49 Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, desain penelitian
yang digunakan dalam penenlitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan strategi
Classroom Action Research atau penelitian tindakan kelas. Penelitian ini bersifat
reflektif dan kolaboratif yang merupakan upaya dalam perbaikan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yang kemudian dikombinas ikan
dengan guru mitra. Beberapa masalah dan kendala yang dialami dalam
pembelajaran akan diselesaikan secara bersama melalui tahap refleksi untuk
merencanakan pembelajaran yang berikutnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Wiriaatmadja (2010, hlm: 13) bahwa “penelitian tindakan kelas adalah bagiamana
sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka,
dan belajar dari pengalaman mereka sendiri”. Sejalan dengan hal itu Ningrum
(2009, hlm: 2) menjelaskan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu
bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh para pelaku dalam
masyarakat (termasuk dalam bidang pendidikan) dan bertujuan untuk
memperbaiki pekerjaannya atau praktik pendidikan, memahami pekerjaannya, dan
situasi dimana pekerjaan tersebut dilakukan”.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif merupakan pendekatan yang
diguanakan untuk memecahkan masalah khususnya masalah dalam pembelajaran
sehingga kualitas pembelajaran berikutnya akan semakin meningkat. Pendekatan
ini merupakan pendekatan yang digunakan karena adanya masalah-masalah yang
terjadi secara alamiah disekitar lingkungan (lingkungan sekolah) khususnya
permasalahan alamiah yang terjadi dalam proses pembelajaran. Sugiyono (2010,
hlm: 15) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah “metode penelitian yang
berdasarkan pada filsafat postpositivisme, diguanakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci”. Salah satu
dari kondisi alamiah adalah kondisi dalam kelas yang diatasi dengan penelitian
tindakan kelas. Penggunaan pendekatan kualitatif ini, diharapkan dapat
50
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengungkap fakta dan keadaan sebenarnya dari proses pembelajaran yang
sementara berlangsung. Selain itu juga diharapkan dapat melahirkan solusi guna
untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi tersebut.
Desain penelitian ini menggunakan model spiral menurut Kemmis dan
Taggart yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi (Wiriaatmadja, 2005, hlm: 66).
Gambar 3.1.
Desain PTK Mode Kemmis & Taggart
(Wiriaatmadja, 2005)
Penelitian ini dilakukan Berupa proses pengakajian berdaur (cyclical) yang
terdiri dari empat tahap yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan tindakan; 3)
pengamatan dan observasi; dan 4) refleksi. Model PTK yang digunakan dalam
penelitin ini adalah model siklus yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart.
Siklus I
Siklus II
Rencana
Rencana Refleksi
Observasi Aksi
Rencana
baru
Aksi Observasi
Refleksi
51
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Model PTK menggunakan sistem spiral yang dimulai dengan rencana, tindakan,
pengamatan dan refleksi (Kemmis dan Taggart dalam Wiriaatmadja, 2005).
1) Tahap Perencanaan
Tahap ini merupakan tahap awal dari pelaksanaan penelitian. Pada tahap
ini peneliti melakukan beberapa perencanaan yang berkaitan dengan langkah-
langkah yang akan dilakukan dalam tahap tindakan. Perencanaan penelitian dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Melakukan orientasi lapangan yaitu melakukan perizinan dan sosialisasi
terhadap pihak sekolah dalam hal ini adalah kepala sekolah dan guru
disekolah yang menjadi sasaran penelitian.
Menentukan kelas yang menjadi tempat penelitian.
Meminta kesediaan dari mitra guru dikelas yang bersangkutan (kelas IV)
agar dapat berkolaborasi dengan peneliti sebagai observer, sekaligus sebagai
guru pamong dalam merencanakan dan mengamati proses pembelajaran
selama penelitian berlangsung.
Merencanakan indikator- indikator yang akan menjadi tolak ukur
keberhasilan dalam peningkatan ecoliteracy serta melakukan pengembangan
indikator ecoliteracy yang dikaitkan dengan model pembelajaran yang
digunakan serta materi pelajaran yang diajarkan pada saat penelitian.
Merancang tes evaluasi dalam bentuk soal uraian, untuk mengukur indikator
peningkatan ecoliteracy aspek pengetahuan/head (cognitive); menyusun
angket sikap beserta aspek-aspek yang menjadi indikator dalam mengukur
peningkatan ecoliteracy aspek sikap/heart; merancang lembar observasi
untuk tindakan observasi pada peningkatan ecoliteracy aspek
keterampilan/hands (active) dan aspek spirit (connectional).
Menyiapkan beberapa cara pengambilan data sebagai data pendukung
terhadap indokator peningkatan ecoliteracy, yaitu melalui penyusunan
lembar observasi guru dan siswa dalam proses pembelajaran, pedoman
wawancara, catatan lapangan, penilaian proyek, dan dokumentasi selama
proses pembelajaran dalam penelitian.
52
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Melakukan pra penelitian (observasi awal) terhadap siswa dan kelas yang
menjadi sasaran penelitian sekaligus melakukan wawancara secara langsung
kepada guru terkait dengan temuan masalah pada kegiatan observasi awal.
Menyusun RPP untuk persiapan pelaksanaan pembelajaran, yang memuat
bagian-bagian dalam mengatasi masalah yang ditemukan pada observasi
awal seperti, media pembelajaran yang digunakan, model pembelajaran,
penilaian, lembar kerja siswa, bentuk proyek yang dibuat oleh siswa, sampai
pada skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai media penunjang RPP
dengan tujuan agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan
terarah.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan (tindakan), peneliti melaksanakan proses
pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan RPP yang
telah dirancang bersama guru kelas IV. Adapun tahapan tindakan yang
dilaksanakan adalah:
Melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran yang telah
disusun sebelumnya.
Mengikuti langkah- langkah pembelajaran berdasarkan langkah-langkah
model pembelajaran yang digunakan yaitu model project based learning.
Beberapa instrument yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan, akan
digunakan pada tahap pelaksanaan ini. Untuk tes evaluasi dan angket sikap
digunakan pada setiap akhir siklus penelitian. Untuk lembar observasi pada
aspek keterampilan dan spirit, digunakan pada setiap tindakan disetiap
siklusnya.
Untuk data pendukung, wawancana dilakukan pada setiap akhir siklus,
dokumentasi dan catatan lapangan dilakukan pada setiap tindakan.
Melakukan kegiatan pemanfaatan sampah plastik menjadi benda yang
bernilai untuk meningkatkan ecoliteracy siswa.
3) Tahap Pengamatan dan Observasi
Pada tahap observasi, peneliti sebagai pelaksana tindakan yang didampingi
oleh guru mitra yang sekaligus sebagai observer, melakukan pengamatan dan
53
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penilaian terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Hasil observasi dan
penilaian ini nantinya akan menjadi dasar refleksi bagi tindakan selanjutnya.
Tahap pengamatan dan observasi dapat dijabarkan sebagai berikut:
Pengamatan terhadap proses pembelajaran dikelas dilaksanakan kepada
guru dan siswa dengan menggunakan lembar observasi proses
pembelajaran.
Untuk mengukur peningkatan ecoliteracy aspek pengetahuan/head
(cognitive), dilakukan dengan siswa diarahkan untuk mengisi lembar tes
evaluasi pada bagian akhir setiap siklus. Dalam soal tersebut, telah
dijabarkan indikator- indikator yang dikembangkan berdasarkan indikator
ecoliteracy. Dalam butiran soal pada tes evaluasi, telah memuat indikator
ecoliteracy seperti, memahami isu dan permasalahan lingkungan dari
perspektif keseimbangan dan kelestarian ekologis, memahami prinsip-
prinsip ekologi, berfikir kritis dalam pemecahan masalah dan dalam
penerapan pengetahuan baru, menilai dampak efektif dari tindakan manusia
terhadap lingkungan, serta memperhitungkan konsekuensi jangka panjang
dari pengambilan atau tindakan yang dilakukan oleh manusia.
untuk pengamatan peningkatan ecoliteracy siswa aspek sikap/heart, dengan
menggunakan angket sikap dilaksanakan pada setiap akhir siklus dengan
menggunakan lembar angket. Semua pernyataan yang dituangkan pada
angket sikap, telah disesuaikan dengan indikator peningkatan ecolietracy
pada aspek sikap/heart.
Pada peningkatan ecoliteracy aspek keterampilan/hands dan
spirit/connectional, dilaksanakan pada tahap akhir pembelajaran pada setiap
akhir siklus dengan menggunakan lembar pengamatan/lembar observasi.
Pada tahap wawancara terkait tentang pelaksanaan pembelajaran dan model
pembelajaran yang digunakan, dilaksanakan pada akhir siklus. Butir
pertanyaan yang dituangkan dalam pedoman wawancara, difokuskan untuk
mengetahui tanggapan dan perasaan siswa terhadap efektivitas dari
penerapan model pembelajaran project based learning, serta terhadap
pembelajaran tentang ecoliteracy.
54
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penilaian terhadap pelaksanaan proyek dilaksanakan pada tahap awal
sampai akhir pembelajaran.
4) Tahap Refleksi
Tahap refleksi merupakan saran untuk melakukan pengkajian kembali
tindakan yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk berusaha untuk
memperbaiki alur pembelajaran agar menjadi lebih baik. Kendala, masalah, serta
semua temuan yang didapatkan dibahas pada tahap refleksi dan menjadi bahan
acuan dan perbaikan pada rencana pelaksanaan tindakan berikutnya. Beberapa
kegiatan yang dilaksanakan pada tahap refleksi adalah:
Melakukan diskusi balikan antara peneliti dengan guru mitra tentang
masalah-masalah yang timbuk dalam pembelajaran khususnya dalam
penggunaan model pembelajaran.
Mencarikan solusi terhadap temuan-temuan yang dilakukan oleh peneliti
(pelaksana tindakan), agar menjadi perbaikan pada tahap pelaksanaan
berikutnya.
Merefleksikan hasil diskusi balikan untuk perbaikan pada siklus berikutnya.
B. Partisipan, Tempat, dan Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di SD Negeri 3 Gudangkahuripan
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Peneliti mengambil persiapan
penelitian siswa kelas IV sebagai obyek penelitian. Hal ini disebabkan karena
permasalahan yang ditemui oleh peneliti berada di kelas IV. Waktu penelitian
dilaksanakan pada akhir bulan Maret sampai dengan awal bulan Mei tahun 2017.
C. Indikator Keberhasilan Penelitian
Agar penelitian ini berjalan dengan baik, maka sebaiknya memiliki
panduan dalam penelitian khususnya dalam panduan tentang indikator
keberhasilan penelitian. Indikator ini dipergunakan untuk mempermudah dalam
mengamati peningkatan ecoliteracy siswa. Menurut Wilson dan Sapanuchart
(dalam Ekawarna, 2013 hlm: 183) menyatakan bahwa “indikator adalah suatu
ukuran tidak langsung dari suatu kejadian atau kondisi”. Ind ikator penelitian ini,
55
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikembangkan berdasarkan kompetensi ekologis tentang core competencies yang
dikembangkan oleh The Center for Ecoliteracy (McBride et al., 2013).
Tabel 3.1
Indikator Keberhasilan Ecoliteracy
Tujuan Kompe
tensi Aspek Indikator
Meningkatkan Ecoliteracy Siswa
Aspek Pemahaman Head (Cognitive)
(learning to know)
1. Memahami isu dan permasalahan lingkungan dari perspektif keseimbangan dan kelestarian ekologis.
2. Memahami prinsip-prinsip ekologi 3. Pikiran kritis, memecahkan masalah secara
kreatif, dan menerapkan pengetahuan untuk situasi baru
4. Menilai dampak atau efek tindakan manusia dan menerapkan teknologi terhadap lingkungan
5. Memperhitungkan konsekuensi jangka panjang dari pengambilan keputusan
Aspek Sikap Heart (emotional)
(learning to be)
1. Merasa peduli, empati, menghormati sesama manusia dan makhluk hidup
2. Mengamati secara mendalam dan menghargai berbagai perspektif
3. Bekerja dengan dan nilai orang lain yang memiliki latar belakang, motivasi, dan niat yang berbeda
4. Berkomitmen untuk kesetaraan, keadilan, inklusivitas dan menghormati semua orang
Apek Keterampilan Hands (Active)
(learning to do)
1. Membuat dan menggunakan alat-alat , benda, dan prosedur yang dibutuhkan oleh masyarakat yang berkelanjutan
2. Menghidupkan keyakinan ke dalam tindakan praktis dan efektif, serta menerapkan pengetahuan ekologi untuk praktek desain ekologis
3. Menilai dan menyesuiakan penggunaan energi dan sumber daya
Aspek Semangat Spirit (Connectional)
(learnig to live
together)
1. Mengalami kekaguman dengan alam sekitar 2. Mengagumi bumi dan semua makhluknya
3. Menghargai alam sekitarnya 4. Merasakan persaudaraan dengan alam sekitarnya
Sumber: The Center for Ecoliteracy (McBride et al., 2013)
Adapun indikator untuk mengukur peningkatan ecoliteracy siswa aspek
pemahaman /head (cognitive) adalah sebagai berikut:
56
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2
Indikator Peningakatan Ecoliteracy Siswa dalam Pemanfatan Sampah
Plastik Aspek Pemahaman Head (Cognitive)
Aspek Indikator Ketercapaian Sub Indikator
Teknik Pengum
pulan Data
Aspek Pemahaman
Head (Cognitive)
1. Memahami isu dan permasalahan lingkungan dari perspektif keseimbangan dan kelestarian ekologis.
Menjelaskan arti dari masalah sosial yang terkait dengan masalah lingkungan
Menyebutkan contoh masalah-masalah sosial tentang ekologi dilingkungan sekitarnya
Tes Evaluasi
2. Memahami prinsip-prinsip ekologi
Memahami cara menjaga dan melestrarikan lingkungan
3. Pikiran kritis, memecahkan masalah secara kreatif, dan menerapkan pengetahuan untuk situasi baru
Menjelaskan cara menanggulangi masalah sampah (sampah plastik)
4. Menilai dampak atau efek tindakan manusia dan menerapkan teknologi terhadap lingkungan
Menyebutkan hal-hal yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan agar dapat mengurangi masalah sampah
5. Memperhitungkan konsekuensi jangka panjang dari pengambilan keputusan
Menjelaskan dampak buruk dari membuang sampah sembarangan
Sumber: Modifikasi dari The Center for Ecoliteracy (McBride et al., 2013)
Selanjutnya indikator untuk mengukur peningkatan ecoliteracy siswa
aspek sikap/heart (emotional) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Indikator Peningakatan Ecoliteracy Siswa dalam Pemanfatan Sampah
Plastik Aspek Sikap/Heart (Emotional)
57
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Aspek Indikator
Ketercapaian Sub Indikator
Teknik Pengumpulan
Data Aspek Sikap
Heart (Emotional)
1. Merasa peduli, empati, menghormati sesama manusia dan makhluk hidup
Mendengarkan arahan guru
Menunjukkan kepekaan terhadap lingkungan
Melakukan sikap peduli dengan sungguh-sungguh
Angket Sikap
2. Bekerja dengan dan nilai orang lain yang memiliki latar belakang, motivasi, dan niat yang berbeda
Memprakarsai tindakan peduli lingkungan
Menegur teman Menerima teguran dari
teman Dapat
menyesuaikan/menempatkan diri
3. Mengamati secara mendalam dan menghargai berbagai perspektif
menghargai aturan sekolah maupun aturan kelas tentang peduli lingkungan
4. Berkomitmen untuk kesetaraan, keadilan, inklusivitas dan menghormati semua orang
tindakan dalam bentuk menghargai aktivitas peduli lingkungan
bersedia berkorban atas dasar sikap peduli lingkungan
Sumber: Modifikasi dari The Center for Ecoliteracy (McBride et al., 2013)
Selanjutnya indikator untuk mengukur peningkatan ecoliteracy siswa
aspek keterampilan/hands (active) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Indikator Peningakatan Ecoliteracy Siswa dalam Pemanfatan Sampah
Plastik Aspek Keterampilan/Heands (Active)
Aspek Indikator Indikator Ketercapaian Teknik
Pengumpulan Data
Aspek Keterampilan
Heands (Active)
1. Membuat dan menggunakan alat-alat , benda, dan prosedur yang dibutuhkan oleh masyarakat yang berkelanjutan
Ikut serta secara aktif dalam pembuatan proyek pemanfaatan sampah plastik
Observasi/penilaian Kinerja
Menggunakan alat dan bahan dari benda bekas pakai
2. Menghidupkan keyakinan ke dalam tindakan praktis dan efektif, serta
Menjaga kelestarian lingkungan kelas dan sekolah
Menjaga kebersihan kelas
58
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Aspek Indikator Indikator Ketercapaian Teknik
Pengumpulan Data
menerapkan pengetahuan ekologi untuk praktek desain ekologis
Menggunakan 3K dalam aktivitas kerja(keselamatan kerja, keamanan, dan kebersihan)
3. Menilai dan menyesuiakan penggunaan energi dan sumber daya
Menggunakan bahan bekas pakai dalam setiap aktivitas
Melakukan penghematan dalam pemakaian kertas
Mengurangi penggunaan plastik dalam setiap aktivitas
Sumber: Modifikasi dari The Center for Ecoliteracy (McBride et al., 2013)
Selanjutnya indikator untuk mengukur peningkatan ecoliteracy siswa
aspek Spirit (Connectional) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Indikator Peningakatan Ecoliteracy Siswa dalam Pemanfatan Sampah
Plastik Aspek Spirit (Connectional)
Aspek Indikator Indikator Ketercapaian Teknik
Pengumpulan Data
Aspek Spirit
(Connectional)
1. Pengalaman yang menakjubkan dan rasa ingin tahu rehadap alam
Melakukan aktifitas/tindakan mencintai lingkungan
Mempelajari materi tentang ecoliteracy dengan baik
Tidak membuang sampah plastik secara sembarangan karena tidak baik bagi alam
Observasi
2. Peduli bumi dan semua makhluk hidup
Tidak merusak tanaman disekitar lingkungan sekolah
Tidak membakar sampah (sampah plastik)
Menanam tanaman disekitar kelas/sekolah
Menggunakan bahan bekas dalam aktivitas sehari hari
3. Merasakan suatu ikatan yang kuat dan penghargaan mendalam terhadap suatu
Menjaga kelas agar tetap bersih
Menjaga lingkungan sekitar kelas agar tetap bersih dan indah
59
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Aspek Indikator Indikator Ketercapaian Teknik
Pengumpulan Data
tempat
4. Merasakan hubungan baik dengan alam dan menyebarkan perasaan itu pada yang lain
Tidak membuang sampah sembarangan
Membuang sampah secara terpisah
Menegur teman yang lalai Membantu teman dalam
menjaga kebersihan lingkungan
Sumber: Modifikasi dari The Center for Ecoliteracy (McBride et al., 2013)
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian dalam pengumpulan data untuk menugukur
keberhasilan peningkatan ecoliteracy siswa dengan menggunakan beberapa
instrument yaitu tes evaluasi untuk mengukur aspek head (cognitive), angket sikap
untuk mengukur aspek heart (emotional), observasi untuk mengukur aspek hands
(active) dan aspek spirit (connectional). Disamping instrument yang telah
disebutkan tadi, penulis menggunakan beberapa data sebagai data pendukung,
yaitu data pendukung dengan menggunakan hasil wawancara, catatan lapangan,
observasi terhadap guru dan siswa, dan dokumentasi. Untuk proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran project based learning, guru menggunakan
teknik penilaian proyek dengan menggunakan rubrik penilaian proyek.
1. Tes Evaluasi
Tes merupakan serangkaian alat atau prosedur untuk memperoleh data
belajar siswa. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui dan mengukur
penguasaan dan pemahaman konsep ecoliteracy sebagai salah satu hasil dari
proses pembelajaran yang dilakukan dengan project based learning. Menurut
Arikunto (2010, hlm: 193), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau
yang lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Teknik tes ini digunakan untuk mengukur aspek pengetahuan head
(cognitive). Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis.
60
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Angket Sikap
Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang
aspek sikap kompetensi ekologis. Angket yang dipergunakan adalah bentuk
angket dengan skala bertingkat. Artinya adalah siswa menjawab pernyataan-
pernyataan dengan alternatif jawabannya sudah disediakan. Pernyataan yang
ada dalam angket adalah pernyataan yang berkaitan dengan sikap ecoliteracy.
Alternatif jawabannya yang telah disediakan yaitu dalam bentuk pernyataan
sikap dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Siswa hanya memilih salah
satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan pendapatnya. Skala yang
digunakan dalam angket sikap ecoliteracy ini adalah dengan menggunakan
skala Likert. Menurut Sugiyono (2004) Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomenasosial.
3. Observasi
Purwanto (2011, hlm: 149) observasi ialah metode atau cara menganalisis
dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Observasi
merupakan suatu cara yang digunakan untuk menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan individu secara
langsung. Untuk memudahkan pelaksanaannya, peneliti membuat lembar
observasi mengenai kinerja guru, aktivitas siswa pada proses pembelajaran,
dan lembar observasi untuk mengukur ketercapaian aspek keterampilan/hands
(active) dan spirit (connectional).
4. wawancara
wawancara adalah alat penelitian yang digunakan untuk memperoleh data
dan fakta dari subjek penelitian. Arikunto, (2005, hlm: 30) menjelaskan bahwa
“wawancara adalah suatu metode atau cara yang dipergunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak”.
Wawancara ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data tentang
pendapat peserta didik tentang proses pembelajaran dalam meningkatkan
ecoliteracy siswa dengan menggunakan model project based learning.
5. Dokumentasi
61
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran langsung suasana
kelas pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Selain itu juga,
dokumentasi berguna sebagai arsip sekaligus sebagai data pendukung yang
menggambarkan proses pembelajaran. Bentuk dokumentasi yang menjadi
prioritas dalam dokumentasi adalah kegiatan pada tahap proses pembelajaran
seperti pada saat siswa merumuskan pemecahan masalah (aspek
keterampilan), pada saat siswa melaksanakan atau pembuatan suatu produk
hasil kerja (pemanfaatan bahan plastik) sampai pada tahap pengkomunikasian
hasil kerja siswa.
6. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan dari semua peristiwa yang terjadi
dalam suatu kegiatan. Catatan lapangan digunakan sebagai data pendukung
terhadap data atau sesuatu yang tidak teramati oleh lembar observasi, baik
kepada guru maupun kepada siswa. Wiriaatmadja (2010, hlm: 125)
menjelaskan bahwa “catatan lapangan memuat deskriptif berbagai kegiatan
suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai bentuk interaksi social,
dan nuansa-nuansa lainnya”. Catatan lapangan dibuat oleh peneliti untuk
menganalisis semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung ataupun pada saat diluar proses pembelajaran.
E. Teknik Analisis Data
Teknik pengolahan data yang peneliti lakukan setelah terkumpul adalah
dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang nantinya akan menghasilkan
data deskriptif. Caranya dengan menganalisis data hasil wawancara dan catatan
lapangan yang kemudian dideskripsikan. Sedangkan untuk hasil observasi guru
dan siswa, diarahkan pada keterampilan proses pembelajaran dengan
menggunakan rentang daya capai terhadap pencapaian indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan. Sedangkan data hasil tes evaluasi, angket, dan observasi
(hands dan spirit) terhadap keterampilan menggunakan penskoran berdasarkan
rubrik yang telah dibuat dan deskripsi berdasarkan rentang daya capai (kategori).
Analisis datanya berlangsung terus menerus sejak awal pengambilan data
sampai akhir penelitian. Penelitian ini direncanakan dalam 1 siklus, namun
apabila dalam hasilnya belum mencapai target capaian, maka akan dilaksanakan
62
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siklus ke 2 dan seterusnya. Hal ini akan berlangsung secara terus menerus sampai
penelitian ini berhasil. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah:
1) Analisis data aspek pengetahuan/head (cognitive)
Teknik pengumpulan data aspek pengetahuan/head (cognitive)
menggunakan tes tertulis. Pada setiap akhir pertemuan, siswa diberikan tes dalam
bentuk tes tertulis untuk mengetahui kemampuan dan pemahaman ecoliteracy
siswa. Analisis data pada aspek pengetahuan ini dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1) pengetahuan siswa secara individu (nilai masing-masing siswa); 2) nilai rata-
rata kelas; dan 3) persentase ketuntasan belajar.
(a) Nilai individu siswa
Langkah untuk memperoleh nilai siswa secara individu dalam menunjang
hasil kemampuan ecoliteracy siswa dalam aspek pengetahuan dapat
digunakan rumus (Purwanto, 2011, hlm: 112) sebagai berikut:
×100
Keterangan:
S = Nilai siswa yang dicari
R = Jumlah skor yang diperoleh siswa
N = Skor maksimum dari seluruh soal
(b) Nilai rata-rata kelas
Setelah nilai individu siswa diperoleh, langkah selanjutnya adalah
menentukan nilai rata-rata kelas, dengan menggunakan persentase
penggolongan nilai (Sudjana, 2010, hlm: 109). Berikut ini adalah rumus
dalam mencari nilai rata-rata siswa, yaitu:
Keterangan:
X = Nilai rata-rata kelas
ƩX= Jumlah skor seluruh siswa
N = banyaknya subjek (siswa)
63
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah mendapatkan nilai rata-rata kelas, langkah selanjutnya adalah
mendeskripsikan nilai tersebut melalui penentuan kategori. Menurut Arikunto
(2010, hlm: 35) sajian dalam bentuk deskripsi nilai rata-rata siswa dapat
dikategorikan dengan penggolongan sebagai berikut:
80-100 : sangat baik
66-79 : baik
56-65 : cukup
46-55 : kurang
45 kebawah : kurang sekali
(c) Persentase ketuntasan belajar
Langkah selanjutnya adalah, menentukan persentase ketuntasan belajar siswa.
Menurut Djamarah (2010, hlm: 264), untuk mengetahui ketuntasan belajar
dapat diketahui dengan menggunakan rumus berikut ini:
X 100%
Keterangan:
P = Persentase ketuntasan belajar
F = jumlah siswa yang tuntas belajar
N = jumlah seluruh siswa
Adapun penggolongan rentang ketuntasan belajar adalah sebagai berikut:
≥ 80% = sangat baik
60%-79% = tinggi
40%-59% = sedang
20%-39% = rendah
< 20% = sangat rendah
2) Analisis data aspek sikap/heart (emotional)
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan
Pembukuan (2011, hlm: 17), untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan
pendidikan sikap disatuan pendidikan dilakukan melalui berbagai program
penilaian dengan membandingkan kondisi awal dengan pencapaian dalam waktu
64
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tertentu. Penilaian keberhasilan tersebut dilakukan dengan mengembangkan
indikator tentang nilai, menyusun instrument, dan melakukan pencatatan terhadap
pencapaian kemudian menganalisis dan mengevaluasi.
Teknik pengumpulan data aspek sikap ecoliteracy dengan menggunakan
angket yang berisi pernyataan-pernyataan sikap yang berkaitan dengan ecolitetacy
(kecerdasan ekologis). Pernyataan dalam angket disesuaikan dengan indikator
ecoliteracy yang dikembangkan oleh the center for ecoliteracy dan materi
pelajaran yang berkaitan dengan kecerdasan ekologis yang ada di kelas IV.
Pernyataan pada angket dibagi menjadi dua jenis pernyataan yaitu pernyataan
positif dan pernyataan negatif. Kriteria penilaian untuk pernyataan positif adalah
sangat setuju (SS) memperoleh skor 4, setuju (S) memperoleh skor 3, tidak setuju
(TS) memperoleh skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) memperoleh skor 1.
Sedangkan untuk pernyataan negatif, kriteria penilaiannya adalah sangat setuju
sangat setuju (SS) memperoleh skor 1, setuju (S) memperoleh skor 2, tidak setuju
(TS) memperoleh skor 3, dan sangat tidak setuju (STS) memperoleh skor 4.
Pengukuran angket sikap ecoliteracy/heart (emotional) menggunakan skala likert.
Untuk menghitung persentase dari sikap melalui angket, maka digunakan
rumus berikut ini:
X 100%
Keterangan:
P = Persentase sikap persiswa/nilai perolehan
F = Jumlah perolehan skor siswa melalui angket
N = Jumlah skor maksimum pada angket
Interpretasi skor yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil angket
tersebut adalah:
25% ≤ Nilai Perolehan ≤ 45% = kurang
46% ≤ Nilai Perolehan ≤ 65% = cukup
66% ≤ Nilai Perolehan ≤ 85% = baik
86% ≤ Nilai Perolehan ≤ 100%= sangat baik
3) Analisis data aspek keterampilan (hands) dan spirit (connectional)
65
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teknik pengumpulan data pada aspek keterampilan (hands) dan spirit
(connectional), dilakukan dengan observasi. Indikator yang menjadi pengamatan
dalam observasi disesuaikan dengan indikator ecoliteracy yang dikembangkan
oleh the center for ecoliteracy dan materi pelajaran yang berkaitan dengan
kecerdasan ekologis yang ada di kelas IV. Adapun pemberian skor pada setiap
indikator adalah sebagai berikut:
Sangat tepat dalam menyadari indokator : skor 4
Tepat dalam menyadari indokator : skor 3
Kurang tepat dalam menyadari indokator : skor 2
Tidak tepat dalam menyadari indokator : skor 1
Analisis data yang diperoleh dari lembar observasi aspek keterampilan
siswa, menggunakan persentase dengan rumus:
X 100%
Keterangan:
P = Persentase sikap persiswa/nilai perolehan
F = Jumlah perolehan skor siswa melalui angket
N = Jumlah skor maksimum pada angket
Interpretasi skor yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil angket
tersebut adalah:
25% ≤ Nilai Perolehan ≤ 45% = kurang
46% ≤ Nilai Perolehan ≤ 65% = cukup
66% ≤ Nilai Perolehan ≤ 85% = baik
86% ≤ Nilai Perolehan ≤ 100% = sangat baik
4) Analisis terhadap proses pembelajaran
Analisis terhadap proses pembelajaran dilaksanakan dengan cara observasi
aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Observasi
dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi observasi guru dan lembar
observasi siswa. Aktivitas pembelajaran oleh siswa meliputi tiga aktifitas utama
yaitu fisik, aktivitas mental dan aktivitas emosional. Sebagaimana yang dijelaskan
oleh Paul B.Diedrich dalam Sardiman (1992:100) bahwa indikator yang
menyatakan aktivitas pembelajaran adalah:
66
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Visual acitivities, misalnya membaca, melihat gambar, memperhatikan
percobaan dan pekerjaan orang lain. 2. Oral acitivities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi
3. Listening activities, misalnya mendengarkan uraian, percakapan,
diskusi, musik, dan pidato. 4. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan laporan, angket,
dan menyalin. 5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, diagram. 6. Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi,
bermain. 7. Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. 8. Emosional activities, misalnya menaruh minat, gembira, bersemangat,
bergairah, berani, tenang.
Oleh karena itu, aktivitas pembelajaran oleh siswa dapat dibagi menjadi tiga
bagian dengan rinciannnya sebagai berikut:
(a) Aktivitas fisik adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh siswa
dengan melakukan gerakan motorik berupa: 1) siswa membaca materi IPS, 2)
siswa membaca/mencatat materi pelajaran IPS, 3) siswa memperhatikan
penjelasan guru, 4) siswa melakukan demonstrasi dalam pembelajaran.
(b) Aktivitas mental adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan diikuti oleh
kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir, berupa: bertanya,
mengemukakan pendapat, merumuskan, memcahkan maslah, menyimak
penjelasan guru, menjawab pertanyaan, dan sebagainya. Indikator kinerja
aktivitas mental misalnya: 1) siswa mengemukakan pendapat selama
pembelajaran, 2) siswa berusaha memecahkan masalah selama proses
pembelajaran, 3) siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang materi
pelajaran IPS, 4) siswa mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi
pelajaran IPS, 5) siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya, 6) siswa
menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
(c) Aktivitas emosional adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan diikuti oleh
kemampuan emosi, berupa sikap bergembira, menaruh minat, berani,
bersemangat, menghargai pendapat orang lainj dan sebagainya. Indikator
aktivitas emosional misalnya: 1) siswa bergembiria selama mengikuti
67
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pelajaran IPS, 2) siswa berani dalam menjawab peprtanyaan yang diajukan
guru, 3) siswa mempunyai minat yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran
IPS, 4) siswa bersungguh-sungguh mengerjakan tugas ketika pembelajaran
berlangsung, 5) siswa bersemangat mengikuti pembelajaran IPS
Selain itu juga lembar observasi yang digunakan memuat poin-poin yang
mengamati bagaimana model project based learning digunakan. Fungsi lembar
observasi ini adalah untuk memandu guru dalam melaksanakan pembelajaran
secara keseluruhan dengan baik dan membantu guru dalam penerapan model
project based learning, sehingga salah satu faktor penentu keberhasilan dalam
pembelajaran nanti adalah sejauh mana model pembelajaran project based
learning digunakan dengan secara maksimal.
Untuk menganalisis data yang diperoleh melalui lembar observasi guru,
maka digunakan rumus berikut ini (Purwanto, 2011, hlm: 102):
X100%
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari
R = Skor perolehan guru
SM = Skor maksimum
Sedangkan untuk menganalisis data yang diperoleh melalui lembar
observasi siswa, dilakukan dengan dengan cara menentukan nilai kuantitas
keaktifan siswa dalam setiap aspek dalam lembar observasi. Selanjutnya, untuk
hasil dari lembar observasi dalam bentuk nilai persen (lembar observasi siswa dan
guru) dideskripsikan melalui kategori berikut ini:
≥ 80% = sangat tinggi
60%-79% = tinggi
40%-59% = sedang
20%-39% = rendah
< 20% = sangat rendah
Pada penelitian ini, ditetapkan juga target keberhasilan. Target
keberhasilan merupakan acuan keberhasilan yang menentukan apakah penelitian
ini dinyatakan berhasil dan proses pengumpulan data dihentikan. Adapun target
68
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keberhasilan dalam penelitian ini adalah semua aspek dalam peningkatan
ecoliteracy (head, heart, hands, and spirit), telah memperoleh persentasi nilai
pada kategori baik. Pada aspek head/pengetahuan, Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang digunakan sebagai skor minimal pada setiap siswa adalah 72.50.
F. Validasi Data
Validitas data dapat diartikan sebagai upaya untuk melihat apakah
penelitian ini dapat dipercaya atau tidak. Validitas dalam Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) mengacu kepada kredibilitas dan kepercayaan dari hasil sebuah
penelitian. Menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 168) untuk
menguji derajat kebenaran penelitian, ada beberapa bentuk validitas yang dapat
dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu sebagai berikut :
1) Member check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau
informasi data yang diperoleh selama penelitian dengan cara
mengkonfirmasinya kepada guru kelas dan siswa melalui diskusi pada akhir
siklus.
2) Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, kostruk, atau analisis yang
timbul dengan membandingkan dengan hasil orang lain. Menurut Elliot
(dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 169) triangulasi dilakukan berdasarkan tiga
sudut pandang, yaitu sudut pandang guru, sudut pandang peserta didik, dan
sudut pandang yang melakukan pengamatan atau observasi. Dengan demikian
kebenaran yang muncul tidak hanya berasal pada satu sumber data tetapi dari
sudut pandang yang sifatnya saling melengkapi.
3) Audit Trail, yakni mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan
data dengan cara mendiskusikannya dengan pembimbing dan rekan
sejawat/guru pamong/observer yang memiliki kemampuan dalam penelitian
tindakan kelas (PTK).
4) Expert Opinion (meminta nasehat kepada pakar), yakni peneliti berusaha
untuk mendapatkan pengarahan dan bimbingan dari dosen pembimbing
selama proses penelitian berlangsung. Validasi data ini dilakukan dengan
69
Abdul Talib T. S. Mamu, 2017 PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan meminta kepada orang yang dianggap ahli atau pakar penelitian
tindakan kelas atau pakar bidang studi untuk memeriksa semua tahapan
kegiatan penenlitian dan memberikan arahan atau judgements terhadap
masalah-masalah penelitian yang dikaji. Orang yang ahli yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing.
Top Related