BAB III
PEMBAHASAN
A. Temuan Data
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 Tentang
Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan (Sarbagita).
Salah satu poin terpenting dari aturan tersebut adalah mengubah peruntukkan Perairan Teluk
Benoa dari kawasan konservasi perairan menjadi Zona Budi Daya yang dapat direklamasi
maksimal seluas 700 ha (tujuh ratus hektar). Aturan tersebut juga mengubah Kawasan
Konservasi Pulau Kecil dari seluruh Pulau Serangan dan Pudut, menjadi sebagian Pulau
serangan dan Pudut. Dalam aturan tersebut juga menghapus besaran luas taman Hutan Raya
Ngurah Rai sebagai kawasan pelestarian alam. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
51 Tahun 2014 merupakan Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45
Tahun 2011. Yang berisi tentang Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar Badung Gianyar
dan Tabanan. Dalam konteks Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan
Tabanan, Penulis memaparkan batang tubuh Peraturan Perundang-undangan tersebut sebagai
berikut:
Pasal 55 ayat (1) Zona L3 yang merupakan kawasan pelestarian alam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b dengan tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi meliputi: a) kawasan dengan ciri
khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan; dan b) kawasan yang mempunyai fungsi
pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya. Pasal 55 ayat (2) Zona L3 yang merupakan kawasan pelestarian alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a) Taman hutan raya meliputi kawasan
pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami,
jenis asli dan/atau bukan jenis asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk kepentingan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, budaya, pariwisata, dan
rekreasi. b) Taman wisata alam meliputi kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan terutama
untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi. Pasal 55 ayat (3) Zona L3 yang merupakan
kawasan pelestarian alam di Kawasan Perkotaan Sarbagita ditetapkan di: a) Taman Hutan Raya
Ngurah Rai dengan luas 1.375 (seribu tiga ratus tujuh puluh lima) hektar, yang berada di
sebagian wilayah Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, dan sebagian wilayah
Kecamatan Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung; dan b) Taman Wisata Alam
Sangeh dengan luas 13 ha (tiga belas hektar), yang berada di Kecamatan Abiansemal,
Kabupaten Badung. Pasal 55 ayat (4) Zona L3 yang merupakan Kawasan Konservasi di
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf c
meliputi: a) kawasan yang memiliki ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan; dan b) terdiri atas zona
inti, zona pemanfaatan terbatas, dan/atau zona lainnya sesuai dengan peruntukan kawasan.
Pasal 55 ayat (5) Kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) terdiri atas: a) kawasan konservasi pulau kecil meliputi Pulau Serangan,
di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan Pulau Pudut di Kecamatan Kuta Selatan,
Kabupaten Badung; b) kawasan konservasi perairan di perairan Kawasan Sanur di Kecamatan
Denpasar, Kota Denpasar, perairan Kawasan Serangan di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota
Denpasar, perairan Kawasan Teluk Benoa sebagian di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota
Denpasar dan sebagian di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, perairan Kawasan
Nusa Dua di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, dan perairan Kawasan Kuta di
Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung; c) kawasan konservasi dan perlindungan ekosistem
pesisir berupa kawasan hutan pantai berhutan bakau di kawasan Taman Hutan Raya Ngurah
Rai sebagian di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan sebagian di Kecamatan Kuta
Selatan, Kabupaten Badung; d) kawasan konservasi dan perlindungan ekosistem pesisir berupa
kawasan perlindungan terumbu karang, di kawasan pesisir Sanur di Kecamatan Denpasar, Kota
Denpasar, Serangan di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Nusa Dua di Kecamatan
Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Tuban dan Kuta di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung; e)
kawasan konservasi maritim berupa permukiman nelayan di Kawasan Serangan di Kecamatan
Denpasar Selatan, Kota Denpasar; f) kawasan Jimbaran dan kawasan Kedonganan di
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung; dan g) kawasan konservasi pada kawasan pesisir
yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial-budaya dan agama di seluruh pantai tempat
penyelenggaraan upacara keagamaan (melasti) dan kawasan laut di sekitarnya. Pasal 55 ayat
(6) Zona L3 yang merupakan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf d ditetapkan dengan tujuan untuk melindungi budaya
bangsa, dan kepentingan ilmu pengetahuan antara lain berupa peninggalan sejarah, bangunan
arkeologi, dan monumen. Pasal 55 ayat (7) Zona L3 yang merupakan kawasan cagar budaya
dan ilmu pengetahuan ditetapkan secara menyebar di Kawasan Perkotaan Sarbagita sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 56 berbunyi Kawasan budi daya dikelompokkan ke dalam zona budi daya, terdiri
atas zona budi daya 1 (Zona B1), zona budi daya 2 (Zona B2), zona budi daya 3 (Zona B3),
zona budi daya 4 (Zona B4), zona budi daya 5 (Zona B5), zona budi daya 6 (Zona B6), dan
zona budi daya 7 (Zona B7).
Pasal 63 ayat (1) Zona B7 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 merupakan zona
perairan laut dengan karakteristik sebagai kawasan yang potensial untuk kegiatan kelautan dan
perikanan serta kegiatan pariwisata. Pasal 63 ayat (2) Zona B7 terdiri atas kawasan peruntukan
budi daya dengan kegiatan kelautan dan perikanan, transportasi laut, dan pariwisata. Pasal 63
ayat (3) Zona B7 berada di seluruh perairan laut di Kawasan Perkotaan Sarbagita.
Pasal 81 ayat (1) Arahan peraturan zonasi untuk pola ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 70 ayat (2) huruf c terdiri atas: a) arahan peraturan zonasi untuk kawasan lindung; dan b.
arahan peraturan zonasi untuk kawasan budi daya. Pasal 81 ayat (2) Arahan peraturan zonasi
untuk kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas: a) arahan
peraturan zonasi untuk Zona L2; dan b) arahan peraturan zonasi untuk Zona L3. Pasal 81 ayat
(3) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas: a) arahan peraturan zonasi untuk Zona B1; b) arahan peraturan zonasi untuk
Zona B2; c) arahan peraturan zonasi untuk Zona B3; d) arahan peraturan zonasi untuk Zona
B4; e) arahan peraturan zonasi untuk Zona B5; f) arahan peraturan zonasi untuk Zona B6; dan
g) arahan peraturan zonasi untuk Zona B7.
Pasal 101 berbunyi Arahan peraturan zonasi untuk Zona B7 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 81 ayat (3) huruf g terdiri atas: (a) kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan
meliputi kegiatan kelautan dan perikanan, kegiatan transportasi laut, kegiatan pariwisata, dan
pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana; (b) kegiatan yang
diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang
tidak mengganggu fungsi kawasan pada Zona B7; (c) kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan pembuangan limbah padat dan cair, limbah bahan berbahaya dan beracun,
dan kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a, serta kegiatan lain yang mengganggu
fungsi kawasan pada Zona B7; dan (d) ketentuan lain untuk Zona B7 meliputi: 1) pendirian
bangunan lepas pantai harus memenuhi standar keselamatan, tidak mengganggu aktivitas
nelayan, tidak merusak estetika pantai, tidak mengganggu alur pelayaran dan tidak mengubah
pola arus air laut, serta tidak membahayakan ekosistem laut; dan 2) ketentuan lebih lanjut
mengenai pendirian.
Pasal 120 berbunyi dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, Pemerintah Daerah
di Kawasan Perkotaan Sarbagita membangun sistem informasi dan dokumentasi penataan
ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
Pasal 121 berbunyi dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka: (a) ketentuan dalam
peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah provinsi, peraturan daerah tentang rencana
tata ruang wilayah kabupaten/ kota, dan peraturan daerah tentang rencana rinci tata ruang
beserta peraturan zonasi yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Presiden ini; dan (b) peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah
provinsi, peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, dan peraturan
daerah tentang rencana rinci tata ruang beserta peraturan zonasi yang bertentangan dengan
Peraturan Presiden ini harus disesuaikan paling lambat dalam waktu 5 (lima) tahun terhitung
sejak Peraturan Presiden ini ditetapkan.
Pasal 122 ayat (1) berbunyi dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka: (a) izin
pemanfaatan ruang pada masing-masing daerah yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Presiden ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya; (b) izin
pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan
Presiden ini: 1) untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin terkait disesuaikan
dengan fungsi kawasan dalam rencana rinci tata ruang yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
berdasarkan Peraturan Presiden ini; 2) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya,
pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin terkait habis masa berlakunya dan dilakukan
penyesuaian dengan menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan fungsi kawasan dalam rencana
rinci tata ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah berdasarkan
Peraturan Presiden ini; dan 3) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan fungsi kawasan dalam
rencana rinci tata ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
berdasarkan Peraturan Presiden ini, atas izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan
terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan
penggantian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (c) pemanfaatan ruang
yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan Peraturan Presiden ini dilakukan penyesuaian
dengan fungsi kawasan dalam rencana rinci tata ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan
oleh pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Presiden ini; (d) pemanfaatan ruang di Kawasan
Perkotaan Sarbagita yang diselenggarakan tanpa izin ditentukan sebagai berikut: 1) yang
bertentangan dengan ketentuan Peraturan Presiden ini, pemanfaatan ruang yang bersangkutan
ditertibkan dan disesuaikan dengan fungsi kawasan dalam rencana rinci tata ruang dan
peraturan zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Presiden ini;
dan 2) yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden ini, dipercepat untuk mendapatkan
izin yang diperlukan. (e) masyarakat yang menguasai tanahnya berdasarkan hak adat dan/atau
hak-hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang karena
rencana tata ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita ini pemanfaatannya tidak sesuai lagi, maka
penyelesaiannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 122 ayat (2) Sepanjang rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana rinci tata ruang
berikut peraturan zonasi provinsi dan kabupaten/kota di Kawasan Perkotaan Sarbagita belum
disesuaikan dengan Peraturan Presiden ini, digunakan rencana tata ruang Kawasan Perkotaan
Sarbagita sebagai acuan pemberian izin pemanfaatan ruang.
Sedangkan dalam batang Tubuh Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2014 menjelaskan bahwa ada beberapa Pasal yang menggabungkan antara Pasal satu
dengan Pasal yang lain yang tertulis dalam Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan adalah
sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 55 ayat (3) huruf a dan ayat (5) huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf d diubah, sehingga Pasal 55 berbunyi sebagai berikut: Pasal 55 ayat (1) Zona L3 yang
merupakan kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b
dengan tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, pariwisata, dan
rekreasi meliputi: a) kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan, maupun di perairan;
dan b) kawasan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Pasal 55 Ayat (2) Zona L3 yang merupakan
kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a) Taman hutan
raya meliputi kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang
alami atau bukan alami, jenis asli dan/atau bukan jenis asli, yang tidak invasif dan
dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi
daya, budaya, pariwisata, dan rekreasi; b) Taman wisata alam meliputi kawasan pelestarian
alam yang dimanfaatkan terutama untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi. Pasal 55
ayat (3) Zona L3 yang merupakan kawasan pelestarian alam di Kawasan Perkotaan Sarbagita
ditetapkan di: a) Taman Hutan Raya Ngurah Rai, yang berada di sebagian wilayah Kecamatan
Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan sebagian wilayah Kecamatan Kuta dan Kecamatan Kuta
Selatan, Kabupaten Badung; dan b) Taman Wisata Alam Sangeh, dengan luas 13 (tiga belas)
hektar, yang berada di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Pasal 55 ayat (4) Zona L3
yang merupakan Kawasan Konservasi Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf c meliputi: a) kawasan yang memiliki ciri khas tertentu
yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir dan pulaupulau kecil secara
berkelanjutan; dan b) terdiri atas zona inti, zona pemanfaatan terbatas, dan/atau zona lainnya
sesuai dengan peruntukan kawasan. Pasal 55 ayat (5) Kawasan konservasi di wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas: a) Kawasan Konservasi
Pulau Kecil meliputi sebagian Pulau Serangan di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar
dan Pulau Pudut, di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung; b) Kawasan Konservasi
Perairan di perairan Kawasan Sanur di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, sebagian
perairan Kawasan Serangan di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Perairan
Kawasan Nusa Dua di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, dan perairan Kawasan
Kuta di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung; c) Kawasan Konservasi dan Perlindungan
Ekosistem Pesisir berupa Kawasan Hutan Pantai Berhutan Bakau atau Mangrove dan Kawasan
Taman Hutan Raya Ngurah Rai sebagian di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan
sebagian di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung; d) Kawasan Konservasi dan
Perlindungan Ekosistem Pesisir berupa kawasan perlindungan terumbu karang, di kawasan
pesisir Sanur di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, sebagian Pulau Serangan di
Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Nusa Dua di Kecamatan Kuta Selatan,
Kabupaten Badung, Tuban dan Kuta di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung; e) kawasan
konservasi maritim, berupa permukiman nelayan, di Kawasan Serangan di Kecamatan
Denpasar Selatan, Kota Denpasar; f) kawasan Jimbaran dan kawasan Kedonganan di
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung; dan g) kawasan konservasi pada kawasan pesisir
yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial-budaya dan agama di seluruh pantai tempat
penyelenggaraan upacara keagamaan (melasti) dan kawasan laut di sekitarnya. Pasal 55 ayat
(6) Zona L3 yang merupakan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf d ditetapkan dengan tujuan untuk melindungi budaya
bangsa, dan kepentingan ilmu pengetahuan antara lain berupa peninggalan sejarah, bangunan
arkeologi, dan monumen. Pasal 55 ayat (7) Zona L3 yang merupakan Kawasan Cagar Budaya
dan ilmu pengetahuan ditetapkan secara menyebar di Kawasan Perkotaan Sarbagita sesuai
dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
2. Ketentuan Pasal 56 diubah sehingga Pasal 56 berbunyi sebagai berikut: Pasal
56 menyatakan Kawasan budi daya dikelompokkan ke dalam zona budi daya, terdiri atas zona
budi daya 1 (Zona B1), zona budi daya 2 (Zona B2), zona budi daya 3 (Zona B3), zona budi
daya 4 (Zona B4), zona budi daya 5 (Zona B5), zona budi daya 6 (Zona B6), zona budi daya 7
(Zona B7), dan zona penyangga (Zona P);
3. Diantara Pasal 63 dan Pasal 64 disisipkan 1 (satu) Pasal yakni Pasal 63A yang
berbunyi sebagai berikut: Pasal 63A ayat (1) Zona P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
merupakan zona perairan pesisir dengan karakteristik kawasan teluk yang berhadapan dengan
Zona L3, Zona B1, Zona B2, dan Zona B3 di Kawasan Teluk Benoa, yang menjaga fungsi
Zona L3, Zona B1, Zona B2, dan Zona B3 sebagai kawasan pemanfaatan umum yang potensial
untuk kegiatan kelautan, perikanan, kepelabuhanan, transportasi, pariwisata, pengembangan
ekonomi, permukiman, sosial budaya, dan agama. Ayat (2) Zona P sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditetapkan di perairan pesisir Teluk Benoa yang berada di sebagian Kecamatan
Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan sebagian Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.
Ayat (3) Zona P yang berdasarkan ketentuan perundang-undangan di bidang kehutanan masih
ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya Ngurah Rai, selanjutnya disebut L3/P di sebagian
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, termasuk Pulau Pudut. Ayat (4) Perubahan
peruntukan dan fungsi kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan Pasal 81 ayat (3) diubah sehingga Pasal 81 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 81 Ayat (1) Arahan peraturan zonasi untuk pola ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 70 ayat (2) huruf c terdiri atas: (a) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan lindung; dan
(b) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan budi daya. Ayat (2) Arahan peraturan zonasi untuk
kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas: (a) Arahan peraturan
zonasi untuk Zona L2; dan (b) Arahan peraturan zonasi untuk Zona L3. Ayat (3) Arahan
peraturan zonasi untuk kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
atas: (a) Arahan peraturan zonasi untuk Zona B1; (b) Arahan peraturan zonasi untuk Zona B2;
(c) Arahan peraturan zonasi untuk Zona B3; (d) Arahan peraturan zonasi untuk Zona B4; (e)
Arahan peraturan zonasi untuk Zona B5; (f) Arahan peraturan zonasi untuk Zona B6; (g)
Arahan peraturan zonasi untuk Zona B7; dan (h) Arahan peraturan zonasi untuk Zona P.
5. Diantara Pasal 101 dan Pasal 102 disisipkan 1 (satu) Pasal yakni Pasal 101A
yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 101A berbunyi Arahan peraturan zonasi untuk Zona P
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (3) huruf h terdiri atas: (a) kegiatan yang
diperbolehkan meliputi kegiatan perlindungan dan pelestarian fungsi Taman Hutan Raya dan
ekosistem mangrove, kelautan, perikanan, kepelabuhanan, transportasi, pariwisata,
pengembangan ekonomi, permukiman, sosial budaya, dan agama; (b) kegiatan yang
diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang
tidak mengganggu fungsi Zona P; (c) kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan
untuk tempat pembuangan limbah dan kegiatan yang mengganggu fungsi Zona P; (d)
Penerapan ketentuan di Zona P meliputi: 1) kegiatan dalam Zona P yang berhadapan dengan
Zona L3 dilakukan dengan menjaga fungsi Taman Hutan Raya Ngurah Rai dan ekosistem
mangrove serta pendalaman bagian-bagian tertentu dari Teluk; 2) penyediaan aksesibilitas di
dalam kawasan teluk, termasuk ketersediaan alur pelayaran; 3) pemanfaatan ruang dengan
tidak mengganggu keberlanjutan fungsi sistem Daerah Aliran Sungai; 4) pemanfaatan ruang
dilakukan sekurang-kurangnya berjarak 100 (seratus) meter dari Zona L3; 5) pemanfaatan
ruang dengan memperhatikan rencana induk pengembangan Pelabuhan Internasional Benoa,
Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Jalan Bebas Hambatan Serangan-Benoa-Bandar
Udara Ngurah Rai-Nusa Dua-Tanjung Benoa, dan fungsi jaringan energi; 6) kegiatan
sebagaimana dimaksud huruf a dan b dapat dilakukan melalui kegiatan revitalisasi termasuk
penyelenggaraan reklamasi paling luas 700 (tujuh ratus) hektar dari Kawasan Teluk Benoa;
dan 7) pemanfaatan ruang untuk mitigasi bencana. (e) kegiatan sebagaimana dimaksud huruf
d angka 6 melalui penyelenggaraan reklamasi dilakukan dengan: 1) penyediaan ruang terbuka
hijau paling kurang 40% dari total luasan pulau hasil reklamasi; 2) penerapan ketentuan tata
bangunan dan lingkungan yang meliputi ketentuan KDB, KLB, KDH, KTB, ketinggian
bangunan, dan GSB terhadap jalan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; 3)
pengembangan sentra ekonomi berbasis lingkungan dan budaya Bali; 4) pengaturan tata letak,
bentuk, dan luasan, ditentukan berdasarkan hasil kajian kelayakan lingkungan; 5) aksesibilitas
di dalam kawasan teluk, termasuk ketersediaan alur pelayaran dan alur aliran air antar pulau
hasil reklamasi dengan memperhatikan karakteristik lingkungan, kedalaman paling kurang 2
(dua) meter dari titik surut terendah; 6) perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian
pemanfaatan ruang untuk kegiatan reklamasi dalam Zona P dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
6. Di antara Bab IX dan Bab X disisipkan 1 (satu) Bab, yakni Bab IXA, yang
memuat 1 (satu) Pasal diantara Pasal 120 dan Pasal 121 yakni Pasal 120A yang berbunyi
sebagai berikut: Pasal 120A ayat (1) Dalam Zona P dapat dikembangkan sistem pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana: jaringan transportasi, energi, telekomunikasi,
sumber daya air, dan prasarana perkotaan guna mendukung pengembangan dan fungsi Zona P
yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat (2) Sistem jaringan
prasarana: jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana
perkotaan dapat dikembangkan di Kawasan Perkotaan Sarbagita guna mendukung
pengembangan dan fungsi Zona P yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Ayat (3) Pengembangan sistem permukiman dan sistem jaringan prasarana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pengembangan sistem jaringan prasarana ayat (2)
dikoordinasikan oleh Menteri.
7. Ketentuan Pasal 122 ayat (2) diubah sehingga Pasal 122 berbunyi sebagai
berikut: Pasal 122 ayat (1) Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka: (a) izin
pemanfaatan ruang pada masing-masing daerah yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Presiden ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya; (b) izin
pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan
Presiden ini: 1) untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin terkait disesuaikan
dengan fungsi kawasan dalam rencana rinci tata ruang yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
berdasarkan Peraturan Presiden ini; 2) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya,
pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin terkait habis masa berlakunya dan dilakukan
penyesuaian dengan menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan fungsi kawasan dalam rencana
rinci tata ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah berdasarkan
Peraturan Presiden ini; dan 3) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan fungsi kawasan dalam
rencana rinci tata ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
berdasarkan Peraturan Presiden ini, atas izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan
terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan
penggantian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (c) pemanfaatan ruang
yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan Peraturan Presiden ini dilakukan penyesuaian
dengan fungsi kawasan dalam rencana rinci tata ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan
oleh pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Presiden ini; (d) pemanfaatan ruang di Kawasan
Perkotaan Sarbagita yang diselenggarakan tanpa izin ditentukan sebagai berikut: 1) yang
bertentangan dengan ketentuan Peraturan Presiden ini, pemanfaatan ruang yang bersangkutan
ditertibkan dan disesuaikan dengan fungsi kawasan dalam rencana rinci tata ruang dan
peraturan zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Presiden ini;
dan 2) yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden ini, dipercepat untuk mendapatkan
izin yang diperlukan. (e) masyarakat yang menguasai tanahnya berdasarkan hak adat dan/atau
hak-hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang karena
rencana tata ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita ini pemanfaatannya tidak sesuai lagi, maka
penyelesaiannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat (2)
Sepanjang rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana rinci tata ruang berikut peraturan
zonasi termasuk ren-cana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dan
kabupaten/kota di Kawasan Perkotaan Sarbagita belum ditetapkan dan/atau disesuaikan
dengan Peraturan Presiden ini, digunakan rencana tata ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita
sebagai acuan pemberian izin pemanfaatan ruang.
B. Analisis
Dalam Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan ( yang selanjutnya disingkat
SARBAGITA), Penulis mencermati bahwa dengan maksud dibentuknya Peraturan Presiden
Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Perkotaan Denpasar
Badung Gianyar dan Tabanan ( yang selanjutnya SARBAGITA) meliputi: (a) peran dan fungsi
rencana tata ruang serta cakupan Kawasan Perkotaan Sarbagita; (b) tujuan, kebijakan, dan
strategi penataan ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita; (c) rencana struktur ruang, rencana pola
ruang, arahan pemanfaatan ruang, dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan
Perkotaan Sarbagita; (d) pengelolaan Kawasan Perkotaan Sarbagita; dan (e) peran masyarakat
dalam penataan ruang di Kawasan Perkotaan Sarbagita. Rencana tata ruang Kawasan
Perkotaan Sarbagita berfungsi sebagai pedoman untuk: (a) penyusunan rencana pembangunan
di Kawasan Perkotaan Sarbagita; (b) pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
di Kawasan Perkotaan Sarbagita; (c) perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor di Kawasan
Perkotaan Sarbagita; (d) penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kawasan
Perkotaan Sarbagita; (e) penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Kawasan
Perkotaan Sarbagita; (f) pengelolaan Kawasan Perkotaan Sarbagita; dan (g) perwujudan
keterpaduan rencana pengembangan kawasan di luar Kawasan Perkotaan Sarbagita dengan
Kawasan Perkotaan Sarbagita. Dijelaskan pula bahwa Kawasan Perkotaan Sarbagita mencakup
15 (lima belas) kecamatan, yang terdiri atas: (a) seluruh wilayah Kota Denpasar yang
mencakup 4 (empat) wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan Denpasar Utara, Kecamatan
Denpasar Timur, Kecamatan Denpasar Selatan, dan Kecamatan Denpasar Barat; (b) sebagian
wilayah Kabupaten Badung yang mencakup 5 (lima) wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan
Abiansemal, Kecamatan Mengwi, Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Kuta, dan Kecamatan
Kuta Selatan; (c) sebagian wilayah Kabupaten Gianyar yang mencakup 4 (empat) wilayah
kecamatan, meliputi Kecamatan Sukawati, Kecamatan Blahbatuh, Kecamatan Gianyar, dan
Kecamatan Ubud; dan (d) sebagian wilayah Kabupaten Tabanan yang mencakup 2 (dua)
wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan Tabanan dan Kecamatan Kediri. Berkaitan dengan
hal diatas, Tujuan dari Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita bertujuan untuk
mewujudkan Kawasan Perkotaan Sarbagita yang aman, nyaman, produktif, berdaya saing, dan
berkelanjutan, sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional berbasis kegiatan pariwisata bertaraf
internasional, yang berjati diri budaya Bali berlandaskan Tri Hita Karana. Dengan maksud
mewujudkan Kawasan Perkotaan Sarbagita dari tujuan Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
Sarbagita, maka kebijakan Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita meliputi: (a)
pengembangan keterpaduan sistem pusat-pusat kegiatan yang mendukung fungsi kawasan
sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional berbasis kegiatan pariwisata yang bertaraf
internasional; (b) peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana; (c)
peningkatan fungsi dan perlindungan fasilitas pertahanan dan keamanan negara; dan (d)
pelestarian alam dan sosial-budaya di Kawasan Perkotaan Sarbagita sebagai pusat pariwisata
bertaraf internasional yang berjati diri budaya Bali. Sehingga dari Kebijakan Penataan Ruang
Kawasan Perkotaan Sarbagita yang meliputi pengembangan keterpaduan sistem pusat-pusat
kegiatan yang mendukung fungsi kawasan sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional berbasis
kegiatan pariwisata, peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana,
peningkatan fungsi dan perlindungan fasilitas pertahanan dan keamanan negara, pelestarian
alam dan sosial-budaya di Kawasan Perkotaan Sarbagita sebagai pusat pariwisata yang bertaraf
Internasional, perlu dilakukannya Strategi Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita
dengan cara: (a) menetapkan, kawasan perkotaan inti sebagai pusat kegiatan utama Kawasan
Perkotaan Sarbagita yang didukung kawasan perkotaan di sekitarnya yang memiliki fungsi
khusus pusat-pusat kegiatan pariwisata dan kegiatan lainnya yang berhierarki dan
interdependen; (b) meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan inti dan kawasan
perkotaan di sekitarnya melalui keterpaduan sistem transportasi dan sistem prasarana; (c)
meningkatkan keterkaitan Kawasan Perkotaan Sarbagita dengan Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) lainnya di Indonesia dan antarnegara; (d) mengembangkan kelembagaan lintas wilayah
sebagai wadah koordinasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Perkotaan Sarbagita berbasis
kegiatan pariwisata; (f) meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan transportasi
perkotaan yang seimbang dan terpadu untuk menjamin aksesibilitas yang tinggi antara kawasan
perkotaan inti dan kawasan perkotaan di sekitarnya; (g) mengembangkan jaringan jalan bebas
hambatan, manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta penyediaan dan pemasyarakatan sistem
pelayanan angkutan umum massal yang terpadu; (h) mengembangkan keterpaduan sistem
jaringan transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara, untuk menjamin
aksesibilitas yang tinggi antar-PKN dan antarnegara; (i) meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan sistem jaringan energi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat; (j) meningkatkan
kualitas dan jangkauan pelayanan sistem jaringan telekomunikasi yang mencapai seluruh pusat
kegiatan di Kawasan Perkotaan Sarbagita; (k) meningkatkan keterpaduan pendayagunaan
sumber daya air melalui kerja sama pengelolaan antardaerah; dan (l) meningkatkan kualitas
dan jangkauan pelayanan air minum, air limbah, drainase, dan persampahan secara terpadu
melalui kerja sama antardaerah dan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat; (m)
menyediakan ruang untuk kawasan pertahanan dan keamanan negara; (n) mengembangkan
kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan
negara; (o) mengembangkan zona penyangga yang memisahkan antara kawasan pertahanan
dan keamanan negara dan kawasan budi daya terbangun di sekitarnya; (p) mengembangkan
konsep kota kompak (compact city) yang memenuhi arahan peraturan zonasi pada kawasan
perkotaan inti dan kawasan perkotaan di sekitarnya, yang dilayani sistem transportasi umum
massal untuk mencegah kecenderungan penyatuan kawasan terbangun perkotaan; (q)
mengintegrasikan secara harmonis kawasan perdesaan dan kawasan pertanian berbasis subak
dengan tetap mempertahankan kawasan pertanian berbasis subak sebagai zona penyangga
Kawasan Perkotaan Sarbagita; (r) mengembangkan distribusi RTH paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) untuk keseluruhan Kawasan Perkotaan Sarbagita; (s) melestarikan dan
meningkatkan fungsi Taman Hutan Raya Ngurah Rai; (t) melestarikan, melindungi, dan
mengembangkan terumbu karang alami dan terumbu karang baru untuk pengembangan
kegiatan pariwisata berbasis masyarakat dan berwawasan lingkungan; (u) memelihara dan
memperbaiki kualitas lingkungan pantai untuk menjaga kelestarian dan keindahan pantai; (v)
menerapkan prinsip-prinsip kearifan lokal sebagai pertimbangan dalam penyusunan peraturan
zonasi; (w) mengembangkan kegiatan pariwisata yang terintegrasi dengan kegiatan pertanian
berbasis subak; (x) mewajibkan pemerintah daerah menetapkan dan mempertahankan lahan
pertanian pangan berkelanjutan; dan (y) mewajibkan instansi Pemerintah dan pemerintah
daerah melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam rangka penyusunan dan
evaluasi kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau
risiko lingkungan hidup di Kawasan Perkotaan Sarbagita sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dari strategi tersebut, menjadi Rencana pola ruang Kawasan Perkotaan
Sarbagita ditetapkan dengan tujuan mengoptimalkan pemanfaatan ruang sesuai dengan
peruntukannya sebagai kawasan lindung dan kawasan budi daya berdasarkan daya dukung dan
daya tampung lingkungan. Rencana pola ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita terdiri atas
rencana peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya. Sebagaimana dari maksud diatas,
terdapat Kawasan Lindung dikelompokkan menjadi Zona Lindung terdiri dari: (i) Zona
Lindung 1 (Zona L1) yang merupakan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya berupa kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan
resapan air, tidak terdapat di Kawasan Perkotaan Sarbagita. (ii) Zona lindung 2 (Zona L2) yang
merupakan kawasan perlindungan setempat, ditetapkan dengan tujuan melindungi pantai,
sungai, jurang, waduk, kawasan suci, kawasan tempat suci, dan RTH dari kegiatan budi daya
yang dapat mengganggu kelestarian fungsinya. Zona L2 kawasan perlindungan setempat terdiri
atas: (a) Zona L2 yang merupakan sempadan pantai meliputi: a) daratan sepanjang tepian laut
dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat;
atau b) daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal
dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai. Zona L2 ditetapkan di
Kecamatan Gianyar, Kecamatan Blahbatuh, dan Kecamatan Sukawati di Kabupaten Gianyar,
Kecamatan Denpasar Timur dan Kecamatan Denpasar Selatan di Kota Denpasar, Kecamatan
Kuta Selatan, Kecamatan Kuta, Kecamatan Kuta Utara, dan Kecamatan Mengwi di Kabupaten
Badung, serta Kecamatan Kediri dan Kecamatan Tabanan di Kabupaten Tabanan; (b) Zona L2
yang merupakan sempadan sungai meliputi: a) daratan sepanjang tepian sungai bertanggul
dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar; b) daratan sepanjang
tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit
100 m (seratus meter) dari tepi sungai; dan c) daratan sepanjang tepian anak sungai tidak
bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 m (lima puluh meter)
dari tepi sungai. Zona L2 yang merupakan sempadan sungai ditetapkan pada jenis-jenis sungai:
a) sungai-sungai yang bermuara ke waduk dan mempengaruhi penyediaan sumber air baku
yang ada di waduk; dan b) sungai-sungai yang bermuara ke lautan. Zona L2 yang merupakan
sempadan sungai di Kawasan Perkotaan Sarbagita ditetapkan di Tukad Ayung, Tukad Badung,
Tukad Mati, Yeh Penet, Yeh Empas, Yeh Abe, Tukad Melangit, Tukad Sangsang, Tukad
Pakerisan, Tukad Petanu, dan Tukad Oos. (c) Zona L2 yang merupakan sempadan jurang
meliputi: a) daratan di tepian jurang yang memiliki kemiringan lereng paling sedikit 45%
(empat puluh lima persen), kedalaman paling sedikit 5 m (lima meter), dan daerah datar bagian
atas paling sedikit 11 m (sebelas meter); dan b) daratan dengan lebar paling sedikit 2 (dua) kali
kedalaman jurang dan tidak kurang dari 11 m (sebelas meter) dihitung dari tepi jurang ke arah
bidang datar. Zona L2 yang merupakan sempadan jurang ditetapkan di Kecamatan Kuta
Selatan, Kabupaten Badung. (d) Zona L2 yang merupakan kawasan sekitar waduk meliputi: a)
daratan dengan jarak 50 m (lima puluh meter) sampai dengan 100 m (seratus meter) dari titik
pasang air waduk tertinggi; atau b) daratan sepanjang tepian waduk yang lebarnya proporsional
terhadap bentuk dan kondisi fisik waduk. Zona L2 yang merupakan kawasan sekitar waduk di
Kawasan Perkotaan Sarbagita ditetapkan di Waduk Muara di Kecamatan Denpasar Selatan,
Kota Denpasar. (e) Zona L2 yang merupakan kawasan suci Zona L2 yang merupakan kawasan
sekitar waduk di Kawasan Perkotaan Sarbagita ditetapkan di Waduk Muara di Kecamatan
Denpasar Selatan, Kota Denpasar. (f) Zona L2 yang merupakan kawasan tempat suci meliputi
kawasan dengan batas-batas fisik yang berupa batas alami atau batas buatan dan disesuaikan
dengan kondisi geografis masing-masing kawasan tempat suci di Kawasan Perkotaan Sarbagita
ditetapkan di sekitar tempat suci yang termasuk ke dalam Pura Kahyangan Tiga, Pura Sad
Kahyangan, dan Pura Dhang Kahyangan. dan (g) Zona L2 yang merupakan RTH kota meliputi
lahan dengan luas paling sedikit 2.500 m2 (dua ribu lima ratus meter persegi), berbentuk satu
hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur, dan didominasi
komunitas tumbuhan di Kawasan Perkotaan Sarbagita ditetapkan menyebar dan seimbang
dengan memperhatikan fungsi ekologis, sosial-budaya, estetika, dan ekonomi dengan
ketentuan RTH publik paling sedikit 20% (dua puluh persen) dan RTH privat paling sedikit
10% (sepuluh persen) dari luas Kawasan Perkotaan Sarbagita. (iii) Zona Lindung ( Zona L3)
yang merupakan kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya
ditetapkan dengan tujuan: a) melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan
keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah; dan b) melindungi kekayaan budaya bangsa
dan kepentingan ilmu pengetahuan sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang
dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Zona L3 yang merupakan kawasan
suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya terdiri atas: (a) Zona L3 yang
merupakan kawasan suaka alam tidak terdapat di Kawasan Perkotaan Sarbagita. (b) Zona L3
yang merupakan kawasan pelestarian alam dengan tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi meliputi: a) kawasan dengan ciri
khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan; dan b) kawasan yang mempunyai fungsi
pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya terdiri atas: a) Taman hutan raya meliputi kawasan pelestarian alam untuk tujuan
koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan/atau bukan jenis
asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budi daya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. b) Taman wisata alam
meliputi kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan terutama untuk kepentingan pariwisata
alam dan rekreasi ditetapkan di: a) Taman Hutan Raya Ngurah Rai dengan luas 1.375 ha (seribu
tiga ratus tujuh puluh lima hektar), yang berada di sebagian wilayah Kecamatan Denpasar
Selatan, Kota Denpasar, dan sebagian wilayah Kecamatan Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan,
Kabupaten Badung; dan b) Taman Wisata Alam Sangeh dengan luas 13 ha (tiga belas hektar),
yang berada di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. (c) Zona L3 yang merupakan
kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi: a) kawasan yang
memiliki ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil secara berkelanjutan; dan b. terdiri atas zona inti, zona pemanfaatan terbatas,
dan/atau zona lainnya sesuai dengan peruntukan dan kawasan. Kawasan konservasi di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri atas: a) kawasan konservasi pulau kecil meliputi Pulau
Serangan, di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan Pulau Pudut di Kecamatan Kuta
Selatan, Kabupaten Badung; b) kawasan konservasi perairan di perairan Kawasan Sanur di
Kecamatan Denpasar, Kota Denpasar, perairan Kawasan Serangan di Kecamatan Denpasar
Selatan, Kota Denpasar, perairan Kawasan Teluk Benoa sebagian di Kecamatan Denpasar
Selatan, Kota Denpasar dan sebagian di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, perairan
Kawasan Nusa Dua di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, dan perairan Kawasan
Kuta di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung; c) kawasan konservasi dan perlindungan
ekosistem pesisir berupa kawasan hutan pantai berhutan bakau di kawasan Taman Hutan Raya
Ngurah Rai sebagian di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan sebagian di
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung; d) kawasan konservasi dan perlindungan
ekosistem pesisir berupa kawasan perlindungan terumbu karang, di kawasan pesisir Sanur di
Kecamatan Denpasar, Kota Denpasar, Serangan di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota
Denpasar, Nusa Dua di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Tuban dan Kuta di
Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung; e) kawasan konservasi maritim berupa permukiman
nelayan di Kawasan Serangan di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar; f) kawasan
Jimbaran dan kawasan Kedonganan di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung; dan g)
kawasan konservasi pada kawasan pesisir yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial-budaya dan
agama di seluruh pantai tempat penyelenggaraan upacara keagamaan (melasti) dan kawasan
laut di sekitarnya. (d) Zona L3 yang merupakan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
ditetapkan dengan tujuan untuk melindungi budaya bangsa, dan kepentingan ilmu pengetahuan
antara lain berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, dan monumen. Zona L3 yang
merupakan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan secara menyebar di
Kawasan Perkotaan Sarbagita sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Lebih
lanjut, Kawasan budi daya dikelompokkan ke dalam zona budi daya, terdiri atas 1) Zona Budi
Daya 1 (Zona B1) merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang memiliki
kualitas daya dukung lingkungan tinggi dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana yang
tinggi, serta bangunan gedung vertikal terbatas dan horisontal dengan intensitas tinggi, Zona
B1 terdiri atas: kawasan peruntukan perumahan kepadatan tinggi; pemerintahan provinsi;
pemerintahan kota dan/atau kecamatan; perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan
regional; kesehatan skala internasional, nasional, dan regional; pendidikan tinggi; transportasi
laut internasional dan nasional; transportasi udara internasional dan nasional; pertanian;
pariwisata; sebaran daya tarik wisata; industri pendukung pariwisata; sosial-budaya dan
kesenian; pertahanan dan keamanan negara; kegiatan olahraga; dan jasa perikanan, berada di
sebagian Kecamatan Denpasar Utara, sebagian Kecamatan Denpasar Timur, sebagian
Kecamatan Denpasar Selatan, dan seluruh Kecamatan Denpasar Barat di Kota Denpasar serta
sebagian Kecamatan Kuta di Kabupaten Badung. 2) Zona Budi Daya 2 (Zona B2) merupakan
zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang memiliki kualitas daya dukung lingkungan
sedang, kualitas pelayanan prasarana dan sarana sedang dan tinggi, serta bangunan gedung
vertikal terbatas dan horisontal dengan intensitas sedang dan tinggi, Zona B2 terdiri atas:
perumahan kepadatan tinggi; perumahan kepadatan sedang; pemerintahan skala kabupaten
dan/atau kecamatan;perdagangan dan jasa skala nasional dan regional; kesehatan skala
internasional, nasional, dan regional; pendidikan tinggi; pertanian; kegiatan pariwisata; industri
pendukung pariwisata; sebaran daya tarik wisata; kegiatan sosial-budaya dan kesenian; dan
kegiatan olahraga berada di sebagian Kecamatan Denpasar Utara, sebagian Kecamatan
Denpasar Timur, dan sebagian Kecamatan Denpasar Selatan di Kota Denpasar, sebagian
Kecamatan Kuta Utara, dan sebagian Kecamatan Kuta Selatan di Kabupaten Badung, sebagian
Kecamatan Gianyar di Kabupaten Gianyar, dan sebagian Kecamatan Tabanan di Kabupaten
Tabanan. 3) Zona Budi Daya 3 (Zona B3) merupakan zona dengan karakteristik sebagai
kawasan yang memiliki kualitas daya dukung lingkungan sedang, kualitas pelayanan prasarana
dan sarana sedang dan tinggi, bangunan gedung vertikal terbatas dan horisontal dengan
intensitas sedang, serta merupakan kawasan di sekitar pantai dan dataran tinggi yang memiliki
daya tarik wisata tinggi, Zona B3 terdiri atas: perumahan kepadatan sedang; pariwisata; dan
industri pendukung pariwisata yang berada di Kawasan Pariwisata Pantai Sanur, di Kecamatan
Denpasar Timur di Kota Denpasar, Kawasan Pariwisata Pantai Nusa Dua, di Kecamatan Kuta
Selatan, Kawasan Pariwisata Tuban, di Kecamatan Kuta Selatan, dan Kawasan Pariwisata
Pantai Kuta, di Kecamatan Kuta di Kabupaten Badung, Kawasan Pariwisata Masyarakat
Tradisional Ubud, di Kecamatan Ubud, dan Kawasan Pariwisata Lebih, di Kecamatan
Blahbatuh di Kabupaten Gianyar, dan KDTWK Tanah Lot, di Kecamatan Kediri Kabupaten
Tabanan. 4) Zona Budi Daya 4 (Zona B4) merupakan zona permukiman perdesaan dengan
karakteristik sebagai kawasan yang memiliki kualitas daya dukung lingkungan rendah serta
kualitas pelayanan prasarana dan sarana sedang, Zona B4 terdiri atas: perumahan kepadatan
sedang; perumahan kepadatan rendah; pariwisata; sosial-budaya dan kesenian; pertanian
tanaman pangan dan hortikultura; dan industri pendukung pariwisata, Zona B4 berada di
sebagian Kecamatan Abiansemal, sebagian Kecamatan Mengwi, dan sebagian Kecamatan
Kuta Selatan di Kabupaten Badung, sebagian Kecamatan Gianyar, sebagian Kecamatan Ubud,
sebagian Kecamatan Sukawati, dan sebagian Kecamatan Blahbatuh di Kabupaten Gianyar,
sebagian Kecamatan Tabanan, dan sebagian Kecamatan Kediri di Kabupaten Tabanan. 5) Zona
Budi Daya 5 (Zona B5) merupakan zona pertanian tanaman pangan irigasi teknis dengan
karakteristik sebagai kawasan yang memiliki kualitas daya dukung lingkungan rendah, terdiri
atas: pertanian; pariwisata; dan sosial-budaya dan kesenian, Zona B5 berada di sebagian
Kecamatan Denpasar Utara, Kecamatan Denpasar Timur, dan Kecamatan Denpasar Selatan di
Kota Denpasar, sebagian Kecamatan Abiansemal, sebagian Kecamatan Mengwi, dan sebagian
Kecamatan Kuta Utara di Kabupaten Badung, sebagian Kecamatan Gianyar, sebagian
Kecamatan Ubud, sebagian Kecamatan Sukawati, sebagian Kecamatan Blahbatuh di
Kabupaten Gianyar, sebagian Kecamatan Tabanan dan sebagian Kecamatan Kediri di
Kabupaten Tabanan. 6) zona budi daya 6 (Zona B6) merupakan zona pesisir pantai dengan
karakteristik sebagai kawasan yang memiliki kualitas daya dukung lingkungan rendah dan
memiliki kualitas prasarana dan sarana perikanan, pariwisata laut, dan penunjang rekreasi
pantai, Zona B6 terdiri atas: rekreasi pantai; dan perikanan berada di sebagian Kecamatan
Denpasar Timur dan sebagian Kecamatan Denpasar Selatan di Kota Denpasar, sebagian
Kecamatan Mengwi, sebagian Kecamatan Kuta Utara, sebagian Kecamatan Kuta, dan sebagian
Kecamatan Kuta Selatan di Kabupaten Badung, sebagian Kecamatan Gianyar, sebagian
Kecamatan Sukawati, sebagian Kecamatan Blahbatuh di Kabupaten Gianyar, dan sebagian
Kecamatan Tabanan dan sebagian Kecamatan Kediri di Kabupaten Tabanan. dan 7) Zona Budi
Daya 7 (Zona B7) merupakan zona perairan laut dengan karakteristik sebagai kawasan yang
potensial untuk kegiatan kelautan dan perikanan serta kegiatan pariwisata, Zona B7 terdiri atas
kawasan peruntukan budi daya dengan kegiatan kelautan dan perikanan, transportasi laut, dan
pariwisata yang berada di seluruh perairan laut di Kawasan Perkotaan Sarbagita.1 Dari
pemaparan diatas tersebut, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan adalah
Peraturan Perundang-undangan menjalankan sesuai dengan amanat Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi Bali, dan Peraturan
1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan.
Daerah Kabupaten Badung dengan maksud bahwa Peraturan Presiden tersebut konsistensi dan
sinkronisasi sesuai dengan ketentuan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, Peraturan Daerah Provinsi Bali, dan Peraturan Daerah Kabupaten Badung. Selain itu,
baik Pemerintah Pusat (Central Government) maupun Pemerintah Daerah (Local Governemnt)
menetapkan dan meningkatkan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya dalam menjalankan
kewenangan yang diberikan Undang-Undang dan/atau Peraturan Perundang-undangan.
Kemudian, seiring perkembangan kebijakan strategis nasional dan dinamika internal di
Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan, maka Pemerintah Pusat (central
government) membentuk suatu Peraturan perundangan-undangan ialah Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan (SARBAGITA). Dalam ruang lingkup Konsiderans
(Menimbang/Pertimbangan Hukum) huruf a bahwa memperhatikan perkembangan kebijakan
strategis nasional dan dinamika internal di Kawasan Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan
Tabanan khususnya terkait pemanfaatan ruang di Kawasan Teluk Benoa, sehingga perlu
dilakukan revitalisasi; huruf b bahwa Kawasan Teluk Benoa dapat dikembangkan sebagai
kawasan yang potensial guna pengembangan kegiatan ekonomi serta sosial budaya dan agama,
dengan tetap mempertimbangkan kelestarian fungsi Taman Hutan Raya Ngurah Rai dan
pelestarian ekosistem kawasan sekitarnya, serta keberadaan prasarana dan sarana infrastruktur
di Kawasan Teluk Benoa; huruf c bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan. Dalam batang tubuh Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 mengubah status Kawasan Konservasi dengan cara
melakukan kegiatan revitalisasi termasuk penyelenggaraan reklamasi paling luas 700 ha (tujuh
ratus hektar) dari seluruh Kawasan Teluk Benoa menjadi Kawasan Pemanfaatan Umum,
berbeda dengan Peraturan sebelumnya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45
Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan
menjelaskan luas Kawasan Konservasi memiliki 1.375 (seribu tiga ratus tujuh puluh lima) pada
Zona Lindung 3 (Zona L3) di Taman Hutan Raya Ngurah Rai. Taman Hutan Raya merupakan
Kawasan Pelestarian Alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau
bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan umum sebagai
tujuan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan juga sebagai fasilitas yang menunjang
budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi;2 Kemudian, terdapat kawasan-kawasan tertentu
meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan jurang, kawasan sekitar waduk,
kawasan suci, kawasan tempat suci, RTH kota, kawasan pelestarian alam, kawasan konservasi
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Dalam hal diatas, Penulis menjelaskan bahwa kawasan-kawasan tersebut merupakan kawasan
yang perlu dijaga kelestarian alam lingkungan hidup kemudian dirubah peruntukkan
pemanfaatan tata ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita dengan dilakukan kegiatan revitalisasi
termasuk penyelenggaraan reklamasi adalah Zona L2, Zona L3, Zona B1, Zona B2, Zona B3,
Zona B4, Zona B5, Zona B6, dan Zona B73 berubah menjadi Zona L3, Zona B1, Zona B2,
Zona B3, Zona B4, Zona B5, Zona B6, Zona B7, dan Zona Penyangga (Zona P)4 merupakan
kawasan rawan bencana alam dan kawasan rawan bencana alam geologi, kawasan rawan
bencana alam gelombang pasang, rawan bencana alam geologi gempa bumi, dan berpotensi
2 Atlas Nasional Indonesia. Penerbit Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional).
Cibinong, Bogor 2008. ISBN 978-979-26-6938-1. hal. 158. 3 Perhatikan Pasal 43 sampai dengan Pasal 65 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan yang
menjelaskan zona-zona tersebut. Dan Perubahan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kawasan Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan yang juga menjelaskan zona-zona tersebut. 4 Perhatikan Pasal 56 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011.
tinggi tsunami, bencana alam banjir, dan/atau pernah mengalami tsunami, abrasi, dan gempa
bumi.
Dengan demikian, Penulis mencermati suatu Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Perkotaan Denpasar Badung
Gianyar dan Tabanan (SARBAGITA) tidak memberikan suatu kejelasan tujuan pada
konsiderans (pertimbangan hukum) dan batang tubuh Peraturan presiden tersebut, dalam hal
konsiderans (pertimbangan hukum/menimbang) perlu dilakukan revitalisasi sedangkan pada
batang tubuh Peraturan Presiden tersebut dengan kegiatan revitalisasi termasuk
penyelenggaraan reklamasi sebagaimana implementasi dari Peraturan Presiden tersebut sudah
terealisasikan. Secara substansial terhadap masalah hukum (case law) diatas, dalam Asas-asas
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan meliputi: (a)
kejelasan tujuan; (b) kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat; (c) kesesuaian antara
jenis, hierarki, dan materi muatan; (d) dapat dilaksanakan; (e) kedayagunaan dan
kehasilgunaan; (f) kejelasan rumusan; dan (g) keterbukaan.5 Sedangkan Pasal 6 dalam materi
muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan asas: (a) pengayoman; (b)
kemanusiaan; (c) kebangsaan; (d) kekeluargaan; (e) kenusantaraan; (f) bhinneka tunggal ika;
(g) keadilan; (h) kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; (i) ketertiban dan
kepastian hukum; dan/atau (j) keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.6 Penulis mengamati
bahwa Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 inkonsistensi
5 Perhatikan Penjelasan Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234). 6 Perhatikan Penjelasan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234).
(ketidaktaatasasan) dan tidak sinkronisasi baik secara formil maupun materiil terhadap materi
muatan Peraturan Perundang-undangan baik yang diatas seperti Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia, Undang-Undang, Peratuan Pemerintah, Peraturan Presiden maupun
Peraturan Perundang-undangan di bawahnya seperti Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota. Selain itu, dalam Teori Legislasi adalah salah satu teori yang sangat
penting di dalam kerangka menganalisis tentang proses penyusunan Peraturan Perundang-
undangan. Pengertian Legislasi disajikan dari pandangan para ahli dan yang tercantum dalam
kamus hukum. Anis Ibrahim menyajikan pengertian Legislasi adalah sebagai suatu proses
pembuatan hukum dalam rangka melahirkan hukum positif. Legislasi ini dimulai dari tahap
perencanaan pembuatan hukum, penyusunan, formulasi, pembahasan, pengesahan,
pengundangan, hingga sosialisasi produk hukum (dalam arti hukum Perundang-undangan /
Peraturan Perundang-undangan). Undang-Undang yang mengatur tentang penyusunan legislasi
telah diatur secara eksplisit dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dengan Landasan Filosofis, Sosiologis
dan Yuridis. Landasan Filosofis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk
mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana
kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Landasan Sosiologis
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam berbagai aspek. Dan Landasan Yuridis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk
untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna
menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat. Penulis menilai bahwa Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan tidak sesuai dengan Teori Legislasi tersebut.
Karena dalam Teori Legislasi yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dengan alasan tidak
memuat Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis. Kemudian dalam Teori Kewenangan
menurut H.D. Stoud yang dikutip oleh Ridwan HR menyajikan pengertian tentang
kewenangan. Kewenangan adalah keseluruhan aturan-aturan yang berkenan dengan perolehan
dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik di dalam hubungan
hukum publik. Ada dua unsur yang terkandung dalam pengertian konsep kewenangan yang
disajikan oleh H.D. Stoud, yaitu (i) adanya aturan-aturan hukum; dan (ii) sifat hubungan
hukum. Jadi, Penulis berpendapat bahwa penggunaan wewenang dan/atau kewenangan
pemerintah harus memuat unsur-unsur yaitu aturan-aturan hukum berdasarkan Undang-
Undang dan hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) harus memuat hak dan kewajiban antara
pemerintah dengan masyarakat sehingga tercapainya tujuan dibentuknya Hukum dan Undang-
Undang. Dan terakhir, Teori Kebijakan Publik menurut Harold Lawell dan Abraham Kaplan
mendefinisikan Kebijakan Publik sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-
tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu (a projected program of goals,
values, and practices). Dan perlu ditekankan, kebijaksanaan bukanlah kebijakan, karena
(ke)bijaksana(an) adalah salah satu ciri kebijakan publik. Penulis berpendapat bahwa
Kebijakan Pemerintah yang diatur oleh Undang-Undang dan/atau Peraturan Perundang-
undangan harus memuat (ke)bijaksana(an) yang merupakan unsur terpenting atau salah satu
ciri paling penting dalam Teori Kebijakan Publik. Berkaitan dengan pembahasan hukum (case
law) tersebut diatas, bahwa Kebijakan Pemerintah baik Pusat (Central Government) maupun
Daerah (Local Government) harus memuat berdasarkan kaidah-kaidah Lingkungan Hidup dan
Penataan Ruang, kaidah-kaidah dimaksud ialah setiap kegiatan dan/atau usaha dalam rangka
pembangunan berkelanjutan wajib memiliki Kajian Lingkungan Hidup Strategis (selanjutnya
disingkat KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (selanjutnya disingkat AMDAL)
UKL-UPL, Perizinan, Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup dan Rencana Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPL) baik Pemerintah Pusat (Central Governemnt)
maupun Pemerintah Daerah (Local Government Dalam analisis oleh Penulis ini, Penulis
menambahkan argumentasi bahwa Kawasan Konservasi tidak layak dirubah peruntukkan
pemanfaatan tata ruang menjadi Kawasan Pemanfaatan Umum dengan situasi dan keadaan
kawasan-kawasan tersebut yang merupakan kawasan rawan bencana alam seperti gempa bumi,
banjir, angin kencang, tsunami dan/atau pernah mengalami bencana alam untuk dilakukan
kegiatan revitalisasi termasuk penyelenggaraan reklamasi.
Top Related