BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan
Rumah Tangga
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah
suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Perilaku dan gejala perilaku yang
tampak pada kegiatan organisme di pengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
Secara umum dapat di katakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini
merupakan penentu dari perilaku mahluk hidup termasuk perilaku manusia.
Hereditas atau faktor keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk
perkembangan perilaku mahluk hidup untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan
merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut
(Notoadmodjo, 2003).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan,sikap,
perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan
masyarakat agar mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah
tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah, agar dapat menerapkan cara-cara
hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
PHBS merupakan wujud keberadaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat
adalah sekumpulan perilaku yang di praktekan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri
sendiri. Dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
pribadi dan keluarga (Wahyuni, 2007).
Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain,
berinteraksi, dan lain-lain (Depkes RI, 2002). Sedangkan rumah tangga adalah
wahana atau wadah dimana orang tua (bapak dan ibu) dan anak serta anggota
keluarga yang lain dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Bertolak dari
pengertian di atas sehingga PHBS ditatanan rumah tangga adalah suatu upaya
yang dilaksanakan untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan
keluarga dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
Menurut Menurut Depkes RI Pusat Promosi Kesehatan (2008) , PHBS di
rumah tangga adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu,
mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Adapun tujuan PHBS di rumah
tangga adalah sebagai berikut: (1). Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif
petugas kesehatan, petugas lintas sektor, media massa, organisasi masyarakat,
LSM, tokoh masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan
PHBS di rumah tangga (2). Meningkatkan kemampuan keluarga untuk
melaksanakan PHBS dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu:
pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu menyusui, anak dan remaja, usia
lanjut, dan pengasuh anak.
Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar,
maka di perlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat
menjadi sehat. Salah satunya adalah melalui progran perilaku hidup bersih dan
sehat.
2.1.1 Manfaat
Manfaat dilaksanakanya program PHBS ini adalah:
a) Setiap anggota rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak
mudah sakit.
b) Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktifitas kerja anggota
rumah tangga.
c) Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya
kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi lain seperti pendidikan
dan usaha lain.
d) Guna meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.
e) Sebagai salah satu indikator keberhasilan pemerintah kabupaten atau kota
dalam bidang pembangunan kesehatan.
f) Dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.
2.1.2 Indikator
Indikator adalah suatu alat ukur untuk menunjukan suatu keadaan atau
kecenderungan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian. Indikator
diperlukan untuk menilai apakah aktivitas pokok yang di jalankan telah sesuai
dengan rencana dan menghasilkan dampak yang di harapkan ( Depkes RI, 2002).
Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di
5 tatanan yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-tempat
umum, tatanan sekolah, tatanan institusi kesehatan. Indikator PHBS tatanan
rumah tangga yaitu suatu alat ukur atau suatu petunjuk yang membatasi fokus
perhatian untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan rumah tangga.
1. Indikator Tatanan Rumah Tangga
A. Perilaku
a. Tidak merokok
b. Pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan
c. Penimbangan Bayi dan Balita
d. Memberi ASI eksklusif kepada Bayi
e. Mencuci tangan pakai sabun
f. Makan buah dan sayur setiap hari
g. Olahraga teratur
h. Mengosok gigi sebelum tidur
i. Kepesertaan Askes/ JPKM
B. Lingkungan
a. Menggunakan jamban sehat
b. Menggunakan air bersih
c. Ada tempat sampah
d. Ada SPAL
e. Ventilasi
f. Kepadatan penghuni
g. Lantai rumah bukan tanah
Menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada setiap
orang bukanlah hal yang mudah, akan tetapi memerlukan proses yang panjang.
Setiap orang hidup dalam tatanannya dan saling mempengaruhi serta berinteraksi
antar pribadi dalam tatanan tersebut. Kondisi sehat dapat dicapai dengan
mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat demi menciptakan
lingkungan sehat di rumah tangga.
2. Indikator Tatanan Tempat Kerja
A. Perilaku
a. Menggunakan alat pelindung
b. Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok
c. Olahraga teratur
d. Bebas NAPZA
e. Kebersihan lingkungan kerja
f. Ada asuransi kesehatan
B. Lingkungan
a. Ada jamban
b. Ada air bersih
c. Ada tempat sampah
d. Ada SPAL
e. Ventilasi
f. Pencahayaan
g. Ada K3
h. Ada kantin
i. Terbebas dari bahan berbahaya
j. Ada klinik
Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara
dan mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif. Manfaat
PHBS di tempat kerja diantaranya masyarakat di sekitar tempat kerja menjadi
lebih sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan di sekitar tempat kerja
menjadi lebih bersih, indah, dan sehat.
3. Indikator Tatanan Tempat-Tempat Umum
A. Perilaku
a. Kebersihan jamban
b. Kebersihan lingkungan
B. Lingkungan
a. Ada jamban
b. Ada air bersih
c. Ada SPAL
d. Ada tempat sampah
e. Ada K3 (keshatan keselamatan kerja)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tempat-tempat umum adalah upaya
untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola
tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan
aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum Ber-PHBS. Melalui penerapan
PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-tempat
umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit.
4. Indikator Tatanan Sekolah
A. Perilaku
a. Kebersihan pribadi
b. Tidak merokok
c. Olahraga teratur
d. Tidak menggunakan NAPZA
B. Lingkungan
a. Ada jamban
b. Ada air bersih
c. Ada tempat sampah
d. Ada SPAL
e. Ventilasi
f. Kepadatan
g. Ada warung sehat
h. Ada UKS
i. Ada taman sekolah
Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring
munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah yang
ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik,
guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan
Sekolah. Penerapan PHBS di Sekolah dilakukan untuk terciptanya sekolah yang
bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah
terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.
5. Indikator Tatanan Institusi Kesehatan
A. Perilaku
a. Tidak merokok
b. Kebersihan lingkungan
c. Kebersihan kamar mandi
B. Lingkungan
a. Ada jamban
b. Ada air bersih
c. Ada tempat sampah
d. Ada SPAL
e. Ada IPAL Rumah sakit
f. Ventilasi
g. Ada Tempat cuci tangan
h. Ada pencegahan serangga
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di institusi kesehatan merupakan upaya
untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu,
mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan
aktif dalam mewujudkan intitusi kesehatan ber perilaku hidup bersih dan sehat.
Perilaku hidup bersih dan sehat di Institusi kesehatan sangat diperlukan sebagai
salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit, dan mewujudkan Institusi
Kesehatan yang sehat.
Untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat di tiap tatanan,di
perlukan pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap pengkajian,
perencanaan, penggerakan, pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan
penilaian. Persepsi untuk proses perubahan perilaku menjadi perilaku hidup bersih
dan sehat adalah penilaian suatu ide atau gagasan baru yang diperkenalkan kepada
individu dan diharapkan untuk diterima dan proses oleh individu tersebut
sehingga memunculkan sikap individu menerima dan memformulasikan ide
tersebut menurut versi diri sendiri.
Perilaku hidup bersih dan sehat bukan hal yang baru bagi masyarakat.
Ditengah kecanggihan teknologi pada masa sekarang, informasi dan pengetahuan
mudah diakses masyarakat. Perilaku hidup bersih dan sehat adalah semua perilaku
yang dapat menjadikan kita hidup sehat. Hidup sehat tidak terbatas dengan
melaksanakan indikator PHBS. Tetapi indikator itu dipilih sebagai penilaian
apakah masyarakat sudah berperilaku hidup bersih dan sehat dan perlu
dikembangkan ditengah masyarakat kita.
Dalam program promosi kesehatan di kenal adanya model pengkajian dan
penindaklanjutan yang di adaptasi dari konsep L. W Green. Model ini mengkaji
masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,serta cara
untuk menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah,memelihara atau
meningkatkan perilaku tersebut ke arah yang lebih positif (Depkes RI, 2002).
Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan
dibentuk oleh pengetahuan yang diterima. Kemudian muncul persepsi dari
individu dan muncul sikap, niat, keyakinan / kepercayaan yang dapat memotivasi
dan mewujudkan keinginan menjadi sebuah perbuatan.
Manajemen PHBS adalah penerapan keempat proses manajemen pada
umumnya ke dalam model pengkajian dan penindaklanjutan.
a. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin di capai di bidang
pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat
kesejahteraan. Di harapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin
tinggi. Kualitas hidup ini salah satunya di pengaruhi oleh derajat kesehatan.
Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin
tinggi.
b. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin di capai dalam bidang
kesehatan. Dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah
kesehatan yang sedang di hadapi. Yang paling besar pengaruhnya terhadap
derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan lingkungan.
c. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosail budaya yang
langsung/tidak di pengaruhi derajat kesehatan.
d. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena
adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya
(Depkes RI, 2002).
Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007) klasifikasi tentang
perilaku kesehatan yaitu:
1. Perilaku hidup sehat
Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antara lain :
a) Makan dengan menu seimbang. Menu seimbang disini dalam arti kualitas
( mengandung zat-zat gizi yang di perlukan tubuh) dan kuantitas dalam
arti jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh ( tidak kurang
tetapi tidak juga lebih).
b) Olahraga teratur yang juga mencakup kualitas dan kuantitas dalam arti
frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya
kedua aspek ini akan tergantung dari usia dan status kesehatan yang
bersangkutan.
c) Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan
berbagai macam penyakit.
d) Tidak minum minuman keras dan narkoba.
e) Istrahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat
tuntutan untuk penyesuaian denggan lingkungan modern, mengharuskan
orang untuk harus bekerja keras dan berlebihan sehingga kurang waktu
istirahat. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan.
f) Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja dan akibatnya
bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan
hidup yang keras. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang.
Stres tidak dapat kita hindari maka yang penting agar stres tidak dapat
menyebabkan gangguan kesehatan kita harus dapat mengedalikan atau
mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan positif.
g) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan misalnya : tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dalam
lingkungan dan sebagainya.
2. Perilaku sakit
Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsi terhadap sakit, pengetahuan tentang: penyebab dan gejala penyakit,
pengobatan penyakit dan sebagainya.
3. Perilaku peran sakit
Dari segi sosiologi orang sakit mempunyai peran yang mencakup hal-hal
orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan kewajiban ini harus
diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain yang selanjutnya disebut
perilaku peran orang sakit. Perilaku ini meliputi :
a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
b. Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana
pelayanan/penyembuhan penyaki yang layak.
c. Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh
perawatan,memperoleh pelayanan kesehatan) dan kewajiban orang sakit
(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada
dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang
lain).
Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan di tentukan oleh
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau
masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku. (Notoatmodjo, 2007).
Perubahan perilaku kesehatan merupakan tujuan pendidikan kesehatan.
Berdasarkan teori dari Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003)
perilaku dipengaruhi 3 faktor yaitu:
1. Faktor Pemudah, faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi, tingkat sosial, tingkat ekonomi, budaya dan
sebagainya.
2. Faktor Pemungkin, faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana
atau fasilitas kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, jamban dan
sebagainya. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan
terwujudnya perilaku kesehatan. Maka faktor-faktor ini disebut faktor
pendukung atau faktor pemungkin.
3. Faktor Penguat, faktor-faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama, keluarga, teman sebaya serta sikap dan perilaku
para petugas kesehatan untuk berperilaku sehat, kadang-kadang bukan
hanya pengetahuan saja yang positif dan dukungan fasilitas saja melainkan
diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para
petugas (lebih petugas kesehatan), keluarga, teman sebaya dan guru.
2.2 Tinjauan Tentang Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni penciuman, penglihatan, pendengaran, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Perilaku yang di dasarkan oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan. Menurut teori
kebenaran, suatu pengetahuan, teori, pernyataan dan proposisi atau hipotesis
dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan (Keraf dan Mikhael, 2001).
Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
1) Umur
Umur sangat erat kaitannyadengan pengetahuan seseorang. Karena semakin
bertambah usia maka semakin banyak pula pengetahuannya.
2) Pendidikan
Tingkat pendidikan menentukan pola fikir dan wawasan seseorang, semakin
tinggi pendidikan sesorang maka diharapkan stok modal semakin meningkat,
pendidikan meiliki peranan penting dalam kualitas. Melalui pendidikan
manusia diianggap akan memperoleh pengetahuan.
3) Sumber informasi
Informasi adalah data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang
mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi
keputusan saat ini atau keputusan mendatang, informasi yang datang dari
pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan. Sumber informasi
dapat diperoleh dari media cetak, media elektronik, dan nonmedia, (Aninom
2011).
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang
berbeda-beda. Secara garis besarnya di bagi dalam enam tingkatan pengetahuan
yaitu:
a) Tahu
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan masyarakat dalam mengingat
kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima.
b) Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mempraktekan materi tersebut
secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
terhadap obyek yang dipelajari.
c) Aplikasi
Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
di pelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d) Analisis
Analisis di artikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f) Evaluasi
Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau obyek.
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku ia harus tahu terlebih dahulu apa
arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikator yang
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap
kesehatan dapat dikelompokan menjadi:
1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit,meliputi:
a. Penyebab penyakit
b. Gejala atau tanda-tanda penyakit
c. Bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari pengobatan
d. Bagaimana cara penularannya
e. Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan
sebagainya.
2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,
meliputi:
a. Jenis-jenis makanan yang bergizi
b. Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya
c. Pentingnya olahraga bagi kesehatan
d. Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba
dan sebagainya.
e. Pentingnya istirahat yang cukup, relaksasi dan sebagainya.
3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
a. Manfaat air bersih
b. Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran
yang sehat dan sampah
c. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat
d. Akibat polusi bagi kesehatan, dan sebagainya.
Pengetahuan yang diperoleh dapat menimbulkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya nilai kesehatan, karena dengan pengetahuan akan membantu
masyarakat dalam memelihara dan menjaga kesehatan mereka pada tingkat sebaik
baiknya. Dengan meningkatkan pengetahuan kebiasaan cara berobat yang biasa
dilakukan yaitu dari pengobatan dukun beralih ke pengobatan modern. Mengukur
pengetahuan seseorang tentang apapun hanya dapat diukur dengan
membandingkan pengetahuan orang tersebut dalam kelompoknya dalam arti luas.
Upaya yang lebih efektif dalam mengatasi masalah kesehatan sebenarnya
adalah dengan memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
dengan berperilaku hidup sehat, namun hal ini ternyata belum disadari dan
dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat (Kusumawati dkk, 2008)
2.3 Tinjauan Tentang Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2007). Sikap secara nyata
menunjukan konotasi adanya kesesuaian antara reaksi terhadap stimulus tertentu
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
derajat sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis social menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas, akan tetapi merupakan presdeposisi tindakan suatu perilaku, sikap
masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah
laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap suatu obyek
(Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan teori WHO dalam Notoatmodjo (2007) sikap
menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering di
peroleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap
membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.
Menurut Azwar. S (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting,
media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor
emosi dalam diri individu. Berikut ini akan diuraikan peranan masing-masing
faktor dalam membentuk sikap manusia.
a. Apa yang telah dan sedang dialami seseorang ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan seseorang terhadap stimulus. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai
tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang
berkaitan dengan obyek psikologis.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Orang lain di sekitar kita
merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi sikap. Pada
umumnya individu cenderung memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain
dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang.
d. Media Massa. Media massa sebagai sarana komunikasi yang berupa televisi,
radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan kepercayaan dan opini seseorang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan-pesan yang
berisi sugesti dan tugas yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa
oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif
dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e. Lembaga pendidikan dan agama. Lembaga pendidikan serta lembaga agama
sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap
dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam
diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu
yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari
pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
f. Pengaruh faktor emosional. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang, suatu bentuk
sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan
ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera
berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap
yang lebih persisten dan bertahan lama (Suparyanto, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
a) Menerima, diartikan bahwa seseorang atau subyek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan obyek.
b) Merespon, diartikan memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap.
c) Menghargai, diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Menurut Azwar S (2003) dalam struktur sikap terdiri atas tiga komponen
yang saling menunjang yaitu :
a. Komponen kognitif yaitu komponen yang berisi kepercayaan seseorang
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
b. Komponen Afektif. Secara umum, komponen ini disamakan dengan
perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan
pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan
sikap.
c. Komponen Konatif. Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan
bagaimana bersikap atau kecenderungan bersikap yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Pengertian
kecenderungan bersikap menunjukkan bahwa komponen konatif meliputi
bentuk sikap yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung saja, akan
tetapi meliputi pula bentuk-bentuk sikap yang berupa pernyataan atau
perkataan yang diucapkan oleh seseorang ( Suparyanto, 2012)
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai 3 komponen pokok,yakni:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu
objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh .
Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi
memegang peranan penting.
Menurut Azwar S (2003) salah satu aspek yang sangat penting guna
memahami sikap manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau
pengukuran (measurement) sikap. Ada beberapa metode pengukuran sikap antara
lain dengan pertanyaan langsung, pengungkapan langsung dan skala sikap.
Pengungkapan sikap dalam bentuk self report merupakan metode yang dianggap
paling baik. Hal ini dilakukan dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan
yang harus dijawab oleh individu dan disebut sebagai skala sikap (Suparyanto,
2012).
Skala sikap (attitude scale) yaitu berupa kumpulan pernyataan-pernyataan
mengenai suatu obyek sikap. Respon subyek pada setiap pernyataan itu kemudian
dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. Salah satu sifat
skala sikap adalah isi pernyataannya yang dapat berupa pernyataan langsung yang
jelas tujuan ukurnya bagi responden. Walaupun responden dapat mengetahui
bahwa skala tersebut bertujuan mengukur sikap namun pernyataan tidak langsung
ini biasanya tersamar dan mempunyai sifat proyektif. Respon individu terhadap
stimulus (pernyataan-pernyataan) sikap yang berupa jawaban setuju atau tidak
setuju itulah yang menjadi indikator sikap seseorang. Respon tampak yang dapat
diamati langsung dari jawaban yang diberikan seseorang merupakan bukti satu-
satunya yang kita peroleh dan itulah yang menjadi dasar untuk menyimpulkan
sikap seseorang (Suparyanto, 2012).
2.4 Kerangka Teori
Perilaku
Pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan.
Memberi bayi ASI
eksklusif.
Menimbang bayi dan
balita.
Makan buah dan sayur
setiap hari.
Olahraga teratur
Tidak merokok di
dalam rumah
Mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun.
Kepesertaan
Askes/JPKM
Menggosok gigi
sebelum tidur
Pengetahuan
PERILAKU
HIDUP
BERSIH
DAN
SEHAT
Tatanan
Rumah
Tangga
Tatanan
Sekolah
Tatanan
Tempat-
Tempat
Umum
2.5 Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel Bebas
: Variabel Terikat
2.6 Hipotesis
Lingkungan
Ada air bersih
Ada jamban
Ada tempat sampah
Ada Spal
Ventilasi
Kepadatan
Lantai rumah bukan
tanah
Sikap
Pengetahuan
Terapan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat Pada
Tatanan Rumah Tangga
Sikap
Tatanan
Tempat
Kerja
Tatanan
Institusi
Kesehatan
Top Related