BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu
akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen (Mulyadi,2007). Akuntansi
biaya bukan merupakan tipe tersendiri yang terpisah dari dua tipe di atas,
namun merupakan bagian dari keduanya. Meskipun informasi non keuangan
merupakan informasi penting yang digunakan oleh manejemen dalam
pengelolaan perusahaan, namun hampir seluruh informasi non keuangan
tersebut berada di luar ruang lingkup akuntansi.
2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari
bagaimana cara mencatat, mengukur dan melaporkan tentang informasi biaya
yang digunakan. Di samping itu akuntansi biaya juga membahas tentang
penentuan harga dari produk dari suatu produk yang diproduksi dan dijual di
pasar, baik guna memenuhi keinginan pemesan maupun menjadi barang
dagang dijual (Bustami dan Nurlela,2006).
Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mencatat,mengukur, dan
melaporkan informasi biaya (Marwan dan Anton,2011).Akuntansi Biaya
adalah proses pencatatan, penggolongan peringkasan dan pembiaya.
7
8
2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya
Tujuan akuntansi biaya secara umum untuk menyediakan informasi
biaya bagi kepentingan manajemen guna membantu dalam mengelola
perusahaan (Marwato dan Anton, 2011). Tujuan biaya menurut Mulyadi (2007)
ada tiga tujuan pokok yaitu :
a. Penentuan harga pokok produk.
b. Pengendalian biaya.
c. Pengembalian keputusan.
Adapun penjelasan dari kutipan tersebut di atas adalah sebagai berikut :
a. Penentuan Harga Pokok Produk
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga produk, akuntansi biaya
mencatat,menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk
atau penyerahan jasa. Biaya yang di kumpulkan dan disajikan terjadi di
masa lalu atau biaya historis.
b. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satuan produk. Jika biaya yang
seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi biaya bertugas untuk memantau
apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang
seharusnya tersebut. Akuntansi biaya kemudian melakukan analisis terhadap
penyimpangan biaya terjadinya selisih tersebut.
9
c. Pengembalian Keputusan Khusus
Pengembalian keputusan usus terkait dengan masa yang akan datang. Oleh
karena itu, informasi yang relevan dengan pengembalian keputusan khusus
selalu berhubungan dengan informasi biaya masa yang akan datang. Biaya
masa yang akan datang (future Cost) adalah biaya yang dapat di perkirakan
akan terjadi dalam periode yang akan datang (Mulyadi, 2007). Karena biaya
ini merupakan yang di harapkan akan terjadi maka kenyataan terjadinya
merupakan ramalan sedangkan pengukurnya merupakan taksiran.
Sedangkan tujuan akuntansi biaya menurut Carter dan Usry (2006) adalah :
a. Menyusun dan melaksanakan rencana serta anggaran operasi dalam
kondisi ekonomis dan bersaing.
b. Biaya perbaikan mutu.
c. Mengendalikan jumlah persediaan secara fisik, dan membuat biaya
masing – masing barang dan jasa yang di produksi untuk penentuan
harga dan mengevaluasi prestasi suatu produk, departemen atau divisi.
d. Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi tahunan
atau periode yang lebih singkat.
e. Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka
panjang yang biasa menaikan pendapat atau menurunkan biaya.
Berdasarkan tujuan akuntansi biaya yang telah di kemukakan di atas
maka pendapat disimpulkan bahwa tujuan akuntansi biaya adalah untuk
perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Perencanaan
berarti menetapkan dan memelihara suatu rencana operasi yang
10
reintegrasi dan sejalan dengan tujuan perusahaan dan prosedur yang
sesuai. Pengendalian berarti aktivis yang mengarahkan pelaksanaan yang
sesuai dengan perencanaan, dengan asumsi bahwa rencana tersebut sudah
benar.
2.2 Pengertian Biaya dan Penggolongan Biaya
2.2.1 Pengertian Biaya
Biaya memiliki berbagai macam arti tergantung maksud dari
pemakai istilah tersebut. Mulyadi membedakan pengertian biaya ke dalam arti
luas dan arti sempit antara lain sebagai berikut (Mulyadi, 2012: 3).
Biaya (Cost) adalah pengorbanan atau nilai sumber ekonomis (economic
resources) yang dikeluarkan karena memproduksi atau melakukan yang
membutuhkan biaya (Marwoto dan Anton, 2011).
Supriyono juga membedakan biaya ke dalam dua pengertian yang
berbeda yaitu biaya dalam arti cost dan biaya dalam arti expense (Supriyono,
2011: 14)
Nur Faridah (2011) menyatakan bahwa biaya diartikan sebagai berikut
suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainya untuk
mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat
yang akan datang. Berdasarkan definisi yang di kemukakan di atas, terdapat 4
(empat) unsur pokok, yaitu :
a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
b. Diukur dalam satuan uang.
c. Yang telah terjadi atau potensial akan terjadi.
11
d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Istilah biaya dalam akuntansi, definisikan sebagai pengorbanan yang di
lakukan untuk mendapatkan barang atau jasa, pengorbanan mungkin di ukur
dalam kas, aktiva yang di transfer, jasa yang diberikan dan lain lain.
2.2.2 Penggolongan Biaya
Penggolongan adalah proses pengelompokan atas seluruh elemen yang
ada ke dalam golongan-golongan tertentu, yang lebih ringkas untuk dapat
memberikan informasi biaya yang lebih berarti (Supriyono, 2011: 16).
Menurut Mulyadi (2007) ada beberapa cara penggolongan biaya yang
sering di lakukan, antara lain :
a. Penggolongan Biaya Berdasarkan Pengaruh Perubahan Volume kegiatan
terhadap biaya. Berdasarkan pengaruh perubahan volume kegiatan
(Volume produksi atau volume penjualan ) terhadap biaya,biaya dapat
sebagai berikut:
1) Biaya tetap
Biaya tetap alah biaya –biaya yang dalam jarak kapasitas tertentu
totalnya tetap meskipun terjadi perubahan volume kegiatan. Sejauh
perubahan volume tidak melampaui kapasitas, total biaya tetap tidak di
pengaruhi volume kegiatan. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur
produksi.
2) Biaya variabel
12
Biaya variabel adalah biaya-biaya yang totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya biaya variabel adalah
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
3) Biaya semi variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan, karena biaya semi variabel mengandung
unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. Contoh biaya semi variabel
adalah biaya listrik.
b. Penggolongan Biaya di atas berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan
Berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan, biaya dapat di golongkan
menjadi tiga kelompok :
1) Biaya produksi
Biaya produksi yaitu biaya-biaya yang terjadi untuk mengelola bahan baku
menjadi produk yang siap dijual.
Biaya produksi di kelompokan menjadi tiga, yaitu :
i) Biaya bahan
Biaya bahan adalah nilai uang dari penggunaan bahan yang diolah menjadi
produk selesai. Bahan yang di olah dipisahkan menjadi dua yaitu :
ii) Bahan baku
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh
produk jadi, nilainya relatif besar dan umumnya sifat bahan baku masih
13
melekat pada produk yang di hasilkanya. Nilai produksi dinamakan
dengan biaya bahan baku.
ii) Bahan pembantu
Bahan pembantu meliputi bahan yang berfungsi sebagai pembantu atau
pelengkap dalam pengolahan bahan baku menjadi produk selesai, dan nilai
relatif kecil. Nilai uang dari bahan pembantu yang digunakan dalam proses
produksi disebut biaya bahan pembantu. Biaya bahan pembantu
merupakan salah satu elemen dari biaya overhead pabrik.
b. Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja adalah upah dari tenaga yang mengerjakan proses
produksi, pemasaran, dan administrasi umum.
Tenaga kerja di kelompokan menjadi dua, yaitu :
ii) Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang secara langsung
mengelola bahan baku menjadi produk asli. Nilai uang dari tenaga
kerja langsung dalam proses produksi disebut biaya tenaga kerja
langsung.
iii) Tenaga kerja tidak langsung
14
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang secara tidak
langsung mengelola bahan baku. Nilai uang dari tenaga kerja langsung
dalam proses produksi disebut biaya tenaga kerja tidak langsung.
c) Biaya Overhead pabrik
Biaya Overhead pabrik adalah semua komponen biaya produksi selain
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Termasuk salam kelompok
biaya overhead pabrik antara alah biaya bahan pembantu, biaya asuransi
bangunan pabrik, biaya listrik pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan
aktiva tetap pabrik. Biaya overhead pabrik (BOP) berdasarkan perilakunya
terhadap perubahan volume dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu biaya
overhead pabrik variabel, biaya overhead pabrik tetap, dan biaya overhead
pabrik semivariabel.
i) Biaya Overhead pabrik variabel
Biaya Overhead pabrik adalah biaya yang totalnya mengalami
perubahan secara proporsional sesuai dengan volume produksi. Dengan
demikian, semakin besar volume yang diproduksi semakin besar pula
biaya overhead pabrik variabelnya.
ii) Biaya Overhead pabrik tetap
Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang dalam
kapasitas relevan, totalnya tetap konstan meskipun volume produksi
berubah – ubah. Semakin besar volume yang di produksi BOP tetap
per unit akan semakin kecil. Kapasitas relevan adalah berbagi tingkat
15
produksi yang tidak mengakibatkan bertambahnya kapasitas produksi
(biaya overhead pabrik tetap konstan)
iii) Biaya Overhead pabrik semi variabel
Biaya overhead pabrik yakni biaya overhead pabrik yang berubah
namun tidak banding dengan perubahan volume produksi. Untuk
memudahkan penentuan tarif biaya overhead pabrik, biasanya biaya
overhead pabrik semi variabel akan dipecah menjadi dua unsur yakni
biaya tetap dan biaya variabel.
2) Biaya pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran produk. Biaya pemasaran adalah semua biaya yang
sejak saat produk selesai diproduksi dan di simpan dalam gudang sampai
dengan produk tersebut berubah kembali dalam bentuk uang tunai.
Biaya pemasaran juga dapat diartikan semua biaya yang telah terjadi
dalam rangka memasarkan produk atau barang dagang siap dijual sampai
dengan di terimanya hasil penjualan menjadi kas (Sudiyono, 2000).
Termasuk dalam kelompok biaya pemasaran antara lain biaya iklan, biaya
angkut penjualan, biaya tenaga kerja penjualan, biaya pelengkapan, dan
biaya pemeliharaan, penyusutan, reparasi, asuransi aktiva tetap yang di
gunakan untuk kegiatan penjualan produk atau jasa.
Hubungan dengan variabel biaya terhadap kegiatan penggolongan biaya
pemasaran di kelompokan menjadi dua, yaitu :
a) Biaya Pemasaran Tetap
16
Biaya pemasaran tetap adalah biaya pemasaran yang jumlah totalnya
tidak berubah (konstan) dengan adanya perubahan kegiatan atau
volume pemasaran sampai dengan tingkatan kapasitas tertentu.
Elemen biaya tetap misalnya, gaji manajer dan staf, biaya penyusutan
dan sebagainya.
b) Biaya pemasaran variabel
Biaya pemasaran variabel adalah biaya pemasaran yang jumlah
totalnya berubah secara proporsional dengan perubahan kegiatan atau
volume pemasaran. Semakin besar volume atau kegiatan pemasaran
semakin besar jumlah pemasaran variabel, demikian pula sebaliknya
apabila volume rendah.
3) Biaya Administrasi dan umum
Biaya administrasi dan umum adalah merupakan biaya-biaya untuk
mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Termasuk
dalam kelompok biaya ini antara lain biaya gaji karyawan bagi keuangan,
akuntansi, personalia, dan bagian hubungan masyarakat, biaya
pemeriksaan akuntansi.
2.3 Harga Pokok Produksi
Istilah harga pokok produksi dalam manajemen biaya atau akuntansi biaya
disebut pula sebagai biaya pokok produksi atas pembuatan suatu produk. Biaya
pokok ini terdiri dari bermacam-macam unsur biaya. Istilah harga pokok
produksi tidak dapat dipisahkan dari persoalan yang menyangkut biaya.
17
Dengan perkataan lain, biaya adalah unsur yang menentukan harga pokok
suatu produk.
Harga pokok produksi adalah semua konten yang mewakili jumlah biaya
barang yang diselesaikan pada periode tertentu (Trisnawati 2007 :28). Harga
Pokok Produksi adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan
dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja,biaya overhead pabrik dan termasuk biaya produksi (Sudiyono 2011:14).
Penentuan harga pokok produksi adalah bagaimana menghitung biaya
kepada suatu produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara
memasukan seluruh biaya produksi atau hanya memasukan unsur biaya dengan
cara variabel saja (Nur Faridah,2011).
Menurut Mulyadi (2007) manfaat dari penentuan harga pokok produksi
secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Harga jual Produk
Perusahaan yang berproduksi asal proses produknya untuk memenuhi
persediaan barang di gudang dengan demikian biaya produksi di hitung
dalam jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi
per satuan pokok. penentuan harga jual produk, biaya produksi per unit
merupakan salah satu data yang dipertimbangkan di samping data biaya
lain serta data nun biaya.
2. Memantau Realisasi Biaya Produksi
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya
dikeluarkan dibanding dengan rencana produksi yang telah ditetapkan,
18
oleh sebab itu akuntansi biaya digunakan dalam jangka waktu tertentu
untuk memantau apakah produksi mengkonsumsi total biaya produksi
dengan yang di perhitungkan sebelumnya.
3. Menghitung laba rugi periodik
Guna mengetahui apakah produksi dan pemasaran perusahaan alam
periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto. Manajemen memerlukan
informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi
produk dalam periode tertentu.
. Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa harga pokok
produksi adalah semua pengorbanan yang dilakukan perusahaan untuk
memproduksi suatu produk.
2.4 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2012) Dalam penentuan harga pokok produksi adalah
cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi,
terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variable costing.
1. Full Costing
Mulyadi (2012:122) mendefinisikan Full costing sebagai metode
penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya
produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku
variabel maupun tetap.
2. variable costing
19
Mulyadi (2012:122) di dalam bukunya menjelaskan bahwa variable
costing atau sering pula disebut direct costing merupakan metode penentuan
harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi.
2.5 Pengertian Full Costing
Menurut Mulyadi (2012), terdapat beberapa pendekatan dalam penentuan
harga pokok produksi salah satunya metode full costing. Dalam metode full
costing biaya produksi yang diperhitungkan dalam penentuan harga pokok
produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik yang baik berperilaku tetap dan yang berperilaku variabel.
Metode Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang
memasukkan semua komponen-komponen biaya produksi seperti Biaya Bahan
Baku, Biaya Tenaga Kerja, dan Biaya Overhead Pabrik yang bersifat Variabel
maupun Tetap. Oleh karena itu, untuk memperhitungkan harga pokok produksi
dengan metode full costing diperoleh formula seperti berikut :
Biaya Bahan Baku xxxx
Biaya Tenaga Kerja langsung xxxx
Biaya Overhead pabrik Variabel xxxx
Biaya Overhead pabrik Tetap xxxx +
Harga Pokok Produksi xxxx
Harga pokok produk yang di hitung dengan pendekatan full costing terdiri
dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
20
langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) di
tambah dengan biaya nun produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan
umum) contoh sebagai berikut :
Biaya Bahan Baku xxxx
Biaya Tenaga Kerja langsung xxxx
Biaya Overhead pabrik Variabel xxxx
Biaya Overhead pabrik Tetap xxxx +
Harga Pokok Produksi xxxx
Biaya adm & umum xxxx
Biaya pemasaran xxxx
Total biaya nun produksi xxxx +
Total harga pokok produksi xxxx
2.6 Pengertian Variable Costing
Dalam metode variabel costing produk hanya dibebani biaya variabel,
yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead variable.
21
Menurut Mulyadi (2010:19) variable costing merupakan metode
penentuan harga pokok produksi yang hanya menghitung biaya produksi yang
berperilaku variable ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variable.
Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang
hanya membebankan biaya-biaya variabel saja ke dalam harga pokok produk
(Mulyadi,2007).
Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlukan
sebagai periode Cost dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga
biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode
terjadinya.
Dengan demikian, biaya overhead pabrik tetap di dalam variable costing
tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku di jual, tetap langsung
dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya, dengan demikian harga
pokok produksi menurut variable costing terdiri dari unsur-unsur biaya
produksi sebagai berikut:
Biaya Bahan Baku (Variabel) xxxx
Biaya Tenaga Kerja langsung (Variabel) xxxx
Biaya Overhead pabrik Variabel xxxx +
Harga Pokok Produksi xxxx
Harga pokok produk yang di hitung dengan pendekatan variable costing
terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
22
langsung, biaya overhead pabrik variabel) di tambah dengan biaya non
produksi variabel (biaya pemasaran variabel, biaya administrasi dan umum
variabel ) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap,
biaya administrasi dan umum tetap) contoh sebagai berikut :
Biaya Bahan Baku xxxx
Biaya Tenaga Kerja langsung xxxx
Biaya Overhead pabrik Variabel xxxx+
Harga Pokok Produksi xxxx
Biaya adm & umum variabel xxxx
Biaya pemasaran pemasaran variabel xxxx
Biaya adm. & umum tetap xxxx
Biaya pemasaran tetap xxxx
Total biaya non produksi xxxx +
Total harga pokok produksi xxxx
Di muka telah disebutkan bahwa metode variabel costing ini dikenal
dengan nama direct costing. Istilah direct costing sebenarnya sama sekali tidak
berhubungan dengan istilah direct Cost (biaya langsung). Pengertian langsung
23
dan tidak langsungnya suatu biaya tergantung erat tidaknya hubungan biaya
dengan obyek penentuan biaya, misalnya produk, proses,departemen dan pusat
biaya. Dalam hubunganya dengan produk, biaya langsung (direct cost) adalah
biaya-biaya yang mudah diidentifikasikan (diperhitungkan) secara langsung
kepada produk. Apabila pabrik hanya memproduksi satu jenis produk maka
semua biaya produksi adalah merupakan biaya langsung dalam hubunganya
dengan produk, tidak selalu bahwa biaya hubungan dengan produk merupakan
variabel.
oleh karena itu, sebenarnya istilah direct costing adalah tidak tepat karena
metode ini hubungan dengan penentuan harga pokok produk yang hanya
memeperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel, dan bukan biaya
langsung (direct cost) saja. Sehingga istilah paling tepat untuk metode direct
costing adalah variable costing.
Dalam pendekatan variable costing, dari semua unsur biaya produksi
hanyalah biaya-biaya produksi variabel yang di perhitungkan sebagai elemen
harga pokok produk. Oleh karena itu, pendekatan variable costing bagi
manajemen lebih baik digunakan sebagai alat perencanaan dan pengambilan
keputusan-keputusan jangka pendek yang tidak mengharuskan pertimbangan
tentang biaya-biaya nun produksi.
2.7 Pengumpulan Biaya dalam Metode Variable Costing
Menurut perilaku dalam hubunganya dengan kegiatan, biaya variabel, dan
biaya semivariabel di bagi menjadi tiga golongan, yaitu biaya tetap biaya
variabel, dan biaya semivariabel. Biaya tetap adalah biaya yang dalam kisar
24
perubahan tertentu tidak berubah dengan adanya volume kegiatan, sedangkan
biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume
kegiatan. Biaya semivariabel adalah biaya yang mengandung unsur tetap dan
variabel, yang tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Jika perusahaan menggunakan variable costing di dalam akuntansi biaya
produksinya, biaya produksi dan biaya non produksi perlu dipisahkan menurut
perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan. Dalam buku
besar perlu pula disediakan rekening-rekening kontrol untuk menampung dan
memisahkan biaya tetap dan biaya variabel.
Oleh karena itu jika metode variable costing di terapkan dalam akuntansi
biaya, dalam buku besar perlu di sediakan rekening-rekening kontrol berikut
ini(Mulyadi, 2007).
a. Biaya bahan baku
Biaya bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh
produk jadi, nilainya relatif besar dan umumnya sifat baku masih melekat
pada produk yang dihasilkanya.
a. Biaya Tenaga Kerja Langsung.
Biaya tenaga kerja langsung adalah upah tenaga yang mengerjakan proses
produksi secara langsung, pemasaran, dan administrasi umum.
b. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya yang totalnya mengalami perubahan
secara proporsional sesuai dengan volume produksi.
c. Biaya Pemasaran Variabel
25
Biaya pemasaran yang jumlah totalnya berubah seacara proporsional
dengan perubahan kegiatan atau volume pemasaran.
d. Baiaya Administrasi dan Umum Variabel
Biaya administrasi dan umum adalah biaya totalnya mengalami perubahan
secara proporsional sesuai dengan volume produksi.
e. Biaya Overhead pabrik tetap
Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya yang dalam kapasitasnya
relevan, totalnya tetap konstan meskipun volume produksi berubah-ubah.
f. Biaya Pemasaran Tetap.
Biaya pemasaran tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak berubah
(konstan) dengan adanya perubahan kegiatan atau volume pemasaran
sampai dengan tingkatan kapasitas tertentu.
g. Biaya Administrasi dan Umum tetap
Biaya administrasi umum tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak
berubah dengan adanya perubahan kegiatan atau volume produksi sampai
dengan kegiatan kapasitas tertentu.
2.7.1 Manfaat Metode Variable Costing
Manfaat penerapan penerapan metode variable costing dalam perhitungan
harga pokok produksi semuanya berhubungan dengan kebutuhan manajemen
untuk memperoleh informasi yang berorientasi pada pengendalian keputusan
jangka pendek.
Menurut Mulyadi (2007) dengan menyajikan informasi biaya yang
dikelompokan sesuai dengan tingkah lakunya dalam hubunganya dengan
26
perubahan kegiatan perusahaan, laporan keuangan yang disusun berdasarkan
metode variable costing bermanfaat untuk :
(1) Perencanaan laba
(2) Pengendalian biaya
(3) Pembuatan keputusan
1. Manfaat informasi variable costing dalam perencanaan laba jangka pendek
Penentuan harga pokok variable costing dapat bermanfaat untuk
perencanaan laba jangka pendek. Dengan dipisahkannya semua elemen
biaya produksi ke dalam biaya tetap dan biaya variabel, maka hal ini
memungkinkan untuk menganalisa hubungan antara biaya, volume dan
laba. Berdasarkan informasi variable costing ini semua masalah
perencanaan laba dapat dengan mudah di selesaikan.
2. Penentuan harga pokok varaible costing dalam pengendalian biaya
Penentuan harga pokok variable costing dapat dipakai sebagai alat untuk
pengendalian biaya. Variable costing cenderung untuk mengawasi periode
Cost dengan cara yang lebih baik. Period Cost terdiri dari biaya-biaya
yang dianggarkan terlebih dahulu, seperti biaya advertensi, riset dan
pengembangan oleh aren itu dapat diawasi oleh menejemen.
3. Manfaat informasi Variable costing dalam pengambilan keputusan
Penentuan harga pokok variable costing dapat bermanfaat dalam
menyikapi data untuk pengambilan keputusan jangka pendek. Biaya tetap
dalam jangka pendek totalnya akan konstan sedangkan biaya variabel
27
akan berubah sebanding dengan perubahan volume produksi. Oleh keran
itu akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
2.7.2 KELEMAHAN METODE VARIABLE COSTING
Di samping manfaat yang di peroleh dari penggunaan harga pokok
variabel yang diuraikan Dwimuka terdapat juga kelemahan dari harga pokok
variabel yaitu sebagai berikut (Mulyadi, 2007):
1. Kesulitan dalam menggolongkan biaya – biaya ke dalam biaya tetap dan
variabel secara tepat, karena jarang sekali suatu biaya benar- benar
variabel atau benar-benar tetap.
2. Penentuan harga pokok variable costing terutama ditunjukan untuk
kepentingan internal manajemen dalam jangka pendek, sedangkan untuk
kepentingan eksternal diperlukan penyesuaian ke dalam harga pokok
penuh.
3. Tidak diperhitungkan biaya overhead pabrik tetap dalam harga pokok
produk persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah,
sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-
tujuan analisa keuangan.
Top Related