7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja Karyawan
Kinerja berasal dari kata Job Performance atau actual performance
yang berarti prestasi kerja atau perstasi sesungguhnya yang dicapai oleh
sesorang. Pengertian kinerja atau perstasi kerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan
fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang di berikan kepadanya.
Menurut Sedarmayanti (2005:51) pengertian Kinerja (Performance)
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-
masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara
ilegal tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. The
Scribner Bamtam English Dictionary (1979) Kinerja (Performance) berasal
dari kata “To Perform” yang mempunyai beberapa “Entities” berikut :
a. To Do Or Carry Out Execute berarti melakukan, menjalankan.
b. To Discharge berarti memenuhi kewajiban.
c. To Portray As Character In a Play berarti menggambarkan karakter dalam
permainan.
d. To Execute Or Complete an Undertaking berarti melaksanakan.
Menurut Hasibuan (2005:34) mengemukakan kinerja (prestasi kerja)
adalah suatu hasil kerja yang di capai seseorang dalam melaksanakan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman dan kesungguhan serta waktu, tinggi rendahnya kinerja pekerja
berkaitan erat dengan sistem pemberian penghargaan yang diterapkan oleh
lembaga/organisasi tempat mereka bekerja. Pemberian penghargaan yang
tidak tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja seseorang.
8
2.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
a. Efektifitas dan Efisiensi
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh
mengatakan bahwa kegiatan tersebut efektif tetapi apabila
akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai yang penting
dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan
walaupun efektif dinamakan tidak efisien. Sebaliknya, bila
akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka kegiatan
tersebut efisien (Prawirosentono 1999:27).
b. Otoritas (Wewenang)
Otoritas adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam
suatu organisasi formal yang dimiliki seorang anggota
organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu
kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya. Perintah tersebut
mengatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dalam organisasi tersebut.
c. Disiplin
Disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku.
Jadi disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan yang
bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan
organisasi dimana dia bekerja.
d. Inisiatif
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam
membentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan
dengan tujuan organisasi.
2.1.2 Karakteristik Kinerja Karyawan
Karakteristik orang yang mempunyai kinerja tinggi adalah
sebagai berikut (Mngkunegara,2002:68) :
a. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.
b. Berani mengambil dan menanggung rasiko yang dihadapi.
c. Memiliki tujuan yang realistis.
9
d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisai tujuannya.
e. Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam
seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya.
f. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
2.1.3 Indikator Kinerja Karyawan
Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu
ada lima indikator, yaitu:
a. Kualitas.
Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas
pekerja yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap
keterampilan dan kemampuan karyawan.
b. Kuantitas.
Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah
seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
c. Ketepatan Waktu.
Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu
yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil
output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk
aktivitas lain.
d. Efektivitas.
Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi
(tenaga, uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan
maksud menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan
sumber daya.
e. Kemandirian.
Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan
dapat menjalankan fungsi kerjanya Komitmen Kerja.
Merupakan suatu tingkat dimana karyawan mempunyai
10
komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan
terhadap kantor.
2.2 Motivasi
Motovasi adalah suatu keterampilan dalam memadukan kepentingan
karyawan dan kepentingan organisasi, sehingga keinginan-keinginan
karyawan dipuaskan bersamaan dengan tercapainya sasaran-sasaran organisasi
(Flippo, 1992:117).
Motivasi terjadi pada saat anda melihat adanya insentif atau ganjaran
yang dapat memenuhi kebutuhan yang timbul. Keputusan terjadi apabila ada
hambatan diantara anda dengan insentif atau ganjaran (Dessler, 1992:329).
Motivasi adalah keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan
orang tersebut bertindak. Orang biasanyabertindak karena satu alasan: untuk
mencapai tujuan. Jadi, motivasi adalah sebuah dorongan yang di atur oleh
tujuan dan jarang muncul dalam kekosongan. Kata-kata kebutuhan, keinginan
hasrat, dan dorongan semua serupa dengan motif, yang merupakan asal dari
kata motivasi. Memahami motivasi sangatlah penting karena kinerja, reaksi
terhadap kompensasi, dan persoalan Sumber Daya Manusia (SDM) yang lain
dipengaruhi dan memengaruhi motivasi (Mathis, 2004:114).
2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi kerja dapat terjadi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
a. Faktor Internal
Faktor dari dalam diri pekerja itu sendiri, karena semangat dan
niat kerja yang ihklas.
b. Faktor eksternal
Faktor diluar pekerja, dimana menciptakan dan mengelola
suasana lingkungan kerja yang menyenangkan.
2.2.2 Indikator Motivasi
Hamzah B. Uno (2006:23), mengklasifikasikan indikator motivasi
sebagai berikut:
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
11
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
d. Adanya penghargaan.
e. Adanya kegiatan yang menarik.
f. Adanya lingkungan yang kondusif.
2.3 Fasilitas
Dalam suatu pencapaian tujuan perusahaan, diperlukan alat atau sarana
pendukung yang digunakan dalam aktifitas sehari-hari diprusahaan tersebut,
fasilitas yang digunakan bermacam-macam bentuk, jenis maupun manfaatnya,
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan perusahaan. Kata fasilitas
sendiri berasal dari bahasa belanda “faciliteit” yang artinya prasarana atau
wahana untuk melakukan atau mempermudah sesuatu. Fasilitas juga bisa
dianggap suatu alat.
Untuk mencapai tujuan perusahaan yang ada banyak faktor yang
mendukung, salah satu diantaranya adalah fasilitas kerja karyawan merupakan
faktor pendukung bagi kelancaran tugas yang mereka kerjakan, sehingga
pekerjaan dapat dikerjakan sesuai dengan yang diharapkan.
Fasilitas kerja terkait dengan lingkungan kerja, karena lingkungan
kerja merupakan fasilitas kerja, dengan adanya lingkungan kerja yang nyaman
maka karyawan dapat melaksanakan kerja dengan baik. Menurut Moekijat
(2001:155) secara sederhana yang dimaksud dengan Fasilitas adalah suatu
sarana fisik yang dapat memproses suatu masukan (input) menuju keluaran
(output) yang diinginkan. Selanjutnya menurut Buchari (2001:12) Fasilitas
adalah penyedia perlengkapan-perlengapan fisik untuk memberikan
kemudahan kepada penggunanya, sehingga kebutuhan-kebutuhan dari
pengguna fasilitas tersebut dapat terpenuhi. Ditambahkan oleh Bary (2002:67)
Fasilitas Kerja adalah sebagai sarana yang diberikan perusahaan untuk
mendukung jalannya nada perusahaan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan
oleh pemegang kendali. Menurut Sofyan (2001:22) jenis-jenis fasilitas kerja
terdiri dari :
a. Mesin dan peralatannya yang merupakan keseluruhan peralatan yang
digunakan untuk mendukung proses produksi yang ada diperusahaan.
12
b. Prasarana, yaitu fasilitas pendukung yang digunakan untuk memperlancar
aktivitas perusahaan, diantaranya adalah jembatan, jalan, pagar dan
lainnya
c. Perlengkapan kantor, yaitu fasilitas yang mendukung aktivitas kegiatan
yang ada diperkantoran, seperti perabot kantor (meja, kursi, lemari dan
lainnya)peralatan laboraturium dan peralatan elektronik (computer, mesin
fotocopy, printer dan alat hitung lainnya.
d. Peralatan inventaris, yaitu peralatan yang dianggap sebagai alat-alat yang
digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kendaraan. Inventaris
kantor, inventaris pabrik, inventaris laboraturium, inventaris gudang dan
lainnnya.
e. Bangunan, yaitu fasilitas yang mendukung aktivitas sentral kegiatan
perusahaan utama seperti perkantoran dan pergudangan.
f. Alat transportasi, yaitu semua jenis peralatan yang digunakan untuk
membantu terlaksananya aktivitas perusahaan.
2.4 Pelayanan
Pengertian Pelayanan menurut Kotler (2002:83) adalah setiap tindakan
atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang
pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada suatu produk fisik
sehingga pelayanan merupakan prilaku produsen dalam rangka memenuhui
kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada
konsumen sendiri. Kotler pun mengatakan bahwa perilaku konsumen tersebut
dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Selain itu
Kotler (1994) dalam (Paimin Napitupulu) menyebutkan sejumlah karakteristik
pelayanan yang terdiri dari :
a. Intangibility (tidak berwujud) yaitu yang tidak dapat dilihat, diraba, dirasa,
didengar, dan dicium sebelum ada transaksi. Artinya, pembeli tidak dapat
mengetahui secara pasti hasil sebuah pelayanan tersebut dikonsumsi.
b. Inseparability (tidak dapat dipisahkan), maksudnya dijual lalu diproduksi
dan dikonsumsi secara bersamaan karena tidak dapat dipisahkan. Oleh
13
karena itu, konsumen turut serta berpartisipasi menghasilkan jasa layanan
dengan adanya kehadiran konsumen, maka pemberi pelayanan akan lebih
berhati-hati terhadap interaksi yang terjadi antara penyedia dan pembeli.
c. Variability (berubah-ubah dan bervariasi). Jasa beragam selalu mengalami
perubahan sehingga tidak selalu sama kualitasnya, tetapi bergantung pada
siapa yang menyediakanya dan kapan serta dimana disediakan.
d. Perishability (cepat hilang, tidak tahan lama). Jasa tidak dapat disimpan
dan permintaannya berfluktuasi. Daya tahan suatu layanan bergantung
kepada situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor.
Menurut Ivancevich, Lorenzi, Skinner, dan Crosby (2000:448)
mengatakan bahwa pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata
dalam artian tidak dapat dirabah yang melibatkan usaha-usaha manusia dan
menggunakan peralatan.
Menurut Gronroos (2001:27) mendefinisikan pelayanan sebagai suatu
aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi sebagai akibat adanya
interaksi antara konsumen dan karyawan atau hal-hal yang disediakan
organisasi pemberi pelayanan yang dimaksud untuk memecahkan
permasalahan maksyarakat yang dilayani.
Pada dasarnya kegiatan kunjungan kapal dipelabuhan adalah aman,
akan tetapi juga dilihat dari jenis pelabuhan yang akan disinggahi oleh kapal
tertentu maka akan terdapat perbedaan dalam pelayanan jasa pelabuhan, baik
bagi prosedurnya maupun penggunaan fasilitas yang terdapat dipelabuhan
tersebut.
Dalam sistem pelayanan jasa pelabuhan satu atap terdapat beberapa
unsur yang menunjang pelaksanaan sistem tersebut, yaitu :
a. Sistem dan Prosedur
Dala rangka menunjang arus barang yang masuk melalui pelabuhan,
termasuk didalamnya ialah bongkar muat barang telah dilaksanakan
berbagai usaha dibidang sistem dan prosedur untuk meningkatkan
pelayanan jasa pelabuhan seperti :
14
1. Pelayanan pelabuhan selama 24 jam, baik untuk keluar masuk kapal
maupun untuk bongkar muat barang.
2. Pelayanan satu atap dari semua unit kerja/instansi unsur Direktorat
Perhubungan Laut.
3. Penghapusan berbagai bentuk perijinan dan penyederhanaan prosedur
pelayanan jasa pelabuhan dengan memusatkan semua pelayanan jasa
untuk kapal pada pusat pelayanan jasa untuk kapal pada setiap cabang
perum pelabuhan.
4. Pelaksanaan sistem laporan yang dapat memonitor setiap posisi
penyandaran kapal dan kecepatan bongkar muat dipelabuhan beserta
hambatan-hambatan yang timbul.
b. Pusat Perencanaan dan Pengendalian Pelayanan Jasa Pelabuhan
Merupakan pelayanan satu atap dari semua unit kerja/instansi unsure
Derektorat Jendral Perhubungan Laut :
1. Sifat Pelayanan
Keputusan jasa untuk kapal oleh jajaran Derektorat Jendral
Perhubungan Laut dilakukan ditempat dan waktu yang sama serta
terbuka.
2. Tempat Pelayanan
Pelayanan administrasi dilakukan dikantor perum yaitu diruang pusat
perencanaan. Pelayanan dan pengendalian terpadu (P4T).
3. Penanggung Jawab
Penanggung jawab pusat perencanaan pelayanan dan pengendalian
terpadu adalah Administrator Pelabuhan yang di delegasikan kepada
koordinator pelaksanaan P4T yang ditetapkan melalui rapat.
4. Waktu Pelayanan
Keputusan/penetapan pemberian pelayanan jasa untuk kapal diberikan
setiap saat, kecuali bagi kapal yang ada permasalahan akan ditetapkan
secara musyawarah.
15
5. Cara Pelayanan
Semua permintaan jasa pelabuhan yang akan dipergunakan untuk
kapal-kapal yang akan pindah/berangkat diputuskan secara fungsional
oleh jajaran Derektorat Jendral Perhuungan Laut didalamP4T, kecuali
apabila ada permasalahan yang akan diputuskan dalam rapat bersama
dengan perusahaan pelayaran yang bersangkutan.
2.5 Pengawasan
Menurut Manullang (2001:184) Pengawasa adalah merupakan proses
untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan
mengoreksinya bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan sesuai dengan
rencana semula. Agar proses pengawasan tersebut dapat berjalan dengan baik
maka harus melalui tahapan-tahapan. Hal ini tentu saja mempermudah demi
tercapainya apa yang telah direncanakan.
Menurut S.P Siagian (2004:125) bahwa pengawasan adalah proses
pengamatan dari pelaksana seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar
semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dari uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa
antara pengawasan dengan perencanaan mempunyai hubungan yang erat.
Menurut Henry Fayol Dalam Harahap (2004:12) mengatakan
pengawasan adalah ketetapan dalam menguji apapun suatu persetujuan, yang
disesuaikan dengan instruksi dan prinsip perencanaan, yang sudah tidak dapat
dipungkiri lagi. Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua
terjadi sesuai rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan dan prinsip
yang dianut juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan
agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari.
Dalam kinerja syahbandar, syahbandar juga membandingkan antara
hasil pekerjaan yang telah dilakukan atau dilaksanakan dengan standar kerja
yang telah dilakukan sebelumnya, proses perbandingan tersebutakan
dikoreksi, apabila kinerja syahbandar tidak sesuai dengan standar maka hasil
kerja syahbandar akan diproses kembali,dan dikoreksi kesalahan yang
terdapat pada tatacara kerja syahbandar. Dan dari hasil wawancara dengan
16
berbagai informan, dari tugas syahbandarterhadap pengawasan keselamatan,
keamanan, dan ketertiban penumpang dipelabuhan, dan dari kesadaran
penumpang kapal dan dapat dilihat juga dari membandingkan kinerja denga
standar. Kemudian dalam pelaksanaannya dilapangan syahbandar adalah
pejabat pemerintah dipelabuhan yang diangkat oleh mentri dan mewakili
kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan
terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
menjamin keselamatan dan kenyamanan pelayaran.
Dalam melakukan tugas yang dipercayakan sebagai pemimpin tetinggi
dipelabuhan maka syahbandar memiliki fungsi, yaitu :
a. Melaksanakan koordinasi kegiatan pemerintahan dipelabuhan yang terkait
dengan pelaksanaan pengawasan dan penegakan hukum dibidang
keselamatan dan keamanan pelayaran.
b. Melaksanakan pengawasan dan pemenuhan kelaiklautan kapal, sertifikasi
keselamatan kapal, pencegahan pencemaran dari kapal dan penetapan
status hukum kapal.
c. Melaksanakan penyediaan, pengaturan, dan pengawasan lahan daratan dan
perairan pelabuhan, pemeliharaan penahanan gelombang, kolam
pelabuhan, alur pelayaran dan jaringan jalan serta sarana bantu navigasi
pelayaran.
d. Syahbandar membantu tugas pencarian dan penyelamatan dipelabuhan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
2.6 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
Ketentuan mengenai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
dipelabuhan terdapat pada BAB VII tentang kepelabuhan, bagian kedua
paragraf kedua, Pasal 80 yang berbunyi :
(1) Kegiatan pemerintahan di pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
79 meliputi :
a. Pengaturan dan pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan
kepelabuhan;
b. Keselamatan dan keamanan pelayaran; dan/ atau
17
c. Kepabeanan;
d. Keimigrasian;
e. Kekarantinaan.
(2) Selain kegiatan pemerintahan di pelabuhan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdapat kegiatan pemerintahan lainnya yang keberadaannya
bersifat tidak tetap.
(3) Pengaturan dan pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan
kepelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan
oleh penyelenggara pelabuhan.
(4) Fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dilaksanakan oleh syahbandar.
(5) Fungsi kepabeanan, keimigrasian, dan kekarantinaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d, dan huruf e dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Paragraf ketiga mengenai penyelenggara pelabuhan, pasal 81 berbunyi
sebagai berikut:
(1) Penyelenggara pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam pasal 80 ayat (3)
yaitu terdiri atas:
a. Otoritas pelabuhan; atau
b. Unit penyelenggara pelabuhan.
(2) Otoritas pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dibentuk
pada pelabuhan yang diusahakan secara komersial.
(3) Unit penyelenggara pelabuhan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b
dibentuk pada pelabuhan yang belum diusahakan secara komersial.
(4) Unit penyelenggara pelabuhan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (3)
dapat merupakan unit penyelenggara pelabuhan pemerintah dan unit
penyelenggara pelabuhan pemerintah daerah.
Pasal 82 berbunyi:
(1) Otoritas pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam pasal 81 ayat (1) huruf a
dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Menteri.
18
(2) Unit penyelenggara pelabuhan sebagaimana dimaksudkan dalampasal 81
ayat (1) huruf b dibentyk dan bertanggung jawab kepada:
a. Menteri untuk unit penyelenggara pelabuhan pemerintah; dan
b. Gubernur atau Bupati/ Walikota untuk unit penyelenggara pelabuhan
pemerintah daerah.
(3) Otoritas pelabuhan dan unit penyelenggara pelabuhan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 81 ayat (1) dibentuk untuk 1 (satu) atau beberapa
pelabuhan.
(4) Otoritas pelabuhan dan unit penyelenggara pelabuhan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) berperan sebagai Wakil Pemerintah untuk
memberikan konsesi atau bentuk lainnya kepada Badan Usaha Pelabuhan
untuk melakukan kegiatan pengusahaan di pelabuhan yang dituangkan
dalam perjanjian.
(5) Hasil konsesi yang diperoleh otoritas pelabuhan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) merupakan pendapatan negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(6) Otoritas pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam pasal 81 ayat (1) huruf a
dalam pelaksanaannya harus berkoordinasi dengan pemerintah daerah.
Pasal 83 berbunyi:
(1) Untuk melaksanakan fungsi pengaturan dan pembinaan, pengendalian, dan
pengawasan kegiatan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud dalam pasal
80 ayat (1) huruf a otoritas pelabuhan mempunyai tugas dan tanggung
jawab:
a. Menyediakan lahan daratan dan perairan pelabuhan;
b. Menyediakan dan memelihara penahan gelombang, kolam pelabuhan,
alur pelayaran, dan jaringan jalan;
c. Menyediakan dan memelihara Sarana Bantu Navigasi Pelayaran;
d. Menjamin keamanan dan ketertiban di pelabuhan;
e. Menjamin dan memelihara kelestarian lingkungan di pelabuhan;
f. Menyusun Rencana Induk Pelabuhan, serta Daerah Lingkungan Kerja
dan Daerah Lingkungan Kepentingan Kepelabuhan;
19
g. Mengusulkan tarif untuk ditetapkan Menteri, atas penggunaan perairan
dan/ atau daratan, dan fasilitas pelabuhan yang disediakan oleh
pemerintah serta jasa kepelabuhanan yang diselenggarakan oleh
otoritas pelabuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
h. Menjamin kelancaran arus barang.
(2) Selain tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
otoritas pelabuhan melaksanakan kegiatan penyediaan dan/ atau pelayanan
jasa kepelabuhanan yang diperlukan oleh pengguna jasa yang belum
disediakan oleh badan usaha pelabuhan.
Pasal 84 berbunyi:
Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagaimana
dimaksud dalam pasal 83 otoritas pelabuhan mempunyai wewenang:
a. Mengatur dan mengawasi penggunaan lahan daratan dan perairan
pelabuhan;
b. Mengawasi penggunaan daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan;
c. Mengatur lalu lintas kapal ke luar masuk pelabuhan melalui
pemanduan kapal; dan
d. Menetapkan standar kinerja operasional pelayanan jasa
kepelabuhanan.
Pasal 89:
Ketentuan lebih lanjut mengenai otoritas pelabuhan dan unit
penyelenggara pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam pasal 85 sampai pasal
88 diatur dengan peraturan pemerintah.
Ketentuan mengenai Syahbandar terdapat pada Bab XI tentang
Syahbandar, bagian kesatu mengenai fungsi, tugas, dan kewenangan
Syahbandar, Pasal 207 yang berbunyi:
(1) Syahbandar melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran
yang mencakup, pelaksanaan, pengawasan dan penegakan hukum di
20
bidang angkutan diperairan, kepelabuhanan, dan perlindungan lingkungan
maritim di pelabuhan.
(2) Selain melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Syahbandar membantu pelaksanaan pencarian dan penyelamatan (Search
and Rescue/SAR) di pelabuhan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Syahbandar diangkat oleh Menteri setelah memenuhi persyaratan
kompetensi di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran serta
kesyahbandaran.
Pasal 208 berbunyi:
(1) Dalam melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 207 ayat (1) Syahbandar mempunyai tugas:
a. Mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan dan ketertiban
di pelabuhan;
b. Mengawasi tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur-
pelayaran;
c. Mengawasi kegiatan alih muat di perairan pelabuhan;
d. Mengawasi kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air;
e. Mengawasi kegiatan penundaan kapal;
f. Mengawasi pemanduan;
g. Mengawasi bongkar muat barang berbahaya serta limbah bahan
berbahaya dan beracun;
h. Mengawasi pengisian bahan bakar;
i. Mengawasi ketertiban embarkasi dan debarkasi penumpang;
j. Mengawasi pengerukan dan reklamasi;
k. Mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas pelabuhan;
l. Melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan;
m. Memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadaman kebakaran di
pelabuhan; dan
n. Mengawasi pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim.
21
(2) Dalam melaksanakan penegakan hukum di bidang keselamatan dan
keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 207 ayat (1) Syahbandar
melaksanakan tugas sebagai Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 209 berbunyi:
Dalam melaksanakan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 207 dan Pasal 208 Syahbandar mempunyai kewenangan:
a. mengkoordinasikan seluruh kegiatan pemerintahan di pelabuhan;
b. memeriksa dan menyimpan surat, dokumen, dan warta kapal;
c. menerbitkan persetujuan kegiatan kapal di pelabuhan;
d. melakukan pemeriksaan kapal;
e. menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar;
f. melakukan pemeriksaan kecelakaan kapal;
g. menahan kapal atas perintah pengadilan; dan
h. melaksanakan sijil Awak Kapal.
Pasal 210 berbunyi:
(1) Untuk melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 207 ayat (1) dibentuk kelembagaan
Syahbandar.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan kelembagaan Syahbandar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2.7 Penelitian Terdahulu
Table 2.1
No Sumber Variabel/Indi
kator Alat Uji Keterangan
1. Ade Anugrah
Saputra, dkk.
2011.
Dengan judul :
Pengaruh
Variabel :
Motivasi
Indikator :
1. Memberi
perhatian
1.Analisa data
kulitatif
2.Analisa data
kuantitatif
1. Sacara umum motivasi yang
dimiliki karyawan sudah
tinggi hal ini
ditunjukkan dengan pada
kategorisasi yang
22
Motivasi Dan
Disiplin Kerja
Terhadap
Kinerja
Karyawan
Bagian
Kepanduan
Divisi Pandu
Bandar Utama
Pada PT. IPC
Pelabuhan
Indonesia II
(Cabang
Tanjung Priok)
2. Mengakui
andil
bawaan
3. Komunikasi
menunjukkan sebesar
61.8% motivasi karyawan
tinggi merupakan
persentase terbesar,
kemudian 23.5% motivasi
karyawan cukup tinggi, dan
juga terdapat 14.7%
motivasi karyawan sangat
tinggi.
2. Motivasi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap
kinerja karyawan dengan
sumbangan persentase
sebesar 53.9%. Motivasi
juga memiliki pengaruh
yang positif terhadap
kinerja karyawan yaitu
dengan persamaan regresi
linier sederhana yaitu Y =
4.965 + 0.516X; yang
dibuktikan dengan besarnya
signifikansi yang kurang
dari 0.05 yaitu sebesar 0.00
dan juga besarnya nilai
thitung yang lebih besar
dari ttabel yaitu 6.114 >
2.035; sehingga hipotesa
adanya pengaruh yang
signifikan antara motivasi
terhadap kinerja karyawan
(Ha) diterima.
23
2. Cut Ermiati,
dkk.
Dengan judul :
Pengaruh
Fasilitas Dan
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia
Terhadap
Produktivitas
Kerja
Karyawan
Studi Kasus
PTPN II Kebun
Sampali Medan
Variabel :
Fasilitas
Indikator :
1. Perumahan
2. Kesehatan
3. penyediaan
kafetria
Asumsi klasik 1. Fasilitas (kantor) (X1) yang
secara langsung
mempengaruhi
produktivitas kerja
karyawan (Y) adalah
sebesar 34,9 % dan
berpengaruh tidak langsung
melalui pengembangan
sumber daya manusia
sebesar 14,9 %.
2. Pengembangan Sumber daya
manusia (X2) secara
langsung mempengaruhi
Produktivitas Kerja
Karyawan (Y) adalah
sebesar 14,4 % dan tidak
pengaruh tidak langsung
melalui fasilitas (kantor)
(X1) sebesar 14,9 %.
3. Berdasarkan hasil persamaan
koefesien jalur yang
diperoleh yaitu Y = 0,591X1
+ 0,379 X2 + 0,336 €, dapat
disimpulkan sebagai
berikut:
Variabel fasilitas (kantor)
memberikan pengaruh lebih
besar terhadap produktivitas
kerja karyawan PTPN II
Kebun Sampali dibandingkan
dengan variabel
24
pengembangan sumber daya
manusia.
Besarnya pengaruh yang
disebabkan oleh variabel
lainnya di luar variabel
fasilitas (kantor) dan
pengembangan sumber daya
manusia yang dinyatakan
P2Y1€ yaitu 0,5802 = 33,6%.
3. Alfian Zaki
Ghufroni
Dengan judul:
Analisis
Kinerja
Pelayanan Dan
Tanggapan
Penumpang
Terhadap
Peyanan
Pelabuhan
Penyeberangan
Jangkar Di
Kabupaten
Stubondo
Variabel:
Pelayanan
Indikator :
1.Penanganan
petugas
terhadap
jadwal.
2.Ketetapan
jadwal
pemberangkata
n kapal
3.Sikap
petugas dalam
pelayanan
penumpang.
Deskriptif
kuantitatif
dan angket
1. Secara umum kinerja
pelayanan pelabuhan cukup
baik, akan tetapi masih
memerlukan beberapa
pembenahan guna
memberikan pelayanan
yang maksimal kepada
seluruh pengguna jasa
pelabuhan jangkar.
2. mengenai tanggapan
penumpang terhadap
pelayanan pelabuhan,dari
Sembilan indikator
pelayanan hanya terdapat
dua iindikator yang masih
kurang memuaskan, artinya
secara umum pelayanan
pelabuhan jangkar sudah
cukup memuaskan para
pengguna jasa pelabuhan.
4. Julia Purnama Variabel : Deskriptif 1. Dari segi menetapkan
25
Sari.
2014
Dengan judul :
Pengawasan
Syahbandar
Dalam Upaya
Mewujudkan
Keselamatan,
Keamanan,
Dan Ketertiban
Penumpang Di
Pelabuhan
Tembilahan
Pengawasan
Indikator :
1.Menentukan
standar.
2.Melakukan
tindakan
penilaian.
3.mengadakan
tindakan
perbaikan.
kualitatif standar dalam program
kerja tahunan Kantor
Syahbandar Tembilahan
telah sesuai dengan
S.O.P,tetapi belum
maksimal,karena belum
sepenuhnya berjalan dengan
baik.
2. Dari segi mengukur kinerja
Kantor Pelabuhan
Syahbandar
Tembilahan,dalam
mengawasi kelaiklautan
kapal,keselamatan dan
keamanan,ketertiban
penumpang di pelabuhan
tembilahan belum
maksimal, karna masih
adanya penumpang yang
masih mengeluh dalam sisi
keselamatan,keamanan dan
ketertiban penumpang di
pelabuhan Tembilahan,yang
mana dari keamanan
berlayar masih ada
penumpang yang belum
tertib oleh peraturan yang
telah di tentukan oleh setiap
penumpang kapal,dalam
ketertiban penumpang
masih ada yang di jumpai
26
tidak mempunyai tiket,saat
berangkat, kurang
lengkapnya jacket
pelampung di dalam kapal.
hal seperti ini seharusnya
Syahbandar bertindak untuk
menangani masalah
tersebut.
3. Dari segi membandingkan
kinerja dan
standar,Syahbandar belum
maksimal dalam
melaksanakan
tugasnya,dapat di katakana
belum maksimal sesuai
S.O.P.
Sumber : dari jurnal yang dipublikasikan
Pada umumnya penelitian terdahulu menggunakan beberapa variabel
yang berbeda, yaitu motivasi, fasilitas, pelayanan, dan pengawasan yang
mempengaruhi kinerja karyawan. Disetiap penelitian masing-masing
penelitian terdahulu peneliti mengambil satu variabel dan dikembangkan pada
penelitian ini dengan tempat dan sasaran responden yang berbeda. Berharap
dengan pengembangan penelitian ini terdapat perbedaan hasil dimana
beberapa variabel yang digunakan dapat saling mempengaruhi dan
menghasilkan kesimpulan yang baik dan bermanfaat.
27
2.8 Hipotesis
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proporsi atau anggapan
yang mungkin benar dan sering sebagai dasar pembuatan keputusan atau
pemecahan persoalan atau untuk dasar penelitian lebih lanjut (J. Supranto,
2001).
Untuk memberikan angka pada penelitian yang dilakukan dan untuk
memberikan jawaban sementara atas masalah yang dikemukakan di atas,
maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
a. Diduga motivasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Kantor
Sayhbandar dan Otoritas Tanjung Balai Karimun.
b. Diduga fasilitas berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Kantor
Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Tanjung Balai Karimun.
c. Diduga pelayanan berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Kantor
Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Tanjung Balai Karimun.
d. Diduga pengawasan berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Kantor
Syahbandar dan Otoritas pelabuhan Tanjung Balai Karimun.
e. Diduga motivasi, fasilitas, pelayanan, dan pengawasan secara simultan
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada Kantor Syahbandar
dan Otoritas Pelabuhan Tanjung Balai Karimun.
28
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
H5
= Indikator = Pengukur
= Variabel = Pengaruh
Kinerja
karyawan (Y)
X1.1
X1.3
X1.2
X3.3
X3.2
X3.1
X2.3
X2.2
X2.1
Y.3
Y.2
Y.1
Motivasi (X1)
Fasilitas (X2)
Pelayanan (X3)
Pengawasan (X4)
X4.1
X4.3
X4.2
H4
H3
H2
H1
29
Variabel dalam penelitian ini meliputi :
Motivasi (X1)
Indikator – indikator Motivasi antara lain :
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
b. Lingkungan kerja yang kondusif.
c. Pemberian penghargaan.
Fasilitas (X2)
Indikator – indikator Fasilitas Pelabuhan antara lain :
a. Perumahan.
b. Kesehatan.
c. Penyediaan cafeteria.
Pelayanan (X3)
Indikator - indikator Pelayanan antara lain :
a. Penenganan petugas terhadap jadwal.
b. Ketepatan jadwal pemberangkatan kapal.
c. Sikap petugas dalam melayani penumpang.
Pengawasan (X4)
Indikator – indikator Pengawasan Laut antara lain :
a. Menentukan standar.
b. Melakukan tindakan penilaian.
c. Mengadakan tindakan perbaikan.
Kinerja karyawan (Y)
Indikator – indikator kinerja karyawan antara lain:
a. Kualitas kerja.
b. Kuantitas.
c. Keterampilan/skill.
Top Related