BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Mata Diklat Melaksanakan Pekerjaan Bengkel Elektronika
SMKN 1 Sumatera Barat merupakan Sekolah Menengah Kejuruan
yang bertujuan membentuk siswa yang profesionalisme. Untuk mencapai
tujuan tersebut siswa harus menguasai kompetensi, penguasaan kompetensi
tentu ditunjang oleh berbagai macam pelajaran, salah satunya adalah
Melaksanakan Pekerjaan Bengkel Elektronika. Belajar Melaksanakan
Pekerjaan Bengkel Elektronika adalah salah satu pelajaran yang wajib
dipelajari dijurusan Teknik Elektronika pada Kompetensi Keahlian Teknik
Audio Video dan Mekatronika. Pada mata pelajaran ini siswa dituntut untuk
menguasai pelajaran baik materi maupun prakteknya sesuai dengan
kurikulum yang di tentukan sekolah dimana kurikulum yang dipakai di
SMKN 1 Sumatera Barat adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
Melaksanakan Pekerjaan Bengkel Elektronika merupakan salah satu
mata diklat yang diajaarkan jurusan Teknik Elektronika pada Kompetensi
Keahlian TAV dan Mekatronika di SMKN 1 Sumatera Barat. Mata pelajaran
ini bersifat teori dan praktik yang diberikan pada siswa kelas X dengan
jumlah pertemuan satu kali seminggu, 4x45 menit. Mata pelajaran ini
termasuk dalam kategori mata pelajaran yang mempunyai kesulitan cukup
tinggi, karena merupakan hal baru bagi siswa karena pada Sekolah
Menengah Pertama (SMP) tidak mempelajari mata pelajaran ini. Mata diklat
12
13
Melaksanakan Pekerjaan Bengkel Elektronika Bengkel ini memiliki ruang
lingkup meliputi : peraturan, norma, dan standar sistem keselamatan kerja dan
kesehatan kerja pada penggunaan peralatan tangan dan peralatan mesin seperti :
pemotong, gergaji, mesin bor, dan perkakas lainnya.
Adapun kompetensi dasar yang tercantum didalam Silabus
Melaksanakan Pekerjaan Bengkel Elektronika di SMKN 1 Sumatera Barat
sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu :
Tabel 3. SKKD Mata diklat Melaksanakan Pekerjaan Bengkel Elektronika Jurusan Teknik Elektronika di SMKN 1 Sumatera Barat
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Kompetensi yang diharapkan
Melaksanakan Pekerjaan Bengkel Elektronika
1. Mendeskripsikan Pengelolaan alat dan peralatan (tool and equipment management) bengkel elektronika.
1. Siswa mampu Mendeskripsikan Manajemen pengelolaan bengkel/laboraturium.
2. Siswa mampu memahami fasilitas yang digunakan untuk keselamatan kerja dan harus ada di laboratorium.
3. Siswa mampu memahami simbol-simbol tanda peringatan untuk menghindari kecelakaan kerja
2. Mendeskripsikan penggunaan fasilitas peralatan keselamatan kerja bengkel elektronika.
1. Siswa mampu memahamami tombol-tombol emergency power off (EPO) dijelaskan dengan baik dan benar.
2. Siswa mampu memahami fasilitas dan cara kerja detektor asap (smoke detector) dijelaskan dengan baik.
3. Siswa mampu memahami Peralatan dan cara kerja detektor api didemokan dengan benar.
14
4. Siswa mampu memahami halon untuk pemadam kebakaran didemokan penggunaannya
5. Siswa mampu menggunakan Water sprinkler untuk memadamkan kebakaran didemokan cara kerjanya.
6. Siswa mampu memahami fire damper dan penggunaannya untuk memblokir lubang ventilasi sebagai bagian dari pemadaman api.
3. Mengoperasikan/ alat dan perlengkapan pemadam kebakaran
1. Siswa mampu memahami prosedur mengoperasikan/ menggunakan alat/ perlengkapan/ mesin pemadam kebakaran dikuasai dengan baik sesuai buku petunjuk
2. Siswa mampu memahami Instrument/ alat / mesin pemadam kebakaran diindentifikasi dan dibedakan berdasarkan fungsi dan spesifikasi teknis
3. Siswa mampu memahami kondisi mesin / alat / perlengkapan pemadam kebakaran dikenali untuk meningkatkan efesiensi dan pengoperasian alat / instrument mesin ini
4. Siswa mampu memahami mesin / Instrument / alat
15
pemadam kebakaran ini dioperasikan sesuai prosedur untuk memperoleh unjuk kerja yang Optima.
5. Siswa mampu memahami faktor hambatan dan gangguan diindentifikasi, disikapi dan diambil tindakan serta ditindak lanjuti sesuai prosedur yang berlaku
Sumber: Silabus Melaksanakan Pekerjaan Bengkel Elektronika SMKN 1 Sumatera Barat
B. Hasil Belajar
Hasil belajar digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa
dalam menguasai materi pelajaran. Selain itu hasil belajar juga diartikan
sebagai kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimiliki siswa
setelah mengikuti proses belajar mengajar. Menurut Nana Sudjana (2009:22)
“Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya”. Sedangkan menurut Oemar Hamalik
(2011:30) “Bukti bahwa seseorang yang telah belajar ialah terjadinya
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”. Perubahan terjadi
karena adanya latihan dan pengalaman, perubahan ini bersifat kontiniu,
fungsional, positif dan aktif.
Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan tingkah laku,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
16
Dalam hal ini Slameto (2010:54) mengemukakan “Jika seseorang belajar
sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Untuk
itu perlu pengukuran hasil belajar yang dinyatakan dalam berbagai bentuk”.
Selain itu Slameto (2010:2) mengemukakan “Hasil belajar merupakan
hasil pengalaman individu setelah melakukan interaksi dengan
lingkungannya sebagai suatu proses dalam memperoleh suatu perubahan
tingkah laku”. Antara proses belajar dengan perubahan adalah dua gejala
yang saling terkait yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti
dari hasil yang diproses. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik
perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan, maupun yang
menyangkut nilai sikap.
Menurut Gagne dalam Slameto (2010:13) “Hasil belajar sebagai suatu
proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan dan tingkah laku serta penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang diperoleh dari suatu pembelajaran”. Penguasaan siswa terhadap suatu
materi pelajaran merupakan suatu hasil dari adanya proses pembelajaran,
salah satu indikator berkualitasnya siswa dapat dilihat pada hasil belajar yang
diperolehnya. Apabila hasil belajarnya bagus dikatakan siswa tersebut
berkualitas dan sebaliknya jika hasil belajarnya kurang bagus dikatakan
siswa tersebut kurang berkualitas.
Tenaga pengajar mempunyai tanggung jawab untuk menyampaikan
hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Laporan hasil belajar ini meliputi
17
aspek-aspek yang luas, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
cukup mewakili tujuan-tujuan pengajaran yang telah diprogramkan. Menurut
Dimyati & Mudjiono (2009:200) “Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan
yang dicapai siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana
tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata
atau simbol”. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri individu terhadap
suatu kejadian yang lebih baik merupakan keberhasilan, dan keberhasilan
suatu proses belajar dapat diwujudkan dalam bentuk nilai. Proses belajar
mengajar merupakan proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh bermacam-
macam faktor yang saling menentukan.
Menurut Slameto (2010:55) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:
a. Faktor Internal ( yang berasal dari dalam diri siswa)1. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.
2. Intelegensi dan bakatKedua aspek kejiwaan ini besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki intelegensi yang baik umunya mudah belajar dan hasilnya cendrung naik.
3. Minat dan motivasiMinat dan motivasi berpengaruh terhadap prestasi pencapaian belajar. Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan dari hati sanubari, sedangkan motivasi adalah daya penggerak untuk melakukan suatu pekerjaan yang berasal dari dalam diri dan juga dari luar diri.
4. Cara belajarCara belajar seseorang juga mempengaruhi hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
18
b. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri siswa)1. Keluarga
Keluarga adalah ayah, ibu dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar.
2. SekolahKeadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan dan sebagainya.
3. MasyarakatKeadaan masyarkat juga menentukan prestasi belajar. Bila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, hal ini akan mendorong anak lebih giat lagi belajar.
4. Lingkungan sekitarKeadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar. Seperti keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya.
Menurut Robert M. Gagne dalam Hasibuan dan Moedjiono (2012:5)
mengemukakan ada lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil
belajar yaitu:
a. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingkungan skolastik).
b. Strategi kognitif, mengatur “cara belajar” dan berfikir seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.
c. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. Kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang.
d. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya.
e. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecendrungannya bertingkah-laku terhadap orang, barang, atau kejadian.
Sedangkan menurut Hamalik (2004:30) “Bukti bahwa
seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah
laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
19
tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”. Perubahan
terjadi karena adanya latihan dan pengalaman. Perubahan
ini bersifat kontiniu, fungsional, positif dan aktif. Hal ini
terjadi secara sadar oleh orang yang belajar. Hasil belajar
dalam kelas harus dapat dilaksanakan ke dalam situasi-
situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, murid dapat
mentransferkan hasil belajar itu ke dalam situasi-situasi
sesungguhnya di dalam masyarakat.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang hasil belajar, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah output berupa nilai yang diperoleh
siswa setelah melalui proses belajar mengajar disekolah berupa kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif dapat dilihat melalui hasil
tes siswa, ranah afektif dapat dilihat dari perubahan sikap siswa dan ranah
psikomotor dapat dilihat dari keterampilan siswa.
C. Lingkungan Belajar
Menurut Blocher dalam Rita Mariyana (2010:17) mengemukakan
bahwa “Lingkungan belajar merupakan suatu konteks fisik, sosial dan
psikologis yang dalam konteks tersebut anak belajar dan memperoleh
perilaku baru”.
Ngalim Purwanto (2010:28), mengemukakan “Lingkungan belajar
adalah mencakup segala materil dan stimuli di dalam dan di luar diri
individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis maupun sosial-kultural”.
Sejalan dengan itu Semiawan (2009:80), berpendapat bahwa ”Setiap
20
organisme hidup merupakan suatu organisasi biologik yang dalam wujud
struktural terjadi secara genetik, tetapi dalam perkembangan dan cara
berfungsi ditentukan oleh interaksi dengan lingkungan belajarnya”.
Menurut Oemar Hamalik (2011:196), juga menjelaskan fungsi-fungsi
lingkungan belajar diantaranya:
1. Fungsi psikologis; Stimulus bersumber/berasal dari lingkungan yang merupakan motivasi terhadap individu sehingga terjadi respons, yang menunjukkan tingkah laku tertentu. respons tadi pada gilirannya dapat menjadi suatu stimulus baru yang menimbulkan respos baru, demikian seterusnya.
2. Fungsi pedagogis: lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan, lembaga-lembaga sekolah.
3. Fungsi instruksional: program instruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran atau pembelajaran yang dirancang secara khusus. Guru yang mengajar, materi pelajaran,sarana dan prasarana pengajaran, media pengajaran dan kondisi lingkungan kelas merupakan lingkungan yang sengaja dikembangkan untuk mengembangkan tingkah laku siswa.
Biasanya orang mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah
lingkungan hanyalah alam sekitar di luar diri manusia/individu. Lingkungan
itu sebenarnya mancakup segala material dan stimulus didalam dan diluar
dari individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosial-
kultural.Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak, menurut M. Dalyono (2009:130) dimana “Lingkungan adalah keluarga
yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik,
masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam
sekitar dengan iklim, flora dan faunanya”.
21
Slameto (2010:60) mengemukakan lingkungan belajar atau faktor
internal dalam belajar dibedakan menjadi 3 golongan, antara lain: lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
1. Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga adalah merupakan lingkungan pendidikan
yang pertama karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama
mendapatkan didikan dan bimbingan, dan dikatakan lingkungan yang
terutama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam
keluarga sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah
dilingkungan keluarga. Pada dasarnya pengertian lingkungan mencakup
kondisi dan suasana yang berada diluar individu sekitarnya termasuk
dalam pengertian lingkungan dalam hal ini adalah lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Menurut M. Dalyono (2009:59) mengatakan bahwa :
Keluarga adalah ayah, ibu dan anak-anak serta family yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anaknya, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semua itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.
Hal ini disebabkan bahwa keluarga merupakan sumber pendidikan
utama bagi anak-anaknya karena segala pengetahuan dan kecerdasan
intelektual anak diperoleh pertama-tama dari orang tua dan keluarga
22
sendiri. Lingkungan keluarga merupakan tempat dimana anak pertama
kali memperoleh pendidikan sehingga kondisi keluarga juga sangat
mempengaruhi minat anak untuk belajar. Hal ini didukung oleh pendapat
Slameto (2010:61) yang menyatakan bahwa : “Keluarga yang sehat besar
artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan
untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara
dan dunia”, hal ini dapat kita lihat misalnya kenyamanan anak untuk
belajar maupun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga seperti motivasi keluarga serta
harapan orang tua terhadap anaknya.
Orang tua harus memperhatikan perkembangan pendidikan anaknya,
perhatian dalam hal ini meliputi pemenuhan kebutuhan dan keinginan
anak seperti melihat kondisi anak apakah dalam belajar anak sudah
merasa nyaman dalam ruang belajar serta mendapat penerangan yang
memadai. Selain dari melihat kondisi anak dalam belajar, orang tua juga
harus melengkapi sarana dan prasarana sekolah anak, misal buku-buku
yang diperlukan, pulpen, pensil dan alat-alat lainnya yang diperlukan
anak dalam mendukung belajar karena fasilitas fisik saja belum cukup
menjamin anak untuk giat belajar tanpa ada perhatian dari orang tua.
Slameto (2010:60) Dalam lingkungan keluarga terdapat faktor-
faktor yang memberikan pengaruh terhadap belajar siswa yaitu :
a. Cara orang tua mendidikOrang tua yang kurang memperhatikan/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan
23
kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah belajar anaknya.
b. Relasi antar anggota keluargaRelasi anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar anak.
c. Suasana rumahSuasana rumah yang gaduh /ramai dan semrawut tidak akan memberik ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan dirumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya kacau.
d. Keadaan ekonomi keluargaAnak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
e. Pengertian orang tuaAnak belajar perlu dorongan dan perhatian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberikan pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak disekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya untuk mengetahui perkembangannya.
Semua pendidikan yang diterima oleh anak dari keluarganya
merupakan pendidikan informal, tidak terbatas, seperti tauladan dalam
pergaulan keluarga, rumah tangga yang berantakan, situasi pergaulan
yang tidak menyenangkan, kemampuan keluarga yang tidak tercipta,
kekerdilan cinta kasih dalam keluarga, kehormatan keluarga yang
24
terhina, fitnah yang membudayakan dalam keluarga adalah merupakan
pertanda kehancuran pendidikan dalam keluarga.
Sebagaimana guru dalam lingkungan belajar sekolah, maka orang
tua dalam lingkungan belajar rumah memegang peran yang sangat
penting dalam pendidikan anak. Lingkungan belajar rumah merupakan
lingkungan pertama bagi anak, karena orang tua merupakan pendidik
yang pertama bagi anak, dan bagaimana perkembangan anak selanjutnya
ditentukan oleh proses perkembangan pada usia balita (dibawah lima
tahun). Orang tua perlu berupaya menciptakan iklim yang kreatif guna
mendukung proses belajar anak.
2. Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan satu faktor yang turut mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya.
Anak yang tidak sekolah akan ketinggalan berbagai hal terutama dalam
meningkatkan pola pikir anak, karena disekolah mereka dapat belajar
bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan
jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian anak.
Menurut M.Dalyono (2009:59) “Keadaan lingkungan sekolah
tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan anak. Kualitas
guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan
anak, keadaan fasilitas/perlengkapan disekolah, keadaan ruangan, jumlah
murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah dan sebagainya, semua
ini turut mempengaruhi keberhasilan anak”.
25
3. Lingkungan masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga
termasuk teman-teman anak tapi diluar sekolah. Disamping itu, kondisi
orang-orang didesa atau dikota tempat dia tinggal juga turut
mempengaruhi perkembangan jiwanya. Lingkungan masyarakat disekitar
anak juga berpengaruh terhadap belajar anak. Masyarakat yang terdiri
dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan
mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh buruk terhadap
anak yang berada disitu. Anak tertarik untuk ikut berbuat seperti yang
dilakukan orang-orang disekitarnya.
Akibatnya belajar terganggu dan bahkan kehilangan semangat
belajar karena perhatiannya semula terpusat kepada pelajaran berpindah
ke perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang disekitarnya.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat diambil
kesimpulan bahwa lingkungan belajar mencakup segala materil dan
stimulus didalam dan diluar individu baik bersifat konteks fisik, sosial,
dan psikologis dimana didalam konteks tersebut anak belajar dan
memperoleh perilaku baru. Perilaku baru tersebut didapat dari keluarga
yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik,
masyarakat tempat anak bergaul dan bermain sehari-hari dengan keadaan
alam sekitar baik iklim, flora dan faunanya.
26
D. Kreativitas
Ada bermacam-macam pengertian kreativitas yang dikemukakan oleh
para ahli. Pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya saling
melengkapi dan memperjelas. Menurut Utami Munandar (2009:12)
“Kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap
orang, yang dapat ditemukenali (diidentifikasi) dan dipupuk melalui
pendidikan yang tepat”. Dari pendapat yang dikemukakan diketahui bahwa
setiap individu memiliki kreativitas. Pengungkapan kreativitas itu berbeda
tiap individunya tergantung bagaimana cara masing-masing individu tersebut
bisa melahirkan sesuatu ide baru yang tepat sasaran dan tepat guna.
Menurut Calrk Moustaks sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar
(2002:24) dalam bukunya membangun bakat dan kreativitas anak sekolah
menyatakan bahwa “ Kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan
mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan
dengan dirinya sendiri dengan alam dan orang lain. Terjadinya kreativitas
disebabkan karena pengaruh bermacam-macam hal atau keadaan. Keadaan
tersebut ada yang membantu perkembangan dan ada yang menghalangi.
Seberapa jauh perkembangan kreativitas seseorang tergantung kepada faktor
yang memberi peluang dan faktor yang menghalanginya. Menurut James L.
Adams dalam James R. Evans (1994:60-66) ada empat kelas halangan-
halangan terhadap kreativitas, yaitu:
1. Halangan perseptualHalangan perseptual adalah halangan yang mencegah seorang pemecah masalah untuk menerima jelas problem itu sendiri atau informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan problem itu.
27
2. Halangan emosionalHalangan emosional untuk pemecahan problem yang kreatif melibatkan ketakutan membuat kesalahan atau mengambil resiko, ketidakmampuan mentoleransi ambiguitas, kebutuhan akan keamanan dan keteraturan, acuan untuk menilai ide-ide ketimbang membangkitkannya, ketidakmampuan untuk bersikap santai dan melupakan problem untuk sementara waktu, kurangnya tantangan, terlalu bermotivasi untuk berhasil dengan cepat, kurangnya kontrol imajinatif, dan ketidakmampuan membedakan realita dari fantasi.
3. Halangan budaya dan lingkunganHalangan budaya dan lingkungan diperoleh dari pola-pola budaya dan lingkungan sosial serta fisik dekat kita.
4. Halangan intelektual dan ekspresiHalangan intelektual dan ekspresi meliputi pilihan taktik mental yang tidak efisien atau kurangnya bahan intelektual.
Kreativitas dapat memperbaiki kualitas penyelesaian untuk problem
organisasi, secara ekonomis menghasilkan inovasi yang dapat dilihat, dan
mempertinggi efektivitas personil dan kelompok. Dibawah ini adalah faktor-
faktor luar yang kondusif terhadap pemikiran kreatif menurut James R.Evans
(1994:67) “
1. Peningkatan kebebasan untuk melakukan sesuatu secara berbeda, mendorong keberanian mengambil resiko, mendorong proyek-proyek yang berangkat dari inisiatifnya sendiri, meningkatkan bantuan dalam mengembangkan ide-ide, dan meningkatkan waktu untuk usaha individu.
2. Mempertahankan sejumlah kewajiban kerja optimal, memperbaiki suasana yang tidak pernah menghukum, menggunakan tingkat pengawasan yang rendah, memperbaiki tujuan kerja realistik.
3. Mendelegasikan tanggung jawab, memperbaiki umpan balik segera dan berdasarkan waktu, mendemonstrasikan kepercayaan didalam daya tahan kerja dalam suasana saling menghormati, mengizinkan para individu mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan.
4. Mendorong partisipasi dan interaksi dengan yang lain diluar kelompok kerja.
5. Mendorong mengungkapkan ide-ide seacara terbuka.
Kreativitas tidak akan terwujud dengan sendirinya tanpa ada usaha
untuk menumbuh kembangkannya. Kreativitas akan tumbuh dalam diri siswa
28
apabila ia dilatih dan dibiasakan sejak kecil untuk memecahkan masalah.
Untuk mengembangkan Kreativitas Siswa khususnya di sekolah merupakan
tugas seorang guru. orrance dalam Slameto (2010: 154) menyatakan usaha
yang bisa dilakukan oleh guru untuk mendorong tingkah laku kreatif siswa
yaitu:
1. Hargailah pertanyaan-pertanyaan, termasuk yang kelihatannya aneh atau luar biasa.
2. Hargailah gagasan-gagasan yang imaginatif dan kreatif.3. Tunjukkan kepada siswa, bahwa gagasan-gagasan mereka itu bernilai.4. Berikanlah kesempatan kepada siswa untuk melakukan sesuatu tanpa
ancaman bahwa pekerjaannya itu akan dinilai.5. Masukkanlah faktor hubungan sebab-akibat di dalam penilaian.
Kreativitas memiliki cakupan yang luas dan ciri-ciri seseorang
dikatakan kreatif tergantung pada perspektif mana untuk melihatnya. Sesuai
dengan penelitian ini maka akan dikemukakan ciri-ciri pribadi kreatif
berkaitan dengan belajar. Sund dalam Slameto (2010:147) menyatakan bahwa
individu kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Hasrat keingintahuan yang cukup besar2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru3. Panjang akal4. Keinginan untuk menemukan dan meneliti5. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit6. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan7. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas8. Befikir fleksibel9. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi
jawaban lebih banyak10. Kemampuan membuat analisis dan sitesis11. Memiliki semangat bertanya serta meneliti12. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik13. Memilki latar belakang membaca yang cukup luas.
Pendapat lain dikemukakan oleh Momon Sudarma (2013:17-20) dalam
bukunya yang berjudul mengembangkan keterampilan berfikir kreatif. Yang
29
mengatakan bahwa kreativitas itu sangat beragam. Tetapi dapat
disederhanakan menjadi empat aspek yaitu:
1. Kreativitas dimaknai sebagai sebuah kekuatan atau energi (power) yang ada dalam diri individu.
2. Kreativitas dimaknai sebagai sebuah proses mengelola informasi, melakukan suatu atau membuat sesuatu.
3. Kreativitas adalah sebuah produk, dimana penilaian orang lain terhadap kreativitas seseorang akan dikaitkan dengan produknya, baik itu berupa produk pemikiran (ide), karya tulis, atau produk dalam pengertian alat atau barang.
4. Kreativitas dimaknai sebagai person yaitu kreativ tidak dialamatkan pada produknya, melainkan pada prosesnya atau pada energinya.
Selain itu, kreativitas lahir dalam 3 bentuk sebagai mana yang
dikemukakan oleh Boden dalam Momon Sudarma (2013 : 25) yaitu:
1. Kreativitas lahir dalam bentuk kombinasi2. Kreativitas lahir dalam bentuk eksplorasi3. Kreativitas lahir dalam bentuk transformasional.
Pendapat lain dikemukakan oleh Utami Munandar (2009: 71) yang
menyatakan ciri-ciri pribadi kreatif meliputi:
Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan yang dalam, menonjol dalam salah satu bidang seni, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, mempunyai rasa humor yang luas, mempunyai daya imajinasi, original dalam pengungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.
Dalam penelitian ini diambil indikator kreativitas yang erat
hubungannya dengan hasil belajar siswa, yaitu:
1. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam.
Siswa kreatif akan banyak mengajukan pertanyaan mengenai
sesuatu yang baru ditemukannya. Mereka bertanya sampai mereka
30
mengerti, dan mereka menghubungkan dengan pengetahuan yang
dimilikinya untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan lain yang
dapat timbul dari kemungkinan tersebut.
2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.
Pengalaman baru yang dimaksud disini adalah pengalaman yang
diperoleh individu dalam proses belajar mengajar yang berhubungan
dengan objek yang dipelajari, baik dalam pelajaran teori maupun
praktek. Orang kreatif dapat melihat kemungkinan-kemungkinan baru
dan dapat menemukan cara baru yang lebih cepat dan efektif dalam
memecahkan masalah.
3. Percaya pada diri sendiri
Orang yang kreatif dapat membuat keputusan sendiri. Mereka
percaya kepada daya pikir mereka dan mempunyai pendapat sendiri.
Orang yang kreatif cenderung lebih teliti karena mereka memikirkan
kemungkinan-kemungkinan yang mungkin dapat timbul atau terjadi atas
suatu tindakan yang akan mereka lakukan. Hal inilah yang membuat
mereka menjadi lebih percaya diri terhadap keputusan yang mereka
ambil. Mereka juga tidak mudah menerima pendapat umum atau orang
lain sebelum mereka membuktikannya sendiri.
4. Berfikir fleksibel.
Individu yang kreatif akan mampu dengan cepat merubah cara
pandangnya terhadap suatu masalah yang dihadapi, karena mempunyai
cara berfikir yang fleksibel. Berfikir fleksibel merupakan kemampuan
31
untuk secara spontan mengganti cara memandang suatu masalah dan
pendekatan yang dilakukan dalam memecahkan masalah tersebut, jika
pandangan atau pendekatan yang sebelumnya tidak efektif.
Kreativitas tidak akan terwujud dengan sendiri tanpa ada usaha untuk
menumbuh kembangkannya. Kreativitas akan tumbuh dalam diri siswa
apabila ia dilatih dan dibiasakan sejak kecil untuk memecahkan masalah.
Untuk mengembangkan Kreativitas Siswa khususnya di sekolah merupakan
tugas seorang guru, seperti yang diungkapkan oleh Johnson dan Medinnus
dalam Utami (2009:69) bahwa “tokoh gurulah yang dapat memberikan
inspirasi kepada pemimpin-pemimpin masa depan, generasi baru, dan
melalui anak-anak ini mempengaruhi masa depan dunia”. Torrance dalam
Slameto (2010:154) menyatakan usaha yang bisa dilakukan oleh guru untuk
mendorong tingkah laku kreatif siswa, yaitu:
(1)Hargailah pertanyaan-pertanyaan, termasuk yang kelihatannya aneh atau luar biasa, (2)Hargailah gagasan-gagasan yang imaginatif dan kreatif, (3)Tunjukkan kepada siswa, bahwa gagasan-gagasan mereka itu bernilai, (4)Berikanlah kesempatan kepada siswa untuk melakukan sesuatu tanpa ancaman bahwa pekerjaannya itu akan dinilai, (5)Masukkanlah faktor hubungan sebab-akibat di dalam penilaian.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah
proses aktivitas siswa yang melibatkan pengungkapan gagasan tertentu yang
berasal dari pemikiran siswa sendiri untuk memenuhi rasa ingin tahunya,
diiringi dengan sikap keterbukaan terhadap pengalaman baru, dan
kemampuan berfikir fleksibel terhadap masalah yang ditemui.
32
E. Penelitian yang Relevan
Dalam proses belajar tidak semua orang memperoleh hasil yang baik.
Karena keberhasilan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya Kreativitas Siswa dan lingkungan belajar yang tepat untuk siswa.
Untuk memperkuat penelitian ini, penulis mengutip beberapa penelitian yang
relevan yaitu :
1. Ario Febrianda (2014) : “Kontribusi Minat dan Lingkungan Belajar
Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Dasar Kejuruan Kelas X
Jurusan Multimedia di SMK Negeri 2 Padang Panjang”. Permasalahan
dalam penelitian ini adalah kenyataan yang ditemukan dilapangan yaitu
di SMK Negeri 2 Padang Panjang, adanya siswa kelas X Multimedia
yang memperoleh hasil belajar di bawah standar kriteria ketuntasan
minimal pada mata pelajaran Dasar Kejuruan yang ditetapkan sekolah
yaitu 75. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap besarnya
kontribusi minat dan lingkungan belajar terhadap hasil belajar siswa
pada mata pelajaran dasar kejuruan kelas X jurusan multimedia di SMK
Negeri 2 Padang Panjang. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMK
Negeri 2 Padang Panjang sebanyak 66 orang siswa. Sedangkan teknik
pengambilan sampel penelitian ini adalah proporsional random
sampling. Sampel dalam penelitian adalah 40 orang siswa kelas X di
SMK Negeri 2 Padang Panjang. Data dianalisis dengan menggunakan
Program SPSS (Statistik Product and Service Solution). Dari hasil
33
penelitian didapatkan (1) minat (X1) memberikan kontribusi terhadap
hasil belajar siswa sebesar 24,4%, (2) lingkungan belajar (X2)
memberikan kontribusi terhadap hasil belajar siswa sebesar 47,6%, dan
(3) Besarnya persentase sumbangan variabel minat (X1) dan lingkungan
belajar (X2) secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa (Y) adalah
sebesar 58,4%. Hal ini menunjukkan semakin baik minat dan lingkungan
belajar maka hasil belajar siswa akan semakin baik pula.
2. Dian Agung Wahyudi (2014) : “Kontribusi Kreativitas siswa dan Sarana
prasarana terhadap hasil belajar pada mata diklat menerapkan dasar-
dasar elektronika kelas X Jurusan Teknik Audio Video di SMK Negeri 1
Koto XI Tarusan. Penelitian ini dilatar belakangi oleh masalah
rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran Menerapkan Dasar-Dasar
Elektronika (MDDE) siswa jurusan teknik audio video SMK Negeri 1
Koto XI Tarusan, dimana 39,02% siswa mendapatkan hasil belajar
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM yang ditetapkan
sekolah pada mata pelajaran MDDE yaitu 70 dengan rentang nilai 0 –
100. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kontribusi
kreativitas siswa dan sarana prasarana terhadap hasil belajar mata diklat
MDDE siswa jurusan teknik audio video di SMK Negeri 1 Koto XI
Tarusan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bersifat korelasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Jurusan
Teknik Audio Video SMK Negeri 1 Koto XI Tarusan, terdiri dari dua
kelas yang berjumlah 41 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan
34
secara acak ( Simple random sampling). Data hasil belajar siswa
diperoleh dari guru mata diklat MDDE SMK Negeri 1 Koto XI Tarusan.
Sedangkan data kreativitas siswa dan Sarana Prasarana dikumpulkan
melalui angket dengan menggunakan skala likert yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya. Data di analisis menggunakan metode
statistik dengan bantuan software Microsoft Excel 2007. Hasil analisis
data menunjukkan: (1) Kreativitas siswa memberikan kontribusi sebesar
17,22% terhadap hasil belajar siswa SMK Negeri 1 Koto XI Tarusan; (2)
Sarana prasarana memberikan kontribusi sebesar 24,70% terhadap hasil
belajar siswa SMK Negeri 1 Koto XI Tarusan; (3) Kreativitas siswa dan
sarana prasarana secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar
36,60% terhadap hasil belajar siswa SMK Negeri 1 Koto XI Tarusan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Kreativitas siswa dan Sarana Prasarana
berkontribusi terhadap hasil belajar, semakin tinggi kreativitas siswa
dalam proses belajar mengajar dan semakin baik Sarana prasana belajar,
maka hasil belajar akan semakin tinggi.
3. Evi Diana (2015): “Kontribusi Kreativitas dan Kebiasaan Belajar
Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknik Elektronika Dasar Kelas
X Teknik Mekatronika di SMKN 1 Sumbar. Penelitian ini dilatar
belakangi oleh masalah masih adanya hasil belajar siswa Teknik
Mekatronika mata pelajaran Teknik Elektronika Dasar yang masih
rendah, dimana sekitar 29,42% siswa mendapat nilai di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Tujuan penelitian ini untuk
35
mengungkapkan Kontribusi Kreativitas dan Kebiasaan Belajar Terhadap
Hasil Belajar Mata Pelajaran TED T. Mekatronika. Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah 1) terdapat kontribusi kreativitas
belajar terhadap hasil belajar, 2) terdapat kontribusi kebiasaan belajar
terhadap hasil belajar, 3) terdapat kontribusi kreativitas dan kebiasaan
belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini
melibatkan 34 responden siswa T.M SMKN 1 Sumbar. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Data hasil
belajar diperoleh dari guru mata pelajaran TED, data ini merupakan
cerminan hasil belajar dalam mata pelajaran TED. Sedangkan data
kreativitas dan kebiasaan belajar dikumpulkan melalui angket dengan
menggunakan skala Likert yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Data dianalisis dengan menggunakan Program Excel dan SPSS (Statistik
Product and Service Solution) versi 16.0. Dari hasil penelitian
didapatkan (1) kreativitas (X1) memberikan kontribusi terhadap hasil
belajar sebesar 22,73 % (2) kebiasaan belajar (X2) memberikan
kontribusi terhadap hasil belajar sebesar 18,86 % dan (3) Besarnya
persentase sumbangan variabel kreativitas (X1) dan kebiasaan belajar
(X2) secara bersama-sama terhadap hasil belajar (Y) adalah sebesar
41.46 %. Hal ini berarti bahwa kreativitas dan kebiasaan belajar
memberikan kontribusi terhadap hasil belajar, semakin baik kreativitas
belajar dan semakin baik kebiasaan belajar dalam proses belajar
mengajar, maka hasil belajar akan semakin baik.
36
F. Kerangka Berfikir
Berdasarkan deskripsi teoritis yang telah dikemukakan, lebih lanjut
akan diajukan kerangka berfikir dan model hubungan antar masing-masing
variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini. Sesuai dengan lingkup
penelitian yakni faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah
Kreativitas Siswa dan lingkungan belajar. Keseluruhan faktor ini,
mempunyai kaitan yang erat antara satu dengan yang lainnya, dan diduga
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar.
1. Kontribusi Kreativitas Siswa (X1) dan Lingkungan Belajar (X2) secara
bersama-sama terhadap Hasil Belajar (Y).
Kreativitas Siswa merupakan variabel bebas 1 (X1), lingkungan belajar
sebagai variabel bebas 2 (X2), sedangkan hasil belajar yang diperoleh
siswa kelas X Jurusan Mekatronika dalam mengikuti Mata Diklat
Melaksanakan Pekerjaan Bengkel Elektronika di SMK N 1 Sumatera
Barat sebagai variabel terikat (Y).
2. Kontribusi Kreativitas Siswa (X1) Terhadap Hasil Belajar (Y)
Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dibutuhkan kreativitas
belajar atau perhatian disertai dengan keinginan yang tinggi dalam
belajar. Sebaliknya apabila Kreativitas Siswa rendah, maka hasil belajar
yang didapat juga tidak maksimal. Oleh karena itu Kreativitas Siswa
merupakan salah satu aspek penting dalam mencapai hasil belajar yang
optimal. Karena dengan Kreativitas Siswa yang tinggi, aktivitas belajar
dapat menjadi lebih baik. Pemahaman tersebut mengantarkan peneliti
37
untuk menduga bahwa Kreativitas Siswa memberikan kontribusi positif
terhadap hasil belajar siswa.
3. Kontribusi Lingkungan Belajar (X2) Terhadap Hasil Belajar (Y)
Berdasarkan uraian terdahulu, dapat dikemukakan bahwa Siswa yang
memiliki lingkungan belajar yang baik maka akan mempunyai harapan
untuk berhasil dan mempunyai sikap yang positif terhadap tujuan yang
akan dicapai. Dalam hal ini lingkungan belajar sangat menentukan
tingkah laku seseorang dalam belajar. Belajar akan berhasil dengan baik
bila seseorang berada dalam lingkungan belajar yang tenang dan baik.
Dengan demikian, diduga bahwa lingkungan belajar memiliki peranan
dan arti penting dalam mencapai hasil belajar siswa, karena lingkungan
belajar yang tenang dirumah, interaksi siswa dengan guru dan siswa lainnya
yang harmonis, dan lingkungan belajar dimasyarakat yang baik, dapat
membuat siswa lebih berkonsentrasi untuk berfikir dalam belajar, sehingga
akan timbul ide yang kreatif dan sukses dalam mengikuti proses
pembelajaran. Secara skematik kerangka konseptual dari penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 1.
38
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Keterangan:
X1 = Kreativitas SiswaX2 = Lingkungan BelajarrX1Y = Kontribusi X1 terhadap YrX2y = Kontribusi X2 terhadap Y
RX1X2y = Kontribusi X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis yang akan diuji
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat kontribusi kreativitas siswa dan lingkungan belajar yang
signifikan secara bersama-sama terhadap hasil belajar Melaksanakan
Pekerjaan Bengkel Elektronika Kelas X Mekatronika di SMKN 1
Sumatera Barat Tahun Ajaran 2015/2016.
2. Terdapat kontribusi Kreativitas Siswa yang signifikan terhadap hasil
belajar Melaksanakan Pekerjaan Bengkel Elektronika Kelas X
Mekatronika di SMKN 1 Sumatera Barat Tahun Ajaran 2015/2016.
RX1.X2.Y
rX2.Y
Kreativitas Siswa
Lingkungan Belajar siswa
Hasil Belajar siswa
rX1.Y
39
3. Terdapat kontribusi kreativitas siswa dan lingkungan belajar yang
signifikan secara bersama-sama terhadap hasil belajar Melaksanakan
Pekerjaan Bengkel Elektronika Kelas X Mekatronika di SMKN 1
Sumatera Barat Tahun Ajaran 2015/2016.
Top Related