9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kanker Payudara
1. Pengertian
Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal
diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal ini membentuk
klon dan mulai berproliferasi secara abnormal, mengakibatkan sinyal
mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut. (Brunner &
Suddarth, 2002)
Selama rentang kehidupan seseorang, berbagai jaringan tubuh
normalnya mengalami periode pertumbuhan atau proliferatif yang harus
dibedakan dari aktivitas pertumbuhan maligna. Terdapat beberapa pola
pertumbuhan sel dan disebut dengan istilah hyperplasia, metaplasia, dysplasia,
anaplasia, dan neoplasia.
Hiperplasia yaitu peningkatan jumlah sel-sel jaringan, merupakan
proses proliferasi yang umum dijumpai selama periode pertumbuhan tubuh
yang cepat dan selama regenerasi kulit serta sumsum tulang. Hyperplasia
adalah suatu respons seluler yang normal saat terdapat tuntutan fisiologik, hal
ini menjadi suatu respons yang abnormal apabila pertumbuhan melebihi
tuntunan fisiologik seperti yang terjadi pada iritasi kronis.
10
Metaplasia terjadi apabila salah satu tipe sel matur diubah menjadi tipe
yang lain melalui stimulus yang mempengaruhi sel batang induk. Iritasi atau
inflamasi kronik, defisiensi vitamin, dan pemajanan terhadap bahan kimiawi
mungkin menjadi faktor yang mengarah pada metaplasia. Perubahan
metaplastik mungkin dapat pulih atau berkembang menjadi dysplasia.
Displasia adalah pertumbuhan sel aneh yang mengakibatkan sel –sel
lain dari tipe jaringan yang sama. Dysplasia dapat terjadi akibat bahan kimia,
radiasi, atau inflamasi atau iritasi kronik. Dysplasia dapat pulih atau dapat
mendahului perubahan neoplastik yang tidak dapat pulih.
Anaplasia adalah diferensiasi sel-sel displastik pada derajat yang lebih
rendah. Sel-sel anaplastik sulit dibedakan dan bentuknya tidak beraturan atau
tidak selaras dengan pertumbuhan dan pengaturan. Sel-sel anaplastik tidak
mempunyai ciri seluler normal dan hampir selalu maligna.
Neoplasia digambarkan sebagai pertumbuhan sel yang tidak terkontrol
yang tidak mengikuti tuntutan fisiologik, yang dapat benigna atau maligna.
Pertumbuhan neoplastik benigna dan maligna diklasifikasikan dan dinamai
sesuai dengan asal jaringannya.
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit dan diatas otot
dada, merupakan perubahan dari kelenjar keringat. Dalam keadaan normal
hanya terdapat sepasang kelenjar payudara, sedang pada beberapa jenis hewan,
kelenjar susu dapat membentang dari sekitar lipat paha sampai dada. Payudara
dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang
11
kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan pada
ibu menyusui mencapai 800 gram. ( Risanto Siswosudarmo dan Ova Emilla,
2008)
Menurut Luwia (2003), kanker payudara merupakan kanker yang
berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara.
Ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak
terkendali inilah yang disebut kanker payudara. Kumpulan besar dari jaringan
yang tidak terkontrol ini disebut tumor atau benjolan. Akan tetapi tidak semua
tumor adalah kanker, karena sifatnya yang tidak menyebar ke seluruh tubuh.
Tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau menyebar jaringan sekitar
disebut kanker atau tumor ganas.
2. Penyebab kanker payudara
Penyebab dari kanker payudara tidak diketahui dengan pasti, namun
terdapat serangkaian faktor genetik, hormonal dan lingkungan. Penyebab
tersebut yang dapat menunjang terjadinya kanker payudara. Banyak faktor
yang diprediksi mempuyai hubungan kanker payudara (John Cleese, 2010)
Genetik merupakan faktor panting karena kejadian kanker payudara
akibat kelainan genetik sebesar 5-10%. Untuk mengenalinya cukup mudah
yaitu dengan mengumpulkan riwayat keluarga yang terkena kanker payudara
dan memetakannya dalam bentuk silsilah. Riwayat keluarga yang perlu
dicatat diantaranya adalah kanker payudara pada ibu atau saudara perempuan
12
yang terkena kanker payudara pada umur di bawah 50 tahun atau keponakan
dengan jumlah lebih dari dua (Luwia, 2003)
Hormon estrogen adalah hormon yang berperan dalam proses tumbuh
kembang organ seksual wanita. Hormon estrogen justru sebagai penyebab
awal kanker pada sebagian wanita. Hal ini disebabkan adanya reseptor
estrogen pada sel-sel epitel saluran kelenjar susu. Hormon estrogen yang
menempel pada saluran ini, lambat laun akan mengubah sel-sel epitel tersebut
menjadi kanker (Luwia, 2003). Pengunaan KB hormonal seperti pil, suntik KB
dan susuk yang mengandung banyak dosis estrogen meningkatkan risiko
kanker payudara (John Cleese, 2010)
Faktor lingkungnan juga dapat menjadi pemicu kanker payudara.
Lingkungan tersebut berupa paparan radiasi bahan-bahan radioaktif, sinar X
dan pencemaran bahan kimia. Luwia (2003) mengatakan bahwa risiko kanker
payudara meningkat apabila radiasi terjadi sebelum umur 40 tahun.
3. Faktor Risiko Kanker Payudara
Faktor-faktor yang memiliki risiko dan berhubungan dengan terjadinya
kanker payudara diantaranya adalah:
a. Umur
Wanita yang berumur lebih dari 40 tahun mempuyai risiko kanker
payudara lebih besar dibandingkan umur kurang dari 40 tahun. Hal ini di
karenakan pada umur ini kebanyakan wanita melakukan mamografi pada
program pemeriksaan payudara setempat. Banyak kasus kanker payudara
13
yang ditemukan terjadi pada wanita berumur antara 40-64 tahun (Wilensky
dan Lincoln, 2008).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin berpengaruh untuk terjadinya kanker payudara,
wanita mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan pria. Menurut
penelitian di Inggris 99% dari semua kasus kanker payudara terjadi pada
wanita dan pada pria hanya 1% saja (John Cleese, 2010)
c. Umur Menarche
Pada wanita yang riwayat menarchenya lambat insedensinya lebih
rendah akan tetapi menarche awal (dibawah 12 tahun) termasuk dalam
faktor risiko terjadinya kanker payudara (Luwia, 2003)
d. Umur Menopause
Wanita yang umur menopausnya terlambat atau lebih dari 50 tahun
mempuyai resiko terkena kanker payudara lebih besrar dibandingkan
wanita yang umur menopausnya normal yaitu umur kurang dari 50 tahun
(Luwia, 2003)
e. Riwayat keluarga dengan kanker payudara (genetik)
Risiko terkena kanker payudara meningkat pada wanita yang
mempunyai ibu atau saudara perempuan yang terkena kanker payudara.
Semua saudara dari penderita kanker payudara memiliki peningkatan risiko
mengalami kanker payudara (Wilensky dan Lincoln, 2008).
f. Paritas
14
Paritas merupakan keadaan yang menunjukan jumlah anak yang
pernah dilahirkan. Wanita yang tidak mempunyai anak (nullipara)
mempuyai risiko insiden 1,5 kali lebih tinggi dari pada wanita yang
mempunyai anak (multipara) (Wilensky dan Lincoln, 2008)
g. Tidak menyusui anak
Menyusui merupakan salah satu faktor penting yang memberikan
proteksi terhadap risiko kanker payudara. Wanita yang tidak menyusui
bayinya, mempunyai risiko yang tinggi terkena kanker payudara
dibandingkan dengan wanita yang menyusui bayinya (Bustan, 2007).
4. Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan
dapat menunjang terjadinya kanker payudara. Bukti yang terus bermunculan
menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara,
namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui.
Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan
pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan
kanker payudara. Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai
peran penting dalam kanker payudara. Dua hormon ovarium utama-estradiol
dan progesterone- mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat
mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara. (Brunner &
Suddarth, 2002).
15
5. Patofisiologi Penyakit
Diagnosa kanker dapat ditegakkan dengan baik terutama untuk
melakukan pengobatan yang tepat. Tumor atau neoplasma merupakan
kelompok sel yang berubah dengan ciri proliferasi yang berlebihan dan tak
berguna, yang tidak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi
abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan
menginfiltrasi dan memasukinya atau terjadi mestastase dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Perubahan secara
biokimiawi dan genetis terjadi didalam sel tersebut terutama dalam inti sel.
Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami
transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel
normal (Wilensky dan Lincoln, 2008)
Menurut Luwia (2003), proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4
fase, yaitu:
a. Fase induksi: 15-30 tahun
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai
dapat merubah jaringan dysplasia menjadi tumor ganas.
b. Fase insitu: 5-10 tahun
Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre cancerous” yang bisa
ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dan
akhirnya juga di payudara.
c. Fase invasi: 1-5 tahun
16
Sel menjadi ganas, berkembang baik dan menginfiltrasi melalui membran
sel jaringan sekitarnya dan melalui pembuluh darah serta saluran limfa.
d. Fase desiminasi: 1-5 tahun
Terjadi penyebaran ke tempat lain.
6. Tanda dan Gejala
Penemuan dini kanker payudara masih sulit, kebanyakan ditemukan
jika sudah teraba oleh pasien atau sudah stadium lanjut (Wilensky dan
Lincoln, 2008). Berikut ini tanda dan gejala pada kanker payudara stadium
lanjut:
a. Tanda dan gejala kanker payudara
1) Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwardan atas bagian dalam, di
bawah ketiak, bentuknya tak beraturan, terfiksasi dan sakit jika
digerakan
2) Nyeri di daerah massa
3) Adanya lekukan ke dalam, tarikan pada area mammae
4) Edema dengan peaut d orange (keriput seperti kulit jeruk)
5) Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan
spontan, kadang disertai darah
6) Pengelupasan papilla mammae
7) Ditemukan lesi pada pemeriksaan mamografi
17
b. Penentuan ukuran dan penyebaran tumor berdasarkan 3 kategori yaitu
tumor size (T), regional limpho nodus (N) dan metastase jauh (M). Berikut
ini penjelasannya:
1) Tumor Size ( T )
a) Tx : Tak ada tumor
b) To : Tak dapat ditunjukkan adanya tumor primer
c) T1 : Tumor dengan diameter, kurang dari 2 cm
d) T2 : Tumor dengan diameter 2 – 5 cm
e) T3 : Tumor dengan diameter lebih dari 5 cm
f) T4 : Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan
perluasan secara langsung ke dinding thorak atau kulit.
2) Regional Limpho Nodus ( N )
a) Nx : Kelenjar ketiak tak teraba
b) No : Tak ada metastase kelenjar ketiak homolateral
c) N1 : Mestastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa
digerakan
d) N2 : Mestastase ke kelenjar ketiak hormonal, melekat terfiksasi
satu sama lain atau jaringan sekitarnya
e) N3 : Mestastase ke kelenjar homolateral supraklavikuler atau
infraklavikuler atau edema lengan.
3) Mestastase Jauh ( M )
a) Mo: Tak ada mestastasee jauh
18
b) M1: Mestastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit di luar
payudara.
7. Stadium Kanker Payudara
Kanker Payudara dapat didiagnosis pada stadium yang berbeda-beda.
Kanker payudara yang lebih dini ditemukan, kemungkinan sembuh akan lebih
besar. Luwia (2003) menyebutkan bahwa stadium kanker payudara terdiri atas
beberapa stadium, antara lain:
a. Stadium I (stadium dini)
Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran
(metastasis) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium ini
kemungkinan kesembuhan sempurna adalah 70%. Pemeriksaan ada atau
tidaknya metastasis ke bagian tubuh yang lain harus dilakukan di
laboratorium.
b. Stadium II
Tumor sudah lebih dari 2,25 cm dan sudah terjadi mestastasis pada
kelenjar getah bening di ketiak. Kemungkinan untuk sembuh pada stadium
ini hanya 30-40 % tergantung pada luasnya penyebaran sel kanker.
Tindakan operasi biasanya dilakukan pada sadium I dan II untuk
mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran dan
setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak adanya sel-
sel kanker yang tertinggal.
19
c. Stadium III
Tumor sudah cukup besar 3-5 cm, sel kanker hampir menyebar keseluruh
tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Biasanya
pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat
yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga dilakukan
operasi untuk mengangkat payudara bagian yang parah. Benjolan sudah
menonjol ke permukaan kulit dan pecah/berdarah.
d. Stadium IV
Tumor sudah berukuran besar >5 cm, sel kanker telah
menyebar/bermestastase ke seluruh organ tubuh, dan biasanya penderita
mulai lemah. Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya
pengobatan dilakukan dengan terapi hormonal dengan syarat Estrogen
Reseptor (ER) atau Progesteron Reseptor (PR) positif karena penderita
terlalu lemah dengan syarat mempertimbangkan kemoterapi yang sudah
didapat sebelumnya.
8. Pemeriksaan Kanker Payudara
Pemeriksaan payudara secara rutin sangat diperlukan untuk mendeteksi
kanker payudara atau tumor sedini mungkin. Sering kali penderita mengetahui
dirinya terkeana kanker payudara sesudah stadium lanjut sehingga sulit
disembuhkan. Lebih dini kanker ditemukan dan mendapatkan penanganan
yang tepat, akan memberikan kesembuhan dan harapan hidup yang lebih
besar. Beberapa pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) yaitu merupakan cara
20
sederhana untuk mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada payudara.
Sadari harus dilakukan setiap bulan oleh wanita setelah berumur 20 tahun.
Meskipun sadari merupakan suatu teknik penyaringan yang sederhana, dan
tidak mahal, tetapi sadari sangat efektif untuk mengetahui adanya kanker
secara dini, tidak berbahaya, aman dan tidak menimbulkan nyeri (Luwia,
2003).
Cara pemeriksaan Sadari menurut Bustan (2007) adalah sebagai
berikut:
a. Pada saat mandi
Angkat sebelah tangan dengan menggunakan satu jari gerakkan secara
mendatar perlahan-lahan ke semua tempat bagi setiap payudara. Gunakan
tangan kanan untuk memeriksa payudara kiri, dan tangan kiri untuk
payudara kanan. Periksa dan cari apabila terdapat gumpalan atau kebetulan
keras, menebal di payudara.
b. Posisi berdiri di depan cermin
Mengankat kedua tangan ke atas kepala, putar-putar tubuh perlahan-lahan
dari sisi kanan ke sisi kiri. Pinggang dicekak, tekan turun perlahan-lahan
kebawah untuk menegakan otot dada dan membuat payudara condong ke
depan. Perhatikan dengan teliti segala perubahan seperti besar, bentuk, dan
kontur payudara. Lihat pula jika terdapat kekakuan, lekukan atau putting
masuk ke dalam. Perlahan-lahan, pijit kedua kedua puting dan perhatikan
21
jika terdapat cairan keluar. Periksa lebih lanjut apakah cairan itu jernih atau
mengandung darah.
c. Posisi berbaring
Cara memeriksa payudara sebelah kanan, letakkan bantal di bawah bahu
kanan dan tangan kanan diletakan di belakang kepala. Jari menekan
payudara dan bergerak perlahan-lahan dalam bentuk bulatan kecil, bermula
dari bagian pangkal payudara. Selepas satu putaran, jari digerakan I inci
(2,5 cm) kearah putting. Ulangi hal yang sama pada payudara sebelah kiri
dengan meletakkan bantal di bawah bahu kiri dan tangan kiri di belakang
kepala. Coba rasakan apakah ada benjolan di payudara.
9. Pencegahan
Pencegahan kanker payudara ada 3 macam pencegahan antara lain
sebagai berikut:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah langkah yang dilakukan untuk
menghindari diri dari setiap faktor yang dapat menimbulkan kanker
payudara. Penyuluhan tentang kanker payudara perlu dilakukan terutama
mor-faktor risiko dan bagaimana melaksanakan pola hidup sehat dengan
menghindari makanan berlemak, banyak konsumsi sayur-sayuran dan
buah-buahan serta giat berolah raga (Luwia, 2003)
b. Pencegahan sekunder
22
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki
resiko untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan
memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker
payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi
dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan.
Skrining melalui mamografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua
penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada
mamografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya kanker payudara. Skrining dengan mamografi tetap dapat
dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain wanita yang
sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assement survey. Wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk
melakukan mamografi setiap tahun. Wanita normal mendapat rujukan
mamografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun. Kematian oleh
kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan
Sadari dibandingkan yang tidak Sadari. Sensitivitas Sadari untuk
mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan
mamografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%
(Bustan, 2007).
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah
positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita
23
kanker payudara sesuain dengan stadiumnya akan dapat mengurangi
kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan
tersier ini penting untuk kualitas hidup penderita serta mencegah
komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan
dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap
ketahanan hidup penderita. Tindakan kemoterapi dengan sitostatika pada
penderita kanker perlu dilakukan apabila telah bermetastasis jauh.
Pengobatan pada stadium ini akan diberikan hanya berupa simptomatik
dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif (Luwia, 2003).
10. Pengobatan
Menurut Luwia (2003) pengobatan kanker payudara dapat dilakukan
dengan 3 cara yaitu oprasi, radoterapi, dan kemoterapi. Masing-masing
tindakan pengobatan tersebut memberikan efek yang berbeda-beda terhadap
sel kanker. Operasi dilakukan untuk membuang sel-sel kanker yang ada
didalam payudara. Jenis-jenis pembedahan yaitu Lumpectomy (oprasi
pengangkatan tumor dan jaringan yang disekitarnya) dan Total mastectomy
(oprasi pengangkatan seluruh payudara), tetapi tidak termasuk kelenjar getah
bening di bawah ketiak. Radioterapi dilakuakan untuk merusak sel-sel kanker
dan kemoterapi adalah pengobatan dengan menggunakan obat anti kanker
(sitostika) untuk merusak se-sel kanker (Luwia, 2003).
24
B. Tindakan Kemoterapi
1. Pengertian kemoterapi
Tindakan kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dengan
obat anti-kanker (sitostatika) dan hormon terapi dilakukan untuk mengubah
lingkungan hidup kanker sehingga pertumbuhan sel-selnya terganggu dan
akhirnya mati sendiri (Kurnia, 2008). Luwia (2003) mengatakan bahwa
kemoterapi adalah pengobatan dengan menggunakan obat anti kanker untuk
membunuh sel-sel kanker yang diberikan pada pasien.
Menurut Danielle Gale, (2000), Kemoterapi adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan penggunaan tiga puluh jenis lebih obat yang
berbeda. Akan tetapi, setiap agen neoplastik atau obat kemoterapi mempunyai
kerja dan efek samping yang berbeda. Obat-obat ini diklasifikasikan dalam
beberapa cara yang dapat membantu kita dalam mempelajari kerja mereka dan
efek samping yang umum. Menurut Bustan (2007), kemoterapi dapat berupa
obat makan,obat infus atau yang lainnya. Obat kemoterapi digunakan baik
digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat
dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau
dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat
anti kanker oral yang diaktifasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga
hanya menyerang sel kanker saja.
Menurut Danielle Gale, (2000) ada enam klasifikasi umum obat
kemoterapi yaitu:
25
a. Agen pengkelat
Agen-agen pengkelat telah diakui efektif dalam pengobatan
limfoma, penyakit Hodgkin, kanker payudara, dan myeloma multiple. Efek
samping utama dari jenis ini meliputi supresi sumsum tulang, mual,
muntah, dan disfungsi gonad. Efek samping kronis dari agen penkelat ini
adalah berkembangnya malignasi sekunder seperti kanker kandung kemih
atau leukemia. Agen pengekat umum adalah carmustine, (BCNU),
lomustine (CCNU), streptozocin, dan semustine (methyl-CCNU).
b. Antimetabolik membunuh sel-sel kanker dengan memblok sintesis DNA
dan RNA. Agen umum meliputi cytarabine (ARA-C), Floxuridine
(FUDR), 5-fluorourasil (5-FU), hidroxyurea (hydrea), 6-mercaptopurine
(6-MP), methotrexate (Mexate), dan 6-thioguanine. Jenis tumor yang
diobati oleh antimetabolik meliputi; tumor kepala dan leher, kanker
payudara, kanker kolon. Efek samping yang paling umum adalah supresi
sumsum tulang, dan diare.
c. Antibiotik anti tumor adalah obat siklus sel non-spesifik yang bekerja
dengan beberapa mekanisme yamg berbeda untuk memproduksi efek
sitotosik. Efek samping meliputi supresi sumsum tulang, mual dan muntah.
d. Tanaman alkaloid adalah agen siklus sel spesifik yang bekerja dengan
kristalisasi mikrotubular mitotic kumparan protein selama metaphase
dimana mitosis berhenti yang menyebabkan sel mati.
26
e. Agen lain adalah agen yang mekanisme kerjanya berbeda dari kelas-kelas
umum. Jenisnya meliputi L-asparaginase (Elpar), mitoxantrone
(Novantrone), procarbazine (Matulane), Navelvine dan mitotane
(Lysodren).
f. Agen Hormonal bekerja pada tumor yang tergantung pada lingkungan
hormonal spesifik untuk bertumbuh.
2. Tujuan penggunaan kemoterapi
Menurut Imam Rasjidi (2007), tujuan penggunaan kemoterapi adalah
a. Terapai adjuvan : kemoterapi yang diberikan sesudah oprasi, dapat sendiri
atau bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang
telah bermestastase.
b. Terapi Neoadjuvan : kemoterapi yang diberikan sebelum oprasi untuk
mengecilkan massa tumor, biasanya dikombinasikan dengan radioterapi.
c. Kemoterapi primer : digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang
kemungkinan kecil untuk diobati, dan kemoterapi digunakan hanya untuk
mengontrol gejalanya.
d. Kemoterapi induksi : digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa
terapi berikutnya.
e. Kemoterapi kombinasi : menggunakan 2 atau lebih variabel kemoterapi
3. Cara pemberian kemoterapi
Menurut Imam Rasjidi (2007), Cara pemberian kemoterapi adalah
a. Pemberian per oral
27
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral,
diantaranya adalah chlorambucil dan etopside (VP – 16)
b. Pemberian secara intra-muskulus :
Pemberian dengan cara ini relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan
tidak diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian dua-tiga kali
berturut-turut. Yang dapat diberikan secara intra-muskulus antara lain
bleomicin dan methotrexate.
c. Pemberian secara intravena
Pemberian secara intravena dapat diberikan dengan bolus perlahan-lahan
atau diberikan secara infuse (drip). Cara ini merupakan cara pemberian
kemoterapi yang paling umum dan dapat digunakan.
d. Pemberian secara intra-arteri
Pemberian intra-arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang
cukup banyak, antara lain alat radiologi diagnostik, mesin, atau alat filter,
serta memerlukan keterampilan tersendiri.
e. Pemberian secara intraperitoneal
Cara ini juga jarang dilakukan karena membutuhkan alat khusus (kateter
intraperitoneal) serta kelengkapan kamar oprasi karena pemasangan perlu
narkose. Pemberian kemoterapi intraperitonial diindikasikan dan
diisyaratkan pada minimal tumor residu pada kanker ovarium. Penelitian
yang dilakukan membandingkan pemberian kemoterapi secara intravena
28
dan intraperitoneum. Keduanya tidak berbeda baik dalam hal respons,
survival, maupun toksisitasnya.
C. Analisis faktor stadium kanker pada Pasien Kanker Payudara
1. Tingkat Pendidikan
Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan makin tinggi tingkat
pendidikan maka makin mudah dalam menerima pesan-pesan kesehatan
sehingga kesadaran untuk pencegahan dan pengelolaanya dapat lebih
ditingkatkan yang pada akhirnya dapat mengurangi kecemasan pada diri
pasien yang mmenderita kanker. Menurut Hawari (2001) mengatakan bahwa
tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang menjalani dasar untuk
melaksanakan tindakan dalam hal ini adalah bersedia melakukan kemoterapi.
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga
terjadi perubahan prilaku yang positif dan meningkat. Menurut Wahid (2003),
tingat pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap
informasi dan mengimplementasiaknnya dalam prilaku dan kehidupan sehari-
hari. Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh prilaku pendidikan.
Sutomo (1985) mengatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan
mempengaruhi penerimaan terhadap hal-hal baru dari linkungannya dan tingat
pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap
29
informasi atau pesan yang disampaikan. Seseorang yang memiliki tingat
pendidikan yang baik yaitu dapat menyelesaikan pendidikannya sampai tingat
pendidikan tinggi. Keadaan ini akan mempermudah mereka dalam menerima
dan memahami berbagi informasi, yang selanjutnya diwujudkan dalam bentuk
tindakan. Komunikasi yang baik akan meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan penduduk. UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 dalam Kunaryo (2000)
dinyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur
yaitu jalur pendidikan formal atau sekolah dan jalur pendidikan non formal
atau luar sekolah. Menurut PP No 27 tahun 1990 dalam Kunaryo (2000)
jalur pendidikan sekolah terdapat jenjang yang terdiri dari pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Berikut ini penjelasannya:
a. Pendidikan Dasar
Menurut PP No 27 tahun 1990 dalam Kunaryo (2000), pendidikan dasar
adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun. Diselenggarakan
selama enam tahun di sekolah dasar (SD) dan tiga tahun di sekolah
menengah lanjutan tingkat pertama (SLTP) atau satuan yang sederajat.
Tujuan pendidikan dasar adalah untuk memberikan bekal kemampuan
dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai
pribadi anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
30
b. Pendidikan Menengah
Menurut PP No 27 tahun 1990 dalam Kunaryo (2000), pendidikan
menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi pendidikan dasar.
Bentuk sasaran pendidikan terdiri dari: Sekolah Menengah Umum,
Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah Menengah Keagamaan, Sekolah
Menengah Kedinasan, dan Sekolah Menengah Luar Biasa.
c. Pendidikan Tinggi
Menurut PP No 27 tahun 1990 dalam Kunaryo (2000), pendidikan tinggi
merupakan kelanjutan pendidikan menengah. Satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi yang dapat
berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.
Berdasarkan uraian diatas maka dalam penelitian ini dapat diringkas
mengenai tingkat pendidikan yaitu jenjang pendidikan formal yang terakhir
ditempuh oleh pasien kanker payudara. Tingat pendidikan dikategorikan
menjadi pendidikan dasar (SD dan SLTP/Sederajat), pendidikan menengah
(SMU, SMK/Sederajat) dan pendidikann tinggi (akademi, politeknik,
universitas/sederajat).
2. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu yang mana
pengindraan ini terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan,
31
pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan
diperoleh melalui mata dan telingga (Notoatmodjo, 2007).
Taksonomi pendidikan (Notoatmodjo, 2009) ada salah satu yang
paling dominan dari ketiga dominan yaitu dominion kongnitif yang
menyebutkan bahwa pengetahuan adalah kemampuan untuk mengenali dan
untuk mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dasar dan sebagainya.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan adalah hasil tahu setelah manusia mengenali benda atau
kejadian melalui panca indra dari pengetahuan atau kejadian yang belum
pernah mereka alami.
b. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan seseorang dapat
diperoleh melalui :
1) Cara non ilmiah
Cara kuno atau tradisional dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah dan tanpa
melalui penelitian.
Cara penemuan pengetahuan ini antara lain :
a) Cara Coba Salah (Trial and Error)
32
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya keberadaaban. Cara ini di
lakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah. Apabila kemungkinan itu tidak berhasil
maka dilakukan kemungkinan yang lain.
b) Kekuasaan atau Otoritas
Sumber pengetahuan diperoljeh dari para pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal. Prinsip cara ini adalah
orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh seseorang
yang mempuyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau
membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris
maupun berdasarkan penalaran sendiri.
c) Pengalaman Pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu. Semua
pengalaman pribadi dapat merupakan sumber kebenaran
pengetahuan. Namun pengalaman pribadi menuntut untuk menarik
kesimpulan dengan benar. Untuk menarik kesimpulan dengan
benar diperlukan berfikir kritis dan logis.
33
d) Jalan Pikiran
Manusia mampu menggunakan penalarannya untuk
memperoleh pengetahuan. Dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik
melalui induksi maupun deduksi.
Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara
melahirkan pemikirran secara tidak langsung melalui peryataan-
peryataan yang dikemukakan kemudian dicari hubungannya
sehingga dapat dibuat kesimpulan.
2) Cara Ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Penarikan kesimpulan
dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat
pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek
yang diamati.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
1) Pendidikan
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut
akan seemakin luas pula pengetahuannya. Peningkatan penetahuan
tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat
diperoleh pada pendidikan non formal (Sunaryo,2004)
34
2) Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Semua pengalaman
pribadi dapat merupakan sumber kebenaran pengetahuan. Namun
pengalaman pribadi menuntut untuk menarik kesimpulan dengan
benar. Untuk menarik kesimpulan dengan benar diperlukan berfikir
kritis dan logis (Notoatmodjo, 2010)
3) Media
Dengan adanya media akan membantu dalam proses
pembentukan dan proses sikap (Azwar, 2011). Contoh dari media
masa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan karena adanya
interaksi timbale balik ataupun tidak, yang akan dicapai sebagai
pengetahuan oleh setiap individu (Sunaryo, 2004)
d. Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo (2009), membagi dominan kongnisi (pengetahuan)
ke dalam 6 tingkatan yaitu :
35
1) Pengetahuan (knowledge)
Kemampuan untuk mengenali dan mengingat peeristilahan,
definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar,
dan sebagainya
2) Pemahaman (Comprehension)
Kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran,
laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya
3) Aplikasi (Aplication) Menerapkan
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk
menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya
didalam kondisi kerja.
4) Analisis (analysis)
Di tingkat ini analisis, seseorang akan mampu menganalisa
informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan
informasi kedalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya, dan mampu mengenali serta memdedakan faktor
penyebab dan akibat dari sebuah sekenario yang rumit.
5) Merumuskan
Satu tingkat diatas analisa, seseorang di tingkat ini mampu
menyusun, merencanakan, menjelaskan, mengubah, menyusun
kembali, meringkas, dan menyesuaikan struktur atau pola dari sebuah
sekenario yang sebelumnya tidak terlihat.
36
6) Menilai
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap solusi, gagasan, metodologi, dan seterusnya dengan
menggunakan criteria yang cocok atau standar yang ada untuk
memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
3. Stadium Kanker
Wanita yang divonis kanker payudara akan memiliki dampak fisik,
psikologis serta dampak sosial. Umumnya sebelum kanker meluas atau
merusak jaringan disekitarnya, penderita tidak merasakan adanya keluhan
ataupun gejala biasanya penyakitnya sudah kronis baru diketahui oleh
penderita. Berdasarkan tahapan atau perkembangannya kanker dibedakan atas
stadium I, II, III, IV. Tahap stadium I biasanya kanker belum menimbulkan
keluhan-keluhan pada penderita sedangkan pada stadium II samapi IV
biasanya kanker sudah menimbulkan keluhan.(Luwia, 2003)
37
D. Kerangka Teori
umur
Gambar 1.2 Kerangka Teori Penelitian Teori modivikasi The Web Causation (Hikmawati, I, 2011).
Tingkat pengetahuan Tingkat pendidikan
Genetik Umur menopouse
Umur menarche
KANKER PAYUDARA
Stadium I Stadium IV Stadium III Stadium II
Umur Paritas
38
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel independen variabel dependen
Gambar 2.2 Kerangka konsep
Analisis Faktor Kejadian Kanker Payudara Stadium II dan III pada Pasien yang Menjalani Tindakan Kemoterapi di Ruang Bougenvil RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
F. Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh umur, umur menarche, umur menopause, genetik, paritas,
tingkat pendidikan, pengetahuan, terhadap stadium kanker payudara pada pasien
kanker payudara yang menjalani tindakan kemoterapi di Ruang Bougenvil RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
1. Umur
2. Umur menarche
3. Umur menopause
4. Genetik
5. Paritas
6. Tingkat pendidikan
7. Pengetahuan
Stadium kanker pasien kanker
payudara
Top Related