37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di
SD Negeri Blotongan 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Februari sampai minggu pertama bulan Maret semester II
tahun ajaran 2015/2016.
Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri
Blotongan 01 Salatiga yang berjumlah 21 siswa, yang terdiri dari 11 siswa laki-
laki dan 10 siswa perempuan. Umur siswa kelas 5 sebagian berada pada rentang
10-12 tahun. Bagaimana peran guru kelas SD Negeri Blotongan 01 Salatiga
dalam membimbing siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan
metode Role Playing untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS
selama mengikuti proses pembelajaran akan menjadi subjek dalam penelitian ini.
Objek penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan metode Role
Playing. Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Role Playing tersebut
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri
Blotongan 01 Salatiga.
3.2 Variabel Penelitian
Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas yaitu dalam penelitian ini adalah penggunaan metode Role
Playing.
b. Variabel terikat yaitu dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar
IPS materi Perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan dan tokoh
perjuangan proklamasi kemerdekaan.
3.3 Rencana Tindakan
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang akan
dilaksanakan terhadap siswa kelas 5 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga. Dalam
38
penelitian ini, mahasiswa bertindak sebagai peneliti. Pada pelaksaannya, guru
berperan memberikan tindakan kepada siswa sedangkan peneliti melakukan
pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Penelitian
tindakan kelas ini bukan kegiatan tunggal, melainkan berupa rangkaian kegiatan
yang akan kembali ke asal yaitu dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui dampak dari kegiatan yang telah dilakukan.
“Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama”(Suharsimi Arikunto, dkk, 2006: 3). Hal ini, selaras
dengan pendapat Hopkins (H. Sujati, 2000: 1) penelitian tindakan kelas
merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya, dimana guru
melakukan suatu tindakan dengan tujuan meningkatkan kualitas mengajarnya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dirumuskan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan guru dengan mencermati
kejadian atau kegiatan yang disengaja dimunculkan di dalam kelas dengan tujuan
untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam hal ini,
penelitian tindakan kelas yang dimaksud berbentuk kolaboratif, dimana peneliti
bekerjasama dengan guru kelas dalam kegiatan penelitian dan refleksi hasil
penelitian.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
Kemmis dan MC Taggart yang biasa disebut dengan desain putaran spiral
(Kasihani Kasbolah, 1998: 113). Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa
siklus dengan setiap siklusnya terdiri dari tahapan-tahapan, yaitu: perencanaan
(planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).
Siklus dihentikan jika peneliti dan guru kelas sepakat bahwa pembelajaran IPS
menggunakan model Role Playing telah berhasil meningkatkan hasil belajar
siswa. Gambar siklusnya adalah gambar 1 berikut:
39
Gambar 1
Desain Penelitian menurut Kemmis dan Taggart (Suharsimi Arikunto, 2006: 92-93)
Berdasarkan tahap kegiatan setiap siklus, tahap penelitian yang
dilaksanakan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan dalam penelitian ini
meliputi :
a) Menentukan pokok bahasan yang akan dilaksanakan
pada proses pembelajaran IPS semester II. Sebelumnya
mencari Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan
menentukan indikator-indikator pada Kompetensi Dasar
tersebut.
b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
tentang Kompetensi Dasar yang harus dicapai dengan
menggunakan metode pembelajaran Role Playing.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun oleh
peneliti dengan bimbingan dari dosen pembimbing dan
guru kelas yang bersangkutan.
Siklus I:
1. Perencanaan I.
2. Tindakan I.
3. Observasi I.
4. Refleksi I.
Siklus II:
1. Revisi Rencana I.
2. Tindakan II.
3. Observasi II.
4. Refleksi II
40
c) Berdiskusi dengan guru mengenai persiapan
pembelajaran menggunakan metode Role Playing yang
akan dilaksanakan di kelas.
d) Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran yang
akan digunakan dalam setiap kali pelaksanaan tindakan
diantaranya adalah: buku paket yang relevan, dsb.
e) Mempersiapkan lembar observasi pelaksanaan proses
pembelajaran untuk guru dan siswa yang akan
digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran IPS
materi peristiwa sekitar proklamasi menggunakan
metode Role Playing.
f) Mempersiapkan tes yang digunakan untuk
mengumpulkan data hasil belajar IPS pada siswa kelas
5 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga. Tes akan diberikan
pada akhir siklus. Soal tes disusun oleh peneliti yang
telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan
guru kelas 5.
g) Mempersiapkan kamera untuk mendokumentasikan
proses pembelajaran yang berlangsung.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pada siklus I ini dilakukan dengan menggunakan
paduan perencanaan dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel
serta terbuka terhadap perubahan-perubahan. Guru mengajar
dengan menggunakan RPP yang telah disusun dan dipersiapkan
sebelumnya. Sedangkan, peneliti dengan bantuan teman
mengamati pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pembelajaran yang
akan dilaksanakan pada siklus I adalah mata pelajaran Ilmu
pengetahuan Sosial dengan Standar Kompetensi: 2. Menghargai
peranan tokoh perjuangan dan masyarakat dalam mempersiapkan
dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kompetensi Dasar:
41
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
memproklamasikan kemerdekaan indonesia.
3. Pengamatan (Observasi)
Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Obyek pengamatan dalam penelitian ini
adalah kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah Role
Playing. Kegiatan pengamatan tersebut dilakukan oleh peneliti
dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun
berdasarkan indikator-indikator yang terdapat pada variabel
metode pembelajaran Role Playing yang dilakukan guru pada
proses pembelajaran IPS. Pengamatan tersebut dilakukan untuk
mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
menggunakan metode Role Playing pada mata pelajaran IPS.
Kegiatan pengamatan terhadap kegiatan siswa selama
pembelajaran tersebut menggunakan lembar observasi aspek
afektif. Pada tahap ini, dilakukan observasi terhadap semua proses
tindakan, situasi tindakan, dan hasil tindakan. Lembar observasi
akan membantu peneliti mengetahui penerapan metode
pembelajaran Role Playing pada proses pembelajaran. Instrumen
tes, berupa soal tes diberikan kepada siswa pada setiap akhir siklus,
tujuannya adalah untuk mengetahui perkembangan hasil belajar
siswa pada pembelajaran IPS. Soal terlebih dahulu dikonsultasikan
dengan dosen pembimbing dan guru kelas 5. Siklus II soal tes
untuk siswa dibuat dengan analisis mahasiswa berdasarkan
pengalaman pembuat soal tes pada siklus I beserta yaitu guru kelas
5.
4. Refleksi
Tahap refleksi dilakukan pada hasil yang diperoleh dalam
tahap observasi dan evaluasi/ hasil belajar. Refleksi bertujuan
untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi selama
42
pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan refleksi berupa diskusi
antara peneliti dan guru kelas yang bersangkutan. Diskusi tersebut
bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh terhadap data yang
telah terkumpul, baik data dari lembar observasi maupun data dari
hasil tes siswa. Apabila suatu evaluasi pada siklus I ini
menunjukkan terjadinya peningkatan ke arah yang lebih baik,
maka peneliti dan guru kelas yang bersangkutan sepakat akan
mengulangi kesuksesan guna meyakinkan dan menguatkan hasil
yang diperoleh, serta memperbaiki setiap tahapan terhadap
hambatan yang ditemukan pada siklus I. Hasil refleksi siklus I ini
menjadi dasar atau acuan untuk membuat rencana perbaikan pada
siklus II.
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif dalam penelitian ini berupa hasil dari lembar observasi aspek
afektif siswa dengan menggunakan metode Role Playing. Sedangkan data
kuantitatif didapat dari hasil belajar/ tes yang diperoleh siswa. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu:
1. Observasi berupa lembar observasi aspek afektif siswa.
2. Tes berupa data hasil tes setiap akhir siklus yaitu soal pilihan ganda
berjumlah 10 soal, isian singkat berjumlah 5 dan uraian berjumlah 5
pada setiap siklus.
3. Dokumentasi berupa foto proses pembelajaran IPS menggunakan
metode Role Playing berlangsung, hasil observasi, dan hasil tes setiap
akhir siklus.
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan
peneliti dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian
(Wina Sanjaya, 2011: 84 ). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
1. Tes Hasil Belajar
43
Tes merupakan sederetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat
penguasaan materi pembelajaran (Wina Sanjaya, 2011: 99). Tes tersebut diberikan
pada akhir siklus yang digunakan untuk menunjukkan hasil belajar yang dicapai
pada setiap siklus, yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil
belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran dengan Role Playing. Soal tes
pada siklus I dibuat peneliti dengan bimbingan dosen pembimbing dan guru kelas
5. Soal tes pada siklus II dan siklus. Kisi-kisi instrumen tes dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1
Kisi-Kisi Instrumen Tes
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator No Soal Jum-
lah
Soal Siklus I Siklus II
A B C A B C
2.
Menghargai
peranan tokoh
pejuang dan
masyarakat dalam
mempersiapkan dan
mempertahankan
kemerdekaan
Indonesia.
2.2
Menghargai jasa
dan peranan tokoh
perjuangan dalam
mempersiapkan
kemerdekaan
Indonesia.
2.2.1
Menceritakan
peristiwa penting
perjuangan
bangsa dalam
usaha
mempersiapkan
kemerdekaan.
(Misalnya:
tanggal, tempat,
penyusunan dan
pengetikan,
pembacaan serta
penandatanganan
naskah
proklamasi).
1,
2
1 1 1,
2
1 1 8
2.2.2
Menjelaskan
perlunya
perumusan dasar
negara sebelum
kemerdekaan.
3,
4
2 2 3,
4
2 2 8
2.2.3
Menceritakan
peranan beberapa
tokoh yang
terlibat dalam
mempersiapkan
5,
6
3 3 5,
6
3 3 8
44
kemerdekaan.
2.2.4
Membuat riwayat
singkat/ ringkasan
tentang tokoh
penting dalam
rangka
mempersiapkan
kemerdekaan.
7,
8
4 4 7,
8
4 4 8
2.2.5
Memberikan
contoh sikap cara
menghargai jasa
para tokoh dalam
mempersiapkan
kemerdekaan.
9,
10
5 5 9,
10
5 5 8
2.3 Menghargai
jasa dan peranan
tokoh perjuangan
dalam
memproklamasika
n kemerdekaan
Indonesia.
2.3.1
Menceritakan
peristiwa-
peristiwa penting
yang terjadi di
sekitar
proklamasi.
(Peristiwa
Rengasdengklok,
penyusunan teks
proklamasi, detik-
detik proklamasi
kemerdekaan).
1,
2
1 1 1,
2
1 1 8
2.3.2
Menjelaskan
peranan BPUPKI
dan PPKI dalam
perumusan dasar
negara dan UUD
1945.
3,
4
2 2 3,
4
2 2 8
2.3.3
Menceritakan
peranan beberapa
tokoh yang
terlibat dalam
mempersiapkan
kemerdekaan.
5,
6
3 3 5,
6
3 3 8
2.3.4
Membuat riwayat
singkat/ ringkasan
tentang tokoh
penting dalam
rangka persiapan
kemerdekaan.
7,
8
4 4 7,
8
4 4
2.3.5
Memberikan
contoh sikap cara
menghargai jasa
para tokoh dalam
9,
10
5 5 9,
10
5 5 8
45
mempersiapkan
kemerdekaan.
Keterangan : A = pilihan ganda
B = isian singkat
C = uraian
2. Observasi
Observasi ialah teknik pengumpulan data dengan cara pemusatan
perhatian setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya
dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti
(Wina Sanjaya, 2011: 86). Observasi dilakukan pada saat proses
pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran Role
Playing berlangsung. Observasi ini dilaksanakan untuk memperoleh
data tentang hasil belajar afektif siswa. Pengamatan dilakukan
terhadap guru dan siswa serta pengelolaan pembelajaran
menggunakan metode Role Playing. Pengamatan dilakukan terhadap
siswa, baik sebelum, saat, maupun sesudah implementasi tindakan
dalam pembelajaran di kelas. Kisi-kisi instrumen dapat dilihat dalam
tabel 2.
Tabel 2
Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktifitas Belajar Siswa (Ranah
Afektif)
No Tingkatan
Afektif
Aspek Yang
Diamati
Interval dan Skor
1. Kemauan
menerima
a. Memperhatikan
jalannya
pembelajaran
b. Menghargai
sikap
kepahlawanan
tokoh-tokoh
kemerdekaan
81-100 = sangat baik
71-80 = baik
61-70 = cukup
51-60 = kurang
2. Kemauan
menanggapi
a. Memberikan
tanggapan
terhadap sikap
kepahlawanan
81-100 = sangat baik
71-80 = baik
61-70 = cukup
51-60 = kurang
46
yang
ditampilkan
b. Mengajukan/me
njawab
pertanyaan
tentang nilai
moral yang
terkandung
dalam drama.
3. Dokumentasi
Instrumen dokumentasi merupakan pengumpulan data dan
pengkajian terhadap dokumen tertulis yang tersedia untuk ditarik
kesimpulan sebagai bahan penelitian. Hal ini dilakukan agar
mendapatkan gambaran secara kongkret mengenai aktivitas siswa
selama proses pembelajaran dan untuk memperkuat data yang
diperoleh. Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa hasil observasi,
hasil tes, dan foto yang memberikan gambaran kongkret mengenai
kegiatan siswa.
3.5 Uji Instrumen Penelitian
3.5.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan suatu instrumen. Suatu Instrumen dinyatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat menggungkapkan data
dari variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi, 2006).
Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah
teknik korelasi product moment yang dikemukankan oleh Pearson
(Arikunto, 2010 : 213). Rumus korelasi product moment dengan angka
kasar.
47
Keterangan :
rxy = koefisien validitas butir soal
X = jumlah skor item
Y = jumlah skor total
N = banyak siswa peserta tes
rxy dikonsultasikan dengan tabel harga kritis product moment.
Dikatakan valid jika rhitung ≥ rtabel (Suharsimi Arikunto, 1996 : 162).
Uji validitas dilakukan dengan SPSS 16,0. Tentang kriteria tinggi
rendahnya validitas setiap butir instrumen, ada berbagai pendapat kriteria.
Instrumen menurut (Saifuddin Azwar dalam Naniek Sulistya Wardani
(2010 : 89) ) menyatakan bahwa suatu intem instrumen dianggap valid jika
memiliki koefesien corrected item to total correlation ≥ 0,20 katagori
inilah yang digunakan untuk menentukan apakah intem valid atau tidak.
Menghitung vadilitas bertujuan untuk menilai ketepatan instrumen
tersebut dalam mengukur kemampuan siswa. Penafsiran validitas yang
berdasarkan koefisien korelasi disajikan dalam tabel berikut ini:
No Indeks Interpretasi
1 0,81 - 1,00 Sangat tinggi
2 0,61 – 0,80 Tinggi
3 0,41 – 0,60 Cukup
4 0,21 – 0,40 Rendah
5 0.00 – 0,20 Sangat rendah
3.5.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ukuran koefesien reliabilitas dari indikator-
indikator sebuah variabel yang menunjukkan derajat sampai dimana
masing-masing indikator itu mengindeikasikan sebuah variabel bentukan
yang umum. Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpulan data karena instrument sudah baik (Arikunto, 2010 : 221).
Untuk mengetahui reliabilitas dalam suatu penelitian digunakan tes
48
tunggal dengan teknik non belah dua dari Kuder dan Richardson (KR-12)
yaitu ;
Keterangan :
n = banyak sampel
pi = proporsi subyek yang menjawab benar pada butir soal ke-i
qi = proporsi subyek yang menjawab salah pada butir soal ke-i
jadi qi = 1 – pi
s2 = varians skor total
(Suharsimi Arikunto, 1996 : 160)
Hasil perhitungan r11 diperoleh dikonsultasikan dengan rtabel
product moment dengan taraf signifikasi 5%. Jika r11 > rtabel maka soal
instrumen tersebut reliabel (Suharsimi Arikunto, 1996 : 155).
Uji reliabilitas penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS 17,0
dan kriteria untuk menentukan tingkat reliabilitas instrumen digunakan
pedoman yang dikemukan oleh George dan marllery dalam Naniek
Sulistya Wardani (2010:35) sebagai berikut :
a ≤ 0,7 : tidak dapat diterima
0,7 ˂ a ≤ 0,8 : dapat diterima
0,8 ˂ a ≤ 0,9 : reliabilitas bagus
a ˃ 0,9 : reliabilitas memuaskan
3.6 Tingkat Kesukaran Soal
Item yang baik adalah item yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi
usaha dalam menyelesaikannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan
49
menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba
lagi, karena diluar jangkauannya (Suharsimi Arikunto, 1989 : 206).
Berkaitan dengan hal tersebut diatas ditetapkan bahwa tingkat kesukaran
yang baik adalah pada interval 25% - 75%. Item yang empunyai tingkat kesukaran
lebih dari 75% tersebut terlalu mudah. Rumus untuk menghitung tingkat
kesukaran adalah sebagai berikut :
Dengan :
P = Tingkat kesukaran soal
B = Banyak siswa menjawab dengan benar
JS = Banyak siswa yang mengikuti tes
Dengan kriteria :
0,00 ≤ P < 0,30 = soal dikatakan sukar
0,30 ≤ P < 0,70 = soal dikatakan sedang
0,70 ≤ P ≤ 1,00 = soal dikatakan mudah
(Suharsimi Arikunto, 1989 : 210).
3.7 Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda digunakan untuk membedakan siswa yang berkemampuan
tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda
soal rumus yang digunakan sebagai berikut :
Dengan :
DP = daya pembeda soal
JA = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas
JB = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok bawah
BA = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas
menjawab item tertentu dengan benar.
50
BB = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok bawah
menjawab item tertentu dengan benar.
PA = proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab item tertentu
dengan benar.
PB = proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab item tertentu
dengan benar.
Kategori yang digunakan adalah :
0,00 - 0,20 = jelek
0,20 - 0,40 = cukup
0,40 - 0,70 = baik
0,70 - 0,100 = baik sekali
(Suharsimi Arikunto, 1996 : 213).
Daya pembeda yang bernilai negatif tidak baik dan soal harus
diganti. Perangkat tes yang diujicobakan ditinjau dari daya pembeda soal,
itam yang baik adalah item yang mempunyai daya pembeda lebih dari
0,20.
3.5 Indikator Kinerja
Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila pada setiap siklus
dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan terjadi perubahan yang
ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar IPS dengan indikator
kenaikan nilai tes. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika lebih dari
75% siswa mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditentukan oleh SD Negeri Blotongan 1 Salatiga. Adapun
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh SD Negeri
Blotongan 01 Salatiga dalam mata pelajaran IPS yaitu jika siswa mendapatkan
nilai ≥ 60 untuk aspek kognitif, sedangkan aspek afektif Kriteria Ketuntasan
Minimal kategorinya cukup dengan rentang internal nilai 61-70.
51
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif dan
deskriptif kuantitatif. Proses analisis untuk data menurut Suharsimi Arikunto
(2006: 235-238) adalah sebagai berikut.
a. Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan ini yaitu:
mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi, mengecek
kelengkapan data yang diperlukan peneliti, serta mengecek macam
isian data sesuai yang dikehendaki peneliti.
b. Tabulasi
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap tabulasi data ini yaitu:
menentukan skor (skoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor
maupun yang tidak diberi skor, menyesuaikan jenis data dengan
teknik analisis yang digunakan.
c. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian
Pada tahap ini, data yang telah diperoleh diolah dengan
menerapkan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada,
sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang telah
direncanakan
Pada penelitian ini, data atau informasi yang relevan terkait
langsung dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang diolah
sebagai bahan evaluasi dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dari hasil
observasi
Data observasi berupa lembar observasi aspek afektif
siswa yang telah diperoleh akan dianalisis menggunakan
deskriptif kualitatif dan sebagai hasil observasi akan dihitung.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui sejauh mana
peningkatan yang dicapai dalam pembelajaran.
Hasil lembar observasi aspek afektif siswa siswa
dikelompokkan ke dalam kategori sangat baik, baik, cukup dan
52
kurang akan digunakan rumus tentang nilai (range) dan lebar
kelas (M. Ngalim Purwanto, 2009: 97-98).
a) Mencari R (range) terlebih dahulu dengan cara mengurangi
skor maksimum dengan skor minimum.
b) Mencari banyaknya kelas interval dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:
R = Range
I = interval
1 = bilangan konstanta
Hasil belajar aspek afektif siswa yang diperoleh dari
hasil perhitungan skor lembar observasi aspek afektif siswa
akan dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif. Teknik
skoring digunakan pada lembar observasi aspek afektif.
Adapun hasil dari penilaian lembar observasi aspek afektif
siswa selama proses pembelajaran tersebut ditafsirkan dengan
kategori interpretasi sebagai berikut:
Pencapaian skor 81-100 = kategori sangat baik
Pencapaian skor 71-80 = kategori baik
Pencapaian skor 61-70 = kategori cukup
Pencapaian skor 51-60 = kategori kurang
1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
Data hasil belajar yang diperoleh berupa hasil
belajar kognitif, hasil belajar afektif. Hasil belajar kognitif
yang diperoleh dari hasil tes yang diadakan pada setiap
akhir siklus dengan skor total setiap siklusnya adalah 100.
1I
R
Range = skor maksimum - skor minimum
53
Hasil tes/ penilaian dikonsultasikan dengan kriteria
ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPS yang
ditentukan oleh SD Negeri Blotongan 01 Salatiga, yaitu
siswa dikatakan tuntas jika siswa mendapatkan nilai ≥ 60
dengan ketuntasan belajar 75% dari jumlah siswa.
Selanjutnya, dilakukan perbandingan presentase nilai
siswa sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan
metode Role Playing. Menurut M. Ngalim Purwanto
(2006: 102) untuk menghitung ketuntasan adalah sebagai
berikut.
Ketuntasan Siswa = Banyaknya siswa yang tuntas x 100%
Jumlah seluruh siswa
Selain menggunakan rumus di atas dalam
menganalisa hasil belajar kognitif, maka diperlukan
analisis deskriptif kuantitatif berupa nilai siklus I dan
siklus II dari data siswa yang menjadi objek penelitian.