24
BAB II
PEMBOIKOTAN ROKOK KRETEK INDONESIA OLEH AMERIKA
SERIKAT
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang pemboikotan rokok kretek
Indonesia melalui Undang-Undang Family Smoking Prevention & Tobacco
Control Act yang dilakukan oleh AS dengan dalih untuk menurunkan tingkat
perokok muda di kalangan masyarakat AS.
2.1. Kajian Tentang Family Smoking Prevention & Tobacco Control Act
Sec.907 (a)(1)(A) Yang Melarang Peredaran Rokok Kretek Di AS
Di dalam Undang-Undang FSPTCA Sec.907 (a)(1)(A) yang disahkan oleh
Presiden Barack Obama pada 22 September 2009 secara gamblang menyebutkan
karakteristik rokok yang dilarang beredar di AS:
”Beginning 3 months after the date of enactment of the
Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act, a
cigarette or any of its component parts (including the
tobacco, filter, or paper) shall not contain, as a constituent
(including a smoke constituent) or additive, an artificial or
natural flavor (other than tobacco or menthol) or an herb
or spice, including strawberry, grape, orange, clove,
cinnamon, pineapple, vanilla, coconut, licorice, cocoa,
chocolate, cherry, or coffee, that is a characterizing flavor
of the tobacco product or tobacco smoke. Nothing in this
subparagraph shall be construed to limit the Secretary’s
authority to take action under this section or other sections
of this Act applicable to menthol or any artificial or natural
flavor, herb, or spice not specified in this subparagraph.”
24
32
Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa rokok atau komponen
rokok tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat menyebabkan kecanduan,
perasa, baik alami atau buatan (selain tembakau biasa atau mentol), herbal
maupun rempah-rempah, seperti strawberry, anggur, jeruk, cengkeh (bahan rokok
kretek), kayu manis, nanas, vanilla, kelapa, ceri, cocoa, coklat, ataupun kopi yang
memberikan rasa atau aroma khas tersendiri terhadap produk tembakau ataupun
rokok tembakau.
Akibat pemberlakuan Sec.907(a)(1)(A) ini, secara implisit Indonesia
dilarang mengimpor rokok ke AS karena rokok kretek mengandung clove atau
cengkeh yang masuk dalam kategori rempah terlarang. Peraturan ini menjadi
problematik dikarenakan tidak dimasukkannya mentol ke dalam jenis rokok yang
dilarang. Indonesia menganggap bahwa AS telah melanggar Article 2.1 Perjanjian
TBT yang berbunyi:
“Member shall ensure that in respect of technical
regulation, product imported from territory of any member
shall be accorded treatment no less favorable than that
accorded to like product of national origin and to like
products originating in any other country.”33
Article 2.1 Perjanjian TBT tersebut menjelaskan bahwa setiap anggota
WTO harus memperlakukan sama atau tanpa diskriminasi baik itu terhadap
32 Govtrack, Text of the Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act, dalam,
https://www.govtrack.us/congress/bills/111/hr1256/text, diakses pada (21/05/2016, 12:08 WIB). 33 Perjanjian TBT, Article 2.1, dalam Annisa Suci Ramadhani, 2012, Analisa Yuridis Terhadap
Larangan Peredaran Rokok Kretek Indonesia Di Amerika Serikat Akibat Pemberlakuan Section
907(a)(1)(A) Family Smoking Prevention And Tobacco Control Act, Ditinjau Dari Agreement
On Technical Barrier To Trade, Skripsi, Depok: Program Studi Ilmu Hukum, Universitas
Indonesia, hal. 112.
25
produk impor dengan produk lokal sejenis (like products) yang disebut national
treatment atau produk serupa dari negara satu dengan negara lain yang disebut
most favoured nation. Dari dua jenis non diskriminasi tersebut (national treatment
dan most favoured nation), Indonesia menganggap AS telah melakukan
pelanggaran terhadap national treatment dimana AS melarang peredaran rokok
kretek yang merupakan produk impor akan tetapi tidak untuk rokok mentol
produk domestik yang mana keduanya masih dalam kategori produk sejenis.
Food and Drug Administration (FDA) sebagai lembaga yang bertanggung
jawab atas undang-undang tersebut, memberi penjelasan mengenai Sec.907
(a)(1)(A) dalam FDA Guidance yang berbunyi sebagai berikut:
“Smoking is the leading cause of preventable death in the
United States, claiming over 400.000 lives each year. An
important way to reduce the death and disease caused by
smoking is to prevent children and adolescents from
starting to smoke. Studies have shown that 17 years old
smokers are three times as likely to use flavored cigarettes
as are smokers over the age of 25. In addition to being
more attractive to young people, flavored products make it
easier for new smokers to start smoking by masking
unpleasant flavor of tobacco. Studies have also
demonstrated that young people believe that flavored
tobacco products are safer than unflavored tobacco
products.
Flavored cigarettes are just as addictive and have the same
types of harmful effect as regular cigarette. Removing these
flavored from the market is important because it removes
an avenue that young people can use to begin regular
tobacco use. Congress specifically enacted the ban of sale
of cigarettes and their component parts, such as filters and
papers, which contain certain characterizing flavors is an
important step in the nation’s effort to reduce the burden of
illness and death caused by tobacco products as authorized
26
by the FSPTCA, signed by President Obama on June 22,
2009.”34
FDA menjelaskan bahwa lebih dari 400.000 jiwa meninggal tiap tahun
akibat rokok. Untuk menghindari hal tersebut diperlukan cara untuk mencegah
para pemuda mulai merokok. Penelitian menunjukkan bahwa pemuda usia 17
tahunan lebih suka rokok beraroma dibanding orang usia 25 tahun. Rokok
beraroma memiliki daya tarik yang lebih bagi para pemuda untuk mulai merokok.
Penelitian juga menunjukkan kalangan pemuda meyakini bahwa rokok beraroma
lebih aman dikonsumsi daripada rokok yang tak beraroma.
FDA menjelaskan bahwa rokok beraroma tak ada bedanya dengan rokok
tak beraroma dalam segi efek negatifnya. Oleh karena itu, pemerintah menghapus
rokok beraroma dari pasaran demi menghindari keinginan para pemuda untuk
mulai mencoba merokok. Hal ini menjadi penting untuk mengurangi penyakit dan
kematian yang diakibatkan oleh rokok.
AS menyebutkan ada lima hal pokok yang perlu dipahami di dalam
pemberlakuan Undang-Undang FSPTCA. Pertama, Undang-Undang FSPTCA ini
berlaku pada semua produk tembakau tanpa memandang asal usul negara baik
produk dalam negeri maupun luar negeri. Kedua, Undang-Undang FSPTCA
bertujuan untuk mencegah penjualan rokok beraroma di AS. Ketiga, melindungi
masyarakat dari ketertarikan untuk mulai mencoba merokok. Keempat, bertujuan
34 U.S. Food and Drug Administration, U.U. Department of Health and Human Services, Guidance
to Industry and FDA Staff: General Question and Answers on the ban of cigarettes that contain
certain characterizing flavores, How will this ban be enforced, (DC: U.U. Department of Health
and Human Services, 2009), hal, 4, dalam Annisa Suci Ramadhani, 2012, Analisa Yuridis
Terhadap Larangan Peredaran Rokok Kretek Indonesia Di Amerika Serikat Akibat
Pemberlakuan Section 907(a)(1)(A) Family Smoking Prevention And Tobacco Control Act,
Ditinjau Dari Agreement On Technical Barrier To Trade, Skripsi, Depok: Program Studi Ilmu
Hukum, Universitas Indonesia, hal. 99.
27
untuk mengurangi perokok muda, tanpa memandang apakah rokok beraroma
lebih berbahaya bagi perokok atau tidak. Kelima, untuk pengecualian rokok
mentol di dalam undang-undang, AS menyatakan bahwa pihaknya sedang dalam
proses pertimbangan melihat bahwa rokok mentol memiliki pangsa pasar yang
besar di kalangan orang dewasa AS.35
2.2. Kajian Tentang Persamaan Antara Rokok Kretek dan Rokok Mentol
Menurut WTO
Pihak penyelesaian sengketa WTO memiliki kriteria yang selalu
digunakan dalam mengartikan likeness atau persamaan untuk menentukan apakah
suatu produk itu sejenis atau tidak. Kriteria-kriteria tersebut tertuang dalam Report
of The Working Party on Border Tax Adjustment yang berbunyi:
“(a) The properties, nature and quality of the product; (b)
the end-uses of the product; (c) consumer’s tastes and
habits-more comprehensively termed consumer’s
perceptions and behavior- in respect of the products; and
(d) the tariff classification of the products.”36
Dari keempat kriteria tersebut dapat dipahami bahwa suatu produk bisa
dikatakan sejenis (like product) apabila memenuhi empat kriteria. Pertama,
persamaan sifat, karakteristik dan kualitas produk. Kedua, kegunaan akhir atau
35 WTO DSB, United Stastes first written submission, United States – Measures Affecting The
Production and Sale of Clove Cigarettes DS40, hal. 56, dalam Annisa Suci Ramadhani, 2012,
Analisa Yuridis Terhadap Larangan Peredaran Rokok Kretek Indonesia Di Amerika Serikat
Akibat Pemberlakuan Section 907(a)(1)(A) Family Smoking Prevention And Tobacco Control
Act, Ditinjau Dari Agreement On Technical Barrier To Trade, Skripsi, Depok: Program Studi
Ilmu Hukum, Universitas Indonesia, hal. 100. 36 WTO WT/DS406/R, United States – Measures Affecting The Production and Sale of Clove
Cigarettes Report of The Panel, dalam
https://www.wto.org/english/tratop_e/dispu_e/406r_e.pdf, hal, 51, diakses pada (06/14/2016,
08:52 WIB)
28
fungsi produk. Ketiga, sifat substitusi dan kompetitif kedua produk. Keempat,
klasifikasi tarif kedua produk.
Penulis akan menjabarkan satu-persatu hasil pertimbangan Panel WTO
dari empat kriteria uji kesamaan produk (likeness) tersebut. Pada kriteria pertama
tentang persamaan sifat, karakteristik dan kualitas produk, Panel WTO
menemukan bahwa secara keseluruhan sifat fisik kedua rokok (kretek dan mentol)
adalah serupa. Alasan utamanya karena keduanya sama-sama mengandung unsur
utama rokok, yaitu tembakau sebagai bahan utama dan tambahan aditif yang
menanamkan rasa karakteristik serta mengurangi kerasnya tembakau. Berikut
pernyatan Panel WTO:
“Therefore, we find that, overall, the physical properties of
both groups of cigarettes are similar. The main reason is
that they share their main traits as cigarettes, i.e., having
tobacco as a main ingredient, and an additive which
imparts a characterizing flavour, taste and aroma, and
reduces the harshness of tobacco.”37
Pada kriteria kedua tentang kegunaan akhir, Panel WTO menemukan
bahwa baik rokok kretek ataupun rokok mentol memiliki kegunaan akhir yang
sama, yaitu untuk dirokok. Berikut pernyataan Panel WTO: “Our conclusion
under this criteria therefore is that both clove and menthol cigarettes have the
same end-use, i.e., to be smoked.”38
Pada kriteria ketiga tentang sifat substitusi dan kompetitif produk, Panel
WTO menemukan bahwa persepsi para konsumen di kalangan pemuda baik rokok
37 WTO WT/DS406/R, Op Cit., hal, 66. 38 WTO WT/DS406/R, Op Cit., hal, 69.
29
kretek ataupun rokok mentol memiliki daya tarik yang sama yaitu untuk tujuan
mulai merokok. Berikut pernyataan Panel WTO:
“It is our view that the various studies mentioned above
and their conclusions indicate that in the mind of youth,
flavoured cigarettes, including those flavoured with clove
or menthol, are similar. Therefore, we conclude that the
perception of many of the consumers at issue in this case,
i.e., young smokers and potential young smokers, is that
menthol-flavoured and clove-flavoured cigarettes are
similar for the purpose of starting to smoke.”39
Pada kriteria keempat tentang klasifikasi tarif produk, Panel WTO
mengacu pada Harmonized System (HS) yang dikeluarkan oleh Organisasi Bea
Cukai Dunia (World Customs Organization). HS adalah bahasa ekonomi universal
atau kode barang yang sangat diperlukan dalam perdagangan internasional.40
Dalam HS Section IV, kode produk rokok yang mengandung tembakau disebutkan
dengan enam digit yaitu 2402.20. Panel WTO pun sepakat bahwa klasifikasi
kedua produk sama yaitu dengan kode 2402.20. “In this respect, we find that both
clove and menthol cigarettes are classified under HS Subheading 2402.20.”41
Dengan terbukti adanya kesamaan antara rokok kretek dan rokok mentol,
maka pihak AS bisa terkena tuduhan diskriminasi perdagangan internasional
karena telah melarang peredaran rokok kretek asal Indonesia di AS sedangkan
rokok mentol produk dalam negeri AS tetap diperbolehkan.
39 WTO WT/DS406/R, Op Cit, hal, 77. 40 World Customs Organization, What is the Harmonized System (HS)?, dalam
http://www.wcoomd.org/en/topics/nomenclature/overview/what-is-the-harmonized-system.aspx,
diakses pada (13/01/2017, 10:57 WIB) 41 WTO WT/DS406/R, Op Cit, hal, 78.
30
Gambar 1. Kode Rokok Internasional
Sumber: www.wcoomd.org42
2.3. Proteksi Amerika Serikat Terhadap Industri Rokok Dalam Negeri
AS adalah negara produsen rokok terbesar ke empat di dunia dengan
jumlah petaninya yang mencapai 57 ribu orang.43 Adapun jumlah perokok di AS
menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center for Disease
Control and Prevention/CDC) menyebutkan ada sekitar 45,1 juta orang pada
42 World Customs Organization, Section IV HS Nomenclature 2017 edition, dalam
http://www.wcoomd.org/en/topics/nomenclature/instrument-and-tools/hs-nomenclature-2017-
edition/hs-nomenclature-2017-edition.aspx, diakses pada (13/01/2017, 11:07 WIB) 43 Muhammad Firman Eko Putra, Belajar Proteksi Kretek dari Amerika Serikat, dalam
http://membunuhindonesia.net/2016/04/belajar-proteksi-kretek-dari-amerika-serikat/, diakses
pada (18/06/2016, 01:20 WIB)
31
tahun 2005 atau 20,9 persen dari populasi dan berubah menjadi 42,1 juta atau 17,8
persen pada tahun 201444 dan turun lagi menjadi 15,1 persen dari populasi AS
yang sebesar 36,5 juta orang pada tahun 2015.45 Menurut data fiskal tahun 2017,
AS akan mendapatkan 26,6 miliar dolar dari pajak tembakau tapi hanya akan
mengeluarkan 491,6 juta dolar yang tak lebih dari dua persen untuk program
pencegahan rokok.46
Hambatan non tarif (non tariff barrier) AS adalah melalui regulasi
Undang-Undang FSPTCA yang berisi tentang larangan impor rokok kretek.
Kebijakan Undang-undang pengendalian tembakau didukung korporasi rokok
besar AS seperti Philip Morris. Undang-undang tersebut berisi tentang larangan
penjualan rokok yang mengandung tambahan perasa (flavoured cigarettes) di AS,
salah satunya adalah rokok kretek dari Indonesia yang mengandung tambahan
rempah cengkeh. Undang-undang pengendalian tembakau melarang produksi dan
penjualan kretek sebab dianggap mengandung zat adiktif dan punya risiko
kesehatan. Lain dengan rokok mentol. Rokok mentol dianggap tidak punya risiko
kesehatan.
Melalui undang-undang tersebut, AS telah memberikan proteksi kepada
industri rokok dalam negeri. Pasar dalam negeri AS 100 persen diperuntukkan
bagi industri dalam negeri. Terbukti sejak tahun 2010 rokok kretek Indonesia
tidak bisa lagi memasuki pasar rokok di AS.
44 Kompas, Jumlah Perokok di AS Terus Merosot, dalam
http://internasional.kompas.com/read/2014/11/26/10421511/Jumlah.Perokok.di.AS.Terus.Meros
ot, diakses pada (27/01/2017, 13:42 WIB) 45 Centers for Disease Control and Prevention, Smoking & Tobacco Use, dalam
https://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/fact_sheets/fast_facts/index.htm, diakses pada
(27/01/2017, 13:46 WIB) 46 Ibid.
32
Tabel 3. Data Impor Rokok Amerika Serikat
Importir 2011 2012 2013 2014 2015
Perancis 52 juta 48 juta 47 juta 48 juta 41 juta
Austria 41 juta 44 juta 35 juta 30 juta 33 juta
Kanada 31 juta 31 juta 28 juta 28 juta 26 juta
Finlandia 15 juta 22 juta 15 juta 20 juta 18 juta
Brazil 16 juta 20 juta 16 juta 14 juta 15 juta
Spanyol 9 juta 11 juta 10 juta 13 juta 16 juta
Filipina 8 juta 13 juta 9 juta 13 juta 12 juta
Rep.Ceko 8 juta 11 juta 8 juta 8 juta 7 juta
Jerman 5 juta 4 juta 3 juta 5 juta 4 juta
Indonesia 744 ribu 1 juta 3 juta 4 juta 5 juta
Sumber: www.ucomex.com dalam satuan USD47
47 Ucomex, United States Imports << World – NCE: cigarettes paper, dalam
http://www.ucomex.com/en/comex/r/253/United-States/cigarette-paper--cigarette-paper-
whether-or-not-cut-to-size-or-in-the-form-of-booklets-or-tubes/US/4813, diakses pada
(28/01/2017, 13:48 WIB)
33
2.4. Monopoli Marlboro Terhadap Industri Rokok Di Amerika Serikat
Pemberlakuan Undang-Undang FSPTCA di AS tak hanya memberi efek
bagi perusahaan luar negeri, tapi juga perusahaan-perusahaan dalam negeri AS.
Perusahaan seperti R.J. Reynolds dan Lorillard Tobacco mengaku akan kesulitan
mendapat konsumen karena pembatasan iklan yang diakibatkan undang-undang
tersebut. “…Akan sangat sulit membawa produk baru ke pasaran…” kata Maura
Payne juru bicara R.J. Reynolds America.48
Berbeda dengan Altria Group yang memproduksi Marlboro melaui anak
perusahaannya Philip Morris. Bill Phelps juru bicara Altria Group menyatakan
pihaknya percaya bahwa konsumen bisa menjadi penerima manfaat utama dari
peraturan tersebut.49 Lorillard, Reynolds Amerika Inc dan perusahaan tembakau
lainnya memiliki penjelasan mengapa Philip Morris mendukung undang-undang
FSPTCA. Dengan adanya peraturan tersebut akan mempersulit perusahaan untuk
memasarkan merek yang lebih kecil atau memperkenalkan produk baru. Philip
Morris sebagai perusahaan tembakau nomor satu yang menguasai 50 persen pasar
rokok di AS tentu akan semakin mudah memonopoli rokok di AS. Lorillard
bahkan menyebut peraturan tersebut sebagai “The Marlboro Monopoly Act.”50
Harian New York Times yang diterbitkan pada 31 Maret 2009 menulis
pada kalimat pertamanya dengan “…Here comes the tobacco regulation that
48 Niv Elis, FDA Regulates Tobacco And Phillip Morris Cheers, Forbes, dalam
http://www.forbes.com/2009/06/11/fda-smoking-cigarettes-business-healthcare-tobacco.html,
diakses pada (04/03/2016, 16:50 WIB) 49 Ibid. 50
Brian Montopoli, Tobacco Bill's Big Winner: Philip Morris?, CBS News, dalam
http://www.cbsnews.com/news/tobacco-bills-big-winner-philip-morris/, diakses pada,
(04/03/2016, 16:31 WIB)
34
Philip Morris can live with…”51 Disebutkan lagi bahwa adanya perundang-
undangan FSPTCA tidak mungkin tercipta tanpa adanya negosiasi dari Philip
Morris-pencipta Marlboro-yang merupakan pemain terbesar dalam industri
pertembakauan di AS.
“The company’s central role, in fact, is a reason that some
antismoking activists worry that the bill is a deal with the
devil. Phillip Morris’s support is also why other major
tobacco companies-none of which back the legislation – see
a cunning ploy by Marlboro’s maker to seal the company’s
dominant position.”52
Itulah kenapa Philip Morris sangat mendukung Undang-Undang FSPTCA
karena dengan adanya peraturan tersebut Marlboro’s Maker bisa dengan mudah
mempertahankan dominasinya di pasaran. Adanya peraturan tersebut akan
mempersulit iklan rokok, otomatis posisi Marlboro sebagai rokok nomor satu di
pasaran AS tidak akan pernah tergantikan karena tidak ada kesempatan bagi
pesaing ataupun produk baru untuk diperkenalkan ke masyarakat umum.
Demikianlah strategi untuk mengunci posisi dominan perusahaan di pasaran yang
dilakukan oleh Philip Morris. Juru bicara R.J. Reynolds, perusahaan rokok
terbesar kedua di AS menyatakan, “…It would make it harder to let consumers
know there are options available to them…”53
“Menthol cigarettes - the most popular of all flavored
tobacco, with 25 percent of the overall cigarette market
share - are predominantly produced by Phillip Morris USA,
which supported the bill in its final form. By supporting a
bill that both eliminates its competitors in the flavored
51
Duff Wilson, Philip Morris’s Support Casts Shadow Over a Bill to Limit Tobacco, New York
Times, dalam http://www.nytimes.com/2009/04/01/business/01tobacco.html?_r=0, diakses pada,
(04/03/2016, 16:36 WIB) 52 Ibid. 53 Ibid.
35
cigarettes market and appears to look like an excellent
piece of legislation, Phillip Morris comes across as a
responsible, regulation-accepting member of the tobacco
industry. In reality, Philip Morris has used Congress to
establish a monopoly in the flavored cigarettes market, so
much so that the bill is sometimes referred to as the
“Marlboro Monopoly Act of 2009” alluding to the
corporation’s “Marlboro” brand.”54
Dukungan Philip Morris terhadap FSPTCA atau Tobacco Control Act
tentu sangat beralasan melihat terdapat pengecualian terhadap rokok mentol yang
termasuk dalam kategori rokok perasa (flavoured cigarettes). Rokok mentol yang
merupakan rokok perasa paling disukai di pasaran AS didominasi oleh Philip
Morris dengan penjualan sebesar 25 persen di tahun 2009. Dengan adanya
Tobacco Control Act, Philip Morris seakan kehilangan pesaingnya dengan cara
yang sangat elegan yakni melalui undang-undang. Melihat keterkaitan hal
tersebut, bahkan banyak pihak yang menyebut Tobacco Control Act of 2009
sebagai Marlboro Monopoly Act of 2009. Berikut akan penulis berikan daftar
produk rokok yang mendominasi di pasaran AS:
Tabel 4. 9 Rokok dengan Penjualan Tertinggi di AS Tahun 2015
Merek Produsen Persentase
Marlboro Philip Morris 41%
Newport
Dikeluarkan tahun 1957
oleh Lorillard dan
13%
54 Sasha Fine, The Marlboro Monopoly Act, Student Life,
http://www.studlife.com/forum/2009/10/21/the-marlboro-monopoly-act/, (04/03/2016, 16:24
WIB)
36
diakuisisi oleh Reynolds
American, Inc. tahun
2015
Camel R.J. Reynolds 8%
Pall Mall Box R.J. Reynolds 8%
Pyramid Liggett Group Inc. 2%
Maverick ITG Brands LLC 2%
Santa Fe
Santa Fe Natural Tobacco
Company
2%
Winston ITG Brands LLC 2%
Kool ITG Brands LLC 2%
Sumber: Diolah dari www.cdc.gov55
Semua perusahaan yang memproduksi 9 rokok tersebut merupakan
perusahaan domestik AS dan semuanya merupakan rokok mentol. Menurut
Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua yang disusun oleh Christopher Pass dan
Bryan Lowes, monopoli adalah suatu jenis struktur pasar (market structure) yang
mempunyai tiga sifat. Pertama, satu perusahaan dan banyak pembeli, yaitu suatu
pasar yang terdiri dari satu pemasok tunggal dan menjual produknya pada
pembeli-pembeli kecil yang bertindak secara bebas tapi berjumlah besar. Kedua,
kurangnya produk substitusi, yaitu tidak adanya produk substitusi yang dekat
55 Centers for Disesase Control and Prevention, Tobacco Brand Preferences, dalam
https://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/fact_sheets/tobacco_industry/brand_preference/,
diakses pada (07/01/2017, 08:59 WIB)
37
dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan monopoli. Ketiga, pemblokiran
pasar untuk dimasuki, yaitu hambatan-hambatan untuk masuk (barrier to entry)
begitu ketat sehingga tidak mungkin bagi perusahaan baru untuk memasuki pasar
yang bersangkutan, baik rintangan alamiah maupun rintangan dari pemerintah.56
Meski dalam pasar AS masih ada produsen rokok selain Philip Morris,
bukan berarti tidak ada monopoli. Karena dalam kenyataan memang sulit untuk
ditemukan monopoli murni (pure monopoly) di era globalisasi ini, dimana sama
sekali tidak ada persaingan dari perusahaan lain. Dengan adanya FSPTCA Philip
Morris yang sudah berada di posisi teratas pasar AS akan dengan mudah
mempertahankan dominasinya.
Dengan disahkannya regulasi FSPTCA bukan berarti semua pihak setuju
dengan regulasi tersebut. Beberapa pakar kesehatan masyarakat menentang keras
regulasi tersebut. DR. Joel Nitzkin Ketua Lembaga Pengendalian Tembakau dari
Asosiasi Dokter Kesehatan Masyarakat Amerika (The American Association of
Public Health Physicians) dalam sebuah wawancara singkat dengan Democracy
Now menyatakan bahwa disahkannya Undang-Undang FSPTCA merupakan hasil
dari negosiasi antara Philip Morris dan FDA. “Dr. Nitzkin, Would you say this bill
was written by Philip Morris?, I would say so.”57 DR. Joel Nitzkin menjelaskan
bahwa regulasi FSPTCA tidak akan bisa lolos dalam kongres AS tanpa adanya
campur tangan dari Philip Morris.
56 Hermansyah, 2008, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha, Jakarta: Kencana, hal. 39, dalam
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-monopoli-perdagangan.html, diakses pada
(04/03/2016, 09:49 WIB) 57 Democracy Now, Up in Smoke:How the Tobacco Industry Shaped the New Smoking Bill, dalam
https://www.democracynow.org/2009/7/2/up_in_smoke_how_the_tobacco, diakses pada
(01/06/2017, 10:42 WIB)
38
“Well, it appears that a political decision was made that the
only way they could get tobacco regulation through the
Congress is if they could get Philip Morris, our nation’s
largest and most dominant cigarette company, to endorse the
bill. And they felt that without that endorsement, they could
not get a bill through Congress. ”58
Bukti yang lebih jelas mengenai keterlibatan Philip Morris dalam regulasi
FDA adalah pernyatan yang dibuat oleh Steven C. Parrish, Wakil Presiden Senior
Philip Morris. Steven C. Parrish menyatakan bahwa kepentingan terbaik Philip
Morris adalah untuk mendapatkan regulasi FDA. “It's in our best interest to have
FDA regulation.”59 Kepala staf partai Republik, Daniel Groves menyatakan
bahwa Philip Morris adalah satu-satunya perusahaan yang mendukung
disahkannya regulasi FDA. “Philip Morris is the only company at this point that
supports this.”60
Mengenai pelobi Philip Morris di kongres AS, ada Tom Bliley mantan
ketua Komite Perdagangan yang dikenal dengan sebutan “anggota kongres dari
Philip Morris.” Seorang pelobi perusahaan rokok dalam koalisi anti-FDA
menyatakan bahwa keberadaan Bliley adalah untuk memastikan kongres
menyadari ada yang lebih dari sekedar Philip Morris di dalam industri. "Bliley is
58 Ibid. 59 The Wall Street Journal, Philip Morris Lobbies to Give FDA Control Over Tobacco
Regulations, dalam http://www.wsj.com/articles/SB986941763354992651, diakses pada
(13/01/2017, 20:34 WIB) 60 Deseret News, Philip Morris Lobbying fof FDA Regulation, dalam
http://www.deseretnews.com/article/836694/Philip-Morris-lobbying-for-FDA-
regulation.html?pg=all, diakses pada (13/01/2017, 21:17 WIB)
39
there to make sure that members realize that there's more than Philip Morris in
the industry."61
2.5. Prinsip Dasar Perdagangan Internasional dan Struktur Organisasi WTO
Sebagai organisasi yang bersifat global, WTO memiliki aturan-aturan
prinsip yang menjadi pondasi perdagangan multilateral dan telah disepakati oleh
para anggotanya. Prinsip-prinsip dasar WTO tersebut terdiri dari tiga hal pokok:62
Pertama, Most Favoured Nation. Prinsip ini mengharuskan para
anggotanya untuk memberikan perlakuan yang sama terhadap semua mitra
dagangnya (treating other people equally). Dengan adanya peraturan ini, tidak
boleh ada perlakuan istimewa. Jika suatu negara memberikan peluang pasar
terhadap satu barang atau jasa dari negara A, maka peluang tersebut juga harus
dibuka untuk negara B dan semua anggota WTO lainnya tanpa harus memandang
apakah itu negara maju atau negara berkembang.
Prinsip Most Favoured Nation ini terdapat dalam Pasal 1 GATT, Pasal 2
General Agreement on Trade in Services (GATS) dan Pasal 4 Agreement on
Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS).63 Penjelasan
singkat oleh WTO tentang Most Favoured Nation adalah sebagai berikut:
“Under the WTO agreements, countries cannot normally
discriminate between their trading partners. Grant
61 Slate, Why is Philip Morris supporting FDA regulation of cigarettes?, dalam
http://www.slate.com/articles/business/moneybox/2002/07/smoke_screen.html, diakses pada
(13/01/2017, 21:41 WIB) 62 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochammad Yani, 2006, Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal, 87. 63 WTO, Principles of the trading system, dalam
https://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/fact2_e.htm, diakses pada (16/10/2016,
08:30 WIB)
40
someone a special favour (such as a lower customs duty
rate for one of their products) and you have to do the same
for all other WTO members”.64
Kedua, National Treatment. Prinsip ini mengharuskan para anggota WTO
untuk memberi perlakuan yang sama terhadap produk domestik dan produk luar
negeri (treating foreigners and local eually). Dengan adanya prinsip ini, maka
suatu negara tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap produk asing. Prinsip
National Treatment ini bisa dijumpai dalam Pasal 3 GATT, Pasal 17 GATS dan
Pasal 3 TRIPS. Penjelasan singkat oleh WTO tentang National Treatment adalah
sebagai berikut:
“Imported and locally-produced goods should be treated
equally-at least after the foreign goods have entered the
market. The same should apply to foreign and domestic
services, and to foreign and local trademarks, copyrights
and patents”.65
Ketiga, Transparancy. Prinsip ini mengharuskan setiap anggota WTO
untuk bersikap terbuka atau transparan terhadap kebijakan perdagangannya,
sehingga memudahkan para pelaku usaha melakukan kegiatan perdagangan.
Negara anggota WTO harus memberitahukan segala kebijakannya yang terkait
dengan perdagangan barang, jasa maupun kekayaan intelektual.66 Tiga prinsip
dasar WTO tersebut didesain untuk menciptakan pasar global yang bersih dari
ketidakadilan atau kecurangan. Dengan adanya aturan tersebut, memudahkan
WTO untuk menimbang mana perdagangan yang adil dan mana perdagangan
yang diskriminatif.
64 Ibid. 65 Ibid. 66 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochammad Yani, Op. Cit., hal, 87.
41
Dalam struktur organisasi WTO terdapat kewenangan tersendiri pada tiap-
tiap tingkat. Dalam buku Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,67 dijelaskan
bahwa terdapat empat hierarki kewenangan dalam struktur organisasi WTO.
Untuk kewenangan tertinggi terdapat pada Konferensi Tingkat Menteri
(Ministerila Conferences). Konferensi ini bersidang minimal sekali dalam dua
tahun. Keputusan yang dihasilkan dalam konferensi merupakan kesepakan para
anggota WTO melaui berbagai dewan dan komite.
Kewenangan kedua terdapat pada Dewan Umum (General Council) yang
terbagi dalam tiga badan. Tiga badan tersebut yaitu Dewan Umum (General
Council), Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Body) dan Badan
Pengkajian Kebijakan Perdagangan (Trade Policy Review Body). Ketiga badan ini
memiliki posisi sama yang bertindak atas nama Konferensi Tingkat Menteri pada
kegiatan sehari-hari untuk membahas permasalahan dalam WTO. Adapun Badan
Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Body) mempunyai dua badan
bawahan, yaitu Dispute Settlement Panel yang terdiri dari para ahli hukum untuk
memutuskan sengketa yang tidak terselesaikan dan ada Appellate Body yang
menangani banding.
Kewenangan ketiga terdapat pada Dewan-Dewan (Councils) yang terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu Council for Trade in Goods, Council for Tade in
Services dan Council for Trade Related Aspects of Intellectual Property. Ketiga
dewan ini bertanggung jawab atas pelaksanaan persetujuan WTO dalam lingkup
67 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochammad Yani, Op. Cit., hal, 88-89.
42
perdagangan barang, jasa dan hak atas kekayaan intelektual untuk kemudian
memberikan laporannya ke Dewan Umum (General Council).
Kewenangan terakhir terdapat pada Komite (Committees) yang
beranggotakan seluruh negara anggota WTO yang berhubungan dengan persoalan
khusus sampai mendetail.
Gambar 2. Struktur Organisasi WTO
Sumber: www.wto.org68
68 WTO, WTO Organization Chart, dalam
https://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/org2_e.htm, diakses pada (09/01/2017,
11:29 WIB)
Top Related