8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis memaparkan lima penelitian terdahulu yang
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang Analisis Pengaruh
Investasi dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur.
Dalam penelitian Ayunia Priyanti (2013), Jurnal Ekonomi Universitas
Negeri Surabaya dengan judul “Pengaruh Ekspor, Impor dan Nilai Tukar
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 2002-2012” data diolah
dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), kemudian hasil
analisis dapat disimpulkan bahwa ekspor berpengaruh signifikan dan positif
terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan impor dan nilai tukar berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Dalam penelitian Rustiono (2008) Tesis Universitas Diponegoro dengan
judul “Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah”. Penelitian ini di
latar belakangi oleh kondisi tingkat PDRB Provinsi Jawa Tengah yang angat
jauh tertinggal dengan Provinsi lain di Pulau Jawa dalam kurun waktu 1985-
2006. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh angkatan
kerja, PMA, PMDN dan belanja pemerintah terhadap PDRB Jawa Tengah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data tahunan
(annual) dan analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi linier berganda (OLS). Hasil analisis yang ditunjukkan pada penelitian
9
ini bahwa secara parsial dan simultan variabel independen angkatan kerja,
belanja pemerintah, PMA dan PMDN memberikan dampak positif dan
signifikan terhadap PDRB Jawa Tengah.
Dalam penelitian Reza Lainatul Rizky dkk (2016) Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol. 8 dengan judul “Pengaruh Penanaman Modal Asing,
Penanaman Modal Dalam Negeri dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi di Indonesia”. Penelitian ini menggunakan metode OLS,
dimana hasil penelitian menunjukkan penanaman modal asing (PMA),
penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan belanja modal berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi 33 Provinsi di Indonesia.
Dalam penelitian Jamzani Sodik & Didi Nuryadin (2005) Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol. 10 dengan judul “Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Regional (Studi Kasus Pada 26 Provinsi di Indonesia Pra dan Pasca Otonom)”.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dampak investasi terhadap pertumbuhan
ekonomi regional (26 Provinsi) dengan membagi kurun waktu analisis sebelum
dan sesudah otonomi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
penanaman modal asing (PMA) berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
regional, sedangkan variabel penanaman modal dalam negeri (PMDN) tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional.
Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini dengan
peneliti terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian lain diantaranya
mengadopsi metode analisis data dan variabel-variabel yang digunakan dari
penelitian terdahulu dari Ayunia (2013) yang berjudul pengaruh ekspor, impor
10
dam nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Jamzani (2005)
yang berjudul investasi dan ekonomi regional (studi kasus Pada 26 Provinsi di
Indonesia Pra dan Pasca Otonom). Hasil pada penelitian terdahulu oleh Ayunia,
variabel ekspor yang berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan
ekonomi, sedangkan impor dan nilai tukar berpengaruh signifikan tetapi negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sementara hasil penelitian yang
dilakukan Jamzani menyatakan variabel penanaman modal asing (PMA)
berpengaruh secara signifikan sedangkan penanaman modal dalam negeri
(PMDN) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
regional.
B. Landasan Teori
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran peningkatan suatu negara
dalam menyediakan barang-barang ekonomi kepada masyarakat. Dimana
pertumbuhan ekonomi dapat diukur dari tingkat PDRB atau pendapatan
nasional riil yang telah dicapai (Sukirno, 2004). Pertumbuhan ekonomi
dikatakan tumbuh bila terjadi peningkatan dari tahun lalu menuju perubahan
menjadi lebih baik, dimana meningkatnya pertumbuhan ekonomi disebut dengan
laju pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran
kenaikan dari total output per kapita dalam jangka waktu tertentu. Laju
pertumbuhan ekonomi dirumuskan sebagai berikut:
11
𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖 𝐺 = 𝑃𝐷𝑅𝐵𝑡 − 𝑃𝐷𝑅𝐵𝑡−1
𝑃𝐷𝑅𝐵𝑡−1𝑥 100%
Dimana:
𝑃𝐷𝑅𝐵𝑡 = PDRB tahun sekarang
𝑃𝐷𝑅𝐵𝑡−1 = PDRB tahun lalu
Arti dari pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi sangat
berbeda. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu perkembangan yang terjadi
dalam perekonomian dalam waktu tertentu sehingga menimbulkan penambahan
pada barang dan jasa yang diproduksi dan peningkatan kemakmuran. Sukirno
(2004) berpendapat bahwa terjadinya peningkatan barang dan jasa disebabkan
oleh adanya faktor-faktor produksi yang dari tahun ke tahun selalu mengalami
penambahan dalam bentuk jumlah barang, kualitas barang, investasi yang akan
menambah barang modal, tingkat perkembangan teknologi dan jumlah tenaga
kerja yang semakin bertambah dari tahun ke tahun. Rustiono (2013); Sukirno
(2004) juga mengutarakan bahwa pertumbuhan ekonomi juga dapat dihitung
dari Product Domestic Bruto (PDB) atau Product national Bruto (PNB)
terhadap struktur perekonomian. PNB merupakan faktor-faktor produksi yang
dimiliki oleh warga dalam negeri di dalam negeri, sementara PDB merupakan
faktor-faktor produksi dalam negeri yang dimiliki oleh warga negara asli dan
asing di dalam negeri. Dari pengertian tersebut kedua-duanya merupakan ukuran
kemampuan negara dalam menghasilkan barang dan jasa di tahun tertentu
(Sukirno, 2008:17).
12
Boediono (2000) mengutarakan bahwa pertumbuhan ekonomi
mempunyai hubungan dengan output perkapita, sehingga pertumbuhan ekonomi
mencakup tiga aspek diantaranya proses, output perkapita dan jangka panjang.
Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan secara umum merupakan
suatu tanda keberhasilan dalan pencapaian pembangunan ekonomi. Sukirno
(2008:17) mengatakan bahwa terdapat beberapa indikator dalam keberhasilan
perekonomian diantaranya adalah:
Pendapatan nasional merupakan total nilai secara keseluruhan akan barang
dan jasa dalam waktu tertentu.
Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran tingkat pertumbuhan ekonomi
pada tahun tertentu dengan cara PNB tahun sekarang dikurangi dengan PNB
tahun lalu kemudian dibagi dengan PNB tahun lalu kemudian dikali 100
persen.
Pendapatan per kapita
Jumlah tenaga kerja yang digunakan dan jumlah pengangguran
Tingkat perubahan harga dan inflasi
Posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran
Kestabilan nilai mata uang domestik
Terdapat tiga metode perhitungan untuk mencari pendapatan nasional
diantaranya (Sukirno, 2008:18):
Pendekatan pengeluaran dengan menjumlahkan nilai total pengeluaran atau
belanja barang dan jasa yang dibeli.
13
Pendekatan produksi dengan menjumlahkan nilai total produksi barang dan
jasa yang diwujudkan dari berbagai sektor perekonomian.
Pendekatan pendapatan dengan menjumlahkan total pendapatan yang
diterima dari faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menciptakan
pendapatan nasional.
a. Pertumbuhan Ekonomi Klasik dan NeoKlasik
Teori Klasik berpandangan bahwa titik keseimbangan ekonomi dapat
dicapai tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam kegiatan perekonomian.
Salah satu pelopor kaum Klasik adalah Adam Smith, dimana Smith mengatakan
pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh faktor produksi. Terdapat
beberapa faktor produksi yang dapat menentukan pertumbuhan ekonomi
diantaranya jumlah tenaga kerja, stok modal, sumber daya alam dan tingkt
teknologi yang digunakan dalam produksi (Jhingan, 2012:110-111). Dimana
pemahaman Klasik memfokuskan pada pentingnya adanya pertumbuhan
penduduk dalam pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk akan
meningkatkan jumlah tenaga kerja yang meningkatkan output yang dihasilkan
dan peningkatan pendapatan per kapita. Namun, bila pertumbuhan penduduk
melebihi kapasitas maka akan terjadi penurunan produksi sehingga pendapatan
per kapita menurun, sedangkan Smith lebih menekankan pada stok modal, hal
ini dikarenakan stok modal merupakan tabungan yang di investasikan yang akan
meningkatkan persediaan produksi. Maka dari itu teori pertumbuhan Smith di
asumsikan dalam persamaan sebagai berikut:
14
ΔY = f (ΔK, ΔL, ΔT) ................................................................................... (2.1)
Keterangan:
ΔY = Tingkat pertumbuhan ekonomi
ΔK = Tingkat stok modal
ΔL = Tingkat jumlah tenaga kerja
ΔT = Tingkat teknologi
Teori pertumbuhan Klasik secara keseluruhan hampir sama dengan teori
pertumbuhan Neoklasik yang di formulasikan oleh Solow. Menurut teori
Neoklasik, pertumbuhan ekonomi regional dipengaruhi oleh tiga komponen
yaitu stok kapital, tenaga kerja dan kemajuan teknologi. Stok kapital dapat
terjadi ketika adanya investasi, dimana investasi sangat penting dalam
pertumbuhan ekonomi karena semakin besar tingkat investasi maka
pertumbuhan ekonomi akan tumbuh semakin cepat (Todaro, 2006).
Meningkatnya pertumbuhan penduduk secara langsung akan meningkatnya
jumlah tenaga kerja, dimana meningkatnya jumlah tenaga kerja akan membawa
dampak positif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi karena akan
meningkatkan output produksi, sedangkan menurut para ekonom faktor
perkembangan teknologi mampu menunjang pertubuhan ekonomi karena
semakin meningkatnya kecanggihan teknologi akan mendorong langsung
pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan.
Maier dan Trippl (2009) mengatakan bahwa teori Smith sesuai dengan
teori pertumbuhan neoclassical dimana model neoklasik dalam pertumbuhan
15
ekonomi regional standar asumsi dasarnya adalah kapital dan tenaga kerja,
kemudian teori neoklasik ini dikembangkan oleh Cobb-Douglas dengan fungsi
asumsi bahwa
𝑌𝑡 = 𝐴𝑒𝜆𝑡𝐾𝛼𝐿1−𝛼.........................................................................................(2.2)
Dimana:
𝑌𝑡 = Pertumbuhan ekonomi
Ae = Teknologi
K = Akumulasi kapital atau stok modal
L = Tenaga kerja
Sementara itu, terdapat pemahaman lain mengenai teori pertumbuhan
ekonomi dimana infrastruktur mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
dalam kurun waktu jangka panjang. Infrastruktur merupakan salah satu
kebijakan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan dengan membiayai dan
menyediakan pelayanan publik (Brocker dan Rietveld, 2009;159) dengan fungsi
asumsi sebagai:
𝑌𝑡 = 𝑓 (𝐿𝑡, 𝐾𝑡, 𝐺𝑡) ....................................................................................... (2.3)
Dimana:
𝑌𝑡 = Pertumbuhan ekonomi
𝐿𝑡 = Tenaga kerja
𝐾𝑡 = Kapital swasta (investasi swasta)
16
𝐺𝑡 = Kapital publik (pengeluaran publik)
Hanya saja teori pertumbuhan Neoklasik ini lebih berasumsi pada tenaga
kerja dan stok kapital sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi,
sedangkan sisanya merupakan ukuran pertumbuhan dan tidak melekat di dalam
model sehingga tidak terdapat hubungannya. Oleh sebab itu, timbul teori baru
yaitu teori pertumbuhan baru (new growth theory).
b. Pendekatan Keynes
Keynes menerangkan bahwa terdapat beberapa faktor penentu
keberhasilan perekonomian dimana keberhasilan tersebut dapat diukur dalam
pengeluaran agregat. Pengeluaran agregat dapat diartikan sebagai pembelanjaan
atas barang dan jasa yang merupakan faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi.
Hal ini menjadi bukti bahwa Keynes lebih berpandang pada aspek permintaan
yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2008:37-39). Dimana
terdapat beberapa komponen dari pengeluaran agregat (permintaan agregat)
dalam perekonomian modern. Komponen-komponen tersebut dibedakan
menjadi empat bagian diantaranya:
1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga diartikan sebagai pengeluaran yang
dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli semua kebutuhannya.
Pendapatan yang diterima oleh rumah tangga akan di gunakan untuk membeli
barang dan jasa yang dibutuhkan dinamakan dengan konsumsi.
2) Investasi (Saving) juga dikenal sebagai akumulasi modal yang diartikan
sebagai bentuk pengeluaran untuk membeli barang modal yang akan
menaikan produksi di masa depan dan perolehan keuntungan.
17
3) Pengeluaran publik (investasi pemerintah) diartikan sebagai pembelian
barang-barang yang digunakan untuk kepentingan publik dengan
menyediakan berbagai macam fasilitas-fasilitas umum seperti rumah sakit,
sekolah, terminal, dan tempat-tempat umum lainnya.
4) Ekspor Neto, hakikatnya nilai ekspor neto diperoleh dari pengurangan total
ekspor dengan total impor. Ekspor merupakan penjualan dari barang dan jasa
yang diproduksi dari luar negeri ke dalam negeri. Oleh sebab itu impor tidak
termasuk dari pendapatan nasional.
c. Teori Harrod-Domar
Teori Harrod-Domar merupakan penjelasan dari pemahaman Keynes
yang kemudian dikembangkan lagi oleh Harrod dan Domar. Dimana teori ini
lebih menekankan pada masalah pertumbuhan ekonomi dan syarat apa saja yang
wajib dilakukan agar mencapai pertumbuhan yang tinggi. Perbedaan antara teori
Harrod-Domar dengan Keynes adalah Harrod-Domar dapat dilihat dalam waktu
jangka panjang sedangkan Keynes hanya dalam jangka pendek. Harrod-Domar
juga menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat dicapai melalui
penambahan pengeluaran agregat secara berkesinambungan dan syarat yang
harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan harus
mampu menaikan tingkat investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor – impor
secara terus menerus (Sukirno, 2008:436-437).
Widodo (2006:156) mengatakan model pertumbuhan Harrod-Domar
berasumsi bahwa terdapat hubungan secara langsung antara investasi dengan
output. Hubungan antara stok kapital dengan output tersebut dikenal dengan
18
Capital Output Ratio (COR), jadi semakin tinggi COR menandakan
perekonomian di daerah tersebut tidak efisien yang disebabkan untuk memenuhi
output dengan jumlah tertentu dibutuhkan investasi yang cukup besar. Dimana
COR di asumsikan dalam persamaan sebagai berikut:
𝐾 =𝑘
𝑦 ........................................................................................................... (2.4)
K di simbolkan sebagai COR, K merupakan total stok kapital dan Y
adalah total output yang dihasilkan. Selain COR, Harrod-Domar juga
menetapkan konsep ICOR (Incremental Capital Output Ratio) yang
menjelaskan mengenai hubungan antara ukuran tambahan investasi dengan nilai
tambah output. Konsep ICOR dapat didefinisikan sebagai hubungna antara
modal yang telah disimpan dan pendapatan yang diperoleh dari investasi tersebut
setia tahun. Fungsi dari ICOR adalah untuk menguji konsistensi antar
pertumbuhan ekonomi dengan nilai tambah modal dari investasi yang telah
digunakan untuk menentukan laju pertumbuhan ekonomi. Dimana ICOR
dirumuskan sebagai berikut:
𝐼𝐶𝑂𝑅∆𝐾
∆𝑌=
𝐼
∆𝑌.................................................................................................(2.5)
Keterangan:
K = Stok kapital
Y = Output (PDB atau PDRB)
I = Investasi
19
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Ukuran pertumbuhan ekonomi wilayah umumnya dihitung dari tingkat
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan pendapatan yang
diterima oleh daerah dari total pengeluaran barang dan jasa yang telah
diproduksi (Mankiw, 2006). Perhitungan PDRB dapat diukur dengan tiga
pendekatan, diantaranya:
a. Pendekatan produksi, PDRB merupakan total nilai barang dan jasa yang
telah di produksi oleh berbagai perusahaan.
b. Pendekatan pendapatan, PDRB merupakan total pendapatan yang diterima
dari faktor-faktor produksi meliputi gaji, sewa dan keuntungan.
c. Pendekatan pengeluaran, PDRB merupakan total keseluruhan dari sisi
permintaan seperti konsumsi rumah tangga, pembentukan modal,
pengeluaran pemerintah dan ekspor neto.
Untuk mengukur pertumbuhan yang digunakan adalah nilai riil atau
harga konstan dengan tujuan tidak menyangkutpautkan inflasi dengan harga dan
jasa yang di produksi sehingga PDRB tidak dapat mengukur tingkat sosial dan
lingkungan seperti kerja bakti, pengasuhan anak, pengurusan rumah, penurunan
lingkungan yang terjadi dan lain-lain.
3. Investasi
Investasi dapat dikatakan sebagai penanaman modal atau pembentukan
modal atau stok modal yang merupakan salah satu komponen yang mampu
menentukan tingkat pengeluaran agregat. Investasi memiliki beberapa
pengertian diantaranya investasi merupakan salah satu indikator penting untuk
20
menggerakkan perekonomian dan mempercepat pertumbuhan (Hasibuan, 1990),
Ada pula yang mengatakan investasi sebagai pengeluaran masyarakat untuk
berkonsumsi barang-barang yang akan digunakan dalam proses produksi dan
memperoleh sebuah keuntungan di masa datang (Jogiyanto, 2008). Dengan
pengertian lain bahwa Sukirno (2008) investasi merupakan penanaman modal
yang dilakukan oleh pengusaha untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan-perlengkapan produksi. Investasi dilakukan supaya dapat
menambah jumlah barang dan jasa produksi dalam memproduksi dalam
perekonomian dan adanya keuntungan di masa datang. Ada juga istilah lain yang
mengatakan investasi merupakan pemupukan modal atau akumulasi modal.
Sedangkan dalam pandangan Keynes, investasi merupakan salah satu indikator
yang dapat menentukan tingkat pengeluaran agregat (Sukirno, 2008;121).
Dalam dunia nyata, nilai investasi dicatat setiap tahun dimana catatan tersebut
meliputi:
a. Pembelian barang modal seperti mesin-mesin dan berbagai peralatan
produksi.
b. Pengeluaran untuk mendirikan tempat tinggal, kantor, industri dan
bangunan lainnya.
c. Pertambahan stok pada barang-barang yang belum laku terjual, bahan
mentah dan barang yang belum selesai diproduksi.
Investasi menurut Samuelson, P.A & Nordhaus, W.D (2001:137-138)
mempunyai dua fungsi dalam perekonomian secara makro, yakni sebagai
komponen pembelajaran dalam jumlah besar sebagai akumulasi modal untuk
21
meningkatkan persediaan peralatan, output potensial dan laju pertumbuhan
ekonomi dalam jangka panjang. Banyak para ekonom mengatakan investasi
sebagai kunci utama dalam pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 2012:337-338).
Adanya investasi akan membawa dampak positif bagi negara ataupun daerah.
Hal ini dikarenakan investasi akan menciptakan pertambahan output nasional,
pendapatan dan penyerapan tenaga kerja yang akan menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi.
Investasi dapat dilakukan oleh pemerintah, perusahaan swasta dan rumah
tangga (Karlita, 2013). Investasi yang dilakukan oleh pemerintah umumnya
berupa bentuk penyediaan barang-barang publik. Investasi yang dilakukan oleh
perusahaan umumnya untuk memperoleh profit yang tinggi. Besar kecilnya
perolehan investasi akan mempengaruhi penyediaan kesempatan kerja. Jadi,
semakin besar perolehan investasi akan meningkatkan persediaan lapangan kerja
baru yang akan mengakibatkan tingkat kesempatan kerja bertambah dan
penyerapan tenaga kerja ikut bertambah.
Pada umumnya (Rutiono, 2008; Asiyan, 2013) investasi yang dilakukan
oleh swasta dibagi menjadi dua macam jenis sumbernya diantaranya penanaman
modal yang dilakukan oleh perusahaan asing yang dikenal dengan PMA dan
perusahaan dalam negeri yang dikenal dengan PMDN (Dhyne & Guerin, 2012).
Penanaman Modal Asing (PMA) mempunyai peran penting dalam mendorong
perekonomian serta dapat mengembangkan sumber daya manusia selain itu,
penanaman modal asing juga dapat merangsang kinerja ekspor. Menurut (Tang
et al, 2008), investasi asing dapat menggantikan peran investasi domestik dalam
22
waktu jangka panjang. Berbeda dengan pendapat (Tawiri , 2010) yang
mengatakan, Penanaman Modal Dalam Negeri juga termasuk salah satu
pendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Kebutuhan investasi sangat penting
guna melaksanakan pembangunan ekonomi dan mengatasi segala kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan modal (Kurniawan, 2005).
Mankiw (2006) mengungkapkan bahwa perolehan investasi tergantung
pada besar tingkat bunga. Jadi, besar kecil ukuran tingkat suku bunga akan
mempengaruhi besar perolehan investasi. Tingkat bunga yang dimaksudkan
adalah tingkat bunga riil dimana tingkat bunga riil dapat mengukur besar
pinjaman sehingga dapat menentukan perolehan investasi. Maka dari itu, ketika
tingkat suku bunga menurun, maka proyek investasi akan menghasilkan
keuntungan yang besar sehingga jumlah barang-barang investasi yang diminta
akan naik, begitu juga sebaliknya (Wati, 2008).
Terdapat beberapa faktor utama yang dapat menentukan tingkat
perolehan investasi diantaranya tingkat ramalan keuntungan yang diperoleh,
suku bunga, ramalan mengenai kondisi perekonomian di masa depan, kemajuan
tingkat teknologi, tingkat pendapatan nasional dan keuntungan yang diperoleh
di perusahaan-perusahaan (Sukirno, 2008:122). Suatu kegiatan investasi
dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai pendapatan di masa depan lebih
besar dari pada nilai pendapatan sekarang dari modal yang di investasikan.
4. Ekspor
23
Ekspor dapat diartikan sebagai pengiriman dan penjualan barang-barang
buatan dalam negeri ke luar wilayah atau negara lain (Sukirno, 2008:203).
Pengiriman barang ke luar negara akan meningkatkan pengeluaran agregat yang
diakibatkan dari kegiatan ekspor barang dan jasa yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan nasional, dimana ekspor dalam pandangan Keynes
merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat yang meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Menurut Mankiw (2006); Priadi (2000) Ekspor
merupakan salah satu indikator dalam perdagangan luar negeri yang dapat
memberikan devisa dan meningkatkan pendapatan nasional yang akan
mendorong pertumbuhan ekonomi, sedangkan impor menimbulkan efek
sebaliknya.
Ekspor dapat terjadi ketika terdapat komoditas yang tidak diproduksi di
negara lain dan dibutuhkan di negara lain atau ekspor dapat terjadi ketika negara
tersebut mampu memproduksi komoditas yang dapat bersaing di pasar
internasional (Irham dan Yogi, 2003). Ekspor juga dapat dilakukan ketika suatu
negara dapat memproduksi barang yang mempunyai keistimewaan sendiri, maka
ekspor akan meningkat. Terdapat berbagai faktor penentu yang dapat
menentukan ekspor, diantaranya:
a. Kemampuan dari negara untuk menghasilkan barang-barang yang dapat
bersaing dalam pasar internasional.
b. Kemampuan negara dalam memproduksi barang yang tidak dapat
diproduksi diluar negeri.
24
Kurva ekspor bergambar garis lurus dan horizontal. Hal ini dikarenakan
setiap terjadi perubahan pertumbuhan ekonomi di suatu negara tidak dapat
mempengaruhi ekspor, namun setiap penambahan ekspor akan secara langsung
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Terdapat fungsi ekspor yang akan
digambarkan sebagai berikut.
X X
Xo X1
X0
Y X2
Fungsi Ekspor Perubahan Ekspor
Gambar 2.1. Fungsi ekspor dan perubahan ekspor ( Sukirno, 2008:206)
Berdasarkan gambar 2.1 fungsi ekspor ini menunjukkan ekspor adalah
pengeluaran otonomi yaitu tingkat ekspor tidak dipengaruhi oleh pertumbuhan
ekonomi melainkan ekspor yang dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan
ekonomi. Pada gambar 2.1 terjadi perubahan ekspor yang ditunjukkan adanya
pergeseran. Terdapat berbagai faktor penentu yang mengakibatkan pergeseran
itu terjadi diantaranya perubahan cita rasa, tingkat teknologi, jumlah permintaan
dan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi keadaan tersebut (Sukirno,
2008:206-207).
25
Karlita (2013) mengatakan tidak ada negara yang tidak mempunyai
hubungan dengan negara lain dan setiap negara pasti melakukan perdagangan
baik dalam negeri maupun luar negeri. Bentuk perdagangan luar negeri seperti
kegiatan ekspor dan impor. Ekspor merupakan pengeluaran yang memiliki
dampak positif bagi perekonomian karena ekspor mengeluarkan barang an jasa
yang produksi dalam negeri ke luar negeri. Terdapat beberapa keuntungan yang
dieroleh jika melakukan perdagangan luar negeri (Sukirno, 2004), diantaranya:
a. Dapat membeli barang yang tidak diproduksi dalam negeri.
b. Dapat menjual barang yang diproduksi dalam negeri keluar negeri.
c. Dapat memperluas skala pasar.
d. Dapat meningkatkan tingkat produktivitas.
5. Hubungan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Negara-negara yang sedang berkembang menurut Dhyne & Guerin
(2012) seperti Indonesia sangat diperlukan adanya aliran investasi baik investasi
dalam negeri (PMDN) maupun dari investasi asing (PMA). Pentingnya investasi
di setiap negara karena investasi mampu menjadi sumber pendorong utama
dalam pertumbuhan ekonomi di era globalisasi. Pemerintah saat ini telah
membuat kebijakan untuk menarik investasi masuk di negaranya, setelah aliran
investasi telah berhasil masuk ke negara maka pertumbuhan ekonomi negara
akan tercapai dengan pesat. Dimana dari kedua investasi tersebut baik PMDN
dan PMA sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi. Aliran investasi
asing umumnya digunakan sebagai pelengkap atas kekurangan dari investasi
dalam negeri serta mampu membantu dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
26
Hal ini diungkapkan sama oleh Tang et al (2008); Sadiq (2013) bahwa
penanaman modal asing mempunyai peran penting dalam perekonomian dan
pengembangan sumber daya manusia (tenaga kerja), selain itu modal asing juga
dapat merangsang ekspor.
6. Hubungan Ekspor dengan Pertumbuhan Ekonomi
Sukirno (2004) mengatakan ekspor memiliki dampak positif terhadap
perekonomian negara karena ekspor merupakan sumber pendapatan negara dari
penjualan dan pengiriman barang keluar wilayah atau negara lain. Dalam
penelitian Karlita (2013) menyebutkan bahwa ekspor memiliki peran dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi. Apabila ekspor meningkat makan akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah, hal ini dikarenakan adanya
multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi. Multiplier effect akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi seiring dengan peningkatan investasi di
daerah tersebut.
Secara teoritis, ekspor dapat meningkatkan pengeluaran agregat
permintaan dan penawaran serta mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun teori tersebut terdapat permasalahan dalam kelangkaan, ketimpangan
antara permintaan dan penawaran yang tidak seimbang karena permintaan
cenderung lebih besar dari penawaran. Jika hal ini terjadi di suatu negara, maka
impor merupakan jalan salah satunya untuk mengatasinya dan sebaliknya jika
terjadi kelebihan maka solusinya melakukan ekspor (Irham dan Yogi, 2003).
Nilai impor lebih baik lebih kecil dari nilai ekspor agar terjadi surplus
perdagangan yang akan meningkatkan GNP jika, nilai impor yang lebih b=besar
27
dari nilai ekspor akan terjadi defisit yang akan mengakibatkan penurunan GNP.
Neraca defisit dapat diatasi dengan melakukan devaluasi pada mata uang dan
protekionisme. Solusi ini dapat dilakukan di negara yang memiliki kelebihan
nilai mata uangnya dengan cara mengembalikan nilai mata uangnya kembali
seperti semula sehingga neraca defisit dapat diturunkan, kunci keberhasilan
dalam melakukan devaluasi pada mata uang adalah dengan menyesuaikan dari
harga nominal yang telah mengalami perubahan menjadi harga nominal yang
sesuai dengan nilai tukar riil. Solusi kedua untuk mengatasi neraca defisit dengan
melakukan proteksionisme melalui penetapan tarif harga, kuota dan bentuk
hambatan lain yang mampu menahan produk impor masuk kedalam negeri
(Hakim, 2012). Namun, hasil dari solusi ini dapat berujung pada kenaikan harga
barang dalam negeri sehingga dapat menurunkan tingkat konsumsi dan standar
hidup masyarakat. Dengan demikian kinerja nilai ekspor sangat berperan aktif
dalam pertumbuhan ekonomi.
C. Kerangka Konseptual
Permasalahan ekonomi regional yang selalu terjadi di setiap daerah yaitu
tingkat pertumbuhan ekonominya, dimana tingkat keberhasilan suatu daerah
dapat dilihat dari pertumbuhan ekonominya (Sukirno, 2004). Terdapat tiga teori
pertumbuhan ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu diantaranya
teori Klasik dan pendekatan Keynes.
Teori pertumbuhan Klasik ini kemudian dikembangkan oleh Cobb-
Douglass, dimana ia mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat
dipengaruhi oleh faktor produksi diantaranya stok modal, tenaga kerja dan
28
teknologi. Stok modal terjadi ketika adanya investasi, dimana investasi
merupakan kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Peningkatan kerja
akan membawa efek positif dalam pertumbuhan ekonomi, sementara teknologi
sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2006). Sementara menurut
pendekatan Keynesian, tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari
determinasi pendapatan nasional diantaranya konsumsi rumah tangga, investasi,
pengeluaran pemerintah dan ekspor (Karlita, 2013).
Menurut pemahaman Keynesian, investasi; pengeluaran publik dan
ekspor dapat meningkatkan permintaan agregat (pengeluaran agregat) yang akan
meningkatkan pada pertumbuhan ekonomi. Dimana investasi dapat diartikan
sebagai pengeluaran untuk membeli barang-barang publik diartikan sebagai
pengeluaran pemerintah dalam bentuk pembelian barang-barang publik dan
fasilitas-fasilitas umum dan ekspor diartikan sebagai penjualan barang dan jasa
yang diproduksi dalam negeri keluar negeri (Sukirno, 2008:37-38). Oleh sebab
itu investasi, pengeluaran publik dan ekspor merupakan komponen dari
pendapatan nasional.
Berdasarkan variabel-variabel tersebut yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi selanjutnya akan dianalisis menggunakan analisis
Ordinary Least Square (OLS) untuk menjawab rumusan permasalahan
penelitian dengan melihat pengaruh investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor
terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur.
29
Gambar 2.2. Sistematika Kerangka Pikir
D. Hipotesis
Hipotesis adalah perkiraan sementara pada hasil penelitian dan pedoman
yang telah disusun berdasarkan teori-teori yang terkait dimana suatu hipotesis
selalu dihubungkan dengan dua variabel atau lebih. Hipotesis dalam penelitian
Permasalahan Ekonomi Regional: 1. Tingkat pertumbuhan ekonomi 2. Faktor-faktor yang mempengaruhinya
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Klasik Pendekatan Keynes
Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Determinasi Pendapatan Nasional
Variabel 1. Investasi 2. Tenga Kerja 3. Teknologi
Variabel 1. Konsumsi 2. Investasi 3. Pengeluaran
Pemerintah 4. Ekspor Bersih
Analisis Pengaruh Investasi dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur
Top Related