LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
BAB III
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
3.1 Perencanaan Pelaksanaan
Perencanaan suatu proyek meliputi semua kegiatan fisik
dilapangan mulai dari persiapan, pekerjaan struktur, finishing, sampai pada
bangunan tersebut siap untuk beroperasi.
Pelaksanaan proyek harus mendapat pengawasan yang cukup ketat,
baik kesesuaian antara perencanaan dan realisasi proyek serta perubahan-
perubahan yang mungkin terjadi dilapangan, karena pelaksanaan proyek
akan menentukan hasil akhir dari suatu proyek. Faktor lain yang juga dapat
menentukan hasil akhir yang baik adalah perencanaan yang baik, gambar-
gambar desain yang jelas sehingga akan memudahkan pelaksanaan
dilapangan.
Keberhasilan suatu proyek di nilai dari beberapa hal, meliputi
biaya, mutu, dan waktu. Proyek dikatakan berhasil jika proyek tersebut telah
sesuai dengan mutu yang ditentukan, dengan biaya yang lebih murah dan
selesai tepat pada waktunya. Hal ini sangat ditentukan oleh pengawasan
yang benar, bahan yang tersedia, tenaga kerja, metode pekerjaan dan alat-
alat yang digunakan.
3.1.1 Perencanaan Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan konstruksi merupakan suatu tahapan yang sangat
penting, dimana diperlukan suatu metode pelaksanaan yang
terencana, detail dan lengkap agar tahapan konstruksi dapat
terlaksana dengan baik sesuai dengan perencanaan, spesifikasi dan
kontrak. Prencanaan metode pelaksanaan merupakan salah satu
faktor kunci dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pekerjaan.
Proses penyusunan metode pelaksanaan merupakan hasil
pembahasan, diskusi, referensi dari berbagai sumber, dan dituangkan
dalam bentuk gambar kerja serta urutan – urutan pelaksanaan
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA29
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
pekerjaan (procedure, work instruction) yang menjadi acuan dalam
pelaksanaan setiap pekerjaan. Adapun perencanaan metode
pelaksanaan pekerjaan bore pile adalah sebagai berukut :
1. Persiapan
Sebelum memulai pekerjaan pondasi bore pile semua team
yang terlibat harus memahami semua aktivitas yang berkaitan
dengan pekerjaan bore pile. Pekerjaan bore pile harus
berdasarkan pada:
Spesifikasi
Gambar rencana
Kontrak
Shop Drawing
a. Persiapan Shop Drawing
Untuk memudahkan dalam pekerjaan ini harus dibuat
gambar rencana yang detail dan lengkap. Gambar rencana
berupa gambar kerja atau berupa shop drawing. Gambar kerja
harus menjelaskan:
Gambar denah, menggambarkan posisi dari bore pile
lengkap dengan as bangunan, ukuran dan diameter bore
pile.
Gambar galian pondasi menggambarkan kedalaman
rencana bore pile (mengukur level permukaan tanah level
bawah dan timbunan rencana bore pile) dan kualitas
beton bore pile.
Gambar penulangan pondasi menggambarkan jenis baja,
diameter baja, jumlah baja tulangan, penulangan yang
baik dan sengkang. Gambar ini juga menjelaskan posisi
bawah dan level penulangan pada pondasi bore pile.
Semua gambar kerja harus sesuai dengan gambar
rencana yang bersetatus untuk konstruksi , dokumen kontrak
dan spesifikasi. Sebelum ketahapan berikutnya gambar harus
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA30
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
sudah mendapat persetujuan konsultan supervision dan
merupakan gambar refisi terakhir
b. Persiapan lokasi
Sebelum pekerjaan pengeboran dilaksanakan lokasi
yang akan dibor harus sudah siap. Persiapan lokasi meliputi:
Memastikan pekerjaan pendukung telah dilaksanakan
seperti pembersihan lokasi, membuat jalan/ alur kerja.
Persiapan tanda, memberikan tanda sebagai titik acu dan
elevasi dalam pengeboran. Penentuan titik pengeboran
harus benar – benar tepat dan dicek sebelum pengeboran
dimulai.
Pengaturan dalam pembuangan lumpur dan air
2. Pekerjaan pemasangan turap
Pekerjaan pemasangan turap dilakukan sebelum
pengeboran, fungsinya mencegah air sungai masuk ke galian.
Turap diangkat dengan crane dan di berdirikan pada titik yang
telah di tentukan setelah itu turap dijepit dengan hammer hidrolik
lalu didorong.
3. Proses Pengeboran
Menggunakan mesin bor Soilmec kapasitas 30 (tiga puluh)
meter, pengeboran dimulai dengan menggunakan auger
dengan diameter sedikit besar. Untuk kemudian memasang
casing sementara (bila diperlukan) sepanjang maksimum 2
(dua) meter. Casing sementara ini dibutuhkan untuk
menghindari runtuhnya tanah permukaan di sekeliling lubang
bor.
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA31
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Gambar 3.1 Alat Bore
Pengeboran dilakukan menggunakan auger bucket tergantung
pada jenis dan keadaan tanah yang ditemukan sementara
kedalaman serta jenis tanah yang keluar dicatat secara teratur
sampai mencapai kedalaman yang telah ditentukan.
Gambar 3.2 Pengeboran awal
dengan auger bucket
Gambar 3.3 Pemasangan casing
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA32
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
4. Proses Pembersihan Lubang
Setelah kedalaman yang diinginkan tercapai, maka proses
pembersihan dasar lubang dimulai dengan menggunakan
cleaning bucket. Proses diulang beberapa kali sampai dasar
lubang dalam keadaan relatif bersih.
Gambar 3.4 Pembersihan lubang bore pile
5. Proses Pengecoran Beton
Begitu selesai pembersihan dasar lubang kemudian
dilaksanakan pemasangan baja tulangan disusul pemasanga
pipa tremie. Panjang jumlah dan mutu besi tulangan dibuat
sesuai spesifikasi teknis.
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA33
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Gambar 3.5 Pemasangan tulangan bore pile
Bila di dalam lubang terdapat volume air yang cukup banyak
dan deras maka pengecoran dilaksanakan melalui pipa tremi
yang ditutup pada ujung bawahnya menggunakan plat baja
yang dinamakan end plate atau dengan menggunakan plastic
foam sebagai pemisah antara beton dan air.
Pipa tremie dipasang sepanjang lubang yang dibor dengan
ujungnya bertumpu pada dasar lubang. Beton readymix
dengan slump 16 ± 2 cm retender 4 jam dituangkan kedalam
tremi hingga pipa tersebut terisi penuh. Pipa lalu ditarik ± 1
meter sehingga end plate terlepas dan beton mengalir. Beton
dituangkan lagi kedalam pipa tremi dan dengan demikian
pengecoran tiang dilanjutkan sehingga permukaan beton
mencapai ketinggian yang diinginkan. Selama proses
pengecoran dilakukan pemadatan dengan menggunakan
vibrator untuk mendapatkan hasil pengecoran yang
maksimal. Selama pengecoran berlangsung ujung bawah pipa
tremi harus terbenam dalam beton. Bila pipa tremi terlampau
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA34
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
panjang maka pipa tremi dengan panjang masing-masing
potongan antara 1 - 6 meter harus diangkat dan dipotong.
Gambar 3.6 Proses pengecoran
Gambar 3.7 Tremi diangkat
Casing lalu dicabut perlahan-lahan dan pengukuran terakhir
dilakukan terhadap beton untuk memeriksa apakah
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA35
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
ketinggian permukaan beton berada diatas rencana dasar pore
setinggi ± 1 meter untuk menjamin mutu beton yang baik
pada elevasi dasar poer.
Gambar 3.8 Pengangkatan casing
Apabila perlu, casing sementara dicor beton sampai penuh
hingga ketinggian permukaan beton yang diinginkan tercapai.
Bilamana tidak ada air dalam lubang bor, pengecoran beton
dilakukan dengan pipa tremi pendek (± 1 meter) dan corong saja.
Pipa tremi pendek ini berfungsi agar beton yang dituangkan jatuh
ditengah-tengah lubang.
3.1.2 Perencanaan Pengelolaan Site
Perencanaan pengelolaan site sangat penting untuk menunjang
pelaksanaan selama periode konstruksi agar efisien dan efektif selama
periode konstruksi, akan diatur supaya mengakomodasi semua
kebutuhan ruang dan aktivitas seefisien mungkin. Idealnya rencana
lokasi harus bisa mengakomodasi keseluruhan aktivitas, termasuk
pembuatan fasilitas untuk pekerja dan lokasi kantor. Rencana lokasi
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA36
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
tergantung tempat yang tersedia, daerah kerja, kondisi lokasi
perencanaan dan lain – lain. Tetapi biasanya menggunakan area di
sekitar lokasi proyek untuk perencanaan lokasi kantor, tempat kerja
gudang penyimpanan material dan lain – lain sepanjang periode
konstruksi dan menyediakan akses untuk tujuan keamanan.
3.1.2.1 Lokasi Kantor
Untuk mendukung team/personil didalam melaksanakan
pekerjaan secara efisien, menentukan lokasi kantor selama periode
konstruksi sangat penting. Lokasi kantor meliputi semua fasilitas
yang diperlukan, seperti ruang rapat, ruang staf, ruang tamu, kamar
mandi, ruang ibadah dan ruangan pendukung lainnya. Adapun lokasi
kantor Jaya Konstruksi – Duta Graha. JO, bertempat di jalan Prof.
DR. Ida Bagus Mantra Bali.
3.1.2.2 Lokasi Penyimpanan Material dan Tempat Kerja
Penyimpanan material meliputi:
Tempat penyimpanan aggregat
Pagar
Kayu
Plywood
Baja tulangan
Semen
Dan lain – lain
Sedangkan tempat kerja dibangun untuk melakukan aktivitas
seperti, memotong dan pembentukan baja tulangan memperbaiki dan
membuat peralatan kerja. Adapun tempat kerja yang direncanakan:
1. Steel Workshop
Lokasi pekerjaan pembesian disiapkan bertujuan untuk
lokasi pembentukan baja tulangan untuk tulangan struktur beton
seperti memotong dan pembentukan baja tulangan sesuai dengan
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA37
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
gambar rencana. Tempat pekerjaan pembesian dibuat setengah
permanen, dilengkapi dengan alat untuk memotong dan alat
untuk pembentukan baja tulangan. Tempat kerja pembesian
merupakan area terbuka untuk menyimpan material dan
dibuatkan tempat untuk bongkar muat material baja, tempat kerja
dibuat sebisa mungkin dekat dengan lokasi pekerjaan agar
mempermudah penanganan dan transportasi lebih cepat. Tempat
penyimpanan direncanakan memiliki bantalan kayu dan selimut
penutup untuk mencegah baja tulangan kontak langsung dengan
lumpur dan untuk mencegah terkena air ujan.
2. Formwork and Carpentry workshop
Untuk melaksanakan semua aktivitas pekerjaan kayu akan
disediakan tempat kerja untuk tukang kayu dimana bangunan
dibuat semi permanen sama halnya tempat pengerjaan baja
tulangan, tempat kerja juga dilengkapi dengan tempat
penyimpanan material dan area terbuka.
3. Ware House
Gudang dibuat untuk menyimpan peralatan, material dan
perkakas yang sensitif seperti plywood, semen dan lainya gudang
penyimpanan dibuat tertutup direncanakan dibuat dekat lokasi
kantor untuk tujuan keamanan.
4. General Set House
Tempat genzet penempatannya direncanakan dengan
beberapa syarat seperti jauh dari kantor dan bangunan lain
disekitanya sehingga gangguan yang disebabkan oleh
pengoprasian genzet akan kecil, cukup jauh dari barang yang
mudah terbakar dan penempatannya tidak jauh dari tempat
pekerjaan pembesian untuk mempermudah pekerja
mengoprasikan bar cutter dan bar bender. Genzet direncanakan
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA38
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
untuk menyediakan pasokan listrik untuk pekerja mengoprasikan
mesin pomotong dan pembengkok baja tulangan, menyuplai
listrik untuk penerangan, pengoprasian peralatan kantor selama
periode konstruksi.
Gambar 3.9 Perencanaan Pengelolaan Site
Keterangan gambar:
1. Lokasi pemondokan pekerja dan gudang
2. Dereksi kit PT. Jaya Konstruksi – Duta Graha. JO dan General set
House.
3. Steel Work Shop
3.1.3 Perencanaan Sumber Daya
Dalam melaksanakan suatu proyek, perencanaan sumber daya
adalah salah satu syarat mutlak yang harus dilaksanakan. Dengan
perencanaan yang matang dan teliti akan dapat dihindari berbagai
hambatan dan kesulitan selama proses pelaksanaan, sehingga apa yang
diharapkan dari pekerjaan tersebut akan memberikan hasil yang
optimal dan mendekati kenyataan yang diinginkan.
Pada pelaksanaan proyek harus dibuat atau ditetapkan alternatif-
alternatif yang dianggap baik, dalam artian memenuhi syarat utama
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA39
U
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
yaitu perencanaan yang realistis dan ekonomis. Disebut realistis karena
dalam perencanaan yang dibuat mempunyai kemungkinan untuk dapat
diwujudkan, sedangkan ekonomis berarti perencanaan tersebut
haruslah hemat tapi tidak mengurangi kualitas. Sehingga nantinya akan
terwujud suatu perencanaan yang menjadi lengkap, dan jelas
tujuannya, ekonomis, kualitas sesuai dengan spesifikasi serta mudah
dalam pelaksanaannya.
Dalam mewujudkan suatu konstruksi, sumber daya merupakan
komponen utama dalam usaha mencapai tujuan. Sumber daya dalam
suatu proyek meliputi :
1. Manusia (Man)
2. Finansial (Money)
3. Peralatan (Mechine)
4. Bahan (Material)
5. Metode (Method)
3.1.3.1 Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kerja
Kelancaran pelaksanaan suatu proyek tidak lepas dari unsur
tenaga kerja. Dengan melihat jadwal pelaksanaan dan volume
pekerjaan kita dapat memperkirakan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Tenaga kerja
merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan
dilapangan. Penempatan dan pengawasan tenaga kerja haruslah
sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-masing, sehingga
pekerjaan dapat terwujud dengan baik. Cara pengaturan tenaga kerja
ini antara lain dengan membuat pengarahan sesuai dengan urutan dan
kebutuhan tenaga masing-masing pelaksanaan pekerjaan.
Untuk jam kerja tambahan (lembur), jika suatu jenis pekerjaan
tidak bisa ditangguhkan penyelesaiannya atau dalam situasi tertentu
misalnya faktor alam seperti hujan maka jam kerja lembur dilakukan
untuk mengejar penyelesaian suatu jenis pekerjaan.
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA40
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Hal-hal yang perlu diperhatikan atau dipertimbangkan didalam
penyusunan rencana tenaga kerja antara lain :
Keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan.
Jumlah tenaga kerja yang di butuhkan sesuai dengan jenis
pekerjaan.
Mutu pekerjaan yang dicapai.
Waktu pelaksanaan dari pekerjaan yang akan dipekerjakan.
Kondisi lapangan dimana konstruksi tersebut akan dikejakan.
Dalam penyediaan dan pengaturan tenaga kerja dilakukan
berdasarkan kebutuhan dalam pelaksanaan dan keahlian tenaga kerja
sendiri. Tenaga kerja lapangan dalam pelaksanaan pekerjaan proyek
terdiri dari:
1. Karyawan
Adalah tenaga kerja yang dibayar secara tetap oleh kontraktor,
karyawan ini bertanggung jawab mengatur, mengawasi dan
mengontrol seluruh kegiatan dilapangan. Seluruh kegiatan
dilapangan dikoordinir oleh project manager yang didalam
pelaksanaannya dibantu oleh site manager.
2. Pekerja Borongan
Adalah tenaga kerja yang dibayar sesuai dengan volume dan
jenis pekerjaan yang ditetapkan secara borongan, dalam
pelaksanaan dilapangan dibawah pengawasan seorang mandor.
Didalam penyediaan jumlah dan jenisnya serta pengaturan dan
penempatan tenaga kerja dilapangan disesuaikan dengan jenis
dan volume pekerjaan serta waktu pelaksanaan yang tersedia.
3. Pekerja Harian
Adalah tenaga kerja yang diupah secara harian dengan besar
upah perhari disesuaikan dengan kemampuan atau
keterampilan tenaga kerja tersebut. Untuk jam kerja disepakati
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA41
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
oleh pihak – pihak yang bersangkutan adalah 8 jam perhari,
dengan pengaturan waktu sebagai berikut:
- jam kerja pagi : pukul 08.00 – 12.00 wita
- jam istirahat : pukul 12.00 – 13.00 wita
- jam siang : pukul 13.00 – 17.00 wita
Sedangkan jumlah tenaga kerja yang digunakan didalam
pekerjaan bore pile jembatan tukad Udang-udang di sediakan
oleh subkontraktor PT. Paku Bumi, Jakarta
3.1.3.2 Perencanaan Kebutuhan Bahan (Material)
Rencana pengadaan material sangat erat kaitannya dengan
kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Jumlah material yang disediakan
dapat disesuaikan berdasarkan waktu pelaksanaan (time schedule),
dimana telah dapat diketahui jumlah kebutuhan material, jenis
material yang diperlukan serta urutan pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Disamping itu penyusunan pengadaan material
bertujuan untuk menghindari penimbunan material yang dapat
menurunkan kualitas material dan mengganggu kelancaran
pekerjaan.
Adapun material – material yang dipersiapkan dalam pekerjaan
cast in place concrete pile diameter 100 cm dapat digolongkan
menjadi dua bagian, adalah sebagai berikut:
Kebutuhan bahan atau material untuk pekerjaan Turap.
Kebutuhan bahan atau material untuk pekerjaan pengecoran.
1. Kebutuhan Material Untuk Pekerjaan Turap.
Pekerjaan turap pada cast in place concrete pile ini
sangatlah penting agar air dari sungai tidak meresap masuk
kedalam lubang yang telah di bor.
2. Kebutuhan Material Untuk Pekerjaan Pengocoran
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA42
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Yang dimaksud dalam hal ini adalah pengecoran beton.
Beton merupakan hasil campuran antara agregat kasar, agregat
halus, air, semen, dan biasanya ditambah zat additive yang sudah
mengalami suatu reaksi dan pengerasan. Campuran beton pada
saat akan dipakai masih dalam keadaan plastis sehingga mudah
dikerjakan sesuai dengan rencana dimensi. Untuk pekerjaan cast
in place concrete pile diameter 100 cm ini memakai beton mutu
K350.
Proses pencampuran beton mutu K350 dilakukan diluar
proyek dengan menggunakan alat yang bernama Bathcing Plan.
Beton mutu K350 merupakan beton readymix yang dibeli dari
perusahaan beton PT. SARANA BETON PERKASA yang
beralamat di Jalan Prof. DR. Ida Bagus Mantra, Bali. Mengenai
proses pelaksanaan pencampurannya, sesuai dengan hasil
penelitian di laboratorim.
3.1.3.3 Perencanaan Kebutuhan Peralatan
Perencanaan pengadaan mesin dan peralatan sangat erat pula
kaitannya dengan kelncaran pelaksanaan pekerjaan. Jumlah mesin
dan peralatan yang disediakan dapat disesuaikan berdasarkan waktu
pelaksanaan (time scehdule). Dimana dari jadwal pelaksanaan
tersebut kita dapat mengetahui jumlah kebutuhan mesin dan
peralatan yang akan digunakan serta urutan pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Disamping itu juga, penyusunan pengadaan mesin atau
peralatan bertujuan untuk menghindari adanya penumpukan
peralatan yang berlebihan yang nantinya akan dapat menurunkan
kualitas dari peralatan tersebut dan mengganggu kelancaran
pelaksanaan pekerjaan.
Adapun mesin dan peralatan yang dipersiapkan dalam pekerjaan
cast in place concrete pile diameter 100 cm dapat digolongkan
menjadi tiga bagian adalah sebagai berikut :
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA43
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Kebutuhan peralatan untuk pekerjaan persiapan lokasi.
Kebutuhan peralatan untuk pekerjaan pemasangan turap.
Kebutuhan peralatan untuk pekerjaan pengeboran dan
pengecoran.
1. Kebutuhan Peralatan untuk Pekerjaan Persiapan Lokasi
Untuk pekerjaan persiapan lokasi selalu memakai alat bantu
sebagai alat untuk pembutan lokasi, galian timbunan dan
penentuan koordinat, level tulangan dan beton bore pile.
Adapun jenis - jenis peralatan yang digunakan dalam
pekerjaan persiapan lokasi tersebut antara lain :
Excavator
Digunakan untuk membuat akses ke lokasi pengeboran dan
proses cut and fill dilokasi pekerjaan bore pile.
Bulldozer
Digunakan untuk meratakan sekaligus pemadatan tanah
timbunan di lokasi pekerjaan bore pile.
Vibro Roller
Digunakan untuk memadatkan tanah timbunan pada lokasi
pengeboran.
Dump Truck
Digunakan untuk mengangkut tanah timbunan ke lokasi
pengeboran.
Water Pass
Merupakan alat yang dipergunakan untuk mentukan elevasi
tanah, level atas tulangan.
Total station
Merupakan alat yang dipergunakan untuk menentukan
koordinat bore pile.
Prisma
Alat yang dibidik untuk menentukan koordinat bore pile.
Bak ukur
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA44
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Digunakan untuk membaca duga tinggi
Payung
Digunakan untuk menghidarkan kontak langsung matahari
dengan Water pass dan Total station
Patok Kayu
Digunakan sebagai tanda atau patok koordinat bore pile
2. Kebutuhan peralatan untuk pekerjaan pemasangan turap
Utuk pekerjaan pemasangan turap di perlukan beberapa alat
antara lain :
Turap
Digunakan sebagai penahan agar air sungai tidak mengalir ke
dalam galian.
Mobile crane
Digunakan sebagai alat pengangkat turap, hamer hidrolik dan
alat-alat berat lainnya.
Gen zet 70 KVA
Merupakan alat pembangkit listrik bertenaga diesel yang
berfungsi untuk pengoperasian hamer hidrolik.
3. Kebutuhan Peralatan untuk Pekerjaan Pengeboran dan
Pengecoran
Untuk pekerjaan pengeboran selalu memakai alat bantu
sebagai alat untuk proses pengeboran dan pengecoran. Di dalam
menentukan peralatan pengeboran dan pengeboran tersebut tidak
boleh sembarangan karena akan mempengaruhi dari prestasi
kerja suatu pekerjaan.
Adapun jenis - jenis peralatan yang digunakan dalam
pekerjaan pengeboran tersebut antara lain :
Service Crane Kapasitas max 35 ton
Digunakan dalam proses pengeboran
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA45
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Unit Bor
Digunakan untuk melakukan proses pengeboran tanah pada
lokasi bore pile
Appliance drill, Auger bucket
Auger bucket digunakan tahap awal pengeboran berfungsi
untuk menggemburkan tanah
Appliance drill digunakan pada akhir pengeboran agar
kualitas pengeboran maksimal.
Roll Meter
Digunakan untuk mengukur kedalaman hasil pengeboran.
Gen zet 70 KVA
Merupakan alat pembangkit listri bertenaga diesel yang
berfungsi untuk pengelasan.
Mesin Las
Digunakan untuk penyambungan baja tulangan yang
dianggap perlu.
Uting – uting
Digunakan untuk menentukan tegak lurus unit bore pada saat
seting alat bore pile.
Plat baja
Digunakan sebagai plat dudukan Tower Crane
Alat Test Slump Beton
Sebelum pembuatan beton, terlebih dahulu dilakukan Test
Slump Beton merupakan pengujian terhadap mutu beton baik
kekentalannya maupun kekuatan beton. Alat cetak tes beton
tersebut silinder kerucut.
Tremi
Merupakan pipa yang digunakan untuk menuangkan beton
dan digunakan menggetarkan campuran beton yang telah
dituangkan supaya tidak adanya rongga sekecil apapun dalam
cetakan beton.
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA46
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Truck Mixer
Digunakan untuk mengangkut campuran beton yang siap
dicor dari Bathcing Plan menuju lokasi pekerjaan.
Casing
Digunakan sebagai bagesting sementara agar tanah tidak
longsor masuk ke dalam hasil pengeboran.
Cetakan beton
Digunakan untuk mencetak benda uji yang berbentuk kubus
berukuran 15 x 15 x 15 cm.
Water pump
Digunakan untuk memompa air dari dalam tanah agar hasil
pengeboran maksimum.
4. Kebutuhan Peralatan untuk Pile Driving Analyzer (PDA)
Service Crane Kapasitas max 35 ton
Digunakan untuk menjatuhkan drop hammer dengan
ketinggian 0,5 – 3 m.
Drop Hammer
Digunakan sebagai hammer/beban untuk memukul pile
concrete yang diuji
Pile Driving Analyzer
Merekam gelombang akibat tumbukan drop hammer.
Strain tranducer dan Accelerometer
Berfungsi merubah regangan dan percepatan menjadi sinyal
elektronik
Pelat Baja
Digunakan sebagai plat dudukan Service Crane
Gen zet 70 KVA
Untuk mensuplay tenaga listrik untuk penerangan dan
pengoprasian grinda dan alat bor
Alat bor
Untuk membuat lubang pada concrete pile sebelum dipasang
Strain tranducer dan Accelerometer
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA47
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Gerinda
Untuk meratakan permukaan beton pada concrete pile
Lampu
Digunakan sebagai penerangan pada malam hari.
Excavator
Digunakan untuk excavation persiapan lokasi sebelum test
PDA.
3.1.4 Perencanaan Program Kerja dan Time Schedule
Rencana waktu pelaksanaan dilapangan (time schedule)
merupakan pedoman pelaksanaan di lapangan berdasarkan waktu yang
telah ditentukan. Rencana waktu pelaksanaan dibuat agar dapat
menyelesaikan pekerjaan peritem (setiap bagian pekerjaan) dalam
waktu tertentu, sehingga waktu yang tersedia dapat digunakan
seoptimal mungkin.
1. Fungsi Time Schedule adalah :
Sebagai pedoman bagi kontraktor dalam melaksanakan
peklerjaan.
Sebagai dasar dalam membuat berita acara kemajuan
pekerjaan.
Sebagai alat kontrol bagi pengawas lapangan dalam menilai
prestasi kerja.
Sebagai acuan didalam menyediakan material dan penarikan
keuangan.
2. Tujuan pembuatan Time Schedule adalah :
Untuk mengontrol waktu pelaksanaan di lapangan sehingga
tercapai hasil yang optimal dengan pemanfaatan waktu yang
efektif.
Untuk memudahkan pimpinan dalam mengadakan koordinasi
sehingga dapat menentukan pekerjaan yang harus didahulukan.
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA48
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Untuk mengukur atau menilai kemajuan suatu pekerjaan atau
prestasi kerja.
3. Pedoman Pembuatan Time Schedule adalah :
Batas waktu penyelesaian seluruh pekerjaan.
Ruang lingkup pekerjaan, volume dan bobot dari masing-
masing pekerjaan yang dilakukan.
Peralatan dan tenaga kerja yang digunakan dalam penyelesaian
pekerjaan tersebut.
Urutan dalam ketergantungan pekerjaan satu dengan yang
lainnya selama waktu pekerjaan.
4. Langkah-langkah dalam menyusun time schedule :
Analisa seluruh pekerjaan yang akan dikerjakan.
Susun scoope pekerjaan yang akan dikerjakan, sesuai dengan
urutan prioritasnya.
Hitung volume dari masing-masing pekerjaan berikut harga
dari pekerjaan.
Hitung bobot dari masing-masing pekerjaan berikut harga dari
pekerjaan.
Harga per item pekerjaan
Bobot = X 100 %
Harga seluruh pekerjaan
Perkiraan waktu pelaksanaan setiap bagian pekerjaan
Susunan waktu pelaksanaan kegiatan berdasarkan perkiraan
waktu pelaksanaan setiap bagian pekerjaan, setiap minggu atau
bulan.
Gambar grafik dari komulatif bobot pekerjaan
Apabila perencanaan ini disusun dengan baik maka grafik
tersebut akan menyerupai huruf S yang biasa disebut kurva S
yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
dilapangan selanjutnya. Apabila terjadi keterlambatan dapat
diambil langkah-langkah untuk mengejar keterlambatan
tersebut sehingga pekerjaan keseluruhan dapat terselesaikan
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA49
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
tepat pada waktunya. Untuk perencanaan waktu pelaksanaan /
time schedule (terlampir).
3.2 Proses Pelaksanaan
Proses pelaksanaan pekerjaan adalah suatu metode pelaksanaan
proyek di lapangan dengan melakukan tindakan - tindakan tertentu, sehingga
didapatkan cara-cara yang paling praktis dan efisien. Adanya teknik
pelaksanaan yang tepat, maka akan diperoleh hasil yang optimal. Dengan
hasil yang optimal akan diperoleh suatu mutu pekerjaan yang diinginkan /
disyaratkan, dan selesai tepat pada waktunya.
Ada beberapa cara pelaksanaan proyek yang dikenal, antara lain
dengan melaksanakan sendiri (swadaya) atau memborongkan sebagian /
keseluruhan pekerjaan. Masing-masing memiliki kelemahan dan keunggulan
serta teknik yang berbeda. Pelaksanaan secara swadaya memiliki
keuntungan dimana kita bisa mengontrol secara penuh pekerjaan kita,
namun dengan syarat bahwa kita memiliki kemampuan dalam pengetahuan
teknik membangun yang memadai. Jika kita memborongkan suatu
pekerjaan, keuntungan yang diperoleh misalnya dapat dicapainya hasil
sesuai yang diharapkan, karena telah ditangani oleh pihak-pihak yang
profesional, namun tentu saja tetap diperlukan suatu pengawasan yang terus
menerus. Selain itu kita masih dapat melaksanakan beberapa kegiatan yang
lain dalam waktu yang bersamaan.
Berikut ini akan diuraikan secara umum teknik pelaksanaan
pekerjaan yang dilaksanakan pada proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan
Paket EBL-01 Tohpati - Kusamba, baik yang kami amati secara langsung
maupun yang bisa kami ketahui melalui informasi - informasi dari pelaksana
dan tukang di lapangan. Melengkapi pembahasan tentang proses
pelaksanaan ini, serta dilengkapi dengan lampiran berupa foto-foto
pelaksanaan pekerjaannya.
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA50
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
3.2.1 Persiapan Pelaksanaan Konstruksi
Sebelum melaksanakan pekerjaan cast in place concrete pile
(bore pile) diameter 100 jembatan Tukad Udang-Udang pekerjaan
yang pertama dikerjakan adalah pekerjaan persiapan, dimana tujuan
dari pekerjaan persiapan ini adalah untuk kelancaran dari pekerjaan
yang akan dilaksanakan. Adapun persiapan yang dilakukan dalam
pekerjaan cast in place concrete pile (bore pile) diameter 100
jembatan Tukad Udang-Udang adalah:
1. Mempersiapkan crane, turap, hamer dan peralatan lain yang
digunakan dalam pekerjaan pemasangan turap.
2. Mempersiapkan mesin bore pile dan crane dan peralatan lain
yang diperlukan dalam pekerjaan bore pile.
3. Mempersiapkan bahan atau material yang akan digunakan dalam
pekerjaan bore pile.
4. Mempersiapkan tenaga kerja yang sesuai dengan bidangnya dan
keahliannya.
5. Persiapan lokasi pemasangan turap
Pertama dilakukan pembersihan lokasi
Membuat akses/ jalan untuk mempermudah kelokasi
pekerjaan.
Penentuan tempat turap dipasang
Penempatan alat-alat dan bahan sekitar tempat pemasangan
agar mudah dan cepat dikerjakan dan selajutnya adalha
teknik pemasangan turap.
6. Persiapan lokasi pengeboran
Adapun teknis dalam persiapan lokasi pengeboran adalah sebagai
berikut:
Menentukan koordinat bore pile dengan menggunakan alat
total station dan diberikan tanda pada koordinat pengeboran
dengan patuk kayu pekerjaan ini harus dilakukan dengan
tepat dan teliti agar tidak terjadi kesalahan.
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA51
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Persiapan berikutnya adalah setting alat bor pile pada titik
pengeboran dan memastikan bore pile berada pada posisi
tegak lurus. Setelah alat bore pile dan peralatan yang
menunjang proses pengeboran siap tahapan selanjutnya
adalah pengeboran.
3.2.2 Teknik Konstruksi Cast in Place Concrete Pile Diameter 100 cm
Setelah tahapan persiapan selesai maka tahapan besanjutnya
adalah pelaksanaan kostruksi cast in place concrete pile diameter 100
cm. Adapun tahapan – tahapan konstruksi adalah sebagai berikut:
3.2.2.1 Teknik Pelaksanaan Pemasangan turap
Teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
1. Alat di persiapkan di lapangan
2. Turap dan hamer hidrolik diangkat dan dipasang dengan crane
3. Setelah itu turap di jepit dengan hammer hidrolik dan didorong
vertikal.
Gambar 3.10 persiapan turap & gen zet
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA52
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Gambar 3.11 persiapan hammer hidrolik
Gambar 3.12 pengangkatan turap & hammer hidrolik
Gambar 3.13 penjepitan & pendorongan
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA53
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
3.2.2.2 Teknik Pelaksanaan Pengeboran
Proses pengeboran pada pekerjaan cast in place concrete pile
diameter 100 cm adalah sebagai berikut:
1. Pengeboran awal
Pengeboran menggunakan mesin bor soilmec kapasitas 30
meter, pengeboran dimulai dengan menggunakan auger bucket
untuk melunakan tanah. Kedalaman pengeboran sesuai dengan
gambar rencana yaitu dari hasil uji daya dukung tanah (SPT).
2. Pemasangan casing & pengeboran akhir.
Berikutnya dilakukan pemasangan casing sementara
sepanjang 2 meter untuk menghindari runtuhnya tanah
permukaan disekeliling lubang bor.
Setelah itu dibor lagi dengan menggunakan cleaning
bucket/appliance drill agar kualitas pengeboran maksimal
(pemberisihan lumpur pada dasar galian).
Setelah semua yang dikerjakan di atas sudah selesai,
konsultan pengawas melakukan pengecekan kedalaman
pengeboran memastikan agar sesuai perencanaan. Hal ini
dilakukan supaya kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat
diperbaiki sebelum dilanjutkan ke pekerjaan tahap
selanjutnya, yaitu pekerjaan pengecoran.
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA54
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Gambar 3.14 Pengeboran awal
menggunakan auger bucket
Gambar 3.15 pemasangan casing
Gambar 3.16 pembersihan dengan cleaning bucket
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA55
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Gambar 3.17 pengukuran kedalaman
Pada table 3.1 disajikan data lapangan cast in place concrete pile
diameter 100 cm jembatan Tukad Panti. Adapun data lapangan cast
in place concrete pile diameter 100 cm jembatan Tukad Udang-
Udang sebagai berikut:
Tabel. 3.1 Data Cast In Place Concrete Pile Diameter 100 cm
Jembatan Tukad Udang-Udang
Bridge PointDiameter
(m)
Length
(m)
Tukad B2.1 1.00 16
Udand-
Udang
B2.2 1.00 16
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA56
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Bridge B2.3 1.00 16
B2.4 1.00 16
A1.1 1.00 16
A1.2 1.00 16
A1.3 1.00 16
A1.4 1.00 16
Sumber : Data Gambar rencana
3.2.2.3 Teknik pelaksanaan Pengecoran
Proses pengecoran pada pekerjaan cast in place concrete pile
diameter 100 cm adalah sebagai berikut:
1. Dalam hal ini pelaksanaan pengecoran di lapangan dilaksanakan
setelah pekerjaan pengeboran dan pekerjaan pembesian sudah
selesai dan mendapat persetujuan dari konsultan pengawas untuk
melakanakan pekerjaan pengecoran.
2. Segala sesuatu baik itu tenaga kerja, bahan maupun peralatan
untuk pengecoran dipersiapkan secara matang.
3. Begitu selesai pembersihan dasar lubang kemudian dilaksanakan
pemasangan baja tulangan. Pada saat pemasangan tulangan
dipasang beton decking yang berfungsi agar tulangan lurus dan
selimut beton merata ketebalannya.
4. Disusul pemasangan pipa tremi, pipa tremi dipasang sepanjang
lubang bore pile dengan ujungnya bertumpu pada dasar lubang
5. Semua proses pengadukan beton dilaksanakan di Bathcing Plan,
dimana beton dibeli dari PT. SARANA BETON PERKASA,
merupakan beton readymix dengan mutu K350.
6. Campuran beton yang sudah jadi kemudian diangkut ke lokasi
pengecoran dengan menggunakan truck mixer. Sesudahnya
sampai di lokasi pengecoran, dan di campurkan zat adiktif
setelah itu beton sampel diambil untuk membuat benda uji
berbentuk kubus 15 x 15 x 15 dan dilakukan slump test dengan
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA57
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
nilai slump test 16 ± 2 kemudian beton langsung dicor pada
tempat yang telah ditentukan.
7. Beton readymix dituangkan ke dalam tremi hingga pipa tersebut
terisi penuh.
8. Segera setelah dilakukan pengecoran, dilakukan pemadatan beton
dengan tremi. Tremi digetarkan secara vertikal, pada saat
penggetaran dilakukan dengan berhati – hati, dimana tremi
digetarkan dengan teliti dan tidak boleh menyentuh tulangan.
Tremi dimasukan dan ditarik keluar secara perlahan – lahan,
penggetaran dilakukan dengan durasi dan intensitas yang cukup
agar diperoleh beton yang padat.
9. Pada waktu penuangan beton pipa yang harus yang ditanam di
dalam beton minimum 1 m. Bila pipa tremi terlampau panjang
maka pipa tremi harus diangkat dan dilepas. Penarikan pipa tremi
ini agar dilakukan perlahan-lahan sehingga rongga bekas tremi
dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
10. Setelah lubang bor terisi penuh dengan beton casing dicabut
perlahan – lahan.
11. Dan untuk pengerjaan bore pile berikutnya melalui proses yang
sama pula.
Gambar 3.18 Pemasangan tulangan Gambar 3.19 Pemasangan tremi
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA58
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Gambar 3.20 pencampuran zat adiktif Gambar 3.21 pengecoran
Gambar 3.22 penyabutan cassing
Selama proses konstruksi bore pile keselamatan dan kesehatan
kerja kurang diperhatikan, salah satunya pemakaian perlengkapan
keselamatan seperti sepatu kerja tidak selalu digunakan oleh pekerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting dilaksanakan untuk
mengurangi resiko kecelakaan kerja selama pelaksanaan proyek
berlangsung.
3.2.3 Koordinasi Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan, dilakukan
dibawah pengelolaan tim proyek dipimpin oleh General
Superintendent. Agar pelaksanaannya mencapai target yang telah
ditetapkan dalam rencana pelaksanaan, maka diadakan rapat
koordinasi sebagai salah satu alat bantu manajemen. Rapat koordinasi
dilakukan untuk membahas tentang masalah operasional. Dalam
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA59
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
proyek pembangunan jalan dan jembatan paket EBL – 01 Tohpati –
Kusamba koordinasi yang dilaksanakan terdiri dari:
1. Kick off meeting
Setelah seluruh rencana oleh tim penyusunan rencana kerja yang
melibatkan General Superintendent, Deputy General
Superintendent serta personil inti lain diproyek, ataupun tenaga
ahli, maka proyek segera dimulai. Mulainya proyek ditandai
dengan dikeluarkanya Notice to Proceed/ Surat Perintah Kerja
(SPK). Kick off meeting dilaksanakan saat kegiatan proyek akan
dimulai.
Tujuan Rapat adalah:
“Team building” membangun tim proyek agar seluruh team
sesuai dengan struktur organisasi dan uraian kerja, memahami
tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Menyamakan persepsi tentang jadwal, kualitas, dan anggaran
proyek.
Menyatukan langkah, agar masing – masing unit tidak berjalan
sendiri – sendiri dalam menjalankan tugasnya.
Mengikuti SOP (Standard Operating Procedure) yang berlaku.
Penjelasan menyeluruh dari General Superintendent tentang:
- Target keuntungan yang hendak dicapai
- Target waktu penyelesaian proyek
- Target mutu kerja
Pembagian tugas pekerjaan
Menyusun Standard Operating Procedure
Target jangka pendek (1 – 2 minggu) yang hendak dicapai.
2. Tool box meeting
Rapat persiapan untuk membahas pelaksanaan suatu bagian
pekerjaan.
3. Rapat Harian
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA60
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Rapat harian diadakan untuk merencanakan merencanakan apa
yang harus dikerjakan besok hari, serta memantau apa yang telah
dikerjakan hari ini, apakah sudah sesuai dengan rencana kerja
harian. Rapat harian dilaksanakan pada sore hari, dimana para
pekerja sudah running – well mengerjakan program harian.
Peserta rapat:
- Rapat harian diikuti oleh General Superintendent, Deputy
General Superintendent, subkontraktor, mandor dan staf
terkait
- Rapat harian dipimpin oleh General Superintendent.
Agenda Rapat
Melakukan evaluasi apakah target yang ditetapkan tercapai,
dan menetapkan target untuk besok hari.
4. Rapat Mingguan
Rapat mingguan diadakan untuk merencanakan apa yang harus
dikerjakan minggu depan, serta memantau apa yang telah
dikerjakan minggu ini, untuk mengetahui apakah sudah sesuai
dengan rencana kerja mingguan. Rapat mingguan dilaksanakan
setiap minggunya setiap hari rabu.
Peserta rapat
- General Superintendent, Deputy General Superintendent,
Quality Control Manager, staf
- Rapat mingguan dipimpin oleh General Superintendent
Ageda rapat antara lain meliputi:
- Mengevaluasi progress dan pencapaian pekerjaan yang
ditargetkan minggu yang lalu.
- Membahas target penyelesaian pekerjaan seminggu yang
akan datang.
5. Rapat Bulanan
Rapat bulanan dipimpin oleh Manajer Proyek. Rapat bulanan
dilaksanakan tanggal 25 setiap bulannya.
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA61
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Peserta Rapat
- Project Coordinator, General Superintendent, Deputy
General Superintendent, Quality Control Manager, staf ,
pihak employer dan konsultan supervisi.
Agenda Rapat
- Meninjau keputusan rapat bulan lalu.
- Pembahasan pencapaian objective/Program Kerja Proyek
meliputi Evaluasi Biaya Pelaksanaan Proyek, kinerja,
quality target, potensial problem, customer complaint,
masalah SDM dan Cash flow.
3.3 Proses Pengendalian
Pengawasan dan pengendalian merupakan syarat yang mutlak
dilaksanakan agar proyek dapat terlaksana dengan baik sesuai perencanaan.
Tujuan pengawasan dan pengendalian adalah memantau, mengkaji,
mengadakan koreksi dan membimbing agar yang ditetapkan terlaksana
sesuai perencanaan. Pelaksanaan proyek berlangsung secara cepat, sehingga
bila tidak dilakukan pengawasan dan pengendalian yang cukup akan
mengakibatkan terjadinya penyimpangan yang sulit untuk diperbaiki.
3.3.1 Proses Pengawasan
Pengawasan merupakan proses kegiatan yang bersifat kontrol
terhadap pelaksanaan suatu kegiatan yang telah disusun sesuai
dengan rencana. Kegiatan pengawasan merupakan tindakan
pengendalian terhadap segala sesuatu yang telah menjadi dasar
pedoman atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, sehingga bila ada
penyimpangan-penyimpangan secara dini dapat diketahui dan
selanjutnya segera diadakan perbaikan-perbaikan.
Pelaksanaan pengawasan diatur melalui Struktur Organisasi,
yang masing-masing unsur mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang berbeda untuk mencapai sasaran yang sama, sesuai dengan
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA62
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
syarat-syarat yang telah ditentukan, baik dari segi teknis,
administrasi maupun keuangan.
Adapun tugas pengawasan meliputi beberapa hal antara lain:
Penentuan standar suatu tolak ukur yang dipakai untuk menilai
pekerjaan yang sedang dilaksanakan, baik mengenai waktu
maupun kwalitasnya.
Pemeriksaan secara langsung jalannya pelaksanaan pekerjaan
apakah telah sesuai dengan rencana atau tidak.
Membandingkan suatu kegiatan pelaksanaan pekerjaan dengan
perencanaan yang ada.
Mengadakan tindakan preventif bilamana terjadi penyimpangan-
penyimpangan dengan rencana yang ada dengan cara melakukan
perbaikan.
Pengawasan dilakukan pada saat pelaksanaan pekerjaan dan
penilaian dilakukan terhadap hasil pekerjaan yang telah dicapai.
Pengawasan akan lebih menitik beratkan pada efektifitas
pelaksanaan dalam usaha mencapai efesiensi yang maksimal, baik
dalam pemakaian tenaga kerja, material dan waktu pelaksanaan
tanpa mengabaikan kuaalitas yang direncanakan.
Untuk pekerjaan cast in place concrete pile diameter 100 cm
proyek pembangunan jalan dan jembatan paket EBL – 01 Tohpati -
Kusamba terdapat 3 (tiga ) organisasi yang terlibat dalam
pengawasan dan pengendalian antara lain :
1. Pimpinan Proyek dengan menunjuk Direksi (pengawas lapangan)
melakukan pengawasan terhadap :
Pengawasan secara umum terhadap pelaksanaan proyek.
Mutu bahan yang dipakai
Kualitas pekerjaan
Kuantitas pekerjaan
Waktu pelaksanaan
2. Konsultan Pengawas melakukan pengawasan terhadap :
Administrasi proyek
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA63
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Pekerjaan fisik dilapangan.
Mutu bahan yang dipakai
Kualitas pekerjaan
Kuantitas pekerjaan
Waktu pelaksanaan
3. Kontraktor melakukan pengawasan intern yang meliputi :
Waktu pelaksanaan
Mutu material
Pemakaian peralatan dan tenaga kerja
Keamanan dan keselamatan tenaga kerja.
3.3.1.1 Pengawasan Oleh Pimpinan Proyek
Sebagai pimpinan proyek, pengawasan dilakukan secara
langsung namun tidak rutin terhadap pelaksanaan proyek dan untuk
pengawasan sehari-hari dipimpinan proyek menunjuk direksi
teknis ( pengawas lapangan ) sebagai wakilnya. Pengawasan oleh
pihak pimpinan proyek ditekankan pada masalah administrasi dan
pelaksanaan yang meliputi :
1. Pengawasan terhadap direksi teknis (pengawas lapangan),
apakah telah melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik
dilapangan sesuai dengan Surat Keputusan (SK) yang telah
diterima.
2. Mengawasi secara langsung maupun tidak langsung
pelaksanaan fisik dilapangan apakah ada penyimpangan-
penyimpangan dari rencana semula.
3. Memeriksa terhadap laporan, prestasi fisik yang disetujui untuk
dibayar.
3.3.1.2 Pengawasan Oleh Konsultan
Konsultan melakukan pengawasan terhadap hasil pekerjaan
kontraktor, sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat sesuai dengan
syarat-syarat tertulis dalam dokumen kontrak. Konsultan
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA64
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
bertanggung jawab kepada Pimpinan Proyek karena merupakan
wakil dari Pimpinan Proyek untuk melakukan pengawasan secara
langsung setiap hari dilapangan, sehingga penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi akibat kesalahan atau kelalaian
kontraktor bisa dihindari.
Konsultan Pengawas juga berkewajiban untuk meneliti
kembali hasil dari perencanaan yang dibuat apakah sudah sesuai
atau tidak terhadap kondisi di lapangan dan apabila terdapat
kekeliruan perencanaan maka dengan segera dilakukan koreksi
atau revisi. Adapun hal-hal yang diawasi oleh konsultan antara
lain:
1. Pengawasan Terhadap Mutu Bahan
Pengawasan terhadap mutu bahan oleh Konsultan Pengawas
dilakukan secara visual di lapangan, dimana pengawasan
dilakukan terhadap bahan-bahan yang digunakan antara lain :
a. Semen
Semen yang digunakan pada proyek ini adalah semen
portland type I produksi PT. Semen Gresik ( Persero ) yang
telah memenuhi syarat SNI 15-2049 1994. Pengawasan
dilakukan terhadap cara penyimpanannya sehinggan mutu
dan kwalitasnya dapat dijaga.
b. Agregat Halus
Yang dimaksud dengan agregat halus disini adalah pasir
yang berupa pasir alam. Agregat halus ( pasir ) harus terdiri
dari butiran-butiran yang tajam dan keras serta bersifat
kekal yang artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca seperti terik matahari dan hujan. Agregat halus tidak
boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak dan
terdiri dari butiran-butiran yang bervariasi besarnya dan
tidak boleh mengandung lumpur melampaui 5%. Adapun
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA65
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
untuk pemeriksaan di lapangan oleh konsultan dilakukan
secara visual mengingat meterial yang didatangkan cukup
banyak sehingga pemeriksaan atau pengetesan tidak dapat
dilakukan secara cermat , yang penting tidak menyimpang
dari spesifikasi yang ditentukan.
Pada proyek ini pasir yang digunakan adalah pasir lokal
yang diambil dari Karangasem sesuai dengan sepesifikasi.
serta dari pengawasan diperoleh bahwa pasir yang
digunakan ini berdasarkan pengawasan visual sudah cukup
baik yaitu berwarna kehitaman (kadar lumpur sedikit),
gradasi butir bervariasi, dan tidak mengandung kotoran dari
bahan organik.
c. Agregat Kasar
Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang tidak
berpori, tidak hancur oleh pengaruh cuaca. Disamping itu
agregat kasar harus terdiri dari butiran yang bervariasi
besarnya dan tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat
merusak beton. Pembatasan tersebut dimaksudkan untuk
menjaga kualitas agregat kasar agar sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan.
Pengawasan di lapangan hanya bisa dilakukan secara visual
seperti halnya agregat kasar tidak boleh tercampur dengan
pasir, tanah, kotoran yang dapat mengurangi mutu dari
agregat tersebut. Dalam proyek ini agregat kasar yang
dipakai diproleh dari Klungkung dimana telah dilakukan
pengujian dan memenuhi persyaratan dan merupakan
agregat hasil olahan mesin (crucel).
d. Pengawasan terhadap mutu air
Pengawasan terhadap air yang digunakan sebagai bahan
adukan beton dilakukan secara visual dilapangan. Air yang
digunakan harus bersih dan tidak boleh mengandung
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA66
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
kotoran dan lumpur serta zat kimia atau bahan lainnya yang
nantinya dapat merusak kualitas beton.
Pada proyek ini air yang digunakan ialah air tanah yang
sudah dites dimana kandungan lumpur, kotoran maupun zat
kimia hampir tidak ada.
e. Pengawasan terhadap baja tulangan
Yang dimaksud dalam hal ini adalah baja yang digunakan
untuk penulangan beton. Untuk pemeriksaan dan
pengawasannya di lapangan meliputi :
Pemeriksaan terhadap kawat.
Pengawasan terhadap cara penyimpanan baja tulangan
yang akan digunakan hendaknya sesuai dengan rencana
dan baja tulangan tersebut harus disimpan dengan tidak
menyentuh tanah.
Pemeriksaan terhadap ukuran dan diameter baja tulangan
harus disesuaikan dengan gambar rencana.
2. Pengawasan Terhadap Mutu Pekerjaan
Pengawasan tehadap mutu pekerjaan selain ditentukan oleh
mutu bahan/material yang telah digunakan juga ditentukan oleh
teknik atau cara pelaksanaannya. Pekejaan hendaknya
dilakukan secermat mungkin mengingat kesalahan pekerjaan
menyebabkan kerugian fisik yang tidak kecil nilainya apabila
bahan atau meterial suah terpasang.
Pengawasan terhadap mutu pekerjaan dalam usaha untuk
mencapai sasaran hendaknya meliputi pengawasan bagian-
bagian sebagai berikut :
a. Pengawasan penulangan
Pemasangan tulangan di sini hendaknya disesuaikan dengan
gambar rencana yang meliputi pembengkokan,
penyambungan, diameter tulangan dan pengikatan
tulangan. Sebelum pengecoran dilakukan letak tulangan
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA67
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
harus diperiksa dengan teliti dan dijaga jarak antara
tulangan. Tulangan dengan tanah yang berfungsi sebagai
bekisting harus diberi selimut beton ( beton decking ).
b. Pengawasan Pengeboran
Pengeboran ini hendaknya di sesuaikan dengan gambar
rencana yang meliputi kedalaman pengeboran, diameter
pengeboran, dan kualitas pengeboran. Pengeboran sangat
berpengaruh terhadap mutu pekerjaan pengecoran.
c. Pengawasan pencampuran dan pengadukan beton
Pengawasan ini dilakukan terhadap komposisi campuran
agar didapat mutu beton sesuai dengan persyaratan, sesuai
dengan hasil percobaan yang telah dilakukan dalam
percobaan awal di laboratorium (job mix design). Pada
proyek ini campuran yang digunakan untuk pekerjaan cast
in place concrete pile diameter 100 cm adalah beton mutu
K350.
d. Pengawasan pengangkutan beton
Pengawasan dilakukan sehubungan dengan jarak angkut
dan faktor lainnya seperti misalnya cuaca panas dan hujan,
sehingga waktu angkut perlu diperhitungkan.
Disamping itu juga beton yang keluar dari truck mixer
harus segera diangkat dan dicor pada tempat yang telah
ditentukan supaya kwalitas beton tidak berkurang.
e. Pengawasan terhadap pengecoran
Selama pengecoran harus dilakukan pemadatan yang
merata agar tidak terdapat rongga-rongga. Pengecoran dan
pemadatan dilakukan dengan menggunakan tremi dan harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Tremi yang digunakan harus bersih dari tanah, kotoran
dan benda lain yang dapat mengurangi kualitas beton.
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA68
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Cara penuangan adukan beton ke dalam tremi harus
diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pemisahan
beton.
Tremi dimasukkan vertikal ke dalam adukan tidak
boleh miring lebih dari 45 derajat.
Selama penggetaran tremi tidak boleh digerakkan
horizontal karena hal ini menyebabkan akan terjadinya
stagnasi pada campuran beton.
Tremi tidak boleh mengenai acuan atau bagian beton
yang sudah mulai mengeras, untuk menghindari
terjadinya perubahan bentuk.
Pada saat pengecoran besi tulangan beton tidak boleh
digetarkan karena bisa mengakibatkan kawat pengikat
besi bisa lepas sehingga posisi besi tidak akan teratur
lagi dan akan mempengaruhi kekuatan konstruksi.
Panjang tremi di hitung dan sesuai aturan, pada waktu
penuangan beton pipa yang harus yang ditanam di
dalam beton minimum 1 m. penarikan alat tremi ini
agar dilakukan perlahan-lahan sehingga rongga bekas
tremi dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
f. Pengawasan kekentalan adukan beton
Kekentalan adukan beton tergantung dari berbagai hal
antara lain :
Jumlah dan jenisnya semen
Nilai faktor air semen
Penggunan bahan-bahan pembantu
Kekentalan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian
slump. Adukan beton untuk keperluan pengujian ini harus
diambil dari mesin pengaduk dengan menggunakan ember
atau tempat lainnya yang tidak menyerap air bila dianggap
perlu, adukan beton diaduk lagi sebelum diadakan
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA69
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
pengujian tersebut. Untuk mencegah kekentalan beton atau
penggunaan beton yang terlalu encer ini maka pengujian
atau percoban slump mutlak harus dilaksanakan.
Pada proyek ini nilai slump yang diproleh sesaat sebelum
pengecoran dengan menggunakan kerucut abrahm adalah
sebagai berikut :
Untuk beton mutu K-350 nilai slump yang dipakai
adalah 16 ± 2.
g. Pengawasan terhadap kuat tekan beton
Untuk mengetahui kuat tekan beton yang dibuat di
lapangan maka pelaksana harus membuat kubus 15 x 15 x
15 cm dengan mengambil sampel setiap pengecoran
minimal 5 m3 dua buah kubus kemudian kubus ini diuji di
laboratorium pada umur 7 (tujuh) dan 28 ( dua puluh
delapan ) hari. Data hasil pengujian kuat tekan beton
(terlampir).
h. Pengawasan terhadap daya dukung pondasi bore pile
Untuk mengetahui daya dukung pondasi bore pile maka
dilakukan test Pile Driving Analyzer (PDA) pengujian
dilaksanakan pada umur beton 28 (dua puluh delapan) hari.
3. Pengawasan Terhadap Kuantitas Pekerjaan
Pengawasan tehadap kwantitas pekerjaan dengan maksud
antara lain :
Untuk mengetahui volume pekerjaan yang telah
dilaksanakan oleh kontraktor.
Pedomanan dalam melakukan pembayaran terhadap
kontraktor sesuai dengan volume pekerjaan yang telah
dilakukan atau diselesaikan.
3.3.1.3 Pengawasan Oleh Kontraktor
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA70
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Untuk pelaksanaan di lapangan kontrator selalu berpedoman
pada :
Gambar-gambar rencana kerja.
Spesifikasi.
Surat perjanjian pemborongan.
Pengawasan oleh kontraktor biasanya lebih ditekankan padahal-hal
yang bersifat intern antara lain :
1. Pengawasan terhadap waktu pelaksanaan
Di dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan, kontraktor
harus selalu berpedoman pada rencana waktu pelaksanaan yang
telah ditetapkan, jika terjadi keterlambatan hal ini akan
mengakibatkan kerugian seperti peningkatan biaya
pelaksanaan. Hal tersebut juga diakibatkan oleh kenaikan
harga bahan-bahan, upah serta denda yang dapat dikenakan
akibat keterlambatan pekerjaan tersebut.
Untuk hal tersebut maka kontraktor diwajibkan supaya
membuat rencana waktu pelaksanaan yang lebih mendetail
berdasarkan rencana waktu pelaksanaan.
Rencana ini berupa laporan harian, mingguan dan bulanan pelu
dibuat baik yang menyangkut meterial, peralatan, tenaga kerja
dan cara pelaksanaan maupun jam kerja.
2. Pengawasan terhadap tenaga kerja
Adapun yang perlu dilaksanakan oleh kontraktor dalam hal ini
antara lain :
a. Penggunaan jumlah tenaga kerja secara efisien dan efektif
berdasarkan :
Jenis pekerjaan yang akan dilakukan
Volume pekerjaan yang harus diselesaikan
Kemampuan dan keterampilan dari tenaga kerja
Waktu pelaksanaan yang telah direncanakan
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA71
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
b. Pengaturan tenaga kerja dalam hal ini :
Ketaatan dalam melaksanakan pekerjaan
Pemanfaatan tenaga kerja
3. Pengawasan terhadap keamanan dan keselamatan kerja
Faktor keamanan dan keselamatan tenaga kerja merupakan
sesuatu yang harus diutamakan dan diprioritaskan oleh
kontraktor, sehingga ada beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain :
Keamanan dan keselamatan terutama dalam penggunaan
peralatan pekerjaan yang penuh dengan resiko tinggi, untuk
itu sangat perlu adanya bimbingan dan pengarahan agar
resiko kecelakaan dapat dihindari.
Pengawasan keamanan terhadap meterial baik siang
maupun malam supaya terhindar dari pencurian.
4. Pengawasan terhadap mutu bahan
Pengawasan ini dimaksudkan untuk mengatur dan merealisasi
pengadaan bahan sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Sedangkan yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah tempat
dan cara penyimpanan material agar tetap memenuhi syarat
sesuai dengan perencanaan.
Untuk memudahkan pengawasan, kontraktor perlu membuat
pembukuan gudang tentang keluar masuknya material sehingga
dapat dihindari terjadinya pemborosan dalam pemakaian
material.
5. Pengawasan terhadap pemakaian peralatan
Pengawasan peralatan ini dimaksudkan untuk memenuhi
efisiensi dan produktifitas di dalam penggunaan peralatan
secara optimal.
Pengawasan peralatan meliputi :
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA72
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Pengawasan terhadap pengadaan dan penyediaan peralatan
sehingga sesuai dengan kebutuhan baik jenis, jumlah
maupun kapasitasnya.
Pengawasan terhadap kesiapan dan penggunaan operator
yang tepat dan mempunyai keahlian sesuai dengan bidang
dan peralatan yang digunakan atau ditangani.
Pengawasan terhadap pengoperasian dan pemeliharaan
serta penyimpanan peralatan.
6. Pengawasan terhadap pengendalian biaya
Pengawasan ini sangat penting karena menyangkut untung
ruginya kontraktor, dimana pengeluaran biaya pelaksanaan
sedapat mungkin tidak melampaui rencana anggaran
pelaksanaan yang telah ditetapkan.
3.3.2 Pengendalian Waktu, Mutu dan Biaya
Pengendalian waktu, mutu dan biaya dimaksudkan agar
dapat mengidentifikasi penyimpangan dan menganalisa data – data
pelaporan pelaksanaan selama periode konstruksi tertentu dan
membandingkan dengan yang telah direncanakan sehingga dapat
diketahui penyimpangan – penyimpangan yang ada seperti
penyimpangan waktu pelaksanaan terhadap jadwal, penyimpangan
biaya terhadap anggaran dan penyimpangan mutu terhadap
spesifikasi agar dapat diambil tindakan – tindakan untuk
mengatasinya.
3.3.2.1 Pengendalian Waktu Pelaksanaan
Untuk memudahkan dalam mengadakan pengendalian
terhadap waktu pelaksanaan, maka kontraktor diwajibkan
membuat rencana waktu pelaksanaan (time schedule) sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan dalam kontrak dan disetujui
oleh pimpinan proyek.
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA73
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Dalam time schedule dicantumkan uraian jenis-jenis
pekerjaan dan nilai bobot pekerjaan, sehingga dapat
dipergunakan untuk menghitung kemajuan pekerjaan baik untuk
suatu jenis pekerjaan ataupun seluruh pekerjaan dalam kontrak.
Dengan membandingkan prestasi nyata yang dicapai di lapangan
dengan rencana prestasi dalam schedule, maka konsultan dapat
menilai apakah kemajuan pekerjaan lebih cepat atau lebih lambat
dari rencana. Jika seandainya terjadi keterlambatan maka
konsultan bersama kontraktor dapat mengambil tindakan untuk
mengatasinya.
3.3.2.2 Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu dilaksanakan untuk menjamin mutu
pekerjaan sesuai dengan sepesifikasi yang telah ditetapkan.
Pengendalian mutu ini meliputi pengendalian mutu bahan yang
digunakan mutu pekerjaan. Untuk mendapatkan hasil dengan
mutu yang diinginkan dalam pelaksanaan harus dilakukan
pengujian laboratorium terhadap bahan yang akan dipergunakan,
melakukan pengujian terhadap hasil pekerjaan dan melakukan
pengawasan yang cukup dalam proses kontruksi.
Adapun uji laboratorium dan pengawas yang dilakukan
untuk pengendalian mutu bahan dan mutu pekerjaan adalah
sebagai berikut:
1. Inspeksi sesuai metode kerja
2. Pengukuran dan analisa
3. Pengujian agregat kasar
Tes Gradasi Analisis Butiran ( Saringan )
Tes Berat Jenis
Kandungan Butir Halus
Kadar Lumpur
Berat Volume
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA74
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
4. Pengujian agregat halus
Tes Gradasi Analisis Butiran
Tes Berat Jenis Pasir
Kandungan Butiran Halus
Kadar Lumpur Agregat Halus
Berat Volume Pasir
5. Slump test/ uji kekentalan adukan beton
6. Uji kuat tekan beton (terlampir).
7. Uji daya dukung bore pile/Test pile driving analiser (PDA)
8. Pengawasan penyimpanan bahan.
9. Pengawasan yang cukup dalam proses pelaksanaan
3.3.2.3 Pengendalian Biaya
Proses pengendalian biaya proyek dimulai dari dengan
membuat Rencana Anggaran Proyek (RAP) dan Contract Review
hingga progress fisik proyek mencapai akhir pelaksanaan. Salah
satu alat pengendalian biaya yang dipergunakan oleh PT. Jaya
Konstruksi – Duta Graha. JO, berupa laporan keuangan proyek
yang memuat informasi tentang anggaran biaya yang
direncanakan, realisasi penggunaan anggaran biaya dan proyeksi
biaya sampai penyelesaian selesai. Realisasi pemakaian anggaran
dicek dan dievaluasi secara periodik setiap bulannya dan
dibandingkan dengan anggaran rencana.
Hal – hal yang diperhatikan dalam pengendalian proyek
pembangunan jalan dan jembatan paket EBL – 01 Tohpati –
Kusamba meliputi:
1. Perencanaan anggaran pelaksanaan
Penyusunan RAP yang selanjutnya digunakan sebagai
pedoman waktu pengeluaran biaya dan anggaran yang
direncanakan untuk kegiatan yang dilaksanakan.
2. Biaya proyek
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA75
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Biaya proyek meliputi biaya langsung dan biaya tidak
langsung.
Biaya langsung meliputi:
Biaya bahan
Pengendalian biaya bahan untuk kebutuhan proyek
dilakuakan untuk menentukan kebutuhan riil bahan atau
material proyek untuk mendukung pelaksanaan proyek
dilapangan. Adapun kegiatan – kegian yang dilakukan
dalam pengendalian biaya bahan adalah:
- Menghitung volume keseluruhan bahan berdasarkan
gambar.
- Mencocokan dengan volume dalam RAP.
- Membuat Surat Permintaan Pembelian (SPP)
- Melakukan penawaran harga dengan supplier dan
menyiapkan surat pesanan.
- Melampirkan jadwal jadwal pengiriman dalam
Purchase Order/PO
- Melakukan pengendalian periodik atas realisasi
penerimaan bahan dengan memperhitungkan sisa
pekerjaan.
Biaya tenaga kerja
Adapun hal – hal yang dilakukan dalam pengendalian
biaya tenaga kerja adalah:
- Menghitung volume pekerjaan sesuai lingkup
pekerjaan dalam kontrak.
- Mencocokan dengan volume yang tertera dalam RAP.
- Melakukan negosiasi upah sampai mencapai harga
yang paling efisien.
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA76
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
- Membuat Surat Perintah Kerja (SPK)
Biaya sub – kontraktor
Pengendalian biaya subkontraktor dilakukan dengan cara
antara lain:
- Membuat kontrak yang bersifat lumpsum fixed price,
artinya biaya untuk pekerjaan yang disubkan telah
tetap.
- Menjaga agar pekerjaan subkontraktor tidak boleh
terlambat dari jadwal yang disepakati.
- Menyesuaikan cara pembayaran dengan cara
pembayaran dari pemilik proyek.
Biaya peralatan
- Mengusahakan agar alat (terutama alat – alat berat)
dapat bekerja dengan optimal sehingga produktivitas
alat maksimal.
- Merencanakan pemakaian alat dengan baik sehingga
tepat guna.
Biaya tak langsung:
Biaya umum proyek seperti biaya pembangunan fasilitas
sementara, gaji karyawan, penyediaan transportasi, listrik,
air dan lainya.
3. Penerimaan kas proyek
Pembuatan surat permintaan pembayaran (SPP) dalam
proyek ini pembayan dilakukan dengan sertifikat
pembayaran bulanan.
Membuat kwitansi tagihan
Membukukan tagihan
4. Arus kas proyek
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA77
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
Pembuatan arus kas proyek pembangunan jalan dan jembatan
paket EBL – 01 Tohpati – Kusamba mencatat penerimaan
dan pemakaian biaya.
Adapun tahapan pembayaran kepada kontrakor terdiri dari:
Tahap penerbitan Berita Acara Pekerjaan. Tahap ini
konsultan supervisi melakukan sertifikasi kemajuan
kegiatan kontraktor yang berupa sertifikat pembayaran
bulanan yang berisi kuantitas, kualitas dan biaya
pekerjaan yang dilaporkan perbulan setiap tanggal 25.
Pembuatan Surat Permintaan Pembayaran. Tahap ini
kontraktor melakukan penagihan terhadap pekerjaan yang
telah disertifikasi yang dilaksanakan setiap akhir bulan.
Tahap pembuatan Surat Perintah untuk Membayar. Tahap
ini bendahara proyek mengeluarkan surat pembayaran
kepada kontraktor.
3.3.3 Pelaporan
Pelaporan dalam pelaksanaan proyek penting dilakukan
untuk mempermudah administrasi proyek dan untuk mengetahui
perkembangan proyek dalam periode tertentu. Dalam proyek
pembangunan jalan dan jembatan paket EBL – 01 Tohpati –
Kusamba pelaporan dilaksanakan dengan menyiapkan catatan –
catatan yang terdiri dari:
1. Laporan Harian, yaitu catatan yang memuat rencana dan aktual
dari pekerjaan dilapangan. Laporan harian ini dibuat oleh
supervisor dan diserahkan kepada site manager dan
ditunjukkan kepada project manager untuk kemudian
dirapatkan pada rapat intern kontraktor setiap minggunya.
2. Laporan Mingguan, yaitu laporan yang disusun oleh site
manager yang memuat perkembangan pekerjaan setiap
minggunya.
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA78
LAPORAN KERJA PRAKTEKPELAKSANAAN KONSTRUKSI
3. Laporan Bulanan, yaitu laporan progress pekerjaan yang
disusun oleh Quantity manager dengan persetujuan site
manager dan project manager dengan acuan perkembangan
pelaksanaan pekerjaan setiap hari dan setiap minggu.
Kemudian laporan bulanan yang telah disertifikasi oleh
konsultan supervise diserahkan kepada pihak employer.
4. Inspection Cheklist, yaitu catatan untuk pengecekan pekerjaan
yang akan dilaksanakan dilapangan. Penilaian dilakukan hanya
terhadap mutu pekerjaan apakah sudah sesuai gambar rencana
atau tidak.
5. Catatan untuk pemesanan bahan, penerimaan bahan dan
penggunaan bahan serta laporan stok bahan.
Aplication for Material, yaitu catatan pemesanan material
yang disertai dengan gambar dan perhitungan jumlah
penggunaan bahan yang dipesan.
Record of Delivered Material, yaitu catatan mengenai
kedatangan material di lapangan yang dilengkapi dengan
tanggal kedatangan, jenis material, jumlah dan supplier
pengirim material.
List of Using Material, yaitu catatan mengenai penggunaan
bahan dilapangan yang memuat jenis material, jumlah
material, tanggal pemakaian dan jenis pekerjaan.
Inventory Stock, yaitu catatan mengenai laporan
ketersedian bahan di gudang logistic hal ini berfungsi untuk
mengecek ketersediaan material sehingga memudahkan
dalam pemesanan.
PROYEK PAKET EBL – 01 TOHPATI KUSAMBA79
Top Related