Download - BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Praktikdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-putrikamal... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Praktik 1. Pengertian Seseorang yang telah mengetahui

Transcript

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Praktik

1. Pengertian

Seseorang yang telah mengetahui stimulus/objek kesehatan,

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan/

mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (di nilai baik). Inilah

yang disebut praktik (practice) kesehatan atau dapat dikatakan praktik

kesehatan (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau

dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan

nyata/praktik (practice) misal, seorang ibu memeriksakan kehamilannya

atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi, penderita TB

paru minum obat secara teratur, seorang anak melakukan gosok gigi yang

benar dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap

belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan

perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas/sarana dan prasarana.

Seorang ibu hamil sudah tahu bahwa periksa hamil itu penting untuk

kesehatan dan janinnya dan sudah ada niat (sikap) untuk periksa hamil.

Agar sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan bidan,

posyandu atau puskesmas yang dekat dari rumahnya atau fasilitas tersebut

mudah dicapainya. Apabila tidak, kemungkinan ibu tersebut tidak akan

memeriksakan kehamilannya (Notoatmodjo, 2005).

2. Tingkatan praktik menurut kualitasnya

Notoatmodjo (2003), mengemukakan bahwa praktik atau tindakan ini

dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu :

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi

bagi anak balitanya.

b. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua,

misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari

cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak menutup

pancinya dan sebagainya.

c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang sudah

mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu tanpa menunggu

perintah atau ajakan orang lain.

d. Adaptasi (adaption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah di modifikasikannya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut misalnya, ibu dapat memilih

dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan–bahan

yang murah dan sederhana.

3. Faktor yang mempengaruhi praktik

Menurut Lowrence Green dalam Notoatmodjo (2005), mengemukakan

bahwa untuk mencoba menganalisis praktik manusia dari tingkat

kesehatan orang dapat dipengaruhi 3 faktor yaitu :

a. Faktor predisposisi

Terbentuknya suatu praktik baru, dimulai pada cognitive

domain dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang

berupa materi untuk perawatan gigi sehingga menimbulkan

pengetahuan baru pada subyek tersebut selanjutnya menimbulkan

respon batin dalam bentuk sikap subyek terhadap pengetahuan tentang

perawatan gigi. Pengetahuan dan sikap subyek terhadap perawatan gigi

diharapkan akan membentuk praktik (psikomotor) subyek terhadap

perawatan gigi di bawah ini akan diuraikan tentang pengetahuan,

sikap, dan praktik.

1) Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), mengemukakan bahwa

pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan hal ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap pengetahuan ini. Selain

penginderaan juga dengan penciuman, perasa, dan perabaan.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan ini juga merupakan domain (kawasan) yang

penting untuk terbentuknya perawatan gigi yaitu tingkat

pengetahuan.

Pengetahuan yang cukup di dalam cognitive domain

mempunyai enam tingkatan, yaitu tahu (know) artinya mengingat

suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sumber materi

parawatan gigi dan praktik perawatan gigi yang telah diterima,

sedangkan memahami (comprehension) mempunyai arti suatu

kemampuan untuk menjelaskan atau mempraktikkan secara benar

tentang perawatan gigi, untuk aplikasi (application) dapat diartikan

sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan pengetahuan

tentang pentingnya perawatan gigi yang telah dipelajari, sedangkan

analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menghubungkan

dan menguraikan dalam seluruh materi tersebut. Evaluasi

(evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penelitian terhadap materi tersebut.

2) Sikap

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak

dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu dalam kata lain

fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi praktik (tindakan)

atau (reaksi tertutup).

Sikap terhadap pentingnya perawatan gigi merupakan

reaksi (respon) yang masih tertutup dari seseorang terhadap materi

perawatan gigi. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi atau arti

tambahan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu

dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial. Sikap tersebut merupakan

kasiapan untuk bereaksi terhadap pengetahuan tentang pentingnya

perawatan gigi, penghayatan tentang pengetahuan ini meliputi

komponen pokok untuk perawatan gigi yaitu kepercayaan

(keyakinan), ide dan konsep, kehidupan emosional (evaluasi)

kecenderungan untuk bertindak, ke tiga komponen ini secara

bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam

pemantauannya, pengetahuan berfikir, keyakinan, dan emosi

memang peran penting (Notoatmodjo, 2003).

Berbagai tindakan sikap yang barpengaruh terhadap

pengetahuan tentang pentingnya perawatan gigi antara lain

menerima (receiving), merespon, menghargai, dan bertanggung

jawab menerima sendiri. Artinya orang mau memperhatikan

pengetahuan tentang pentingnya perawatan gigi. Merespon

(responding) dapat diartikan memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah

suatu indikator dari sikap. Dihargai (valuing) artinya mengajak

orang lain untuk mengerjakan suatu masalah adalah suatu indikasi

tingkat tiga, sedangkan tanggung jawab (responsible), bertanggung

jawab atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2003).

3) Tindakan

Tingkatan-tingkatan praktik antara lain persepsi, respon

terpimpin, mekanisme serta adaptasi. Dalam persepsi (perception),

mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama

sedangkan respon terpimpin (Guida Respons), dapat melakukan

perawatan gigi sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan

contoh merupakan indikator praktik tingkat dua. Untuk mekanisme

(mechanism) artinya apabila seseorang telah melakukan perawatan

gigi dengan benar dan tanpa paksaan (dengan penuh kesadaran)

maka sudah mencapai praktik tingkat ke tiga sedangkan adaptasi

(adaptation) adalah suatu praktik (tindakan) yang sedang

berkembang dengan baru artinya suatu itu sudah telah dimodifikasi

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

b. Faktor pendukung atau pemungkin

Hubungan antara konsep pengetahuan dan praktik, kaitannya

dalam suatu materi kegiatan biasanya mempunyai anggapan yaitu

adanya pengetahuan tentang manfaat suatu hal yang akan

menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut.

Selanjutnya sikap positif ini akan mempengaruhi untuk ikut dalam

kegiatan ini. Niat ikut serta dalam kegiatan ini akan menjadi tindakan

apabila mendapatkan dukungan sosial dan tersedianya fasilitas,

kegiatan ini disebut praktik. Berdasarkan teori WHO menyatakan

bahwa yang menyebabkan seseorang berpraktik ada tiga alasan

diantaranya adalah sumber daya (Resources) meliputi fasilitas,

pelayanan kesehatan dan pendapatan keluarga.

c. Faktor pendorong

Faktor yang mendorong untuk bertindak untuk mencapai suatu

tujuan tertentu yang terwujud dalam dukungan keluarga (memberikan

informasi mengenai cara menggosok gigi, memberikan instrument

menggosok gigi seperti sikat dan pasta gigi, menyediakan fasilitas

yang memadai seperti kamar mandi dengan kondisi air yang bersih,

tidak lupa memberikan motivasi kepada anak agar anak mau

melakukan gosok gigi sebelum tidur) terutama orang tua, guru, dan

petugas kesehatan untuk saling bahu-membahu sehingga tercipta

kerjasama yang baik antara pihak rumah dan sekolah yang akan

mendukung anak dalam memperoleh pengalaman yang hendak

dirancang, lingkungan yang bersifat anak sebagai pusat yang akan

mendorong proses belajar melalui penjelasan dan penemuan untuk

terjadi suatu praktik.

4. Berikut adalah cara menyikat gigi menurut Ardyan dalam bukunya :

a. Sikat gigi dan gusi dengan posisi kepala sikat gigi membentuk sudut

45 derajat di daerah perbatasan antara gigi dan gusi.

b. Gerakan sikat dengan lembut dan memutar. Sikat bagian luar

permukaan setiap gigi atas dan gigi bawah dengan posisi bulu sikat 45

derajat berlawanan dengan garis gusi agar sisa makanan yang mungkin

masih terselip dapat dipersihkan.

c. Gunakan gerakan yang sama untuk menyikat bagian dalam permukaan

gigi.

d. Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk

mengunyah. Gunakan hanya ujung bulu sikat gigi untuk membersihkan

gigi dengan tekanan ringan sehingga bulu sikat tidak membengkok.

Biarkan bulu sikat membersihkan celah-celah gigi. Rubah posisi sikat

gigi sesering mungkin.

e. Untuk membersihkan gigi bagian dalam, gosok gigi dengan posisi

tegak dan gerakan perlahan ke atas dan bawah melewati garis gusi.

B. Anak Prasekolah

1. Pengertian anak prasekolah

Menurut Biechler dan Snowman dikutip dari Patmonodewo (2003),

mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan anak usia prasekolah

adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Mereka bisa mengikuti

program prasekolah dan kindegarden. Pendidikan prasekolah di Indonesia

pada umumnya, mereka mengikuti program tempat penitipan anak (3

bulan-5 tahun) dan kelompok bermain/play group (usia 3 tahun), pada usia

4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak.

2. Tumbuh dan kembang anak

Anak merupakan individu yang unik, karena faktor bawaan dan

lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan

perkembangan juga berbeda. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah

perubahan dalam besar jumlah, ukuran/dimensi tingkat sel, organ maupun

individu, yang bisa diukur dengan berat (gram, kilogram), ukuran panjang

(centimeter, meter), umur tulang (Soetjiningsih, 1995).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skil) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

dapat diramalkan, sehingga hasil dari proses pematangan, yang

menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,

organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga

masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan

emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya. Tumbuh kembang merupakan proses kontinue sejak dari

konsepsi sampai maturasi/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor

bawaan dan lingkungan (Soetjiningsih,1995).

3. Ciri-ciri anak prasekolah

Snowman (1993) dikutip dari Patmonodewo (2003),

mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah yang meliputi aspek fisik, sosial,

emosi, dan kognitif anak.

a. Ciri fisik

Penampilan atau gerak-gerik prasekolah mudah dibedakan dengan

anak yang berbeda dalam tahapan sebelumnya.

1) Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki

penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai

kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri. Berikan kesempatan

kepada anak untuk lari, memanjat dan melompat. Usahakan

kegiatan-kegiatan tersebut di atas sebanyak mungkin sesuai dengan

kebutuhan anak dan selalu di bawah pengawasan.

2) Walaupun anak laki-laki lebih besar, namun anak perempuan lebih

terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas

motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak laki-laki

apabila dia tidak terampil. Jauhkan dari sikap membanding-

bandingkan laki-laki dan perempuan, juga dalam kompetisi

keterampilan.

b. Ciri sosial

Anak prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang

di sekitarnya, umumnya anak pada tahap ini memiliki satu atau dua

sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat

menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman.

Sahabat yang biasa dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya tetapi

kemudian berkembang jadi sahabat yang terdiri dari jenis kelamin

yang berbeda.

c. Ciri emosional

Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan

bebas dan terbuka, sikap marah, iri hati pada anak prasekolah sering

terjadi mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.

d. Ciri kognitif

Anak prasekolah umumnya sudah terampil berbahasa, sebagian

besar dari mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya.

Sebaiknya anak diberi kesempatan untuk menjadi pendengar yang

baik.

4. Tugas tumbuh kembang anak

Soetjiningsih (1995), mengemukakan bahwa semua tugas

perkembangan anak usia 4-6 tahun itu disusun berdasarkan urutan

perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor

perkembangan, yang meliputi :

a. Praktik sosial

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan kemandirian,

bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan misalnya :

membantu di rumah, mengambil makanan, berpakaian tanpa bantuan,

menyuapi boneka, menggosok gigi tanpa bantuan dan mengambil

makanan.

b. Gerakan motorik halus

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati

sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu

yang dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang

cermat misalnya menggambar garis, lingkaran, dan menggambar

manusia.

c. Bahasa

Kemampuan yang memberikan respon terhadap suara, mengikuti

perintah misalnya, bicara semua dimengerti, mengenal dan

menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil).

d. Gerakan motorik kasar

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh

misalnya, berdiri dengan satu kaki, berjalan naik tangga dan

menendang bola ke depan.

5. Kondisi gigi anak pra sekolah

Gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang berisi dari gigi–gigi

pada rahang atas dan rahang bawah, lidah serta saluran-saluran penghasil

air ludah. Kalau diperhatikan sebuah gigi diluar mulut maka dapat kita

bagi gigi tersebut atas 3 bagian :

a. Mahkota gigi.

b. Akar gigi.

c. Leher gigi yang terletak diantara kedua bagian tersebut di atas.

Pada dasarnya gigi mempunyai 2 jaringan, yaitu jaringan keras gigi

dan jaringan lunak gigi. Menurut taringan (1989), dijelaskan sebagai

berikut :

a. Jaringan keras gigi

Tiap gigi mempunyai 3 bagian jaringan keras. Mahkota gigi

diselubungi oleh jaringan terkeras dalam tubuh yang disebut : email

gigi. Permukaan gigi yang melakukan pengunyahan tidak merupakan

permukaan yang rata, tapi berlekuk-lekuk seperti parit-parit kecil yang

dinamai fisur. Jaringan pengikat yang mengalami pengapuran serta

memberikan kekuatan elastis pada gigi, warnanya agak kekuning-

kuningan disebut dengan dentin.

b. Jaringan lunak gigi

Pada bagian yang lebih dalam dari dentin dijumpai ruangan yang

disebut pulpa atau sumsum gigi. Sering disebutkan bahwa pulpa gigi

ini berisi urat-urat saraf saja, tetapi sebenarnya disamping urat-urat

saraf, disini dijumpai juga pembuluh darah dan pembuluh limfe. Saat

bertambahnya umur, rongga pulpa semakin mengecil. Antara semen

pada akar dengan tulang rahang masih dijumpai jaringan lunak lain

yang disebut periodontium. Bagian tulang rahang yang merupakan

tempat tertanamnya akar gigi disebut tulang alveolar. Diantara

gusi/mukosa mulut dan gigi berbentuk menonjol yang disebut papila.

Gigi susu biasanya mulai tumbuh ketika bayi berumur 6 bulan. Bila

si bayi telah berumur 2 tahun seluruh gigi susu yang berjumlah 20 buah,

sudah tumbuh sempurna. Pada setiap daerah rahang terdapat 5 buah gigi,

yang terdiri dari 2 gigi seri, gigi taring dan 2 gerahan kecil. Gigi susu

ukurannya lebih kecil dari pada gigi tetap terutama dalam dimensi vertikel.

Mahkota gigi susu lebih bulat, warnanya putih kebiru-biruan bila

dibandingkan dengan gigi tetap yang berwarna kuning keputih-putihan.

Guna gigi susu adalah :

a. Untuk melunakkan makanan waktu pengunyahan.

b. Menyediakan tempat untuk gigi-gigi yang akan tumbuh

menggantikannya.

c. Untuk menghasilkan suara yang jelas.

Menurut Taringan (1989), dalam bukunya mengemukakan bahwa

di dalam tulang rahang terdapat gigi-gigi susu yang telah siap dibentuk,

yang dibatasi oleh tulang rahang dan gusi yang tipis, dengan bagian

tangga mulut yang lain. Gigi-gigi tersebut terdapat dalam saku-saku gigi-

gigi. Pada saat gigi mulai tumbuh, akan timbul tekanan yang dapat

mengkoyak saku gusi, tulang rahang dan akhirnya gusi, tekanan ke arah

rongga mulut dan gigi ini akan hilang bila gigi sudah muncul dalam mulut.

Gigi susu ini kadang disebut juga sebagai gigi yang di ganti. Kejadian

seperti di atas biasa terjadi saat anak berumur 4 sampai 5 tahun. Pada

umur 6 tahun sampai 7 tahun dimulai pertumbuhan gigi tetap, yang

menekan akar gigi susu. Penekanan ini gigi susu tidak langsung terlepas,

tetapi perlahan-lahan akar gigi susu tersebut dikikis (resorbsi). Bila akar

gigi susu tersebut telah demikian banyak teresorbsi, gigi akan menjadi

goyang, sehingga terkadang dapat lepas sendiri. Gigi geraham besar

pertama merupakan gigi tetap yang tumbuh pertama kali. Pertumbuhan ini

diikuti oleh pertumbuhan gigi seri pertama, pada umur 6-7 tahun.

6. Penyakit yang biasa menyerang pada gigi susu

a. Karies gigi

Karies gigi ini sering terjadi pada anak usia pra sekolah karena anak-

anak seusia ini umumnya senang dengan makan–makanan yang manis

seperti permen dan coklat. Sedangkan anak-anak sulit untuk

membersihkan atau mengosok gigi secara teratur.

b. Plak

Plak yaitu suatu lapisan tipis yang mengandung banyak bakteri dan

melekat pada permukaan gigi. Bakteri yang terdapat dalam plak akan

mengolah karbohidrat untuk menghasilkan energi bagi dirinya.

Pengolahan karbohidrat ini akan menghasilkan asam susu yang dapat

merapuhkan email gigi. Proses ini terjadi dengan lambat sehingga

anak-anak sama sekali tidak merasakan keluhan pada giginya.

c. Gigi goyah

Gigi yang goyah biasanya disebabkan oleh tekanan dari gigi permanen

yang akan tumbuh untuk menggantikan peran gigi susu pada anak-

anak. Gigi–gigi susu yang sudah waktunya tanggal maka akan

mengalami gigi goyah.

d. Karang gigi

Karang gigi merupakan jaringan keras yang melekat erat pada gigi

yang terdiri dari bahan-bahan mineral seperti : calcium, ferum, zink,

Cu, Ni dan lain sebagainya. Karang gigi dapat melekat pada

permukaan gigi yang terletak di atas gusi, sehingga disebut supra

gingival atau pada permukaan yang terletak di bawah gusi dan disebut

sub gingival. Karang gigi supra gingival warnanya kuning dan

biasanya mudah dilepas, hanya dengan jari saja. Sedangkan karang

gigi sub gingival warnanya coklat kehitaman, melekat erat di bawah

gusi dan amat sukar dibersihkan. Karang gigi supra gingival berasal

dari endapan-endapan mineral ludah yang bereaksi dengan bakteri-

bakteri mulut serta sisa-sisa makanan, sedang karang gigi sub gingival

berasal dari sel-sel darah yang pecah dan mengendap ke sela-sela gigi

dan gusi.

C. Dukungan Orang Tua

1. Pengertian

Dukungan adalah persepsi seseorang bahwa dirinya menjadi bagian

dari jaringan sosial yang didalamnya tiap anggotanya saling mendukung

(Kuncoro, 2002). Dukungan di definisikan oleh Gattlieb dalam Zaenudidn

(2002), yaitu informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata

atau tingkah laku yang diberikan oleh orang–orang yang akrab dengan

subyek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-

hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada

tingkah laku penerimaannya. Dalam hal ini orang yang merasa

memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena

diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada

dirinya.

Orang tua adalah tokoh panutan anak, maka diharapkan orang tua

dapat ditiru, sehingga melalui model yang ditiru dari orang tuanya. Orang

tua adalah teladaan pertama bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-

keyakinan, pemikiran dan perilaku orang tua dengan sendirinya memiliki

pengaruh yang sangat dalam terahadap pemikiran dan perilaku anak.

Ayah dan ibu lah yang harus melaksanakan tugasnya dihadapan anaknya.

Khususnya ibu harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak,

jasmani dan kejiwaannya pada masa pra kehamilan sampai masa

kehamilan.

2. Bentuk dukungan keluarga

Menurut Setiadi (2008), bentuk dukungan keluarga terdiri dari

empat macam dukungan yaitu :

a. Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah

kolektor dan diseminator (penyebar informasi).

b. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman

dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan

terhadap emosi.

c. Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan

praktis dan kongkrit.

d. Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai

sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah

dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.

Menurut House (Smet, 1994) setiap bentuk dukungan sosial keluarga

mempunyai ciri-ciri antara lain :

a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat

digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan

yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau

informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat

disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan

yang sama atau hampir sama.

Contohnya : dengan mengajarkan cara menyikat gigi yang benar,

seperti : mengajari berkumur 1 kali setelah menyikat gigi untuk

membantu flour yang terdapat pada pasta gigi tetap tertinggal lebih

lama di dalam gigi dan rongga mulut, mengajari kesemua sela-sela gigi

agar dapat membersihkan sisa-sisa makanan yang tertinggal di gigi,

mengajari gerakan bersikat gigi pelan-pelan saja dan jangan terburu-

buru supaya gigi terkena sikat semuanya, mengajari menyikat gigi atas

ke arah bawah dan gigi bawah ke arah atas hal ini untuk menghindari

agar gusi tidak terkelupas. Mengajarkan waktu yang tepat menggosok

gigi, seperti : mengajari frekuensi menggosok gigi yang baik adalah 2

kali sehari yaitu 30 menit setelah sarapan pagi dan malam hari sebelum

tidur. Mengajarkan syarat-syarat memilih sikat gigi yang baik, seperti :

mengajari anak untuk memakai sikat giginya sendiri karena sikat gigi

harus dipakai 1 orang dan tidak boleh dipakai bersama-samam atau

berganti-gantian. Mengajarkan pemberian pasta gigi yang baik, seperti

: mengajari penggunaan pasta gigi saat menggosok gigi karena pasta

gigi akan memberikan rasa segar di mulut, mengajari pemakaian pasta

gigi sebesar biji kacang tanah. Mengajarkan untuk menyimpan sikat

gigi yang benar, seperti : mengajari anak mencuci sikat giginya

sebelum dan setelah menggosok gigi, mengajari anak meletakkan sikat

giginya dengan bulu sikat gigi di atas supaya sikat segera kering dan

kuman tidak berkembang biak di tempat yang lembab.

b. Perhatian emosional, yaitu setiap orang pasti membutuhkan bantuan

dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empatik,

cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Bisa dikatakan seseorang yang

menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri

tetapi masih ada orang lain yang memperhatikannya, mau mendengar

segala keluhannya, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang

dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang

dihadapinya.

Contohnya : dengan mengajarkan waktu yang tepat menggosok gigi,

seperti : mengingatkan anak bahwa waktu yang tepat adalah

menggosok gigi 30 menit setelah sarapan pagi dan sebelum tidur.

Mengajarkan syarat-syarat memilih sikat gigi yang baik, seperti :

mengajak anak membandingkan beberapa sikat gigi dan doronglah

supaya dia memilih sikat gigi dengan bulu yang lembut.

c. Bantuan instrumental, yaitu bantuan bentuk ini bertujuan untuk

mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan

dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara

langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan menyediakan

peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat

yang dibutuhkan dan lain-lain.

Contohnya : dengan mengajarkan syarat-syarat memilih sikat gigi yang

baik, seperti : membelikan sikat gigi anak disesuaikan dengan keadaan

gigi anak. Mengajarkan pemberian pasta gigi yang baik, seperti :

membelikan pasta gigi dengan rasa sesuai yang diinginkan anak.

d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan

seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari

penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana

pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan

dukungan sosial keluarga maka penilaian yang sangat membantu

adalah penilaian yang positif.

Contohnya : dengan mengajarkan pemberian pasta gigi yang baik,

seperti : menjelaskan bahwa menggosok gigi menggunakan pasta gigi

akan memberikan rasa segar di dalam mulut. Mengajarkan untuk

menyimpan sikat gigi yang benar, seperti : menjelaskan bahwa setelah

menyikat gigi kepala sikat gigi harus di letakkan di atas, bila ditaruh

begitu saja maka air tidak segera kering dan kuman yang tinggal akan

berkembang biak.

Perawatan yang baik dapat mencegah penyakit gigi dan mulut,

yaitu dengan menerapkan teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan

membersihkan gigi dan mulut dari sisa-sisa makanan yang tertinggal

diantara gigi atau fisur gigi, jadi bagian antara gigi serta fisur ini harus

lebih diperhatikan kebersihannya. Mulut mempunyai sistem pembersihan

sendiri yaitu air ludah dan lidah, tetapi dengan makanan modern kita

sekarang, pembersih alami ini tidak lagi berfungsi dengan baik. Oleh

karena itu kita juga harus menggunakan sikat gigi untuk menggosok gigi

sebagai alat pembantu untuk membersihkan gigi dan mulut dari sisa-sisa

makanan (Tarigan, 1989). Anak-anak memang masih dalam taraf

memerlukan bimbingan yang ketat, memerlukan kesabaran yang luar

biasa, memerlukan kebijaksanaan yang sempurna dengan cara yang baik

(Machfoedz, 2005).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua di dalam

menerapkan teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak

prasekolah adalah :

a. Mengajarkan cara menyikat gigi yang benar

Pada umumnya anak senang makan makanan yang manis-

manis padahal gula adalah musuh gigi anak artinya apabila anak

terlalu banyak makan gula dan jarang membersihkan gigi maka gigi-

giginya akan rusak atau karies. Gula di dalam gigi akan diubah oleh

kuman dengan bahan dari mulut, kuman itu menjadi asam. Asam yang

menempel pada permukaan email akan melunakan email, di atas

permukaan email itu kuman akan melubanginya, kemudian kuman itu

akan tinggal di dalam lubang karies untuk berkembang biak

(Machfoed, dkk, 2005).

Apabila kita membersihkan gigi secara benar, plak pun ikut

bersih dari permukaan gigi, namun plak ini secara alamiah akan

terbentuk lagi dari waktu ke waktu. Plak ini merupakan lapisan tipis

transparan, tidak bisa dilihat oleh mata telanjang dan melekat erat

pada permukaan gigi. Plak bisa dilihat apabila diwarnai dengan zat

khusus berwarna discloning agent atau discloning solution, suatu

cairan yang berwarna merah. Gigi disikat setidak-tidaknya selama dua

menit supaya air ludah juga dapat keluar dan membersihkan kantong

gusi yang terletak di perbatasan gigi dan gusi. Kantong gusi ini

mempunyai kedalaman normal 2-4 mm yang perlu juga dibersihkan

untuk mencegah makanan terselip diantaranya. Kemiringan bulu sikat

gigi sebesar 45 derajat pada daerah kantong gusi dapat membantu bulu

sikat gigi masuk ke dalam kantong gusi untuk membersihkan yang

lebih maksimal. Setelah menyikat gigi, sikat pula lidah karena lidah

ini permukaannya tidak rata dan bisa menyimpan sisa makanan yang

menimbulkan bau. Alat pembersih khusus lidah dapat dipakai, namun

jika tidak, bisa menggunakan sikat gigi. Berkumurlah sebanyak sekali

saja untuk membantu flour yang terdapat pada pasta gigi tetap

tertinggal lebih lama di dalam gigi dan rongga mulut (Maulani, dkk,

2005).

Melakukan sikat gigi yang benar adalah menyikat semua

permukaan gigi sampai bersih dan plak juga hilang sempurna.

Gerakan bersikat gigi pendek-pendek saja jangan terburu-buru.

Bersihkan salah satu sisi dahulu baru pindah untuk menyikat

permukaan samping baik luar maupun dalam, juga melawan arah

permukaan gusi (ujung pinggir gusi). Gigi atas jangan menyikat

kearah atas, sebaliknya untuk gigi bawah jangan menyikat kearah

bawah. Ini untuk menghindarkan diri agar gusi tidak terkelupas, tetapi

bulu-bulu sikat harus dikenakan gusi tujuannya ialah agar supaya gusi

terjepit oleh bulu-bulu halus itu. Hal ini dapat merangsang aliran

darahnya sedikit mengembang. Proses pemberian makanan dan

pengambilan sisa tak berguna pada jaringan gusi dapat berjalan cepat

dan lancar, sehingga gusi menjadi lebih sehat (Machfoed, 2005).

b. Mengajarkan waktu yang tepat menggosok gigi

Menurut Bahar yang dikutip dari Maulani, dkk (2005),

mengemukakan bahwa menyikat gigi setelah seseorang makan, sisa

makanan, khususnya makanan yang mengandung karbohidrat, akan

mengalami fermentasi atau peragian terhadap gula (glukosa) makanan.

Hasilnya beberapa senyawa yang bersifat asam dan membuat

lingkungan sekitar gigi bersuasana asam. Derajat keasaman tadi akan

meningkatkan atau menurunkan PH. PH adalah derajat keasaman yang

digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman/kebasaan suatu larutan

jika nilai PH < 7 maka larutan bersifat asam dan apabila nilai PH > 7

maka larutan bersifat basa. Apabila berlanjut dengan penurunan nilai

PH kritis, yaitu nilai PH yang dapat memicu hilangnya garam kalsium

pada email gigi sebagai penyebab gigi berlubang. Namun ada bakteri

veillonella alcalescens, akan merusak kembali senyawa tersebut.

Selang beberapa waktu, PH plak akan berlangsung naik

kembali mencapai PH normal, demikianlah yang selalu terjadi setelah

makan terutama makan makanan yang mengandung gula jadi,

sebenarnya terjadi proses alamiah yang bertujuan untuk melindungai

gigi. Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa PH akan kembali

normal setelah 20-30 menit setelah makan. Kenyataan diatas, dapat

dikatakan bahwa masa 20-30 menit setelah kita menyantap makanan

yang mengandung karbohidrat (mengandung gula) merupakan saat-

saat sangat rentan untuk terjadinya kerusakan gigi. Penyikatan gigi

pada saat derajat keasaman dalam mulut masih pada tingkat kritis ini

akan menambah kerusakan pada gigi jadi, jangan menyikat gigi setelah

makan, tunggulah sampai lewat masa genting setelah makan, yaitu

sekitar setengah jam setelah makan. Frekuensi menyikat gigi yang baik

adalah 2 kali sehari, pagi 30 menit setelah sarapan pagi dan malam hari

sebelum tidur (Maulani, dkk, 2005).

c. Mengajarkan syarat-syarat memilih sikat gigi yang baik

Memilih sikat gigi anak disesuaikan dengan keadaan gigi anak.

Apabila gigi dan rahangnya kecil, pilihlah sikat gigi dengan bulu

pendek dan sempit. Namun apabila gigi dan rahangnya agak besar,

pilih sikat gigi dengan bulu yang lebih besar dan sesuai. Selalu cari

sikat gigi dengan bulu nilon yang lebih lembut atau ujung bulunya

membulat karena bulu sikat gigi dengan ujung yang kasar dapat

melukai gusi, sedangkan anak yang masih belajar melakukan kontrol

terhadap tekanan sikat giginya.

Apabila anak sudah mulai mengerti anak bisa diajak memilih

sikat giginya sendiri. Ajaklah anak membandingkan beberapa sikat

gigi dan doronglah supaya dia memilih sikat gigi dengan bulu yang

lembut sikat gigi perlu dahulu dan dicoba di rumah karena umumnya

bulu tidak bisa disentuh dengan tangan karena tertutup oleh plastik

jangan ragu untuk mengganti sikat gigi yang mempunyai kualitas baik

supaya bisa dipilih lagi kemudian. Sikat gigi anak diganti setidaknya 2

bulan sekali atau segera diganti jika bulu sikat gigi sudah melebar.

Sikat gigi anak lebih cepat rusak karena mereka masih dalam proses

berlatih, sehingga kadangkala tekanan sikat gigi berlebihan membuat

bulunya menjadi lebih cepat rusak dan melebar.

Sikat gigi harus dipakai satu orang, tidak boleh dipakai

bersama-sama atau berganti-gantian. Apabila jika mempunyai anak

lebih dari satu, tentukan warna masing-masing kesukaan anak dan dua

bulan kemudian diganti bersamaan, bisa dengan warna yang sama atau

berubah warna antara satu anak dengan anak yang lain. Ingatkan anak

akan sikat giginya sendiri, sehingga disaat orang tua lupa anak bisa

mengingat sikat giginya sendiri dengan cepat.

Sikat gigi dengan gagang transparan atau tembus cahaya

memungkinkan bulu sikat gigi dapat terlihat sampai pangkalnya,

sehingga pembersihan bulu sikat akan lebih baik. Apabila anak sudah

mulai menyikat giginya sendiri, periksalah sekali waktu sikat gigi

anak, karena sering kali sisa pasta gigi mengendap pada dasar bulu

sikat gigi, setelah sikat gigi bersih letakan sikat gigi dengan bulu sikat

di atas, sehingga memungkinkan air mengalir ke bawah dan bulu sikat

cepat kering. Ajaklah untuk anak memilih dan membeli pasta gigi dan

sikat gigi kesukaannya, maka motivasi anak akan meningkat dan dia

rajin membersihkan gigi setiap hari dengan sikat gigi kesukaannya

tersebut (Maulani, 2005).

Menurut Machfoed 2005, mengemukakan bahwa sikat gigi

yang baik sebagai berikut :

1) Tangkai lurus dan mudah dipegang.

2) Kepala sikat gigi kecil sehingga ancar-ancar paling besar sama

dengan jumlah lebar ke empat gigi bawah. Kenapa harus kecil,

sebab kalau besar tidak dapat masuk kebagian-bagian yang sempit

dan dalam.

3) Bulu sikat gigi harus lembut dan datar, apabila sikat gigi terlalu

besar, bulu dapat dicabut sebagian.

d. Mengajarkan pemberian pasta gigi yang baik

Pasta gigi akan memberikan rasa segar di dalam mulut, saat ini

pasta gigi dengan berbagai macam rasa tersedia di pasaran. Saat ini

pasta gigi untuk anak-anak ada dalam bermacam-macam warna dan

rasa dengan bentuk gel bening maupun pasta, ada rasa strowberi,

melon, orange, anggur, bahkan coklat. Ajarkan anak menggunakan

pasta gigi sebesar biji kacang tanah.

Anak bisa diajak membeli pasta gigi dengan rasa lain untuk

mencegah anak merasa bosan dengan rasa yang sama. Anak yang

belum bisa berkumur dan meludah, bisa dipilihkan pasta gigi yang

tidak mengandung flour. Apabila sudah bisa meludah dan membuang

kumurannya, boleh diberikan pasta gigi yang mengandung flour.

Boleh diberikan pasta gigi untuk anak berisi flour sebanyak 30 % dari

kandungan flour pasta gigi orang dewasa, berarti mengandung 0,03 %

flour, flour dapat menghambat terjadinya gigi berlubang sebanyak 15-

30 %. Menurut penelitian orang dewasa menggunakan 0,30 gram

pasta gigi sekali pakai, sedangkan pada anak-anak 1/3 nya,

diperkirakan 25-33 % anak menelan pasta gigi sewaktu menyikat

giginya. Kemungkinan anak menelan flour adalah sebanyak 0,5-0,6

mgf/hari. Hal ini dapat menimbulkan flourosis gigi yang ditandai

dengan timbulnya bintik-bintik pada email gigi jika kadar flour dalam

air minum yang dipakai untuk anak dan keluarga sudah termasuk

tinggi. Oleh karena itu perlu menjadi perhatian orang tua untuk

mengawasi anaknya dalam menyikat gigi karena pasta gigi dengan

harum mirip buah-buahan bisa mengasosiasikan anak pada pasta gigi

yang bisa dimakan. Padahal tidak demikian, terlalu banyak menelan

pasta gigi dapat berbahaya. Plihlah pasta gigi berdasarkan kebutuhan

dan usia anak.

e. Mengajarkan untuk menyimpan sikat gigi yang benar

Ajarkan kepada anak setelah bersikat gigi maka sikat gigi

harus dicuci sampai bersih. Ingatkan anak setelah itu digantung

dengan kepala sikat gigi di atas. Apabila ditaruh begitu saja maka air

tidak segera kering dan kuman yang tinggal akan berkembang biak.

Apabila sikat gigi digantung maka sikat gigi akan cepat kering dan

bersih dari kuman yang menempel dan berkembang biak (Machfoed,

2005).

D. Kerangka Teori

Menurut Lowrence Green, dalam Notoatmodjo (2005)

Faktor predisposisi/pemudah praktik - Pengetahuan orang tua dan anak - Sikap orang tua dan anak - Praktik mengosok gigi yang

dilakukan anak

Faktor pemungkin/pendukung praktik - Pendapatan keluarga - Pelayanan kesehatan - Fasilitas

Faktor pendorong - Dukungan orang tua terutama

ibu - Dukungan guru - Dukungan petugas kesehatan

Praktik anak mengosok gigi

E. Kerangka Konsep

F. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan untuk penelitian ini ada dua yaitu :

1. Variabel bebas (variable independen)

Dalam penelitian ini variable independen (variabel bebas) adalah

dukungan orang tua. Dukungan orang tua merupakan sebab timbulnya atau

berubahnya variable dependen (variabel terikat).

2. Variabel terikat (variable dependen)

Dalam penelitian ini variable dependen (variabel terikat) adalah praktik

menggosok gigi, variabel tersebut dipengaruhi atau yang terjadi akibat

adanya variabel independen (variabel bebas).

G. Hipotesis.

Berdasarkan kerangka konsep penelitian yang telah dibuat, maka

hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah : ada hubungan dukungan

orang tua dengan praktik menggosok gigi pada anak prasekolah di TK

Aisyiyah Bustanul Athfal 08, Semarang.

Dukungan orang tua Praktik mengosok gigi

Variabel bebas (variabel independen)

Variabel terikat (variabel dependen)