8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa juga bisa disebut sebagai komunikasi media massa.
Oleh karenanya, komunikasi massa merupakan sebuah cara berkomunikasi
atau penyampaian informasi yang dilakukan melalui media massa. Definisi
komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto,
2004 : 3) yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah besar orang. Defisini komunikasi massa yang
paling umum adalah cara penyampaian pesan yang sama, kepada sejumlah
besar orang, dan dalam waktu yang serempak melalui media massa. Ciri khas
dari komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada orang
banyak atau masyarakat luas melalui perantara media massa. Komunikasi
massa dapat dilakukan melalui keseluruhan media massa yang ada, yaitu media
cetak, media elektronik, serta media online. Tidak ada batasan media dalam
penggunaan komunikasi massa ini.
Komunikasi massa mampu menyebarkan pesan secara publik secara
hampir bersamaan bahkan hanya dalam satu kali penyampaian informasi.
Komunikasi massa ini disampaikan secara terbuka kepada masyarakat
heterogen yang jangkauannya relatif lebih besar. Komunikasi massa berperan
sebagai cara yang efektif untuk menyampaikan informasi antara pihak yang
ingin menyampaikan informasi, dengan pihak yang ingin diberikan informasi.
9
Baik komunikasi bagi perorangan atau individu, komunikasi kelompok,
maupun fungsi utamanya sebagai komunikasi bagi masyarakat luas.
Media massa merupakan sarana utama dalam komunikasi massa, dalam
kehiudpan sehari-hari manusia membutuhkan sebuah media untuk saling
bertukar informasi. Cara ini dikenal dengan istilah komunikasi. Melalui
komunikasi, seseorang dapat menyampaikan sebuah berita, saling bertukar
informasi, mengajukan sebuah gagasan atau ide, maupun bersosialisasi dengan
orang lain. Cangara (2002) menyatakan bahwa media massa merupakan suatu
alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan menggunakan alat
komunikasi mekanis dari sumber pesan ke penerima pesan atau khalayak
umum. Komunikasi dapat terjadi antara satu orang dengan orang lain,
komunikasi antara dua orang atau lebih, seseorang kepada sebuah organisasi
atau komunitas, bahkan komunikasi yang ditujukan langsung kepada
masyarakat luas.
Sebuah informasi dapat secara cepat tersampaikan kepada masyarakat
luas melalui sebuah media yang disebut sebagai media massa. Media massa
adalah sebuah channel atau tempat yang digunakan sebagai sarana dalam
proses komunikasi massa. Keuntungan penyebaran informasi melalui media
massa adalah keunggulannya dalam penyampaian informasi serta pesan-pesan
kepada khalayak ramai dalam waktu relatif serentak.
Pesan-pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka. Setiap
orang memiliki kesempatan dan akses untuk mengonsumsi pesan-pesan media
massa. Dalam sistem komunikasi massa, proses pengiriman pesan bersifat satu
10
arah. Meskipun dapat dilakukan umpan balik oleh khalayak, namun porsi dan
kesempatan yang diberikan sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan umpan
balik pada sistem komunikasi lainnya, seperti komunikasi antarpribadi.
Komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial tertentu. Hal ini
menimbulkan terjadinya hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi
antara media massa dan masyarakat. Media massa dipandang membawa
pengaruh tertentu bagi masyarakatnya, seperti membawa kesadaran dan ideide
baru, mengajarkan keterampilan, demikian pula masyarakat membawa
pengaruh bagi media.
Komunikasi tidak hanya dilakukan secara tatap muka, namun saat ini
sudah dapat dilakukan melalui media digital atau online. Komunikasi dapat
dilakukan melalui perantara kata-kata dan kalimat, lambang, tanda, maupun
tingkah laku. Komunikasi ini sendiri pun dapat dituangkan dalam berbagai
bentuk media, seperti kata-kata, gambar, angka, tulisan, dan bahkan video.
Menurut Mulyana (2001:32), komunikasi massa adalah komunikasi yang
menggunakan media massa, baik cetak (majalah, surat kabar) atau elektronik
(radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang
dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di
banyak tempat, anonim dan heterogen.
Komunikasi massa menggunakan media yang bermacam-macam dalam
menyampaikan informasi serta pesan, yang pertama adalah media massa cetak
(printed media) yaitu seperti surat kabar, koran, majalah, tabloid, dan lain
sebagainya. Kemudian yang kedua adalah jenis media massa elektronik
11
(elektronic media) yaitu seperti radio, televisi, dan film. Serta yang ketiga
adalah media online (digital media) yaitu melalui program atau (channel)
seperti blog, website, maupun aplikasi-aplikasi jejaring sosial lainnya.
Pada massanya media cetak merupakan salah satu media yang diminati
oleh masyarakat umum, namun seiring berjalannya waktu media cetak mulai
tergeser dengan adanya media elektronik, media elektronik memberikan
pengalaman yang lebih mudah dan cepat dalam menyebarkan beragam
informasi serta berita maupun pesan-pesan. Diantara banyak jenis macam-
macam media elektronik yang ada pada saat ini, film merupakan salah satu
media elektronik yang banyak diminati oleh masyarakat umum dari beragam
golongan. Film merupakan media komunikasi massa yang efektif digunakan
karena melihat dari banyaknya minat masyarakat untuk mengkonsumsi film
setiap harinya.
2.1.1 Film Sebagai Media Komuniaksi Massa
Pada penelitian ini peneliti mencoba untuk menjelaskan kajian teori
yang mengaitkan bagaimana posisi film yang secara sifat merupakan bagian
dari komunikasi massa, maka dari itu peneliti merasa perlu untuk memberikan
definisi-definisi dari para tokoh ahli yang berhubungan dengan judul diatas.
Wiratno menyebutkan bahwa komunikasi massa merupakan suatu tipe
komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan
mulai digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melipat gandakan
pesanpesan komunikasi. Menurut Pool dalam bukunya Wiryanto menyebutkan
bahwa komunikasi massa ialah sebagai komunikasi yang terjadi dalam situasi
inteposed, dalam situasi ini antara sumber dengan penerima tidak saling
12
bertatap muka secara langsung melainkan terjadi ketika pesan komunikasi
tersambung kepada penerima melalui media-media cetak serta media
elektronik lainnya (Wiryanto 2006:1). Sedangkan menurut Nurudin alat-alat
komuniaksi massa terbagi menjadi dua jenis paradigma diantaranya ialah
paradigma lama seperti surat kabar, majalah, tabloid, buku, radio serta
paradigma baru seperti film, televisi serta internet (Nurudin 2007:13).
Film sebagai media komunikasi massa sangat memegang peranan
penting. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk
menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu
tempat tertentu. Pesan film sebagai media komunikasi massa dapat berbentuk
apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film
dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan
informasi. Pesan dalam film adalah menggunakan mekanisme lambang-
lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan,
percakapan dan sebagainya.
Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap
massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu
gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita
banyak dalam waktu singkat. Ketika menonton film penonton seakan-akan
dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan
bahkan dapat mempengaruhi audiens.
Dewasa ini terdapat berbagai ragam film, meskipun cara pendekatannya
berbeda-beda, semua film dapat dikatakan mempunyai satu sasaran, yaitu
menarik perhatian orang terhadap muatan-muatan masalah yang dikandung.
13
Selain itu, film dapat dirancang untuk melayani keperluan publik terbatas
maupun publik yang seluas-luasnya.
Sebagai komunikasi massa, film memiliki karakteristik tersendiri.
Untuk menikmatinya, seseorang harus datang di bioskop untuk menyaksikan
pemutaran film. Film mengandung pesan-pesan yang dikemas dalam bentuk
cerita fiksi dan untuk menyaksikannya, seorang konsumen harus membayarnya.
Sebuah cerita film umumnya dimainkan oleh sejumlah aktor dibawah arahan
sutradara. Ceritera film biasanya didasarkan atas skenario yang telah ditulis
sebelumnya. Meskipun dimensi hiburannya lebih dominan, namun melalui film
terkandung banyak pesan yang bermanfaat bagi masyarakat. Dewasa ini, seiring
dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, untuk menyaksikan
sebuah film dapat dilakukan melalui televisi dan internet. Dengan masuknya
film dalam tayangan televisi dan tersedianya layanan di internet membuat
pemasaran film tidak lagi monoton hanya melalui bioskop. Sehingga membuat
Film adalah salah satu media komunikasi elektronik yang merupakan hasil
karya inovatif dari komunikasi massa.
2.2 Pengertian Film
Film dalam bentuk komunikasi massa mengacu pada model komunikasi
linear. Artinya bahwa film ada dalam proses komunikasi yang sifatnya searah.
Film memiliki kemampuan untuk mengantarkan pesan secara unik. film
dengan segala teknologi di dalamnya mempengaruhi masyarakat dalam
mengkonsumsi pesan. Film dibuat sebagai media komunikasi massa yang
cukup efektif untuk menyampaikan unsur-unsur yang terkandung
14
didalamnnya. Film sudah dikenal luas dengan kekuatan audio visualnya yang
dapat memberikan kekuatan dalam pengaruh sosial.
Pengertian film adalah sebuah hasil karya cipta seni yang menampilkan
kumpulan gambar hidup atau sering juga disebut movie, yaitu seolah
memindahkan realitas kehidupan kedalam layar. Film selalu merekam realitas
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan kemudian
memproyeksikannya ke atas layar. Menurut Effendi (2000:239) film diartikan
sebagai hasil budaya dan alat ekspresi kesenian. Film adalah gambaran dari
tranformasi kehidupan yang disajidkan dalam bentuk dari kumpulan gambar
bergerak, karena dengan film kita dapat melihat serta menilai melalui cerminan
atau gambaran yang sebenarnya. Effendi mengemukakan bahwa teknik
perfilman, baik perantaranya maupun pengaturannya telah berhasil
menampilkan gambar-gambar yang semakin mendekati kenyataan (Effendi,
2000:207).
Kebanyakan film menggambarkan alur cerita yang bersinggungan
langsung dengan kehidupan sosial sehari-hari, hal inilah yang mendatangkan
perasaan familier dengannya. Film menggambarkan realitas, menggambarkan
situasi yang mirip dengan permasalahan yang ada pada kehidupan sehari-hari.
Karena dari kemiripannya, akhirnya penonton dapat memahami jalan cerita
serta mereka mampu untul mengidentifikasikan diri mereka dengan karakter
dalam film. Kemampuan film untuk mempengaruhi penontonnya tidak terbatas
ruang lingkupnya, dimana di dalam film sutrdara dapat mengekspresikan ide
secara bebas dalam sebuah proses pembelajaran. Kekuatan serta kemampuan
15
film yang dapat menjangkau semua segmen sosial membuat film merupakan
media yang mempunyai peran aktif serta dapat mempengaruhi masyarakat.
Film sebagai media publik yang bersifat audio visual memiliki
kekuatan yang besar dalam mempengaruhi khalayak atau publik. Hal tersebut
dapat dipahami karena kekuatan besar film dalam mempengaruhi publik
terutama generasi muda terletak pada emosi khalayak. Khalayak lebih udah
untuk menerima dan mengerti isi film daripada membaca surat kabar dan
majalah. Film memiliki keunggulan terutama karena film dapat dinikmati oleh
semua kalangan dari khalayak yang berpendidikan
Tanda-tanda yang terdapat dalam sebuah film biasanya bisa secara
langsung terlihat maupun tanda yang secara sengaja disisipkan melalui sebuah
adegan, latar tempat, dan cara pengambilan gambar.
Film adalah bentuk modifikasi dari gambaran kehidupan manusia
dimana didalam kehidupan manusia akan selalu ditemukan simbol-simbol
yang mempunyai arti serta makna berbeda. Pada umumnya film dibuat dengan
memiliki banyak tanda didalamnya. Tanda- tanda tersebut termasuk kedalam
berbagai sistem tanda yang bekerjasama dengan baik dalam upaya mencapai
sesuatu yang diharapkan. melalui simbol tersebut film dapat membuat makna
lain melalui bahasa visualnya. Tidaklah mengejutkan bahwa film adalah salah
satu bidang kajian penerapan semiotika. Film merupakan media yang menarik
untuk dijadikan bahan kajian yang mempelajari berbagai hal didalamnya. Hal
yang dapat dilakukan dalam mengkaji film adalah dengan menganalisis film
sehingga dapat menghasilkan makna.
16
Menurut Himawan Pratista (2008:4-8) film dibedakan menjadi tiga
jenis, yakni:
1. Film dokumenter
Film dokumenter merupakan film yang melibatkan orang-orang,
tokoh, peristiwa serta suatu lokasi yang nyata di dalamnya. Film
dokumenter tidak secara sengaja menciptakan atau memunculkan suatu
peristiwa maupun kejadian, namun film dokumenter merekam peristiwa
yang benar-benar terjadi. Kerangka film dokumenter biasanya dibuat
sesederhana mungkin dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk
memahami serta mempercayai fakta-fakta yang terdapat didalamnya.
2. Film Fiksi
Dari segi cerita, film fiksi biasanya selalu terikat dengan plot.
Dimana sering menggunakan cerita buatan diluar kejadian nyata serta
mempunyai konsep pengadeganan yang sudah ditentukan sejak awal. Selain
itu film fiksi memiliki struktur cerita yang terikat dengan hhukum
kasualitas, dimana didalam Cerita memiliki memiliki karakter protagonis
dan antagonis, masalah serta konflik dan penutupan, serta pola kerangka
cerita yang jelas. Film fiksi selalu berada di antara dua kutub yaitu nyata
dan abstrak yang sering kali memiliki kecenderungan ke salah satu
kutubnya baik dari segi naratif maupun senematiknya.
3. Film Eksperimental
film ekperimental adalah jenis film yang jauh berbeda dengan dua
jenis film lainnya, dimana para sineas ekperimental biasanya bekerja diluar
17
industri film utama melainkan bekerja pada studio perseorangan. Pada
umumnya mereka akan terlibat penuh selama proses produksi dari awal
sampai akhir. Film ekperimental sangat dipengaruhi oleh pembuatnya,
dimana struktur film seperti gagasan serta ide, emosi serta pengalaman batin
yang berseumber dari sineas ekperimental. Film ini umumnya bercerita
tentang apapun dan bahkan terkadang menentang kausalitas dan biasanya
film ini dibuat dengan bentuk abstrak dan sulit untuk dipahami serta
dimengerti.
Berdasarkan dari jenis-jenis film yang telah dijelaskan, Film Yowis
Ben termasuk dalam jenis film fiksi, film ini memiliki konsep cerita yang
telah dirancang secara konseptual sejak awal. Konsep dari film ini adalah
cerita settingan yang berawal dari seorang anak SMA untuk mendapatkan
pengakuan diri dari lingkungan sekitarnya. Untuk mewujudkan imipian
tersebut, Bayu sebagai tokoh utama berinisiatif mendirikan sebuah band
bersama teman-temannya. Namun dalam prosesnya, terjadi persaingan
antar grub band disekolahnya. Dari situlah film Yowis Ben memunculkan
karakter protagonis dan antagonis dari berbagai kelompok, serta memiliki
konflik dan masalah yang terjadi di lingkungan sekolah dan luar sekolah.
Adegan per adegan dalam film Yowis Ben ini memiliki plot cerita yang
teratur dengan tujuan agar film mudah diterima oleh penonton baik secara
naratif maupun sinematik.
Genre memiliki fungsi untuk memudahkan pengelompokan suatu
film sesuai dengan kategorinya (Himawan Pratista, 2008:10). Genre dapat
juga dibagi kedalam beberapa bagian, seperti genre induk primer, induk
sekunder, serta genre khusus (Himawan Pratista. 2008:11-12).
18
1. Genre Induk Primer
Pada era 1900-an sampai 1930-an genre induk primer termasuk
kedalam genre pokok yang populer pada awal pertumbuhan sinema. Bisa
dibilang bahwa setiap film yang di produksi minimalnya mengandung salah
satu genre induk primer, namun pada umumnya suatu film memuat
setidaknya beberapa kombinasi genre induk primer sekaligus. Tidak semua
genre induk primer sukses serta tetap populer dari masa ke masa. (Himawan
Pratista 2008:13). Beberapa pembagian genre induk primer ialah genre aksi,
genre drama, genre epik sejarah, genre fantasi, genre horor, genre komedi,
genre musikal, genre petualangan, genre peperangan.
Berdasarkan dari macam-macam genre induk primer, film Yowis
Ben termasuk dalam film yang bergenre drama dan komedi, disebut film
drama karena didalam jalan cerita film Yowis Ben mengandung unsur-unsur
cerita mengenai perjalanan hidup seorang remaja SMA yang tidak
mempunyai seorang ayah namun memiliki sebuah mimpi yang tinggi untuk
pembuktian kepada orang-orang disekitarnya serta membuat bangga sang
ibu. Sepanjang jalan cerita film Yowis Ben mengangkat tema karakter dan
latar belakang film dari kehidupan nyata yang ada di kawasan kota Malang.
Disebut juga sebagai film komedi karena beberapa scene yang terdapat
dalam alur ceritanya mengundang tawa bagi penontonnya, karena dari
karakter Bayu, Nando, Yayan, dan Doni serta beberapa peran pendukung
lainnya memegang ke khas an tersendiri yang menjadikan film Yowis Ben
bisa diterima baik oleh penontonnya. Kombinasi atau gabungan dari kedua
genre tersebut menciptakan alur cerita yang menarik untuk di tonton.
19
2. Genre induk sekunder
Genre induk sekunder merupakan salah satu genre populer yang
dimana genre ini berasal dari peningkatan atau rangkaian dari genre induk
primer. Perbandingan dengan genre induk primer ialah genre induk
sekunder memiliki karakter dengan ciri-ciri khusus didalamnya (Himawan
Pratista, 2008:21). Beberapa pembagian dari genre induk sekunder adalah
sebagai berikut: genre bencana, genre biografi, detektif, noir, melodrama,
olahraga,perjalanan, roman, superhero, supernatural, spionasi, dan genre
thriller.
Dari penjelasan genre induk sekunder diatas, film Yowis Ben termasuk
dalam film yang bergenre roman, karena dala alur cerita film tidak hanya
menampilkan kehidupan serta kelucuan dari masing-masing tokohnya, namun
juga diikuti dengan kisah percintaan tokoh utama dengan salah seorang sis wi
SMA terpopuler. Kombinasi antara mimpi dan cinta yang disuguhkan dalam
film memunculkan sebuah pilihan yang setiap pilihan mempunyai resiko
masing-masing.
3. Genre khusus
Genre khusus bisa memiliki jumlah hingga ratusan dan dapat pula
dikombinasikan dengan genre induk manapun sesuai dengan isi cerita
pembuatan filmnya. Misalkan film drama, film ini bisa dipecah lagi menjadi
beberapa genre khusus dilihat berdasar tema ceritanya, seperti keluarga,
anak-anak, remaja, cinta, pengadilan, politik, prostitusi, jurnalis, realigi,
tragedi, hari natal dan lain sebagainya. Sedangkan berdasarkan sumber
20
cerita, genre drama dapat di pecah lagi menjadi beberapa bagian genre
khusus, seperti adaptasi literatur, kisah nyata, otobiografi, buku harian dan
sebagainya.
Dari pernyataan serta contoh diatas terlihat jelas jika dalam satu genre
bisa berisikan puluhan hingga ratusan judul film. Pengembangan genre akan
selalu mengalami perubahan dan terus berinovasi secara perlahan dan akan
selalu mengikuti perkembang sinema (Himawan Pratista, 2008:27-28).
Berdasarkan dari semua genre film yang telah dijelaskan, fokus dari
film Yowis Ben adalah drama yang menceritakan kehidupan remaja dalam
lingkup keluarga dan sekolah, baik dari segi pertemanan, percintaan serta
persaingan. Pengambilan film mulai dari latar, karakter serta budaya di
adaptasi dari kehidupan remaja yang umumnya terjadi di kawasan kota
Malang. Film Yowis ben merupakan gabungan dari beberapa unsur genre film,
mulai dari genre drama, genre komedi serta genre roman atau percintaan.
Melalui bermacam-macam jenis serta genre film, film yang pada
umumnya akan selalu menyampaikan sebuah pesan-pesan yang mengadung
kebaikan, akan tetapi film juga dapat menyampaikan pesan yang berkaitan
dengan sindiran maupun kritikan-kritikan yang ditujuan untuk kalangan
tertentu, seperti kritikan yang ditujukan untuk menyadarkan serta kritikan yang
membangun moral individu-individu tertentu. Sebagai contoh dahulu
Indonesia dikenal sebagai negara yang ramah, berpenduduk penuh etika dan
sopan santun. Masyarakat masih menjunjung tinggi tata krama dalam
pergaulan sebagaimana anak bersikap kepada orang yang lebih tua maupun
hubungan antar teman.
21
Namun seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan cepat
dalam teknologi informasi telah merubah sebagian besar masyarakat dunia
terutama remaja. Sebagaimana telah diketahui dengan adanya kemajuan
informasi di satu sisi remaja merasa diuntungkan dengan adanya media yang
membahas seputar masalah dan kebutuhan mereka. Namun dari sisi lain
dampak dari kemajuan zaman yang dimana masyarakatnya mulai
mengesampingkan kenyamanan umum sehingga mereka mengabaikan aturan-
aturan yang telah dibuat dan telah diajarkan secara turun temurun juga akan
berdampak kepada moral individu khususnya remaja yang dimana masa-masa
remaja merupakan masa labil sehingga perubahan sedikitpun dari sekitarnya
mampu membawanya ke arah yang negatif. Dengan adanya hal tersebut, film
sebagai media komunikasi massa telah menyumbang peran besar dalam
pembentukan budaya dan gaya hidup yang akan mempengaruhi moral remaja,
baik yang berdampak positif naupun yang akan berakibat negatif. Film juga
dapat menyampaikan kritikan mengenai hal-hal yang seharusnya tidak terjadi
dengan adanya dampak kemajuan zaman, sehingga diharapkan film mampu
menjadi kontrol sosial sebagaimana merupakan salah satu fungsi film.
2.3 Semiotik
Semiotik merupakan metode analisis dimana metode ini digunakan
untuk mengkaji makna atau arti dari suatu tanda atau simbol. Memaknai tanda
atau simbol-simbol ialah dengan cara bagaimana tanda-tanda tersebut
mempersentasikan ide, situasi, keadaan serta perasaan yang dapat digunakan
sebagi alat dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah
manusia dan bersama-sama manusia. Suatu tanda menyimbolkan sesuatu
22
selain dirinya sendiri dan makna merupakan hubungan antara sesuatu objek
atau ide dari sesuatu tanda (Sobur, 2014:15) Tanda adalah sesuatu yang bagi
seseorang artinya adalah sesuatu yang lain, atau suatu hal yang mewakili suatu
yang lain dari sesuatu tersebut seperti metafora. Tanda ialah sesuatu yang
bersifat fisik serta dapat dipahami oleh indra manusia. Tanda biasanya
mengacu pada pengamatan oleh penggunanya sehingga dapat disebut tanda.
Segala sesuatu yang bisa dilihat atau dinikmati, atau bisa dibuat teramati maka
bisa disebut dengan tanda. Suatu hal yang dimaksud ini bisa berupa gagasan,
pikiran, pengalaman atau sesuatu yang dialami atau perasaan, dan tanda yang
tidak terbatas pada sebuah objek atau benda. Di mana ada tanda di sana ada
sistem. Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua
aspek yang ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifier, bidang
penanda atau bentuk dan aspek lainnya yang disebut signified, bidang petanda
atau konsep atau makna. Aspek kedua terkandung di dalam aspek pertama. Jadi
petanda merupakan konsep atau apa yang dipresentasikan oleh aspek pertama.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa penanda terletak pada tingkatan ungkapan
(level of expression) dan mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik
seperti bunyi, huruf, kata, gambar, warna, obyek dan sebagainya.Tanda adalah
perantara yang dapat kita gunakan dalam upaya mencari makna yang
sesungguhnya. Melalui tanda kita mencoba mencari jalan keluar agar
mempunyai landasan dasar atau pegangan.
Secara etimologi menurut Cobley dan Jenz istilah semiotic berasal dari
kata Yunani “Semeion” yang berarti tanda atau “Seme” yang artinya penafsiran
tanda. Dalam buku Alex Sobur, menurut pendapat Eco secara terminology
semiotik dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari runtutan objek-objek
23
secara luas, peristiwa-peristiwa, dan seluruh kebudayaan sebagai tanda (Alex
Sobur, 2006:95). Bidang kajian semiotik ialah untuk mempelajari fungsi tanda
dalam teks, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang terdapat pada teks
yang berperan mengarahkan pembacanya agar dapat menangkap pesan yang
terkandung di dalamnya. Dengan kata lain, semiotik berperan melakukan
investigasi terhadap kode-kode yang sengaja dipasang oleh penulis agar
pembaca dapat menembus bilik-bilik makna yang tersimpan dalam sebuah
teks. Ibarat seorang pembaca menunjukkan dimana makna- makna itu
tersimpan dan kemudian dengan bimbingan tanda-tanda baca itu pintu makna
dibuka (Sobur 2014:16). Tujuan dari semiotik tentang pemaknan terhadap
tanda-tanda yang terdapat pada berita, iklan, film dan lain sebagainya.
Sebuah karya seni bisa diamati dengan pendekatan semiotika, terutama
semiotika visual atau rupa. Sebagai pisau analisa semiotika ini bisa digunakan
untuk mengungkapkan tujuan komunikasi pikiran, perasaan, atau ekspresi apa
saja yang disampaikan oleh seniman pada pemirsa melalui komposisi tanda.
Semiotika adalah sebuah displin ilmu yang menelaah tanda termasuk pada
pengertian simbol, indek dan ikon. Serta karya seni yang merupakan komposisi
tanda, baik secara verbal maupun non verbal. Salah satu karya seni yang
banyak dianalisis menggunakan semiotik adalah film, dalam semiotika film
dikaji lewat sistem tanda dalam film yang selalu menggunakan bahasa verbal
serta non verbal sehingga menjadikan film menarik untuk diteliti.
2.3.1 Model-Model Semiotika
Semiotika merupakan analisis yang berusaha menemukan suatu makna
dari suatu tanda. Dalam semiotik model-model berfokus pada proses
24
komunikasi yang disebutkan oleh Fiske sebagai model-model struktural, model
struktural ini lebih memfokuskan perhatian pada serangkaian analisis yang
terstruktur yang memungkinkan sebuah pesan menandai sesuatu (Suprapto,
2011:94).
Dari penjabaran singkat diatas, peneliti dapat memahami bahwa untuk
menemukan makna maka dibutuhkan sebuah model. Terdapat dua model yang
paling berpengaruh yang pertama model dari filsuf dan ahli logika CS Pierce,
Ogden dan Richart serta model yang kedua dari ahli linguistik yaitu Saussure.
Namun dalam penelitian ini kedua model tersebut tidak akan dibahas begitu
mendalam, karena peneliti akan menggunakan model Roland Barthes yang
merupakan penerus dari pemikiran Saussure.
Pierce menjelaskan tiga teori semiotik yang utama, yaitu tanda, acuan tanda,
dan penggunaan tanda atau biasa disebut dengan teori segitiga makna
(Krisyantono, 2016:265).
Pierce menggambarkan hubungan ketiga elemen sebagai berikut:
Gambar 2.1 Model Segitiga Makna Pierce (Marcel Danesi, 2011)
Gambar diatas menjelaskan bahwa masing-masing sebutan dapat
dipahami hanya melalui keterkaitan antar satu dengan yang lain. Apabila ketiga
25
elemen makna tersebut berinteraksi kedalam pemikiran seseorang, maka
munculah makna tentang sesuatu yang diwakilkan oleh tanda tersebut
(suprapto, 2011:94).
Sedangkan Saussure menempatkan tanda dengan melakukan pemilihan
antara signifier (penanda) dengan signified (petanda). Penanda merupakan
bunyi yang memiliki makna atau material yakni apa yang dikatakan, ditulis,
dan dibaca. Sedangkan petanda merupakan gambaran mental dari bahasa.
Gambaran Saussure untuk signifier dan signified sebagai berikut:
Sign
signifier signification referent
signified (external reality)
Gambar 2.2 Model semiotik Saussure, Sumber: McQuail, 2000:312 Signifier dan signified memiliki hubungan sebagai produk kultural.
Hubungan diantara keduanya adalah kesepakatan atau peraturan yang dibuat
dari kultur pemakai bahasa tersebut.
Berdasarkandari pemaknaan diatas maka petanda-petanda merupakan
konsep mental yang digunakan untuk membagi realitas
dan
mengkelompokannya sehingga dapat memahami realitas tersebut. Kultur yang
terdapat dalam masyarakat sengaja dibuat oleh manusia sebagai petanda yang
dimiliki masyarakat tersebut (Suprapto, 2011:101).
composed of
26
2.3.2 Model Semiotik Roland Barthes
Roland Barthes adalah seorang pemikir strukturalis yang meneruskan
model pemikiran Saussure. Barthes juga dikenal sebagai intelektual dan
kritikus sastra Prancis yang tersohor, tokoh penerapan strukturalisme serta
semiotika pada studi sastra (Sobur, 2003:63).
Semiotik pada dasarnya berusaha menggali sistem tanda yang
menyusun teks yang memilki arti rumit, tersembunyi serta yang bergantung
pada kebudayaan. Dalam hal ini kemudian memunculkan perhatian pada
makna konotasi serta denotasi (Sobur, 2014:126). Roland Barthes adalah salah
satu pakar semiotik yang memusatkan permasalahan semiotik ke dalam dua
makna. Memaknai berarti memaknai objek-objek tidak hanya membawa
informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga
mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes, 1998:179 dalam buku
Kurniawan, 2001:53).
Dalam terminologi Barthes, segala jenis budaya populer apapun bisa
diuraikan kodenya melalui membaca tanda-tanda di dalam teks. Tanda-tanda
tersebut adalah hak independen pembaca maupun penontonnya. Saat sebuah
karya telah selesai dibuat, maka makna yang dikandung karya tersebut bukan
lagi miliknya, melainkan milik pembaca atau penontonnya untuk
mendefinisikannya (Irwansyah, 2009:42). Sedangkan menurut Barthes
representasi memperlihatkan bahwa pemberian makna tersebut mencakup
seluruh sistem tanda serta mendaur ulang berbagai makna yang tersimpan
dalam-dalam, hal inilah yang kemudian dinamakan struktur (Danesi, 2010:28).
27
Sehingga dalam semiotik Barthes, proses representasi itu berpusat pada makna
denotasi, konotasi, dan mitos. Barthes menyebutkan bahwa fenomena atau
kejadian yang membawa tanda dan konotasinya untuk membagi pesan tertentu
sebagai penciptaan mitos.
Model pemikiran Saussure diteruskan oleh Barthes dengan
memberikan penekanan pada hubungan interaksi antar teks dengan kultur dan
pengalaman pribadi masing-masing pemakainya antara interaksi konveksi
dalam teks dengan konveksi yang diinginkan dan dialami. Gagasan dari
Roland Barthes ini dikenal dengan “two order of signification” (signifikasi dua
tahap).
Dari gambar diatas dalam bukunya Fiske, Barthes menjabarkan bahwa
denotasi merupakan signifikasi tahap pertama yang saling berhubungan antara
signifier dan signified di dalam sebuah tanda terdapat realitas eksternal.
Sedangkan signifikasi tahap kedua Barthes sebut dengan konotasi. Berangkat
dari point tersebut dapat dijelaskan bahwa terjadinya interaksi ketika tanda
tersebut masuk kedalaam perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai
Gambar 2.3 Model Semiotik Roland Barthes
28
dari kebudayaannya. Pada signifikasi tahap kedua yang berkaitan dengan isi,
tanda bekerja melalui mitos (Sobur, 2004:127).
Dalam penelitian semiotika proses penelitian dengan menggunakan
ilmu pengetahuan tidaklah semudah dengan penelitian yang menggunakan
semiotika, karena hasil-hasil dari penelitian semiotika, peneliti harus melewati
bebrbagi tahapan beripikir secara krisis ilmiah dimana seorang peneliti
memulai pemikiran secara induktif, yaitu mampu menemukan tanda-tanda
maupun kode-kode sosial yang melalui proses pengamatan visual dan
kemudian berusaha melakukan teorisasi berdasarkan dari apa yang telah
diamati. Dari bermacam uaraian mengenai semiotik, maka peneliti
menggunakan teori semiotik dari Roland Barthes.
2.3.3 Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos
Montage merupakan proses dimana film mengalami proses pemilihan,
editing yang akhirnya menghasilkan kesatuan scene yang sempurna.
Potonganpotongan scene merupakan bagian dari film yang mampu
mengkomunikasikan makna. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
dua cara yaitu secara denotasi dan konotasi.
Makna yang dikemukakan oleh Barthes mempunyai makna yang
berbeda dengan makna pada umumnya. Jika pada umumnya makna denotasi
merupakan makna yang sesungguhnya dan digunakan sebagai penunjuk yang
mengacu pada penggunaan bahasa yang memiliki arti sesuai dengan apa yang
diucapkan, namun menurut Rolan Barthes pengertian denotasi merupakan
sistem signifikasi tingkat pertama serta konotasi pada tingkat kedua. Dalam
kasus ini denotasi lebih dimaknai dengan ketertutupan makna. Sebagai akibat
29
yang paling ekstrim dalam melawan keharfiahan denotasi yang bersifat
operatif. (Budiman, dalam Sobur, 2003:70-71)
Gambar serta suara dalam film diibaratkan seperti bahasa yang tertulis
yang memiliki makna denotasi. Film dapat mengkomunikasikan pemahaman
yang terkadang tidak bisa dijelaskan secara lisan maupun secara tertulis. Hal
ini disebabkan karena film dapat memberi kita gambaran yang hampir
mendekati kenyataan. Dengan penggunaan bahasa mungkin akan lebih baik
namun ketika berurusan dengan dunia ide dan abstraksi yang tidak nyata,
namun tidak terlalu mampu menyampaikan informasi secara tepat terhadap
realitas fisik.
Ketika kualitas denotatif gambar serta suara yang cukup kuat, cukup
mengherankan ketika mengetahui kemampuan konotatif merupakan bagian
dari bahasa film. Bahkan tidak sedikit konotatif berasal melalui kemampuan
denotatif film, karena film mempunyai kemampuan konotatif yang unik, ia
mampu memunculkan sistem kode yang tandanya berisikan makna-makna
tersembunyi. Ia menghadirkan sistem kode yang tandanya bermuatan
maknamakna tersembunyi. Kekuatan makna tidak terletak pada apa yang
dilihat tapi justru apa yang tidak dilihat, sehingga aspek konotasi dalam film
menjadi aspek esensial. Kekuatan makna terlihat pada apa yang tidak terlihat
bukan pada apa yang terlihat sehingga konotasi dalam film merupakan aspek
penting. Tujuan dari para pembuatan film ialah membuat pilihan secara
spesifik seperti pengambilangambar dari sudut angle tertentu, kamera diam
atau bergerak, warna yang dimiliki objek terang atau gelap, baground terlihat
30
secara jelas atau suram, dan seterusnya. Dari semua ini memiliki maksud
tertentu (Monaco, 2000:201).
Konotasi bekerja dalam tingkat khusus sehinnga membutukan analisis
yang mendalam untuk dapat menemukannya. Tugas dari konotasi ialah untuk
menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan emosi atau
perasaan penonton dengan nilai-nilai kebudayaannya. Menurut Barthes
konotasi merupakan bagian dari mitologi atau ideologi, dimana dalam
kerangka Barthes konotasi identik dengan operasi ideologi yang sebutnya
“mitos” serta berfungsi sebagai cara mengungkapkan dan memberikan
pembenaran bagi nilai-nilai yang sedang berlaku pada periode tertentu
(Budiman, dalam Sobur, 2003:71).
Barthes menyebut mitos sebagai tipe wicara yang masuk ke dalam
sistem komunikasi dan mitos adalah sebuah pesan. Hal ini memungkinkan
untuk berpandangan bahwa mitos tidak bisa menjadi sebuah objek, konsep,
ataupun ide. Mitos adalah cara penandaan sebuah bentuk, segala sesuatu bisa
menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana.
Dalam mitos terdapat pola tiga dimensi yang disebut Barthes sebagai
penanda, petanda dan tanda. Hal tersebut dapat dilihat dari peta tanda Barthes
yang telah dikutip dari buku karya Alex Sobur:
31
Gambar 2.4 Peta Tanda Roland Barthes (Sumber Sobur, 2003:69)
Menurut tabel Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3)
tesususn atas penanda (1) serta pertanda (2). Namun pada saat bersamaan tanda
denotatif juga sebagai penanda konotatif. Dengan kata lain, hal tersebut
merupakan unsur material: hanya saja kalau jika kita mengenal tanda ”singa”,
barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi
mungkin (Colbey dan Janzs, 1999 dalam Sobur 2003, hal.69). Jadi tanda
konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung
kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.
2.4 Makna Pesan Moral
Pesan Moral adalah pelajaran moral atau pesan yang di dapat dari suatu
kejadian, pengalaman seseorang, atau dari sebuah Film yang dapat
memberikan pelajaran hidup bagi penonton dan bagi orang lain. Isi dari pesan
moral akan selalu berupa nilai-nilai yang baik sehingga penerima pesan bisa
menjadikannya sebagai teladan atau contoh.
32
Pesan moral yakni pesan yang memang secara sengaja di masukkan
dalam suatu karya yang dimana didalamnya memperlihatkan nila-nilai
kebaikan yang ditampilkan secara langsung maupun secara tidak langsung
(implisit). Membicarakan pesan (message) dalam proses komunikasi, kita tidak
bisa lepas dari apa yang disebut simbol dan kode, karena pesan dikirim
komunikator kepada penerima terdiri atas rangkai simbol dan kode. Simbol
adalah suatu proses komunikasi yang dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya
yang berkembang pada suatu masyarakat. Sebagai makhluk sosial dan makhluk
komunikasi, manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol,
baik yang diciptakan oleh manusia itu maupun yang bersifat alami. Secara
umum, jenis simbol dan kode pesan terbagi menjadi dua yaitu pesan verbal
serta pesan non verbal. Pesan verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya
menggunakan kata-kata, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan
apa yang didengarnya. Sedangkan Pesan nonverbal menurut Cangara
(2004:99) bahwa pesan non-verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya
tidak menggunakan kata-kata secara langsung, dan dapat dipahami isinya oleh
penerima berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku, mimik wajah, atau ekspresi
muka pengirim pesan. Pada pesan non-verbal mengandalkan indera
penglihatan sebagai penangkap stimuli yang timbul. pesan nonverbal bisa
disebut bahasa isyarat atau gesture atau bahasa diam.
Sedangkan jika berbicara mengenai moral, moral merupakan suatu hal
yang mampu mendorong manusia untuk melaksanakan sikap yang baik sebagai
norma atau kewajiban. Moral bisa diartikan sebagai sarana untuk
memperkirakan benar tidaknya tindakan yang dilakukan oleh manusia
(Sjarkawi, 2006:28).
33
Moral bisa juga diartikan sebagai aturan-aturan yang mampu mengatur
perilaku setiap individu dalam menjalin hubungan antar masyarakat sekitar.
Sehingga moral merupakan hal yang wajib dimiliki oleh setiap individu.
Masing-masing tindakana individu harus mempunyai suatu batasan serta
aturan yang mengikat, sehingga mampu meminimalisir perilaku yang
menyimpang dari batasan norma dan nilai masyarakat. Tindakan seseorang
harus mengikuti batas wajar yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat.
Sehingga moral bisa diterjemahkan sebagai perilaku serta tindakan yang
dimiliki oleh setiap manusia yang sesuai dengan norma, nilai, serta hukum
masyarakat sehingga menciptakan individu yang baik sesuai dengan aturan
serta mempunyai moral yang baik serta tidak menyimpang. Jika ditemukan ada
perilaku individu yang menyimpang dari yang seharusnya, hal tersebut
disebabkan keluarnya individu dari batasan aturan yang ada.
Perilaku moral adalah perilaku yang mengikuti kode moral kelompok
masyarakat tertentu. Moral dalam hal ini berarti adat kebiasaan atau tradisi.
Perilaku tidak bermoral berarti perilaku yang gagal mematuhi harapan
kelompok sosial tersebut. Ketidakpatuhan ini bukan karena ketidakmampuan
memahami harapan kelompok tersebut, tetapi lebih disebabkan oleh
ketidaksetujuan terhadap harapan kelompok sosial tersebut, atau karena kurang
merasa wajib untuk mematuhinya. Perilaku di luar kesadaran moral adalah
perilaku yang menyimpang dari harapan kelompok sosial yang lebih
disebabkan oleh ketidakmampuan yang bersangkutan dalam memahami
harapan kelompok sosial. Perkembangan moral bergantung pada
perkembangan intelektual seseorang. Ajaran moral menetapkan bagaimana
manusia harus hidup, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak. Sedangkan
34
etika membantu seseorang untuk mengerti. Dengan kata lain, Etika sebagai
ilmu menuntut manusia untuk berperilaku moral secara kritis dan rasional.
Membicarakan tentang etika, etika merupakan disiplin ilmu yang
berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaan, nilai-nilai, dan
norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik. Dalam arti yang
lebih luas etika diartikan keseluruhan mengenai norma dan penelitian yang
dipergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia
seharusnya menjalankan kehidupannya (Suseno, 2001:6). Etika menuntut
seseorang melakukan ajaran moral tertentu karena manusia sendiri tahu dan
sadar bahwa hal itu memang baik baginya sendiri dan orang lain. Manusia
sadar secara kritis dan rasional bahwa memang sepantasnya bertindak seperti
itu atau sebaliknya, jika pada akhirnya bertindak tidak sesuai dengan ajaran
moral tertentu, hal itu dilakukan karena alasan-alasan tertentu yang dapat
dipertanggung jawabkan secara moral. Jadi etika berusaha untuk mengerti apa,
atau atas dasar apa manusia harus hidup menurut norma-norma tertentu.
Sedangkan ajaran moral dapat diibaratkan dengan buku petunjuk tentang
seseorang memperlakukan hidup dengan baik
Kebutuhan akan etika muncul dalam suatu masyarakat, apabila sistem
norma-norma adat tradisional mulai dipersoalkan. Pada saat itulah orang mulai
menjadi bingung. Manusia tidak lagi tahu dengan pasti pada ukuran mana dapat
menilai sikap dan tindakan-nya. Norma-norma tradisional mulai diragukan
apabila sistem-sistem normatif masuk ke dalam lingkungannya. Dalam situasi
itu perlu adanya suatu ukuran bukan hanya bagi tindakan manusia, melainkan
bagi norma-norma tindakan manusia. Harus ada ukuran untuk dapat diketahui
35
apakah suatu norma moral tepat atau tidak. Maka di sini etika adalah sebagai
seni berargumentasi di bidang moral.
Etika dibagi atas etika umum dan etika khusus. Etika umum
berhubungan dengan keadaan dasar tentang tindakan manusia secara etis.
Selain itu, juga berkaitan dengan bagaimana manusia mengambil suatu
keputusan etis tersebut dan juga teori-teori dalam etika serta prinsip moral
dasar yang dijadikan pegangan oleh manusia dalam berbuat. Sehingga, adanya
etika di sini menjadi tolak ukur atas baik buruknya suatu tindakan. Sedangkan
untuk etika khusus di sini merupakan suatu penerapan dari prinsip moral di
dalam kehidupan manusia secara khusus. Misalnya, bagaimana seseorang
mengambil suatu keputusan dan bertindak dalam kehidupannya. Selain itu juga
menentukan kegiatan khusus yang mesti dilakukan dengan prinsip moral dasar
yang ada (suseno, 1987:22).
Etika khusus di atas kemudian masih dibagi lagi menjadi dua bagian,
yaitu etika individual dan etika sosial. Etika Individual merupakan etika yang
berkaitan dengan kewajiban dan sikap dari manusia terhadap diri mereka
sendiri. Sedangkan etika sosial merupakan etika yang berhubungan dengan
kewajiban, sikap dan juga perilaku manusia sebagai umat manusia.
Sedangkan dari jenisnya, Menurut Keraf. A. Sonny (1991:23) dalam
mempelajari tingkat baik serta buruknya suatu tingkah laku yang ada hidup
didalam masyarakat maka etika dapat digolongkan menjadi beberapa jenis
etika, yaitu:
a. Etika Deskriptif
36
Etika ini ialah perilaku atau tindakan yang penilainnya berdsarkan dari
norma yang berkembang serta tumbuh dalam kehidupan bersama dalam suatu
masyarakat. Kondisi ini biasanya didasari kebiasaan yang sudah ada
sebelumnya dan digunakan sebagai acuan etis oleh masayarat. Suatu tindakan
seseorang dikatakan etis atau tidaknya tergantung dari kesamaannya dengan
kebayakan orang lakukan.
Etika deskriptif memiliki dua bagian yang sangat penting, bagian ini
muncul apabila orang menerapkan metode historik dalam etika deksriptif.
Dalam hal ini yang di selidiki ialah pendirian mengenai baik serta buruk, norma
kesusilaan yang berlaku serta cita-cita kesusilaan yang dipercaya serta dianut
oleng suatu bangsa apakah diterima serta bagaimana cara mengolahnya. Yang
kedua adalah fenomenologi kesusilaan. Dalam hal ini fenomenologi digunakan
dalam arti seperti ilmu pengetahuan agama. Fenomenologi agama menggali
makna keagamaan dari gejala keagamaan, mencari logos, rangakaian batiniah
yang dapat mempersatukan gejalagejala ini dalam keselarasan tersembunyi dan
penataan yang mengandung makna.
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan
perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya
sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara
mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia
sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya.
Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau
tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu
memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
37
b. Etika Normatif
Kelompok ini mendasarkan diri pada sifat hakiki kesusilaan bahwa di
dalam perilaku serta tanggapan- tanggapan kesusilaannya, manusia
menjadikan norma- norma kesusilaan sebagai panutannya. Etika menetapkan
bahwa manusia memakai norma-norma sebagai panutannya, tetapi tidak
memberikan tanggapan mengenai kelayakan ukuran-ukuran kesusilaan. Sah
atau tidaknya norma- norma tetap tidak dipersoalkan yang di perhatikan hanya
berlakunya (H. De vos, 1987:8-10).
Etika normatif tidak hanya menggambarkan susunan formal kesusilaan,
ia juga menunjukan perilaku manakah yang baik dan mana yang buruk. Etika
normatif menampilkan kenyataan yang tidak dapat ditangkap dan di verifikasi
secara empirik.
Etika yang berusaha mencerna dan memberikan penilaian etis atau
tidak, tergantung dengan kesesuaian norma-norma yang sudah ada dan
dilakukan oleh suatu masyarakat. Norma rujukan yang digunakan untuk
menilai tindakan wujudnya bisa berupa tata tertib, dan juga kode etik profesi.
c. Etika Deontologi
Etika deontologi ialah tindakan yang baik buruknya berdasarkan
tindakan tersebut sesuai atu tidak dengan kewajiban, dengan kata lain tidnakan
tersebut dikatakan baik karna memang baik pada dirinya sneidir sehingga
merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan. Dan sebaliknya ketika suatu
tindakan dinilai buruk secara moral ketika tindakan tersebut memang buruk
secara moral sehingga tidak menjadi suatu kewajiban untuk dilakukan.
Bersikap adil merupakan tindakan yang baik dan sudah menjadi kewajiban kita
untuk bertindak demikian.
38
Etika deontologi tidak pernah mempersoalkan akibat dari tindakan baik
ataukah buruk. Akibat yang ditumbulkan tidak pernah diperhitungkan untuk
menentukan kualitas moral suatu tindakan. Bernagkat dari dasar tersebut, etika
ini sangat menekankan motivasi, kemauan baik serta watak yang kuat untuk
bertindak sesuai dengan kewajiba (Keraf. A. Sonny, 2002:9)
Etika deontologi menegaskan kepada kewajiban manusia untuk
bertindak secara baik, sehingga maksud dari etika ini adalah tindakan dikatakan
baik maupun buruk bukan karena tindakan tersebut mendatangkan akibat baik,
namun berdasarkan tindakan itu baik untuk dirinya sendiri.
d. Etika Teleologi
Etika teleologi menilai baik buruknya tindakan berdasarkan tujuan atau
akibat dari tindakan tersebut. Suatu tindakan dikatakan baik ketika mempunyai
tujuan dan mendatangkan akibat baik.
Dengan begitu dapat dikatakan bahwa etika teleologi lebih cenderung
bersifat situasioanl dan subyektif. Kita dapat bertindak dalam situasi yang lain
tergantung pada penilaian kita terhadap akibat dari tindakan tesebut. Demikian
juga suatu tindakan yang sudah jelas bertentangan dengan norma dan nilai
moral dapat dibenarkan oleh teleologi hanya dikarenakan tindakan tersebut
membawa dampak baik (Keraf. A. Sonny, 2002:15).
e. Etika Keutamaan
Etika keutamaan tidak mempermasalahkan akibat dari suatu tindakan
serta tidak mendasarkan penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum
moral universal. Keutamaan dari etika ini ialah mengedepankan
pengembangan karakter moral pada setiap masingmasing individu.
39
Hubungannya dengan hal ini adalah sebagaimana yang dikatakan oleh
Aristoteles, nilai moral didapatkan serta muncul melalui hidup pada suatu
masyarakat, berangkat dari contoh hidup dan teladan yang dicontohkan oleh
para tokoh besar dalam masyarakat untuk menghadapi dan memcari solusi dari
persoalan-persoalan hidup.
Dengan begitu, etika keutamaan lebih menekankan kepada pentingnya
sejarah kebehatan moral dari para tokoh besar terdahulu dan dari cerita
dongeng maupun sastra yang mempelajari tentang nilai serta keutamaan, serta
berusaha memahami dan mempraktekan seperti yang sudah dilakukan tokoh
dalam sejarah, dalam cerita, maupun dalam kehidupan masyarakat.
Etika keutamaan sangat menghargai kebebasan serta rasionalisme
manusia, karena pesan moral hanya disampaikan melalui cerita dan teladan
hidup dari para tokoh terdahulu lalu membiarkan setiap orang menangkap akal
budinya untuk memaknai pesan moral itu yang berarti terbuka kemungkinan
setiap orang mengambil pesan moral yang khas bagi dirinya, serta melalui itu,
kehidupan moral menjadi sangat kaya oleh berbagai macam penafsiran
(Keraf.A. Sonny, 2002:22-24).
40
2.4 Fokus Penelitian
Penelitiaan ini berfokus pada makna pesan moral yang disampaikan
dalam filmYowis Ben. Dalam pengungkapan maknanya, peneliti melihat pada
aspek etika yang ditampilkan secara audio visual. Adapun audio yang dimaksud
meliputi komunikasi verbal berupa ungkapan yang disampaikan dari anak muda
kepada orang yang lebih tua, yang baik buruknya mencerminkan perilaku anak.
Sedangkan secara visual yang dimaksud meliputi komunikasi non verbal yakni
berupa potongan gambar scene yang menggambarkan baik buruknya perilaku
anak.
Top Related