17
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Metode Pembelajaran
Sebelum memberikan pengertian tentang metode peer
tutoring (tutor sebaya), terlebih dahulu penulis akan memberikan
pengertian tentang metode itu sendiri. Metode atau metoda
berasal dari bahasa Yunani yaitu metha dan hodos, metha berarti
melalui atau melewati, sedangkan hodos berarti jalan atau cara.1
Selanjutnya berkembang dalam proses belajar mengajar menjadi
methode of teaching atau metode mengajar.
Metode pembelajaran adalah seperangkat cara, jalan dan
teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran
agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau
kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata
pelajaran.2 Dengan demikian jika dikaitkan dengan istilah
mengajar, dimana mengajar berarti menyajikan atau
menyampaikan, sedangkan metode mengajar sendiri adalah salah
1 Isma’il SM., Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM,
(Semarang: Rasail Media Group, 2008), 7. 2 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Radar
Jaya Offset, 2008), 4.
18
satu cara yang digunakan pendidik untuk menyampaikan
pelajaran terkait kepada peserta didik. Karena penyampaian
tersebut dalam interaksi edukatif, metode mengajar dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam
mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat
berlangsungnya pengajaran. Jadi, metode mengajar merupakan
alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.3
Pendidik dan peserta didik merupakan komponen yang
terpenting dalam proses belajar mengajar, maka hubungan
diantara mereka harus ada keakraban agar tercipta keserasian,
keharmonisan dan kesenangan. Tujuan pengajaran akan dicapai
secara bersama-sama antara pendidik dan peserta didik, maka
usaha atau cara yang ditempuh pendidik sangat berpengaruh
sekali.
Hal ini pendidik harus cermat dalam memilih metode
mengajar, karena metode yang kurang baik akan mempengaruhi
belajar peserta didik. Dengan demikian pendidik seyogyanya
memilih metode mengajar yang lebih sesuai dengan peserta didik.
3 Djamaludin Darwis, Strategi Belajar Mengajar, (Semarang: Pustaka
Pelajar, 2000), 226.
19
Seorang peserta didik ada kalanya lebih mudah memahami
pelajaran atau menerima keterangan yang diberikan oleh
temannya sendiri. Untuk itu diperlukan metode yang sesuai
dengan keadaan di atas.
Jika ditinjau dari jenis metode, banyaknya metode yang
sudah dikenal dapat digunakan untuk mengajar. Metode tersebut
antara lain:
1. Metode pemberian tugas dan resitasi, yaitu melaksanakan
tugas yang diberikan oleh guru dan melaporkan hasilnya.
2. Metode diskusi.
3. Metode pendekatan proses (proses approach).
4. Metode penemuan (inquiry aproach).
5. Metode kerja kelompok.
6. Metode eksperimen.
7. Metode tanya jawab, dan metode lain serta gabungan dari
metode tersebut.
Kita tahu bahwa masing-masing metode tersebut
mempunyai kebaikan dan kelemahan, serta mempunyai daya
cocok yang berbeda bagi masing-masing siswa. Itulah sebabnya
20
guru sudah memilih sesuatu metode yang paling baik menurut
pemikirannya, akan tetapi mungkin tidak cocok bagi beberapa
orang tua atau siswa.4 Dengan demikian maka sebagai pelaksana
program perbaikan, guru seyogianya memilih metode mengajar
yang lebih seseuai bagi siswa.
Disamping itu adakalanya seorang siswa lebih mudah
menerima keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau
kawan-kawan untuk melaksanakan program perbaikan. Dan
metode yang dapat digunakan salah satunya adalah metode
pembelajaran peer tutoring.
B. Pengertian Metode Peer Tutoring
Pada dasarnya hakikat pembelajaran dan tujuan
pembelajaran yang mulia hanya dapat dicapi melalui program
yang terarah, terpadu, dan disertai dengan semangat yang tinggi
untuk selalu memperbaharui mekanisme dan pola pembelajaran
kearah tercapainya tujuan pendidikan sesuai dengan tuntutan
zaman. Oleh karena itu, kesadaran untuk melakukan inovasi-
4 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), cet. ke-5, 25
21
inovasi dan terobosan dari insan-insan pendidikan perlu
dikembangkan dan disebarluaskan.
Melakukan strategi pembelajaran secara dini merupakan
suatu upaya mengantisipasi kesulitan yang dihadapi siswa agar
tidak berdampak jauh terhadap hasil belajar siswa. Salah satunya
metode yang diduga mampu membuat suasana pembelajaran
yang menarik dan menyenangkan serta dapat mengatasi kesulitan
belajar siswa adalah dengan menggunakan metode peer tutoring.
Tutor adalah siswa yang sebaya yang ditunjuk/ditugaskan
membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena
hubungan antara teman umumnya lebih dekat dibandingkan
hubungan guru dengan siswa.5 Sedangkan peer tutoring atau
lebih dikenal dengan teman sebaya atau antar peserta didik, hal
ini bisa terjadi ketika peserta didik terlebih dahulu mampu
menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan kemudian membantu
peserta didik lainnya yang kurang mampu meyelesaikan
pekerjaannya.
5 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2013), cet. ke-3, 184.
22
Metode peer tutoring adalah kegiatan bimbingan yang
dilaksanakan oleh siswa yang memiliki pemahaman tentang
keterampilan komunikasi dan konseling (tutor) untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yaitu membantu teman-temannya
yang mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Al-Qur’an
Hadits agar memperoleh hasil belajar yang baik. Melalui metode
ini siswa bisa berdialog dan berinteraksi dengan sesama siswa
dan berinteraksi dibawah bimbingan guru sehingga siswa
termotivasi untuk menguasai bahan ajar yang disajikan sesuai
dengan standar lulusan yang telah ditetapkan. Metode ini
digunakan karena dalam pelaksanaannya mampu menciptakan
ruang psikologis yang nyaman bagi setiap anggota yang ada di
dalamnya. Bantuan yang diberikan oleh teman sebaya pada
umumnya terasa lebih dekat dibandingkan dengan guru. Siswa
yang ditunjuk sebagai tutor ditugaskan untuk membantu siswa
lain yang mengalami kesulitan belajar berdasarkan petunjuk-
petunjuk yang diberikan oleh guru. Bukan bertugas sebagai
pengganti guru ataupun guru.
23
Metode pembelajaran peer tutoring merupakan salah satu
alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa dalam proses
belajar mengajar. Siswa cenderung merasa takut dan tidak berani
untuk bertanya atau mengeluarkan pendapatnya kepada guru,
tetapi siswa akan lebih suka dan berani bertanya atau
mengeluarkan pendapatnya tentang materi pelajaran kepada
temannya atau siswa lain. Sehingga diterapkannya model
pembelajaran peer tutoring ini diharapkan dapat membantu siswa
untuk dapat menerima materi pelajaran.
Pembelajaran peer tutoring merupakan kegiatan belajar
yang berpusat pada pserta didik, sebab anggota komunitas belajar
merencanakan dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk
dirinya sendiri dan orang lain. Pembelajaran akan sukses jika
terjadi timbal balik antara teman sebaya yang secara bersama-
sama membuat rencana dan memfasilitasi kegiatan belajar dan
dapat belajar dari kegiatan belajar kelompok lainnya.
Menurut Erman Suherman dalam bukunya, mendefinisikan
peer tutoring sebagai berikut:
Metode peer tutoring adalah suatu metode pembelajaran
yang dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang
24
memiliki daya serap yang tinggi dari kelompok siswa itu
sendiri untuk menjadi tutor bagi teman-temannya, dimana
teman yang menjadi tutor bertugas untuk memberikan
materi belajar dan latihan kepada teman-temannya (tutee)
yang belum paham terhadap materi atau latihan yang
diberikan guru dengan dilandasi aturan yang telah
disepakati bersama dalam kelompok tersebut, sehingga
akan terbangun suasana belajar kelompok yang bersifat
kooperatif bukan kompetitif.6
Pendapat lain mengatakan, model pembelajaran peer
tutoring yaitu pembelajaran yang dilakukan oleh teman-temannya
yang mempunyai usia hampir sebaya sesamanya.7
Peer tutoring merupakan sekelompok siswa yang telah
tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada
siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan
pelajaran.8 Pada peer tutoring, teman sebaya yang lebih pandai
memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya.
Dengan cara ini siswa akan mudah memahami materi karena
bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu tidak ada
rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga
6 Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer, (Bandung: UPI, 2003), 277. 7 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), cet. ke-5, 25. 8 Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer, (Bandung: UPI, 2003), 276.
25
diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk
mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dipahaminya.
Penggunaan metode peer tutoring diharapkan tiap siswa
lebih terbuka dan saling komunikasi antara siswa yang satu
dengan siswa yang lain, sehingga diharapkan dapat melatih
kecakapan komunikasi. Fungsi lainnya adalah dengan adanya
peer tutoring, siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak
malu untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas
sehingga akan tercipta pembelajaran yang menyenangkan. Pada
pembelajaran peer tutoring, baik tutor maupun yang ditutori
sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat pengalaman
sedangkan yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima
pelajaran.
Pembelajaran peer tutoring dalam kelompok kecil dapat
dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan
belajar siswa sehingga pembelajaran yang berlangsung lebih
bermakna. Karena peer tutoring merupakan sebuah metode
latihan atau praktik membelajarkan, yang menjadi sasarannya
26
adalah temannya sendiri yang bertujuan untuk memperoleh
keterampilan dalam membelajarkan.9
Pembelajaran peer tutoring dalam kelompok kecil
merupakan pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil
dengan seorang siswa yang prestasinya lebih tinggi dalam
kelompoknya itu memberi bantuan atau menjadi guru bagi siswa
yang lain. Karena dengan bantuan teman sebaya dapat
menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih
mudah dipahami. Dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan,
rendah diri dan malu. Jadi proses belajarnya lebih efektif.
Proses pelaksanaan peer tutoring biasanya disebut dengan
tutorial sebaya. Bagaimanapun yang melaksanakan kegiatan
pembelajaran adalah guru itu sendiri. Sehingga yang menjadi
tutor harus memiliki kriteria tertentu. Untuk menentukan siapa
yang akan dijadikan tutor, diperlukan pertimbangan-
pertimbangan tersendiri. Seorang tutor belum tentu siswa yang
paling pandai. Yang penting diperhatikan siapa yang menjadi
tutor tersebut adalah:
9 M. Shobri Sutikno, Belajar dan Pembelajaran: Upaya Kreatif dalam
Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil, (Bandung: Prospect, 2009) 96.
27
1. Memiliki hubungan emosional yang baik.
2. Dapat diterima (disetujui) oleh teman yang ditutorkan.
3. Menguasai bahan yang ditutorkan.
4. Dapat menerangkan bahan perbaikan yang diperlukan
oleh siswa yang menerima program perbaikan.
5. Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama
kawan.
6. Mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk
memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan
pelajaran kepada kawannya.
7. Mampu menjalin kerjasama dengan sesama siswa.
Adapun cara peneliti dalam menentukan tutor adalah
dengan melakukan seleksi kepada siswa yang akan menjadi tutor
sebaya. Pemilihan tutor sebaya ini dilakukan oleh peneliti dan
juga dibantu oleh guru mata pelajaran al-Qur’an Hadits dengan
pengamatan dan perbandingan nilai al-Qur’an Hadits siswa. Tutor
yang terpilih adalah siswa yang memiliki kemampuan akademik
yang terbaik.
28
Tutor atau ketua memiliki tugas dan tanggung jawab
diantaranya sebagai berikut:
1. Memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi
ajar yang sedang dipelajari.
2. Mengkoordinir presentasi diskusi agar berlangsung
dengan kreatif dan dinamis.
3. Menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing
apabila ada materi ajar yang belum dipahami.
4. Menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok
lain saat tatap muka dikelas maupun diluar kelas.
5. Melaporkan setiap perkembangan akademis
kelompoknya kerpada pembimbing pada setiap materi
yang dipelajari.
Dengan menggunakan metode peer tutoring pada umumnya
memberikan hasil yang cukup baik, yaitu terjalinnya hubungan
antara siswa yang satu dengan yang lainnya lebih harmonis
dibandingkan dengan guru. Murid yang menjadi tutor sebaiknya
diperhatikan baik dari segi kemampuan dalam penguasaan materi
dan kemampuan membantu orang lain. Itu berarti bahwa tutor
29
adalah murid yang memiliki prestasi yang baik dan mempunyai
hubungan sosial yang baik dengan teman-temannya.
1. Tujuan pembelajaran peer tutoring
Pembelajaran peer tutoring mempunyai beberapa tujuan
diantaranya:
a. Untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan para
siswa sesuai dengan yang dimuat modul-modul,
melakukan usaha-usaha pengayaan materi yang
relevan;
b. Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
siswa tentang cara memecahkan masalah, mengatasi
kesulitan atau hambatan agar mampu membimbing
diri sendiri;
c. Untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang
cara belajar mandiri dan menerapkan pada masing-
masing modul yang sedang dipelajari.10
2. Langkah-langkah metode peer tutoring
Pembelajaran peer tutoring dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
a. Guru menyusun kelompok belajar. Setiap kelompok
belajar beranggota 3 atau 4 orang yang memiliki
kemampuan beragam. Setiap kelompok minimal
memiliki satu orang peserta didik yang memiliki
kemampuan tinggi untuk menjadi tutor.
b. Guru menjelaskan tentang cara penyelesaian tugas
melalui belajar kelompok dengan metode peer
10
Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar
Berdasarkan CBSA, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), 74.
30
tutoring, wewenang, dan tanggung jawab masing-
masing anggota kelompok, dan memberi penjelasan
tentang mekanisme penilaian tugas melaalui penilaian
sejawat (peer assessment) dan penilaian diri (self
assessment).
c. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada semua
peserta didik dan memberi peluang tanya jawab
apabila terdapat materi yang belum jelas.
d. Guru memberi tugas dengan catatan peserta didik
yang kesulitan dalam mengerjakan tugas dapat
meminta bimbingan kepada teman yang ditunjuk
sebagai tutor/guru.
e. Guru mengamati aktivitas belajar dan memberi
penilaian kompetensi.
f. Guru, tutor, dan peserta didik memberikan evaluasi
proses belajar untuk menetapkan tindak lanjut
kegiatan putaran berikutnya.11
Tahapan Metode Peer Tutoring
Tahapan pembelajaran dengan peer tutoring pada
umumnya mengikuti pola sebagai berikut.12
Guru mrngidentifikasi beberapa peserta didik yang
memiliki kemampuan yang lebih baik daripada temannya
di kelas yang sama untuk dijadikan tutor. Jumlah tutor
sama dengan jumlah kelompok belajar yang akan
dibentuk.
Guru melatih tutor dalam materi yang akan dipelajari oleh
kelas dan menjelaskan latihan serta evaluasi yang akan
11 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2014), cet. ke-2, 201. 12 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2014), cet. ke-2, 200.
31
dilaksanakan.
Guru menjelaskan materi pelajaran secara ringkas pada
semua peserta didik dan memberikan kesempatan tanya-
jawab.
Guru memberikan tugas yang harus dikerjakan dan tata
cara melakukan evaluasi (penilaian diri dan penilaian
sejawat).
Tutor sejawat membantu temannya dalam mengerjakan
tugas dan memberikan penjelasan tentang materi yang
belum dipahami oleh temannya dalam satu kelompok.
Guru mengevaluasi proses belajar. Tutor menilai hasil
kerja temannya dalam satu kelompok dan membuat
laporan penilaian diri dan penilaian teman sejawat
mengikuti format yang disediakan.
3. Kelebihan dan kekurangan metode Peer Tutoring
Kelebihan dan kekurangan metode peer tutoring adalah
sebagai berikut:
a. Kelebihan
1) Dapat meningkatkan semangat belajar.
32
2) Siswa belajar untuk berbicara dan mampu
meningkatkan ekspresi, perasaan, atau pendapat
pribadi.
3) Dapat menimbulkan bakat mereka yang lain.
4) Mampu memberikan respon yang cepat
dibandingkan guru.
b. Kekurangan
1) Tidak semua siswa dapat menjelaskan pada
temannya.
2) Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan
temannya dengan baik.
Syaiful dalam bukunya mengemukakan kelebihan dan
kekurangan metode peer tutoring sebagai berikut.
Kelebihan metode peer tutoring adalah sebagai berikut:
1) Adakalanya hasilnya baik bagi beberapa anak yang
mempunyai perasaan takut atau enggan kepada guru.
2) Bagi tutor akan mempunyai akibat memperkuat konsep
yang sedang dibahas. Dengan memberitahukan kepada
33
anak lain seolah-olah ia menelaah serta
menghafalkannya kembali.
3) Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri
memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu
tugas dan melatih kesabaran.
4) Mempererat hubungan antara sesama siswa sehingga
mempertebal perasaan sosial.13
Namun disamping kebaikan tersebut, ada kesulitan dalam
melaksanakan pekerjaan tutoring ini, karena:
1) Siswa yang dibantu sering belajar kurang serius, karena
hanya berhadapan dengan kawannya, sehingga hasilnya
kurang memuaskan.
2) Ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya, karena
takut rahasianya diketahui kawanya.
3) Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar
dilaksanakan, karena perbedaan kelamin antara tutor
dengan siswa yang diberi program perbaikan.
13 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), cet. ke-5, 26.
34
4) Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor yang
tepat bagi seorang atau beberapa orang siswa yang
harus dibimbing.
5) Tidak semua siswa yang pandai atau cepat waktu
belajarnya dapat mengerjakannya kembali kepada
kawan-kawannya.14
Pembelajaran dengan menggunakan metode peer tutoring
diharapkan setiap siswa lebih mudah dan leluasa dalam
menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang
bersangkutan terpacu semangatnya untuk belajar.
C. Pengertian Hasil Belajar
Sebelum penulis menguraikan tentang hasil belajar, disini
penulis terlebih dahulu akan menguraikan tentang belajar itu
sendiri. Banyak definisi yang dikemukakan oleh pakar mengenai
teori belajar, namun penulis hanya mengutip beberapa dari sekian
banyak teori yang ada.
Skinner dalam Muhibbin Syah berpendapat bahwa belajar
adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang
14 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), cet. ke-5, 27.
35
berlangsung secara progresif. B.F. Skinner percaya bahwa proses
adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila
ia diberi penguat (reinforce).15
Pendapat lain mengatakan belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.16
Hintzman mengatakan bahwa belajar adalah suatu
perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau
hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi
tingkah laku organisme tersebut. Jadi dalam pandangan
Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut
baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.17
Lester D. Crow dan Alice Crow, menyebutkan bahwa
belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan,
dan sikap. Menurut R. Gagne belajar adalah suatu proses untuk
15
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), cet.
ke-14, 64. 16
Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2013), cet. ke-6, 2. 17
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015),
cet. ke-14, 65.
36
memperoleh modivikasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan yang diperoleh dari interaksi.18
Munculnya aneka ragam pendapat para ahli tesebut di atas
adalah perselisihan yang wajar karena adanya perbedaan sudut
pandang. Akan tetapi, dalam beberapa hal tertentu yang mendasar
para ahli sepakat seperti dalam penggunaan istilah “berubah” dan
“tingkah laku”.
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan tadi,
secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif.19
Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia,
dengan belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan
sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan.
Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh
siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di
18
Darwyan Syah dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Diadit
Media, 2009), cet. ke-1, 35. 19
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015),
cet. ke-14, 68.
37
sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap
semester.
Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil
yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus
dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai
maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan
yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar
pengaruh strategi belajar terhadap keberhasilan belajar siswa.
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam
pembelajaran. Nana Sudjana mendefinisikan hasil belajar siswa
pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang
kognitif, afektif, dan psikomotorik.20
Dimyati dan Mudjiono juga
menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
20
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2014), cet. ke-18, 3.
38
belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses
belajar.21
Menurut Suprijono sebagaimana dalam buku Muhammad
Thobroni dan Arif Mustofa, hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi, dan keterampilan dan menurut Lindgren, hasil
pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan
sikap.22
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja.23
Artinya, aspek tersebut menyangkut aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Horward Kingsley dalam Sudjana membagi tiga macam
hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b)
pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-
masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima
kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan
21
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), 3-4. 22
M. Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Depok:
Ar-Ruzz Media, 2013), 24. 23
M. Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, 26.
39
intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan
motoris.24
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam
proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu
perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk
menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil,
setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan
filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita
berpedoman pada kurikulum yang saat ini telah disempurnakan,
antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu
bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan
intruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai.25
Untuk mengetahui tercapai tidaknya pembelajaran khusus,
guru perlu mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu
bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui
24
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2014), cet. ke-18, 22. 25
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), cet-ke-5, 105.
40
sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran khusus
yang ingin dicapai.
1. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak
jenisnya, tetapi dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yakni
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang
ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
a. Faktor intern
Faktor intern terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
1) Faktor jasmaniah
a) Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika
kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga
ia akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, mengantuk jika bandannya
lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-
41
gangguan/kelainan-kelaianan fungsi alat
inderanya serta tubuhnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik
haruslah mengusahakan kesehatan badannya
tetap terjamin dengan cara selalu
mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang
bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan,
olahraga, rekreasi dan ibadah.
b) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang
menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan
cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa
yang cacat, belajarnya juga terganggu. Jika hal
ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga
pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu
agar dapat menghindari atau mengurangi
pengaruh kecacatannya itu.
2) Faktor psikologis
42
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang
tergolong ke dalam faktor psikologis yang
mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah:
Intelegensi, Perhatian, Minat, Bakat, Motif,
Kematangan, Kesigapan26
3) Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit
untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani (bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah
lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk
membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi
karena terjadi kekacauan subtansi sisa
pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah
tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
26
Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2013), cet.ke-6, 54-55
43
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya
kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan
dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.27
b. Faktor ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar,
dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
1) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi
antara anggota keluarga, suasana rumah tangga
dan keadaan ekonomi keluarga.28
2) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini
mencangkup metode mengajar, kurikulum, relasi
guru, dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,
27
Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi,59. 28
Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi, 60.
44
standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar
dan tugas rumah.29
3) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu
terjadi karena keberadaannya siswa dalam
masyarakat.30
Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa
sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, faktor pendekatan
belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses
belajar siswa tersebut. Seorang siswa yang terbiasa
mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin
sekali berpeluang untuk meraih prestasi hasil belajar yang
bermutu dariapada siswa yang menggunakan pendekatan belajar
surface atau reproductive.31
2. Indikator Hasil belajar
29
Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi, 64. 30
Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi, 69. 31
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015),
cet. ke-14, 156-157.
45
Adapun yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar
mengajar dianggap berhasil adalah sebagai berikut:
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan
mencapai prestatsi tinggi, baik secara individual
maupun kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan
pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai
siswa, baik secara individual maupun kelompok.32
Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai
tolok ukur keberhasilan adalah daya serap.
Adapun indikator dari pembelajaran hukum mad layyin,
mad ‘iwadh dan mad ‘aridh lissukun adalah sebagai berikut:
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian mad ‘iwadh, mad
layyin, dan mad ‘aridh lissukun
2. Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri hukum bacaan mad
‘iwadh, mad layyin, dan mad ‘aridh lissukun
3. Siswa dapat mendeskripsikan cara membuyikan hukum
mad ‘iwadh, mad layyin, dan mad ‘aridh lissukun
32
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), cet. ke-5, 106.
46
4. Siswa dapat mengidentifikasi hukum bacaan mad
‘iwadh, mad layyin, dan mad ‘aridh lissukun
5. Siswa dapat mempraktikan bacaan mad ‘iwadh, mad
layyin, dan mad ‘aridh lissukun
Sedangkan indikator lain yang dapat digunakan mengukur
keberhasilan belajar:
1. Hasil belajar yang dicapai siswa
Hasil belajar yang dimaksudkan di sini adalah
pencapaian prestasi belajar yang dicapai siswa dengan
kriteria atau nilai yang telah ditetapkan baik
menggunakan penilaian acuan patokan maupun
penialaian acuan norma.
2. Proses belajar mengajar
Hasil belajar yang dimaksudkan di sisni adalah prestasi
belajar yang dicapai siswa dibandingkan anatara
sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan belajar
mengajar atau diberikan pengalaman belajar.33
33
Darwyan Syah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Diadit
Media, 2009), cet. ke-1, 46
47
Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang
diharapkan dapat dicapai setelah seseorang belajar. Menurut
ahmad Tafsir, hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku
yang diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan
pembelajaran yang meliputi tiga aspek yaitu:
1. Tahu, mengetahui (knowing)
2. Terampil melaksankan atau mengerjakan yang ia
ketahui itu (doing)
3. Melaksanakan yang ia ketahui secara rutin dan
konsekwen (being)
Sedangkan menurut Muhibbin Syah mengatakan bahwa
pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat
pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian,
pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu,
khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan
48
perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat
diraba).34
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
Ketiga ranah tersebut di atas terbagi lagi ke dalam beberapa
aspek, yakni sebagai berikut.
1. Ranah kognitif
Benyamin S. Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono
menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif
sebagai berikut:
a. Pengetahuan atau ingatan, mencapai
kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,
34
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015),
cet. ke-14, 216
49
peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip,
atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan
menangkap arti dan makna tentang hal yang
dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan
metode dan kaidah untuk menghadapi masalah
yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan
prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga
struktur keseluruhan dapat dipahami dengan
baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi
bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk
suatu pola baru. Misalnya kemampuan
menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk
pendapat tentang beberapa hal berdasarkan
50
kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai
hasil ulangan.35
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan
ke-empat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
2. Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,
penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah psikomotoris
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil
belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada
enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan
kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.
Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak
35
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), 26-27.
51
dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa danlam menguasai isi bahan pengajaran.
Untuk mengungkap hasil belajar pada ketiga ranah di atas
diperlukan patokan atau indikator sebagai petujuk bahwa
seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari
ketiga ranah tersebut. Dalam hal ini Muhibbin Syah menjelaskan
bahwa kunci pokok untuk memeroleh ukuran dan data hasil
belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui
garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu)
dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau
diukur.36
Selanjutnya agar lebih memahami mengenai kunci pokok
tadi dan untuk memudahkan dalam menggunakan alat dan kiat
evaluasi yang dipandang tepat, reliabel dan valid, berikut akan
disajikan tabel yang penulis kutip dari Muhibbin Syah dalam
buku Psikologi Belajar.
36
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 216.
52
Tabel 2.1
Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara
Evaluasi
A. Ranah Cipta (Kognitif)
1. Pengamatan
2. Ingatan
3. Pemahaman
4. Aplikasi/penerapan
5. Analisis (pemeriksaan
dan pemilihan secara
teliti)
1. Dapat
menunjukan
2. Dapat
membandingkan
3. Dapat
menghubungkan
1. Dapat
menyebutkan;
2. Dapat
menunjukan
Kembali
1. Dapat
menjelaskan;
2. Dapat
mendefinisikan
dengan lisan
sendiri.
1. Dapat
memberikan
contoh;
2. Dapat
menggunakan
secara tepat.
1. Dapat
menguraikan; 2. Dapat
mengklasifikasikan/
memilah-milah.
1. Tes lisan
2. Tes
tertulis
3. Observasi
1. Tes lisan;
2. Tes
tertulis;
3. Observasi
1. Tes lisan;
2. Tes
tertulis.
1. Tes
tertulis;
2. Pemberian
tugas;
3. Observasi.
1. Tes
tertulis
2. Pemberian
tugas.
53
6. Sintesis (membuat
panduan baru dan
utuh)
1. Dapat
menghubungkan
materi-materi,
sehingga menjadi
kesatuan baru;
2. Dapat
menyimpulkan;
3. Dapat
menggeneralisasi
kan (membuat
prinsip umum)
1. Tes
tertulis;
2. Pemberian
tugas.
B. Ranah Rasa (Afektif)
1. Penerimaan
2. Sambutan
3. Apresiasi (sikap
menghargai)
4. Internalisasi
1. Menunjukan
sikap menerima;
2. Menunjukan
sikap menolak.
1. Kesediaan
berpartisipasi/
terlibat;
2. Kesediaan
memanfaatkan
1. Menganggap
penting dan
bermanfaat;
2. Menganggap
indah dan
harmonis;
3. Mengagumi.
1. Mengakui dan
meyakini;
2. Mengingkari.
1. Tes
tertulis;
2. Tes skala
sikap
3. Observasi
1. Tes skala
sikap;
2. Pemberian
tugas;
3. Observasi
1. Tes skala
penilaian
sikap;
2. Pemberian
tugas;
3. Observasi.
1. Tes skala
sikap;
2. Pemberian
tugas
ekspresif
(yang
54
5. Karakterisasi
1. Melembagakan
atau
meniadakan;
2. Menjelmakan
dalam pribadi
dan perilaku
sehari-hari.
menyataka
n sikap)
dan tugas
proyektif
(yang
menyataka
n
perkiraan
atau
ramalan).
1. Pemberian
tugas
ekspresif
dan
proyektif;
2. Observasi.
C. Ranah Karsa
(psikomotor)
1. Keterampilan bergerak
dan bertindak.
2. Kecakapan ekspresi
verbal dan non verbal
Kecakapan
mengkoordinasikan
gerak mata, tangan
kaki, dan anggota
tubuh lainnya.
1. Kefasihan
melafalkan/
mengucapkan;
2. Kecakapan
membuat
mimik dan
gerakan
jasmani.
1. Observasi;
2. Tes
tindakan.
1. Tes lisan;
2. Observasi;
3. Tes
tindakan.
55
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.37
Pada hakikatnya
hipotesis adalah jawaban sementara (dugaan) atau jawaban dari
suatu rumusan masalah. Sebagai jawaban sementara atau dugaan
sudah barang tentu jawaban itu masih belum tentu akan
kebenarannya, oleh karena itu perlu adanya pembuktian atau uji
kebenarannya.
Dengan demikian, penulis merumuskan sebagai berikut:
Ho : = 0 : tidak ada pengaruh pengunaan metode peer
tutoring terhadap hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Al-Qur’an Hadits.
Ha : > 0 : terdapat pengaruh yang positif antara
penggunaan metode peer tutoring terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-
Qur’an Hadits.
37
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2011), 64.
Top Related