7
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN KONSEP
A. Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia merupakan bagian dan proses tumbuh kembang manusia.
Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-
anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Lansia merupakan suatu proses alami
yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami
proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir. Dimana seseorang pads umumnya akan mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011).
1. Batasan Lanjut Usia
Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya
berkisar antara 60 - 65. Berikut dikemukakan beberapa pendapat para ahli
mengenai batasan umur :
a. Menurut organisasi kesehatan dunia WHO ada 4 tahap yaitu,
1. Usia pertengahan (Middle age) (45 – 59 tahun)
2. Lanjut usia (elderly) (60 – 74 tahun)
3. Lanjut usia tua (old) (75 – 90 tahun)
4. Usia sangat tua (Very old) (diatas 90 tahun)
8
b. Menurut Prof DR. Ny sumiati Ahmad Mohammad (alm). Guru Besar
Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodesasi biologis
perkembangan manusia dibagi sebagai berikut :
1. Usia 0 – 1 tahun (Masa bayi)
2. Usia 1 – 6 tahun (Masa pra sekolah)
3. Usia 6 – 10 tahun (Masa sekolah)
4. Usia 10 – 20 tahun (Masa pubertas)
5. Usia 40 – 65 tahun (Masa setengah umur, prasenium)
6. Usia 65 tahtm keatas (Masa lanjut usia, senium)
c. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikolog dari Universitas
Indonesia). Lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa-
kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
1. Fase iuventus, antara usia 25 – 40 tahun
2. Fase verilitas, antara usia 40 – 50 tahun
3. Fase praesennun, antara usia 55 – 65 tahun
4. Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia
2. Teori – Teori Proses Menua
Teori penuaan secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori
penuaan secara biologi dan teori penuaan psikososial (Siti Bandiyah, 2009).
a. Teori Biologi
1. Teori genetic dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
a. Menurut teori ini menua telah terprogram secara
genetic untuk spesises-spesies tertentu. Menua terjadi
9
sebagai akibat dari perubaban biokimia, yang di program
oleh molekul-molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. sebagai contoh yang khas adalah
mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel)
b. Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan stress
menytebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang
disebut teori akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh
adanya Pigmen Lipofuchine, di sel otot jantung usia yang
mengakibatkan mengganggu ftingsi sel itu sendiri.
d. Peningkatan jumlah Kolagen dalam Jaringan.
e. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan
kekurangan gizi.
f. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory).
Di dalam proses Metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus.Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak
tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan
kelenjar timus yang ada pada usia dewasa berinvolusi
dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun.
g. Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus
Theory) Sistem Iminun menjadi efekt if dengan
10
bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
h. Teori stress
M e n u a t e r j a d i akibat h i l a n gn ya s e l - s e l b i a s a
d i gu n k a n tubub Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertaliankan kestabilan lingkungan internal, kelebilian
usaha dan stes menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
i. Teori Radikal bebas
Radikal Bebas dapat terbentuk di datam bebas, tidak
stabilnya radikat bebas (kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan-bahan organic seperti karbohidrat
dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenrasi.
j. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau using, reaksi kimianya menyebabkan
ikatan yang kuat,khususnya jaringan kolagen,ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastic, kekacauan dan hilangnya,
fungsi.
k. Teori Program
Kemampuan Organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
11
2. Teori Psikososial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity Theory)
1. Ketentuan akan mengingatnya pada penurunan jumlah
kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa
pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
2. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara
hidup dari lanjut usia.
3. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut
usia.
b. Kepribadian berlanjut ( CountinuitY Theory )
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori
diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang
terjadi pada seiring lanjut usia dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimilikinya.
c. Teori Pembebasan (Didengagement Theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu oleh Cumming
dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau
12
menarik di r i dari pergaulan seki tarnya . Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering terjadi kehilangan ganda (Triple Los), yaitu:
1. Kehilangan peran (Loos of Role).
2. Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and
Relation Ships).
3. Berkurangnya komitmen (Reused commitment to
Social Mores and Values).
d. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lanjut usia
Menurut Nugroho (2000), perubahan-penibahan yang
terjadi pada lansia diantaranya adalah :
1. Perubahan fisik seperti perubahan sel, sistem pernafasan,
sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem
kardiovaskuler, system respirasi, sistem pencernaan,
sistem endokrin, sistem integument, dan
musculoskeletal.
2. Perubahan mental dipengaruhi beberapa faktor
berawal dari perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat
pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan.
Biasanya lansia akan menunjukkan perubahan mental
pada memen (kenangan) dimana kenangan jangka
panjang lebih dominan dibandingkan kenangan
13
jangka pendek. Intelegensi akan menurun dengan
bertambahnya usia seseorang. Beberapa
perubahan seperti perkataan verbal ,
berkurangnya penampilan, persepsi dan
keterampilan serta perubahan daya imajinasi.
3. Perubahan psikososial seperti pensiun maka lansia akan
mengalami berbagai kehilangan yaitu kehilangan finansial,
kehilangan status, kehilangan teman atau relasi, dan
kehilangan pekerjaan, merasakan atau sadar
akan kematian (sense of awareness of rnortality),
kehilangan pasangan, berpisah dari anak dan cucu,
perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah
perawatan, dan penyakit kronis dan ketidakmampuan.
Melihat proses penuaan dan perubahan yang terjadi pada
lansia maka dapat mempengaruhi pengetahuan dan
memori lansia. Lansia akan mengalami perubahan
kognitif, afektif, dan psikomotor (Christensen, 2006).
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia dapat
dilihat dari penurunan intelektual terutama pada tugas
yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang
memerlukan memori jangka pendek serta terjadi
perubahan pada daya fikir akibat dari penurunan sistem
tubuh, perubahan emosi, dan perubahan menilai
14
sesuatu terhadap suatu objek tetentu merupakan
penurunan fungsi afektif Sedangkan. penurunan
psikomotor dapat dilihat dan keterbatasan lansia
menganalisa informasi, mengambil keputusan, serta
melakukan suatu tindakan (Nugroho, 2000).
3. Masalah yang sering dihadapi oleh lansia
Masalah yang kerap muncul pada usia lanjut, yang disebutnya
sebagai a series of I's, yang meliputi immobility (mobilisasi), instability
(instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinesia), intellectual
impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of
vvision and hearig (gangguan pengelihatan dan pendengaran), isolation
(depresi), inanition (malnutrisi), insomnia (gangguan tidur), hingga
immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh) (Kemala Sari,
2010). Bentuk-bentuk permasalahan dihadapi lansia adalah sebagai
berikut:
a. Demensia
Demensia adalah suatu gangguan intelektual/daya ingat umumnya
progresif dan ireversibel. Biasanya ini sering terjadi orang yang
berusia > 65 tahun.
b. Depresi
Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem
lansia. Usia bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi
suatu keadaan penyakit medis kronis dan masalah-masalah yang
15
dihadapi lansia yang membuat mereka depresi. Gejala depresi
pada lansia dengan orang dewasa muda berbeda dimana pada
lansia terdapat kelsomatik.
c. Skizofrenia
Skizofrenia biasanya dimulai pada masa remaja akhir/dewasa.
muda dan menetap seumur hidup. Wanita lebih sering menderita
Skizofrenia lambat dibanding pria. Perbedaan onset lambat dengan
awal adalah adanya skizofrenia paranoid pada tipe onset lambat.
d. Gangguan Delusi
Onset usia pada gangguan delusi adalah 40 – 55 tahun, tetapi
dapat terjadi kapan saja. Pada gangguan delusi terdapat waham
yang tersering yaitu : waham kejar dan waham somatik.
e. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan
obsesif konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres
akut, gangguan stres pasca traumatic. Onset awal gangguan panik
pada lansia adalah jarang, tetapi dapat terjadi. Tanda dan gejala
fobia pada lansia kurang serius daripada dewasa muda, tetapi
efeknya sama, jika tidak lebih, menimbulkan debilitasi pada
pasien lanjut usia. Teori eksistensial menjelaskan kecemasan
tidak terdapat stimulus yang dapat diidentiftkasi secara spesifik bagi
perasaan yang cemas secara kronis. Kecemasan yang tersering pada
16
lansia adalah tentang kematiannya. Orang mungkin menghadapi
pikiran kematian dengan rasa putus asa dan kecemasan, bukan
dengan ketenangan hati dan rasa integritas. kerapuhan sistem
saraf anotomik yang berperan dalam perkembangan kecemasan
setelah suatu stressor yang berat. Gangguan stres lebih sering pada
lansia terutama jenis stres pasca traumatik karena pada lansia
akan mudah terbentuk suatu cacat fisik.
f. Gangguan Somatiform
Gangguan somatiform ditandai oleh gejala yang sering
ditemukan apada pasien > 60 tahun. Gangguan biasanya. kronis
dan prognosis adalah berhati-hati. Untuk mententramkan pasien
perlu dilakukan perneriksaan fisik ulang sehingga ia yakin bahwa
mereka tidak memiliki penyakit yang mematikan. Terapi pada
gangguan ini adalah dengan pendekatan psikologis dan fannakologis.
g. Gangguan Penggunaan Alkohol dan Zat lain
Riwayat minum/ketergantungan alkohol biasanya memberikan
riwayat minum berlebihan yang dimulai pada masa remaja/dewasa.
Mereka biasanya memiliki penyakit hati. Sejumlah besar lansia
dengan riwayat penggunaan alkohol terdapat penyakit demensia
yang kronis seperti ensefalopati wernicke dan sindroma korsakoff.
Presentasi klinis pada lansia termasuk terjatuh, konftisi, higienis
pribadi yang buruk, malnutrisi dan efek pemaparan. Zat yang dijual
bebas seperti kafein dan nikotin sering disalahgunakan. Di sini harus
17
diperhatikan adanya gangguan gastrointestiral kronis pada lansia
pengguna alkohol maupun tidak obatobat sehingga tidak tedadi suatu
penyakit medik.
h. Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tumggal yang paling sering berhubungan
dengan peningkatan prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang
sering dikeluhkan lansia daripada usia dewasa muda adalah
gangguan tidur, ngantuk siang hari dan tidur sejenak di siang hari
secara klinis, lansia memiliki gangguan pernafasan yang
berhubungan dengan tidur dan gangguan pergerakan akibat medikasi
yang lebih tinggi dibanding dewasa muda. Disamping perubahan
sistem regulasi dan fisiologis, penyebab gangguan tidur primer
pada lansia adalah insomnia. Selain itu gangguan mental lain, kondisi
medis umum, faktor sosial dan lingkungan. Ganguan tersering pada
lansia pria adalah gangguan Rapid Eye Movement (REM). Hal
yang menyebabkan gangguan tidur juga termasuk adanya gejala
nyeri, nokturia, sesak napas, nyeri perut. Keluhan utama pada lansia
sebenarnya adalah lebih banyak terbangun pada dini hari dibandingkan
dengan gangguan dalam tidur. Perburukan yang terjadi adalah
perubahan waktu dan konsolidasi yang menyebabkan gangguan
pada kualitas tidur pada lansia.
18
B. Kecemasan
1. Definisi Kecemasan
Kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh
setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari
kehidupan seharihari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang
sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilang
kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya (Sutardjo
Wiramihardja, 2005:66).
Kecemasan adalah rasa khawatir, takutyang tidak jelas sebabnya.
Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam
menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang menyimpang
ataupun yang terganggu. Kedua-duanya merupakan pernyataan,
penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan tersebut
(Singgih D. Gunarsa, 2008:27).
2. Gejala Keeemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena
adanya ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong
normal kadang kala mengalami kecemasan yang menampak,
sehingga dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala
fisik maupun mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang
mengalami gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi individu yang
mengidap penyakit mental yang parah.
19
Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari
tangan dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala
pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak. Gejala
yang bersifat mental adalah : ketakutan merasa akan ditimpa bahaya,
tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari
kenyataan (Siti Sundari, 2004:62).
Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya
perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak
jelas dan tidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul
dapat berbeda pada masing-masing orang. Kaplan, Sadock, & Grebb
(Fitri Fauziah & Julianti Widury, 2007:74) menyebutkan bahwa takut
dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan
adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang
jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan
konflik bagi individu. Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya
berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau menyebabkan konflik bagi
individu.
Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam
kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang
nyata atau keadaan yang benar-benar ada. Khol i l Lur
Rochman, (2010:103) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari
kecemasan antara lain :
20
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap
kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut
merupakan bentuk ketidak beranian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah
dan sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat
irritable, akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of
persecution (delusi yang dikejar-kejar).
d. Seing merasa mual dan mtmtah-muntah, badan terasa sangat lelah,
banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan
tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005:164)
mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala
diantaranya yaitu :
a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh
bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak
kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau
tersinggung.
b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar,
terguncang, melekat dan dependen.
c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu,
perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi
21
dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan
segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi
masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit
berkonsentrasi.
3. Faktor-faktor Penyebab Keeemasan
Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan
sebagian b esa r t e r gan tunga pa da s e lu ruh pen ga l aman h idu p
seseo r an g . Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat
mernpercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut Savitri
Ramajah (2003:11) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi
kecemasan, diantaranya yaitu :
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan
karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada
individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja.
Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap
lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan
jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal
ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam
jangka waktu yang sangat lama.
22
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi
seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari
suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan--
perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan.
Zak iah Daradjat ( Kho l i l Lu r Roch man , 2010 :167)
mengemukakan beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang
mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut,
karena seumbernya terlihat jelas didalam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan
hat-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
Kecemasan im sering pula menyertai gejala-gejala gangguan
mental, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalarn beberapa
bentuk. Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan
tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai
dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan
kepribadian penderitanya.
Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang
berlebihan. Selain i tu keduanya mampu hadir karena
23
lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan keluarga,
sekolah, maupun penyebabnya. Musfir Az-Zahrani (2005:511)
menyebutkan faktor yang mempengaruhi adanya kecemasan
yaitu :
a. Lingkungan keluarga
Keadaan rumah dengan kondis i yang penuh
dengan pertengkaran atau penuh dengan kesalah pahaman
serta adanya ketidakpedulian orangtua terhadap anak-
anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta
kecemasan pada anak saat berada didalam rumah.
b. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang
dapat mempenganihi kecemasan individu. Jika individu
tersebut berada pada lingkungan yang tidak baik, dan
individu tersebut menimbulkan suatu perilaku yang
buruk, maka akan rnenimbulkan adanya berbagai
penilaian buruk dimata masyarakat. Sehingga dapat
menyebabkan munculnya kecemasan.
Kecemasan timbul karma adanya ancaman atau bahaya
yang tidak nyata dan sewaktu-waktu terjadi pada diri
individu serta adanya penolakan dari masyarakat
menyebabkan kecemasan berada di l ingkungan
24
yang baru dihadapi (Patotisuro Lumban Gaol, 2004: 24).
Sedangkan Page (Elina Raharisti Rufaidah, 2009: 31)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah :
a. Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental
ind ividu sehingga memudahkan t imbulnya
kecemasan.
b. Trauma atau konflik
Munculnva gejala kecemasan sangat bergantung pada
kondisi individu, dalam arti bahwa pengalaman-
pengalaman emosional atau konflik m e n t a l ya n g
t e r j a d i p a d a i n d i v i d u a k a n memudahkan
timbulnya gejala-gejala kecemasan.
c. Lingkungan awal yang tidak baik.
Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat
mempenganihi kecemasan individu, jika faktor
tersebut kurang baik maka akan menghalangi pembentukan
kepribadian sehingga muncul gejalagejala kecemasan.
4. Jenis-jenis Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati,
perubahan didalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa
25
adanya rangsangan dari luar. Mustamir Pedak (2009:30) membagi
kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu :
a. Kecemasan Rasional
Merupakan suatu ketakutan akibat adanya, objek yang memang
mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakutan ini
dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme
pertahanan dasariah kita.
b. Kecemasan Irrasional
Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaan
spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan Fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa,
dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya
berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial
yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan. manusia.
Sedangkan Kartono Kartim (2006: 45) membagi kecemasan
menjadi dua jenis kecemasan, yaitu :
a. Kecemasan Brogan
Kecemasan ringan di-bagi menjadi dua kategori yaitu ringan
sebentar dan ringan lama. Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi
perkembangan kepribadian seseorang, karena kecemasan ini
dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang individu untuk
26
mengatasinya. Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah
suatu kecemasan yang wajar terjadi pada individu akibat situasi--
situasi yang mengancam dan individu tersebut tidak dapat
mengatasinya, sehingga timbul kecemasan. Kecemasan ini akan
bermanfaat bagi individu untuk lebih berhati-hati dalam
menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian hari.
Kecemasan ringan yang lama adalah kecemasan yang dapat
diatasi tetapi karena individu tersebut tidak segera mengatasi
pen yebab muncu lnya kecemasan , maka kecemasan
tersebutakan mengendap lama dalam diri individu.
b. Kecemasan Berat
Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan
berakar secara mendalam dalam diri seseorang. Apabila
seseorang mengalami kecemasan semacam ini maka biasanya
tidak dapat mengatasinya. Kecemasan ini mempunyai akibat
menghambat atau merugikan perkembangan kepribadian
seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi dua yai tu
kecemasan berat yang sebentar dan lama. Kecemasan yang berat
tetapi munculnya sebentar dapat menimbulkan traumatic
pada individu jika menghadapi situasi yang sama dengan situasi
penyebab munculnya kecemasan. Sedangakan kecemasan yang
berat tetapi munculnya lama akan merusak kepribadian
individu. Hal ini akan berlangsung terus menerus bertahun-tahun
27
dan dapat merusak proses kognisi individu. Kecemasan yang
berat dan lama akan menimbulkan berbagai macam penyakit
seperti darah tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited
(heboh, gempar).
5. Gangguan Keeemasan
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki
ciri kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan
tidak dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas.
Fitri Fauziah & Julianty Widuri (2007:77) membagi gangguan
kecemasan dalam beberapa jenis, yaitu :
a. Fobia Spesifik
Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau
antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.
b. Fobia Sosial
Mempakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap,
biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu
menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang
membuatnya merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukkan
tanda-tanda kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang
memalukan.
c. Gangguan Panik
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik
28
yang spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat
muncul pada gangguan panik antara lain ; sulit bernafas, jantung
berdetak kencang, mual, rasa sakit didada, berkeringat dingin, dan
gemetar. Hal lain yang penting dalam diagnosa gangguan panik
adalah bahwa individu merasa setiap serangan panik mempakan.
pertanda datangnya kematian atau kecacatan.
d. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)
Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang
berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom
somatik, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan
social atau pekerjaan pada penderita, atau menimbulkan stres yang
nyata.
Sedangkan Sutardjo Wiramiliardja (2005-71) membagi gangguan
kecemasan yang terdiri dari :
a. Panic Disorder
Panic Disorder ditandai dengan munculnya satu atau dua
serangan panik yang tidak diharapkan, yang tidak dipicu oleh
hal-hal yang bagi orang lain bukan mempakan masalah luar biasa.
Ada beberapa simtom yang menandakan kondisi panik tersebut,
yaitu nafas yang pendek, palpilasi (mulut yang kering) atau
justru kerongkongan tidak bisa menelan, ketakutan akan mati,
atau bahkan takut gila.
29
b. Agrophobia
Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau
situasi dimana ia merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar
menjadi baik secara fisik maupun psikologis untuk
melepaskan diri. Orang-orang yang memiliki agrophobia
takut pada kerumunan dan tempat-tempat ramai.
6. Dampak Keeemasan
Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat
meskipun situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika
emosi-emosi ini timbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya
yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif Kecemasan
yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada
pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik
(Cutler, 2004:304).
Yustinus Semiun (2006:321) membagi beberapa dampak
dari kecemasan kedalam beberapa simtom, antara lain :
a. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan
adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber
tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan
tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat
mudah marah.
30
b. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan
pads individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang
mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-
masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau
belajar secara efektif, dan akhimya dia akan menjadi lebih merasa
cemas.
c. Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak
tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan,
misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap
suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan
gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan
merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang
dirasanya mengancam.
Menurut Savitri Ramaiah (2005:9) kecemasan biasanya dapat
menyebabkan dua akibat, yaitu :
1. Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal
berfungsi secara normal atau menyesuaikan diri pada
situasi.
2. Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil
tindakan pencegahan yang mencukupi.
31
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi yang
sangat mengancam karena adanya ketidakpastian dimasa
mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi. Kecemasan tersebut ditandai dengan adanya beberapa
gejala yang muncul sperti kegelisahan, ketakutan terhadap
sesuatu yang terjadi dimasa depan, merasa tidak tenteram, sulit
untuk berkonsentrasi , dan merasa tidak mampu untuk
mengatasi masalah. Hal ini disebabkan olehbe berapa faktor
diantaranya adalah, kecemasan timbul karena individu melihat
adanya bahaya yang mengancam dirinya, kecemasan juga
terjadi karena individu merasa berdosa atau bersalah karena
melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati
nurani. Dari beberapa gejala, faktor, dan definisi diatas, kecemasan
ini termasuk dalam jenis kecemasan rasional, karena
kecemasan rasional merupakan suatu ketakutan akibat adanya
objek yang memang mengancam. Adanya berbagai macam
kecemasan yang dialami individu dapat menyebabkan adanya
gangguan-gangguan kecemasan seperti gangguan kecemasan
spesifik yaitu suatutan yang tidak diinginkan karena
kehadiran atau antisipasi terhadap objek atau situasi yang spesifik.
Sehingga dapat menyebabkan adanya dampak dari kecemasan
yang berupa sitmtom kognitif, yaitu kecemasan dapat
32
menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu
mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin
terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real
yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar
secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa
cemas.
C. Komunikasi Terapeutik
1. Definisi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi antara orang-orang secara
tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain secara langsung, baik secara verbal dan nonverbal (Muslihah
dan Fatimah, 2010).
2. Tujuan
Tujuan komunikasi terapeutik adalah:
a. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri.
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superficial dan
akan saling bergantung dengan orang lain.
c. Peningkatan kemampuan fungsi dan kemampuan untuk
memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
d. Identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
33
3. Fungsi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik berfungsi untuk mendorong adanya kerja
sama antara perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkap, perasaan,
mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang
dilaukukan dalam perawatan. Selain komimikasi terapeutik dapat
membantu pasien mengurangi beban perasaan dan pikirannya. Kualitas
asuha keperawatan yang dibenkan kepada klien sangat dipengaruhi oleh
kualitas hubungan perawat-klien. Hubungan perawat-klien yang baik sering
kali dapat memberikan dampak terapeutik yaitu mempercepat kesembuhan
klien.
4. Manfaat Komunikasi Terapeutik
a. Untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antara tenaga
kesehatan dan pasien.
b. Mengidentifikasi, mengungkap perasaan dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan.
c. Memberikan pengertian tingkah laku pasien membantu pasien
mengatasi masalah yang dihadapi.
d. Mencegah tindakan yang negative terhadap pertahanan diri pasien.
5. Karakteristik Komunikasi Terapeutik
Ada tiga karakteristik utama dalam komunikasi terapeutik
a. Iklas (Genuiness). Semua perasaan negative yang dimiliki oleh pasien
harus bisa diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non
verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk
34
mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
b. Empati (Empathy). Merupakan siakp jujur dalam menerima kondisi
pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien
dan tidak berlebihan.
c. Hangat (Warmth). Kehangatan dan sikap pennisif yang diberikan
diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya
tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan sikap
perasaannya lebih mendalam.
6. Unsur-Unsur Komunikasi Terapeutik
Unsur-unsur yang terkandung dalam komunikasi terapeutik menurut Potter
dan Perry, (2010) antra lain adalah :
a. Keramahan
Keramahan merupakan bagian dari komunikasi terapeutik.
Keramahan diberikan untuk memberikan kesan pertama yang
menarik hati lawan bicara kita.
b. Penggunaan Nama
Pengenalan diri merupakan suatu yang penting agar tidak
menimbulkan keraguan. Memanggil klien dengan nama akan
menunjukan penghargaan diri terhadap pasien itu sendiri.
c. Dapat Dipercaya
Orang yang dapat dipercaya adalah orang yang apabila membantu
orang lain tidak akan memberikan keraguan terhadap orang yang
35
dibantunya. Untuk itu seseorang perawat harus menunjukkan
kehangatan, konsitensi, reliabilitas, kejujuran, kompetensi, dn rasa
hormat.
d. Otonomi dan Tanggung jawab
Seorang perawat harus mampu membuat pilihan sendiri dan berani
untuk mempertanggung jawabakan atas pilihan atau keputusan yang
diberikan.
e. Asertif
Komimikasi asertif memungkinkan anda untuk mengekspresikan
perasaan dan pikiran tanpa menuduh atau melukai orang lain (Grover,
2005). Sikap asertif akan memberikan kepercayaan diri sekaligus
penghonnatan terhadap orang lain.
7. Tahapan-tahapan komunikasi terapeutik
a. Tahap Persiapan. Pada tahap persiapan ini perawat menggali
perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Perawat
juga mulai mencari infonnasi tentang pasien.
Tugas perawat dalam tahap ini:
1. Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasan pads dirinya
sendiri. Sebelurn berinteraksi dengan klien, perawat perlu
mengkaji perasaannya sendiri.
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
36
3. Mengumpulkan data tentang pasien.
4. Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien.
b. Tahap Perkenalan. Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan
perawat saat kali bertemu atau kontrak dengan pasien.
Tugas perawat pada tahap ini adalah:
1. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan
komunikasi yang terbuka.
2. Merumuskan kontrak bersama pasien.
3. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah
yang dihadapi pasien.
4. Merumuskan tujuan dengan pasien.
c. Tahap Kerja. Perawat dan pasien dalam tahap ini bekerjasama
mengatasi masalah yang dihadapi pasien. Perawat diharapkan dapat
mendorong pasien mengungkapkan perasaan dan pikirannya, serta
dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi
terhadap adanya perubahan dalam respon verbal maupun non verbal
pasien. Dalam tahap ini perawat harus menjadi pendengar yang baik
karena tugas perawat pada tahap ini bertujuan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien berdasarkan pada percakapannya
dengan si pasien. Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja
keras memenuhi tujuan yang telah ditetapkan pada fase sebelumnya.
Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-
masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua
37
kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan
tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk
proses perubahan.
d. Tahap Terminasi. Tahap ini merupakan akhir dari pertemuan perawat
dengan pasien. Tahap terminasi dibagi menjadi dua yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari
tiap pertemuan antara perawat dengan pasien, sementara terminasi
akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan
secara keseluruhan. Pada Fase mi perawat mendorong pasien untuk
membedakan penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang
tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan
memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian
tujuan dan perpisahan.
Tugas perawat pads tahap ini adalah:
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan dan interaksi yang telah
dilakukan (evaluasi objektif).
2. Menanyakan perasaan pasien setelah berinteraksi dengan
perawat (evaluasi subyektif).
3. Menyepakati tindak lanjut dari interaksi-interaksi yang telah
dilakukan. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.
38
8. Metode Komunikasi Terapeutik
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menangapi respon
dari pasien diantaranya adalah:
a. Bertanya
Dengan bertanya, pasien dapat mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
Tujuan perawat bertanya adalah tmtuk mendapatkan informasi yang
spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien.
b. Mendengarkan
Dalam hal ini perawat berussaha mengerti pasien dengan cara
mendengarkan apa yang disampaikan pasien. Mendengar merupakan
dasar utama dalam komimikasi. Perawat harus menjadi pendengar yang
aktif.
c. Mengulang
Mengulang yaitu mengulangi kata-kata pasien yang dirasa penting
dengan kata-kata sendiri. Melalui pengulangan kembali kata-kata
pasien, perawat memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti
pesan yang ingin disampaikan oleh pasien.
d. Klarifikasi
Klarifikasi adalah meyakinkan kembali ide-ide pikiran pasein yang
tidak jelas atau meminta pasien untuk menjelaskan arti dari kata-
katanya.
e. Refleksi
Refleksi adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi
39
pembicaraan dengan pasien. Refleksi memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai
bagian dari dirinya sendiri.
f. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau
ketidaksetujuan.
g. Memfokuskan
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga
percakapan menjadi lebib spesifik dan dimengerti.
h. Diam
Diam memungkinkan pasien berkomunikasi dengan dirinya sendiri,
mengorganisir pikiran dan memproses informasi.
i. Memberi informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan
penyuluhan kesehatan untuk klien yang bertujuan memfasilitasi
klien untuk mengambil keputusan.
j. Merangkum
Merangkum/meringkas adalah mengulang ide utama yang
telah dikomunikasikan secara singkat untuk menunjukkan
bahwa perawat memahami pesan-pesan yang disampaikan pasien.
k. Humor
40
Dengan sedikit humor, perawat akan dapat mencairkan suasana
dan menurunkan ketegangan pasien.
l. Memberikan pujian
Semua orang pada dasarnya sutra dipuji demikian juga seorang
pasien. Akan tetapi janganlah sampai pujian itu menjadi beban untuk
pasien,dalam arti jangan sampai pasien beursaha kernas dan
melakukan segalanya hanya demi untuk mendapatkan pujian dan
persetujuan atas perbuatannya.
m. Menyatakan hasil informasi
Dalam hal ini perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh
isyarat non verbal pasien.
n. Memberi kesempatan kepada pasien untuk memulai pembicaraan
Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih
topik pembicaraan.
o. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan.
Teknik ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengarahkan hampir seluruh perubicaraan.
p. Menempatkan kejadian secara berurutan
Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan
pasien untuk melihatnya dalam suatu perspesifik.
9. Faktor-faktor penghambat komunikasi terapeutik
41
a. Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi. Perawat yang kurang
cakap dalam berbicara, berbicara tersendat-sendat, dapat menyebabkan
pendengar atau pasien menjadi jengkel dan tidak sabar.
b. Sikap yang kurang tepat. Seorang perawat yang sedang berbicara atau
melayani pasien harus memberikan sikap yang baik dan sopan agar
pasien merasa nyaman dan tenang.
c. Kurang pengetahuan seorang perawat yang kurang pengetahuannya,
jarang membaca atau menonton televisi, terkadang akan mengalami
kesulitan saat berbicara dengan pasien.
d. Kurang memahami sistem sosial dan budaya lawan bicara.
Ketidakpahaman sistem sosial dan budaya lawan bicara (pasien) dapat
menyebabkan ketersinggunngan lawan bicara.
e. Prasangka yang tidak beralasan.
f. Jarak fisik. Komunikasi menjadi kurang lancar bila jarak komunikan
dan komunikator berjauhan ataupun terlalu berdekatan.
g. Tidak ada persamman persepsi.
h. Indera yang rusak.
i. Berbicara yang berlebihan. Berbicara berlebihan seringkah akan
mengakibatkan penyimpangan dari pokok pembicaraan.
j. Mendominasi pembicaraan.