan patut
berdasarkan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 133 ayat (1)
(2) KUHAP, Pasal 184 ayat (1) huruf (c) KUHAP dan Pasal 187
KUHAP. Sejauh mana ada relevansinya dengan perkara ini maka
dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang sah untuk
mengungkapkan kebenaran perkara ini.23
Perihal tidak diketemukannya penyebab kematian
korban Mirna, Hakim sependapat dengan para ahli toksikologi
dan forensik untuk dilakukan autopsi terhadap korban. Namun,
jika tidak dilakukannya otopsi maka perlu diketahui penyebab
kematian Mirna, untuk mengungkap kebenaran kematian korban
Mirna, yang akan dibuktikan melalui fakta yang terungkap
23 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang
diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar
Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan
keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan
berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica
Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang
mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu
(5/10/2016).“, di akses pada pukul 16.00 WIB tanggal 11 Agustus 2017.
137
dipersidangan dan akan digali apakah dalam kopi itu ada natriun
sianida atau tidak. Jika ada, maka siapa yang patut diduga
memasukkan racun di kopi Mirna yang akhirnya akan diketahui
apakah di dalam tubuh Mirna ada natrium sianida yang
menyebabkan korban meninggal dunia.
Berdasarkan Pasal 188 ayat (1) KUHAP, yang dimaksud
Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang
persesuaiannya baik antara yang satu dengan yang lain maupun
dengan tindak pidana itu sendiri menandakan bahwa telah terjadi
suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. Petunjuk tersebut dapat
di peroleh dari keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa.
Dari penjelasan bahwa alat bukti petunjuk terbentuk apabila ada
rangkaian perbuatan atau keadaan yang saling bersesuaian antara
keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa, telah terjadi
suatu tindak pidana. Dari persesuaian mana akhirnya di ketahui
siapa pelakunya.
Bahwa demikian yang dalam rekaman cctv yang
dipersoalkan oleh penasehat hukum terdakwa tidak layak
dijadikan sebagai Circumtantial evidence dalam persidangan
kasus ini, maka majelis hakim berpendapat bahwa cctv yang ada
di café oliver bukan sengaja diperuntukkan kasus pada perkara
138
ini akan tetapi secara umum sebelumnya telah terpasang di
tempat tersebut yang biasa memantau setiap kejadian yang
terjadi di lingkungan café oliver sehingga cctv tersebut tidak
harus di kuasai sendiri oleh pejabat yang berwenang karena
menyangkut adanya dugaan telah terjadi tempering atau
penyisipan pada video maupun gambar pada cctv tersebut. Para
ahli digital tersebut telah di sumpah dipersidangan.
Keterangan terdakwa, Pasal 1 ayat (15) KUHAP,
pengertian terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut,
diperiksa dan diadili di sidang pengadilan. Bahwa sesuai Pasal
189 ayat (3) KUHAP keterangan terdakwa hanya dapat
diperuntukkan diri sendiri. Menunjukkan bahwa pembuktian alat
bukti lain seperti keterangan terdakwa, keterangan ahli, surat dan
petunjuk lebih tinggi nilainya daripada keterangan terdakwa.
Itulah sebabnya, Majelis Hakim di setiap persidangan selalu
mengingatkan terdakwa agar jujur dan tidak boleh berbohong
pada setiap jawaban yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum
dan Hakim terkait peristiwa pidana yang dilakukan, diketahui
dan dialaminya sendiri. Walaupun terdakwa Jessica memiliki
hak ingkar, bukan berarti sesuka hati harus berbohong dalam
persidangan. Semua keterangan terdakwa maupun sikap
139
terdakwa dalam proses persidangan ini, akan majelis hakim nilai
dan dipertimbangkan secara cermat dan komprehensif.
Bahwa jika keterangan yang dilakukan terdakwa tidak
sesuai alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat (1)
KUHAP bukan berarti terdakwa harus dilepaskan atau
dibebaskan dari semua dakwaan penuntut umum. Dalam kaitan
dengan kasus ini, Hakim menggunakan teori generalisir atau
teori individualisir. Kedua teori ini, digunakan untuk
mempermudah pengungkapan fakta bahwa jika seseorang mati
setelah memakan atau meminum sesuatu yang telah diberikan
arsenik atau natrium sianida maka berdasarkan teori generalisir
adalah arsenik natrium sianida tersebutlah yang mengakibatkan
matinya seseorang. Sementara menurut teori individualisir harus
diteliti lebih lanjut apa kandungan arsenik atau natrium (NaCN)
sianida dalam makanan atau minuman tersebut serta apakah
kandungan demikian dapat mengakibatkan mati atau ada hal-hal
lain yang mengakibatkan kematian.
Bahwa terkait konteks pembunuhan berencana,
terkadang tidak ada satupun saksi yang melihat pembunuhan
tersebut dilakukan. Terdakwa tidak mengakui akan
perbuatannya, dalam hal demikian perlu dicari bagaimana
140
pembuktian secara formil dan materiil dilakukan, ditemukan
dengan 3 cara yaitu:24
1. Secara formil bahwa dalam hukum pembuktian pidana,
pada prinsipnya memiliki nilai pembuktian yang sama dan
sederajat terkecuali alat bukti keterangan terdakwa.
Nilainya lebih rendah dari alat bukti lain karena dalam
Pasal 189 ayat (3) KUHAP menyebutkan bahwa
keterangan terdakwa hanya berlaku terhadap dirinya
sendiri. Dalam konteks pidana, hakim tidak terikat secara
mutlak pada alat bukti tertentu.
2. Secara formal untuk membuktikan tidak perlu adanya
saksi mata untuk melihat kejadian tersebut, artinya jika
seseorang terdakwa menggunakan racun sianida untuk
membunuh, barang yang digunakan untuk melakukan
kejahatan dan racun tersebut dimasukkan kedalam
minuman, maka tidak harus ada saksi mata yang melihat
racun tersebut dimasukkan kedalam minuman. Untuk
membuktikannya, Penuntut Umum maupun hakim dapat
24 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload
oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh
Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,
dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian
Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu
digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul
21.00 WIB tanggal 11 Agustus 2017.
141
menggunakan circumstantial evidence atau bukti yang
tidak langsung. Misalnya, siapa yang memesan minuman
tersebut berada dipenguasaan siapa? apakah ketika orang
tersebut menguasai minuman adakah gerak gerik yang
mencurigakan? Apabila pertanyaan diatas dapat dijawab
dengan pasti, baik menggunakan alat bukti keterangan
saksi, keterangan ahli maupun keterangan barang bukti
lainnya selama ada persesuaian satu fakta yang lain maka
sudah dapat menimbulkan keyakinan bagi hakim bahwa
dialah pelakunya. Dalam konteks teori pembuktian
demikian di kenal dengan istilah corporating evidence
artinya bukti yang satu di perkuat dengan bukti yang lain,
kendatipun bukti-bukti tersebut hanya sebagai
circumtancial evidence.
3. Secara materiil, apabila terdakwa tidak mau mengakui
perbuatannya, maka hakim dapat menggunakan teori
kesengajaan yang diobjektifkan. Disini hakim
menyimpulkan dari hal-hal yang lahir atau objective
standing hearing sepanjang fakta-fakta bukti dan ada
persesuaian antara bukti yang satu dengan bukti yang lain
142
maka secara objektif pelaku telah dengan sengaja
melakukan tindak pidana tersebut.
Pada putusan kasus ini, Hakim berpendapat bahwa
terdakwa Jessica mampu untuk bertanggungjawab perbuatannya
seperti yang akan dibuktikan akan dilakukan dalam unsur-unsur
dakwaan keterangan di bawah ini:25
1. Unsur barangsiapa sudah terbukti secara sah dan
meyakinkan.
2. Unsur dengan sengaja. Dalam hukum pidana kesengajaan
adalah bentuk kesalahan yakni hubungan antara sikap
batin terdakwa dengan perbuatan yang dilakukan. Syarat
kesengajaan adalah aware and willed atau mengetahui dan
menghendaki. Bahwa dari unsur sengaja tersebut, hakim
harus bisa memastikan apakah terdakwa betul-betul
mengetahui dan menghendaki apa yang akan terjadi dan
apa akibatnya. Namun, sebelum melakukan perbuatan
yang dikehendaki tersebut dengan sebutan unsur
kesengajaan melakukan perbuatan pidana, majelis hakim
25 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di
upload oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun
Penjara Oleh Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal
5 Oktober 2016, dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa
dalam kasus kematian Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang
pembacaan tuntutan itu digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu
(5/10/2016)”, di akses pada pukul 07.00 WIB tanggal 12 Agustus 2017.
143
berpendapat perlu diketahui apa yang menjadi penyebab
dilakukan kejahatan tersebut yang disebut sebagai motif.
Menurut hakim, sekalipun motif bukan merupakan unsur
delik, akan tetapi perlu juga digali apakah ada faktor
penyebab terjadinya suatu tindak pidana yang merupakan
kajian kriminologi. Sebab tanpa adanya motif, sangat sulit
rasanya seseorang begitu saja melakukan tindak pidana
terhadap orang lain, terlebih perbuatan itu ditujukan pada
pembunuhan berencana yang terdapat dalam Pasal 340
KUHP. Terkecuali terhadap pembunuhan biasa yang diatur
pada Pasal 338 KUHP, bisa saja dilakukan secara spontan
membunuh seseorang. Berbeda dengan Pasal 340 KUHP,
dalam pembunuhan berencana terdapat tiga karakter:26
a. Pelaku memutuskan dalam keadaan tenang
b. Ada jangka waktu yang cukup atas pemutusan dan
pelaksanaan kehendak.
26 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang
diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar
Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan
keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan
berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica
Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang
mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu
(5/10/2016).“, di akses pada pukul 09.00 WIB tanggal 12 Agustus 2017.
144
c. Pelaksanaan kehendak dilakukan dalam keadaan
tenang. Artinya pelaku sudah berpikir secara matang
dan terstruktur untuk melaksanakan niat jahat.
Adanya tindakan pembunuhan, maka Hakim terlebih
dahulu akan mengungkap adanya motif atau latar belakang
terjadinya peristiwa pidana tersebut. Hal itu diketahui oleh Arief
suami Mirna, saksi Christy, Saksi Darmawan Salihin, yang
saling berkesesuaian dengan keterangan terdakwa bahwa selama
kurang lebih 8 bulan di tahun 2015 khususnya bulan November
terdakwa mengalami depresi, suka mabuk dengan alkohol,
menabrak rumah panti jompo pada tahun 2015, terdakwa juga
berulang-ulang mengancam ingin membunuh, ingin bunuh diri
dan sempat di rawat di Rumah Sakit karena mencoba memotong
tangannya.
Pada saat sakit, terdakwa Jessica mengatakan bahwa jika
ingin membunuh, ia bisa mendapatkan senjata api dan tau
takaran yang pas untuk membunuh. Berdasarkan fakta di atas
majelis hakim dapat menilai bahwa Jessica mengalami
ketidakstabilan emosi berupa agresifitas yang awalnya ditujukan
pada dirinya dengan berulangkali ingin membunuh diri dan
berperilaku meminum alkohol berlebih yang berpotensi melukai
145
orang lain atau menabrak rumah panti jompo. Kemudian adanya
perilaku yang suka mengancam orang lain. Dengan rentetan
kejadian diatas maka Majelis Hakim berpendapat bahwa
kedatangan terdakwa Jessica ke Indonesia bukan untuk liburan
akan tetapi membawa beberapa masalah dan ada maksud lain
dari kedatangannya.
Hal tersebut di atas, diperkuat dengan keterangan ahli
psikiatri forensik, di mana terdakwa berpotensi untuk
berperilaku agresif terhadap diri sendiri maupun orang lain bila
berada dalam keadaan tekanan. Sehingga Hakim berkesimpulan
bahwa sebab musabab atau motif kematian korban adanya sebab
unsur sakit hati atau dendam. Dengan adanya motif, sebelum
peristiwa pidana terjadi, maka majelis hakim akan membuktikan
apakah ada unsur sengaja terkait kematian Mirna atau tidak.
Teori kesengajaan yaitu dari sadar adanya kehendak
melakukan sesuatu kejahatan tertentu seseorang yang melakukan
dengan sengaja harus memiliki kehendak dan mengetahui akibat
dari perbuatan tersebut. Untuk mengkaitkan pembunuhan
berencana dan teori kesengajaan, maka majelis hakim memakai
teori generalisir dan teori individualisir. Untuk mengetahui
kedua teori tersebut harus melihat unsur kesengajaan. Hakim
146
berpendapat bahwa unsur dengan sengaja telah terpenuhi secara
sah dan meyakinkan menurut hukum. Unsur kesengajaan terdiri
dari:27
1. Unsur direncanakan terlebih dahulu. Unsur ini adalah
kelanjutan dari unsur dengan sengaja yang artinya unsur
sengaja tidak akan terpenuhi jika tidak ada perencanaan
terlebih dahulu seperti yang sudah dipertimbangkan di
atas. Sengaja dan rencana dalam Pasal 340 KUHP
merupakan corak dolus premeditatus. Jika seseorang
membunuh dengan racun, maka pelaku sudah memiliki
pemahaman terkait dengan racun tersebut. Majelis hakim
berpendapat bahwa sebagai bukti bahwa terdakwa telah
merencanakan, secara matang adanya kesadaran dengan
hati, adanya strategi waktu yang sangat singkat dan
keefisien mungkin dengan memanfaatkan acara reuni.
2. Unsur merampas nyawa orang lain. Unsur ini di mana
akibat dengan unsur sengaja dan direncanakan terlebih
27 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang
diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar
Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan
keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan
berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa
Jessica Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang
mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu
(5/10/2016).“, di akses pada pukul 10.00 WIB tanggal 12 Agustus 2017.
147
dahulu oleh terdakwa Jessica Kumala Wongso. Yang di
maksud marampas nyawa orang lain adalah
menghilangkan nyawa atau jiwa orang lain sehingga dia
tidak bernyawa (meninggal dunia). Oleh karena
perampasan jiwa orang lain dapat dilakukan dengan
perencanaan yang matang, maka sudah cukup jika si
terdakwa berpikir sebentar saja sebelum atau pada waktu
ia melakukan kejahatan itu.
Hakim sangat yakin bahwa Mirna meninggal karena
adanya racun sianida. Hakim berpendapat sesuai dengan bukti
yang ada, Jessica terbukti secara sah secara hukum telah
merampas nyawa Mirna. Hakim meyakini bahwa terdakwalah
yang menaruh racun di kopi Mirna dengan dasar bahwa kopi
tersebut ada di bawah pengawasan terdakwa kurang lebih 51
menit. Majelis Hakim menilai, terdakwa memanfaatkan suasana
dengan menangis dengan sungguh tulus, akan tetapi majelis
hakim berpendapat bahwa itu adalah hal yang pura-pura.
Dalam sidang kasus ini, Hakim menolak seluruh
pembelaan yang dibacakan oleh terdakwa Jessica Kumala
Wongso, terlebih terdakwa tidak pernah menyesali perbuatannya
karena menurut terdakwa bukan dia yang menaruh racun ke kopi
148
Mirna. Hakim berpendapat bahwa seharusnya kuasa hukum
terdakwa harus turut mencari informasi kekurangan dan
kelebihan terdakwa.
Pertimbangan dan penilaian Hakim terhadap pembelaan
penasehat hukum terdakwa untuk selain dan selebihnya tidak
perlu dipertimbangkan lagi karena berbagai pendapat ahli yang
kontroversial terkait dengan sebab kematian korban Mirna telah
dipertimbangkan dalam unsur-unsur delik dimuka. Oleh karena
itu, permohonan penasehat hukum agar terdakwa dibebaskan
dari segala tuntutan atau dakwaan Jaksa Penuntut Umum di
tolak.
Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan
melakukan tindak pidana pembunuhan berencana sebagaimana
dalam dakwaan tunggal Pasal 340 KUHP. Hakim tidak
mendapatkan hal-hal yang menghapuskan kesalahan terdakwa
baik alasan pemaaf maupun alasan pembenar pada diri terdakwa
maka terdakwa haruslah dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana
setimpal dengan perbuatannya.
149
Hal-hal yang memberatkan terdakwa adalah:
1. Perbuatan terdakwa telah mengakibatkan korban I Wayan
Mirna Salihin telah meninggal dunia.
2. Perbuatan terdakwa adalah keji dan sadis, di mana
dilakukan pada teman terdakwa sendiri.
3. Terdakwa tidak pernah menyesal dengan apa yang telah
diperbuatnya.
4. Terdakwa tidak mengakui atas perbuatannya sendiri.28
Hal-hal yang meringankan terdakwa adalah terdakwa
masih berusia muda diharapkan bisa memperbaiki diri di
masa depan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka Hakim
memberikan putusan sebagai berikut:
1. Menyatakan terdakwa Jessica Kumala Wongso telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pembunuhan berencana.
28 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di
upload oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun
Penjara Oleh Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal
5 Oktober 2016, dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa
dalam kasus kematian Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang
pembacaan tuntutan itu digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu
(5/10/2016)”, di akses pada pukul 12.00 WIB tanggal 12 Agustus 2017.
150
2. Menjatuhkan pidana pada terdakwa tersebut dengan
pidana penjara selama 20 tahun.
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah
di jalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dengan
pidana yang dijatuhkan kepadanya.
4. Menetapkan terdakwa tetap ditahan.
5. Menetapkan barang bukti berupa BB nomor 1-18 dirampas
untuk dimusnahkan. Nomor 19-29 tetap terlampir dalam
berkas perkara. Nomor 30 dikembalikan pada saksi Arief
Sumarko, 31-45 dikembalikan pada restoran oliver melalui
saksi Dewi Siagian.
6. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya
persidangan sebesar Rp. 5000.29
29 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload
oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh
Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,
dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian
Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu
digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul
15.00 WIB tanggal 12 Agustus 2017.
151
2. Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Tindak Pidana
Pembunuhan Terkait Motif
Dalam memberikan putusan, Hakim Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat menggunakan bukti tak langsung atau
circumstancial evidence dalam kasus pembunuhan berencana
korban Mirna yaitu rekaman cctv, keterangan para saksi dan
keterangan para ahli dalam persidangan dan memutuskan Jessica
Kumala Wongso bersalah melakukan pembunuhan berencana
kepada I Wayan Mirna Salihin.
Hakim menjelaskan bahwa secara formal untuk
membuktikan tindak pidana, tidak perlu ada saksi mata dan
apabila terdakwa menggunakan instrumen racun yang
dimasukkan ke dalam minuman maka tidak perlu ada orang yang
melihat orang memasukkan racun tersebut. Maka hakim dapat
menggunakan circumstancial evidence atau bukti tidak
langsung. Pada kasus ini, berdasarkan putusan hakim bahwa
bukti tidak langsung berasal dari beberapa kejadian yaitu siapa
yang memesan kopi tersebut, siapa yang menguasai minuman
tersebut, serta adanya gerak-gerik yang mencurigakan30.
30 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload
oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh
Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,
dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian
152
Secara materiil apabila terdakwa tidak mau mengakui
sepanjang fakta terbukti dan saling berkesesuaian maka secara
objektif terdakwa melakukan perbuatan tersebut31. Teori
kesengajaan yang diobjektifkan terdakwa telah sengaja
melakukan tindak pidana pada korban dan memenuhi unsur yang
didakwakan Jaksa Penuntut Umum.32
Pertimbangan Hakim PN Jakarta Pusat dalam mengadili
dan memutus kasus pembunuhan berencana, Hakim
memutuskan bahwa terdakwa yaitu Jessica telah bersalah atas
kematian temannya I Wayan Mirna Salihin. Putusan yang
ditetapkan oleh majelis hakim yaitu 20 tahun penjara, hal ini
sesuai dengan tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum. Dalam
Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu
digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul
18.00 WIB tanggal 12 Agustus 2017. 31 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang
diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar
Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan
keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan
berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica
Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang
mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu
(5/10/2016).“, di akses pada pukul 19.00 WIB tanggal 12 Agustus 2017. 32 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang
diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar
Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan
keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan
berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica
Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang
mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu
(5/10/2016).“, di akses pada pukul 21.00 WIB tanggal 12 Agustus 2017.
153
membacakan pertimbangan putusan, Hakim menyebutkan hal-
hal yang memberatkan Jessica Kumala Wongso yaitu akibat
perbuatan terdakwa mengakibatkan korban meninggal,
perbuatan terdakwa Jessica adalah sangatlah keji dan sadis
karena dilakukan kepada teman sendiri, terdakwa tidak pernah
menyesali perbuatannya dan tidak mengakui perbuatan sendiri.
Akan tetapi ada hal yang meringankan bagi terdakwa yaitu
terdakwa Jessica masih muda serta masih memiliki kesempatan
untuk memperbaiki perbuatannya di masa yang akan datang.
Dalam pertimbangan majelis hakim pula bahwa tiga
bukti yang ada di atur di dalam KUHAP adalah sah, dimana
bukti cctv yang selama ini dipersoalkan oleh tim penasihat
hukum di bantah oleh majelis hakim. Hakim menilai cctv bisa
menjadi alat bukti yang sah selama berkesesuaian dengan
keterangan saksi dan dapat dijadikan alat bukti yang sah.
Apalagi, penggunaan cctv untuk mengungkap suatu tindak
pidana sudah sering dilakukan oleh para penegak hukum dan
diatur dalam UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE).
Dalam putusan Hakim tidak sependapat dengan
keterangan ahli pidana Dr. Mudzakir tentang otopsi yang
154
terdapat di dalam Peraturan Kapolri. Hakim menilai bahwa
kewajiban otopsi tersebut berada di dalam Peraturan Kapolri
yang secara hirarkis posisinya berada jauh di bawah KUHAP.
Walaupun tidak dilakukan otopsi di dalam tubuh korban bukan
berarti penyebab kematian tidak bisa ditemukan.
Hakim menegaskan bahwa dalam kasus ini, tidaklah
harus ada saksi mata yang melihat seseorang melakukan
perbuatan pidana. Hakim bisa memperoleh dari bukti tidak
langsung atau circumstantial evidence33. Kecurigaan terhadap
pihak kafe Olivier yang mungkin melakukan pembunuhan juga
dijelaskan oleh hakim dengan logika34. Bagi majelis hakim, jika
benar pihak kafe Olivier yang merencanakan pembunuhan maka
pasti sisa Vietnamese iced coffee sudah di buang. Artinya,
33 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload
oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh
Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,
dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian
Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu
digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul
07.00 WIB tanggal 13 Agustus 2017. 34 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang
diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar
Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan
keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan
berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica
Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang
mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu
(5/10/2016).“, di akses pada pukul 10.00 WIB tanggal 13 Agustus 2017.
155
sianida sudah ada di dalam Vietnamese iced coffee tersebut
sebelum penyidik melakukan pemeriksaan.
Majelis hakim menjelaskan kapan terdakwa Jessica
memasukkan racun itu ke dalam Vietnamese iced coffee milik
korban Mirna, sesungguhnya hanya terdakwa Jessica sendiri
yang dapat mengetahuinya, di mana pada saat meletakkan 3
paper bag di atas meja nomor 54 (hakim melihat sesuai dengan
rekaman cctv). Hakim merunutkan satu persatu kejadian yang
telah dilakukan oleh terdakwa Jessica, mulai dari menjadi orang
pertama yang sampai di Grand Mall Indonesia, kemudian
membelikan sabun cuci tangan, memesan minum dan sekaligus
membeli minum bagi teman-temannya serta meletakkan 3 paper
bag di atas meja 54. Menurut Majelis Hakim, hal yang dilakukan
terdakwa sangatlah tidak lazim, terlebih dalam membeli untuk
teman-temannya yaitu sabun untuk mencuci tangan. Sedangkan
jika di lihat dari usia mereka tidaklah sesuai jika memberikan
hadiah seperti sabun cuci tangan. Majelis menilai beberapa
tindakan Jessica tidak seperti orang biasanya. Seperti
pembayaran bill yang dilakukan diawal. Hakim beranggapan
156
bahwa tujuan membayar diawal tersebut agar terdakwa Jessica
dapat meninggalkan lokasi dengan cepat.35
Hakim berpendapat bahwa unsur-unsur dalam Pasal 340
KUHP telah terpenuhi. Di mana adanya syarat kesengajaan
adalah mengetahui dan menghendaki, dimana terdakwa Jessica
telah benar-benar memahami apa yang akan terjadi dengan
korban atas tindakannya, ada jeda waktu antara niat dan
perbuatan, serta perbuatan dilakukan dengan tenang. Jessica
membangun skenario reuni untuk melancarkan niat tersebut.
Kemudian terdakwa Jessica datang terlebih dahulu dengan
alasan takut terjebak macet, mencari posisi tempat duduk yang
jauh dari jangkauan cctv dan berpindah tempat duduk yang
tertutup oleh tanaman hias.
Majelis Hakim menjelaskan dalam persidangan bahwa
motif seorang terdakwa Jessica melakukan pembunuhan
berencana terhadap sahabatnya sendiri dikarenakan adanya rasa
35 https://www.youtube.com/watch?v=7SWy30MpAmc Video yang
diupload CNN Indonesia dengan judul “FULL 5: Tuntutan Jaksa ... Berikut Ikhtisar
Hasil Rekonstruksi & Keterangan Ahli” pada tanggal 5 Oktober 2016, dengan
keterangan video : Setelah hampir 4 bulan berjalan, sidang kasus pembunuhan
berencana terhadap Wayan Mirna Salihin akan menemui ujungnya. Terdakwa Jessica
Kumala Wongso hari ini menghadapi tuntutan jaksa penuntut umum, yang
mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Sidang tuntutan digelar di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu
(5/10/2016).“, di akses pada pukul 11.00 WIB tanggal 13 Agustus 2017.
157
sakit hati. Hakim berpendapat bahwa motif tidak masuk ke
dalam unsur delik dalam Pasal 340 KUHP, namun perlu juga
untuk mengetahui penyebab terjadinya suatu tindak pidana.
Sebab, tanpa adanya motif sangat sulit seseorang melakukan
perbuatan pidana kepada orang lain, terutama dalam
pembunuhan berencana. Dalam kasus ini, jelas Hakim melihat
motif seorang Jessica dalam melakukan pembunuhan
berencana.36
Dalam tindak pidana, terdapat unsur-unsur (perbuatan) di
mana perbuatan tersebut menimbulkan akibat yang disebabkan
oleh kelakuan seseorang. Akan tetapi, tidak semua perbuatan
tersebut dapat dikategorikan sebagai tindak pidana, terkecuali
sudah diatur terlebih dahulu oleh undang-undang (adanya unsur-
unsur rumusan dalam undang-undang).
Fungsi utama seorang hakim adalah memberikan putusan
terhadap perkara yang diajukan kepadanya, di mana dalam
perkara pidana, hal itu tidak lepas dari sistem pembuktian negatif
36 https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload
oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh
Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,
dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian
Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu
digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul
13.00 WIB tanggal 13 Agustus 2017.
158
(negative wetterlijke), yang pada prinsipnya menentukan bahwa
suatu hak atau peristiwa atau kesalahan dianggap telah terbukti,
disamping adanya alat-alat bukti menurut undang-undang juga
ditentukan keyakinan hakim yang dilandasi dengan integritas
moral yang baik.37
Berdasarkan penjelasan di atas, dalam suatu kasus tindak
pidana, Hakim dalam menentukan seseorang bersalah ataupun
tidak bersalah, sangatlah penting melihat unsur-unsur dalam
delik, bukan melihat apa tujuan seseorang melakukan tindak
pidana. Jika unsur-unsur dalam rumusan delik terpenuhi, maka
apapun alasan seseorang melakukan tindak pidana tidak di
perlukan, akan tetapi hakim dapat memutuskan bahwa seseorang
bersalah telah melakukan tindak pidana karena telah terpenuhi
unsur-unsur dalan tindak pidana yang sesuai dengan rumusan
undang-undang yang berlaku. Akan tetapi jika tidak terpenuhi
unsur-unsur dalam rumusan delik maka hakim harus
memutuskan bebas dari segala tuntutan bagi seorang terdakwa.
Untuk menentukan seseorang bersalah ataupun tidak,
maka harus merujuk pada rumusan undang-undang atau
rumusan delik dari setiap pasal yang berkaitan dengan tindak
37 Ahmad Rifai, (2014) Op. Cit.,, hlm. 102.
159
pidana. Dalam hal ini, pada tindak pidana pembunuhan haruslah
mengacu pada unsur-unsur dalam Pasal 338, 339, dan 340
KUHP.
Pada kasus perbuatan pidana menghilangkan nyawa
orang lain, haruslah memenuhi syarat dalam delik, dimana
perbuatan tersebut menyebabkan adanya suatu kematian
(hilangnya nyawa orang lain) serta adanya hubungan sebab dan
akibat (causal verband) antara perbuatan dan akibat kematian
(orang lain). Akan tetapi dalam tindak pidana pembunuhan,
dibedakan pembunuhan biasa dan pembunuhan berencana.
Seperti halnya dalam Pasal 338, 339 dan 340 KUHP memiliki
unsur rumusan delik yang berbeda pula. Pada Pasal 338 KUHP
unsur rumusan deliknya yaitu unsur obyektif yaitu perbuatan
yang menghilangkan nyawa orang lain dan unsur subyektif
adalah unsur dengan sengaja yang berarti dalam melakukan
tindak pidana pembunuhan. Pasal 339 KUHP unsur obyektif
adanya pembunuhan yang di ikuti, di sertai dengan tindak
pidana. Unsur subyektifnya adalah dilakukan tindak pidana
dengan maksud serta mempersiapkan diri dan mempermudah.
Mengenai alat bukti dan barang bukti yang sah, maka
akan berpedoman pada hukum acara pidana yang mengatur alat
160
bukti dan barang bukti yang sah menurut hukum yang berlaku.
Serta hakim dalam hal mempertimbangkan putusan dalam
perkara pidana haruslah menggali, mengikuti dan memahami
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan dalam masyarakat.
Pada proses persidangan kasus ini, hakim
mempertimbangkan teori pembuktian yang sering digunakan
dalam memutuskan perkara pidana. Teori tersebut terdiri dari
tiga yaitu Teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim
semata-mata (conviction intime), Teori pembuktian berdasarkan
keyakinan hakim dalam batas-batas tertentu atas alasan yang
logis (conviction rasionnee), Teori pembuktian yang hanya
berdasarkan kepada alat-alat pembuktian yang di sebut oleh
undang-undang secara positif (positif wettelijk bewijstheorie)
dan Teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim yang
timbul dari alat-alat bukti dalam undang-undang secara negatif
(negatief wettelijk bewijstheorie).
Dalam hal penjatuhan pidana, hakim dalam memutuskan
perkara haruslah berdasarkan pada teori pembuktian. Salah satu
Teori ratio decidendi, teori ini didasarkan pada landasan filsafat
yang mendasar, yang mempertimbangkan segala aspek yang
berkaitan dengan pokok perkara yang disidangkan kemudian
161
mencari peraturan perundang-undangan yang relevan dengan
pokok perkara yang disidangkan sebagai dasar hukum dalam
penjatuhan putusan, serta pertimbangan hakim harus didasarkan
pada motivasi yang jelas untuk menegakkan hukum dan
memberikan keadilan bagi para pihak yang berperkara.38
Penjatuhan pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak
pidana, pada dasarnya haruslah mempertimbangkan segala
aspek tujuan, yaitu sebagai berikut:39
a. Sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari ancaman
suatu kejahatan yang dilakukan oleh pelakunya.
b. Sebagai upaya represif agar penjatuhan pidana membuat
pelakunya jera dan tidak akan melakukan tindak pidana di
kemudian hari.
c. Sebagai upaya preventif agar masyarakat luas tidak
melakukan tindak pidana sebagaimana yang dilakukan
oleh pelaku.
38 Ibid.,, hlm. 110. 39https://www.youtube.com/watch?v=3wZPGfDdjgY video yang di upload
oleh Berita Hangat dengan judul “Jessica Wongso DITUNTUT 20 Tahun Penjara Oleh
Jaksa , FULL Sidang Jessica Wongso 5 Oktober 2016” pada tanggal 5 Oktober 2016,
dengan keterangan video “Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus kematian
Wayan Mirna Salihin, dituntut 20 tahun penjara. Sidang pembacaan tuntutan itu
digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2016)”, di akses pada pukul
22.11 WIB tanggal 13 Agustus 2017.
162
d. Mempersiapkan mental masyarakat dalam menyikapi
suatu kejahatan dan pelaku kejahatan tersebut, sehingga
pada saatnya nanti pelaku tindak pidana dapat di terima
dalam pergaulan masyarakat.
Oleh karena itu, hakim dalam memutuskan suatu perkara
pidana harus memiliki rasa keadilan, kebijaksanaan, ketepatan,
kecermatan, ketelitian, sehingga dengan itu semua maka akan
menghasilkan putusan yang baik serta berkeadilan.
Dalam kasus ini jelas bahwa Jaksa Penuntut Umum dan
Majelis Hakim mempertimbangkan motif seorang terdakwa
Jessica melakukan pembunuhan berencana. Jelas bahwa
JaksaPenuntut Umum dan Majelis Hakim membacakan alasan
mencari motif dalam kasus ini untuk melihat tujuan seorang
terdakwa melakukan pembunuhan berencana. Majelis Hakim
dengan memperhatikan semua alat-alat bukti yang dihadirkan
dalam persidangan yaitu agar supaya adanya relevansi antara
bukti satu dengan bukti yang lain agar dapat melihat corak motif
pembunuhan dalam kasus ini.
Penulis juga berpendapat bahwa dalam hal majelis
Hakim dan penunut umum membuktikan motif dalam kasus ini
agar supaya benar dapat mengungkapkan perbuatan pidana dan
163
pembuktian perkara pidana ini merupakan salah satu strategi
bagi Jaksa Penuntut Umum agar meyakinkan majelis hakim
bahwa terdakwa bersalah dan perbuatan terdakwa memenuhi
unsur subyektif dalam tindak pidana.
Dalam teori kesalahan tidak membutuhkan motif dalam
pertanggung jawaban pidana, hal ini dapat dilihat dalam
pertanggungjawaban pidana ada tiga unsur yang harus dipenuhi
yaitu (a) kemampuan bertanggungjawab yang artinya dalam
pertanggung jawaban pidana harus adanya kemampuan untuk
membedakan-bedakan antara perbuatan yang baik dan buruk,
sesuai dengan hukum dan yang melawan hukum (faktor akal)
serta kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut
keinsyafan tentang baik dan buruknya perbuatan tadi (faktor
perasaan/kehendak); (b) Kesengajaan (Dolus) dan Kealpaan
(Culpa) yang artinya dalam teori kehendak kesengajaan adalah
kehendak yang diarahkan pada terwujudnya perbuatan seperti
dirumuskan dalam wet (unsur-unsur delik dalam undang-
undang)40, (c) Alasan penghapus pidana yang artinya dalam
alasan penghapus pidana terdapat 2 (dua) yaitu : alasan tidak
dapat dipertanggungjawabkan seseorang yang terletak pada diri
orang itu dan alasan tidak dapat dipertanggungjawabkannya
seseorang yang terletak di luar orang itu.
Dalam kasus pidana, motif dipergunakan untuk
menjelaskan mengapa seseorang melakukan tindak pidana.
Motif berbeda dari kesengajaan (intent). Kesengajaan
merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam hampir semua
tindak pidana. Namun, motif biasanya bukan merupakan unsur
tindak pidana. Penuntutan dalam perkara pidana tidak perlu
membuktikan bahwa terdakwa memiliki motif di dalam
melakukan tindak pidana. Motif umumnya dibuktikan oleh
penuntut umum untuk lebih meyakinkan hakim bahwa terdakwa
bersalah41.
40 Ahmad Rifai, (2014), OP. Cit.,, hlm. 186.
41http://www.nolo.com/legal-encyclopedia/is-motive-required-criminal-
offense.html di akses pada tanggal 29 April 2017 pukul 19.00 WIB.
164
Akan tetapi Penulis berpendapat bahwa jika sudah
terpenuhi unsur kesalahan, maka seseorang terdakwa dapat
dipidanakan sesuai dengan undang-undang yang berlaku tanpa
melihat motif apa terdakwa melakukan tindak pidana. Sehingga
Penulis berpendapat dalam kasus ini motif tidak relevan dalam
pertanggungjawaban pidana di mana sudah terpenuhinya unsur
kesalahan, maka dapatlah terdakwa di jatuhi pidana.
Adanya pendapat yang berpandangan bahwa motif tidak
relevan atau motif tidak perlu dibuktikan, hal ini didasari karena
motif bukanlah unsur yang terdapat dalam tindak pidana. Motif
hanya digunakan dalam proses peradilan dimana hakim akan
menilai apakah terdakwa memiliki motif atau tidak. Serta motif
tersebut hanya untuk pertimbangan dalam menjatuhkan berat
ringannya pidana yang akan dijatuhkan pada seorang terdakwa
serta motif hanya untuk meyakinkan Majelis Hakim bahwa
benar terdakwa telah melakukan tindak pidana.
Prof. Edward O. S. Hiariej, berpendapat bahwa untuk
mengungkap kasus pembunuhan berencana tidak diperlukan
motif dari pelaku, karena dalam pencarian alat bukti lebih
penting dari pada sekadar mencari motif pelaku. Kalimat
berencana pada Pasal 340 KUHP dimaksudkan dalam konteks
165
teori hukum, di sebut kesengajaan untuk tujuan tertentu. Beliau
mengatakan bahwa dalam pembunuhan berencana itu butuh
pemikiran yang matang, hal tersebutlah yang harus dibuktikan.
Mengenai ada dan tidaknya motif bukanlah hal yang penting
dalam persidangan.
Sesuai dengan hasil wawancara Penulis pada ahli hukum
pidana sekaligus yang menjadi saksi ahli hukum pidana dalam
kasus pembunuhan berencana kopi sianida ini, Dr. Mudzakir
berpendapat bahwa:
Cara pembuktiannya (pembuktian motif tersebut) dalam
kasus tindak pidana pembunuhan disebut tindak pidana bersifat
subyektif. Subyektif yang berarti kejiwaan orang untuk
menetapkan orang sebagai target adalah pembunuhan yang
bersifat subyektif, karena tidak semua orang dibunuh. Jika
kejahatan pembunuhan biasanya memilih orang menjadi target
sangat subyektif (pribadi). Target orang dalam membunuh dan
melakukan suatu kejahatan tersebutlah yang disebut dengan
motif. Mengapa orang tertentu dijadikan target, itulah yang di
sebut motif. Kejahatan terhadap badan dan nyawa adalah
kejahatan yang bersifat pribadi, kejahatan yang membawa emosi
secara subyektif kepada pelakunya yang melibatkan emosi
pribadi (hal-hal yang bersifat pribadi). Sehingga pada kasus
pembunuhan berencana harus adanya motif, bagaimana cara
mendeteksi motif yaitu dalam kejahatan pembunuhan ada tiga
yaitu (1) motif adalah spontanitas, (2) motif dihubungkan dengan
kejahatan lain dan (3) motif ada pada orang bersangkutan dan
menempatkan target orang yang menjadi korban dan
berdasarkan Pasal 340 KUHP yaitu pembunuhan berencana.
Dalam pembunuhan berencana pasti ada motif karena tidak ada
pembunuhan berencana tanpa motif. Dalam pembunuhan
spontanitas juga ada motif. Dalam wawancara ini Dr. Mudzakir
memberikan contoh kasus: dalam Pasal 338 KUHP (kesengajaan
biasa) A meludahi B, karena tidak terima di ludahi oleh A maka
166
B memukul A sampai meninggal dunia. Motif dalam
pembunuhan B kepada A yaitu karena A telah meludahi B. Akan
tetapi dalam hal ini motif tidak dapat dirancang sedemikian rupa
akan tetapi munculnya spontanitas saja. Membuktikan motif
adalah membuktikan perbuatannya karena adalah suatu
kesatuan. Satu kesatuan dengan tindak pidana yang diartikan
bahwa dengan meludahi seseorang sehingga menyebabkan
seseorang marah dan menyebabkan terjadinya tindak pidana.
Motif dalam Pasal 338 KUHP satu kesatuan dengan perbuatan42.
Dalam wawancara itu pula Dr. Mudzakir menjelaskan
bahwa dalam hukum pidana, yang dimaksud dengan unsur
obyektif dan subyektif yaitu:
Unsur Obyektif adalah unsur perbuatan yang dilegalkan
oleh pelaku. Unsur perbuatannya dimana pemenuhan unsur-
unsur dalam suatu tindak pidana, sedangkan Unsur Subyektif
adalah unsur yang terletak pada pelaku kejahatan yang termasuk
didalamnya adalah kesalahan, pertanggungjawaban dan subyek
hukum (dalam suatu tindak pidana harus ada kualifikasi unsur
obyektif dan subyektif), sehingga menurut beliau motif akan
menjadikan suatu kasus tindak pidana menjadi terang benderang
(Pasal 339 KUHP) motif berkaitan dengan kejahatan lain yang
beriringan, baik motif dalam pembunuhan persiapan perbuatan
jahat, motif untuk proses mempermudah perbuatan jahatnya dan
motif membunuh untuk menyelamatkan alat bukti dan lain
sebagainya. Mengapa harus dihubungkan dengan kejahatan lain
dan fungsinya untuk kejahatan. Pembunuhan berencana pasti ada
motif, telah menempatkan orang sebagai target tertentu serta
telah direncanakan sedemikian rupa. Menempatkan orang
sebagai target pembunuhan dan ketika telah menyeleksi dari
sekian banyaknya orang, maka pelaku tindak pidana telah
memiliki motif dalam membunuh seseorang. Yang benar-benar
harus adanya motif dalam Pasal 340 KUHP (pembunuhan
berencana). Menurut beliau, tidak ada pembunuhan berencana
yang tidak memiliki motif, karena membunuh jika seseorang
mengenal banyak orang tetapi yang di bunuh hanyalah orang-
42Dr. Mudzakir, Hasil wawancara Penulis pada pukul 16.00 WIB tanggal
23 Mei 2017 di kampus Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
167
orang tertentu maka orang yang membunuh tersebut telah
memiliki motif. Pilihan orang tertentulah yang menunjukkan
adanya motif. Dalam polemik kasus Jesica Kumala Wongso,
motif menjadi penting dan harus dibuktikan. Apakah motif
sebagai unsur atau tidak dalam tindak pidana43.
Dengan hasil wawancara Penulis kepada Dr. Mudzakir,
jelas bahwa ahli pidana ini berpendapat bahwa semua tindak
pidana pembunuhan baik pembunuhan biasa maupun
pembunuhan berencana haruslah memilki motif. Motif menurut
beliau adalah sesuatu hal yang penting dalam pengungkapan
maksud dan tujuan seseorang dalam membunuh atau melakukan
tindak pidana. Beliau berpendapat bahwa seseorang tidak
mungkin melakukan tindak pidana jikalau tidak ada motif dalam
diri seorang terdakwa tersebut. Sehingga beliau berpendapat
bahwa setiap tindak pidana pembunuhan yang terjadi pastilah
memiliki motif tersendiri, jika motif tidak dapat dibuktikan maka
seorang terdakwa haruslah dibebaskan dari segala tuntutan
hukum.
Berbeda pendapat dengan Dr. Mudzakir, Prof. Edward
O. S. Hiariej, berpendapat dalam Jurnal Dandapala, “Kritik
Merupakan Bukti Cinta Masyarakat Kepada Mahkamah
43 Dr. Mudzakir, Hasil wawancara Penulis Pada pukul 16.00 WIB tanggal
23 Mei 2017 di kampus Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
168
Agung”, pada tulisan yang berjudul “Motif, Kesengajaan Dan
Berencana Dalam Hukum Pidana”dalam jurnal tersebut beliau
berpendapat bahwa dalam ajaran kausalitas dalam hukum pidana
tidak membutuhkan motif, dimana ajaran kausalitas sangatlah
dipentingkan untuk delik materiil yang menitikberatkan pada
akibat dan bukan tindakan atau kelakuan. Beliau juga
berpendapat bahwa pembunuhan dalam hal ini termasuk
pembunuhan berencana adalah delik materiil karena
sesungguhnya yang dilarang dalam kejahatan pembunuhan
adalah akibat mati.
Kemudian Edward O. S. Hiariej berpendapat bahwa
Pertama, motif dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai dorongan atau latar belakang orang melakukan sesuatu;
kedua, motif haruslah dibedakan dengan kesengajaan. Dalam
hukum pidana, kesengajaan adalah bentuk kesalahan, yakni
hubungan antar sikap batin pelaku dengan perbuatan yang
dilakukan. Syarat kesengajaan adalah wetten en willen
(mengetahui dan menghendaki); ketiga, ajaran kesalahan yang
dianut oleh hukum pidana Indonesia adalah teori kesalahan
deskriptif normatif, artinya jika perbuatan sudah memenuhi
unsur delik (tatbestandmassigkeit) dan deskripsi perbuatan
tersebut sebagaimana dimaksud oleh pembentuk undang-undang
(wesenschau) serta pelaku dapat dipertanggungjawabkan, maka
hakim dapat menjatuhkan pidana. Berdasarkan teori kesalahan
deskripsi normatif ini, motif adalah sesuatu yang letaknya di luar
unsur delik. Konsekuensi lebih lanjut, motif tidak perlu
dibuktikan; keempat, motif dalam hukum pidana adalah hal yang
meringankan atau memberatkan pelaku, ketika hakim akan
menjatuhkan putusan; kelima, motif adalah penjelasan
terjadinya suatu tindak pidana yang merupakan kajian
kriminologi, sedangkan hukum pidana hanya membahas tindak
pidana sebagai gejala symptomatic dan bukan menyelesaikan
169
kejahatan sebagai gejala kausatif; keenam, dalam konteks Pasal
340 KUHP berdasarkan Memorie van Toelichting, pembentuk
undang-undang sama sekali tidak memasukkan motif dalam
Pasal tersebut.
Dalam penjelasan diatas, sangatlah jelas bahwa Prof.
Edward O. S. Hiariej berpendapat bahwa motif tidak diperlukan
dalam tindak pidana serta motif pun tidak perlu untuk dibuktikan
dalam tindak pidana. Edward O. S. Hiariej berpendapat bahwa
motif hanya digunakan dalam hal hakim mempertimbangkan
berat dan ringannya dalam menjatuhkan putusan.
Dalam jurnal The Irrelevance of Motive and The Rule of
Law”, Eldar & Laist berpendapat bahwa motif adalah alasan atau
kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk melakukan tindak
pidana. Atau dengan kata lain, motif adalah alasan yang
melatarbelakangi tindakan (reason for action).44 Seperti contoh
pembedaan antara motif dengan kesengajaan juga tampak dari
ilustrasi berikut: di sebuah ruas jalan, seseorang (A) secara
sengaja mendorong orang lain (B) hingga B terpelanting ke
pinggir jalan dan mengalami luka-luka. Belakangan di ketahui
bahwa A mendorong B karena A melihat ada mobil yang melaju
kencang ke arah B dan pasti B akan tertabrak jika ia tidak
menyingkir. Dalam ilustrasi ini, unsur kesengajaan tampak pada
tindakan A yang dengan sengaja mendorong B. Namun ada pula
aspek lain, yakni motif atau latar-belakang tindakan A
mendorong B, yaitu keinginan untuk menghindarkan B dari
tertabrak mobil. Dalam hal ini, motif seorang pelaku tindak
pidana, apakah itu motif yang baik atau tidak baik, tidaklah
relevan untuk menentukan pertanggungjawaban pidana.
Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa
mempertimbangkan motif pelaku untuk menentukan
pertanggungjawaban pidana akan menimbulkan kesulitan dan
ketidak- pastian.45
44 Antony Duff Kutipan dalam Shachar Eldar& Elkana Laist, “The
Irrelevance of Motive and The Rule of Law”, s.l.,s.d. hlm.2 dan 5. 45 Eldar& Elkana Laist, “The Irrelevance of Motive and The Rule of Law”,
hlm.2.
170
Meskipun motif dianggap tidak relevan untuk
menentukan pertanggungjawaban pidana pelaku, dalam praktik
motif bisa dipertimbangkan oleh jaksa untuk menentukan berat
atau ringannya tuntutan dan oleh hakim untuk menentukan berat
atau ringannya pidana. Secara historis, gagasan yang
menganggap bahwa motif tidak perlu dipertimbangkan untuk
menentukan tanggung jawab pidana seorang pelaku tindak
pidana ditegaskan oleh Cesare Beccaria yang mengatakan bahwa
kalau motif setiap pelaku tindak pidana harus dipertimbangkan
untuk menentukan tanggung jawab pidananya, itu ibarat
menerapkan hukum pidana yang berbeda-beda untuk masing-
masing pelaku, karena masing-masing pelaku mungkin memiliki
motif yang berbeda-beda46. Motif dapat diartikan sebagai daya
yang menggerakkan seseorang untuk melakukan atau bertingkah
laku, memiliki niat serta melakukan tindak pidana sesuai dengan
apa yang telah diinginkan serta memiliki tujuan yang ingin
dicapai. Akan tetapi, motif dalam hal ini akan dijadikan oleh
penegak hukum (dalam hal ini hakim) menjadikan salah satu
dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Motif juga merupakan
dorongan yang ada didalam diri seseorang dan dorongan itu
diwujudkan dalam tindakan. Tindakan tersebut biasanya
menyalahi peraturan yang berlaku. Jikalau seseorang melakukan
sesuatu, maka motivasi tersebut merupakan keadaan yang ada
dalam diri seseorang yang berkaitan dengan faktor-faktor dalam
menggerakkan seseorang melakukan hal tersebut. Motif
dipergunakan untuk menjelaskan mengapa seseorang melakukan
tindak pidana. Motif berbeda dari kesengajaan (intent).
Kesengajaan merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam
hampir semua tindak pidana. Namun, motif biasanya bukan
merupakan unsur tindak pidana. Penuntutan dalam perkara
pidana tidak perlu membuktikan bahwa terdakwa memiliki motif
di dalam melakukan tindak pidana. Motif umumnya dibuktikan
oleh penuntut umum untuk lebih meyakinkan hakim bahwa
terdakwa bersalah.47
46 Beccaria dalam Shachar Eldar& Elkana Laist, “The Irrelevance of Motive
and The Rule of Law”, hlm. 3. 47 http://www.nolo.com/legal-encyclopedia/is-motive-required-criminal-
offense.html di akses pada tanggal 29 April 2017 pukul 19.00 WIB.
171
Dengan apa yang telah dijelaskan diatas, maka Penulis
berpendapat bahwa dalam tindak pidana, hal yang terpenting
adalah adanya bukti dan jika unsur-unsur tindak pidana telah
terpenuhi maka seorang terdakwa dapat dijatuhi pidana. Akan
tetapi dalam hal ini harus diingat bahwa dalam asas Kesalahan,
dimana harus adanya undang-undang yang telah menetapkan
perbuatan tindak pidana tersebut, kemudian seorang terdakwa
dapat dipertanggungjawabkan dengan melihat unsur-unsur
kemampuan bertanggungjawab, kesengajaan (dolus) dan
kealpaan (culpa) serta adanya alasan penghapus pidana.
Sedangkan motif sendiri hanyalah untuk pertimbangan bagi para
hakim untuk menetukan berat ringannya pidana yang akan
dijatuhkan pada terdakwa.
Dalam kasus pidana pembunuhan berencana diatur
dalam Pasal 340 KUHP yang berbunyi: “barang siapa dengan
sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana,
dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”.
Pada Pasal 340 KUHP menurut Edward O. S. Hiariej,
bahwa kata-kata “sengaja dan rencana” pada hakikatnya bukan
merupakan motif, melainkan suatu corak kesengajaan yang
dalam konteks dikenal sebagai dolus premeditatus. Beliau
172
mengatakan bahwa dalam literatur hukum Jerman, dolus
premeditatus disebut sebagai beratene mut yang mensyaratkan
tiga hal : (1) pelaku memutuskan kehendak dalam keadaan
tenang (2) ada jangka waktu yang cukup antara keputusan
kehendak dalam keadaan tenang (3) pelaksanaan kehendak
dilakukan dalam keadaan tenang. Artinya, seorang pelaku sudah
berpikir secara matang dan terstruktur untuk melaksanakan
niatnya.48
Penulis dalam hal ini sependapat dengan apa yang telah
dijelaskan oleh Edward O. S. Hiariej. Dalam hal motif yang
sering dikatakan ataupun dipertanyakan oleh sebagian
masyarakat maupun para penegak hukum sendiri, menurut
Penulis bahwa motif dalam tindak pidana hanyalah suatu hal
yang dapat digunakan untuk meyakinkan para Hakim bahwa
terdakwa benar telah melakukan tindak pidana serta dengan
pertimbangan adanya motif hakim dapat mempertimbangkan
berat atau ringanya suatu putusan pidana yang akan dijatuhkan.
Bukan untuk terbukti tidaknya suatu perbuatan. Sebagai contoh
seseorang yang kelaparan melakukan tindak pidana karena
melakukan dengan terpaksa (seseorang mencuri dan ketahuan
oleh pemilik rumah, agar tidak ditangkap oleh para penegak
hukum, maka si pencuri tersebut membunuh pemilik rumah).
48 Eddy Hariej, sebagaimana terdapat dalam Jurnal Dandapala, “Kritik
Merupakan Bukti Cinta Masyarakat Kepada Mahkamah Agung”, Motif, Kesengajaan
dan Berencana Dalam Hukum Pidana, Volume II Edisi 3 Juni-Agustus
2016,Mahkamah Agung Republik Indonesia, Jakarta, 2016, hlm. 89.
173
Berbeda lagi dengan contoh kasus seperti seseorang yang
mencuri karena iri atau ingin memilki harta milik tetangganya,
padahal orang yang mencuri tersebut memilki harta yang banyak
pula.
Dalam kasus seperti yang telah Penulis uraikan diatas,
maka hal-hal atau motif yang ingin dilihat adalah corak dalam
tindak pidana seorang terdakwa melakukan tindak pidana.
Karena dengan diketahuinya suatu motif sseorang terdakwa
dalam melakukan tindak pidana, maka akan diketahui alasan-
alasan atau hal-hal yang mendorong seseorang melakukan suatu
tindak pidana apakah didasarkan pada maksud jahat atau tidak
sehingga hakim akan yakin dalam mempertimbangkan berat
ringannya pidana yang akan dijatuhkan.
Dalam hukum pidana di Indonesia, hal yang ditekankan
bahwa dalam teori kesalahan tidak membutuhkan motif akan
tetapi dalam pertanggungjawaban pidana hal utama yang dapat
dilihat dalam pertanggungjawaban pidana ada tiga unsur yang
harus dipenuhi yaitu (a) kemampuan bertanggungjawab, (b)
kesengajaan (dolus) dan Kealpaan (culpa) dan (c) Alasan
Pemaaf (unsur subyektif).
174
Menurut Dr. Muzakir, Kedudukan motif dalam Pasal
339 KUHP (pembunuhan ada tujuan yang lain dan kejahatan
yang lain) terkait dengan pembunuhan lain dan tujuan lain.
Sebagai contoh si A merebut pacar si B, maka si B tidak terima
dengan hal tersebut maka B membunuh si A dengan motif telah
merebut pacarnya (motif perebutan pacar). Motif masuk dalam
unsur subyektif (terdapat dalam diri seseorang). Dalam perkara
pidana, unsur obyektif dan unsur subyektif sama pentingnya.
Motif harus dibuktikan karena dalam hal pembuktian unsur
maka pembuktian motif (Pasal 338 KUHP) pembuktian
kesengajaan adalah sama dengan pembuktian motif. Sehingga
jika ada yang berpendapat bahwa motif tidak perlu dibuktikan
maka konstruksi kesalahan dan kesengajaannya pada Pasal 338
KUHP karena membuktikan motif adalah membuktikan
kesengajaan. Membuktikan kesengajaan adalah membuktikan
motif yang bersifat spontanitas, akan tetapi perlu membuktikan
pembunuhan berencana harus perlu adanya motif, otomatis
adanya motif. Dalam Pasal 338 KUHP adalah spontanitas akan
tetapi dalam Pasal 340 KUHP adalah motif yang memang sudah
direncanakan ada jeda waktu bagi pelaku untuk merencanakan
dan melaksanakan tindak pidana. Dalam Pasal 338 KUHP motif
tdak perlu dibuktikan sedangkan dalam pasal 339, 340 KUHP
harus dibuktikan walaupun bukan sebagai unsur. Karena jika
tidak menjelaskan berencana dalam pembunuhan tanpa motif
adalah rumit. Oleh karena itu haruslah dicari motifnya, karena
tanpa motif tidak bisa. Dalam Pasal 338 KUHP pembuktian
unsur adalah pembuktian motif atau kesengajaan. Akan tetapi
Pasal 339 dan 340 KUHP harus adanya korelasi (motif harus
ditampakkan sebagai unsur). Pasal 340 KUHP harus jelas adanya
motif. Pada Pasal 339 KUHP diluar motif sehingga harus melihat
unsur-unsurnya, karena seseorang membunuh ada tujuannya.
Kemudian beliau menjelaskan bahwa dalam hukum pidana,
unsur obyektif dan unsur subyektif sama pentingnya. Unsur
subyektif menurut Prof Moeljatno dipisah menjadi dua yaitu
perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana. Perbuatan
pidana yaitu unsur obyektif (harus dibuktikan-ilmu
pengetahuan). Unsur subyektif adalah melihat dari sisi ilmu
pengetahuan seperti psikologi dan lain-lain. Sehingga beliaupun
berpendapat bahwa jika motif tidak dibuktikan atau tdak terbukti
oleh penuntut umum maka motif include dalam perbuatan itu
sendiri, dalam pembunuhan harus ada motif, jika tidak ada motif
maka seseorang tidak mungkin akan membunuh. Dalam hukum
175
pidana ada dua perbuatan. Tapi belum tentu disebut harus adanya
kausalitas. Kaulitas itu harus dibuktikan agar bisa mengetahui
dengan jelas seseorang meninggal karena penyebab apa. Motif
sangat penting dalam proses pembuktian tindak pidana. Tidak
semua harus ada motif akan tetapi semua harus memilki
kesengajaan. Sebagai contoh A mencuri uang untuk membeli
narkoba sedangkan B mencuri untuk membeli makan,
diperlukan untuk melihat motif untuk berat dan ringannya suatu
putusan hakim. Motif letakknya untuk menggerakkan orang
dalam melakukan tindak pidana. Motif adalah simpulan dari
kejadian, sehingga harus melihat perbuatannya. Penyidik
seharusnya dalam menyelidiki suatu kasus-kasus harus melihat
motif seseorang melakukan tindak pidana. Jika motifnya tidak
ada, penyidik harus melihat dengan benar, jika motifnya ada
maka dalam proses tersebut maka akan terang benderang siapa
pelaku dan tujuan seseorang melakukan tindak pidana tersebut.
Motif yang sulit dibuktikan harus balik lagi pada Pasal 338
KUHP. Jika aspek obyektifnya tidak terbukti maka balik lagi
yang digunakan adalah Pasal 338 KUHP.49
Pandangan motif tentang hukum pidana, bahwa motif
pelaku entah baik atau buruk tidak relevan untuk melaksanakan
tanggungjawab pidana. Pandangan ini didasari anggapan bahwa
mempertimbangkan motif pelaku akan menimbulkan kesulitan
dalam penerapan pidana.50 Argumen untuk mendukung
pendapat bahwa motif tidak perlu dibuktikan atau
dipertimbangkan adalah argumen bahwa secara eksplisit motif
tidak di sebut sebagai salah satu unsur tindak pidana.51
49 Dr. Mudzakir, Hasil wawancara Penulis Pada pukul 16.00 WIB tanggal
23 Mei 2017 di kampus Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. 50 Eldar& Elkana Laist, “The Irrelevance of Motive and The Rule of Law”,
hlm. 1. 51 Ibid hlm. 3.
176
Hubungan motif dengan unsur tindak pidana, di mana
jika motif dibuktikan dengan melihat perilaku terdakwa maka
adanya beberapa perilaku/tindakan yang dilakukan karena alasan
serta adanya perilaku yang dikarenakan oleh motif. Seperti
contoh dalam pembunuhan yang disengaja, pasti memiliki motif.
Di mana adanya kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain.
Contohnya Si A yang telah beristri berselingkuh dengan si B
wanita muda. Dengan hasil hubungan si A dan si B, akhirnya si
B pun hamil. Maka si A ingin membunuh si B karena si B
memintai pertanggungjawaban pada si A, sedangkan si A telah
memilki istri. Karena si A takut diketahui oleh istrinya, maka si
A pun membunuh si B. Hal tersebut dilakukan oleh A karena
motifnya adalah agar terlepas dari pertanggungjawaban
terhadap B. Contoh lain seperti pembunuhan yang dilakukan
untuk membela diri seperti contoh, rumah si A di rampok oleh
sekelompok orang. Selain merampok, orang-orang tersebut juga
ingin menganiaya si A. Untuk membela diri maka si A pun
melawan dan menyerang para perampok sehingga ada korban
yang meninggal yaitu si B dan si C. Dalam contoh kasus seperti
ini, maka si A tidak memiliki motif untuk membunuh si B dan si
C, akan tetapi untuk melindungi diri serta adanya kegoncangan
177
jiwa yang melampaui batas maka si A melakukan hal tersebut
karena jikalau si A tidak melakukan hal tersebut maka yang
menjadi korban adalah si A sendiri.
Pada dasarnya, motif dalam tindak pidana memiliki
hubungan dengan unsur tindak pidana. Dalam hal ini motif dapat
termasuk dalam unsur subyektif. Karena motif adalah suatu
kehendak yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku,
sehingga dalam melakukan tindak pidana, seseorang telah
memiliki motif tersebut. Dalam melakukan perbuatan tersebut,
pelaku telah memiliki tujuan-tujuan tertentu. Motif juga dapat
diartikan sebagai suatu hal yang mendorong si pelaku untuk
melakukan tindak pidana.
Harus diperhatikan, bahwa dalam proses persidangan
tidaklah penting dalam hal membuktikan motif. Karena motif
dipergunakan untuk menjelaskan penyebab seorang terdakwa
melakukan tindak pidana. Motif berbeda dari kesengajaan
(intent). Kesengajaan merupakan salah satu unsur yang terdapat
dalam hampir semua tindak pidana. Akan tetapi, motif bukan
merupakan unsur tindak pidana. Penuntutan dalam perkara
pidana tidak perlu membuktikan bahwa terdakwa memiliki motif
di dalam melakukan tindak pidana. Motif umumnya dibuktikan
178
oleh penuntut umum untuk meyakinkan Hakim bahwa perbuatan
yang dilakukan adalah didasarkan pada niat tertentu “jahat atau
tidak jahat”. Jika niat jahat maka akan mendapatkan hukuman
yang berat sedangkan jika niat tidak jahat maka dapat dibebaskan
dari segala tuntutan.
Top Related