22
BAB II
TEORI SISTEM DAN KONSEP MASLAHAH MURSALAH
A. Teori Sistem
Mendefinisikan masyarakat politik dalam pengertian “sistem politik”,
dengan mengidentifikasikan fungsi-fungsi yang seharusnya ada dalam setiap
sistem politik dan struktur-struktur politik yang menjalankan fungsi-fungsi itu.
Proses politik dimulai dengan masuknya input berupa kepentingan yang
diartikulasikan dan dinyatakan oleh kelompok kepentingan dan diagregasikan atau
dipadukan oleh partai politik sehingga kepentingan-kepentingan khusus menjadi
suatu usul kebijaksanaan yang lebih umum, dan selanjutnya dimasukkan kedalam
proses pembuatan kebijaksanaan yang dilakukan oleh badan legislative dan
eksekutif. Dalam tahap ini, input itu diubah menjadi output berupa kebijaksanaan,
karena itu tahap ini disebut juga tahap “konversi”. Dan tahap pembuatan
kebijaksanaan ini pula yang berupa yang merupakan inti dari keseluruhan proses
politik. Kebijaksanaan itu kemudian dilaksanakan oleh birokrasi, dan
kesungguhan pelaksanaan itu dijamin oleh adanya fungsi penghakiman yang
dijalankan oleh badan pengadilan.1
Studi politik membicarakan pengertian tentang bagaimana keputusan yang
otoritatif diambil dan dilaksanakan untuk suatu masyarakat. Setiap bagian dari
kanvas politik yang lebih besar tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan satu sama
1 Drs. Mochtar Mas’eod, perbandingan sistem politk. (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press). Hlm. xi
23
lain dengan bagian lainnya, atau dengan kata lain, bahwa operasi suatu bagian
tidak akan dapat kita pahami tanpa mengacu bagaimana keseluruhan beroperasi.
Pengertian suatu sistem menunjukan bahwa kita dapat memisahkan
kehidupan politik dari aktivitas sosial lainnya, setidak-tidaknya untuk tujuan
analisis, dan dapat mengkajinya, sepertinya untuk momen tertentu kehidupan
tersebut merupakan sebuah kesatuan yang berdiri sendiri yang ditutupi oleh,
namun dapat dibedakan dari, lingkungan dimana ia beroperasi. Jika kita
memandang sistem aksi-aksi politik sebagai suatu kesatuan dihadapan mata otak
kita, maka dapatlah kita lihat bahwa apa yang membuat sistem itu berjalan ialah
masukan dari berbagai jenis.
Bagan teori David Easton, System Theory
24
Sistem politik mempunyai sifat-sifat tertentu karena ia adalah sistem.
Untuk menyajikan suatu gambaran yang menyeluruh mengenai pendekatan yang
menyeluruh pula, dimana atribut-atribut utamanya adalah sebagai berikut:
1. Sifat-sifat identifikasi.
Untuk membedakan suatu sistem politik dari sistem sosial lainnya,
kita harus mampu mengidentifikasinya dengan menguraikan unit-unitnya
yang fundamental dan menentukan batas-batas yang membatasinya dari
unit-unit yang berada diluar sistem itu.
a. Unit-unit sistem politik.
Unit adalah unsur-unsur yang membentuk suatu sistem, unit-unit suatu
sistem politik adalah aksi-aksi politik. Gunanya adalah untuk melihat
unit-unit ini karena mereka membentuk diri dalam peran politik dan
kelompok politik.
b. Batas.
Beberapa pertanyaan yang paling penting sehubungan dengan operasi
sistem politik hanya dapat dijawab bila kita mengingat fakta yang
jelas, bahwa sebuah sistem tidak berada dalam ruang hampa. Sistem
selalu berada dalam suatu setting atau lingkungan tertentu.
Bagaiamana sebuah sistem bekerja sebagian tergantung pada
responnya terhadap seluruh lingkungan sosial, lingkungan biologis,
dan lingkungan fisik.
2. Masukan dan Hasil (Input dan Output).
25
Barangkali jika kita memilih sistem politik untuk studi tertentu.
Hal tersebut dilakukan karena yakin bahwa sistem politik tersebut
mempunyai konsekuensi penting yang khas bagi masyarakat, yaitu
keputusan yang mengikat. Konsekuensi ini yang dinamakan hasil, karena
jika suatu sistem politik tidak mempunyai output yang penting bagi
masyarakat, maka tidak akan ada yang tertarik akan hasil.
Apabila suatu sistem tidak mendekati sebuah keadaan entropi dan
dapat mengasumsikan bahwa tidak demikian halnya untuk sebagian besar
sistem politik maka harus mempunyai masukan yang terus menerus untuk
dapat tetap berlangsung. Tanpa input maka sistem tidak dapat bekerja,
tanpa hasil juga tidak dapat mengindentifikasikan pekerjaan yang
dilakukan oleh sistem tersebut.
Perilaku sistem politik, sampai batas tertentu juga dibatasi oleh
sistem itu sendiri, yakni oleh struktur dan kebutuhan internalnya sendiri.
Tetapi perilakunya juga mencerminkan sejumlah hambatan yang
ditimbulkan oleh keadaan tertentu dimana sistem itu beroperasi. Dapat
dikatakan bahwa sebagian besar perubahan yang bermakna didalam
sebuah sistem politik berasal dari pergeseran didalam variabel-variabel
eksternal.
3. Diferensiasi sebuah sistem.
Sebagaimana yang akan dilihat nanti, dari lingkungan datanglah
energi untuk menghidupkan sebuah sistem dan informasi dimana sistem
menggunakan energi. Dengan cara inilah sebuah sistem mampu bekerja,
26
akan mempunyai hasil yang berbeda dengan masukan yang masukan dari
lingkungan. Dan dapat diambil sebagai sebuah hipotesis yang berguna,
bahwa jika sebuah sistem politik harus melakukan pekerjaan tertentu
dengan waktu yang terbatas, maka pasti terjadi sejumlah diferensasi
didalam strukturnya.
4. Integrasi sebuah sistem.
Fakta bahwa diferensasi membuka bidang permasalahan utama
mengenai sistem-sistem politik. Perbedaan struktur menentukan kekuatan
penggerak yang secara potensial bersifat disentegratif dalam hasilnya
untuk sistem. Jika dua atau beberapa unit melakukan aktivitas yang
berbeda pada waktu yang bersamaan, bagaimanakah aktivitas itu harus
dibawa kedalam tingkat artikulasi minimal yang diperlukan jika suatu
sistem tidak diinginkan hancur sewaktu memproduksi hasil yang penting
bagi kita. Kita dapat menghipotesiskan, bahwa jika sebuah sistem yang
terstruktur ingin mempertahankan dirinya sendiri, maka harus memberikan
mekanisme yang memadukan atau merangsang para anggotannya untuk
bekerja sama, dalam kadar minimal, agar dapat diambil keputusan yang
mengikat.2
Input : Tuntutan
Ada dua jenis pokok input-input (masukan-masukan) suatu sistem politik:
yaitu tuntutan dan dukungan. Input-input inilah yang memberikan bahan mentah
2 A.R. Henry Sitanggang, S.H, Perbandingan Politik: Catatan dan Bacaan. (jakarta:
Erlangga). Hlm. 35-39
27
atau informasi yang harus di proses oleh sistem itu, dan juga energi yang
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup sistem itu. Alasan mengapa suatu sistem
politik tetentu dalam suatu masyarakat yaitu, mengapa orang melibatkan diri
dalam kegiatan politik adalah adanya tuntutan-tuntutan dari orang-orang atau
kelompok-kelompok dalam masyarakat tersebut yang tidak semuanya dapat
terpenuhi dengan memuaskan. Bila tuntutan-tuntutan atau kehendak-kehendak itu
disalurkan dengan suatu usaha yang terorganisir secara khusus dalam masyarakat
maka tuntutan-tuntutan itu telah menjadi input-input suatu sistem politik.
Jenis-jenis tuntutan penting berasal dari situasi-situasi yang terjadi didalam
suatu sistem politik. Dalam setiap sistim yang berjalan, secara khas tuntutan-
tuntutan bisa timbul dengan tujuan merubah hubungan-hubungan politis di antara
anggota-anggota itu sendiri, sebagai akibat dari ketidakpuasan atas hubungan-
hubungan itu.
Apa yang menentukan sehingga suatu tuntutan menjadi suatu masalah
yang menimbulkan diskusi politik yang serius atau tetap merupakan sesuatu yang
harus dilakukan secara privat di antara anggota masyarakat sendiri. Timbulnya
suatu tuntutan, baik internal maupun eksternal, tidak begitu saja akan menjadi
sebuah issue politik. Banyak tuntutan yang mati begitu diajukan atau
pengajuannya seret dan bertele-tele karena hanya didukung oleh golongan
masyarakat yang kurang berpengaruh dan tidak pernah bisa masuk kedalam
tingkat pembuatan keputusan. Sedangkan tuntutan yang lain mungkin menjadi
issue, jadi issue adalah suatu tuntutan yang oleh anggota-anggota masyarakat
28
ditanggap dan dianggap sebagai hal yang penting untuk dibahas melalui saluran-
saluran yang diakui dalam sistem itu.
Ilmu politik terutama berkaitan dengan masalah cara pembuatan
keputusan-keputusan yang otoritatif dalam suatu masyarakat, maka tuntutan-
tuntutan itu memerlukan perhatian khusus sebagai jenis input utama bagi sistem
politik. Tuntutan itu juga merupakan salah satu sumber timbulnya perubahan
dalam sistem politik, karena berubahnya lingkungan menyebabkan timbulnya
jenis-jenis input-tuntutan yang baru. Tanpa memperhatikan asal-usul dan faktor-
faktor penentu tuntutan bahwa akan mengalami kesulitan untuk menelaah
bekerjanya suatu sistem politik pada saat tertentu maupun perubahan-perubahan
yang dialami suatu sistem politik dalam suatu interval waktu tertentu. Baik sifat
statis maupun dinamis historis dari suatu sistem politik bergantung pada
pemahaman yang terperinci tentang tuntutan-tuntutan yang ada, terutama
pengaruh lingkungan luar sistem politik terhadap tuntutan-tuntutan itu.3
Input: Dukungan
Input-input (masukan-kebutuhan) berupa tuntutan saja tidaklah memadai
untuk berlangsungan kerja suatu sistem politik. Input tuntutan itu hanyalah bahan
dasar yang dipakai untuk membuat produk-akhir, yang disebut dengan keputusan.
Untuk tetap menjaga keberlangsungan fungsinya, sistem itu juga memerlukan
energi dalam bentuk tindakan-tindakan atau pandangan-pandangan yang
memajukan dan merintangi suatu sistem politik, tuntutan-tuntutan yang timbul
3 Drs. Mochtar Mas’eod, perbandingan sistem politk. (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press). Hlm. 7-10
29
didalamnya, dan keputusan-keputusan yang dihasilkannya.Input ini yang
dinamakan support, tanpa dukungan tuntutan tidak akan bisa dipenuhi atau
konflik mengenai tujuan tidak akan terselesaikan. Bila tuntutan ingin ditanggapi,
anggota-anggota sistem yang memperjuangkannya menjadi keputusan yang
mengikat dan mereka yang ingin mempengaruhi proses-proses yang relavan harus
mampu memperoleh dukungan dari pihak-pihak lain dalam sistem tersebut.4
Perilaku yang mendukung dapat melibatkan bukan hanya tindakan
eksternal yang dapat diamati, tetapi juga bentuk-bentuk perilaku internal yang
dinamakan orientasi atau keadaan pikiran. Suatu keadaan pikiran yang besifat
mendukung adalah seperangkat sifat atau pradisposisi yang berakar dalam, atau
kesiapan untuk bertindak demi orang tertentu lainnya. Keadaan pikiran yang
suportif merupakan masukan yang penting sekali bagi operasi dan pemeliharaan
sistem politik.5
Usaha-usaha yang dapat memperluas dukungan didalam suatu sistem politik,
yaitu:
1. Wilayah Dukungan.
Dukungan dimasukkan ke dalam sistem politik dan mengarah kepada tiga
sasaran, diantaranya:
4Ibid., hlm. 10-11
5 A.R. Henry Sitanggang, S.H, Perbandingan Politik: Catatan dan Bacaan. (jakarta:
Erlangga). Hlm. 43
30
a. Komunitas politis.
Tidak satupun sistem politik yang dapat terus melangsungkan kerjanya
kalau anggota-anggotanya tidak bersedia mendukung eksistensi suatu
kelompok yang berusaha menyelesaikan perbedaan-perbedaan atau
mendorong pembuat keputusan-keputusan melalui tindakan-tindakan
bersama secara damai. Hal demikianlah jelas yang biasanya disebut
dengan pertumbuhan kesatuan nasional, sehingga sering kurang
diperhatikan.Padahal kesatuan itulah yang merupakan prasayarat
kelangsungan hidup setiap sistem politik.
b. Rezim.
Dukungan bagi suatu sistem politik juga membantu memberikan sumber
tenaga untuk tetap berkerjanya sistem tersebut. Rezim ini terdiri dari
semua pengaturan yang mengatur cara menangani tuntutan yang
dimasukan kedalam sistem tersebut dan cara melaksanakan keputusan.
Semua ini adalah yang biasa disebut sebagai “aturan permainan”, dan yang
dipakai oleh sebagian besar anggota sistem tersebut sebagai ukuran untuk
menilai sah atau tidaknya tindakan-tindakan anggota sistem.
c. Pemerintah.
Apabila suatu sistem politik ingin memiliki kemampuan untuk menangani
tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan yang dimasukkan ke dalamnya,
bukan hanya anggota-anggotanya harus bersedia mendukung
penyelesaiaan konflik-konflik ini secara bersama dan harus memiliki
konsensus tentang aturan permainan dalam penyelesaiaan konflik-konflik
31
itu, tetapi anggota-anggota sistem itu juga harus bersedia mendukung
suatu pemerintahan yang melaksanakan tugas-tugas konkrit menyelesaikan
konflik-konflik itu.
Kenyataan bahwa dukungan yang diarahkan pada suatu sistem politik
secara konseptuil dapat diperinci dalam tiga unsur, yaitu: dukungan bagi
komunitas, rezim, dan pemerintahan. Sudah tentu tidak berarti bahwa
dalam kasus konkrit dukungan bagi masing-masing sasaran itu saling tidak
tergantung.
2. Kuantitas dan Ruang Lingkup lingkungan
Dalam keadaan-keadaan tertentu sangat sedikit anggota-anggota
sistem yang merasa perlu mendukung sesuatu sistem. Anggota-anggota itu
mungkin bodoh dan apatis, tidak perduli akan segala keputusan yang
dihasilkan sistim itu. Sebaliknya, kita juga bisa menemukan suatu sistem
dimana anggotanya memberikan dukungan, tetapi jumlah dukungan itu
begitu kecil sehingga mengancam kehidupan salah satu atau semua segi
sistem itu.
Dari pembahasan diatas nampak bahwa walaupun anggota-anggota
dari suatu sistem politik itu bisa memberikan dukungan ataupun tidak
memberikan dukungan, artinya menunjukkan penentangan atau apatis,
nyatanya anggota-anggota itu bisa, dan biasanya memang secara serempak
32
terlibat dalam tingkah laku mendukung maupun menentang. Yang harus
diperhatikan adalah neraca keseimbangan itu.6
Mekanisme Dukungan
Suatu masyarakat mengahasilkan dukungan bagi suatu sistem politik
dengan cara sebagai berikut:
1. Hasil sebagai suatu mekanisme dukungan.
Hasil suatu sistem politik adalah sebuah keputusan atau kebijakan
politik. Salah satu cara untuk menguatkan ikatan anggota kepada sistem
yang mereka anut, ialah dengan memberikan keputusan yang cenderung
memuaskan kebutuhan sehari-hari para anggotanya.7
Jenis dorongan seperti ini mungkin bersifat positif, mungkin pula
negatif. Bila dorongan itu bersifat negative, dorongan itu berarti ancaman-
ancaman bagi anggota sistem berujud berbagai sanksi dari mulai denda
uang yang ringan, sampai hukuman badan, atau bahkan hukuman
mati,tergantung pertimbangan beratnya pelanggran hukum itu. Dalam
setiap sistem, dukungan yang diberikan anggotanya sebagai akibat
ketakutan akan sanksi atau karena paksaan, dalam sistim-sistim otokratis
proporsi dukungan-terpaksa itu mencapai titik maksimum. Karena
semakin demokratis suatu sistim, proporsi itu semakin menurun.
6 Drs. Mochtar Mas’eod, perbandingan sistem politk. (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press). Hlm. 12-14 7 A.R. Henry Sitanggang, S.H, Perbandingan Politik: Catatan dan Bacaan. (jakarta:
Erlangga). Hlm. 47
33
Karena ouput-ouput khas dari suatu sistem adalah keputusan-
keputusan mengenai kebijaksanaan, maka pada pemerintahaan terletak
tanggungjawab tertinggi untuk menyesuaikan atau menyeimbangkan
output berupa keputusan dengan input berupa tuntutan. Tetapi jelas bahwa
untuk memperoleh dukungan dari anggota-anggota suatu sistem melalui
dorongan positif, suatu pemerintahan tidak perlu memenuhi semua
tuntutan yang ada walaupun tuntutan itu diajukan oleh anggota-anggota
yang paling berpengaruh dan oleh pendukung pemerintah yang paling
gigih.
Jadi, suatu sistem tidak harus memenuhi semua tuntutan dari
anggota-anggotanya selama sistem itu memiliki sumber atau cadangan
dukungan yang cukup untuk bertahun-bertahun.Suatu sistem tidak pula
harus memenuhi walaupun hanya sebagaian tuntutan dari semua
anggotanya. Dan mengenai tuntutan siapa yang harus diusahakan
dipenuhi, berapa banyak, kapan, dan dalam kondisi bagaimana suatu
tuntutan harus dipenuhi, merupakan soal-soal yang memerlukan penelitian
khusus.8
Tidak semua penarikan dukungan dari suatu pemerintah
mempunyai konsekuensi bagi berhasil tidaknya suatu rezim atau
masyarakat. Tetapi ketidakmampuan pemerintah yang terus menerus
dalam menghasilkan output yang memuaskan anggota suatu sistem, dapat
menyebabkan kebutuhan untuk mengubah rezim tersebut atau
8 Drs. Mochtar Mas’eod, perbandingan sistem politk. (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press). Hlm. 15-16
34
membubarkan masyarakat politik tersebut. Karena alasan inilah
keseimbangan anatara masukan dengan hasil merupakan mekanisme yang
sangat penting dalam kehidupan suatu sistem politik.
2. Politisasi sebagai suatu mekanisme dukungan
Adalah keliru kalau kita memandang tingkat dukungan yang ada
bagi suatu sistem secara eksklusif merupakan fungsi hasil dalam bentuk
sanksi ataupun imbalan. Kenyataannya ialah bahwa reserve dukungan
bagaimanapun yang dikumpulkan melalui keputusan di waktu yang lalu
hal itu ditingkatkan dan dikuatkan oleh suatu metode yang rumit untuk
menghasilkan dukungan yang mantap melalui apa yang kita namakan
proses politisasi.
Cara yang dipakai anggota masyarakat untuk mempelajari pola-
pola politik tersebut merupakan apa yang dinamakan proses proses
politisasi. Melalui proses ini seseorang belajar memainkan peran
politiknya, yang meliputi penyerapan sikap-sikap politik yang tepat.
Proses politisasi sebagaimana berlangsung dalam kenyataannya,
pada umumnya menghasilkan suatu jaringan imbalan dan hukuman yang
kompleks. Untuk mengadopsi sikap politik dan melakukan tindakan
politik yang tepat, menyesuaikan diri dengan penafsiran mengenai tujuan
politik yang diterima secara umum, dan melakukan tugas-tugas yang
dilembagakan dari seorang anggota sistem tertentu, maka kita diberikan
berbagai imbalan.
35
Dukungan yang disandarkan pada makna legitimasi pemerintahan
dan rezim merupakan suatu reserve yang perlu jika sistem tersebut harus
menanggulangi badai yang sering terjadi bilamana output yang lebih nyata
dari sistem itu kelihatannya menimbulkan kesukaran lebih banyak
disbanding imbalan. Jawaban terhadap pertanyaan mengenai
pembentukan, pemeliharaan, pengalihan dan perubahan tolak ukur
legitimasi akan menyumbang pada umumnya terhadap pengertian akan
cara bagaiaman dukungan dilembagakan, agar suatu sistem dapat berjalan
secara teratur, dan tanpa beban yang berlebihan mengubah input
kebutuhan menjadi output keputusan.9
Sudah jelas bahwa studi tentang kehidupan politik membutuhkan
teori yang umum. Yang jadi masalah adalah bagaimana menciptakannya,
tidak ada satupun cara yang dapat disebut paling tepat atau paling baik.
Tetapi ada yang paling bermanfaat dalam arti dapat memberikan
pemahaman yang lebih lengkap.Dalam kaitan ini, teori sistem dengan
kepekaannya terhadap masalah pertukaran input-output antara suatu sistem
dengan lingkungannya, dapat memberikan suatu pendekatan yang
bermanfaat. Teori sistem itu merupakan suatu cara ekonomis untuk
mengorganisasikan data politik yang cerai berai dan menjanjikan
keuntungan yang menarik.10
9 A.R. Henry Sitanggang, S.H, Perbandingan Politik: Catatan dan Bacaan. (jakarta:
Erlangga). Hlm. 48-50 10
Drs. Mochtar Mas’eod, perbandingan sistem politk. (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press). Hlm. 19
36
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap sistem politik pasti memiliki
ciri-ciri yang bersifat universil, yaitu dalam bentuk fungsi politik dan struktur
politik. Fungsi-fungsi politik yang ada dalam setai sistem politik dapat dibagi
dalam dua bagian: fungsi input, yaitu artikulasi kepentingan, agregasi
kepentingan, sosialisasi politik, komunikasi politik, rekrutmen politik. Dan kedua
fungsi output, yaitu pembuatan kebijaksanaan, penerapan kebijaksanaan, dan
penghakiman kebijaksanaan.11
Dalam penelitian ini akan menggunakan teori sistem untuk menjelaskan
bagaimana pemekaran yang ada di OKUSelatan dapat terlaksana, dengan
menggunakan teori ini maka nanti akan terlihat seperti apa tuntutan dan dukungan
yang dilakukan untuk mewujudkan keingan yang disampaikan oleh masyarakat
OKUSelatan sendiri.
B. Konsep Maslahah Mursalah
Maslahah Mursalah artinya menurut bahasa adalah, kebaikan yang
dikirimkan atau kebaikan yang terkandung. Maslahah Mursalah yang
dimaksudkan oleh ahli ushul fiqih adalah:12
ا ٌ يى جد يعُى يشعز بب نحكى يُب سب عقم وال يى جد اصم يتفق عهيه
11
Ibid., hlm. xi 12
Drs. H.A. Basiq Djalil, S.H.,M.A.,”ilmu ushul fiqh” (jakarta: Kencana Prenada Media
Grup),hlm.160
37
Secara etimologis kata Maslahah adalah searti dengan kata manfaat.
Menurut Ibn Mandhur dalam Lisan al-Arab, maslahah adalah searti dengan kata
shalaah, bentuk tunggal dari kata mashalih. Dengan demikian setiap sesuatu yang
mengandung manfaat baik dengan cara menarik seperti menarik hal-hal yang
bersifat menguntungkan dan yang mengenakkan atau dengan
menolak/menghindari seperti menolak/menghindari hal-hal yang dapat merugikan
dan menyakitkan adalah layak disebut maslahah. 13
Maslahah Mursalah yaitu hal yang mutlak, menurut istilah para ahli ilmu
ushul fiqh ialah: Suatu kemaslahatan dimana Syari’ tidak mensyariatkan suatu
hukum untuk merealisir kemaslahatan itu, dan tidak dalil yang menunjukkan atas
pengakuannya atau pembatalannya. Maslahah ini disebut mutlak, karena ia tidak
terikat oleh dalil yang mengakuinya atau dalil yang membatalkannya. 14
Membuat ketetapan hukum bagi suatu kasus yang didasarkan Maslahah
Mursalah dalam praktek ijtihad, merupakan suatu metode yang memberikan
kesempatan luas untuk mengembangkan hukum dibidang muamallah.Sebab nash-
nash yang berkenaan bidang muamallah hanya bersifat global atau prinsip-
prinsipnya saja, dan jumlahnya tidak banyak.Sementara pola hidup manusia
berubah dan bersifat komplek.15
Sebuah konsep kajian hukum dengan mempertimbangkan dimensi
kemaslahatan dalam berbagai perbuatan yang tidak terjangkau oleh nusus akan
13
Dr. H. A. Malthuf Siroj, M.Ag. “Paradigma Ushul Fiqh: Negoisasi Konflik Antara
Maslahah dan nash” (Yogyakarta: Pustaka Ilmu Group) hlm. 11 14
Prof. Abdul Wahhab Khallaf “ilmu ushul fiqh” (Semarang: Toha Putra Group), hlm.
116 15
Dr. J. Suyuti Pulungan, M.A.,”fiqh siyasah: ajaran,sejarah dan pemikiran”. (Jakarta:
Raja Grafindo Persada). Hlm. 33
38
tetapi terakomodasi dalam pernyataan nusus secara tidak langsung. Dengan
memperhatikan aspek kemaslahatan serta menghindari kebinasaan untuk suatu
perbuatan yang tidak diungkapkan secara eksplisit dalam nusus.Akan tetapi masih
terjangkau oleh prinsip-prinsip ajaran yang diungkapkan secara induktif dalam
nusus pada perbuatan yang berbeda-beda.
Dalam penegasannya sebagai sebuah metode kajian hukum dimulai
dengan perumusan kaidah-kaidah yang melaluisistem analisa induktif terhadap
dalil-dalil hukum suatu perbuatan yang berbeda satu sama lain namun
memperlihatkan substansi ajaran yang sama. 16
Kriteria maslahah mursalah yang perlu diperhatikan:
1. Maslahat tersebut harus bersifat ma’qul (reasonableI) dan relavan (munasib)
dengan kasus hukum yang memang sudah ditetapkan oleh nusus.
2. Maslahat tersebut harus dapat diterima oleh pemikiran rasional.
3. Maslahat tersebut harus sesuai dengan maksud syari’ dalam menetapkan
hukum dan tidak boleh bertentangan dengan nusus, baik dengan dalil-dalil
tekstual atas dasar-dasar pemikiran substansialnya. Dengan arti bahwa
maslahat itu harus sesuai dengan maqasidus syariat.
Selain dari ketiga kriteria tersebut, adasebagian ulama yang
menambahkannya dengan penggunaan metode kemaslahatan ini harus menutup
peluang atau kesempatan-kesempatan untuk melakukan tindakan kejahatan.17
16
Ahmad Khusairi. “Evolusi Ushul Fiqh: Konsep Pengembangan Metodologi Hukum
Islam”. (Yogyakarta: Pustaka Ilmu Group). Hlm. 82 17
Ibid., 83-84
39
Kemaslahatan dilihat dari sisi syariah bisa dibagi menjadi tiga, ada yang
wajib melaksanakannya, ada yang sunnah melaksanakannya, dan ada pula yang
mubah melaksanakannya. Apabila di antara yang maslahat itu banyak dan harus
dilakukan salah satunya pada waktu yang sama, maka lebih baik dipilih yang
paling maslahat.18
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an yaitu:
نيكى يٍ ر بكىوا تبعى ا احسٍ يب اَز ل ا19
Dan surat:
وا يز قى يك يب خذ وا بب حسُهب20
Dalam penerapan Mashlahah sebagai sumber hukum tidaklah bersifat
mutlak. Menurut mazhab Maliki, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi
dianataranya:
1. Maslahah itu harus sejalan dengan tujuan pokok syariat Islam dalam rangka
mewujudkan kemaslahatan manusia.
18
Prof. H. A. Djazuli, “kaidah-kaidah fiqih”. (Jakarta: Prenada Media Group). Hlm. 28 19
Az-Zumar (39): 55 20
Al-A’raaf (7):145
40
2. Mashlahah itu secara substantifharuslah logis, dalam arti bahwa mashlahah
tersebut dapat diterima oleh akal sehat.
3. Penerapan mashlahah sebagai sumber hukum harus dapat menjamin
kepentingan manusia yang bersifat primer (dharuri) atau mencegah
timbulnya kerugian dan kesulitan.
Imam Maliki mengakui ide kepentingan umum sebagai sumber hukum
dengan mengemukakan sebuah teori mashlahah mursalah. Akan tetapi dalam
penerapannya terdapat tiga hal yang harus terpenuhi: pertama, bahwa masalah
yang dihadapi harus termaksud bidang mu’amalah, sehingga kepentingannya yang
terdapat di didalamnya dapat dipertimbangkan secara rasional, dan masalah itu
sama sekali tidak berkaitan dengan ibadat. Kedua, bahwa kepentingan itu harus
sejalan dengan jiwa syariat dan sama sekali tidak bertentangan dengan salah atu
dari sumber-sumbernya. Dan ketiga, bahwa kepentingan itu harus termkasud
kepentingan dharuri dan hajii bukan tahsini. Kepentingan dharuri mencakup
pemeliharaan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta benda.Kepentingan hajji
berkenaan dengan kemudahan hidup, sedangkan tahsini berkenaan denga dekorasi
dan kesempurnaannya.21
Nabi Muhammamd SAW sendiri dan para sahabatnya dalam menetapkan
hukum selalu mengacu kepada pertimbangan mashlahah. Seperti dalam hal ini
yaitu Nabi Muhammad SAW sengaja meninggalkan sesuatu yang seharusnya ia
lakukan, yaitu membongkar dan membangun kembali Ka’bah di atas fondasi yang
21
Dr. H. A. Malthuf Siroj, M.Ag. “Paradigma Ushul Fiqh: Negoisasi Konflik Antara
Maslahah dan nash” (Yogyakarta: Pustaka Ilmu Group). Hlm. 18-20
41
diletakkan Nabi Ibrahim AS semata-mata karena pertimbangan mashlahah
mengingat umat Islam waktu itu masih pada fase dini dalam kaIslamannya.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
نى ال حد اثة عهد قى يك بب نكفز نُقضت انبيت فبُيته عم اسب س ابز اهيى عهه انسك و22
Jadi, Maslahah Mursalah yaitu suatu kemaslahatan yang tidak disinggung
oleh syara’ dan tidak pula terdapat dalil-dalil yang menyuruh untuk meninggalkan
atau mengerjakannya, sedang jika dikerjakan akan mendatangkan kebaikan yang
besar atau kemaslahatan. Maslahat Mursalah disebut juga maslahat yang
mutlak.Jadi pembentuk hukum dengan maslahat mursalah semata-mata untuk
mewujudkan kemaslahatan manusia dengan arti untuk mendatangkan manfaat dan
menolak kemudaratan dan kerusakan bagi manusia.23
Mashlahah Mursalah termaksud kedalam salah satu kajian Siyasah
Syari’iyyah, dimana Siyasah Syari’iyyah dapat diartikan dengan ketentuan
kebijaksanaan pengurusan masalah kenegaraan yang berdasarkan syariat. Seperti
yang dirumuskan Khallaf:
22
Ibid., hlm. 23 23
Drs. H. Kamal Mucthar. “ushul fiqh jilid II”. (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf). Hlm.
143
42
نضب ر يىب ال يتعد ئ يكفم تحقيق انصب ح و د فع اتد بيز انشئى ٌ انعب ية نهد و نة اال سال يية عب
حد و د انشز يعة و ا صى نهب انكية وا ٌ نى يتفق بب قى ال االئًة انًجتهد يٍ24
Substansi dari siyasah syar’iyyah sendiri yaitu:
1. Sesuai dan tidak bertentangan dari syariat Islam.
2. Meletakkan persamaan kedudukan manusia didepan hukum dan
pemerintahan.
3. Tidak memberatkan masyarakat yang tidak melaksanakannya.
4. Menciptakan keadilan dalam masyarakat.
5. Menciptakan kemaslhatan dan menolak kemudaratan.
Jadi, Mashlahah Mursalah masuk keadalam salah satu konsep Siyasah
Syar’iyyah yang bertujuan untuk mrnciptakan suatu kemaslahatan bagi
masyarakat. Dan fiqh siyasah juga merupakan bagian dari siyasah syar;iyyah yang
memberikan kontribusi berharga bagi pembuatan perundang-undangan dalam satu
Negara agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Meskipun demikian tidak
semua pandangan pemikir politik Islam yang tertuang dalam Fiqh Siyasah
diterapkan dan dilaksanakan oleh suatu pemerintahan.
Dalam penelitian ini juga menggunakan konsep Mashlahah Mursalah
dalam melihat pemekaran wilayah yang terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ulu
24
Dr. J. Suyuti Pulungan,M.A., Fiqh Siyasah: ajaran, sejarah, dan pemikiran. (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada) hlm. 30
43
Selatan, keputusan yang diambil dalam memisahkan diri Kabupaten sebelumnya.
Dan agara dapat melihat suatu keputusan pemerintah untuk memberikan
kemaslahatan bagi masyarakatnya.
44
BAB III
PELAKSANAAN PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN OGAN
KOMERING ULU SELATAN
A. Faktor-Faktor Pembentukan Daerah Kabupaten OKUSelatan
Pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.1
Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah.2
Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 sebagaimana telah
diganti dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah membawa perubahan besar dalam sistem politik dan pemerintahan di
Indonesia. Salah satu perubahan yang paling mendasar yang dibawa undang-
undang tersebut adalah pemberian otonomi yang luas kepada daerah di Indonesia.
Hal ini yang mendorong daerah untuk mengembangkan diri menjadi daerah
otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Salah satu
daerah yang mengikuti trend dan berhasil mengembangkan diri menjadi daerah
otonom (kabupaten) adalah Ogan Komering Ulu Selatan. Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan sebelumnya adalah termasuk dalam wilayah Kabupaten
1 Uud No. 32 Tahun 2004, pasal 1 ayat (2)
2 Ibid., ayat (3)
45
Ogan Komering Ulu. Proses dan setelah terbentuknya daerah otonom yang
dimaksud dalam Undang-undang Pemerintahan Daerah tentu saja membawa
peubahan besar dalam sistem pemerintahan dan perpolitikan daerah disamping
meninggalkan sejarah tersendiri. Perubahan sistem tersebut juga menimbulkan
permasalahan baru dalam pelaksanaannya.3
Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi
daerah, sosial-budaya, sosial-politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan
pertimbangann lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
Pembentukan, nama, batas, dan ibukota ditetapkan dengan undang-undang.
Daerah yang tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah dapat dihapus
dan/atau digabung dengan daerah lain. Lebih jauh lagi, daerah dapet dimekarkan
menjadi lebih dari satu daerah.4
Syarat teknis untuk faktor-faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah,
yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial
politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, kemanan, dan faktor lain yang
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.5
Undang-undang yang mengatur pemekaran suatu wilayah atau pembentukan
daerah adalah undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah. Secara lebih khusus diatur dalam Bab II Tentang
Pembentukan Daerah dan Kawasan Khusus, bahwa pembentukan suatu daerah
harus ditetapkan dengan undang-undang tersendiri. Ketentuannya tercantum
3 https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Ogan_Komering_Ulu_Selatan, akses tanggal 2
Agustus 2017, jam 18.54 WIB. 4 Deddy Supriady Bratakusumah, Ph.d. “otonomi penyelenggaraan pemerintahan
daerah”. (jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama). Hlm. 10 5 Uud No. 32 Tahun 2004, pasal 5 ayat (4)
46
dalam pasal 4 ayat (1) Undang-undang pembentukan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) antara lain mencakup nama, cakupan wilayah, batas
ibukota, kewenangan menyelenggarakan urusan pemerintahan, penunjukan
penjabat kepala daerah, pengisian keanggotaan DPRD, pengalihan kepegawaian,
pendanaan, peralatan, dan dokumen, serta perangkat daerah. Pembentukan daerah
dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang
bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih.
Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia
penyelenggaraan pemerintahan. Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.
Syarat administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kabupaten/kota
meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang
bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan Gubernur serta rekomendasi
Menteri Dalam Negeri. Syarat teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor
kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik,
kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Syarat fisik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi paling sedikit 5 (lima) kabupaten/kota untuk
pembentukan provinsi dan paling sedikit 5 (lima) kecamatan untuk pembentukan
kabupaten, dan 4 (empat) kecamatan untuk pembentukan kota, lokasi calon
ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan.
47
Faktor-faktor untuk terbentuknya suatu daerah atau pemekaran antara lain:
1. Faktor Kemampuan Ekonomi
Sektor Pertanian dan Perdagangan menjadi beberapa sektor unggulan
di kabupaten OKU SELATAN. Sektor Pertanian merupakan sektor terbesar
di Kabupaten OKU SELATAN untuk setiap tahunnya. Sektor pertanian
Unggulan Kabupaten OKU SELATAN terdiri dari sektor pertanian padi, dan
perkebunan jagung, serta holtikultura. Selain kedua sektor diatas sektor yang
menjadi unggulan kabupaten OKU SELATAN adalah sektor sektor jasa-jasa.
Kelima sektor tersebut setiap tahunnya memiliki angka pertumbuhan lebih
atau sama dengan satu sehingga kelima sektor tersebut sangat potensial untuk
dikembangkan. Selain pertanian dan perkebunan ada juga dalam sektor
perkebunan, seperti kopi, karet, kakao dan sawit di kecamatan yang akan
masuk kedalam wilayah OKU Selatan, sehingga dalam kemapuan
ekonominya kelak oku selatan dapat menjadi daerah yang mandiri.
2. Faktor Luas Wilayah
Secara geografis Kabupaten Ogan Komering Ulu (sebelum
pemekaran) terletak diantara 103° 40 - Bujur Timur sampai dengan 104° 33 -
Bujur Timur, dan 3° 45 - Lintang Selatan sampai dengan 4° 55 Lintang
Selatan, atau terletak pada jalur Lintas Tengah Trans Sumatera, yang
menghubungkan Provinsi Lampung dengan Provinsi Bengkulu, dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Rambang dan
48
Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim dan Kecamatan Muara Kuang
Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan;
Sebelah Selatan : Kecamatan Simpang, Kecamatan Muaradua,
Kecamatan Buay Sandang Aji, Kecamatan Buay Runjung, Kecamatan Kisam
Tinggi dan Kecamatan Muaradua Kisam Kabupaten OKU Selatan Provinsi
Sumatera Selatan;
Sebelah Barat : Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kecamatan Semendo
Darat Laut, Kecamatan Tanjung Agung dan Kecamatan Lubai Kabupaten
Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan;
Sebelah Timur : Kecamatan Cempaka, Kecamatan Madang Suku I,
Kecamatan Madang Suku II, Kecamatan Buay Pemuka Peliung dan
Kecamatan Martapura Kabupaten OKU TIMUR Provinsi Sumatera Selatan.
Topografi dan ketinggian diwilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu
berkisar antara 100° “ 1.000 meter lebih diatas permukaan laut, Bentuk
wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu bervariasi dari datar sampai
bergunung “gunung atau dari 0°-2 % hingga diatas 40 %. Keadaan lereng 0-
2 % (luas 61.781 ha) lereng 2-15 % (luas 142.968 ha), lereng 15-40 % (luas
71.564 ha).
Kabupaten OKU mempunyai iklim tropis dan basah dengan
temperatur bervariasi antara 22°C - 31°C, dengan curah hujan terendah 3.038
mm dijumpai di Kecamatan Lengkiti dan curah hujan tertinggi di Kecamatan
Pengandonan sebesar 4.881 mm, atau antara 260 mm - 448 mm setiap
bulannya.
49
3. Faktor Potensi daerah
Dikawasan yang akan menjadi wilayah OKU Selatan memiliki banyak
potensi daerah seperti kawasan wisatan seperti danau ranau dan gunung
seminung, air terjun dan sebagainya yang membuat wisatawan akan tertarik
untuk berwisata ke Kabupaten tersebut. Dan potensi untuk Beberapa Rencana
pengembangan potensi pertambangan di Kabupaten OKU Selatan meliputi :
a. Kawasan pertambangan batu gamping dengan potensi seluas kurang lebih
11.295 (sebelas ribu dua ratus Sembilan puluh lima) hektar yang berada
di Kecamatan Muaradua, Kecamatan Buay Sandang Aji, Kecamatan
Simpang, dan Kecamatan Buana Pemaca;
b. Kawasan pertambangan batuan dengan potensi seluas kurang lebih
15.910 (lima belas ribu sembilan ratus sepuluh) hektar yang berada di
Kecamatan Muaradua, Kecamatan Sungai Are, Kecamatan Sindang
Danau, Kecamatan Pulau Beringin, Kecamatan Mekakau Ilir, Kecamatan
Buay runjung dan Kecamatan Simpang;
c. Kawasan pertambangan panas bumi dengan potensi seluas kurang lebih
55.000 (lima puluh lima ribu) hektar yang berada di Kecamatan Banding
Agung, Kecamatan Warkuk Ranau Selatan, Kecamatan Mekakau Ilir,
Kecamatan Muaradua Kisam, Kecamatan Sindang Danau dan Kecamatan
Pulau Beringin;
d. Kawasan pertambangan mineral logam dengan potensi kurang lebih
60.000 (enam puluh ribu) hektar yang berada di Kecamatan Sungai Are,
50
Kecamatan Sindang Danau, Kecamatan Muaradua Kisam, Kecamatan
Kisam Tinggi, Kecamatan Kisam Ilir dan Kecamatan Pulau Beringin;
e. Kawasan pertambangan batu bara dengan potensi kurang lebih 160.000
(seratus enam puluh ribu) hektar yang berada di Kecamatan Muaradua,
Kecamatan Buay Rawan, Kecamatan Buay Pematang Ribu Ranau
Tengah, Kecamatan Buay Pemaca, Kecamatan Simpang, Kecamatan
Muaradua Kisam, dan Kecamatan Buay Sandang Aji;
f. Kawasan pertambangan mineral radioaktif dengan potensi kurang lebih
3000 (tiga ribu) hektar yang berada di Kecamatan Buay Pemaca;
g. Kawasan pertambangan minyak dan gas dengan potensi kurang lebih
5000 (lima ribu) hektar yang berada di wilayah Kecamatan Muaradua,
Buay Rawan dan Buay Pemaca.
4. Faktor Sosial Politik
Jauhnya jarak tempuh masyarakat untuk dapat mencapai pemerintahan
pusat dengan jarak 72km juga menjadi faktor untuk dapat melakukan
pemekaran wilayah tersebut agar masyarakat juga dapat mudah berurusan
dalam pemerintahan.
5. Faktor kependudukan
Pertumbuhan penduduk menunjukkan peningkatan positif pada
masing-masing kecamatan, namun pertumbuhan penduduk di wilayah
Kabupaten OKU SELATAN memiliki kecenderungan pertumbuhan yang
51
berbeda-beda pada setiap kecamatan sehingga terdapat perbedaan rumus
persamaan garis.
Pertumbuhan penduduk yang berbeda-beda disebabkan oleh perbedaan
prasarana dan sarana wilayah dan banyak faktor lainnya. Oleh karena itu
untuk menentukan persamaan garisnya yang digunakan sebagai alat
memproyeksikan penduduk dilakukan analisis kesesuaian rumus dengan
skenario rencana yang ditentukan berdasarkan fakta empiris dan teoritis.
6. Faktor Pertahanan dan Keamanan
Untuk pertahan sendiri dari setiap kecamatan yang akan masuk
didalam wilayah kabupaten OKU Selatan telah memiliki polisi sektor yang
dapat mengamankan daerah tersebut.6
Sebelum diamademen ketentuan yang mengatur tentang pemerintahan
daerah adalah Bab VI Pasal 18 UUD 1945 tentang Pemerintah Daerah. Pasal
tersebut berbunyi:
“Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan
pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-undang, dengan memandang dan
mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan Negara, dan hak-
hak asal-usul dalam daerah yang bersifat istimewa”
Inti pasal 18 tersebut adalah bahwa dalam Negara Indonesia terdapat
pemerintah daerah.Pemerintah daerah tersebut terdiri atas daerah besar dan daerah
kecil.Pemerintah daerah yang dibentuk tesebut baik dalam daerah besar maupun
6 Data dari setda bagian pemerintahan kabupaten ogan komering ulu selatan
52
daerah kecil yang harus memperlihatkan 2 hal.Yaitu (1) dasar permusyawaratan
dan (2) hak asal-usul dalam daerah yang besifat istimewa.Dengan demikian,
tampak sekali bahwa sesuai dengan pengertian aslinya, pemerintah daerah dilihat
dari susunannya terdiri atas daerah besar dan daerah kecil, sedangkan jika dilihat
dari bentuknya pemerintah daerah berbentuk daerah otonom bukan daerah daerah
administrasi.
Hal ini sangat jelas ditunjukkan dengan anak kalimat, dengan memandang
dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan Negara.
Maksud dari dasar permusyawaratan disini adalah sistem demokrasi yang intinya
adalah adanya permusyawaratan dalam dewan perwakilan daerah. Pemerintah
daerah yang menganut sistem demokrasi adalah pemerintah daerah otonom, bukan
pemerintah wilayah administrasi.7
B. Proses Terbentuknya Ogan Komering Ulu Selatan
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan yang terbentuk dari sebuah
pemisahan wilayah atau yang sering disebut dengan pemekaran wilayah, hal
tersebut dapat terjadi karena adanya dorongan dan faktor-faktor yang menjadi
acuan terjadinya pemekaran wilayah.
Dalam bab sebelumnya telah dibahas mengenai teori sistem politik yang
dibawa oleh David Easton, yang menjelaskan bahwa suatu keputusan atau
7 Hanif Nurcholis,DKK. “administrasi pemerintahan daerah”. (jakarta:Universitas
Terbuka). Hlm. 23-24
53
kebijakan politik dapat terjadi pastilah memiliki sistem yang dijalani sehingga
terjadi keputusan tersebut. Begitu pula yang terjadi pada terbentuknya Kabupaten
OKUSelatan yang pastilah memiliki sistem-sistemnya hingga terjadinya
keputusan sebuah pemekaran wilayah.
1. Input: Tuntutan
Kabupaten OKU Selatan yang ibu kota Kabupatennya terletak di
Kecamatan Muaradua, melakukan pemisahan wilayah dengan Kabupaten
OKU atau yang sering disebut dengan OKU Induk pada tahun 2004,
dengan pertimbangan untuk lebih mensejahterakan masyarakat OKU
Selatan dengan melakukan pemisahan wilayah dari OKU Induk. Alasan
mendasar terjadinya pemisahan wilayah inipun dikarenakan untuk
mempermudah masyarakat dalam segala urusannya baik dalam pemerintah
ataupun yang lainnya. Jauhnya jarak yang ditempuh untuk menuju OKU
Induk pun sekitar 74 km atau dengan waktu 1 jam 53 menit yang hampir
dengan 2 jam. Selain itu, sudah sewajarnya jika OKU Selatan untuk
memisahkan diri dan menjadi daerah yang lebih mandiri, karena
banyaknya pertumbuhan masyarakat yang telah memenuhi syarat untuk
menjadi wilayah sendiri.8
Selain itu, adanya sebuah keputusan dari DPRD Ogan Komering
Ulu Nomor: 33 Tahun 2002, mengenai pemekaran Ogan Komering Ulu
(OKU) menjadi tiga wilayah, akhirnya terbentuklah sebuah tuntutan dari
sebuah wadah kekeluargaan yang bernama “HIKAM-LAMPUNG” yang
8Wawancara dengan Agusmir, S.E, Kepala bagian Pemerintahan dan Otonomi Daerah
SETDA KAB.OKU Selatan. Muaradua, tanggal 3 April 2017.
54
berisikan putra-putri anak perantau yang berdomisili di Kota Bandar
Lampung, yang saat itu diketuai oleh Bapak Umar djohan,S.H., kemudian
melayangkan surat dukungan dan permohonan kepada Presiden Republik
Indonesia, Gubernur Sumatera Selatan dan Ketua DPRD OKU, dengan
surat bernomor: 08/HIKAM/IX/2000, surat itupun berisikan supaya
menindaklanjuti dan memproses keputusan DPRD Kabupaten OKU.
Didalam tuntunnya tersebut ternyata HIKAM-LAMPUNG membuat
kesepakatan dengan masyarakat untuk memberi nama pada Kabupaten
yang disepakati bernama “Ogan Komering Ulu Selatan”, yang kemudian
membentuk wadah aspirasi perjuangan bernama “Panitia Persiapan
Pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan” disingkat “PPP
KOS”.
Ketrua dari PPP KOS akhinya melalui musyawarah mufakat
memilih Bapak Muhtadin Sera’I menjadi ketua umum PPP KOS dan
Bapak Hasby Amputra, S.E., M..M., sebagai sekertaris umum dengan
surat keputusan Nomor: Istimewa/KTPS/PPP KOS/2000, tanggal 25
November 2000.
2. Input: Dukungan
Setelah terbentuknya PPP KOS, kemudian ketua dari PPP KOS
yaitu Bapak Muhtadi Sera’I memberikan berkas hasil musyawarah
terbentuknya PPP KOS kepada Bupati Ogan Komering Ulu dan Ketua
DPRD Kabupaten Ogan Komering Ulu. Respon dari Bupati terhadap surat
tersebut adalah sangat mendukung upaya yang dilakukan oleh PPP KOS.
55
Sebagai bentuk Sebagai bentuk dukungannya dibentuk Tim Pemekaran
Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan SK Nomor :
125/10.A/SK/I/2001, tanggal 29 Januari 2001, kemudian disusul pula
dengan SK Nomor : 136/1700/2001, tanggal 23 Oktober 2001, tentang
Persetujuan Dukungan Anggaran Dana Dari Kabupaten Ogan Komering
Ulu, dan SK Nomor : 135/398/SK/I/2001, tanggal 27 Nopember 2001,
tentang Dukungan Dana Awal bila nantinya Kabupaten – Kabupaten baru
telah terbentuk.
Akan tetapi yang terjadi, Selama hampir 1 (satu) tahun suasana
fakum dan tak menentu hingga akhirnya PPP KOS, yang diikuti oleh
elemen calon pemekaran Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur,
melakukan aksi damai di lapangan bola kaki Ahmad Yani di Baturaja.
Gelombang lautan manusia yang dimotori PPP KOS dalam aksi damai itu
dipimpin langsung oleh Ketua Umum Bapak Muhtadin Sera’i menurunkan
± 6.000 massa. Dan dalam menyampaikan orasinya Ketua Umum PPP
KOS, menuntut dan meminta ketegasan Bupati dan DPRD Kabupaten
Ogan Komering Ulu supaya segera merealisasikan Keputusan DPRD
Nomor : 33, tanggal 13 Juli 2000.
Yang kemudian Dampak positif dari aksi damai ini terbitlah surat
Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Selatan Nomor : 10, tanggal 23
Agustus 2002 tentang Persetujuan terhadap rencana pemekaran Kabupaten
Ogan Komering Ulu menjadi 3 Kabupaten. Selanjutnya dengan berbekal
berbagai dukungan yang telah dimiliki, PPP KOS melangkahkan kaki ke
56
pintu gerbang DPR RI di Jakarta, tujuannya meyakinkan pihak legislatif
pusat akan kesiapan seluruh persyaratan calon Kabupaten Ogan Komering
Ulu Selatan.
3. Sistem politik
Setelah terbitnya surat persetujuan yang dikeluarkan oleh Gubernur
Sumatera Selatan tersebut, PPP KOS pihak DPR RI menyambut positif
rencana perjuangan masyarakat yang diamanatkan dan dimotori oleh PPP
KOS. Sebagai tindak lanjut respon positif DPR RI, maka Delegasi Komisi
II langsung turun kelapangan berkunjung ke Kota Muaradua pada Tanggal
19 Juli s/d 21 Juli 2002. Kemudian hasil survei dan pengumpulan berbagai
dokumen yang dibutuhkan pihak DPR RI dievaluasi. Berbagai temuan dan
dokumen yang telah dievaluasi dijadikan bahan kajian Tim Dewan
Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) dan Tim Departemen Dalam
Negeri (DDN) hingga akhirnya Tim tersebut melakukan studi kelayakan
ke Kota Muaradua Tanggal 9 April 2003.
4. Keputusan atau Kebijaksanaan
Setelah menunggu dan menanti hasil dari kebijakan pada Presiden
RI dan DPR RI, akhairnya terbitlah sebuah keputusan pada hari Jum’at,
tanggal 18 Desember 2003 Presiden Republik Indonesia Ibu Hj. Megawati
Soekarno Putri menandatangani pengesahan RUU Pemekaran Kabupaten
tersebut. Pada Tanggal 7 Januari 2004 Ketua Umum PPP KOS Bapak
Muhtadin Sera’i dan beberapa anggota yang turut serta, dapat hadir
menyaksikan Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden RI
57
menandatangani prasasti persetujuan pemekaran Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan, bersama 24 Kabupaten/Kota lainnya.
Dan kemudian akhirnya pada hari Jum’at tanggal 16 Januari 2004
tuntutan yang dilakukan dan diperjuangakan tersebut mengasilkan sebuah
keputusan, bertempat di lapangan terminal Desa Batu belang Kecamatan
Muaradua. Gubernur Sumatera Selatan Ir. Syahrial Oesman , MM (mantan
Bupati Ogan Komering Ulu) yang turut berperan aktif dalam pembentukan
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, tepat pukul 14.07 Wib melantik
dan mengambil sumpah Bapak Drs. H. Rusli Nawi, SDP, M.Si sebagai
Penjabat Bupati Ogan Komering Ulu Selatan.
5. Output
Terbentuklah sebuah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
37 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dan Kabupaten Ogan Ilir
di Provinsi Sumatera Selatan.
6. Umpan Balik
Masyarakat yang berada diwilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu
Selatan yang dahulu belum terjadinya pemekaran wilayah harus
menempuh jarak sekitar 2 jam untuk sampai kepusat ibu kota Kabupaten
dan pemerintahan, sekarang tidak merasakan hal tersebut lagi dengan
terbentuknya Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
Selain itu, telah ada keputusan dari MENDAGRI apabila telah ada
wilayah yang telah memenuhi syarat untuk memisahkan diri maka
58
diperbolehkan melakukan pemekaran wilayah menjadi faktor dapat
terlaksananya pemekaran wilayah tersebut. Dampak positif dari adanya
pemekaran adalah dipermudahnya masyarakat dalam urusan pemerintahan,
daera yang dahulunya jauh dari kabupaten kini menjadi sedikit lebih
berkembang dari sebelumnya adanya pemekaran. Dalam pemerintahannya
pun mengalami perkembangan setelah memiliki APMD sendiri dan
masyarakat juga dapat berinteraksi secara langsung didalam pemerintahan.
Didukung dengan banyaknya masyarakat yang menjadi lebih
mengerti akan sistem pemerintahan menjadikan sistem pemerintahan yang
baru menjadi berkembang dengan cepat. Adanya pemekaran juga
menjadikan lowongan kerja dalam pemerintahan OKUS menjadi lebih
banyak peluang sehingga banyak masyarakat OKUS yang mengerti akan
sistem pemerintahan.
Peraturan otonomi yang berlaku setidaknya sudah banyak yang
dilaksanakan dalam pemerintahan OKUS seperti dalam pembangunan
infrastruktur dengan dibangunnya jalan-jalan menuju kedaerah plosok
yang susah untuk dijangakau, dalam sistem ekonomi masyarakat sudah
banyak yang berinteraksi secara langsung untuk melakukan ekonomi.
Meskipun belum terwujud 100% dengan peraturan otonomi daerah tetapi
setidaknya pemerintah telah melaksanakan sebagian dalam peraturan
tersebut.Kepemimpinan yang telah dilaksakan dalam tiga kali periode ini
menunjukkan semakin berkembangnya wilayah OKUS setelah terjadinya
59
pemekaran daripada sebelum adanya pemisahan wilayah ini. Meskipun
pemimpin yang ada adalah datang dari keluarga yang sama.
Tidak adanya kemimpinan dinasti dalam pemerintahan OKUS
karena pemipin yang ada sekarang bukanlah anak dari pemimpin
sebelumnya melainkan masih saudara atau keluarganya saja.9
Pentingnya partisipasi masyayrakat ini terutama karena sebagai
organisasi yang bersistem terbuka, pemerintah daerah senantiasa
membutuhkan adanya importation of energy guna menopang
kelangsungan hidupnya. Selama ini fakta membuktikan bahwa sumber
energi berupa dana dan personil yang sangat diperlukan oleh daerah justru
hampir seluruhnya berasal dari pemrintah pusat. Hal ini melahirkan
ketergantungan yang tinggi terhadap pemerintah pusat dan dengan
sendirinya menghilangkan kemandirian daerah. Bahkan pada sudut paling
ekstrim, campurtangan pemerintah pusat dalam penentuan kebijaksanaan
daerah merupakan konsekuensi dari tingginya ketergantungan yang
dimaksudkan.10
9Wawancara dengan Agusmir, S.E, Kepala bagian Pemerintahan dan Otonomi Daerah
SETDA KAB.OKU Selatan.Muaradua, tanggal 3 April 2017. 10
Drs. Josef Riwu Kaho,MPA. Prospek Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik
Indonesia. (jakarta: PT Raja Grafindo Persada). Hlm. 282
60
Bagan Toeri Sistem dalam Proses Terbentuknya Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan.
Secara geografis, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan terletak di
antara 103022 104021 Bujur Timur dan antara 04014 04055 Lintang Selatan.
Memiliki luas wilayah 5.849,89 Km2 atau 549.394 Ha.
61
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan mempunyai batas wilayah11
:
a) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ulu Ogan, Kecamatan
Pengandonan, dan Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu;
b) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur dan Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung;
c) Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat Provinsi
Lampung; dan
d) Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi
Bengkulu dan Kecamatan Semendo Darat Ulu Kabupaten Muara Enim.
Topografi wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan sebagian besar
merupakan dataran tinggi yang membentuk bukit bukit dan gunung gunung.
Ketinggian wilayahnya berkisar antara 45 s/d 1.643 mdpl. Wilayah tertinggi di
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan adalah Gunung Seminung di Kecamatan
Banding Agung, dengan ketinggian 1.888 mdpl.Kabupaten Ogan Komering Ulu
Selatan dialiri oleh dua sungai besar yaitu Sungai Selabung dan Sungai Saka yang
bermuara ke Sungai Komering.Selain itu, masih terdapat sekitar 20 sungai dan
anak sungai lainnya yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Ogan Komering
Ulu Selatan. Di Kabupaten ini juga terdapat beberapa air terjun dan danau, baik
yang besar maupun kecil, sehingga daerah ini merupakan daerah pariwisata
11
Pasal 7 ayat (2) Uud No. 37 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten OKU Timur,
OKU Selatan dan OKU Ilir di Provinsi Sumatera Selatan.
62
potensial di Provinsi Sumatera Selatan.Danau yang terbesar adalah Danau Ranau
(Kec.Banding Agung).12
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan berasal dari sebagian wilayah
Kabupaten Ogan Komering Ulu yang terdiri atas13
:
a. Kecamatan Kisam Tinggi;
b. Kecamatan Buay Runjung;
c. Kecamatan Buay Sandang Aji;
d. Kecamatan Muaradua;
e. Kecamatan Simpang;
f. Kecamatan Buay Pemaca;
g. Kecamatan Banding Agung;
h. Kecamatan Mekakau Ilir;
i. Kecamatan Pulau Beringin;
j. Kecamatan Muaradua Kisam;
yang kemudian saat ini sudah bertambah 9 wilayah kecamatan lagi, yaitu:
12
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Ogan_Komering_Ulu_Selatan , di akses pada
tanggal 20 April 2017, pada pukul 11.20 WIB. 13
Pasal 4 Uud No. 37 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten OKU Timur, OKU
Selatan dan OKU Ilir di Provinsi Sumatera Selatan.
63
1. Runjung Agung;
2. Warkuk Ranau;
3. Buana Pemaca;
4. Tiga Dihaji;
5. Buay Pematang Ribu Ranau Tengah;
6. Sungai Are;
7. Buay Rawan;
8. Kisam Ilir; dan
9. Sindang Danau.
C. Dampak Pasca Pemekaran Ogan Komering Ulu Selatan
Suatu kebijakan atau keputusan pasti akan mendatangkan sebuah dampak
yang akan dirasakan oleh masyarakat yang ada pada sektor wilayah terjadinya
kebijakan tersebut, baik itu dampak positif maupun dampak negatinya. Dalam
pemekaran suatu wilayah, seperti yang terjadi di Ogan Komering Ulu Selatan
memiliki dampak yang akan dirasakan oleh masyarakatnya.
1. Dampak Positif
Adanya kebijakan untuk melakukan pemekaran memiliki dampak yang
sangat positif dirasakan oleh masyarakat Ogan Komering Ulu Selatan, hal tersebut
terlihat pada pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, pertumbuhan penduduk
yang semakin banyak terutama di Kecamatan Muaradua. Semakin mudahnya
akses masyarakat untuk mendapatkan bahan pokok makanan dalam bidang
64
ekonomi, dalam bidang pemerintahan, semakin banyaknya sarana prasana yang
rasakan oleh masyarakat sekitar yang tak ketinggalan dari kabupaten lainnya.
Semakin mudahnya akses masyarakat dalam mendapatkan lowongan
pekerjaan, lebih bisa mengembangkan hasil panen masyarakat sekitar, dan
kemudahan dalam hal akses ke pusat pemerintahan karena lebih dekat.
2. Dampak negatif
Selain dampak positif, ada pula dampak negatif yang dirasakan masyarakat
akibat dari pemekaran wilayah Ogan Komering Ulu Selatan. Dalam pemerintahan
yang dijalankan para pemimpinnya melakukan politik dinasti atau politik
keluarga. Yaitu dalam pemilihan anggota pemerintahan diambil dari anggota
keluarga atau kerabat dekat.
65
BAB IV
PEMEKARAN OKU SELATAN DALAM KONSEP MASHLAHAH
MURSALAH DAN TEORI SISTEM
Konsep Maslahah tertuang didalam Fiqh Siyasah, dimana fiqh mencakup
berbagai aspek kehidupan manusia, disamping mencakup pembahasan tentang
hubungan antara manusia dengan Tuhannnya (ibadah), fiqh juga membicarakan
aspek hubungan antara manusia antara sesama manusia secara luas (muamallah).
Karena Fiqh adalah upaya sungguh-sungguh dari para ulama (mujtahidin)
untuk menggali hukum-hukum syara‟ sehingga dapat diamalkan oleh umat islam.
Fiqh bisa juga disebut dengan hukum Islam, karena fiqh bersifat Ijtihadiyah,
pemahaman terhadap hukum syara‟ tersebutpun mengalami perubahan dan
perkembangan sesuai dengan perubahan dan perkembangan situasi dan kondisi
manusia saat ini. Dan telah jelas bahwa fiqh siyasah merupakan bagian dari
pemahaman ulama mujtahid tentang hukum syariat yang berhubungan dengan
kenegaraan.1
Ada beberapa konsep dalam fiqh siyasah, diantaranya ialah pertama Qiyas
(Analogi) yaitu penjelasan hukum terhadap suatu hal yang tidak ada penjelasan
nash atas hukumnya dalam Al-Qur‟an dan Sunnah karena ada persamaan „illat
(sebab) hukum pada kedua hal tersebut. Yang kedua, Istuhsan (Memandang Lebih
Baik) yaitu yang diartikan sebagai berpaling dari ketetapan dalil khusus kepada
dalil umu, dengan kata lain ialah meninggalkan satu dali beralih kepada dalil yang
1 Dr. Muhammad Iqbal, M.Ag, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam
(Jakarta: PrenadaMedia) hlm. 3
66
lebih kuat, atau membandingkan satu dalil dengan dalil laib untuk menetapkan
hukum. Yang ketiga ialah Mashlahah Mursalah yaitu tidak ada ketetapan dalam
nash yang membenarkan atau yang membatalkannya, dimana metode ini adalah
salah satu cara dalam menetapkan hukum yang berkaitan dengan masalah-masalah
uang ketetapannya sama sekali tidak disebutkan dalam nash dengan pertimbangan
untuk kemaslahatan hidup manusia.2
Yang keempat adalah Iatishhab yang artinya mengembalikan segala
sesuatu kepada ketentuan semula selama tidak ada dalil nash yang
mengharamkannya atau melarangnya. Dan yang kelima yaitu „Urf yang artinya
apa yang telah dikenal oleh manusia dan menjadi tradisinya, baik berupa
perkataan maupun perbuatan, dan atau meninggalkan sesuatu. Dan yang terakhir
adalah Kaidah-kaidah Fiqh, dari berbagai kaidah fiqh yang ada menegaskan
bahwa setiap kebijaksanaan, keputusan, peraturan, perundang-undangan yang
dibuat oleh lembaga suatu Negara, muatannya harus mengandung kemudahan-
kemudahan dalam memelihara dan mewujudkan kemaslahatan umat.
Dari keenam konsep yang ada dalam Fiqh Siyasah, penelitian ini lebih
menggunakan konsep Mashlahah Mursalah, karena konsep ini dianggap cocok
dan tepat untuk melakukan penelitian. Karena Mashlahah Mursalah yang dapat
dijadikan dasar dalam menetapkan hukum melalui analisa dan pembahasan yang
mendalam sehingga penetapan hukum terhadap masalah-masalah benar-benar
memberi manfaat dan menghindarkan mudarat, dan masalah dalam penelitian ini
2 Dr. J. Suyuti Pulungan,M.A., Fiqh Siyasah: ajaran, sejarah, dan pemikiran. (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada) hlm. 30
67
adalah bersifat umum karena untuk kepentingan masyarakat luas, dan seperti
tujuan adanya konsep ini yaitu untuk kemaslahatan masyarakat.
Adanya Mashlahah Mursalah bertujuan untuk mensejahterakan umat
Islam, suatu kebijakan yang di ambil untuk kemaslahatan banyak orang. Didalam
penelitian ini membahas suatu keputusan suatu daerah untuk memisahkan diri dan
menjadi daerah sendiri untuk menghidupi masyarakatnya atau di dalam peraturan
disebut dengan pemekaran wilayah.
Didalam penelitian ini lebih melihat pada Mashlahah Hajjiyah (sekunder)
ialah semua perbuatan dan perilaku yang tidak terkait dengan dasar yang lain,
yang dibutuhkan oleh masyarakat tetap juga terwujud, tetapi dapat menghindarkan
kesulitan dan menghilangkan kesempitan. Hajiyyah ini tidak rusak dan terancam,
tetapi dapat menimbulkan kepicikan dan kesempitan.
A. Faktor Terjadinya Pemekaran dalam Presfektif Mashlahah
1. Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Dari sekian banyak faktor yang memperngaruhi pemekaran wilayah, pasti
sangat erat kaitannya dengan ekonomi yang akan dialami oleh masyarakat sekitar
wilayah pemekaran, dalam Mashlahah Mursalah terdapat beberapa syarat yang
harus dipenuhi agar terwujudnya suatu kemashlatan yang dirasakan oleh
masyarakatnya, diantaranya:
a. Mashlahah itu harus sejalan dengan tujuan pokok syariat Islam dalam
rangka mewujudkan kemaslahatan manusia. Pertumbuhan ekonomi jelas
sangat berpengaruh dengan suatu kebijakan apalagi mengenai suatu
68
pemisahan atau pemekaran wilayah. Dalam pemekaran di kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan sendiri melakukan pemekaran adalah untuk
meperbaiki ekonomi masyarakatnya. Dan benar saja setelah terjadi
pemekaran pertumbuhan ekonomi semakin meningkat dan berkembang
sehingga masyarakat semakin mandiri mengembangkan hasil dari sumber
alam sendiri, menjadi jauh lebih baik dari senelum terjadinya pemekaran
wilayah.
b. Mashlahah itu secara substantif haruslah logis, atau dapat diterima oleh akal
sehat. Terjadinya pemekaran dengan mempertimbangkan ekonomi yang
akan dirasakan oleh masyarakat OKU Selatan dengan tujuan lebih
mengembangkan dan memajukan ekonominya agar tidak ketinggalan dari
wilayah lainnya, maka hal tersebut telah tepat untuk dilakukan agar
masyarakat semakin berkembang dalam sektor ekonominya.
c. Mashlahah sebagai sumber hukum harus dapat menjamin kepentinngan
manusia yang besifat primer (dharuri) atau mencegah timbulnya kerugian
dan kesulitan. Faktanya adalah masyarakat di OKU Selatan semakin
berkembang dalam mensejahterakan ekonominya.
Sangat pentinglah untuk melihat bagiamana ekonomi yang akan dirasakan
masyarakat setelah tejadinya pemekaran atau pemisahan wilyayah.nabi
Muhammad SAW sendiri dan para sahabatnya dalam menetapkan hukum selalu
mengacu kepada pertimbangan mashlahah.
69
2. Faktor Luas Wilayah
Yang mana diketahui bahwa sebelum terjadinya pemekaran, begitu jauhnya
jarak yang diraskaan oleh masyarakat OKU Selatan dahulu yang ingin melakukan
segaala urusan didalam pemerintahan. Selain itu luasnya wilayah yang hanya
dijadikan satu pemerintahan saja memicu hal tersebut menjadi faktor untuk
melakukan pemisahan wilayah agar mempermudah masyarakat. Seperti dalam hal
ini yaitu Nabi Muhammad SAW sengaja meninggalkan sesuatu yang seharusnya
ia lakukan, yaitu membongkar dan membangun kembali Ka‟bah di atas fondasi
yang di letakkan Nabi Ibrahim AS semata-mata karena pertimbangan mashlahah
mengingat umat Islam waktu itu masih pada fase dini dalam keIslamannya.
Begitu juga yang dilakukan untuk memisahkan wilayah adalah agar
terhindarnya masyarakat dari kesusahan akan jarak tempuhnya selama ini.
3. Faktor Pertumbuhan Penduduk
Tidak bisa dipungkiri bahwa semakin hari maka semakin banyak
pertumbuhan penduduk, jika semakin banyak penduduk yang terlahir maka
semakin susah juga jika hanya satu pemerintahan yang melakukan kemajuan
untuk masyarakatnya. Dengan adanya pemekaran wilayah adalah bertujuan agar
dipermudahkannya pemerintaha untuk mengatur pertumbuhan masyarakat dan
semakin mudahnya masyarakat dalam mengakses pemerintahannya. Mashlahah
Mursalah sendiri yaitu kemaslhatan yang disinggung oleh syara‟ dan tidak
terdapat pula dalil-dalil yang menuyuruh meninggalkannya atau mengerjakannya,
sedang jika dikerjakan akan mendatangkan kebaikaan ynag besar atau
70
kemashlahatan. Jadi, pembentuk hukum dengan mashlahah mursalah semata-mata
untuk mewujudkan kemashlatan manusia dengan arti untuk mendatangkan
manfaat dan menolak kemudaratan dan kerusakan bagi manusia.
Maka, karena faktor pertumbuhan penduduk yang setiap harinya
berkembang maka terjadinya pemekaran memang benar adalah untuk
mensejahterkan masyarakat.
B. Proses Terjadinya Pemekaran dalam Teori Sistem
Bukan suatu hal yang mudah untuk terwujudnya suatu kebijakan apalagi
hal tersebut mengenai suatu pemisahan wilayah atau yang disebut dengan
pemekaran wilayah. Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan sendiri menemukan
banyak rintangan sebelum terbentuknya kabupaten yang di impikan selama ini.
Seperti yang telah dijelaskan pada BAB III mengenai bagaimana proses
bagaiamana OKU Selatan dapat memekarakan wilayah dari kabupaten OKU.
Dalam pandangan teori sistem bahwa ada sebuah lingkungan memiliki
Input yang didalamnya terdapat dukungan dan tuntutannya, dan tuntutan yang
dilakukan masyarakat OKU Selatan sebelumnya adalah membentuk sebuah
komunitas untuk mempersiapkan semuanya yang bernama PPP KOS dan
kemudian memiliki dukungan dari kubu masyarakat OKU Timur yang juga akan
melakukan pemekaran wilayah.
Setelah adanya Input maka adanya sistem politik, yang kemudian
mengahasilkan suatu keputusan yang disebut dengan Output dan dari keputusan
71
jika pemekaran telah disetujui maka hal tersebut dirasakan atau kembali kedalam
masyarakat lagi atau disebut dengan FeedBack.
C. Dampak Pasca Pemekaran dalam Konsep Mashlahah Mursalah
1. Dampak Positif
Dilihat dari faktor-faktor terjadinya pemisahan wilayah tersebut adalah
jauhnya jarak tempuh yang harus dilalui untuk mencapai pusat pemerintahan pada
kabupaten sebelumnya, selain itu banyaknya pertumbuhan masyarakat yang
semakin meningkat, luasnya wilayah jikalau hanya dijadikan satu pemerintahan
saja. Dengan terjadinya pemekaran wilayah ini juga sangat dirasakan oleh
masyarakat yang berada diwilayah OKU Selatan sendiri. Telah disebutkan bahwa
dalam Al-Qur‟an surat Az-Zumar ayat 55 yang berisi untuk mengikuti hukum
yang paling baik dari apa yang diturunkan. Maka bisa kita lihat bahwa terjadinya
pemekaran wilayah tersebut dari kabupaten sebelumnya memang baik untuk
dilakukan karena untuk kemaslahatan masyarakat yang berada di wilayah
OKUSelatan sendiri.
Kemaslahatan itu harus meyakinkan, yang artinya kemaslahatan itu
berdasarkan penelitian yang cermat dan akurat sehingga tidak meragukan bahwa
itu bisa mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudarat. Dan kemaslahatan
72
itu membawa kemudahan dan bukan mendatangkan kesulitan yang diluar batas,
dalam arti kemaslahatan itu bisa dilaksanakan.3
Selain faktor jarak yang menjadi penyebab terjadinya pemekaran wilayah,
adapula hal lainnya, seperti menjadi sebuah wilayah yang jauh lebih mandiri dan
tidak tergantung dengan pemerintahan yang jauh, ditambah dengan pertumbuhan
masyarakat yang memungkinkan terjadinya pemekaran wilayah. Dalam konsep
Mashlahah Mursalah keputusan yang sudah diambil tersebut dengan tujuan
menjadikan masyarakat jauh lebih baik lagi dengan kata lain adalah untuk
mewujudkan kemaslahatan masyarakat.
Dijelaskan bahwa telah dikemukakan dapat dipahami bahwa setiap sesuatu,
apa saja yang terdapat manfaat didalamnya baik untuk memperoleh kemanfaatan,
kebaikan, maupun untuk menolak kemudaratan maka semua itu bisa disebut
maslahat.4
Pertumbuhan Ekonomi Setelah Terjadi Pemekaran, Nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kabupaten OKU SELATAN
selama kurun waktu 2003-2012 selalu mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2011 nilai PDRB Kabupaten OKU SELATAN mencapai Rp.
1,367.342 juta rupiah, dengan kontributor utama dari sektor pertanian yaitu
sebesar 34,98 %, perdagangan 18,35 % dan sektor jasa – jasa 17,75 %.
3 Prof. H. A. Djazuli, “Kaidah-kaidah Fikih”. (Jakarta: Prenada Media Group). Hlm. 29
4 Ahmad Khusairi. “Evolusi Ushul Fiqh: Konsep dan Pengembangan Metodologi Hukum
Islam”. (Yogyakarta: Pustaka Ilmu Group). Hlm. 79
73
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dalam melihat kinerja
ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang positif menunjukan adanya
peningkatan perekonomian, sebaliknya negatif menunujukkan terjadinya
penurunan. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten OKU SELATAN pada tahun
2011 adalah sebesar 6,78%, sedikit meningkat dibanding pada tahun 2012
(6,3%).
Jumlah penduduk Kabupaten OKU SELATAN selalu mengalami
penigkatan sejalan dengan kemajuan pembangunan yang juga semakin pesat.
Percepatan dan kemajuan pembangunan di Kabupaten OKU SELATAN juga telah
menjadi daya tarik bagi penduduk daerah lain untuk migrasi.Jumlah penduduk
Kabupaten OKU SELATAN pada tahun 2013 adalah 320.290 jiwa, yang terdiri
dari 168.941 jiwa laki-laki dan 151.349 jiwa perempuan yang tersebar di 19
kecamatan atau 252 desa/kelurahan.Penyebaran penduduk di Kabupaten OKU
SELATAN cenderung tidak merata, berkisar antara 31 sampai 153 orang/km²,
kecuali kecamatan Muaradua yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi 151
orang/km².
Laju pertumbuhan penduduk selama 5 tahun terakhir (2007–2012) tercatat
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pembangunan yang giat
dilaksanakan. Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2007 – 2012 adalah sebesar
8,65% yang berarti mengalami pertumbuhan 1,58% per tahunnya.
Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk Kabupaten OKU SELATAN
sampai tahun 2017, didapatkan perkiraan jumlah penduduk 679. 984 jiwa. Jumlah
74
penduduk tertinggi pada tahun 2017 terdapat pada Kecamatan Buay Madang
Timur dengan jumlah penduduk 59.663 jiwa sedangkan jumlah penduduk
terendah terdapat pada Buay Pemuka Bangsa Raja dengan jumlah penduduk yaitu
12.328 jiwa.5
Adanya pemekaran wilayah tersebut juga tidak menimbulkan kemudaratan
karena memang sudah benar-benar sesuai dengam aturan yang berlaku baik dalam
hukum Negara Indonesia maupun dalam konsep Mashlahah Mursalah.
Bahwasannya maslahah atau manfaat itu tidak hanya tebatas kepada yang
bersifat fisik saja sebagaimana menjadi pandangan para ahli filsafat dan etika,
tetapi meliputi fisik dan jiwa manusia. Manusia, menurut para ulama Ushul-Fiqh
terdiri dari dua unsur penting yaitu unsur fisik dan rohani atau jiwa. Masing-
masing unsur penting manusia ini membutuhkan maslahah yang berbeda satu
sama lain. Karenanya Islam membangun ajarannya sangat komprehensif meliputi
aqidah dan syari‟ah yang menjadi kebutuhan manusia secara utuh.6
Jika dilihat dari sejarah terbentuknya atau terlaksananya pemekaran wilayah
di Kabupaten OKUSelatan juga terjadi karena adanya kesepakatan atau
musyawarah yang terjadi sebelum memutuskan untuk memisahkan wilayah agar
menjadi daerah yang lebih mandiri dan lebih baik dalam mengurus daerah sendiri.
Seperti yang perintahkan Allah Swt dalam firmannya surat Ali-Imran ayat 159:
5 Data dari pemerintahan oku selatan
6 Dr. H. A. Malthuf Siroj, M.Ag. “Pardigma Ushul Fiqh:Negosisasi Konflik antara
Maslahah dan Nash”. ( Yogyakarta: Pustaka Ilmu Group). Hlm. 14
75
فبما ر حمت مه اهللا لىت لهم ولى مىت فظا غليظ القلب ك وفضى امه حى لل فا عف عىهم وا ستغفز لهم و شا
مل عل هللا ان هللا يحب المتى مليهورهم فً الال مز فا ذاعش مت فتى 7
Dan surat Asy-Syura ayat 38:
هم ومما رسقىهم يىفقى نستجا بى ا لز بهم واقا مىا الصلى ة وامز هم شى ر ي بيىوالذ يه ا 8
2. Dampak Negatif
Selain dampak positif dari suatu tindakan pasti pula akan ada dampak
negatif dari tindakan tersebut. Pemekaran wilayah yang dirasakan masyarakat
belum mendapatkan keadilan didalam bidang pemrintahan yang ada didalam
wilayah tersebut.
Jika dilakukan dengan landasan yang benar, pemekaran ditujukan untuk
memperbaiki kualitas pelayanan publik karena administrasi-pemerintahan akan
lebih dekat kepada rakyat di daerah. Namun dalam praktiknya yang terjadi adalah
sentiment primordial, syahwat elit lokal yang menginginkan jabatan baru,
keuntungan politis maupun keuntungan materi, yang kebetulan berimpit dengan
kepentingan para perumus kebijakan di pusat sehingga merekapun kurang tegas
dalam mewujudkan moratorium pemekeran.
7 Ali-Imran (3) ayat: 159
8 Asy-Syura (42) ayat:38
76
Pemerintahan harus mengambil pendekatan yang komperhensif terhadap
kinerja pemekaran supaya benar-benar memasukkan kemakmuran rakyat didaerah
sebagai kriteria pokok. Dan juga pengunaan instrumen finansial, terutama DAU
dan DAK, untuk mendorong agar para pejabat Pemda lebih mengedepankan
efesiensi dan efektevitas dalam pelayanan publik ketimbang sentimen identitas
kedaerahan. Peningkatan kesadaran diantara rakyat di daerah agar tidak senantiasa
mementingkan sentimen kesukuan atau kedaerahan dan perasaan tertinggal yang
berujung pada tuntutan untuk memekarkan diri.9
Didalam peraturan pemerintahan Indonesia sendiri telah mengatakan
bahwa terjadinya suatu pemekaran adalah dengan tujuan untuk mensejahterkan
masyarakatnya. Kemaslahatan yang juga dirasakan setelah adanya pemekaran
wilayah tersebut juga terjadi pada sistem pemerintahan yang sekarang banyak
masyarakat yang sebelumnya tidak ikut dalam pemerintahan sekarang dapat ikut
aktif dalam pemerintahan yang berjalan saat ini setelah adanya pemisahan
wilayah tersebut.
Akan tetapi, didalam pemerintahan yang ada pada Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan memang telah memajukan masyarakatnya untuk
menjadikan wilayah lebih baik lagi, akan tetapi masih banyak pihak yang
memanfaatkan adanya keputusan pemekaran tersebut. Banyaknya elit politik yang
menguasai pemerintahan dengan tujuan tertentu, hal tersebut terjadi seiring
dengan proses terbentuknya pemekaran hingga saat ini, kekuasaan pemerintahan
yang dipegang oleh satu keluaraga.
9Prof. Dr. Agus Dwiyanto. “reformasi birokrasi, kepemimpinan dan pelayanan publik”.
(yogykarta:Gava Media). Hlm. 292-296
77
Sistem kekeluargaan seperti inilah yang menjadikan tidak adanya
kemashlahatan yang dirasakan oleh masyarakat karena hanya keluarga yang
berkuasa berhak menjabat didalam pemerintahan tersebut.
Akan tetapi, didalam keputusan untuk mengambil kebijakan melakukan
pemisahan wilayah atau yang disebut pemekaran wilayah secara garis besar telah
menenuhi konsep Mashlahah Mursalah. Seperti yang telah dijelasakan dalam 3
syarat terwujudnya atau terlaksananya konsep Mashlahah Mursalah yaitu dalam
kepentingan hajiyyah yang didalamnya berisikan mengenai berkenaan dengan
kemudahan hidup. Adanya Mashlahah Mursalah bertujuan membuat atau
menetapkan suatu hukum yang tidak ada nash didalamnya, tetapi hukum tersebut
tidak menimbulkan kemudaratan melainkan kemaslahatan untuk masyarakatnya.
Jadi, keputusan adanya pemekaran wilayah sanat membantu masyarakat
dan menjadikan wilayah tersebut jauh lebih baik, telah tercapai kemaslahatannya
tanpa ada kemudaratan yang dirasakan oleh masyarakat pada kabupaten
OKUSelatan. Meskipun masih ada sedikit kecurangan dalam pemerintahan yang
berlaku pada pemerintah Kabupaten OKUSelatan, tetapi setidaknya tidak banyak
kemudaratan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar.