Download - BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep teori hipertensieprints.umm.ac.id/41128/3/BAB II.pdf · 2018-11-29 · ... (Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih Sumber:

Transcript

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep teori hipertensi

2.1.1 Pengertian hipertensi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di

dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,

dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan

peningkatannya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan

jantung dan kerusakann ginjal. Sedangkan menurut (Triyanto,2014) Hipertensi

adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah

diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan

angka kematian / mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua

fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukan fase darah

yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah

yang kembali ke jantung (Anies, 2006).

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmH

Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Stadium 1 (Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Stadium 2 (Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg

Stadium 3 (Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg

Stadium 4 (Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

Sumber: (Triyanto,2014)

2.1.2 Etiologi Hipertensi

Menurut (Widjadja,2009) penyebab hipertensi dapat dikelompookan

menjadi dua yaitu:

6

a. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab

dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab

hipertensi primer, seperti bertambahnya usia, sters psikologis, pola

konsumsi yang tidak sehat, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien

hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui, umumnya berupa

penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh,

misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaiyan kontrasepsi oral, dan

terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur

tekanan darah. Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin,

dan penyakit jantung.

2.1.3 Faktor-faktor resiko hipertensi

Faktor-faktor resiko hipertensi ada yang dapat di kontrol dan tidak dapat

dikontrol menurut (Sutanto, 2010) antara lain :

a. Faktor yang dapat dikontrol :

Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya berkaitan

dengan gaya hidup dan pola makan. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Kegemukan (obesitas)

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang kegemukan

mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30

tahun mempunyai resiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan

dengan wanita langsing pada usia yang sama. Curah jantung dan

sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas. Meskipun

belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas,

namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah

penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding penderita

hipertensi dengan berat badan normal.

7

2. Kurang olahraga

Orang yang kurang aktif melakkukan olahraga pada umumnya

cenderung mengalami kegemukan dan akan menaikan tekanan darah.

Dengan olahraga kita dapat meningkatkan kerja jantung. Sehingga

darah bisa dipompadengan baik keseluruh tubuh.

3. Konsumsi garam berlebihan

Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara konsumsi

garam berlebihan dengan kemungkinan mengidap hipertensi. Garam

merupakan hal yang penting dalam mekanisme timbulnya hipertensi.

Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi adalah melalui

peningkatan volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah.

Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekresi (pengeluaran)

kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi keadaan sistem

hemodinamik (pendarahan) yang normal. Pada hipertensi primer

(esensial) mekanisme tersebut terganggu, disamping kemungkinan ada

faktor lain yang berpengaruh.

a.) Tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa mereka tidak

mengonsumsi garam, tetapi masih menderita hipertensi. Ternyata

setelah ditelusuri, banyak orang yang mengartikan konsumsi garam

adalah garam meja atau garam yang ditambahkan dalam makanan

saja. Pendapat ini sebenarnya kurang tepat karena hampir disemua

makanan mengandung garam natrium termasuk didalam bahan-

bahan pengawet makanan yang digunakan.

b.) Natrium dan klorida adalah ion utama cairan ekstraseluler.

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsetrasi natrium

didalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya

kembali, cairan intreseluler harus ditarik keluar sehingga volume

cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan

ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,

sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi.

8

4. Merokok dan mengonsumsi alkohol

Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan

selain dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah,

nikotin dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.

Mengonsumsi alkohol juga dapat membahayakan kesehatan karena

dapat meningkatkan sistem katekholamin, adanya katekholamin memicu

naik tekanan darah.

5. Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika

ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat

meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks

maka tekanan darah akan turun kembali. Dalam keadaan stres maka

terjadi respon sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan pengeluaran

atau pengangkutan natrium. Hubungan antara stres dengan hipertensi

diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika

beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.

Stres berkepanjanngan dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi

tinggi. Hal tersebut belum terbukti secara pasti, namun pada binatang

percobaan yang diberikan stres memicu binatang tersebut menjadi

hipertensi.

b. Faktor yang tidak dapat dikontrol

1. Keturunan (Genetika)

Faktor keturunan memang memiliki peran yang sangat besar

terhadap munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya

kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot

(berasal dari satu sel telur) dibandigkan heterozigot (berasal dari sel telur

yang berbeda). Jika seseorang termasuk orang yang mempunyai sifat

genetik hipertensi primer (esensial) dan tidak melakukan penanganan atau

pengobata maka ada kemungkinan lingkungannya akan menyebabkan

hipertensi berkembang dan dalam waktu sekitar tiga puluhan tahun akan

mulai muncul tanda-tanda dan gejala hipertensi dengan berbagai

komplikasinya.

9

2. Jenis kelamin

Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan dengan

wanita. Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor yang mendorong

terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman, terhadap

pekerjaan, pengangguran dan makan tidak terkontrol. Biasanya wanita akan

mengalami peningkatan resiko hipertensi setelah masa menopause.

3. Umur

Dengan semakin bertambahannya usia, kemungkinan seseorang

menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan

penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko

terhadap timbulnya hipertensi. Hanya elastisitas jaringan yang

erterosklerosis serta pelebaran pembulu darah adalah faktor penyebab

hipertensi pada usia tua. Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi di atas

usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah berumur 45 tahun.

2.1.4 Patofisiologi

Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa

rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga

mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan

kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada

saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan

jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan

menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana

dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis. Dengan cara

yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu

jika arter kecil (arteriola) untuk sementara waktu untuk mengarut karena

perangsangan saraf atau hormon didalam darah. Bertambahnya darah dalam

sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika

terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam

dan air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami

pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.

10

Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan didalam

fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur

berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal

mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah

meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan

berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah normal. Jika

tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,

sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga

bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin,

yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu

pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ peting dalam

mengembalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada

ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan

arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan

hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa

menyebabkan naiknya tekanan darah (Triyanto 2014).

pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada

system pembuluh perifer bertanggung pada perubahan tekanan darah yang terjadi

pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas

jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang

pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

darah. Konsekwensinya , aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya),

mengakibatkan penurunan curah jantunng dan meningkatkan tahanan perifer

(Prima,2015).

2.1.5 Manifestasi klinis

Menurut (Ahmad, 2011) sebagian besar penderita tekanan darah tinggi

umumnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita darah tinggi

mungkin merasakan keluhan-keluhan berupa : kelelahan, bingung, perut mual,

masalah pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat atau merah, mimisan,

cemas atau gelisah, detak jantung keras atau tidak beraturan (palpasi), suara

11

berdenging di telinga, disfungsi ereksi, sakit kepala, pusing. Sedangkan menurut

(Pudiastuti,2011) gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi

biasanya berupa : pengelihatan kabur karena kerusakan retina, nyeri pada kepala,

mual dan muntah akibatnya tekanan kranial, edema dependen dan adanya

pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler.

2.1.6 Komplikasi hipertensi

Menurut (Triyanto,2014) komplikasi hipertensi dapat menyebabkan

sebaga berikut :

a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan

tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran

darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak

mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentukya aneurisma. Gejala tekena struke adalah sakit

kepala secara tiba-tiba, seperti orang binggung atau bertingkah laku

seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit

digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat

berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.

b. Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila

terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah

tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan

oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi

iskemia jantung yang menyebabkan infrak. Demikian juga hipertropi

ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik

melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembentukan bekuan.

c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus,

darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu

12

dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya

membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan

osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering di

jumpai pada hipertensi kronik.

d. Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya

kejantung dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul diparu,

kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru

menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki

bengkak atau sering dikatakan edema. Ensefolopati dapat terjadi terutama

pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada

kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong

cairan kedalam ruangan intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-

neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma.

Sedangkan menurut Menurut (Ahmad,2011) Hipertensi dapat diketahui

dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipeertensi, apabila

tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar untuk meninggal

karena komplikasi kardovaskular seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung,

dan gagal ginjal, target kerusakan akibat hipertensi antara lain :

a. Otak : Menyebabkan stroke

b. Mata : Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan

kebutaan

c. Jantung : Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark

jantung)

d. Ginjal : Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal

2.1.7 Pemeriksaan penunjang

Menurut (Widjadja,2009) pemeriksaan penunjang pada penderita

hipertensi antara lain:

a. General check up

jika seseorang di duga menderita hipertensi, dilakukan beberapa

pemeriksaan, yakni wawancara untuk mengetahui ada tidaknya riwayat

keluarga penderita. Pemeriksaan fisik, pemeriksan laboratorium, pemeriksaan

13

ECG, jika perlu pemeriksaan khusus, seperti USG, Echocaediography (USG

jantung), CT Scan, dan lain-lain. Tujuan pengobatan hipertensi adalah

mencegah komplikasi yang ditimbulkan. Langkah pengobata adalah yang

mengendalikan tensi atau tekanan darah agar tetap normal.

b. Tujuan pemeriksaan laboratolriun untuk hipertensi ada dua macam yaitu:

1. Panel Evaluasi Awal Hipertensi : pemeriksaan ini dilakukan segera

setelah didiagnosis hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan.

2. Panel hidup sehat dengan hipertensi : untuk memantau keberhasilan

terapi.

2.1.8 Penatalaksanaan

Menurut (junaedi,Sufrida,&Gusti,2013) dalam penatalaksanaan hipertensi

berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:

a. Terapi non-farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa obat-

obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan

darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat

seperti :

1. Pembatasan asupan garam dan natrium

2. Menurunkan berat badan sampai batas ideal

3. Olahraga secara teratur

4. Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol

5. Mengurangi/ tidak merokok

6. menghindari stres

7. menghindari obesitas

b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)

selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang

utama. Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan,

antara lain obat-obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan

penghambat konfersi enzim angiotensi.

14

1. Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran

garam dan air. Dengan mengonsumsi diuretik akan terjadi pengurangan

jumlah cairan dalam pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada

dinding pembuluh darah.

2. Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa

darah dan mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.

3. ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh darah

sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan

menurunkan tekanan darah.

4. Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan

pembuluh darah.

c. Terapi herbal

banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan sebagai

obat hipertensi sebai berikut :

1. Daun seledri

Seledri (Apium graveolens, Linn.) merupakan tanaman terna tegak

dengan ketinggian dari 50 cm. Semua bagian tanaman seledri memiliki

bau yang khas, identik dengan sayur sub. Bentung batangnya bersegi,

bercabang, memiliki ruas, dan tidak berambut.bunganya berwarna putih,

kecil, menyerupai payung, dan majemuk. Buahnya berwarna hijau

kekuningan berbentuk kerucut. Daunnya memiliki pertulangan yang

menyirip, berwarna hijau, dan bertangkai. Tangkai daun yang berair dapat

dimakan mentah sebagai lalapan dan daunnya digunakan sebagai

penyedap masakan, seperti sayur sop.

Contoh ramuan seledri secara sederhana sebagai berikut:

a.) Bahan : 15 batang seledri utuh, cuci bersih dan 3 gelas air

b.) Cara membuat dan aturan pemakai : potong seledri secara kasar,

rebus seledri hingga mendidih dan tinggal setengahnya, minum air

rebusannya sehari dua kali setelah makan.

Hubungan dengan hipertensi, seledri berkasiat menurunkan

tekanan darah (hipotensis atau anti hipertensi). Sebuah cobaan perfusi

pembuluh darah menunjukan bahwa apigenin mempunyai efek sebagai

15

vasodilator perifer yang berhubungan dengan efek hipotensifnya.

Percobaan lain menunjukkan efek hipotensif herbal seledri berhubungan

dengan integritas sistem saraf simpatik (Mun’im dan hanani, 2011).

2.2 Pola makan

2.2.1 Pola makan

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan

jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status

nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).

Sedangkan menurut (Hidayat,2007) Pola makan adalah perilaku manusia dalam

memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan, jenis

makanan, frekuensi, cara pengolahan, dan pemilihan makanan. Dan menurut

seorang ahlimengatakan bahwa pola makan di definisikan sebagai karateristik dari

kegiatan yang berulang kali makan individu atau setiap orang makan dalam

memenuhi kebutuhan makanan. (Sulistyoningsih, 2011).

2.2.2 Pola makan mencegah penyakit Hipertensi

Menurut (Pudiastuti,2011) Salah satu penyebab faktor utama terjadinya

hipertensi adalah asteroklerosis. Kondisi ini disebabkan konsumsi lemak berlebih.

Oleh karena untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi

lemak yang berlebihan selain pemberian obat-obatan bila mana diperlukan.

Pembatasan konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak dini sebelum hipertensi

muncul, terutama pada orang-orang yang mempunyai riwayat keturunan

hipertensi dan pada orang menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun

pada wanita agar lebih berhati-hati dalam mengonsumsi lemak karena mendekati

menopouse.

Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat adalah gizi seimbanga,

dimana mengonsumsi beragam makanan yang seimbang yaitu :

a. Sumber karbohidrat: biji-bijian.

b. Sumber protein hewani: ikan, unggas, daging putih, putih telur, susu

rendah/ rendah lemak.

16

c. Sumber protein nabati: kacang-kacangan dan polong-polongan serta hasil

olahannya.

d. Sumber vitamin dan mineral: sayur dan buah-buahan segar.

Pola makan sehat bertujuan untuk menurunkan dan mempertahankan berat

badan ideal, sehingga di anjurkan untuk menyeimbangi asupan kalori dengan

kebutuhan energi total dengan membatasi konsumsi makanan yang mengandung

kalori tinggi dan atau makanan yang kandungan gula dan lemaknya tinggi.

Disamping itu agar melakukan aktifitas fisik yang cukup untuk mencapai

kebugaran jasmani yang baik.

2.2.3 Pola makan sehat bagi penderita hipertensi

Menurut (Gunawan,2015) diet disesuaikan dengan kebuthan kalori sehari,

dimana komponen bahan makanan sumber zat gizi yang disarankan sebagai

diantaranya adalah :

a. Konsumsi padi, biji-bijan (grain) sebanyak 6-8 perhari, seperti roti

gandum (ukuran satu porsi sekitar 1 lembar roti), nasi (nasi coklat/merah

jauh baik dari pada nasi putih), pasta cereal (sejitar 1 cup dalam kondisi

matang).

b. Sayuran sekitar 4-5 porsi/hari, seperti toamt, wortel, brokoli, ubi, sayuran

hijau yang kaya akan serat, vitamin, kalium, dan magnesium. Ukuran 1

porsi sekitar 100 gram dalam kondisi mentah.

c. Buah sekitar 4-5 porsi/hari yang dapat diberikan dalam bentuk snack

ataupun komponen makanan besar. Ukuran 1 porsi buah sekitar 80-100

gram dalam kondisi segar.

d. Gula atau makan yang manis sekitar kurang dari 5 porsi/minggu seperti

gula pasir atau selai, ukuran 1 porsi sekitar 1 sendok makan peres.

e. Kacang, biji, legumes sebanyak 4-5 porsi/minggu seperti almond, biji

bunga matahari, kacang-kacangan, produk kedelai (tahu, tempe) dimana

ukuran 1 porsi kecil kacang sekitar 2 sendok makan.

f. Pilih produk susu rendah lemak atau skim (seperti susu, yoghurt, keju)

sebanyak 2-3 porsi/hari yang digunakn sebagai sumber protein, vitamin D,

serta kalsium. 1 prosi susu sekitar 200 ml.

17

g. Daging tanpa lemak, unggas dan ikan sebanyak kurang dari 6 porsi/hari

sebagai sumber protein, vitamin B, zat besi, dan zinc.

h. Lemak dan minyak sebanyak 2-3 orsi/hari atau sekitar 25-27% dari

kebutuhan kalori sehari. Adapun ukuran 1 porsi sekitar 1 sendok teh.

Pembagian penggunaan jenis lemak yang diperbolehkan diantaranya

adalah :

1. Minyak jenuh dan lemak trans dibatasi sekitar 6-7% dari kalori total

karena jenis lemak/minyak ini akan meningkatkan kolesterol darah,

sehingga meningkatkan risiko penyakit koroner. Maka dari itu, batasi

konsumsi minyak jenuh yang terdapat pada daging merah, kuning

telur, butter, keju, susu full cream, krim dalammakanan/minuma,

minyak kelapa sawit/goreng ataupun minyak kelapa. Sama halnya juga

dengan lemak trans yang banyak terdapat pada makanan yang

digoreng, dipanggang, atau dirposes seperti krekers, dan sebagainya.

2. Lemak/minyak tak jenuh (omega 3,6,9) dianjurkan sebagai pengganti

leamk jenuh/trans, dianjurkan untuk omega 3 dan 6 sebanyak kurang

dari 10% demikian juga untuk omega 9 sebanyak kurang dari 10%

total kalori. Minyak omega 3 banyak ditemukan pada minyak canola,

zaitun, flaxseed, ikan laut dalam. Minyak omega 6 banyak terdapat

pada biji bunga matahari dan kacang-kacangan, sedangkan omega 9

terdapat pada alpukat, dark coklat, zaitun, dan sebagainya.

3. Atasi penggunaan natrium/sodium sebanyak 23.. mg/hari atau setara

dengan 5 gram/hari aatu 1 sendok teh peres garam/hari. Garam banyak

ditemukan pada makanan yang diawetkan atau makanan kaleng, serta

MSG.

4. Alkohol hanya diijinkan sebanyak 1-2 gelas/hari, sedangkan kafein

tidak dianjurkan dalam diet DASH karena dapat meningkatkan tekanan

darah meskipun hanya sesaat.

Selain denga mengontrol pola makan yang sehat harus diseimbangi

dengan memperbanyak aktivitas fisik agar target penurunan tekanan darah

dapat cepat tercapai. Sedangkan menurut triyanto (2011) pola makan yang

baik bagi penderita hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat

18

yang dapat mengontrol tekana darah tinggi dan mengurangi penyakit

kardiovaskuler. Secara garis besar ada empat macam diet untuk

menanggulagi atau minimal mempertahankan keadaan tekanan darah

yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol, lemak terbatas serta tinggi

serat, dan rendah kalori bila kelebian berat badan. Diet rendah garam

diberikan kepada pasien edema atau asites serta hipertensi. Tujuan diet

rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk

mencegah edema dan penyakit jantung (lemah jantug). Adapun yang

disebut rendah garam bukan hanya membatasi garam dapur tetapi

mengonsumsi makanan rendah sodium atau natrium (Na). Oleh karena itu,

sangat penting untuk diperhatikan dan melakukan diet rendah garam

adalah makanan yang harus mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori,

protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium. Berhenti

merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. Mengonsumsi alkohol secara

berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah dan stroke.

Wanita sebaiknya membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 14 unit per

minggu dan laki-laki tidak melebihi 21 unit per minggu. Menghindari

konsumsi alkohol bisa menurunkan 2-4 mmHg.

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan

Menurut (Budi,2007) ada beberapa yang mempegaruhi pola makan

seperti:

a. Usia >60 tahun disebabkan selera makan seseorang berkurang,

kemampuan mencerna makanan juga berkurang. Hal ini juga bisa

disebabkan oleh kurangnya peran serta dalam menyediakan menu

makanan. Hal ini dikarenakan setiap individu mempunyai pola makan

yang berbeda untuk mengendalikan tekanan darah.

b. Pendidikan yang rendah mengakibakan kurangnya pengetahuan akan

pentingnya pola makan sehat. Pola makan yang kurang sehat dapat

memicu terjadinya penyakit hipertensi.

19

c. Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi.

Demikian pula letak geografis mempengaruhi makanan yang diinginkan.

d. Pekerjaan dapat berpengaruh pada pola makan seseorang, hal ini

dikarenakan jika seseorang tidak bekerja maka semakin kurang informasi

kesehatan yang didapat sehingga mengurangi perhatian dalam bidang

kesehatan. Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut

dipengaruhi oleh status sosial dan ekonomi, salah satunya pekerjaan.

Pekerjaan disini memang tidak secara langsung mempengaruhi status gizi,

tetapi pekerjaan ini dihubungkan dengan pendapatan dalam keluarga yang

pada akhirnya akan mempengaruhi perubahan gaya hidup, dalam hal ini

terutama perubahan pada komsumsi yang menentukan status gizi.

e. Agama/ kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi.

2.2.5 Bahaya gorengan bagi penderita hipertensi

menurut (Admin2,2017) Gorengan adalah makanan cemilan yang banyak

dikonsumsi oleh masyarakat indonesia yang sangat mudah untuk kita jumpai. Ada

banyak jenis gorengan yang dijual di indonesia mulai dari tempe goreng, pisang

goreng, lumpia goreng, ubi goreng, cireng dan lainnya. Makanan yang sering

dijadikan pengganjal perut atau sebagai hidangan sebelum makan ternyata

memiliki efek yang buruk untuk kesehatan bila dikonsumsi secara terus-menerus.

Sering kali penjual gorengan di pinggir jalan jarang mengganti minyaknya, ini

bisa membentuk lemak trans yang berbahaya, sebab bisa meningkatkan kolesterol

dan kadar kolesterol yang tinggi bisa memicu penyakit jantung, tekanan darah

tinggi bahkan diabetes. Dalam gorengan banyak mengandung lemak dan itu bisa

berdampak buruk bagi jantung serta pembuluh darah. Makanan yang memiliki

kadar lemak yang tinggi bahkan yang berkelesterol tinggi bisa membuat tekanan

darah menjadi meningka. Makanan yang mengandung kolesterol tinggi bisa

menjadi pemicu hipertensi. Karena jika makanan berlemak dikonsumsi secara

terus-menerus maka akan terjadi endapan lemak didalam darah. Lemak dalam

darah akan menggumpal dan menyumbat pembuluh darah.

Konsumsi tinggi lemak dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.

Konsumsi lemak yang berlebihan akan meningkatkan kadar kolesterol dalam

20

darah terutama kolesterol LDL dan akan tertimbun dalam tubuh. Timbunan lemak

yang disebabkan oleh koleste rol akan menempel pada pembuluh darah yang

lama - kelaman akan terbentuk plaque. Terbentuknya plaque dapat

menyebabkan penyumbatan pembuluh darah atau aterosklerosis. Pembuluh darah

yang terkena aterosklerosis akan berkurang elastisitasnya dan aliran darah ke

seluruh tubuh akan terganggu serta dapat memicu meningkatnya volume darah

dan tekanan darah. Meningkatnya tekanan darah tersebut dapat mengakibatkan

terjadinya hipertensi (Rita,2013)

2.3 Ketidakpatuhan

2.3.1 Ketidakpatuhan

Ktidakpatuhan adalah kegagalan atau penolakan untik mengurangi dan

menyesuaikan tindakan seseorang untuk aturan atau keharusan. Ketidakpatuhan

adalah tidak menaati perintah atau suatu bentuk perilaku yang tidak sesuai dengan

ketentuan yang diberikan oleh profesi kesehatan (Nurbidadari 2015).

Ketidakpatuhan adalah perilaku individu atau pemberi asuhan yang tidak sesuai

dengan rencana promosi kesehatan atau terapeutik yang ditetapkan oleh individu

atau keluarga atau kelompok serta profesional pelayanan kesehatan. Perilaku

pemberi asuhan atau individu yang tidak mematuhi ketepatan, rencana promosi

kesehatan atau terapeutik secara keseluruhan atau sebagai dapat menyebabkan

hasil akhir yang tidak efektif atau sebagian tidak efektif secara klinis (Nanda,

2015).

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang berhubungan antara ketidak patuhan dikelompokan

menjadi 4 bagian yaitu : pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi antara

profesional kesehatan dan pasien. Isolasi sosial dan keluarga serta keyakinan,

sikap dan kepribadian. Kepatuhan akan meningkat secara umum bila instruksi

pengobatan jelas, hubugan obat terhadap penyakit jelas, pengobatan yang teratur

serta adanya keyakinan bahwa kesehatan akan pulih dengan meningkatkan diet,

21

petugas kesehatan yang menyenangkan dan beribawa, dukungan sosial pasien,

pengobatan sederhana, harga terjangkau hubungan baik antara petugas kesehatan

dengan pasien (Lailatushifah, 2012).

2.3.3 Cara mengurangi ketidakpatuhan

Menurut (Nurmazah, 2013) mengusulkan rencana untuk mengatasi ketidak

patuhan pasien antara lain:

a. Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak dari penderita

yang tidak patuh yang memiliki tujuan untuk memenuhi nasihat-nasihat

pada awalnya. Pemicu ketidak patuhan dikarenakan jangka waktu yang

cukup lama serta paksaan dari tenaga kesehatan yang menghasilkan efek

negatif pada penderita sehingga awal mula penderita mempunyai sikap

patuh bisa berubah menjadi tidak patuh. Kesadaran diri sangat dibutuhkan

dari diri penderita.

b. Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, sehingga perlu

dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku,

tetapi juga mempertahankan perubahan tersebut. Kontrol diri, evaluasi diri

dan penghargaan terhadap diri sendiri harus dilakukan dengan kesadaran

diri. Modifikasi perilaku harus dilakukan antara pasien dengan pemberi

pelayanan kesehatan agar terciptanya perilaku sehat.

c. Dukunngan sosial, dukungan sosial dari anggota keluarga dan sahabat

dalam bentuk waktu, motivasi dan uang merupakan faktor-faktor penting

dalam kepatuhan pasien. Contoh yang sederhana, tidak memiliki

pengasuh, transportasi tidak ada, anggota keluarga sakit, dapat megurangi

intensitas kepatuhan. Keluarga dapat menghilangkan godaan ketidak taatan

pola makan dan menjadi pendukung untuk mencapai kepatuhan.