BAB II
PERJUDIAN DNA BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
A. Perjudian
1. Pengertian Perjudian
Dalam Islam, hiburan dan permainan diperbolehkan, tetapi Islam juga
mengharapkan setiap permainan yang memiliki efek untung dan rugi yang
mengalami oleh si pemain seperti halnya perjudian.
Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja yaitu mempertaruhkan satu
nilai atau sesuatu yang dianggap sengaja bernilai, dengan menyadari adanya
resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peritiwa permainan,
pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak / belum pasti
hasilnya (Kartono, 2001 : 51-52)
Menurut undang-undang hukum pidana pasal 303 ayat 3 yang dikutip
Kartono (2001 : 52) perjudian dinyatakan sebagai berikut :
“Main judi berarti tiap-tiap permainan yang kemungkinanya akan menang pada umumnya tergantung pada untung-untungan saja, juga kalau kemungkinan bertambah besar, karena permainan lebih pandai atau lebih cakap”.
Kemudian Dali Mutiara, dalam tafsiran KUHP menyatakan sebagai
berikut :
“Permainan judi ini harus diartikan dengan arti luas, yakni segala peraturan tentang kalah menangnya, atau bisa juga diartikan sebagai segala pertaruhan dalam perlombaan-prlombaan yang diadakan antara dua orang yang tidak ikut sendiri dalam perlombaan itu”
Menurut norma Jawa bermain judi digolongkan dalam aktivitas 5-M
(mo limo). Lima persoalan yang harus disingkirkan atau merupakan hal tabu,
yaitu minum-minuman (mabuk), madon, maling / mencuri. Main judi /
berbotohan, madat (minum, candu, bahan narkotik dan ganja).
2. Sejarah Perjudian
Pada mulanya perjudian itu berwujud permainan atau kesibukan pengisi
waktu senggang guna menghibur hari, jadi sifatnya rekreatif dan netral. Pada
sifat yang netral ini, lambat laun ditambahkan unsur baru untuk merangsang
kegairahan bermain dan memainkan ketegangan serta pengharapan untuk
menang, yaitu barang taruhan berupa uang, benda atau sesuatu tindakan yang
bernilai.
Peraturan dalam perjudian ini sifatnya murni spekulatif untung-
untungan. Konsepsi untung-untungan itu sedikit atau banyak selalu
mengandung unsur kepercayan misitk terhadap kemungkinannya beruntung.
Permainan untung-untungan itu dapat dilihat pada bangsa dan masyarakat
primitf.
Bangsa-bangsa primitif memiliki kpercayaan, bahwa dalam situasi yang
penting, mereka selalu dilindungi oleh roh-roh tertentu. Apakah roh tersebut
membenci atau mencintai mereka, semua itu dicerminkan oleh peristiwa
keberuntungan atau kehidupan sehari-hari. Permainan dan perjudian yang
disertai pertaruhan itu dipakai sebagai alat pengetesan. Sebab, dewa-dewa dan
roh-roh itu oleh bangsa primitif, dianggap mampu memberi jaminan
kebahagiaan dan kemenangan pada kemungkinan-kemungkinan yang belum
pasti (Kartono, 2001 : 59).
Pada masa sekarang ini, ada banyak negara yang melegalisir bentuk-
bentuk pertaruhan dan perjudian, misalnya Amerika Serikat, Inggris, Prancis,
Australia, Belgia, Kanada, India, Italia Meksiko, dan Maroko. Alasan utama
negara tersebut melakukan perjudian adalah meja-meja judi dan kasino-kasino
tersebut merupakan penghasil negara dan pemasukan yang tidak kunjung
kering.
Di Indonesia perjudian sudah dikenal sejak beratus-ratus tahun yang
lalu. Pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan di Jawa dan daerah-daerah luas,
banyak diselenggarakan perjudian melalui macam-macam bentuk seperti
sabung ayam, burung gemak, kambing, biri-biri dan sebagainya, yang
kesemuanya harus berkelahi hingga salah satunya mati (Kartono, 2001 : 66).
Judi dalam bentuk lotre sudah ada sejak tahun 60-an yang di zaman itu lebih
dikenal dengan nama lotre buntut. Pada masa itu, di Bandung ada lotre yang
disebut toto raga sebagai upaya pengumpulan dana pacuan kuda. Di Jakarta
semasa Gubernur Ali Sadikin muncul udian lotre yang diberi nama toto dan
nalo (Nasional Lotre).
Tahun 1965, Presiden Soekarno mengeluarkan KEPRES No. 113
Tahun 1965 yang intinya menyatakan, Lotre buntut merusak moral bangsa
dan masuk dalam kategori subversi. Memasuki orde baru, lotre itu terus
berkembang. Tahun 1968, Pemda Surabaya mengeluarkan Lotto (Lotre
Totalisator) PON surya tidak ada kaitannya dengan penyelenggaraan olah
raga, hanya berdasarkan udian (Suara Merdeka, 2004 : 1).
Dari berbagai undian, di Indonesia sudah banyak nama jenis kupon
diantaranya, LOTTO (1968), PORKAS (1985-1987) KSOB (1987). Jenis
permainan ini di tahun 1988 telah menimbulkan akibat negatif, yakni
tersendatnya dana masyarakat pedesaan dan terpenuhinya kehidupan
perekonomian daerah, sehingga pada pertengahan bulan Juli 1988, Menteri
Sosial Haryati Soebadio menetapkan bahwa KSOB dicabut dan diganti SDSB.
Hal inipun tidak berlangsung lama karena dari berbagai elemen masyarakat
banyak yang menolak perjudian. Karena itu pada tanggal 25 November 1993,
pemerintah mencabut dan membatalkan pemberlakuan izin SDSB (Suara
Merdeka, 2004 : 2)
Seiring dengan kemajuan pembangunan, persoalan perjudian
memunculkan dua pendapat Pertama, judi itu tidak sesuai dengan ajaran
agama dan haram hukumnya. Sisi Kedua, berpendapat bahwa semua harus
disikapi realistis, artinya judi bisa dilokalisir atau di legalisir (suara
merdeka,2004 : 2). Hal ini terbukti dengan melegalkan perjudian , di Jakarta
dapat dibangun beberapa fasilitas kota diantaranya perbaikan dan pelebaran
jalan, rehabilitasi jembatan, gedung-gedung rekreasi dan puluhan gedung
sekolah. Berangkat dari sini membuktikan perjudian memang sulit
dihilangkan karena perjudian bisa dijadikan sebagai pendapatan
“inkonvesional” yang cukup besar.
3. Bentuk-bentuk Perjudian
Perjudian merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang
sebenarnya telah terjadi sejak beribu ribu tahun yang lalu. Barang siapa yang
menang mendapat hadiah. Permainan secara kecil-kecilan bisa dikatakan judi
karena di dalamnya sudah mengandung unsur perjudian dan ada unsur
pertaruhan.
Berikut penulis akan menyebutkan beberapa jenis perjudian yang
berkembang hingga saat ini :
a. Roulet. Caranya ialah mempertaruhkan uang pada salah satu 3
angka dan 2 angka tambahan, bila tebakannya benar, maka
hadiahnya 36 kali uang taruhan. Jadi dalam waktu kurang lebih 2
menit modal berlipat 36 kali.
b. Keno. Alatnya seperti pengocok angka pada nalo dan lotto, yang
dilakukan secara elektronik, terbuat dari plastik tembus cahaya.
Sedangkan angka yang ditebak ialah 1 sampai 80.
c. Black Jack atau lebih dikenal dengan selikuran. Seorang bandar
melayani beberapa penjudi. Bila kartu sang bandar paling tinggi
jumlah angkanya , maka penjudi kehilangan uang taruhannya,
begitu pula sebaliknya. Umumnya bandar kalah terhadap satu atau
dua orang penjudi (Kartono, 2001 : 62)
d. Remi. Permainan yang memakai kartu, adapun pola
permainannya bermaam-macam bentuk dan caranya biasa orang
menyebutnya tujuh kelaper, kyu-kyu dan sebagainya.
e. Kemudian permainan yang lebh modern saat ini. Dindong, play
station, dan billiard. Dari permainan ini semuanya mempertaruhkan
uang meskipun ada yang menyatakan permainan ini tidak
merupakan judi.
Dari berbagai permainan diatas semuanya bisa diaggap perjudian,
karena permainan tersebut sifanya untung-untungan dan mempertaruhkan
uang.
4. Faktor-faktor Perjudian
Faktor penyebab perjudian ini ada berbagai macam antara lain :
a. Faktor kemiskinan
Miskin akan mendorong orang untuk berbuat suka hati untuk
melangsungkan penghidupannya. Apalagi bila dasar agama yang dimiliknya
kurang, atau miskin iman, hal ini akan memudahkan orang untuk berbuat
sesuatu tanpa mengindahkan norma ataupun hukum yang berlaku, sehingga
melakuan tindakan spekulatif tanpa berfikir lebih panjang.
b. Kurangnya perlindungan dari pemerintah dalam mempertahankan
hidup sehari-hari, sehingga dalam bekerja sering mendapatkan perlakuan
yang kurang baik dan kadang diperas oleh sikaya/penguasa.
c. Menaruh harapan-harapan semu untuk melipat gandakan uangnya.
Gaji yang amat minim, kondisi hidup yang tidak menentu, depresi ekonomi
yang terasa semakin mencekik, dan tidak adanya harapan untuk hari esok,
semua mendorong rakyat kecil untuk menghayal keuntungan dengan
harapan relatif besar. Kondisi ini semakin parah karena apatisme dan
ketidak tahuan mereka dengan cara apa harus memperbaiki taraf kehidupan
keluarga (Kartono, 2001 : 65).
Dari berbagai faktor diatas, nampaknya pernyebab perjudian
ditimbulkan kesenjangan sosial, sehingga dapat dikatakan ketidaksejahteraan
merupakan fenomena yang dapat menyebabkan patologi sosial.
5. Hukum Perjudian
Dalam membahas hukum perjudian ini penulis mencoba membahas
dan membagi dua bagian, yaitu perjudian ditinjau dari segi hukum Islam dan
perjudian ditinjau dari segi hukum negara Republik Indonesia.
a. Perjudian ditinjau dari segi hukum Islam
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa agama Islam berisi
peraturan-peraturan untuk seluruh umat manusia. Dengan peraturan-
peraturan inilah manusia dapat mengetahui yang baik dan yang buruk,
termasuk tentang perjudian. Dalam Al-Qur’an misalnya, disebutkan :
سا لو نك عن الخمر و ا لميسر قل فيهما إثم آبير و منا فع للنا سي
)١٢ ٩: ة النقر. ( أ آبر من نفعهما و إ ثمهما
Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi, katakanlah pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. QS. Al Baqarah :219)
و ا أل نصا ب و ا أل ز ل يسر و ا لم مر لخا يها ا لذ ين أ منو ا ا نما يا أ
م تفلحو ن صا لس ي م ر جس م ن عمل و ه لعلك ا ٩)(.ا ن فا جتنب ر ا نم ي
د ا و ة و ا لبغ يد نكم ا لع ع بي و ق م ض ا لسيطا ن أ ي ى ا لجمر و ا ل ا ء ف
تم قهل أ ة و عن ا لصال آم عن ذ آر اهللا يسر و يصد و ن ن )٩١( منته
) ٩١ ٩ -.: ا لما ئد ة (
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamr dan berjudi (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan syaitan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (minum) khamr dan berjudi itu dan mengahalangi kamu dan mengingat Allah dan sembahyang, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan perkerjaan itu)”. (QS. Al Maidah :90-91)
Dengan landasan tersebut diatas, jelaslah bahwa seorang muslim
dilarang menjadikan perjudian sebagai alat untuk menghibur diri dan
mengisi waktu luang, begitu pula menjadikan alat utnuk mencari uang
dalam situasi apapun. Karena perbuatan tersebut merupakan bahaya yang
mengancam masyarakat serta agama.
b. Perjudian ditinjau dari segi hukum negara Republik Indonesia
Perjudian di masyarakat membawa dampak negatif, untuk itulah
pemerintah mengadakan usaha pencegahan secara yuridis
Masalah perjudian diatur dalam kitab undang-undang pidana pasal
303 nomor 7 tahun 1974 tentang penertibnan perjudian yaitu :
1. Perbuatan pidana
2. Perubahan pandangan pembentukan undang-undang
mengenai perbuatan yang tergambar dalam pasal 541 KUHP, yang
semula dipandang sebagai pelanggaran. Semenjak 6 November 1974
dipandang sebagai kejahatan. Sehingga perlu pasal 303 KUHP. Setelah
menimbang mengingat maka memutuskan dan menetapkan :
Pasal 1.1 : pemberian izin
penyelenggaraan
segala bentuk dan
jenis perjudian
dilarang, baik
perjudian yang
diselenggarakan di
Kasino ataupun
ditempat-tempat
keramaian maupun
dikaitkan dengan
alasan lain.
Pasal 1.2 : izin penyelenggaraan
perjudian yang sudah
diberikan dinyatakan
dicabut dan tidak
berlaku lagi semenjak
tangga; 31 Maret
1981 (Subagyo, 1996
: 44)
Seiring dengan ketentuan yang telah ada, baik dari sudah agama
dan peraturan pemerintah bahwa perjudian jelas dilarang dan perbuatan
tersebut bisa dikenai pidana.
6. Ekses Perjudian
Perjudian yang mengasyikkan yang dilakukan terus menerus
baik siang maupun malam akan menimbulkan ekses bagi individu
dan lingkungannya. Ekses bagi individu adalah mentalnya menjadi
ceroboh, malas, mudah berspekulasi pekerjaan jadi terlantar, anak
istri dan rumah tangga tidak diperhatikan. Untuk mendapatkan uang
agar tetap bisa judi, orang yang mempunyai hobi berjudi terpaksa
melakukan perbuatan kriminal, menipu, mencuri menggelapkan
dana dan lain-lain.
Adapun ekses terhadap lingkungan, perjudian bisa
mendorong keributan dan perkelahian akibat perselisihan yang
ditimbulkan ( Astiyanto, 1997 : 67). Senada dengan ini Kartono
(2001 : 73-74), kebasaan berjudi mengkondisikan mental individu
menjadi ceroboh, malas, mudah berspekulasi, cepat mengambil
resiko tanpa pertimbangan. Berikut ekses-ekses perjudian bagi
individu dan lingkungannya antara lain :
a. Mendorong orang untuk melakukan penggelapan uang.
b. Energi dan pikiran jadi berkurang karena sehari-hari didera oleh
nafsu judi dan kerasukan ingin menang dalam waktu pendek.
c. Badan menjadi lesu dan sakit-sakitan karena kurang tidur
d. Pikiran menjadi kacau, sebab selalu digoda oleh harapan tidak
menentu .
e. Pekerjaan menjadi terlantar, karena segenap minatnya tercurah
pada keasyikn berjudi.
f. Anak istri dan rumah tangga tidak diperhatikan.
g. Hatinya jadi sangat rapuh, mudah tersinggung dan cepat marah,
bahkan sering eksplosif meledak-ledak secara membabi buta.
h. Mentalnya menjadi terganggu sakit. Sedangkan kepribadiannya
menjadi sangat stabil.
i. Terdorong melakukan perbuatan kriminal, gimana mencari
modal untuk memuaskan nafsu judinya yang tidak terkendali itu, berani
mencuri, menjambret, menodong, merampok, menggelapkan, memperkosa
dan membunuh orang untuk mendapatkan modal guna naik judi.Sebagai
akibanya kriminalitas naik dengan drastis dan keimanan menjadi sangat
rapuh.
j. Ekonomi rakyat mengalami kegoncangan-kegoncangan karena
orang bersikap spekulatif, untung-untungan serat kurang serius bekerja.
k. Diseret oleh maksud judi berlarut-larut, kurang iman kepada
Tuhannya sehingga mudah tergoda untuk melakukan tindakan asusila.
B. Bimbingan dan Penyuluhan Islam
1. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan Islam
a. Bimbingan Islami
Istilah bimbingan merupakan terjemahan bahasa Inggris yaitu :
guidance, yang berarti bimbingan. Guidance yang berasal dari kata to
guide yang berarti menunjukkan, memberi jalan, atau menuntut orang
lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya dimasa kini dan akan
datang (Arifin, 1994 : 1).
Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan beberapa
pendapat para ahli tentang definisi bimbingan secara umum :
Menurut Jumhur dan Moh. Surya (1975 : 28). Bimbingan adalah
suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis
kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, dapat
memahami dirinya , kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan
untuk mengarahkan dirinya dan kemapuan untuk merealisasikan dirinya
sesuai dengan potensi atau kemampuan dalam mencapai penyesuaian
diri dalam lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Bantuan itu diberikan kepada orang-orang yang memiliki keahlian dan
pengalaman khusus dalam bidang tersebut.
Kemudian menurut Walgito (1954: 4) bimbingan adalah bantuan
atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan
individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam kehidupan agar individu atau sekumpulan individu-individu itu
dapat mencapai kesejahteran hidupnya.
Rumusan yang lain diberikan oleh Priyatno dan Erman Amti
(1999 : 9) Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang, baik anak-
anak, remaja maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dari beberapa pengertian bimbingan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud bimbingan adalah proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seorang atau beberapa orang,
agar mampu mengembangkan potensi (bakat, minat dan kemampuan
yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri , mengatasi persoalan-persoalan
sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara
bertanggung jawab tanpa bergantung kepada orang lain).
Setelah kita mengetahui pengertian bimbingan dari sudut
pandang umum, maka perlu dikemukakan juga pengertian bimbingan
dari sudut pandang Islam yang dirumuskan oleh Musnamar (1992 :5) :
“Bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan Allah, sehingga dapat mencapai kebaghagiaan di dunia dan diakhirat”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan dalam proses pemberian bantuan terhadap individu. Namun
dalam bimbingan Islam konsepnya bersumber Al Qur’an dan AL
Hadits.
b. Konseling Islam
Konseling berasal dari bahasa Inggris yaitu : counseling,
sedangkan kata counseling dari kata to counsel yang artinya memberikan
nasihat atau memberi anjuran kepada orang lain secara face to face
(berhadap muka satu sama lain), dan juga bisa diartikan sebagai advice,
yang artinya nasehat atau petuah (Echos dan Shandily, 1992 : 150).
Hasan Langgulung (1986 : 235) mengatakan bahwa konseling
adalah proses yang bertujuan menolong seseorang yang mengidap
kegoncangan emosi yang belum sampai pada tingkat kegoncangan
psikologis atau goncangan akal agar ia dapat menghindari diri dari
padanya.
Sementara menurut Priyatno dan Erman Amti (1999 : 105).
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada individu
yang sedang mengalami masalah (disebut klien), yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa
konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami masalah, agar
individu dapat mengatasi permasalahan yang dihadapinya, dalam hal ini
masalah perjudian.
Setelah mengetahui pengertian konseling dari sudut pandang
umum, maka perlu dikemukakan juga pengertian konseling dari sudut
pandang Islam. Al Dzaky (2003: 137) dalam bukunya Psikoterapi dan
Konseling Islam, konseling berarti suatu aktivitas memberikan
bimbingan pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta
bimbingan (klien), dalam hal sebagaimana seharusnya seorang klien
dapat mengembangkan diri pikirannya, kejiwaannya, keamanan dan
keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidupnya baik dan
benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al Qur’an dan As
Sunnah Rasulullah SAW.
2. Landasan Dasar Bimbingan dan Konseling Islam
Dasar utama bimbingan dan konseling Islam adalah AL Qur’an dan As
Sunnah Rasul. Keduanya merupakan sumber dari segala sumber pedoman
kehidupan umat Islam. (Musnamar, dkk, 1992 : 5) Al Qur’an dan Sunnah
Rasul itulah landasan ideal dan koseptual bimbingan dan konseling Islam.
Dari Al Qur’an dan Sunnah Rasul itulah gagasan tujuan dan konsep-konsep
bimbingan dan konseling Islam dirumuskan.
Dasar yang memberi isyarat kepada manusia untuk mem beri petunjuk
(bimbingan) kepada orang lain, dapat dilihat dalam surat Al An’am, ayat 154
sebagai berikut :
شي ء و شم ا تينا مو سى ا لكتا ب تما ما على ا لذ ي أ حسن و تفصيال لكل
) ١٥٤ :م ا لأل نعا (.هد ى و ر حمة لعلهم بلقا ء ر بهم يؤ منو ن
Artinya : “Kemudian kami telah memberikan Al Kitab (taurat) kepada Musa untuk menyempurnakan (nikmat kami), kepada orang yang berbuat kebaikan, dan untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk rahmat agar mereka beriman (bahwa) mereka akan menemui Tuhan mereka”. (Qs. Al An’am : 254).
Dapat pula dilihat dalan surat Al Ashr ayat 1-3 yang berbunyi :
ي خسر إ ن ا)١(و ا لعصر ا ن لف و)٢ ( إل نس و ا و عمل ن ا من ذ ي ا إ ال
)١-٣: ا لعصر. ()٣( ا با لصبر ا با لحق و توا صوالصا لحا ت و توا صو
Artinya : “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan megerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya
mentaati dan nasehat menasehati, supaya menetapi kebenaran. (QS. Al Ashr : 1-3)
Ayat tersebut sangatlah jelas bahwa bimbingan dan penyuluhan Islam
dilaksanakan untuk memberikan kecerahan batin sesuai dengan ajaran
agaman agama.
Selain Al Qur’an dan AS Sunnah, ilmu-ilmu yang mebantu dan
dijadikan landasan gerak operasional bimbingan dan penyuluhan Islam,
menurut Musnamar (1992 : 6) sebagai berikut :
a. Ilmu jiwa (psikologi)
b. Ilmu hukum Islam (syari’ah)
c. Ilmu-ilmu kemasyarakatan (sosiologi, antropolgi, sosial dan
sebagainya)
Sementara menurut Arifin (1994 : 7-8) dalam klien, bimbingan dan
konseling dapat didasarkan sebagai berikut :
a. Setiap klien adalah makhluk pribadi yang memiliki
kemampuan dasar beragama yang merupakan fitrah yang dibentuk
Tuhan sejak masa kejadian.
b. Setiap klien adalah pribadi yang berkembang secara dinamis
dan memiliki corak, watak dan kepribadian yang tidak sama antara klien
yang satu dengan yang lainnya. Demikian pula ia memiliki keuntungan
berkembang dan menyesuaikna diri dengan lingkungan yang berbeda
antara yang satu dengan yang lain.
c. Setiap individu memiliki corak kepribadian individual yang
berkembang diatas dua faktor pengaruh, yaitu pengaruh dari dalam
dirinya sendiri yang merupakan ciri-ciri keturunan jasmaniah dan
rohaniah masing-masing dan pengaruh yang diperoleh dari lingkungan
sekitar masa kini atau masa lampau.
d. Setiap individu sebagai pribadi yang cenderung untuk
memperoleh pemuasan akan segala kebutuhan seperti minum,
ketenangan hidup, kebebasan dari kelaparan, penyakit dan sebagainya
dari yang melipui kebutuhan jasmaniah dan yang mengenai ketenangan
kejiwaan seperti memperoleh cinta kasih dari sesamanya dan sebagainya.
e. Individu sebagai pribadi yang berkepribadian utuh ingin
memperoleh pengakuan tentang keberadaannya di tengah orang lain, ia
ingin dihargai oleh orang lain dan ingin menghargai dirinya sendiri.
f. Sebagai pribadi yang mandiri, setiap individu cenderung
untuk memperoleh perlindungan dari segala ancaman dan gangguan
yang membahayakan hidupnya baik secara lahiriyah maupun batiniah,
termasuk perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.
3. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan
a. Fungsi bimbingan dan penyuluhan Islam
Thonari Musnamar (1992:34) menjalaskan bimbingan dan konseling
Islam ditinjau dari kegunaan atau manfaat dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Fungsi preventif, yakni membantu individu menjaga
atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
2. Fungsi kuratif dan korektif, yakni membantu
individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
3. Fungsi Preservatif, yakni membantu individu
menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik
(mengandung masalah)yang telah menjadi baik (terpecahkan) ini
kembali menjadi tidak baik (menimbulkan masalah kembali)
4. Fungsi developmental atau pengembangan, yakni
membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik,
sehinga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah
baginya.
b. Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Tujuan bimbingan dan penyuluhan Islam itu dapat dirumuskan
sebagai “membantu agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat” (Musnawar, dkk, 1992 : 23)
Kemudian Al Dzaky (2000 : 167-168) mengemukakan tujuan
bimbingan dan penyuluhan Islam sebagai berikut :
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan
kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang,
jinak dan damai (muthma’inah) bersifat lapang dada (radliyah) dan
mendapatkan pencerahan taufiq hidayah Tuhannya (mardliyah)
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan
kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada
diri sendiri, lingkngan keluarga, lingkungan kerja maupun
lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) para
individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi,
kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri
individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk
berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-
Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya.
Adapun tujuan pelayanan bimbingan dan penyuluhan Islam
menurut Faqih (2001 : 36-37) dikelompokkan menjadi dua yaitu, tujuan
umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum, yaitu membantu individu mewujudkan dirinya
menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
Sedangkan tujuan khusus dari bimbingan dan konseling Islam :
a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah
b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang
dihadapi
c. Membantu individu memelihara dan mengebangkan
situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik
dan lebih baik, sehingga tidak aakn menjadi sumber masalah bagi
dirinya dan orang lain.
Dengan memperhatikan uraian di atas jelas bahwa yang ingin
dicapai dalam bimbingan dan penyuluhan Islam ialah tingkat
perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan
kemampuan agar dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
4. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Sasaran pelayanan bimbingan dan penyuluhan adalah individu-
individu, baik secara perorangan maupun kelomppok. Untuk itu yang
menjadi sasaran pelauyanan pada umunya adalah perkembangan dan
perikehidupan individu. Berikut rumusan prinsip-prinsip bimbingan
penyuluhan menurut Prayitno dan Amtim (1999 : 219)
a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa
memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.
b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan
tingkah laku individu yang terbentuk dari berbagi aspek kepribadian
yang kompleks, oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling
perlu menjangkau kekomplekan pribadi individu.
c. Bimbingan dan konseling mengoptimalkan pelayanan
bimbingan dan konseling sesuai kebutuhan individu itu sendiri perlu
dikenali dan dipahami keunikan setiap individu dengan berbagai
kekuatan, kelemahan dan permasalahannya.
d. Bimbingan dan konseling bertujuan mengembangkan
penyesuaian individu terhadap segenap bidang pengamalan harus
mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan individu.
e. Meskipun idnividu yang satu dan lainya adalah serupa
dalam
berbagai hal, perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan
dalam rangka upaya bertujuan memberikan bantuan atau bimbingan
kepada individu.
5. Metode Bimbingan dan Penyuluhan
Untuk menetapkan tugasnya, pembangunan dapat mempergunakan
metode sebagai berikut :
a. Metode interview (wawancara). Meskipun telah banyak dikritik
orang karena terdapat kelemahan-kelemahannya, akan tetapi ia
tetap dianggap sebagai salah satu cara untuk mendapatkan fakta.
b. Metode yang diputuskan pada keadaan klien. Metode ini sering
disebut non direktif. Metode ini didasarkan pada pandangan
bahwa klien sebagai pencari kemantapan diri sendiri.
c. Directive counseling. Metode ini merupakan bentuk psikoterapis
yang paling sederhana. Dengan metode ini, konselor secara langsung
memberikan jawaban terhadap problem klien yang dianggap menjadi
sumber kecemasan (Arifin, 1994 : 55). Sejalan dengan pesoalan yang ada
di Kecamatan Cepu metode-metode di atas perlu dijadikan pedoman
dalam angka menanggulangi perjudian.