91
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dalam proses sertifikasi halal dan labelisasi, lembaga yang berwenang
dalam terhadap hal ini adalah BPOM yang mencakup produk aman dan
LPPOM MUI yang mencakup produk halal. Dua kelembagaan tersebut akan
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
1. Gambaran Umum BPOM Surabaya
Balai Besar POM di Surabaya merupakan salah satu Unite
Pelaksana Teknis (UPT) Badan POM yang dibentuk berdasarkan SK
Kepala Badan POM No. 05018/SK/KBPOM tanggal 17 Mei 2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan
Pengawas Obat dan Makanan41. Balai Besar POM di Surabaya berada di
Provinsi Jawa Timur tepatnya di Jl. Karangmenjangan No. 20 dan 22
Surabaya. Untuk kelembagaan mengenai BPOM yang mencakup sejarah
pembentukannya dan struktur organisasi akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Sejarah Pembentukan BPOM
Sebagai tindak lanjut terbentuknya Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM), maka telah ditetapkan Unit Pelaksana Teknis di
lingkungan Badan POM melalui Keputusan Kepala Badan POM No:
05018/SK/KBPOM tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan
41 Balai Besar POM Surabaya, Profil Balai Besar POM di Surabaya, hal.3
92
Makanan setelah mendapat persetujuan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara No: 119/M.Pan/5/2001 tahun 2001. Keputusan
Kepala Badan POM ini memuat penyempurnaan organisasi dan tata
kerja BPOM menjadi Unit Pelaksana Teknis di lingkungan BPOM
yang terdiri dari Balai Besar POM.
Menyadari akan pentingnya tugas dan tanggungjawab Badan
Pengawas Obat dan Makanan, Unit Pelaksana Teknis (UPT) di
provinsi dalam hal ini Balai Besar POM membantu pelaksanaan setiap
program, diantaranya regulasi/pengaturan; standarisasi mutu,
keamanan dan kemanfaatan bahan baku dan produk jadi; standarisasi
dan pedoman sarana produksi, distribusi dan ritel; pedoman cara
produksi dan distribusi yang baik, penilaian dan evaluasi terhadap
mutu, keamanan, khasiat/kemanfaatan semua produk sebelum
diedarkan; sampling dan pengujian produk beredar; monitoring efek
samping produk; penelitian obat dan makanan; sertifikasi;
inspeksi/pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan ritel; penyidikan
pelanggaran pidana di bidang obat dan makanan; penindakan;
penilaian dan pemanfaatan iklan obat dan makanan; public warning;
informasi/penyuluhan/edukasi kepada publik, yang pada akhirnya
diharapkan dapat memberikan jaminan perlindungan dan keselamatan
masyarakat dari peredaran produk obat, alat kesehatan, obat
tradisional, produk komplemen dan kosmetika yang tidak memenuhi
93
syarat serta penyalahgunaan produk obat dan bahan berbahaya atau
sejenisnya.
b. Struktur Organisasi BPOM
Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah sebuah
lembaga unit pelayanan pengaduan konsumen yang juga dapat
digunakan oleh konsumen ketika mereka merasa dirugikan oleh
pelaku usaha. Hal ini dikarenakan BPOM merupakan salah satu
lembaga yang memiliki tugas untuk mengawasi atau memberikan
pengawasan terhadap peredaran produk makanan ataupun obat-obatan
yang diedarkan dan diperdagangkan oleh pelaku usaha42.
Struktur organisasi disusun berdasarkan Keputusan Kepala
BPOM No: 05018/SK/KBPOM tahun 2001 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Kepala BPOM No. 14 Tahun 201443.
Struktur Organisasi Balai Besar POM di Surabaya terdiri dari
Sub Bagian Tata Usaha, Bidang Pengujian Terapetik, Narkotika,
Psikotropik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen,
Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya, Bidang Pengujian
Mikrobiologi, Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan, Bidang Sertifikasi
42 Eli Wuria Dewi, Hukum Perlindungan Konsumen, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015, hlm. 119-120 43 Keputusan Kepala Balai Besar POM di Surabaya No. HK.04.970.05.15.2701 tentang Penetapan Rencana Strategis Balai Besar POM tahun 2015-2019, hlm 5
95
Struktur Organisasi
Badan Pengawas Obat dan Makanan Surabaya
Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
IGN Bagus Kusuma Dewa, S. Si, Apt, MPPM
Kabid. Pengujian
Pangan dan
Bahan Berbahaya
Dra. Edi
Kusumastuti, Apt
Kabid. Pengujian Terapetik, Napza,
OT, Kosm dan Prod. Komplemen
Dra. Endah Setijowati, Apt
Kabid. Pengujian
Mikrobiologi
Dra. Puryani
Kabid Sertifikasi dan Layanan
Informasi Konsumen
Dra. Retno Chatulistiani P, Apt
Kepala Seksi Sertifikasi
Dra. Any Koosbudiwati, Apt
Kelompok jabatan Fungsional
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Meliza Miranda Widiasari, S. Si, Apt
Kabid. Pemeriksaan dan
Penyidikan
Dra. Retno Kurpaningsih, Apt
Kepala Seksi Pemeriksaan
Joni Edrus Setiawan, S. si, Apt
Kepala Seksi Layanan
Informasi Komsumen
Dra. Lindawati, Apt
Kepala Seksi
Penyidikan
Dra. Siti Amanah, Apt
Sumber data: BPOM Surabaya
96
Tugas pokok dan fungsi masing-masing bidang dan sub bagian
dijabarkan sebagai berikut44:
1. Bidang Pengujian Terapetik, Narkotika, Psikotropik, Obat
Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan
program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di
bidang produk terapetik, narkotik, psikotropika dan zat adiktif lain,
obat tradisional, kosmetika dan produk komplemen.
2. Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya
Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan
program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di
bidang pangan dan bahan berbahaya.
3. Bidang Pengujian Mikrobiologi
Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan
program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu
secara mikrobiologi.
4. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan
Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan
program serta evaluasi dan penyusunan laporan pemeriksaan
44 Balai Besar POM di Surabaya, Laporan akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011, hlm 6
97
setempat, pengambilan contoh untuk pengujian dan pemeriksaan
sarana produksi, distribusi dan instansi kesehatan serta penyidikan
kasus pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika,
produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.
5. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen
Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan
program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu dan
layanan informasi konsumen.
6. Sub Bagian Tata Usaha
Mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan
administrasi di lingkungan Balai Besar Pengawas Obat dan makanan
Surabaya.
Bagan diatas menjelaskan mengenai struktur organisasi Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Surabaya yang diatur pada
Keputusan Kepala Balai Besar POM di Surabaya No: HK
04.970.05.15.2701 tentang Penetapan Rencana Strategis Balai Besar
POM di Surabaya tahun 2015-2019. Struktur organisasi tersebut
dalam pelaksanaannya sudah sesuai dengan Surat Keputusan Kepala
Badan POM No. 05018/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
98
2. Gambaran Umum LPPOM MUI Surabaya
Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia (LPPOM MUI) merupakan lembaga yang dibentuk oleh
Majelis Ulama Indonesia yang mempunyai fungsi utama melaksanakan
sertifikasi halal. Kelahiran LPPOM MUI berangkat dari kesadaran bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, utamanya berkaitan
dengan perkembangan bidang teknologi pangan telah menyebabkan
masalah kehalalan menjadi komplek sehingga tidak setiap orang muslim
mampu mengetahuinya. LPPOM MUI Surabaya dibentuk pada tanggal 29
Juni 1995 yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur No. 2630/MUI/JTM/95 tanggal 29
Juni 1995. LPPOM MUI di Surabaya berada di Provinsi Jawa Timur
tepatnya di Jl. Dharmahusada No. 05 Surabaya. Untuk kelembagaan
mengenai LPPOM MUI yang mencakup sejarah pembentukannya dan
struktur organisasi akan dijelaskan sebagai berikut
a. Sejarah Pembentukan LPPOM MUI
LPPOM MUI Provinsi Jawa Timur semula bernama Lembaga
Pengujian, Pemantauan, Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan
Kosmetika (LP4OK) MUI Jawa Timur. Dibentuk pada tanggal 29 Juni
1995 yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur No. 2630/MUI/JTM/95 tanggal
29 Juni 1995. Ketua Umum LP4OK MUI Jawa Timur yang pertama
adalah Prof. Dr. Ir. H. Tri Susanto, M.App.Sc.
99
Pada tanggal 3 September 1995 nama LP4OK diubah menjadi
LPPOM MUI Provinsi Jawa Timur dengan Keputusan MUI No.
2635/Ch/MUI/JTM/1995 tanggal 3 September 1995, yang
berkedudukan di Jalan Dharmahusada Selatan No. 5 Surabaya. Untuk
mendukung kerja LPPOM MUI Provinsi Jawa Timur, melalui MUI
Provinsi Jawa Timur telah dibuat kesepakatan kerjasama dengan
Universitas Airlangga Surabaya, Universitas Brawijaya Malang, dan
ITS Surabaya, tertanggal 27 November 2001. Ruang lingkup
kerjasama tersebut meliputi sumberdaya manusia dan sumberdaya
pendukung lain seperti fasilitas laboratorium, antara lain Laboratorium
Biomolekuler Veteriner FKH Unair, Unit Layanan Pengujian Fak.
Farmasi Unair, Lab. Dasar bersama Unair, Lab Kimia dan Fisika
FMIPA Unair, ITS dan UB, Lab. Mikrobiologi Fak. Farmasi Unair
dan FTP UB.
b. Struktur Organisasi LPPOM MUI
LPPOM MUI Surabaya melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya berdasarkan Surat Keputusan dari Dewan Pimpinan Majelis
Ulama Indonesia No: Kep-164/MUI/IV/2003 tentang ketentuan
pembentukan dan lingkup tugas LPPOM MUI Daerah/Provinsi.
LPPOM MUI bekerjasama dengan MUI dalam hal penerbitan
sertifikat halal terhadap produk yang didaftarkan oleh perusahaan
yang berkedudukan di wilayah provinsi. Yang mana MUI
mengeluarkan fatwa halal untuk produk tersebut.
100
Susunan pengurus LPPOM MUI Surabaya dapat digambarkan
sebagai berikut:
Struktur Organisasi
“Pengurus Harian” LPPOM MUI Jawa Timur
Ketua Umum
Prof. Dr. H. Sugijanto, M.S.
Sekretaris Umum
Ainul Yaqin, S.Si., Apt.
Bidang Humas dan Adm.
Dr. R.Y. Perry Burhan
Bidang Keuangan
Yusuf Syah, Drs., M.S.
Bidang Kerjasama
H. Adam Wiryawan, Ir.,
M.S
Bidang Pembinaan
H. Imam Utomo
Bidang Perencanaan dan pengembangan
H. Harjana, Drs, M.Sc.
Sumber data: LPPOM MUI Jawa Timur
101
Rincian tugas Pengurus Harian LPPOM MUI Surabaya adalah
sebagai berikut:
Ketua Umum
1. Membuat kebijakan umum lembaga;
2. Menjaga kesamaan visi dan misi antara MUI Surabaya dengan
LPPOM MUI Surabaya;
3. Membina Hubungan dan kerjasama yang baik dengan LPPOM
MUI Pusat;
4. Membina hubungan baik dengan pihak luar (instansi dan
perusahaan;
5. Pertanggungjawaban seluruh kegiatan lembaga kepada MUI
Surabaya.
Sekretaris Umum
1. Membuat kebijakan operasional lembaga;
2. Bersama dengan pengurus, pengurus harian membuat rencana
kerja dan anggaran biaya (RKAB) tahunan meliputi semua
kegiatan divisi/bidang dan mengawasi pelaksanaannya;
3. Pengurus harian menciptakan tata hubungan kerja (Standart
Operasional Procedure) serta mengawasi pelaksanaannya;
4. Melakukan koordinasi harian tertutama dengan bidang humas dan
administrasi serta bidang keuangan;
5. Membantu ketua umum dalam menyiapkan dan melaksanakan
rapat/pertemuan dengan pihak ekstern(instansi pemerintah) dan
pihak intern (rapat anggaran, RAT, dsb) dan menggantikanya
apabila berhalangan hadir;
6. Bertanggungjawab kepada ketua umum.
102
Bidang Keuangan
1. Membantu ketua umum dalam menyusun kebijakan di bidang
keuangan (termasuk pencarian sumber-sumber dana dan
pengawasan penggunaannya);
2. Menyusun sistem dan prosedur keuangan;
3. Pemegang kas besar lembaga;
4. Memeriksa laporan keuangan lembaga setiap bulan
5. Bertanggungjawab kepada ketua pelaksana harian.
Bidang Humas dan Administrasi
Membantu Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Tahunan
(RKAB) serta mengkoordinasi staf sekretariatan yang mempunyai
tugas sebagai berikut:
1. Bidang Perencanaan dan Pengembangan
a. Membuat RKAB meliputi pekerjaan-pekerjaan yang
berkaitan dengan perencanaan dan pengembangan lembaga;
b. Membuat database potensi lembaga;
c. Mengefesiensikan dan mengembangkan potensi jaringan
dengan lembaga/instansi;
d. Mengadakan klinik konsultasi bagi konsumen dan produsen.
e. Mencari alternative sponsor bagi kegiatan yang dilaksanakan.
2. Bidang Pelatihan
a. Melakukan pelatihan system manajemen halal baik terhadap
konsumen maupun produsen, serta jenis pelatihan lain dan
upaya pengembangan kualitas SDM internal lembaga, baik
secara regular maupun incidental;
b. Melakukan monitoring dan evaluasi, serta membuat laporan
setiap kali selesai melakukan kegiatan pelatihan dan/atau
upaya pengembangan SDM yang lain;
103
c. Membuat database setiap alumni pelatihan;
d. Mengembangkan media-media dan saranan pelatihan yang
dimiliki lembaga
3. Koordinator Perguruan Tinggi
a. Menjalin dan membina hubungan baik serta meningkatkan
kerjasama dengan perguruan tinggi asal koordinator yang
bersangkutan;
b. Mengkoordinir segala kegiatan yang berada di perguruan
tinggi asal;
c. Dalam pelaksanaan kepentingan tersebut, koordinator
perguruan tinggi dapat meminta bantuan kepada personalia
pengurusan lainnya;
d. Bertanggungjawab kepada ketua pelaksanaan harian
Bagan diatas menggambarkan struktur organisasi LPPOM MUI
Surabaya, yang mana struktur organisasi LPPOM MUI Surabaya diatur
dalam Surat Keputusan Dewan Pimpinan MUI Prov. Jawa Timur No:
Kep-03/MUI/JTM/II/2006. Struktur organisasi LPPOM MUI Surabaya
dalam pelaksanaannya sudah sesuai dengan Surat Keputusan dari Dewan
Pimpinan Majelis Ulama Indonesia No: Kep-164/MUI/IV/2003 tentang
ketentuan pembentukan dan lingkup tugas LPPOM MUI
Daerah/Provinsi.
A. Perlindungan Preventif Terhadap Konsumen Untuk Peredaran Pangan
Yang Aman dan Halal
Upaya perlindungan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap
peredaran pangan yang aman dan halal dalam tahap awal yaitu perlindungan
104
preventif. Dimana perlindungan ini dilakukan pada awal pelaku usaha
mendaftarkan produknya untuk mendapatkan sertifikat halal maupun label.
Adapun bentuk perlindungan preventif akan dijelaskan secara rinci sebagai
berikut:
1. Perlindungan Preventif Terhadap Konsumen Untuk Peredaran
Pangan Yang Aman dan Halal Oleh LPPOM MUI
Bentuk perlindungan preventif yang dilakukan oleh LPPOM MUI
guna melindungi masyarakat terhadap peredaran produk yang tidak halal
yaitu meliputi sosialisasi yang dilakukan kepada perusahaan, IKM, serta
dinas terkait, pelatihan mengenai system jaminan halal serta dilakukannya
penyeleksian berkas atau dokumen produk yang akan dimintakan
sertifikasi halal oleh pelaku usaha. Berikut penjelasan mengenai
sosialisasi dan proses sertifikasi halal yang dilakukan LPPOM MUI
Surabaya:
a. Sosialisasi
LPPOM MUI mengadakan sosialisasi kepada IKM (Industri
Kecil Menengah) maupun perusahaan. Tujuan diadakannya sosialisasi
adalah untuk memberikan pendidikan dalam wujud kegiatan
penyuluhan dan seminar mengenai pentingnya sertifikasi halal dan
tatacara perolehan sertifikasi halal dari LPPOM MUI. Berdasarkan
data yang diperoleh dari LPPOM MUI Surabaya, kegiatan sosialisasi
yang diadakan pada tahun 2016 sebanyak 20-30 kali. Hal ini
dilakukan mengingat industri kecil dan menengah di wilayah Jawa
105
Timur sangat banyak. Berikut beberapa penyuluhan dan seminar yang
sudah dilakukan oleh LPPOM MUI Surabaya. diantaranya:
1) Pada bulan Mei 2016 dilakukan sosialisasi Sertifikat Halal pada
IKM di bidang pangan di Kediri dalam bentuk kerjasama dengan
Dinas Pemasaran Kabupaten Kediri. Sosialisasi ini bertujuan
agar pemilik IKM mengetahui prosedur dan tata cara pemasaran
produk dengan benar;
2) Pada bulan Agustus 2016 dilakukan sosialisasi Sertifikat Halal
pada IKM di bidang pangan serta melakukan kerjasama dengan
Departemen Agama Kabupaten Sidoarjo mengenai pentingnya
sertifikat halal. Kegiatan ini ditujukan untuk pemilik Industri
Kecil Menengah (IKM) di Sidoarjo;
3) Pada bulan September 2016 dilakukan sosialisasi ke dinas-dinas
yang bekerjasama dengan LPPOM MUI diantaranya Dinas
Perindustrian, Dinas Koperasi, Dinas Perdagangan, Dinas
Kelautan dalam rangka fasilitasi Sertifikasi Halal bagi IKM
dengan materi tentang pengetahuan halal dan tata cara sertifikasi
halal di LPPOM MUI di Surabaya, Sidoarjo, Tulungagung,
Madiun. Kegiatan ini ditujukan untuk pemilik Industri Kecil
Menengah (IKM);
4) Pada bulan November 2016 dilakukan sosialisasi mengenai
produk pangan mana saja yang layak dan halal dipakai untuk
106
dikonsumsi yang bekerjasama dengan Asosiasi Perusahaan Jasa
Boga Jawa Timur;
Kegiatan sosialisasi diatas merupakan wujud dari pelaksanaan
agenda LPPOM MUI sebagaimana yang disepakati dalam Rapat
Kerja LPPOM MUI Surabaya. Hal ini sejalan dengan tugas dan
peranan LPPOM MUI berdasarkan Surat Keputusan Kep-
164/MUI/IV/2003 tentang Lingkup Tugas LPPOM MUI
Daerah/Provinsi yang dijelaskan dalam pasal 1 huruf (a) yaitu
menyebarluaskan informasi kepada masyarakat di daerah tentang
perlunya mengkonsumsi pangan halal, tata cara pemeriksaan pangan
halal dan ketentuan lainnya.
b. Pelatihan oleh LPPOM MUI
Sebelum pelatihan dilakukan, LPPOM MUI akan
mengumumkan akan diadakannya pelatihan melalui media massa
(web LPPOM MUI atau media cetak seperti brosur dan pamflet).
Untuk kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh LPPOM MUI
diadakan selama tiga hari dengan tanggal yang sudah terjadwal,
yaitu:
1) Tanggal 12-14 januari 2016
2) Tanggal 26-18 januari 2016
3) Tanggal 9-11 februari 2016
4) Tanggal 23-25 februari 2016
5) Tanggal 15-17 maret 2016
107
6) Tanggal 29-31 maret 2016
7) Tanggal 12-14 april 2016
8) Tanggal 26-28 april 2016
9) Tanggal10-12 mei 2016
10) Tanggal 31 mei-2 juni 2016
Pelatihan mencakup proses Sistem Jaminan Halal (SJH) saja.
System ini dimaksudkan untuk menjaga konsistensi kehalalan
produk yang dihasilkan.
Pelatihan ini dilaksanakan oleh Bidang Training dan
Sertifikasi Personal LPPOM MUI. Yang dipandu oleh Catur
Prasetyo, S. TP dan dengan narasumber dari tim auditor halal
LPPOM MUI, diantaranya:
1) Ir. Sumunar Jati
2) Ir. Hj. Muti Arintawati, M.Si
3) Dr. Ir. Hj. Mulyorini, M.Si
4) Dr. Ir. H. Muslich, M.Si
5) Prof. Dr. Hj. Purwantiningsih, M.S
6) Prof. Dr. Iwan K Syamsu, M. Sc
7) Ir. Nur Wahid, M. Si
8) Cucu Rina Purwaningrum, S. TP
Dalam rangka memfasilitasi berbagai pihak yang
memerlukan pelatihan SJH, maka LPPOM MUI menyelenggarakan
pelatihan SJH yang dapat diikuti oleh tim manajemen halal atau
108
auditor halal internal perusahaan, komunitas peduli halal (LSM),
perguruan tinggi, serta masyarakat. Dengan jumlah peserta 40 orang
dengan tujuan untuk menjaga efektifitas pelatihan. Jika kuota telah
terpenuhi maka calon peserta yang belum mendapatkan kesempatan
dapat mengikuti pelatihan pada gelombang berikutnya.
Pada tahun 2016, dilakukan pelatihan SJH dengan tujuan
peningkatan kompetensi, pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
komitmen terhadap kehalalan produk melalui penerapan SJH sesuai
HAS 23000; mampu untuk merencanakan dan
mengimplementasikan SJH melalui proses manajemen yang efektif
dan efisien serta untuk monitoring dan mengevaluasi penerapan SJH
pada produk yang dihasilkan. Topic yang diangkat pada pelatihan
auditor ini adalah
1) Pengantar Sertifikat halal dan implementasi Sistem Jaminan
Halal;
2) Kebijakan dan prosedur Sertifikasi Halal;
3) Pemahaman terhadap pemenuhan 11 kriteria SJH (HAS
23000:1);
4) Penilaian terhadap penerapan SJH;
5) Penyusunan manual, implementasi dan evaluasi SJH;
6) Studi kasus penerapan SJH di perusahaan.
Hasil yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan yaitu
mendapatkan sertifikat, Buku HAS 23000, CD materi pelatihan, dan
109
modul pelatihan. Sertifikat yang diperoleh dapat digunakan untuk
mendaftar menjadi auditor. Karena salah satu syarat untuk menjadi
auditor halal adalah mempunyai sertifikat pelatihan.
c. Sertifikasi Oleh LPPOM MUI
Sertifikat halal merupakan syarat untuk mendapatkan ijin
pencantuman label halal pada kemasan produk dari instansi
pemerintah yang berwenang. Secara nominal biaya sertifikat halal
sebesar Rp. 2.000.000 sampai Rp. 4.500.000 per jenis produk. Bagi
usaha kecil dan menengah berkisar Rp. 500.000 sampai Rp.
2.000.000, bagi usaha kecil yang tidak mampu, dimungkinkan untuk
mendapat subsidi biaya. Bagi perusahaan yang mempunyai jumlah
merk/nama dagang atau model kemasan yang cukup banyak (di atas 5
macam), dikenakan biaya tambahan sebesar maksimal Rp 100.000
(Seratus ribu rupiah) per merk atau model kemasan. Bagi perusahaan
kecil/menengah yang mempunyai pabrik lebih dari satu akan di
kenakan biaya tambahan sebesar maksimal Rp 500.000. Adapun
rinciannya sebagai berikut:
Tabel 1
Rincian Biaya Sertifikasi
Bentuk usaha Biaya Keterangan
Usaha Besar Rp 4.000.000-Rp 4.500.000 a. Badan usaha berbentuk PT dan CV
b. Luas pemasaran internasional
110
Usaha
menengah
Rp 2.500.000- Rp 3.000.000 a. Badan usaha berbentuk PT, CV dan UD
b. Luas pemasaran secara nasional
Usaha kecil Rp 1.000.000-Rp 2.000.000 a. Badan usaha berbentuk PIRT
b. Luas pemasaran dibawas 3 provinsi
c. Hanya ada satu tempat produksi
Adapun bagan prosedur penerbitan sertifikat halal oleh LPPOM
MUI beserta penjelasannya sebagai berikut:
111
Prosedur Perolehan Sertifikasi Halal Oleh LPPOM MUI
1
2
9
5
4
3
7
6
8
Sumber data: Website LPPOM MUI
112
Penjelasan:
1. Sebelum produsen mengajukan Sertifikat halal terlebih dahulu harus
mempersiapkan Sistem Jaminan halal
2. Setiap produsen yang mengajukan permohonan sertifikat halal bagi
produknya harus mengisi formulir yang telah disediakan. Formulir
tersebut berisi informasi tentang data perusahaan, jenis dan nama
produk serta bahan yang digunakan serta melengkapi persyaratan
seperti:
a. Fotocopy KTP pemilik/penanggung jawab
b. Fotocopy Surat Ijin Usaha
c. Fotocopy Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
d. Fotocopy tanda daftar industry (TDI)
e. Fotocopy sertifikat penyuluhan dan sertifikat PIRT khusus untuk
industry rumah tangga
f. Fotocopy MD untuk industry selain industry rumah tangga
g. Fotocopy auditor halal internal
h. Fotocopy sertifikat halal yang akan diajukan (apabila melakukan
perpanjangan)
i. Bagan alir proses produksi untuk seluruh produk yang diajukan
j. Dokumen sertifikat halal/keterangan asal usul/spesifikasi seluruh
bahan yang digunakan dalam proses produksi (bahan baku, bahan
tambahan, bahan penolong)
113
k. Manual halal (pedoman pelaksanaan system jaminan halal
perusahaan) dan penerapamnya mengacu pada panduan
penyusunan SJH LPPOM MUI
l. Fotocopy kemasan seluruh produk
m. Menyerahkan contoh produk
3. Borang yang sudah diisi beserta dokumen pendukungnya
dikembalikan ke sekretariat LPOOM MUI untuk diperiksa
kelengkapannya, dan bila belum memadai perusahaan harus
melengkapi sesuai dengan ketentuan
4. LPPOM MUI akan memberitahukan perusahaan mengenai jadwal
audit. Tim Auditor LPPOM MUI akan melakukan pemeriksaan/audit
ke lokasi produsen dan pada saat audit, perusahaan harus dalam
keadaan memproduksi produk yang disertifikasi
5. Hasil audit yang belum memenuhi persyaratan diberitahukan kepada
perusahaan melalui audit memorandum.
6. Hasil pemeriksaan/audit dan hasil laboratorium (bila diperlukan)
dievaluasi dalam rapat auditor LPPOM MUI. Jika telah memenuhi
persyaratan, auditor akan membuat laporan hasil audit guna diajukan
pada sidang Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan status
kehalalannya
7. Laporan hasil audit disampaikan oleh pengurus LPPOM MUI dalam
Sidang Komisi Fatwa MUI pada waktu yang telah ditentukan
114
8. Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak laporan hasil audit jika
dianggap belum memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan,
dan hasilnya akan disampaikan kepada produsen pemohon sertifikasi
halal
9. Sertifikat halal dikeluarkan oleh MUI setelah ditetapkan status
kehalalannya oleh Komisi Fatwa MUI
Proses penerbitan sertifikasi halal masih dilakukan oleh LPPOM
MUI, walaupun sudah dikeluarkannya undang-undang terbaru
mengenai jaminan produk halal yang menjelaskan bahwa lembaga yang
mengeluarkan sertifikat halal yaitu BPJPH. Namun dalam
pelaksanaannya masih dilakukan dengan menggunakan ketentuan lama
yang tercantum dalam KMA No. 518 tahun 2001 tentang pedoman dan
tatacara pemeriksaan dan penetapan pangan halal, hal ini dibuktikan
dengan peraturan peralihan UU JPH pada pasal 59 yang menyebutkan
bahwa
“Sebelum BPJPH dibentuk, pengajuan permohonan atau perpanjangan sertifikat halal dilakukan sesuai dengan tata cara memperoleh sertifikat halal yang berlaku sebelum undang-undang ini diundangkan”.
Berdasarkan data dari LPPOM MUI Surabaya, jumlah pelaku
usaha yang mendaftarkan produknya untuk mendapatkan sertifikat
halal dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut45:
45 Hasil Wawancara dengan Ketua Umum LPPOM MUI Surabaya Bapak Prof. Sugijanto
115
Tabel 2
Produk Yang Disertifikasi Antara Tahun 2012-2016 Di LPPOM MUI Jawa Timur
Tahun Jumlah Pendaftaran
HASIL PENYEBAB
Diterima Ditolak Diterima Diterima
2012 328 (14,2%)
328 (14,4%) -
Telah memenuhi syarat administrasi yaitu syarat kelengkapan dokumen SJH dan syarat prosedur
Tidak memenuhi syarat administrasi yaitu syarat kelengkapan dokumen SJH dan syarat prosedur
2013 389 (16,9%)
378 (16,6%)
11 (45,5%)
2014 401 (17,4%)
401 (17,6%)
-
2015 450 (19,5%)
442 (19,4%)
8 (33,3%)
2016 729 (31,7%)
724 (31,8%)
5 (20,8%)
Jml 2297 2273 24 Sumber: LPPOM MUI Jawa Timur
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat jumlah
pendaftaran untuk memperoleh sertifikat halal mengalami kenaikan
pada tahun 2012-2016. Dibuktikan pada tabel diatas bahwa jumlah
pendaftar paling banyak terjadi pada tahun 2016 dengan presentase
31,7% (729) sedangkan jumlah pendaftar paling sedikit terjadi pada
tahun 2012 dengan presentase sebesar 14,2% (328) dari total
pendaftar sebanyak 2297.
Dari sekian banyak pendaftaran yang dilakukan terdapat
pendaftaran yang diterima dan ditolak. Pertama, pendaftaran diterima
karena syarat administrasi yang berupa kelengkapan data dokumen
SJH dan prosedur telah lengkap. Dibuktikan dengan data diatas
116
bahwa jumlah pendaftaran yang diterima paling banyak terjadi pada
tahun 2016 sebesar 31,8% (724) sedangkan pendaftaran yang diterima
paling sedikit terjadi pada tahun 2012 sebesar 14,4% (328) dari total
keseluruhan sebesar 2273. Kedua, pendaftaran ditolak dengan alasan
karena syarat administrative yaitu syarat kelengkapan dokumen SJH
dan syarat prosedur belum terlengkapi. Paling banyak pendaftaran
ditolak pada tahun 2013 sebesar 45,3% (11) sedangkan paling sedikit
terjadi pada tahun 2016 sebesar 20,8% (5) dari total keseluruhan
sebesar 24 pendaftaran yang ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam rentang waktu lima tahun jumlah permohonan
pendaftaran mengalami kenaikan dan jumlah pendaftaran yang ditolak
mengalami penurunan.
Berdasarkan data, Jumlah sertifikasi halal di LPPOM MUI
Jawa Timur dan jumlah sertifikasi halal secara nasional tahun 2016
dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
117
Diagram 1
Perbandingan Jumlah Sertifikasi Halal Secara Nasional dan Jawa
Timur Tahun 2016
Sumber data: LPPOM MUI Jawa Timur
Berdasarkan diagram diatas, jika sertifikasi halal yang dikeluarkan
oleh LPPOM MUI Surabaya dibandingkan dengan jumlah sertifikasi
halal yang dilakukan secara nasional maka dapat dikatakan bahwa
produk yang mendapatkan sertifikasi halal di Provinsi Jawa Timur besar.
Dibuktikan dengan jumlah produk pada skala nasional sebesar 169.115
dengan rata-rata tiap provinsi dengan presentase 14% (4473 produk)
sedangkan di Jawa Timur sendiri produk yang telah mendapatkan
sertifikat halal sebesar 14,6% (24.697) produk. Untuk jumlah sertifikat
halal yang dikeluarkan sebesar 5,8% (982) dari jumlah rata-rata nasional
sebesar 15.962 Sertifikat Halal. Serta jumlah perusahaan yang
mendaftarkan produknya sangat besar jika dibandingkan dengan skala
nasional. Dalam skala nasional tiap perusahaan yang mendaftarkan
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
180000
Jumlah SH JumlahProduk
JumlahPerusahaan
Nasional
Jawa Timur24.697
932 13.905 15.962
169.115
792
118
produknya untuk mendapatkan sertifikat halal sebesar 2,9% (408) dari
13.905 perusahaan, sedangkan di Jawa Timur perusahaan yang
mendaftarkan produknya untuk mendapatkan sertifikat sebesar 5,6%
(792). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa produk di Jawa Timur
yang sudah mendapatkan sertifikat halal jumlahnya besar jika
dibandingkan dengan skala nasional. Hal ini dibuktikan dengan adanya
kesadaran dari produsen akan kehalalan produk yang dibuatnya.
Sangat beragam produk makanan yang didaftarkan untuk
mendapatkan sertifikat halal. Sehingga dapat di klasifikasikan, dalam
rentang waktu satu tahun, berikut produk yang sudah mendapatkan
sertifikat halal:
Tabel 3
Produk Yang Sudah Mendapatkan Sertifikat Halal Tahun 2016 Di LPPOM MUI Jawa Timur
No Kelompok Produk Jumlah Produk
1 Tepung 10251
2 Rumah Makan 1855
3 Minuman dan Minuman Olahan 1508
4 Bumbu Instan 1141
5 Tumbuhan beserta Olahannya 1239
6 Makanan Ringan 1343
7 Minyak 1033
8 Ekstrak 869
9 Coklat beserta olahannya 351
Sumber: Website LPPOM MUI Pusat
119
Berikut daftar nama beberapa produk sesuai dengan klasifikasinya,
diantaranya:
Tabel 4
Daftar Beberapa Nama Produk Yang Sudah Mendapatkan Sertifikat Halal Tahun 2016 Di LPPOM MUI Jawa Timur
No klasifikasi Nama produk Nomor registrasi Berlaku
1 Tepung
Tepung terigu “wilis” 0722002000314 3 april 2018 Tepung beras merek putri 07220032470316 10 maret 2018
Tepung beras merah 07220032880416 3 april 2018
2 Rumah Makan Catering kita kita 07160032510316 10 maret 2018 Amanda catering 29160001861212 30 des 2017 Wahyuni catering 29160000500212 18 maret 2017
3 Minuman dan Minuman Olahan
Minuman susu rasa coklat 07100033060416 10 april 2018
Minuman erbuk jovem gluberry 07120032700416 3 april 2018
The alga antitoks 07120032700416 3 april 2018
4 Bumbu Instan Terasi instan sella 07030028001015 4 okt 2017 Sasa 0006007870398 20 juli 2018 Saori saus tiram 00060008910908 27 sept 2018
5 Tumbuhan beserta Olahannya
Soybean derivative product 00190074921115 17 nov 2017
Ayam brand jagung manis pipil dalam air 00190067381213 2 Des 2017
Sweet potato paste 00190074531115 9 juli 2017
6 Makanan Ringan
Sale pisang 07100028681015 27 okt 2017 Keripik jamur rahwana 07100029101115 19 nov 2017
Snack extruder 07100027881015 4 okt 2017
7 Minyak
Minyak wijen kuda lie guon long 07080028021015 4 okt 2017
Minyak goring mega mas 07080028241115 8 nov 2017
Minyak goring gading mas 07080037151116 22 nov 2018
8 Ekstrak Oat extract 00190054840410 9 sept 2017 Plant extract 00190051910909 11 nov 2017 Malt extract 00190051910909 11 nov 2017
9 Coklat beserta Coklat praline isi keju 07110034340616 9 juni 2018
120
olahannya Coklat matur dark nut 07110034740716 19 juli 2018 Meises coklat 07110013260312 31 mei 2018
Sumber: Daftar Produk Halal LPPOM MUI
Daftar produk diatas merupakan produk yang mendapatkan
sertifikasi halal dari MUI, dengan ditunjukkan adanya nama produk,
nomor sertifikat dan nama produsen serta masa berlakunya.
2. Perlindungan Preventif Terhadap Konsumen Untuk Peredaran
Pangan Yang Aman dan Halal Oleh BPOM
Bentuk perlindungan preventif yang dilakukan oleh BPOM
meliputi sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat serta penyeleksian
berkas produk yang akan diajukan label halal oleh perusahaan. Berikut
penjelasan mengenai sosialisasi dan labelisasi yang dilakukan BPOM:
a. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan bentuk pencegahan awal terhadap
peredaran produk yang tidak sesuai dengan ketentuan. Dengan adanya
sosialisasi, dimaksudkan agar masyarakat mengerti betapa pentingnya
pemakaian bahan-bahan yang baik untuk menghasilkan produk yang
bermutu. BPOM mengadakan sosialisasi terhadap masyarakat dengan
tujuan untuk memberikan pendidikan dalam wujud kegiatan
penyuluhan dan seminar. Berikut beberapa penyuluhan dan seminar
yang sudah dilakukan oleh BPOM Surabaya, diantaranya:
1. Pada 20 September 2016 dilakukan sosialisasi mengenai
“Masyarakat harus sadar produk berbahaya” yang bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan di
121
Kota Tuban, yang ditujukan kepada Industri Kecil Menengah
(IKM) Tuban;
2. Pada 26 Maret 2016 dilakukan sosialisasi mengenai Sistem
Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) dan penyinergian
Jaminan Produk aman dan halal yang dilaksanakan di UMM
Malang. kegiatan sosialisasi ini bekerjasama dengan Pusat Studi
Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) yang ditujukan untuk
mahasiswa UMM khususnya Program Studi Biologi;
3. Pada 17 Februari 2016 dilakukan sosialisasi mengenai
peningkatan kapasitas pengaturan keamanan pangan untuk
Industri Rumah Tangga (IRT). Materi yang disampaikan
mengenai cara pengolahan pangan yang baik untuk industry
rumah tangga (CPPB IRT). Kegiatan sosialisasi ini bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan Surabaya yang ditujukan kepada
gabungan pengusaha makanan dan minuman seluruh Indonesia
yang ada di Jawa Timur (GAPMMI Jatim) serta UKM yang
melakukan pelanggaran terkait produk pangan yang diproduksi;
4. Pada 11 maret 2016 dilakukan sosialisasi tentang pemahaman
keamanan pangan. Materi yang disampaikan mengenai keamanan
mutu dan gizi pangan. Kegiatan sosialisasi ini bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan Surabaya dengan sasaran warga
Kecamatan Kenjeran Surabaya;
122
5. Pada 9 Februari 2016 dilakukan sosialisasi tentang peningkatan
kapasitas pengetahuan keamanan pangan untuk industry rumah
tangga. Kegiatan ini bekerjasama dengan Dinas Kesehatan
Surabaya yang ditujukan untuk IRT Pangan yang belum punya
SPP-IRT di Surabaya
Kegiatan sosialisasi diatas merupakan wujud dari pelaksanaan
agenda BPOM sebagaimana diatur dalam Keputusan Kepala Balai
POM No. HK.04.970.05.15.2701 tentang Penetapan Rencana
Strategis Balai Besar POM di Surabaya Tahun 2015-2019. Hal ini
sejalan dengan visi dan misi BPOM yang dijelaskan dalam sub bab
arah kebijakan dan strategi Balai Besar POM di Surabaya yaitu
peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) kepada masyarakat dan pelaku usaha di
bidang obat dan makanan.
b. Labelisasi Oleh BPOM
Pelaku usaha yang akan mencantumkan label halal harus
memiliki sertifikat halal terlebih dahulu. Tanpa sertifikasi halal MUI,
ijin pencantuman label halal tidak akan diberikan. Ijin dari Badan
POM untuk mencantumkan label atau tanda halal harus didasarkan
pada Sertifikasi Halal dari MUI yang diperoleh melalui pemeriksaan
dan proses sertifikasi halal yang dilakukan oleh LPPOM MUI.
Ketentuan tersebut tercantum dalam Kepmenkes RI No.
82/Menkes/SK/I/1996 pada pasal 8. Setelah proses audit dilakukan
123
dan dinyatakan produk layak untuk dikonsumsi maka BPOM
mengeluarkan ijin pencantuman label halal pada produk makanan
tersebut.
Tatacara persetujuan pencantuman label halal pada label
makanan dengan mengajukan surat permohonan ijin pemasangan
label halal dilampiri dengan fotocopi sertifikat halal kepada Balai
POM. Adapun prosedur untuk mendapatkan label halal, sebagai
berikut:
125
Penjelasan:
1. pemohon mengajukan permohonan ke Badan Pengawas Obat
dan Makanan dengan persyaratan:
a. surat permohonan pencantuman tulisan label halal pada label makanan
b. nama dan alamat pemohon dan/atau nama dan alamat sarana produksi
c. nama dagang dan jenis pangan d. pernyataan kesediaan memenuhi peraturan pencantuman
tulisan pada label pangan e. matrik bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan
pangan f. sertifikat halal bahan baku, bahan penolong, dan bahan
tambahan g. spesifikasi asal bahan h. bagan alir proses produksi i. tata letak proses produksi j. fotocopi nomor persetujuan pendaftaran (MD/ML/P-IRT)
dan label yang dilegalisir k. prosedur kerja (SOP)/ system jaminan mutu
2. setelah data-data diberikan, maka BPOM akan memeriksa
kelengkapan data yang diajukan oleh pemohon
3. jika data yang diajukan kurang lengkap maka BPOM akan
mengembalikan kepada pemohon untuk melengkapi data
tersebut
4. setelah berkas dinyatakan lengkap maka tim auditor akan
melaksanakan audit. Pelaksanaan audit dilakukan pada waktu
pabrik sedang produksi dan tidak renovasi
5. proses audit dilakukan oleh Badan POM, Departemen Agama
dan LPPOM MUI. Dalam pelaksanaan audit Badan POM
melakukan audit terhadap penerapan cara produksi pangan
yang baik (CPPB), LPPOM MUI melakukan audit terhadap
kehalalan bahan yang digunakan, proses produksi dan
penerapan system jaminan halal, serta Departemen Agama
126
melakukan audit dalam bentuk bimbingan syariah kepada
manajemen perusahaan dan karyawan muslim.
6. Proses audit tidak dilaksanakan secara serentak, dimana
pemohon setelah mendapatkan ijin edar dari BPOM harus
mengurus sertifikat halal produk ke LPPOM MUI. Setelah
semua berkas yang diajukan dan proses audit memenuhi syarat
maka MUI mengeluarkan fatwa halal dan sertifikat halal
diterbitkan.
7. sertifikat halal yang dikeluarkan digunakan untuk syarat
permohonan pencantuman label halal pada kemasan produk.
8. Setelah semua prosedur terpenuhi maka Badan POM akan
memberikan persetujuan tulisan halal pada label pangan
Pada pelaksanaan permohonan pencantuman tulisan halal pada
makanan yang dilakukan sudah sesuai dengan peraturan yang ada
yaitu Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
82/Menkes/SK/I/1996 yang telah dirubah menjadi No.
924/Menkes/SK/I/1996 tentang Pencantuman Tulisan Halal Pada
Label Makanan
Ketentuan atas sertifikasi dan labelisasi halal terdapat pada
pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Pangan dan pasal 8 huruf (h)
Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Dalam ketentuan ini benar
tidaknya pernyataan halal dalam label atau iklan tentang pangan tidak
hanya dibuktikan dari segi bahan baku pangan, bahan tumbuhan, atau
bahan baku lain yang dipergunakan dalam memproduksi pangan,
tetapi mencakup pula proses pembuatannya.
127
Dalam kurun waktu 2011-2015 jumlah permohonan pendaftaran
dari tahun ke tahun terjadi peningkatan, berikut data yang diperoleh46:
Tabel 5
Jumlah Permohonan Pendaftaran Tahun 2011-2015 Tahun Permohonan
pendaftaran
(%)
Keputusan diterbitkan
Persetujuan pendaftaran
(%)
Perubahan data
(%)
Pendaftaran ditolak
(%)
2011 16.348 (19,1%)
8.079 (12,3%)
6.563 (27,5%)
1.706 (81,5%)
2012 13.014 (15,2%)
16.285 (24,9%)
2.666 (11,1%)
123 (5,8%)
2013 13.527 (15,8%)
9.868 (15%)
3.540 (14,8%)
119 (5,6%)
2014 15.479 (18,1%)
10.914 (16,6%)
4.482 (18,7%)
83 (3,9%)
2015 26.878 (31,5%)
20.213 (30,9%)
6.603 (27,6%)
62 (2,9%)
Jumlah 85.246 65.359 23.854 2.093
Sumber: Laporan Tahunan BPOM Tahun 2011-2015
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa permohonan
pendaftaran antara kurun waktu 2011-2015 mengalami kenaikan
jumlah permohonan pendaftaran setiap tahunnya. Berdasarkan data
diatas permohonan pendaftaran paling banyak terjadi pada tahun 2015
dengan jumlah presentase 31,5% (26.878) dan jumlah permohonan
paling sedikit terjadi pada tahun 2012 yaitu dengan jumlah presentase
15,2% (13.014).
46 Balai POM Surabaya, Laporan Tahunan BPOM Surabaya Tahun 2011-2016
128
Dalam permohonan pendaftaran tersebut tidak semua berkas
yang dimohonkan diterima. Pada permohonan pendaftaran terdapat
tiga hasil keputusan yang diterbitkan yaitu pertama, persetujuan
pendaftaran yaitu data yang diberikan ke BPOM sudah lengkap. Data
yang diberikan diantaranya jenis produk, data perusahaan, data
pemilik perusahaan, serta diagram alir proses produksi. Persetujuan
pendaftaran terjadi paling banyak pada tahun 2015 dengan jumlah
presentase 30,9% (20.213) dan jumlah persetujuan pendaftaran paling
sedikit terjadi pada tahun 2011 dengan presentase sebesar 12,3%
(8.079). Kedua, perubahan data yaitu data yang semula sudah
diberikan ke BPOM ditarik kembali oleh produsen untuk dilakukan
perubahan data. Perubahan data meliputi perubahan bahan yang
digunakan, perubahan jenis produk yang akan didaftarkan. Untuk
jumlah perubahan data paling banyak terjadi pada tahun 2015 dengan
presentase sebesar 27,6% (6.603) dan jumlah paling sedikit terjadi
pada tahun 2012 dengan jumlah presentase sebesar 11,1% (2.666).
Ketiga, pendaftaran ditolak yaitu data yang diberikan tidak lengkap
dan ketika Badan POM melakukan evaluasi, bahan yang digunakan
atau proses produksi yang dilakukan tidak sesuai dengan data yang
diberikan sebelumnya. Jumlah pendaftaran ditolak paling banyak
terjadi pada tahun 2011 dengan presentase sebesar 81,5% (1706) dan
jumlah pendaftaran ditolah paling sedikit terjadi pada tahun 2015
dengan presentasi sebesar 2,9% (62). Sehingga dapat ditarik
129
kesimpulan dalam rentang lima tahun permohonan pendataran
mengalami kenaikan dan untuk keputusan yang diterbitkan mengenai
pendaftaran yang ditolak mengalami penurunan
Adapun beberapa produk yang mendapatkan persetujuan ijin
edar, dapat dilihat pada diagram dan tabel berikut:
Tabel 6
Beberapa Produk Yang Mendapatkan Persetujuan Ijin Edar
pada Tahun 2016
Nomor Registrasi Produk Pendaftar
MD 243213005430 Tahu Ikan UD. Berkah Adi Putra
MD 243213005430 Bakso Ikan UD. Berkah Adi Putra
MD 243213005430 Sosis Ikan UD. Berkah Adi Putra
MD 273013167016 Malkist Salut Coklat PT Garudafood Putra
Putri Jaya
MD 273013167016 Wafer Roll Coklat PT Garudafood Putra Putri Jaya
MD 204113036368 Es Loli rasa Jeruk PT. Jatim Van Houten
MD 204113036368 Es krim stick kacang
merah
PT. Jatim Van Houten
MD 235413011066 Roti Nanas Perusahaan Phoenix
MD 235413011066 Roti isi krim Perusahaan Phoenix
Sumber: website cek BPOM
Berdasarkan tabel diatas, beberapa nama produk yang telah
mendapatkan persetujuan ijin edar oleh BPOM yang dibuktikan
dengan adanya nomor registrasi BPOM.
130
Adapun beberapa produk yang dicabut ijin edarnya oleh
BPOM maupun oleh perusahaan, dapat dilihat pada diagram dan
tabel berikut:
Tabel 7
Produk Yang Dibatalkan Tahun 2016
Nomor registrasi Produk Pendaftar Status
MD 265213001223 Air Minum dalam kemasan
UD. Sumber Sehat Alami
Dicabut atas permohonan perusahaan
MD 352211404010 Sediaan pemanis
PT. Konimex Dicabut atas permohonan perusahaan
ML 830505018501 Sereal sarapan PT Sukanda Jaya Dicabut atas permohonan perusahaan
ML 243201002830 Ikan olahan PT. Indomas Jaya Dicabut karena keamanan mutu
ML 256409085008 Takoyaki sauce
PT. masuya graham trikencana
Dicabut karena keamanan mutu
ML 256409085008 Yakisoba sauce
PT. masuya graham trikencana
Dicabut karena keamanan mutu
Sumber: Website Cek Produk BPOM
Berdasarkan tabel diatas, tercantum beberapa produk
yang dicabut ijin edarnya. Disebutkan adanya produk yang dicabut
ijin edarnya oleh BPOM dengan alasan mutu produk yang kurang
baik, serta dicabut atas permohonan perusahaan sendiri. Untuk
pencabutan permohonan oleh perusahaan dikarenakan perusahaan
sudah tidak berproduksi kembali dan/atau produk yang dihasilkan
kurang diminati oleh konsumen.
131
C. Perlindungan Pangan Aman dan Halal Yang Sudah Mendapatkan
Sertifikasi
Upaya perlindungan terhadap masyarakat dari peredaran produk
pangan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan, mengandung
bahan berbahaya, secara terus menerus dan berkesinambungan selalu
dilakukan dengan melakukan pengawasan pasca mendapatkan sertifikasi
(represif). Pengawasan represif yang dilakukan adalah dengan pengawasan
terhadap produk yang beredar di pasaran serta melakukan sidak ke tempat
yang terindikasi melakukan pelanggaran. Berikut upaya represif yang
dilakukan oleh BPOM dan LPPOM MUI akan dijelaskan secara rinci:
1. Perlindungan Pangan Aman dan Halal Yang Sudah Mendapatkan
Sertifikasi Oleh BPOM
Dalam hal pengawasan post-market dilakukan setelah produk
mendapatkan ijin edar dari BPOM. Pengawasan yang dilakukan yaitu
melakukan sidak atas dasar aduan dari masyarakat. Sidak yang telah
dilakukan oleh BPOM pada tahun 2016 terkait adanya aduan masyarakat
diantaranya47:
1. Pada bulan Maret 2016, melakukan sidak di gudang jamu illegal di
Banyuwangi;
2. Pada bulan April 2016, melakukan sidak di outlet penjualan kosmetik
dan suplemen makanan illegal di Surabaya;
3. Pada bulan Mei 2016, melakukan sidak di toko jamu di Mojokerto;
47 BPOM, Berita Aktual, www.pom.go.id, diunduh 2 Maret 2017
132
4. Pada bulan Juni 2016, melakukan sidak ke sarana distribusi pangan
dan distribusi pangan jelang hari raya di Surabaya dan Malang;
5. Pada bulan September 2016, melakukan sidak ke gerai pizza yang ada
di Surabaya terkait adanya issu di media social mengenai bahan yang
digunakan diragukan mutu dan kualitasnya.
Dari hasil sidak yang dilaksanakan, BPOM menemukan produk
yang menyalahgunakan ketentuan pangan, diantaranya48:
Tabel 8
Hasil Inspeksi Mendadak (SIDAK) BPOM Tahun 2016 Terkait
Produk Yang Tidak Memiliki Ijin Edar
NO. Jenis Produk Jumlah
1 Obat tradisional tanpa ijin edar 15.413 kemasan
2 Obat tanpa ijin edar 1.351 kemasan
3 Pangan tanpa ijin edar 360 kemasan
4 Label obat tradisional tanpa ijin edar 74.450 lembar
5 Kemasan tanpa ijin edar 3.314 lembar
6 Bahan baku tanpa ijin edar 28 lembar
7 Alat produksi tanpa ijin edar 22 buah
Sumber: Website Cek BPOM
Berdasarkan data diatas masih banyaknya pelanggaran mengenai
produk tanpa ijin edar yang dikeluarkan oleh pelaku usaha. Produk
tersebut tidak didaftarkan ke BPOM dengan alasan bahwa bahan-bahan
yang digunakan adalah aman untuk di konsumsi dan peredaran produk
tersebut laku dipasaran tanpa adanya ijin edar dari BPOM. Dalam
menyikapi hal ini, dilakukannya operasi gabungan yang dilakukan oleh
48 Ibid
133
BPOM dengan melibatkan lintas sektor terkait (kepolisian daerah, dinas
kesehatan, dinas perdagangan).
Mengenai tatacara pelaksanaan inspeksi mendadak (sidak) yang
dilakukan oleh BPOM Surabaya sudah sesuai dengan Keputusan Kepala
Badan POM RI No. HK 04.1.72.10.12.6842 tentang petunjuk teknis
pelaksanaan operasi gabungan daerah dan operasi gabungan nasional.
Dari hasil sidak yang dilakukan oleh tim gabungan untuk selanjutnya
dilakukan tindak lanjut penarikan dan pemusnahan produk, peringatan,
pro-justitia serta pembinaan untuk produsen. Sehingga dengan adanya
tindaklanjut ini dapat meminimalisir pelanggaran yang dilakukan oleh
produsen. Pembinaan yang diberikan dalam bentuk penyuluhan mengenai
penerapan cara produksi pangan olahan yang baik (CPPOB), regulatory
assistance untuk memahami dan menerapkan ketentuan secara konsisten,
agar produk yang dihasilkan memenuhi criteria keamanan, mutu dan gizi
dan melakukan pendampingan untuk proses pendaftaran pangan di
BPOM.
2. Perlindungan Pangan Aman dan Halal Yang Sudah Mendapatkan
Sertifikasi Oleh LPPOM MUI
Dalam hal pengawasan represif bagi perusahaan yang telah
mendapatkan sertifikat halal, LPPOM MUI berhak mengadakan sidak ke
tempat-tempat yang terindikasi memproduksi produk dengan
menggunakan bahan yang tidak halal. Sidak yang dilakukan atas dasar
adanya aduan dari masyarakat dan dilakukan secara kondisional. Dalam
134
hal pelaksanaan sidak LPPOM MUI dibantu dengan aparat penegak
hukum serta BPOM jika produk tersebut memiliki label halal.
Sidak yang dilakukan BPOM terkait kehalalan produk hanya
sebatas produk kemasan yang mempunyai label halal saja. Untuk
perusahaan dan/atau rumah potong hewan dan/atau rumah makan yang
melakukan pelanggaran maka yang berwenang melakukan sidak hanyalah
LPPOM MUI beserta aparat penegak hukum. Sehingga pengawasan yang
dilakukan oleh LPPOM MUI sudah sesuai dengan Keputusan Mentri
Agama No. 519 tahun 2001 tentang Lembaga Pelaksana Pemeriksaan
Pangan Halal. Dan tindak lanjut dari sidak yaitu pemberian peringatan
tertulis sampai pencabutan sertifikat halal oleh LPPOM MUI. Jika
peringatan tertulis yang diberikan oleh LPPOM MUI ke produsen
sebanyak tiga kali tidak diindahkan dan produsen tetap melakukan proses
produksi tidak sesuai dengan ketentuan maka LPPOM MUI akan
mencabut sertifikat halal tersebut.
Pengawasan untuk pangan kemasan yang berlabel halal dilakukan
oleh BPOM berdasarkan data pendaftaran yang disetujui terhadap
informasi yang diberikan oleh produsen. Pengawasan terhadap label halal
didasarkan pada aturan Peraturan Menteri Kesehatan No. 924 tahun 1996.
Pengawasan yang dikakukan oleh BPOM terhadap produk halal
dikategorikan dalam tidak memebuhi ketentuan (TMK) yang artinya
apakah label halal yang dicantumkan oleh perusahaan sudah memiliki
sertifikat halal seperti yang telah ditetapkan. Sehingga dalam hal sidak
135
yang dilakukan oleh BPOM terkait produk kemasan yang memiliki label
halal sudah sesuai dengan ketentuan yang ada.
Berdasarkan data dari LPPOM MUI Surabaya, terdapat beberapa
nama produk yang melanggar ketentuan berproduksi secara halal. Berikut
ini adalah data nama produk-produk yang ditertibkan karena melanggar
ketentuan berproduksi secara halal:
TABEL 9
DAFTAR NAMA PRODUK YANG MELANGGAR KETENTUAN BERPRODUKSI SECARA HALAL
No Jenis Produk Nama Produsen Alasan
1 Ajinomoto PT. Ajinomoto Indonesia
Karena aduan masyarakat
2 Beef Jerky Lezaat CV. Masa Depan Cerah
Karena aduan masyarakat
3 Dendeng Sapi Istimewa No. 1 Cap 999
S. Hendropurnomo Karena aduan masyarakat
Sumber: LPPOM MUI Jawa Timur
Berdasarkan data diatas, masih adanya pelaku usaha yang
melakukan produksi tidak sesuai dengan ketentuan halal. Walaupun
perusahaan tersebut terdapat auditor halal internal yang mengawasi
proses produksi. Dengan adanya produk-produk yang melanggar
ketentuan berproduksi secara halal bisa diakibatkan karena kelalaian dari
auditor halal internal perusahaan sendiri. Yang mana auditor halal tidak
menyusun Sistem Jaminan Halal sesuai dengan prosedur produksi yang
ada diperusahaan. Sehingga jika memang produk tersebut terindikasi
menggunakan bahan haram, maka LPPOM MUI akan mencabut sertifikat
halal yang dimiliki perusahaan tersebut.
136
Berikut peranan LPPOM MUI Surabaya dalam menertiban Pelaku
Usaha yang melanggar ketentuan produksi halal49:
1. LPPOM MUI Surabaya bekerjasama dengan lembaga lain dengan
melibatkan Industri Kecil Menengah (IKM);
2. Memberikan masukan kepada BPOM yang didasarkan atas
pertimbangan banyaknya pelaku usaha yang menggunakan label
produk halal palsu dan berkenaan dengan upaya tindak lanjut BPOM
terhadap pelaku usaha yang melanggar;
3. Mempermudah pelaku usaha untuk mendapatkan sertifikat halal yang
salah satunya diwujudkan dengan pemberian sertifikat gratis kepada
pelaku usaha kecil dan menengah sehingga dengan ini dapat
meminimalisir.
49 Wawancara dengan Bapak Prof. Sugijanto selaku Ketua Umum LPPOM MUI Surabaya
Top Related